Full Teks

advertisement
1
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 855 TAHUN 2016
TENTANG
PENETAPAN BISNIS PROSES LEVEL 1 (L1)
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
DIREKTUR JENDERAL
PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
: a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti Pasal 4 ayat (1)
Peraturan
Menteri
Desa,
Pembangunan
Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 20 Tahun 2015
tentang Bisnis Proses Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang menyatakan
Penetapan Peta Bisnis Proses unit organisasi Eselon I
dilakukan oleh pimpinan unit organisasi Eselon I dalam
Keputusan pimpinan unit organisasi Eselon I yang
bersangkutan;
b. bahwa
dalam
rangka
penyelenggaraan
tata
pemerintahan yang baik, efektif, efisien dan akuntabel,
maka diperlukan bisnis proses yang memuat seluruh
proses sesuai bidang tugas dan fungsi struktur
organisasi pada Direktorat Jenderal Pengembangan
Kawasan Transmigrasi;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Pengembangan Kawasan
Transmigrasi tentang Penetapan Bisnis Proses Level 1
(L1) Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan
Transmigrasi;
: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5050);
2
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Tahun
2005 sampai 2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5567) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang No 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5497);
5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Nomor 5598);
6. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (Lembaga Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 13);
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process);
8. Peraturan
Menteri
Desa,
Pembangunan
Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
463);
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 20 Tahun tentang
Bisnis Proses Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1933);
3
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGEMBANGAN
KAWASAN TRANSMIGRASI TENTANG PENETAPAN BISNIS
PROSES LEVEL 1 (L1)
DIREKTORAT JENDERAL
PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI.
KESATU
KEDUA
KETIGA
: Menetapkan Bisnis Proses Level 1 (L1) Direktorat Jenderal
Pengembangan Kawasan Transmigrasi, sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.
: Bisnis
Proses
Level
1
(L1)
Direktorat
Jenderal
Pengembangan
Kawasan
Transmigrasi
sebagaimana
dimaksud dalam diktum KESATU merupakan acuan bagi
setiap unit kerja dalam rangka membangun dan menata
tatalaksana (business process) di lingkungan Direktorat
Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi.
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Mei 2016
DIREKTUR JENDERAL
PENGEMBANGAN KAWASAN
TRANSMIGRASI, KEMENTERIAN DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
ROOSARI TYAS WARDANI
Tembusan:
1. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
4. Para Direktur Jenderal di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi; dan
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
4
LAMPIRAN
KEPUTUSAN
DIREKTUR
JENDERAL
PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
KEMENTERIAN
DESA,
PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR
TAHUN 2016 TENTANG BISNIS
PROSES
LEVEL
1
(L1)
DIREKTORAT
JENDERAL
PENGEMBANGAN
KAWASAN
TRANSMIGRASI
PROSES PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
A. Nama Organisasi
Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
B. Tugas
Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi mempunyai tugas
menyelenggarakan
perumusan
dan
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
Pengembangan Kawasan Transmigrasi.
C. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan
Transmigrasi menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang promosi dan kerja sama kelembagaan,
pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi, pengembangan usaha
transmigrasi, pengembangan sosial budaya transmigrasi, dan pelayanan
pertanahan transmigrasi;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang promosi dan kerja sama kelembagaan,
pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi, pengembangan usaha
transmigrasi, pengembangan sosial budaya transmigrasi, dan pelayanan
pertanahan transmigrasi;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang promosi dan kerja
sama kelembagaan, pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana
kawasan transmigrasi, pengembangan usaha transmigrasi, pengembangan
sosial budaya transmigrasi, dan pelayanan pertanahan transmigrasi;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang promosi dan kerja sama
kelembagaan, pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana
kawasan transmigrasi, pengembangan usaha transmigrasi, pengembangan
sosial budaya transmigrasi, dan pelayannan pertanahan transmigrasi;
5
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang promosi dan kerja sama
kelembagaan, pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana
kawasan transmigrasi, pengembangan usaha transmigrasi, pengembangan
sosial budaya transmigrasi, dan pelayanan pertanahan transmigrasi;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan
Transmigrasi;
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
D. Uraian Bisnis Proses Level 1 (L1)
Bisnis Proses Level 1 terdiri atas:
1. Bisnis Proses Inti terdiri atas:
a. Proses Pengembangan dan Pemandirian SP;
b. Proses Pembangunan dan Pengembangan SKP dan Pusat SKP;
c. Proses Pembangunan dan Pengembangan KPB dan Kawasan Transmigrasi;
d. Proses Pelayanan Pertanahan Transmigrasi;
e. Proses Pengembangan Promosi dan Kemitraan;
2. Bisnis Proses Pendukung adalah Proses Penatakelolaan Pemerintahan yang
Baik Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan Transmigrasi.
E. Deskripsi Bisnis Proses Inti Level 1 (L1)
1. Proses Pengembangan dan Pemandirian SP (VI-1);
Proses Pengembangan dan Pemandirian SP meliputi perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
(NSPK), pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi
dan pelaporan di bidang Pengembangan dan Pemandirian SP.
Proses ini mendapatkan masukan dari Kawasan Transmigrasi yang Ditetapkan
(E-1) melalui Panah 1. Masukan lainnya adalah Permukiman Layak Huni, Layak
Usaha, dan Layak Berkembang (E-4) serta Persebaran Penduduk yang Tertata
(E-5) melalui Panah 2, Rencana Perwujudan Kawasan (E-2) berupa Rencana
Pengembangan SP dan Rencana Teknik Detail Pengembangan Prasarana dan
Sarana SP melalui Panah 8. Ketiga masukan tersebut merupakan hasil dari
Proses Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman (V). Masukan
berikutnya adalah Masyarakat Transmigrasi yang Kompeten (D-4) melalui Panah
4 sebagai hasil Proses Pelatihan Masyarakat (VII) yang didasarkan atas
Permintaan Kebutuhan dari Proses Pengembangan Transmigrasi melalui Panah
20. Masukan lainnya adalah Sertipikat Hak Milik dan Sertipikat Hak Pakai
(Panah 9) yang merupakan hasil Pelayanan Pertanahan Transmigrasi (VI-4)
melalui Panah 5. serta Kemitraan dengan Organisasi Sosial Masyarakat berupa
persetujuan (E-6-3), Kemitraan dengan Badan Usaha berupa perijinan (E-6-4),
atau melalui koordinasi dengan K/L/D/M (E-6-5) yang ketiganya melalui Panah
12, yang merupakan hasil Pengembangan Promosi dan Kemitraan (VI-5) melalui
Panah 11.
6
Masukan-masukan tersebut kemudian diproses dengan memberikan bimbingan,
fasilitasi, bantuan, pelayanan, pendampingan, mediasi, advokasi, dan/atau
pelatihan, yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai sasaran
pengembangan SP sesuai dengan rencana dan tahap pengembangannya.
Luaran dari Proses Pengembangan dan Pemandirian SP adalah Satuan
Permukiman yang telah memenuhi Kriteria Kemandirian dan mempercepat
kemandirian desa yang berada dalam Kawasan Transmigrasi yang
dikembangkan.
Penanggung jawab Proses Pengembangan dan Pemandirian SP adalah Direktur
Pengembangan Sosial Budaya Transmigrasi, Direktur Pengembangan Usaha
Transmigrasi, Direktur Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana
Kawasan Transmigrasi, Direktur Pelayanan Pertanahan Transmigrasi, dan
Direktur Promosi dan Kemitraan secara bersama-sama dalam hal pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai SP Mandiri.
2. Proses Pembangunan dan Pengembangan SKP dan Pusat SKP (VI-2)
Proses Pembangunan dan Pengembangan SKP dan Pusat SKP meliputi
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria (NSPK), pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi,
serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Pembangunan dan
Pengembangan SKP dan Pusat SKP.
Proses ini mendapatkan masukan utama berupa SP Mandiri (E-6) melalui panah
7, dengan juga mempertimbangkan keberadaan Kawasan Transmigrasi yang
Ditetapkan (E-1) tempat SP Mandiri tersebut berada melalui Panah 1. Masukan
lainnya yang digunakan melalui Panah 4 adalah Masyarakat Transmigrasi yang
Kompeten (D-4) sebagai hasil dari Proses Pelatihan Masyarakat (VII), keberadaan
sertipikat hak milik dan sertipikat hak pakai (E-6-1) melalui Panah 9, serta
kemitraan dengan Organisasi Sosial Masyarakat (E-6-3), Kemitraan dengan
Badan Usaha (E-6-4), dan Koordinasi dengan K/L/D (E-6-5) melalui Panah 12.
Dalam proses ini juga digunakan masukan Rencana Perwujudan Kawasan (E-2)
berupa Rencana Pembangunan SKP, Rencana Pengembangan SKP, Rencana
Pengembangan Pusat SKP, dan Rencana Teknik Detail Prasarana dan Sarana
SKP (Panah 8).
Keenam masukan tersebut digunakan dalam Proses Pembangunan dan
Pengembangan SKP dan Pusat SKP melalui kegiatan pengaturan, pembinaan,
mediasi, advokasi, fasilitasi, dan/atau pelayanan. Salah satu dari SP-SP (E-6-2)
dalam SKP tersebut dirancang menjadi Pusat SKP atau Desa Utama (E-7).
Luaran dari Proses Pembangunan dan Pengembangan SKP dan Pusat SKP
adalah SKP yang menjadi satu kesatuan sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam yang berfungsi sebagai daerah penyangga dari
KPB dan Pusat SKP yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan
Transmigrasi (PPLT).
7
Penanggung jawab Proses Pembangunan dan Pengembangan SKP dan Pusat SKP
adalah Direktur Pengembangan Sosial Budaya Transmigrasi, Direktur
Pengembangan Usaha Transmigrasi, Direktur Pembangunan dan Pengembangan
Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi, Direktur Pelayanan Pertanahan
Transmigrasi, dan Direktur Promosi dan Kemitraan secara bersama-sama dalam
hal pelaksanaan kegiatan untuk mewujudkan SKP sebagai daerah penyangga
dari KPB, dan Pusat SKP yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan
Transmigrasi (PPLT).
3. Proses Pembangunan dan Pengembangan KPB dan Kawasan Transmigrasi (VI-3)
Proses Pembangunan dan Pengembangan KPB dan Kawasan Transmigrasi
meliputi perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), pelaksanaan bimbingan teknis dan
supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Pembangunan
dan Pengembangan KPB dan Kawasan Transmigrasi.
Proses ini mendapatkan masukan utama berupa SKP dan Pusat SKP (Panah
14), kemudian Rencana Perwujudan Kawasan Transmigrasi (E-2) melalui Panah
8 berupa Rencana Pembangunan KPB/Rencana Detail KPB, Rencana
Pengembangan KPB, dan Rencana Pengembangan Kawasan Transmigrasi,
informasi Pusat Pertumbuhan Kawasan (F) dari Proses Pengembangan Kawasan
Perdesaan melalui Panah 15, serta informasi kemitraan dengan Orsosmas (E-63), Kemitraan dengan Badan Usaha (E-6-4), dan hasil koordinasi dan kerjasama
dengan K/L/D/M (E-6-5) melalui Panah 12. Selain itu terdapat masukan
berupa Masyarakat Transmigrasi yang Kompeten (D-4) melalui Panah 4 serta
Sertipikat Hak Milik dan Sertipikat Hak Pakai di KPB melalui Panah 9.
Masukan-masukan tersebut digunakan dalam (Sub)-Proses Pembangunan KPB
melalui kegiatan penyiapan, fasilitasi, pembangunan, dan pengaturan
prasarana dan sarana KPB. Sedangkan masukan-masukan tersebut dalam
(Sub)-Proses Pengembangan KPB dilaksanakan melalui kegiatan pengaturan,
pembinaan, mediasi, advokasi, fasilitasi, dan/atau pelayanan, Masukan dari
PKP dan PKP2Trans dalam hal membangun pusat pertumbuhan kawasan
perdesaan saling melengkapi zonasi dan membangun KPB.
Untuk (Sub)-Proses Pembangunan Kawasan Transmigrasi, masukan-masukan
tersebut dilaksanakan dengan menyediakan pembangunan jaringan prasarana
dasar Kawasan Transmigrasi. Dalam hal (Sub)-Proses Pengembangan Kawasan
Transmigrasi, masukan-masukan tersebut digunakan melalui kegiatan
pengaturan, pembinaan, mediasi, advokasi, fasilitasi, dan/atau pelayanan
untuk mempercepat keterkaitan fungsional intrakawasan dan antarkawasan
serta mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara konsisten.
Luaran dari Proses Pembangunan dan Pengembangan KPB dan Kawasan
Transmigrasi adalah keterkaitan fungsional intrakawasan/antarSKP dan antara
SKP dengan Rancangan KPB (E-7-1) melalui Panah 16 yang selanjutnya
8
bersama-sama Panah 17, Rancangan KPB tersebut diwujudkan menjadi
Kawasan Perkotaan Baru (G) sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Transmigrasi
(PPKT) yang mempunyai keterkaitan fungsional antarkawasan dengan pusatpusat pelayanan kawasan lainnya membentuk satu kesatuan sistem ekonomi
wilayah yang memiliki keterkaitan fungsional desa kota (L) melalui Panah 21,
dan masukan lainnya dari KLDM melalui Panah 19.
Penanggung jawab Proses Pembangunan dan Pengembangan KPB dan Kawasan
Transmigrasi adalah Direktur Pengembangan Sosial Budaya Transmigrasi,
Direktur Pengembangan Usaha Transmigrasi, Direktur Pembangunan dan
Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi, Direktur
Pelayanan Pertanahan Transmigrasi, dan Direktur Promosi dan Kemitraan
secara bersama-sama dalam hal pelaksanaan kegiatan untuk mewujudkan KPB
sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Transmigrasi (PPKT), dan Kawasan
Transmigrasi yang mempunyai keterkaitan fungsional antarkawasan dengan
pusat-pusat kawasan lainnya.
4. Proses Pelayanan Pertanahan Transmigrasi (VI-4)
Proses Pelayanan Pertanahan Transmigrasi meliputi perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
(NSPK), pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan di bidang Pelayanan Pertanahan Transmigrasi.
Proses ini mendapatkan masukan utama berupa Sertipikat HPL atau hasil
konsolidasi tanah (E-3) melalui Panah 3 sebagai hasil dari Proses Penyiapan
Kawasan dan Pembangunan Permukiman (V)
Masukan-masukan tersebut digunakan dalam (Sub)-Proses Pengurusan
Sertipikat
Hak Milik bagi transmigran serta penduduk setempat yang
diperlakukan sebagai transmigran serta (Sub)-Proses Pengurusan Sertipikat
Hak Pakai Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial bagi Instansi Pemerintah di SP
masukanbagi KLDM melalui Panah 18 untuk penerbitan Sertipikat Hak Milik
atas tanah transmigran dan Sertipikat Hak Pakai fasilitas umum dan fasilitas
sosial. Proses tersebut dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan identifikasi dan
pemetaan objek dan subjek serta fasilitasi sertifikasi kepada instansi terkait dan
fasilitasi penyelesaian masalah pertanahan transmigrasi.
Luaran dari Proses Pelayanan Pertanahan Transmigrasi adalah terpenuhinya
hak-hak transmigran serta penduduk setempat yang diperlakukan sebagai
transmigran terhadap akses ekonomi berupa Sertipikat Hak Milik atas tanah
untuk lahan tempat tinggal dan lahan usaha atau lahan tempat tinggal saja
sesuai dengan pola usaha yang dikembangkan, terpenuhinya ketersediaan area
untuk pelayanan publik berupa Sertipikat Hak Pakai atas tanah untuk
prasarana dan sarana umum yang dikelola oleh instansi pemerintah (E-6-1),
serta terselesaikannya masalah pertanahan transmigrasi melalui Panah 5.
9
Penanggung jawab Proses Pelayanan Pertanahan Transmigrasi adalah Direktur
Pelayanan Pertanahan Transmigrasi.
5.
Proses Pengembangan Promosi dan Kemitraan (VI-5)
Proses Pengembangan Promosi dan Kemitraan meliputi perumusan kebijakan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,standar, prosedur, dan kriteria
(NSPK), pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan di bidang Promosi dan Kemitraan.
Proses ini mendapatkan masukan utama berupa data dan informasi tentang
potensi kawasan yang berasal dari luaran Rencana Perwujudan Kawasan
Transmigrasi (E-2), masyarakat transmirasi yang kompeten (D-4), dan data dan
informasi Sertipikat Hak Milik dan Sertipikat Hak Pakai (E-6-1) sebagai modal
bermitra dengan Orsosmas, Badan Usaha, dan Lembaga Pemerintah.
Masukan-masukan tersebut digunakan dalam Proses Pengembangan Promosi
dan Kemitraan melalui kegiatan-kegiatan layanan advokasi, dan Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) melalui berbagai media, layanan koordinasi
dengan instansi pemerintah/pemerintah daerah,
layanan pemberian
persetujuan bagi organisasi sosial masyarakat, dan layanan perijinan bagi
Badan Usaha.
Luaran dari Proses Pengembangan Promosi dan Kemitraan adalah
penyelenggaraan transmigrasi yang transparan, akuntabel, dan partisipatif baik
yang dilaksanakan oleh perseorangan, kelompok masyarakat, atau Badan
Usaha, dengan wujud Persetujuan kepada Orsosmas (E-6-3), Perijinan kepada
Badan Usaha (E-6-4), dan Layanan Koordinasi dengan K/L/D (E-6-5) melalui
Panah 11.
Penanggung jawab Proses Pengembangan Promosi dan Kemitraan adalah
Direktur Promosi dan Kemitraan.
F. Deskripsi Bisnis Proses Pendukung Level 1 (L1)
Proses
Penatakelolaan
Pemerintahan
yang
Baik
Direktorat
Jenderal
Pengembangan Kawasan Transmigrasi berupa dukungan pelayanan teknis dan
administratif kepada semua unsur satuan organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi. Dukungan pelayanan teknis
meliputi kegiatan-kegiatan penyusunan rencana, program, dan anggaran, serta
evaluasi dan pelaporan.
Sedangkan dukungan pelayanan adminstratif meliputi kegiatan-kegiatan
pelaksanaan urusan administrasi keuangan dan pengelolaan barang milik negara,
pelaksanaan urusan kepegawaian, penyiapan koordinasi teknis penyusunan
peraturan perundang-undangan, organisasi dan tata laksana, tata usaha, dan
rumah tangga seluruh satuan kerja pada Direktorat Jenderal Pengembangan
Kawasan Transmigrasi.
10
Penanggung jawab Proses Penatakelolaan Pemerintahan yang Baik Direktorat
Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi adalah Sekretaris Direktorat
Jenderal
Pengembangan
Kawasan
Transmigrasi.
11
G.
Diagram Alur Peta Bisnis Proses Level 1 (L1) Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi
BISNIS PROSES L1 PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI, EDISI 19 MEI 2016
RENCANA
PERWUJUDAN
KAWASAN
TRANSMIGRASI
PROSES PENYIAPAN
KAWASAN DAN
PEMBANGUNAN PERMUKIMAN
V
MASYARAKAT
TRANSMIGRASI
KOMPETEN
PELATIHAN
MASYARAKAT
PENGEMBANGAN
KAWASAN PERDESAAN
D-4
VII
IV
E-2
PUSAT
PERTUMBUHAN
F
4
20
8
KAWASAN
TRANSMIGRASI
YANG
DITETAPKAN
1
E-1
PERM UKIMAN 3L
E-4
2
PERSEBARAN
PENDUDUK
TERTATA
PENGEMBANGAN DAN
PEMANDIRIAN SP
VI-1
6
SP MANDIRI
E-6
7
PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN SKP
DAN PUSAT SKP
VI-2
10
SP-SP
DALAM SKP
PUSAT SKP
13
E-7
E-6-2
14
PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN KPB
DAN KAWASAN
TRANSMIGRASI
15
VI-3
16
E-5
SKP-SKP
DALAM
KAWASAN
TRANSMIGRASI
PENGEMBANGAN
PROMOSI DAN
KEMITRAAN
VI-5
E-7-1
E-3
3
PELAYANAN PERTANAHAN
TRANSMIGRASI
VI-4
5
SERTIPIKAT
HAK MILIK DAN
SERTIPIKAT
HAK PAKAI
G
12
9
SERTIF IKAT
HPL/ HASIL
KONSOLIDASI
TANAH
KPB
17
11
PERSETUJUAN
KEPADA
ORSOSMAS
E-6-3
E-6-1
21
PERIJINAN
KEPADA
BADAN USAHA
KOORDINASI
DENGAN KLD
E-6-4
E-6-5
PENATAKELOLAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI VIII
19
18
K/L/D/M
IX
KETER
KAITAN DESAKOTA
L
12
H. Penutup
Proses Pengembangan Kawasan Transmigrasi, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi serta penyusunan Bisnis Proses L2 sebagai dasar dalam penyusunan
Standar Operasional Prosedur (SOP) seluruh Unit Kerja di Lingkungan Direktorat
Jenderal
Pengembangan
Kawasan
Transmigrasi,
Kementerian
Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, sebagai dasar mendukung
keberhasilan program-program pembangunan Kementerian. Pemahaman Bisnis
Proses Level 1 (L1) Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
diperlukan baik internal maupun eksternal, guna mengharmoniskan dan
mensinergikan program serta pelaksanaan tugas Kementerian.
DIREKTUR JENDERAL
PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
ROOSARI TYAS WARDANI
Download