UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS TEKS BERITA MELALUI METODE ATI KELAS VIII. F SMPN 2 SIGLI NANDA SAPUTRA Dosen Tetap STIT PGMI Al-Hilal Sigli Jl. Lingkar Keuniree Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Aceh E-mail: [email protected] Abstract Abstrak This study used the classroom action research which have eight grade students as the population of SMP Negeri 2 Sigli, such a large number of 36 students. This research was conducted by 2 cycles. The first tests (TO) the students got the avarage scores only 58,6, it means that only 9 students who have completed the subject essues. Besides that, the first cycle the students reached the average scores of 75,94. Furthermoere, in the second cycle the students average scores was better than that of ≥ 80 or it increased 97,2% classincally. Mean while, individually students score have improved each cycle. Although at the and of the evaluation is still one students who have < 7,0. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan siswa kurang kreatif dalam menuangkan ide dalam menuis teks berita, terdapat satu permasalahan, yaitu bagaimana penerapan model pembelajaran ATI terhadap kemampuan menulis teks berita. Metode penelitian ini menggunakan PTK. Populasi yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sigli yang berjumlah 36 siswa. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Pada tes awal (TO) perolehan nilai rata-rata siswa hanya mencapai 58,6 atau hanya 9 orang yang tuntas, sedangkan pada siklus 1 perolehan nilai rata-rata sebesar 75,94. Selanjutnya perolehan nilai siswa pada siklus 2 cukup baik, yaitu lebih dari 85% siswa mendapat nilai ≥ 8,0 dan perolehan rata-rata mencapai 81,78 yaitu meningkat sebesar 97,2% ketuntasan klasikal. Sementara itu, secara individual nilai siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya. Meskipun pada akhir evaluasi masih ada satu orang siswa yang mendapat nilai < 7,0. Keywords: learn, write, text message, Aptitude Treatment Interaction (ATI). Kata kunci: belajar, menulis, teks berita, Aptitude Treatment Interaction (ATI). Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 86 I. Pendahuluan pemahaman, dan penerapan informasi), A. Latar Belakang Masalah peningkatan kompetensi (keterampilan Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman atau dan penerimaan secara sadar terhadap memahami nilai, sikap, penghargaan, dan perasaan, sesuatu yang sebelumnya tidak mereka serta kemauan untuk berbuat atau pahami. Pengalaman itu terjadi karena merespons sesuatu rangsangan. Proses adanya interaksi antara seseorang atau perubahan (belajar) dapat terjadi dengan kelompok disengaja atau tidak disengaja. kelompok Interaksi dari seseorang intelektual dan sosial), serta pemilihan untuk dapat dengan itu lingkungannya. menimbulkan proses Belajar perubahan (belajar) pada manusia dan kegiatan selanjutnya lingkungan proses perubahan menghasilkan (development) seseorang dalam alamiah. Ada pada pemikiran bahwa anak akan kelompok yang yang sendiri kehidupan dalam Psikologi pendidikan merupakan dunia mengalami melalui kecendrungan dewasa ini untuk kembali lingkungannya, (Ambarjaya, 2012:7). sebuah baik perkembangan bagi atau itu lebih besar dengan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan dukungan banyak pihak. Didalamnya “mengetahui”nya. Pembelajaran yang terdapat berorientasi target penguasaan materi peserta administrator, didik, orang pendidik, tua, dan terbukti berhasil masyarakat, karena begitu banyaknya “mengingat” pihak gagal yang terlibat dalam dunia dalam jangka dalam kompetisi pendek, membekali tetapi anak pendidikan tersebut, sudah seharusnya memecahkan setiap pihak dapat memahami berbagai kehidupan jangka panjang dan itulah perilaku setiap individu sehingga dapat yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita, menunjukkannya (Riyanto, 2009:159). dalam dunia pendidikan dengan efektif. Seperti Ambarjaya (2012:7) mengatakan bahwa proses belajar akan bersama, memiliki persoalan yang dalam sudah diketahui masing-masing individu tingkat intelegensi yang menghasilkan perubahan dalam ranah berbeda, karena perbedaan tersebut, kognitif antara individu tidak mungkin sama (penalaran, penafsiran, Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 87 kemampuannya memecahkan (aptitude) suatu dalam dan yang keterampilan dihadapi. Dari kenyataan yang ada di hubungannya lapangan diketahui bahwa di antara keterampilan siswa beraneka terdapat persoalan membaca perbedaan dalam menulis. Setiap erat sekali itu dengan lainnya ragam. ketiga dengan cara Menyimak dan kemampuan sehingga dijumpai di setiap membaca berhubungan erat sebagai alat kelas adanya kelompok siswa yang untuk menerima komunikasi, sedangkan memiliki kemampuan kelompok tinggi, berbicara dan menulis berhubungan erat sedang, Untuk dalam hal mengekspresikan makna. mengapresiasi Menulis menuntut pengalaman, waktu, siswa dalam kesempatan, dalam rangka khusus, dan pengajaran langsung prestasi akademik/ menjadi seorang hasil belajar maka seorang guru harus 1994:8). dan rendah. mengakomodasi perbedaan dan individual pemmbelajaran mengoptimalkan pandai–pandai keterampilan penulis (Tarigan model Penelitian dilakukan pada siswa pembelajaran. Pengembangan model kelas VIII.F dikarenakan siswa kelas pembelajaran merupakan hal penting VIII.F sebagai solusi dari masalah peningkatan menulis teks berita, siswa belum bisa hasil belajar. mentransformasikan Dalam memilih latihan, peningkatan kualitas pendidikan, bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan terdapat kelemahan dalam ide-ide atau konsep yang ada dalam pikiran ke dalam sebuah tulisan. Berdasarkan wawancara yang pada jenjang pendidikan formal sangat dilakukan oleh peneliti dengan guru memegang peranan penting. Menyadari bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Sigli, pentingnya bahasa indonesia sebagai yaitu ibu Rasyidah yang mengajar siswa salah untuk kelas VIII.F,diperoleh gambaran bahwa berkomunikasi dan sebagai penopang sebagian besar siswa kelas VIII.F SMP pengembangan ilmu pengetahuan. Negeri 2 Sigli kurang serius dalam satu alat pemersatu Keterampilan berbahasa dalam kurikulum mencakup keterampilan disekolah empat segi, menyimak, belajar menulis teks berita, sehingga biasanya hasil belajarnya pun tergolong rendah. yaitu Menurut guru bahasa Indonesia SMP berbicara, Negeri nilai rata–rata ulangan harian Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 88 siswa dibawah standar yang diharapkan masing kelompok diberikan perlakuan yaitu dibawah dari 65 %, KKM untuk (treatment) yang pelajaran menulis sebesar 75. Penulis atau sesuai dan guru menduga model pembelajaran kelompok yang digunakan selama ini belum kemampuan efektif. Hal ini yang menyebabkan diberikan yaitu belajar mandiri (self rendahnya learning), hasil belajar bahasa siswa bagi VIII.F SMP 2 Sigli. Oleh karena itu diberikan diperlukan dengan metode untuk yang Bagi memiliki tinggi, treatment berkemampuan tindakan cocok karakteristiknya. Indonesia siswa, khusunya siswa kelas suatu dipandang yang kelompok siswa sedang dan pembelajaran rendah reguler pemberian memperbaiki proses pembelajaran dan untuk diharapkan terjadinya peningkatan hasil berkemampuan belajar diperlukan diberikan special treatment, bahasa Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, faktor yang kelompok tugas, yaitu berupa siswa rendah yang apabila pembelajaran dalam diidentifikasi penyebab rendahnya hasil bentuk re-teaching (pengulangan belajar siswa dan maupun proses tutorial yang diberikan di luar jam pembelajaran, maka untuk pelajaran. mengantisipasinya dilakukan suatu diimplementasikan model ATI akan Sehingga inovasi dalam penentuan pembelajaran dapat yang tepat sehingga dapat mencapai siswa kelas VIII.F SMP Negeri 2 Sigli. hasil belajar siswa yang optimal. meningkatkan dengan Penelitian hasil mengenai belajar model Ada suatu model pembelajaran yang pembelajaran ATI sebelumnya pernah berisikan juga dilakukan oleh Ni Made Pirayanti sejumlah pembelajaran atau (treatment) strategi yang (2012) dalam penelitiannya yang efektif digunakan untuk siswa tertentu berjudul “pengaruh penerapan model sesuai dengan perbedaan kemampuan pembelajaran ATI terhadap hasil belajar (aptitude) TIK siswa yakni model pembelajaran ATI. Model pembelajaran ATI ini siswa Laboratorium kelas VIII Undika SMP Singaraja”, menyatakan bahwa menunjukan bahwa siswa dibagi menjadi tiga kelompok, hasil belajar yaitu kelompok siswa berkemampuan pembelajaran tinggi, sedang, dan rendah. Masing- model siswa ATI dengan model lebih tinggi dari pembelajaran Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | konvensional. 89 Hasil penelitian lainnya mendukung diterapkan model yang meningkatkan kemampuan siswa kelas ini VIII dalam menulis teks berita di SMP adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohma (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “implementasi model pembelajaran ATI pada materi pertidaksamaan linier satu variabel Negeri 2 Sigli. II. Kajian Teoritis A. Pengertian Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Menurut Nurdin (2005: 37), kelas VII B SMP 2 Sigli”, menyatakan Secara subtantif dan teoritik Aptitude bahwa model pembelajaran ATI Efektif Treatment dan dapat digunakan sebagai alternatif diartikan sebagai suatu konsep atau dalam proses pembelajaran matematika pendekatan yang memiliki sejumlah di kelas dengan siswa yang mempunyai strategi kemampuan berbeda. digunakan Berdasarkan hasil uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dengan menerapkan model pembelajaran untuk dapat yang efektif individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Dipandang dapat memecahkan masalah tersebut adalah Interaction(ATI) pembelajaran dari sudut (Teoritik), Aptitude pembelajaran ATI sebagai salah satu Treatment Interaction(ATI) merupakan model pembelajaran yang menangani sebuah individu berisikan tertentu sesuai dengan konsep atau model sejumlah yang strategi kemampuannya masing-masing. pembelajaran (treatment) yang sedikit B. Rumusan Masalah banyaknya efektif digunakan untuk Bagaimana penerapan model siswa tertentu sesuai dengan pembelajaran ATI terhadap kemampuan karakteristik kemampuannya. Didasari menulis teks berita siswa kelas VIII.F oleh asumsi bahwa optimalisasi prestasi SMP Negeri 2 Sigli? akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model bagaimana pembelajaran penerapan ATI dalam penyesuaian pembelajaran (treatment) antara dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Sejalan dengan pengertian di atas, Cronbach yang dikutip Syafruddin Nurdin mengemukakan bahwa Aptitude Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 90 Treatment Interaction (ATI) approach pengaturan kondisi pembelajaran di adalah kelas atau dengan kata lain, prestasi sebuah berusaha pendekatan mencari dan yang menemukan akademik/hasil belajar yang perlakuan-perlakuan (treatment) yang diperoleh siswa tergantung kepada cocok dengan perbedaan (aptitude) bagaimana kondisi pembelajaran kemampuan siswa, yaitu perlakuan yang dikembangkan guru di kelas. (treatments) yang secara optimal diterapkan untuk siswa yang berbeda B. langkah-langkah Pembelajaran Model Aptitude Treatment Interaction (ATI) tingkat kemampuannya. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, dapat diperoleh makna esensial dari Aptitude Treatment Interaction (ATI) approach, sebagai ATIapproach merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah pembelajaran efektif strategi (treatment) digunakan untuk yang siswa tertentu sesuai dengan perbedaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di atas maka dapat diadaptasi beberapa langkah yang 2. Sebagai sebuah kerangka teoritik ATI approach berasumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar akan tercipta bila mana perlakuan-perlakuan pembelajaran dalam disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. 3. Terdapat hubungan timbal balik prestasi 1. Melaksanakan pengukuran kemampuan masing-masing siswa melalui tes kemampuan (aptitude testing). Hal ini dilakukan guna untuk mendapatkan data yang jelas tentang karakteristik kemampuan (aptitude) siswa. kemampuannya. antara prinsip-prinsip dilakukan dalam pembelajaran, yaitu: berikut 1. Model Berdasarkan akademik/hasil 2. Membagi siswa atau mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok sesuai dengan klasifikasi yang didapatkan dari hasil aptitude Pengelompokan siswa testing. tersebut diberi label tinggi, sedang dan rendah. 3. Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kelompok belajar yangdicapai siswa dengan Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 91 (tinggi, sedang dan rendah) dalam secara regular. Hal ini dimaksudkan pembelajaran. agar 4. Bagi kelompok psikologis siswa yang berkemampuan rendah tidak merasa (aptitude) diperlakukan sebagai siswa nomor tinggi, perlakuan (treatment) yang dua di kelas. Re-teaching-Tutorial diberikan yaitu belajar mandiri (self dipilih sebagai perlakuan khusus learning) dengan untuk kelompok rendah, didasarkan memiliki modul siswa secara kemampuan atau menggunakan buku-buku yang pada pertimbangan bahwa mereka relevan. Pemilihan belajar mandiri lambat dan sulit dalam memahami melalui modul didasari anggapan secara menguasai bahan pelajaran. bahwa siswa akan lebih baik jika Oleh karena itu kelompok ini harus dilakukan dengan cara sendiri yang mendapat apersiasi khusus berupa terfokus langsung pada penguasaan bimbingan dan bantuan belajar tujuan khusus atau seluruh tujuan. dalam Dengan dengan pelajaran kembali melalui tambahan menggunakan modul siswa dapat jam pelajaran (re-teaching) dan mengontrol tutorial (tutoring), sehingga dengan kata lain kecepatan masing- bentuk masing, serta maju sesuai dengan cara kemampuannya. menguasai 5. Bagi kelompok siswa yang demikian pengulangan mereka pelajaran bisa yang diberikan. Karena seperti diketahui berkemampuan sedang dan rendah bahwa diberikan pembelajaran regular atau pembelajaran atau program tutoring pembelajaran adalah untuk memberikan bantuan konvensional sebagaimana mestinya. 6. Bagi kelompok mempunyai siswa kemampuan salah satu dalam pembelajaran kepada siswa yang yang lambat, sulit dan gagal dalam rendah belajar, agar diberikan special treatment, yaitu prestasi akademik/hasil berupa pembelajaran dalam bentuk secara optimal. re-teaching dan tutorial. Perlakuan (treatment) dapat mencapai belajar C. Fungsi dan Tujuan Menulis setelah Fungsi utama menulis adalah mereka bersama-sama kelompok sebagai alat komunikasi yang tidak sedang diberikan tujuan mengikuti pembelajaran Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 92 langsung, sangat penting bagi pendidik yang karena mengamati dan mencatat, (Djojosuroto, memudahkan para pelajar berpikir, serta dapat menolong kita berpikir secara kritis, dan juga dapat memudahkan kita menikmati memperdalam merasakan dan hubungan-hubungan, daya tanggap diinginkan dengan jalan 2010:46). Observasi mengamati proses dilakukan aktivitas untuk siswa pembelajaran selama berlangsung. atau Untuk mendapatkan data mengenai persepsi kita, memecahkan maalah- aktivitas siswa tersebut, maka dibuat masalah yang kita hadapi, menyusun pedoman observasi dengan komponen urutan bagi pengalaman. dan deskriptor sesuai dengan kelompok. Untuk pertemuan siklus pertama dan D. Pengertian Berita Chaer (2010:11) mengungkapkan kedua, siswa kelompok 1 belajar bahwa berita adalah suatu peristiwa atau mandiri dengan menggunakan modul kejadian di dalam masyarakat, lalu selama 1x40 menit dan pada akhir kejadian atau peristiwa itu diulangi pelajaran dalam bentuk kata-kata yang disiarkan mendapatkan penjelasan secara umum secara tertulis dalam media tulis (surat siswa bergabung untuk dari guru mata pelajaran dan membahas kabar, majalah, dll), atau dalam media soal latihan bersama kelompok 2 dan 3. suara (radio,dsb), atau juga dalam Sedangkan tes akhir dilakukan pada media suara dan gambar (televisi). akhir siklus kedua. Observasi yang dilakukan dalam III. Metodologi Penelitian penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. atau pengamatan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan perhatian observasi langsung, dimana observer mengamati secara langsung kegiatan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi diberi digunakan dalam rangka pengumpulan penuh adalah yang dilakukan peneliti. Data yang A. Observasi Observasi ini untuk menyadari skor 1 untuk deskriptor yang tampak dan diberi skor 0 untuk deskriptor yang tidak tampak, kemudian dihitung nilai untuk setiap komponen pada setiap pertemuan dengan rumus: adanya sesuatu rangsangan tertentu Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 93 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑠𝑘𝑟𝑖𝑝𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑠𝑘𝑟𝑖𝑝𝑡𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 IV. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pembelajaran menulis B. Tes Tes yang dilakukan terdiri dari dua melalui model Aptitude (ATI) macam tes yaitu tes awal (prasiklus) dan tes Interaction akhir pada siklus II. Tes tersebut berbentuk keterampilan siswa dalam menulis teks tes uraian dan merupakan tes tertulis. berita.Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Nurgiyantoro, (2012:112) Tes prasiklus dengan adalah jenis tes kemampuan awal yang pembelajaran dilakukan sebelum peserta didik mengalami dilaksanakan sebanyak dua siklus. model dapat Treatment ATI menulis meningkatkan khususnya teks pada berita Tiap siklus dilaksanakan 1 kali proses belajar dalam suatu mata pelajaran. untuk pertemuan. Pelaksanaan penelitian dimulai mengetahui kemampuan peserta didik yang pada tanggal 29 April 2013. Setelah berkenaan dengan kompetensi atau bahan penggunaan model ATI diterapkan terjadi ajar yang akan dipelajarinya. Informasi peningkatan kemampuan siswa khususnya yang diperoleh dari pemberian pretes dapat dalam pembelajaran menulis, yaitu menulis dimanfaatkan untuk menentukan kebijakan teks berita. Pada tes awal (TO) perolehan dalam nilai rata-rata siswa hanya mencapai 58,6 Tes prasikus dimaksudkan melaksanakan kegiatan atau hanya 9 orang yang tuntas, sedangkan pembelajaran. Tes awal dilakukan sebelum siswa diberi perlakuan. Tes ini digunakan untuk mendapat gambaran tingkat kemampuan siswa, kemudian digunakan sebagai acuan untuk mengelompokan pada siklus 1 perolehan nilai rata-rata sebesar 75,94 atau mengalami peningkatan sebanyak 72,2%. Selanjutnya perolehan nilai siswa pada siklus 2 cukup baik, yaitu lebih dari 85% siswa mendapat nilai ≥ 8,0 dan perolehan rata-rata mencapai 81,78 siswa pada kelompok tinggi, sedang, siswa dan akhir Sementara itu, secara individual nilai siswa diberikan pada akhir dari penerapan mengalami peningkatan tiap siklusnya. model ini Meskipun pada akhir evaluasi masih ada mendapatkan satu orang siswa yang mendapat nilai < 7,0. gambaran hasil belajar siswa secara Hal ini disebabkan oleh kemampuan dan keseluruhan minat belajar siswa yang rendah, selain itu rendah. Sedangkan pembelajaran digunakan untuk setelah ATI. tes Tes mengalami penerapan model pembelajaran ATI. tuntas belajar secara klasikal. siswa tersebut juga sering absen di kelas. Jika dilihat dari keberhasilan secara klasikal Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 94 setelah diterapkan model pembelajaran ATI keterampilan menulis. Dalam pelaksanaan siswa kelas VIII SMPN 2 Sigli telah pembelajaran, kelompok sedang dan rendah mencapai standar ketuntasan yaitu lebih ditugaskan untuk membuat teks berita dari 85% siswa di kelas sudah mendapatkan dengan tema yang telah ditentukan. nilai ≥ 70 untuk menulis teks berita. V. Penutup Meningkatnya nilai yang diperoleh siswa pada tiap siklus, merupakan dampak dari penggunaan diterapkan oleh model guru ATI dalam yang proses pembelajaran. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara langsung serta memberikan perlakuan yang sesuai dengan kemampuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melihat sekaligus menilai siswa yang berkemampuan tinggi, sedang atau rendah. Dengan mengetahui tingkat kemampuan siswa, guru akan lebih mudah untuk memberikan perlakuan kepada setiap siswa. Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, selama proses belajar mengajar siswa kelompok tinggi, perlakuan yang diberikan adalah belajar menggunakan modul, sedangkan siswa kelompok sedang dan rendah melakukan kegiatan yang berbeda dengan kelompok tinggi. Selama pelaksanaan tindakan siklus 1 hingga siklus 2, beberapa kegiatan yang dilakukan oleh siswa kelompok sedang dan rendah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar terutama keterampilan menulis. Dalam pelaksanaan pembelajaran, A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis dalampenelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian menyatakan hasil belajar siswa khususnya pada keterampilan menulis dengan model pembelajaran ATI dapat meningkatkan kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sigli. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya perbedaan menulis teks berita antarindividu dengan model pembelajaran ATI dan siswa yang diajar dengan metode konvensional. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ATI memiliki pengaruh dan efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks berita. Model ATI merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mengukur kemampuan siswa melalui tes kemampuan, serta membagi siswa atau mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok memberikan perlakuan (treatment) kepada masing- masing kelompok (tinggi, sedang dan rendah) dalam pembelajaran. kelompok sedang dan rendah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar, terutama Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 95 proses pembelajaranpun dapat berjalan B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan efektif. disarankan kepada guru SMP Negeri 2 Sigli yang mengajar khususnya mengajar bahasa Indonesia pada mata pelajaran menulis teks berita, agar dapat menggunakan model pembelajaran ATI pada pembelajaran menulis teks berita, hal ini dilakukan sebagai penentuan tingkat kemampuan siswa secara individu, sehingga dapat memberikan perlakuan menyampaikan materi dalam pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya model pembelajaran ATI dapat dikembangkan kemampuan lagi dengan menulis meneliti yang lain. Pada umumnya model pembelajaran ATI bisa di aplikasikan dalam pembelajaran yang lain, tidak hanya terpaku kepada mata pelajaran bahasa Indonesia. Peneliti harus lebih fokus dalam mengamati berlangsung proses pembelajaran terhadap yang masing-masing kelompok. Khususnya kelompok rendah yang masih kebanyakan siswa tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, bahan ajar yang digunakan untuk kelompok tinggi hendaknya memakai modul. Durasi waktu juga perlu diperhatikan, agar pembelajaran yang akan disampaikan dapat tersampaikan semuanya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 96 Daftar Pustaka Akhadiah, S. dkk. 2002.Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.p14. Ambarjaya, Beni S. 2012. Psikologi Pendidikan Pengajaran. Jogjakarta: CAPS. Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arsyad. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset. Chaer, Abdul. 2010. BahasaJurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati,. Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Djojosuroto, kinayati. & M.L.A, Sumaryati. 2010. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa & Sastra. Bandung: NUANSA. Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Latifah. Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: GP Press Group. Lestari, Erma. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X.3 PadaMata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjung Raja Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). tidak dipublikasikan. Berbasis Kompetensi. Quantum Teaching. Jakarta: Pirayanti, Ni Made. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap hasil belajar TIK siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Undika Singaraja. tidak dipublikasikan. Riyanto, Yatim. 2012. Pradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Penanda Media Group. Rohma, Nur. 2007. Implementasi Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada materi pertidaksamaan linier satu variabel kelas VII B Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Lumajang. tidak di publikasikan. Sanjaya, Wina. 2011. Tindakan Kelas. Kencana. Penelitian Jakarta: Suryosubroto, S. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: kencana Nurdin, Syafruddin. 2005. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 97