gambaran umum wilayah perencanaan

advertisement
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUAPTEN HALMAHERA BARAT
2.1
Geografis, Adminstratif , dan Kondisi Fisik
Halmahera Barat adalah Kabupaten Maluku Utara (Kabupaten Induk) yang berubah nama setelah
terjadi pemekaran berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2003 dan terletak dipulau Halmahera.
Kabupaten yang memiliki luas wilayah 14.823,16 km² dengan luas daratan 3.199,74 km² dan laut seluas
11.623,42 km²,ini terletak antara 1º.48’ lintang utara sampai 0º.48’ lintang utara, serta 127º.16.0” bujur timur
sampai 127.16” bujur timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Halmahera Barat, secara langsung :
- Sebelah utara dibatasi oleh Kabupaten Halmahera Utara dan laut samudra pasifik.
- Sebelah selatan dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Timur.
- Sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Halmahera Utara.
- Sebelah barat dibatasi oleh Laut Maluku.
Iklim
Kabupaten Halmahera Barat yang dikelilingi oleh lautan sebagaimana Kabupaten dan Kota lain di
Provinsi Maluku Utara, dipengaruhi oleh iklim tropis dan iklim musim yang relative bervariasi, pada musim
panas suhu rata-rata 28º - 650ºC dengan kelembaban nisbi rata-rata 84,3% – 90,2%, sedangkan kecepatan
angin rata-rata mencapai 11 – 13,5 km/jam. Daerah ini memiliki musim penghujan antara bulan agustus
sampai dengan desember.
Kondisi Topografi
wilayah Kabupaten Halmahera Barat memiliki sebagian besar pengunungan dan bukit-bukit
dengan karakteristik 61,98% tanah curam, 26,25% tanah agak curam, 10,38% tanah landai dan 1,40%
tanah datar.
Jenis Tanah
Tanah adalah hasil pelapukan dari batuan yang meliputi semua bahan yang terdapat pada
permukaan kulit bumi dan bersifat lunak atau lepas sehingga mudah digusur, dicangkul, atau digali.
Karakteristik tanah di Kabupaten Halmahera Barat menunjukan sifat – sifat yang berbeda mulai dari
Kecamatan Jailolo Selatan di bagian selatan hingga Kecamatan Loloda Selatan di bagian utara Halmahera
Barat yang dipengaruhi oleh proses – proses geologi dan iklim. Menurut jenis medianya dan proses geologi
yang mempengaruhinya, jenis tanah pada Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari Jenis Tanah Alluvial,
Latosol, Regosol, dan Podsolik Merah Kuning. Adapun sebaran dari masing – masing jenis tanah di daerah
Kabupaten Halmahera Barat antara lain :
1. Jenis Tanah Alluvial terdapat pada Kecamatan Jailolo Selatan dan Jailolo Timur.
2. Jenis Tanah Latosol terdapat pada Kecamatan Jailolo Selatan, Jailolo Timur, Jailolo dan Loloda
Selatan.
3. Jenis Tanah Regosol terdapat pada kecamatan Jailolo, Sahu, Sahu Timur, Ibu, Ibu Utara, Ibu Selatan,
dan Loloda Selatan.
4. Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning terdapat pada Kecamatan Loloda Selatan.
Kondisi hidrologi
Pembahasan terhadap aspek hidrologi adalah pembahasan terhadap pola aliran (drainage patern),
keadaan run off, Ketersediaan sumber daya air, dan daerah aliran sungai. Beberapa faktor yang
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 1
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
mempengaruhi keadaan hidrologi yaitu curah hujan, tipe iklim, dan sungai. Berdasarkan pola alirannya,
maka sungai-sungai yang terdapat di Wilayah Kabupaten Halmahera Barat dapat di bagi dalam 2 (dua)
kelompok. Kelompok yang pertama adalah sungai-sungai yang memiliki pola aliran sungai murni dendrik,
sungai-sungai tersebut sebagian besar terdapat pada Kecamatan Ibu dan Kecamatan Sahu dengan luas
daerah tangkapan ± 215.000 Ha. Sedangkan kelompok yang kedua adalah sungai yang memiliki pola aliran
radial, sungai-sungai tersebut umumnya terdapat di Kecamatan Loloda, Jailolo, dan Jailolo Selatan. Pada
musim kemarau sungai-sungai yang berada di daerah ini dapat mengalami kekeringan. Hal ini dipengaruhi
oleh tekstur batuan pada daerah tangkapan yang bertekstur pasir (sandy) dan mudah larut dalam air. Pola
aliran sungai-sungai di Kabupaten Halmahera Barat tersebut menghasilkan daya run-off hingga
menciptakan tingkat erosi mencapai 0,13 ton/tahun.
Lebih jelasnya mengenai rincian sungai-sungai di Kabupaten Halmahera Barat lihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Halmahera Barat
No
1.
2.
3.
4.
Nama Sungai
Takano
Lamo
Jadum
Taurolamo
Debit
Kualitas
Konsumsi
6.326
7.996
5.027
6.506
Baik
Baik
Baik
Baik
0.266
0.154
0.245
0.480
Jumlah Kebutuhan (M3DT)
Budidaya
PerikananPertanian
Aquaculture
1.860
2.100
2.070
2.727
-
Total
2.126
2.254
2.324
3.197
Sisa Debit
(M²DT)
4.200
5.742
3.137
3.309
Sumber : Hasil Penelitian PT Buah Bumi Bersama, 2000.
Administratif
Secara administratif Kabupaten Halmahera Barat dibagi atas 9 (Sembilan) kecamatan dan 146
(seratus empat puluh enam) desa. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Loloda
606,04 Km², sedangkan yang terkecil Kecamatan Ibu 192,20 Km². Ibukota Kabupaten Halmahera Barat
terletak di Kecamatan Jailolo yang dapat ditempuh dari dari seluruh kecamatan dengan perjalanan darat
kecuali Kecamatan Loloda yang harus menempuh jalan laut.
Tabel 2.2 Nama Kecamatan, Ibukota Kecamatan, Luas Wilayah, dan Jumlah Desa Kabupaten
Halmahera Barat Tahun 2009
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kecamatan
Jailolo
Jailolo Selatan
Jailolo Timur
Sahu
Sahu Timur
Ibu
Ibu Selatan
Ibu Utara
Loloda
Ibu Kota Kecamatan
Gupasa
Akelamo Raya
Sidangoli
Susupu
Akelamo
Tongute Sungi
Talaga
Duono
Kedi
Total
Luas Wilayah (Km²)
333,16
241,05
239,19
136,74
291,42
192,20
412,18
223,65
606,04
2.612,23
Jumlah Desa
29
18
6
16
16
13
13
13
22
146
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Halmahera Barat
Dari 146 (seratus empat puluh enam) desa yang tersebar di Kabupaten Halmahera Barat, ada yang
termasuk desa pesisir sebanyak 72 (tujuh puluh dua) desa dan yang bukan pesisir sebanyak 74 (tujuh
puluh empat) desa.
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 2
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Peta 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Halmahera Barat
Gambar 2.2
PETA
Administrasi Kabupaten
Halmahera Barat
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 3
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
2.2
Demografi
Kabupaten Halmahera Barat merupakan salah satu dari 8 (delapan) kabupaten/kota di Provinsi
Maluku Utara yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 2003. Kabupaten Halmahera
Barat memiliki 9 kecamatan yaitu: Kecamatan Jailolo, Kecamatan Jailolo Timur, Kecamatan Jailolo Selatan,
Kecamatan Sahu, Kecamatan Sahu Timur, Kecamatan Ibu, Kecamatan Ibu Selatan, Kecamatan Ibu Utara
dan Kecamatan Loloda. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Ibu Selatan,
sedangkan yang memiliki wilayah terkecil adalah Kecamatan Jailolo Selatan. Keseluruhan kecamatan di
kabupaten ini memiliki 146 desa dengan jumlah desa yang tersebar secara bervariasi di setiap kecamatan.
Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Halmahera Barat selama tahun 2003-2010 selain
memiliki laju pertumbuhan yang bervariasi setiap tahun, juga memiliki distribusi tidak merata disetiap
kecamatan. Pada tahun 2010 konsentrasi penduduk di lima kecamatan yakni Kecamatn Jailolo, Kecamatan
Jailolo Timur, Kecamatan Ibu, Kecamatan Jailolo Selatan, dan Kecamatan Ibu Utara. Sementara
kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat adalah Kecamatan Jailolo (82.67 jiwa/km²), Kecamatan
Jailolo Timur (72 jiwa/km²), Kecamatan Ibu (68 jiwa/km²), Kecamatan Jailolo Selatan (59 jiwa/km²) dan
Kecamatan Ibu Utara (35 jiwa/km²). Secara komulatif tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Halmahera
Barat hingga tahun 2010 mencapai 38.44 jiwa/km².
Tabel
2.3
Perkembangan
Penduduk
Kabupaten
Halmahera
Barat
20032010
Tahun/Penduduk (jiwa)
Tumbuh
Luas
Kepadatan
Kecamatan
/Tahun
Daratan
Jiwa/Km²
2003
2006
2007
2010
(%)
(Km²)
Jailolo
25,603
24,083
24,417
27,541
-1,16
225,59
82,67
Jailolo Selatan
15,315
18,053
18,304
14,144
4,88
146,25
58,68
Sahu
15,754
9,727
9,862
3,416
-9,35
123,97
14,28
Ibu
25,212
10,102
10,243
9,223
-14,84
109,61
67,70
Loloda
11,010
11,938
12,103
8,015
2,48
608,94
27,50
Jailolo Timur
-
4,708
4,774
9,351
1,4
282,19
72,38
Sahu Timur
-
7,761
7,869
10,335
1,39
270,58
25,07
Ibu Utara
-
7,897
8,006
7,773
1,39
219,50
34,76
Ibu Selatan
-
10,841
10,991
10,626
1,38
371,25
17,53
92,894
105,110
106,569
100,424
3,68
3,199,74
38,44
Halmahera Barat
Sumber : BPS Kabupaten Halmahera Barat
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 4
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
2.3
Keuangan dan Perekonomian Daerah
Sumber Pendapatan Asli Daerah pada kurun waktu 2006 – 2010 meliputi hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yanbel berikut :
Tabel
2.4
Tahun
Persentase
Kenaikan
Hamahera Barat, 2006 – 2010
2006
2007
2008
Hasil Pajak
Daerah
1.260.000.000
1.013.378.779
723.305.792
2009
736.211.947
%
-19,57
-28,62
Hasil Retribusi
Daerah
826.000.000
113.636.000
1.551.281.659
1.78
1.970.937.126
Pendapatan
%
Asli
Daerah
34,82
39,30
Lain-lain PAD
yang Sah
2.914.500.000
2.950.250.671
1.442.389.318
27.05
2010
576.629.855 -21,68
1.525.402.323 -22,61
Rata-rata
861.905.275 -17,02
1.397.451.421
19,64
Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Halmahera Barat, 2011
%
Kabupatan
Total PAD
%
1,23
-51,11
5.000.500.000
5.077.285.450
3.716.976.768
1462.247.170
1,38
4.169.396.244
1,54
26,79
12,17
3.010.817.257
2.356.040.883
105,90
14,35
5.112.849.435
4.615.397.579
22,63
2,39
Dilihat dari struktur pendapatan daerah, kontribusi dan perimbangan terhadap keseluruhan pendapatan
daerah rata-rata sebesar 92,72%, Pendapatan Asli Daerah rata-rata sebesar 1,53% dan lain-lain PAD yang
sah rata-rata sebesar 5,74% pertahun, lihat table berikut :
Tabel 2.5 Struktur Pendapatan Daerah Kabupaten Halmahera Barat 2007 – 2010.
Uraian
Dana Perimbangan
PAD
Lain-lain PAD yang Sah
Total
Pendapatan
Daerah
2007
287.894.138.987
5.077.255.450,27
19.431.382.639
312.402.787.076
%
92,15
1,63
6,22
100
2008
318.885.230.214
3.716.976.768,43
35.386.100.342
357.988.307.325
%
89,08
1,04
9,88
100
2009
339.545.287.205
4.169.396.244,07
11.239.135.746
354.953.819.195
%
95,66
1,17
3,17
100
2010
309.116.136.660
5.112.849.434,63
19.144.322.730
333.373.308.824
%
92,72
1,53
5,74
100
Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Halmahera Barat, 2011
Selanjutnya bila dicermati trend perkembangan total pendapatan daerah Kabupaten Halmahera Barat
selama tahun 2007-2010 menunjukan kecendrungan meningkat setiap tahun rata-rata kenaikan 2,55% per
tahun.
Tabel 2.6 Prosentase Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Halmahera barat, 2007 – 2010.
Tahun
Pendapatan Daerah
Dana Perimbangan
%
PAD
%
2007
287.894.138.987
-
5.077.285.450
-
2008
2009
318.885.230.214
339.545.287.205
10,76
6,48
3.716.976.768
4.169.396.244
(26,79)
12,17
2010
Rata-rata
309.116.136.660 (8,96)
322.515.551.360 28
5.112.849.435 22,63
4.333.074.149 2,7
Lain-lain PAD yang
Sah
19.431.382.639
35.386.100.342
11.239.135.746
%
82,11
(68,24)
19.144.322.730 70,34
21.923.186.273 28,1
Total
Pendapatan
Daerah
312.402.787.076
357.988.307.309
354.953.819.214
%
14,59
(0,85)
333.373.308.838 (6,08)
348.771.811.787 2,55
Sumber : Dinas PPKAD Kab. Halmahera Barat tahun 2011
Belanja Daerah menggambarkan besarnya belanja operasi, belanja modal dan belanja takterduga. Pada
tahun 2007 dari total belanja sebesar 62,86% dialokasi untuk belanja operasional, 36,93% untuk belanja
modal dan 0,21% untuk belanja tak terduga. Sedangkan pembiayaan dialokasikan pada penyertaan modal
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 5
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Pemerintah Daerah dan pembayaran pokok pinjaman.
Pada Tahun 2008, dari total belanja yang dialokasikan untuk belanja operasional belanja modal dan belanja
tak terduga masing-masing sebesar 67,74%, 32,10% dan 0,16%. Selanjutnya untuk tahun 2009 dan 2010,
alokasi belanja operasi mengalami peningkatan. Jika tahun 2007 dan 2008 masing-masing hanya sebesar
62,86% dan 67,74% pada tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 71,15%
dan 90,71% (Table 2.32). Sedangkan untuk belanja modal, pengalokasian dana mengalami penurunan.
Tahun 2009 dialokasikan sebesar 28,41% dan tahun 2010 hanya sebesar 8,96%. lihat table berikut ;
Tabel 2.7 Realisasi belanja daerah
Uraian
2007
%
2008
%
BELANJA
Belanja Operasional
199.705.333.559
62,86
245.294.915.219
67.74
Belanja Modal
117.328.029.221
Belanja tak terduga
665.700.000
Total Belanja
317.699.062.780
PEMBIAYAAN
A.Penerimaan
Pengguna SILPA
28.506.748.136
Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan
Bank
Jumlah Penerimaan
28.506.748.136
B.Pengeluaran
Penyertaan Modal Penerimaan Daerah
2.500.000.000
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
500.000.000
Lainnya
Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempoh
Jumlah Pengeluaran
3.000.000.000
Total Pembiayaan (A-B)
25.506.748.136
Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2011
36,93
0,21
100
116.257.107.504
564.067.000
362.116.089.723
32.10
0.16
100
100
6.730.821.055
4.950.000.000
57.62
42.38
100
11.680.821.055
100
2.100.000.000
348.761.575
2.448.761.575
9.232.059.480
Lanjutan
Uraian
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja tak terduga
Total Belanja
PEMBIAYAAN
A.Penerimaan
Penggunaan SILPA
Penerimaan Kembali Pinjaman
Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Penerimaan
2009
%
242.244.161.514
96.738.354.617
1.494.748.000
340.477.264.131
Kepada
B.Pengeluaran
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
-
71,15
28,41
0,44
100
2010
%
278.078.262.798
27.471.815.036
1.000.000.000
306.550.077.834
90,71
8,96
0,33
100
(5.248.552.207)
440.000.000
(4.808.552.207)
-
II - 6
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Penyertaan Modal Pemerintah daerah
550.000.000
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
15.918.542.956
Lainnya
Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo
5.000.000.000
Jumlah Pengeluaran
21.468.542.956
Total Pembiayaan (A-B)
(21.468.542.956)
Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Halmahera Barat, 2011
2.4
22.302.832.037
22.302.832.037
(27.111.384.244)
Tata Ruang Wilayah
2.4.1
Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Halmahera Barat
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Barat, meliputi kebijakan
perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan kebijakan pengendalian ruang.
A. Kebijakan Perencanaan Ruang
Kebijakan perencanaan ruang disusun dalam rangka mewujudkan perencanaan ruang yang
berkelanjutan dan operasional, serta mengakomodasi paradigma baru dalam perencanaan.
Kebijakan perencanaan ruang, terdiri atas:
1. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan dengan pendekatan
partisipatif. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang sesuai dengan
kaidah penataan ruang.
2. RTRW Kabupaten ditinjau kembali dan/atau disempurnakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun dalam hal RTRW Kabupaten tidak mampu untuk mengakomodasikan dinamika
perkembangan yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal, perubahan
kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar,
serta ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan
batas wilayah provinsi berdasarkan undang-undang.
Kebijakan ini bertujuan untuk:

Mewujudkan sinkronisasi antara perencanaan ruang dengan perencanaan sektoral
dan wilayah;

Mewujudkan keselarasan perencanaan ruang antara rencana ruang provinsi, dengan
rencana ruang kabupaten yang berdekatan lokasinya.
3. RTRW kabupaten perlu ditindaklanjuti ke dalam rencana yang lebih terperinci. Kebijakan
ini bertujuan untuk merinci arahan pemanfaatan ruang yang tertuang dalam RTRW
kabupaten.
4. RTRW Kabupaten wajib menyelaraskan dengan subtansi RTRWP. Kebijakan ini
bertujuan untuk mewujudkan keterpaduan dan keterkaitan perencanaan tata ruang antara
provinsi dengan Kabupaten dan antar Kabupaten.
B. Kebijakan Pemanfaatan Ruang
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 7
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
a. Kebijakan Pengembangan Wilayah
Kebijakan pengembangan wilayah bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan
kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam hal ini kesenjangan antarwilayah
perkotaan dan pedesaan. Kebijakan pengembangan wilayah terdiri atas:
1. Pembagian 4 (empat) Wilayah Pengembangan (WP) : WP Jailolo, WP Sidongoli, WP
Tongute ternate dan WP Kedi. WP dilaksanakan untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan pembangunan dan merealisasikan rencana tata ruang.
2. Keterkaitan fungsional antar WP dan antar pusat-pusat pengembangan (PKL 1, PKL
2 dan PKL 3).
Keterkaitan fungsional antar WP dan antar pusat-pusat pengembangan dilakukan
dalam rangka meningkatkan fungsi antar WP, meliputi :

Kawasan yang terletak di bagian tengah selatan kabupaten, mencakup WP
Jailolo, menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya.

Kawasan yang terletak di bagian tengah utara dan selatan kabupaten, mencakup
WP Tongute ternate dan WP Sidongoli, ditetapkan sebagai kawasan yang
didorong perkembangannya.

Kawasan yang terletak di bagian utara kabupaten, meliputi WP Kedi, ditetapkan
menjadi kawasan yang ditingkatkan perkembangannya.
b. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan struktur ruang wilayah Halmahera Barat bertujuan untuk mewujudkan
pemerataan pertumbuhan wilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan
dan ketersediaan sumberdaya alam. Kebijakan pengembangan struktur ruang terdiri dari :
1. Memantapkan peran perkotaan di Halmahera Barat sesuai fungsi yang telah
ditetapkan, yaitu Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
2. Mengembangkan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung serta fungsi kegiatan dominannya.
3. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah selatan dan tengah
untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan, serta mengembangkan secara
terbatas sistem kota-kota di wilayah utara yang memiliki kendala fisik.
4. Penataan dan pengembangan sistem infrastruktur wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah
untuk terwujudnya sistem kota-kota di Kabupaten Halmahera Barat.
5. Mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara di beberapa kawasan
yang disesuaikan dengan rencana tata ruang pertahanan keamanan.
6. Mendorong terlaksananya peran Wilayah Pengembangan (WP) dan Kawasan
Strategis Kabupaten (KSK) dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah
dan distribusi penduduk.
c. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 8
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Kebijakan strategi pengembangan pola ruang, meliputi :
1. Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi :
a. Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45%;
b. Menjaga kualitas kawasan lindung.
2. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi :
a. Mempertahankan lahan sawah berkelanjutan serta peningkatan produktivitas
pertanian guna menjaga ketahanan pangan Halmahera Barat;
b. Mendorong pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan pendekatan
keterpaduan ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan pembangunan berkelanjutan;
c. Mengoptimalkan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam guna mendorong
pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah-wilayah yang belum berkembang karena
adanya kendala fisik dan prasarana.
C. Kebijakan Pengendalian Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjaga konsistensi pemanfaatan
ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sasaran pengendalian pemanfaatan
ruang adalah terminimalisasinya penyimpangan terhadap RTRW Kabupaten yang
dilaksanakan melalui pengawasan dan penertiban.
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang adalah :
a. Mengendalikan pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan
kepada arahan perijinan, arahan peraturan zonasi, arahan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi.
b. Menjadikan pemberian ijin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian
pemanfaatan ruang.
c. Pemberian ijin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan Kabupaten dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan RTRWP.
Pemberian ijin pemanfaatan ruang oleh Kabupaten yang berdampak besar dan/atau
menyangkut kepentingan umum secara luas, terlebih dahulu dikoordinasikan dengan
Gubernur.
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 9
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Peta 2.2 Struktur ruang kabupaten Halmahera barat
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 10
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Peta 2.3 Pola Ruang Pemanfaatan ruang Kabupaten Halmahera Barat
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 11
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
2.4.2
Pola Ruang Kawasan Bencana
Berdasarkan kondisi fisik wilayah dan analisis kerawanan bencana yang telah dilakukan,
sedikitnya terdapat 5 (lima) jenis bencana yang rawan terjadi di daerah Jailolo dan sekitarnya, yaitu :
Gempa Bumi, Tsunami, Tanah Longsor, Banjir dan Gunung Berapi.
A. Gempabumi dan Tsunami
Seluruh daerah di Jailolo dan sekitarnya rawan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Sampai
saat ini para ahli belum bisa menentukan kapan terjadinya bencana alam gempa bumi dan
tsunami, namun masyarakat perlu mengetahuinya sehingga kelak waspada atas terjadinya
bencana alam yang hebat tersebut.
Daerah Jailolo dan sekitarnya mempunyai jalur gempa yang unik, karena secara umum daerah
ini merupakan bagian dari lempeng mikrokontinen Pulau Halmahera, sesar yang terbentuk
merupakan hasil terjadinya subdaksi antara mega lempeng dengan mikrolempeng, tumbukan
mega lempeng maupun patahan-patahan yang menjadi akibat dari tekanan yang menekan blok
Halmahera. Secara umum jalur gempa di daerah Jailolo dan sekitarnya adalah memanjang
Utara-Selatan.
Di sentral daerah Jailolo dan sekitarnya memanjang jalur gempa yang hampir sejajar dengan
yang disebutkan sebelumnya, merupakan hasil tumbukan mega lempeng tektonik Eurasia
dengan Indo-Australia. Di samping sebagai generator, gempa tumbukan itu juga secara geologis
membentuk paras/ rona daerah Jailolo dan sekitarnya yang kaya dengan mineral logam itu.
Akibat proses saling menekan antara mega lempeng tektonik dan mikrolempeng itu, kemudian
gempa itu membentuk beberapa sesar yang relatif kecil. Semua generator gempa itu melintas di
daerah Jailolo sebelum saling bertemu di daerah Halmahera.
Di daerah itu tentu sangat rawan terhadap gempa-gempa yang terjadi di sepanjang generatorgenerator itu. Minimal daerah itu akan digoyang oleh getaran gempa-gempa yang terjadi, walau
sangat mungkin akan lebih sering tidak dirasakan masyarakat, tetapi alat seismograf akan tetap
mencatatnya.
B. Gerakan Tanah (longsor)
Gerakan tanah/ batuan yang juga dikenal sebagai longsoran tanah/ batuan, adalah perpindahan
masa tanah/ batuan pada suatu lereng dan keluar dari lereng aslinya. Pergerakan ini dapat
berupa pengelupasan sebagian kecil tanah penutup yang terjadi pada lereng terjal dengan tanah
pelapukan tipis masa tanah bergerak secara translasi, apabila gerakan (mengalir) terjadi pada
tanah rombakan yang yang tebal disebut “debris slide” atau “debris flow”, tetapi apabila gerakan
terjadi pada blok masa batuan disebut “rock slide”. Gerakan tanah yang terjadi di daerah dengan
tanah pelapukan yang sangat tebal dengan gerakan rotasi disebut sebagai nendatan. Bencana
gerakan tanah seringkali mengakibatkan banyak kerusakan, baik berupa kerusakan lingkungan
maupun kerusakan prasarana dan sarana fisik hasil pembangunan, sehingga menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit baik berupa harta benda maupun korban jiwa manusia.
Permasalahan bencana gerakan tanah menjadi semakin kompleks, mengingat pertambahan
penduduk yang tinggi khususnya di pedesaan akan menyebabkan berkembangnya pemukiman,
diantaranya akan sampai merambat ke daerah perbukitan, yang pada dasarnya merupakan
wilayah yang rawan bencana gerakan tanah.
Kategori Longsor Menengah : Daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi
gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal,
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 12
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika
lereng mengalami gangguan.
Kategori Longsor Tinggi : Daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah.
Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan
tanah lama dapat aktif kembali
Kondisi geografis daerah Jailolo dan sekitarnya yang berbukit dan bergunung-gunung juga
rawan longsor. Potensi longsor menengah-tinggi tersebar hampir disebagian besar daerah
Jailolo dan sekitarnya memanjang dengan arah Utara – Selatan, terutama pada daerah-daerah
dengan morfologi bergunung-gunung dengan kemiringan lereng > 40%.
C. Banjir
Karakteristik bencana banjir : Waktunya tergantung dari besarnya banjir, bisa lama atau singkat.
Genangan bisa sesaat, berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu dan datangnyapun bisa
cepat atau perlahan-lahan. Kecepatan datang secara perlahan – lahan atau langsung, bisa
menjadi banjir bandang, bahkan dalam kondisi tertentu akibat daya rusak air yang besar bisa
berupa banjir air bercampur lumpur, batu besar dan kecil serta benda lainnya. Pola banjirnya
musiman. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi dan sedimentasi.
Sedangkan akibat lainnya terisolasinya daerah pemukiman dan diperlukan evakuasi penduduk.
Mengenal dan menghadapi Banjir : Untuk daerah-daerah di sekitar sungai-sungai yang besar
perlu dilihat tanda-tanda hujan (misalnya awan mendung tebal) di daerah hulunya. Karena
sering terjadi, daerah tersebut tidak hujan, lalu tiba-tiba terjadi banjir (banjir kiriman). Di daerah
dataran tinggi dengan kemiringan dasar sungai terjal (curam) maka banjir akan datang secara
mendadak (instan) dengan daya rusak yang besar. Istilah populer banjir bandang.
Di daerah Jailolo dan sekitarnya daerah yang berpotensi banjir adalah daerah-daerah yang
berada dekat dengan sungai-sungai besar dan daerah yang merupakan Daerah Aliran Sungai
(DAS), terutama daerah-daerah dengan kemiringan lereng 0 – 5 %, misalnya di daerah kota
Jailolo yang merupakan daerah yang menjadi langganan banjir tiap tahunnya. Daerah ini harus
mendapatkan perhatian dan penangan khususnya dalam hal pengaturan bangunan-bangunan
permukiman dan infrastruktur lainnya dan secara umum Penataan Ruangnya harus diatur
dengan sebaik-baiknya.
2.5
Sosial dan Budaya
Pendidikan adalah salah satu sector yang memegang peranan penting dalam pembangunan.
Pendidikan yang bermutu merupakan jaminan terbentuknya kualitas generasi mendatang yang handal, untuk
mensukseskan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan kabupaten Halmahera barat pada
khususnya. Gambaran umum mengenai fasilitas pendidikan di kabupaten Halmahera barat dapat dilihat pada
tabel 2.8 .
Tabel 2.8 Fasilitas pendidikan yang tersedia di kabupaten Halmahera barat
Nama Kecamatan
Jailolo
Jailolo Selatan
SD
27
22
Jumlah Sarana Pendidikan
Negeri
Swasta
SLTP
SMA
SMK
SD
SLTP
SMA
5
1
1
7
6
2
3
0
1
5
7
2
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
SMK
2
1
II - 13
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Jailolo Timur
4
2
Sahu
10
4
Sahu Timur
9
1
Ibu
11
4
Ibu Selatan
9
3
Ibu Utara
8
2
Loloda
20
3
Total
120
27
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Barat
0
1
0
1
0
0
0
3
0
0
2
0
0
1
0
5
3
5
6
4
7
3
11
51
1
2
4
0
2
2
3
27
1
0
3
0
2
1
1
12
1
0
0
0
0
0
0
4
Di Kabupaten Habar hingga saat ini tidak ditemukan data tentang jumlah penduduk miskin, meskipun upaya
ke arah perolehan data tersebut telah dilakukan. Namun secara empiris dapat diproksi dengan dukungan data
pendapatan perkapita riel yang tumbuh 6,90 % periode 2005-2009, sehingga dapat merefleksikan terjadi
perbaikan dalam taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah ini, yang juga berarti terjadi
penurunan dalam jumlah penduduk miskin secara nyata baik dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar seperti
pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan (papan) dan air bersih.
Tabel 2.9 Perkembangan PMKS Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2005-2007
No
UraIan
2005
2006
2007
Penyebaran Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
1
Keluarga Fakir Miskin (jiwa)
10,112
11,216
14,253
2
Anak Terlantar (Jiwa)
2,691
2,718
2,759
3
Lanjut Usia Terlantar (Jiwa)
2,824
2,852
2,895
4
Komunitas Adat Terpencil (jiwa)
5,984
6,044
6,135
5
Penyandang Cacat (jiwa)
35
27
31
6
Korban Bencna Alam dan Korban Lain (jiwa)
398
790
Total
21,646
23,255
26,863
Sumber: Profil Daerah Halmahera Barat Tahun 2008, Bappeda Kab. Halmahera Barat. Data hasil Olahan
2.6
Tumbuh/
Tahun
(%)
13,65
0,84
0,84
0,84
-3,81
49,25
8,03
Kelembagaan Pemerintah Daerah
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat yang masuk
dalam Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) adalah sebagai berikut : Dinas
Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera Barat, Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Halmahera Barat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BPPEDA) Kabupaten Halmahera Barat, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten Halmahera
Barat, Dinas Tata Kota dan Kebesihan Kabupaten Halmahera Barat, DPPKAD Kabupaten Halmahera Barat,
Kantor Informasi dan Komunikasi (Infokom) Kabupaten Halmahera Barat.
Struktur organisasi Pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Barat data di lihat sebagai berikut :
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 14
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Barat
Bupati
Wakil Bupai
DPRD
Sekretaris
Daerah
Asisten
Pemerintahan Hukum &
Organisasi & Ekonomi
Dinas
Pekerjaan
Umum &
Perumahan
Dinas
Kesehatan
BAPPEDA
Dinas
Pertanian
&
Perkebunan
BPMD
Dinas
Perindustrian &
Perdagangan
Badan KESBANG
POL & LINMAS
Badan
Kepegawaian
Daerah
Dinas
Koperasi
& UKM
Dinas
Perhubungan
Komunikasi &
Informasi
Dinas
Kelautan &
Perikanan
BKKBD &
Keluarga Sejahtera
Badan
Lingkungan
Hidup
BKPMD
Badan Pendapatan
Pengelolaan Keuangan
& Aset Daerah
Kantor
SATPOL
PP
Inspektorat
Daerah
Staf
Ahli
Asisten
Humas,Kesrah
dan Umum
Sekretriat
DPRD
Bagian
Pemerintahan
BAGIAN
HUMAS
Bagian Umum &
Perlengkapan
Bagian Hukum &
Organisasi
BAGIAN
KESRAH
Bagian Risalah &
Perundangan
Bagian Ekonomi
Bagian Umum &
Perlengkapan
Bagian Keuangan
Dinas Tenaga
Kerja
Transmigrasi
& PH
Dinas
Kesejahteraan
sosial
Kantor Perpus,
Arsip &
Dokumentasi
Daerah
Dinas
Pendidikan
Kantor Pemberdayaan
Perempuan &
Perlindungan Anak
Dinas
Kehutanan
Kantor Pemuda
Olahraga, Kebudayaan
& Pariwisata
Dinas
Pertambangan
& Energi
Kantor Tata Kota
Kebersihan &
Pemadam Kebakaran
Badan Pelaksana
Penyuluh Pertanian,
Perikanan & Kehutanan
KECAMATAN
Desa/Kelurahan
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 1
Dinas
Kependu
dukan &
Capil
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 2
BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN HALMAHERA BARAT
POKJA AMPL KABUPATEN HALMAHERA BARAT
II - 3
Download