vitamin d

advertisement
VITAMIN D
Diajukan sebagai salah satu tugas dari Mata Kuliah Farmakologi Kebidanan
Dosen Pembimbing: Adi Saputra S.Kep,M.Kes
Disusun Oleh:
1.Petra Welly Utami
(31305033)
2.Puput Wita Sari
(31305034)
3.Putri Ariyanti
(31305035)
4.Putri Malesa Apana
(31305036)
5.Rahma Robiah
(30315037)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan rahnat-Nya yang telah
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas
dari mata kuliah Farmakologi Kebidanan.
Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dosen pembimbing Bapak Adi Saputra S.Kep,M.Kes yang telah banyak
memberikan semangat dalam membantu menyelesaikan tugas yang berjudul “Vitamin D”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palembang,
Penulis
April 2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Vitamin D .................................................................................................. 3
2.1 Jenis Vitamin D............................................................................................................ 3
2.3 Fungsi Vitamin D ......................................................................................................... 4
2.4 Metabolisme Vitamin D ............................................................................................... 5
2.5 Sumber Vitamin D ....................................................................................................... 7
2.6 Defisiensi Vitamin D ................................................................................................... 8
2.7 Sistem Regulasi ............................................................................................................ 8
2.7.1 Regulasi Sekresi Hormon .................................................................................. 8
2.7.2 Regulasi Proliferasi dan Diferensiasi ................................................................. 9
2.7.3 Regulasi Fungsi Imun ........................................................................................ 9
2.8 Peranan Klasik Vitamin D ........................................................................................... 10
2.9 Peranan Non Klasik Vitamin D ................................................................................... 11
2.10 Dampak dari Kekurangan dan Kelebihan Vitamin D ................................................. 15
2.10.1 Dampak Kekurangan Vitamin D .................................................................... 15
2.10.2 Dampak Kelebihan Vitamin D ....................................................................... 16
2.11 Apsosi Transportasi dan Penyimpanan ...................................................................... 16
2.12 Farmakokinetik Vitamin D ........................................................................................ 16
2.13 Dosis Pemakaian Vitamin D ...................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 17
3.2 Saran ............................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang tidak dapat dibetuk oleh tubuh dan
dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Vitamin harus didatangkan dari makanan.Vitamin
termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin
mempunyai tugas spesifik di tubuh. Vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan.
Maksud vitamin berasal dari bahasa Latin yaitu vita (dibutuhkan untuk hidup) danamine (unsure
nitrogen). Oleh sebab itu, diberikan nama vitamine. Setelah dilakukanpenelitian selanjutnya,
dibuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamine yang tidak merupakan amine. Kemudia, istilah
vitamine diubah menjadi vitamin.
Terdapat dua jenis vitamin yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut
lemak adalah vitamin A, D, E dan K. Vitamin C dan D pula merupakan vitamin larut air. Dalam
makalah ini, akan dibahaskan tentang salah satu vitamin larut lemak yaitu vitamin D. Sebagian besar
vitamin larut lemak diabsorpsi bersama lipida lain. Absorpsi membutuhkan cairan empedu dan
pankreas. Vitamin larut lemak akan diangkut ke hati melalui sistem limfe sebagai bagian dari
lipoprotein kemudian disimpan di beragai jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.
Vitamin D adalah nama yang diberikan untuk dua zat terlarut-lemak yang terkait, yaitu
kolekalsiferol dan ergokalsiferol, yang umumnya memiliki kemampuan untuk mencegah atau
mengobati penyakit rakhitis. Sebelum ditemukannya vitamin D, persentase anak-anak perkotaan
yang tinggal di kawasan-kawasan bersuhu tinggi semakin meningkat yang mengalami penyakit
rakhitis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari vitamin D?
2. Apa saja jenis vitamin D?
3. Apa saja fungsi vitamin D?
4. Bagaimanakah metabolism vitamin D?
5. Bagaimanakah defisiensi vitamin D?
6. Apa saja akibat kekurangan vitamin D?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang vitamin D dan manfaat dari vitamin D
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari vitamin D
2. Mengetahui jenis vitamin D
3. Memahami dan mengetahui fungsi vitamin D
4. Mengetahui metabolisme vitamin D
5. Mengetahui defisiensi vitamin D
6. Mengetahui akibat kekurangan vitamin D
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Vitamin D
Vitamin D atau kalsiferol merupakan vitamin yang termaksud dalam grup vitamin yang larut
dalam lemak prohormon. Nama lain vitamin D yaitu kalsiferol diambil berdasarkan International
Union of Pure and Applied Chemist (IUPAC). Vitamin ini mempunyai peran yang sangat penting
dalam pembentukan struktur tulang dan gigi. Beberapa sumber vitamin D adalah jeruk, stroberi,
tomat, brokoli dan sayur sayuran hijau.
Vitamin D biasa disebut juga dengan vitamin sinar matahari karena vitamin tersebut dapat di
produksi dengan menggunakan sinar matahari. Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak
dan masuk dalam keluarga senyawa yang meliputi vitamin D1, D2, dan D3. Hal ini dapat
mempengaruhi sebanyak 2.000 gen dalam tubuh.
Vitamin ini sendiri merupakan turunan dari molekul steroid yang merupakan salah satu
turunan dari kolesterol. Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3.
Aktivasi vitamin D dilakukan oleh hormon paratiroid. Vitamin D2 atau dikenal juga dengan nama
ergokalsiferol ini berasal dari turunan senyawa kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi dan
tanaman. Vitamin D3 (kolekalsiferol) sendiri berasal dari turunan senyawa 7-dehidrokolesterol.
Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia. Pada ginjal, vitamin D
dikonversi menjadi bentuk aktif yang disebut 1,25-dihydroxycholecalciferol.
Gambar 1. Struktur kimia vitamin D2 dan vitamin D3 (Holick, 2007).
2.2 Jenis Vitamin D
Awalnya disangka hanya terdapat satu ikatan kimia dengan kegiatan vitamin D, tetapi
ternyata terdapat beberapa ikatan organic yang mempunyai kegiatan vitamin D ini.Berbagai jenis
vitamin D ini terdapat dari hasil penyinaran beberapa jeis cholesterol dengan sinar ultraviolet antara
lain :
1. Vitamin D1 terdapat pada penyinaran Ergosterol dari bahan tumbuhan. Kemudian ditemukan
bahwa vitamin D1 adalah campuran dari dua jenis vitamin, yang diberi nama Vitamin D2 dan
vitamin D3, sedangkan struktur molekuler vitamin D1 sendiri sebenarnya tidak ada.
2. Vitamin D3 didapat dari bahan khewani, 7-dehydro cholesterol, suatu minyak yang terdapat
dibawah kulit. Pada manusia pun vitamin D3terbentuk di bawah kulit dari 7-dehydro cholesterol
tersebut dengan penyinaran ultraviolet yang berasal dari sinar matahari vitamin D3 disebut juga
cholecalciferol.
3. Vitamin D yang dihasilkan dari penyinaran ergosterol kemudian diberi nama vitamin D2 atau
calciferol. Calciferol yang dilarutkan di dalam minyak terdapat di pasaran dengan nama viosterol.
4. Ada lagi vitamin D4 yang berasal dari minyak nabati yang mengandung 22-dehydro cholesterol,
setelah disinari ultraviolet.
Vitamin D berbentuk Kristal putih yang tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam minyak
dan zat-zat pelarut lemak. Vitamin ini tahan terhadap panas dan oksidasi. Penyinaran ultraviolet mulamula menimbulkan aktivitas vitamin D, tetapi bila terlalu kuat dan terlalu lama terjadi pengrusakan
dari zat-zat yang aktif tersebut.
2.3 Fungsi Vitamin D
Vitamin D merupakan satu-satunya vitamin yang diketahui berfungsi sebagai prohormon.
Vitamin D mengalami dua kali hydroksilasi untuk mendapat aktifitasnya sebagai hormon. Pertama
dihydroksilasi pada C25 yang terjadi di dalam sel hati, kemudian disusul oleh hydroksilasi kedua pada
C1 yang terjadi di ginjal. 1,25 dihydroksi calciferol merupakan hormon yang mengatur sintesa protein
yang mentransfor calcium ke dalam sel, disebut Calsium Binding Protein (CaBP). Jadi agar vitamin
D dapat melaksanakan tugasnya, diperlukan kondisi hati dan ginjal yang sehat. Efek kegiatan vitamin
D tampak pada hal-hal berikut :
1. Meningkatan absobsi Ca dan Phosphat di dalam usus. Untuk penyerapan Ca yang
baik,
diperlukan perbandingan yang sesuai dengan tersedianya phosphate didalam hidangan.
Perbandingan yang baik terletak di sekitar 1 Ca : 1P, penye rapan Ca akan terganggu bila
perbandingan tersebut di bawah 1Ca : 4 Phosphat. Perbandingan ini akan memberikan sifat
rakhitogenik kepada hidangan, yaitu hidangan yang akan mendukung terjadinya rakhitis. Pada
perbandingan Ca dan phosphat yang sesuai, vitamin D meningkatkan penyerapan Ca. penyerapan
Ca ke dalam sel usus dilaksanakan melalui mekanisme Ca-binding protein (CaBP), yang
sintesanya diatur oleh hormone 1,25 dihydroksi calciferol.
2. Mendorong pembentukan garam-garam Ca didalam jaringan yang memerlukannya. Garam Ca
diperlukan di beberapa jaringan untuk memperkuat struktur jaringan tersebut misalnya pada
tulang-tulang dan gigi-geligi. Yang terdapat didalam jaringan keras ini garam karbonat dan garam
phosphat, juga fluoride dari Calcium. Garam Ca di dalam jaringan keras terdapat dalam suatu
keseimbangan dinamis dengan kondisi cairan tubuh, artinya terjadi suatu fluks yang sama antara
Ca yang masuk ke jaringan keras dengan yang keluar dari jaringan tersebut. Melalui pengaturan
sintesa CaBP, Vitamin D menyediakan kondisi yang optimum bagi pembuatan garam Ca di
dalam jaringan tersebut. Disamping hormon 1,25 dihydroksi calciferol, hormone parathyroid juga
berpengaruh pada pengaturan kadar Ca di dalam cairan tubuh dan di dalam jaringan.
3. Vitamin D juga berpengaruh meningkatkan resorpsi phosphat di dalam tubuli ginjal, sehingga
meningkatkan kondisi konsentrasi Ca dan phosphate di dalam jaringan untuk sintesa garam Ca
phosphat.
2.4 Metabolisme Vitamin D
Kebutuhan vitamin D dipenuhi melalui diet dan pajanan sinar matahari di kulit. Pajanan sinar
matahari ke kulit menginduksi konversi fotolitik dari 7-dehydrocholesterol menjadi previtamin D3
yang diikuti oleh isomeriasi termal vitamin D3. Bila kulit terpajan sinar matahari atau sumber
penyinaran artifisial tertentu, radiasi ultraviolet memasuki epidermis dan menyebabkan transformasi
7,8-dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol). Selanjutnya vitamin D3 dibawa ke hati dan
dimetabolisir menjadi 25(OH)D oleh mitokondria hati dan enzim mikrosom. Pembuatan 25(OH)D
di hati diatur oleh mekanisme umpan balik, yakni peningkatan konsumsi diet dan produksi endogen
vitamin D3. Setelah pembentukan di hati, 25(OH)D akan dibawa ke ginjal oleh protein pengikat
vitamin D (Vitamin D binding protein) dan mendapat tambahan C1 dan C24. Aktivitas 25(OH)D di
mitokondria ginjal ditingkatkan oleh hipokalsemia dengan meningkatkan konversi 25(OH)D menjadi
1,25(OH)2D (Baeke et al., 2010).
Gambar 2. Proses Metabolisme Vitamin D (Baeke et al., 2010)
Dalam proses bioaktifasi vitamin D formasi bentuk 1,25(OH)2D dari
25(OH)D dalam kondisi fisiologi normal, utamanya dilakukan di ginjal, tetapi
ternyata terdapat beberapa organ lain yang dapat melakukan perubahan tersebut
terutama dalam kondisi spesifik (kehamilan, gagal ginjal kronik, sarkoidosis,
tuberkulosis, kelainan granulomatosa dan rheumatoid arthritis). Setelah menjadi
metabolit aktif vitamin D (1,25(OH)2D3 maka vitamin D dapat dimanfaatkan oleh
berbagai jaringan perifer (gambar 2).
Gambar 2. Target vitamin D dalam tubuh (Baeke et al., 2010)
1,25(OH)2D yang diproduksi di ginjal dan plasenta, pertama berikatan dengan
protein pengikat vitamin D dibawa ke berbagai target organ, lalu bentuk bebas
diambil oleh sel serta dibawa ke protein reseptor inti khusus. Reseptor vitamin D
(VDR) merupakan reseptor golongan steroid-retinoid-thyroid hormone-vitamin D.
VDR berinteraksi dengan reseptor asam retinoic X (RXR) ke bentuk kompleks
heterodinamik (RXR-VDR) dan mengikat DNA spesifik dinamakan vitamin D
respon elemen (VDRE) pada promotor region yang selanjutnya terlibat dalam proses
Ikatan RNA pollymerase ke start site transkripsi atau membantu mengurai chromatin
pada site gen melalui rekruitmen histone acetyl transferases (HAT), yang
memungkinkan terjadinya proses transkripsi (gambar 3) (Bikle, 2009).
Gambar 3. Jalur vitamin D reseptor (Bikle, 2009)
2.5 Sumber Vitamin D
Dalam bentuk suplemen tersedia saat ini, vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3
(cholecalciferol). Bentuk D3 memiliki kelebihan, karena lebih efektif yang dibutuhkan dosis yang
lebih sedikit. Selain efek samping yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jenis D2.
Vitamin D3 juga lebih alami dari vitamin D2, karena jenis ini merupakan hasil dari tubuh
prodiksi setelah terpapar sinar matahari. Produk D2 biasanya hasil produksi jamur yang telah
mengalami radiasi.
Sumber makanan yang mengandung vitamin D adalah keju, salmon, telur, susu, daging sapi
dan minyak ikan cod. Paparan sinar matahari juga akan aktif diubah menjadi vitamin D dalam tubuh.
Sekitar 15-20 menit dari paparan matahari (tanpa tabir surya karena menghalangi sinar ultraviolet
yang diperlukan untuk produksi vitamin D) bisa sangat menguntungkan. Matahari benar-benar
menyebabkan kulit Anda untuk memproduksi vitamin D3 yang kemudian diubah oleh hati dan ginjal
untuk bentuk hormon aktif vitamin D. Dengan paparan sinar matahari yang tepat, tubuh Anda benarbenar dapat menghasilkan sampai 10.000-25.000 IU vitamin.
2.6 Defisiensi Vitamin D
Defisiensi vitamin D memberikan penyakit rakhitis (rickets) atau disebut pula penyakit
inggris, karena mula-mula banyak terdapat dan dipelajari di negeri inggris. Sebelum diketahui adanya
vitamin sebagai zat gizi. Penyakit ini merupakan problema gawat sekali di Negeri inggris, di mana
anak-anak tidak dapat dikenai cukup sinar matahari untuk jangka waktu sangat panjang, karena hidup
di lorong-lorong kota London, yang tidak pernah terkena sinar matahari karena terlindung oleh
bayangan gedung-gedung yang tinggi.
Secara umum di Indonesia penyakit ini tidak perlu dirisaukan, tetapi kasus sporadis mungkin
masih dijumpai pada anak-anak atau para wanita yang karena adat istiadat sdikit sekali terkena sinar
matahari.
Konsumsi berlebihan vitamin D dapat pula memberikan gejala-gejala Hypervitaminosis D.
Kondisi ini mungkin terjadi pada anak-anak yang mendapat tetes konsentrat minyak ikan yang terlalu
banyak untuk jangka waktu lama. Hypervitaminosis D menyebabkan perkapuran di dalam jaringan
yang bukan biasanya, sepertidi dalam organ-organ vital ginjal dan sebagainya.
2.7 Sistem Regulasi Vitamin D
2.7.1 Regulasi sekresi hormon
1,25-dihidroksivitamin D (1,25(OH)2D3) berperan penting dalam
mengatur sekresi hormon untuk menjaga homeostasis mineral tulang dalam
batas normal dan juga sekresi insulin.
1. Para Thyroid Hormon (PTH)
1,25-dihidroksivitamin D (1,25(OH)2D3) menghambat sintesis dan
sekresi PTH serta mencegah proliferasi kelenjar tiroid. Gen paratiroid
mengandung
VDREs
negatif
akibat
supresi
1,25(OH)2D3.
PTH
menstimulasi produksi 1,25(OH)2D di ginjal dan inhibisi produksi dan
sekresi PTH melalui mekanisme umpan balik.
2. Insulin
1,25-dihidroksivitamin D (1,25(OH)2D3) menstimulasi sekresi insulin
melalui mekanisme yang belum jelas.
3. Fibroblast Growth Factor-23 (FGF23)
Fibroblast Growth Factor-23 (FGF23) terutama dihasilkan di tulang
khususnya
oleh
osteoblas
dan
osteosit.
Mekanisme
menstimulasi proses ini belum diketahui secara jelas.
1,25(OH)2D3
2.7.2 Regulasi Proliferasi dan Diferensiasi
1. Epidermis dan folikel rambut
Secara fisiologis, epidermis tidak hanya dapat membuat vitamin D
akan tetapi juga dapat mengubahnya menjadi 1,25(OH)2D3 pada sel yang
sama. 1,25(OH)2D3 memungkinkan keratinosit untuk meningkatkan respon
imun innate dan menekan mekanisme autoimun. Selain itu, 1,25(OH)2D3
juga meningkatkan diferensiasi keratinosit dan menghambat proliferasi.
2. Kanker
1,25-dihidroksivitamin D (1,25(OH)2D3) memiliki aktivitas anti kanker
yang potensial. Ada beberapa sel ganas yang mengekspresikan VDR,
sehingga 1,25(OH)2D3 diharapkan dapat berperan dalam pencegahan dan
pengobatan keganasan termasuk efek antiproliferasi, prodiferensiasi pada
sebagian besar jenis sel. Secara khusus 1,25(OH)2D3 menstimulasi ekspresi
inhibitor siklus sel p21 dan p27 serta ekspresi molekul adhesi sel, Ecadherin, dan menginhibisi aktivitas transkripsional catenin. Pada
keratinosit, 1,25(OH)2D3 meningkatkan perbaikan terhadap kerusakan DNA
yang diinduksi oleh radiasi UV, mengurangi apoptosis dan meningkatkan
daya tahan setelah radiasi UV dan meningkatkan p53.
2.7.3 Regulasi fungsi imun
Peranan vitamin D dan metabolit aktifnya 1,25(OH)2D3 dalam
memodulasi respon imun didasarkan atas:
1. Adanya VDR pada makrofag, sel monosit, sel limfosit T dan B yang
teraktivasi.
2. Kemampuan makrofag, sel dendritik, sel T dan B teraktivasi untuk
mengekspresikan CYP27B1 (enzim yang memproduksi 1.25(OH)2D3).
3. Kemampuan 1,25(OH)2D3 untuk mengatur proliferasi dan fungsi makrofag,
sel dendritik, serta sel T dan B .
Vitamin D sebagai sistem endokrin memiliki kemampuan dalam
mengontrol infeksi, penyakit autoimun dan toleransi pada transplantasi organ.
Hal ini berdasarkan kemampuan 1,25(OH)2D3 yang mempunyai efek
prodiferensiasi dari makrofag monosit, antigen presenting cell (APC), sel
dendritik (DC), dan limfosit
1,25(OH)2D3 juga berfungsi sebagai ajuvan bagi vaksin, mekanismenya
adalah
1,25(OH)2D3
menginduksi
p21
dan
C/EBPβ
yang
dapat
memediasi peningkatan
fungsi
imun
makrofag-monosit,
1,25(OH)2D3
menginduksi p21 yang berperan secara langsung pada proses diferensiasi
monosit menjadi makrofag matang. C/EBPβ adalah faktor transkripsi yang
penting bagi makrofag yang berfungsi sebagai antibakteria, antivirus, dan
antitumor, dan penting juga dalam sintesis IL-12, sebuah sitokin yang
memediasi potensi fungsi Th1. 1,25(OH)2D3 menginduksi ekspresi C/EBPβ di
sel makrofag yang berkontribusi pada peningkatan diferensiasi monosit
menjadi makrofag yang dimediasi oleh 1,25(OH)2D3, fungsi imun, dan
kemampuan tubuh melawan bakteria, dan pertumbuhan sel tumor.
Secara umum, mekanisme yang mendasari kemampuan 1,25(OH)2D3
dalam aksi imunitas merupakan reaksi feedback dari parakrin untuk
mengurangi inflamasi atau mempengaruhi diferensiasi sel T CD4 dan atau
meningkatkan fungsi
Gambar 4. Peranan Vitamin D terhadap sistem Imunitas (Nagpal et al., 2001)
2.8 Peranan Klasik Vitamin D
Vitamin D sebagai sistem endokrin adalah komponen penting dalam interaksi antara ginjal,
tulang, hormon paratiroid, dan usus yang hasilnya menjaga kadar kalsium ekstraseluler selalu dalam
batas normal sehingga dapat berguna dalam proses vital fisiologi dan integritas skeletal
1. Pada Usus
peranan vitamin D sangat penting dalam proses absorpsi kalsium dan fosfat dari
makanan. 1,25(OH)2D3 merangsang mekanisme mengambilan dan transpor kalsium secara
aktif ditingkat seluler. Di skeleton, vitamin D mempunyai peranan yang sangat penting untuk
pembangunan dan pemeliharaan mineralisasi skeleton. Pertumbuhan dari tulang membutuhkan
kalsium dan 1,25(OH)2D3 membuat formasi osteoblastik tulang yang optimal. Selain itu
resorpsi osteoklastik juga sangat membutuhkan 1,25(OH)2D3 dan VDR. Komponen tersebut
sangat dibutuhkan sehingga bila tidak ada satu komponen saja maka proses keseimbangan di
skeleton tidak akan berlangsung dengan baik.
2. Pada Kelenjar Tiroid
Vitamin D merupakan suatu sistem endokrin yang sangat berpotensi sebagai modulator
dari fungsi paratiroid. Dimana defisiensi vitamin D menyebabkan hiperplasia dari paratiroid
yang akibatnya terjadi peningkatan sintesis dan sekresi PTH. Pemberian 1,25(OH)2D3 akan
menghambat sintesis PTH dan pertumbuhan sel paratiroid sehingga pemberian 1,25(OH)2D3
sebagai terapi bagi hiperparatiroidisme pada pasien gagal ginjal kronik
3. Pada Ginjal
peran terpenting dari efek endokrin 1,25(OH)2D di ginjal adalah kontrol yang ketat dari
hemostasisnya sendiri melalui mekanisme supresi dari 1α-hydroxylase dan menstimulasi 24hydroxylase dan melalui ekspresi dari megalin di tubulus proksimal.
2.9 Peranan Non Klasik Vitamin D
Berbagai penelitian genetika, nutrisi dan epidemiologi, serta bukti ilmiah
terbaru yang berkaitan dengan defisiensi vitamin D tidak hanya berhubungan dengan
gangguan dari hemostasis kalsium tetapi juga banyak yang berkaitan dengan
hipertensi, fungsi otot, imunitas dan kemampuan menahan infeksi, penyakit autoimun
dan kanker. Pada bagian ini akan sedikit dibahas tentang peran vitamin D selain dari
perannya secara klasik yang memelihara homeostasis kalsium dan sistem skeleton.
1. Supresi pertumbuhan sel.
1,25(OH)2D3 menghambat proliferasi klonal dari berbagai varietas sel
leukemia pada manusia. Selain itu 1,25(OH)2D3 juga merangsang diferensiasi sel
secara normal dan membuat prekursor sel leukemia mieloid menjadi lebih matur
dan kurang agresif. Hasil dari penelitian ini membuka beberapa penelitian baru
yang mencoba membuktikan potensi dari calcitriol sebagai terapi dari leukemia
dan kelainan mieoproliperatif. Peranan protektif vitamin D terhadap kejadian
kanker juga dibuktikan dengan hubungan yang kuat secara epidemiologi antara
kanker prostat, mammae dan kolon dengan defisiensi vitamin D. Aksi
antiproliferatif dari vitamin D lebih bersifat autokrin dibandingkan endokrin.
Mekanisme yang menjadi hipotesisnya adalah mengkaitkan sistem 1,25(OH)2D3VDR yang memblok siklus sel kanker pada transisi antara G1-G0 melalui
berbagai cara antara lain :
a. 1,25(OH)2D3 menginduksi transkripsi gen cyclin-dependent kinase inibitor
p21 sehingga dapat membuat terhentinya pertumbuhan sel kanker dan
merangsang diferensiasi sel monosit-makrofag.
b. 1,25(OH)2D3 menginduksi sintesis dan atau stabilisasi cyclin-dependent kinase
inibitor p27 sehingga mencegah terjadinya degradasi proteosom.
c. Pada tumor yang pertumbuhannya dikontrol oleh over ekspresi dari TGFα/EGFR, 1,25(OH)2D3 menghambat sinyal pertumbuhan dari EGFR di
membran sel dan juga menghambat transaktivasi gen cyclin D1 dari EGFR di
nukleus. Hal ini menjadi bukti bahwa vitamin D memiliki potensi sebagai
terapi pertumbuhan keratinosit hiperplastik pada pasien psoriasis.
d. Pada sel monosit jalur HL60 dan pada osteoblas, 1,25(OH)2D3 menginduksi
ekspresi dari C/EBPβ sebuah protein yang saat ini dipercaya mempunyai
potensi sebagai supresor dari oncogenic-cyclin D1 pada tumor epitelial.
e. 1,25(OH)2D3 mereduksi kadar HRPA20, sebuah fosfoprotein yang menjaga
pertumbuhan dan ketahanan dari limfoma prolactin-dependent rat Nb2T,
sebuah tumor yang sangat dipengaruhi hormonal.
2. Regulasi apoptosis
1,25(OH)2D3 terbukti memiliki kemampuan menginduksi apoptosis
sehingga merupakan kontributor penting dalam menekan pertumbuhan yang
berlebihan dari sel. Pada kanker payudara, 1,25(OH)2D3 menginduksi apoptosis
sel kanker melalui mekanisme modulasi resiprokal dari Bcl2 dan Bax. Hal ini
meningkatkan
kalsium
intraseluler
yang
mana
mengaktifkan
protease
proapoptotik yang dependen kalsium, yaitu microcalpain dancaspase 12.
1,25(OH)2D3 juga meningkatkan kemampuan antitumor dan proapoptotik pada
radiasi ionisasi pada kanker mammae. Namun kejadian sebaliknya terjadi pada
kulit dimana 1,25(OH)2D3 melindungi keratinosit dari apoptosis yang disebabkan
oleh pajanan sinar UV atau kemoterapi. Dari sini hal yang terpenting yang dapat
diambil adalah peranan 1,25(OH)2D3 sebagai agen proapoptotik sangat penting
dalam mengontrol pertumbuhan sel hiperplastik.
3. Modulasi respon imun
Efektifitas vitamin sebagai sistem endokrin dalam mengontrol infeksi,
penyakit autoimun dan toleransi terhadap transplantasi merupakan hasil dari efek
prodiferensiasi
dari
1,25(OH)2D
terhadap
makrofag-monosit, antigen
presenting cells, sel dendrit (SD) dan limfosit.1 Hal ini dibuktikan secara in vivo
pada manusia dan binatang yang kurang memiliki fungsi VDR dan atau vitamin
D yang secara in vitro dibuat model tentang fungsi regulasi vitamin D terhadap
sistem imun.
4. Kontrol diferensiasi dan fungsi dari kulit
Vitamin D sudah dipakai secara luas sebagai terapi dari berbagai penyakit
kulit terutama penyakit psoriasis. Namun baru sekitar tahun 1980an diketahui
secara pasti potensi menakjubkan dari vitamin D dalam proteksi kulit dan terapi
penyakit psoriasis. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang memperlihatkan
reaksi dramatik terhadap lesi psoriatik pada pasien yang menerima suplemen 1αhydroxyvitamin D untuk pengobatan osteoporosis berat. Seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya bahwa 1,25(OH)2D merupakan agen anti proliferatif pada
keratinosit psoriatik yang mengalami over ekspresi dari TGF-α yang memberikan
hasil kemampuan 1,25(OH)2D3 dalam menghambat sinyal mitogenik dari
lengkung
pertumbuhan
TGF-α/EGFR. Kemampuan
imunosupresif
dari
1,25(OH)2D3 pada sel Langehans, antigen-presenting cells dari kulit, dapat juga
sebagai mediasi efek sterol dalam pengobatan psoriasis, melanoma dan
skleroderma. Tidak hanya itu ternyata 1,25(OH)2D3 juga sangat penting pada
pertumbuhan rambut dan kulit normal melalui mekanisme modulasi diferensiasi
keratinosit di kulit.
5. Kontrol sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin merupakan sistem utama dalam mengatur
tekanan darah, elektrolit dan homeostasis dari volume cairan tubuh. Beberapa
penelitian klinik dan epidemiologi terakhir menyimpulkan adanya hubungan yang
bermakna antara tidak adekuatnya pajanan sinar matahari atau rendahnya
1,25(OH)2D3 dalam serum dengan tingginya tekanan darah dan/atau tingginya
aktifitas renin di plasma. Hal ini membuktikan satu peranan lagi dari vitamin D
yaitu sebagai regulator negatif dari sistem renin-angiotensin. Penelitian yang
menggunakan tikus VDR-null didapatkan peninggian kadar renin di plasma dan
peningkatan produksi angiotensin II sehingga menyebabkan kondisi hipertensi,
hipertrofi miokard dan peningkatan masukan cairan.
6. Kontrol sekresi insulin.
Pada eksperimen yang menggunakan binatang, defisiensi vitamin D
dikaitkan dengan onset yang lebih awal dan lebih agresifnya penyakit diabetes
melitus. Hal ini kemungkinan sejalan dengan abnormalitas dari fungsi imun dan
kerusakan pada sekresi insulin yang dimediasi glukosa yang disebabkan
kurangnya calcitriol. Mekanisme yang saat ini dipercaya adalah dengan
memodulasi ekspresi dari calbindin melalui VDR yang mengatur aliran kalsium
intraseluler sehingga berefek pada pengeluaran insulin di sel. Hal ini dibuktikan
dengan defisiensi 1,25(OH)2D3 pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang
selalu mengalami gangguan dalam sekresi insulin. Selanjutnya penelitian terakhir
yang menemukan aktifitas 1α-hidroxylase pada sel pankreas, meningkatkan
kemungkinan potensi dari vitamin D dalam mengatur sekresi vitmin D dan
mencegah terjadinya penyakit diabetes melitus.
7. Kontrol fungsi otot
Kelemahan dan atrofi otot dengan gangguan elektrofisiologi pada
mekanisme kontraksi dan relaksasi otot banyak terjadi pada pasien dengan
defisiensi vitamin D contohnya pada pasien gagal ginjal kronik dan penggunaan
obat anti konvulsi jangka panjang yang menurunkan kadar vitamin D pada serum.
Khusus pada otot jantung, 1,25(OH)2D3 mencegah terjadinya hipertrofi miokard
dan membantu mensintesis dan melepaskan faktor natriuretik atrium. Pada pasien
gagal ginjal kronik pemberian vitamin D secara rutin dapat memperbaiki fungsi
ventrikel kiri pada pasien dengan kardiomiopati dan kelemahan otot. Mekanisme
yang berlaku sebenarnya belum jelas betul dan membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
8. Kontrol susunan saraf pusat
Peranan 1,25(OH)2D3 di susunan saraf pusat termasuk induksi dari VDR
(VDR diekspresikan di otak dan sebagian sistem saraf pusat dan perifer) sehingga
membantu efektifitas konduksi dari motor neuron dan sintesis faktor neurotropik
(contohnya faktor pertumbuhan sel saraf dan neutrophyn) yang berfungsi
mencegah kehilangan sel neurons. Penelitian terakhir juga menjelaskan bahwa
1,25(OH)2D3 juga merangsang ekspresi dari faktor neurotropik dari jalur sel glia
sehingga menjadikan vitamin D sebagai kandidat potensial untuk terapi penyakit
Parkinson. Hubungan yang erat antara defisiensi vitamin D dengan pertumbuhan
otak yang abnormal membuat para peneliti saat ini sedang menyelidiki
kemungkinan
potensi
dari
vitamin
D
sebagai
terapi
yang
potensial
untuk schizophrenia. Selain itu sudah ada penelitian pada tikus yang mengalami
difisiensi vitamin D prenatal ternyata mengalami gangguan motorik hebat ketika
dewasa.
Berdasarkan regulasi dan peranannya, maka dapat dilihat potensial efek dari
vitamin D sesuai dengan gambar di bawah ini.
Gambar 5. Regulasi vitamin D dan efek potensialnya (Nagpal et al., 2001)
2.10 Dampak dari Kekurangan dan Kelebihan Vitamin D
2.10.1 Dampak Kekurangan Vitamin D
Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia
pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada orang dewasa juga
dapat menyebabkan osteoporosis. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak
terhambat sehingga menjadi lembek. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang
membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok, pembesaran kepala karena
penutupan fontanel terlambat, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak.
Riketsia jarang dapat disembuhkan sepenuhnya. Sebelum ditemukan fortifikasi makanan
dengan vitamin D, riketsia banyak terdapat di Negara-negara dengan empat musim. Sekarang
masih terdapat pada anak-anak miskin di kota-kota industry yang kurang mendapat sinar
matahari.
Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada wanita yang
konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat sinar matahari dan mengalami banyak
kehamilan dan menyusui. Osteomalasia dapat pula terjadi pada mereka yang menderita
penyakit saluran cerna, hati, kandung empedu atau ginjal. Tulang melembek yang
memyebabkan gangguan dalam bentuk tulang, terutama pada kaki, tulang belakang, toraks
dan pelvis. Gejala awalnya adalah rasa sakit seperti rematik dan lemah dan kadang muka
menggamit (twitching), tulang membengkok (bentuk O atau X) dan dapat menyebabkan
fraktur (patah).
Kekurangan tersedianya vitamin D dalam tubuh dapat menimbulkan beberapa
gangguan pada tubuh, diantaranya:
1.
Menimbulkan rakhitis.
2.
Gangguan pada pertukaran zat kapur dan fosfor.
3.
Gangguan pada system pertulangan.
2.10.2 Dampak Kelebihan Vitamin D
Konsumsi vitamin D dalah jumlah berlebihan mencapai lima kali AKG, yaitu lebih
dari 25 mikrogram (1000 SI) sehari, akan menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah
kelebihan absorbs vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan klasifikasi berlebihan pada
tulang dan jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain. Tanda-tanda khas
adalah akibat hiperkalsemia, seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntahmuntah, gangguan mental dan pengeluaran urin berlebihan. Bayi yang di beri vitamin D
berlebihan, menunjukkan gangguan saluran cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan
kelambatan perkembangan mental.
2.11 Apsosi Transportasi dan Penyimpanan
Vitamin D diapsosi dalam usus halus bersama livida dengan bantuan cairan empedu.
Vitamin D dari baginan atas usus halus diangkut oleh D-plasma dinding protein (DBP) ke tempattempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang dan jaringan lain. Apsopsi vitamin D pada orang tua
kurang efisien bila kandungan kalsium makanan rendah. Kemungkina hal ini disebabkan oleh
gangguan ginjal dalam metabolism vitamin D.
2.12Farmakokinetik Vitamin D
Absorpsi vitamin D melalui saluran cerna cukup baik. Vitamin D3 diabsorpsi lebih cepat dan
lebih sempurna. Gangguan fungsi hati, kandung empedu dan saluran cerna seperti steatore akan
mengganggu absorpsi vitamin D. Vitamin D di ekskresikan terutama melalui empedu dan dalam
jumlah kecil ditemukan dalam urine.
2.13 Dosis Pemakaian Vitamin D
Dewasa sampai berusia 50 tahun membutuhkan 200 IU/hari, dewasa berusia 50-70 tahun
dan bayi membutuhkan 400 IU/hari, Dewasa berusia diatas 70 tahun membutuhkan 600 IU/hari,
untuk pencegahan osteoforosis membutuhkan 800 IU/hari, Pengobatan defisiensi membutuhkan
vitamin D sebagai loading dose sebanyak 50.000 IU/minggu, diikuti maitenance sebanyak 400-1000
IU/hari. Dosis maksimal pemberian vitamin D adalah 2000 IU/hari
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asupan Vitamin D dipercaya mampu memperkuat tulang. Namun kelebihan
Vitamin D tidak hanya sebatas itu, tapi juga mampu mengkebalkan sistem
pertahanan dalam tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat sel pembunuh
kuman yang disebut sebagai sel T, yang bergantung pada vitamin D. Jika manusia
kekuranga vitamin D dalam darah maka sel T tidak aktif tetapi juga tidak mati.
Bahayanya, jika infeksi maka tubuh akan sulit beradaptasi. "Sel T harus mempunyai
vitamin D atau proses aktivasi sel ini akan terhenti. Jika sel T tak menemukan
vitamin D yang cukup dalam darah, proses mobilisasi tidak akan dimulai yang tidak
kita sadari adalah seberapa penting vitamin D untuk mengaktifkan sistem imun,
yang baru kami ketahui sekarang.
3.2 Saran
Kalau ada terdapat kesalahan dan kekurangan didalam makalah ini, kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangatlah
kami harapkan, sehingga kami bisa lebih memaksimalkan makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yuniastuti, ari.2008.Gizi dan Kesehatan.Graha Ilmu : Yogyakarta.
Almatsier,sunita.2009.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Djaeni, A. 1989. Ilmu Gizi. Erlangga: Jakarta.
Girindra, A. 1993. Biokimia Dasar. Erlangga:Jakarta.
Marks, D. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC: Jakarta.
Download