self disclosure pada media sosial

advertisement
SELF DISCLOSURE PADA MEDIA SOSIAL
(Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S-1) pada Program Studi Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Disusun Oleh:
Widiyana Ningsih
6662102106
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI
HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2015
“Dan bahwasanya manusia hanya memperoleh apa yang telah
diusahakannya…”
(Al-qur’an Surat An-Najm ayat 39)
“Kerja keras memang penting, tapi ada satu hal yang lebih penting
dari itu yaitu percayalah pada diri anda sendiri”
J.K Rowling (Pengarang Buku Harry Potter)
Bismillahirahmanirahim
Skripsi ini kupersembahkan
Kepada seluruh keluarga besarku,
Bapak dan Mamah tercinta
Sebagai wujud baktiku
Semoga ini merupakan langkah awal
Untuk selalu membahagiakan kalian…
Amin
ABSTRAK
Widiyana Ningsih. NIM. 6662102106. Skripsi. Self Disclosure Pada Media Sosial
(Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk). Pembimbing I :
Prof.Dr.H. A. Sihabudin, M.Si dan Pembimbing II : Puspita Asri Praceka, S.Sos.
M.I.Kom
Self disclosure pada pengguna LegaTalk ini adalah terjadinya suatu tindakan
pengungkapan diri dengan menuliskan isi hati dan perasaan mengenai berbagai
macam hal serta mengenai pernyataan – pernyataan yang terkadang tidak mampu
dibicarakan seperti hal yang bersifat intim atau terlalu privasi bila dibagikan pada
media yang terlalu umum, yang bukan anonim. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana self disclosure pengguna, dimensi, fungsi, faktor-faktor, dan
efek yang terjadi pada media sosial anonim LegaTalk. Penelitian ini menggunakan
teori self disclosure (Johari Window). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan metode yang digunakan adalah studi deskriptif. Teknik pengumpulan
data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Narasumber dalam
penelitian ini adalah lima orang informan utama dan tiga informan pendukung yang
ditemukan melalui teknik accidental sampling (teknik sampling kebetulan). Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa self disclosure pada media anonim menjadikan
individu lebih nyaman untuk terbuka mengenai dirinya. Dimensi atau aturan dalam
pengungkapan diri yang terjadi oleh informan LegaTalk ini berkaitan dengan aspek
frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) yang dibutuhkan oleh
informan untuk mengungkapkan diri sangat tidak menentu dan tidak dapat diprediksi.
Fungsi self disclosure yang terjadi pada LegaTalk ini diantaranya yakni, memiliki
fungsi sebagai bentuk ekspresi. Faktor-faktor self disclosure seperti besaran
kelompok mempengaruhi pengungkapan di LegaTalk, serta efek self disclosure yang
terjadi pada LegaTalk tidak ditemukan yang berkaitan dengan teori.
Kata Kunci
Komunikasi Antar Pribadi, Media Anonim, Media Sosial, Self Disclosure.
ABSTRACT
Widiyana Ningsih. NIM. 6662102106. Undergraduate Thesis. Self Disclosure On
Social Media (Descriptive Study On Social Media LegaTalk Anonymous). Guide I :
Prof.Dr.H. A. Sihabudin, M.Si and Guide II : Puspita Asri Praceka, S.Sos.
M.I.Kom
Self-disclosure for this LegaTalk user is an action of self-disclosure by describing
what in their heart and the feelings contents about something else and then the
statements that are sometimes not able to talked about such things that are intimate
or it is too privacy if shared on media that is too general, which is not anonymous.
This research was made to know how the user of self-disclosure for, dimensions,
functions, factors, and effects of what happen in LegaTalk anonym social media. The
theory of this research is self-disclosure (Johari Window). This study used a
qualitative approach and the method used was a descriptive study. The technique of
collecting the data using interviews, observation and documentation. Informant in
this research are five key informants and supporters of the three informants found
through accidental sampling (accidental sampling technique). The results of this
research shows that the self-disclosure in the media to make the personal feel more
comfortable anonymity to open about themselves. Dimensions or rules in the case of
self-disclosure by the informant LegaTalk is related to the frequency aspects (level of
frequency) and duration (time access) required by informants to express themselves
very erratic and unpredictable. The function of self-disclosure that occurs in this
LegaTalk such that, has a function as a form of expression. Factors such as the
amount of self-disclosure affect disclosure in LegaTalk group, and the effects of selfdisclosure that occurs in LegaTalk not found with regard to the theory.
Keywords
Anonymous Media, Interpersonal Communication, Self Disclosure, Social Media.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur hanya kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, nikmat, dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul Self Disclosure Pada Media Sosial (Studi
Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk) bisa terselesaikan dengan baik.
Tak lupa salam serta shalawat kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
menjadi inspirasi dan pembuka gerbang cahaya bagi umatnya hingga akhir masa.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat mencapai gelar Sarjana (S1) Jurusan Komunikasi konsentrasi Humas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam
penyusunannya, peneliti banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun berkat
niat dan usaha yang sungguh-sungguh serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini akan jauh
lebih sulit dari yang dijalankan. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih
yang setulusnya kepada :
1. Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW.
2. Bapak Prof Dr. Soleh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Prof. Dr. H. A. Sihabudin, M.Si selaku dosen pembimbing I yang tidak
hanya banyak memberi arahan namun juga telah berbaik hati memberi
pinjaman buku-buku jurnal sebagai pedoman penulisan skripsi.
6. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom, selaku Sekertaris Jurusan Prodi
Ilmu Komunikasi dan dosen pembimbing ke-II yang juga telah banyak
ii
iii
membagi ilmu dan masukan yang sangat berarti bagi penulis serta terimakasih
banyak telah memberi bantuan untuk menghubungkan salah satu informan
pendukung penelitian.
7. Bapak Dipl.Ing (FH) Rangga Galura Gumelar, M.Si., selaku Dosen
Pembimbing Akademik penulis dari semester awal sampai akhir.
8. Bapak M. Jaiz, S.Sos, M.Pd selaku ketua penguji sidang dan Darwis Sagita,
M.I.Kom selaku anggota penguji sidang yang telah menguji dan memberi
nilai yang sangat memuaskan kepada peneliti.
9. Seluruh dosen dan staff program Studi Ilmu Komunikasi dan staff Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu penulis dalam hal
kelancaran proses skripsi.
10. Ibu Asmara Wreksono selaku Country Manager, mba Dinda Puspitasari
selaku PR Executive dan para staff Creative HotHouse yang memberi
kesempatan kepada peneliti untuk berbagi informasi serta mengijinkan
peneliti untuk melakukan penelitian ini.
11. Keluargaku tercinta Bapak Sutrisno dan Ibu Faizah yang selalu setia
memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa yang tak pernah putus
untuk kelancaran skripsi ini. Kepada kakakku Nurnia Ningsih, adikku David
Prayogo, kakak ipar mas Sudar Wahono serta keponakan-keponakanku
tersayang Nizam Bilal Ramadhan dan Najla Nazhifa Sari yang menjadi
sumber motivasi bagi peneliti.
12. Terimakasih kepada Edwin Setiawan S.I.Kom yang telah meluangkan banyak
waktu serta telah menjadi penyemangat yang setia.
13. Risnawati Dwi Rahayu S.Pd dan Sugeng Rahmatullah S.T sebagai sahabat
masa sekolah yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
14. Permasyari Vita Fatimah dan Sarah Hidayat S.I.Kom sebagai sahabat
seperjuangan dan terimakasih karena kalian telah menjadi bagian yang
menyukseskan penelitian ini.
iv
15. Maya Maul Haya Sofa S.I.Kom, Chereston Parulian, S.H dan Windi Windari
sebagai para sahabat seperjuangan yang telah memberikan banyak waktu
bersama untuk berbagi kegembiraan.
16. Seluruh
informan
utama
maupun
informan
pendukung
penelitian.
Terimakasih atas kesediaan waktu dan bantuannya sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan lancar.
17. Mba wulan selaku adik kandung dari dosen pembimbing 2 yang telah
membantu menghubungkan peneliti dengan salah satu informan dalam
penelitian ini.
18. Teman – teman NR Humas kelas H, terimakasih atas jalinan pertemanan yang
membentuk cerita indah selama masa kuliah.
19. Teman-teman angkatan 2010 konsentrasi Humas dan jurnalistik Ilmu
Komunikasi Fisip Untirta.
20. Keluarga besar KKM 49 tahun 2013 yang telah menjadi bagian dari
perjalanan penulis.
Semoga semua bantuan, dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan pahala yang dilipat gandakan dan
rejeki yang selalu dilancarkan. Aamiin
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak atas
segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Serang, Oktober 2015
Penulis,
Widiyana Ningsih
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
…………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
...………………………………………………………ii
DAFTAR ISI
..……………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL
..……………………………………………………………....ix
DAFTAR GAMBAR
.……………………………………………………......x
DAFTAR LAMPIRAN
…..……………………………………………………xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah …….…………………………………………………………11
1.3 Identifikasi Masalah
….…………………………………………………....11
1.4 Tujuan Penelitian .………………………………………………………………12
1.5 Manfaat Penelitian
……………………………………………………….12
1.4.1 Manfaat Teoritis ……….……………………………………………....12
1.4.2 Manfaat Praktis ……….………………………………………………13
v
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis .………………………………………………………………14
2.1.1 Komunikasi Antarpribadi
.……………………………………………....15
2.1.1.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
2.1.2 Self Disclosure (Pembukaan Diri)
.………………………………18
.………………………………………19
2.1.2.1 Dimensi Self Disclosure
.………………………………………22
2.1.2.2 Fungsi Self Disclosure
.………………………………………25
2.1.2.3 Manfaat Self Disclosure
.………………………………………26
2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Disclosure .………………27
2.1.2.5 Bahaya Pengungkapan Diri
….……………………………………29
2.1.2.6 Pedoman Pengungkapan Diri .………………………………………30
2.1.2.7 Pembukaan Diri Dalam Hubungan Antarpribadi
2.1.3 Konvergensi dan Media Baru
.………………31
….……………………………………32
2.1.4 Media Sosial …….…………………………………………………………36
2.1.5 Self Disclosure Dalam Media Sosial …….…………………………………39
2.1.6 Teori Self Dislosure ……….………………………………………………46
2.2 Kerangka Berpikir ………….……………………………………………………51
2.3 Penelitian Terdahulu
………….……………………………………………54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian …………….…………………………………………………59
3.2 Paradigma Penelitian
…….…………………………………………………61
3.3 Ruang Lingkup Penelitian…….…………………………………………………63
3.4 Instrumen Penelitian
……….………………………………………………65
3.4.1 Sumber dan Jenis Data
……….………………………………………65
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ……….………………………………………66
3.5 Informan Penelitian
………………………………………………….……69
3.6 Teknik Analisis Data
.………………………………………………………73
vii
3.7 Uji Keabsahan Data
…….…………………………………………………75
3.8 Jadwal Penelitian ….……………………………………………………………76
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
.………………………………………………77
4.1.1
Profil Creative HotHouse ….……………………………………………77
4.1.2
LegaTalk ……….………………………………………………………78
4.1.2.1 Perkembangan LegaTalk ………….……………………………80
4.1.2.2 Logo LegaTalk
……….………………………………………82
4.1.2.3 Tampilan LegaTalk
4.1.3
Profil Informan
.………………………………………83
……….………………………………………………84
4.1.3.1 Ahmad Rian Effendi
………….……………………………84
4.1.3.2 Rizky Hermawan ……….………………………………………85
4.1.3.3 Annisa Nur’aini Suryono ……….………………………………85
4.1.3.4 Samuel Henk V N …….…………………………………………86
4.1.3.5 AG …………..…………………………………………………...86
4.2 Deskripsi Data
……….………………………………………………………87
4.3 Pembahasan Penelitian
……….………………………………………………88
4.3.1 Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pengguna LegaTalk ……………….89
4.3.2 Dimensi Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk……..102
4.3.3 Fungsi Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk .……..110
4.3.4 Faktor-faktor Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) pengguna LegaTalk..116
4.3.5 Efek Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
….…..124
4.4 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Media Anonim LegaTalk
….…..134
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
……….……………………………………………………..141
…….………………………………………………………………..143
5.2.1 Saran Teoritis
….…..………………………………………………143
viii
5.2.2 Saran Praktis
………….…………………………………………..144
DAFTAR PUSTAKA
...……………………………………………………145
LAMPIRAN ……………………………………………………………………...150
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………………...202
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 2.1 Penelitian Self Disclosure Pada Media Sosial ....…………………….40
TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu
……………………………………………….57
TABEL 3.1 Informan Penelitian
……………………………………………….72
TABEL 3.2 Informan Pendukung
……………………………………………….73
TABEL 3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................…………………………….76
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir
........………………………………………….53
GAMBAR 2.2 Jendela Johari tentang bidang pengendalian diri dan orang lain….....46
GAMBAR 4.1 Update tampilan ‘linimasa’ LegaTalk periode Juni 2014-Juli 2015..82
……………………………………….82
GAMBAR 4.2 Logo Aplikasi LegaTalk
GAMBAR 4.3 Tampilan LegaTalk ……………………………………………….83
GAMBAR 4.4 Bagan Self Disclosure Pada Media Sosial
……………………...132
GAMBAR 4.5 Hasil Self Disclosure Pengguna LegaTalk Pada Johari Window….136
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara
……………………………………...150
LAMPIRAN 2 Biodata Key Informan
……………………………………...152
LAMPIRAN 3 Transkip Wawancara
……………………………………...153
LAMPIRAN 4 Biodata Key Informan
……………………………………...158
LAMPIRAN 5 Transkip Wawancara
……………………………………...159
LAMPIRAN 6 Biodata Key Informan
……………………………………...162
LAMPIRAN 7 Transkip Wawancara
……………………………………...163
LAMPIRAN 8 Biodata Key Informan
……………………………………...167
LAMPIRAN 9 Transkip Wawancara
……………………………………...168
LAMPIRAN 1 0 Biodata Key Informan
……………………………………...172
LAMPIRAN 1 1 Transkip Wawancara
……………………………………...173
LAMPIRAN 1 2 Biodata Informan Pendukung
……………………………...177
……………………………………...178
LAMPIRAN 1 3 Transkip Wawancara
LAMPIRAN 1 4 Biodata Informan Pendukung
……………………………...182
……………………………………...183
LAMPIRAN 1 5 Transkip Wawancara
LAMPIRAN 1 6 Biodata Informan Pendukung
……………………………...188
……………………………………...189
LAMPIRAN 1 7 Transkip Wawancara
LAMPIRAN 1 8 Dokumentasi Contoh Status di LegaTalk ……………………...195
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu memerlukan
dan membutuhkan orang lain. Untuk itu, menjalin interaksi dengan individu lain dan
lingkungan sekitar tidak pernah lepas dari segala aktivitas hidup seseorang. Misalnya
dalam lingkungan keluarga, kita berinteraksi satu sama lain dengan keluarga,
kemudian pada lingkungan masyarakat yang lebih luas kita mampu menjalin suatu
hubungan antar individu dengan teman, rekan kerja, kekasih, bahkan dengan tukang
penjual minuman sekalipun. Artinya manusia tidak bisa terlepas dari adanya interaksi
dan komunikasi dengan manusia lainnya.
Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah
laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial
dengan individu lain.1 Dalam menjalin suatu interaksi, seorang individu melakukan
penyampaian informasi kepada orang lain mengenai dirinya. Hal ini berhubungan
dengan adanya self disclosure pada individu. Self disclosure atau pembukaan diri
menurut Devito merupakan jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi
tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan. 2 Pengungkapan diri ini juga
1
Slamet Santoso. Teori-Teori Psikologi Sosial. 2010. Bandung : PT Refika Aditama. Hlm 157
Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Hlm: 64
2
1
2
merupakan informasi tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, dan perilaku
seseorang.
Self disclosure dapat terjadi, bila ada seseorang dengan sukarela menceritakan
mengenai dirinya kepada orang lain. Pengertian lain mengenai pengungkapan diri
atau keterbukaan diri adalah kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab
dengan orang lain. Menurut Morton, 1978 dalam buku Psikologi Sosial mengatakan
bahwa pengungkapan diri dapat bersifat baik deskriptif maupun evaluatif.3
Dalam pengungkapan diri deskriptif, kita melukiskan berbagai fakta mengenai
diri kita yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti pekerjaan,
tempat tinggal, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengungkapan diri
evaluatif, kita mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi, bahwa kita
menyukai orang-orang tertentu.4
Erat kaitannya dengan komunikasi, pengungkapan diri adalah aspek
(intimacy), yakni sejauh mana derajat informasi itu mencerminkan orang yang
bersangkutan secara personal atau pribadi atau perasaan-perasaan yang paling dalam
dari diri.5
Dalam kehidupan sehari-hari, pengungkapan diri atau self disclosure ini
terjadi tidak hanya dalam komunikasi dan interaksi langsung antar manusia. Namun,
proses pengungkapan diri ini dapat pula terjadi pada media perantara, yakni media
sosial. Dinamika kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai macam situasi dan
kondisi yang beraneka ragam. Manusia bisa merasakan bahagia, tapi manusia juga
3
David O Sears & Jonathan L Freedman, dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta :
Erlangga. Hlm 254
4
Ibid, Hlm: 254
5
B Aubrey Fisher. 1978. Teori-Teori Komunikasi. Bandung : Remadja Karya. Hlm: 261-262
3
akan merasakan pada titik di mana kehidupan tidak selalu menyenangkan. Dewasa
ini, semenjak adanya media sosial seseorang bisa kapan saja dengan mudah berbagi
mengenai hal pribadi, serta perasaan dan kegiatan dalam media tersebut. Seseorang
biasa meluapkan kebahagiaan, kemarahan, hingga kekesalan dalam dunia maya. Hal
inilah yang dinamakan pengungkapan diri atau self disclosure melalui media sosial.
Pernah ada beberapa penelitian terdahulu terkait pengungkapan diri pada
media sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusumaningtyas (2010)
menunjukan bahwa self disclosure pada media sosial Facebook mengakibatkan
terjadinya kasus pelarian dan penculikan remaja putri di Surabaya. 6 Kemudian, pada
penelitian terdahulu lainnya oleh Dimas Pamuncak (2011) juga mengungkapkan
adanya bentuk self disclosure pada media sosial yang meneliti mengenai tipe
kepribadian pelaku self disclosure pada media jejaring sosial Facebook.7 Artinya
kedua penelitian tersebut membuktikan adanya proses self disclosure pada media
sosial.
Konteks pengungkapan diri yang dilakukan pada media sosial, umumnya
terletak pada cara orang berbagi informasi tentang diri pada berbagai situs media
sosial dalam bentuk status, foto/video, chatting, komentar, dan lain sebagainya
sebagai suatu hal untuk diketahui oleh sesama pangguna akun terkait. Terlebih lagi
pada individu yang gemar melakukan curahan hati pada media sosial. Mengenai
6
Ratih Dwi Kusumaningtyas. 2010. Peran Media Sosial Online Facebook Sebagai Saluran Self
Disclosure Remaja Putri di Surabaya. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran
7
Dimas Pamuncak. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
4
masalah perasaan, isi hati atau hal pribadi biasanya individu cenderung berbagi pada
orang yang dipercaya atau pada orang-orang tertentu saja. Namun hal ini justru
dipublikasikan melalui akun media sosial. Ini berarti secara tidak langsung banyak
informasi mengenai dirinya yang tidak seharusnya dipublikasikan justru diketahui
oleh orang lain. Hal ini didukung oleh pernyataan Ida Ruwaida seorang Sosiolog dari
Universitas Indonesia berpendapat bahwa :
Ruang sosial yang makin terbatas dan ikatan emosional yang rendah terutama
di kota-kota besar menimbulkan perubahan dalam pola interaksi masyarakat.
Akhirnya, teknologi digital menjadi alat untuk menyalurkan emosi alias
katarsis lewat media sosial.8
Mengungkapkan perasaan dalam jejaring sosial ini banyak dilakukan oleh
kebanyakan orang. Faktanya, seperti dilansir dari Times of India, sebuah penelitian
baru mengungkapkan bahwa tujuh dari sepuluh orang menggunakan jejaring sosial
sebagai wadah untuk mereka curhat. Dari survei yang dilakukan oleh salah satu
televisi swasta Amerika Serikat itu tersingkap bahwa 52 persen orang ternyata curhat
di jejaring sosial untuk mendapatkan perhatian. Sementara 30 persen lainnya
dilatarbelakangi oleh rasa cemburu ataupun dendam dan rasa iri kepada orang lain. 9
Dengan berbagai latar belakang tersebut, artinya individu banyak yang menggunakan
media sosial sebagai media untuk mencurahkan perasaan.
8
http://tekno.kompas.com/read/2012/06/01/23174881/mengapa.orang.gemar.curhat.lewat.media.s
osial diakses 29 Januari 2014 pukul 10:48
9
http://www.koranjakarta.com/?17367jejaring%20sosial:%20zona%20nyaman%20untuk%20curhat?
diakses 07 Desember 2014 pukul 14:17
5
Beberapa alasan membuat komunikasi dunia maya menjadi lebih nyaman dan
lengkap dari pada komunikasi langsung dengan bertatap muka pada dunia nyata.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Larry D Rosen dkk, Ben-Ze-Ev (2003)
mengatakan bahwa seseorang merasa aman dalam dunia maya dibandingkan dunia
nyata. Walther (1996) juga mengatakan seseorang juga merasa dekat jika berada
dibalik layar atau dunia maya dibandingkan dunia nyata. 10
Ajang melakukan ”curhat” pada media sosial ini merupakan salah satu fungsi
pengungkapan diri menurut Derlega dan Grzelak (1979) dalam konteks ekspresi,
bahwa kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk “membuang
semua itu dari dada kita”. Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita mendapatkan
kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.11
Namun, yang menjadi suatu masalah dalam melakukan pengungkapan diri
melalui media sosial yakni berkaitan dengan adanya UU ITE yang berlaku di Negara
Indonesia. Seperti kita ketahui dalam beberapa kurun waktu belakangan ini, ramai
pemberitaan mengenai kasus para pengguna media sosial yang terkena UndangUndang Informasi dan Teknologi (UU ITE). Pada kejadian pelanggaran UU ITE
dalam kasus media sosial yang marak terjadi belakangan ini, sebut saja kasus
Florence Sihombing yang berawal dari kekesalannya saat antre di SPBU Yogjakarta.
Kekesalan Florence pun diungkapkan melalui akun Path miliknya dengan
10
Dimas Pamuncak. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2011. Hlm: 8
11
David O Sears & Jonathan L Freedman dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta:
Erlangga. Hlm: 254
6
kalimat memaki-maki kota dan penduduk tersebut. Florence Sihombing, mahasiswi
semester ketiga Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada
disangka telah melakukan penghinaan, pencemaran nama baik, dan penyebaran akses
internet yang menghina masyarakat dan menimbulkan kebencian atau permusuhan
individu.12
Kasus selanjutnya yang baru-baru ini terjadi adalah Ervani, salah seorang
pengguna media sosial yang juga mengungkapkan kekesalannya pada jejaring sosial.
Kedua kasus ini merupakan kejadian dari sekian banyak kasus serupa pada media
sosial yang merugikan pengguna hingga terjerat hukum Indonesia. Bila dikaitkan
dengan self disclosure seseorang, hal ini merupakan tingkat pengungkapan diri yang
tinggi menimbulkan kesan kurang dapat mengontrol diri.
Akibat dari banyaknya kasus tersebut, membuat peneliti berasumsi bahwa
bermedia sosial seakan terkekang dan kebebasaan mengekspresikan diri seolah
dibatasi oleh adanya UU ITE tersebut. Terlebih fasilitas dalam media sosial itu
sendiri umumnya digunakan individu sebagai media eksistensi dan aktualisasi diri
yang merupakan kebutuhan terakhir dalam Teori Kebutuhan Abraham Maslow.
Sehingga, fasilitas media sosial inilah yang memungkinkan seseorang dapat bebas
berbagi dalam dunia maya tersebut sebagai bentuk pemenuhan akan kebutuhan
tersebut.
12
http://www.voaindonesia.com/content/mahasiswa-di-yogyakarta-ditahan-polisi-karena-curhat-dimedia-sosial/2433794.html diakses 07 Nov 2014 pukul 14:12
7
Komplektisitas manusia dalam menggunakan media sosial sangat besar,
seperti terlihat dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang memiliki media
sosial, mereka mengakses media sosial secara berkala setiap hari, sebagian aktivitas
harian mereka diselingi dengan membuka atau mengakses media sosial. Kegiatan
yang dilakukan dalam media sosial tersebut yakni melakukan interaksi dengan
pengguna media sosial lainnya seperti berkirim pesan, berbagi tentang kegiatan
pribadi yang diunggah dalam bentuk foto, video, maupun berbagi update status yang
nantinya mengundang komentar dan feedback yang menimbulkan terjadinya suatu
interaksi.
Di Indonesia sendiri, sesuai survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia) tahun 2012 lalu, menyatakan bahwa 63 juta masyarakat Indonesia
terhubung dengan Internet. Sebanyak 95 persen aktivitas populasi itu saat mengakses
dunia maya adalah membuka media sosial.13 Dalam artikel lainnya, Bao Jianleo
selaku Country Manager Baidu (mesin raksasa pencari asal Tiongkok) perwakilan
Indonesia juga mengatakan internet memang digandrungi di Indonesia, khususnya
untuk mengakses jejaring sosial. Menurut presentase, ada sekitar 84,2 persen
pengakses jejaring sosial, kemudian di posisi kedua adalah fungsi internet untuk
melakukan telusuran (browsing), sekitar 65,7 persen.14 Ini artinya bahwa media sosial
banyak digunakan dan diakses oleh masyarakat di Indonesia.
13
http://www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-ini-oraang-indonesia-pengguna-terbesar
unia.html diakses pada 18Okt2014 pukul 10:35
14
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141127133046-185-14236/internet-indonesia-banyakdipakai-untuk-media-sosial/ diakses tanggal 4 Des 2014 pukul 14:53
8
Adanya partisipasi yang besar terhadap penggunaan media sosial ini
menimbulkan banyak media sosial baru yang bermunculan. Semakin canggihnya
teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, mampu menciptakan beragam situs
media sosial (sosmed) yang memungkinkan seseorang untuk dapat mengikuti pula
perkembangannya. Masyarakat di Indonesia selalu menjadi publik yang mampu
mengikuti perkembangan tersebut, seperti halnya mengikuti tren saat ini sebagai
pengguna media sosial. Lagi pula, saat ini kebanyakan orang lebih memilih untuk
berkomunikasi secara virtual dalam dunia maya melalui social media dibandingkan
berbicara secara langsung dengan orang-orang sekitarnya.
LegaTalk adalah sebuah platform media sosial anonim lokal pertama di
Indonesia.15 Aplikasi yang merupakan platform Android ini diresmikan pada bulan
September 2014, yang diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin curhat namun tidak
ingin mengungkapkan identitas dirinya karena khawatir akan reaksi orang yang
berlebihan ataupun akan menimbulkan dampak negatif. Dalam penerapan
aktivitasnya yang memungkinkan setiap orang dapat berbagi status tanpa terdeteksi
adanya informasi pengguna sebagai identitas tersebut, oleh karena itu media ini
disebut juga media sosial anonim. Salah satu aktivitas yang diunggulkan media ini
adalah sebagai media khusus berbagi status atau disebut juga ruang curhat. Dalam
situs jejaring sosial Lega Talk, dengan tagline “share with friends, say all you want,
speak anonymously” ini dapat dijadikan sebagai alat komunikasi yang digunakan
15
Teknologi.metrotvnews.com/read/2014/09/25/296897/creative-hot-house-resmikan-aplikasilegatalk/ diakses tanggal 10 April 2015 pukul 21:51
9
individu sebagai media untuk pengungkapan diri dan pemenuhan kepuasaan diri
dengan identitas pengguna yang anonim.
Mendaftar dengan verifikasi yang longgar memicu adanya identitas palsu
yang memberikan kebebasan dalam menggunakan sosial media. Kelonggaran
identitas tersebut tidak terlepas dari salah satu karakteristik media baru yang
disampaikan Feldman (dalam
Flew
2005:101)
yaitu
manipulable (mudah
dimanipulasi). Masyarakat diberi kebebasan untuk memanipulasi, merubah data dan
informasi secara bebas tanpa adanya batasan atau aturan. Belum pernah ada kasus
hukum yang melibatkan users dalam sebuah portal media online karena komentar
yang melanggar etika.16
Kemunculan media sosial umumnya menarik penggunanya untuk terjun
menggunakan berbagai layanan yang tersedia pada media sosial tersebut. Manusia
secara psikologis senang mengaktualisasikan dirinya pada media jejaring sosial
sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan terhadap diri sendiri. Umumnya, media
jejaring sosial telah menjadi salah satu media yang memberi ruang seluas-luasnya
bagi setiap individu untuk berkreasi dan berbagi. Terlebih dengan adanya akun
berbasis anonim yakni LegaTalk dengan tidak tercantumnya profil pengguna atau
informasi lainnya kecuali hanya deteksi lokasi pada saat pengguna memposting status
pada akun media ini. Dalam hal ini memungkinkan seseorang dapat berbagi status
dan curhat secara lebih bebas, tanpa memikirkan jati dirinya diketahui oleh orang
16
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=86941&val=4687 “memahami fenomena
komunikasi hiperpersonal menggunakan anonymous username dalam portal berita online” diakses
tanggal 10 April 2015 pukul 8:07
10
lain. Hal ini seperti ungkapan Ian Chandra K bahwa “tidak ada yang tahu tentang jati
diri
anda
yang
sebenarnya
sehingga
anda
dapat
menuliskannya
secara
sembarangan.”17
Dengan meningkatnya kasus mengenai self disclosure pada media sosial
terutama maraknya ajang melakukan curhat pada media tersebut yang banyak
menimbulkan unsur negatif pada pengguna seperti telah diungkap peneliti di atas
mengenai berbagai macam kasus pengguna yang terkena UU ITE. Munculah
keinginan peneliti untuk meneliti kembali mengenai faktor-faktor penyebab
seseorang melakukan pengungkapan diri terutama pada media sosial anonim dalam
hal ini LegaTalk. Pada umumnya karakteristik dari media sosial yakni tercantumnya
nama profil atau informasi lainnya sebagai identitas pengguna, yang berguna sebagai
tanda pengenal bagi pemilik akun untuk dapat dikenali oleh sesama pengguna.
Namun, yang uniknya dari pemilihan media sosial yang peneliti ambil ini yakni
terletak pada anonimitas atau media sosial dengan tidak mencantumkan profil
pengguna layaknya akun media sosial lainnya seperti halnya Facebook, Twitter, Path,
Instagram, dan lain sebagainya.
Permasalahan yang muncul pada media sosial yang peneliti ambil yakni
LegaTalk, yang di dalamnya terdapat suatu proses komunikasi dari dalam diri
individu yang dituangkan dalam sebuah “status”. Pernyataan perasaan pada status
tersebut mengandung adanya ungkapan perasaan yang dialami individu mengenai diri
17
Ian Chandra K. Internet Untuk Kita Semua. 2009. Jakarta: PT Elek Media Komputindo. Hlm: 240
11
yang diungkap dalam suatu wadah media sosial yang anonim. Dengan munculnya
media sosial yang bersifat anonim ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana
pengguna melakukan pengungkapan diri atau self. Apa hal ini memungkinkan
seseorang dapat melakukan pengungkapan dirinya secara bebas, dan sangat terbuka.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
mencoba untuk merumuskan masalah dengan tujuan untuk mengarahkan
permasalahan yang akan diteliti. Sehingga pada penelitian ini, peneliti
menyimpulkan rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana Self
Disclosure (Pengungkapan Diri) Seseorang Pada Media Sosial Anonim
LegaTalk?”
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan
masalah-masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana self disclosure pengguna media sosial LegaTalk yang anonim?
2. Bagaimana dimensi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim?
3. Bagaimana fungsi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim?
4. Bagaimana faktor-faktor self disclosure pada media sosial LegaTalk yang
anonim?
5. Bagaimana efek self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim?
12
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan-tujuan dari penelitian
yang dilakukan, yaitu :
1. Mengetahui self disclosure pengguna media sosial LegaTalk yang anonim.
2. Mengetahui dimensi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang
anonim.
3. Mengetahui fungsi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang
anonim.
4. Mengetahui faktor-faktor self disclosure pada media sosial LegaTalk yang
anonim.
5. Mengetahui efek self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik secara teoritis maupun
secara praktis, yaitu sebagai berikut :
1.5.1
Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan bidang kajian
terkait. Selain itu diharapkan memberikan sumbangsih bagi disiplin
ilmu terutama ilmu komunikasi dalam menelaah kajian hubungan
komunikasi antar manusia dalam konteks keterbukaan atau self
disclosure seseorang.
13
1.5.2
Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi kepada pengguna media sosial mengenai keterbukaan diri
ketika berinteraksi dan berbagi konten mengenai kehidupan pribadi
agar lebih bijak dalam hal penggunannya. Serta sebagai bahan acuan
bagi peneliti lainnya untuk melakukan riset mengenai penelitian
terkait.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di
antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.18 Fungsi teori
dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena
alami yang menjadi pusat perhatiannya. Maka untuk memperjelas penelitian terkait,
perlu diketahui dan dibatasi terlebih dahulu kajian atau istilah kajian serta teori yang
digunakan secara sistematis untuk menjawab penelitian ini, yaitu:
1. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
2. Pengungkapan diri (self disclosure)
3. Media sosial
4. Self disclosure dalam media sosial
Pada tahap awal untuk menjelaskan konsep kajian teori di atas mengenai self
disclosure, maka terlebih dahulu kita membahas mengenai apa dan bagaimana
komunikasi antarpribadi itu terjadi dalam kehidupan individu, karena kajian self
disclosure ini termasuk dalam kajian komunikasi antarpribadi.
18
Rachmat Kriyantono. 2006. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 43
14
15
2.1.1 Komunikasi Antarpribadi
Manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat artinya makhluk yang tidak
mampu hidup tanpa ada bantuan orang lain di sekelilingnya. Oleh karena itu ia akan
selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, sampai akhir hayatnya, dan
untuk memenuhi semua kebutuhannya itu manusia harus selalu berinteraksi dengan
yang lainnya dan interaksi itu yang dinamakan komunikasi. Semakin lama manusia
itu hidup dan tumbuh, maka semakin banyak ia akan berinteraksi dan semakin luas
ruang lingkup interaksinya, baik itu interaksi dalam kehidupan kelompok ataupun
dengan masyarakat di lingkungannya. Untuk memperlancar jalannya interaksi
tersebut, maka ini tidak luput dari alat yang digunakan untuk berinteraksi yaitu
“komunikasi” karena tanpa komunikasi interaksi tidak akan bisa terjadi.
Dalam segi kehidupan manusia, kita mengenal adanya komunikasi yang selalu
berperan penting mengikuti jalannya kehidupan tersebut. Hampir setiap tindakan dan
kegiatan dilakukan dengan komunikasi. Breselon, Steiner, yang dikutip oleh
Wiryanto mengatakan bahwa komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol dan sebagainya.
Tindakan atau proses transmisi itu lah yang disebut komunikasi.19 Sebagian besar
kegiatan komunikasi ini berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi.
19
Lukiati Komala. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks. Bandung: Widya Padjajaran.
Hlm: 74
16
Secara umum komunikasi antarpribadi diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.20 Menurut Nurudin
komunikasi antarpribadi yakni suatu proses komunikasi secara tatap muka yang
dilakukan antara dua orang (atau lebih). Hal ini seperti yang pernah dikatakan R.
Wayne Pace (1979), “interpersonal communication is communication involving two
or more in a face to face setting.”21
Pengertian lain menurut Effendy (1986b) mengemukakan juga bahwa, pada
hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator
dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang
dialogis.22
Sementara itu Dean C Barnlund (1968) mengemukakan, komunikasi antar
pribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat
orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.23
Namun seiring perkembangan zaman, pengertian akan komunikasi antar
pribadi yang dilakukan secara tatap muka mengalami banyak pengembangan. Tidak
selamanya komunikasi antar dua orang ini selalu dilakukan dalam keadaan tatap
muka karena seiring perkembangan teknologi yang memungkinkan pula mereka
20
Hafied Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Utama. Hlm : 163
Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm: 31
22
A Liliweri. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Adya Bakti. Hlm: 12
23
Ibid, Hlm : 12
21
17
berinteraksi dengan menggunakan media komunikasi, seperti handphone dan lain
sebagainya.
Untuk memahami definisi komunikasi antarpribadi ada tiga perspektif,
yaitu24:
1. Perspektif komponensial (Componential) adalah komunikasi antar pribadi
dengan mengamati komponen-komponen utamanya. Seperti penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera.
2. Perspektif hubungan diadik (Relational dyadic) adalah komunikasi yang
berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan
jelas.
3. Perspektif pengembangan (Developmental) adalah akhir dari perkembangan
dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi (impersonal) pada satu ekstrem
menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrem yang lain.
Dengan kata lain, dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi antar pribadi
ini merupakan kegiatan komunikasi bersifat personal dari persoalan individu yang
diungkapkan antar minimal dua orang atau lebih. Dalam konteks pesan, komunikasi
ini dilakukan oleh satu orang dan pesan diterima oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, di mana antar pelaku komunikasi tersebut penerima bisa menjadi
24
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group. Hlm: 252
18
pemberi pesan begitu pula sebaliknya pemberi pesan bisa menjadi penerima pesan
(terjadi feedback yang saling antar satu sama lain).
2.1.1.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan komunikasi antar pribadi yaitu
komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita
sendiri. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan
mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam
tentang sikap dan perilaku kita. Berikut tujuan komunikasi antar pribadi menurut
Marhaeni Fajar, yakni25 :
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan
diri kita sendiri. Melalui komunikasi antar pribadi kita juga belajar tentang
bagaimana kita harus membuka diri pada orang lain.
2. Mengetahui dunia luar
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan
kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna
Dengan melakukan komunikasi antar pribadi, menimbulkan hubungan yang
membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa
lebih positif tentang diri kita sendiri.
25
Marhaeni Fajar. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hlm :78-80
19
4. Mengubah sikap dan perilaku
5. Bermain dan mencari hiburan
6. Membantu
Dengan demikian, peneliti dapat mengatakan bahwa hasil dari komunikasi
antarpribadi mampu menjadikan komunikasi individu secara pribadi sebagai suatu
pemenuhan akan kebutuhan pribadi, meliputi suatu tindakan untuk menghibur diri
yakni dapat saling terhubungan dengan orang lain, kemudian untuk memahami diri
sendiri maupun orang lain. Karena adanya sejumlah kebutuhan di dalam diri setiap
individu tersebut hanya dapat dipuaskan melalui kegiatan komunikasi antar
sesamanya.
2.1.2 Self Disclosure (Pembukaan Diri)
Dari semua komponen tindak komunikasi yang paling penting adalah diri
(self). Menurut Leary, McDonald dan Tangney (2003) self adalah:
“Kelengkapan psikologis yang memungkinkan refleksi diri berpengaruh
terhadap pengalaman kesadaran, yang mendasari semua jenis persepsi,
kepercayaan dan perasaan tentang diri sendiri serta yang memungkinkan
seseorang meregulasi tentang perilakunya sendiri.”26
Secara bahasa, self berarti diri sendiri, dan disclosure dari kata closure yang
diartikan sebagai penutupan, pengakhiran, sehingga disclosure berarti terbuka atau
26
Agus A Rahman. 2013. Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm: 46
20
keterbukaan. Dengan demikian, self disclosure adalah pengungkapan diri atau
keterbukaan diri, namun beberapa ahli menyebutnya sebagai penyingkapan diri. 27
Dalam fungsi komunikasi antarpribadi disebutkan bahwa komunikasi tersebut
dapat menjalin suatu hubungan yang lebih bermakna dengan orang lain. Terjalinnya
suatu hubungan yang bermakna tersebut berkaitan dengan adanya self disclosure atau
pengungkapan diri. Dimana self disclosure ini merupakan bentuk komunikasi di
mana kita mengungkapkan sesuatu tentang siapa kita.28 Pengungkapan diri adalah
jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri
yang biasanya kita sembunyikan. Istilah pengungkapan diri digunakan untuk
mengacu pada pengungkapan informasi secara sadar, seperti pernyataan “saya takut
terbang” atau “saya menghabiskan waktu dalam penjara sebelum saya berjumpa
denganmu.”29 Pengungkapan diri ini dapat didefinisikan pula sebagai penyingkapan
informasi tentang diri yang pada saat lain tidak dapat diketahui oleh pihak yang
lain.30
Pengertian lain menurut Johnson 1981 dalam Supratiknya, bahwa:
Pengungkapan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi
atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta
memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna
untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut.31
27
Dimas Pamuncak. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Hlm: 21
28
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group. Hlm : 58
29
Ibid, Hlm : 64
30
B Aubrey Fisher. 1978. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 261
31
A Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius. Hlm: 14
21
Self disclosure menurut Devito (1987) yang dikutip oleh Sihabudin dan
Rahmi merupakan bentuk komunikasi, dimana informasi tentang diri yang disimpan
atau dirahasiakan, dikomunikasikan kepada orang lain.32
Menurut Jourard, 1971 dikutip oleh Maryam B Gainau bahwa self disclosure
merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi
pada orang lain. Informasi yang bersifat pribadi tersebut mencakup aspek: (1) sikap
atau opini, (2) selera dan minat, (3) pekerjaan atau pendidikan, (4) fisik, (5)
keuangan, dan (6) kepribadian.33
Self
disclosure
didefinisikan
sebagai
kemampuan
seseorang
untuk
mengungkapkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain (Wheeles, 1978).
Sedangkan Person (1987) mengartikan self disclosure sebagai tindakan seseorang
dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela
dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya. 34
Berdasarkan pengertian-pengertian menurut berbagai ahli tersebut, peneliti
mengartikan self disclosure sebagai suatu proses keterbukaan diri atau pembukaan
diri mengenai informasi tentang diri yang sebelumnya hanya diketahui oleh individu
itu sendiri kemudian dibagikan pada orang lain, meliputi pikiran, perasaan, dan
ungkapan lain yang mendalam tentang diri.
32
Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok
tular. Hlm: 114
33
Maryam B Gainau. 2009. keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan
implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol 33, No 1. Hlm: 2
34
Ibid, Gainau. Hlm: 4
22
Dalam hal ini, peneliti akan menerapkan pada penelitian self disclosure atau
pengungkapan diri yang dilakukan individu pada sebuah media sosial. Di mana ketika
seseorang terkadang tidak mampu membuka diri dan mengungkapkan isi hati
mengenai tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu yang lebih
banyak melibatkan perasaan dalam kehidupan nyata, kemudian mereka justru lebih
bebas membuka diri pada sebuah ruang maya. Artinya membuka diri disini sama
dengan membagikan kepada orang lain tentang perasaan terhadap sesuatu yang telah
dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan seseorang terhadap kejadian-kejadian
yang baru saja disaksikannya.35
2.1.2.1 Dimensi Self Disclosure
Sebagian besar penelitian tentang pengungkapan diri ini cenderung
menggunakan penjelasan psikologis disertai sifat-sifat psikologis. Sebagai contoh,
dua sifat pengungkapan yang populer adalah jumlah (yakni, berapa banyak informasi
tentang diri yang terungkapkan), dan valensi (yakni, apakah informasi itu dinilai
positif atau negatif).
Dimensi self disclosure, terdiri dari hal-hal sebagai berikut:36
a. Ukuran, dilihat dari frekuensi dan durasinya
b. Valensi, kecenderungan ungkapan positif atau negatif
c. Kecermatan dan kejujuran.
35
Edi Harapan & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi (Perilaku Insani Dalam Organisasi
Pendidikan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm: 65
36
Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok
tular. Hlm: 114
23
Menurut Devito dimensi dalam self disclosure ini dibagi menjadi 5 bagian:
a. Ukuran atau jumlah self disclosure
Ukuran self disclosure didapat dari frekuensi seseorang melakukan self
disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat self disclosure atau waktu
yang diperlukan untuk menyatakan pengungkapan tersebut.
Dalam hal ini self disclosure yang dilakukan akan sangat tidak terbatas
oleh waktu, di mana seseorang dapat kapan saja terhubung dengan
aktivitas internet dan melakukan self disclosure pada media sosial saat
seseorang merasa hal atau kejadian yang dialaminya patut untuk
diungkapkan.
b. Valensi self disclosure
Valensi merupakan kualitas positif dan negatif dari self disclosure.
Individu dapat mengungkapkan diri dengan baik dan menyenangkan
(positif), atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan (negatif),
kualitas ini akan menimbulkan dampak yang berbeda, baik pada orang
yang mengungkapkan diri maupun pada pendengarnya.
Dalam hal ini peneliti melihat pada media sosial yang menjadi objek
penelitian, individu cenderung membuat status self disclosure dengan
kata-kata yang kurang menyenangkan (negatif) tentu tidak semuanya
melakukan hal tersebut karena banyak juga individu yang melakukan self
disclosure dengan positif.
24
c. Kecermatan dan kejujuran
Kecermatan atau ketepatan self disclosure akan dibatasi oleh sejauh mana
individu mengetahui atau mengenal dirinya sendiri. Selanjutnya self
disclosure akan berbeda tergantung pada kejujuran. Individu dapat secara
total jujur atau dapat melebih-lebihkan, atau berbohong.
Dalam hal ini, mengenal diri sendiri akan berkaitan dengan tinjauan
konsep diri (self-concept) seseorang. Pada penelitian ini akan diteliti lebih
lanjut mengenai self disclosure yang terjadi. Apakah status yang ditulis
individu tersebut jujur, melebih-lebihkan atau berbohong.
d. Tujuan dan maksud
Individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan,
sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure.
Dalam hal ini, mengenai penyingkapan perasaan terkadang seseorang
berpikir secara spontan, melibatkan emotional yang kadang kurang
terkontrol. Untuk itu, akan diteliti lebih lanjut mengenai maksud dan
tujuan dalam penyingkapan self disclosure dalam media sosial.
e. Keintiman
Individu dapat menyingkapkan hal-hal yang intim dalam hidupnya atau
hal dianggap sebagai feriferal atau impersonal atau hal-hal yang terletak
antara feriferal atau impersonal.
25
2.1.2.2 Fungsi Self Disclosure
Pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi. Menurut Derlega dan Grzelak
(1979) ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu:37
1. Ekspresi: kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk
“membuang semua itu dari dada kita.” Dengan pengungkapan diri
semacam ini, kita mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
kita.
2. Penjernihan diri : Dengan membicarakan masalah yang sedang kita hadapi
kepada seorang teman, pikiran kita akan lebih jernih sehingga kita dapat
melihat duduk persoalannya dengan lebih baik.
3. Keabsahan sosial: Dengan mengamati bagaimana reaksi pendengar
sewaktu kita sedang mengungkapkan diri, kita memperoleh informasi
tentang ketepatan pandangan kita.
4. Kendali sosial: Kita dapat mengemukakan atau menyembunyikan
informasi tentang diri kita sebagai peranti kendali sosial.
5. Perkembangan
hubungan:
Saling
berbagi
informasi
dan
saling
mempercayai merupakan sarana yang paling penting dalam usaha merintis
suatu hubungan dan semakin meningkatkan keakraban.
Dalam penelitian ini, fungsi self disclosure pada media sosial lebih tepat pada
poin ke empat, dimana pengungkapan diri dilakukan pada media sosial sebagai fungsi
37
David O Sears & Jonathan L Freedman dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta :
Erlangga Hlm: 254
26
kendali sosial karena beberapa individu ada yang tidak mampu mengungkapkan
segala sesuatu mengenai orang lain dan mengenai beberapa kejadian yang dialami
dalam kehidupan nyata secara langsung pada orang yang dimaksud dengan alasan
tidak berani, canggung atau takut menyakiti hati orang tersebut. Untuk itu, ada self
disclosure sebagai kendali sosial yang dapat disembunyikan pada kehidupan nyata
dan cenderung amat terbuka pada media sosial.
2.1.2.3 Manfaat Self Disclosure
Membahas mengenai self disclosure, maka harus juga mengetahui manfaat
dari self disclosure itu sendiri. Menurut Devito manfaat dari melakukan self
disclosure adalah:38
a. Pengetahuan diri
Salah satu manfaat dari pengungkapan diri adalah kita mendapatkan
perspektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai perilaku kita sendiri.
b. Kemampuan mengatasi kesulitan
Argumen lain yang berkaitan erat adalah bahwa kita akan lebih mampu
menanggulangi masalah atau kesulitan kita, khususnya perasaan bersalah,
yakni melalui pengungkapan diri. Dengan mengungkapkan perasaan dan
menerima dukungan, bukan penolakan, kita menjadi lebih siap untuk
38
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Hlm : 67-69
27
mengatasi perasaan bersalah dan mungkin mengurangi dan bahkan
menghilangkannya.
c. Efisiensi komunikasi
Seseorang memahami pesan-pesan dari orang lain sebagian besar sejauh
kita memahami orang lain secara individual.
d. Kedalaman hubungan
Dengan pengungkapan diri, kita memberitahu orang lain bahwa kita
mempercayai mereka, menghargai, dan cukup peduli akan mereka dan
akan hubungan kita untuk mengungkapkan diri kita kepada mereka.
Jika di atas merupakan manfaat self disclosure pada suatu hubungan, maka
peneliti simpulkan bahwa manfaat self disclosure pada media sosial ini sebagai salah
satu tingkat kelegaan dan kepuasan tersendiri bagi diri individu ketika suatu
pengungkapan diri tidak dapat diungkapkan langsung pada orang lain dan ruang maya
menjadi salah satu pengganti media penyampaian self disclosure.
2.1.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosure
Tidak semua individu mampu melakukan self disclosure begitu saja, karena
tingkat kepribadian yang dimiliki seseorang cenderung berbeda-beda. Untuk itu,
Devito mengemukakan ada delapan faktor yang mempengaruhi self disclosure:39
39
Ibid, Devito. Hlm : 65-67
28
a. Besaran kelompok
Besaran
kelompok
atau
ukuran
audience,
maksimal
4
orang.
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dari pada
kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan
lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapkan diri. Bila, ada lebih
dari satu orang pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena
tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengar yang berbeda.
b. Perasaan menyukai
Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan
kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai (Derlega
dkk., 1987).
c. Efek diadik
Seseorang melakukan pengungkapan diri bila bersama orang yang
melakukan pengungkapan diri pula. Efek diadik ini mungkin membuat
seseorang merasa lebih aman, dan nyatanya memperkuat perilaku
pengungkapan diri.
d. Kompetensi
Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan diri
dari pada orang yang kurang kompeten.
e. Kepribadian
Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrover melakukan
pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai
29
bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani bicara pada
umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada mereka yang merasa
lebih nyaman dalam berkomunikasi.
f. Topik
Kecenderungan memilih topik pembicaraan, seseorang lebih cenderung
membuka diri tentang topik pekerjaan atau hobi dari pada tentang
kehidupan seks atau situasi keuangan (menurut Jourard dalam Devito,
1997). Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin
kecil kita mengungkapkannya.
g. Jenis kelamin
Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis
kelamin.40
1. Wanita : lebih terbuka dari pada pria, dan lebih terbuka pada orang
yang disukai
2. Laki-laki lebih terbuka pada orang yang dipercayai
2.1.2.5 Bahaya Pengungkapan Diri
Banyaknya manfaat pengungkapan diri jangan sampai membuat kita buta
terhadap risiko-risikonya (Bochner, 1984) dalam Devito.41
40
Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok
tular. Hlm: 114
41
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group. Hlm : 69-70
30
a. Penolakan pribadi dan sosial
Bila seseorang melakukan pengungkapan diri biasanya kepada orang yang
dipercaya. Seseorang melakukan pengungkapan diri pada orang yang
dianggap akan bersikap mendukung pengungkapan dirinya. Namun, akan
terjadi suatu penolakan secara pribadi jika hal yang diungkapkan tidak
disukai atau bertentangan oleh pendengar.
b. Kerugian material
Adakalanya, pengungkapan diri mengakibatkan kerugian material.
Sebagai contoh guru yang mengungkapkan bahwa ia pernah kecanduan
minuman keras atau bertindak tidak senonoh atas muridnya di masa yang
lalu mungkin akan dijauhi oleh rekan-rekannya, mendapatkan penugasan
mengajar yang “tidak menyenangkan”.
c. Kesulitan intrapribadi
Bila reaksi orang lain tidak seperti yang diduga, kesulitan intrapribadi
dapat terjadi. Bila seseorang ditolak dan bukan didukung, bila orang-orang
yang kita kenal menghindari kita, maka kita berada dalam jalur kesulitan
intrapribadi.
2.1.2.6 Pedoman Pengungkapan Diri
Setiap
orang
harus
mengambil
keputusan
individual
menyangkut
pengungkapan diri. Setiap orang memiliki maksud dan tujuan sendiri yang berbeda
31
antara individu satu dan individu lainnya. Berikut pedoman pengungkapan diri
menurut Devito:42
a. Motivasi pengungkapan diri
Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa berkepentingan terhadap
hubungan, terhadap orang lain yang terlibat, dan terhadap diri sendiri.
Pengungkapan diri hendaknya bermanfaat dan produktif bagi semua pihak
yang terlibat.
b. Kepatutan pengungkapan diri
Pengungkapan diri haruslah sesuai dengan lingkungan (konteks) dan
hubungan antara pembicara dan pendengar. Umumnya makin bersifat
pribadi pengungkapan diri itu, makin dekat hubungan yang diperlukan.
2.1.2.7 Pembukaan Diri Dalam Hubungan Antarpribadi
Menurut Johnson (1981), beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri
terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:43
1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antar dua
orang.
2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain
tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya ia akan semakin membuka
diri kepada kita.
42
43
Ibid, Devito. Hlm: 70-71
David O Sears & Jonathan L Freedman, dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta :
Erlangga. Hlm: 256
32
3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrovert,
fleksibel, adaptif, dan inteligen, yakni sebagian dari ciri-ciri orang masak
dan bahagia.
4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang
memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun
dengan orang lain.
5. Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka pembukaan diri haruslah
jujur, tulus, dan autentik.
2.1.3 Konvergensi dan Media Baru
Kemajuan teknologi yang pesat saat ini khususnya yang berhubungan dengan
internet, memunculkan banyak perkembangan pada sistem komunikasi manusia.
Transformasi teknologi yang pesat ini mampu mempengaruhi semua aspek kehidupan
manusia. Misalnya pada komunikasi antar manusia yang dilakukan dari jarak yang
berjauhan, yang mungkin dulu hanya dapat terhubung dalam konteks audio atau
hanya mampu berkomunikasi dalam bentuk suara. Namun, kini perkembangan sistem
komunikasi mempermudah seseorang untuk terhubung dan berkomunikasi tidak
hanya dalam konteks audio tapi juga dalam konteks visual. Sehingga memungkinkan
orang untuk berkomunikasi secara tatap muka dalam konteks audio visual secara
33
bersamaan. Ini baru salah satu contoh nyata dari konsep yang dikenal sebagai
konvergensi media.44
Konvergensi secara harfiah berarti menuju ke satu titik atau terjadinya
penyatuan. Secara umum istilah konvergensi saat ini merujuk kepada penyatuan
layanan dari teknologi, baik teknologi komunikasi, informasi maupun yang terkait
dengannya.45
Negroponte meyakini konvergensi industri media dan teknologi digital pada
akhirnya akan mengarah pada bentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi
multimedia. Multimedia, atau juga yang dikenal sebagai media campuran, pada
umumnya didefinisikan sebagai medium yang mengintegrasikan dua bentuk
komunikasi atau lebih.46 Jadi, pada intinya dalam dunia konvergensi semua media
lama berpadu dengan teknologi baru dan berkembang menjadi konteks yang serba
digitalisasi serta terhubung dengan jaringan internet sehingga memunculkan kontenkonten yang lebih menarik, mulai dari gambar hidup, animasi, suara, dan lain
sebagainya.
Konvergensi media merupakan salah satu bentuk perubahan yang berkaitan
dengan munculnya media baru, dimana menurut Flew (2005:10) new media atau
media baru sebagai “as those forms that combine three Cs: computing and
44
Roger Fidler. 1997. Mediamorfosis (Memahami Media Baru). Yogyakarta: Bentang Budaya. Hlm: 38
Komunikasi dan Informatika Indonesia-Buku Putih. 2010. Jakarta: pusat data, kementrian
komunikasi dan informatika. Hlm: 12
46
Roger Fidler. 1997. Mediamorfosis (Memahami Media Baru). Yogyakarta: Bentang Budaya. Hlm: 39
45
34
information technology (IT); communication network, digitized media and
information content”. Sedangkan Littlejohn (2008:684) menyebutnya sebagai the
second media yaitu: “a new periode in which interactive technologies and network
communications, particulary the internet, would transform society”.47
Istilah „media baru‟ telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup
seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam,
media baru yang utama ini adalah internet.48 Media baru ini seperti halnya
dicontohkan pada bentukan media massa yang semakin canggih dengan adanya
kemajuan teknologi. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah
ada sejak puluhan tahun yang lalu tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar,
majalah, film, radio, televisi, dan internet.49 Media massa telah berubah begitu
banyak, dimulai dari awal abad ke-20 yang bersifat satu arah, arus yang serupa
kepada massa yang seragam.50 Munculnya media baru dengan interaktivitasnya
memungkinkan komunikasi menjadi dua arah.51 „Media baru‟ yang dibahas disini
adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang
47
David Mahendra. 2014. Media Jejaring Sosial Dalam Dimensi Self Disclosure. Yogyakarta: UIN
Kalijaga. Hlm: 9
48
Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 42-46
49
Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hlm: 479
50
Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 148
51
Yosal Iriantara. 2008. Media Relations Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hlm: 122
35
mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas
untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi.52
Membicarakan mengenai alat komunikasi, jejaring sosial bisa dikatakan
sebagai alat komunikasi tersebut. Jejaring sosial ini merupakan suatu bentukan dari
komunikasi new media. Di mana alat komunikasi yang satu ini digunakan sebagai
media personal namun fungsinya dapat menghubungkan dengan banyak orang
dibelahan dunia dan dalam penerapannya mengandung pesan yang tersebar secara
serentak. Jejaring sosial tersebut merupakan suatu produk teknologi komunikasi
berperantara (mediated communication) yang makin banyak dipergunakan dalam
perilaku komunikasi interpersonal.
Oleh karena dewasa ini merupakan zaman era new media, maka dapat
dikatakan media jejaring sosial mengusung dua kategori golongan komunikasi, yakni
hubungan antara media personal dengan media massa. Sebagaimana dikonsepkan
oleh Marika Luders (2008), yang mengasumsikan bahwa:
Perbedaan antara komunikasi massa dan personal tidak lagi jelas karena
teknologi yang sama dapat digunakan untuk kedua tujuan tersebut.
Perbedaanya hanya dapat dipahami dengan mengenalkan dimensi sosial,
berkaitan dengan jenis aktivitas dan hubungan sosial yang terlibat. Ia menulis
(2008): “perbedaan antara media personal dan media massa dapat
digambarkan sebagai perbedaan jenis keterlibatan yang diperlukan dari
pengguna. Media personal lebih simetris dan mensyaratkan pengguna untuk
berperan aktif, baik sebagai penerima maupun produsen pesan.”53
52
53
Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 148
Ibid, McQuail. Hlm: 149
36
Artinya bahwa media jejaring sosial ini merupakan suatu pola baru dalam
teknologi komunikasi di era new media. Sejauh ciri utama dari media baru atau new
media yang paling utama adalah kesalingterhubungan, aksesnya terhadap khalayak
individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaannya
yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada dimana-mana
(delocatedness).54
2.1.4 Media Sosial
Dimasa kini, media terpenting dan memiliki jaringan paling luas adalah
internet yang memiliki fungsi sebagai media untuk komunikasi dan pertukaran
informasi.55
Internet (interconnection networking) merupakan jaringan komputer yang
dapat menghubungkan suatu komputer atau jaringan komputer dengan
jaringan komputer lain, sehingga dapat berkomunikasi atau berbagi data tanpa
melihat jenis komputer itu sendiri. Seperti yang diketahui internet adalah
bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu, seperti
komputer, televisi, radio, dan telepon.56
Perkembangan teknologi internet yang merupakan bentukan dari media baru
(modern) ini digunakan sebagai media penghubung dalam berkomunikasi. Menurut
Luders dalam buku Mc Quail, istilah bentuk media merujuk pada aplikasi khusus dari
teknologi internet, seperti berita daring, jejaring sosial, dan lain-lain.57 Mc Luhan juga
menyatakan bahwa media berfungsi sebagai kepanjangan indra manusia pada masing54
Ibid, Mc Quail. Hlm: 43
Deni Darmawan. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Hlm : 97
56
Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 135
57
Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 149
55
37
masing era yaitu: kesukuan (tribal); tulisan (literature); cetak (print); dan
elektronik.58
Manusia kini berada pada era elektronik, dimana segala sesuatunya bersifat
teknologi. Berbicara teknologi pada media baru maka muncul istilah media sosial
sebagai salah satu alat komunikasi. Saat ini, kebanyakan orang lebih memilih untuk
berkomunikasi secara virtual melalui social media dibandingkan berbicara secara
langsung dengan orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut berkaitan dengan social
networking yakni Website dimana seseorang bisa berinteraksi dengan teman-teman
online via status update, chating, games dan sebagainya.59
Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein menyatakan bahwa media
sosial merupakan seperangkat aplikasi yang berjalan dalam jaringan internet dan
memiliki tujuan dasar ideologi serta penggunaan teknologi web 2.0 yang dapat
berfungsi untuk saling tukar menukar konten. Media sosial sering pula disebut
sebagai situs jejaring sosial.60 Web 2.0 itu sendiri merupakan internet generasi kedua,
di mana semua orang awam bisa memanfaatkan potensi internet untuk bersosialisasi,
berinteraksi, mendapatkan rekan kerja, membuat Website tanpa harus bisa
programming, membuat mailing list dan sebagainya.61
58
Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hlm: 479
59
Andy Shera. 2010. Step by Step Internet Marketing. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm: 122
60
http://www.bimbingan.org/pengertian-media-sosial-menurut-ahli.htm (diakses 11/03/15 pukul
11:58)
61
Andy Shera. 2010. Step by Step Internet Marketing. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm: 119
38
Istilah jejaring sosial pertama kali diperkenalkan oleh Proffesor J. A Barnes
pada tahun 1954. Jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri
dari elemen-elemen individu atau organisasi.62
Secara garis besar, social media (media sosial) dan jejaring sosial merupakan
media yang mengacu pada sistem yang sama yaitu media untuk terkoneksi dengan
banyak orang tanpa terhalangi waktu dan tempat (jarak) serta berfungsi untuk
komunikasi, berbagi sesuatu dan mengungkapkan pendapat secara online. Jejaring
sosial ini adalah suatu media interaksi online yang mengacu pada situs atau Website
yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya banyak orang tanpa pembatasan dan
memiliki jalur ikatan seperti keluarga, teman, rekan bisnis dan lain sebagainya.63
Akan tetapi yang menjadi pembeda antara jejaring sosial dan sosial media
terletak pada medianya. Media sosial atau dalam bahasa Inggris disebut social media
adalah suatu media interaksi online yang meliputi blog, forum, aplikasi chatting
sampai dengan jejaring sosial. Sedangkan jejaring sosial sendiri lebih mengacu pada
situs atau website yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya banyak orang tanpa
pembatasan dan memiliki jalur ikatan seperti keluarga, teman, rekan bisnis dan lain
62
Brainly.co.id/tugas/310634 (diakses 11/03/15 pukul 12:24)
http://www.merdeka.com/teknologi/perbedaan-sosial-media-dan-jejaring-sosial.html
diakses 04 Nov 2014 pukul 21:33
63
21:33
39
sebagainya. Contoh dari jejaring sosial antara lain Facebook, Twitter, Path, Tumblr,
Pinterest, Instagram dan lain sejenisnya.64
Cara kerja situs jejaring sosial adalah menghubungkan orang-orang yang tidak
mungkin disatukan dalam dunia nyata ke dalam suatu media dengan bantuan
sambungan internet. Media semacam ini disebut dengan situs jejaring sosial. 65
Pengertian media sosial lainnya adalah media yang didesain untuk
memudahkan interaksi sosial bersifat interaktif dengan berbasis teknologi internet
yang mengubah pola penyebaran informasi dari sebelumnya bersifat broadcast media
monologue (satu ke banyak audiens) ke media dialogue (banyak audiens ke banyak
audiens).66
Dari sekian banyak pengertian media sosial, maka peneliti menyimpulkan
bahwa media sosial adalah aplikasi yang aktivitasnya harus didukung dengan adanya
koneksi internet (networking) yang memiliki fungsi yang beragam, sebagai alat
interaksi komunikasi dalam dunia maya baik dengan orang yang berada diberbagai
lapisan dunia, dengan kerabat dekat, bahkan dengan orang-orang tak dikenal
sekalipun, juga sebagai tempat mendapatkan informasi berita terkini hingga
berbelanja. Media ini juga tentunya digunakan sebagai media perantara untuk
64
http://www.merdeka.com/teknologi/perbedaan-sosial-media-dan-jejaring-sosial.html
21:33
diakses 04 Nov 2014 pukul 21:33
65
Tony Hendroyono. 2009. Facebook. Yogyakarta : B First. Hlm: 1
66
Ratih Dwi Kusumaningtyas. 2010. Peran Media Sosial Online (Facebook) Sebagai Saluran Self
Disclosure Remaja Putri Di Surabaya. Jawa Timur: Universitas VETERAN. Hlm: 5
40
mengekspresikan diri sebagai bentuk penghargaan dan pelepasan ketegangan bagi
diri.
2.1.5 Self Disclosure Dalam Media Sosial
Penelitian self disclosure pada media sosial ini merupakan pengembangan
dari penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk mengetahui self disclosure dalam media
sosial maka peneliti perlu meninjau dari penelitian-penelitian terdahulu. Berikut
disertakan penelitian-penelitian tersebut :
Tabel 2.1
Penelitian self disclosure pada media sosial
No
1.
Nama
Judul
Ditya Ardi Self Disclosure
Nugroho
Terhadap
Pasangan
Melalui Media
Facebook Di
Tinjau
Dari
Jenis Kelamin
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
adalah
untuk
mengetahui
perbedaan
self
disclosure terhadap
pasangan
melalui
media facebook di
tinjau
dari
jenis
kelamin
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan self
disclosure
melalui
media
facebook
ditinjau dari jenis
kelamin.
Self
disclosure
pada
perempuan
lebih
tinggi daripada self
disclosure laki – laki.
2.
Daniel
Novy
Hertanto
Bentuk
–
bentuk
self
disclosure
melalui foto di
situs jejaring
sosial
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
melihat
bagaimana
melalui sebuah foto
dapat menunjukkan
self
disclosure
seseorang
dalam
interaksinya
saat
berada
pada
komunitasnya
di
- Terdapat proses self
disclosure di dalam
foto-foto yang yang
diunggah pada fasilitas
tag
photo
pada
Account Group NIKE
Golf di Facebook.
- Terdapat bentukbentuk self disclosure
41
dunia maya dengan yang
dalam
mendeskripsikannya. tersebut
3.
Yeanita
lestarina
Self disclosure
Individu pada
Aktivitas
Kencan Online
(studi
pada
individu
di
jejaring sosial
Facebook)
Tujuan penelitian ini
adalah
untuk
menjelaskan
pengungkapan
diri
pada individu ketika
mereka
melakukan
kencan online di
Facebook.
4.
Ratih Dwi Peran Media
Kusumanin Sosial Online
gtyas
(Facebook)
Sebagai
Saluran
Self
Disclosure
Remaja Putri
Di Surabaya
(Studi
Deskriptif
Kualitatif
Mengenai
Peran Media
Sosial Online
(Facebook)
Sebagai
Saluran
Self
Disclosure
Remaja Putri
Di Surabaya)
Penelitian menaruh
perhatian pada wujud
self disclosure remaja
putri di Surabaya
melalui
peran
Facebook,
baik
berupa alasan, sifat,
topik maupun nilainilai
dalam
melakukan
hal
tersebut.
foto
Bahwa
individu
merasa lebih aman dan
nyaman
saat
berkomunikasi online
dibandingkan offline,
adanya
perbedaan
keluasan
dan
kedalaman
topik
pembahasan pada pria
dan wanita pada awal
hubungan maupun saat
hubungan
telah
berkembang lebih jauh
dan self disclosure
merupakan
sumber
peningkatan
suatu
hubungan.
Hasil penelitian ialah
peran
Facebook
sangatlah luar biasa
sebagai saluran self
disclosure remaja putri
di Surabaya, karena
mampu
membuat
informasi tersembunyi
di kehidupan nyata
(offline)
cenderung
diungkapkan
pada
Facebook
(online)
secara terbuka oleh
Facebooker (informan
penelitian).
Remaja
putri di Surabaya
(informan penelitian)
melakukan
self
disclosure
di
Facebook
untuk
memenuhi kebutuhan
menjalin
hubungan
42
pertemanan,
khususnya pertemanan
lama
dan
mengaktualisasikan
diri.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa self
disclosure pada media sosial ini ada dan penerapannya pada media sosial
menyebabkan dampak dan fungsi tertentu bagi individu itu sendiri.
Berikut dampak self disclosure pada media sosial :
1. Menimbulkan kejahatan dan dampak negatif bermedia yang terjadi akibat
seseorang yang sering menginformasikan mengenai pribadinya pada media sosial.
“Kecenderungan remaja puteri dapat membahayakan dirinya, apabila
hadir pihak yang berniat buruk padanya. Melalui Facebook, pihak yang
tidak baik juga dapat memperoleh informasi bahkan berkomunikasi
langsung dengan remaja puteri yang bersangkutan untuk mempelajari sisi
lemahnya.”67
Artinya saat seseorang menggunakan media sosial sebagai saluran self disclosure
untuk mencurahkan isi hatinya termasuk kesedihannya, maka secara tidak
langsung hal tersebut memberi peluang pada orang yang berniat jahat untuk
mengetahui informasi individu tersebut.
2. Meningkatkan
pengembangan
dan
pemeliharaan
hubungan
dalam
baik
pertemanan antar dua orang, satu komunitas, maupun dalam hubungan pribadi
pada pasangan (pacaran) menjadi lebih dekat dan semakin akrab karena adanya
67
Ibid, Kusumaningtyas. Hlm: 12
43
informasi yang diketahui sehingga antar satu sama lain mengetahui informasi
mengenai diri, hobi, dan mengenal lebih dalam antar satu dengan lainnya.
3. Menunjukan bahwa wanita lebih terbuka dari pada pria dalam melakukan
pengungkapan diri pada media sosial. Seperti yang diungkapkan Devito bahwa,
umumnya pria lebih kurang terbuka dari pada wanita.68
4. Menjadikan individu merasa lebih aman dan nyaman saat berkomunikasi secara
online dibandingkan offline atau tatap muka.
“Saat melakukan aktivitas kencan online, seseorang diberikan kekuatan
pada dimensi kenyamanan. Informan dapat lebih leluasa memutuskan
dengan siapa informan ingin berkencan maupun menolak tawaran kencan
tanpa dibayangi perasaan canggung.”69
Artinya saat melakukan adanya penolakan komunikasi dalam media sosial,
seseorang melakukan tidak secara tatap muka langsung sehingga dapat lebih
nyaman mengungkapkan penolakan yang efeknya bila dilakukan langsung akan
membuat seseorang menjadi sakit hati.
Keterbukaan diri dapat terjadi sekalipun lewat internet. Individu dengan
tingkat keterbukaan diri yang tinggi dimungkinkan menikmati penggunaan situs
jejaring sosial karena dapat memenuhi kebutuhan mengekspresikan diri. 70 Seperti
ungkapan Roberts, 1998 dalam Severin dan Tankard bahwa di sisi lain, juga terdapat
68
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Hlm: 67
69
Yunita Lestarina. 2012. Self Disclosure Individu Pada Aktivitas Kencan Online. Depok: Universitas
Indonesia. Hlm : 92
70
Desiana Fiskarani Kilamanca. 2010. Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi dan keterbukaan Diri
dengan Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Pada Remaja. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret. Hlm : 43
44
kasus-kasus individual yang merasa bahwa pemakaian internet membatu mereka
menghilangkan depresi.71
Saat ini media sosial banyak digunakan orang-orang dari berbagai macam usia
sebagai media untuk mengekspresikan diri. Mulai dari upload foto, video,
berkomentar pada status teman, hingga cuhat masalah pribadi serta mengungkapkan
perasaan diri (senang, bahagia, marah, sedih, sakit hati, dan lain sebagainya) pada
media tersebut. Hal ini berkaitan dengan masalah yang peneliti ambil yakni media
sosial sebagai saluran self disclosure.
Kebanyakan orang secara sadar maupun tidak sadar sering kali menuliskan
status-status yang menggambarkan kegiatan atau perasaannya saat itu pada media
sosial dengan rentan waktu yang tidak bisa ditentukan. Seseorang terkadang
mengungkapkan informasi pribadinya tersebut tanpa batasan-batasan yang wajar. Hal
ini yang kemudian menjadi topik pengungkapan diri (self disclosure) yang peneliti
maksud. Dimana arti pengungkapan diri (self disclosure) pada media sosial ini adalah
perilaku seseorang yang mencurahkan isi hati dan membagikan hal pribadi terkait
perasaan dalam diri yang diungkapkan pada sebuah situs jejaring sosial.
Umumnya karakteristik media sosial melibatkan adanya profil nama
pengguna sebagai bentuk informasi dari pemilik akun tersebut. Situs jejaring sosial
memiliki beragam fitur, namun pada umumnya tulang punggung situs jejaring sosial
71
Werner J Severin & Tankard, James W. 2011. Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di
Dalam Media Massa) Edisi Kelima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 464
45
adalah memuat dan memperlihatkan profil penggunanya serta daftar teman yang juga
merupakan pengguna dalam sistem tersebut.72 Namun seiring berkembangnya zaman,
dan semakin majunya teknologi melahirkan beragam situs media sosial.
Salah satu situs jejaring sosial yang memiliki karakteristik berbeda dari yang
lainnya tertarik untuk peneliti jadikan sebagai subjek penelitian. Situs jejaring sosial
ini dinamakan Lega Talk, dimana cara kerjanya hampir sama yakni sama-sama media
yang menyediakan fitur untuk berbagi status. Hal yang membedakan situs ini adalah
penggunaan profil pemilik akun dan informasi penunjang lainnya tidak disertakan
atau dicantumkan, menjadikan media sosial ini terbilang anonim. Media sosial ini
didesain sebagai media khusus „aplikasi curhat‟. Setiap pengguna boleh
mengungkapkan hal apapun secara anonim tanpa harus ada yang mengetahui jati diri
seseorang secara pribadi, karena pada media ini hanya terdapat satu kolom khusus
untuk aksi curhat tersebut.
Dengan ide dasar peneliti bahwa kebanyakan orang senang menggunakan
media jejaring sosial serta melakukan berbagai hal di dalamnya termasuk
mengungkapkan perasaan pribadi serta ide dari kasus mengenai orang-orang yang
terpaksa harus berurusan dengan hukum saat berbagi pada sebuah status media
jejaring sosial. Untuk itu, dengan konteks dalam penelitian ini pengungkapan diri
(self disclosure) secara anonim akankah memungkinkan setiap orang dapat
72
Desiana F Kilamanca. 2010. Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi dan Keterbukaan Diri dengan
Intesitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Pada Remaja. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Hlm : 11
46
mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya pada media jejaring sosial tersebut.
Seperti ungkapan Taylor (2009:335) menyatakan bahwa
Anonimitas yang terdapat dalam interaksi secara online memudahkan
seseorang untuk mengungkapkan informasi personalnya, hal ini mungkin
karena individu merasa lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting
dari diri mereka saat mereka melakukan interaksi secara online.73
2.1.6 Teori Self Disclosure
Teori self disclosure sering disebut teori “johari window” atau jendela johari.
Para pakar psikologi kepribadian menganggap bahwa model teoritis yang dia
ciptakan merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antarpribadi
secara manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat dalam
gambar berikut ini.
Saya tahu
Orang lain tahu
Orang lain tidak tahu
saya tidak tahu
1. Terbuka
2. Buta
3. Tersembunyi
4. Tidak Tahu
Gambar 2.2
Jendela Johari tentang bidang pengendalian diri dan orang lain
Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi
menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri
dalam kaitannya dengan orang lain.
73
David Mahendra. 2014. Media Jejaring Sosial Dalam Dimensi Self Disclosure. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga. Hlm: 22
47
Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka
dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang
lain.
1. Bingkai 1, menunjukan orang yang terbuka terhadap orang lain. Keterbukaan
itu disebabkan dua pihak (saya dan orang lain) sama-sama mengetahui
informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan lainlain. Johari menyebutkan “bidang terbuka”, suatu bingkai yang paling ideal
dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi. Pada daerah inilah kita sering
melakukan pengelolaan kesan.74
2. Bingkai 2, adalah bidang buta. “orang buta” merupakan orang yang tidak
mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain mengetahui
banyak hal tentang dia.
3. Bingkai 3, disebut “bidang tersembunyi” yang menunjukan keadaan bahwa
pelbagai hal diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.
4. Bingkai 4, disebut “bidang tidak dikenal” yang menunjukan keadaan bahwa
pelbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain.
Model
Jendela Johari
dibangun berdasarkan delapan asumsi
yang
berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi-asumsi itu menjadi landasan berpikir
para kaum humanistik.
74
Jalaluddin Rakhmat. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 108
48
1. Asumsi pertama, pendekatan terhadap perilaku manusia harus dilakukan
secara holistik. Artinya kalau kita hendak menganalisis perilaku manusia
maka analisis itu harus menyeluruh sesuai konteks dan jangan terpenggalpenggal.
2. Asumsi kedua, apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang hendaklah
dipahami melalui persepsi dan perasaan tertentu, meskipun pandangan itu
subjektip.
3. Asumsi ketiga, perilaku manusia lebih sering emosional bukan rasional.
pendekatan humanistik terhadap perilaku sangat menekankan betapa
pentingnya hubungan antara faktor emosi dengan perilaku.
4. Asumsi keempat, setiap individu atau sekelompok orang sering tidak
menyadari bahwa tindakan-tindakannya dapat menggambarkan perilaku
individu atau kelompok tersebut. Oleh karena itu, para pakar aliran
humanistik sering mengemukakan pendapat mereka bahwa setiap individu
atau kelompok perlu mengingkatkan kesadaran sehingga mereka dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.
5. Asumsi kelima, faktor-faktor yang bersifat kualitatif, misalnya derajat
penerimaan antarpribadi, konflik, kepercayaan antarpribadi merupakan faktor
penting yang mempengaruhi perilaku manusia.
6. Asumsi keenam, aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh proses
perubahan perilaku bukan oleh struktur perilaku. Berdasarkan asumsi ini
49
maka teori-teori yang dikembangkan oleh kaum humanistik selalu
mengutamakan tema-tema perubahan dan pertumbuhan perilaku manusia.
7. Asumsi ketujuh, kita dapat memahami prinsip-prinsip yang mengatur perilaku
melalui pengujian terhadap pengalaman yang dialami individu.
8. Asumsi kedelapan, perilaku manusia dapat dipahami dalam seluruh
kompleksitasnya bukan dari sesuatu yang disederhanakan. Asumsi ini
berkaitan erat dengan asumsi pertama yang menganjurkan suatu pendekatan
yang holistik terhadap perilaku manusia.
Bingkai-bingkai dari Jendela Johari tersebut dapat digeser sehingga ruangruang 1,2,3 dan 4 dapat dibesarkan atau dikecilkan untuk menggambarkan tingkat
keterbukaan individu dan penerimaan orang lain terhadap individu.
Ada empat kemungkinan perubahan atas bingkai-bingkai Jendela Johari.
1
2
3
4
Bingkai 1 diperbesar
Manusia ideal ialah manusia yang selalu terbuka dengan orang lain (open
minded person or of ideal window)
1
2
3
4
Bingkai 2 diperbesar
50
Manusia yang terlalu menonjolkan diri, namun buta terhadap dirinya sendiri
(exhibitionist or bull in chinashop)
1
2
3
4
Bingkai 3 diperbesar
Manusia yang yang suka menyendiri, sifatnya seperti penyu (loner and loner
dan turtle)
1
2
3
4
Bingkai 4 diperbesar
Manusia yang tahu banyak orang lain tetapi dia menutup dirinya (type
interviewer).75
Seperti halnya pada penelitian ini, individu diasumsikan melakukan self
disclosure pada media sosial sebagai bentuk pemenuhan akan kebutuhan dalam
konteks hiburan.
Kebutuhan dasar manusia lainnya adalah hiburan. Hiburan dapat bermacammacam. Beberapa bentuk ini yang digambarkan oleh para peneliti meliputi (1)
stimulasi, atau usaha pembebasan dari kebosanan atau aktivitas rutin seharihari atau kehidupan setiap hari; (2) relaksasi, atau melarikan diri dari tekanan
75
A Liliweri. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Adya Bakti. hlm :49-52
51
dan masalah-masalah hidup sehari-hari; dan (3) pelepasan, emosional
mengenai emosi dan energi yang terpendam.76
Mengenai bentuk hiburan yang ke3 yakni pelepasan, peneliti asumsikan
bahwa pelepasan ini dilakukan individu dalam bentuk self disclosure (pembukaan
diri) pada media sosial. Membuka diri dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk
mereka yang melakukan self disclosure pada media sosial yang peneliti ambil yakni
Legatalk. Dengan melakukan pembukaan diri individu diharapkan dapat melakukan
pemenuhan kepuasan hiburan sebagai bentuk kebutuhan dasar manusia. Seperti yang
diungkapkan McQuail, Blumer, dan Brown (1972) bahwa fungsi individu
menggunakan media yakni sebagai pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah
serta pelepasan emosi.77
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca guna memperjelas maksud
penelitian. Dalam hal ini, permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah
“bagaimana self disclosure (pengungkapan diri) pada media sosial yang anonim?”.
Mengacu pada teori self disclosure menunjukan bahwa terdapat 4 jendela
sebagai bentuk self disclosure individu. Bingkai-bingkai dari Jendela Johari tersebut
dapat digeser sehingga ruang-ruang 1,2,3 dan 4 dapat dibesarkan atau dikecilkan
76
Heru Puji Winarso. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam
Terbitan (KDT). Hlm: 46
77
Werner J Severin & Tankard, James W.2011. Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di
Dalam Media Massa) Edisi Kelima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm:356
52
sesuai dengan tingkat keterbukaan masing-masing individu. Dalam kerangka berfikir
yang dibuat oleh peneliti, berawal dari diri individu itu sendiri kemudian
dihubungkan dengan beberapa aspek yang berkaitan dengan self disclosure seperti
dimensi, manfaat dan fungsi, faktor-faktor, serta pedoman self disclosure itu sendiri
sebagai kerangka untuk menentukan self disclosure yang kemudian hal tersebut
terjadi melalui sebuah perantara media yang dalam hal ini media tersebut bersifat
anonim (identitas pengguna tidak diketahui), sehingga terciptalah suatu pembukaan
diri (self disclosure) pada media sosial.
Bentuk self disclosure pada penelitian ini bukan terjadi pada hubungan antar
individu. Namun, yang menjadi fokus utama pada penelitian ini adalah individu itu
sendiri yang berani membuka diri dalam bentuk postingan „status‟ yang tidak biasa
diungkapkan individu pada media sosial popular kebanyakan. Seperti emosi secara
berlebih yang terungkap pada postingan status tersebut. Untuk menggambarkan
tingkat keterbukaan individu yang kali ini peneliti terapkan pada sebuah status media
sosial anonim sebagai bentuk self disclosure, maka berikut adalah bagan kerangka
pemikiran di dalam penelitian ini:
53
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Diri Individu
Self Disclosure
(Pengungkapan
Diri) Pengguna
LegaTalk
Dimensi Self
Disclosure
(Pengungkapan
Diri) Pengguna
LegaTalk
Tujuan Self
Disclosure
(Pengungkapan
Diri) Pengguna
LegaTalk
Fungsi Self
Disclosure
(Pengungkapan
Diri) Pengguna
LegaTalk
Efek Self
Disclosure
(Pengungkapan
Diri) Pengguna
LegaTalk
Media Sosial
(anonim)
SELF DISCLOSURE
Sumber : Peneliti
54
2.3 Penelitian Terdahulu
Peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dan
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Penggalian dari wacana
penelitian terdahulu ini dilakukan sebagai upaya memperjelas tentang variabel dalam
penelitian ini, sekaligus untuk membedakan antara penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya. Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan
akademis dan telah mempublikasikannya pada beberapa jurnal cetakan dan jurnal
online (internet). Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung,
pelengkap, pembanding dan pemberi gambar awal mengenai kajian terkait
permasalahan dalam penelitian ini. Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil
penelitian terdahulu mengenai self disclosure.
Penelitian mengenai media sosial sebagai self disclosure dilakukan oleh
peneliti terdahulu, antara lain :
1. Skripsi Daniel Novy Hertanto ( Universitas Atma Jaya Yogyakarta )
Daniel Novy Hertanto mengangkat skripsi tentang “bentuk-bentuk self
disclosure melalui foto pada situs Jejaring Sosial (studi deskriptif terhadap foto-foto
pada fasilitas tag photo pada account group NIKE Golf di Facebook.” Penelitian ini
bertujuan untuk melihat bagaimana melalui sebuah foto dapat menunjukkan self
disclosure seseorang dalam interaksinya saat berada pada komunitasnya di dunia
maya dengan mendeskripsikannya.
55
Untuk menjawab masalah di atas, maka diangkat sub fokus-sub fokus
penelitian berikut ini : ekspresi subjek foto, point of interest, dan faktor teknis
fotografi. Ketiga sub fokus tersebut akan dikaitkan sebagai bahan analisis self
disclosure melalui foto pada account group NIKE Golf di Facebook. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Informan dipilih
dengan teknik sampling nonprobabilitas, yaitu purposive sampling (sampling
purposif). Dilakukan analisis foto pada penelitian ini berjumlah 20 (dua puluh) foto.
Data sendiri diperoleh melalui fasilitas tag photo, dan studi pustaka.
Hasil penelitian ini adalah bahwa foto-foto dalam fasilitas tag photo pada
Account Group NIKE Golf di Facebook yang diunggah oleh anggotanya memiliki
bentuk-bentuk self disclosure yang beragam, bergantung pada konteks tujuan dan
momen yang terekam dalam foto dan hal yang ingin ditunjukkan kepada orang lain
sebagai aktivitas mengidentifikasi dirinya dengan NIKE.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat proses self
disclosure di dalam foto-foto tersebut, bentuk proses self disclosure diantaranya (a)
perasaan bangga, senang dan gembira karena memiliki produk NIKE sebagai koleksi
(b) ketertarikan dan keinginan memiliki terhadap produk NIKE yang dikenakan oleh
para pegolf profesional yang ia gemari; (c) kegembiraan dan kebanggaan bahwa si
pengunggah terlibat dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh NIKE Golf.
Saran yang dapat peneliti sampaikan untuk lebih memperhatikan etika
ataupun empatinya dalam memberikan feedback terhadap foto-foto yang diunggah
berdasarkan kesamaan kepentingan mengungkapkan diri dan indentifikasi diri dengan
56
NIKE Golf. (http://e-journal.uajy.ac.id/1453/1/0KOM01716.pdf diakses pada 16
Maret 2015, pukul 00:11 WIB).
2. Skripsi Ratih Dwi Kusumaningtyas (Universitas VETERAN Jawa
Timur)
Ratih Dwi Kusumaningtyas mengangkat skripsi tentang “peran media sosial
(online) sebagai saluran self disclosure remaja putrid di Surabaya (studi deskriptif
kualitatif mengenai peran media sosial online (Facebook) sebagai saluran self
disclosure remaja putri di Surabaya.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
media sosial online Facebook sebagai saluran self disclosure remaja putri di
Surabaya.
Untuk menjawab masalah di atas, maka diangkat sub fokus-sub fokus
penelitian berikut ini, berupa alasan, sifat, topik, maupun nilai-nilai dalam melakukan
self disclosure pada media Facebook tersebut. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah bahwa peran Facebook sangatlah luar biasa sebagai
saluran self disclosure remaja putri di Surabaya, karena mampu membuat informasi
tersembunyi di kehidupan nyata (offline) cenderung diungkapkan pada Facebook
(online) secara terbuka oleh Facebooker (informan penelitian).
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa remaja putri di Surabaya
(informan penelitian) merasa nyaman melakukan self disclosure di Facebook, karena
kebutuhan yang dia harapkan dapat terpenuhi pula oleh Facebook.
57
( http://eprints.upnjatim.ac.id/439/1/file1.pdf diakses pada 17 Maret 2015,
pukul 19:01 WIB).
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No.
1.
Item
Penelitian 1
Nama
Peneliti
Judul
Daniel Novy
Hertanto
Bentuk-Bentuk Self
Disclosure Melalui
Foto Pada Situs
Jejaring Sosial (studi
deskriptif terhadap
foto-foto pada
fasilitas tag photo
pada account group
NIKE Golf di
Facebook
3.
4.
Tahun
Tujuan
Penelitian
5.
Metode
Penelitian
2011
Untuk melihat
bagaimana melalui
sebuah foto dapat
menunjukkan self
disclosure seseorang
dalam interaksinya
saat berada pada
komunitasnya di
dunia maya dengan
mendeskripsikannya.
Pendekatan kualitatif
dengan metode
deskriptif
2.
Penelitian II
Ratih Dwi
Kusumaningtyas
Peran Media Sosial
(Online) Sebagai
Saluran Self
Disclosure Remaja
Putri Di Surabaya
(studi deskriptif
kualitatif mengenai
peran media sosial
online (Facebook)
sebagai saluran self
disclosure remaja
putri di Surabaya
2010
Untuk mengetahui
peran media sosial
online Facebook
sebagai saluran self
disclosure remaja
putri di Surabaya.
Peneliti III
(Penelitian ini)
Widiyana Ningsih
Self Disclosure
Pada Media
Sosial (studi
deskriptif pada
media sosial
anonim legatalk)
2015
Untuk
mengetahui self
disclosure dalam
media sosial
Legatalk yang
anonim.
Pendekatan kualitatif Pendekatan
dengan metode
kualitatif dengan
deskriptif
metode deskriptif
58
6.
Teori
7.
Hasil
8.
9.
10.
Bahwa foto-foto
dalam fasilitas tag
photo pada Account
Group NIKE Golf di
Facebook yang
diunggah oleh
anggotanya memiliki
bentuk-bentuk self
disclosure yang
beragam, bergantung
pada konteks tujuan
dan momen yang
terekam dalam foto
dan hal yang ingin
ditunjukkan kepada
orang lain sebagai
aktivitas
mengidentifikasi
dirinya dengan
NIKE.
Persamaan Meneliti tentang self
disclosure
Perbedaan Objek penelitian pada
account Group NIKE
Golf di Facebook
Sumber
http://ejournal.uajy.ac.id/145
3/1/0KOM01716.pdf
Johari Window,
Motivasi kebutuhan
manusia,
determinisme
teknologi, dan CMC
(Communication
Mediated Computer)
Bahwa peran
Facebook sangatlah
luar biasa sebagai
saluran self
disclosure remaja
putri di Surabaya,
karena mampu
membuat informasi
tersembunyi di
kehidupan nyata
(offline) cenderung
diungkapkan pada
Facebook (online)
secara terbuka oleh
Facebooker
(informan
penelitian).
Teori Self
Disclosure (Teori
Johari Window)
Meneliti tentang self
disclosure
Objek penelitian
pada remaja putri di
Surabaya
Meneliti tentang
self disclosure
Objek penelitian
pada orang-orang
yang
menggunakan
media sosial
Legatalk
http://eprints.upnjati
m.ac.id/439/1/file1.p
df
Bahwa self
disclosure pada
media anonim ini
menimbulkan
perilaku terbuka
oleh penggunanya
mengenai
kehidupan
pribadinya
termasuk topik
intim atau
mengenai sisi
negatif dari
individu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Suriasumantri (2011) yang dikutip oleh Rachmat
Kriyantono, bahwa pada dasarnya merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik.78
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
yang
memungkinkan seorang peneliti untuk mengintrepretasikan suatu fenomena secara
holistik dengan menggunakan kata-kata, tanpa harus bergantung pada sebuah angka.
Bogdan dan Taylor (1992) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku orang-orang yang diamati.79
Menurut Ruchan, melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali
subjek, merasa apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.80 Kemudian
penulis buku kualitatif (Denzin dan Lincoln, 1987) juga menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
78
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Hlm: 49
79
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hlm: 1
80
Ibid, Hlm: 1
59
60
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada.81
Berdasarkan jenis atau tipe riset pada penelitian ini, digunakan metode
penelitian deskriptif,
Yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu sistem, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.82
Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Jenis riset
ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang faktafakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.83 Riset ini digunakan untuk
menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar
variabel.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk:
(1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktekpraktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4)
menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.84
81
Lexy J Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 5
Moh Nazir. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm: 54
83
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Hlm: 69
84
Jalaluddin Rakmat. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm: 25
82
61
Teknik deskriptif ini dianggap cocok untuk digunakan di dalam penelitian ini
karena peneliti hanya ingin memaparkan self disclosure dalam media sosial itu seperti
apa. Sehingga, peneliti akan berupaya mengumpulkan informasi secara rinci yang
melukiskan tema dari penelitian yang dimaksud. Oleh karena data yang dikumpulkan
adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, dengan demikian laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen
lainnya.
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma menurut Bogdan dan Binklen (1982) yang dikutip oleh Moleong
adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau
proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.85
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma
postpositivisme. Lahirnya postpositivisme karena beberapa hal: (1) secara ontologis,
postpositivisme bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang
ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil
apabila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti); (2) secara
metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi tidak cukup, tetapi harus
menggunakan metode triangulation, yaitu penggunaan bermacam-macam metode,
85
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Hlm: 49
62
sumber data, peneliti, dan teori; (3) secara epistemologis, hubungan antara pengamat
atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidak bisa dipisahkan, seperti
yang diusulkan oleh positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin
mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri dibelakang layar tanpa
ikut terlibat dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antar pengamat
dengan objek harus bersifat interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat
senetral mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal. 86
Paradigma filsafat postpositivisme berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa
dan teraba saja tetapi mencoba memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial
menurut paradigma ini adalah suatu gejala yang utuh yang terikat dengan konteks,
bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna oleh karena itu, mengetahui
keberadaannya tidak dalam bentuk ukuran akan tetapi dalam bentuk eksplorasi untuk
dapat mendeskripsikannya secara utuh.87 Oleh karena penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif deskriptif sehingga membutuhkan penjelasan mendalam,
sehingga penelitian ini menggunakan paradigma postpositivisme tersebut.
Peneliti menggunakan paradigma pospositivisme ini untuk menjelaskan
bagaimana individu dapat melakukan self disclosure dengan bebas pada media sosial
Legatalk secara subjektif, karena dengan paradigma ini peneliti bisa mendapatkan
informasi yang mendalam dari individu yang diteliti.
86
87
Burhan Bungin, 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 4-5
Djaman Satori & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm: 12
63
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap sesuatu hal.
Untuk itu perlu diberikan batasan untuk menghindari penafsiran yang keliru atas
judul penelitian ini. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasi,
sekaligus memudahkan pembaca dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis
perlu merasa untuk mencantumkan batasan masalah dalam penelitian ini, sehingga
tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya. Adapun batasan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti memfokuskan penelitian ini pada individu pengguna media sosial
Legatalk. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat fokus dalam satu
bagian. Sehingga data yang diperoleh valid, spesifik, mendalam, dan
memudahkan peneliti untuk menganalisis data yang diperoleh.
2. Peneliti mengobservasi pada individu yang berani melakukan self
disclosure pada media sosial Legatalk yang anonim. Bagaimana individu
lebih berani dan bebas melakukan self disclosure (pengungkapan diri)
pada media tersebut. Penelitian ini mengkaji self disclosure melalui
sebuah „status‟.
3. Status – status yang dimaksud adalah suatu ungkapan mengenai perasaan
(senang, sedih, marah, kecewa, kesal,dan sebagainya), keadaan seseorang
atau tentang suatu peristiwa yang ditulis pada media sosial legatalk.
Legatalk sebagai sebuah situs jejaring sosial yang memiliki fungsi sebagai
64
media self disclosure dari penggunanya. Berdasarkan hal itu, peneliti
berasumsi bahwa status-status yang diunggah oleh pengguna media juga
berarti merupakan suatu tindakan self disclosure dari penulisnya.
4. Self disclosure pada penelitian ini yakni sebuah tindakan dalam
melakukan pembukaan diri, tentang mereka (individu) yang berani terbuka
terhadap segala isi hati dan perasaan diri yang dirasakan kemudian
diungkapkan pada media sosial yang peneliti ambil melalui sebuah
„status‟.
5. Peneliti mewawancarai atau menggali informasi dari informan yaitu
individu yang menggunakan media ini (Legatalk), yang sering terlibat dan
melakukan self disclosure (pengungkapan diri) dalam bentuk „status‟ pada
ruang curhat di media tersebut (Legatalk) mengenai perasaan diri
seseorang.
Penelitian ini mendeskripsikan apa alasan individu cenderung melakukan self
disclosure negatif pada media Legatalk anonim (identitas tersamarkan), dalam hal ini
adalah mengenai „status‟ seseorang. Khususnya pada pengguna media yang
cenderung membuka diri pada sebuah „status‟ yang negatif. Hal ini ditujukan untuk
mengetahui alasan dari pengungkapan yang tidak biasa tersebut. Namun, peneliti juga
akan mewawancarai beberapa individu dengan pengungkapan diri umum (tidak
bernada negatif) sebagai sebuah literatur atau penambahan informasi yang diteliti.
65
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1
Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland (1984) yang dikutip oleh Moleong, bahwa
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan
dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.88
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber dan jenis data, yaitu:
1. Data Primer
Merupakan sumber pertama sebuah data dihasilkan. Dalam penelitian ini
yang menjadi sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi dari pihak-pihak yang terlibat secara langsung dengan penelitian
ini, seperti pemilik media dan pengguna media itu sendiri.
2. Data Sekunder
Merupakan data atau informasi yang diperoleh melalui studi pustaka,
literatur-literatur, dokumentasi, artikel pada majalah, koran, website
maupun internet, atau data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini
serta juga diperoleh dari hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan
sebelumnya.
88
Lexy J Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 157
66
3.4.2
Teknik Pengumpulan Data
Fase terpenting dari penelitian ini adalah pengumpulan data. Menurut
Arikunto (1995) dalam Kriyantono, instrumen pengumpulan data atau disebut saja
sebagai instrumen riset adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh periset
dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan itu menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.89
Alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti ini difungsikan agar penelitian
ini berjalan dengan akurat dan sesuai dengan keinginan peneliti. Bukan hanya
berfokus pada teori dari buku-buku, melainkan juga dibutuhkan informasi lainnya
sebagai bahan penelitian untuk dianalisis pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan
data yang dilakukan, sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Margono (2005) yang dikutip oleh Satori dan Komariah,
mengungkapkan bahwa, observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.90 Observasi yang digunakan peneliti yakni observasi non
partisipatif. Di mana menurut Suparlan observasi non partisipatif sama dengan
istilah pengamatan biasa.91
89
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Hlm: 96
90
Djam’an Satori & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm:
105
91
Ibid, Hlm: 119
67
Dalam penelitian ini, peneliti lebih melakukan pengamatan non
partisipatif atau pengamatan biasa pada sebuah „status‟ media sosial tentang
bagaimana informan melakukan self disclosure.
2. Wawancara (Interview)
Menurut Esternberg (2002) yang dikutip oleh Satori dan Komariah,
mendefinisikan, bahwa
Interview, a meeting of two persons to exchange information and idea
through question and responses, resulting in communication and joint
construction of meaning about a particular topic. (wawancara
merupakan suatu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu).92
Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara
semistruktur, di mana pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan
tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara
bebas, yang terkait dengan permasalahan.93
Wawancara kepada informan dilakukan dengan menggunakan pesan,
Email dan chatting melalui aplikasi WhatsApp Messangger, Line, dan BBM
for Android. Kegiatan wawancara tidak dilakukan dengan bertemu secara
langsung dikarenakan jarak atau lokasi informan berada di luar daerah
peneliti. Data yang diharapkan bisa didapatkan oleh peneliti dalam wawancara
ini adalah bagaimana informan (pengguna media) menanggapi tentang self
92
Ibid. Hlm: 130
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Hlm: 101
93
68
disclosure pada media sosial Legatalk khususnya bagaimana individu
melakukan pengungkapan diri secara berani, bebas, dan lebih terbuka.
3. Studi kepustakaan
Penulis mencari data dengan mengadakan penelaahan terhadap bukubuku literatur, karya tulis yang bersifat ilmiah seperti jurnal dan skripsi yang
memiliki hubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
4. Internet searching
Merupakan teknik pengumpulan data melalui bantuan teknologi yang
berupa alat / mesin pencari di internet dimana segala informasi dari berbagai
era tersedia didalamnya. Internet searching sangat memudahkan dalam rangka
membantu peneliti menemukan suatu file atau data dimana kecepatan,
kelengkapan, dan ketersediaan data dari berbagai tahun tersedia. Mencari data
di internet bisa dilakukan dengan cara searching, browsing, surfing ataupun
downloading.
Peneliti
menggunakan
internet
searching
ini
untuk
mendapatkan artikel-artikel maupun jurnal serta skripsi online yang berkaitan
dengan topik self disclosure.
5. Dokumentasi
Menurut A.S Hornby, 1987 mengatakan bahwa dokumentasi dalam
bahasa Inggris disebut document yaitu “something written or printed, to be
used as a record or edivence”, atau sesuatu tertulis atau dicetak untuk
69
digunakan sebagai sesuatu atau bukti.94 Dokumen juga merupakan sumber
informasi yang bukan manusia (non human resources).95
Dengan dokumentasi ini diharapkan terkumpul dokumen-dokumen,
baik dokumen yang tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumentasi dalam
penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mendalami berbagai dokumen
yang berkaitan dengan penelitian. Teknik ini juga digunakan untuk
memperoleh data dan informasi untuk melengkapi data yang diperlukan.
Dokumen yang dihasilkan sebagai informasi tambahan yang bukan manusia
(non human resources) ini yakni berupa screenshoot atau sebuah teknik foto
untuk mengcapture gambar dari handphone. Gambar yang discreenshoot ini
umumnya seperti status-status pengguna LegaTalk yang digunakan sebagai
lampiran pada penelitian ini.
3.5 Informan Penelitian
Pengertian informan atau narasumber adalah orang yang dianggap mengetahui
dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi
kepada peneliti. Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting.
Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap
permasalahan dalam penelitian.
94
Djam’an Satori & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm:
146
95
Ibid, hlm: 146
70
Menurut Moleong dalam Ardianto mendefinisikan informan penelitian
sebagai berikut: “informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan atau
informasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai
narasumber selama proses penelitian.”96
Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci
(key informan) atau informan utama yakni seseorang atau beberapa orang yang paling
banyak mengetahui informasi mengenai objek penelitian yang sedang diteliti.
Dalam melakukan wawancara maka diperlukan beberapa informan yang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan penelitian ini. Kriteria informan
yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Pengguna media sosial khusus yang dijadikan penelitian (Legatalk)
sebagai Key Informan.
2. Pemilik media sosial (Creative HotHouse).
3. Seorang Psikolog yang juga paham mengenai media sosial.
4. Beberapa penulis blog yang pernah menulis topik mengenai LegaTalk.
Untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan keadaan subjek
penelitian dan bisa menggambarkan (menjawab) apa yang menjadi tujuan dan
permasalahan penelitian, maka peneliti memilih semua informan dalam penelitian ini
dengan menggunakan teknik accidental sampling (sampling kebetulan). Di mana
teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel.
96
Elvinaro Ardianto. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations. Bandung: Remaja
RosdaKarya. Hlm: 61-62
71
Teknik ini digunakan, antara lain karena periset merasa kesulitan untuk menemui
responden atau karena topik yang diriset adalah persoalan umum di mana semua
orang mengetahuinya.97
Alasan peneliti menggunakan teknik sampling kebetulan (accidental
sampling) karena topik yang peneliti ambil adalah mengenai pembukaan diri pada
media sosial yang banyak dilakukan orang sehingga ini merupakan persoalan umum
seperti yang diungkap pada kegunaan dari teknik sampling kebetulan (accidental
sampling) itu sendiri. Kemudian, pengguna media sosial ini cenderung homogeny dan
anonim, memungkinkan peneliti akan kesulitan untuk menemukan calon narasumber.
Sehingga, sesuai dengan teknik tersebut peneliti akan memilih siapa saja yang
kebetulan menggunakan media sosial yang dimaksud oleh penelitian terkait.
Alasan menjadikan pengguna LegaTalk sebagai informan utama karena
keperluan informasi yang harus diperoleh peneliti terkait penelitian ini, serta mereka
merupakan narasumber yang kredibel dan mereka juga merupakan objek yang
melakukan pengungkapan diri pada media tersebut. Para informan utama terdiri dari
lima orang, mereka dipilih secara acak sesuai dengan teknik accidental sampling
yang telah peneliti jelaskan sebelumnya. Peneliti menemukan kelima informan
penelitian berdasarkan ketersediaan mereka untuk diwawancara. Hal yang dilakukan
peneliti untuk menemukan mereka adalah dengan cara menuliskan ungkapan pada
97
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Hlm: 160
72
beberapa status LegaTalk dan peneliti juga ikut berkomentar pada setiap status-status
yang memiliki banyak komentar dengan menyatakan bahwa peneliti sedang mencari
dan membutuhkan informan untuk penelitian, kemudian selanjutnya peneliti meminta
kontak yang bisa dihubungi untuk melakukan tahap wawancara. Untuk keterangan
lebih jelas mengenai informan, dapat dilihat pada tabel informan penelitian dibawah
ini:
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No.
Nama
Jenis Kelamin
Keterangan
1.
Ahmad Rian Effendi
Laki-laki
Pekerja
2.
Rizky Hermawan
Laki-laki
Pekerja
3.
Annisa Nur‟aini Suryono
Wanita
Mahasiswa
4.
Samuel Henk V N
Laki-laki
Mahasiswa
5.
AG
Laki-laki
Pekerja
Selain informan utama, peneliti di sini juga mengambil beberapa informan
pendukung sebagai pemenuhan untuk melengkapi informasi mengenai penelitian.
Informan pendukung dipilih berdasarkan latarbelakang yang memiliki keterkaitan
dengan LegaTalk atau dengan media sosial. Informan pendukung ini adalah seorang
Psikolog yang juga paham mengenai media sosial atau pernah meneliti media sosial,
di mana peneliti asumsikan bahwa seorang Psikolog akan mampu menjawab
beberapa informasi mengenai diri dan pelaku self disclosure pada media sosial.
73
Kemudian informan pendukung lainnya dipilih beberapa orang Blogger yang pernah
membahas mengenai LegaTalk, hal ini peneliti asumsikan bahwa seseorang yang
sudah mampu menulis mengenai LegaTalk pasti juga pernah menggunakan LegaTalk
dan paham akan hal tersebut. Untuk keterangan lebih jelas dapat dilihat pada tabel
informan pendukung dibawah ini:
Tabel 3.2
Informan Pendukung
No.
Nama
Jenis Kelamin
Keterangan
1.
Stephani Raihana Hamdan
Wanita
Psikolog / Dosen
2.
Alfiana Irsyada Salma
Wanita
Staff Admin / Blogger
3.
Ajeng Nida Nisrina
Wanita
Mahasiswa / Blogger
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono menyatakan
bahwa:
“Data analysis is the process of systematically searching and arraging the
interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to
increase your own understanding of them and to enable you to present what
you have discovered to other” (Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain). 98
98
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm: 88
74
Analisis data dimaksudkan untuk menganalisis data hasil catatan lapangan
atau dari sumber informasi yang telah diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, data
diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya
jenuh.
Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verivikasi.99
Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap
tersebut, dan berikut penjelasannya 100:
1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstraksikan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
3. Menarik kesimpulan atau verifikasi, merupakan suatu tinjauan ulang pada
catatan-catatan lapangan,
atau
mungkin
begitu
saksama
dengan
peninjauan kembali untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif”.
99
Ulber Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Hlm: 339
Ibid, hlm: 339-341
100
75
Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan antara satu sama lain
sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari sikap
permasalahan yang ada.
3.7 Uji Keabsahan Data
Setelah tahapan analisis data dilakukan, perlu diperhatikan juga keabsahan
data yang terkumpul. Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan
teknik pemeriksaan.101 Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat
keterpercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). Dalam penelitian ini uji keabsahan
data (validitas) dengan menggunakan teknik Triangulasi sebagai bagian dari derajat
keterpercayaan.
Triangulasi (peer debriefing) dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
waktu.102 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Untuk itu, maka pada penelitian ini peneliti
menggunakan triangulasi sumber dengan cara melakukan wawancara dengan
informan pendukung penelitian yang terdiri dari Psikolog dan para Blogger yang
pernah menuliskan topik mengenai LegaTalk sehingga para informan tersebut
101
102
Lexy J Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 324
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm: 126
76
dianggap sebagai sumber lain atau triangulasi sumber sebagai pembanding serta
pelengkap data yang berkaitan dengan topik penelitian.
3.8 Jadwal Penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No.
Kegiatan
Bulan
Feb
1.
2.
3.
Bimbingan Bab I, II,
dan III
Sidang Outline
5.
Penelitian (Wawancara
& Observasi)
Penyusunan Hasil
Penelitian
Bimbingan Bab IV & V
6.
Penyempurna Laporan
7.
Persiapan Sidang
4.
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agst
Sep
Okt
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebuah media anonim
LegaTalk, yaitu sebuah media sosial yang dalam penggunaanya tidak menyertakan
profil atau identitas pengguna sebagai tanda pengenal seperti media sosial pada
umumnya. Namun, LegaTalk ini sangat mementingkan unsur privasi kepada
penggunanya, oleh karena itu jaminan anonimitas adalah keunggulan yang dimiliki
aplikasi LegaTalk. Sebelum membahas lebih jauh mengenai LegaTalk, akan peneliti
jelaskan terlebih dahulu profil pemilik atau pembuat media anonim tersebut yakni
Creative HotHouse.
4.1.1 Profil Creative HotHouse
Creative HotHouse (CHH) merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang Appmaker atau pembuat aplikasi berupa aplikasi software untuk mobile phone
dan juga membuat beberapa website. Aplikasi- aplikasi buatan CHH ini tersedia
melalui Google play store dan Appstore yang bisa diunduh oleh pengguna mobile
phone. Creative HotHouse berdiri di Indonesia sejak tahun 2013 bertempat di Gedung
One Wolter Jl. Wolter Mongonsidi 63B – 7th Floor, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
Jakarta 12180. Creative HotHouse juga memiliki kantor di luar Indonesia,
diantaranya Creative HotHouse Singapore 1 Robinson Road, #14-01 AIA Tower,
77
78
Singapore 048542, Creative HotHouse Manila Green Sun- 2285 Chino Roces Ave
Makati City, Manila 1231, dan Creative HotHouse Barcelona Calle Llull 70-72 –
Bajos 6, @22 District, Barcelona 08005.
Berikut beberapa produk aplikasi buatan Creative HotHouse, diantaranya
adalah ChopChat (aplikasi khusus chatting), Fotoku (aplikasi hanya khusus selfie
yang bisa dishare ke media sosial), LegaTalk (aplikasi curhat anonim), Clipster
(aplikasi pembuat video, jadi pembuat video sekaligus pengedit video yang bisa
dishare ke media sosial), Stikibro (aplikasi stiker atau emoticon), Radyo (aplikasi
untuk interview), Pletoon (komik harian yang setiap hari terdapat komik-komik baru
berbahasa Indonesia), Onsale, Ayo, Belajoo (aplikasi untuk belajar online),
Dokdokter (sebuah website direktori untuk dokter-dokter difungsikan untuk mencari
dokter-dokter di seluruh Indonesia), Propathai, dan Zocko (aplikasi untuk menjual
barang-barang online),
4.1.2 LegaTalk
LegaTalk adalah sebuah aplikasi media sosial buatan Creative HotHouse yang
memiliki fungsi sebagai aplikasi curhat anonim. LegaTalk ini pertama kali dirilis di
Google Play Store pada Juni 2014 untuk Android dan pada Juli 2014 untuk sistem
IOS serta resmi diluncurkan oleh Creative HotHouse pada bulan September 2014.
LegaTalk ini berasal dari kata „lega‟ yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan
sebagai lapang, tidak sesak atau senggang, kemudian kata Talk yang berasal dari
bahasa Inggris yang memiliki arti berbicara. Maka, LegaTalk ini merupakan sebuah
tempat untuk seseorang berbicara atau membicarakan sesuatu hal yang dirasakan agar
79
seseorang tersebut merasakan kelegaan. Hal tersebut dapat dituangkan pada sebuah
curhatan di media sosial, yakni LegaTalk.
LegaTalk adalah tempat untuk mengeluarkan unek-unekmu tanpa perlu orang
tahu identitasmu. Kamu akan tetap anonim sehingga kamu bisa lebih bebas berbicara.
Privasi adalah kunci di LegaTalk. Jadilah dirimu sendiri (atau siapapun yang kamu
mau) dan katakan apa saja. Di dunia yang penuh stress ini kadang kita perlu untuk
pelampiasan, dan LegaTalk menjawab kebutuhan itu.103
Berdasarkan informasi yang tersedia pada google play, aplikasi media sosial
LegaTalk ini terhitung sampai tanggal 12 Mei 2015 telah didownload oleh pengguna
sebanyak 100.000 unduhan. Jumlah ini mengartikan bahwa media sosial jenis ini
cukup memberikan presentasi sebagai media yang aktif diunduh dan digunakan oleh
masyarakat.
LegaTalk ini merupakan aplikasi curhat anonim, sehingga pada saat seseorang
menggunakannya maka tidak ada satupun identitas yang bisa dibagikan atau bahkan
diketahui oleh pengguna lain. Untuk itu, media sosial ini sangat mengutamakan
privasi bagi setiap penggunanya. Pada saat awal membuat akun media sosial ini tidak
seperti media sosial lainnya yang memerlukan pengisian data sebagai identitas
pengguna, namun pembuat akun hanya diminta memasukan nomer telepon pengguna
saja. Untuk aktifasi selanjutnya, karena ini anonim maka setiap pengguna yang
memposting curhatan mereka tidak akan diketahui nama pengguna dan pada timeline
103
Googleplaystore/LegaTalk/ diakses pada tanggal 12 Mei 2015 pukul 11:48
80
hanya akan memunculkan curhatan serta lokasi saat pengguna memposting curhatan
mereka tersebut.
4.1.2.1 Perkembangan LegaTalk
Sejak awal kemunculan LegaTalk yang pertama kali dirilis di Google Play
pada Juni 2014 untuk Android dan pada Juli 2014 untuk IOS serta diresmikan
pada bulan September 2014 oleh pihak Creative HotHouse hingga Juli 2015 ini
telah
meng-update
tampilannya
sebanyak
3
kali.
Berikut
dijelaskan
perkembangan mengenai LegaTalk tersebut periode Juni 2014-Juli 2015 :
a. Periode Juni 2014 tampilan pada LegaTalk memiliki 3 konten yakni Tab Hot
(status paling baru dan paling ramai), Tab Teman (status dari kontak
telephone), dan Tab Semua (status campuran antara keduanya).
b. Periode 10 April 2015 tampilan pada LegaTalk versi 2.1.2 memiliki 6 konten,
berikut dijelaskan 6 fitur tab atau konten yang tersedia pada timeline atau
„beranda‟ media sosial LegaTalk:
1. Tab Dunia yakni tab yang berisi postingan status dari user yang
mempunyai akun LegaTalk di berbagai Negara sehingga memungkinkan
potingan dengan banyak bahasa selain bahasa Indonesia.
2. Tab Di sekitar kamu yakni tab yang berisi postingan status dari user
LegaTalk yang berada tidak jauh dari lokasi pengguna berada, berjarak 0
sampai 1000km.
81
3. Tab Teman yakni tab yang berisi postingan status milik pribadi (me),
postingan teman yang memiliki akun LegaTalk juga yang nomer
handphonenya ada dan tersimpan dalam daftar kontak pengguna/
phonebook (teman dekat atau orang yang dikenal) serta postingan teman
dari teman yang memiliki akun LegaTalk, maka mereka itu akan
terdeteksi pada tab ini.
4. Tab Berlangganan yakni tab yang berisi postingan pengguna yang kamu
beri komentar pada status yang mereka buat.
5. Tab Disukai yakni tab yang berisi postingan pengguna yang kamu beri
tanda love pada status yang mereka buat.
6. Tab Popular yakni tab yang berisi postingan pengguna dengan status
yang memiliki banyak komentar.
c. Periode Juli 2015 tampilan pada LegaTalk versi 2.4.2 kembali memiliki 3
konten, yakni Tab Sekitar/ around (curhatan yang tidak jauh dari lokasi
pengguna), Tab Teman/ friend (curhatan pengguna dan teman dari phonebook
pengguna), Tab Popular/ trending (curhatan yang paling ramai) serta 1
tambahan konten yakni „bantuan sosial‟ di mana konten ini bisa memberikan
bantuan mengenai curhatan seseorang yang bisa dilaporkan dan terhubung
pada nomer-nomer penting seperti Komnas Perempuan (Women’s Right
Hotline), Badan Narkotika Nasional (Narcotics Hotline), Rumah Konseling
(Psychological Consultation Hotline), dsb.
82
Gambar 4.1
Update tampilan ‘linimasa’ LegaTalk periode Juni 2014-Juli 2015
4.1.2.2 Logo LegaTalk
Gambar 4.2
Logo Aplikasi LegaTalk
(Sumber : creativehothouse.com)
Dengan tagline LegaTalk yakni “speak anonymously”.
83
4.1.2.3 Tampilan LegaTalk
Gambar 4.3
Tampilan LegaTalk
Berikut keterangan dari tampilan LegaTalk di atas, yakni:
1. Background warna pada kolom status LegaTalk ini bisa diubah sesuai warna
yang tersedia. Fungsinya menurut Asmara (head of communications Creative
HotHouse) bahwa :
“kami memberi pilihan karena dengan hanya curhat begitu saja „satu
warna‟, orang akan mudah bosan. Orang biasanya jika sedang jatuh cinta
identik dengan warna pink, untuk itu kami mencoba untuk memfasilitasi
mood orang dengan memberi pilihan warna sesuai mood, karena ini
aplikasi yang sangat memfasilitasi mood orang”.
84
2. Tanda love ini berfungsi untuk memberikan bentuk rasa suka atau menyukai/
likes pada sebuah status.
3. Tanda komentar untuk mengetahui jumlah komentar yang masuk.
4. Pada kolom komentar, setiap orang yang berkomentar memiliki ikon yang
berbeda-beda. Seperti ikon mahkota untuk creator atau pemilik status,
kemudian gambar hiu untuk orang lain, dan gambar ikon-ikon lainnya.
Artinya berbeda ikon gambar maka berbeda orang juga.
5. Tanda ini, berisi „share’ untuk berbagi status pada media sosial lainnya seperti
Twitter, Facebook, Email, dan SMS. Kemudian „laporkan‟ sebagai status
yang mengandung Spam, Tak pantas, Bullying, Menyakiti diri sendiri, atau
Tak menarik. Serta „berhenti berlangganan‟ yakni sebagai status yang ingin
dijadikan langganan.
6. Lokasi pengguna seperti Jakarta, Cilegon, Serang dan sebagainya adalah
lokasi dimana pengguna berada saat menggunggah status LegaTalk.
4.1.3
Profil Informan
4.1.3.1 Ahmad Rian Efendi
Lahir di Gorontalo 16 Juli 1997, ia merupakan seorang laki-laki asal Kota
Malang namun kini tinggal dan banyak menghabiskan waktu di Gorontalo. Rian baru
saja lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan di Gorontalo pada tahun 2013 lalu. Rian
sapaan akrabnya ini, kini sudah bekerja di sebuah PT. Wira Sawit Mandiri sebagai
reseller. Rian mengaku pekerjaan yang ia jalani saat ini merupakan kegiatan mencari
85
tambahan biaya untuk rencana kuliahnya tahun depan. Rian ini gemar bermain
skateboard, sehingga kegiatan lainnya selain bekerja adalah bergabung pada sebuah
komunitas skateboard di Kota tempat tinggalnya saat ini Gorontalo. Komunitas
tersebut dikenal dengan nama Gorontalo Skateboarding dan pada saat di Malang ia
juga tergabung dalam komunitas Malang Skate Scene.
4.1.3.2 Rizky Hermawan
Rizky Hermawan (20 tahun) merupakan seorang pegawai swasta di gerai
Telkomsel sebagai broadcaster. Ia seorang muslim, berasal dari Jakarta dan tinggal di
Depok Kelapa Dua. Laki-laki ini mempunyai hobi menulis. Hobinya tersebut
menghasilkan beberapa karya yang ia cetak dan membentuk sebuah buku. Tidak
semua tulisannya tersebut dibukukan, karena ia mengaku keterbatasan waktu juga
yang membuat tulisannya tidak naik cetak. Buku yang ia tulis ini ada beberapa yang
diperjualbelikan dan ada juga yang hanya disimpan sebagai bahan koleksi karya
tulisnya. Topik yang menjadi bahan tulisannya ini salah satunya mengenai kenakalan
remaja pada era teknologi. Buku yang ia hasilkan sampai saat ini yakni sekitar 7 buah
buku. Ia mengaku hobi menulis ini sejak tahun 2007.
4.1.3.3 Annisa Nur’aini Suryono
Annisa atau Nisa adalah wanita kelahiran 18 Agustus 1995 (19 tahun) ini
sedang mengenyam pendidikan S1 di Poltekkes Kemenkes Bandung jurusan
teknologi laboratorium medik (analis kesehatan), ia kini baru duduk disemester 4.
Nisa ini merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Nisa mengaku mengetahui media
sosial LegaTalk ini dari kaka iparnya. Menurutnya media sosial ini sama seperti
86
Facebook, bisa komentar dan menulis status tapi uniknya pada LegaTalk semua hal
tersebut dilakukan secara anonim. Sehingga, nisa tertarik untuk menggunakan
aplikasi media sosial tersebut.
4.1.3.4 Samuel Henk v N
Samuel atau panggilan singkatnya Sam berasal dari Indonesia bagian Tengah
dan menjadi pendatang di Kota Istimewa Yogyakarta untuk menempuh studi S1. Sam
lahir sekitar 22 tahun silam tepatnya pada 31 Januari 1993. Ia merupakan seorang
mahasiswa yang juga sedang menyusun Tugas Akhir (skripsi), ia kuliah di jurusan
Sistem Informasi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Kegiatannya seharihari masih sibuk sebagai mahasiswa dan ia juga seringkali melakukan hobinya dalam
bermain musik. Sam mengaku memiliki sebuah band dan ia bersama kelompok
bandnya juga perform di beberapa acara di Jogja.
4.1.3.5 AG
AG (nama samaran) adalah key informan dalam penelitian ini, ia berjenis
kelamin laki-laki. Laki-laki yang mengaku masih single ini lahir dan berasal dari
Kota Cirebon 5 November 1989 (25tahun). Saat ini dia tengah bekerja pada sebuah
perusahaan Trainer di Cirebon tapi dia mengaku lebih banyak melakukan aktivitas
kerja di Bandung. Pekerjaan yang ia jalani selama kurang lebih 4 tahun ini bergerak
dalam bidang praktisi wirausaha dan konsultan menjadi narasumber di pelatihanpelatihan. AG sempat menempuh pendidikan S1 jurusan ekonomi di salah satu
Perguruan Tinggi Swasta di kota Bandung, ia juga kini menetap dikota tersebut untuk
87
urusan pekerjaan. AG mengaku mengetahui aplikasi LegaTalk ini lewat artikel
Google serta dia juga merupakan pengguna aplikasi sejenis dengan LegaTalk yakni
secret. Namun aplikasi Secret tersebut mengalami „penutupan‟ atau semacam terkena
pemblokiran, sehingga dia mencoba memilih LegaTalk sebagai alternatif lain yang
serupa.
4.2 Deskripsi Data
Penulis mendapatkan data dari hasil observasi dan wawancara yang
berhubungan dengan penelitian. Gambaran mengenai hasil analisis berdasarkan
rumusan masalah yang telah ditentukan. Penulis dapat memberi gambaran mengenai
“Bagaimana Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Seseorang pada Media
Sosial”. Dalam hal ini peneliti melakukan studi deskriptif pada media sosial yang
anonim yaitu LegaTalk, dan mewawancarai beberapa informan pengguna media
tersebut.
Data yang diambil dari hasil wawancara diperoleh dari informan yang
ditentukan berdasarkan teknik accidental sampling atau sampling kebetulan karena
media yang peneliti ambil merupakan anonim maka akan sulit untuk menemukan
pengguna, sehingga dipilih menggunakan sampling yang mudah peneliti temukan dan
mau dijadikan sebagai informan penelitian. Namun, informan tersebut tentunya
merupakan informan yang memiliki pengetahuan dan berhubungan dengan topik
penelitian. Penulis melakukan kegiatan wawancara menggunakan fasilitas chatting
melalui mobile phone seperti BBM, Whats App, dan Line serta Email.
88
Data-data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi berupa screen
shoot beberapa status pengguna diLegaTalk, kemudian penulis mereduksi data yaitu
mengkategorisasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Penulis memilih mana yang
menjadi faktor self disclosure pada media sosial, apa yang melatarbelakangi mereka,
kemudian topik apa saja yang mereka tuliskan pada sebuah media sosial yang
anonim, kemudian mengacu pada teori johari window ruang apa saja yang akan
terbuka dan tertutup pada saat seseorang melakukan self disclosure pada media
LegaTalk tersebut. Kemudian data-data tersebut penulis jabarkan dan deskripsikan
sehingga dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai self disclosure pada
media sosial anonim yakni LegaTalk.
4.3 Pembahasan Penelitian
Dalam pembahasan ini, penulis akan berusaha mendeskripsikan hasil
penelitian berdasarkan beberapa data yang diperoleh oleh penulis pada saat
pengumpulan data dan pengkategorisasian data sesuai dengan yang terjadi di
lapangan, supaya dianggap relevan dengan tema dan identifikasi masalah dalam
penelitian. Berikut ini adalah analisis tentang self disclosure (pengungkapan diri)
pada media sosial. Media sosial yang dipilih adalah media sosial yang anonim yakni
LegaTalk.
89
4.3.1
Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pengguna LegaTalk
Salah satu aspek komunikasi yang berkaitan dengan diri dan orang lain ialah
apa yang dikenal dengan self disclosure. Secara bahasa self artinya diri sendiri dan
disclosure asal kata „closure‟ yang memiliki arti penutupan, pengakhiran, sehingga
kata disclosure berarti terbuka atau keterbukaan. Istilah self disclosure ini
didefinisikan sebagai sebuah kegiatan komunikasi yang melibatkan adanya suatu
pengungkapan mengenai diri yang bersifat pribadi yang sebelumnya tidak diketahui
oleh orang lain. Self disclosure yang terjadi pada penelitian ini akan lebih difokuskan
kepada mereka yang melakukan pengungkapan diri pada media sosial. Untuk itu
sebelum membahas self disclosure lebih jauh, peneliti akan lebih dulu membahas
mengenai media sosial itu sendiri.
Setiap individu pasti memiliki alasannya sendiri untuk memilih dan
menggunakan sebuah media sosial. Media sosial ini digunakan untuk berbagai
macam hal sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing pengguna. Salah
satu
kegunaanya
adalah
untuk mengungkapkan
diri
atau lebih tepatnya
mengekspresikan diri yang tergambar pada postingan-postingan berupa status, foto,
maupun video dan sebagainya. Pengungkapan diri ini seperti yang diungkapkan oleh
Devito yakni dalam pengungkapan diri tersebut tentu akan terjadi adanya suatu
keterbukaan. Keterbukaan ini dapat terjadi karena individu membutuhkan tempat bagi
dirinya untuk didengar, dimengerti, dipahami, serta diberi tanggapan oleh orang lain
akan sesuatu hal yang terjadi pada dirinya. Tempat untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan dirinya kepada orang lain yang
90
dikenal dan dipercaya akan menjadi lawan komunikasi yang baik atau seseorang juga
bisa memilih suatu alternatif lain yang membuat individu mendapatkan kebutuhan
serupa yakni melakukan pengungkapkan diri dengan menuliskan status di media
sosial, karena pada media sosial inilah komentar-komentar yang diterima dianggap
sebagai bentuk perhatian dan tanggapan dari orang lain.
Kehidupan sehari-hari kita sangat berhubungan dengan adanya internet. Hal
ini dirasakan oleh masyarakat maju dan berkembang yang mengikuti perubahan
zaman. Seperti pada umumnya banyak individu mengakses internet secara berkala
untuk menemukan informasi, berinteraksi, atau bahkan mengungkapkan diri. Fokus
pada penelitian ini mengenai individu yang melakukan pengungkapan diri pada
sebuah media sosial. Media sosial adalah sebuah media online tempat para pengguna
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.104 Media sosial ini memiliki banyak
jenis, termasuk di dalamnya jejaring sosial seperti yang sudah popular dan banyak
digunakan masyarakat seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan sebagainya.
Media tersebut sudah banyak dikenal dan digunakan sebagaimana peran-perannya
digunakan untuk menghubungkan satu orang dengan banyak orang lainnya seperti
berkomunikasi dengan teman dekat, bertemu kenalan baru, menambah informasi,
bertransaksi jual beli hingga sebagai tempat mengekspresikan diri. Media sosial
tersebut umumnya terdapat informasi data diri pengguna meliputi nama, foto profil,
atau biografi pemilik akunnya sebagai tanda pengenal. Namun pada penelitian ini
104
Asep Syamsul M Romli. 2012. Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendekia. Hlm:104
91
peneliti menemukan media sosial yang berbeda dari media sosial pada umumnya.
Media ini dikenal dengan media sosial anonim, cirinya yakni berbanding terbalik
dengan media sosial kebanyakan, media anonim ini secara tampilan memiliki
persamaan dengan media sosial pendahulunya seperti terdapat tempat untuk
menuliskan status dan memiliki kolom komentar, namun yang berbeda yakni terletak
pada informasi identitas yang tidak menampilkan data atau informasi mengenai
penggunanya.
Pada penelitian ini, peneliti memilih media sosial anonim bernama LegaTalk,
aplikasi media sosial ini sekilas mirip dengan layanan “Secret dan Whisper”,
keduanya juga termasuk media sosial anonim yang lebih dulu hadir di masyarakat.
Media sosial jenis ini memang tidak banyak orang yang mengetahui seperti media
sosial umum terdahulunya, namun pada kenyataanya ada juga orang-orang yang
memilih dan menggunakan media sosial anonim tersebut. Pengungkapan diri (self
disclosure) yang dilakukan para pengguna LegaTalk ini umumnya terlihat dari
sebuah status pada timeline pengguna LegaTalk. Hal yang diungkapkan yakni seperti
mengungkapkan perasaan, berbagi informasi kegiatan dan hal apapun yang berkaitan
dengan diri pengguna media sosial tersebut sehingga membentuk suatu informasi
mengenai diri meskipun tanpa identitas yang diketahui.
Peneliti juga sempat mewawancarai pihak Creative HotHouse yang
merupakan sebuah perusahaan yang menciptakan aplikasi LegaTalk. Menurut Dinda
selaku PR Executive Creative HotHouse, mengatakan alasan dibuatnya media sosial
anonim LegaTalk :
92
“menarik dari riset, sekarang banyak orang yang depresi salah satunya karena
mereka tidak bisa mengeluarkan apa yang dirasain. Kenapa begitu? karena
banyak kejadian mereka curhat di media sosial malah jadi timbul problem
yang baru lagi buat mereka. Oleh karena itu kenapa LegaTalk hadir, orang
jadi bisa mengeluarkan „unek-uneknya‟ itu semua dengan anonim. Karena
dengan anonim orang jadi lebih bebas, puas untuk ngomong.”105
Seseorang pasti memiliki perasaan yang selalu ingin diungkapkan dan
seseorang juga memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan perasaan tersebut.
Umumnya ada yang memilih melakukan ungkapan-ungkapan tersebut pada media
sosial. Untuk itu alasan pembuat media LegaTalk ini adalah menyediakan ruang
untuk individu yang ingin membagi perasaannya dengan bebas. Media sosial tentu
selalu menarik siapa pun untuk menggunakannya karena berbagai fitur yang
ditawarkan menjadi salah satu alasan individu untuk mengaksesnya secara berulang.
Kemunculan media anonim ini memang tidak diketahui secara jelas kapan
sejarahnya, namun keberadaannya memiliki keunikan sendiri bagi individu yang
menggunakannya. Seseorang yang menulis status pada media sosial secara tidak
sadar sedang melakukan pengungkapan diri. Hal-hal tersebut juga ditemukan pada
media anonim LegaTalk, terlebih lagi media ini didesain oleh pembuatnya sebagai
tempat khusus untuk curhat.
Dari pemaparan mengenai media sosial ditemukan alasan mengapa individu
memilih menggunakan media sosial. Pada kenyataanya individu yang menuliskan
status mengenai dirinya pada beberapa akun media jejaring sosial yang mereka miliki
adalah dengan tujuan diantaranya karena ingin terhubung dengan orang-orang
105
Wawancara dengan Dinda Puspitasari (PR Executive Creative HotHouse) pada tanggal 07 Mei 2015
93
terdekat, untuk menemukan kenalan baru, kemudian sebagai media promosi, juga
sebagai sarana komunikasi, serta untuk berbagi beberapa informasi kegiatan bahkan
sebagai tempat melakukan curhat.106 Sehingga bisa diartikan bahwa pernyataanpernyataan hasil wawancara dengan informan tersebut sesuai dengan konsep
mengenai media sosial seperti pengertian dan fungsi yang telah dijelaskan
sebelumnya yakni memudahkan orang untuk berpartisipasi dengan orang lain.
Berikut informan pendukung 1 (Stephani) yang berprofesi sebagai Dosen merangkap
Psikolog juga mengungkapkan alasan kenapa banyak orang menggunakan media
sosial dan apa penyebabnya bagi kepribadian individu. Berikut alasan individu
pengguna media sosial berdasarkan sudut pandang Psikologi :
“Media sosial kini menjadi salah satu cara untuk berinteraksi sosial. Melalui
media sosial, individu dapat mengungkapkan diri dan mendapat umpan balik
(reaksi) dari lingkungan mengenai diriya. Umpan balik inilah yang
membantunya dalam membentuk perilaku dan pada akhirnya mempengaruhi
kepribadiannya. Apabila reaksi individu yang diperoleh dari lingkungan
positif, akan membantu meningkatkan penilaian diri (persepsi) yang positif.
Namun bila negatif, akan mampu mempengaruhi persepsinya menjadi negatif
pula. Persepsi diri inilah yang dapat membantu mengembangkan
kepribadian.”107
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pada media sosial, individu dapat
mengungkapkan diri dan mendapat umpan balik (reaksi) dari lingkungan mengenai
dirinya. Sehingga bisa diartikan bahwa benar pada media sosial ini individu dapat
melakukan adanya suatu pengungkapan diri (self disclosure).
106
107
Lampiran : Transkip wawancara. Hlm: 153-194
Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 juli 2015
94
Pengertian yang didefinisikan oleh Devito mengenai self disclosure ini adalah
suatu kegiatan membagi informasi mengenai diri yang bersifat pribadi kepada orang
lain mengenai pikiran, perasaan (senang, sedih, marah atau bahagia), dan perilaku
seseorang atau tentang orang lain serta ungkapan-ungkapan yang lebih mendalam
yang sebelumnya tidak mampu dibicarakan kepada orang lain namun kemudian
diungkapkan.108 Satu hal yang menjadi ciri dari pengungkapan diri adalah jika diri
individu melakukan komunikasi dengan membicarakan ungkapan mengenai diri,
perasaan yang sedang terjadi kepada orang lain atau pada suatu media yang tetap
melibatkan orang lain, maka individu tersebut sedang melakukan adanya
pengungkapan diri. Menurut Jourard, 1971 dikutip oleh Maryam B Gainau bahwa self
disclosure merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat
pribadi pada orang lain. Informasi yang bersifat pribadi tersebut mencakup aspek: (1)
sikap atau opini, (2) selera dan minat, (3) pekerjaan atau pendidikan, (4) fisik, (5)
keuangan, dan (6) kepribadian.109
Pada kenyataannya pengungkapan diri yang peneliti temukan pada LegaTalk
diantaranya adalah (1) sikap dan opini seperti postingan status mengenai kinerja
pemerintahan misalnya, ungkapan ini diperkuat oleh pernyataan beberapa informan
berikut “cuma pernah ngritik pemerintah aja ngeritik negatifnya, karena pas jengkel
sama pemerintah”, “mereka juga kadang menulis status tentang Indonesia, waktu
108
Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Hlm: 65
109
Maryam B Gainau. 2009. keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan
implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol 33, No 1. Hlm: 2
95
jokowi baru menjadi presiden pernah menjadi pembahasan di legatalk”.110 Aspek
pengungkapan diri yang ke (2) selera dan minat juga terdapat pada LegaTalk seperti
halnya pengakuan informan bahwa dirinya memiliki minat dalam hal menulis buku
sehingga pada LegaTalk informan ini pernah melakukan survey untuk bahan tulisan
bukunya tersebut mengenai kenakalan-kenakalan remaja di era informatika dan
kemajuan teknologi. Pada point (3) pekerjaan dan pendidikan, mengenai hal tersebut
peneliti menemukan ungkapan-ungkapan seperti bosan dengan atasan atau mengenai
curahan hati pengguna yang berprofesi mahasiswa mengenai kegiatan kampusnya.
Informasi ke (4) mengenai fisik, terkadang individu melakukan pengungkapan diri
karena ingin mendapatkan perhatian dari orang lain dan hal ini ada hubungannya
dengan ungkapan mengenai fisik seperti curahan hati mengenai penyakit yang
dideritanya, atau dalam hal ekstrem pengguna menggunakan fasilitas foto pada media
sosial untuk mengupload foto alat kelaminnya.111 Kemudian (5) keuangan, mengenai
hal ini berdasarkan wawancara informan tidak mengungkapkan mengenai masalah
keuangan secara terperinci misalnya tentang nominal atau jumlah keuangan yang
mereka
miliki,
namun
berdasarkan
pengamatan
peneliti
ada
saja
yang
mengungkapkan mengenai hal keuangan hanya saja sebatas ungkapan „akhir bulan
keuangan macet‟. Pada bagian terakhir (6) kepribadian, dalam hal ini ditemukan
informan yang menjaga ungkapan-ungkapan tertentu yang tidak dapat diungkapkan
pada media sosial umum seperti ungkapan yang tidak wajar mengenai kehidupan
110
111
Lampiran : Transkip wawancara. Hlm: 153-194
Wawancara dengan Rizki Hermawan 23 Juni 2015
96
seks, rumah tangga atau mengenai kepribadian yang menyimpang seperti ungkapan
seorang „gay‟.
Setiap individu yang melakukan self disclosure ini akan terbuka dengan atau
kepada orang lain maupun pada media sosial dengan mempertimbangkan reward
yang diterima, karena sesungguhnya individu akan terbuka pada orang lain yang tidak
hanya dekat dengan dirinya melainkan juga yang akan mendukung dirinya mengenai
hal yang diungkapkannya tersebut. Kemudian individu juga akan tertutup kepada
orang lain meskipun orang tersebut teman dekatnya sekalipun jika hal yang
diungkapkan dirasa terlalu privasi dan akan mengancam pelaku self disclosure bila
diungkapkan. Artinya, dalam melakukan self disclosure ini memerlukan banyak
pertimbangan-pertimbangan yang menyebabkan individu tersebut memilih untuk
terbuka atau justru menutup diri. Berdasarkan sifat atau kepribadian seseorang hal
tersebut juga berkaitan seperti diantaranya 2 sifat kepribadian yakni ekstrovert dan
introvert, dimana umumnya orang yang memiliki sifat terbuka melakukan
pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai bergaul atau
lebih introvert.112 Ciri khas yang dimiliki orang kurang pandai bergaul ini biasanya
sangat tertutup pada orang lain, tidak mudah mengungkapkan informasi mengenai
dirinya apalagi terkait masalah yang sangat pribadi meskipun begitu orang yang
ekstrovert juga akan melakukan hal serupa bila hal yang diungkapkannya dipandang
dapat merugikannya.
112
Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Hlm: 66
97
Seperti salah satu informan utama yang mengaku bahwa dalam kesehariannya
merupakan orang yang terbuka (ekstrovert) dan pandai bergaul (sociable). Pada
LegaTalk dia mengungkapkan topik mengenai masalalu yang berkaitan dengan
kehidupan seksnya. Ketika ditanya mengenai hal ini dia mengaku bahwa berkaitan
dengan hal yang diungkapkan pada LegaTalk tersebut tidak mampu dia ungkapkan
pada media sosial umum yang bukan anonim. Hal ini menandakan bahwa seorang
yang ektrovert seperti dirinya akan memilih mengenai hal apa yang akan
diungkapkannya dan pada jenis media yang seperti apa untuk bebas mengungkapkan
isi dari pemikirannya tersebut.
Berdasarkan ke 6 aspek pengungkapan diri yang menurut Jourard adalah
informasi yang bersifat pribadi ini telah peneliti jelaskan sesuai dengan hasil
wawancara dan pengamatan. Hal-hal tersebut merupakan ungkapan-ungkapan yang
biasa ditemukan juga pada media sosial lain. Namun, hal demikian bisa dikatakan
sebagai bentuk self disclosure adalah karena pada dasarnya pengungkapan diri ini
memiliki 2 sifat atau tingkatan. Seperti ungkapan Morton berikut bahwa
pengungkapan diri ini dapat bersifat baik deskriptif maupun evaluatif.
Dalam pengungkapan diri deskriptif, kita melukiskan berbagai fakta mengenai
diri kita yang mungkin belum diketahui oleh orang lain, seperti pekerjaan,
tempat tinggal kita, dan sebagainya. Dalam pengungkapan diri evaluatif, kita
mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi, seperti bahwa kita menyukai
orang-orang tertentu, bahwa kita merasa cemas karena terlalu gemuk, bahwa
kita tidak suka bangun pagi (Morton, 1978).113
113
David O Sears. dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Hlm:254
98
Pernyataan di atas mengartikan bahwa self disclosure ini merupakan proses
pengungkapan mengenai diri dimulai dari hal – hal kecil (deskriptif) yang
berhubungan dengan informasi diri seseorang hingga hal yang mendalam (evaluatif)
dari diri seperti mengungkapkan perasaan pribadi. Umumnya kegiatan yang berkaitan
dengan informasi diri, seperti ungkapan bahwa „saya menyukai orang tersebut‟,
bahwa „saya tidak menyukai berada di tempat yang ramai‟ dan sebagainya. Hal-hal
yang berkaitan dengan diri tersebut baik mengenai perasaan pribadi kini banyak
diungkapkan seseorang pada sebuah ruang maya yang dikenal sebagai ungkapan hati
atau „curhat‟ yang diungkapkan pada postingan „status‟ di media sosial.
Membuka diri berarti membagikan informasi diri kepada orang lain tentang
perasaan terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan
seseorang terhadap kejadian-kejadian yang baru saja disaksikannya. 114 Segala sesuatu
yang ditulis dan dibagikan pada media sosial merupakan suatu bentuk kesengajaan
untuk tujuan dan maksud yang telah dipikirkan terlebih dahulu oleh pengguna, seperti
untuk meringankan beban pikiran, untuk mendapat respon banyak dari pengguna lain
atau sebagainya. Meskipun terkadang dampaknya yang tidak pernah diketahui akan
seperti apa. Berbicara mengenai self disclosure, berarti berbicara juga mengenai
keterbukaan. Keterbukaan yang terjadi pada media anonim menimbulkan adanya
suatu kebebasan, bisa berupa kebebasan mengungkapkan perasaan maupun
kebebasan dalam mengekspresikan diri. Hal ini peneliti asumsikan karena melihat
114
Edi Harapan & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Hlm: 65
99
background anonim bahwa bisa saja pengguna akan merasakan kebebasan saat
melakukan pengungkapan pada media tersebut. Sifat dan kepribadian individu
tercipta berbeda-beda, ada yang dengan mudah membagi pemikirannya dalam ruang
terbuka dan diketahui orang lain, namun ada sebagian yang juga ingin membagi
banyak hal dengan tidak diketahui orang lain mengenai siapa dirinya entah karena
malu dengan hal yang diungkapkannya atau karena faktor pendukung lainnya.
Umumnya hal yang dibagikan pada khalayak umum dalam hal ini media sosial yakni
hal-hal baik yang akan membuatnya terlihat positif di depan orang lain terutama
orang yang mengenalnya. Sedangkan perasaan seseorang tidak menentu selalu baik
dan positif, namun diri individu secara kebutuhan ingin selalu merasakan adanya
kebebasan mengutarakan apapun termasuk yang bersifat negatif sekalipun.
Dalam self disclosure yang dilakukan pengguna media anonim LegaTalk ini
beberapa ada yang terlihat lebih selektif dalam melakukan pengungkapan dirinya
yaitu, lebih mengutamakan ungkapan-ungkapan yang biasanya tidak mampu
dibicarakan pada media sosial lain seperti curhatan privasi bersifat intim, seks,
masalah cinta, dan lain sebagainya. Dalam beberapa curhatan pengguna LegaTalk
mengenai seks biasanya lebih banyak mendapat komentar. Jika dilihat dari komentarkomentar tersebut terjadi interaksi komunikasi antar pengguna sampai berlanjut pada
komunikasi di luar forum LegaTalk seperti tukar-menukar id Line atau KIK (sejenis
aplikasi chatting yang sering dibicarakan di LegaTalk), hal tersebut terjadi akibat
reaksi antar pengguna yang besar terhadap topik tersebut. Tidak hanya itu juga
pengguna LegaTalk yang dipilih sebagai informan mengaku bahwa dia memilih
100
mengungkapkan pada media anonim karena tentunya media anonim menjadikan
dirinya bisa mengungkapkan hal apapun dengan tidak memikirkan identitas yang
melekat pada dirinya. Seperti halnya dalam suatu keadaan tidak menyenangkan,
seseorang bisa saja meluapkan perasaannya tersebut pada status media sosial dengan
menyebutkan nama orang yang dimaksud. Dengan menuliskannya pada media
anonim tentu pengguna bisa meluapkan kekesalannya meskipun dengan menyebutkan
nama orang yang dimaksud, individu tersebut tidak khawatir akan menyinggung
perasaan orang lain serta identitas yang dia miliki juga akan tetap aman sehingga
tidak menimbulkan persoalan lain akibat ungkapannya itu.
Self disclosure yang membahas mengenai keterbukaan ini, ternyata benar
membentuk individu menjadi cenderung terbuka dengan ungkapan yang mengandung
pernyataan - pernyataan yang bisa dibilang tidak wajar jika diungkapkan pada media
sosial yang beridentitas.115 Identitas anonim serta mengenai status pada LegaTalk
yang kebanyakan mengenai pernyataan bersifat intim sehingga membuat individu
berani dan terbuka untuk menyatakan hal-hal tersebut. Jadi, self disclosure pada
LegaTalk ini menimbulkan perilaku individu terbuka dan menjadikan diri individu
merasakan adanya kelegaan karena mampu mengutarakan ungkapan yang biasanya
tersembunyi dengan identitasnya yang tetap tidak diketahui orang lain.
Dari uraian mengenai self disclosure ini, bila diasumsikan bahwa pengguna
LegaTalk menggunakan media anonim sebagai tempat untuk mencurahkan perasaan
mulai dari ungkapan kekesalan, minat untuk melakukan survey, mencari opini orang
115
Lampiran : Contoh status pengungkapan diri pada LegaTalk. Hlm: 195-198
101
lain hingga mencurahkan masalah pribadi yang tidak bisa diungkapkan pada media
sosial umum atau dalam hal ini memiliki sifat privasi seperti “status pengalaman
masa lalu yang susah lepas dari bayang-bayang dan ga bisa cerita ke orang.”116 Selain
itu, asumsi lain mengenai self disclosure yang terjadi pada media anonim LegaTalk
ini berkaitan dengan adanya unsur kebebasan tanpa memikirkan identitas yang
melekat pada diri seseorang. Karena identitas merupakan suatu tanda pengenal yang
penting bagi seseorang. Sehingga dalam mengungkapkan diri pada dasarnya
seseorang senantiasa akan memfilter informasi yang ingin dishare tersebut terlebih
dahulu, karena tidak selamanya semua informasi mengenai diri diungkapkan. Hal-hal
yang dianggap tabu, aib, atau kekurangan diri umumnya tidak akan dibuka dan sebisa
mungkin ditutupi, dikarenakan hal-hal tersebut diprediksi bila diungkapkan akan
membuat situasi tidak menyenangkan bahkan terancam bahaya. 117 Untuk itu,
pengguna mengungkapkan dirinya pada media sosial LegaTalk karena mereka ingin
mengungkapkan dirinya secara bebas, tentang apapun tanpa harus memikirkan orang
lain yang mungkin terlibat dalam statusnya.
Jadi inti dari self disclosure pada pengguna LegaTalk ini adalah terjadinya
suatu tindakan pengungkapan diri dengan menuliskan isi hati dan perasaan mengenai
berbagai macam hal serta mengenai pernyataan – pernyataan yang terkadang tidak
mampu dibicarakan seperti hal yang bersifat intim atau terlalu privasi bila dibagikan
pada media yang terlalu umum, yang bukan anonim.
116
117
Lampiran : Transkip wawancara. Hlm: 153-194
Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 Juli 2015
102
4.3.2
Dimensi Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Dimensi merupakan ukuran atau hal yang merujuk pada sebuah sistem untuk
melihat suatu ruang, benda atau peristiwa berdasarkan pengukuran. Dalam hal ini
dimensi self disclosure berarti ukuran dalam suatu pengungkapan diri. Dua sifat
pengungkapan diri yang popular adalah jumlah (yakni, seberapa banyak informasi
tentang diri yang terungkapkan), dan valensi (yakni, apakah informasi itu dinilai
positif atau negatif). Kedua sifat pengungkapan diri tersebut termasuk ke dalam aspek
dimensi atau ukuran dari sebuah pengungkapan diri. Dimensi secara keseluruhan
diantaranya mencakup jumlah, valensi, kecermatan atau kejujuran, tujuan atau
maksud, dan keintiman.118 Prosedur-prosedur tersebut yang akan menjadi bahasan
dalam mengukur seperti apa self disclosure para pengguna media sosial LegaTalk.
Pengungkapan diri terjadi karena seseorang pada dasarnya memiliki
kebutuhan untuk berbagi dan menerima. Hal ini juga didukung oleh ungkapan Devito
bahwa untuk menjadi pengungkapan diri, informasi harus diterima dan dimengerti
oleh orang lain.119 Berbagi mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi ini dapat
memberikan kondisi psikologis yang meringankan serta menerima masukan dari
orang lain sebagai bentuk respon dari self disclosure itu sendiri. Berbagi mengenai
diri atau persoalan yang dihadapi ini bisa berhubungan dengan ungkapan rasa senang,
kecewa, sedih ataupun marah. Bila kita menghadapi tegangan dan stres karena
118
Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang: Pustaka Getok
Tular. Hlm: 114
119
Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Hlm: 65
103
sesuatu hal dan jika tidak diungkapkan akan berkembang menjadi eksplosif (mudah
meledak). Sebaliknya, bila diungkapkan kepada orang lain akan menemukan jalan
keluar. Jika tidak menemukan jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena diri
merasakan kelegaan.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di LegaTalk dan hasil wawancara
dengan para informan terlihat bahwa kedua unsur timbal balik yakni diterima dan
menerima ini terjadi pada status-status di LegaTalk. Diterima dan menerima ini
seperti halnya pada saat dia memposting mengenai pengungkapan dirinya sehingga
menghasilkan umpan balik berupa saling mengomentari. Pada saat itulah bisa
dikatakan ungkapannya diterima orang lain dan begitu sebaliknya saat menerima
komentar atau masukan dari orang lain menandakan bahwa dirinya sedang menerima
orang lain.
Ukuran self disclosure dapat dilihat dari jumlah, frekuensi maupun durasinya,
berapa banyak informasi yang terungkapkan dan waktu yang diperlukan untuk
menyatakan suatu pengungkapan. Durasi ini penting mengingat semakin intimnya
suatu pesan yang akan diungkapkan, maka akan banyak waktu yang diperlukan,
misalnya pada kasus pengungkapan diri bahwa dirinya seorang gay kepada
keluarganya maka durasi ini lebih dimaksudkan pada waktu mengumpulkan
keberanian untuk terbuka pada keluarganya tersebut. Teori pertama dari Atman dan
Taylor berdasarkan suatu gagasan yang sangat populer dalam tradisi sosiopsikologi,
yaitu ide bahwa manusia membuat keputusan didasarkan atas prinsip biaya (cost) dan
104
imbalan (reward).120 Artinya, jika imbalan (keuntungan) yang diterima besar maka
orang akan melakukannya (pengungkapan diri) walaupun biayanya besar. Dalam
penelitian ini informan utama tidak banyak mengungkapkan dirinya dalam bentuk
yang ekstrem, maka frekuensi dan durasi yang dibahas adalah mengenai seberapa
lama dan seringnya informan mengungkapkan diri atau melakukan curhatannya
dalam media sosial LegaTalk. Durasi maupun frekuensi ini penting mengartikan
bahwa bila seseorang lebih sering meng-update dirinya pada media sosial maka
kemungkinan individu tersebut banyak melakukan pengungkapan diri. Frekuensi
mencakup gambaran seberapa sering individu mengakses internet dengan berbagai
tujuan, yang dinyatakan dalam kurun waktu tertentu (misalnya per hari, per minggu,
atau per bulan) sedangkan durasi lebih kepada seberapa lama seseorang mengakses
internet (misalnya per menit atau perjam).121
Berdasarkan penelitian oleh Kilamanca bahwa tingkat keterbukaan diri pada
tiap-tiap individu memberikan pengaruh bagi perilaku penggunaan media komunikasi
melalui internet.122 Sehingga intensitas atau frekuensi dalam mengakses internet akan
semakin kompleks. Intensitas akses internet ini merupakan gambaran berapa lama
dan seringnya seseorang menggunakan internet dengan berbagai tujuan dan
motivasi.123 Hasil durasi dan frekuensi self disclosure oleh pengguna LegaTalk tidak
dapat ditinjau secara berkala karena ini merupakan media anonim sehingga peneliti
120
Morissan & Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm: 188
S.R Andarwati & Sankarto, B.S. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol.14, Nomor 1, 2005.
122
Desiana Fiskarani Kilamanca. Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi Dan Keterbukaan Diri Dengan
Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Pada Remaja. 2010. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
123
S.R Andarwati & Sankarto, B.S. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol.14, Nomor 1, 2005.
121
105
tidak dapat memberikan penilaian secara langsung dan terperinci. Mungkin bila pada
media sosial umum seperti Facebook atau Twitter, satu atau beberapa pengguna dapat
jelas terlihat jumlah, frekuensi maupun durasi pengungkapannya dari update-an status
maupun kegiatan lainnya yang terdapat pada home atau beranda akun media
sosialnya. Namun, untuk menentukan seberapa sering pengguna menggunakan serta
melakukan pengungkapan diri pada LegaTalk, dapat peneliti temukan dari hasil
wawancara kepada para informan.
Hasilnya, bahwa frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) yang
dibutuhkan oleh informan untuk mengungkapkan diri sangat tidak menentu dan tidak
dapat diprediksi, hal ini dipengaruhi oleh mood atau perasaan seseorang sebagaimana
perasaan manusia yang sering berubah-ubah setiap waktu. Selain menjadi individu
yang aktif menyatakan diri, terkadang individu akan menjadi orang yang juga pasif
yakni mengakses media sosial LegaTalk hanya sekedar membaca pernyataanpernyataan (status) pengguna lainnya. Individu akan lebih sering mengakses media
sosialnya pada situasi yang bersahabat. Artinya durasi seseorang akan berlangsung
lama saat mereka merasa senang, aman, dan berharga ketika diterima dan
memperoleh tempat didalam kelompok (media sosial) dan sebaliknya akan
berkurangnya durasi akses saat mereka merasa cemas atau kurang berharga ketika
dirinya tidak diterima atau bahkan disisihkan oleh kelompoknya dalam dunia maya.
Individu juga lebih sering melakukan pengungkapan dirinya pada saat perasaan
106
memuncak atau bahagia untuk mengekspresikan perasaannya dan pada saat jatuh atau
sedih sebagai bentuk pelarian dan pengalihan diri.
“tergantung mood mbak, kalau perasaan lagi down 1 hari bisa nyampe 10 atau
kalau lagi biasa-biasa cuman 1 hari 2x, itupun Cuma iseng.”124
Aspek dimensi self disclosure lainnya adalah valensi atau pesan-pesan yang
diungkapkan cenderung sebagai ungkapan yang positif atau negatif. Dengan kata lain,
positif berarti pengungkapan yang tidak mengandung kata-kata yang tidak bermoral,
kotor, dan sebagainya serta bersifat menyenangkan bagi pelaku maupun pendengar
atau pembaca dan negatif yang artinya memiliki sifat tidak menyenangkan bagi diri
pelaku dan juga orang lain yang terlibat. Kualitas pengungkapan diri ini dapat dinilai
dari kata-kata yang diungkapkan tersebut, apakah mengandung sifat negatif atau
justru positif. Status pada LegaTalk umumnya mengandung pesan yang secara
sengaja disampaikan oleh penulisnya dengan tujuan serta maksud tertentu. Ternyata
LegaTalk mengakibatkan perilaku penggunaan media sosial anonim yang
memungkinkan individu untuk menggunakannya sebagai sarana mengungkapkan sisi
jahat dari seseorang.125 Hal ini terjadi karena identitas tidak lagi menjadi persoalan,
saat menjadi anonim individu akan cenderung menjadi dirinya. Seperti salah satu
pendapat dari informan pendukung pada penelitian ini, Ajeng Nida Nisrina bahwa
biasanya saat individu berada pada media sosial umum (bukan anonim), mereka akan
menggunakannya dengan batasan-batasan tertentu atau dalam kata lain membentuk
suatu media sosial tersebut sesuai dengan karakter yang ingin dibuat seperti selalu
124
125
Wawancara dengan Ahmad Rian Effendi pada tanggal 01 Juli 2015
Wawancara dengan AG pada tanggal 15 Juni 2015
107
ingin terlihat baik di depan orang-orang yang mengenalnya sehingga dalam mengupdate status dan komentarnya benar-benar dikontrol atau dijaga. Sedangkan pada
media anonim individu akan bebas berkomentar dan berbicara apa pun sesuai yang
dia inginkan, apapun itu individu biasanya akan lebih menjadi diri sendiri, tidak perlu
cemas memikirkan orang lain yang membaca ungkapannya tersebut.
Pada status pengguna LegaTalk banyak peneliti temukan mengenai ungkapanungkapan yang negatif dari diri seseorang seperti ungkapan pengalaman masa lalu
yang buruk, ungkapan privasi yang tidak dapat dituliskan pada media sosial umum
dan sebagainya. Namun tidak saja mengenai hal-hal negatif tentunya banyak juga
yang mengungkapkan dirinya secara positif. Peneliti lebih memfokuskan pada
individu yang menuliskan hal negatif karena dirasa merupakan hal yang berbeda dari
media sosial kebanyakan. Umumnya banyak yang menuliskan status bersifat negatif
karena mereka merasa bahwa media sosial anonim membuatnya menjadi nyaman.
Menurut pengakuan dari salah satu informan penelitian ini bahwa pada media anonim
sejenis LegaTalk yakni Secret yang kini tidak aktif lagi (tutup total) penggunanya ada
yang sampai menggunakan fasilitas foto untuk mengunggah foto yang mengandung
unsur porno seperti mengupload foto alat kelaminnya sendiri. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa banyak pengguna menggunakan media anonim sebagai alat untuk
mengungkapkan pribadinya tanpa batasan-batasan yang wajar. Meskipun tidak semua
pengguna melakukan pengungkapan yang serupa, karena banyak juga yang masih
mengungkapkan dirinya secara normal. Intinya adalah pada media anonim banyak
terjadi keanekaragaman ungkapan individu baik positif maupun negatif, semuanya
108
terjadi berkaitan dengan pribadi masing-masing individu yang mengartikan
bagaimana seharusnya menggunakan media anonim.
Aspek dimensi selanjutnya seperti kecermatan serta kejujuran individu. Hal
yang dapat diukur adalah mengenai seberapa jujur suatu pengungkapan yang
dilakukan individu tersebut pada media anonim LegaTalk. Kecermatan dalam self
disclosure yang dilakukan akan sangat ditentukan oleh kemampuan individu
mengetahui atau mengenal diri sendiri. Pernyataan diri yang diungkapkan memiliki
maksud dan tujuan tertentu sehingga akan dikemas oleh individu itu sendiri baik
secara jujur, dibuat-buat atau bahkan mengandung kebohongan. Pada status
pengungkapan diri informan diakui bahwa mereka menyatakan dengan kejujuran dan
apa adanya karena pada media anonim tidak lagi memikirkan hal lain yang melekat
pada identitas diri sehingga individu menjadi bebas untuk mengungkapkannya secara
jujur, sekalipun mengandung pengungkapan yang bersifat privasi karena media
anonim digunakan juga sebagai media untuk hiburan meskipun tidak mendapatkan
solusi mengenai persoalan yang diungkapkan setidaknya individu merasakan
kelegaan.
Mengenai dimensi tujuan atau maksud dari pengungkapan diri ini umumnya
individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan, sehingga
dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure.126 Hasil wawancara
menunjukan bahwa tujuan atau maksud para informan melakukan pengungkapan
126
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Hlm: 66
109
pada media anonim adalah sebagai tempat untuk ungkapan-ungkapan mengenai hal
yang memiliki sifat rahasia meskipun tidak semua demikian. Ungkapan tersebut
misalnya „saya sudah punya suami tapi saya kangen suami orang lain‟ bila hal
tersebut diungkapkan pada media sosial umum yang memperlihatkan identitas
pengguna kemudian dibaca oleh orang yang bersangkutan atau oleh orang-orang yang
mengenalnya, maka kemungkinan akan menimbulkan permasalahan dalam rumah
tangganya. Jadi hal yang ditujukan pada media sosial anonim LegaTalk ini untuk
tujuan individu yang ingin tetap nyaman dalam mengungkapkan dirinya yang
memiliki rahasia tanpa ada hal lain yang mengganggunya, atau dalam hal ini
setidaknya pada LegaTalk individu dapat melepaskan hal-hal yang sebelumnya
banyak dikontrol serta banyak pertimbangan menjadi bebas untuk diungkapkan.
Keintiman secara bahasa memiliki arti keakraban dan kemesraan. Dalam
konsep self disclosure, dikatakan bahwa individu dapat menyingkapkan hal-hal yang
bersifat intim dalam hidupnya. Individu yang berhasil menyingkapkan hal intim ini
biasanya berani berbagi pada orang-orang yang mereka kenal dengan baik dan juga
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan dirinya serta orang tersebut akan
mendukung ungkapannya. Bahasan dalam hal intim ini biasanya seperti ungkapanungkapan yang sangat mendalam dari kehidupan pribadi seseorang. Pada status
pengguna LegaTalk ditemukan beberapa status mengenai hal intim seperti contoh
pengungkapan berikut „waktu kamu telepon dia tengah malam nangis-nangis dan
curhat cari perhatian, dia tuh biasanya lagi di tempat tidur sama aku‟. Meskipun
110
anonim atau karena anonim inilah maka beberapa pengguna berani untuk
mengungkapkan pernyataan-pernyataan demikian.
Untuk itu peneliti meyakini bahwa dimensi self disclosure para informan pada
media sosial anonim LegaTalk ini dipengaruhi oleh perasaan atau mood yang
diungkapkan saat itu, dengan kurun waktu pengungkapan yang tidak menentu serta
informan juga melakukan pengungkapan yang memiliki kejujuran dengan tujuan dan
maksud agar diri merasakan kelegaan dan mendapat hiburan berupa kenyamanan,
komentar-komentar sebagai bentuk masukan, serta individu juga dapat melakukan
penyingkapan diri yang bersifat intim karena individu merasa tetap berada pada zona
aman selama dirinya masih menjadi pengguna yang anonim.
4.3.3
Fungsi Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Fungsi atau manfaat merupakan satu hal yang memiliki arti serupa yaitu
kegunaan. Dalam teori self disclosure ditemukan fungsi menurut pendapat 2 orang
ahli. Fungsi self disclosure yang pertama dikemukakan oleh Derlega dan Grzelak
(1979) dijelaskan bahwa pengungkapan diri ini memiliki 5 fungsi, yakni sebagai
bentuk ekspresi, penjernihan diri, keabsahan sosial, kendali sosial, dan perkembangan
hubungan.127 Manfaat atau fungsi menurut ahli yang kedua berasal dari Devito
diantaranya adalah pengetahuan diri, kemampuan mengatasi kesulitan, efisiensi
komunikasi, dan kedalaman hubungan.128 Pada kesempatan ini peneliti membahas 5
127
David O Sears, dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Hlm: 254
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Hlm: 67-69
128
111
fungsi pengungkapan diri menurut Derlega dan Grzelak. Penelitian ini membahas
mengenai media anonim, maka fungsi yang paling terlihat dan berpengaruh pada
informan diantaranya adalah sebagai bentuk ekspresi, informan LegaTalk
menggunakan fungsi ini untuk mengutarakan beraneka ragam perasaan yang terjadi
pada diri individu guna meringankan sebagian beban pikiran karena secara tidak
langsung saat diri individu menuliskan status maka pada saat itulah dia sedang
mengekspresikan dirinya. Seperti artikel yang ditulis oleh pihak Creative Hot House
bahwa berdasarkan penelitian Dr Oz, sharing pengalaman pribadi atau curhat ini
ternyata mengaktifkan jalur intrinsik otak yang merupakan bagian pengatur mood
agar lebih baik dan bisa meringankan stress. Jalur intrinsik ini yang nantinya akan
menghasilkan perasaan puas dan dihargai, sehingga membuat seseorang merasa lebih
baik.129
Dengan melakukan fungsi penjernihan diri, individu yang mampu melakukan
pengungkapan diri pada orang lain diharapkan akan memberikan ketenangan serta
kejernihan pikiran karena ada hal yang individu bagikan mengenai dirinya sehingga
dapat menemukan masukan dari lawan bicaranya itu. Dalam status-status yang
peneliti lihat, secara garis besar banyak pengguna LegaTalk menuliskan mengenai
hal-hal yang bersifat „pribadi‟. Dalam hal ini seperti ungkapan-ungkapan rahasia dari
individu yang mungkin tidak bisa diungkapkan pada media sosial lainnya. Sehingga
bisa dilihat bahwa melakukan pengungkapan diri pada media anonim LegaTalk ini
129
http://id-id.facebook.com/notes/legatalk/curhat-bikin-sehat/296726380451429 diakses tanggal
30 November 2015 pukul 21:28
112
memiliki fungsi sebagai bentuk penjernihan diri karena status-status tersebut
memberikan suatu ruang dalam diri individu yang sebelumnya tidak memiliki
kesempatan untuk mengungkapkan hal yang dianggap rahasia kini menjadi terbuka
sehingga individu setidaknya melepaskan suatu hal yang dirasakan sampai
membentuk suatu penjernihan bagi diri individu. Mengungkapkan status pada
LegaTalk tidak selalu menemukan solusi apalagi untuk penjernihan diri karena
terkadang individu yang berkomentar bisa beraneka ragam, bisa mendukung bahkan
bisa mengejek atau menjatuhkan. Mungkin penjernihan diri ini akan berhasil jika
yang berkomentar merupakan orang-orang yang punya pemahaman serupa terhadap
pembicaraan yang diungkapkan seseorang tersebut.
Mengamati bagaimana reaksi yang diberikan lawan bicara saat individu
melakukan pengungkapan diri mengakibatkan individu memperoleh suatu informasi
mengenai ketepatan akan pandangannya terhadap persoalan yang sedang dibicarakan,
hal ini merupakan fungsi dari sebuah keabsahan sosial. Pada LegaTalk fungsi ini
tidak ditemukan dalam setiap postingan, namun salah satu informan mengaku pernah
melakukan survey sebagai bahan tulisan sehingga komentar-komentar dibutuhkan
untuk mengumpulkan data-data. Artinya dalam beberapa status pengungkapan diri,
ketepatan mengenai persoalan yang dimaksudkan individu ini bisa terjadi namun
tergantung bagaimana tingkat partisipasi individu tersebut.
Dalam melakukan self disclosure seseorang akan sedemikian rupa memfiter
informasi yang hendak disampaikan kepada orang lain, informasi yang memiliki
kekuatan positif atau yang membuat diri seseorang merasa dihargai maka akan
113
cenderung dibagikan sedangkan informasi yang akan membuatnya tidak diterima oleh
lawan komunikasinya akan dikontrol sedemikian baiknya atau bahkan tidak akan
diungkapkan, karena itu self disclosure memiliki fungsi kendali sosial. Fungsi ini
terlihat saat individu menjadi anonim justru berani menuliskan status mengenai
dirinya yang tidak mampu diungkapkan pada media sosial beridentitas.
Fungsi yang paling akhir yakni perkembangan hubungan, di mana individu
yang sengaja berbagi informasi mendalam antar satu sama lain memiliki tujuan
sebagai suatu bentuk usaha untuk semakin meningkatkan keakraban. Bila dikaji
secara umum menurut salah satu informan pendukung dalam penelitian ini
berpendapat bahwa manfaat yang diperoleh saat melakukan self disclosure pada
media sosial adalah untuk memperoleh umpan balik langsung dari lingkungan seperti
memperoleh komentar, masukan, saran, ataupun pujian sebagai bentuk dari
pemenuhan kebutuhan akan perhatian dari orang lain. Selain itu, fungsi atau tujuan
lainnya misalnya pengungkapan diri atau peluapan emosi (katarsis) yang pada
dasarnya yaitu untuk memenuhi kebutuhan diri. Kebutuhan yang dapat dipenuhi dari
curhat itu adalah katarsis/ perhatian/ masukan/ informasi/ solusi. 130 Oleh karena
kebutuhan yang diperlukan individu tersebut, ditemukan bahwa kegiatan self
disclosure dalam fungsi lainnya bagi diri bisa dikatakan bukan sekedar menyatakan
sebuah pengungkapan, karena bila yang dibicarakan merupakan suatu problem
peranannya begitu besar bagi pribadi individu serta memberi makna positif bagi
pergaulan atau kedekatan, khususnya dalam menjalin suatu hubungan. Dalam
130
Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 Juli 2015
114
aktualisasinya status pengungkapan di LegaTalk mengundang umpan balik secara
langsung yakni dalam bentuk komentar, kemudian dari komentar antar pengguna
tersebut terjadi saling tukar menukar alat komunikasi seperti membagikan id Line dan
alat chatting lainnya untuk menjalin komunikasi antar pribadi diluar forum LegaTalk.
Sehingga bisa dijelaskan bahwa pada LegaTalk tidak saja memiliki fungsi sebagai
alat pengungkapan diri namun pada media anonim ini juga ditemukan fungsi
perkembangan hubungan karena meski awalnya bukan untuk tujuan mencari kenalan
baru namun hal ini bisa juga terjadi pada media anonim meskipun terjalin komunikasi
diluar forum LegaTalk ini entah untuk tujuan komunikasi yang positif atau bahkan
negatif.
Positif atau negatif suatu pengungkapan ini tergantung bagaimana individu itu
mengartikan fungsi media anonim. Mengenai bagaimana kegunaan self disclosure
pada media anonim LegaTalk, pengguna cenderung memperlihatkan tanggapan untuk
mencurahkan segala isi hati, sebagai bentuk hiburan karena individu merasakan
ketenangan selain itu juga individu dapat melepas penat. Berikut ungkapan beberapa
informan “untuk penjernihan diri, karena kalo ada sikon di mana waktu aku udah ga
kuat terus orang-orang ga memungkinkan ya akhirnya ke LegaTalk. Soalnya kalo di
media sosial masih bisa diselip-selip gitu jadi bisa diatur buat ga terlalu gamblang
tapi bisa plong”. ”Fungsinya biar lega, buat lega aja biar pun ga ada solusi, yang
penting kaya udah ungkapin perasaan gitu”. “Kalo aku sih ya buat berbagi kisah yang
aku belum siap ceritakan ke orang-orang dikenal, tapi kalo aku amati juga media
115
anonim banyak digunakan buat mengekspos sisi negatif kehidupan.”131 Dari
pengakuan tersebut mengartikan bahwa fungsi pengungkapan diri pada media sosial
anonim ini selain untuk bahan hiburan terkadang juga digunakan sebagai tempat
untuk memperlihatkan kebebasan seseorang serta mengekspresikan dirinya sekalipun
mengenai sisi kenegatifan seseorang.
Dari jawaban beberapa informan mengenai fungsi self disclosure, para
informan utama memiliki alasan yang bervariasi tentang fungsi pengungkapan diri
tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi mereka melakukan self disclosure
pada media sosial anonim ini yakni sesuai dengan beberapa fungsi menurut Derlega
dan Gerzelak bahwa dalam beberapa status yang mengungkapkan diri memiliki
fungsi ekspresi. Dimana dengan melakukan pengungkapan diri ini, seseorang dapat
mengatakan berbagai macam perasaan yang tertuang dalam bentuk status di media
sosial LegaTalk sehingga bisa dikatakan seseorang tersebut mendapatkan kesempatan
untuk mengekspresikan perasaannya. Selain itu juga yang disampaikan oleh beberapa
informan tersebut memiliki fokus dari pemahaman fungsi self disclosure lainnya
yakni diri individu merasakan kelegaan karena mampu mengeluarkan sesuatu hal
yang terjadi pada dirinya berkaitan dengan hal pribadi yang bersifat negatif sekalipun.
131
Lampiran : Transkip wawancara. Hlm: 153-194
116
4.3.4
Faktor-faktor Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna
LegaTalk
Faktor merupakan penyebab terjadinya suatu peristiwa. Maksud dari peristiwa
ini adalah terjadinya pengungkapan diri. Pengungkapan diri terjadi lebih lancar dalam
situasi-situasi tertentu daripada situasi yang lain. 132 Artinya bahwa dalam
mengungkapkan diri tidak begitu saja dapat dibagikan secara mudah, apalagi jika hal
yang bagikan merupakan sesuatu yang bersifat pribadi atau hal-hal yang intim dalam
hidupnya kemudian kepada siapa pengungkapan ini dibagikan serta dalam situasi
yang seperti apa, semua hal tersebut perlu adanya pertimbangan karena keterbukaan
seseorang itu ada batasannya. Faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan pengungkapan diri ini menurut Devito yakni besaran kelompok, perasaan
menyukai, efek diadik, kompetensi, topik, serta jenis kelamin. Selain hal itu,
kepribadian masing-masing individu juga ikut berperan menjadi salah satu faktor
dalam melakukan adanya self disclosure tersebut. Seperti ungkapan Devito mengenai
faktor self disclosure yakni kepribadian.
“Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert melakukan
pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai bergaul
dan lebih introvert. Orang yang kurang berani bicara pada umumnya juga
kurang mengungkapkan diri dari pada mereka yang merasa lebih nyaman
dalam berkomunikasi.”133
Namun ditemukan dalam sebuah penelitian lain mengenai “pengaruh tipe
kepribadian terhadap self disclosure pengguna Facebook” beranggapan bahwa dalam
132
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Hlm: 65
133
Ibid, Hlm: 66
117
diri individu ada hal-hal yang perlu diketahui orang lain dan ada pula yang harus
disimpannya. Pada kenyataannya hasil penelitian mengenai tipe kepribadian tidak
menunjukan adanya individu yang ekstrim ekstrovert ataupun ekstrim introvert yang
menyebabkan salah satunya akan cenderung menjadi orang yang mudah terbuka,
namun yang ada adalah individu yang memiliki kecenderungan ekstrovert dan
kecenderungan introvert.134 Artinya faktor kepribadian menurut Devito ini tidak
selalu berpengaruh pada individu yang melakukan self disclosure karena pada intinya
seseorang akan menjadi ekstrovert ketika ada hal yang ingin dibagikan dan hal
tersebut mengandung sesuatu yang membanggakan serta sebaliknya seseorang akan
menjadi introvert jika topik yang dibicarakan bersifat terlalu pribadi atau bahkan
yang berkaitan dengan perilaku buruk seseorang sehingga individu akan cenderung
tertutup untuk berbagi pada orang lain.
Menurut salah satu informan pendukung (Psikolog), Stephani berpendapat
bahwa tipe kepribadian akan terbentuk oleh faktor bawaan (traits) dan faktor belajar
dari lingkungan. Sehingga apabila individu secara bawaan termasuk individu yang
introvert (tertutup) dengan lingkungan keluarga yang juga tertutup maka perilaku
individu secara umum akan tertutup, baik di kehidupan sehari-hari maupun
perilakunya di media sosial. Hal ini karena perilaku seseorang pada dasarnya
mencerminkan kepribadiannya.135 Karena tipe kepribadian seseorang terbentuk
sepanjang masa kehidupan, dengan interaksi dan kondisi lingkungan yang
134
Dimas Pamuncak. 2011. “Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap self disclosure pengguna Facebook.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Hlm: 76
135
Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 Juli 2015
118
beranekaragam yang akan dijumpai seseorang pada kehidupannya, maka akan terlihat
antara kedua faktor pembentuk kepribadian yakni faktor bawaan maupun faktor
lingkungan yang lebih dominan mempengaruhi diri individu. Karena bisa saja
individu dari keluarga secara bawaan memiliki sifat tertutup (introvert) namun faktor
lingkungan lebih berpengaruh pada dirinya maka kemungkinan individu tersebut
menjadi orang yang terbuka meskipun tidak setara dengan orang ekstrovert pada
umumnya.
Ditemukan pada penelitian ini beberapa informan terlihat ada yang memiliki
tipe kepribadian terbuka (ekstrovert) dan ada yang tertutup (introvert). Tipe terbuka
mengatakan bahwa sebenarnya dia merupakan orang yang terbuka dalam
kesehariannya namun pengalaman seks di masa lalu yang susah untuk dilupakan serta
topik tersebut belum siap dibagikan pada orang-orang yang dikenal maka menjadikan
alasannya untuk terbuka pada media anonim.136 Individu akan cenderung membuka
diri tentang topik tertentu, seperti mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan
atau hobi dari pada kehidupan seks atau situasi keuangan. 137 Mengenai kehidupan
seks dan situasi keuangan menjadi pengecualian jika harus diungkapkan pada media
yang bukan anonim, tetapi kedua hal pribadi tersebut justru dibagikan secara terbuka.
Sehingga bisa dikatakan faktor topik atau tema pembicaraan ini berpengaruh pada
pengungkapan diri informan di media sosial anonim.
136
Wawancara dengan AG pada tanggal 15 Juni 2015
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group. Hlm: 67
137
119
Bila peneliti lihat dari sisi pekerjaan informan yang mengaku ekstrovert ini
merupakan seorang pembicara atau consultant yang pekerjaannya lebih banyak
berkomunikasi dengan banyak kalangan sehingga apabila terbuka pada media sosial
yang bukan anonim mengenai hal tersebut maka ini akan menimbulkan terjadinya
bahaya dari pengungkapkan diri tersebut. Seperti oleh Devito dikatakan bahwa
bahaya pengungkapan diri ini seperti penolakan pribadi dan sosial, kerugian material,
serta kesulitan intrapribadi. Ketiga bentuk bahaya ini bisa saja terjadi pada informan
tipe terbuka tersebut jika topik yang disampaikan tidak diungkapkan pada media yang
tepat. Sedangkan tipe informan tertutup mengatakan bahwa dirinya sangat tertutup
untuk bisa mengungkapkan curahan hati pada orang lain secara langsung maupun
pada media sosial sehingga perilakunya lebih kepada pengungkapan yang tidak
terlalu sering, pada media sosial yang umum pun dia melakukan privasi sehingga
hanya memilih beberapa orang saja yang bisa melihat update-an statusnya. Dia juga
mengaku karena tidak mampu begitu saja berbagi cerita pada orang lain sehingga
harus memilih media tertentu yang membuat dirinya aman dan nyaman dalam
menggunakannya, seperti memilih media anonim dengan alasan tidak ada yang
mengetahui bahwa yang menuliskan ungkapan itu dirinya.138
Menurut Stephani (Psikolog) bahwa adanya faktor ketertarikan individu
terhadap minat mengakses media sosial ini tergantung pada faktor kepribadian dan
tuntutan lingkungan. Seseorang yang bergabung dengan lingkungan yang menuntut
138
Wawancara dengan Annisa Nur’aini Suryono pada tanggal 05 Juni 2015
120
update dapat mendorong individu untuk lebih sering atau terbiasa mengakses media
sosial. Kemudian jika mereka memiliki alasan untuk mengakses media anonim
karena mungkin sebagian dari mereka ada yang memiliki hal yang tidak dapat
dibagikan secara terbuka pada media sosial umum.
Media anonim bisa dikatakan juga sebuah media minoritas karena
berdasarkan jumlah, media jenis ini tidak banyak bermunculan seperti media sosial
yang tidak anonim atau dalam arti jelasnya media sosial tidak anonim ini lebih
banyak dan lebih populer dari pada media anonim. Kemudian dalam penggunaanya
karena anonim tentu tidak ada kejelasan berapa banyak pengguna yang mengakses
media tersebut sehingga bisa disebutkan bahwa mereka sebenarnya „ada‟ (pengguna)
tetapi tidak sebanyak pengguna media sosial umum yang tidak anonim. Sehingga,
bisa dikatakan bahwa media anonim menjadi faktor self disclosure yakni besaran
kelompok. Dalam faktor ini sangat ikut berpengaruh pada perilaku pengungkapan diri
seseorang, disebutkan bahwa “pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam
kelompok kecil dari pada kelompok besar”.139 Karena alasan yang dikemukakan
sebelumnya bahwa media anonim pada khususnya LegaTalk ini merupakan media
minoritas sehingga bisa dikatakan media kelompok kecil. Apabila pada kenyataannya
media anonim ini banyak penggunanya, peneliti rasa akan tetap menjadi seperti
kelompok kecil karena di dalamnya antar individu tetap tidak saling mengenal satu
sama lain. Oleh karena itu terjadi situasi bahwa „saya‟ adalah „saya‟ dan „mereka‟
139
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Hlm: 65
121
adalah „mereka‟, sehingga apapun topik yang diungkapkan tersebut bebas
diungkapkan sesuai yang pelaku inginkan.
Faktor perasaan menyukai merupakan salah satu penyebab individu menjadi
terbuka, karena tentunya individu menjadi mudah membuka diri kepada orang-orang
yang lebih disukai atau dicintai. Namun karena penelitian ini terjadi pada ruang
anonim, maka bisa dijelaskan bahwa faktor perasaan menyukai ini tidak terjadi oleh
pengguna
LegaTalk.
Tentunya
karena
anonim
maka
orang-orang
yang
mengungkapkan perasaan di LegaTalk tidak mengenal satu sama lain. Sehingga
faktor menyukai ini tidak termasuk dalam faktor self disclosure pengguna LegaTalk.
Efek diadik adalah umpan balik yang terjadi antar pengguna yang sama-sama
melakukan pengungkapan diri. Berdasarkan hasil wawancara efek ini dirasakan oleh
pengguna LegaTalk yang memiliki pemahaman yang serupa terhadap individu yang
memposting ungkapannya tersebut. Sebagai contoh, pada LegaTalk yang memiliki
banyak komentar biasanya status yang berhubungan dengan topik bersifat intim. Isi
dari komentar-komentar tersebut biasanya mengenai ungkapan diri orang lain yang
memiliki topik serupa. Sehingga terjadi efek diadik yang sama-sama berbagi
mengenai pengalaman antar pengguna. Efek diadik ini menjadikan komunikasi antar
pribadi yang lebih intens untuk membahas mengenai hal tersebut. Meskipun
122
komunikasi yang terjadi berisi mengenai bahasan-bahasan yang semakin „dewasa‟
dan terkadang menggunakan istilah-istilah seks.140
Efek kompetensi menjelaskan bahwa orang yang kompeten lebih banyak
melakukan pengungkapan diri dari pada orang yang kurang kompeten. Berdasarkan
hasil pengamatan dan pengalaman yang peneliti rasakan bahwa orang yang kompeten
atau orang yang sociable memang lebih mudah terbuka pada orang lain maupun pada
media sosial. Namun orang yang kompeten ini juga terbuka terhadap hal-hal tertentu,
karena pada dasarnya jika membicarakan topik yang mendalam tidak saja orang yang
tidak kompeten yang memfilter informasinya, tetapi orang kompeten juga melakukan
hal demikian. Sehingga bisa dijelaskan bahwa informan LegaTalk baik yang
berkompeten dan tidak, akan menjadi terbuka pada media sosial sesuai dengan topik
yang dibicarakannya.
Pada konsep teori self disclosure dikemukakan bahwa wanita diasumsikan
lebih terbuka dari pada pria, dan lebih terbuka pada orang yang disukai sedangkan
laki-laki lebih terbuka pada orang yang dipercayai.141 Selain itu, berdasarkan riset
wanita juga ternyata memiliki pengaruh besar terhadap platform media sosial
dibandingkan pria.142 Pada LegaTalk status pengungkapan diri umumnya ada yang
mengenai hal-hal semacam seks, ternyata hal tersebut tidak ada kaitannya dengan
140
Lampiran: contoh komentar di LegaTalk. Hlm: 199
Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang: Pustaka getok
tular. Hlm :114
142
http://tekno.kompas.com/read/2014/03/12/0943093/Riset.Wanita.Menjadi.Raja.di.Media.Sosial
diakses pada tanggal 21 Okt 2015 pukul 23:35
141
123
jenis kelamin baik wanita atau pria yang lebih dominan. Hal ini dapat juga diketahui
berdasarkan peneliti studi Magdalena Mattebo dari Uppsala University di Swedia,
dilansir Times Of India bahwa “diantara para orang dewasa ditemukan bahwa pria
dan wanita memiliki ketertarikan terhadap seks dalam porsi yang sama”. 143 Tujuan
penelitian ini bukan untuk menentukan jumlah atau besaran pengguna yang
ditentukan berdasarkan jenis kelamin. Sehingga tidak bisa dipastikan lebih dominan
laki-laki atau perempuan yang melakukan pengungkapan diri di LegaTalk. Namun
berdasarkan 5 informan utama yang peneliti temukan, 4 diantaranya berjenis kelamin
laki-laki. Kemudian berdasarkan hasil pengamatan status-status dan komentar yang
ada di LegaTalk sepertinya laki-laki yang lebih dominan. Namun hal tersebut tidak
menyimpulkan bahwa laki-laki atau wanita yang lebih banyak terbuka pada
LegaTalk. Pada intinya baik perempuan atau laki-laki akan menjadi terbuka dan
berani mengungkapkan diri pada LegaTalk dengan alasan jaminan anonimitas.
Dalam penggunan media anonim ada individu yang terbuka mengenai
masalah pribadi yang sebelumnya tidak mampu terungkap pada media sosial yang
bukan anonim, hal ini karena jumlah kelompok yang terdapat di sana adalah
kelompok besar atau kelompok mayoritas yang sebagiannya juga merupakan orangorang yang dikenal sehingga individu akan lebih mengontrol hal yang
diungkapkannya tersebut sesuai dengan karakter yang ingin ditampilkan. Selain itu
alasan lainnya adalah mengenai diri individu yang membawa sebuah identitas yang
melekat pada setiap orang. Identitas merupakan pembawaan yang penting karena
143
http://m.news.viva.co.id/news/read/511024-15 diakses pada tanggal 21 Okt 2015 pukul 23:23
124
pada identitas orang tersebut akan dikenal dan diingat oleh orang lain. Sehingga
dengan anonim seseorang dapat memilih untuk mengekspresikan identitas
tersembunyi yang tidak mereka tampilkan secara terbuka di dunia nyata.
Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin kecil
kemungkinan seseorang untuk mengungkapkannya. 144 Dapat disimpulkan bahwa
individu yang mengungkapkan hal yang tidak terlalu pribadi akan cenderung lebih
mudah mengungkapkan dari pada individu yang memiliki topik pribadi, sehingga
media anonim adalah pilihan bagi mereka jika ingin melakukan suatu pengungkapan
yang memiliki sifat pribadi tanpa berkaitan dengan identitas yang melekat pada
masing-masing individu.
4.3.5
Efek Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Efek adalah hasil yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan
sebelumnya. Efek ini bisa berupa adanya feedback yang diterima. Feedback tersebut
bisa berupa hal yang positif juga bisa hal yang merugikan bagi individu. Umpan balik
(feedback) dari orang lain yang dipercayai memang dapat meningkatkan pemahaman
diri bagi seseorang, yakni membuatnya sadar pada aspek-aspek diri serta berbagai
konsekuensi perilakunya yang sebelumnya tidak pernah disadari (Johnson, 1981
dalam buku Komunikasi Antarpribadi).145
144
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group. Hlm: 67
145
Edi Harapan & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Hlm: 72
125
Proses pengungkapan diri ini biasanya dilakukan secara tertutup, yaitu
seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyisembunyi melalui ungkapan dan tindakan, di mana ungkapan dan tindakan itu
merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. 146
Dalam hal ini proses pengungkapan diri yang dilakukan individu terkait dengan
ungkapan dan tindakan yang dicurahkan pada media sosial anonim. Proses
pengungkapan diri ini akan menimbulkan efek berupa penolakan pribadi bila
informasi yang disampaikan tidak seimbang antara topik dengan media atau orang
yang menjadi tempat untuk mengungkapkan diri. Artinya jika efek yang ingin
dihasilkan adalah positif serta menerima apa yang ingin diungkapkan, maka
seseorang harus melakukan pengungkapan diri pada orang lain atau pada media yang
mendukung dengan kondisinya tersebut.
Secara teoritis self disclosure ini menghasilkan resiko-resiko, diantaranya
penolakan
pribadi
dan
sosial,
kerugian
secara
materil,
hingga
kesulitan
intrapribadi.147 Begitupun mudahnya penggunaan internet khususnya untuk
mengakses media sosial menghakibatkan fenomena penggunaan media sosial ini
sebagai
tempat
mencurahkan
isi
hati
juga
mendukung
pengguna
untuk
mengungkapkan dirinya dalam segala kondisi. Seperti ungkapan kekesalan setelah
seharian mengerjakan pekerjaan, atau ungkapan bahagia karena sesuatu hal, dan
146
Burhan Bungin. 2013. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 267
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Hlm: 71
147
126
sebagainya. Dampak yang terjadi akibat suatu perbuatan, biasanya mengandung unsur
positif maupun negatif.
Pernah banyak ditemukan beberapa kasus yang dihasilkan mengenai efek dari
penggunaan media sosial yang juga di dalamnya berkaitan dengan status atau
ungkapan-ungkapan hati yang mereka ungkapkan pada akun media sosial tersebut.
Diantaranya pada tahun 2014 lalu seorang mahasiswi S2 UGM Florence Sihombing,
menjadi bahan perbincangan akibat ungkapannya yang menghina rakyat Yogyakarta
pada media sosial Path miliknya. Hal ini menimbulkan efek hingga menjadikan
dirinya berakhir disel tahanan. Kasus Florence tersebut merupakan satu dari beberapa
peristiwa serupa lainnya yang berkaitan dengan ungkapan diri pada media sosial yang
menimbulkan efek negatif atau merugikan bagi pelaku pengungkapan diri tersebut.
Untuk itu media sosial anonim hadir sebagai wadah bagi mereka yang ingin
mencurahkan hati tanpa identitas sehingga diharapkan tidak akan menimbulkan efek
yang merugikan pada penggunanya. Namun, buruknya adalah apresiasi sebagian
orang terhadap etika bermedia sosial sangat rendah akibatnya media sosial anonim ini
justru digunakan sebagai tempat menuliskan sesuatu yang terkadang mengandung
unsur porno, kata-kata yang tidak beretika dan lain sebagainya.
Pada penelitian media anonim ini tidak ditemukan efek atau dampak yang
terlalu ekstrem baik seperti contoh kasus pada media sosial yang telah dikemukakan
diatas maupun efek berdasarkan teori. Dari kelima informan penelitian mengaku hal
127
yang dirasakan setelah melakukan pengungkapan pada media anonim LegaTalk
diantaranya adalah mendapat solusi atau masukan dari pengguna anonim lainnya
yang terdapat pada kolom komentar mengenai hal yang diungkapkannya tersebut,
kemudian ada juga yang mendapat kenalan baru karena meskipun media anonim ada
saja yang sengaja bertukar nomer ID Line misalnya atau pin BBM dalam kolom
komentar, sehingga efek ini mengakibatkan terjalin adanya suatu hubungan
antarpribadi diluar forum LegaTalk. Dampak lainnya seperti kelegaan pada perasaan
individu karena mampu mengungkapkan, tenang, nyaman, serta mendapat hiburan
tersendiri meskipun kadang menjadi kesal jika ada komentar yang tidak
menyenangkan atau yang tidak mendukung ungkapannya tersebut. Dari beberapa
dampak pengungkapan pada media anonim tersebut terlihat hampir semuanya positif
namun 1 informan mengatakan hal yang berbeda dari informan lainnya meskipun
bukan dirinya yang langsung melakukan hal ini. Dampak yang diungkapkan tersebut
memiliki perbedaan meskipun presentasinya paling kecil 4:1 namun menarik untuk
disimak.
Berdasarkan pengamatan, informan ini terlihat melakukan pengakuan yang
lebih pribadi karena terlihat dari percakapan awal pada saat wawancara dia cenderung
terbuka mengenai statusnya di LegaTalk bahwa dia mengungkapkan hal yang
sebelumnya tidak pernah dia ungkapkan atau tidak pernah bisa dia bagikan dengan
orang lain dan pada media sosial umum lain karena topik yang dia ungkapkan adalah
mengenai masalah pribadinya seperti hal yang berbau seks. Untuk itu, efek yang
128
dirasakannya ternyata bukan memberikan solusi yang baik bagi dirinya namun justru
menambah ingatan masalalunya yang tidak menyenangkan. Selain itu informan ini
juga mengatakan bahwa efek dari sebuah status, apalagi berbau seks ini mampu
mampu memberi efek hingga pada tahap perilaku seseorang “iya, dari rasa
penasarannya itu yang bikin orang nekat. Bahkan ada kenalan cewe yang malah dia
seneng banget dan nagih buat ketemu sama kenalannya cuma buat seks.”148
Sedangkan efek positif yang diperoleh pada dasarnya sama seperti rekan informan
lainnya, mengalami komunikasi antarpribadi di luar forum LegaTalk.
“engga sih sebenernya sama aja, malah kadang makin menjadi soalnya dapet
lawan yang sama jadi ada orang yang berpengalaman sama dan malah kadang
ngebawa ke hal masa lalu lagi. Ini sekarang aku juga malah jadi pada
konsultasi dan curhat dari kenalan-kenalan di LegaTalk. Sekarang aplikasi
LegaTalknya udah aku uninstall, males hasrat seksnya suka muncul lagi
soalnya banyak sukarelawan hhehe. Mau bener-bener lepas dari itu banyak
yang ngajak. Dari LegaTalk juga dapet kenalan baru, karena mereka komentar
pada mau chat kan, ya udah aku ajak chat. Di LegaTalk juga, saya mengalami
diajak ini itu lewat chat. Chat dari LegaTalk ini berlanjut sampai pada tahap
perkenalan dan melakukan komunikasi antar pribadi, sekarang hubungannya
jadi intens, mereka jadi terbuka dan curhat tentang mereka melakukan seks
sama yang dikenal di LegaTalk, juga tentang rumah tangga mereka.”149
Dampak baik dan buruknya self disclosure bisa dirasakan sendiri oleh para
informan sesuai dengan apa yang ia ungkapkan dan pada penempatan media sosial
yang digunakan, seperti yang telah peneliti ungkapkan bahwa jika informan sekedar
mengungkapkan perasaan dan tidak ada hubungannya dengan penyingkapan masalah
pribadi maka efek yang diterima mereka adalah berupa masukan atau solusi. Namun,
148
149
Wawancara dengan AG pada tanggal 15 Juni 2015
Ibid, wawancara dengan AG
129
bila yang dibagikan adalah terkait masalah pribadi apalagi seperti halnya pengalaman
seks seseorang, pengakuan bahwa dirinya gay atau hal bersifat intim lainnya biasanya
efek yang didapatkan bisa jadi melibatkan hasrat informan semakin menjadi karena
menemukan pengguna yang sama-sama mengalami atau merasakan hal serupa atau si
pelaku pengungkapan akan mendapat ejekan.
Informan 1 (Stephani) berpendapat bahwa dalam bermedia sosial individu
akan menerima umpan baik positif maupun negatif bila yang diterima adalah sesuatu
yang menyenangkan dan akan menimbulkan hal negatif jika yang diterima pengguna
adalah hal yang merugikan.
“umpan balik positif dari media sosial dapat dihayati sebagai sesuatu yang
menyenangkan dan dapat memenuhi kebutuhan individual akan perhatian
(affection) atau pengakuan (admiration). Namun demikian, media sosial juga
dapat berefek negatif, bila umpan balik yang diterima berupa ancaman,
kekerasan, ejekan (cyber bullying) dsb, maka ini akan membuat berpengaruh
negatif pada individu.”150
Akhirnya, dapat peneliti simpulkan bahwa efek negatif atau positif yang
diterima individu pelaku self disclosure merupakan cerminan dari kata-kata yang
berkaitan dengan topik yang diungkapkan oleh individu tersebut, sehingga
menghasilkan suatu makna yang kemudian diinterpretasikan oleh orang lain. Artinya
efek seperti ungkapan Devito mengenai penolakan pribadi, kerugian secara materil,
hingga kesulitan intrapribadi tidak berhubungan pada pengungkapan di LegaTalk.
Justru efek yang dihasilkan sebenarnya adalah efek yang tidak selalu negatif,
150
Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 Juli 2015
130
melainkan mendapat masukan yang bersifat positif bagi pelaku. Namun jika
seseorang mengungkapkan perasaan kesal yang berhubungan dengan orang lain, hal
ini tidak bisa diungkapkan pada media sosial umum karena akan menimbulkan resiko
yang tidak baik nantinya.
Dilihat dari hasil pengamatan melalui beberapa status dan komentar para
pengguna LegaTalk, pada kenyataannya orang yang merespon pengungkapan diri
seseorang melalui media anonim terlihat bebas mengatakan komentar apapun sesuai
yang diinginkan termasuk kata-kata yang mengejek sekalipun. Hal ini terjadi karena
jelas berkaitan dengan identitas mereka yang tidak diketahui. Artinya dampak atau
efek yang dirasakan tergantung bagaimana individu pemilik status pengungkapan diri
ini menyikapi berbagai respon mulai dari yang mendukung, memberi masukan,
hingga komentar yang tidak menyenangkan.
Jika membahas mengenai bahaya pengungkapan diri yang dilakukan individu
pada media anonim maka yang dihasilkan adalah individu tidak merasakan bahaya
yang ekstrem atau dalam hal ini bahaya self disclosure pada teori menurut Bochner,
1984 dalam Devito, seperti penolakan antar pribadi dan sosial, kerugian material,
maupun kesulitan intrapribadi.151 Dampak atau bahaya tersebut mungkin akan terjadi
jika menuliskan ungkapan rahasia pada media sosial umum (bukan anonim) yang
menampilkan identitas pengguna serta berisi teman-teman yang saling mengenal
151
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tengerang Selatan:Karisma Publishing
Group. Hlm: 69-70
131
dengan pemilik media. Berbeda dengan media anonim, individu bisa mengungkapkan
hal apapun dengan berbagai macam respon yang diterima. Sehingga bahaya tersebut
tidak berlaku pada pengguna media anonim.
Dalam hasil wawancara pada penelitian ini dampak yang peneliti dapatkan
adalah kelegaan diri karena mampu mengungkapkan perasaan, terjalin komunikasi
antarpribadi karena sampai tahap mendapat kontak yang lebih privasi, dan pada status
yang bertema seks bahayanya yakni bisa sampai pada tahap phone sex atau berlanjut
pada bahasan antarpribadi mengenai seks dalam ruang yang lebih privasi diluar form
LegaTalk.
132
Gambar 4.4
Bagan Self Disclosure Pada Media Sosial
Diri
Individu
Media Anonim
LegaTalk
SELF DISCLOSURE
a. Self disclosure
pengguna
b. Dimensi Self disclosure
pengguna
c. Dimensi Self disclosure
pengguna
d. Fungsi Self disclosure
pengguna
e. Faktor-faktor Self
disclosure pengguna
f. Efek Self disclosure
pengguna
Membuka diri
Kegiatan Pengungkapan
Diri :
Status terbuka mengenai
ungkapan cinta, pekerjaan,
kehidupan
sehari-hari,
hingga topik pribadi seperti
seks.
Sumber : Peneliti
133
Maka dari itu berdasarkan bagan di atas dan hasil pembahasan peneliti
terhadap para informan utama mengenai bagaimana pengungkapan diri para
pengguna LegaTalk dalam media sosial anonim adalah, pertama bahwa terkadang
media sosial anonim digunakan untuk mengungkapkan hal yang tidak bisa
diungkapkan pada media sosial umum yang tidak anonim meskipun tidak selalu hal
yang diungkapkan pada LegaTalk ini mengenai hal-hal yang bersifat rahasia atau
privasi individu. Kedua, dimensi yang terjadi oleh pelaku self disclosure ini yakni
semua yang diungkapkan pada media sosial anonim LegaTalk ditulis sesuai dengan
keadaan atau mood pribadi individu, hal yang diungkapkan juga tidak selalu negatif
karena pada dasarnya manusia butuh melakukan curhat dan mereka memiliki tujuan
hiburan bagi pribadi secara individu namun akan ada saatnya individu
mengungkapkan sisi negatif dirinya karena media anonim adalah tempat terbuka bagi
siapa saja tanpa hawatir dengan identitas pelaku pengungkapan diri, serta mengenai
tingkat kejujuran yang dilakukan adalah mereka melakukan curahan hati dengan jujur
apa adanya. Ketiga, mengungkapkan diri memiliki fungsi ekspresi. Dimana dengan
melakukan pengungkapan diri ini, seseorang dapat mengatakan segala perasaan
sehingga bisa dikatakan seseorang tersebut mendapatkan kesempatan untuk
mengekspresikan perasaannya dan diri individu merasakan kelegaan karena mampu
mengeluarkan sesuatu hal yang terjadi pada dirinya. Keempat, faktor yang paling
berperan adalah pribadi individu yang dipengaruhi oleh mood, secara penggunaan
sebenarnya media anonim sama dengan media sosial lainnya seperti Facebook,
Twitter, Path, Instagram, dsb yakni memposting curahan hati namun terkadang mood
134
individu itulah yang mempengaruhi pelaku self disclosure untuk melakukan
pengungkapan dengan topik yang terbilang rahasia karena mengingat yang digunakan
adalah media anonim sehingga kapan saja seseorang bebas menuliskan apapun
termasuk hal yang tidak biasa diungkapkannya sekalipun. Dan yang Kelima adalah
efek pengungkapan diri, selagi ungkapan yang dilakukan bukan mengenai masalah
yang ekstrem seperti topik seks atau ungkapan „gay‟ maka efek yang dirasakan adalah
mendapat komentar yang mendukung ataupun malah sebaliknya yang merugikan.
Ketika pengguna LegaTalk melakukan curahan hatinya dalam sebuah status,
maka akan timbul komentar dan dari hal tersebut sudah terjadi adanya sebuah
interaksi antarpribadi yang merupakan suatu kajian dalam self disclosure. Status yang
diungkapkan terdiri dari berbagai macam topik seperti halnya percintaan, kegalauan,
mengenai pekerjaan, hubungan, sampai pada topik pribadi yang „privasi’. Hal ini
terjadi karena dari alasan awal bahwa media ini anonim, tidak berkaitan dengan
identitas maka alasan inilah yang menjadikan pengguna menggunakan dan
melakukan self disclosure pada LegaTalk.
4.4
Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Media Anonim LegaTalk
Dari hasil pembahasan yang sudah peneliti jabarkan sebelumnya, bahwa
timbul pengungkapan diri yang bervariasi dari para informan utama yang memiliki
tujuan mencurahkan segala perasaan agar diri individu merasakan kelegaan karena
telah mampu mengungkapkan mengenai dirinya. Peneliti membahas bagaimana self
135
disclosure pengguna LegaTalk tersebut tentang seperti apa self disclosure yang
terjadi pada media yang anonim.
Perilaku pengungkapan diri pada sebuah media anonim ini menimbulkan rasa
aman karena memberikan kebebasan untuk mengungkapkan segala hal ataupun suatu
hal yang mengandung tingkat privacy yang cukup tinggi yaitu ketika topik yang
diungkapkan tersebut sebelumnya tidak dapat diungkapkan pada orang lain yang
dikenalnya. Internet digunakan sebagai pelarian untuk mendapatkan rasa nyaman dan
mengatasi rasa kesepian. Orang yang gaya hidup dan lingkungannya menuntut untuk
selalu update serta dia merupakan orang yang pandai bergaul biasanya lebih mudah
terbuka pada media sosial. Melakukan curahan hati misalnya yang pada dasarnya
memiliki fungsi sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan diri akan pelepasan emosi/ katarsis, mendapatkan perhatian, masukan,
informasi, dan solusi. Dalam sebuah curahan hati terdapat makna mengenai diri,
sehingga peneliti menganggap hal ini merupakan salah satu bentuk self disclosure.
Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa self disclosure yang terjadi pada sebuah
media anonim ini terjadi karena unsur identitas yang tersembunyi membuat seorang
pengguna dapat melakukan berbagai macam ungkapan dengan bebas tanpa adanya
batasan atau aturan terhadap suatu komentar atau pendapat dengan pilihan kata yang
tidak patut sekalipun. Dengan anonim individu dapat berlindung dengan identitas
yang tidak real, karena identitas dalam dunia nyata merupakan karakteristik esensial
yang menjadi basis pengenalan dari sesuatu hal, ciri-ciri atau keadaan khusus
seseorang.
136
Penelitian ini menggunakan teori Johari Window yang menyatakan bahwa
tingkat keterbukaan dan kesadaran tentang diri yang dibagi dalam empat bingkai.
Keempat bingkai tersebut yakni, jendela Terbuka (Open), jendela Buta (Blindspot),
Jendela Tersembunyi (Hidden), dan Jendela Gelap (Unknown). Sehingga bila hasil
penelitian ini dikaitkan dengan teori Johari Window yang telah peneliti bahas
sebelumnya pada bab II yakni terdiri dari 4 bingkai yang dapat digeser sehingga
keempat ruang tersebut dapat diperbesar atau dikecilkan untuk menggambarkan self
disclosure pada LegaTalk. Untuk lebih jelasnya berikut gambar Jendela Johari (Johari
Window) mengenai self disclosure pengguna LegaTalk.
Daerah Terbuka
Daerah
Buta
Daerah Tersembunyi
Daerah
Gelap
Gambar 4.5
Hasil self disclosure pengguna LegaTalk pada Johari Window
Sumber : Peneliti (berdasarkan buku Komunikasi Antar Manusia)
Pada gambar di atas, memperlihatkan 4 buah bentuk jendela yang memiliki
ruang berbeda. Dalam hal ini pada Jendela Tersembunyi (Hidden) memiliki ruang
yang lebih besar di bandingkan dengan ketiga jendela lainnya. Berikut penjelasannya:
137
Open Window ikut terbuka namun tidak sebesar pada daerah Tersembunyi
(Hidden), hal ini terjadi karena individu telah berani melakukan pengungkapan diri
pada media sosial LegaTalk sehingga informasi yang dibagikan diketahui oleh orang
lain meskipun tetap dalam keadaan anonim.
Blindspot Window mengecil karena dalam hal ini self disclosure pada media
anonim antar individu yang tidak saling mengenal, namun tetap ada informasi yang
diketahui oleh pengguna lain yang membaca status pengungkapan diri tersebut.
Hidden Window terbuka lebih luas, hal ini menunjukan bahwa individu yang
melakukan self disclosure pada media sosial anonim LegaTalk memahami diriya
sendiri namun sebaliknya orang lain tidak mengetahui siapa dirinya. Media anonim
ini memungkinkan individu terbuka terhadap hal-hal yang dia pahami, yang
terkadang bisa bersifat rahasia namun ketika hal tersebut dibagikan pada media
anonim, orang lain tidak mengetahui akan hal-hal tersebut sebelumnya dan tetap tidak
mengetahui siapa yang melakukan pengungkapan diri tersebut. Dalam jendela
Tersembunyi ini menurut Budyatna dan Ganiem yang dikutip oleh Chiko dalam
skripsinya bahwa dalam jendela ini juga memiliki ruang yang luas, jendela ini
bermuatan semua hal-hal yang kita tahu mengenai diri kita sendiri tetapi orang lain
tidak mengetahui diri anda, atau bisa disebut juga dengan rahasia (secret).152 Jadi bisa
disimpulkan bahwa hal-hal yang tidak diketahui orang lain ini dibagikan sehingga
152
Chiko Muhammad Averoes. 2015. Pengungkapan Diri Anak Korban Pelecehan Seksual Pada Ibu.
Serang: Untirta. Hlm: 80
138
orang lain mengetahui suatu informasi meskipun dengan identitas yang tetap tidak
diketahui.
Unknown Window mengecil namun lebih luas dari daerah Buta (Blindspot)
mengartikan bahwa kedua belah pihak tidak mengenal satu sama lain sehingga saat
membaca status pengungkapan diri mereka tetap tidak saling mengetahui.
Berdasarkan pembahasan mengenai pengungkapan diri, akan peneliti jelaskan
dan simpulkan mengenai status - status seperti apa saja yang masuk dalam kategori
self disclosure yang ditemukan pada media anonim LegaTalk. Dalam proses
pengungkapan diri ini peneliti memfokuskan pada pernyataan-pernyataan yang
dituliskan oleh pengguna LegaTalk dalam bentuk „status‟ mengenai curahan hati
mereka atau curhat. Mencurahkan isi hati ini peneliti asumsikan sama halnya dengan
pengungkapan diri karena dalam melakukan curhat seseorang akan bercerita dan
berbagi baik secara lisan maupun tulisan mengenai hal-hal yang terjadi pada dirinya.
Hal – hal tersebut bisa berupa sikap atau opini yang dia ungkapkan, mengenai selera
dan minat seseorang terhadap suatu hal, pekerjaan atau pendidikan seseorang,
pernyataan mengenai fisik, masalah keuangan, maupun mengenai kepribadian. 153 Hal
lain yang menguatkan bahwa pernyataan berupa status merupakan salah satu bentuk
self disclosure adalah bersumber dari penelitian-penelitian terdahulu, salah satunya
yang berjudul “bentuk-bentuk self disclosure melalui foto pada situs jejaring sosial”.
Berawal dari group online di Jejaring Sosial Facebook yang saling berbagi foto dan
153
Maryam B Gainau. 2009. keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan
implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol 33, No 1. Hlm: 2
139
menyatukan hobi mereka dalam situs tersebut, kemudian dari hal itu saja peneliti
dapat menjelaskan bahwa fasilitas foto menimbulkan adanya self disclosure antar
anggota.
Untuk mengetahui status – status seperti apa saja yang umumnya dibicarakan
di LegaTalk, berikut peneliti simpulkan beberapa diantaranya:
a. Status umum, yakni status yang biasa ditemukan pada media sosial umum
(yang bukan anonim) seperti ungkapan mengenai kejadian sehari-hari atau
topik ungkapan yang tidak bersifat rahasia dan bebas untuk dibagikan pada
media sosial. Biasanya curhatan tersebut berkaitan dengan masalah cinta,
mengenai lingkungan persahabatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Dalam hal
ini, tipe self disclosure yang terjadi merupakan informasi diri yang bersifat
deskriptif atau merupakan informasi umum.
b. Status khusus, yakni status-status yang bisa dibilang tidak biasa dituliskan
pada media sosial umum (yang bukan anonim). Status jenis ini dimaksudkan
pada ungkapan yang bersifat pribadi atau intim, misalnya status berbau seks
yang biasanya pengguna tuliskan dengan memunculkan kata-kata yang tidak
biasa seperti oral, bj (blow job), horny, squirt, dan sebagainya. Status lainnya
yakni yang biasanya mengandung unsur privasi seperti urusan rumah tangga
atau mengenai kepribadian yang memiliki kelainan (gay/lesbian) yang
mungkin bila diungkapkan pada media sosial umum (yang bukan anonim)
individu cenderung tidak akan nyaman, tidak terbuka bahkan tidak sebebas
pada media sosial anonim (LegaTalk). Dengan salah satu alasan bahwa
140
informasi yang tidak akan mendukung individu atau justru menjatuhkan
individu tersebut akan dikontrol sedemikian rupa sehingga jika harus
diungkapkan maka individu cenderung memilih menjadi anonim.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian dari pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
peneliti simpulkan beberapa hal berkaitan dengan self disclosure pada media sosial
anonim LegaTalk sebagai berikut:
1. Self disclosure pada media anonim menjadikan individu lebih nyaman
untuk terbuka mengenai beberapa hal dimulai dari ungkapan yang bersifat
deskriptif atau hal-hal umum seperti kejadian sehari-hari yang terjadi pada
dirinya hingga ungkapan yang evaluatif atau ungkapan-ungkapan yang
lebih intim dengan identitasnya yang tetap tidak diketahui orang lain.
2. Dimensi atau aturan dalam pengungkapan diri berkaitan dengan aspek
frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) yang dibutuhkan
untuk mengungkapkan diri sangat tidak menentu dan tidak dapat
diprediksi, hal ini dipengaruhi oleh mood atau perasaan seseorang.
Sedangkan valensi atau isi pesan yang beranekaragam mulai dari positif
sampai mengungkapkan sisi negatif dirinya karena media anonim adalah
tempat terbuka bagi siapa saja. Kemudian tujuan individu yakni ingin
tetap nyaman dalam mengungkapkan dirinya yang memiliki rahasia, atau
dalam hal ini setidaknya individu dapat melepaskan hal-hal yang
141
142
sebelumnya banyak dikontrol serta banyak pertimbangan menjadi bebas
untuk diungkapkan, sekalipun mengenai hal-hal intim dalam hidupnya.
3. Fungsi self disclosure yang terjadi pada LegaTalk ini diantaranya yakni,
Sebagai bentuk penjernihan diri karena status-status tersebut memberikan
suatu ruang dalam diri individu yang sebelumnya tidak memiliki
kesempatan untuk mengungkapkan hal yang dianggap rahasia kini
menjadi terbuka sehingga individu setidaknya melepaskan suatu hal yang
dirasakan sampai membentuk suatu penjernihan bagi diri individu. Fungsi
kendali sosial ini terlihat saat individu menjadi anonim justru berani
menuliskan status mengenai dirinya yang tidak mampu diungkapkan pada
media sosial beridentitas.
4. Faktor-faktor self disclosure pada LegaTalk seperti besaran kelompok
terjadi karena media anonim dapat dikatakan sebagai media minoritas atau
media kelompok kecil. Apabila pada kenyataannya media anonim ini
banyak penggunanya, akan tetap menjadi seperti kelompok kecil karena di
dalamnya antar individu tetap tidak saling mengenal satu sama lain.
Sehingga memungkinkan individu lebih mudah untuk mengungkapkan
dirinya secara terbuka.
5. Efek self disclosure yang ditemukan di LegaTalk ini yakni seperti efek
positif atau negatif bahwa efek yang diterima individu pelaku self
disclosure merupakan cerminan dari kata-kata yang berkaitan dengan
topik yang diungkapkan oleh individu tersebut, sehingga menghasilkan
143
suatu makna yang kemudian diinterpretasikan oleh orang lain. Efek yang
dirasakan yakni mendapat komentar yang mendukung ataupun malah
sebaliknya yang merugikan. Artinya dampak atau efek yang dirasakan
tergantung bagaimana individu pemilik status pengungkapan diri ini
menyikapi berbagai respon mulai dari yang mendukung, memberi
masukan, hingga komentar yang tidak menyenangkan.
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian yang dilakukan ini masih terdapat
kekurangan dan juga kelemahan. Namun hal tersebut menjadi pembelajaran bagi
peneliti sendiri maupun peneliti selanjutnya yang akan membahas penelitian serupa.
Adapun saran-saran yang penulis berikan setelah meneliti permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
5.2.1
Saran Teoritis
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk dapat mencari dan membaca
referensi lain yang lebih banyak lagi. Self disclosure merupakan teori tentang
hubungan dan teori tentang pengungkapan diri seseorang. Untuk itu, peneliti sarankan
untuk meneliti kembali dengan topik self disclosure yang lebih mendalam. Seperti
pelaku prostitusi online pada media sosial, atau mengenai suatu hubungan yang
terjalin dari sebuah biro jodoh online.
144
5.2.2
Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa peran sebagai
berikut:
1. Dalam melakukan self disclosure pada media sosial anonim, peneliti
berharap pengguna untuk tetap menggunakan media sosial secara bijak,
meskipun menjadi anonim tetap harus menjaga cara interaksi dengan
orang lain jangan jadikan anonim sebagai kebebasan untuk mengeluarkan
kata-kata yang tidak sopan atau menyakiti orang lain.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian dan bahan masukan positif bagi
para peneliti selanjutnya. Kemudian penelitian ini juga bisa dijadikan
sebagai penelitian lanjutan yakni mengenai self disclosure pada media
anonim dengan studi fenomenologi, sehingga penelitian ini akan jauh
lebih mendalam karena berkaitan dengan kisah hidup atau pengalaman
seseorang yang pernah menggunakan media sosial anonim.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations. Bandung:
Remaja RosdaKarya
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
. 2013. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
. 2009. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Utama
Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Devito. J. A. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan:
Karisma Publishing Group
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Fidler, Roger. 1997. Mediamorfosis (Memahami Media Baru). Yogyakarta: Bentang
Budaya
Fisher, B Aubrey. 1978. Teori-teori komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya
Harapan, Edi & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi (Perilaku Insani
Dalam Organisasi Pendidikan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Hendroyono, Tony. 2009. Facebook. Yogyakarta : B First
Iriantara, Yosal. 2008. Media Relations Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung:
Remaja Rosdakarya
145
146
K, Ian Chandra. Internet Untuk Kita Semua. 2009. Jakarta: PT Elek Media
Komputindo
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks. Bandung:
Widya Padjajaran
Kriyantono, Rachmat. 2006. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Liliweri, A. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Adya Bakti
McQuail, Denis. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Morissan & Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Rahman, Agus A. 2013. Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya
Romli, Asep S M. 2012. Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendekia
Santoso, Slamet. Teori-Teori Psikologi Sosial. 2010. Bandung : PT Refika Aditama
Satori, Djam’an & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sears, David O & Jonathan L Freedman dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima
Jilid 1. Jakarta: Erlangga
147
Severin, Werner J & Tankard, James W. 2011. Teori Komunikasi (Sejarah, Metode,
dan Terapan di Dalam Media Massa) Edisi Kelima. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Shera, Andy. 2010. Step by Step Internet Marketing. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sihabudin, Ahmad & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang :
Pustaka getok tular
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius
Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
JURNAL
Andarwati, S.R & Sankarto, B.S. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol.14, Nomor 1,
2005.
Averoes, Chiko Muhammad. 2015. Pengungkapan Diri Anak Korban Pelecehan
Seksual Pada Ibu. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Gainau, Maryam B. 2009. Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa Dalam
Perspektif Budaya Dan Implikasinya Bagi Konseling. Jurnal ilmiah widya
warta, Vol 33, No
Kilamanca, Desiana Fiskarani. 2010. Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi dan
Keterbukaan Diri dengan Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Pada
Remaja. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Komunikasi dan Informatika Indonesia-Buku Putih. 2010. Jakarta: pusat data,
kementrian komunikasi dan informatika
Kusumaningtyas, Ratih Dwi. 2010. Peran Media Sosial Online (Facebook) Sebagai
Saluran Self Disclosure Remaja Putri Di Surabaya. Jawa Timur: Universitas
VETERAN
148
Lestarina, Yunita. 2012. Self Disclosure Individu Pada Aktivitas Kencan Online.
Depok: Universitas Indonesia
Mahendra, David. 2014. Media Jejaring Sosial Dalam Dimensi Self Disclosure.
Yogyakarta: UIN Kalijaga
Pamuncak, Dimas. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure
Pengguna Facebook. Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
INTERNET
Brainly.co.id/tugas/310634
Googleplaystore/LegaTalk
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=86941&val=4687 “memahami
fenomena komunikasi hiperpersonal menggunakan anonymous username
dalam portal berita online”
http://id-id.facebook.com/notes/legatalk/curhat-bikin-sehat/296726380451429
http://m.news.viva.co.id/news/read/511024-15
http://tekno.kompas.com/read/2012/06/01/23174881/mengapa.orang.gemar.curhat.le
wat.media.sosial
http://tekno.kompas.com/read/2014/03/12/0943093/Riset.Wanita.Menjadi.Raja.di.Me
dia.Sosial
http://www.bimbingan.org/pengertian-media-sosial-menurut-ahli.htm
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141127133046-185-14236/internetindonesia-banyak-dipakai-untuk-media-sosial/
http://www.koranjakarta.com/?17367jejaring%20sosial:%20zona%20nyaman%20unt
uk%20curhat
http://www.merdeka.com/teknologi/perbedaan-sosial-media-dan-jejaring-sosial.html
http://www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-ini-orang-indonesia-penggunaterbesar dunia.html
http://www.voaindonesia.com/content/mahasiswa-di-yogyakarta-ditahan-polisikarena-curhat-di-media-sosial/2433794.html
149
Teknologi.metrotvnews.com/read/2014/09/25/296897/creative-hot-house-resmikanaplikasi-legatalk/
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
a. Key Informan
1. Alasan melakukan pengungkapan diri pada media anonim LegaTalk
2. Intensitas dan frekuensi dalam melakukan pengungkapan diri pada media
anonim
3. Valensi atau sifat pesan yang diungkapkan pada media anonim
4. Fungsi pengungkapan diri pada media anonim
5. Dampak atau efek pengungkapan diri pada media anonim
b. Informan Pendukung
-
Psikolog yang paham mengenai media sosial
1. Analisis alasan individu bergabung pada media sosial serta dampak bagi
kepribadian individu
2. Tipe individu yang terbuka dan tertutup pada media sosial
3. Tujuan individu melakukan pengungkapan diri pada media sosial
4. Manfaat individu melakukan pengungkapan diri pada media sosial
5. Dampak individu melakukan pengungkapan diri pada media sosial
150
151
-
Blogger yang pernah menulis artikel mengenai LegaTalk
1. Alasan menggunakan media anonim LegaTalk
2. Kegunaan atau fungsi media anonim
3. Dampak atau efek pengungkapan diri pada media anonim
4. Topik yang banyak pengguna LegaTalk ungkapkan (analisis sebagai blogger)
-
Pembuat aplikasi LegaTalk
1. Penjelasan mengenai Creative HotHouse
2. Penjelasan mengenai LegaTalk
3. Alasan dibuat LegaTalk
4. Tagline LegaTalk
5. Cara kerja aplikasi LegaTalk
152
Lampiran 2
BIODATA KEY INFORMAN
Nama
: Ahmad Rian Effendi
Tempat Tanggal Lahir
: Gorontalo, 16 Juli 1997
Agama
: Islam
Usia
: 18 Tahun
Status
: Pekerja PT Wira Sawit Mandiri
153
Lampiran 3
TRANSKIP WAWANCARA
Informan 1
: Ahmad Rian Efendi
Tanggal Wawancara
: 01 Juli 2015
Via
: chat WhatsApp (082293185***)
1. Kenapa kamu memilih menggunakan media sosial?
Jawab: karena ingin terhubung dengan orang-orang terdekat saya, cari kenalankenalan baru, buat media promosi juga saya kebetulan ada usaha kecil-kecilan,
biar ngelepas jenuh kalau nggak ada aktivitas apa-apa.
2. Pernah nulis curhat dimedia sosial kan ya, kenapa sih kamu suka curhat atau nulis
status di media sosial?
Jawab: waaah kalau yang ini sering mbak, apalagi kalau lagi pas ada masalah.
Bete di sekolah, galau karena cewek. Biasanya kalau ga ada temen ceritanya saya
tumpahin kesedihan saya di media sosial. Supaya yang baca curhatan saya itu
merasa iba, dan pengen dapet saran juga.
3. Jadi apa peran media sosial buat kamu?
Jawab: peran yang paling utama sih, ya itu supaya hubungan sosial dengan
teman-teman lebih baik, trus buat tempat curhat juga.
4. Apa manfaat curhat di media sosial?
Jawab: dapat manfaatnya kalau ada yang ngasih solusi, biasanya ada juga yang
malah ngejek itu yang bikin males.
5. Oke, lalu rian menurut kamu apa sih arti „status‟ pada media sosial?
Jawab: ya menurut saya itu sebuah ungkapan hati mbak. Contoh saya nih, kalau
pikiran lagi galau ya statusnya tentang cinta-cintaan, kalau saya pas lagi seneng
main skateboard sampai berhari – hari statusnya cuma tentang skateboard.
154
6. Oia, rian pengguna LegaTalk kan? Nah LegaTalk kan anonim, kenapa sih kamu
memilih media anonim?
Jawab: waaah, kalau itu lebih bebas mbak, nggak ada yang tau. Kalau di
Facebook atau Twitter kalau statusnya nyebutin nama orang yang dimaksud jadi
nggak enak. Soalnya yang baca tau kalau yang posting saya. Kalau di LegaTalk
bebas banget.
7. Bebas dalam hal apa nih yan? Emang kalo yang kamu posting ketauan orang itu
kenapa ya?
Jawab: misalkan lagi jengkel sama orang dan nggak bisa nahan. Contoh saya
posting “waah itu si…. Nggak tau malu”. Jadi saya pengen tau respon orangorang tentang suatu persoalan tanpa melibatkan saya, jadi kalau di media sosial
yang anonim lebih enak.
8. Oh oke, trus apa yang kamu dapat setelah mengakses dan menggunakan media
anonim?
Jawab: yang saya dapat ya perasaan seneng kalau responnya bagus. Kalau engga
ada respon atau responnya jelek ya jengkel jadinya.
9. Sejak kapan kamu pake LegaTalk?
Jawab: udah 5 bulan yang lalu. Tapi setelah 1 bulan terakhir udah engga pernah
make
10. Kamu tau LegaTalk pertama kalinya dari mana ?
Jawab: di google
11. Menurut kamu yan, LegaTalk itu apa?
Jawab: LegaTalk itu media curhat, karena lebih banyak respon, kalau buat nasehat
kurang, saya pernah coba responnya dikit
12. Terus kenapa milih LegaTalk , kenapa ga pilih media anonim lainnya?
Jawab: mungkin saya merasa LegaTalk lebih banyak pengguna. Jadi
kemungkinan respon statusnya bagus.
13. Tapi kamu kenal berapa media anonim sebelumnya? Apa pernah make media
anonim selain LegaTalk?
155
Jawab: belum mbak, dan belum nyoba nyari yang lain
14. Hal apa saja yang kamu lakukan di LegaTalk?
Jawab: Cuma status sama komen status orang lain, lebih banyak komennya
15. Seberapa sering kamu nulis status di sana? Terus biasanya kamu nulis status kalo
perasaan kamu lagi gimana?
Jawab: tergantung mood mbak, kalau perasaan lagi down 1 hari bisa nyampe 10
atau 15. Kalau lagi biasa-biasa cumin 1 hari 2x, itupun cum iseng.
16. Apa harapan kamu setelah posting curhatan / status di LegaTalk?
Jawab: harapan saya respon baik, dan mendukung saya, memberi semangat
17. Topik apa saja sih yan yang biasa kamu jadiin status di LegaTalk, status tentang
apa?
Jawab: dulu sih waktu pacaran tentang cinta, kemudian setelah jomblo lebih ke
hobi dan kehidupan sehari-hari.
18. Pernah ga sih kamu nulis status di LegaTalk yang ga bisa kamu ungkapin di
media sosial lainnya? status seperti apa?
Jawab: posting tentang perilaku orang lain.
19. Oh, kalo kaya ga berani di media sosial umum ya yan? Itu kenapa yan?
Jawab: iyaa mbak nggak beranilah, menjaga perasaan dia juga. Kalau di LegaTalk
kan nyebutin 1 nama contoh ryan, kan yang baca nggak tau ryan yang mana.
Kalau di Facebook, banyak kenalan jadi bisa ditebak.
20. Oke, jadi semacem ungkapin kekesalan juga ya di LegaTalk. Trus ungkapan yang
kamu tulis di LegaTalk ini cenderung kearah positif atau negatif sih yan?
Jawab: betul sekali mbak, lebih ke positif sih mbak, 70 % positif dan 30 %
negatif. Kalau negatif pas jengkel aja mbak
21. Kalo status negatif ada hubungannya sama topik lain ga yan, mungkin yang lebih
intim atau rahasia gitu?
Jawab: sampe ke rahasia nggak sih mbak, Cuma pernah ngritik pemerintah aja
ngeritik negatifnya, karena pas jengkel sama pemerintah.
22. Bagaimana mengenai tingkat kejujuran pada status yang kamu buat yan?
156
Jawab: jujur 90% mbak, 10 % iseng. Contoh saya posting status “akhirnya
kesampean beli mobil Mercedez Benz”, Cuma pengen tau respon padahal
bohong.
23. Oia kalau status semacam „seksual‟ gitu pernah nyoba ikutan ga si yan? Maaf ya
ini, karena kan anonim dan di LegaTalk banyak yang kaya gitu, pernah ga kamu
ikutan juga atau tentang hal-hal intim lainnya begitu yan?
Jawab: Cuma ikutan koment mbak, status sih pernah satu kali itu pun iseng. Tapi
itu jarang sekali saya lakuin Cuma 1 kali karena nggak ada topik lain.
24. Oke yan gak papa. Terus bagaimana komentar yang kamu dapatkan dari status –
status yang kamu posting itu yan?
Jawab: ya respon bagus mbak, kalau saya posting “lagi kangen”. Ada yang komen
„sabar aja‟ dan ada juga „sama saya juga‟. Macem-macem lah tapi lebih kepositif
responnya.
25. Fungsinya curhat di media sosial terutama anonim ini sebagai bentuk apa sih yan?
Jawab: sebagai bentuk mencurahkan isi hati mbak, perasaan buat seneng-seneng.
26. Kemudian faktor atau motivasi apa sih yan yang bikin kamu milih curhat di
LegaTalk/ apa ada hubungannya sama kepribdian kamu. Mungkin kamu orangnya
tertutup makanya kalo mau curhat cari yang media anonim, atau karena kalo di
LegaTalk jadi banyak yang respon postingan kamu, atau karena faktor apa nih?
Jawab: di LegaTalk banyak yang respon mbak, terus juga nggak ada temen yang
pas buat curhat jadi milih LegaTalk.
27. Ada perbedaan ga sih yan mengenai topik (status) yang kamu bikin buat di media
anonim sama di media umum?
Jawab: nggak ada perbedaan yang mencolok sih mbak, biasanya status yang saya
tulis di media sosial lain saya tulis juga di LegaTalk. Tapi kalo sebaliknya nggak
pernah mbak, soalnya kalau di LegaTalk lebih ke privasi
28. Ada dampak atau efek baik postif maupun negatif yang kamu rasain setelah
menulis status di LegaTalk?
157
Jawab: nggak ada dampak mbak, tergantung respon. Kalau misalkan saya lagi
ngerasa down, saya coba minta solusi di LegaTalk, Alhamdulillah ada yang kasih
solusi dan itu dampaknya sangat baik sekali, dapet kenalan banyak mbak tukar
pin bb juga.
29. Tujuannya buat apa yan waktu itu minta kontak mereka/
Jawab: dijadiin kenalan dan temen ngobrol, saya juga punya banyak temen kuliah
karena di LegaTalk dia sering curhat juga.
30. Saat tidak ada yang mengetahui jati diri kamu (anonim) apa kamu bisa
menuliskan hal apapun secara sembarangan di LegaTalk? Kenapa?
Jawab : waah bisa saja mbak karena mereka nggak tau itu saya, kecuali aib
saudara
31. Apa bahayanya kalo kamu nulis hal semacam di LegaTalk itu tapi nulisnya ke
media sosial umum?
Jawab: di LegaTalk itu sangat bebas menurut saya, tapi bahayanya kalau pas lagi
jelekin orang terus ketauan tapi kalo di LegaTalk tingkat kerahasiaannyakan
tinggi.
158
Lampiran 4
BIODATA KEY INFORMAN
Nama
: Rizky Hermawan
Agama
: Islam
Usia
: 20 Tahun
Alamat
: Depok Kelapa Dua
Status
: Broadcaster di Gerai Telkomsel
159
Lampiran 5
TRANSKIP WAWANCARA
Informan 2
: Rizky Hermawan
Tanggal Wawancara
: 23 Juni 2015
Via
: chat LINE
1. Mengapa anda memilih untuk menggunakan media sosial?
Jawab: sarana menambah teman
2. Kenapa suka nulis status di media sosial ?
Jawab: hmmmp berbagi cerita aja si sama keluh kesah, soalnya kalo langsung 4
mata ama temen ga seru ujung-ujungnya kenal
3. Kenapa kamu memilih media anonim?
Jawab: ya alasannya karena kita bisa sembunyiin jati diri kita, bisa curhat masalah
pribadi tanpa mereka tau siapa dan bagaiamana kita
4. Apa yang kamu dapatkan setelah mengakakses dan menggunakan media anonim?
Jawab: kepuasan batin, setelah ngeluarin unek-unek dan kadang ada yang
ngehibur di sana, ya secara garis besar pokoknya ketenangan jiwa
5. Menurut pendapat kamu apa itu LegaTalk?
Jawab: tempat buang semua curahan hati
6. Mengapa kamu memilih LegaTalk, kenapa tidak memilih media sosial yang lain?
Jawab: hahaha karena simple aja mirip banget ama secret, iya ga ribet liat
komennya
7. Dulu pake secret berapa lama ki? Nyaman ya pake anonim?
Jawab: 2 bulan lalu, terus ditutup. Ya nyaman-nyaman aja
8. Jadi hal apa aja yang kamu lakuin di media anonim itu?
Jawab: curhat doang sih, buang unek-unek sama survey hehe, buat reverensi buku
9. Oia, survey apaan sih ki, jelasin dong!
160
Jawab: buat reverensi buku
10. Ki, buat pendapat orang tentang apa? Terus cara surveinya gimana ki?
Jawab: tentang kenakalan-kenakalan remaja di era informatika dan kemajuan
teknologi. Saya surveinya ya bikin post di LegaTalk dengan kata minta pendapat
aja si hhehe nanti di saring komen-komen terbaiknya buat bahan nulis
11. Biasanya bikin status yang gimana, soalnya ga semua yang nulis di LegaTalk
banyak yang komen kan?
Jawab: hhaha iya, biasanya ya. Dulu pernah ngpost kaya gini sih “menurut kalian
emang apa si manfaat phone sex dan chat sex, apa keuntungannya, respon ya lagi
survey”
12. Oh terus banyak yang respon ki, terus dari situ sampe minta kontak juga ?
Jawab: hmmmp biasanya yang jawabannya rada intelijen si aku pinta. Kan
ketauan dari cara dia nulis dan pemakaian bahasanya, kalo orang itu wawasannya
luas apa engga
13. Oia, kenapa kepikiran bikin survey kaya gitu di LegaTalk?
Jawab: hhaha ya liat dari diri sendiri aja si pertamanya kan aku pake LegaTalk
biar bisa curhat apa aja tanpa harus takut ketauan siapa kita, aku mikir kalo pake
LegaTalk pasti orang-orang bakalan berani respon kalo aku post hal-hal kaya gitu
14. Terus sekarang surveinya udah selesai atau masih lanjut ki? Hasil surveynya apa
kalo boleh tau ki?
Jawab: udah selesai si, hasil banyak dibuku yang aku tulis
15. Terus kamu survey kaya gitu berapa lama di LegaTalk?
Jawab: 4 bulanan, 3 bulan di LegaTalk dan 1 bulan di secret
16. Di secret sama aja ga emang ki? Post orang-orang secret kaya apa ki?
Jawab: kalo di secret lebih frontal menurut aku si, soalnya di sana bisa unggah
foto. Ya you know lah laki-laki jones (jomblo ngenes) gimana suka foto-foto
„anu‟nya terus di upload di secret. Di LegaTalk juga bisa unggah foto tapi ga ada
konten pornonya, fotonya pun ga bisa upload sesuka hati.
17. Terus secret tutup gara-gara apa tau ga ki?
161
Jawab: hmmmp mungkin gara-gara banyak yang upload itu kali, ga cowo ga cewe
sama aja si
18. Terus ki, kalo selain ngpost yang survey-suvei itu, buat masalah pribadi atau post
lainnya suka juga nulis di LegaTalk?
Jawab: suka si, lebih banyak tentang keluarga sama bokap tiri sih
19. Seberapa sering kamu menulis status di LegaTalk?
Jawab: jarang, kalo lagi pengen ngpost aja. Hmmp seminggu 2 kali lah
20. Oh oke, apa harapan kamu setelah curhat / menulis status di media sosial?
Jawab: Dapet data dan saling tertawa. Kalo buat masalah pribadi si g ada harapan
yang gimana-gimana, cuma biar plong aja
21. Pernahkah kamu menulis status di LegaTalk yang tidak mampu kamu ungkapkan
di media sosial lainnya?
Jawab: hmppp engga pernah si
22. Bagaimana mengenai tingkat kejujuran pada status kamu?
Jawab: aku jujur sih apa adanya
23. Jadi apa fungsi kamu mengungkapkan status pada media sosial anonim?
Jawab: bentuk hiburan aja si hhihi, juga melepas penat
24. Faktor atau motivasi apa yang bikin kamu tertarik buat nulis status di LegaTalk?
Jawab: ya bisa curhat apa aja tanpa khawatir tentang identitas sama buat wadah
curhat
25. Ada dampak atau efek positif atau negatif yang kamu rasain setelah menulis
status di LegaTalk ?
Jawab: positifnya jadi tenang, negatifnya hmmm apa yaa paling kalo ada komen
yang ngeselin jadi kesel sendiri
26. Saat tidak ada yang mengetahui jati diri anda (anonim) apa anda bisa menuliskan
hal apapun secara sembarangan di LegaTalk?
Jawab: iyaa, mungkin lah, karena sebagai anonim orang ga ada yang tau identitas
kita, makanya bisa post nyindir orang tanpa pusing-pusing orang yang kita sindir
ngebaca.
162
Lampiran 6
BIODATA KEY INFORMAN
Nama
: Annisa Nur‟aini Suryono
Tempat Tanggal Lahir
: Bandung, 18 Agustus 1995
Agama
: Islam
Usia
: 19 Tahun
Status
: Mahasiswi POLTEKKES KEMENKES Bandung
163
Lampiran 7
TRANSKIP WAWANCARA
Informan 3
: Annisa Nur’aini Suryono
Tanggal Wawancara : 4-5 Juni 2015
Via
: Chat BBM (54CD****)
1. Nisa tau aplikasi LegaTalk dari mana ya?
Jawab: dari kaka ipar ka, waktu itu kaka ipar bilang media sosial ini mirip
Facebook gitu, bisa koment-koment, terus masang status, tapi uniknya di sini kalo
kita masang status atau koment kita ga akan ketauan siapa-siapanya, jadi anonim
2. Terus kenapa nisa akhirnya tertarik download LegaTalk? Alasannya kenapa?
Jawab: Mm menarik aja ka, penasaran, terus coba download, pas coba pake
ternyata seru juga soalnya bisa posting tapi identitas kita ga ketauan hehe soalnya
nisa ga suka cerita ke orang, posting medsos juga ga begitu sering, lebih suka
mendem, pas tau ada yang bisa anonim jadi tertarik hehehe
3. Sejak kapan nisa pake LegaTalk?
Jawab: Baru deh ka, sekitar bulan maret kemarin
4. Nisa, kamu itu tipe orang yang suka banget curhat di media sosial ga sih?
Jawab: ga begitu ka, aku tergantung sikon, kadang mood di media sosial kadang
juga engga.
5. Kalo disuruh milih, mending pilih curhat langsung di media sosial apa curhat ke
orang langsung ?
Jawab: lebih ke tulisan kayanya ka. Tapi ya gitu, media sosial suka tapi ga terlalu
sering.
6. Suka update di media sosial mana aja nisa?
164
Jawab: di line ka, heheh tapi di line juga nisa protect jadi nisa setting cuman
orang-orang pilihan aja yang bisa liat status nisa kalo Facebook, Twitter juga
jarang tergantung mood.
7. Nisa kenapa suka curhat di media sosial? Alesannya kenapa ya?
Jawab: Mmmm kenapa ya ka, seru aja kali ya ka. Bisa mancing orang komenkomenan, terus bisa curhat terselubung gitu. Mungkin potongan puisi atau apalah
yang bisa (mungkin) menginspirasi orang, tapi juga kita ikut curhat di sana.
8.
Menurut nisa, wajar ga sih kalo ngeliat orang yang terlalu suka update apalagi
tentang masalah pribadinya ke media sosial?
Jawab: kalo nisa sih ka, ngerasanya kurang bagus aja, mungkin boleh sih ya ka.
Tapi jangan terlaluy frontal juga, dipilih-pilih kalo pun mau juga, soalnya itu aib
kita juga sih ya ka kalo terlalu terbuka mah, apalagi media sosial ga semuanya
kita kenal orangnya kayak apa.
9. Nah, kalo di media sosial anonim semacam LegaTalk, apa nisa bebas mengatakan
hal apapun termasuk hal yang biasa nisa umpet-umpetin di media sosial umum?
Jawab: tergantung sikon mungkin ka, kalo memang udah nyesek banget dan udah
g tau lagi mungkin ada kemungkinan bakal nulis di sana.
10. Kenapa ko lebih milih di LegaTalk? Kenapa ga di media sosial lain kaya
Facebook, Twitter, dan lainnya gitu?
Jawab: soalnya di sana anonim ka, nisa ga gampang cerita sama orang yang udah
deket juga masih suka susah apa lagi sama orang di media sosial yang ga begitu
kenal. Jadi kalo di LegaTalk ga ada yang tau kalo itu dari nisa
11. Terus waktu tidak ada yang mengetahui jati diri nisa (anonim) apa nisa bisa
menuliskan status secara sembarangan di LegaTalk tersebut? Kenapa?
Jawab: mm, paling tetep dijaga aja sih ka bahasanya, dllnya, tetep curhat, tetep
cerita di sana, tapi ya itu mungkin tetep diperhatiin aja ka meski curhat bebas.
12. Terus seberapa sering sih nisa nulis status di LegaTalk?
Jawab: berapa ya, ga setiap hari ka, tergantung kondisi nisanya. Kalo memang
masih bisa dipendem ya ga akan ke LegaTalk.
165
13. Oke terus topik apa aja sih yang nisa jadiin bahan buat status di LegaTalk? Yang
berbau positif (menyenangkan) atau negatif (tidak menyenangkan)?
Jawab: Mmm apa ya ka, tergantung sih ka. Kalo ini mah biasanya suka
dipengaruhi mood juga hhehe. Kadang yang lucu-lucu, menginspirasi orang atau
bahkan pernah yang sedih juga
14. Nah kalo nisa nulis tentang hal negatif misalnya kesel sama orang. Berani ga nisa
nulis hal serupa pada media sosial yang tidak anonim?
Jawab: ga kayanya ka, meski ga nyebut nama kayanya tetep milih ga nulis di
sana. Soalnya nisa pernah ngalamin ka. Niatnya mah bukan ke orang itu tapi
orang itu malah marah-marah gitu ke nisa gara-gara status tersebut, padahal
bukan ke dia. Nisa ga mau gitu lagi ka.
15. Oh malah bikin salah sangka gitu ya nisa? Jadi lebih mending di LegaTalk ya?
Jawab: iya ka, lebih leluasa di LegaTalk. Ya meski tetep harus jaga-jaga juga ya
16. Kalo ada yang nulis hal negatif (mengandung unsur sara) pada LegaTalk.
Bagaimana opini nisa?
Jawab: mmm kurang baik ya ka, soalnya ya meski anonim tapi tetep harus
diperhatikan bahasanya, soalnya takut kejadian yang engga-engga nantinya, kalo
pun mau menyuarakan tentang hal-hal yang berbau agama mungkin bisa
diperbijak bahasanya biar ga mengarah ke satu pihak, atau boleh lewat forum
khusus diskusi tentang itu.
17. Status yang biasa nisa tulis di LegaTalk itu merupakan sebuah kejujuran,
melebih-lebihkan atau bahkan sebuah kebohongan?
Jawab: kejujuran ka, hehe ya meski kadang-kadang entah itu di selipin di
sepotong puisi atau diungkapin langsung.
18. Tujuan nisa nulis status di LegaTalk itu apa sih?
Jawab: ngurangin beban ka, biar ga terlalu penat. Disaat apa yang kita rasain kita
ga sanggup pendem sendiri dan orang-orang entah kenapa semua lagi dalam
kondisi yang ga pas kalo kita cerita.
166
19. Ada perbedaan ga antara topik yang dituliskan pada media sosial yang anonim
(LT) dengan yang tidak anonim?
Jawab: mungkin tergantung pengguna media sosialnya sendiri. Kalo nisa sama
aja, mungkin taraf kehati-hatiannya harus lebih diperhatikan untuk yang media
sosial yang ga anonim, ya meski yang anonim juga tetep hati-hati.
20. Fungsi mengungkapkan perasaan di LegaTalk itu apa sih nisa?
Jawab: untuk penjernihan diri, alesannya karena kalo ada sikon di mana nisa udah
ga kuat terus orang-orang ga memungkinkan ya akhirnya kesana. Soalnya kalo di
media sosial masih bisa diselip-selip gitu jadi bisa diatur buat ga terlalu gamblang
tapi bisa plong. Mmm soalnya nisa pernah dikecewain sih ka sama orang lain,
jadi nisa kalo mau cerita sama orang bener-bener selektif banget, makanya nisa
suka susah cerita sama orang.
21. Menurut nisa apa sih itu media sosial?
Jawab: mmmm suatu lahan media, yang bisa terkoneksi dengan banyak orang
meski terhalang jara, disana kita bisa share apapun, mulai dari ilmu yang kita
dapet, sampai mungkin curhat-curhatan yang ingin kita sampaikan
22. Nisa pada saat kapan sih nisa secara intens mengakses dan bahkan setiap waktu
menggunakan media sosial?
Jawab: paling nisa buka-buka media sosial terutama kalo lagi waktu luang.
23. Paling sering buka media sosial pas suasana hati lagi kaya gimana nisa?
Jawab: mmmm mungkin pas lagi sepi kali ya ka sering buka tapi jarang update
24. Ada dampaknya ga nisa setelah menulis status di LegaTalk?
Jawab: ada sih ka, lebih lega aja. Apalagi kalo buat nisa yang susah banget. Media
sosial anonim bisa jadi alternative juga dibutuhkan disaat-saat tertentu
167
Lampiran 8
BIODATA KEY INFORMAN
Nama
: Samuel Henk v N
Tempat Tanggal Lahir
: 31 Januari 1993
Agama
: Kristen
Usia
: 22 Tahun
Status
: Mahasiswa
Yoyakarta
Universitas
Kristen Duta
Wacana
168
Lampiran 9
TRANSKIP WAWANCARA
Informan 4
: Samuel Henk v N
Tanggal Wawancara
: 28 Juni 2015
Via
: chat WhatsApp (085253491***)
1. Mengapa anda memilih menggunakan media sosial?
Jawab: sebagai sarana komunikasi
2. Kenapa suka nulis status di media sosial ?
Jawab: sebagai tempat berekspresi dan tempat hiburan
3. Apa peran media sosial bagi anda?
Jawab: sebagai sarana komunikasi
4. Menurut pendapat kamu apa arti pengungkapan atau „status‟ pada media sosial?
Jawab: biasa sebagai pelampiasan perasaan yang terjadi
5. Kenapa kamu memilih media anonim?
Jawab: karena lebih aman dan bebas
6. Apa yang kamu dapatkan setelah mengakakses dan menggunakan media anonim?
Jawab: tidak dapat apa-apa, hanya sebagai sarana berekspresi
7. Menurut pendapat kamu apa itu LegaTalk?
Jawab: menurut ku, dari namanya dan logonya sudah mencirikan. Artinya
berbicara dengan lega (namanya) dan tidak terlihat (logonya)
8. Mengapa kamu memilih LegaTalk, kenapa tidak memilih media sosial yang lain?
Jawab: dulu sudah pernah install (pas masih zaman secret), tapi karena masih sepi
jadi uninstall lagi. Pas secret ditutup + dapet review dari majalah akhirnya coba
lagi karena penggunanya udah mulai rame
9. Seseru itu kah media anonim sampe „nagih‟ makenya?
Jawab: ya seru, pas komen-komennya
169
10. Ada apa sih sama komen-komennya? Seru itu yang kaya gimana ya?
Jawab: ya bisa ngbully gitu
11. Jadi hal apa aja yang kamu lakuin di media anonim itu?
Jawab: buat-buat status dan balas-balas komen
12. Kenapa kamu melakukan hal itu di sana? Ya contohnya yang kaya kamu bilang
tadi, ngbully misalnya? Apa yang dibully kan anonim?
Jawab: ya karena anonimnya itu yang membuat aman untuk membully
13. Oke, lalu apa yang dibully sam, yang seperti apa ya?
Jawab: kayak koment-koment yang konyol terus nanya yang ga penting, kayak
“gimana ya rasanya punya pacar”
14. Kalo di media sosial umum kaya Twitter, Facebook atau Path berani ga ngelakuin
hal serupa?
Jawab: kalo media umum ya tergantung statusnya, trus siapa yang buat statusnya.
Jadi liat-liat dulu kalo mau koment
15. Seberapa sering kamu menulis status di LegaTalk?
Jawab: ga tentu sih, banyakan liat-liat aja. Rata-rata sebulan 2x lah
16. Kalo berdasarkan waktu, kamu lebih sering aksesnya pas pagi, siang, sore,
malem, atau mungkin larut malem banget?
Jawab: biasanya sore atau larut malem
17. Oia tadi sempet bilang media anonim karena lebih bebas dan aman. Kenapa kaya
gitu sam, memang lebih bebas dan aman dari apa ya? Emang kalo di media sosial
umum kamu ga bebas dan aman?
Jawab: media sosial umum kan ada term and condition. ada hukum yang berlaku
bisa dipidana
18. Oh oke, apa harapan kamu setelah curhat / menulis status di media sosial?
Jawab: ga ada harapan, ga nyelesain masalah juga, Cuma lampiaskan perasaan
saat itu aja
19. Nah, biasanya pada saat perasaan kaya gimana sih kamu nulis status di LegaTalk?
Jawab: pas lagi ga ngapa-ngapain, lagi sepi aja gitu
170
20. Topik apa aja yang kamu sering tampilin buat jadi status kamu?
Jawab: ga tentu, bisa lagi gabut (bete, bosen) gitu, kalo lagi laper, kalo lagi jalanjalan
21. Ga ada hubungan sama masalah pribadi mungkin yang dshare disana?
Jawab: engga, kalo masalah pribadi aku orangnya tertutup
22. Atau yang aneh-aneh gitu sam, persoalan yang berbau seksual mungkin? Karena
kan anonim, pernah ga bikin status seperti itu?
Jawab: oia kalo itu, kadang kalo iseng. Tapi ga nyangkut masalah pribadiku.
23. Pernah ga, kamu nulis status di LegaTalk yang ga bisa kamu ungkapin di media
sosial lainnya?
Jawab: ya itu kayak pengen pelukan gitu, ga mungkin di media lain.
24. Kenapa?
Jawab: itu kan engga mencirikan aku yang sebenarnya, ya kaya aku yang
biasanya kan bukan kaya gitu.
25. Ungkapan yang kamu tulis di LegaTalk cenderung kea rah positif atau negatif
sih?
Jawab: karena anonim jadinya kebanyakan negatif, itu kalo aku sih
26. Bagaimana mengenai tingkat kejujuran pada status kamu?
Jawab: 100 % jujur
27. Bagaimana komentar yang kamu dapat dari status yang kamu posting itu?
Jawab: ada yang positif, ada yang negatif
28. Jadi apa fungsi kamu mengungkapkan status pada media sosial anonim?
Jawab: fungsinya biar lega, buat lega aja biar pun ga ada solusi, yang penting
kaya udah ungkapin perasaan gitu.
29. Faktor atau motivasi apa yang bikin kamu tertarik buat nulis status di LegaTalk?
Jawab: biasanya dari sauna hati, ya biar dunia anonim tau masalah/kondisi ku
gitu.
30. Ada dampak atau efek positif atau negatif yang kamu rasain setelah menulis
status di LegaTalk ?
171
Jawab: efeknya bisa bales koment, jadi bikin senang juga sih, apalagi kalo dapet
kontak bisa chat gitu
31. Chatnya nerusin bahasan waktu di LegaTalk gitu ga sam?
Jawab: awalnya lanjut bahasan, trus lanjut topik baru kalo ga asik ya udah stak
gitu aja buat nambah kontak
32. Ada perbedaan ga antara topik (status) yang dibagikan di media sosial anonim
dengan yang tidak anonim? Seperti apa ya?
Jawab: ada, bedanya kalo di media sosial umum yang ga bisa status yang makimaki orang gitu, ga bisa status yang vulgar/porno, ga bisa status yang berbau sara.
33. Saat tidak ada yang mengetahui jati diri anda (anonim) apa anda bisa menuliskan
hal apapun secara sembarangan di LegaTalk?
Jawab: yap benar sekali, karena di term and conditionnya g ada larangan
34. Jadi menurut kamu, fungsi media sosial anonim ini kebanyakan lebih buat
penggunaan negatif atau positif ya sam?
Jawab: banyaka positif sih kalo secara umum untuk pengguna umumnya, kalo aku
doang sih yang gunakannya negatif.
35. Oke, jadi buat di LegaTalk ini hal-hal intim lebih bebas dibagikan ya dari pada di
media sosial umum lainnya?
Jawab: benar sekali wid.
172
Lampiran 10
BIODATA KEY INFORMAN
Nama
: AG (nama samaran)
Tempat Tanggal Lahir
: Cirebon, 05 November 1989
Agama
: Islam
Usia
: 26 Tahun
Status
: Narasumber praktisi wirausaha dan konsultan
173
Lampiran 11
TRANSKIP WAWANCARA
Informan 5
: AG
Tanggal wawancara : 15 Juni 2015
Via
: chat BBM (57CC****)
1. Berapa lama kamu menggunakan LegaTalk?
Jawab: baru seminggu
2. Apa alasan kamu pake LegaTalk?
Jawab: buat curhat hal-hal private tanpa identitas
3. Hal apa aja yang biasa kamu lakukan di LegaTalk?
Jawab: melihat update‟an orang-orang, menulis unek-unek
4. Kalo nulis status itu biasanya waktu perasaan kamu lagi gimana sih?
Jawab: lagi bingung atau saat ngerasa ga bisa cerita ke orang yang dikenal
5. Trus nulis status di media yang anonim kaya gitu biar apa ya, ko g lewat media
yang umum aja kaya Twitter dan sebagainya gitu, kenapa lebih milih anonim?
Jawab: supaya lebih lepas, kan orang ga mengenal kita
6. Emang status kaya gimana sih yang kamu tulis di LegaTalk?
Jawab: status pengalaman masa lalu yang susah lepas dari bayang-bayang dan ga
bisa cerita ke orang
7. Maaf ni ya, kalo semacam „vulgar‟ gitu pernah ga? Engga apa-apa loh jujur aja,
maaf sebelumnya
Jawab : vulgar gimana ya
8. Iya, kan di LegaTalk tuh rata-rata loh ya kebanyakan bikin status yang berbau
seks begitu. Kamu pernah ga?
Jawab: pernah ko
174
9. Apa dengan anonim kamu jadi orang yang lebih terbuka? Bentuk keterbukaannya
kaya apa sih?
Jawab: sebenernya saya orang yang terbuka, tapi pengalaman seks di masa lalu
yang sebenernya pengen dilupakan susah banget buat melupakannya, dan saya
belum siap kalo cerita ke orang-orang yang dikenal.
10. Nah kalo buat hal-hal semacam itu berani ga buat kamu bagi di media sosial
umum?
Jawab: engga, belum siap buat berbagi secara umum
11. Apa dengan anonim kamu jadi orang yang lebih bebas? Bentuk kebebasannya
kaya apa sih?
Jawab: bukan bebas sih, cuma dengan anonim jadi lebih lepas karena postingan
kita ga dikenali
12. Jadi tujuan kamu secara pribadi bikin status semacam itu buat apa sih?
Jawab: melepas unek-unek yang ga bisa dibagi ke orang yang dikenal
13. Selain itu, ke diri sendiri ada perasaan lega atau jadi jernih ga sih pikirannya?
Jawab: engga sih sebenernya sama aja, malah kadang makin menjadi soalnya
dapet lawan yang sama
14. Lawan sama itu gimana? Bukan malah seru ya ada yang naggepin status kamu?
Jawab: iya maksudnya jadi ada orang yang berpengalaman sama dan malah
kadang ngebawa ke hal masa lalu lagi
15. Oh oke, terus sifat dari status kamu itu jujur ga sih? Atau ada kebohongan dan
melebih-lebihkan?
Jawab: jujur
16. Setelah kamu nulis status kaya gitu, biasanya emang berharap ada respon ga sih?
Jawab: engga
17. Tapi waktu ada yang komentar distatus kamu reaksinya gimana?
Jawab: ya aku ladenin
18. Suka komentar di status pengguna lain juga ga?
Jawab: suka
175
19. Seberapa sering kamu bikin status di LegaTalk?
Jawab: jarang sih lebih banyak liat status orang, paling sekali seminggu
20. Status kamu paling terbuka tentang hal apa aja?
Jawab: kalo lagi hasrat seksnya keluar hhehe
21. Jadi kalo anonim apa kamu bebas mengatakan hal apapun secara sembarangan?
Jawab: engga, karena seanonimnya juga harus ada etika dan batasannya
22. Nah etika dan batasan kaya gimana sih yang kamu maksud itu?
Jawab: ya ga boleh sara, ga boleh menyinggung orang kaya melecehkan etnis,
agama, dan suku
23. Jadi ada perbedaan apa engga mengenai topik yang jadikan bahan status antara di
media sosial anonim dan yang tidak anonim?
Jawab: kan aku mah cuma update juga berbagi kisah masa lalu, ya ada
perbedaannya kalo di media sosial umum aku update impian, motivasi, kegiatankegiatan kalo di anonim hal yang selama ini aku simpen dari orang-orang
24. Jadi menurut kamu fungsi media sosial anonim itu apa?
Jawab: kalo aku sih ya buat berbagi kisah yang aku belum siap ceritakan ke
orang-orang dikenal. Tapi kalo aku amati juga media anonim banyak digunakan
buat mengekspose sisi negative kehidupan
25. Oia, mas sebelum ada LegaTalk larinya kemana sih mas kalo nulis semacam itu?
Jawab: awalnya kan ada secret tapi aku juga sebentar main secret cuma seminggu,
lebih banyak dipendem.
Menurut saya, kalo nulis status di LegaTalk harus dipancing pake yang „vulgar‟.
Ini sekarang aku juga malah jadi pada konsultasi dan curhat dari kenalan-kenalan
di LegaTalk. Sekarang aplikasi LegaTalknya udah aku uninstall, males hasrat
seksnya suka muncul lagi soalnya banyak sukarelawan hhehe. Mau bener-bener
lepas dari itu banyak yang ngajak. Dari LegaTalk juga dapet kenalan baru, karena
mereka komentar pada mau chat kan, y udah aku ajak chat. Tapi kalo aku sih
belum pernah ketemu baru chat aja lewat KIK. Oia di aplikasi sejenis LegaTalk,
kaya secret gitu malah lebih parah banyak foto porno, banyak yang pasang foto
176
kelaminnya sendiri. Karena dari pengamatan saya banyak orang yang manfaatin
media anonim sebagai sarana mengungkapkan sisi jahat dari kita hehhe, buktinya
ini bisa jadi media prostitusi terselubung. Tapi kalo di media anonim saya juga
bisa belajar dari latar belakang orang yang punya masalah yang sama kaya saya.
Ya ternyata setiap orang punya sisi gelapnya masing-masing yang kadang cuma
bisa diungkap di media anonim, karena masyarakat kita belum bisa menerima sisi
gelap itu bahkan lebih cenderung dijauhi, bukan dibantu untuk keluar dari
masalah itu. memang hanya sebuah status, tapi kadang cuma status tapi kalo ga
diungkap mengganjal dihati dan pikiran. Di LegaTalk juga, saya mengalami
diajak ini itu lewat chat. Chat dari LegaTalk ini berlanjut sampai pada tahap
perkenalan dan melakukan komunikasi antar pribadi, sekarang hubungannya jadi
intens, mereka jadi terbuka dan curhat tentang mereka melakukan seks sama yang
dikenal di LegaTalk, juga tentang rumah tangga mereka.
26. Saya heran mas, padahal dari sebuah status itu malah efeknya besar ya mas?
Jawab: iya, dari rasa penasarannya itu yang bikin orang nekat. Bahkan ada
kenalan cewe yang malah dia seneng banget dan nagih buat ketemu sama
kenalannya cuma buat seks.
177
Lampiran 12
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
Nama
: Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi
Umur
: 29 tahun
Alamat
: Jl. Jamuju No 5 Bandung
Pekerjaan
: Dosen / Psikolog
Nama Instansi
: Universitas Islam Bandung (UNISBA)
178
Lampiran 13
TRANSKIP WAWANCARA
Informan 1
: Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi
Tanggal wawancara : 9 Juli 2015
Via
: Email ([email protected])
1. Mengapa banyak orang yang senang mengakses media sosial? Apa dampaknya
bagi kepribadian individu?
Jawab:
Media sosial kini menjadi salah satu cara untuk berinteraksi sosial. Melalui media
sosial, individu dapat mengungkapkan diri dan mendapat umpan balik (reaksi)
dari lingkungan mengenai diriya. Umpan balik inilah yang membantunya dalam
membentuk perilaku dan pada akhirnya mempengaruhi kepribadiannya.
Apabila reaksi individu yang diperoleh dari lingkungan positif, akan membantu
meningkatkan penilaian diri (persepsi) yang positif. Namun bila negative, akan
mampu mempengaruhi persepsinya menjadi negative pula. Persepsi diri inilah
yang dapat membantu mengembangkan kepribadian.
2. Menurut anda bagaimana tipe individu yang gemar curhat/ berbagi di media
sosial? Kenapa ada orang yang terbuka dan tertutup di media sosial?
Jawab:
Tipe kepribadian terbentuk sepanjang masa kehidupan, hal yang mempengaruhi
pembentukannya dapat berupa faktor bawaan (traits) maupun faktor belajar dari
lingkungan. Tipe kepribadian terbuka/tertutup ini tergantung dari dua faktor
tersebut. Apabila individu secara bawaan memang termasuk individu introvert
179
(tertutup) dengan lingkungan keluarga yang juga tertutup maka perilaku individu
secara umum akan tertutup, baik di kehidupan sehari-hari maupun perilakunya di
media sosial. Hal ini karena perilaku seseorang pada dasarnya mencerminkan
kepribadiannya.
3. Apa tujuan individu curhat/ berbagi di media sosial?
Jawab:
Bila dilihat secara umum curhat memiliki beberapa tujuan, misalnya
pengungkapan diri atau peluapan emosi (katarsis) yang pada dasarnya untuk
memenuhi kebutuhan diri. Kebutuhan yang dapat dipenuhi dari curhat adalah
perhatian/ masukan/ informasi/ solusi.
4. Biasanya individu akan terbuka di media sosial dalam hal apa?
Jawab:
Tergantung individunya, hal apa yang ingin ia unggapkan di lingkungan.
Umumnya individu akan mengungkapkan hal-hal yang ia prediksi akan membuat
dirinya terlihat positif. Misalnya mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang
dilakukan, memfoto yang dimakan sekalipun. Ini dilakukan untuk mendapat
komentar positif, likes yang banyak, dsb.
5. Apakah curhat di media sosial memiliki manfaat bagi individu? Manfaat apa saja?
Jawab:
Manfaat yang diperoleh umumnya adalah memperoleh umpan balik langsung dari
lingkungan. Ia dapat langsung memperoleh komentar, masukan, saran, ataupun
pujian yang dihayati sebagai pemenuhan kebutuhan perhatian.
6. Dalam hal penggunaan apakah media sosial membuat individu menjadi
kecanduan? Jika ya, mengapa demikian?
Jawab:
Umpan balik dari media sosial yang dihayati menyenangkan dan memenuhi
kebutuhan perhatian dapat berpotensi menjadi kecanduan. Individu ketagihan
untuk mendapat hal-hal positif dari media sosial.
180
7. Apakah dengan curhat di media sosial akan berdampak pada kepuasan pribadi
individu atau justru sebaliknya? Mengapa demikian?
Jawab:
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa umpan balik positif dari media sosial
dapat dihayati sebagai sesuatu yang menyenangkan dan dapat memenuhi
kebutuhan individualkan perhatian (affection) atau pengakuan (admiration).
Namun demikian, media sosial juga dapat berefek negative, bila umpan balik
yang diterima berupa ancaman, kekerasan, ejekan dsb (cyber bullying), maka ini
akan membuat berpengaruh negative pada individu.
8. Umumnya berapa lama waktu yang akan digunakan individu untuk mengakses
media sosial?
Jawab:
Durasi akses media sosial tidak bisa dipatok dengan pasti. Dengan kecanggihan
teknologi sekarang, individu bisa mengakses 24 jam. Misalnya dengan
smartphone bisa online terus menerus. Namun batas maksimal agar tidak
mengalami kecanduan online adalah bila mengakses tidak lebih dari 5 jam
berturut-turut per hari selama 3 bulan.
9. Apa fungsi mengungkapkan diri (curhat) melalui media sosial bagi pribadi
individu?
Jawab:
Secara umum fungsi dan tujuan curhat di media sosial sama saja. Yaitu untuk
memenuhi kebutuhan diri. Kebutuhan yang dapat dipenuhi dari curhat adalah
katarsis/ perhatian/ masukan/ informasi/ solusi.
10. Faktor apa saja yang mempengaruhi individu menjadi sering mengakses dan
update status di media sosial?
Jawab:
Faktor ketertarikan pada interaksi sosial dalam media sosial. Sejauh mana minat
untuk memperoleh informasi dari dunia maya. Minat ini tergantung pada faktor
kepribadian dan tuntutan lingkungan. Seseorang yang bergabung dengan
181
lingkungan yang menuntut “update” dapat mendorong individu untuk lebih
sering/terbiasa mengakses media sosial.
11. Apa dampak positif atau negatif bagi diri individu yang sering berbagi di media
sosial?
Jawab:
Dampak positif pada dasarnya sama dengan manfaat. Sudah dijelaskan di no 5.
Dampak negatif sudah dijelaskan di No 7.
12. Kenapa ada individu yang memilih media sosial anonim? Apa faktor yang
berperan dalam hal tersebut?
Jawab:
Seseorang dalam mengungkapkan diri pada dasarnya senantiasa memfilter
informasi yang ingin ia share. Tidak selamanya semua informasi mengenai diri
diungkapkan. Hal-hal yang dianggap tabu, aib atau kekurangan diri, umumnya
tidak akan dibuka dan sebisa mungkin ditutupi, dikarenakan hal-hal tersebut
diprediksi bila diungkapkan akan membuat situasi tidak menyenangkan, bahkan
terancam bahaya.
Begitu pula dalam kasus individu yang anonim. Fenomena menutupi dentitas diri
ini merupakan bagian dari filter diri yang menganggap informasi identitas diri
tidak cukup aman untuk diungkapkan. Individu memilih hanya akan menshare
informasi yang aman dan dapat memenuhi tujuan individu. Bagi individu anonim,
maka identitas diri tidak termasuk informasi yang dianggap perlu untuk dishare.
182
Lampiran 14
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
Nama
: Alfiana Irsyada Salma
Umur
: 21 tahun
Alamat
: Jln. Kapuk Mangga Ubi Rt.006 Rw.007 Cengkareng - Jakarta Barat
Pekerjaan
: Staff Admin
Nama Instansi : PT. Duta Media Teknologi [DUMET School]
183
Lampiran 15
TRANSKIP WAWANCARA
Informan 2
: Alfiana Irsyada Salma
Tanggal wawancara : 30 Juli 2015
Via
: Email ([email protected])
a. Penggunaan secara pribadi
 Mengenai LegaTalk
1. Apakah anda pernah menggunakan LegaTalk?
Ya, saya pernah.
2. Apa alasan anda menggunakan LegaTalk?
Aplikasinya cukup menarik dan bebas mengungkapkan unek-unek.
3. Sejak kapan anda menggunakan LegaTalk, dan dari mana anda mengetahui
media sosial LegaTalk tersebut?
Sejak 26 September 2014 dan saya tahu LegaTalk dari salah satu artikel.
4. Hal apa saja yang anda lakukan pada media anonim (LegaTalk) tersebut?
Mengungkapkan unek-unek saya ketika saya kesal.
5. Faktor apa saja yang membuat anda memilih media anonim? Berikan
alasannya!
Aplikasinya unik, karena kita bisa ungkapkan unek-unek tanpa diketahui oleh
orang lain.
6. Menurut anda apa menariknya sebuah media anonim?
Menarik dan sederhana kita bisa memilih background sesuai keinginan kita
untuk menghiasi tulisan yang akan kita posting.
7. Menurut anda, apakah ada perbedaan antara kegunaan media sosial anonim
dengan media sosial umum? Berikan argument anda!
184
Saya rasa perbedaannya terletak pada tampilannya. Ketika kita mau posting
unek-unek LegaTalk memberikan pilihan background yang akan membuat
postingan kita berwarna.
8. Apa yang kamu harapkan dari penggunaan sebuah media sosial anonim
(LegaTalk)?
Berharap semoga unek-uneknya masih normal-normal saja dan tidak saling
mengejek ketika memberikan komentar.
9. Apa yang kamu dapatkan setelah mengakses media anonim (LegaTalk)?
Hal-hal lucu, kadang kesel juga dengan unek-unek orang lain.
10. Secara umum menurut anda apa peran media sosial bagi anda?
Peran media sosial sebenarnya penting karena dari sana kita bisa mendapatkan
teman, pengetahuan baru, dan tidak jenuh. Tapi bila dilakukannya dalam
kadar yang normal. Jangan terlalu berlebihan juga dalam menggunakan media
sosial karena akan berdampak buruk.
11. Menurut anda apa sebenarnya manfaat curhat di media sosial?
Manfaatnya bisa menghilangkan stress karena tidak memendam apa yang
ingin kita bicarakan atau tidak memendam kekesalan dalam hati, karena jika
semua kekesalan kita pendam nantinya akan berakibat tidak baik.
 Mengenai status di LegaTalk
1. Apakah anda pernah menulis status diLegaTalk? Jika ya, apa tujuan dan
maksud anda menulis status pada media anonim (LegaTalk)?
Pernah, tujuannya hanya ingin mengungkapkan kekesalan saja dan berpikir
siapa tahu bermanfaat bagi yang lain.
2. Apa dampak yang kamu rasakan setelah menulis status / mengungkapkan
perasaan di LegaTalk?
Jadi lega.
3. Apa fungsinya bagi anda menulis status/ mengungkapkan perasaan pada
media sosial anonim (LegaTalk) ?
185
Untuk menenangkan perasaan kesal.
4. Topik apa saja yang biasanya kamu ungkapkan di LegaTalk?
Topik tentang cinta dan pantun.
5. Apa manfaat yang kamu dapat setelah mengungkapkan perasaan pada media
sosial anonim (LegaTalk)?
Bisa bermanfaat bagi orang lain, karena tidak semua postingan yang saya buat
mengarah untuk diri sendiri tetapi juga bisa berguna kata-katanya buat orang
lain.
6. Faktor apa saja yang membuat anda menulis status pada LegaTalk?
Karena saya hobi menulis jadi saya suka posting-posting.
7. Apa yang kamu harapkan setelah mengungkapkan perasaan pada media sosial
anonim (LegaTalk)?
Saya berharap desain LegaTalk dikembangkan lagi jadi lebih menarik. Sejauh
ini sudah menarik, namun alangkah indahnya jika ditambah menarik lagi. Dan
semoga LegaTalk bisa secara otomatis menghapus postingan yang berbau
seks, karena tidak baik bila dibaca dan akan menimbulkan komentar-komentar
yang tidak baik juga.
8. Seberapa sering anda mengungkapkan perasaan di LegaTalk?
Sehari bisa 2 kali, tergantung mood.
b. Berdasarkan pengamatan anda terhadap pengguna lain
1. Menurut anda yang sudah pernah menulis artikel mengenai LegaTalk, hal apa
saja atau topik apa yang kebanyakan pengguna (LegaTalk) bagi di media
anonim tersebut? Adakah yang “berbeda” pada status yang mereka buat?
Karena menurut pengamatan saya pada media anonim (LegaTalk) ini justru
banyak yang membuat status “berbau seks”. Menurut pengamatan anda,
bagaimana kualitas dari status-status mereka di LegaTalk? Mohon paparkan
penjelasan berdasarkan pengamatan anda!
186
Menurut saya dari hasil pengamatan, selama ini saya banyak membaca
postingan-postingan lebay seperti rayuan-rayuan yang berhubungan dengan
cinta, memang ada beberapa postingan yang berbau seks tapi bukankah
seharusnya postingan tersebut dihapus secara otomatis oleh pihak LegaTalk
seperti yang saya baca di beberapa artikel bahwa postingan yang negative dan
promosi iklan akan dihapus oleh pihak LegaTalk. Seharusnya hal tersebut
sudah berjalan.
2. Menurut pengamatan anda, mereka menggunakan media anonim ini untuk
tujuan dan maksud apa?
Untuk sekedar senang-senang, karena ada aplikasi media sosial yang
penulisnya tidak diketahui namanya jadi mereka bebas menulis apapun.
3. Berdasarkan sudut pandang anda, apakah status-status yang mereka
(pengguna LegaTalk) buat ini merupakan suatu bentuk kejujuran atau justru
perkataan yang terlalu dibuat-buat?
Sebagian berkata jujur dan bermanfaat, sebagian lagi hanya perkataan yang
dibuat-buat atau sekedar iseng.
4. Apa dampak yang anda rasakan saat membaca status-status maupun komentar
(pengguna) lain yang mengungkapkan perasaan di LegaTalk baik status/
komentar yang positif maupun negatif?
Bila status itu positive berdampak baik, perasaan ikut senang. Tetapi bila
status nya negative jadi banyak pembicaraan dan membuat kesal.
5. Dilihat dari status mereka (pengguna LegaTalk), menurut anda apakah dengan
menggunakan media anonim pengguna dapat mengungkapkan hal-hal yang
intim dalam hidupnya? Berikan argument anda!
Seharusnya hal-hal yang intim tidak perlu diumbar di media sosial, disanalah
letak kesalahan orang, yaitu salah menempatkan media sosial.
6. Menurut anda apa fungsi curhat atau mengungkapkan perasaan pada media
sosial anonim jika dilihat dari status pengguna (LegaTalk)?
187
Agar orang lain mengetahui apa yang sedang kita rasakan atau sekedar
memberikan sebuah kata-kata indah agar menarik untuk disukai.
7. Menurut yang anda ketahui ungkapan / curahan hati seperti apa yang paling
mendapat banyak komentar?
Ungkapan cinta, kata-kata cinta yang menarik yang menjadi banyak komentar.
188
Lampiran 16
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
Nama
: Ajeng Nida Nisrina
Umur
: 20 Tahun
Alamat
: Kutabumi, Kec.Pasar Kemis, Kab.Tangerang, Provinsi Banten
Pekerjaan
: Mahasiswa
189
Lampiran 17
TRANSKIP WAWANCARA
Informan 3
: Ajeng Nida Nisrina
Tanggal wawancara : 30 Juli 2015
Via
: Email ([email protected])
a. Penggunaan secara pribadi
 Mengenai LegaTalk
1. Apakah anda pernah menggunakan LegaTalk?
Pernah
2. Apa alasan anda menggunakan LegaTalk?
Berawalan dari keingintauan, lalu ingin mencoba, lalu iseng aja selanjutnya
3. Sejak kapan anda menggunakan LegaTalk, dan dari mana anda mengetahui
media sosial LegaTalk tersebut?
Saya bermain legatalk tahun lalu 2014 bulan agustus tapi hanya 2-3 bulan saja
lalu berhenti/uninstall. Tau legatalk dari sosial media yang bernamakan
twitter, dari salah satu akunnya Radityadika
4. Hal apa saja yang anda lakukan pada media anonim (LegaTalk) tersebut?
Melihat lihat dan berkomentar pada updateannya atau statusnya yang populer.
Biasanya kalo berkomentar sesuai dengan statusnya juga, atau bisa juga karna
ikut ikutan orang orang yang duluan komentar
5. Faktor apa saja yang membuat anda memilih media anonim? Berikan
alasannya!
Berawal dari keingin tahuan lalu mendownloadnya, dan ternyata lumayan
mengasikkan jika digunakan saat iseng tidak ada kerjaan.
6. Menurut anda apa menariknya sebuah media anonim?
190
Mungkin, menariknya sebuah anomin. Seseorang bisa bebas berbicara atau
berkomentar apa pun sesuai yang dia inginkan. Karna mereka tidak tahu siapa
kita dan kita pun tidak tahu siapa mereka.
7. Menurut anda, apakah ada perbedaan antara kegunaan media sosial anonim
dengan media sosial umum? Berika argument anda!
Ada perbedaannya, biasanya kalo media sosial yang umum (bukan anomin)
orang orang yang menggunakannya bisa jaim jaim atau bisa juga dia
membentuk suatu media sosial itu sesuai dengan karakternya yang ingin dia
buat, biasanya juga cara berbicara dalam mengupdate statusnya dan
komentarnya benar benar di kontrol/dijaga. Sedangkan media sosial anonim
itu, ya itu seseorang bisa bebas berkomentar dan berbicara apa pun sesuai
yang dia inginkan. Apapun itu, biasanya mereka juga akan menjadi diri
sendiri. Karna dia tidak perlu cemas akan orang orang yang akan melihat
statusnya/updetannya toh mereka gak kenal saya. Saya juga gak tau mereka
siapa
8. Apa yang kamu harapkan dari penggunaan sebuah media sosial anonim
(LegaTalk)?
Unek unek atau pemikiran yang ingin dicurahkan tapi tidak ingin orang lain
tau, bisa tersalurkan melalui media sosial anonim
9. Apa yang kamu dapatkan setelah mengakses media anonim (LegaTalk)?
Saat saya menggunakan media anonim legatalk itu sendiri, saya pernah atau
sempet lanjut berteman bisa di bilang ke sosial media lain yang berindentitas.
Waktu itu saya mendapat 2 teman baru, jadi kita ini cewe bertiga yang demen
banget ngegerecokin status populer yang ada. Kita sempet memberi nama
panggilan saat di legatalk, jadi saat berkomentar pada status yang berbeda,
kita bertiga itu tau kalo itu kita bertiga, dengan nama panggilan masing
masing. Biar bertemu terus.
10. Secara umum menurut anda apa peran media sosial bagi anda?
191
Peran media sosial yang utama sih buat berkomunikasi dengan teman teman
sekitar atau yang jauh. Tapi makin kesini media sosial juga jadi salah satu
tempat untuk eksis
11. Menurut anda apa sebenarnya manfaat curhat di media sosial?
Manfaatnya bisa membuat hati atau pikirannya sedikit lebih tenang dengan
mengeluarkan unek unek atau apa yang sedang di pikirkan atau resahkan, di
sosial media.
 Mengenai status di LegaTalk
9. Apakah anda pernah menulis status diLegaTalk? Jika ya, apa tujuan dan
maksud anda menulis status pada media anonim (LegaTalk)?
Pernah. Itu pun statusnya saya minta izin buat memasukan status status
mereka ke dalam blog saya. Selain itu saya tidak pernah menulis status.
Hanya melihat dan berkomentar
10. Apa dampak yang kamu rasakan setelah menulis status / mengungkapkan
perasaan di LegaTalk?
Mungkin mereka yang menulis status di legatalk akan sedikit merasa tenang
11. Apa fungsinya bagi anda menulis status/ mengungkapkan perasaan pada
media sosial anonim (LegaTalk) ?
Mungkin, ingin memberi tahu orang apa yang sedang dia rasakan, tapi dia
tidak ingin orang lain tau siapa dia.
12. Topik apa saja yang biasanya kamu ungkapkan di LegaTalk?
Saya sekalinya nulis status ya hanya itu meminta izin buat memasukan status
status mereka kedalam blog saya. Selebihnya saya hanya melihat dan
berkomentar
13. Apa manfaat yang kamu dapat setelah mengungkapkan perasaan pada media
sosial anonim (LegaTalk)?
192
Mungkin mereka akan menjadi sedikit lebih tenang karna sudah bisa di bilang
mencurahkan apa yang menggangu pikirannya. Tanpa diketahui orang lain dia
siapanya.
14. Faktor apa saja yang membuat anda menulis status pada LegaTalk?
Mungkin, ingin mengungkapkan perasannya atau curhatannya tanpa ingin
diketahui orang lain. Dia siapanya.
15. Apa yang kamu harapkan setelah mengungkapkan perasaan pada media sosial
anonim (LegaTalk)?
Menjadi lebih tenang mungkin.
16. Seberapa sering anda mengungkapkan perasaan di LegaTalk?
Saya sekali saja menulis status di legatalk. Selebihnya saya hanya melihat dan
berkomentar pada status status yang ada.
Berdasarkan pengamatan anda terhadap pengguna lain
1. Menurut anda yang sudah pernah menulis artikel mengenai LegaTalk, hal apa
saja atau topik apa yang kebanyakan pengguna (LegaTalk) bagi di media
anonim tersebut? Adakah yang “berbeda” pada status yang mereka buat?
Karena menurut pengamatan saya pada media anonim (LegaTalk) ini justru
banyak yang membuat status “berbau seks”. Menurut pengamatan
anda,
bagaimana kualitas dari status-status mereka di LegaTalk? Mohon paparkan
penjelasan berdasarkan pengamatan anda!
Topik yang biasanya mereka tulis itu berbagai macam sih yah, tapi waktu saya
menggunakan legatalk sendiri mereka kebanyakan curhat atau nulis status
tentang percintaan.
Status yang mengarah ke yang berbau sex sih memang juga banyak, tapi
kadang setiap harinya berbeda beda kadang hari senin, emang status berbau
sex semua gitu misal tapi keesokan harinya kebanyakan misal yang berfoto,
kan di legatalk ada tempat buat mengshare foto di balik background status
juga.
193
Kualitas dari status mereka sendiri sih, macem macem tidak semua status
jelek atau mengarah ke yang berbau sex, ya memang sih ada dan suka banyak.
Tapi mereka juga kadang menulis status tentang indonesia, waktu jokowi baru
menjadi presiden pernah menjadi pembahasan di legatalk, percintaan sih tapi
memang yang lebih banyak statusnya. Kadang ada juga yang ngebahas
tentang keresahan rumah tangganya, curhat tentang suami atau istrinya, curhat
tentang kelainan dirinya, yang misal suka dengan sesama jenis. Curhatan
mereka absurd semua.
2. Menurut pengamatan anda, mereka menggunakan media anonim ini untuk
tujuan dan maksud apa?
Sepertinya mereka betujuan cuman ingin mengeluarkan pikiran mereka atau
pendapat mereka, tapi tanpa ingin diketahui orang lain kalo itu dia. Mungkin
mereka juga punya rasa takut untuk menulis status itu atau bercerita tentang
hal itu kepada orang lain yang mungkin akan tau kalo itu dia yang
menulisnya.
3. Berdasarkan sudut pandang anda, apakah status-status yang mereka
(pengguna LegaTalk) buat ini merupakan suatu bentuk kejujuran atau justru
perkataan yang terlalu dibuat-buat?
Tergantung yah, mungkin beberapa ada yang memang jujur dari dalam dirinya
sendiri dan memang dibuat buat mungkin,. Tapi sepenglihatan saya, seperti
status yang mereka tulis itu memang sebuah kejujuran dari apa yang mereka
pikirkan atau rasakan. Karna menulis status di media sosial anomin legatalk,
mereka gak pernah malu malu untuk bertanya atau menulis sesutu apa pun itu,
tanpa diketahui oleh orang lain, kalau itu dia yang menulis
4. Apa dampak yang anda rasakan saat membaca status-status maupun komentar
(pengguna) lain yang mengungkapkan perasaan di LegaTalk baik status/
komentar yang positif maupun negatif?
194
Ya dampak yang dirasakan biasa aja sih, main sosial media anonim (legatalk)
tidak usah terlalu dibawa serius, saya sendiri cukup melihat dan berkomentar
apa yang saya ingin komentarkan di legatalk sendiri
5. Dilihat dari status mereka (pengguna LegaTalk), menurut anda apakah dengan
menggunakan media anonim pengguna dapat mengungkapkan hal-hal yang
intim dalam hidupnya? Berikan argument anda!
Iya dapat mengungkapkan hal hal yang intim dalam hidupnya. Karana di
media sosial anonim legatalk mereka bisa menulis status atau berkomentar
apa pun , mulai dari yang buruk hingga baik. Jadi kemungkinan besar media
anonim di jadikan suatu tempat untuk mengungkapkan hal hal yang intim
dalam kehidupan mereka. Toh kalo mereka menulis sesuatu yang bisa di
bilang tidak pantas pun, ya bodoamat mereka gak kenal saya dan saya juga
gak kenal mereka, kita gak saling tau. Jadi peduli amat.
6. Menurut anda apa fungsi curhat atau mengungkapkan perasaan pada media
sosial anonim jika dilihat dari status pengguna (LegaTalk)?
Ya fungsinya satu mereka ingin menulis sesuatu yang mereka ingin
ungkapkan atau rasakan tanpa diketaui siapa pun. Ya mungkin setelah mereka
mengungkapkan apa yang dia rasakan atau pikirkan, mereka akan sedikit lebih
tenang.
7. Menurut yang anda ketahui ungkapan / curahan hati seperti apa yang paling
mendapat banyak komentar?
Selama saya main legatalk status yang selalu mendapat komentar adalah
status yang diiringin foto di background nya, terkadang mereka fotonya foto
manusia, tapi kita kan gak pernah tau itu asli foto mereka atau bukan.
Biasanya pengguna legatalk yang lain akan merasa kesal,karna ini kan media
sosial anonim, jadi kalo dia upload foto muka orang atau sosok seseorang
apalagi foto selfie, kan udah bukan anonim namanya.
195
Lampiran 18
DOKUMENTASI CONTOH STATUS DI LEGATALK
196
197
198
199
DOKUMENTASI CONTOH KOMENTAR ANTAR PENGGUNA DI LEGATALK
200
KOMENTAR PENULIS SAAT MENCARI INFORMAN
201
Foto bersama PR Executive Creative HotHouse
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Widiyana Ningsih
Tempat & Tanggal Lahir
: Serang, 05 Juli 1992
Agama
: Islam
Alamat
: Jl.Raya Anyer Kp.Tegal Buntu Ds.Tegal Ratu Rt/Rw
16/06 Kec. Ciwandan Kota Cilegon
Telepon
: 085959950044
Email
: [email protected]
Perguruan Tinggi
: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Jurusan
: Ilmu Komunikasi (Konsentrasi HUMAS)
202
203
Pendidikan Formal
-
2010 – Selesai : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten
-
2007 – 2010
: SMA AL-ISHLAH Cilegon
-
2004 – 2007
: SMP Negeri 1 Anyer
-
1998 – 2004
: SD Negeri Tegal Ratu
Pengalaman Kerja
Job Training di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Periode 06 November - 06
Desember 2013 pada Divisi Corporate Communication (Humas).
Download