PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGINTERPRESTASIKAN PETA MELALUI TEKNIK MELENGKAPI PETA TERSTRUKTUR PADA SISWA KELAS IX-A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 ROWOKANGKUNG Nurhayati SMPN 1 Rowokangkung – Lumajang [email protected] Abstrak: Pembelajaran IPS Geografi, khusus materi yang berkaitan dengan menginterprestasikan peta, siswa di kelas IX.A SMPN 1 Rowokangkung masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya siswa kurang terlatih menginterprestasikan peta dan aktivitas belajar siswa masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut siswa dilatih menginterprestasikan peta dengan cara: (1) guru mempersiapkan media peta yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan meminta siswa mengamai simbol-simbol yang ada serta membayangkan medan yang sesungguhnya. (2) Menganalisa setiap simbol-simbol yang ada pada peta. (3) Melatih siswa membuat peta. (4) Melatih siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan peta.. Tujuan dari penelitian ini adalah: Ingin mengetahui peningkatan aktivitas belajar kemampuan menginterpretasikan peta melalui teknik melengkapi peta terstruktur pada siswa kelas IX A SMPN 1 Rowokangkung,. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX A SMPN 1 Rowokangkung Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan, dari siklus I diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar siklus I sebesar %, dan pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar % atau mengalami peningkatan sebesar %. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (66,7%), siklus II (80%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik melengkapi peta terstruktur dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan menginterpretasikan peta Siswa Kelas IX A SMPN 1 Rowokangkung. Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Menginterpretasikan Peta, Peta Terstruktur PENDAHULUAN Geografi merupakan pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi, serta interaksi antara manusia dan lingkungan dalam kaitan dan hubungannya dengan keruangan dan kewilayahan. Dengan demikian pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan dengan media peta. Dalam pembelajaran IPS-geografi peta merupakan media yang sangat penting. Peta digunakan oleh guru sebagai media mendekatkan pengetahuan siswa dengan konteks kewilayahan. Oleh karena itu guru dituntut untuk menguasai peta dan menggunakannya sebagai media pembelajaran, meskipun dalam kenyataannya masih banyak guru yang belum menguasai yang akhirnya bermuara pada enggan menggunakannya. Banyak guru yang cenderung tampil seadanya dan cenderung monoton dalam menyajikan materi sehingga pembelajaran geografi terasa membosankan siswa dan berdampak pada hasil belajar yang tidak optimal. Selaras dengan arah pembelajaran tersebut, maka materi pembelajaran yang berkaitan dengan peta harus dikuasai oleh siswa. Siswa di tingkat SMP seharusnya memiliki kemampuan menginterprestasikan. Namun realita yang terjadi di kelas, kegiatan berlatih mengiterprestasikan peta merupakan kegiatan yang sulit bagi siswa. Bahkan, pembelajaran ini sering menjadi pelajaran yang menakutkan bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari data nilai tugas-tugas berkaitan dengan peta selama Semester Genap tahun pelajaran 2015/2016 di kelas IX-A SMP Negeri 1 Rowokangkung, didapat kenyataan lebih dari 70% siswa tidak mampu memahami peta dengan baik. Apabila siswa diberi tugas yang berkaitan dengan peta, mereka enggan dan merasa kesulitan. Banyak pekerjaan siswa yang dikerjakan asal-asalan. Dalam proses pembelajaran, siswa beinteraksi dengan lingkungannya. Dalam interaksi itu, siswa akan memperoleh pengertian, kebiasaan, kecakapan, keterampilan dan sebagainya. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa aktif, baik secara fisik maupun mental (Masnur, 1987: 21). Karena itu, dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, guru harus dapat memilih strategi, metode, teknik, dan sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah direncanakan. Dalam pembelajaran geografi, peta bermanfaat: (1) sebagai alat peraga/alat bantuan untuk mencapai gagasan kepada siswa (Buranda dalam Beeby, 1982); (2) memungkinkan siswa berorientasi dan berpandangan luas tentang daerah, benua, kawasan, dunia; (3) dapat merangsang siswa untuk mempelajari hal-hal lainnya, misalnya penduduk dan pengaruh geografis; (4) dapat memberikan bahan deskriptif tentang daerah iklim dan letak (Isehak, tanpa tahun); (5) menjelaskan letak kawasan tertentu; (6) untuk membandingkan letak, luas, dan bentuk antarnegara; dan (7) untuk membandingkan alam atar daerah. Untuk itu, seorang guru geografi harus memperhatikan konsep-konsep pembelajaran geografi sebagai berikut: (1) penghargaan budayawi terhadap bumi; (2) konsep regional; (3) pertalian wilayah; (4) interaksi keruangan; (5) lokasi; (6) skala, dan (7) konsep perubahan. Untuk mempermudah guru geografi memahami konsep tersebut, media peta dirasa sangat penting. Peta merupakan salah satua media yang dapat membawa dunia luar, yang tidak terjangkau, ke dalam kelas. Untuk itu peta harus dijadikan pusat kegiatan pembelajaran geografi (James dan Baker, 1992). Seorang guru yang mengajar tanpa menggunakan media akan menghasilkan prestasi siswa 15% lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan media, gambar, peta atau simbol-simbol lainnya. Interprestasi peta adalah kegiatan yang berkaitan dengan membaca dan menafsirkan peta. Membaca peta dapat diartikan sebagai usaha untuk mempelajari atau mengetahui kenampakan di muka bumi melalui peta, sedangkan menafsirkan peta merupakan usaha lebih lanjut dari kegiatan membaca peta yaitu menganalisis simbol peta satu persatu maupun dalam hubungan dengan yang lain kemudian digali kenampakan-kenampakan yang mungkin timbul atau terjadi. METODE Penelitian ini berlokasi di SMPN 1 Rowokangkung Kabupaten Lumajang Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX A yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedang pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini di laksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan dengan 2 kali tatap muka dan 1 kali tes. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) Tahap perencanaan (planning), pada tahap ini dilakukan penyusunan RPP, LKS, Instrumen penilaian, dan lembar observasi siswa; (2) Tahap pelaksanaan tindakan (Action), pada tahap ini semua kegiatan pembelajaran dikelas sesuai dengan perencanaan, peneliti bertindak sebagai guru dan guru mata pelajaran IPS yang lain bertindak sebagai observer; (3) Tahap pengamatan (observation), pengamatan dilakukan oleh observer yang merekam semua kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan dicatat dilembar observasi aktivitas siswa. Pengamatan ini bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung; (4) Tahap refleksi (reflection), tahap ini dilakukan setiap selesai akhir pelaksanaan pembelajaran dengan cara observer menjelaskan hasil pengamatannya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti menganalisis hasil tindakan siklus I sebagai bahan pertimbangan apakah siklus sudah mencapai kriteria atau belum, sehingga kekurangan pada siklus I dapat di benahi pada siklus II. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah: (1) lembar observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pada saat kegiatan proses belajar mengajar. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi untuk mengamati aktivitas belajar siswa; (2) Tes yaitu untuk mengukur keberhasilan siswa yang berupa hasil belajar IPS tentang Kemampuan Menginterpretasikan Peta melalui Teknik Melengkapi Peta Tertstruktur. Analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif yang didalamnya melibatkan kegiatan penelaahan seluruh data yang dikumpulkan, mereduksi data dan menganalisis data serta membuat kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Berdasarkan hasil tes Siklus I diperoleh nilai bahwa dari 30 siswa di kelas IX A, 10 siswa atau 33,3% mendapatkan nilai < 75 dan hanya 20 siswa atau 66,7%, yang mendapatkan nilai ≥ 75. Hasil tes akhir siklus I dapat dibandingkan dengan tes pendahuluan. Dibawah ini perbandingan pada tes pendahuluan dengan tes akhir siklus I. Tabel 1. Hasil Tes Akhir Siklus I Keterangan Jumlah Siswa Prosentase ketuntasan belajar Rata-rata Tes Akhir siklus I Tuntas Tidak Tuntas 20 10 66,7% 33,3% 67,5 Berdasarkan tabel 1, pada tes akhir siklus I yang tuntas belajar ada 20 siswa atau 66,7%. Sedang siswa yang belum tuntas belajar ada 10 siswa atau 33,3%. Tabel 2. Hasil Aktifitas Siswa Siklus I Aktifitas Siswa Pertemuan I Siklus I Bergairah Belajar 59% Mengerjakan tepat 54% waktu Tdk suka membuang 64% waktu Aktivitas yang tinggi 65% Rata-rata 60,5% Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tiap pertemuan aktifitas siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, walaupun masih kurang dengan kriteria keaktifan siswa yang ditentukan pada siklus I. Hasil aktifitas siswa pada pertemuan I didapatkan persentase pada aktivitas bergairah dalam belajar sebesar 59%, mengerjakan tepat waktu sebesar 54%, dan tidak membuang waktu sebesar 64%, dan aktivitas yang tinggi sebesar 65%. Pada pertemuan II didapatkan aktivitas bergairah dalam belajar sebesar 63%, mengerjakan tepat Dari hasil tes siklus I secara klasikal masih belum memenuhi Ketuntasan Belajar Minimal yang diharapkan yaitu 75%. Pertemuan II Rata-rata 63% 61% 60% 57% 66% 65% 67% 64% 66% 62,25% waktu sebesar 60%, dan tidak membuang waktu sebesar 66%, dan aktivitas yang tinggi sebesar 67%., dari tiap pertemuan tersebut hasil persentasenya mengalami peningkatan namun belum sesuai dengan kriteria keaktifan siswa yaitu minimal 66,6%. Secara umum rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 62,5%. Dari hasil tes akhir siklus I dan aktifitas siswa belum sesuai dengan kriteria yang diharapkan dalam pembelajaran oleh karena itu perlu diadakannya perbaikan dalam siklus II. Hasil Penelitian Siklus II Berdasarkan hasil tes pada siklus II diperoleh nilai dari 30 siswa di kelas IX A, 6 siswa atau 20% mendapatkan nilai < 75 dan 24 siswa atau 80%, mendapatkan nilai ≥ 75. Hasil tes akhir siklus II dapat dibandingkan dengan hasil tes akhir siklus I. Dibawah ini dapat dilihat perbandingan pada tes akhir siklus I dengan tes akhir siklus II. Tabel 3. Perbandingan Hasil Tes Akhir Siklus I dengan Tes Akhir Siklus II Tes Akhir siklus I Tes Akhir siklus II Keterangan Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa 20 10 24 6 Persentase ketuntasan belajar 66,7% 33,3% 80% 20% Rata-rata 67,5 79,5 Berdasarkan tabel diatas pada tes akhir siklus I didapatkan siswa yang tuntas belajar ada 20 siswa atau 66,7% sedangkan pada tes akhir siklus II yang tuntas belajar ada 24 siswa atau 80%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Demikian Tabel 4. Hasil Aktifitas Siswa Siklus II Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan I Bergairah Belajar 74% Mengerjakan tepat waktu 63% Tdk suka membuang waktu 79% Aktivitas yang tinggi 71% Rata-rata 71,75% Dengan menggunakan model pembelajaran TPS pada siklus II didapatkan persentase aktifitas siswa pada tiap pertemuan, pertemuan I didapatkan persentase pada aktivitas bergairah dalam belajar sebesar 74%, mengerjakan tepat waktu sebesar 63%, dan tidak membuang waktu sebesar 79%, dan aktivitas yang tinggi sebesar 71%. Pada pertemuan II didapatkan aktivitas bergairah dalam belajar sebesar 74%, mengerjakan tepat waktu sebesar 67%, dan tidak membuang juga dengan rata-ratanya pada siklus I ratarata hasil belajarnya 67,5 pada siklus II meningkat menjadi 79,5. Hasil observasi aktifitas siswa pada siklus II selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share terlihat pada tabel 4 berikut. Pertemuan II 74% 67% 81% 77% 74,75% Rata-rata 74% 65% 80% 74% 73,25% waktu sebesar 81%, dan aktivitas yang tinggi sebesar 77%., dari tiap pertemuan tersebut hasil persentasenya mengalami peningkatan secara signifikan dan dengan kriteria keaktifan siswa yaitu minimal 66,6% dan masuk kategori aktif. Secara umum rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II sebesar 73,25%.. Secara keseluruhan aktifitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I rata-rata 62,25% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 73,25% atau mengalami peningkatan sebesar 11%. Pembahasan Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus, maka pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS Geografi pada kemampuan menginterpretasikan peta melalui teknik melengkapi peta terstruktur siswa kelas IX A semester genap tahun ajaran 2016/2017 di SMPN 1 Rowokangkung hal ini dikarenakan adanya pembelajaran yang bervariasi sehingga tercipta suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Hal itu dapat terlihat dari kenaikan persentase hasil belajar siswa setiap siklusnya. Pada siklus I persentase ketuntasan belajarnya naik atau meningkat pada siklus I sebesar 66,7% dan pada siklus II sebesar 80% terjadi kenaikan yang sangat pesat dengan persentase kenaikan mencapai 13,7%. Sedangkan rata-rata hasil belajar juga mengalami peningkatan dari hasil tes pada siklus I rata-rata 67,5, pada siklus II meningkat menjadi 79,5. Hal ini berarti menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan teknik melengkapi peta terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kemampuan menginterpretasikan peta dengan rata-rata diatas KKM dan ketuntasan secara klasikal sudah terpenuhi. Selama proses belajar mengajar, semua aktifitas siswa diamati. Dari siklus I didapatkan rata-rata persentase aktivitas bergairah belajar sebesar 61% pada siklus II sebesar 74% (meningkat 13%), pada aktivitas mengerjakan tepat waktu pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 57% pada siklus II sebesar 65% (meningkat 8%), aktivitas tidak suka membuang waktu pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 65% pada siklus II sebesar 80% (meningkat 15%), sedang pada aktivitas yang tinggi pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 66% pada siklus II 74% (meningkat 8%). Secara umum aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dengan rata-rata 62,25% meningkat pada siklus II sebesar 73,25% atau mengalami peningkatan sebesar 11% dan masuk pada kategori aktif. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar yang cenderung mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, maka guru bisa menghentikan pemberian tindakan setelah pelaksanaan siklus II karena hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan dan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu pada aktivitas siswa diperoleh criteria aktif. Dan ketuntasan belajar secara klasikal sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal yaitu lebih dari 75%, serta rata-rata hasil belajar sudah melebihi KKM yang ditetapkan yaitu 75. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menginterpretasikan peta melalui teknik melengkapi peta terstruktur pada siswa kelas IX A SMPN 1 Rowokangkung dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Pada siklus I persentase keberhasilan aktivitas belajar 62,25% dengan kategori cukup aktif meningkat pada siklus II menjadi 73,25% dengan kategori aktif. Sedangkan hasil belajar pada siklus I dengan persentase ketuntasan sebesar 66,7% belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal dan rata-rata 67,5 masih kurang dari KKM pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 80% sudah memenuhi ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu sebesar 75% dengan nilai rata-rata 79,5 melebihi KKM yang diharapkan 75. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Bagi guru mata pelajaran IPS hendaknya mencoba menerapkan teknik melengkapi peta terstruktur dikelasnya karena hal ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas sehingga dapat meningkatkan pula hasil belajarnya; (2) Bagi Sekolah hendaknya memberikan dorongan dan motivasi kepada guru mata pelajaran lain untuk menerapkan pembelajaran aktif, sehingga siswa tidak dipandang sebagai obyek tapi sebagai subyek. Hal ini akan menimbulkan pembelajaran yang menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Prihandito, A. 1984. Kartografi. Yogyakarta: PT Mitra Gama Widya. Beeby, CE. 1982, Pendidikan Di Indonesia, Jakarta: LP3ES. Cahyoto. 1979/1980. Metodologi pengajaran IPS, Malang, Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran IKIP Malang. Usman, CH. 1997. Geografi SLTP Kelas I, Bandung, CV. Djadmika. Depdikbud. 1998. Pengetahuan Peta. Malang: PPPG IPS dan PMP Proyek Pusat Pengembanagan Penataran Guru IPS dan PMP. Depdiknas, 2004. Terintegrasi Depdiknas Materi Pelatihan Buku 3. Jakarta: Isehak. Tanpa Tahun. Berbagai jenis Peta dan Kegunaannya. Liberty James, P.W & Baker, E.L. 1992. Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: PT. Rineke Cipta. Kisnoto, AR. Action Resert Suatu Kebutuhan Guru untuk Meningkatkan Mutu Proses dan Hasil Belajar.Surabaya, Makalah Seminar.