BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal pendirian suatu perusahaan, biasanya pemilik perusahaan tersebut yang akan menjalankan dan mengelola usahanya. Pemilik sendiri yang akan melakukan aktivitas penjualan, produksi, maupun pendanaan. Seiring berjalannya usaha tersebut, maka akan ada fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan dapat dilihat dari peningkatan penjualan, profit, arus kas, dan aset yang lain. Fase pertumbuhan tersebut membuat usaha tersebut bertambah besar dan akan ada penambahan aktivitas yang semakin kompleks. Perusahaan akan menghadapi kondisi ekonomi yang semakin berkembang dan bisnis yang kompetitif. Perusahaan dituntut untuk mampu menganalisis situasi sekarang dan yang akan datang, agar dapat berkembang dan bertahan dalam persaingan yang ketat (Kurnia, 2010). Karena adanya aktivitas kompleks dan tuntutan lingkungan bisnis yang tinggi, maka pemilik tidak dapat lagi mengelola sendiri perusahaannya. Pemilik membutuhkan pihak lain untuk membantunya dalam menjalankan perusahaan yang didirikan tersebut. Pemilik akan menunjuk pihak lain sebagai manajer perusahaan. Pemilik akan membuat suatu kontrak dengan manajer. Pemilik akan mendelegasikan wewenang kepada manajer untuk mengelola perusahaan. Manajer akan digaji dan diberikan benefits oleh perusahaan untuk membuat keputusan sesuai dengan kepentingan pemilik (Rao,1995). Kepentingan pemilik yaitu untuk 1 2 meningkatkan kesejahteraan diri mereka sendiri. Kesejahteraan pemilik merupakan indikator dari nilai perusahaan (Kurnia, 2010). Dalam konteks perusahaan go public, tujuan perusahaan yaitu untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (Rao, 1995). Peningkatan nilai perusahaan biasanya diukur melalui peningkatan harga pasar saham. Semakin tinggi kesejahteraan pemegang saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Penjelasan tersebut memberi makna bahwa pemilik mendelegasikan wewenang kepada manajer untuk mengelola perusahaan dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan. Pemilik perusahaan membutuhkan manajer yang cakap, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer yang memiliki kecakapan tinggi dipandang memiliki keahlian memadai di bidangnya yang menjadi tanggung jawabnya (Ruba’i, 2009). Manajer tersebut dianggap lebih mampu mengestimasi kebijakan yang diambil terhadap perusahaan. Isnugrahadi dan Kusuma (2009) juga menyatakan bahwa salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan adalah adanya manajer yang berhasil mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. Kecakapan manajerial merupakan source of resource value creation (Holcomb et al., 2008). Manajer yang cakap dianggap mampu untuk mengelola perusahaan dengan baik sehingga nilai perusahaan menjadi meningkat. Penelitian mengenai kecakapan manajerial merupakan hal yang baru. Demerjian et al. (2010) memperkenalkan metode Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai pengukur kecakapan manajerial. Mereka menguji pengaruh antara 3 kecakapan manajerial di bidang keuangan dengan kualitas laba. Hasil penelitian tersebut adalah kecakapan manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba. Di Indonesia, penelitian kecakapan manajerial dilakukan oleh Isnugrahadi dan Kusuma (2009) dengan menghubungkan antara kecakapan manajerial dengan manajemen laba. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Djuitaningsih dan Rahman (2011) juga melakukan penelitian mengenai kecakapan manajerial. Mereka meneliti hubungan antara kecakapan manajerial dengan kinerja keuangan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Earnings Per Share (EPS). Demerjian et al. (2010), Isnugrahadi dan Kusuma (2009), Djuitaningsih dan Rahman (2011) menyarankan bahwa kecakapan manajerial dihubungkan dengan variabel lain. Atas saran tersebut, penelitian ini menguji pengaruh kecakapan manajerial dengan variabel lain. Penelitian ini mencoba menguji apakah kecakapan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dalam menjalankan kontrak antara pemilik dengan dengan manajer, akan muncul konflik kepentingan antara dua pihak tersebut. Pemilik memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraannya, sedangkan manajer memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan meningkat terutama karena pemilik tidak dapat memonitor aktivitas manajer sehari-hari. Adanya konflik tersebut membuat peningkatan nilai perusahaan menjadi terhambat. 4 Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperkecil konflik kepentingan tersebut. Salah satu cara untuk memperkecil konflik kepentingan yaitu menyelaraskan kepentingan antara pemilik dan manajer. Manajer juga harus diposisikan sebagai pemilik perusahaan. Untuk perusahaan yang kepemilikannya terdiri dari saham atau perusahaan yang go public, kepemilikan saham perusahaan oleh manajer dapat menyelaraskan kepentingan antara pemilik dan manajer. Kepentingan manajer dan pemilik yang selaras membuat tujuan perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan dapat tercapai. Manajer sekaligus pemegang saham akan mengambil keputusan bisnis yang berbeda dibandingkan dengan manajer yang tidak memiliki saham perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Manajer sekaligus pemegang saham akan mengambil keputusan bisnis yang selaras dengan kepentingan pemilik. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai perusahaan dengan manajer yang memiliki saham perusahaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan dengan manajer yang tidak memiliki saham perusahaan. Ada beberapa penelitian yang menghubungkan antara kepemilikan mananjerial dengan nilai perusahaan. Christiawan dan Tarigan (2007) menguji kepemilikan manajerial dengan beberapa variabel. Salah satu variabel yang diuji yaitu nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa rata-rata nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih baik dibanding dengan rata-rata nilai perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Siallagan dan Machfoedz (2006) menguji kepemilikan manajerial, melalui mekanisme corporate governance, 5 dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas yang menempatkan variabel kepemilikan manajerial sebagai variabel independen, pada penelitian ini variabel kepemilikan manajerial ditempatkan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara kecakapan managerial dan nilai perusahaan. Penggunaan variabel kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi atas dasar pertimbangan bahwa manajer yang cakap akan semakin meningkatkan nilai perusahaan apabila manajer tersebut juga memiliki saham perusahaan, dibandingkan dengan manajer yang tidak memiliki saham perusahaan. Hubungan antara kecakapan manajerial dan nilai perusahaan akan lebih kuat dengan menggunakan kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi. Atas dasar uraian tersebut, penelitian ini akan menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah kecakapan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah kepemilikan manajerial yang berfungsi sebagai variabel pemoderasi mempengaruhi hubungan antara kecakapan manajerial dengan nilai perusahaan? 6 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu: 1. Menguji secara empiris pengaruh kecakapan manajerial terhadap nilai perusahaan. 2. Menguji secara empiris kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara kecakapan manajerial dengan nilai perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini bagi: 1. Pembaca dan peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya. 2. Akademisi Penelitian ini diharapakan mampu memberikan pengetahuan tambahan dalam dunia akademi, khususnya yang berkaitan dengan kecakapan manajerial dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. 3. Pemegang Saham Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. 7 1.5 Sistematika Pembahasan Bab I, Pendahuluan, menyajikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, Tinjauan Pustaka, memaparkan berbagai studi kepustakaan yang menjadi dasar penulis dalam mengajukan hipotesis, termasuk di dalamnya ulasan mengenai berbagai penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Bab III, Rancangan Penelitian, menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini. Bagian ini terdiri dari pemilihan sampel sesuai kriteria, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel penelitian, dan metode analisis. Bab IV, Analisis Data, menyajikan analisis akhir terhadap data yang telah dikumpulkan. Bab V, Penutup, memaparkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini. Dalam bab ini juga diungkapkan mengenai batasan penelitian, implikasi yang diharapkan dari penelitian ini dan saran penulis untuk penelitian selanjutnya.