RINGKASAN RESTIKA RADITIA AULIA. Transmisi Harga Biji Kakao di Pasar Fisik Indonesia, Pasar Berjangka New York, dan London. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI). Kakao merupakan komoditi perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia yang seharusnya memiliki kemampuan untuk mengontrol pergerakan perdagangan biji kakao baik dalam hal jumlah ataupun harganya. Kenyataannya seperti pada produk pertanian lain, Indonesia belum mampu mengatasi berfluktuasinya harga biji kakao dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga yang terjadi baik di pasar dunia maupun lokal akan menimbulkan risiko bila dilaksanakan langsung dengan penyerahan fisik (spot). Risiko tersebut diantaranya adalah risiko kerusakan fisik dan penurunan nilai komoditi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya fluktuasi harga tersebut adalah dengan strategi pasar berjangka komoditi. Pasar berjangka ini memiliki manfaat salah satunya sebagai lindung nilai (hedging). Praktik pemasaran pada pasar berjangka sudah banyak dilakukan terutama untuk produk-produk ekspor. Pasar berjangka New York dan London merupakan pasar bagi biji kakao dunia sudah lazim menggunakan cara ini dalam proses transaksinya. Berdasarkan dari fakta yang ada maka timbul pertanyaan penelitian yaitu bagaimana volatilitas pergerakan harga biji kakao di masing-masing pasar dan transmisi harga yang terjadi antara pasar fisik Indonesia, pasar berjangka New York, dan London serta bagaimana implikasinya terhadap Asosiasi Kakao Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis volatilitas dan transmisi harga biji kakao di pasar fisik Indonesia, pasar berjangka New York dan London serta merumuskan rekomendasi kebijakan untuk Asosiasi Kakao Indonesia agar dapat meningkatkan posisi kakao Indonesia yang lebih baik di pasar dunia. Tujuan penelitian akan dijawab dengan metode ekonometrika yang dilengkapi dengan analisis deskriptif. Kerangka teoritis disusun berdasarkan teori yang ada dan penelitian terdahulu yang terkait. Model ekonometrika adalah Vector Autoregression in Difference (VARD). Setelah terbentuk model dilanjutkan dengan aplikasi model yaitu Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Decompotition Variance. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil bahwa seluruh variabel belum stasioner pada tingkat level sehingga perlu dilakukan uji stasioneritas pada tingkat first difference dimana pada tingkat ini seluruh variabel sudah stasioner. Berdasarkan analisis kointegrasi maka diperoleh hasil bahwa tidak terdapat kointegrasi diantara ketiga variabel tersebut yang artinya adalah tidak ada hubungan atau keseimbangan dalam jangka panjang antar variabel. Model VAR yang tepat digunakan untuk data yang diteliti adalah model VARD (VAR in difference). Hasil estimasi model VARD adalah harga biji kakao Indonesia dipengaruhi oleh harga biji kakao LIFFE pada periode sebelumnya. Harga biji kakao LIFFE dipengaruhi oleh harga biji kakao LIFFE itu sendiri pada periode sebelumnya. Adapun NYBOT dipengaruhi oleh harga biji kakao LIFFE pada periode sebelumnya dan dua periode sebelumnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Pasar berjangka NYBOT merupakan pasar yang memiliki volatilitas tinggi diikuti oleh pasar berjangka LIFFE dan pasar fisik Indonesia, (2) Tidak adanya kointegrasi atau hubungan jangka panjang antara ketiga tempat tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi transmisi harga biji kakao Indonesia dengan harga biji kakao yang terjadi di LIFFE dan NYBOT, (3) Implikasi model VAR yang dapat diaplikasikan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) adalah membuat kebijakan agar Indonesia dapat meningkatkan kualitas biji kakao dan produk-produk turunan lainnya mulai dari hulu hingga hilir. Hal ini dapat tercapai jika melihat segala peluang dan potensi yang dimiliki oleh biji kakao Indonesia sehingga nantinya komoditi ini bisa meningkatkan posisi tawarnya. Adapun saran yang direkomendasikan pada penelitian ini adalah pemerintah hendaknya bekerjasama dengan Askindo dalam memberikan penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan kepada seluruh pelaku bisnis kakao dalam upaya meningkatkan kualitas biji kakao Indonesia. Selain itu, industri pengolahan juga penting untuk ditingkatkan agar biji kakao Indonesia mempunyai nilai tambah dan nilai jual yang tinggi di pasar internasional. Askindo juga perlu meningkatkan kerjasama dengan pemerintah untuk mengefektifkan bursa berjangka di Indonesia agar dapat meminimalisasi terjadinya fluktuasi harga dan sebagai cara untuk memperbaiki posisi tawar biji kakao Indonesia di perdagangan internasional. Saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menganalisis juga mengenai pergerakan harga komoditas turunan kakao lainnya, menganalisis transmisi harga biji kakao ditempat lain serta menambah variabel yang diduga mempengaruhi pergerakan harga biji kakao.