PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Skripsi) Oleh ESTER CHRISTINE DEBORA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 ABSTRAK PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Oleh ESTER CHRISTINE DEBORA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi dalam perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive judgement sampling dan sampel yang diperoleh sebanyak 7 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis faktor untuk mereduksi empat variabel moderasi yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen dan jumlah anggota audit, lalu dilakukan regresi linear berganda dan uji asumsi klasik Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility Disclosure berpengaruh secara positif (0.794) terhadap Nilai Perusahaan dan tidak ada hubungan yang signifikan 0,433 > α (0.05), arah hubungan yang positif berarti semakin kecil tingkat CSR Disclosure maka akan mengakibatkan semakin kecilnya tingkat Nilai Perusahaan yang dikarenakan kualitas pengungkapan CSR pada perusahaan yang diteliti yang terdaftar dalam BEI sangat rendah dan belum mengikuti standar yang berlaku. Hasil Corporate Governance menunjukan hasil berpengaruh positif (0.003) terhadap Nilai Perusahaan dan memiliki hubungan yang tidak signifikan 0,9997 < α (0.05). Sedangkan hasil dari Corporate Social Responsibiliy Disclosure terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Variabel pemoderasi berpengaruh positif (2.457) dan adanya hubungan yang signifikan 0,020 > α (0.05), adanya hubungan positif dan pengaruh yang signifikan menunjukan bahwa Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi dapat memperkuat pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan. Kata kunci : Corporate Social Responsibility, Nilai Perusahaan, Corporate Governance Nama : Ester Christine Debora NPM : 0411031056 TELP : 081311142540 EMAIL : [email protected] PEMBIMBING I : Dr. Einde Evana S.E.,M.Si.,Akt PEMBIMBING II : Harsono Edwin Puspita S.E.,M.Si., BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan. Penelitian Silveira dan Baros (2007) menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas corporate governance dan nilai perusahaan. Pada penelitian ini struktur corporate governance akan dilihat dari proporsi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kualitas audit. Black (2001) dalam penelitian Trisnaningsih (2007) beragumen, bahwa pengaruh praktik good corporate governance terhadap nilai perusahaaan akan lebih kuat di Negara berkembang dibandingkan negara maju. Hal tersebut dikarenakan oleh bervariasinya praktik good corporate governance di negara berkembang dibandingkan negara maju. Keberadaan komisaris independen dapat meningkatkan keefektifan kinerja dewan komisaris, memberikan masukan kepada manajemen agar kinerja yang dihasilkan akan menjadi lebih baik, dan juga mengawasi apakah perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Melalui peran pemonitoran oleh dewan komisaris (boardof director) dalam perusahaan juga dapat mengurangi konflik-konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Kemampuan dewan komisaris untuk mengawasi merupakan fungsi yang positif dari porsi dan independensi dari dewan komisaris eksternal. Kepemilikan manajerial menunjukan adanya peran ganda seorang manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang manajer sekaligus pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam keadaan kesulitan keuangan bahkan mengalami kebangkrutan. Dengan kepemilikan saham oleh manajer dapat menghilangkan konflikkonflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Karena apabila manajer adalah pemegang saham, maka kepentingan mereka akan sejalan dengan kepentingan pemegang saham lain (Jansen dan Meckling,1976). Manajer sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut meningkat pula. Dengan meningkatkan kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaa yang pada akhirnya berdampak pada nilai perusahaan. Morck e.al, (1988), Mc Connell dan Servaes, (1990); Cho, (1998) dalam Setiawaty (2007) mendeteksi adanya pengaruh antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam mengelola perusahaan. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan, maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat. Kinerja perusahaan juga dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat pemonitoran yang efektif karena semakin tinggi kepemilikan institusional, maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Dalam Tarjo (2008), ditemukan beberapa pendapat peneliti terdahulu yaitu, Xu and Wang (1997), Pizarro et al. (2006) dan bjuggren et al (2007) menemukan, bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan dan kinerja perusahaan. Temuan tersebut menunjukan bahwa kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal, sehingga mampu memotivasi manajer dalam meningkatkan kinerjanya. Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility. Informasi ini dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan corporate social responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan. Nilai perusahaan (firm value) akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Apabila harga sahamnya tinggi berarti saham tersebut akan diminati oleh investor, dan dengan permintaan saham yang menaik menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Dengan semakin baiknya nilai perusahaan,maka tingkat kepercayaan para pemegang saham juga akan semakin tinggi sehingga mereka akan menanamkan dananya keperusahaan, yang dalam hal ini dana tersebut akan dijadikan modal pembiayaan kegiatan operasional perusahaan. Penelitian mengenai hubungan CSR dan kinerja perusahaan telah banyak dilakukan namun menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian empiris awal dilakukan Spicer(1978) yang menemukan adanya asosiasi antara nilai investasi saham dengan kinerja sosial perusahaan meskipun tingkat asosiasi menurun dari tahun ke tahun. Penelitian Alexander dan Buchloz (1978) tidak menemukan adanya pengaruh antara pengungkapan sosial dengan harga saham. Penelitian Suratno et al. (2006) menemukan hasil yang berbeda yaitu kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi. Hasil penelitian tersebut konsisten berpengaruh pada efisiensi, perubahan teknikal, dan skala ekonomi perusahaan. Wacana mengenai CSR di Indonesia mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan (Islahuddin dan Nurlela,2008). Hal ini terjadi karena di Indonesia belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan ataupun auditornya), dan di samping itu sektor pasar modal Indonesiajuga kurang mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikan CSR. Penelitian ini dilakukan karena isu mengenai CSR, kini mendapat tempat diseluruh dunia, dan memperoleh pengakuan dari dunia usaha, pemerintah, dan LSM. Bahkan CSR dianggap sebagai bagian atau parameter dari praktik bisnis yang sangat ideal, sehingga perusahaan sadar akan kewajiban yang harus dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena menggunakan corporate governance (CG) sebagai variabel pemoderasi. Corporate governance sebagai variabel pemoderasi dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkuat hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Indikator corporate governance yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Berdasarkan latar belakang diatas yang memberikan gagasan dan motivasi bagi peneliti, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Corporate Sosial Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai variabel Pemoderasi”. I.2 Permasalahan I.2.1 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di kemukakan suatu perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pengungkapan CSR berpengaruh positif pada nilai perusahaan? 2. Apakah corporate governance berpengaruh positif yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen dan jumlah anggota komite audit terhadap nilai perusahaan? 3. Apakah corporate governance sebagai variabel pemoderasi berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan? BAB II LANDASAN TEORI 2.3 Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) Menurut The World Bussines Council for Sustainable Development, Corporate Sosial Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Corporate Sosial Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainbility Reporting. Sustainbility Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).Sustainability Reporting harus menjadi dokumen strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada bisnis yang utama dan sektor industrinya. Corporate Social Responsibiliy (tanggung Jawab Sosial Perusahaan) berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan. Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut : 1. Basic responsibility (BR) Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahaan, yang muncul karena keberadaan perusahan tersebut seperti; perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius. 2. Organization responsibility (OR) Pada level kedua ini menunjukkan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan “Stakeholder” seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya. 3. Social responses (SR) Pada level ketiga, menunjukkan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan. Tanggung jawab perusahaan (CSR) tidak hanya terbatas pada kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun Teuku dan Imbuh (1997) dalam Cahyonowati (2003) mendeskripsikan tanggung jawab sosial sebagai kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi positif terdapat kesejahteraan komunitas dimana mereka berada. Sedangkan menurut Sevic (Hasibuan,2001) tanggung jawab sosial diartikan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab pada tindakan yang mempengaruhi konsumen, masyarakat dan lingkungan. Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung sosial adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang seharusnya dilakukan perusahaan, atas dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya, dan mungkin sedikit-banyak berpengaruh terhadap masyarakat internal maupun eksternal dalam lingkungan perusahaan. Selain melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba, perusahaan perlu melakukan aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya, menjamin bahwa proses produksinya tidak mencemarkan lingkungan sekitar perusahaan, melakukan penempatan tenaga kerja secara jujur, menghasilkan produk yang aman bagi para konsumen, dan menjaga lingkungan eksternal untuk mewujudkan kepedulian sosial perusahaan. 2.9. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat dipandang sebagai salah satu cara untuk mengukur sampai sejauh mana perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham. Nilai perusahaan juga dapat digunakan untuk meyakinkan para kreditur bahwa perusahaan tidak akan melangggar perjanjian hutang. Nilai perusahaan (firm value) akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Apabila harga saham tinggi berarti saham tersebut akan diminati oleh investor, dan dengan permintaan saham yang menaik menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Dengan semakin baiknya nilai perusahaan, maka tingkat kepercayaan para pemegang saham juga akan semakin tinggi, sehingga mereka akan menanamkan dananya keperusahaan, yang mana dalam hal ini dana tersebut akan dijadikan oleh perusahaan sebagai modal untuk membiayai kegiatan opersional. Dalam sofiana (2009), nilai perusahaan berkaitan dengan nilai saham yaitu nilai pasar dan nilai buku. Semakin tinggi harga saham, maka semakin sejahtera pemegang saham. 1. Nilai buku (Book Value) Nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan. Nilai buku per lembar menunjukkan aset bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Untuk menghitung nilai buku suatu saham perlu diketahui : a. Nilai Nominal Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ini merupakan modal disetor per lembar yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. b. Agio Saham Agio saham merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. c. Nilai Modal Disetor Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai minimal ditambah dengan agio saham. d. Laba Ditahan Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di neraca akan menambah total laba yang disetor. Karena laba ditahan ini milik pemegang saham yang berupa keuntungan yang tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik saham di neraca. 2. Nilai Pasar (Market Value) Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Menurut Gordon, Sharpe, dan Baley (1995) dalam Setiawaty (2007) harga saham ditunjukkan dengan nilai kapitalisasi pasar. Nilai kapitalisasi pasar adalah nilai pasar agregat suatu perusahaan yang dihitung dari harga pasar per lembar saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar, dengan asumsi bahwa harga saham yang digunakan adalah harga penutupan atau harga terakhir yang merupakan harga yang tidak mungkin berubah sampai bursa diaktifkan kembali. Nilai kapitalisasi pasar suatu perusahaan juga dapat digunakan investor untuk dijadikan salah satu indikator perkembangan suatu perusahan. Di samping itu, menurut Brigham dan Houston (2004) dalam Setiawaty (2007), nilai pasar saham yang diperdagangkan di pasar sekunder, sebagai variabel pengukur nilai kapitalisasi pasar berguna bagi manajemen sebagai indikator untuk mengukur pandangan investor terhadap kinerja perusahaan di masa lalu maupun prospek perusahaan di masa depan. Selain itu, informasi yang mempengaruhi nilai perusahaan juga akan mempengaruhi harga saham. Informasi tersebut meliputi pendapatan masa mendatang, arus kas, propek pertumbuhan, makro ekonomi, informasi dari inflasi, tingkat bunga dan informasi mengenai ekonomi dan industri. PBVatau Price to Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. PBV diperoleh dengan cara membagi harga pasar saham dengan Nilai Buku Per Saham atau Book Value Per Share (BVPS). Nilai Buku Per Saham (BVPS) diperoleh dengan cara membagi total ekuitas perusahaan pada periode tertentu dengan jumlah sahamnya yang tercatat di Bursa Efek.Rasio analisis ini berfungsi melengkapi analisis book value. Jika pada analisis book value, investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, pada rasio PBV, investor dapat membandingkan langsung book value dari suatu saham dengan market valuenya. Dengan rasio PBV investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book valuenya.Setelah mendapatkan rasio PBV, investor dapat membandingkanlangsung rasio ini dengan saham-saham di industrinya atau yang bergerak di sektor ekonomi yang sama. Dengan demikian investor akan mendapat gambaran mengenai harga suatu saham, apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau ternyata masih murah. 2.10.1 Corporate Sosial Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap masyarakat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham ( Almilia dan Wijayanto, 2007). Hasil penelitian Harjoto dan Jo (2007) juga menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dahlia dan Siregar (2008) menemukan bahwa aktivitas CSR terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan tapi tidak berpengaruh pada kinerja pasar perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Zuhroh dan Putu (2003) menyatakan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang go public telah terbukti berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile. Artinya bahwa investor sudah memulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disajikan perusahaan dalam laporan tahunan. Semakin luas pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan ternyata memberikan pengaruh terhadap volume perdagangan saham perusahaan dimana terjadi lonjakan perdagangan pada seputar publikasi laporan tahunan. Namun demikian, hasil penelitian diatas bertentangan dengan penelitian Alexander dan Buchloz (1978) yang tidak menemukan adanya pengaruh antara pengungkapan sosial dengan harga saham. Penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap ERC. Selain itu, hasil penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) juga tidak menemukan adanya pengaruh CSR dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil-hasil kajian empiris tersebut, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah: H1: Pengungkapan CSR berpengaruh positif pada nilai perusahaan. 2.10.2 Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan corporategovernance sebagai suatu sistem tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan berbagaipartisipan dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. Tujuancorporate governanceadalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholders.Corporate governance yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Manfaat dari penerapan corporate governance dapat diketahui dari harga saham perusahaan yang bersedia dibayar oleh investor. Penelitian ini menggunakan empat aspekcorporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Hasil penelitian Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif CG dan kinerja perusahaan. Penerapan CG akan lebih berarti apabila dilakukan di negara berkembang daripada di negara maju. Penelitian Black et al. (2003) membuktikan bahwa CG indexmenjadi salah satu faktor yang dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan. Hasilpenelitian Johnson et al. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas CG berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara bersangkutan. Silveira dan Barros (2006) juga menemukan adanya pengaruh signifikan CG terhadap nilai pasar perusahaan. Apabila dilihat dari aspek kepemilikan manajerial, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan (Barako et al. 2006; Rachmawati dan Triatmoko, 2007; Nurlela dan Islahuddin, 2008). Semakin tinggi kepemilikan insider, semakin tinggi nilai perusahaan. Selain itu, kepemilikan institusional dalam proporsi yang besar juga mempengaruhi nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika lembaga institusi mampumenjadi alat pemonitoran yang efektif. Hasil penelitian Xu dan Wang (1997), Pizarro et al. (2006), dan Bjuggren et al. (2007) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian mengenai dampak komisaris independen terhadap kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif pada kinerja (Yermack, 1996; Daily dan Dalton, 1993), bukan faktor dari kinerja (Kesner dan Johnson, 1990), dan berhubungan negatif dengan kinerja ( Kosnik dan Turk, 1991; Goodstein dan Boeker, 1991). Keberadaan komite audit juga berpengaruh pada nilai perusahaan (Black et al. 2003; Daryatno, 2004; Siallagan dan Machfoedz, 2006). Dengan demikian, maka hipotesis yang dikemukakan adalah: H2: Corporate governance berpengaruh positif pada nilai perusahaan. 2.10.3. Corporate Governance pada hubungan Pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia menyatakan bahwa salah satu tujuan pelaksanaan corporate governance adalah mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. Implementasi CSR merupakan salah satu wujud pelaksanaan prinsip corporate governance. Perusahaan yang telah melaksanakan corporate governance dengan baik sudah seharusnya melaksanakan aktivitas CSR sebagai wujud kepedulian perusahaan pada lingkungan sosial. Penganut paham corporate governance lebih mudah menerima adanya kebutuhan dan kewajiban untuk melaksanakan CSR karena kedua kegiatan tersebut berlandaskan pemahaman falsafah yang sama. Corporate governance menyangkut tanggung jawab perusahaan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan terutama atas kegiatan ekonomi dan segala dampaknya, sedangkan CSR adalah kegiatan yang diselenggarakan perusahaan untuk menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat di luar kegiatan utama perusahaan. Kedua kegiatan tersebut sama-sama bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham namun tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya (Zarkasyi, 2008). Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan sejumlah kebijakan untuk menuntun pelaksanaan CSR. Semua hal tersebut tidak terlaksana dengan baik apabila perusahaan tidak menerapkan good corporate governance beserta aspek-aspek yang termasuk di dalamnya. Dengan demikian, maka hipotesis yang dikemukakan adalah: H3: Corporate governancesebagai variabel pemoderasi berpengaruh positif pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif, hanya menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006-2010. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh corporate governance dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2010. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2005-2010. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu industri manufaktur sebagai populasi karena sektor manufaktur memiliki jumlah terbesar perusahaan dibandingkan sektor lainnya. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive judgement sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Maka diperoleh 7 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 1. Daftar Nama Perusahaan Sampel No. Nama Perusahaan Kode 1. PT. Astra Graphia Tbk. ASGR 2. PT. Astra Internasional Tbk. ASII 3. PT Berlian Laju Tanker Tbk. BLT 4. PT Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA 5 PT Multipolar Tbk MLPL 6 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. TLKM 7. PT Unilever Indonesia Tbk UNVR 3.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Lapangan Merupakan cara untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan untuk menganalisis objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa Annual Report, Sustainability Report dan laporan keuangan dari masing-masing perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2005-2010 yang diperoleh dari situs BEI www.idx.co.id. 2. Studi Kepustakaan Merupakan pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku ilmiah dansumber data lainnya yang bertujuan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai teori dan pendapat para pakar yang akan digunakan dalam menganalisis penelitian ini. 3.4 Variabel Penelitian Variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel terikat (Dependent Variable) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Price Book Value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1992 :92, dalam Wahyudi et all, 2006.). Berikut adalah rumus untuk menghitung Price Book Value : b. Variabel Independen Variabel-variabel bebas digunakan dalam penelitian ini dinyatakan dengan notasi X. Variabel-variabel tersebut adalah CSRI (Corporate Sosial Resposibility Index) dan Corporate Governance. Perhitungan CSRI dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (haniffa dkk,2005 dalam Sayekti dan Wondabio,2007) : Keterangan : CSRI : Corporate Sosial Responsibility Disclosure Index nj : jumlah item untuk perusahaan j,nj = 78 xj : 1= jika item I diungkapkan; 0=jika item I tidak diungkapkan dengan demikian, 0< CSRIt<1 c Variabel Pemoderasi Variabel pemoderasi merupakan hubungan langsung antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen kemungkinan dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Variabel pemoderasi adalah tipe variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel pemoderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalahcorporate governance yang diproksikan menggunakan: 1. Kepemilikan manajerial yang diukur dengan persentase kepemilikan saham dewan direksi dan dewan komisaris dibagi dengan jumlah saham yang beredar. 2. Kepemilikan institusional yang diukur dengan persentase kepemilikan saham oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, dan institusi lain dibagi dengan total jumlah saham beredar. 3. Proporsi komisaris independen yang diukur dengan persentase jumlah komisaris independen dibagi dengan total jumlah anggota dewan komisaris. 4. Jumlah anggota komite audit yang diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit dari setiap perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. 3.5 Alat Analisis Analisis data yang dilakukan meliputi analisis faktor, statistik deskriptif, dan analisis regresi. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi empat variabel moderasi yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit menjadi satu faktor yaitu corporate governance. Penelitian ini menggunakan confirmatory factors analysis, yaitu analisis faktor yang digunakan untuk mengkonfirmasi apakah suatu konstruk yang secara teoritis telah dibentuk dapat dikonfirmasikan dengan data empirisnya (Ghozali, 2006). Selanjutnya variabel corporate social responsibility, corporate governance, dan PBVakan dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif menjelaskan nilai minimum, maksimum, mean, dan deviasi standar dari ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik menggunakan uji normalitas, uji multikolinearitas,uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Model regresi yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel pemoderasi adalah uji interaksi. Metode analisis yang digunakan adalah moderated regression analysis (MRA). Berdasarkan pengembangan hipotesis diatas diterapkan permodelan MRA sebagai berikut : Y = a + ß1ZCSRI + ß2ZCG + ß3AbsCSRIxCG + e Keterangan: Y = PBV a = konstanta ß1 – ß3 = koefisien regresi ZCSRI = standardized corporate social responsibility disclosure index ZCG = standardized corporate governance AbzCSRIxCG = ZCSRI x ZCG e error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian = BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Faktor Analisis faktor digunakan untuk mereduksi empat variabel moderasi yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota audit menjadi satu faktor yaitu Corporate Governanve. Penelitian ini menggunakan confirmatory factors analysis, yaitu analisis faktor yang digunakan untuk mengkonfirmasi apakah suatu konstruk yang secara teoritis telah dibentuk dapat dikonfirmasikan dengan data empirisnya (Ghozali, 2006). Hasil pengujian melalui analisis faktor menunjukkan bahwa penelitian ini melalui dua tahap analisis. Hasil analisis yang pertama menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak digunakan lagi pada analisis selanjutnya karena memiliki nilai korelasi <0,5 yaitu sebesar 0,426. Hasil analisis faktor yang pertama dapat ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 2. Analisis Faktor Anti-image Matrices IN Anti-image Covariance Anti-image Correlation KI KM KA IN .899 -.083 .164 .197 KI -.083 .924 -.241 .067 KM .164 -.241 .863 -.150 KA .197 .067 -.150 .905 IN .560a -.091 .186 .218 KI -.091 .426a -.270 .073 KM .186 -.270 .517a -.170 KA .218 .073 -.170 .574a a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) Analisis dilanjutkan dengan menggunakan tiga variabel corporategovernance lainnya yaitu komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit sehingga menghasilkan skor faktor yang akan digunakan dalam analisis regresi. Adapun hasil pengujian validitas pada analisis faktor yang kedua dapat ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 3. Hasil Analisis Faktor Anti-image Matrices IN Anti-image Covariance Anti-image Correlation KM KA IN .906 .155 .205 KM .155 .931 -.144 KA .205 -.144 .910 IN .585a .169 .226 KM .169 .619a -.157 KA .226 -.157 .589a a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) 4.2 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Statistik deskriptif berhubungan dengan penggambaran atau peringkasan data penelitian sehingga data tersebut mudah dipahami. Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk menjelaskan perbandingan antara variabelvariabel independen yaitu corporate sosial responsibility disclosure, corporate governance, terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Hasil statistik deskriptif dari data penelitian ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Std. N Minimum Maximum Mean Deviation PBV 35 -1.5184 3.4379 .842657 1.3187500 CSR 35 .385 .718 .57436 .099783 CG 35 -1.36938 3.02887 Valid N (listwise) 35 -2.8270910E-16 1.00000000 4.3 Uji Asumsi Klasik Dalam melakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik agar memenuhi sifat estimasi regresi. Berikut adalah penjelasan megenai uji asumsi klasik yang telah dialakukan dalam penelitian ini : 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memilki distribusi data normal atau mendekatai normal. Salah satu cara uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji PP plot yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal yang membentuk garis lurus dibandingkan dengan plot data residual, dan jika plot residual berada disekitar garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa terdistribusi normal. Berdasarkan gambar diatas plot data residual berada disekitar garis diagonal, dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regersi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya varianceinflation factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan cukup besar antara variabel-variabel bebas, dan angka tolarance mempunyai angka > 0,10, maka variabel tersebut tidak mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Tabel 5. Hasil uji Multikolnearitas Variabel independen Tolerance VIF Kesimpulan ZCSRD 0.665 1.505 Tanpa multikolinearitas ZCG 0.793 1.262 Tanpa multikolinearitas AbsCSRD_CG 0.555 1.802 Tanpa multikolinearitas 3. Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regrei linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Apabila dalam model regresi terdapat autokorelasi maka dalam penelitian terdapat korelasi anataranggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya terjadi pada observasi yang menggunakan time series. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians samapel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Selain itu, model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menafsir nilai variabel dependenpada nilai variabel independen tertentu (Ghozali,2009). Untuk mendeteksi gejala autokorelasi akan digunakan uji Durbin Watson. Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square .576a .332 .267 1.1291860 Durbin-Watson 2.830 a. Predictors: (Constant), AbsCSR_CG, ZCG, ZCSR b. Dependent Variable: PBV Dari tabel di atas dapat diketahui DW sebesar 2.830 dari jumlah sampel 35 dengan variabel berjumlah 3 (n =35, k = 3) dan tingkat signifikansi 0,05. Dengan data tersebut maka batas dL = 1.283, dU= 1.653. . Uji heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah faktor penggangu mempunyai variasi sama atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi digunakan metode dengan menggunakan plot pada regresi. Jika pada grafik scaterrplot ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas Berdasarkan grafik scaterrplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar, tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar baik dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi 4.5 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α). Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut : jika (p-value) .0,05 maka Ha ditolak jika (p-value) < 0,05 maka Ha diterima Rumus regresi untuk menguji hipotesis adalah : Y = a + ß1X1 + ß2X2 + ß3X1X2 + e Dimana nilai X1 adalah corporate responsibility social disclosure, X2 adalah corporate governance, keduanya harus diubah dalam bentuk standardized agar tidak terjadi perbedaan nilai absolute yang besar. Langkah berikutnya adalah membuat regresi dengan persamaan sebagai berikut : PBV = a + ß1ZCSRI + ß2ZCG + ß3AbsCSRI_CG + e BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan CSR dan corporate governancepada nilai perusahaan. Penelitian ini berbeda dengan penelitiansebelumnya karena menggunakan corporate governance sebagai variabel pemoderasi pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai per usahaan. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Hasil ini memperkuat hasil penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) dan Dahlia dan Siregar (2008) Harjoto dan Jo (2007), namun menentang hasil penelitian Harjoto dan Jo (2007). Hasil penelitian ini memberikan arti bahwa para investor di Indonesiaharus lebih memperhatikan dalam laporan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga kebutuhan akan informasi tanggung jawab sosial merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Apabila perusahaan memiliki kinerja sosial dan lingkungan yang baik, maka akan muncul kepercayaan dari investor sehingga direspon positif melalui peningkatan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Setiap perusahaan hendaknya terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pengungkapan karena tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan yang terdaftar di BEI masih sangat rendah dan belum mengikuti standar yang dikeluarkan regulator. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemerintah, Bapepam, dan IAI dalam merumuskan kebijakan, peraturan, dan standar terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia. Mengingat semakin pentingnya pengungkapan CSR, maka regulator agar lebih mengintensifkan semua perusahaan yang terdaftar di BEI untuk melakukan kegiatan CSR sebagai salah satu wujud kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan. 5.2 Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Pemilihan sampel hanya menggunakan perusahaan yang tergolong dalam Perusahaan manufaktur sehingga belum bisa digunakan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian untuk kelompok selain perusahaan manufaktur 2. Kurang banyaknya sampel penelitian yang dapat menyebabkan kurangnya keakuratan hasil penelitian. 3. Variabel yang digunakan kurang memadai dan bervariasi. 5.3 Saran Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih baik dan akurat, yaitu: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel lebih banyak dan lebih luas agar dapat diperoleh kesimpulan yang lebih luas dan menyeluruh. 2. Penggunaan sampel yang lebih banyak diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang lebih bervariasi sehingga dapat memberikan informasi yg lebih bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Daftar Pustaka Alexander, John. J dan Buchloz. 1978. A Reason for Differences in Corporate Social Reporting. Critical Perspectives on Accounting. Vol. 10, p. 521-547. Black, Bernard S H. Jang, dan W Kim. 2003. Does Corporate Governance affect Firm Value? Evidence from Korea. Finance Working Paper No.103/2005, http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=222491, tgl download 13 Mei 2007. Dahlia, Lely, dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Daily, Catherine, dan Robert Dalton. 1993. Corporate Governance: The Impact of Board Composition and Structure. The Academy of Management Journal. December, Vol.37, 1603-1617. Daryatno, Arief. 2004. Pengaruh Corporate Governance pada Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar Bali, 2-3 Desember. Departemen Keuangan. 2006. Studi penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004 Dalam Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance. Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Seri Tata Kelola (Corporate Governance) Jilid II. http: //fcgi.org.id. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BPFE Universitas Diponegoro. Goodstein, J. Gautam, dan Warren Boeker. 1991. The Effect of Owner versus Management Control on the Choice of Accounting Methods. Journal of Accounting and Economics, Vol.4. hal.41 -53. Harjoto, Maretno A, dan Hoje Jo. 2007. Corporate Governance and Firm Value: The Impact of CSR, Social Science Research Network. Hartanti, Dwi 2006. Makna Corporate Social Responsibility: Sejarah dan Perkembangannya. Economic Business Accounting Review, Edisi III, SeptemberDesember. hal 113-124. Hasibuan, Chrysanti dan Sedyono.2001. Etika bisnis, Corporate Sosial Responsibility dan PPM. PPM Institute of Management,27 November. Johnson, Simon, P. Boone, A. Breach, dan E. Friedman. 2000. Corporate Governance in Asian Financial Crisis. Journal of Financial Economics, 58. pp 141-186. Klapper, Leora dan Inessa Love. 2002. Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Market. http://ssrn.com. Kesner dan Simon Johnson. 1990. A Blueprint for Corporate Governance: Strategy, Accountability, and the Preservation of Shareholder Value, Amacom, USA. Kosnik, Rachel. D, dan Carrie Turk. 1991. Conspicuous Governance Failures: Why Sarbanes -Oxley is not an Ethics Warranty. Corporate Finance Review, 9:5 (Maret/April), hal.41-47 Nurlela, Rika dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating, Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi X Makasar: 26-28 Juli. Rustiarini, Ni Wayan. 2010. Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan Corporate Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII.Purwokerto. Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap ERC. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar 26-28 Juli 2007. Setiawaty, Feny. 2007. Hubungan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan pada Industri Manufaktur dan Trade and Service. Skripsi Universitas Kristen Petra Surabaya. Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 2326 Agustus 2006. Silveira, Alexandre di Micelli dan Lucas Ayres Barros. 2006. Corporate Governance Quality and Firm Value in. Brazil. http://papers.ssrn.com/sol3/papers. Spicer, Barry H. 1978. Investors, Corporate Social Performance and Information Disclosure. The Accounting Review, Vol. 53, No. 1, January, pp. 94-111. Suratno, Darsono, dan Siti Mutmainah. 2006. Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 23-26 Agustus. Tunggal, Amin Wijaya. 2008. Corporate Sosial Responsibility. Harvarindo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. www.castleasia.com Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. www.legalitas.org/incl-php/buka.php Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD). 2005. Corporate Social Responsibility Xu, Xiaonian dan Yan Wang. 1997. Ownership Structure, Corporate Governance: The Cases of Chinese Stock Company, Working Paper, http://papers.ssrn. Yermack, David. 1996. Higher Market Valuation of Companies with a Small Board of Directors, Journal of Financial Economics 40, 185-211. Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta. Zuhroh, Diana dan Heri, I Putu Pande Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17 Agustus.