LKJ Kemenlu 2015 (Buku I-II Full Version)

advertisement
Halaman
BUKU I
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERNYATAAN TELAH DIREVIU
IKHTISAR EKSEKUTIF
BAB I
BAB II
BAB III
i
ii
iv
v
PENDAHULUAN
I.1
Aspek Strategis Kementerian Luar Negeri
1
I.2
Tantangan dan Isu-isu Strategis Tahun 2015
2
PERENCANAAN KINERJA
II.1
Keterkaitan RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra
Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019
7
II.2
Peta Strategi Kementerian Luar Negeri
8
II.3
Perjanjian Kinerja Tahun 2015
11
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015
III.1
Capaian Kinerja: Stakeholders Perspective
13
III.1.1
Tujuan 1.1: Kepemimpinan dan Peran Indonesia dalam Kerja
Sama Internasional yang Berpengaruh
14
III.1.2
Tujuan1.2: Nilai Manfaat Ekonomi, Keuangan dan
Pembangunan yang Optimal melalui Hubungan Luar Negeri
19
III.1.3
Sasaran Strategis-2.1.1: Dukungan dan Komitmen Nasional
yang Tinggi atas Kebijakan Luar Negeri dan Kesepakatan
Internasional
30
III.1.4
Sasaran Strategis-2.1.2: Pemenuhan Pelayanan dan Aspirasi
Publik
37
III.2
Capaian Kinerja: Business Process Perspective
43
III.2.1
Sasaran Strategis-1.1.6: Kebijakan Luar Negeri yang
Berkualitas
43
III.2.2
Sasaran Strategis-1.1.1: Diplomasi Maritim dan Perbatasan
yang Kuat
45
Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2015
ii
BAB IV
III.2.3
Sasaran Strategis-1.1.2: Kepemimpinan Indonesia di ASEAN
yang Meningkat
52
III.2.4
Sasaran Strategis-1.1.3: Peran Indonesia di Dunia
Internasional yang Meningkat
60
III.2.5
Sasaran Strategis-1.1.4: Diplomasi Ekonomi yang Kuat
75
III.2.6
Sasaran Strategis-1.1.5: Pelayanan dan Perlindungan WNI dan
BHI dan Diaspora yang Prima
87
III.2.7
Sasaran Strategis-1.1.7: Monitoring Hasil Diplomasi yang
Efektif
106
III.3
Capaian Kinerja: Learning and Growth Perspective
107
III.3.1
Sasaran Strategis-3.1.1.1: SDM yang Berkompeten
107
III.3.2
Sasaran Strategis-3.1.1.2: Organisasi dan Tata Kelola yang Baik
110
III.3.3
Sasaran Strategis-3.1.1.3: Lingkungan Kerja yang Kondusif
114
III.3.4
Sasaran Strategis-3.1.1.4: Sistem Informasi Manajemen yang
Terintegrasi
119
III.3.5
Sasaran Strategis-3.1.1.5: Anggaran yang Optimal
127
III.4
Perbandingan Realisasi IKU dengan Target Jangka
Menengah
129
III.5
Analisis Evaluasi Program/Kegiatan Penunjang
Keberhasilan ataupun Kegagalan Pencapaian Kinerja
130
III.6
Realisasi Anggaran dan Analisis Efisiensi Sumber
Daya
133
PENUTUP
136
LAMPIRAN:
BUKU II
INFORMASI KINERJA
- Perjanjian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2015
- Matriks Realisasi Rencana Aksi
- Matriks Informasi Kinerja
Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2015
iii
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2015 menjabarkan capaian 14
Sasaran Strategis (SS) dan 2 (dua) Tujuan (T) yang diukur dengan 20 IKU, 28 Sub IKU, dan 11
Komponen. Capaian kinerja tersebut telah memperhitungkan kinerja Unit Organisasi dan
Satuan Kerja, termasuk Perwakilan RI. Pada tahun 2015, secara keseluruhan realisasi kinerja
Kementerian Luar Negeri tahun 2015 sebesar 84,73% dengan capaian kinerja sebesar 93,89%
dari 20 IKU. Sebanyak 10 IKU realisasinya telah melampaui target, 1 IKU realisasinya telah
sesuai dengan target, dan 9 IKU realisasinya dibawah target.
Jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2014, capaian kinerja Kementerian
Luar Negeri pada tahun 2015 turun sebesar 1,67% dari capaian tahun 2014 sebesar 95,56%.
Namun realisasi kinerja tersebut memang tidak dapat dibandingkan secara agregat. Realisasi
kinerja tahun 2015 merupakan realisasi pada periode tahun pertama pemerintahan Presiden
Joko Widodo, dengan amanah kinerja baru serta tolak ukur baru yang telah memuat Nawacita
Presiden RI. Selain itu, kualitas IKU Kementerian Luar Negeri semakin berorientasi outcome
dengan target yang menantang.
Sepanjang tahun 2015, Kementerian Luar Negeri telah menunjukkan berbagai capaian
kinerja. Bukti pencapaian kinerja Kementerian Luar Negeri pada tahun 2015, diantaranya
keberhasilan prakarsa Indonesia terkait EAS Statement on Enhancing Regional Maritime
Cooperation yang telah disahkan para pemimpin negara peserta EAS, yang berisikan salah
satunya upaya pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing. Upaya ini
membantu Indonesia dalam mewujudkan visi sebagai poros maritim dunia dan upaya
pengembangan kerja sama di bidang maritim yang bersifat lebih komprehensif di kawasan.
Selain itu, pada tahun 2015 kemajuan di bidang maritim terlihat dari disepakatinya
berbagai kerjasama di bidang industri dan infrastruktur maritim, penegakan hukum terhadap
kejahatan lintas negara, serta keketuaan Indian Ocean Rim Association (IORA) 2015-2017.
Pemerintah Indonesia juga telah mendapatkan penghargaan pada Special Event dengan tema
“Completing the MDG Round: Recognizing Achievements in the Fight Against Hunger” dari FAO
atas keberhasilan memerangi kelaparan sesuai target MDGs ke-1. Dalam perlindungan WNI
BHI, Indonesia berhasil menyelesaikan berbagai kasus WNI, pemulangan TKI/WNI, serta
evakuasi WNI secara tepat dan cepat. Berbagai capaian strategis lainnya tercermin dalam
capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) maupun analisis kinerja berdasarkan Tujuan dan
Sasaran.
Pada tahun 2015, realisasi anggaran Kementerian Luar Negeri tahun 2015 adalah
sebesar Rp. 5.900.317.586.687,- atau 89,62% dari pagu Rp. 6.583.527.692.000,-. Jika
membandingkan realisasi kinerja tahun 2015 sebesar 84,73% dan capaian kinerja sebesar
93,89% dengan realisasi anggaran sebesar 89,62%, maka secara keseluruhan Kementerian
Luar Negeri telah membuktikan budget follows function dalam kerangka membangun sebuah
organisasi yang berorientasi hasil.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
v
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
Tujuan (T) /
Sasaran Strategis
(SS)
Stakeholders Perspective
Kepemimpinan dan
peran Indonesia dalam
T1.1
kerja sama
internasional yang
berpengaruh
Kode
2015
Kode
IKU-1
T.1.1
IKU-1
T.1.2
T1.2
SS
2.1.1
SS
2.1.2
Nilai manfaat ekonomi,
keuangan, dan
pembangunan yang
optimal melalui
hubungan luar negeri
Dukungan dan
komitmen nasional yang
tinggi atas kebijakan
luar negeri dan
kesepakatan
internasional
Pemenuhan pelayanan
dan aspirasi publik
IKU-2
T.1.2
IKU-3
T.1.2
Indikator Kinerja Utama
(IKU)
Tingkat pengaruh Indonesia di
dunia internasional
Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan nilai
perdagangan dengan Indonesia
Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan nilai
investasi asing ke Indonesia
Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara ke
Indonesia
Rata-rata realisasi dan capaian T1.2
IKU-1
SS 2.1.1
Persentase tindak
lanjut/implementasi kesepakatan
internasional oleh stakeholders
dalam negeri
IKU-1
SS 2.1.1
IKU-2
SS 2.1.2
Indeks Pelayanan dan Aspirasi
Publik
Peringkat Inovasi Pelayanan
Publik oleh KemenPAN RB
Target
2015
Realisasi
2015
Capaian
2015
89%
99,60%
111,90%
78
67
(85,90%)
85,90%
25
16
(64%)
64%
23
5
(21,74%)
21,74%
57,21%
140%
(Toleransi:
120%)
74%
103,60%
74%
72,15%
97,51%
Top 99
Top 99
(100%)
100%
86,07%
98,75%
Rata-rata realisasi dan capaian SS 2.1.2
Business Process Perspective
SS
1.1.6
Kebijakan luar negeri
yang berkualitas
IKU-1
SS 1.1.6
Persentase rekomendasi kebijakan
luar negeri yang
diimplementasikan
93%
97,06%
104,36%
SS
1.1.1
Diplomasi maritim dan
perbatasan yang kuat
IKU-1
SS 1.1.1
Indeks diplomasi maritim dan
perbatasan
86%
111,17%
129,26%
(Toleransi:
120%)
IKU-1
SS 1.1.2
Persentase rekomendasi dan
prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan ASEAN
90%
96,31%
107,01%
IKU-1
SS 1.1.3
Indeks peran Indonesia di dunia
internasional
91%
110,24%
79%
98,32%
67,69%
83,35%
123%
(Toleransi:
120%)
10%
-2,82%
228,17%
(Toleransi:
120%)
SS
1.1.2
SS
1.1.3
Kepemimpinan Indonesia
di ASEAN yang
meningkat
Peran Indonesia di dunia
internasional yang
meningkat
SS
1.1.4
Diplomasi ekonomi yang
kuat
IKU-1
SS 1.1.4
Indeks diplomasi ekonomi
SS
1.1.5
Pelayanan dan
perlindungan WNI dan
BHI dan diaspora yang
prima
IKU-1
SS 1.1.5
Indeks pelayanan dan
perlindungan WNI dan BHI serta
pemberdayaan diaspora
SS
1.1.7
Monitoring hasil
diplomasi yang efektif
IKU-1
SS 1.1.7
Persentase deviasi efektifitas
perumusan dan implementasi
kebijakan luar negeri
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
121,15%
(Toleransi:
120%)
124,46%
(Toleransi:
120%)
vi
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
Kode
Tujuan (T) /
Sasaran Strategis
(SS)
2015
Kode
Realisasi
2015
Capaian
2015
50%
5,56%
11,11%
60
68,75
(114,58%)
114,58%
Indeks kepuasan pegawai
65%
44,80%
68,92%
Indeks Keamanan Informasi
(KAMI)
1,5
1,2
(80%)
80%
Indeks Pemeringkatan eGovernment Indonesia (PEGI)
3,35
3,32
(99,10%)
99,10%
Indikator Kinerja Utama
(IKU)
Target
2015
Learning and Growth Perspective
SS
3.1.1.1
SDM yang berkompeten
SS
3.1.1.2
Organisasi dan tata
kelola yang baik
SS
3.1.1.3
Lingkungan kerja yang
kondusif
SS
3.1.1.4
Sistem informasi
manajemen yang
terintegrasi
IKU-1
SS
3.1.1.1
IKU-1
SS
3.1.1.2
IKU-1
SS
3.1.1.3
IKU-1
SS
3.1.1.4
IKU-2
SS
3.1.1.4
Persentase pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi
jabatan
Nilai kemajuan Reformasi Birokrasi
Kemenlu
Rata-rata realisasi dan capaian SS 3.1.1.4
IKU-1
SS
Persentase penyerapan anggaran
Anggaran yang optimal
SS
95%
3.1.1.5
dan realisasi kinerja
3.1.1.5
Realisasi dan Capaian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
89,55%
87,11%
91,69%
84,73%
93,89%
vii
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
I.1
2015
Aspek Strategis Kementerian Luar Negeri
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Tentang Hubungan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri merupakan pelaksana hubungan
luar negeri dan politik luar negeri. Kementerian Luar Negeri bertugas membantu Presiden RI
dalam menyelenggarakan politik dan hubungan luar negeri, merumuskan kebijakan dan
strategi pencapaian tujuan dan sasarannya dengan meletakkan kepentingan nasional sebagai
prioritas utama.
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015
tentang Kementerian Luar Negeri, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata
kerja Kementerian Luar Negeri sebagai berikut:
1. Kedudukan:
Kementerian Luar Negeri dipimpin oleh Menteri Luar Negeri yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Tugas:
Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang luar negeri untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara.
3. Fungsi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar
negeri dan politik luar negeri;
pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik
luar negeri;
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di bidang
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;
pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang penyelenggaraan hubungan
luar negeri dan politik luar negeri;
pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian Luar
Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang luar negeri;
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
1
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
h.
i.
2015
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;
pengawasan atas pelaksanaan tugas di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan
Republik Indonesia
Aspek strategis keberadaan Kementerian Luar Negeri di Indonesia juga disebut dalam
Pasal 8 Undang-Undang Dasar Bab III Kekuasaan Pemerintah menyebutkan bahwa “Jika
Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas Kepresidenan
adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan secara bersama-sama.
Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih”.
Sebagai pilar terdepan dalam melaksanakan penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan politik luar negeri, Kementerian Luar Negeri memperkokoh peranan Indonesia dalam
peningkatan kerja sama internasional, menciptakan perdamaian dunia, serta mendorong
terciptanya kerja sama ekonomi dalam tataran bilateral, regional dan multilateral sebagai
bagian dari strategi memperkuat lingkaran pertama kebijakan politik luar negeri Indonesia
demi mencapai kepentingan nasional. Kementerian Luar Negeri memiliki fungsi strategis
dalam memagari potensi disintegrasi bangsa, pelayanan dan perlindungan Warga Negara
Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (WNI BHI) di luar negeri, serta peningkatan citra
Indonesia.
Kementerian Luar Negeri juga senantiasa menjadi bagian dari solusi (part of the
solution) bagi penyelesaian masalah global. Dalam konteks tersebut, politik luar negeri RI
telah terbukti memberikan peluang dalam membangun hubungan baik dengan negara-negara
di dunia dan meningkatkan peranan Indonesia dalam berbagai organisasi regional dan
internasional. Selain itu, kebijakan luar negeri juga memprioritaskan isu-isu yang menjadi
kepentingan masyarakat, antara lain isu lingkungan hidup, isu ekonomi, demokrasi, hak asasi
manusia (HAM) dan ancaman keamanan non-tradisional. Dengan prinsip politik luar negeri
yang bebas dan aktif, Kementerian Luar Negeri mencoba meraih manfaat yang seluas-luasnya
dari hubungan baik yang terbangun dengan negara-negara di dunia dan berupaya
meningkatkan peranan Indonesia yang menonjol dalam berbagai organisasi regional dan
internasional.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Menteri Luar Negeri dibantu oleh Wakil
Menteri Luar Negeri, 10 orang Eselon Ia yang terdiri dari Sekretaris Jenderal; 7 (tujuh) orang
Direktur Jenderal; Inspektur Jenderal; Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan; dan 5 (lima) orang Staf Ahli Menteri setingkat Eselon Ib.
I.2
Tantangan dan Isu-isu Strategis Tahun 2015
Pada tahun 2015, Kementerian Luar Negeri menghadapi berbagai tantangan dalam
pelaksanaan diplomasi Indonesia dan berbagai isu-isu strategis. Tantangan tersebut di
antaranya terkait konflik yang terjadi di berbagai negara, perdamaian dan stabilitas masih
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
2
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
belum terwujud di Timur Tengah, dan pada saat yang sama, dunia juga dihadapkan pada
berbagai tantangan non-tradisional yang sangat mengkhawatirkan.
Ekstrimisme, radikalisme dan terorisme menjadi ancaman bersama. Bencana alam
dan dampak perubahan iklim meruntuhkan kemajuan pembangunan yang telah dicapai
banyak negara. Transnational organized crimes, seperti penyelundupan manusia,
perdagangan obat terlarang, dan cyber crime, membawa banyak kerugian materil dan nyawa
bagi banyak bangsa.
Di bidang ekonomi, tahun 2015 juga ditandai dengan lambatnya pertumbuhan
ekonomi dunia. Harga komoditi semakin melemah yang berdampak besar terhadap resourcebased economis seperti Indonesia. Kenaikan suku bunga di AS dan perlambatan pertumbuhan
di RRT semakin mendorong ketidakpastian ekonomi global. Volatilitas mata uang dunia
termasuk Rupiah meningkatkan ketidakstabilan ekonomi global dan tren capital outflow dari
emerging markets.
Pada tahun 2015, politik luar negeri Indonesia diarahkan pada upaya percepatan
penyelesaian batas wilayah Indonesia secara damai. Indonesia hingga saat ini masih
mempunyai permasalahan perbatasan baik batas darat maupun laut dengan 10 negara
tetangga. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan tersebut, telah disusun Roadmap
penyelesaian batas wilayah Indonesia. Dengan tersusunnya roadmap tersebut, semua
perundingan yang terkait dengan perundingan batas wilayah yang terhenti sejak tahun 2003
mulai diaktifkan kembali.
Namun terlepas dari tantangan tersebut, Indonesia terus berupaya untuk
meningkatkan perannya di dunia internasional. Hal ini tercermin dalam beberapa capaian di
antaranya, Indonesia telah menjadi tuan rumah KTT Asia Afrika yang menghadirkan 117
negara, lebih dari 2850 delegasi. Pengakuan terhadap arti penting Indonesia juga dapat dilihat
dari hadirnya perwakilan 250 negara sahabat dan Organisasi Internasional di Indonesia. Pada
tahun 2015, 4 (empat) Mitra Wicara ASEAN juga telah membuka perwakilan di Jakarta.
Banyaknya perwakilan ASEAN di Indonesia semakin mengukuhkan Jakarta sebagai Diplomatic
Capital of ASEAN.
Isu-isu strategis yang dihadapi tahun 2015 di antaranya adalah isu mengenai migrasi
dimana Indonesia telah menjadi contoh kepada dunia tentang bagaimana humanitarian
response perlu dilakukan. Upaya ini ditunjukkan melalui kesiapan Indonesia menerima dan
menampung sementara lebih dari 1800 irregular migrants dari Bangladesh dan Myanmar
(Mei 2015). Indonesia juga aktif pada High Level Event UN di bidang migrasi dan pengungsi
serta berkontribusi dalam upaya penyelesaian root causes dengan melakukan marathon
diplomacy dan menjadi tuan rumah Jakarta Declaration Roundtable Meeting on Addressing the
Root Causes of Irregular Movement of Persons di Jakarta (November 2015).
Isu internasional lainnya, di mana Indonesia aktif berperan adalah mengenai
countering extremism dan terrorism. Beberapa yang telah dilakukan Kementerian Luar Negeri
antara lain: 1) mengusulkan pembentukan Organization of Islamic Cooperation (OIC) Contact
Group on Peace and Conflict Resolution; 2) menjadi tuan rumah International Conference on
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
3
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Islamic Scholar IV; 3) aktif dalam Global Counter Terrorism Forum (GCTF) bersama dengan
Australia di mana RI menjadi co-chair untuk isu detensi dan reintegrasi; 4) aktif pada Leader's
Summit on Countering ISIS and Violent Extermism; dan 5) pelaksaanaan Interfaith dialogue
dengan Serbia, Belanda, Jerman, dan Austria. Terkait pendanaan terorisme, Indonesia juga
berhasil keluar dari public statement/black list Financial Action Task Force (FATF).
Terkait dengan upaya pemeliharaan perdamaian dunia, Indonesia merupakan salah
satu penyumbang terbesar personil Peacekeeping Operations (PKO) yang menempatkan RI
sebagai peringkat ke-12 terbesar dari 125 negara dengan mengirim 2.840 personil, termasuk
31 personil wanita (2015). Peningkatan pengiriman personil ini merupakan peningkatan
signifikan dibanding tahun 2014 dengan 1.837 personil. Selain itu, Indonesia juga aktif dalam
Peacekeeping Summit dan Open Debate DK-PBB serta menjadi tuan rumah The Asia-Pacific
Regional Meeting on Peacekeeping di Jakarta (Juli 2015).
Pada bidang pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup, Indonesia terus berperan
aktif dan berkontribusi selama proses hingga diadopsinya Sustainable Development Goals
(SDGs). Sementara di bidang perubahan iklim (climate change), komitmen Indonesia antara
lain ditunjukkan dengan penyampaian Intended Nationally Determined Contributions (INDC)
dengan target penurunan emisi pada 2030 sebesar 29% melalui upaya sendiri dan 41%
melalui bantuan internasional.
Di bidang kerja sama maritim, Indonesia telah menyepakati 3 (tiga) kerja sama
maritim secara bilateral dengan Inggris, Denmark dan Amerika Serikat. Kerja sama maritim
juga diperkuat dalam berbagai forum regional yang strategis seperti East Asia Summit (EAS)
dan Indian Ocean Rim Association (IORA).
Di bidang kerja sama Selatan-Selatan, Indonesia telah menjadi tuan rumah
Commemoration of the 60th Anniversary of the Asian African Conference dan 10th Anniversary of
the New Asian African Strategic Partnership. Terbentuknya Asia-Africa Center merupakan hasil
konkrit yang dicapai pada KTT Asia Afrika. Hingga Desember 2015, Indonesia telah
memberikan 440 program pembangunan kapasitas kepada 5.342 peserta dari 116 negara
berkembang dan di saat yang sama, juga telah dilakukan pengembangan kerja sama
triangular.
Salah satu isu dimana Indonesia tidak pernah mundur untuk mendukung dan selalu
memegang komitmennya adalah isu Palestina dalam mencapai kemerdekaannya. Untuk
menunjukkan dukungan yang lebih besar bagi Palestina, satu langkah baru telah diambil di
tahun 2015, yaitu pendirian Konsulat Kehormatan RI di Ramallah. Pejabat Konsul
Kehormatan RI telah ditetapkan dan akan diresmikan pada awal 2016. Selain itu, Indonesia
menjadi tuan rumah International Conference on the Question of Jerusalem yang
diselenggarakan pada Desember 2015 di Jakarta. Indonesia terus melanjutkan capacity
building dengan bantuan sebesar US$ 100 juta serta berpartisipasi dalam Conference on
Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD) ke-III.
Sementara dukungan Indonesia terhadap Palestina di PBB salah satunya adalah dengan
mendukung keanggotaan Palestina di UNESCO.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
4
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Di bidang demokrasi, dalam rangka mengkapitalisasi demokrasi sebagai aset
diplomasi, Indonesia telah menjadi tuan rumah Bali Democracy Forum (BDF) VIII di Bali pada
10-11 Desember 2015 yang dihadiri oleh 250 delegasi dari 89 Negara dan 3 (tiga) organisasi
internasional. Indonesia juga berkomitmen untuk memperkuat peran Institute for Peace and
Democracy (IPD) yang telah melaksanakan 20 program pada tahun 2015.
Di bidang pemajuan dan perlindungan HAM, Indonesia menjadi tuan rumah
pertemuan Komisi HAM Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dengan tema Pendidikan HAM.
Selain itu, Presiden Joko Widodo terpilih menjadi duta "Impact Champion" dari gerakan
"HeForShe" PBB. Indonesia juga aktif pada Global Leaders Meeting on Gender Equality and
Women Empowerment.
Untuk memperkuat perundingan, Indonesia juga aktif di berbagai forum internasional,
antara lain mengarusutamakan isu vulnerability of domestic migrant workers sebagai korban
Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di forum UNODC. Selain itu, telah ditandatangi
MoU antara Indonesia – Uni Emirat Arab di bidang Combatting Human Trafficking.
Sepanjang tahun 2015, mesin diplomasi ekonomi Indonesia bekerja aktif mendorong
ekspor, meningkatkan investasi, dan promosi pariwisata. Diplomasi ekonomi juga diarahkan
untuk memperkuat sistem kerja sama ekonomi bilateral dan regional. Kementerian Luar
Negeri telah menghidupkan dan mengintensifkan pembahasan Comprehensive Economic
Partnership Agreement (CEPA) dengan beberapa negara.
Selama tahun 2015, setidaknya 37 pertemuan dan perundingan Economic Partnership
Agreement dilakukan, antara lain: Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA),
ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Hong Kong Free Trade
Agreement (AHKFTA), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), dan Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Diplomasi ekonomi Indonesia pada tahun 2015,
juga terus memanfaatkan peluang pasar non-tradisional baik di Pasifik Selatan, Afrika, Timur
Tengah, Eropa Timur maupun Amerika Selatan dan Karibia. Perdagangan Indonesia ke
beberapa pasar non-traditional pada tahun 2015 meningkat secara signifikan, seperti dengan
Papua Nugini meningkat kurang lebih sebesar 32%, Palestina sebesar 266%, Angola sebesar
57% , El Salvador sebesar 53%, dan Serbia sebesar 31%.
Di bidang investasi, Kementerian Luar Negeri mendorong berbagai upaya untuk
mendorong investasi Indonesia dan menarik investasi asing di beberapa negara melalui
prioritas investasi pada pembangunan infrastruktur maritim, jalan raya, energi, dan
ketahanan pangan. Sementara di bidang pariwisata, upaya meningkatkan wisatawan asing ke
Indonesia dilakukan dengan memberikan fasilitas bebas visa kunjungan singkat untuk 75
negara. Pemberian visa ini akan terus dikaji sesuai kebutuhan dan dalam hal terjadinya
penyalahgunaan bebas visa, Indonesia akan mengambil tindakan tegas, sebagaimana
dilakukan oleh negara lain.
Dalam menjalankan diplomasi ekonomi, Kementerian Luar Negeri juga telah
memperkuat infrastruktur dan membangun sistem seperti: 1) pembentukan unit diplomasi
ekonomi; 2) peluncuran website http://dkp.kemlu.go.id untuk meningkatkan pemahaman
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
5
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
terhadap
kebijakan
perdagangan
negara
lain;
3)
peluncuran
website
https://diplomasiekonomi.kemlu.go.id/ untuk memfasilitasi promosi, interaksi dan
penanganan langsung inquiries; 4) peluncuran kemitraan strategis dengan Gulf Cooperation
Council (GCC); dan 5) pembuatan data peraturan perdagangan investasi dari 151 negara
sebagai referensi untuk pemajuan kerja sama perdagangan dan investasi.
Di wilayah concentric circle utama Indonesia, tercapainya ASEAN sebagai satu
komunitas telah menjadi catatan kemajuan sejarah di ASEAN. Selama kurun waktu 2015,
Indonesia juga terus mendorong agar manfaat ASEAN dapat dirasakan oleh rakyat. Indonesia
telah memainkan berbagai peran penting di ASEAN. Di samping itu, Indonesia juga
merupakan penggagas kerja sama maritim dalam konteks EAS dengan menorehkan satu
capaian penting dengan disepakatinya EAS Statement on Enhancing Regional Maritime
Cooperation. Indonesia juga menjadi inisiator penguatan kapasitas ASEAN Institute for Peace
and Reconsiliation (AIPR). Dan tidak kalah pentingnya, Indonesia terus memperjuangkan
penghormatan hak-hak buruh migran dalam ASEAN.
Diplomasi Indonesia juga ditujukan pada penguatan hubungan dengan negara-negara
Pasifik Selatan. Langkah ini sejalan dengan upaya mempercepat pembangunan Indonesia
bagian timur. Budaya Melanesia merupakan perekat Indonesia dengan negara-negara Pasifik.
Untuk itu selama tahun 2015, Indonesia meningkatkan kehadiran dan kontribusinya pada
forum-forum kerja sama Pasifik Selatan. Hal ini terefleksi dari peran Indonesia menjadi
associate member di Melanesian Spearhead Group (MSG) dan sebagai observer yang aktif
berpartisipasi dalam Pacific Islands Forum (PIF) dan Pacific Islands Development Forum
(PIDF).
Indonesia juga memperkuat kerja sama budaya dengan menjadi tuan rumah
Melanesian Cultural Festival di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Penguatan kerja sama
pendidikan juga dilakukan melalui pemberian Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI)
kepada 16 peserta dari 8 negara Pasifik. Indonesia telah melakukan 20 program peningkatan
kapasitas kepada 249 peserta dari 11 negara Pasifik. Di samping itu, Indonesia juga telah
membantu masyarakat Vanuatu dalam menghadapi badai Pam.
Secara keseluruhan, selama tahun 2015 diplomasi Indonesia terus memberi
kontribusi nyata kepada pembangunan dan kepentingan nasional. Tidak kalah pentingnya,
diplomasi Indonesia juga telah memberikan kontribusi bagi upaya mewujudkan perdamaian
dan kesejahteraan dunia.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
6
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
II.1
2015
KETERKAITAN RPJMN TAHUN 2015-2019 DENGAN RENSTRA
KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN 2015-2019
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
7
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
II.2
2015
PETA STRATEGI KEMENTERIAN LUAR NEGERI
T 1.2
Nilai manfaat ekonomi,
keuangan dan pembangunan
yang optimal melalui
hubungan luar negeri
Stakeholders Perspective
T 1.1
Presiden,
Kepemimpinan dan peran
DPR, MPR
Indonesia dalam kerja sama
K/L, Pemda,
internasional yang
Pemprov,
berpengaruh
WNI/BHI,
Perwakilan Asing,
Media, Akademisi,
Diaspora, LSM, WNA
SS 2.1.2
SS 2.1.1
Dukungan dan komitmen
nasional yang tinggi atas
kebijakan luar negeri dan
kesepakatan internasional
NO
T 1.1
SS 1.1.6
SS 1.1.1
Kebijakan
luar negeri
yang
berkualitas
Diplomasi
maritim dan
perbatasan
yang kuat
SDM
SS 3.1.1.1
SDM yang
berkompeten
SS 1.1.2
SS 1.1.3
Kepemimpinan
Indonesia di
ASEAN
yang
meningkat
Peran
Indonesia di
dunia
internasional
yang
meningkat
ORGANISASI DAN LINGKUNGAN KERJA
SS 3.1.1.2
SS 3.1.1.3
Organisasi dan
tata kelola
yang baik
Lingkungan
kerja yang
kondusif
TUJUAN (T) /
SASARAN
STRATEGIS (SS)
Kepemimpinan dan
peran Indonesia dalam
kerja sama internasional
yang berpengaruh
SS 2.1.1
Nilai manfaat ekonomi,
keuangan dan
pembangunan yang
optimal melalui
hubungan luar negeri
Dukungan dan
komitmen nasional yang
tinggi atas kebijakan luar
negeri dan kesepakatan
internasional
IKU-1
Sub IKU 1
Sub IKU 2
IKU-1
IKU-2
IKU-3
IKU-1
Sub IKU 1
Sub IKU 2
Sub IKU 3
Sub IKU 4
SS 2.1.2
Pemenuhan pelayanan
dan aspirasi publik
SS 1.1.4
SS 1.1.5
SS 1.1.7
Diplomasi
ekonomi
yang kuat
Pelayanan
dan
perlindungan
WNI dan BHI
dan diaspora
yang prima
Monitoring
hasil
diplomasi
yang efektif
IT
ANGGARAN
SS 3.1.1.4
Sistem Informasi
Manajemen yang
Terintegrasi
SS 3.1.1.5
Anggaran
yang optimal
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Sub IKU 3
T 1.2
MONITORING DAN
EVALUASI
DIPLOMASI
PERUMUSAN
Learning & Growth
Perspective
Internal Business
Process Perspective
Pemenuhan
pelayanan dan
aspirasi publik
IKU-1
Sub IKU 1
Sub IKU 2
IKU-2
Tingkat pengaruh Indonesia di dunia internasional
Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan ASEAN
Indeks peran Indonesia di dunia internasional
Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
perdagangan dengan Indonesia
Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
investasi asing ke Indonesia
Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia
Persentase tindak lanjut/implementasi kesepakatan
internasional oleh stakeholders dalam negeri
Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti
oleh stakeholders dalam negeri
Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intra
kawasan yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri
Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan
kesepakatan ASEAN di tingkat nasional
Persentase rekomendasi dari forum multilateral yang ditanggapi
oleh pemangku kepentingan nasional
Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik
Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas
pelayanan kekonsuleran
Persentase isu strategis pada Renstra Kemenlu yang
mengadopsi masukan publik.
Peringkat Inovasi Pelayanan Publik oleh KemenPAN RB
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
8
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
NO
SS 1.1.6
SS 1.1.1
2015
TUJUAN (T) /
SASARAN
STRATEGIS (SS)
Kebijakan luar negeri
yang berkualitas
Diplomasi maritim dan
perbatasan yang kuat
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
IKU-1
Persentase rekomendasi kebijakan luar negeri yang
diimplementasikan
IKU-1
Indeks diplomasi maritim dan perbatasan
Sub IKU 1
Sub IKU 2
Sub IKU 3
Sub IKU 4
Jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di bidang
diplomasi maritim dan perbatasan
Persentase perundingan batas wilayah di laut dan darat yang
berhasil diselenggarakan
Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima di
bidang kemaritiman dan pengelolaan perbatasan.
Jumlah forum kerja sama kemaritiman dengan negara lain yang
dibentuk
SS 1.1.2
Kepemimpinan
Indonesia di ASEAN
yang meningkat
IKU-1
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan ASEAN
SS 1.1.3
Peran Indonesia di
dunia internasional yang
meningkat
IKU-1
Sub IKU 1
Sub IKU 2
Indeks peran Indonesia di dunia internasional
Persentase kerja sama bilateral yang disepakati
Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum
multilateral
Presentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima pada
forum intra dan antarkawasan
Persentase respons positif terhadap bantuan kerja sama teknik
melalui mekanisme bilateral dan triangular
Persentase dukungan konstituen internasional dan negara
sahabat terhadap promosi aset-aset diplomasi publik Indonesia
Jumlah roadmap pencapaian vision 4000 peace keepers
Sub IKU 3
Sub IKU 4
Sub IKU 5
Sub IKU 6
SS 1.1.4
Diplomasi ekonomi yang
kuat
IKU-1
Sub IKU 1
Sub IKU 2
Sub IKU 3
Sub IKU 4
Sub IKU 5
Sub IKU 6
SS 1.1.5
Pelayanan dan
perlindungan WNI dan
BHI dan diaspora yang
prima
IKU-1
Sub IKU 1
Komponen 1
Komponen 2
Sub IKU 2
Komponen 1
Komponen 2
Komponen 3
Komponen 4
Komponen 5
Indeks diplomasi ekonomi
Jumlah naskah kesepakatan di bidang ekonomi, keuangan,
pembangunan
Jumlah Perwakilan RI di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang
memiliki data economic intelligence negara/wilayah akreditasi
Jumlah Perwakilan RI di wilayah Amerika dan Eropa yang
memiliki data economic intelligence negara/wilayah akreditasi
Persentase bantuan kerja sama teknik yang memberikan
peluang ekonomi
Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi
dan pembangunan yang diterima di forum-forum di tingkat intra
dan antarkawasan dan multilateral
Jumlah promosi Trade Tourism Investment and Services (TTIS)
Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI serta
pemberdayaan diaspora
Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan BHI di luar negeri
Persentase Kasus Khusus yang diselesaikan
Persentase Kasus-kasus Umum yang diselesaikan
Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan BHI di
luar negeri
Persentase Integrasi Sistem Pendataan WNI di luar negeri
Persentase Pejabat/Staf Yang Memiliki Sertifikat Pelatihan terkait
Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri
Persentase Perwakilan Citizen Service di luar negeri yang
dibentuk
Persentase SOP Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di luar
negeri yang diterapkan
Persentase Komunitas WNI yang dibentuk dalam rangka
perlindungan WNI/BHI
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
9
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
NO
2015
TUJUAN (T) /
SASARAN
STRATEGIS (SS)
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Sub IKU 3
Komponen 1
Komponen 2
Komponen 3
SS 1.1.7
Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri
Persentase rekomendasi Kemenlu yang diterima dalam
kebijakan/regulasi nasional terkait perlindungan WNI-BHI
Persentase rekomendasi Kemenlu yang diterima dalam isu
perlindungan WNI-BHI pada forum perundingan internasional
Persentase responden yang memberikan umpan balik positif atas
Public Awareness Campaign perlindungan WNI
Monitoring hasil
diplomasi yang efektif
IKU 1
SS 3.1.1.1
SDM yang berkompeten
IKU-1
SS 3.1.1.2
Organisasi dan tata
kelola yang baik
Lingkungan kerja yang
kondusif
Sistem informasi
manajemen yang
terintegrasi
Anggaran yang optimal
IKU-1
Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatan
Nilai Kemajuan Reformasi Birokrasi Kemenlu
IKU-1
Indeks kepuasan pegawai
IKU-1
IKU-2
Indeks Keamanan Informasi (KAMI)
Indeks Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI)
IKU-1
Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja
SS 3.1.1.3
SS 3.1.1.4
SS 3.1.1.5
Persentase deviasi efektifitas perumusan dan implementasi
kebijakan luar negeri
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
10
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
II.3 PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN
2015
Kode
Tujuan (T) /
Sasaran Strategis (SS)
Kode
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
2015
Stakeholders Perspective
T1.1
T1.2
SS
2.1.1
SS
2.1.2
Kepemimpinan dan peran
Indonesia dalam kerja sama
internasional yang berpengaruh
Nilai manfaat ekonomi,
keuangan, dan pembangunan
yang optimal melalui hubungan
luar negeri
Dukungan dan komitmen
nasional yang tinggi atas
kebijakan luar negeri dan
kesepakatan internasional
Pemenuhan pelayanan dan
aspirasi publik
IKU-1
T.1.1
Tingkat pengaruh Indonesia di dunia
internasional
IKU-1
T.1.2
Jumlah negara akreditasi yang mencapai
target peningkatan nilai perdagangan dengan
Indonesia
IKU-2
T.1.2
Jumlah negara akreditasi yang mencapai
target peningkatan nilai investasi asing ke
Indonesia
25
IKU-3
T.1.2
Jumlah negara akreditasi yang mencapai
target peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia
23
89%
78
IKU-1
SS 2.1.1
Persentase tindaklanjut/implementasi
kesepakatan internasional oleh stakeholders
dalam negeri
74%
IKU-1
SS 2.1.1
Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik
74%
IKU-1
SS 2.1.2
Peringkat Inovasi Pelayanan Publik oleh
KemenPAN RB
Top 99
Business Process Perspective
SS
1.1.6
Kebijakan luar negeri yang
berkualitas
IKU-1
SS 1.1.6
Persentase rekomendasi kebijakan luar
negeri yang diimplementasikan
93%
SS
1.1.1
Diplomasi maritim dan
perbatasan yang kuat
IKU-1
SS 1.1.1
Indeks diplomasi maritim dan perbatasan
86%
SS
1.1.2
Kepemimpinan Indonesia di
ASEAN yang meningkat
IKU-1
SS 1.1.2
Persentase rekomendasi dan prakarsa
Indonesia yang diterima dalam setiap
pertemuan ASEAN
90%
SS
1.1.3
Peran Indonesia di dunia
internasional yang meningkat
IKU-1
SS 1.1.3
Indeks peran Indonesia di dunia internasional
91%
SS
1.1.4
Diplomasi ekonomi yang kuat
IKU-1
SS 1.1.4
Indeks diplomasi ekonomi
79%
SS
1.1.5
Pelayanan dan perlindungan
WNI dan BHI dan diaspora
yang prima
IKU-1
SS 1.1.5
Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan
BHI serta pemberdayaan diaspora
67,69%
SS
1.1.7
Monitoring hasil diplomasi yang
efektif
IKU-1
SS 1.1.7
Persentase deviasi efektifitas perumusan dan
implementasi kebijakan luar negeri
10%
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
11
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
Kode
2015
Tujuan (T) /
Sasaran Strategis (SS)
Kode
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
2015
Learning and Growth Perspective
SS
3.1.1.1
SDM yang berkompeten
SS
3.1.1.2
Organisasi dan tata kelola yang
baik
SS
3.1.1.3
Lingkungan kerja yang kondusif
SS
3.1.1.4
Sistem informasi manajemen
yang terintegrasi
SS
3.1.1.5
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Anggaran yang optimal
IKU-1
SS
3.1.1.1
IKU-1
SS
3.1.1.2
IKU-1
SS
3.1.1.3
IKU-1
SS
3.1.1.4
IKU-2
SS
3.1.1.4
IKU-1
SS
3.1.1.5
Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatan
Nilai kemajuan Reformasi Birokrasi Kemenlu
50%
60
Indeks kepuasan pegawai
65%
Indeks Keamanan Informasi (KAMI)
1,5
Indeks Pemeringkatan e-Government
Indonesia (PeGI)
3,35
Persentase penyerapan anggaran dan
realisasi kinerja
95%
Program
Pagu Anggaran
(Rp)
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Luar Negeri
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian
Luar Negeri
Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta
Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta
Optimalisasi Diplomasi di kawasan Amerika dan Eropa
Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui
Kerjasama ASEAN
Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang
Multilateral
4.835.338.909.000,338.690.700.000,132.707.243.000,44.345.059.000,60.203.987.000,544.584.669.000,-
Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik
66.467.918.000,-
Optimalisasi Diplomasi Terkait dengan Pengelolaan Hukum dan
Perjanjian Internasional
Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan
Kekonsuleran
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Kementerian Luar
Negeri
39.117.444.000,136.196.300.000,25.491.900.000,-
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri
Pagu Anggaran Kemenlu 2015
28.621.087.000,6.251.765.216.000,-*)
*) Pagu Anggaran saat Penandatanganan Perjanjian Kinerja Tahun 2015
**) Pagu Anggaran Setelah Revisi: Rp. 6.583.527.692.000,-
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
12
BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA
CAPAIAN KINERJA
Stakeholders Perspective
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
III.1 CAPAIAN KINERJA : STAKEHOLDERS PERSPECTIVE
Tujuan
(T.1.1)
Kepemimpinan dan Peran Indonesia
dalam Kerja Sama Internasional
yang Berpengaruh
Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama Internasional merupakan
amanat dari Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015—2019
pada Sasaran Utama Bidang Politik Luar Negeri. Selama 5 (lima) tahun terakhir (2010—
2014), kinerja Kementerian Luar Negeri melalui langkah diplomasi total telah berhasil
memperlihatkan kepemimpinannya, khususnya di ASEAN dan telah menunjukkan
perannya dalam setiap isu global lainnya. Indonesia sebagai negara besar yang merupakan
bagian dari G20 diharapkan dapat terus meningkatkan pengaruhnya dalam hal
kepemimpinan dan peran dalam setiap fora kerja sama internasional untuk 5 (lima) tahun
kedepan.
Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional yang
berpengaruh menjadi salah satu tujuan Kementerian Luar Negeri yang diharapkan
tercapai di tahun 2019. Pengaruh Indonesia di dunia internasional dimaksudkan dapat
mengarahkan kebijakan aktor lain dalam hubungan internasional pada berbagai isu dalam
lingkup bilateral, regional, dan global. Aktor lain meliputi negara, organisasi internasional,
individu, dan entitas non negara lainnya. Pengukuran pencapaian tujuan Kementerian
Luar Negeri di tahun 2015 dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana posisi pencapaian
tujuan Kementerian Luar Negeri pada tahun 2015 sebagai proyeksi pencapaian pada
tahun 2019 mendatang.
Pencapaian tujuan Kementerian Luar Negeri “Kepemimpinan dan peran
Indonesia dalam kerja sama internasional yang berpengaruh” sebagai Tujuan 1.1
(T 1.1) diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) “Tingkat pengaruh Indonesia di
dunia internasional”. Pengukuran IKU “Tingkat Pengaruh Indonesia di Dunia
Internasional” terdiri dari 3 (tiga) Sub IKU yang merupakan agregasi dari IKU 1 SS.1.1.1
“Persentase Kepemimpinan Indonesia pada Forum Multilateral” dan IKU 1 SS.1.1.3 “Indeks
Peran Indonesia di Dunia Internasional” dengan penambahan IKU “Persentase
kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral” dengan pembobotan yang berbeda.
Pada tahun 2015, capaian IKU-1 T.1.1 “Tingkat pengaruh Indonesia di dunia
internasional” ditargetkan 89% dengan realisasi sebesar 99,60% dan capaian
111,90%, yang diperoleh dari Sub IKU dan pembobotan sebagai berikut:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
14
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Tabel Capaian T-1.1 Tahun 2015
No
1
2
3
Sub IKU
Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum
multilateral (Sub IKU-1)
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia
yang diterima dalam setiap pertemuan ASEAN.
(Sub IKU-2)
Indeks peran Indonesia. (Sub IKU-3)
Dalam pencapaian T 1.1. “Kepemimpinan
dan peran Indonesia dalam kerja sama
internasional
yang
berpengaruh”,
Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya:
60
Realisasi
2015
97,14%
Realisasi
Pembobotan
58,28%
20
96,31%
19,26%
20
110,24%
22,05%
Realisasi
Target
Capaian
99,60%
89%
111,90%
Bobot
“Indonesia greatly influenced ASEAN
positions on the Cambodian Conflict and
The South China Sea Dispute”
(Pattharapong Rattanasevee,
Burapha University,
March 2015,
East Asia Forum Journal
1. Dukungan dari negara-negara anggota lain
di organisasi internasional pada usulan
pencalonan Pemerintah Indonesia yang sangat terkait dengan intensitas hubungan
antar negara.
2. Terdapat kesepakatan regional di antara negara-negara anggota untuk mendukung
pencalonan negara yang berasal dari satu kawasan yang sama.
3. Kurangnya koordinasi antar Kementerian/Lembaga di Indonesia terkait usulan
pencalonan pada suatu organisasi internasional.
4. Perbedaan posisi antar negara-negara ASEAN, khususnya dalam mekanisme ASEAN
yang melibatkan negara mitra ASEAN.
5. Kompleksitas upaya konsolidasi dengan pemangku kepentingan dalam negeri dalam
menyelesaikan berbagai posisi Indonesia terhadap isu internasional di berbagai forum
multilateral maupun dalam menyelesaikan kesepakatan bilateral.
Dalam mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Meningkatkan intensitas hubungan Indonesia dengan negara-negara lain dan
meningkatkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan nasional.
2. Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesatuan, kohesifitas, dan soliditas antar
negara ASEAN, seperti menjadi inisiator, driving force atau sentralitas dan penentu visi
dan misi ASEAN.
Sebagai langkah ke depan Kementerian Luar Negeri akan mengambil langkah
solutif sebagai berikut:
1. Terus berupaya untuk meningkatkan engagement dengan organisasi regional lainnya
dimana Indonesia tidak/belum menjadi anggota.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
15
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
2. Meningkatkan profil Indonesia terhadap negara-negara yang selama ini belum
memberikan dukungan terhadap pencalonan Indonesia di berbagai organisasi
internasional.
3. Indonesia perlu memantapkan kepemimpinan di ASEAN untuk tetap menjaga
sentralitas dan keseimbangan antar major powers di kawasan.
Analisis Sub IKU-1 T-1.1: Persentase kepemimpinan Indonesia
pada forum multilateral
Kepemimpinan pada forum multilateral merupakan upaya strategis Pemerintah
Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan nasional dengan cara memimpin jalannya
pertemuan atau menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan, serta Indonesia/WNI
dapat menduduki suatu jabatan strategis pada Organisasi Internasional (OI) yang
Indonesia menjadi anggotanya.
Dengan menduduki jabatan tersebut, Indonesia berkesempatan untuk turut serta
menyusun kebijakan OI, menyusun dan melaksanakan program-program kerja OI yang
dapat dimanfaatkan dan disesuaikan untuk memperjuangkan kepentingan nasional
Indonesia, maupun memperjuangkan kepentingan regional dan negara-negara
berkembang guna meningkatkan postur internasional Indonesia.
Selama tahun 2015, realisasi Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum
multilateral sebesar 97,14% dari target 85%, sebagaimana tabel berikut:
Sub IKU-1 T.1.1
Persentase kepemimpinan
pada forum multilateral
Indonesia
Informasi Kinerja
Jumlah pertemuan yang dipimpin Indonesia
+ jumlah pencalonan yang berhasil
Jumlah
24+10
Nilai
34
Jumlah pertemuan yang disepakati untuk
dipimpin oleh Indonesia + jumlah
pencalonan yang diusulkan
24+11
35
Realisasi
Target
Capaian
97,14%
85%
114,29%
Beberapa pertemuan yang dipimpin Indonesia pada tahun 2015:
1.
2.
3.
4.
5.
Menlu RI terpilih kembali menjadi salah satu co-chair dari Article XIV Conference on Facilitating the
Entry into Force of the Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT) bersama Menlu Hungaria,
untuk periode 2013-2015.
Terpilihnya kembali Indonesia sebagai anggota Dewan Penasehat Pusat Penanggulangan
Terorisme PBB (Advisory Board UN Counter-Terrorism Center/UN CCT) periode 2015-2018, setelah
sebelumnya memegang jabatan yang sama pada tahun 2012-2014. Hal ini membuktikan bahwa
Indonesia dipandang sebagai salah satu negara kunci untuk isu penanggulangan terorisme.
Di bidang lingkungan hidup, Indonesia dipercaya menjadi anggota Board of Green Climate Fund
periode 2012-2015
Indonesia juga dipercaya menjadi Standing Comittee on Finance UNFCCC periode 2014-2016.
Di bidang Hak Asasi Manusia (HAM), melalui diplomasi Indonesia di bidang kesetaraan gender,
pada bulan Juni 2015, Presiden RI Joko Widodo terpilih menjadi duta “Impact Champion” dari
gerakan “HeForShe”. HeForShe merupakan sebuah kampanye yang dimotori oleh UN Women untuk
mendorong dukungan dan keterlibatan laki-laki dalam upaya mencapai kesetaraan gender.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
16
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Pada tahun 2015, tercatat pula kemenangan pencalonan Indonesia di berbagai
forum multilateral sebagai berikut:
i.
Terpilihnya Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah sebagai anggota Multidisciplinary Expert
Panel pada Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem
Services (IPBES) periode 2015-2017;
ii.
Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Governing Council pada Center for Alleviation
of Poverty through Sustainable Agriculture (CAPSA) periode 2015-2018;
iii. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Governing Council pada Center for
Sustainable Agricultural Mechanization (CSAM) periode 2015-2018;
iv. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Governing Council pada Asian and Pacific
Training Center for Information and Communication Technology for Development
(APCICT) periode 2015-2018;
v.
Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Steering Committee pada Open Government
Partnership (OGP) periode 2015-2018;
vi. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota International Coordinating Council (ICC) of
the Man and Biosphere (MAB) Programme of the UNESCO periode 2016-2020;
vii. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Intergovernmental Committee for the
Protection of the World Cultural and Natural Heritage (World Heritage Committee)
periode 2015-2019;
viii. Terpilihnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia sebagai
External Auditor pada International Atomic Energy Agency (IAEA) periode 20162017;
ix. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Dewan International Maritime Organization
(IMO) periode 2016-2017;
x.
Terpilihnya Prof. Dr. Edvin Aldrian, B.Eng., MSc. sebagai Vice Chair Working Group
I of the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) periode 2016-2021.
Tabel Perbandingan Tahun 2012—2015
Informasi Kinerja
Jumlah pertemuan yang dipimpin
oleh Indonesia di forum multiltateral
Jumlah pertemuan yang disepakati
untuk dipimpin oleh Indonesia dalam
forum multilateral
Realisasi
Jumlah pencalonan yang berhasil
Jumlah pencalonan yang diusulkan
Realisasi
Tahun
2012
10
Tahun
2013
18
Tahun
2014
17
Tahun
2015
24
7
18
13
24
142,86%
9
100%
11
130,77%
9
100%
10
10
15
11
11
90%
73,33%
81,82%
90,91%
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah pertemuan yang dipimpin oleh
Indonesia di forum multilateral mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia yang dianggap memiliki
kapabilitas dan kapasitas dalam menangani berbagai isu internasional. Indonesia juga
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
17
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
dianggap mampu menjembatani kepentingan diantara negara maju, berkembang, dan
Least Developed Countries (LDCs).
Sedangkan untuk jumlah pencalonan Indonesia yang berhasil, jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya dukungan internasional terhadap kepemimpinan Indonesia. Dalam hal ini,
Indonesia dianggap telah memberikan kontribusi yang tinggi terhadap penyelesaian
berbagai isu internasional.
Dalam pencapaian IKU-1 T.1.1, koordinasi masih menjadi kendala utama dalam
pencapaian target IKU 1. Kurangnya koordinasi antara lain dapat terlihat dari
terlambatnya penyampaian pencalonan untuk menduduki jabatan di berbagai organisasi
internasional yang diikuti oleh Kementerian/Lembaga lain. Hal ini menyebabkan
kurangnya waktu bagi Kementerian Luar Negeri untuk melakukan penggalangan
dukungan pencalonan.
Dalam mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri senantiasa
melakukan upaya jemput bola untuk mengetahui rencana pencalonan pada berbagai
organisasi internasional yang melibatkan Kementerian/Lembaga lain. Sebagai langkah
solutif ke depan, Kementerian Luar Negeri perlu meningkatkan citra Indonesia di dunia
internasional melalui peningkatan berbagai kerja sama teknis dalam rangka mendukung
upaya pencalonan Indonesia di dunia internasional.
Analisis Sub IKU-2 dan Sub IKU-3
T-1.1
Untuk Analisis IKU 1 SS 1.1.2 “Persentase
rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan ASEAN” dan IKU 1 SS 1.13
“Indeks Peran Indonesia di Dunia Internasional”
akan dijabarkan melalui analisis pencapaian kinerja
pada Bab III.2 SS 1.1.2 dan Bab III.2 SS 1.1.3.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
“Sebagai teman, AS sangat bangga dengan
peran Indonesia yang semakin meningkat,
baik di kawasan maupun di dunia…
seperti kepemimpinan di ASEAN”
(Antony Blinken, Wakil Menlu AS,
Sept 2015, news.detik.com)
18
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
Tujuan
(T.1.2)
2015
Nilai Manfaat Ekonomi, Keuangan
dan Pembangunan yang Optimal
melalui Hubungan Luar Negeri
Selama 5 tahun terakhir, kinerja Kementerian Luar Negeri melalui langkah diplomasi
total telah berhasil memperlihatkan peran dan kepemimpinannya di dunia internasional.
Capaian diplomasi tersebut perlu diukur relevansinya dengan manfaat ekonomi, keuangan,
dan pembangunan agar hasil diplomasi dapat dirasakan secara langsung manfaatnya oleh
masyarakat luas di tanah air.
Presiden
terpilih
Joko
Widodo
mengangkat ekonomi sebagai isu strategis
dalam kebijakan pemerintahannya. Presiden
Joko Widodo memunculkan visi “Trisakti”,
berisi cita-cita membangun bangsa yang
berdaulat di bidang politik, berdikari dalam
ekonomi, dan berkepribadian dalam sosial
budaya. Trisakti pada intinya adalah ajaran
dasar bagaimana membangun karakter bangsa
Indonesia atau “nation character building”,
sebuah konsep pembangunan yang pertama
kali diperkenalkan Soekarno pada tahun 1963.
Nilai investasi negara-negara asing, total
nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan
mancanegara merupakan kinerja atau
outcome dari pelaksanaan politik luar negeri,
sebagai kontribusi atas upaya bersama dalam
meningkatkan nilai perdagangan dan
investasi asing. Komponen ini diberi bobot
yang relatif tidak terlalu besar karena
merupakan hasil kinerja banyak stakeholders
di dalam dan luar negeri negeri seperti
Kementerian Perdagangan, Badan Koordinasi
Penanaman Modal, Kementerian Pariwisata,
dan para pengusaha di tanah air serta
perwakilan RI di luar negeri.
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode
2014 – 2019 dalam bidang ekonomi yang merupakan prioritas diplomasi Indonesia dan salah
satu pilar penopang kemandirian ekonomi nasional serta memberikan kontribusi sebesarbesarnya untuk kesejahteraan rakyat, Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, dalam
pernyataan pers tanggal 29 Oktober 2014 menyebut setidaknya lima pilar diplomasi ekonomi
yang harus dilakukan Kementerian Luar Negeri guna menopang kemandirian ekonomi
nasional. Pertama, pentingnya Kementerian Luar Negeri melakukan perluasan dan
peningkatan akses pasar produk Indonesia secara bilateral, regional maupun internasional.
Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri perlu mendorong perubahan mindset para
diplomatnya agar lebih aktif melakukan diplomasi ekonomi bahkan terjun langsung
dilapangan. Kedua, penguatan kapasitas dan sumber daya perwakilan RI di pasar nontradisional, atau “untapped market”. Upaya penggarapan pasar non tradisional tidak berarti
meninggalkan pasar tradisional yang telah dilakukan. Ketiga, mendorong investasi asing pada
sektor prioritas Indonesia, serta melindungi investasi Indonesia di luar negeri. Keempat,
pemanfaatan ASEAN Economic Community (AEC). Kelima, diplomasi maritim yang terkait
dengan perlindungan lingkungan hidup dan pemanfaatan kekayaan laut sebagai bagian dari
pilar ekonomi guna mendorong kemandirian ekonomi nasional.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
19
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Pencapaian Tujuan Kementerian Luar Negeri “Nilai manfaat ekonomi, keuangan
dan pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri” sebagai Tujuan 1.2 diukur
dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama yaitu:
Tabel Capaian T-1.2 Tahun 2015
No
IKU
1
Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan
nilai perdagangan dengan Indonesia. (IKU-1)
Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan
nilai investasi asing dengan Indonesia. (IKU-2)
Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara dengan Indonesia. (IKU-3)
2
3
Target
2015
78 negara
Realisasi
2015
67 negara
Capaian
2015
85,90%
25 negara
16 negara
64%
23 negara
5 negara
21,73%
Rata-rata Capaian T-1.2
57,21%
Analisis IKU-1 T.1.2: Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
perdagangan dengan Indonesia
Selama tahun 2015, jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
perdagangan dengan Indonesia sebesar 67 negara dari target 78 negara dengan capaian
85,90% sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 T.1.2
Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan nilai
perdagangan dengan Indonesia
Informasi Kinerja
Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan Afrika
dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia
minimal 5%
Jumlah negara akreditasi di wilayah Amerika dan Eropa
dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia
minimal 2%
Total Realisasi
Target
Capaian
No.
Negara
Jan-Sep 2014
Dalam Ribu USD
Jan-Sep 2015
Dalam Ribu USD
Jumlah
43 negara
24 negara
67 negara
78 negara
85,90%
Peningkatan
Wilayah Asia Pasifik dan Afrika
1
Azerbaijan
2
Bhutan
3
India
4
Kazakhstan
5
Nepal
6
Aljazair
7
Arab Saudi
8
Bahrain
9
Irak
10
Kuwait
11
Lebanon
-2,073,408.90
-1,131,456.30
45,43%
328.70
533.10
62,17%
6,865,232.60
7,643,189.80
11,33%
-14,543.70
-7,555.00
48,05%
14,377.90
23,595.20
64,11%
-150,873.00
-99,922.20
33,77%
-3,996,520.00
-1,132,301.30
71,67%
-94,740.20
26,739.60
128,22%
55,341.00
77,419.70
39,90%
-1,119,048.50
-473,735.90
57,67%
59,970.60
68,236.10
13,78%
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
20
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
No.
Negara
12
Maroko
13
Oman
14
Palestina
15
Qatar
16
Brunei Darussalam
17
Kepulauan Marshall
18
Kerajaan Tonga
19
Laos
20
2015
Jan-Sep 2014
Dalam Ribu USD
Jan-Sep 2015
Dalam Ribu USD
Peningkatan
-46,304.10
-38,896.70
16,00%
36,079.00
59,208.60
64,11%
602.20
2,381.60
295,46%
-1,290,883.50
-525,031.10
59,33%
-507,199.10
-36,861.60
92,73%
-2,062.70
5,014.30
343,09%
2,933.30
3,231.10
10,15%
-47,861.10
6,102.50
112,75%
Malaysia
-804,241.10
-679,151.60
15,55%
21
Mongolia
-13,376.70
3,615.00
127,02%
22
Papua Nugini
108,457.00
162,134.40
49,49%
23
Samoa
3,327.20
5,005.20
50,43%
24
Selandia Baru
-332,903.40
-166,770.50
49,90%
25
Singapura
-7,114,448.00
-4,468,967.00
37,18%
26
Thailand
-3,365,769.00
-2,043,028.20
39,30%
27
Viet Nam
-816,043.60
-340,058.50
58,33%
28
Republik Afrika Tengah
-13.890,7
-5.819,5
58,10%
29
Burkina Faso
-52.009,6
-37.544,0
27,81%
30
Burundi
135,7
145,2
7,00%
31
Chad
-4.683,7
236,8
105,06%
32
Ethiopia
17.440,1
29.237,9
67,65%
33
Kamerun
-3.988,4
563,5
114,13%
34
Kenya
149.233,3
163.147,4
9,32%
35
Komoro
2.331,2
2.767,8
18,73%
36
Lesotho
-796,4
-114,5
85,62%
37
Mali
-48.818,9
-36.685,3
24,85%
38
Mozambik
55.788,8
76.928,7
37,89%
39
Nigeria
-2.156.617,6
-648.496,3
69,93%
40
Pantai Gading
-95.460,1
-61.250,2
35,84%
41
Senegal
59.222,7
71.616,1
20,93%
42
Swaziland
-1.361,8
223,4
116,41%
43
Tanzania
134.181,2
181.607,8
35,35%
Wilayah Amerika dan Eropa
1
El Salvador
8,325.0
12,723.1
52.83%
2
Guatemala
25,983.5
48,226.6
85.60%
3
Honduras
5,744.3
8,126.2
41.47%
4
Panama
112,167.4
114,643.6
2.21%
5
Bahamas
610.4
1,005.00
64.65%
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
21
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
No.
Negara
6
Bolivia
7
2015
Jan-Sep 2014
Dalam Ribu USD
Jan-Sep 2015
Dalam Ribu USD
Peningkatan
6,343.7
12,590.6
98.47%
Haiti
62,543.6
74,647.1
19.35%
8
Kuba
2,783.6
4,667.3
67.67%
9
St.Kitts & Nevis
405.6
1,250.0
208.19%
10
St.Vincent & The Grenadines
143.1
584.0
308.11%
11
Denmark
297,987.80
313,670.10
5.26%
12
Irlandia
119,945.30
122,390.40
2.04%
13
Swedia
634,603.40
656,380.80
3.43%
14
Vatikan
154.60
166.00
7.37%
15
Belarus
147,860.9
167,655.90
13.39%
16
Ceko
22,110.5
49,270.90
122.84%
17
Kroasia
29,580.7
32,711.80
10.58%
18
Latvia
37,681.3
42,022.00
11.52%
19
Lithuania
23,929.1
35,627.70
48.89%
20
Moldova
8,360.8
12,507.70
49.60%
21
Montenegro
1,591.3
2,067.20
29.91%
22
Serbia
9,338.0
12,231.80
30.99%
23
Slovakia
21,558.4
33,687.90
56.26%
24
Slovenia
63,401.4
77,409.10
22.09%
Sumber: Kementerian Perdagangan dan BPS
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia
pada 2015 mengalami surplus 7,51 miliar dolar AS. Surplus ini mengakhiri rentetan defisit
yang terjadi sejak 2012. Neraca perdagangan Indonesia pada 2012 tercatat defisit 1,66 miliar
dolar AS. Defisit berlanjut di 2013 sebesar 4,07 miliar dolar AS. Sedangkan tahun 2014 defisit
2,19 miliar dolar AS. Sehingga dalam empat tahun terakhir, kinerja perdagangan 2015 paling
tinggi.
Kinerja ekspor dan impor sebenarnya mengalami penurunan pada tahun lalu. Namun,
penurunan impor lebih besar ketimbang ekspor. Kinerja ekspor mencapai 150,2 miliar dolar
AS atau turun 14,62 persen. Sedangkan nilai impor mencapai 142,74 miliar dolar AS atau
turun 19,89 persen.
Dalam pencapaian IKU-1 T.1.2, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
seperti akses ke beberapa pasar tertentu yang memerlukan standarisasi dan mutu baku yang
tinggi serta perlu memenuhi regulasi setempat. Selain itu kegiatan promosi perdagangan di
pasar prospektif kadang kala sulit diikuti oleh para pelaku usaha karena besarnya biaya yang
mereka butuhkan, serta faktor terbatasnya informasi terkait potensi pasar prospektif
tersebut.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif dengan menetapkan strategi sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan hasil market intelligence dari perwakilan Indonesia di luar negeri
sebagai masukan dalam pengembangan produk, identifikasi peluang pasar, informasi
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
22
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
kebutuhan produk, mengetahui hambatan perdagangan, serta sistem jaringan logistik dan
distribusi, dalam menentukan dan menyusun strategi yang tepat dan efektif;
2. Melakukan program promosi yang terpadu dan tersinergi, baik antarkementerian
pemerintah, maupun sektor pelaku usaha dan pelaku ekspor melalui pameran dagang,
misi dagang, instore promotion, buying mission dan misi pembelian serta
menyelenggarakan pameran internasional di dalam negeri misalnya Trade Expo
Indonesia, agar jumlah pelaku usaha yang dapat ikut lebih banyak dengan biaya yang
relatif lebih murah;
3. Membangun pusat-pusat promosi di negara akreditasi baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun mendorong keikutsertaan/partisipasi swasta sebagai Windows of
Indonesia/ etalase produk Indonesia langsung di negara target pasar, baik melalui House
of Indonesia, Inkubasi Bisnis, Trading House, Indonesia Inc., Windows of Indonesia (WOI)
dan Permanent Trade Display;
Analisis IKU-2 T.1.2: Jumlah negara akreditasi yang mencapai target
peningkatan nilai investasi asing dengan Indonesia
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada
tahun 2015 jumlah foreign direct investment (FDI) yang ditanam ke Indonesia adalah sebesar
Rp. 365,9 triliun atau naik sebesar 19,2% dibandingkan tahun 2014. Pencapaian tersebut
berhasil dibukukan ditengah-tengah kondisi perekonomian dunia yang bertumbuh relatif
lamban di tahun 2015. Secara umum, investor masih memiliki kepercayaan yang baik
terhadap kondisi fundamental politik dan ekonomi Indonesia serta memandang Indonesia
sebagai negara yang memiliki prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang
menjanjikan.
Di samping itu, Pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk
mempermudah investasi. Di bidang perizinan, setelah peluncuran layanan online dan
pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) pusat, telah dirilis layanan izin investasi tiga jam dengan
delapan produk perizinan plus surat keterangan booking lahan. Selain itu, Pemerintah juga
sudah mengeluarkan berbagai paket kebijakan yang diharapkan mendorong investasi.
Selama tahun 2015, jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai
investasi asing dengan Indonesia sebesar 17 negara dari target 25 negara dengan capaian
68%, sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 T.1.2
Jumlah negara akreditasi yang mencapai
target peningkatan nilai investasi asing
ke Indonesia
Informasi Kinerja
Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan
Afrika dengan peningkatan nilai investasi asing ke
Indonesia minimal 3%
Jumlah negara akreditasi di wilayah Amerika dan Eropa
dengan peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia
minimal 2%
Jumlah
11 negara
Total Realisasi
16 negara
Target
25 negara
Capaian
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
5 negara
64%
23
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA BERDASARKAN LAPORAN KEGIATAN
PENANAMAN MODAL (LKPM) DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA SERTA
AMERIKA DAN EROPA TRIWULAN III 2014 DAN 2015
Q3 2014
NO.
Q3 2015
Peningkatan (%)
Negara
P
I
P
I
P
I
KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
1
MALAYSIA / Malaysia
102
266.6
206
322.9
101.96%
21.14%
2
ARAB SAUDI / Saudi
Arabia
3
0.6
9
0.6
200.00%
6.32%
3
INDIA / India
41
5.4
63
18.1
53.66%
235.99%
4
JEPANG / Japan
KOREA SELATAN / South
Korea
R. R. CHINA / People's
Republic of China
238
499.7
399
917.3
67.65%
83.58%
244
97.2
531
214.8
117.62%
120.91%
150
97.6
300
245.8
100.00%
151.82%
AUSTRALIA / Australia
KEP. MARSHALL / Marshall
Islands
SELANDIA BARU / New
Zealand
67
2
19.5
109
32.9
62.69%
69.03%
1.6
2
12.1
0.00%
651.23%
3
0.2
7
2.2
133.33%
804.16%
10
SEYCHEL / Seychelles
3
8
7.9
166.67%
131.90%
11
SOMALIA / Somalia
1
0.2
3
0.4
200.00%
100.00%
8
1.0
34
91.9
325%
9024%
4
21.7
9
22.6
125%
4%
36
18.4
51
29.0
42%
58%
11
1.8
19
25.3
73%
1292%
20
2.3
30
14.7
50%
544%
5
6
7
8
9
3.4
KAWASAN AMERIKA DAN EROPA
1
ITALIA / Italy
2
LUXEMBOURG /
Luxembourg
3
PERANCIS / France
4
SPANYOL / Spain
5
SWISS / Switzerland
Keterangan:
P: Jumlah Proyek Investasi
I: Nilai Investasi (Dalam Juta Dollar AS)
Sumber: BKPM
Dalam pencapaian IKU-2 T.1.2, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala di
antaranya, yaitu para pelaku usaha di kawasan Amerika dan Eropa masih banyak yang
memberikan prioritas investasinya di wilayah dengan geografis yang terdekat, seperti Eropa
Tengah dan Timur, atau Amerika Selatan. Sedangkan, Indonesia secara geografis cukup jauh
yang berdampak terhadap biaya operasional khususnya transportasi yang mahal. Selain itu,
masalah regulasi perizinan dan ketenagakerjaan membuat Indonesia kurang dapat bersaing
di antara negara-negara di ASEAN.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
24
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif dengan meningkatkan promosi investasi bekerja sama
dengan K/L teknis yang difokuskan pada prioritas pemerintahan di tiga sektor utama
pembangunan infrastruktur, ketahanan energi, dan ketahanan pangan, sebagaimana yang
ditargetkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Analisis IKU-3 T.1.2: Jumlah negara akreditasi yang mencapai target
peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dengan Indonesia
Selama tahun 2015, Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara dengan Indonesia sebesar 5 dari target 23 negara dengan
capaian 21,74%, sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 T.1.2
Jumlah negara akreditasi yang mencapai
target peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia
Informasi Kinerja
Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan
Afrika dengan peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia minimal 15%
Jumlah negara akreditasi di wilayah Amerika dan
Eropa dengan peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia minimal 5%
Jumlah
2 negara (RRT
& Mesir)
3 negara
(Inggris, AS,
Jerman)
Total Realisasi
5 negara
Target
23 negara
Capaian
21,74%
Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dari Kawasan Aspasaf dan Amerop
Bulan Januari-Oktober 2014 dan Januari-Oktober 2015
No.
Kebangsaan
2014
2015
Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
1.
RRT
813.642
966.988
2.
Mesir
6.636
8.128
Kawasan Amerika dan Eropa
3.
Inggris
195.201
225.214
4.
Amerika Serikat
195.300
206.646
5.
Jerman
155.162
166.563
Sumber: Kementerian Pariwisata
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
Pertumbuhan (%)
18,85%
22.48%
15,38
5,18
7,35
25
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Tabel Jumlah Wisatawan dari Kawasan Asia Pasifik dan Afrika ke Indonesia
Kebangsaan
Asia Pasifik
2012
2013
2014
6,376,166
6,943,413
7,475,049
16,423
16,932
19,078
Malaysia
Filipina
1,269,089
236,866
1,380,686
247,573
1,418,256
248,182
Singapura
1,324,706
1,432,060
1,559,044
Brunei Darussalam
Thailand
114,867
125,059
114,272
5
33,598
43,249
48,018
Hongkong
81,782
95,258
94,560
India
196,983
231,266
267,082
Jepang
463,486
497,399
505,175
Korea
352,004
Vietnam
328,989
351,154
Pakistan1
5,330
6,281
7,057
Bangladesh
5,998
8,132
13,891
Sri Lanka
8,786
8,288
8,760
Taiwan
217,708
247,146
220,328
RRT / Cina
726,088
858,140
1,052,705
Australia
952,717
983,911
1,145,576
Selandia Baru
Asia Pasifik Lainnya
Lainnya (Timur Tengah dan
Afrika)
59,606
333,144
67,852
343,027
79,380
321,682
181,692
230,046
261,589
(Sumber : Badan Pusat Statistik)
Tabel Jumlah Wisatawan dari Kawasan Amerika dan Eropa ke Indonesia
Negara Asal
Amerika Serikat
Inggris
Perancis
Jerman
Belanda
Eropa Lainnya
Rusia
Kanada
Italia
Spanyol
Negara Asal
Amerika Lainnya
Swiss
Belgia
Swedia
Denmark
Austria
Portugal
Norwegia
Finlandia
Total
2012
217.599
219.726
184.273
158.212
152.749
98.086
99.448
58.245
46.651
34.991
2012
36.681
37.756
28.243
26.097
21.168
19.120
15.406
17.118
15.035
1.486.604
2013
236.375
236.794
201.917
173.470
161.402
111.976
99.872
65.385
56.705
39.383
2013
41.813
43.906
34.414
29.281
22.890
21.645
18.194
18.174
15.074
1.628.670
2014
246.397
244.594
208.537
184.463
168.494
122.566
94.345
68.432
62.265
47.376
2014
46.391
45.567
33.601
32.308
22.577
20.599
17.675
17.253
15.332
1.698.772
(Sumber: Badan Pusat Statistik, per 14 Desember 2015)
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
26
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Jumlah wisatawan mancanegara asal RRT meningkat pesat pada tahun 2015 karena
tingkat ekonominya membaik, masyarakat banyak yang melancong keluar dan berbisnis di
Indonesia. Walaupun jumlah wisman asal RRT meningkat cukup pesat, Indonesia masih
menempati urutan ke-4 negara tujuan wisman asal RRT di ASEAN setelah Thailand, Singapura,
dan Malaysia. Salah satu kendala dalam menjaring wisman asal RRT adalah kapasitas direct
flight yang terbatas karena kunjungan wisman masih relatif kecil. Dari 17 kota potensial di
RRT, hanya 6 kota yang memiliki direct flight ke Indonesia, berbeda jauh dengan kondisi
aksesibilitas udara dari RRT ke Thailand, Singapura maupun Malaysia.
Tabel Negara Tujuan Wisman Asal RRT di ASEAN
(Jumlah penumpang moda transportasi udara)
Berdasarkan laporan Travel and Tourism Competitiveness Report (TTCR) tahun 2015,
daya saing pariwisata Indonesia menempati urutan 50 dari 141 negara dan bahwa hampir
keempat belas pilar daya saing Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara ASEAN. Skor
secara keseluruhan yang diperoleh Indonesia dalam penilaian tersebut adalah 4,04 dari skala
7. Indonesia memiliki natural and cultural resources yang sangat bagus sehingga memperoleh
skor yang baik. Economic gap juga membantu dalam daya saing Indonesia dalam price
competitiveness.
Masalah dan kendala sektor pariwisata Indonesia yang perlu penanganan yang serius
adalah promosi, infrastruktur (infrastruktur pariwisata, infrastruktur transportasi udara dan
darat dan infrastruktur Information and Communication Technology-ICT), kesehatan dan
kebersihan, keberlanjutan lingkungan, iklim usaha/investasi, keterbukaan internasional,
lingkungan bisnis dan sumber daya manusia. Untuk itu, Indonesia perlu terus meningkatkan
segala upaya untuk mendorong sektor pariwisata yang seharusnya menjadi salah satu faktor
pendongkrak ekonomi Indonesia mengingat melimpahnya potensi wisata yang dimiliki oleh
Indonesia.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
27
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Dalam pencapaian IKU-3 T.1.2, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
diantaranya seperti kurangnya pembuatan media informasi promosi (misalnya brosur, CD)
dalam bahasa setempat selain dalam bahasa Inggris, belum banyak dikenalnya oleh
wisatawan mancanegara branding Wonderful Indonesia yang baru diperkenalkan 1 tahun
terakhir ini sebagai keragaman destinasi wisata Indonesia. Lalu, kurang sinergisnya
koordinasi antara pemangku kepentingan dalam promosi pariwisata, dimana masih terdapat
promosi-promosi daerah atau yang dilakukan pihak swasta secara terpisah tanpa koordinasi
terlebih dahulu dengan Kementerian Pariwisata agar lokasi, rancangan booth, dan tema
promosi dapat terintegrasi sebagai kesatuan promosi Indonesia. Semakin berkembangnya
penggunaan teknologi media sosial oleh turis dalam perjalanan wisata namun tidak
diimbangi dengan pemanfaatan aplikasi media sosial di Indonesia dalam mempromosikan
pariwisata seperti facebook, twitter, youtube, blog, dan lain sebagainya dalam strategi promosi
destination branding baik oleh pusat maupun daerah juga merupakan kendala dalam
mempromosikan potensi pariwisata Indonesia.
Lebih lanjut, Kementerian Luar Negeri juga menghadapi kendala dalam perolehan
data kunjungan wisatawan dan data visa di Perwakilan RI yang dimaksudkan untuk tujuan
wisata tidak terkoneksi ke pusat. Selain itu, pada tahun 2015 terdapat beberapa bencana alam
yang mengakibatkan menurunnya jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia,
antara lain karena Gunung Raung, Gunung Bromo, dan masalah asap di Pulau Sumatera dan
Kalimantan.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif dengan senantiasa menyampaikan masukan dan saran
kepada pemangku kepentingan terkait saran upaya promosi wisata, baik dalam bentuk
peningkatan familiarization trip ke Indonesia bagi awak media dan tour operator, pengemasan
paket-paket wisata yang menarik dengan harga kompetitif, serta pembuatan media informasi
promosi (misalnya brosur, CD) bahasa Inggris dan bahasa setempat. Kementerian Luar Negeri
juga berupaya meningkatkan promosi pariwisata melalui strategi promosi “all-in” yang
tertuang dalam Trade, Tourism, and Investment (TTI). Strategi ini melibatkan semua
pemangku kepentingan terkait serta pelaku usaha pariwisata yang meliputi travel agents,
perusahaan penerbangan, dan industri perhotelan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
28
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Upaya-upaya lain untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia
juga perlu terus digalakkan dengan melakukan revitalisasi serta penambahan infrastruktur
pendukung pariwisata seperti hotel dan layanan kesehatan, penambahan jadwal dan rute
penerbangan langsung ke Indonesia, serta penambahan perjanjian bebas visa dengan negaranegara yang dinilai memiliki potensi besar sebagai penyumbang wisatawan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
29
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
Sasaran
Strategis
(SS-2.1.1)
2015
Dukungan dan Komitmen Nasional
yang Tinggi atas Kebijakan Luar
Negeri
dan
Kesepakatan
Internasional
Pengukuran dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri
dan kesepakatan internasional untuk melihat sejauh mana kesepakatan kerja sama pada
tingkat bilateral, regional, maupun multilateral telah ditindaklanjuti pada tingkat nasional.
Selain itu, pengukuran ini diperlukan agar Kementerian Luar Negeri dapat melakukan
monitoring dan follow up terhadap kesepakatan kerja sama dan melakukan koordinasi
dengan K/L teknis terkait untuk memastikan bahwa kesepakatan yang ada ditindaklanjuti
oleh pemangku kepentingan terkait.
Sebagai konsekuensi dari adanya kesepakatan-kesepakatan internasional yang dibuat
secara tertulis antara Pemerintah RI dengan negara-negara mitra secara bilateral, regional,
maupun multilateral, maka ada hak dan kewajiban dari seluruh stakeholders untuk
melaksanakan isi-isi dari kesepakatan-kesepakatan tersebut baik berupa pelaksanaan dan
juga melakukan sinkronisasi dan harmonisasi terhadap hukum dan peraturan-peraturan
nasional Indonesia. Stakeholders dalam negeri meliputi pemangku kepentingan nasional yang
merupakan segenap pihak dalam negeri yang memiliki kepentingan dan terkait dengan isu
hubungan luar negeri, di antaranya kementerian/lembaga teknis terkait, organisasi bisnis,
dan sebagainya.
Pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Dukungan dan komitmen
nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional” sebagai
Sasaran Strategis 2.1.1 diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) IKU-1 SS 2.1.1 yaitu
“Persentase tindaklanjut/implementasi kesepakatan internasional oleh stakeholders
dalam negeri” dengan 4 (empat) Sub IKU. Pada tahun 2015, capaian kinerja IKU-1 SS-2.1.1
ditargetkan 74% realisasi 103,60% dengan capaian 140%, (batas toleransi capaian 120%)
sebagai berikut :
Tabel Capaian SS-2.1.1 Tahun 2015
40
Realisasi
2015
108,33%
Realisasi
Pembobotan
43,33%
30
102,94%
30,88%
20
96,94%
19,39%
10
100%
10%
Realisasi
103,60%
No
Sub IKU
Bobot
1
Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti oleh
stakeholders dalam negeri (Sub IKU-1)
Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intra
kawasan yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri. (Sub
IKU-2)
Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan
kesepakatan ASEAN di tingkat nasional. (Sub IKU-3)
Persentase rekomendasi dari forum multilateral yang ditanggapi oleh
pemangku kepentingan nasional. (Sub IKU-4)
2
3
4
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
Target
74%
Capaian
140%
Batas Toleransi Capaian
120%
30
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Dalam pencapaian kinerja SS-2.1.1, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala di
antaranya:
1. Masih terdapat perbedaan pandangan dan posisi antara pemangku kepentingan nasional
serta kurangnya koordinasi antara K/L dan pemangku kepentingan lainnya, khususnya di
Pemerintah Daerah.
2. Keterbatasan konektivitas baik transportasi udara maupun laut ke wilayah kawasan yang
relatif sulit dijangkau.
3. Ketidaksiapan K/L teknis dan Pemerintah Daerah terkait dalam pelaksanaan kesepakatan
yang telah dicapai secara bilateral maupun regional serta ketidaksiapan data dari
Pemerintah Daerah di Indonesia untuk mendukung pembangunan ekonomi dan investasi
di daerah.
4. Perubahan kebijakan di tingkat nasional maupun daerah dikarenakan adanya perubahan
kepemimpinan.
5. Kurangnya komitmen K/L teknis terkait termasuk Pemerintah Daerah dalam
menindaklanjuti kesepakatan.
6. Ketidakjelasan penjuru/focal point di daerah dalam memfasilitasi minat kerja sama
ekonomi dan investasi.
7. Kurang kuatnya koordinasi nasional dan belum masuknya ASEAN sebagai isu lintas
sektoral dalam Perencanaan Pembangunan Nasional.
8. Kurangnya komitmen stakeholders dalam menindaklanjuti finalisasi dokumen
kesepakatan yang telah ditandatangani.
9. Secara umum, koordinasi dalam negeri masih menjadi hambatan dalam pelaksanaan
diplomasi multilateral padatahun 2015. Hal ini antara lain terlihat dalam penanganan
kasus di Dispute Settlement Body (DSB) WTO dan implementasi sejumlah kesepakatan
multilateral pada tingkat nasional yang berjalan lambat.
10. Pada tahun 2015 juga terdapat perubahan nomenklatur pada sejumlah Kementerian yang
menjadi kendala tersendiri dalam upaya koordinasi untuk menentukan posisi Indonesia
terhadap isu-isu multilateral yang berkembang.
11. Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia juga masih menjadi kendala dalam
upaya diplomasi multilateral. Sebagai contoh tidak tersedianya anggaran yang cukup
untuk kepentingan pembelaan maupun klaim prosiding sengketa WTO menjadi hambatan
yang perlu segera mendapat perhatian mengingat semakin banyaknya kebijakan
Pemerintah Indonesia yang menjadi agenda pembahasan di berbagai Komite di WTO.
Dalam mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi ke daerah-daerah dan mengenai kesepakatan yang telah dicapai
antara Pemerintah RI dengan negara mitra baik secara bilateral maupun regional;
2. Memperkuat Setnas ASEAN Indonesia untuk menjalin koordinasi dan kerja sama dengan
pemangku kepentingan yang lain;
3. Memberikan advokasi dan capacity building kepada para pengusaha di tingkat nasional
dan daerah serta kepada pengrajin dan petani mengenai standar-standar yang diperlukan;
4. Meningkatkan komunikasi antar K/L dalam rangka penguatan koordinasi;
5. Meningkatkan intensitas monitoring dan evaluasi program kerja yang sudah dan akan
dilaksanakan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
31
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Sebagai langkah ke depan Kementerian Luar Negeri akan mengambil langkah
solutif sebagai berikut:
1. Lebih meningkatkan penguatan mekanisme koordinasi dengan K/L teknis dan Pemda
yang terkait;
2. Peningkatan kualitas sosialisasi dengan melibatkan para pemangku kepentingan termasuk
pengusaha, pengrajin, dan petani yang terkait;
3. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia di Kementerian Luar Negeri sebagai focal
point penyelenggaraan hubungan luar negeri dalam memahami masalah-masalah teknis
yang terdapat dalam kesepakatan bilateral, regional dan multilateral.
Sub IKU 1 IKU-1 SS.2.1.1. Persentase kesepakatan kerja sama
bilateral yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri
Selama tahun 2015, persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti
oleh stakeholders dalam negeri sebesar 108,33 dari target 70% dengan capaian 154,76%
(batas toleransi capaian 120%) sebagaimana tabel berikut:
Sub IKU 1 IKU-1 SS-2.1.1
Persentase kesepakatan kerja sama
bilateral yang ditindaklanjuti oleh
stakeholders dalam negeri
Informasi Kinerja
Jumlah kesepakatan kerjasama yang
ditindaklanjuti/diimplementasikan
Jumlah rencana kesepakatan yang akan
ditindaklanjuti/diimplementasikan
Realisasi
Target
Capaian
Batas Toleransi Capaian
Jumlah
182
168
108,33%
70%
154,76%
120%
Beberapa kesepakatan bilateral Indonesia dengan negara mitra yang ditindaklanjuti
oleh stakeholders dalam negeri antara lain:
1.
2.
3.
4.
Kunjungan Ahli Pertanian dan Peternakan Sapi Argentina ke Kupang, 1-3 September
2015 dan ke Lembang, 3-5 September 2015 untuk mengimplementasikan MoU Kerja
Sama Pertanian RI-Argentina, Jakarta, 17 Januari 2013.
Revitalisasi Kerja Sama Sister City Padang-Hildesheim, Jerman, 19-22 Juni 2015
menindaklanjuti Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the
Government of the Federal Republic of Germany regarding Technical Cooperation, yang
ditandatangani di Jakarta, 9 April 1984.
Agreed Minutes “The Second Meeting of the Joint Commission for Bilateral Cooperation
between the Republic of Indonesia and the Socialist Republic of Viet Nam” pada 25 Juni
2015, yang ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan Pertemuan Teknis ke-7 Penetapan
Batas ZEE RI-Viet Nam, Desember 2015. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari
Sidang Komisi Bersama RI-Viet Nam pada Sidang ke-1 Komisi Bersama RI-Viet Nam, 2526 Juli 2012.
Pertemuan The 14th Meeting of the Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC)
between Malaysia and The Republic of Indonesia tanggal 9-10 Oktober 2015 dengan hasil
kedua pihak menyepakati peningkatan hubungan dan kerja sama di bidang
perdagangan. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari The 13th Meeting of the Joint
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
32
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
5.
2015
Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) between The Republic of Indonesia and
Malaysia, Jakarta 2 Desember 2013.
Joint Statement on Strengthening Comprehensive Strategic Partnership between the
People’s Republic of China and The Republic of Indonesia sebagai tindak lanjut dari Joint
Statement on Strategic Comprehensive Partnership between the People’s Republic of China
and the Republic of Indonesia, 26 Maret 2015. Kesepakatan tersebut merupakan hasil
kunjungan kenegaraan Presiden RI ke RRT pada tanggal 26-28 Maret 2015 untuk
menindaklanjuti:
a. Kerja sama proyek kereta cepat Jakarta-Bandung;
b. Indonesia bergabung dalam AIIB;
c. Kerja sama SAR antara BASARNAS dan Kementerian Perhubungan RRT;
d. Penandatanganan MoU pendirian rumah budaya Indonesia di RRT dan sebaliknya.
Sub IKU 2 IKU-1 SS.2.1.1. Persentase prakarsa/rekomendasi pada
forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti oleh
stakeholders dalam negeri.
Selama tahun 2015, Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama
intrakawasan yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri sebesar 102,94% dari
target 60%, dengan capaian 171,57% (batas toleransi capaian 120%) sebagaimana tabel
berikut:
Sub IKU 2 IKU-1 SS-2.1.2
Persentase prakarsa/rekomendasi
pada forum kerja sama intrakawasan
yang ditindaklanjuti oleh stakeholders
dalam negeri
Informasi Kinerja
Jumlah realisasi
prakarsa/rekomendasi Indonesia di
Forum Kerja sama Intrakawasan yang
ditindaklanjuti
Jumlah rencana
prakarsa/rekomendasi Indonesia di
Forum Kerja sama Intrakawasan yang
ditindaklanjuti
Jumlah
35
34
Realisasi
102,94
Target
60%
Capaian
171,57%
Batas Toleransi Capaian
120%
Beberapa prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intra kawasan yang
ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri pada tahun 2015 antara lain:
1. Berdasarkan rekomendasi pada pertemuan-pertemuan JWG, JEM, dan JIC untuk menuju
penerbitan FLEGT (Forest Law Enforcement, Governance and Trade) License, telah
diselenggarakan outreach programme dengan tema “SVLK Indonesia dan FLEGT-VPA RIUni Eropa: Praktik Terbaik dan Katalisator Ekspor Kayu Indonesia”, 27 Agustus 2015 di
Surakarta, Jawa Tengah. Kegiatan dilaksanakan bekerja sama dengan Pemerintah Kota
(Pemkot) Surakarta dan Multi-Stakeholder Forestry Programme Phase 3 (MFP3).
2. Outreach Program mengenai "Penguatan Kerja Sama Indonesia dalam kerangka FEALAC
dan ASEM telah dilaksanakan di Surabaya, 11-13 November 2015. Kegiatan ini perlu
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
33
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
untuk mendiseminasikan hasil-hasil kesepakatan rangkaian 7th Foreign Ministers Meeting
(FMM VII) 2015 di San Jose, Kosta Rika, 18-22 Agustus 2015, terutama penunjukkan
Indonesia sebagai Co-Chair untuk FEALAC Working Group on Trade, Investment, Tourism,
Small and Medium Enterprises (WG TTISMEs) Kawasan Asia Timur periode 2015-2017,
serta kesepakatan 12th ASEM Foreign Ministers Meeting (FMM 12) di Luksemburg, 5-6
November 2015. Hal ini bermanfaat guna meningkatkan pemahaman pemerintah daerah,
pelaku usaha, dan kalangan akademisi di Provinsi Jawa Timur mengenai potensi dan
peluang kerja sama Indonesia dengan negara-negara FEALAC dan negara-negara mitra
ASEM.
3. KTT Asia Afrika tahun 2015 dalam rangka Peringatan ke-60 Asia Afrika dan Peringatan
ke-10 Kemitraan Strategis Asia Afrika (New Asian-African Strategic Partnership/NAASP).
Hasil KTT KAA adalah Penguatan kerja sama kawasan Asia Afrika dalam kerangka NAASP,
khususnya dalam isu-isu yang menjadi perhatian bersama, antara lain isu perdagangan
dan investasi, ketahanan pangan, ketahanan energi, lingkungan hidup dan peningkatan
people to people contact. Berbagai komitmen kerja sama konkrit tertuang dalam tiga
kesepakatan hasil KTT Asia Afrika, yakni Bandung Message, Reinvigorating the New AsianAfrican Strategic Partnership dan Declaration on Palestine.
Sub IKU 3 IKU-1 SS.2.1.1. Persentase saran kebijakan yang disetujui
untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN di tingkat nasional
Selama tahun 2015, persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan
kesepakatan ASEAN di tingkat nasional sebesar 96,94% dari target 97%, dengan capaian
99,94% sebagaimana tabel berikut:
Sub IKU 3 IKU-1
SS-2.1.1
Persentase saran
kebijakan yang
disetujui untuk
pelaksanaan
kesepakatan
ASEAN di tingkat
nasional.
Bidang
Bidang Politik-Keamanan
Jumlah saran
kebijakan yang
disampaikan untuk
pelaksanaan
kesepakatan ASEAN di
tingkat nasional
75
Jumlah saran
kebijakan yang
disetujui untuk
pelaksanaan
kesepakatan ASEAN
di tingkat nasional
72
20
20
3
3
98
95
Bidang Ekonomi
Bidang Sosial Budaya
Jumlah
Realisasi IKU 3 (%)
Target
Capaian IKU (%) dari target 97%
Nilai
96,94
97%
99,94%
Saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN di tingkat
nasional diantaranya:
1. Kementerian Luar Negeri dan para pemangku kepentingan nasional telah menyepakati
usulan memasukan beberapa butir kepentingan Indonesia agar tercermin dalam
dokumen Visi Masyarakat ASEAN 2025, yang akan diimplementasikan s.d. tahun 2025,
yang meliputi, peningkatan kerja sama di bidang pemajuan dan perlindungan Hak Asasi
Manusia, termasuk di dalamnya untuk pekerja migran; serta peningkatan kerja sama
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
34
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
maritim. Hal ini sejalan dengan Konsultasi Nasional Visi Masyarakat Indonesia Pasca2015. Dalam kegiatan yang sama Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
selaku wakil Pilar Sosial Budaya juga telah menyepakati beberapa hal yang menjadi
prioritas Indonesia dalam Pilar Sosial Budaya ASEAN untuk diimplementasikan dalam Visi
ASEAN paska 2015, antara lain, mempersempit kesenjangan antara hasil kesepakatan
dengan situasi di lapangan, melindungi pekerja migran dan keluarganya serta mengawal
agar isu asap lintas batas tidak menjadi isu regional.
2. Di Pilar Ekonomi, Kementerian Luar Negeri mendorong identifikasi kepentingan
Indonesia yang akan dimajukan dalam penyusunan Action Plan dari Blueprint 2025
tersebut. Pemasukan kepentingan Indonesia tersebut akan meningkatkan rasa
kepemilikan sektor kepada Blueprint 2025. Sehingga Action Plan tersebut juga dapat
segera diselesaikan oleh Indonesia. Saran kebijakan ini disetujui oleh para pemangku
kepentingan nasional dalam kegiatan Focused Group Discussion (FGD): "Evaluasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Rencana/Koordinasi Implementasi Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015" di Jakarta pada tanggal 27-28 November 2015. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk membahas hasil-hasil KTT ke-27 ASEAN termasuk Blueprint Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2025 yang perlu segera disusun Action Plan untuk mengimplementasikannya. FGD
dihadiri oleh berbagai K/L terkait di bawah kerja sama pilar ekonomi ASEAN seperti
Kementerian Koordinator Bidang perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Pertanian, Kementerian ESDM, Kementeruan KUKM, Kementerian Pariwisata,
Kementerian Perhubungan dan Badan Standardisasi Nasional.
Sub IKU 4 IKU-1 SS.2.1.1. Persentase rekomendasi dari forum
multilateral yang ditanggapi oleh pemangku kepentingan nasional.
Selama tahun 2015, realisasi Sub IKU 4 IKU-1 SS. 2.1.1 realisasi persentase
rekomendasi dari forum multilateral yang ditanggapi oleh pemangku kepentingan nasional
sebesar 100% dari target 90%, dengan capaian 111% sebagaimana tabel berikut:
Sub IKU 4 IKU-1 SS-2.1.2
Persentase rekomendasi dari forum
multilateral yang ditanggapi oleh
pemangku kepentingan nasional
Informasi Kinerja
Jumlah rekomendasi yang ditanggapi
oleh stakeholders
Jumlah total kesepakatan multilateral
yang perlu ditindaklanjuti
Jumlah
85
85
Realisasi
100%
Target
Capaian
90%
111%
Beberapa rekomendasi dari forum multilateral yang ditanggapi oleh pemangku
kepentingan nasional yang ditanggapi oleh stakeholders diantaranya adalah:
1. Dalam rangka menindaklanjuti konvensi HAM internasional (CMW, CERD, dan CPRD),
Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan berbagai rapat koordinasi antar
Kementerian/Lembaga dan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan nasional
dalam rangka memberikan rekomendasi dan mendorong implementasi konvensi HAM
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
35
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
tersebut. Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri juga telah membentuk Sistem Terpadu
Pelaporan Berkala Indonesia pada Badan-Badan Traktat HAM dan Dewan HAM, sehingga
instansi terkait dapat memberikan masukan terkait implementasi konvensi HAM di
Indonesia secara online. Rekomendasi Kementerian Luar Negeri untuk implementasi
konvensi HAM ini telah ditindaklanjuti pemangku kepentingan nasional, terbukti dengan
adanya laporan berkala implementasi konvensi HAM melalui sistem tersebut.
2. Menindaklanjuti kesepakatan SDGs yang ditetapkan pada SMU PBB ke 70 tahun 2015,
Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan berbagai rapat koordinasi antar
Kementerian/Lembaga dan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan nasional
dalam rangka memberikan rekomendasi dan mendorong pencapaian target-target SDGs
tersebut. Dalam hal ini, Pemda Surakarta telah menindaklanjuti rekomendasi
Kementerian Luar Negeri dengan memberikan komitmen pencapaian target SDGs
dimaksud. Sebelumnya, Kota Surakarta telah mendapat penghargaan untuk kinerja dalam
penyediaan sarana pelayanan publik dan penghargaan Green City.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
36
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
Sasaran
Strategis
(SS-2.1.2)
2015
Pemenuhan Pelayanan dan Aspirasi
Publik
Pemenuhan pelayanan merupakan tindakan yang dilakukan oleh Kementerian Luar
Negeri dalam rangka memenuhi dan mengakomodasi kebutuhan serta harapan masyarakat
untuk mendapatkan layanan yang baik dari Kementerian Luar Negeri. Pemberian pelayanan
publik kepada masyarakat merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan
masyarakat dan menentukan sejauhmana Kementerian Luar Negeri mampu memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat. Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri sebagai
instansi pemerintah diamanahkan untuk mengakomodir harapan, tujuan dan keinginan kuat
dari masyarakat atau aspirasi publik.
Pelayanan publik yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri, sesuai dengan tugas
dan fungsinya, mencakup pelayanan di bidang perlindungan WNI BHI, pelayanan fasilitas
diplomatik kepada Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional di Indonesia,
pelayanan di bidang kekonsuleran, serta pelayanan di bidang keprotokolan. Dengan demikian,
publik yang mendapatkan pelayanan dari Kementerian Luar Negeri tidak hanya individu
masyarakat umum WNI dan WNA saja namun juga Lembaga Negara/Pemerintah, Perwakilan
Negara Asing dan Organisasi Internasional. Adapun jenis pelayanan publik yang diberikan
oleh Kementerian Luar Negeri adalah bersifat administratif, yaitu pemberian dokumen –
dokumen terkait perijinan, identitas individu, dan informasi yang perlu diketahui oleh
masyarakat umum.
Pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Pemenuhan pelayanan dan
aspirasi publik” sebagai Sasaran Strategis 2.1.2 diukur dengan dua Indikator Kinerja Utama
(IKU) yaitu IKU 1 SS-2.1.2 “Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik” dan IKU 2 SS-2.1.2
“Peringkat inovasi pelayanan publik oleh KemenPAN dan RB”.
Analisis IKU-1 SS-2.1.2: Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik
Indeks Pelayanan dan Aspirasi Publik terdiri dari 2 (dua) Sub IKU yaitu Sub IKU-1
IKU 1 SS-2.1.2 “Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan
kekonsuleran” dan Sub IKU-2 IKU 1 SS-2.1.2 “Persentase isu strategis pada Renstra
Kementerian Luar Negeri yang mengadopsi masukan publik”. Pada tahun 2015, IKU 1 SS-2.1.2
ditargetkan 74% dengan realisasi kinerja sebesar 72,15% dengan capaian 97,51% yang
diperoleh dari Sub IKU dan pembobotan sebagai berikut:
No
1
2
Sub IKU
Persentase penerima jasa yang menyatakan puas
atas pelayanan kekonsuleran (Sub IKU-1)
Persentase isu strategis pada Renstra Kementerian
Luar Negeri yang mengadopsi masukan publik.
(Sub IKU-2)
60
Realisasi
2015
66,38%
Realisasi
Pembobotan
39,83%
40
80,82%
32,33%
Total Realisasi
Target
Capaian
72,15%
74%
97,51%
Bobot
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
37
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Analisis Sub IKU-1 IKU-1 SS-2.1.2: Persentase Penerima Jasa yang
Menyatakan Puas atas Pelayanan Kekonsuleran
Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran dapat
diukur melalui alat kuesioner atas pelayanan dokumen kekonsuleran yang meliputi
penerbitan paspor diplomatik/dinas, izin perjalanan luar negeri (exit permit), penerbitan
rekomendasi visa kepada perwakilan negara asing, legalisasi dokumen, clearance pesawat dan
izin tinggal diplomatik/dinas.
Selama tahun 2015, realisasi Sub IKU-1 IKU-1 SS-2.1.2 “Persentase penerima jasa yang
menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran” sebesar 66,38% dari target 90%,
sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 SS-2.1.2
Persentase penerima jasa yang
menyatakan puas atas pelayanan
kekonsuleran
Informasi Kinerja
Jumlah penerima jasa yang puas
jumlah kuesioner yang diterima kembali
Jumlah
77
116
Realisasi
Target
66,38%
90%
Capaian
73,75%
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian kinerja Kementerian Luar
Negeri atas persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran
mengalami penurunan sebagaimana berikut:
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Persentase penerima jasa yang
menyatakan puas atas
pelayanan kekonsuleran
2013
2014
2015
Tabel perbandingan Sub IKU-1 SS.2.1.2 Tahun 2014-2015
Informasi Kinerja
Jumlah penerima jasa yang
puas
jumlah kuesioner yang
diterima kembali
Realisasi
Target
Capaian
Tahun
2013
20
Tahun
2014
121
Tahun
2015
77
24
150
116
80,67%
100%
80,67%
66,38%
90%
73,75%
83,33
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
38
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Penurunan realisasi dan capaian kinerja tersebut terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1)
Stakeholders tidak mengisi kuesioner dan atau tidak mengembalikan kuesioner. Hal ini
dikarenakan stakeholders belum memahami arti pengukuran pelayanan publik
khususnya penilaian dalam rangka peningkatan pelayanan.
2)
Pengurusan pelayanan kekonsuleran dilakukan oleh pihak ke-3 artinya tidak dilakukan
sendiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan langsung.
Mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri telah melakukan langkah
memberi imbauan serta pengumuman agar stakeholders mengisi kuesioner yang disediakan,
sosialisasi dan pendalaman materi tentang Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik serta penyuluhan mengenai pelayanan yang baik dan benar.
Sebagai langkah solutif ke depan, Kementerian Luar Negeri akan membangun sistem
online untuk mengukur kepuasan pelayanan kekonsuleran serta pembenahan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas.
Di sisi lain, penilaian atas pelayanan kekonsuleran Kementerian Luar Negeri pada
tahun 2015 telah teruji oleh Tim Evaluator KemenPAN dan RB bersama Badan Pusat Statistik
(BPS) yang telah melakukan serangkaian survei untuk mengevaluasi kualitas pelayanan
publik dan penerapan layanan yang bersih dan bebas KKN. Sampel penilaian pelayanan
kekonsuleran dilakukan terhadap Direktorat Konsuler, Direktorat Fasilitas Diplomatik,
Direktorat PWNI dan BHI serta 3 Perwakilan RI (KBRI Singapura, KBRI Manama dan KJRI
Hong Kong).
Berdasarkan hasil survei tersebut, diperoleh nilai Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan
Publik (IPP) dan Indeks Persepsi Anti Korupsi (IPAK) yang diberikan kepada 3 unit kerja
terkait masing-masing sebesar 2,8 dan 2,95 (skala 0–4). Sementara itu nilai IPP dan IPAK
pada kegiatan survei di Perwakilan RI, masing-masing adalah 3,36 dan 3,21 pada KBRI
Singapura; 3,06 dan 3,40 pada KBRI Manama serta 3,10 dan 3,48 pada KJRI Hongkong.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada publik, khususnya di bidang pelayanan
kekonsuleran, di tahun 2015 Kementerian Luar Negeri juga telah menerapkan sistem aplikasi
berbasis teknologi informasi (TI) dalam hal penerbitan dokumen - dokumen clearance
pesawat dan ijin tinggal diplomatik/dinas. Penerapan aplikasi berbasis TI ini telah
mendapatkan penghargaan dan sertifikasi Quality Management System ISO 9001:2008.
Penghargaan yang diterima pada tahun 2015
1.
Standar sertifikat Quality Management System ISO 9001:2008 untuk pelayanan kekonsuleran no. FS
638922 for the Provision of Diplomatic Clearence for Unscheduled Foreign Civil Flight and Foreign
State Flight.
2.
Standar sertifikat Quality Management System ISO 9001:2008 untuk Pelayanan kekonsuleran no. FS
638915 for The Provision of Registered Activites Diplomatic and Services Passport Issuance and Exit
Permit.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
39
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Sub IKU-2 IKU-1 SS.2.1.2. Persentase Isu Strategis pada Renstra
Kementerian Luar Negeri yang Mengadopsi Masukan Publik.
Penyusunan Rencana strategis Kementerian Luar Negeri 2015-2019 telah dilakukan
dengan melibatkan seluruh stakeholders, yaitu seluruh satuan kerja di dalam Kementerian
Luar Negeri serta pihak luar seperti Kementerian PAN-RB dan Bappenas. Selain itu, sebagai
bentuk keterbukaan informasi dan komitmen Kementerian Luar Negeri dalam menerima dan
menampung aspirasi publik/stakeholders terkait isu-isu strategis di bidang hubungan
internasional dan politik luar negeri pada Renstra Kementerian Luar Negeri Tahun 20152019, Kementerian Luar Negeri telah melakukan Diseminasi Renstra Kementerian Luar
Negeri Tahun 2015-2019.
Diseminasi Renstra Kementerian Luar Negeri bertujuan untuk mensosialisasikan
Renstra Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019 kepada publik serta menghimpun
masukan dan saran dari para pemangku kepentingan di pusat dan daerah. Diseminasi Renstra
pada tahun 2015 telah diselenggarakan dua kali di kalangan akademisi, yang pertama yaitu
pada tanggal 22-23 Oktober 2015 bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Parahyangan Bandung yang dihadiri oleh 58 mahasiswa dan 10 dosen. Diseminasi
Renstra kedua diselenggarakan pada tanggal 3-4 November 2015 bekerja sama dengan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, yang dihadiri oleh 88
mahasiswa dan 3 dosen.
Dalam diseminasi Renstra tersebut, digunakan kuesioner untuk mengetahui
keberhasilan kegiatan diseminasi serta melihat sejauh mana Renstra Kementerian Luar
Negeri Tahun 2015 – 2019 telah mengadopsi masukan publik. Hasil olah kuesioner,
menunjukkan bahwa Realisasi Sub IKU-2 IKU-1 SS.2.1.2 “Persentase isu strategis pada
Renstra Kementerian Luar Negeri yang mengadopsi masukan publik” diperoleh sebesar
80,82% responden dari target 50% yang menilai isu-isu strategis pada Renstra Kementerian
Luar Negeri 2015-2019 telah sesuai dengan aspirasi publik, sebagaimana tabel berikut:
IKU
Informasi Kinerja
Persentase isu
strategis pada
Renstra
Kementerian Luar
Negeri yang
mengadopsi
masukan publik
Rumusan Tujuan Kementerian Luar Negeri yang sesuai dengan
aspirasi publik
Rumusan Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri yang
sesuai dengan aspirasi publik
Hasil
Kuesioner
75,71%
70,16%
Rumusan Arah Kebijakan Kementerian Luar Negeri yang sesuai
dengan aspirasi publik
77,96%
Rumusan Strategi Kementerian Luar Negeri yang sesuai dengan
aspirasi publik
Rata-rata Realisasi IKU
99,44%
80,82%
Target
50,00%
Capaian
Batas Toleransi Capaian
161,64%
120%
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
40
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Secara detail, hasil kuesioner dijabarkan sebagai berikut:
1. Terkait aspek rumusan Tujuan Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019, 56,67%
menyatakan sesuai dengan aspirasi publik; 19,05% menyatakan sangat sesuai dengan
aspirasi publik; 13,33% menyatakan tidak tahu; 10,00% tidak sesuai dengan aspirasi
publik.
2. Terkait aspek rumusan Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019,
44,13% menyatakan sesuai dengan aspirasi publik; 26,03% menyatakan sangat sesuai
dengan aspirasi publik; 19,58% menyatakan tidak tahu; 9,10% tidak sesuai dengan
aspirasi publik.
3. Terkait aspek rumusan Arah Kebijakan Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019,
48,44% menyatakan sesuai dengan aspirasi publik; 29,52% menyatakan sangat sesuai
dengan aspirasi publik; 15,37% menyatakan tidak tahu; 5,03% tidak sesuai dengan
aspirasi publik.
4. Sebesar 99,44% masukan dari responden terkait strategi telah tertuangkan secara
substansi dalam Renstra Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019. Dari masukan
publik yang telah dihimpun dalam kegiatan diseminasi renstra tersebut, terdapat 1 (satu)
strategi yang belum terakomodir dan dapat menjadi pertimbangan untuk menjadi salah
satu strategi Kementerian Luar Negeri yaitu “Menginisiasi Rupiah sebagai kurs tetap
ASEAN”. Hal ini merupakan aspirasi yang cukup baik, mengingat Tujuan Kementerian
Luar Negeri Tahun 2015—2019 adalah “Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja
sama internasional yang berpengaruh” serta Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri
Tahun 2015-2019 “Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat”.
Dari hasil kuesioner dan diskusi pada rangkaian acara diseminasi renstra tersebut,
Kementerian Luar Negeri telah memiliki elemen masukan publik bagi bahan evaluasi internal
periodik yang akan dilakukan dengan mengkaji perlu tidaknya upaya penyesuaian atau
penajaman Renstra Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019.
Dalam pencapaian Sub IKU-2 IKU-1 SS.2.1.2 “Persentase isu strategis pada
Renstra Kementerian Luar Negeri yang mengadopsi masukan publik”, Kementerian Luar
Negeri menghadapi kendala di antaranya lingkup diseminasi yang dilaksanakan pada tahun
2015 baru menjangkau/melibatkan kalangan akademisi untuk mengetahui sejauh mana
Renstra yang telah disusun Kementerian Luar Negeri telah mengakomodir aspirasi publik.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri akan
melakukan langkah solutif ke depan dengan memperluas dan mengintensifkan upaya
Diseminasi Renstra kepada seluruh pemangku kepentingan, sehingga aspirasi seluruh
kalangan di bidang hubungan luar negeri dan kerjasama luar negeri dapat tercermin dalam
Renstra Kementerian Luar Negeri. Selain itu, Kementerian Luar Negeri akan memperkuat
jejaring di antara seluruh pemangku kepentingan di bidang hubungan luar negeri dan kerja
sama internasional agar Renstra Kementerian Luar Negeri dapat diimplementasikan secara
holistik.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
41
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan
2015
Analisis IKU-2 SS-2.1.2: Peringkat Inovasi Pelayanan Publik oleh
KemenPAN-RB
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan masyarakat sehingga
kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat strategis
karena akan menentukan sejauhmana pemerintah mampu memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya bagi masyarakat dan sejauh mana negara telah menjalankan perannya dengan
baik sesuai dengan tujuan pendiriannya. Perkembangan kehidupan masyarakat yang sangat
dinamis seiring dengan tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan
indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat. Mengingat fungsi utama pemerintah
adalah melayani masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas
pelayanan.
Pelayanan publik yang berkualitas adalah dambaan setiap warga negara Indonesia.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika inovasi-inovasi diperlukan bagi pemerintah dalam
mengambil berbagai inisiatif guna meningkatkan kualitas pelayanan publik secara
berkelanjutan. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah melalui Kementerian PAN-RB
memperkenalkan inisiatif “Satu Instansi, Satu Inovasi (One Agency, One Innovation)” sejak
tahun 2013. Pada prinsipnya inisiatif ini mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah agar
melakukan minimal 1 (satu) inovasi setiap tahunnnya. Sejalan dengan inisiatif ini juga
diselenggarakan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik.
Kompetisi inovasi pelayanan publik merupakan ajang tertinggi dari Pemerintah c.q.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas pengakuan
praktik inovasi dari jenis atau beberapa jenis pelayanan publik yang dilakukan di setiap
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Kompetisi inovasi pelayanan publik dilaksanakan sesuai dengan Pasal 7 ayat (4) huruf
c Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang mengamanatkan
kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk memberikan
penghargaan kepada penyelenggara pelayanan publik sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Pada tahun 2015 ini Inovasi pelayanan publik mengacu pada Peraturan Menteri
PAN-RB Nomor 30 Tahun 2014 tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik.
Sebagaimana tahun 2014, Kementerian Luar Negeri pada tahun 2015 kembali
berpartisipasi dalam kompetisi inovasi pelayanan publik yang diadakan oleh Kementerian
PAN-RB. Kementerian Luar Negeri berhasil mendapatkan penghargaan Top 99 melalui
program unggulan “Pelayanan Pendidikan melalui Sekolah Indonesia Terbuka Johor Bahru
(SITJB) di Perwakilan RI Johor Bahru”, sebagaimana yang ditargetkan pada tahun 2015.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
42
BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA
CAPAIAN KINERJA
Business Process
Perspective
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
III.2 CAPAIAN KINERJA : BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE
Sasaran
Strategis
(SS-1.1.6)
Kebijakan Luar
Berkualitas
Negeri
yang
Sasaran Strategis 1.1.6 “Kebijakan Luar Negeri yang Berkualitas” sebagai
Sasaran Strategis 1.1.6 (SS-1.1.6) diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1.1.6)
“Persentase rekomendasi kebijakan luar negeri yang diimplementasikan”.
Rekomendasi dalam hal ini merupakan saran sikap dan langkah kebijakan luar negeri
Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi
internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi
masalah internasional guna mencapai tujuan nasional. Pertimbangan rekomendasi yang
diimplementasikan merupakan pertimbangan apakah suatu rekomendasi dari suatu
kebijakan mempunyai mutu dan taraf baik sehingga dapat ditindaklanjuti oleh
Kementerian Luar Negeri.
Rekomendasi kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri telah
memberikan kontribusi penting bagi kebijakan luar negeri Indonesia. Beberapa
pemberitaan terkait pelaksanaan kegiatan forum kajian kebijakan luar negeri mendapat
pemberitaan di media nasional dan regional baik cetak maupun elektronik. Selain
menunjukkan peran aktif Kementerian Luar Negeri dalam perumusan kebijakan maupun
pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia, pemberitaan ini juga sekaligus
menunjukkan keterbukaan Kementerian Luar Negeri dalam menangkap berbagai
masukan dari pihak-pihak non-pemerintah termasuk para akademisi di bidang-bidang
terkait.
Rekomendasi kebijakan juga dituangkan dalam penyampaian bahan paparan
Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Luar Negeri yang disampaikan di berbagai forum
nasional maupun internasional. Rumusan posisi dasar RI pada isu-isu strategis seperti isu
Laut China Selatan juga menjadi salah satu kontribusi penting dari rekomendasi kebijakan
yang dilakukan melalui hasil pengkajian mendalam Kementerian Luar Negeri. Hasil kajian
terkait isu Taiwan dalam kerangka “one China policy” menjadi salah satu rekomendasi
kebijakan yang disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri kepada Presiden RI.
The 25th Workshop on Managing Potential Conflict in the South China Sea
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
43
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Pada tahun 2015, capaian SS 1.1.6 sebagai berikut:
Tabel Capaian IKU-1 SS 1.1.6 Tahun 2015
IKU-1 SS-1.1.6
Persentase rekomendasi kebijakan
luar negeri yang
diimplementasikan
Informasi Kinerja
Jumlah rekomendasi yang
diimplementasikan
Jumlah rekomendasi atas isu
strategis*)
Jumlah
165
170
Realisasi
Target
Capaian
97,06%
93%
104,36%
*) Isu strategis adalah isu di bidang diplomasi maritim dan perbatasan,
kepemimpinan Indonesia di ASEAN, peran Indonesia di dunia internasional,
diplomasi ekonomi serta pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI
Sejalan dengan prioritas kebijakan luar negeri RI, beberapa isu penting dan
strategis yang masih akan terus mencuat serta menjadi bahan kajian Kementerian Luar
Negeri, antara lain yaitu isu terkait ASEAN, arsitektur regional, perubahan iklim, dampak
krisis keuangan dan ekonomi global, serta kebijakan global AS dan peran kekuatankekuatan lainnya di kawasan.
Dalam pencapaian IKU-1 SS-1.1.6, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
di antaranya perubahan/dinamika situasi global. Dalam mengatasi kendala tersebut,
Kementerian Luar Negeri mengantisipasi adanya perubahan/dinamika pada fokus kajian
berdasarkan arahan Presiden RI.
Sebagai langkah solutif ke depan, Kementerian Luar Negeri akan semakin peka
terhadap setiap perkembangan di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya dan keamanan,
baik di tataran nasional, bilateral, regional maupun multilateral/global. Dalam upaya
meningkatkan kualitas rekomendasi kebijakan luar negeri Kementerian Luar Negeri juga
perlu meningkatkan kualitas sumber daya, intensifikasi dan ekstensifikasi kerja sama
pembuatan kajian mandiri dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian,
melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan untuk melakukan eksplorasi isu melalui
mock debating atau moot court.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
44
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sasaran
Diplomasi Maritim dan Perbatasan
Strategis
yang Kuat
(SS-1.1.1)
Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat merupakan aspek penting bagi
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan.
Indonesia perlu mengoptimalkan potensi maritim yang terdiri dari sumber daya hayati
dan non hayati, jasa kemaritiman dan jalur navigasi serta penegakan kedaulatan dan hak
berdaulat di laut. Diplomasi maritim telah dilaksanakan sejak awal saat bangsa Indonesia
menyatakan diri sebagai Negara Kepulauan. Diplomasi maritim dan perbatasan menjadi
isu prioritas dalam Nawa Cita Presiden Jokowi yang pelaksanaannya dikoordinir oleh
Kementerian Luar Negeri. Kebijakan luar negeri dan program kerja Kementerian Luar
Negeri harus dioptimalkan untuk mendukung visi dan misi pemerintahan Presiden Joko
Widodo.
Diplomasi Maritim dan Perbatasan adalah upaya menjalin kerja sama dengan
negara lain untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan, dan memberikan
kepastian hukum atas batas wilayah NKRI, antara lain melalui perundingan penetapan
batas maritim, penegasan batas darat, dan kerja sama perbatasan, serta kerja sama
keamanan maritim, keselamatan pelayaran, dan pengelolaan sumber daya kelautan.
Pencapaian Sasaran Strategis 1.1.1 (SS-1.1.1) “Diplomasi Maritim dan
Perbatasan yang Kuat” diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1.1.1) “Indeks
Diplomasi Maritim dan Perbatasan”. Pada tahun 2015, realisasi kinerja SS-1.1.1 sebesar
111,17% dari target 86% dengan capaian Indeks 129,26% (batas toleransi capaian
120%), yang diperoleh dari Sub IKU dan pembobotan sebagai berikut:
Tabel Capaian SS-1.1.1 Tahun 2015
35
Realisasi
2015
30 dari target 10
(300%, konversi
capaian 120%)
Realisasi
Pembobotan
42%
Persentase perundingan batas wilayah di laut dan
darat yang berhasil diselenggarakan. (Sub IKU-2)
30
125%
37,5%
3
Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang
diterima di bidang kemaritiman dan pengelolaan
perbatasan. (Sub IKU-3)
25
100%
25%
4
Jumlah forum kerja sama kemaritiman dengan negara
lain yang dibentuk. (Sub IKU-4)
10
2 dari target 3
(66,67%)
6,67%
No
Sub IKU
Bobot
1
Jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di
bidang diplomasi maritim dan perbatasan. (Sub IKU-1)
2
Realisasi
Target
Capaian
Batas Toleransi Capaian
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
111,17%
86%
129,26%
120%
45
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Analisis Sub IKU-1 IKU-1 SS-1.1.1: Jumlah Naskah Kesepakatan Hasil
Perundingan di Bidang Diplomasi Maritim dan Perbatasan
Naskah kesepakatan hasil perundingan merupakan hasil kesepakatan pada setiap
proses perundingan di bidang diplomasi maritim dan perbatasan. Sepanjang tahun 2015,
realisasi jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di bidang diplomasi maritim dan
perbatasan tercapai 30 dari target 10 atau dengan capaian 300% (batas toleransi capaian
120%).
Beberapa Naskah Kesepakatan Maritim yang Utama di Tahun 2015
1. Hasil MoU Kerja Sama Maritim RI-Inggris: (a) Meningkatkan kerja sama dalam praktek penegakan
hukum terhadap kejahatan lintas Negara, (b) Memperkuat kerja sama keselamatan pelayaran, (c)
penanggulangan IUU Fishing, (d) Pengembangan infrastruktur dan konektivitas.
2. Hasil MoU Kerja Sama Maritim RI-Denmark: (a) Memajukan kerja sama maritime di bidang
industry dan infrastruktur maritime, (b) Pengembangan kapasitas dan teknologi maritim, (c)
Pelatihan pelaut, pariwisata laut, serta IUU Fishing.
3. Hasil MoU Kerja Sama Maritim RI-AS: (a) Meningkatkan kerja sama RI dengan AS di bidang
keamanan dan ekonomi maritim, (b) Sumber daya kelautan dan konservasi serta (c) Pengelolaan
perikanan, keselamatan dan navigasi maritim, serta (d) Pengembangan IPTEK kelautan.
4. RI-Australia: Memerangi IUU Fishing dan mempromosikan penanganan penangkapan ikan yang
berkelanjutan. Memperkuat kerja sama dan upaya dalam mempromosikan praktek penangkapan
ikan yang bertanggung jawab dan memerangi IUU Fishing melalui berbagai kegiatan capacity
building dan information sharing.
Dalam pencapaian kinerja Sub IKU-1 IKU-1 SS-1.1.1, Kementerian Luar Negeri
menghadapi kendala umum di antaranya mengenai penyamaan persepsi antara
Indonesia dengan negara-negara mitra, pengutamaan penetapan garis batas dan
penyelesaian masalah perbatasan serta sulitnya mencapai kesepakatan untuk melakukan
perundingan, disamping untuk menyamakan posisi dan cara pandang penyelesaian
sengketa batas wilayah negara. Selain itu, kompleksitas upaya konsolidasi dengan
pemangku kepentingan dalam negeri baik ditingkat nasional maupun daerah yang
keseluruhannya ingin dilibatkan juga menjadi kendala teknis dalam mempersiapkan suatu
posisi bersama.
Solusi dalam mengatasi kendala kesesuaian jadwal, Kementerian Luar Negeri
telah melakukan pendekatan secara informal baik melalui Kedutaan Besar Negara mitra
di Jakarta maupun melalui Perwakilan RI di negara-negara mitra. Adapun untuk mengatasi
masalah kompleksitas konsolidasi internal, Kementerian Luar Negeri telah berupaya
mengintensifkan pertemuan kajian dan penetapan posisi Pemerintah RI dengan
Kementerian/Lembaga terkait dan secara konsisten berupaya untuk memastikan
substansi perjanjian internasional sesuai dengan kepentingan nasional dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Upaya mengintensifkan koordinasi tersebut dapat
dilihat sebagai misal, dalam hal kerja sama keamanan laut antara Badan Keamanan Laut RI
(Bakamla) dengan United States Coast Guard, telah dikoordinir penyelenggaraan
serangkaian pertemuan teknis pada tahun 2015 sebelum pelaksanaan kunjungan Presiden
RI ke Amerika Serikat. Pertemuan teknis tersebut melibatkan beberapa direktorat yang
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
46
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
menangani substansi keamanan internasional, naskah perjanjian, dan kawasan Amerika di
Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, Kementerian Koordinator
Kemaritiman, serta Bakamla, sehingga naskah kesepakatan dapat disetujui dan dipastikan
sesuai dengan kepentingan nasional.
Sebagai langkah solutif, Kementerian Luar Negeri akan mengintensifkan
pendekatan secara informal dalam hal penyesuaian jadwal dan pembahasan penetapan
batas maritim dengan Tim Teknis negara-negara tetangga serta menyamakan persepsi
dengan pemangku kepentingan terkait di Indonesia. Untuk memperkuat pemahaman
Kementerian/Lembaga teknis terkait dengan proses pembuatan perjanjian internasional
dan memudahkan kerja tim inter-kementerian dalam persiapan pembuatan perjanjian
internasional, Kementerian Luar Negeri juga akan mengagendakan sosialiasi peningkatan
kapasitas keahlian di bidang hukum khususnya mengenai pedoman pembuatan,
pengesahan dan penyimpanan naskah perjanjian internasional. Pada pertemuan
konsultasi mendatang pihak Indonesia dan Negara mitra masih perlu untuk menbahas
titik titik dasar dan garis-garis pangkal kedua Negara yang relevan serta mengidentifikasi
sekmen batas maritim yang perlu di prioritaskan penyelesaiannya dalam pertemuan tim
teknis pertama di triwulan I tahun 2016.
Analisis Sub IKU-2 IKU-1 SS-1.1.1: Persentase Perundingan Batas Wilayah di
Laut dan Darat yang Berhasil Diselenggarakan
Diplomasi perbatasan (border diplomacy) adalah suatu bentuk pelaksanaan politik
luar negeri dalam rangka penanganan dan pengelolaan batas negara yang melingkupi
upaya penetapan batas negara dan kerja sama perbatasan yang bersifat tiga dimensi (di
matra laut, darat, dan udara). Penetapan batas wilayah negara yang dilakukan oleh
Pemerintah RI merupakan suatu perintah konstitusional dan diselenggarakan sesuai
dengan hukum internasional dan peraturan perundang-undangan nasional yang berlaku.
Penyelesaian masalah perbatasan sulit diukur secara kuantitatif karena
menyangkut kesiapan teknis, substantif dan administratif serta aspek hukum, politis,
teknis dan kepentingan nasional masing-masing negara. Selain itu, untuk bisa melakukan
satu perundingan dibutuhkan serangkaian kinerja diplomasi melalui langkah pendekatan
diplomatik agar bisa mengajak negara mitra memulai dan/atau melanjutkan perundingan.
Realisasi Sub IKU-2 IKU-1 SS-1.1.1 “Persentase Perundingan Batas Wilayah di Laut dan
Darat yang Berhasil Diselenggarakan” pada tahun 2015 sebagaimana tabel berikut:
Sub IKU-2 SS-1.1.1
Persentase Perundingan Batas
Wilayah di Laut dan Darat yang
Berhasil Diselenggarakan
Informasi Kinerja
Jumlah
Jumlah perundingan batas wilayah di
laut dan darat yang diusulkan kepada
negara mitra
Jumlah perundingan batas wilayah di
laut dan darat yang berhasil
diselenggarakan
Realisasi
Target
Capaian
Batas Toleransi Capaian
12
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
15
125%
70%
178,57%
120%
47
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Selama tahun 2015, secara keseluruhan telah dilaksanakan 25 pertemuan
perundingan batas wilayah yang terdiri dari 9 perundingan batas maritim dengan 6
negara dan 16 perundingan batas darat dengan 3 negara.
Dari keseluruhan perundingan
tersebut, tidak semua perundingan yang
menyangkut batas darat dipimpin oleh
Kementerian Luar Negeri, akan tetapi
yang menjadi focal point adalah
Kementerian/Lembaga
lain
seperti
Kemdagri, Kemhan dan Badan Informasi
Geospasial.
Perundingan yang benar-benar
menjadi tanggungjawab dan dipimpin
oleh Kementerian Luar Negeri hanya sebanyak 15 perundingan, yang terdiri dari 11
perundingan batas maritim dengan 6 negara (sesuai dengan Roadmap Batas Maritim
Kementerian Luar Negeri 2015) dan 4 perundingan batas darat dengan 2 negara. Dari 11
perundingan batas maritim yang diselenggarakan, 9 diantaranya berupa perundingan
teknis dan 2 lainnya berupa pertemuan Utusan Khusus Presiden RI dengan Utusan Khusus
PM Malaysia.
Perbandingan Jumlah Perundingan Penetapan Batas Wilayah
60
40
38
32
41
32
15
20
0
2011
2012
2013
2014
2015
Tidak seperti tahun sebelumnya dimana dari perundingan yang dilakukan terdapat
2 kesepakatan di bidang maritim dan 1 kesepakatan politis terkait penyelesaian batas
maritim, pada tahun 2015 tidak ada kesepakatan penyelesaian batas baik maritim maupun
batas darat. Proses perundingan masih terus berjalan pada tahap pembahasan substansi
menuju pencapaian kesepakatan.
Namun demikian, terdapat beberapa perkembangan baru dalam usaha percepatan
penyelesaian batas maritim pada tahun 2015, yaitu (i) Dimulainya diskusi penetapan
batas maritim dengan Timor-Leste, (ii) Pelaksanaan pertemuan penjajakan untuk
dimulainya kembali perundingan penetapan batas maritim dengan Palau setelah terhenti
pada tahun 2012 dan Thailand setelah terhenti pada tahun 2003, serta (iii) penunjukan
Special Envoy (Utusan Khusus) untuk penyelesaian Penetapan Batas Maritim antara
Indonesia dan Malaysia.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
48
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Dalam pencapaian kinerja pada Sub IKU-2 IKU-1 SS-1.1.1, Kementerian Luar
Negeri menghadapi kendala di antaranya sulitnya mencapai kesesuaian jadwal dan
kesiapan negara mitra untuk melakukan perundingan, serta untuk menyamakan
kesepakatan terkait posisi dan prioritas antara Indonesia dengan negara mitra.
Untuk mengatasi kendala kesesuaian jadwal, Kementerian Luar Negeri baik telah
melakukan pendekatan secara informal baik antar ketua Tim Teknis maupun melalui
Kedutaan Besar Negara-negara tetangga di Jakarta ataupun melalui Perwakilan RI di
Negara-negara tetangga. Selain itu Kementerian Luar Negeri juga memberikan solusi atas
keterbatasan kemampuan mitra untuk bertemu, dengan Palau misalnya, perundingan
dilaksanakan di kantor Kedutaan Besar RI di Manila untuk memudahkan pihak Palau.
Sebagai langkah solutif ke depan, Kementerian Luar Negeri akan secara
berkesinambungan terus menggalang komunikasi secara intensif dengan negara mitra dan
mendorong negara mitra untuk mempertahankan prioritas penyelesaian penetapan
perbatasan dan mengupayakan dorongan politis pada tingkat pejabat tinggi atau kepala
negara/pemerintahan terkait untuk mendukung penyelesaian penetapan batas wilayah di
darat dan di laut.
Analisis Sub IKU-3 IKU-1 SS-1.1.1: Persentase Prakarsa/Rekomendasi
Indonesia yang Diterima di Bidang Kemaritiman dan Pengelolaan
Perbatasan
Realisasi Sub IKU-3 IKU-1 SS-1.1.1 “Persentase Prakarsa/Rekomendasi
Indonesia yang Diterima di Bidang Kemaritiman dan Pengelolaan Perbatasan” pada
tahun 2015 sebagaimana tabel berikut:
Sub IKU-3 SS-1.1.1
Informasi Kinerja
Jumlah
Persentase Prakarsa/Rekomendasi
Indonesia yang Diterima di Bidang
Kemaritiman dan Pengelolaan
Perbatasan
Jumlah prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima di bidang
kemaritiman dan pengelolaan
perbatasan
Jumlah prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang disampaikan di
bidang kemaritiman dan pengelolaan
perbatasan
Realisasi
Target
Capaian
Batas Toleransi Capaian
89
89
100%
80%
125%
120%
Beberapa prakarsa dan rekomendasi Indonesia yang strategis di Bidang
Kemaritiman dan Pengelolaan Perbatasan diantaranya:
1. East Asia Summit (EAS) Statement on Enhancing Regional Maritime Cooperation pada
KTT ke-10 EAS di Kuala Lumpur. Prakarsa ini dalam konteks kerja sama EAS memiliki
signifikansi yang strategis mengingat keterlibatan negara peserta dalam EAS yang
terdiri dari 10 negara anggota ASEAN dan delapan negara non-ASEAN/mitra wicara
yang memiliki pengaruh, peran dan kepentingan besar di kawasan. Indonesia memiliki
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
49
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
kepentingan strategis dalam upaya pengembangan kerja sama di bidang maritim
terutama di kawasan yang bersifat lebih komprehensif daripada hanya terfokus pada
aspek maritime security. Prakarsa ini juga sebagai salah satu upaya untuk memelihara
kawasan laut yang stabil, aman, damai dan dapat memberikan kemakmuran bagi
masyarakat di kawasan. Lima pilar dan kerja sama utama dalam EAS Statement adalah
Pembangunan ekonomi maritim berkelanjutan; Pemajuan perdamaian, stabilitas dan
keamanan; Upaya mengatasi berbagai tantangan lintas batas; Konektivitas maritim;
dan Kerja sama antar lembaga penelitian.
2. Prakarsa pembentukan ASEAN Seaport Interdiction Task Force (ASITF) mendapatkan
dukungan dari seluruh negara anggota ASEAN. Hal ini cukup krusial dan sangat
penting maknanya bagi Indonesia mengingat jalur perairan merupakan salah satu
pintu masuk bagi berbagai produk, termasuk obat-obatan terlarang. Manfaat dari
prakarsa ini bagi Indonesia adalah untuk mengurangi penyalahgunaan, pencegahan
penyebaran obat-obatan terlarang serta wujud penegakan hukum di Indonesia melalui
kerja sama regional, terutama dalam berkontribusi mewujudkan aspirasi “drug-free
ASEAN”.
3. ASEAN Guidelines for Preventing the Entry of Fish and Fishery Products from IUU Fishing
Activities into the Supply Chain, yang disahkan oleh Pertemuan Menteri Pertanian
ASEAN ke-37 di Manila, Filipina. Hal ini sangat strategis bagi kepentingan Indonesia
sebagai negara yang ingin mengedepankan sektor maritimnya dan ingin memberantas
praktek IUU Fishing.
Analisis Sub 4 SS-1.1.1: Jumlah Forum Kerja Sama Kemaritiman
dengan Negara Lain yang Dibentuk
Pada tahun 2015 realisasi forum kerja sama kemaritiman dengan negara lain
yang dibentuk adalah sebanyak 2 forum dari 3 target. Forum kerja sama kemaritiman
merupakan lembaga, badan, atau wadah antar negara yang dibentuk untuk
mengedepankan kerja sama dalam bidang kemaritiman antara lain bidang keamanan dan
keselamatan laut, pengelolaan sumber daya kelautan dan pengelolaan perbatasan.
2 Forum yang berhasil dibentuk adalah forum RI-Malaysia tentang “Technical
Meeting on Maritime Delimitation” dan forum Indonesia-Vietnam mengenai penetapan
batas ZEE kedua Negara. Hasil forum RI-Malaysia merupakan perundingan kerjasama
maritim antara lain menyepakati penunjukan special envoy yang merupakan komitmen
Pemri terhadap upaya akselerasi penyelesaian masalah perbatasan maritim dan darat,
sedangkan forum Indonesia-Vietnam merupakan wadah efektif pemetaan batas maritim
kedua negara. Hasil perundingan akan memberi kejelasan batas hak berdaulat RI untuk
pengelolaan perikanan dan riset di kolom air. Pertemuan selanjutnya direncanakan akan
dilaksanakan di Indonesia.
Target 1 forum yang belum terbentuk, yaitu forum kerja sama maritim dalam
rangka kerja sama ASEAN. Namun demikian, Indonesia berhasil memajukan proses
pembentukan forum di bidang maritim antara lain pembentukan ASEAN Coast Guard
(ACGF). Inisiatif pembentukan (ACGF) dicetuskan pada Pertemuan ke-5 ASEAN Maritime
Forum (AMF) di Da Nang, Viet Nam pada tahun 2014 dan ditindaklanjuti dengan
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
50
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
pertemuan Experts’ Group Meeting (EGM) on the ASEAN Coast Guard Forum (ACGF) pada
Agustus 2015 di Manila, Filipina.
Pada dasarnya, usulan pembentukan suatu forum yang memfasilitasi dialog
khusus mengenai keamanan maritim di antara para coast guard ASEAN dapat diterima
oleh Negara Anggota ASEAN. Namun demikian, negara anggota menyepakati untuk
membahas TOR ACGF lebih lanjut agar tidak menjadi forum yang memiliki kewenangan
legalistik, dan dapat menjadi forum dalam menghadapi isu-isu maritim yang meliputi
safety of navigation, maritime security, dan marine environment protection dengan
berlandaskan pada aturan internasional.
Kendala yang dihadapi adalah belum finalnya TOR ACGF yang memuat elemenelemen yang diusulkan oleh Negara anggota ASEAN. Kedepannya, Indonesia dapat
mendorong pembentukan ACGF sebagai mekanisme information sharing di tingkat
regional yang komprehensif dan terstruktur untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas
pengawasan dan penegakan hukum di laut yang dilaksanakan oleh Bakamla dan instansi
terkait lainnya.
Selain itu, pembahasan usulan kemungkinan pembentukan ASEAN-China Search
and Rescue (SAR) yang sebelumnya akan dibentuk terpisah, akan ditindaklanjuti melalui
ASEAN Transport SAR Forum (ATSF) mengingat dalam ASEAN, kerja sama mengenai SAR
dilakukan di bawah koordinasi ATSF. Kendala yang dihadapi jika tetap dilakukan dalam
kerangka ASEAN-China, dikhawatirkan akan proliferasi pertemuan/meeting ASEAN. Oleh
karenanya, inisiatif ini belum dapat direalisasikan pada tahun 2015.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
51
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sasaran
Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang
Strategis Meningkat
(SS-1.1.2)
ASEAN adalah Kita,
Bersama Indonesia ASEAN akan Kuat,
Bersama ASEAN Indonesia akan Maju
Kementerian Luar Negeri sebagai pilar terdepan dalam melaksanakan politik luar
negeri dan hubungan luar negeri mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kepemimpinan Indonesia di ASEAN sebagai bagian dari strategi memperkuat lingkaran
pertama kebijakan politik luar negeri Indonesia. ASEAN tetap menjadi soko guru politik
luar negeri Indonesia. ASEAN memegang peran strategis dalam menjaga stabilitas
keamanan, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan sosial di kawasan. Dengan peran
strategis ini, Indonesia terus memastikan pentingnya unity dan centrality dari ASEAN.
Selama tahun 2015 Indonesia juga terus mendorong agar manfaat ASEAN dapat dirasakan
oleh rakyat.
Dengan mulainya Masyarakat ASEAN pada
31 Desember 2015, ASEAN kini menjadi suatu
kawasan yang terintegrasi dalam satu komunitas
yang inklusif, damai, sejahtera, saling peduli dalam
satu kemitraan dinamis.
Di wilayah concentric circle
utama Indonesia, satu kemajuan
sejarah dicatat. ASEAN menjadi
satu komunitas.
Keberhasilan mempengaruhi dan keaktifan dalam menentukan arah, strategi dan
hasil kesepakatan dalam konteks kerja sama ASEAN melalui berbagai prakarsa dan
rekomendasi Indonesia yang diterima pada setiap pertemuan ASEAN menunjukkan
kepemimpinan Indonesia dalam kerja sama ASEAN. Sasaran Strategis Kementerian Luar
Negeri “Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat” sebagai Sasaran Strategis
1.1.2 (SS-1.1.2) diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1.1.2) “Persentase
rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan
ASEAN, dengan realisasi pada tahun 2015 sebesar 96,31% dari target 90% dengan
capaian sebesar 107,01%, sebagai berikut:
Tabel Capaian SS-1.1.2 Tahun 2015
No
Sub IKU
1
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang
diterima dalam setiap pertemuan ASEAN.
(Sub IKU-1 SS-1.1.2)
Target SS-1.1.2
Capaian SS-1.1.2
Realisasi
2015
96,31%
90%
107,01%
Kepemimpinan Indonesia di ASEAN meningkat sehingga Indonesia memiliki
pengaruh terhadap kebijakan di forum ASEAN yang pada akhirnya dapat menyuarakan
kepentingan nasional. Status kepemimpinan Indonesia di ASEAN tidak dapat diragukan
lagi, hal ini didukung berbagai pendapat dan analisa berbagai pihak baik dalam negeri
maupun luar negeri.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
52
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
“ASEAN membutuhkan undisputed leadership dimana Indonesialah satusatunya kandidat, sebagai negara terbesar, makmur dan terkuat di
kawasan dan pendiri pelopor ASEAN.”
Pattharapong Rattanasevee, akademisi Burapha University-Thailand,
Jurnal East Asia Forum, Maret 2015
“ASEAN bukan apa-apa
tanpa Indonesia.
Indonesia memiliki
peranan yang sangat
penting di ASEAN, baik
dalam bidang politik
maupun ekonomi.
Kepemimpinan
Indonesia dibutuhkan
untuk berlangsungnya
MEA.”
Chairman CIMB Niaga
Group Datuk Sri Nazir
Razak,
BUKTI KEPEMIMPINAN
INDONESIA
DI ASEAN
“Indonesia merupakan
“a thought leader”.
Amitav Acharya,
profesor American
University,
29 Juni 2015
“Indonesia merupakan
pemimpin di ASEAN”
Recep Tayyip Erdogan,
Presiden Turki,
Juli 2015,
www.beritasatu.com
“Peran Indonesia sangatlah fundamental bagi kesuksesan MEA, mengingat
Indonesia merupakan ekonomi terbesar di kawasan, sehingga apabila Indonesia
tidak ikut dalam keterbukaan MEA,
maka MEA menjadi tidak berarti.”
Kishore Mahbubani, Dekan Lee Kuaw Yew School of Public Policy
(pada World Economic Forum on East Asia 2015, Jakarta 19-21 April 2015,
www.rappler.com)
Beberapa bukti peningkatan kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada tahun 2015
juga dapat dilihat dari semakin banyaknya peran dan kontribusi Indonesia, yang
merupakan penggagas kerja sama maritim dalam kerangka KTT Asia Timur (East Asia
Summit/EAS) dengan menorehkan satu capaian penting melalui disepakatinya EAS
Statement on Enhancing Regional Maritime Cooperation. Kepemimpinan Indonesia untuk
mengarusutamakan kerja sama maritim dalam konteks EAS akan terus ditindaklanjuti.
Indonesia juga menjadi inisiator penguatan kapasitas ASEAN Institute for Peace and
Reconciliation (AIPR). Dan tidak kalah pentingnya, Indonesia terus memperjuangkan
penghormatan hak-hak buruh migran dalam ASEAN. Indonesia memainkan peranan
penting dalam mendorong penyelesaian dini Code of Conduct (CoC) dan implementasi
Declaration of Conduct (DoC) in the South China Sea secara penuh dan efektif.
ANALISIS IKU-1 SS-1.1.2: Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia
yang diterima dalam setiap pertemuan ASEAN.
Pada tahun 2015, Indonesia telah berhasil memperjuangkan 730 rekomendasi dan
prakarsa yang diterima (diadopsi) dari 758 rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan
dalam 250 pertemuan yang dihadiri oleh delegasi Indonesia pada Sidang ASEAN. Rincian
capaian kinerja dari IKU-1 SS-1.1.2 yaitu “Persentase rekomendasi dan prakarsa
Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan ASEAN” sebagai wujud
“kepemimpinan” Indonesia di ASEAN adalah sebesar 96,31% dari target 90% dengan
capaian sebesar 107,01%, sebagai berikut:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
53
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Tabel Capaian IKU-1 SS-1.1.2 Tahun 2015
IKU 1
Prakarsa
yang
Disampaikan
Prakarsa
yang
Diterima
Rekomendasi
yang
disampaikan
Rekomendasi
yang diterima
Bidang Politik
0
0
268
248
Bidang Ekonomi
18
17
72
71
Bidang Sosial Budaya
23
23
89
86
7
7
281
278
48
47
710
683
Bidang
Persentase
rekomendasi
dan prakarsa
Indonesia
yang diterima
dalam setiap
pertemuan.
Kerjasama ASEAN
dengan negara mitra
wicara ASEAN dan
organisasi
regional/internasional
Jumlah
Nilai
Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang disampaikan:
758
Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang diterima:
730
Realisasi IKU 1 (%):
96,31
Capaian (%) dari target 90%:
107,01
Tabel Perbandingan Kinerja IKU-1 SS-1.1.2 Tahun 2015 dengan Tahun 2014
INFORMASI KINERJA
TAHUN 2014
TAHUN 2015
Prakarsa Yang Disampaikan
24
48
Prakarsa Yang Diterima
23
47
Rekomendasi Yang Disampaikan
501
710
Rekomendasi Yang Diterima
476
683
95,05%
96.31%
Realisasi
80%
90%
118,81%
107,01%
Target
Capaian
Adapun perbandingan kinerja IKU-1 SS-1.1.2 tahun 2015 dengan tahun-tahun
sebelumnya sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Realisasi IKU-1 SS-1.1.2 Tahun 2012—2015
Informasi Kinerja
IKU-1 SS-1.1.2
Jumlah Sidang
Rekomendasi dan prakarsa yang
disampaikan
Rekomendasi dan prakarsa yang
diterima
Persentase rekomendasi dan prakarsa
Indonesia yang diterima dalam setiap
pertemuan
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
328
188
192
250
209
442
525
758
187
417
499
730
89,48%
94,34%
95,05%
96,31%
Jika dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun 2014 lalu, tahun 2015 telah
mengalami peningkatan jumlah prakarsa dan rekomendasi yang diterima dalam setiap
pertemuan ASEAN. Sedangkan jika dilihat dari sisi capaian kinerja, capaian IKU pada tahun
2015 mengalami penurunan dari 118,81% menjadi 107,01%, hal ini dikarenakan adanya
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
54
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
peningkatan target dari tahun 2014 sebesar 80%, menjadi sebesar 90% di tahun 2015.
Faktor keberhasilan pencapaian peningkatan realisasi kinerja terjadi karena Indonesia
telah berhasil meningkatkan kuantitas dan kualitas rekomendasi dan prakarsa sehingga
tingkat penerimaan dari negara ASEAN lainnya menjadi cukup tinggi. Mengingat tahun
2015 adalah tahun pembentukan masyarakat ASEAN, dimana target pemenuhan scorecard
(action lines) untuk ke tiga pilar harus diselesaikan. Indonesia terus mendorong tindak
lanjut dari rekomendasi dan prakarsa yang telah disepakati tahun 2014 dan
merealisasikan keinginan Indonesia sebagai Poros Maritim dunia.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, persentase realisasi rekomendasi
dan prakarsa yang diterima telah mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar
1,26%. Hal ini membuktikan semakin meningkatnya kepemimpinan Indonesia di
ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Faktor-faktor
pencapaian kinerja 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2014, diplomasi Indonesia di
ASEAN lebih difokuskan pada isu-isu yang memberikan dampak langsung kepada
masyarakat Indonesia seperti isu perlindungan buruh migran, pemberantasan IUU fishing,
penanggulangan bencana asap, counter terrorism, irregular migrant, Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP), ASEAN FTA+1, dan lainnya. Peningkatan
kepemimpinan Indonesia di ASEAN di tahun 2015 sejatinya merupakan proses yang
berkesinambungan dan tidak dapat terpisahkan dari capaian Kementerian Luar Negeri
pada tahun 2014. Berbagai prakarsa dan rekomendasi yang berhasil diperjuangkan
Indonesia pada tahun 2015 merupakan refleksi dari kemajuan dan dinamika kerja sama
ASEAN dari tahun sebelumnya dan tahun berjalan.
Beberapa rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang bernilai strategis dan
merupakan perwujudan kepemimpinan Indonesia di ASEAN antara lain:
PRAKARSA
1. Prakarsa Indonesia terkait EAS Statement on Enhancing Regional Maritime Cooperation
telah disahkan para pemimpin negara peserta EAS pada November 2015. Dokumen ini
merupakan
salah
satu
deliverables penting dan
utama dari KTT ke-10 EAS
dan berisikan salah satunya
upaya pemberantasan Illegal,
Unreported and Unregulated
(IUU) Fishing. Indonesia
mengusulkan
perlunya
dibentuk
suatu
mekanisme/instrumen
hukum
ASEAN
guna
memberantas IUU Fishing dan memasukkannya dalam kategori kejahatan transnational.
Upaya ini membantu Indonesia dalam mewujudkan visi sebagai poros maritim dunia
dan upaya pengembangan kerja sama di bidang maritim yang bersifat lebih
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
55
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
komprehensif di kawasan. Hal itu juga akan bermanfaat untuk mendorong kerja sama
pemberantasan IUU Fishing dalam kerangka EAS dan dapat menjadi pedoman yang
penting bagi ASEAN dalam upaya mengembangkan kerja sama maritim dengan mitra
eksternalnya.
Indonesia juga berhasil mendorong disepakatinya beberapa dokumen kerja sama di
sektor perikanan yang bertujuan untuk mencegah masuknya produk perikanan hasil
IUU Fishing ke dalam regional supply chain pada pertemuan the 37th Meeting of the
ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (37thAMAF).
2. Terkait arsitektur kawasan, Indonesia telah memprakarsai suatu konsep pemikiran
berdasarkan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dan EAS Declaration for Mutually
Beneficial Relations (Bali Principles) guna menghadapi berbagai tantangan ke depan
sekaligus memperkuat pembentukan Masyarakat ASEAN dan juga implementasi dari
Visi Masyarakat ASEAN pasca-2015. Konsep pemikiran Indonesia pada hakekatnya
dan dalam jangka panjang adalah memanfaatkan elemen-elemen TAC dan Bali
Principles untuk disinergikan dengan berbagai inisiatif negara peserta EAS lainnya
dalam rangka menyusun suatu instrumen hukum yang mengikat bagi kawasan yang
lebih luas. Dengan adanya arsitektur kawasan yang stabil maka dapat menciptakan
enabling environment yang mendorong pembangunan nasional untuk kepentingan
rakyat.
REKOMENDASI
1. Dalam rangka mendorong pemeliharaan perdamaian, keamanan dan stabilitas di
kawasan, Indonesia mendorong implementasi DoC secara penuh dan finalisasi CoC
secepat mungkin. Indonesia berhasil mendorong tersusunnya elemen awal CoC serta
adanya workplan pembahasan CoC. Pada isu South East Asia Nuclear Weapon Free Zone
(SEANWFZ), Indonesia mengusulkan adanya penandatanganan dan ratifikasi dimulai
dari negara yang tidak akan melakukan reservasi. Isu Laut China Selatan dan
SEANWFZ sangat penting bagi Indonesia sehingga stabilitas keamanan di kawasan
menjadi terpelihara dan mewujudkan sebuah prakondisi yang memungkinkan
Indonesia melakukan pembangunan nasional secara berkelanjutan.
2. Terkait aplikasi Timor Leste sebagai anggota ASEAN:
a. Indonesia mengusulkan agar Sekretariat ASEAN dapat menyusun daftar
kegiatan/pertemuan ASEAN yang dapat diikuti oleh Timor Leste dalam kerangka
capacity building.
b. Indonesia menekankan agar negara anggota ASEAN dapat mempertimbangkan
untuk mengundang Timor Leste dalam kegiatan yang bersifat teknis dan untuk
meningkatkan capacity building Timor Leste.
Keanggotaan Timor Leste di ASEAN dapat menjamin stabilitas keamanan dan politik di
Timor Leste yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Sehingga berdampak
penting bagi pembangunan Indonesia terutama di wilayah-wilayah Indonesia timur.
3. Indonesia telah berhasil memasukkan beberapa poin penting dalam proses
perundingan High Level Task Force on ASEAN Community’s Post-2015 Vision antara lain
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
56
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
memperluas kerja sama maritim ASEAN untuk menanggulangi terorisme, kejahatan
lintas negara dan transboundary challenges di wilayah laut, termasuk IUU fishing,
penyelundupan, trafficking in persons. Pertemuan High Level Task Force (HLTF) ini
memiliki arti strategis karena akan melandasi arah kerja sama ASEAN pada periode
2016-2025 berdasarkan dokumen ASEAN 2025: Forging Ahead Together. Dengan ikut
serta secara konstruktif dalam HLTF, Indonesia akan ikut mewarnai arah kerja sama
ASEAN pada dekade mendatang agar searah dan mendukung kepentingan
pembangunan nasional.
4. Terkait hubungan eksternal ASEAN, Indonesia mendorong permintaan Selandia Baru
untuk meningkatkan status kerja sama kemitraan dengan ASEAN dari status
Comprehensive menjadi Strategic Partnership agar dapat dipertimbangkan secara
positif oleh ASEAN. Manfaat bagi Indonesia antara lain pemberian beasiswa dan
peningkatan kapasitas/pelatihan, peningkatan people to people contact, dan
permasalahan sosial lainnya. Manfaat ini direalisasikan melalui optimalisasi program
Four Flagship Initiatives and Plan of Action 2016-2020. Indonesia selama ini
berpandangan bahwa ASEAN perlu menyusun kriteria klasifikasi level kerja sama
kemitraan ASEAN dengan mitra wicara, yaitu enhanced, comprehensive, dan strategic
partnership untuk menjadi panduan ASEAN.
5. Indonesia menyampaikan perlunya empat kriteria sebagai rujukan dalam aplikasi
keanggotaan baru di ASEAN Regional Forum/ARF (UAE dan Chili), yaitu: (1) komitmen
untuk bekerja sama mewujudkan tujuan ARF, (2) geographical footprint yaitu Asia
Timur, Asia Tenggara dan Oceania, (3) kewajaran jumlah anggota dan (4) dibahas
melalui proses konsultasi. Perluasan keanggotaan ARF diantaranya mendukung upaya
menciptakan kawasan yang damai melalui upaya-upaya preventive diplomacy,
confidence building measures, dan counter terrorism. Guna mendukung kepentingan
Indonesia dalam diplomasi maritim, Indonesia juga memperjuangkan pembahasan isuisu terkait IUU fishing dalam ARF.
6. Dalam negosiasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang dilakukan
oleh negara-negara ASEAN, Cina, India, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Korea
Selatan; Indonesia memberi rekomendasi dan mendorong ASEAN untuk segera
menyelesaikan kesepakatan RCEP yang substansial. RCEP diharapkan dapat
memperlancar arus perdagangan barang, jasa, dan investasi bagi suatu pasar besar
yang mencakup lebih dari 3,5 milyar jiwa (48% penduduk dunia), dengan jumlah
produk domestik bruto sebesar $22,4 triliun dan total nilai ekspor barang sebesar $5,1
triliun. Indonesia memandang pentingnya RCEP untuk mempersempit kesenjangan
tingkat pembangunan antar negara, untuk implementasi RCEP yang efektif dan efisien,
manfaatnya harus dapat dirasakan oleh semua pihak termasuk UKM di negara anggota
RCEP.
7. Sebagai wujud komitmen kuat terhadap penanganan polusi asap lintas bantas,
Indonesia telah menjadi negara pihak pada Persetujuan ASEAN mengenai Polusi Asap
Lintas Batas (ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution /AATHP) pada
tanggal 23 Maret 2015. Komitmen ini ditindaklanjuti dengan pencalonan Indonesia
menjadi tuan rumah ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
57
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Control (ACCTHPC) yang telah di endorse dalam KTT ASEAN ke-27. Dengan menjadi
tuan rumah ACCTHPC, Indonesia dapat berperan lebih besar dalam menangani isu
haze di ASEAN, sekaligus dapat mengatur proses dalam ACCTHPC apabila headquarter
berada di Indonesia.
8. Indonesia menegaskan kembali posisi nasional bahwa untuk perlindungan pekerja
migran di ASEAN secara efektif dan komprehensif draft instrumen wajib memenuhi 3
hal, yaitu legally binding, memberikan perlindungan bagi seluruh pekerja migran tanpa
membedakan status keimigrasiannya, serta menghormati hak-hak anggota keluarga
pekerja migran sebagaimana tercantum dalam ASEAN Declaration on the Protection
and Promotion of the Rights of Migrant Workers (2007), ASEAN Human Rights
Declaration (2012), International Convention on the Protection of the Rights of All
Migrant Workers and members of Their Famillies (1990).
Penguatan perlindungan bagi buruh migran Indonesia pada konteks ASEAN dilakukan
melalui upaya mendorong terbentuknya instrumen hukum ASEAN tentang
perlindungan buruh migran yang bersifat non-diskriminatif. Hal ini sejalan dengan Visi
ASEAN untuk membentuk Masyarakat ASEAN yang saling peduli.
Dalam pencapaian IKU-1 SS-1.1.2, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala, antara lain: secara internal Indonesia masih berhadapan dengan perbedaan
pandangan antara stakeholders (Kementerian/Lembaga terkait) yang ada; dalam konteks
ASEAN masih terdapat perbedaan kepentingan di antara negara-negara anggota ASEAN
yang belum dapat dijembatani dan sejumlah negara anggota ASEAN memiliki posisi yang
bertentangan dengan Indonesia terutama dalam isu perlindungan buruh migran di ASEAN.
Koordinasi antar negara anggota ASEAN perlu terus ditingkatkan untuk menjamin
kesatuan dan sentralitas ASEAN, khususnya ketika melakukan pembahasan isu-isu
regional seperti Laut China Selatan. Selain itu, keterbatasan waktu dan sumber daya
manusia juga menjadi kendala, sehingga alokasi waktu dan sumber daya manusia untuk
dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ASEAN menjadi terbatas.
Dalam mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri senantiasa
melakukan pendekatan dengan stakeholders di dalam negeri dan dengan negara-negara
yang masih belum sejalan dengan posisi Indonesia melalui lobi, pertemuan informal,
dialog, dan konsultasi. Sebagai contoh, terkait isu asap lintas batas, Malaysia dan
Singapura cukup keras dalam memasukkan paragraf yang menyudutkan Indonesia.
Namun atas hasil pendekatan yang efektif, Malaysia dan Singapura pada akhirnya dapat
berkompromi dan dapat menerima posisi dan sebagian besar paragraf usulan Indonesia
sebagaimana terefleksi dalam Chairman’s Statement of the 27th ASEAN Summit.
Selanjutnya, Indonesia aktif mendorong perampingan dan perbaikan format pertemuan
ASEAN (streamlining of ASEAN Meetings). Selain hal tersebut sejalan dengan semangat
efektivitas dan efisiensi pertemuan ASEAN, perampingan pertemuan ASEAN akan
berdampak pada optimalnya partisipasi Ditjen KSA di berbagai pertemuan ASEAN.
Sebagai langkah solutif kedepan, Indonesia terkait dengan negosiasi finalisasi
instrumen perlindungan pemajuan hak-hak pekerja migran ASEAN, Indonesia akan tetap
konsisten dengan posisi nasionalnya bahwa untuk memberikan perlindungan yang efektif
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
58
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
dan komprehensif kepada pekerja migran di ASEAN. Oleh karenanya Indonesia akan
merekomendasikan agar permasalahan dalam perumusan instrument ini dibahas dalam
forum-forum ASEAN selain Senior Labour Officials Meeting (SLOM) seperti ASEAN
Ministerial Meeting (AMM). Indonesia akan menyelenggarakan konferensi regional untuk
menggalang dukungan terkaitnya pentingnya isu pekerja migran dengan mengundang
seluruh negara ASEAN dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Untuk internal
Indonesia, perlu dilakukan kerja sama dan koordinasi yang lebih erat dengan stakeholders
yang menangani isu ini.
Di tahun 2016, ASEAN merupakan cornerstone politik luar negeri RI Indonesia.
Dengan berlakunya ASEAN Community 2015, perhatian sudah harus dialihkan pada visi
ASEAN Community 2025. Pembangunan manusia juga menjadi fokus dari diplomasi
Indonesia. Untuk itu, Indonesia akan mendorong peningkatan kesejahteraan sosial dengan
menyelenggarakan ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare and Development.
Indonesia juga akan membangun ketahanan terhadap potensi bencana alam di kawasan
ASEAN melalui penyelenggaraan ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) dan
ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management (AMMDM).
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
59
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
Sasaran
Strategis
(SS-1.1.3)
2015
Peran Indonesia di Dunia
Internasional yang Meningkat
Pada tahun 2015, Indonesia telah berhasil meningkatkan peranannya di dunia
internasional, baik melalui peningkatan kerja sama bilateral, regional, maupun
peningkatan peran dan posisi Indonesia di berbagai forum multilateral. Peningkatan peran
Indonesia di dunia internasional dapat diukur dari banyaknya posisi Indonesia yang
diterima di forum-forum internasional, peningkatan kerja sama bilateral, maupun
peningkatan peran aktif Indonesia dalam peacekeeping operation dan berbagai program
bantuan kerja sama teknik kepada negara Least Developed Countries (LDCs).
Pencapaian Sasaran Strategis 1.1.3 (SS-1.1.3) “Peran Indonesia di dunia
internasional yang meningkat” diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1SS-1.1.3)
“Indeks peran Indonesia di dunia internasional”.
Pada tahun 2015, target kinerja SS-1.1.3 ditargetkan sebesar 91% dengan
capaian 121,15% (batas toleransi capaian 120%), yang diperoleh dari Sub IKU dan
pembobotan sebagai berikut :
Tabel Capaian SS-1.1.1 Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
Komponen
Persentase kerja sama bilateral yang disepakati.
(Sub IKU-1)
Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam
forum multilateral. (Sub IKU-2)
Presentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang
diterima pada forum intra dan antarkawasan. (Sub
IKU-3)
Persentase respons positif terhadap bantuan kerja
sama teknik melalui mekanisme bilateral dan
triangular. (Sub IKU-4)
Persentase dukungan konstituen internasional dan
negara sahabat terhadap promosi aset-aset
diplomasi publik Indonesia. (Sub IKU-5)
Jumlah roadmap pencapaian vision 4000 peace
keepers. (Sub IKU-6)
25
Realisasi
2015
132,79%
Realisasi
Pembobotan
33,20%
20
96,35%
19,27%
15
128%
19,20%
15
98,33%
14,75%
15
92,17%
13,83%
10
1 (100%)
10%
Bobot
Total Realisasi
Target
Capaian SS-1.1.3
Batas Toleransi
110,24%
91%
121,15%
120%
Dalam pencapaian kinerja SS-1.1.3, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
umum di antaranya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan
kesepakatan pada tingkat multilateral, sehingga proses pembahasan kesepakatan di
berbagai forum internasional memakan waktu lama, kesesuaian jadwal dan kesiapan
negara mitra untuk melakukan perundingan bilateral, dan perbedaan kepentingan, posisi
dan prioritas antara Indonesia dengan negara mitra. Selain itu, kurangnya jumlah sumber
daya manusia dan kompleksitas upaya konsolidasi dengan pemangku kepentingan dalam
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
60
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
negeri juga menjadi kendala teknis dalam menyelesaikan berbagai posisi Indonesia
terhadap isu internasional di berbagai forum multilateral maupun dalam menyelesaikan
kesepakatan bilateral.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri telah melakukan
langkah-langkah efisiensi komunikasi dengan negara mitra dan meningkatkan koordinasi
dengan para pemangku kepentingan nasional baik secara informal maupun melalui
peningkatan efektifitas rapat koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait.
Analisis Sub IKU-1 SS-1.1.3: Persentase kerja sama bilateral yang
disepakati
Dalam rangka mendukung Agenda Nawa Cita Presiden Joko Widodo, Kementerian
Luar Negeri meningkatkan berbagai kerja sama bilateral yang tidak hanya mencakup
bidang ekonomi dan kemaritiman, namun juga mencakup bidang politik, keamanan, sosial,
dan budaya.
Adapun jumlah kerja sama bilateral yang disepakati dengan negara mitra hingga
tahun 2015 tercatat sebanyak 81 kerja sama dari 61 kerja sama yang diajukan,
sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 SS-1.1.3
Persentase kerja sama bilateral
yang disepakati
Informasi Kinerja
Jumlah Kerja Sama yang
disepakati dengan Negara Mitra
Jumlah Kerja Sama yang
Diajukan
Realisasi
Jumlah
81
61
132,79%
Target
90%
Capaian
147,54%
Batas Toleransi Capaian
120%
Persentase kerja sama bilateral yang disepakati sebanyak 81 dari 61 yang diajukan
ataupun yang direncanakan, dikarenakan oleh adanya pertemuan bilateral tingkat Kepala
Negara/Pemerintahan di sela-sela acara Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika tahun
2015 yang tidak direncanakan sebelumnya. Kesepakatan kerja sama baru diajukan setelah
diperoleh kepastian kehadiran Kepala Negara/Pemerintahan negara sahabat pada saat
mendekati hari penyelenggaraan KAA 2015.
Beberapa kerja sama strategis yang disepakati di antaranya adalah:
1.
Agreed Minutes of The Seventh Meeting of the Joint Ministerial Commission between
the Republic of Indonesia and New Zealand, Auckland, 3 Maret 2015.
Penandatanganan
Agreed Minutes JMC
RI-Selandia Baru ke7 antara Menlu RI,
Retno L.P. Marsudi
dan Menlu Selandia
Baru, Murray
McCully, Auckland, 3
Maret 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
61
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Dalam pertemuan disampaikan komitmen dukungan Pemeritah Selandia Baru
terhadap NKRI serta kesepakatan peningkatan kerja sama energi terbarukan dan
pertanian.
2.
Agreed Minutes of The Second Meeting of the Joint Ministerial Commission between the
Republic of Indonesia and the Socialist Republic of Viet Nam, Jakarta, 25 Juni 2015.
Berisi kesepakatan peningkatan kerja sama RI-Viet Nam dalam bidang politik,
keamanan, ekonomi, perdagangan, maritim, penentuan batas wilayah, people-topeople contact, dan permasalahan terkait hukum dan kekonsuleran, serta kerja sama
dalam fora regional dan global.
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP. Marsudi dan Menteri Luar Negeri Viet Nam,
Pham Binh Minh di Gedung Pancasila, Kemlu, Jakarta, 25 Juni 2015
3.
Memorandum saling pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Republik Singapura dalam rangka Kerja Sama Pemuda dan Olahraga, 28
Juli 2015.
Presiden RI, Joko Widodo dan PM Singapura Lee Hsien Loong menyaksikan
penandatanganan Kerja Sama Pemuda dan Olah Raga antara Menpora RI, Imam Nahrawi
dengan Minister of Culture, Youth and Social Affairs Singapore, di Singapura, 28 Juli 2015.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
62
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Disamping itu, beberapa dokumen
kesepakatan dengan negara-negara
mitra lainnya adalah persetujuan
Kerangka Kerja Sama antara RI dengan
Kosta Rika, persetujuan antara Pemri
dengan Pemerintah El Salvador tentang
pembebasan visa bagi pemegang
paspor diplomatik atau paspor dinas,
persetujuan Kerja Sama Teknik RIPenandatanganan Persetujuan Bebas Visa RI-Lithuania
Lithuania, MoU Konsultasi Bilateral RIoleh Menlu RI dan Menlu Lithuania
Lithuania, Persetujuan Bebas Visa
(PBV) bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas RI-Lithuania yang ditandatangani pada
saat kunjungan Menlu Lithuania ke Indonesia bulan Agustus, dan berbagai kesepakatan
bilateral lainnya di bidang politik, keamanan, dan sosial budaya.
Analisis Sub IKU-2 SS-1.1.3: Persentase posisi Indonesia yang
diterima dalam forum multilateral.
Pada 7 Juni 2015, Pemerintah Indonesia
mendapatkan penghargaan pada Special Event
dengan tema “Completing the MDG Round:
Recognizing Achievements in the Fight
Against Hunger” dari FAO atas keberhasilan
memerangi kelaparan sesuai target MDGs ke-1.
Posisi yang disampaikan suatu negara mencerminkan kepentingan nasional negara
tersebut. Seluruh posisi yang disampaikan Indonesia di forum multilateral merupakan
cerminan kepentingan nasional Indonesia. Dengan demikian, diterimanya posisi Indonesia
dalam forum multilateral berarti Indonesia mampu memperjuangkan kepentingan
nasionalnya. Semakin banyak posisi yang diterima, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar pengaruh Indonesia di dalam forum tersebut.
Indonesia telah terlibat aktif dalam berbagai proses negosiasi pengendalian perubahan iklim untuk
memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam hal ini, Indonesia telah menetapkan target penurunan emisi
dengan upaya sendiri sebesar 26% pada tahun 2020 dan menjadi 29% pada tahun 2030, serta dapat
ditingkatkan menjadi 41% dengan bantuan internasional. Selain itu, Indonesia juga dipercaya menjadi
anggota Board of Green Climate Fund periode 2012-2015 dan menjadi anggota Standing Comittee on
Finance UNFCCC periode 2014-2016
Selama tahun 2015, Kementerian Luar Negeri berhasil mencapai realisasi Sub
IKU-2 SS.1.1.3 sebesar 555 posisi yang diterima dari 576 posisi yang disampaikan di
dalam forum multilateral. Sehingga realisasi Sub IKU-2 SS.1.1.3 untuk posisi yang diterima
dalam persidangan di forum-forum multilateral pada tahun 2015 adalah sebesar 96,35%
atau melampaui target tahun 2015 sebesar 90%.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
63
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
Sub IKU-2 SS-1.1.3
Persentase posisi Indonesia
yang diterima dalam forum
multilateral.
2015
Informasi Kinerja
Jumlah posisi yang diterima
jumlah posisi yang disampaikan
dalam persidangan
Realisasi
Target
Capaian
Jumlah
555
576
96,35%
90%
107,06%
Berikut beberapa posisi strategis Indonesia yang diterima di forum multilateral:
1. Dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan pendanaan terorisme, atas peran
aktif diplomasi Kemlu, Indonesia telah dikeluarkan dari public statement/blacklist
Financial Action Task Force (FATF) dan dikategorikan dalam grey list atau kategori
“Improving Global AML/CFT Compliance: On Going Process” pada Sidang Pleno FATF di
Paris, 23-27 Februari 2015. Selanjutnya, pada Sidang Pleno FATF yang dilaksanakan
di Brisbane, Australia, 21-26 Juni 2015, Indonesia telah dikeluarkan secara
keseluruhan dari daftar “negara yang memiliki kelemahan strategis dalam rezim anti
pencucian uang dan pemberantasan pendanaan terorisme” atau dari proses reviu
International Cooperation Review Group (ICRG) FATF.
2. Pada tanggal 28 September 2015 dalam General Conference of International Atomic
Energy Agency (IAEA), Indonesia menyampaikan inisiatif pembentukan Regional
Capacity Building Initiative (RCBI) guna mengembangkan kapasitas di bidang aplikasi
teknologi nuklir bagi negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik. Inisiatif tersebut
telah memperoleh dukungan penuh dari IAEA, negara-negara Asia-Pasifik, serta
negara-negara donor seperti Amerika Serikat, Perancis dan Inggris.
3. Indonesia telah menjadi tuan rumah International Seminar on Human Rights
Education bekerja sama dengan Independent and Permanent Human Rights
Commission(IPHRC) of the Organisation of Islamic Cooperation (Komisi HAM OKI)
pada tanggal 12-13 Oktober 2015 di Jakarta. Pertemuan telah mengadopsi IPHRC
Jakarta Declaration on Human Rights Education yang pada pokoknya memuat
sejumlah rekomendasi terkait upaya pemajuan pendidikan HAM di negara-negara
anggota OKI.
4. Indonesia telah berpartisipasi aktif bagi pengembangan dan implementasi normanorma perlindungan HAM dalam sektor bisnis di tingkat internasional maupun
nasional, antara lain melalui keikutsertaan dalam pertemuan Kelompok Kerja Dewan
HAM PBB untuk merumuskan instrumen perjanjian internasional mengenai
Korporasi Transnasional dan HAM.
5. Pemerintah Indonesia mendapatkan penghargaan pada Special Event dengan tema
“Completing the MDG Round:Recognizing Achievements in the Fight Against
Hunger” dari FAO atas keberhasilan memerangi kelaparan sesuai target MDGs ke-1.
Pemerintah Indonesia telah menerima penghargaan tersebut dari Dirjen FAO di Roma
pada tanggal 7 Juni 2015.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
64
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
6. Indonesia telah terlibat dalam berbagai proses perumusan Agenda Pembangunan
Pasca 2015 yang merupakan kelanjutan Millennium Development Goals (MDGs).
Agenda Pembangunan ini memiliki arti penting untuk menjadi panduan
pembangunan yang bersifat universal dan non-legally binding dalam mencapai tujuan
bersama, khususnya untuk pengentasan kemiskinan melalui strategi pembangunan
berkelanjutan sampai tahun 2030.
7. Indonesia telah terlibat aktif dalam berbagai proses negosiasi pengendalian
perubahan iklim untuk memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam hal ini,
Indonesia bahkan dipercaya menjadi anggota Board of Green Climate Fund periode
2012-2015 dan menjadi anggota Standing Comittee on Finance UNFCCC periode 20142016.
8. Diplomasi kebudayaan Indonesia melalui forum UNESCO pada tahun 2015 telah
banyak mencapai keberhasilan, antara lain dengan dihasilkannya berbagai pengakuan
internasional terhadap mata budaya dan alam Indonesia. Pengakuan tersebut
khususnya berupa:
a. Perolehan dua sertifikat Man and Biosphere (MAB) UNESCO bagi Cagar Biosfer
Bromo Tengger-Semeru Arjuno dan Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan
Selayar tanggal 9 Juni 2015.
b. Masuknya Tiga Golongan Tari Tradisional Bali ke dalam Representative List of the
Intangible Cultural Heritage of Humanity UNESCO tanggal 3 November 2015.
c. Masuknya Arsip Konferensi Asia-Afrika ke dalam International Register Memory of
the World UNESCO.
d. Masuknya Gunung Sewu, Pacitan, ke dalam Global Geopark Network UNESCO.
e. Keberhasilan Indonesia menjadi anggota Komite Man and Biosphere UNESCO
periode 2015-2019 serta World Heritage Committee (Komite Warisan Dunia)
UNESCO periode 2015-2019.
Dalam pencapaian Sub IKU-1 SS-1.1.3, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya seperti adanya penjadwalan ulang beberapa pertemuan
internasional secara mendadak dan kurangnya komitmen para pemangku kepentingan di
dalam negeri.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif dengan meningkatkan intensitas komunikasi dan
memperluas jaringan untuk lebih mengefektifkan koordinasi dan melancarkan kerja sama
dengan berbagai pihak terkait.
Analisis Sub IKU-3 SS-1.1.3: Presentase prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima pada forum intra dan antarkawasan
Indonesia memainkan peran yang besar baik dalam hubungan dan kerja sama di
lingkungan regional maupun global. Upaya Indonesia dalam meningkatkan kerja sama
intrakawasan Amerika dan Eropa pada tahun 2015, ditandai dengan beberapa capaian
pada kerangka organisasi IORA, APEC, FEALAC, ASEM, dan kerja sama dengan Uni Eropa.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
65
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Prakarsa adalah gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu selain
ekonomi dan maritim pada pertemuan intra dan antarkawasan. Sementara rekomendasi
adalah penyampaian usulan yang menjadi kepentingan Indonesia dalam menanggapi/
menindaklanjuti terhadap suatu isu selain ekonomi dan maritim yang dibahas dalam
pertemuan intra dan antarkawasan.
Selama tahun 2015, terdapat 32 prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima
pada forum intra dan antarkawasan, sebagaimana tabel berikut:
SUB IKU-3 SS-1.1.3
Presentase prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima pada forum
intra dan antarkawasan
Informasi Kinerja
Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia
yang diterima di Forum Kerjasama Intra
dan Antarkawasan
total prakarsa/rekomendasi Indonesia
yang disampaikan di Forum Kerjasama
Intra dan Antarkawasan
Realisasi
Target
Capaian
Batas Toleransi Capaian
Jumlah
32
25
128%
90%
142,22%
120%
Secara lebih detail, beberapa capaian rekomendasi/prakarsa RI yang telah
diterima dalam fora kerja sama intra-kawasan sepanjang tahun 2015 adalah:
1. Usulan Indonesia untuk memulai proses yang diperlukan untuk pembebasan visa
kunjungan singkat bagi WNI dan menjajaki kerja sama di bidang imigrasi dan
investasi yang telah disampaikan dalam pertemuan dengan Frans Timmermans,
First Vice-President of the European Commission/European Commissioner for the
Portfolio of Better Regulation, Inter-Institutional Relations, Rule of Law and Charter
of Fundamental Rights (FVP Uni Eropa) pada tanggal 10 Juli 2015.
2. Pada pertemuan Menteri Luar Negeri RI dengan Federica Mogherini, High
Representative of the European Union for Foreign Affairs and Security Policy / VicePresident of the European Commission (HRVP UE) di sela-sela Pertemuan Tingkat
Menteri ASEAN ke-48 tanggal 5 Agustus 2015, kedua pihak sepakat untuk
memperdalam hubungan bilateral RI-Uni Eropa. Indonesia mendorong
pembebasan visa Schengen untuk kunjungan singkat bagi WNI dan mendorong
peluncuran Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) License
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
66
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
sebagai tindak lanjut implementasi Perjanjian Sukarela Kemitraan untuk
Penegakan Hukum, Tata Kelola Perdagangan bidang Kehutanan (Forest Law
Enforcement, Governance and Trade – Voluntary Partnership Agreement/FLEGTVPA).
3. Prakarsa RI untuk membentuk forum dialog RI-UE terkait isu perikanan dan maritim
yang telah disampaikan pada Indonesia-EU High Level Fisheries and Maritime Issues
Dialogue, Bali 9-10 Desember 2015.
4. Sejumlah anggota Parlemen Eropa dari Jerman, Belgia, Belanda, dan Inggris telah
melakukan kunjungan di Jakarta tanggal 17-18 Maret 2015 dan bertemu dengan,
antara lain, DPR RI, Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan dan Gubenur DKI
Jakarta. Isu-isu utama yang dibahas, antara lain, pembentukan Friendship Group atau
Indonesian Caucus di Parlemen Eropa, dukungan pembebasan visa bagi WNI, saling
tukar pengalaman di bidang penanggulangan terorisme dan radikalisasi, serta
pembahasan mengenai Comprehensive Partnership Economic Agreement (CEPA) RIUni Eropa.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
67
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Dalam pencapaiannya Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala utama yang
sebagian besar disebabkan oleh kendala-kendala eksternal, seperti adanya kesepakatan
baru penjadwalan ulang kegiatan 2015 menjadi kegiatan tahun 2016, ketidaksiapan
negara mitra penyelenggara, perubahan tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan.
Sementara dari faktor internal, kendala berasal dari kurangnya kesiapan
instansi/kementerian teknis lainnya dan terbatasnya sumber daya manusia yang akan
melaksanakan kegiatan.
Kendala lain yang dihadapi antara lain adalah kurangnya komitmen dan koordinasi
dari Kementerian/Lembaga teknis terkait di Indonesia dalam menyampaikan prakarsa
dan rekomendasi Indonesia di forum-forum kerjasama tersebut.
Kedepannya, Kementerian Luar Negeri perlu memperkuat perannya sebagai
koordinator pelaksanaan hubungan luar negeri, serta komitmen dari K/L terkait dalam
menyampaikan hal-hal yang bersifat teknis untuk keberhasilan penyampaian prakarsa
dan rekomendasi Indonesia.
Analisis Sub IKU-4 SS-1.1.3: Persentase respons positif terhadap
bantuan kerja sama teknik melalui mekanisme bilateral dan
triangular
Respons Positif merupakan pernyataan dari penerima manfaat bantuan kerja sama
teknik yang mengindikasikan bantuan kerja sama teknik yang dilaksanakan bermanfaat
atau tepat sasaran. Penerima manfaat bantuan kerja sama teknik di antaranya adalah
negara berkembang yang masih membutuhkan peningkatan kapasitas, institusi
pemerintah di negara penerima, civil society, dan individu seperti pengusaha, petani,
peternak, dan sebagainya.
Selama tahun 2015, terdapat 235 respon positif terhadap bantuan kerja sama
teknik melalui mekanisme bilateral dan triangular (dari 239 kuesioner yang dibagikan),
sebagaimana tabel berikut:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
68
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
SUB IKU-4 SS-1.1.3
Informasi Kinerja
Jumlah
Persentase respons positif
terhadap bantuan kerjasama teknik
melalui mekanisme bilateral dan
triangular
Jumlah respons positif terhadap
bantuan kerja sama teknik
Jumlah seluruh penerima bantuan
kerja sama teknik
Realisasi
Target
Capaian
235
239
98,33%
90%
109,25%
Bentuk respon positif yang diterima dapat terlihat dari antusiasme peserta pada
saat pelatihan berlangsung, memberikan saran dan masukan bagi pengembangan
program, memberikan rekomendasi untuk dilaksanakannya program lain yang relevan,
permintaan program lanjutan, dan permintaan pengiriman narasumber atau tenaga ahli.
Training Workshop on Agriculture Sector for African and Middle East Countries
Mkindo-Monggoro, Tanzania, 17 – 23 Maret 2015
Dalam pencapaian Indeks Sub IKU-4 SS-1.1.3, Kementerian Luar Negeri
menghadapi beberapa kendala teknis di antaranya kendala bahasa yang dialami oleh
peserta dan narasumber, kesulitan berkoordinasi dengan calon peserta di negara-negara
yang tidak terdapat perwakilan RI maupun negara yang tidak memiliki perwakilan di
Indonesia. Disamping itu, kadang-kadang implementasi pemberian Capacity Building tidak
sesuai dengan yang diharapkan, karena perbedaan iklim dan kondisi geografis negara
penerima manfaat.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif antara lain untuk mengatasi kendala bahasa, maka
pada saat pelatihan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa setempat dengan bantuan
tenaga penterjemah. Untuk meningkatkan koordinasi dengan calon peserta, Kementerian
Luar Negeri memanfaatkan teknologi komunikasi, misalnya melalui e-mail dan jejaring
sosial. Sedangkan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan pada tahun-tahun berikutnya
serta untuk menciptakan suatu pelatihan yang cocok dan tepat diterapkan di negara
penerima manfaat, Kementerian Luar Negeri memperkuat proses perencanaan pelatihan
dengan memperhitungkan faktor-faktor terkait misalnya koordinasi antar lembaga,
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
69
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
penyusunan rencana kegiatan secara bertahap dan berkelanjutan, memperhatikan kondisi
iklim di negara penerima manfaat, dan mempertimbangkan ciri khas atau potensi yang
dimiliki negara penerima manfaat.
Analisis Sub IKU-5 SS-1.1.3: Persentase dukungan konstituen
internasional dan negara sahabat terhadap promosi aset-aset
diplomasi publik Indonesia
Dukungan merupakan bentuk partisipasi dan pernyataan mendukung yang
diberikan oleh konstituen internasional. Sementara konstituen internasional adalah
seseorang/pihak yang secara aktif mengambil bagian dalam proses menjalankan
organisasi dan yang memberikan otoritas kepada orang lain untuk bertindak mewakili
dirinya. Promosi merupakan kegiatan untuk memperkenalkan, bersifat persuasif,
dilakukan secara intensif dan terus menerus. Definisi aset diplomasi public adalah hal-hal
yang dimiliki Indonesia, to win the hearts and minds, domestically and internationally,
antara lain sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, ekonomi yang progresif,
masyarakat yang pluralis dan toleran, Islam yang moderat dan keragaman budaya.
Selama tahun 2015, 104 negara dan 12 Organisasi serta +1800 orang konstituen
Internasional, atau sebesar 92,17% (dukungan konstituen internasional dan negara
sahabat terhadap promosi aset-aset diplomasi publik Indonesia), telah berpartisipasi aktif
dalam 18 sub output promosi aset-aset diplomasi publik RI terdapat sebagaimana tabel
berikut:
SUB IKU-5 SS-1.1.3
Persentase dukungan
konstituen internasional
dan negara sahabat
terhadap promosi aset-aset
diplomasi publik Indonesia
Informasi Kinerja
Jumlah dukungan konstituen
internasional dan negara
sahabat
Jumlah partisipan
konstituen internasional
pada promosi aset-aset
diplomasi publik
Realisasi
Target
Capaian
Jumlah
471
511
92,17%
90%
102,41%
“Indonesia memiliki komitmen tinggi untuk memajukan dialog lintas
agama regional, bilateral,multilateral” - Duta Besar Esti Andayani,
Direktur Jenderal IDP, Dialog Lintas Agama Indonesia - Jerman ke4 (28/9/15 - 01/10/15)
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
70
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Menlu Retno L.P. Marsudi (tengah) didampingi Dirjen Informasi dan
Diplomasi Publik Esti Andayani (kiri), dan Direktur Diplomasi Publik
Al Busyra Basnur (kanan) berfoto bersama dengan peserta Beasiswa
Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2015 di halaman Gedung Pancasila,
Kemlu, Jakarta, Senin (9/3/15).
Kegiatan diplomasi publik yang menjadi highlight pada tahun 2015 adalah
Kegiatan Interfaith Dialogue/Dialog Lintas Agama (DLA) serta Bali Democracy Forum
(BDF). DLA pada tingkat bilateral tahun 2015 dilaksanakan antara Indonesia dengan
Belanda, Jerman, Austria, dan Serbia. Kegiatan DLA penting untuk menanggapi sensitivitas
isu radikalisasi agama dan kebebasan berekspresi, sekaligus menjadi media yang efektif
untuk menunjukkan komitmen Indonesia untuk menyebarkan nilai Islam yang pluralis dan
toleran.
Pelaksanaan DLA tersebut telah menghasilkan kesepakatan konkrit, antara lain
penandatanganan MoU kerjasama pendidikan antar perguruan tinggi, institusi keagamaan
untuk melakukan pertukaran mahasiswa dan dosen, imam dan guru agama, joint research,
joint publication dan workshop dengan tema tertentu.
DLA diharapkan dapat memberi kontribusi nyata dalam mengatasi tantangan
internasional seperti masalah ekstrimisme, radikalisme dan terorisme yang berbasis
agama. Forum DLA diharapkan tidak semata-mata menjadi ajang dialog, tetapi hasilhasilnya juga dapat diimplementasikan ke seluruh tingkatan di kalangan akar rumput.
Untuk itu, kegiatan DLA juga melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti tokoh
agama, masyarakat madani dan media.
Terkait kegiatan diplomasi publik dalam ranah demokrasi, pada tanggal 10-11
Desember 2015 diselenggarakan Bali Democracy Forum (BDF) VIII di Bali Nusa Dua
Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, yang dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden
RI. BDF VIII dihadiri 89 negara dan 3 organisasi internasional. Forum dihadiri oleh 19
(sembilan belas) pejabat setingkat Menteri/Wakil Menteri, 7 (tujuh) pejabat setingkat
Direktur Jenderal/Duta Besar dari Pusat dan 63 (enam puluh tiga) Duta Besar/Kepala
Perwakilan negara-negara sahabat di Jakarta. Secara keseluruhan, BDF VIII diikuti oleh
sekitar 250 orang delegasi dari negara sahabat.
Penyelenggaraan BDF VIII menghasilkan apresiasi positif dari negara-negara yang
hadir terhadap peranan dan keberhasilan Indonesia sebagai role model pluralisme dan
demokrasi. Melalui forum ini, Indonesia secara konsisten senantiasa mendorong upaya
penguatan demokrasi di berbagai negara dan kawasan. Hasil-hasil pembahasan dan saling
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
71
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
tukar pengalaman selama penyelenggaraan BDF telah memberikan inspirasi bagi negara
lainnya dalam mengatasi tantangan berdemokrasi. Tingginya tingkat kehadiran negara
peserta (Kawasan Asia Pasifik), negara peninjau (non Kawasan Asia Pasifik) dan organisasi
internasional dalam pertemuan ini, menunjukkan masih relevannya BDF sebagai forum
bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dalam pemajuan demokrasi, tidak saja di Asia
Pasifik namun juga di belahan dunia lainnya.
BDF selama ini telah mendukung pembangunan demokrasi baik di kawasan Asia
Pasifik maupun kawasan lainnya melalui implementasi program kerja sama teknis oleh
Pemerintah Indonesia. Program peningkatan kapasitas (capacity building) telah
dilaksanakan di berbagai negara di Kawasan Asia Pasifik, bahkan hingga Afrika Utara dan
Timur Tengah, yakni seperti Tunisia, Aljazair, Ethiopia, Libya dan Mesir.
Dalam pencapaian Indeks Sub IKU-5 SS-1.1.3, Kementerian Luar Negeri
menghadapi kendala di antaranya:
a) Rumitnya koordinasi dengan pemangku kepentingan di daerah dalam
mempromosikan aset-aset diplomasi publik Indonesia, khususnya dalam hal promosi
perdagangan, investasi, pariwisata dan budaya daerah.
b) Intensitas dan kuantitas kegiatan promosi aset diplomasi publik kurang
ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan baik di dalam maupun luar negeri
melalui implementasi nyata atau konkrit, seperti dalam bentuk perjanjian kerja sama.
Salah satu alasan utama tidak atau belum terlaksananya sejumlah komitmen kerja
sama yakni kendala anggaran pada instansi mitra (counterparts) Diplomasi Publik.
c) Beberapa konstituen internasional berasal dari negara dengan tingkat perekonomian
yang belum berkembang (Least Developed Countries/LDCs), sehingga sangat selektif
dalam pembiayaan pengiriman delegasi atau wakil pada pertemuan-pertemuan
internasional maupun kegiatan promosi aset-aset diplomasi publik RI.
d) Adanya sejumlah pemotongan anggaran 2015 untuk penyelenggaraan kegiatan
promosi aset diplomasi publik RI yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif yakni:
a) Mengadakan pertemuan Forum Komunikasi dan Koordinasi dengan pemangku
kepentingan diplomasi publik guna membangun jejaring, sinkronisasi program,
kegiatan dan kebijakan, antara lain dalam bentuk Forum Komunikasi dan Koordinasi
Kementerian Luar Negeri RI dengan perwakilan seluruh Provinsi di Indonesia, serta
menginisiasi forum komunikasi alumni Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI)
yang akan dilaksanakan pada awal tahun 2016.
b)
Untuk meningkatkan jumlah partisipasi negara sahabat pada pertemuan-pertemuan
internasional maupun kegiatan promosi aset-aset diplomasi publik RI, Kementerian
Luar Negeri RI mengusulkan agar pembiayaan transportasi konstituen diplomasi
publik yang berasal dari Least Developed Countries (LDCs) dapat dibiayai oleh
Pemerintah RI.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
72
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
c)
2015
Mendorong terciptanya komitmen kerja sama konkrit antara RI dan negara sahabat,
yang telah terwujud dalam pelaksanaan Dialog Lintas Agama tahun 2015 yakni:
-
The 3rd Indonesia – Serbia Bilateral Interfaith Dialogue: Penandatanganan
perpanjangan Nota Kesepahaman Kerja Sama Pendidikan antara UIN Syarif
Hidayatullah dengan Universitas Beograd, Serbia. UIN Syarif Hidayatullah
menawarkan program kajian Islam bagi tokoh agama Serbia untuk mendapatkan
pemahaman tentang Islam moderat di Indonesia.
-
The 5th Indonesia – Austria Bilateral Interfaith Dialogue: Institusi Pendidikan Tinggi
Agama guru agama Islam Austria (IRPA) menawarkan kesempatan kepada 2 (dua)
orang dosen Indonesia untuk mengajar di Austria pada tahun 2017. Program ini
akan dibiayai oleh Uni Eropa di bawah skema Erasmus. Selain itu, Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menawarkan kerja sama pendidikan meliputi joint research,
pendidikan agama Islam untuk para imam, pertukaran akademisi, serta program
Islamic Studies untuk mahasiswa Austria. UIN Syarif Hidayatullah juga
menyampaikan kesiapannya untuk berpartisipasi pada program VICISU pada tahun
2016.
-
Indonesia dan Belanda bersepakat melaksanakan Jurnalist Visit Program di tahun
2016 sebagai hasil dari pelaksanaan the 3rd Bilateral Interfaith and Intermedia
Dialogue di Belanda, 25-26 September 2015.
Analisis Sub IKU-6 SS-1.1.3: Jumlah Roadmap pencapaian vision
4000 Peacekeepers
SUB IKU-6 SS-1.1.3
Jumlah Roadmap pencapaian Vision
4000 Peacekeepers
Informasi Kinerja
Jumlah Roadmap pencapaian Vision
4000 Peacekeepers yang berhasil
disusun
Realisasi
Jumlah
1
100%
Target
100%
Capaian
100%
Sejak tahun 2012, Pemri telah mencanangkan Visi 4.000 Peacekeepers guna
menempatkan Indonesia pada jajaran 10 besar negara penyumbang personel pada Misi
Pemeliharaan Perdamaian (MPP) PBB melalui kontribusi 4.000 personel. Visi 4.000
Peacekeepers ini bukan hanya berorientasi pada peningkatan kuantitas personel, namun
juga kualitas dari para personelnya. Peningkatan kontribusi Indonesia pada MPP PBB di
bawah kerangka Visi 4.000 Peacekeepers merupakan Program Lanjutan Kabinet Indonesia
Bersatu Jilid II.
Berdasarkan data United Nations Department of Peacekeeping
Operations per 31 Desember 2015, terdapat 2.840 personel
Indonesia yang bertugas dalam 10 (sepuluh) dari 16 MPP PBB
yang aktif saat ini, yang menempatkan Indonesia di urutan ke-12
dari 125 Troops/Police Contributing Countries (T/PCC). Jumlah
tersebut merupakan peningkatan dari kontribusi Indonesia per 31
Desember 2014, yaitu sebanyak 1.837 personel pada 10
(sepuluh) MPP PBB (peringkat ke-17 dari 126 negara).
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
73
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Guna menentukan langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga untuk mewujudkan Visi 4.000 Peacekeepers, Kementerian Luar
Negeri sebagai Ketua Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian (TKMPP) yang
beranggotakan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Kementerian Keuangan, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional, Sekretariat Kabinet, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan Badan Intelijen Negara telah berhasil menyusun Roadmap Visi 4.000
Peacekeepers yang ditetapkan dengan Permenlu No. 5 Tahun 2015 tentang Roadmap
Vision 4,000 Peacekeepers.
Sejak awal pembentukannya melalui Peraturan Presiden No. 85 Tahun 2011,
TKMPP telah melakukan rangkaian pertemuan guna melakukan pembahasan dan
penyusunan Peraturan Presiden dimaksud guna menjadi landasan hukum pengiriman
misi pemeliharaan perdamaian. Selain itu, telah dilakukan pula serangkaian pembahasan
mengenai penyusunan Peraturan Presiden lainnya yang mengatur pembentukan dana
cadangan guna mendukung pengiriman misi pemeliharaan perdamaian yang
permintaannya seringkali bersifat mendadak.
Sebagai buah upaya dan kerja keras TKMPP, telah diterbitkan Perpres No. 86
Tahun 2015 tentang Pengiriman MPP yang akan menjadi landasan hukum yang
diharapkan dapat menjadi pedoman pengiriman personel Indonesia ke berbagai MPP
berdasarkan permintaan PBB, organisasi internasional dan regional. Penuntasan Perpres
No. 86 Tahun 2015 menjadi salah satu Quick Wins Pemerintahan Presiden Joko Widodo
pada tahun 2015. Pemerintahan RI juga telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 78
Tahun 2015 tentang Kontingen Garuda Satuan Tugas Helikopter MI-17 Tentara Nasional
Indonesia pada MPP PBB di Mali.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
74
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sasaran
Strategis
(SS-1.1.4)
Diplomasi Ekonomi yang Kuat
Diplomasi ekonomi yang kuat merupakan aspek yang sangat penting dengan
semakin menguatnya globalisasi ekonomi. Peran diplomasi ekonomi bahkan menjadi
instrumen penting kebijakan luar negeri setiap negara, termasuk Indonesia. Diplomasi
Ekonomi dapat diartikan sebagai langkah-langkah atau strategi dalam memanfaatkan
hubungan internasional guna mencapai tujuan-tujuan ekonomi. Strategi untuk mencapai
tujuan ekonomi mencakup kegiatan ekspor, impor, investasi, bantuan, kerja sama teknik,
dan perjanjian perdagangan bebas.
Sebagai bagian dari Nawa Cita Presiden Joko Widodo, isu diplomasi ekonomi
menjadi salah satu isu prioritas yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri
untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat atau “diplomacy for
the people”, seperti mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan
perdagangan dan investasi, menciptakan lapangan pekerjaan, memperjuangkan
kepentingan ekonomi Indonesia di dunia internasional, serta mengamankan kepentingan
ekonomi strategis lainnya.
Kementerian Luar Negeri melakukan pendekatan komprehensif yang terfokus
pada perdagangan, pariwisata, investasi, kerja sama ekonomi, kerja sama pembangunan,
ketahanan pangan dan energi, kerja sama regional dan multilateral, serta kelembagaan
diplomasi ekonomi. Kementerian Luar Negeri secara aktif melakukan kegiatan diplomasi
ekonomi yang diharapkan dapat mencari peluang pasar dan produk (opportunity seeker),
memasarkan produk Indonesia (promoting dan marketing), dan fasilitasi kemitraan
(match-making). Lebih jauh dalam tataran kebijakan, Kementerian Luar Negeri juga
memperjuangkan kepentingan nasional dalam forum regional dan multilateral.
Pencapaian Sasaran Strategis 1.1.4 (SS-1.1.4) “Diplomasi Ekonomi yang Kuat”
diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1.1.4) “Indeks diplomasi ekonomi”.
Pada tahun 2015, target kinerja SS-1.1.4 ditargetkan 79% dengan realisasi 98,32% dan
capaian 124,46% (batas toleransi capaian 120%) yang diperoleh dari Sub IKU dengan
pembobotan sebagai berikut :
Tabel Capaian SS-1.1.4 Tahun 2015
No
Sub IKU
Bobot
1
Jumlah naskah kesepakatan di bidang ekonomi,
keuangan, pembangunan. (Sub IKU-1)
30
2
Jumlah Perwakilan RI di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika yang memiliki data economic intelligence
negara/wilayah akreditasi. (Sub IKU-2)
Jumlah Perwakilan RI di wilayah Amerika dan
Eropa yang memiliki data economic intelligence
negara/wilayah akreditasi. (Sub IKU-3)
15
3
15
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
Realisasi
2015
66 dari target 48
(137,5%,
Toleransi 120%)
66 dari
target 60
(110%)
30 dari
target 41
(73,17%)
Realisasi
Pembobotan
36%
16,5%
10,98%
75
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
No
4
5
6
Sub IKU
Persentase bantuan kerja sama teknik yang
memberikan peluang ekonomi. (Sub IKU-4)
Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di
bidang ekonomi dan pembangunan yang diterima
di forum-forum di tingkat intra dan antarkawasan
dan multilateral. (Sub IKU-5)
Jumlah promosi Trade Tourism Investment and
Services (TTIS). (Sub IKU-6)
2015
Bobot
15
15
10
Indeks SS-1.1.4
Realisasi
2015
8 dari target 13
(61,54%)
100%
69 dari
target 65
(106,15%)
Realisasi
Target
Capaian
Batas Tolerasi Capaian
Realisasi
Pembobotan
9,23%
15%
10,62%
98,33%
79%
124,46%
120%
Dalam pencapaian kinerja SS-1.1.4, kendala umum yang dihadapi oleh
Kementerian Luar Negeri adalah masih kurang optimalnya sinergi dengan
Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan terkait di dalam negeri dalam
melakukan penetrasi pasar, menarik investasi asing, arus wisatawan, dan meningkatkan
perdagangan (TTIS).
Kementerian Luar Negeri masih menghadapi keengganan
Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan untuk melakukan negosiasi maupun
menindaklanjuti berbagai peluang dan kesepakatan kerja sama di bidang perdagangan,
investasi dan pariwisata dengan negara-negara mitra, baik di wilayah Asia Pasifik dan
Afrika maupun wilayah Amerika dan Eropa. Selain itu, Kementerian Luar Negeri juga
masih mengalami kesulitan dalam mengawasi tindak lanjut (implementasi) dari hasil
kesepakatan dan promosi TTIS tersebut.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri telah melakukan
pertemuan koordinasi secara reguler dengan Kementerian/Lembaga untuk
menyelaraskan kegiatan promosi TTIS sehingga menjadi lebih efisien dan efektif. Selain
itu, Kemenlu telah membentuk Pokja Diplomasi Ekonomi yang berupaya membangun
sinergi yang lebih optimal antara Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan di
dalam negeri dengan Perwakilan RI dalam rangka pencapaian peningkatan kerja sama di
bidang perdagangan, investasi dan pariwisata dengan negara-negara sahabat. Dalam
pelaksanaan fungsinya, Pokja Diplomasi Ekonomi ini didukung oleh seluruh Satker, baik
bilateral (Ditjen Aspasaf dan Ditjen Amerop), regional (Ditjen KS ASEAN), multilateral
(Ditjen Multilateral) maupun dalam pelaksanaan kerjasama teknis (Dit. KST).
Untuk mendapatkan hasil nyata, Kementerian Luar Negeri juga semakin
mengedepankan konsep link and match dalam pelaksanaan diplomasi ekonomi sehingga
terjadi keselarasan antara kebutuhan pemangku kepentingan di dalam negeri dengan
permintaan dan kebutuhan pasar di luar negeri. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan
berbagai promosi TTIS dan misi dagang yang secara langsung mempertemukan pengusaha
Indonesia dengan mitranya di negara sasaran (business meeting) maupun mengundang
operator pariwisata mancanegara ke Indonesia (famtrip), sehingga terdapat hasil yang
tangible (nyata).
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
76
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sebagai solusi ke depan, Kementerian Luar Negeri akan lebih meningkatkan
penguatan mekanisme koordinasi dengan kementerian teknis. Selain itu, Kemenlu juga
akan meningkatkan peran market intelligence dan research dari Perwakilan RI untuk
identifikasi pasar dan produk yang potensial. Perwakilan RI juga diharapkan dapat
meningkatkan kerja sama pembangunan dengan negara mitra untuk capacity building,
khususnya di bidang standardisasi dan peningkatan kualitas, bagi pelaku usaha kecil dan
menengah sehingga dapat memiliki akses pasar ke negara mitra.
Instruksi Presiden RI yang menunjuk beberapa menteri sebagai Menteri
Penghubung untuk menjadi koordinator teknis bagi negara-negara mitra Indonesia, juga
diharapkan akan menjadi solusi dalam meningkatkan sinergi antara Kemenlu c.q.
Perwakilan RI dengan Kementerian/Lembaga serta pemangku kepentingan terkait lainnya.
Sebagai proyeksi ke depan, Kementerian Luar Negeri diharapkan meningkatkan
kerja sama dengan Kementerian/Lembaga teknis untuk dapat menembus pasar prospektif
di kawasan Amerika Latin, Amerika Tengah, Eropa Tengah dan Timur, Asia Selatan, Timur
Tengah dan Afrika, serta mendatangkan investasi dan wisawatan asing ke Indonesia.
Dalam rangka peningkatan sinergi dengan kementerian teknis terkait, kiranya
diperlukan penguatan peran Kementerian Luar Negeri agar dapat mendorong peran serta
kementerian teknis terkait lainnya pada pembahasan kesepakatan dan pelaksanaan serta
tindak lanjut kesepakatan kerja sama Indonesia dengan negara lain. Hal ini, misalnya
dapat dilakukan melalui revisi UU No. 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri atau
penyusunan Peraturan Pemerintah (juknis) dari UU ini.
Analisis Sub 1 SS-1.1.4: Jumlah naskah kesepakatan di bidang
ekonomi, keuangan, pembangunan
Naskah kesepakatan merupakan hasil kesepakatan yang dicapai pada setiap
proses perundingan di bidang ekonomi, keuangan, pembangunan, baik secara bilateral
antara Indonesia dengan negara mitra di kawasan Asia Pasifik Afrika dan Amerika Eropa,
maupun dalam forum multilateral, seperti forum International Renewable Energy Agency
(IRENA), G20, Open Government Partnership (OGP), Meksiko-Indonesia-Korea-TurkiAustralia (MIKTA), dan SDGs PBB.
Selama tahun 2015, Indonesia telah menyepakati 66 naskah kesepakatan di bidang
ekonomi, keuangan, pembangunan dari target 48, sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 SS-1.1.4
Jumlah naskah kesepakatan di
bidang ekonomi, keuangan,
pembangunan
Informasi Kinerja
Jumlah naskah kesepakatan di bidang
ekonomi, keuangan, pembangunan
Target Jumlah naskah kesepakatan di
bidang ekonomi, keuangan,
pembangunan
Capaian
Batas Toleransi Capaian
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
Jumlah
66
48
137,5%
120%
77
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Beberapa highlights dari naskah yang telah disepakati di antaranya adalah:
1. Nota Kesepahaman Antara Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia dan Japan External Trade Organization (JETRO) tentang Kerja Sama
Promosi Penanaman Modal yang ditandatangani di Tokyo pada 23 Maret 2015,
saat kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Tokyo 23-25 Maret 2015.
Kunjungan Kenegaraan Presiden RI, Joko Widodo ke Tokyo, Jepang
pada tanggal 23 – 25 Maret 2015
2. Memorandum Saling Pengertian Antara Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia dan Japan External Trade Organization (JETRO) pada Kerja Sama
Perdagangan yang ditandatangani di Tokyo pada 23 Maret 2015, saat kunjungan
kenegaraan Presiden RI ke Tokyo 23-25 Maret 2015.
3. Agreed Minutes The First Meeting of the Joint Ministerial Commission between the
Republic of Fiji and the Republic of Indonesia, Suva, 1 September 2015. Kedua
negara berkomitmen untuk meningkatkan hubungan bilateral, meningkatkan
keterlibatan pengusaha, meningkatkan people-to-people links, serta meningkatkan
kerja sama perdagangan, investasi, dll. JMC selanjutnya disepakati dilaksanakan
di Indonesia pada tahun 2016.
4. Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah RI dan Pemerintah Negara
Perancis mengenai Energi dan Listrik pada Perundingan Kerjasama Indonesia Perancis bidang Energi dan Listrik, di Jakarta Februari 2015
Selain kesepakatan G-to-G, terdapat juga kesepakatan bisnis yang menjadi
deliverables pada kunjungan Menlu Inggris ke Indonesia pada tanggal 4-5 Februari 2015.
Dalam kunjungan tersebut, telah ditandatangani M0U antara Lion Air dan Rolls Royce
senilai USD 140 juta untuk pembelian mesin pesawat terbang Trent 700 di Jakarta tanggal
4 Februari 2015. Penandatanganan disaksikan oleh Menlu Inggris dan Direktur Angkutan
Udara Kementerian Perhubungan. Menlu RI dan Menlu Inggris pada pertemuan bilateral
tanggal 4 Februari 2015 telah mengapresiasi kesepakatan tersebut. Kemenlu mendorong
pelaksanaan penandatanganan sebagai deliverables kunjungan Menlu Inggris melalui
koordinasi antara lain dengan Kemenhub dan Kedubes Inggris, khususnya dalam rapatKementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
78
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
rapat persiapan kunjungan untuk memastikan agar kesepakatan dimaksud sejalan dengan
kepentingan Pemri meningkatkan fasilitas penerbangan.
Dokumen dalam bidang ekubang merupakan upaya yang dihasilkan dari diplomasi
ekonomi yang menjadi fokus pemerintahan Presiden saat ini. Namun meskipun sudah
digaungkan sebagai salah satu fokus dalam diplomasi, banyak pemangku kepentingan
yang seringkali masih belum bergerak cepat dalam menangani isu-isu terkait bidang
ekonomi, sehingga pembahasan sering terhambat, banyak draft yang pending dan
sebagainya. Dapat juga dikatakan bahwa terdapat kesulitan dalam mengkoordinasikan
antarkementerian dalam pembahasan kesepakatan karena adanya ego sektoral dan
masalah teknis lainnya. Untuk mencapai lebih banyak kesepakatan dalam bidang ekonomi,
keuangan dan pembangunan, kegiatan perumusan dokumen memerlukan koordinasi yang
baik dengan pemangku kepentingan terkait.
Terkait upaya menghasilkan naskah kesepakatan multilateral, Kementerian Luar
Negeri terkadang menghadapi kendala dengan banyaknya jumlah negara yang terlibat
dalam suatu forum multilateral sehingga terdapat perbedaan kepentingan negara-negara
dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral dan juga perbedaan
kepentingan di antara para pemangku kepentingan dalam negeri, sehingga proses
pembahasan kesepakatan memakan waktu lama. Selain itu pada tataran dalam negeri,
Kementerian Luar Negeri juga menghadapi persoalan terkait koordinasi degan para
pemangku kepentingan nasional.
Dalam mengantisipasinya, Kementerian Luar Negeri telah melakukan langkahlangkah efisiensi komunikasi dengan negara mitra dan meningkatkan koordinasi dengan
para pemangku kepentingan nasional pada forum multilateral.
Analisis Sub IKU 2 SS-1.1.4: Jumlah Perwakilan RI di kawasan Asia Pasifik
dan Afrika yang memiliki data economic intelligence negara/wilayah
akreditasi dan Sub IKU 3 SS-1.1.4: Jumlah Perwakilan RI di kawasan Amerika
dan Eropa yang memiliki data economic intelligence negara/wilayah
akreditasi
Economic intelligence adalah informasi dan kajian hasil analisis di bidang ekonomi
(perdagangan, keuangan, investasi, pariwisata, dan jasa) yang bersifat strategis bagi
pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan diplomasi ekonomi Indonesia terhadap
negara/wilayah akreditasi. Data economic intelligence disusun dan dimutakhirkan secara
berkala setiap tahun.
Data economic intelligence mencakup informasi antara lain:
1. Data eksportir, importir serta asosiasi usaha negara setempat
2. Data produk yang diperdagangkan antara Indonesia dan negara setempat
3. Survei/Riset Pasar terhadap produk yang berpeluang untuk ditingkatkan atau
produk andalan dalam perdagangan bilateral kedua negara (sebagai contoh
ekspor batubara Indonesia ke India atau impor beras Indonesia dari Vietnam)
4. Kebijakan dan regulasi atau praktik ekonomi di negara akreditasi
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
79
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Penyebaran data economic intelligence disampaikan kepada pihak-pihak terkait di
Indonesia baik pemerintah maupun swasta dengan harapan dapat mendorong para
eksportir Indonesia melakukan ekspansi pasar ke negara/wilayah akreditasi. Selain
daripada itu, data economic intelligence juga dapat digunakan sebagai rujukan mengenai
aturan, kebijakan dan potensi eonomi maupun bisnis yang diterapkan di negara/wilayah
akreditasi.
Selama tahun 2015, terdapat 66 Perwakilan RI di kawasan Asia Pasifik dan Afrika
yang telah memiliki data economic intelligence negara/wilayah akreditasi dari target
sebesar 60 Perwakilan RI, sebagaimana tabel berikut:
SUB IKU-2 SS-1.1.4
Jumlah Perwakilan RI di kawasan
Asia Pasifik dan Afrika yang
memiliki data economic intelligence
negara/wilayah akreditasi
Informasi Kinerja
Jumlah Perwakilan RI di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika yang memiliki data
economic intelligence negara/wilayah
akreditasi
Target Perwakilan RI di kawasan Asia
Pasifik dan Afrika yang memiliki data
economic intelligence negara/wilayah
akreditasi
Capaian
Jumlah
66
60
110%
Sementara itu, selama tahun 2015, terdapat 30 Perwakilan RI di kawasan Amerika
dan Eropa yang telah memiliki data economic intelligence negara/wilayah akreditasi dari
target sebesar 41 Perwakilan RI, sebagaimana tabel berikut:
SUB IKU-3 SS-1.1.4
Jumlah Perwakilan RI di kawasan
Amerika dan Eropa yang memiliki
data economic intelligence
negara/wilayah akreditasi
Informasi Kinerja
Jumlah Perwakilan RI di kawasan
Amerika dan Eropa yang memiliki data
economic intelligence negara/wilayah
akreditasi
Target Perwakilan RI di kawasan
Amerika dan Eropa yang memiliki data
economic intelligence negara/wilayah
akreditasi
Capaian
Jumlah
30
41
73,17%
Dalam pencapaian Indeks IKU-2 SS-1.1.4, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya kondisi Politik dan Keamanan di negara/wilayah akreditasi yang
belum kondusif, sehingga menyulitkan Perwakilan untuk melakukan kegiatan market
intelligence secara komprehensif. Selain itu, para pelaku usaha Indonesia belum dapat
sepenuhnya mengeksplorasi dan mengembangkan hubungan bisnis dengan negara-negara
yang situasi politik dan keamanannya belum stabil. Hal ini juga berimplikasi pada upaya
mendorong peningkatan arus pariwisata ke Indonesia dan kegiatan investasi di negaranegara tersebut.
Belum adanya keseragaman format penyusunan data market intelligence yang
dilakukan Perwakilan, sehingga laporan yang disampaikan belum komprehensif dalam
mendukung proses pembuatan keputusan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
80
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri juga telah
menyusun data market intelligence untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika
dan Eropa yang menginformasikan peluang bisnis, data importir, dan produk unggulan
ekspor Indonesia ke masing-masing negara dalam bentuk buku dan majalah secara
berkala. Melalui penyusunan buku dan majalah dimaksud, diharapkan para pelaku usaha
dan pihak terkait dapat memperoleh informasi yang memadai dalam merumuskan
kebijakan dan strategi bagi peningkatan kerja sama ekonomi dan bisnis yang dilakukan
dengan negara mitra di masing-masing kawasan.
Sebagai langkah solutif ke depan, maka pada tahun 2016 akan disusun format
panduan komponen informasi yang harus dimuat dalam data economic intelligence. dengan
memperhatikan karakteristik negara akreditasi yang bersumber dari pihak di luar negara
akreditasi, baik melalui media internet maupun badan organisasi internasional lainnya.
Selanjutnya, bagi Perwakilan yang kondisi politik dan keamanan di negara
akreditasi relatif belum kondusif, maka penyusunan data market intelligence kiranya dapat
disesuaikan komponennya dengan karakteristik dan kondisi negara akreditasi mengingat
dalam kondisi konflik sekalipun potensi bisnis sejatinya tetap ada meskipun dilakukan
melalui pihak ketiga.
Disamping itu, Kementerian Luar Negeri tengah menjajaki pengembangan
Indonesia Trading House di negara akreditasi serta memperluas keberadaan display center
produk unggulan RI di Perwakilan.
Analisis Sub 4 SS-1.1.4: Persentase bantuan kerja sama teknik
yang memberikan peluang ekonomi
Peluang ekonomi adalah potensi ekonomi yang dimiliki suatu negara yang
mempunyai kemungkinan untuk dimanfaatkan Indonesia. Sedangkan, bantuan Kerja Sama
Teknik (KST) dapat diartikan sebagai bantuan peningkatan kapasitas dalam bentuk
pelatihan, lokakarya, pengiriman tenaga ahli, dan peralatan teknik lainnya yang diberikan
oleh Indonesia.
Bantuan Kerja Sama Teknik yang diberikan Indonesia kepada negara-negara
penerima bantuan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan Indonesia
dari segi politik, ekonomi dan sosial budaya. Dalam hal ini, peluang ekonomi yang
diperoleh antara lain dapat berupa potensi pembelian bibit tanaman, benih ikan,
inseminasi buatan, peralatan teknis, pengiriman tenaga ahli Indonesia, dan sebagainya.
Selama tahun 2015, Kementerian Luar Negeri telah melaksanakan 13 program
KST, yang terdiri dari peningkatan kapasitas bidang pertanian, perikanan, peternakan,
kerajinan, pariwisata, dan lain-lain. Dari seluruh program KST tersebut, 8 di antaranya
memiliki potensi ekonomi, yaitu:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
81
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
No
1.
Kegiatan Kerjasama
Teknik
International Training on
Agriculture for CLM and
Timor Leste
2015
Waktu dan Tempat
Potensi Ekonomi
Port Moresby, PNG 22-28
Agustus
Suva, Fiji, 8-12 September
2015
Honiara, Solomon 28
Agustus- 5 September 2015
Jalinan bisnis antara pelaku usaha
kerang Indonesia dengan negara-negara
MSG, penjualan mesin dan peralatan,
serta permintaan tenaga ahli Indonesia.
Jalinan bisnis antara pelaku usaha
pengolah kerang Indonesia dengan
negara-negara MSG, penjualan mesin
dan peralatan kerang serta permintaan
tenaga ahli Indonesia.
Di dalam konteks Indonesia akan
memiliki komitmen yang kuat di IORA,
kebutuhan untuk menjaga investasi di
negara-negara tersebut menjadi penting,
terutama di negara-negara yang menjadi
target non traditional market Indonesia.
Kemampuan untuk bertahan (endure)
dan meminimalkan dampak bencana
merupakan salah satu hal yang
fundamental dalam menjaga investasi.
Ketika kita memberikan bantuan,
manfaat jangka panjang akan dapat
dirasakan ketika nantinya Indonesia
berada dalam posisi yang membutuhkan.
2.
Dispatch Expert on Seashell
Crafting for Melanesian
Spearhead Group (MSG)
Countries
Pulau Pramuka, 30
November-6 Desember
2016
3.
International Workshop on
Disaster Risk Management
for IORA Countries
Provinsi DI Aceh, Mei &
Juni 2015
4.
International Training
Workshop on Agriculture
for African and Middle East
Countries
Mkindo-Monggoro,
Tanzania, 17 – 23 Maret
2015
1)
2)
3)
5.
6.
Capacity Building on Law
Enforcement and
Corruption Eradication for
African and Middle East
Countries, Democracy and
Innovation in Good
Governance
Jakarta-Bandung, 7-13 Juni
2015
International Training
Workshop on Tourism for
Palestine Economic
Development
Jakarta-Bandung, 6-11 April
2015
1)
2)
1)
2)
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
Sebagai peluang penetrasi produksi
pertanian / alat pertanian Indonesia
di wilayah Afrika dan Timur Tengah.
Berpotensi untuk meningkatkan
pelayanan purna jual guna
mendukung perluasan pasar alsintan
di wilayah Afrika dan Timur Tengah.
Sarana untuk mengembangkan
kerjasama pemerintah-swasta,
antara lain dengan melibatkan
program corporate social
responsibility untuk mendukung
pelaksanaan KST di wilayah Afrika
dan Timur Tengah.
Dengan meningkatnya kapasitas
penegak hukum, maka dapat
meningkatkan kepercayaan dalam
kerja sama ekonomi dari Indonesia
maupun kawasan Afrika dan Timur
Tengah.
Berbagi pengalaman terbaik antarnegara dapat pula memperkuat
kapasitas KPK guna mengawasi
pelaksanaan pembangunan nasional
yang transparan dan akuntabel.
Pemberian bantuan pelatihan untuk
PNS Palestina sejalan dengan
program Quick Wins Presiden Joko
Widodo.
Potensi peningkatan wisata religi
maupun historis ke Indonesia.
82
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
No
7.
8.
Kegiatan Kerjasama
Teknik
Dispatch Expert on Coconut
Shell Product Development
for Palau
Training for Trainer di
Bidang Bahasa Inggris
untuk Implementing
agencies
2015
Waktu dan Tempat
Potensi Ekonomi
Koror, Palau, 23-27
November 2015
Jalinan bisnis antara pelaku usaha
pengolah batok kelapa Indonesia dengan
negara-negara MSG, serta permintaan
tenaga ahli Indonesia.
Yogyakarta,
Peserta ToT merupakan trainers yang
akan melatih peserta dari negara
berkembang lainnya sehingga
mendatangkan potensi peserta asing
tertarik untuk belajar lebih jauh di
indonesia.
SUB IKU-4 SS-1.1.4
Persentase bantuan kerja sama
teknik yang memberikan peluang
ekonomi
Informasi Kinerja
Jumlah bantuan KST yang memberikan
peluang ekonomi
Jumlah
8
Jumlah seluruh kegiatan bantuan KST
13
Realisasi
Target
Capaian
Batas Toleransi Capaian
61,54%
50%
123,08%
120%
Berdasarkan realisasi pelaksanaan program KST tersebut di atas, maka persentase
program KST yang memberikan peluang ekonomi dibandingkan dengan seluruh program
KST selama tahun 2015 mencapai realisasi 61,53%. Dengan demikian, realisasi tersebut
sudah melebihi target yang ditetapkan yaitu 50%.
Dalam pencapaian Indeks IKU-4 SS-1.1.4, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya para peserta pelatihan yang telah menyatakan minatnya untuk
membeli produk-produk yang digunakan dalam pelatihan belum memastikan akan
membeli produk-produk tersebut, karena realisasi pemesanan atau pembelian produk
tersebut dapat terjadi secara jangka panjang. Hal ini menyebabkan sulitnya memonitor
berapa banyak produk Indonesia yang sudah dipesan atau dibeli.
Untuk mengatasi kendala tersebut, guna menindaklanjuti minat para peserta
yang mengikuti pelatihan, Kemlu dan lembaga mitra akan secara proaktif melakukan
pendekatan kepada pihak-pihak terkait untuk menawarkan peralatan teknis dari
Indonesia dalam bentuk pameran, serta memanfaatkan data base peserta pelatihan guna
menjalin komunikasi lebih lanjut terutama untuk menawarkan peralatan teknis dari
Indonesia.
Sebagai langkah solutif ke depan, Kementerian Luar Negeri pada tahun 2016
akan mengoptimalkan program KST untuk pelaksanaan kegiatan dan pelatihan yang
memiliki peluang ekonomi secara riil, misalnya di pelatihan di sektor pertanian, pelatihan
di sektor perikanan, pelatihan di bidang pengembangan produk kelapa, pelatihan
pengolahan produk perikanan (krupuk dan rumput laut), dan pelatihan penanganan
bencana kebakaran.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
83
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Analisis Sub 5 SS-1.1.4: Persentase prakarsa/rekomendasi
Indonesia di bidang ekonomi dan pembangunan yang diterima di
forum-forum di tingkat intra dan antar kawasan dan multilateral
Dalam melaksanakan diplomasi ekonomi, Indonesia berperan aktif dalam berbagai
forum ekonomi dan pembangunan dalam lingkup intrakawasan, antarkawasan dan
multilateral yang dihadiri oleh negara-negara guna membahas isu-isu ekonomi dan
pembangunan termasuk ketahanan pangan dan energi, seperti dalam forum APEC, ASEM,
G20, dan sebagainya. Untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam forum-forum
tersebut, telah disampaikan prakarsa dan rekomendasi Indonesia terhadap suatu isu
tertentu yang dibahas dalam pertemuan. Dalam proses tersebut, selain menyampaikannya
dalam forum, Indonesia juga perlu mengadakan pendekatan atau lobby kepada pihakpihak terkait sehingga tujuan dapat tercapai. Prakarsa/rekomendasi Indonesia yang telah
tercatat, dicantumkan dan disepakati dalam dokumen sidang/pertemuan merupakan
salah satu bentuk capaian diplomasi ekonomi Indonesia.
Selama tahun 2015, prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi dan
pembangunan yang diterima telah terealisasi 100% di forum-forum di tingkat intra dan
antar kawasan dan multilateral, sebagaimana tabel berikut:
SUB IKU-5 SS-1.1.4
Persentase prakarsa/rekomendasi
Indonesia di bidang ekonomi dan
pembangunan yang diterima di
forum-forum di tingkat intra dan
antar kawasan dan multilateral
Informasi Kinerja
prakarsa/rekomendasi Indonesia di
bidang ekonomi dan pembangunan yang
diterima di forum-forum intra dan
antarkawasan dan multilateral
prakarsa/rekomendasi Indonesia di
bidang ekonomi dan pembangunan yang
diusulkan di forum-forum intra dan
antarkawasan dan multilateral
Realisasi
Target
Capaian
Batas Toleransi Capaian
Jumlah
59
59
100%
80%
125%
120%
Hal-hal yang mempengaruhi kinerja IKU-5 SS-1.1.4 antara lain:
1.
2.
Ada tidaknya political will negara-negara anggota untuk mencapai kesepakatan di
bidang ekonomi dan pembangunan di berbagai forum internasional.
Tingkat koordinasi dengan para pemangku kepentingan di dalam negeri untuk
merumuskan satu posisi di bidang pembangunan dan ekonomi yang akan
disampaikan pada berbagai forum internasional.
Dalam pencapaian Indeks IKU-5 SS-1.1.4, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya:
1.
2.
Rendahnya political will negara-negara anggota untuk mencapai kesepakatan di
bidang perdagangan di berbagai forum internasional dengan disepakatinya
perjanjian mega-regional seperti Trans Pacific Partnership (TPP).
Perlunya peningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam negeri.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
84
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan:
1.
Upaya peningkatan peran Indonesia sebagai bridge builder antara negara maju dan
berkembang, sehingga berbagai kesepakatan di bidang ekonomi, perdagangan, dan
pembangunan dapat tercapai.
2.
Pada tahun 2015 Pemerintah Indonesia telah menyusun “Cetak Biru Peran Indonesia
pada G20 tahun 2015-2019” yang menyajikan prioritas, target, dan kepentingan
nasional Pemerintah Indonesia di forum G20, serta menentukan arah kebijakan dan
strategi partisipasi Indonesia di G20 dalam lima tahun ke depan. Tujuan Cetak Biru ini
adalah untuk meningkatkan koordinasi internal di dalam negeri dan memastikan
komitmen Indonesia di G20 sejalan dengan kebijakan nasional. Langkah ini kiranya
dapat juga dilaksanakan untuk menentukan arah kebijakan Indonesia di forum-forum
internasional lainnya yang membahas isu ekonomi dan pembangunan.
Langkah solutif ke depan, Kementerian Luar Negeri akan terus meningkatkan
peran aktifnya sebagai bridge builder antara negara maju dan berkembang dalam
mewujudkan pembangunan yang adil dan berimbang sekaligus mencapai kepentingan
nasional. Kemlu juga akan terus meningkatkan koordinasi dengan para pemangku
kepentingan dalam negeri dalam mencapai suara/posisi yang satu di berbagai forum
internasional yang membahas isu ekonomi dan pembangunan.
Analisis Sub IKU-6 SS-1.1.4: Jumlah promosi Trade, Tourism
Investment, and Services (TTIS)
Sebagai salah satu bentuk diplomasi ekonomi, Kementerian Luar Negeri secara
aktif melaksanakan program promosi Trade, Tourism Investment, and Services (TTIS).
Promosi TTIS Indonesia dilaksanakan di negara mitra untuk mendorong peningkatan
perdagangan, investasi asing dan wisatawan asing, juga dilaksanakan di Indonesia untuk
mempromosikan akses dan peluang pasar di negara mitra. Kegiatan promosi TTIS
dilaksanakan bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah
dan pemangku kepentingan terkait di negara mitra.
Selama tahun 2015, mesin diplomasi ekonomi Indonesia bekerja aktif mendorong
ekspor, meningkatkan investasi, dan promosi pariwisata. Selama tahun 2015, setidaknya
37 pertemuan dan perundingan Economic Partnership Agreement dilakukan, antara lain:
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), ASEAN-Japan Comprehensive
Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-HongKong Free Trade Agreement (AHKFTA),
ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), dan Regional Comprehensive Economic
Partnership (RCEP). Diplomasi ekonomi Indonesia pada tahun 2015 juga terus
memanfaatkan peluang pasar nontradisional baik di Pasifik Selatan, Afrika, Timur Tengah,
Eropa Timur maupun Amerika Selatan dan Karibia.
Di bidang investasi, Kementerian Luar Negeri mendorong berbagai upaya untuk
menarik investasi asing dan mendorong investasi Indonesia di beberapa negara melalui
prioritas investasi pada pembangunan infrastruktur maritim, jalan raya, energi, dan
ketahanan pangan. Badan Koordinasi Penanaman Modal juga telah mendirikan “One Stop
Services” untuk mempercepat proses perizinan dan prosedur investasi.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
85
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Di bidang pariwisata, upaya meningkatkan wisatawan asing ke Indonesia
dilakukan dengan memberikan fasilitas bebas visa kunjungan singkat untuk 75 negara.
Pemberian visa ini akan terus dikaji sesuai kebutuhan. Penyalahgunaan bebas visa akan
ditindak tegas, sebagaimana dilakukan oleh negara lain.
SUB IKU-5 SS-1.1.4
Jumlah promosi Trade, Tourism
Investment, and Services (TTIS)
Informasi Kinerja
Jumlah promosi Trade, Tourism
Investment, and Services (TTIS)
Target promosi TTIS
Jumlah
69
Capaian
65
106,15%
Beberapa promosi TTIS yang telah dilakukan Kementerian Luar Negeri
diantaranya adalah:
1. Partisipasi dalam Pameran The Gateway Show di dan Sales Mission di Afrika Selatan
tanggal 28 Agustus - 3 September 2015
2. Partisipasi pada China-ASEAN Expo (CAEXPO) di Nanning, RRT, 18-21 September 2015
3. Windows to Indonesia/Pameran Indoglobus di Kyiv, Ukraina, 14-17 Mei 2015
4. Promosi Terpadu Indonesia (Indofair) di Paramaribo, 28 September - 3 Oktober 2015
Dalam pencapaian Indeks IKU-6 SS-1.1.4, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya adalah masih kurang sinergisnya hubungan dengan kementerian
teknis yang merupakan kementerian pelaksana sebagai mitra Kementerian Luar Negeri
dalam rangka menarik investasi asing, wisatawan, dan perdagangan. Kementerian Luar
Negeri terkadang juga mengalami kesulitan dalam mengawal tindak lanjut dari hasil
promosi TTIS tersebut.
Hambatan lain yang dihadapi terkait pelaksanaan kegiatan TTIS pada umumnya
adalah sulitnya menarik minat pengusaha khususnya jika program dilakukan di wilayah
yang terletak cukup jauh secara geografis, serta dalam hal pembiayaan keterlibatan
pengusaha dan pengiriman sampel produk.
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka Kementerian Luar Negeri telah
melakukan pertemuan koordinasi secara reguler dengan Kementerian/Lembaga untuk
menyelaraskan kegiatan promosi TTIS, sehingga menjadi lebih efisien dan efektif.
Kementerian Luar Negeri juga akan terus berupaya melakukan kegiatan penggalangan
untuk menarik minat pelaku usaha Indonesia melakukan promosi produk unggulan dan
tujuan wisata Indonesia ke negara-negara mitra, serta juga berupaya mendorong
kunjungan bisnis pelaku usaha dari negara mitra untuk bertemu bisnis pada pameran atau
forum bisnis di Indonesia.
Sebagai solusi kedepan, Kementerian Luar Negeri akan melakukan penguatan
mekanisme koordinasi dengan kementerian teknis, serta meningkatkan peran market
intelligence dan research untuk mengidentifikasi pasar dan produk yang potensial.
Untuk proyeksi ke depan, Kementerian Luar Negeri diharapkan dapat
meningkatkan kerja sama dengan K/L teknis untuk menembus pasar prospektif di
kawasan Amerika Latin, Eropa Tengah dan Timur, mendatangkan investasi asing, serta
mendatangkan wisawatan asing ke Indonesia.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
86
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
Sasaran
Strategis
(SS-1.1.5)
2015
Pelayanan dan perlindungan WNI
dan BHI dan diaspora yang prima
Sesuai dengan Prioritas Nasional Tahun 2015 – 2019, yang juga dikenal dengan
Nawacita, dimana salah satu agendanya adalah “Menghadirkan kembali Negara untuk
melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga
negara”, Kementerian Luar Negeri dalam mencapai sasaran pembangunan tersebut
melaksanakan berbagai upaya peningkatan pelayanan dan perlindungan terhadap Warga
Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) di luar negeri, termasuk Tenaga
Kerja Indonesia (TKI). Hal ini juga merupakan amanat Konstitusi sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang dijabarkan dalam beberapa ketentuan
perundang-undangan nasional, dan mempertimbangkan hukum dan kebiasaan
internasional lainnya. Oleh sebab itu, Kementerian Luar Negeri melaksanakan pelayanan
dan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri dengan prinsip kepedulian dan keberpihakan,
yaitu dengan menunjukkan kepedulian terhadap WNI yang mengalami masalah dan
membutuhkan bantuan serta keberpihakan terhadap WNI dimaksud.
Diplomasi perlindungan di tahun 2015 difokuskan pada dua hal, yaitu respon yang
cepat terhadap problematika yang muncul; dan pembangunan sistem dalam pelayanan dan
prelindungan WNI/BHI. Kementerian Luar Negeri secara terus menerus telah berusaha
membangun sistem guna meningkatkan pelayanan dan perlindungan , antara lain dengan
menggunakan teknologi informasi seperti program sms blast, pembentukan database WNI,
sistem hotline 24 jam, sertifikasi ISO 9001;2008 mengenai standar dan prosedur repatriasi
WNI serta pelatihan 282 staf Kementerian Luar Negeri di bidang identifikasi dan forensik,
penanganan dan pelaporan kasus, serta penanganan situasi konflik dan bencana.
Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Pelayanan dan perlindungan WNI
dan BHI dan diaspora yang prima” sebagai Sasaran Strategis 1.1.5 (SS-1.1.5) diukur
dengan Indikator Kinerja Utama yaitu “Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan
BHI serta pemberdayaan diaspora” dengan 3 (tiga) Sub IKU yang mana masing-masing
Sub IKU tersebut diukur melalui beberapa komponen. Pada tahun 2015, IKU SS-1.1.5
ditargetkan 67,69 dengan realisasi sebesar 83,35 dan capaian sebesar 123% (batas
toleransi capaian 120%), sebagai berikut:
Tabel Capaian SS-1.1.5 Tahun 2015
65
Realisasi
2015
86,70
Realisasi
Pembobotan
56.36
20
67,46
13.49
15
90
13.5
Realisasi
Target
Capaian
Batas Toleransi
83,35
67,69
123%
120%
No
Sub IKU
Bobot
1
Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan BHI di luar
negeri. (Sub IKU-1)
Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan
BHI di luar negeri. (Sub IKU-2)
Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di luar
negeri. (Sub IKU-3)
2
3
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
87
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Pencapaian kinerja tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebagai
berikut:
1. Tingkat penyelesaian dan pendataan penanganan evakuasi, repatriasi dan deportasi
WNI overstayer dan TKI undocumented yang relatif tinggi sepanjang tahun 2015
berkontribusi besar terhadap tingkat capaian kinerja Sub IKU 1 khususnya kasus
khusus. Hal tersebut berkat dukungan anggaran yang memadai dan komitmen kerja
sama instansi terkait dan Perwakilan RI meskipun masih bersifat ad-hoc;
2. Selain itu, capaian komponen terkait program peningkatan kapasitas SDM dalam Sub
IKU 2 yang jauh melebihi target juga turut memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap tingkat capaian kinerja Indeks Pelayanan dan Perlindungan WNI dan BHI di
Luar Negeri; dan
3. Pada Sub IKU 3, seluruh rekomendasi Kementerian Luar Negeri diterima dalam setiap
pembahasan kebijakan/regulasi nasional dan forum perundingan internasional
terkait isu perlindungan WN/BHI juga turut berkontribusi dalam capaian kinerja
Indeks dimaksud.
Dalam pencapaian kinerja SS-1.1.5, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala eksternal diantaranya:
1. Masih adanya legislasi nasional di bidang migrasi tenaga kerja yang tumpang tindih
sehingga menimbulkan duplikasi dan inkonsistensi dalam tatanan implementasi
perlindungan WNI serta perbedaan cara pandang antara instansi pemangku
kebijakan. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan
komersial sehingga menyulitkan posisi Pemerintah RI;
2. Minimnya pemahaman publik mengenai pentingnya proses migrasi aman;
3. Masih belum optimalnya penanganan perlindungan WNI di luar negeri antara lain
terkendala limitasi sumber daya Perwakilan RI yang tidak seimbang dengan luas
wilayah kerja dan jumlah kasus yang ditangani;
4. Tingginya ekspektasi publik terhadap penyelesaian permasalahan WNI di luar negeri
dan kurangnya pemahaman mengenai limitasi kewenangan, peran dan tanggung
jawab Pemerintah dalam pemberian perlindungan kepada WNI yang berada di luar
negeri. Sebagai akibat, Kementerian Luar Negeri kerap dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan dan perlindungan kepada WNI di luar negeri yang sifatnya
seringkali melampaui tugas pokok dan fungsi yang ada pada lembaga Kementerian,
dan terkadang di luar peraturan perundang-undangan nasional, sebagaimana yang
terjadi dalam hal pembayaran diyat untuk membebaskan sejumlah WNI dari
hukuman mati di Arab Saudi;
5. Minimnya regulasi/perundang-undangan dan komitmen negara penerima yang
melindungi tenaga kerja asing terutama sektor domestik; dan
6. Masih lemahnya koordinasi dan kerja sama antara instansi dan pemangku
kepentingan terkait dalam penanganan kasus WNI di luar negeri.
Dari sisi internal Kementerian Luar Negeri, di bidang perlindungan WNI dan
BHI terdapat beberapa kendala sebagai berikut:
1. Belum berimbangnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dengan
tingkat intensitas dan kompleksitas kasus yang ditangani;
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
88
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2.
2015
Proses adminstrasi dan sistem pembiayaan pengacara tetap (retainer lawyer) di luar
negeri terutama untuk penanganan kasus yang bersifat multiyears; dan
Penetapan tugas fungsi yang ada selama ini dipandang sudah tidak lagi mampu
mengakomodir perkembangan tugas, peran dan tanggung jawab Kementerian Luar
Negeri di bidang perlindungan WNI di luar negeri yang terus meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah, varian dan kompleksitas kasus-kasus WNI di luar negeri,
khususnya yang menimpa TKI.
3.
Mengatasi kendala tersebut dan sebagai langkah kedepan Kementerian Luar
Negeri akan mengambil langkah solutif sebagai berikut:
1. Peningkatan koordinasi dan kerja sama dengan instansi dan pemangku kepentingan
terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, khususnya untuk penanganan kasuskasus WNI di luar negeri;
2. Penyusunan kebijakan, norma dan standardisasi yang terkait dengan perlindungan
WNI untuk menjadi pedoman seluruh Perwakilan RI;
3. Sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman publik mengenai proses
migrasi yang aman dan bahaya-bahaya migrasi ireguler;
4. Pengintegrasian data WNI dengan instansi terkait di Indonesia;
5. Pemberdayaan komunitas WNI dan diaspora Indonesia di luar negeri sebagai salah
satu perangkat dalam perlindungan WNI di luar negeri;
6. Peningkatan program Public Awareness Campaign mengenai isu-isu perlindungan di
daerah-daerah dengan tujuan memberikan pemahaman kepada publik mengenai
migrasi yang aman, kebijakan pemerintah dan hal terkait perlindungan WNI; dan
7. Peningkatan kapasitas SDM di Perwakilan RI dan Kementerian Luar Negeri terkait
bidang perlindungan WNI.
ANALISIS IKU-1 SS-1.1.5: Indeks pelayanan dan perlindungan WNI
dan BHI serta pemberdayaan diaspora
Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI serta pemberdayaan diaspora
diperoleh dari 3 Sub IKU dengan pembobotan yang berbeda, yaitu:
No
1
2
3
Sub IKU
Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan BHI di luar negeri.
(Sub IKU-1)
Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri (Sub IKU-2)
Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri (Sub IKU-3)
Bobot
65
20
15
Tujuan dari pembentukan sistem indeksasi ini adalah agar dapat mengukur secara
lebih akurat berbagai kinerja dan capaian yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri.
Selain itu, dalam sistem indeksasi yang terbagi dalam bobot nilai tertentu telah tercermin
seluruh kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan gambaran kegiatan-kegiatan yang
menjadi prioritas utama tugas dan kinerja Kementerian Luar Negeri. Sebagai gambaran,
indeks penyelesaian kasus WNI dan BHI di luar negeri memiliki bobot yang tertinggi yang
mencapai nilai bobot 65, diikuti Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan BHI di
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
89
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
luar negeri yang memiliki bobot 25 dan Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di
luar negeri dengan bobot 15. Dari pembagian bobot ini dapat terlihat bahwa penyelesaian
kasus merupakan kegiatan yang menjadi prioritas utama di Kementerian Luar Negeri yang
menyumbang hingga 65% dari keseluruhan bobot kinerja.
Analisis Sub IKU-1 SS-1.1.5: Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan
BHI di luar negeri
Pada tahun 2015, realisasi Sub IKU 1 SS-.1.15 adalah sebesar 86,70 dari target
58,75 dengan capaian 147,58% (batas tolerasi capaian 120%). Indeks ini diukur melalui
2 komponen sebagaimana tabel berikut:
No
1
2
Komponen Sub IKU-1
Bobot
Realisasi
65
99,48%
Persentase Kasus Khusus yang diselesaikan
35
62,97%
Persentase Kasus-kasus Umum yang
diselesaikan
Indeks Penyelesaian Kasus WNI dan BHI di luar negeri. (Sub IKU-1)
Target
Capaian
Batas Toleransi Capaian
Realisasi
Pembobotan
64,66
22,04
86,70
58,75
147,58
120%
Analisis Komponen 1 Sub IKU-1 SS.1.1.5. Persentase Kasus Khusus
yang diselesaikan
Kasus khusus merupakan kasus WNI/BHI di luar negeri yang memiliki kategori
high profile case (kasus hukuman mati, pelaku atau korban pembunuhan, korban
penyiksaan fisik berat, korban TPPO, kasus narkoba, evakuasi WNI (perang, bencana alam,
kecelakaan pesawat/kapal laut, amnesti) serta kasus yang mendapatkan perhatian luas
masyarakat dan media massa asing/nasional). Selama tahun 2015, Indonesia telah
menyelesaikan kasus khusus 98.714 dari 99.226 kasus yang ditangani, sebagaimana tabel
berikut:
Komponen 1 Sub IKU-1 SS-1.1.5
Persentase Kasus Khusus yang
diselesaikan
Informasi Kinerja
Kasus khusus yang selesai
Kasus yang ditangani
Jumlah
98.714
99.226
Realisasi
Target
99,48%
50%
Capaian
199%
Sepanjang tahun 2015, sebanyak 11.242 kasus telah ditangani dan lebih dari 62%
(7079 kasus) berhasil diselesaikan. Kasus yang belum terselesaikan sebagian karena
kompleksitas penanganan kasus di wilayah konflik. Kasus khusus yang paling banyak
ditangani oleh Kementerian Luar Negeri adalah evakuasi WNI di negara wilayah konflik
dan bencana.
Pada tahun 2015 telah dilakukan evakuasi di sejumlah wilayah rawan dan
bencana. Kegiatan evakuasi terbesar, terkompleks dan tercepat untuk menyelamatkan
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
90
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
WNI dilakukan di daerah konflik di Yaman. Kegiatan evakuasi di wilayah konflik di Yaman
berhasil menyelamatkan 2.413 WNI dan 173 WNA. Selain itu, dilakukan pula operasi
penyelamatan di Libya (199 WNI) dan Suriah (975 WNI); serta evakuasi dari wilayah
bencana gempa bumi di Nepal (24 WNI dan 4 WNA). Secara keseluruhan, sepanjang tahun
2015 telah berhasil diselamatkan sejumlah 3.611 WNI dan 173 WNA dari wilayah rawan
dan bencana.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan operasi penyelamatan yang penuh risiko.
Sebagai contoh, saat tim evakuasi berada di gedung KBRI Sana’a pada tanggal 24 April
2015, terjadi ledakan bom akibat serangan udara di gudang senjata yang berlokasi sangat
dekat dengan gedung KBRI. Akibatnya, gedung KBRI Sana’a mengalami kerusakan yang
sangat parah dan bahkan seorang anggota Tim evakuasi mengalami luka-luka akibat
serangan tersebut.
Kondisi kantor KBRI Sana’a sesaat setelah mengalami dampak ledakan serangan udara
Tim Evakuasi merawat seorang TKW yang terluka pasca ledakan besar di dekat gedung KBRI Sana’a.
Contoh lain adalah saat evakuasi WNI dari daerah bencana gempa bumi di Nepal,
Tim harus menggunakan helikopter militer untuk menuju daerah yang mengalami
kerusakan parah di Langtang yang berada di ketinggian 3600 meter di atas permukaan
laut. Sebagai informasi, daerah di sekitar Desa Langtang masih sangat labil dengan
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
91
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
longsoran bebatuan. Selain itu, beberapa kali terjadi gempa susulan dengan skala yang
cukup besar yang menambah risiko penyelamatan.
Tim Evakuasi WNI di Nepal sedang berkoordinasi sebelum melakukan operasi penyelamatan di
Langtang, Nepal.
Kegiatan penanganan kasus khusus lain yang dilakukan Kementerian Luar Negeri
di tahun 2015 adalah repatriasi terhadap Warga Negara Indonesia Overstayer/ Tenaga
Kerja Indonesia Undocumented (WNIO/ TKIU). Fasilitasi repatriasi yang berhasil
dilakukan terhadap 94.529 WNI/TKI jauh di atas target 2015 yang ditetapkan sebanyak
50.000 WNI/TKI. Tercakup dalam kegiatan repatriasi tersebut adalah keberhasilan
membebaskan dan memulangkan 51 WNI yang terancam hukuman mati. Upaya
pembebasan WNI dari ancaman hukuman mati dilakukan melalui proses yang kompleks
dan panjang melalui pendampingan hukum, penyediaan lawyer/pengacara serta
pendekatan terus menerus dengan berbagai pihak terkait di negara setempat. Kasus
pembebasan WNI dari hukuman mati yang mendapat perhatian luas dari masyarakat dan
media Nasional adalah keberhasilan pembebasan 5 WNI asal Banjarmasin, Kalimantan
Selatan. Selain itu, pada tahun 2015 juga berhasil dilakukan pembebasan terhadap 2 WNI
yang menjadi korban penyanderaan kelompok bersenjata di Papua Nugini.
Suasana pemulangan WNI Overstayer di Terminal Kedatangan Bandara Soekarno Hatta.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
92
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Berikut merupakan daftar kasus khusus yang ditangani dan diselesaikan di sepanjang
tahun 2015.
Tabel Daftar Kasus WNI di Luar Negeri Tahun 2015
Kasus Khusus
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis Kasus
Korban Tindak Pidana Perdagangan
Orang
Narkoba
Pembunuhan
Terancam Hukuman Mati
Deportasi/Repatriasi
Evakuasi
TOTAL
Diselesaikan
275
Ditangani
511
11
6
282
94.529
3.611
98.714
66
22
487
94.529
3.611
99.226
Analisis Komponen 2 Sub IKU-1 SS.1.1.5. Persentase Kasus Umum
yang diselesaikan
Kasus umum merupakan kasus WNI/BHI di luar negeri yang terkait permasalahan
perdata, keimigrasian, ketenagakerjaan, klaim asuransi, meninggal dunia (sakit,
kecelakaan lalu lintas), pencurian, pencucian uang, pemerkosaan, dan pelanggaran hukum
dengan ancaman hukuman ringan.
Kasus yang selesai adalah kasus umum yang tertangani secara tuntas dan
mencapai solusi akhir sesuai prosedur, aturan hukum dan kebiasaan internasional yang
berlaku dengan memperhatikan pemenuhan hak-hak. Kriteria/ruang lingkupnya kasus
WNI/BHI di luar negeri.
Selama tahun 2015, Indonesia telah menyelesaikan kasus umum 7.079 dari 11.242
kasus yang ditangani, sebagaimana tabel berikut:
Komponen 2 Sub IKU-1 SS-1.1.5
Persentase Kasus Umum yang
diselesaikan
Informasi Kinerja
Kasus umum yang selesai
Kasus yang ditangani
Jumlah
7.079
11.242
Realisasi
Target
62,97%
75%
Capaian
83,96%
Dari 11.242 kasus ditangani sebagian besar didominasi kasus keimigrasian dan
ketenagakerjaan terutama di Malaysia dan Arab Saudi serta negara-negara Timur Tengah.
Sejumlah 4.163 kasus belum terselesaikan dan 7.079 berhasil diselesaikan. Sejumlah
kasus belum terselesaikan mengingat adanya kompleksitas penanganan kasus terutama
terkait aturan hukum ketenagakerjaan dan keimigrasian di negara setempat setempat.
Permasalahan WNI overstayer dan TKI undocumented antara lain disebabkan buruknya
tata kelola penempatan TKI khususnya sektor domestik dan regulasi yang tumpang tindih.
Dalam mengupayakan penyelesaian kasus-kasus dimaksud, Kementerian Luar Negeri
melakukan pendekatan kasus per kasus mengingat keunikan masing-masing kasus hingga
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
93
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
pendekatan bilateral untuk kasus yang lebih bersifat umum dan kolektif. Berikut
merupakan daftar kasus umum yang ditangani dan diselesaikan di sepanjang tahun 2015.
Tabel Daftar Kasus WNI di Luar Negeri Tahun 2015
Kasus Umum
No.
1
2
3
4
5
Total
Jenis Kasus
Ketenagakerjaan
Keimigrasian
Pidana
Perdata
Lain-lain
Diselesaikan
987
3.946
581
2
1.563
7.079
Ditangani
2.920
4.395
1.447
27
2.453
11.242
Kasus umum WNI yang ditangani pada tahun 2015 mengalami penurunan sekitar 70%
dibanding kasus umum WNI yang ditangani sepanjang tahun 2014 dimana tercatat 16.165
kasus dan diselesaikan 12.429 kasus (tingkat penyelesaian 76,89%).
Berikut perbandingan jumlah kasus WNI periode 2009-2015:
Tabel Perbandingan Jumlah Kasus Umum WNI Periode 2009 – 2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Total Kasus
35.358
16.064
38.880
20.880
28.415
16.165
11.242
Kasus Diselesaikan
31.657
14.368
24.488
11.165
18.309
12.429
7.079
Persentase Kasus
Selesai
89.53%
89.44%
62.98%
53.47%
64,43 %
76,89%
62,96%
40.000
35.000
30.000
25.000
Total Kasus
20.000
Kasus Diselesaikan
% Kasus Selesai
15.000
10.000
5.000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
94
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Berikut perbandingan Kasus WNI yang ditangani tahun 2014-2015
Tabel Perbandingan Kasus WNI yang Ditangani Tahun 2014-2015
NO
TOTAL KASUS WNI YANG DITANGANI
Tahun 2014
Tahun 2015
816 kasus
160 kasus
1
Kriminalitas lainnya
2
Ketenagakerjaan
2.329 kasus
2920 kasus
3
Keimigrasian
7.391 kasus
4395 kasus
4
WNI/TKI Meninggal Dunia
491 kasus
395 kasus
5
WNI/TKI Sakit
488 kasus
342kasus
6
Narkoba
200 kasus
66 kasus
7
TPPO
309 kasus
511 kasus
8
Lain-lain (tidak betah, ingin pulang, hilang
kontak, dll)
3.577 kasus
2453 kasus
15.896 KASUS
11.242 KASUS
Total Kasus
Penyelesaian kasus tersebut memiliki beberapa kendala antara lain sebagai
berikut:
1. Minimnya regulasi/perundangan-undangan dan komitmen negara penerima yang
melindungi tenaga kerja asing terutama sektor domestik;
2. Lemahnya koordinasi dan kerja sama antara instansi dan pemangku kepentingan
terkait dalam penanganan kasus terutama yang membutuhkan penanganan lintas
sektor;
3. Masih maraknya penempatan TKI terutama sektor domestik yang tidak melalui
prosedur sesuai ketentuan dan perundangan-undangan; dan
4. Masih minimnya pemahaman masyarakat mengenai bermigrasi yang aman.
Adapun langkah yang telah dilakukan Kementerian Luar Negeri dalam mengatasi
kendala tersebut adalah:
1. Mendorong pentingnya penetapan moratorium penempatan TKI sektor domestik ke
negara-negara di kawasan Timur Tengah dan mengawal langsung penerapan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 260 Tahun 2015 tentang Penghentian dan
Pelarangan Penempatan TKI pada Pengguna Perserorangan di Negara-negara di
Timur Tengah;
2. Meningkatkan upaya kampanye penyadaran publik kepada masyarakat luas baik di
Indonesia maupun di luar negeri;
3. Mendorong penguatan koordinasi dan kerja sama antara instansi dan pemangku
kepentingan terkait melalui pertemuan koordinasi baik tingkat nasional maupun
tematik; dan
4. Mendorong penguatan kelembagaan perlindungan WNI.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
95
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Proyeksi Kedepan:
Kementerian Luar Negeri diharapkan dapat lebih meningkatkan capaian di masa
mendatang dalam penyelesaian kasus-kasus khusus dengan penguatan kapasitas,
koordinasi dan ketersediaan sumber daya yang memadai.
Analisis Sub IKU-2 SS-1.1.5: Indeks
Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri
Sistem Kelembagaan
Sub IKU kedua adalah sistem kelembagaan perlindungan WNI dan BHI di luar
negeri. Dalam Sub IKU ini ditekankan pada penguatan infrastruktur keras maupun
infrastruktur lunak kelembagaan. Dengan penguatan infrastruktur tersebut maka secara
langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kapasitas perlindungan bagi WNI
dan BHI di luar negeri. Pada tahun 2015, realisasi Sub IKU 2 SS-.1.15 adalah sebesar
67,46 dari target 87,50 dengan capaian 77,10%. Indeks ini diukur melalui 5 komponen
sebagaimana tabel berikut:
No
Komponen Sub IKU-2 SS.1.1.5
Bobot
1
Realisasi
Persentase Integrasi Sistem Pendataan WNI di luar
30
93,33%
negeri
2 Persentase Pejabat/Staf Yang Memiliki Sertifikat
25
67,86%
Pelatihan terkait Penanganan Perlindungan WNI
dan BHI di luar negeri
3 Persentase Perwakilan Citizen Service di luar negeri
20
0%
yang dibentuk
4 Persentase SOP Penanganan Perlindungan WNI dan
15
100%
BHI di luar negeri yang diterapkan
5 Persentase Komunitas WNI yang dibentuk dalam
10
75%
rangka perlindungan WNI/BHI.
Indeks Sistem Kelembagaan Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri
(Sub IKU 2)
Target
Capaian
Realisasi
Pembobotan
28
16,96
0
15
7,5
67,46
87,50
77,10
Komponen 1 Sub IKU-2 SS.1.1.5. Persentase Integrasi Sistem Pendataan WNI
di luar negeri
Salah satu kendala utama dalam penanganan permasalahan TKI di luar negeri
adalah sulitnya verifikasi data sebagai rujukan penentuan langkah-langkah penanganan
permasalahan WNI di luar negeri. Untuk itu, Kementerian Luar Negeri telah
mengembangkan sistem database online WNI di luar negeri yaitu sistem e-perlindungan
yang beralamat di http://perlindungan.kemlu.go.id/portal/home. Sistem tersebut
merupakan database terintegrasi yang berisi data WNI di luar negeri, kasus-kasus yang
menimpa WNI di luar negeri serta perkembangan penanganan kasus tersebut.
Integrasi sistem pendataan di luar negeri merupakan pembentukan sistem
pendataan yang saling berhubungan dalam jaringan (online). Integrasi sistem ini terdiri
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
96
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
dari 2 aspek yaitu integrasi database WNI dengan Perwakilan RI dan integrasi sistem
pendataan WNI dengan Kementerian/Lembaga lain seperti database dari BNP2TKI.
Selama tahun 2015, Persentase Integrasi Sistem Pendataan WNI di luar negeri sebesar
91,67% dari target 100% sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Komponen 1 Sub IKU-2
SS-1.1.5
Persentase Integrasi
Sistem Pendataan WNI di
luar negeri.
Informasi Kinerja
Bobot
Realisasi
40%
83.33%
Realisasi
Pembobotan
33.33
60%
100%
60
Total Realisasi
Target
Capaian
93,33%
100%
93,33%
Persentase Integrasi
Perwakilan RI (IPW)
Persentase Integrasi
Kementerian/Lembaga (IKL)
*) Formulasi Pengukuran : IPW + IKL
Persentase Integrasi Perwakilan RI (IPW) sebagai berikut:
Persentase Integrasi Perwakilan RI
(IPW).
Informasi Kinerja
Jumlah Perwakilan RI yang telah
melakukan integrasi
Total Perwakilan RI
Jumlah
20
Realisasi
83.33%
24
Sejak akhir tahun 2014 Kementerian Luar Negeri dan BNP2TKI telah memulai proses
integrasi data WNI di luar negeri. Seluruh aspek teknis dan kebijakan terkait integrasi data
tersebut telah berhasil diselesaikan pada tahun 2015. Integrasi data TKI di luar negeri
antara platform database Kementerian Luar Negeri dan platform data BNP2TKI telah
memungkinkan database tersebut dapat diakses oleh kedua pihak, sehingga sangat
memudahkan pencarian data TKI dan penyelesaian permasalahannya.
Persentase Integrasi Kementerian/Lembaga (IKL) sebagai berikut:
Persentase Integrasi
Kementerian/Lembaga (IKL)
Informasi Kinerja
Jumlah kementerian/lembaga yang telah
melakukan integrasi
Total target Kementerian/Lembaga
Jumlah
1
Realisasi
100%
1
Dalam prakteknya, kendala utama penerapan integrasi sistem pendataan database WNI ini
adalah intensitas kasus WNI yang belum seimbang dengan kapasitas dan jumlah SDM di
Perwakilan, khususnya keterbatasan kapasitas dan jumlah staf untuk melakukan input
data. Dalam rangka mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri akan terus
mengupayakan peningkatan kapasitas SDM melalui program bimbingan teknis khusus
untuk pengelolaan database di Perwakilan. Sebagai target peningkatan di tahun 2016,
Kementerian Luar Negeri akan mengupayakan integrasi sistem database e-perlindungan
dengan database Dirjen Imigrasi (Sistem Informasi Manajemen Keimirasian/SIMKIM),
Kementerian Dalam Negeri (Sistem Kependudukan dan Catatan Sipil/Dukcapil) serta
pengintegrasian sejumlah Perwakilan RI yang databasenya belum terintegrasi dengan eperlindungan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
97
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Komponen 2 Sub IKU-2 SS.1.1.5. Persentase Pejabat/Staf Yang Memiliki
Sertifikat Pelatihan terkait Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di luar
negeri
Kementerian Luar Negeri menyadari bahwa tantangan perlindungan di masa
depan semakin besar dengan jumlah dan varian kasus yang terus berkembang. Selain itu,
perlindungan WNI juga menjadi sorotan masyarakat yang semakin kritis dan
mengharapkan penanganan yang cepat dan profesional. Agar dapat memberikan
perlindungan secara optimal terhadap WNI di luar negeri dan memenuhi tuntutan yang
semakin berkembang maka diperlukan pejabat dan staf yang mumpuni dalam menangani
berbagai kasus WNI di luar negeri. Kualitas SDM menjadi syarat mutlak keberhasilan
penanganan berbagai kasus WNI di luar negeri. Untuk itu, Kementerian Luar Negeri terus
mengadakan berbagai pembekalan dan pelatihan khusus di bidang perlindungan WNI.
Kementerian Luar Negeri mengadakan sejumlah kegiatan baik berupa pelatihan
tematik di lingkungan Kementerian Luar Negeri maupun penugasan staf untuk mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi-organisasi internasional seperti
International Labor Union (ILO) maupun United Nations Office on Drugs and Crime
(UNODC). Selama tahun 2015, Persentase Pejabat/Staf Yang Memiliki Sertifikat Pelatihan
terkait Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri memiliki realisasi sebesar
67,86% dari target 50%, sebagaimana tabel berikut:
Komponen 2 Sub IKU-2 SS-1.1.5
Persentase Pejabat/Staf Yang Memiliki
Sertifikat Pelatihan terkait Penanganan
Perlindungan WNI dan BHI di luar
negeri
Informasi Kinerja
Pejabat dan staf memiliki Sertifikat
Total Jumlah Pejabat dan staf di
Perwakilan Citizen Service dan Direktorat
PWNI BHI
Realisasi
Target
Jumlah
76
112
Capaian
135,72%
Batas Toleransi Capaian
120%
67,86%
50%
Komponen 3 Sub IKU-2 SS.1.1.5. Persentase Perwakilan Citizen Service di luar
negeri yang dibentuk
Untuk memperkuat upaya perlindungan bagi WNI di luar negeri, Kementerian
Luar Negeri telah membentuk perwakilan pelayanan warga/ citizen service di sejumlah
negara di luar negeri. Hal ini merupakan perwujudan dari amanat Peraturan Menteri Luar
Negeri Nomor 04 tahun 2008 tentang Pelayanan Warga Pada Perwakilan RI di Luar
Negeri. Pada tahun 2015, 5 Perwakilan Citizen Service di luar negeri yang ditargetkan
dapat dibentuk tidak tercapai, sebagaimana tabel berikut:
Komponen 3 Sub IKU-2 SS-1.1.5
Persentase Perwakilan Citizen Service
di luar negeri yang dibentuk
Informasi Kinerja
Perwakilan CS yang dibentuk
Perwakilan CS yang diusulkan
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
Jumlah
0
5
Realisasi
Target
0%
100%
Capaian
0%
98
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Target pembentukan Perwakilan Citizen Service pada tahun 2015 di lima
Perwakilan belum dapat tercapai mengingat belum disepakatinya draft Peraturan Menteri
Luar Negeri yang baru yang akan menggantikan Peraturan Menteri Luar Negeri No. 04
tahun 2008 tentang Pelayanan Warga Pada Perwakilan RI di Luar Negeri. Lima
Perwakilamn yang ditargetkan tersebut meliputi KBRI Kairo, KBRI Den Haag, KBRI
Muscat, KBRI Manama dan KDEI Taipei.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri akan mempercepat
proses finalisasi Peraturan Menteri Luar Negeri pengganti untuk dijadikan dasar hukum
pembentukan Perwakilan Citizen Service yang baru. Ditargetkan pada tahun 2016,
Peraturan Menteri Luar Negeri tersebut dapat disyahkan sehingga pembentukan lima
Perwakilan Citizen Service dapat segera direalisasikan.
Komponen 4 Sub IKU-2 SS.1.1.5. Persentase SOP Penanganan Perlindungan
WNI dan BHI di luar negeri yang diterapkan
Tingginya tingkat rotasi dan mutasi pegawai ke luar negeri seringkali
menyebabkan hilangnya institutional memory, best practices serta pengetahuan berharga
terkait penanganan kasus. Untuk mengatasi permasalahan ini, Kementerian Luar Negeri
melalui Direktorat Perlindungan WNI dan BHI berupaya untuk menciptakan sistem
perlindungan yang terpadu dan transparan melalui pembentukan standar operasional dan
prosedur (SOP) yang menjadi rujukan dalam penanganan berbagai kasus.
Selama tahun 2015, Persentase SOP Penanganan Perlindungan WNI dan BHI di
luar negeri yang diterapkan sebesar 100% dari target 100% sebagaimana tabel berikut:
Komponen 4 Sub IKU-2 SS-1.1.5
Persentase SOP Penanganan
Perlindungan WNI dan BHI di luar
negeri yang diterapkan
Informasi Kinerja
SOP yang diterapkan
SOP yang disahkan
Jumlah
15
15
Realisasi
Target
100%
100%
Capaian
100%
Lima belas SOP terkait perlindungan yang berhasil dibentuk dan dibakukan di sepanjang
tahun 2015 antara lain sebagai berikut:
1. SOP Pengelolaan Informasi High Profile Cases melalui Sistem SMS Broadcast;
2. SOP Penanganan WNI/TKI Terancam Hukuman Mati;
3. SOP Pengurusan Asuransi Kematian/Kecelakaan/Sakit WNI/TKI dalam bentuk uang
tunai atau cek kepada Ahli Waris;
4. SOP Pengurusan Asuransi Kematian/Kecelakaan/Sakit WNI/TKI yang ditransfer
Perwakilan RI
5. SOP Penanganan Evakuasi WNI/TKI dari Luar Negeri;
6. SOP Penanganan WNI/TKI Kasus Narkoba;
7. SOP Penanganan WNI/TKI Korban Pembunuhan;
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
99
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
8. SOP Penanganan WNI/TKI Korban Perdagangan Manusia (Human Trafficking);
9. SOP Penanganan WNI/TKI Korban Tindak Kekerasan;
10. SOP Pengaturan Pemulangan Jenazah ke Daerah Asal;
11. SOP Penjemputan WNI/TKI Repatriasi dari Luar Negeri;
12. SOP Penyelenggaraan Public Awareness Campaign (PAC) secara terpadu;
13. SOP Desiminasi Informasi Pelayanan dan Perlindungan WNI/Tki di Perguruan
Tinggi/Pesantren;
14. SOP Penerimaan Pengaduan Langsung; dan
15. SOP Mutasi Pejabat ke Perwakilan RI di Luar Negeri.
Komponen 5 Sub IKU-2 SS.1.1.5. Persentase Komunitas WNI yang dibentuk
dalam rangka perlindungan WNI/BHI.
Dalam rangka memperkuat upaya perlindungan WNI serta pemberdayaan
masyarakat Indonesia di luar negeri, Kementerian Luar Negeri melalui Perwakilan RI
mendorong komunitas-komunitas WNI yang ada di luar negeri dapat berperan aktif dan
berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung sebagai instrument perlindungan
sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya. Kementerian Luar Negeri melalui
Perwakilan RI berhasil membentuk 18 komunitas WNI yang berkomitmen mendukung
Pemerintah RI dalam memberikan perlindungan WNI. Selama tahun 2015, Persentase
Komunitas WNI yang dibentuk dalam rangka perlindungan WNI/BHI sebesar 75% dari
target 100% sebagaimana tabel berikut:
Komponen 5 Sub IKU-2 SS-1.1.5
Persentase Komunitas WNI yang
dibentuk dalam rangka perlindungan
WNI/BHI.
Informasi Kinerja
Jumlah Komunitas WNI yang dibentuk
Jumlah Komunitas WNI yang ditargetkan
Jumlah
18
24
Realisasi
Target
75%
100%
Capaian
75%
Pembentukan komunitas WNI tersebut menghadapi beberapa kendala antara lain
masih adanya sebagian komunitas WNI yang belum memiliki kapasitas yang memadai
untuk membantu upaya perlindungan; dan kurangnya kesadaran akan pentingnya peran
komunitas dalam membantu perlindungan WNI di luar negeri. Sebagai upaya untuk
mengatasi kendala tersebut, maka Kementerian Luar Negeri terus berupaya mendorong
Perwakilan RI untuk meningkatkan program engagement dan pemberdayaan terhadap
masyarakat Indonesia di wilayah akreditasi. Pada tahun 2016 ditargetkan adanya
pembentukan 6 komunitas WNI di berbagai Perwakilan RI di luar negeri.
Analisis Sub IKU-3 SS-1.1.5: Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di
luar negeri
Pada tahun 2105, realisasi Sub IKU 3 SS-.1.15 adalah sebesar 90 dari target 80
dengan capaian 112,50%. Indeks pada Sub-IKU ini diukur melalui 4 komponen
sebagaimana tabel berikut:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
100
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
No
1
2
3
4
2015
Komponen Sub IKU-3 SS.1.1.5
Bobot
Realisasi
30
100%
Persentase rekomendasi Kementerian Luar Negeri yang
diterima dalam kebijakan/regulasi nasional terkait
perlindungan WNI-BHI
25
100%
Persentase rekomendasi Kementerian Luar Negeri yang
diterima dalam isu perlindungan WNI-BHI pada forum
perundingan internasional
25
100%
Persentase responden yang memberikan umpan balik positif
atas Public Awareness Campaign perlindungan WNI
20
50%
Persentase inovasi kelompok masyarakat yang direalisasikan
dalam perlindungan WNI di luar negeri.
Indeks Diplomasi Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri (Sub IKU-3)
Target
Capaian
Realisasi
Pembobotan
30
25
25
10
90
80
112,50
Komponen 1 Sub IKU-3 SS.1.1.5. Persentase rekomendasi Kementerian Luar
Negeri yang diterima dalam kebijakan/regulasi nasional terkait
perlindungan WNI-BHI
Selama tahun 2015, Persentase rekomendasi Kementerian Luar Negeri yang
diterima dalam kebijakan/regulasi nasional terkait perlindungan WNI-BHI sebesar 100%
dari target 75% sebagaimana tabel berikut:
Komponen 1 Sub IKU-3 SS-1.1.5
Persentase rekomendasi Kementerian
Luar Negeri yang diterima dalam
kebijakan/regulasi nasional terkait
perlindungan WNI-BHI .
Informasi Kinerja
Jumlah rekomendasi yang diterima
jumlah rekomendasi yang disampaikan
Jumlah
104
104
Realisasi
Target
100%
75%
Capaian
133,33%
Isu perlindungan WNI di luar negeri masih menjadi prioritas nasional dan politik
luar negeri RI. Karena itu, Kementerian Luar Negeri banyak menerima permintaan
masukan atau diminta sebagai narasumber pada forum-forum rapat/rapat
koordinasi/sarasehan/lokakarya pada berbagai tingkatan. Selain itu, terkait dengan
perumusan regulasi dan pembahasan isu-isu yang ada kaitannya dengan isu perlindungan,
semua masukan dan rekomendasi Dit. Perlindungan WNI dan BHI diterima sebagai
referensi.
Salah satu contoh kontribusi nyata dalam pembentukan kebijakan regulasi di
tingkat nasional adalah rekomendasi dalam pembentukan Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (RAN TPPO) 2015-2019.
RAN TPPO merupakan dokumen dasar yang menjadi rujukan pencegahan penanganan
kejahatan TPPO di tingkat nasional. Kementerian Luar Negeri berkontribusi secara aktif
dalam proses penyusunan draft awal hingga pengesahan rencana aksi tersebut.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
101
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Komponen 2 Sub IKU-3 SS.1.1.5. Persentase rekomendasi Kementerian Luar
Negeri yang diterima dalam isu perlindungan WNI-BHI pada forum
perundingan internasional.
Selama tahun 2015, Persentase rekomendasi Kementerian Luar Negeri yang
diterima dalam isu perlindungan WNI-BHI pada forum perundingan internasional sebesar
100% dari target 75% sebagaimana tabel berikut:
Komponen 2 Sub IKU-3 SS-1.1.5
Persentase rekomendasi Kementerian
Luar Negeri yang diterima dalam isu
perlindungan WNI-BHI pada forum
perundingan internasional.
Informasi Kinerja
Jumlah rekomendasi yang diterima
jumlah rekomendasi yang disampaikan
Jumlah
25
25
Realisasi
Target
100%
75%
Capaian
133,33%
Sebagaimana diketahui bahwa perlindungan WNI merupakan salah satu pilar politik luar
negeri RI dalam pemerintahan saat ini. Kebijakan-kebijakan nasional terkait perlindungan
WNI merujuk dari konvensi dan standar internasional. Kementerian Luar Negeri cq.
Direktorat Perlindungan WNI dan BHI sepanjang tahun 2015 terlibat lebih aktif dan
kontributif dalam sejumlah forum regional dan mulitalteral. Semua rekomendasi yang
disampaikan oleh Delri cq. Direktorat Perlindungan WNI dan BHI diadopsi dan dijadikan
output pertemuan-pertemuan internasional tersebut. Bahkan pada forum regional Bali
Process, Plt. Direktur Perlindungan WNI dan BHI berhasil memainkan peran penting
sebagai Co-Chair dalam penyusunan Policy Guide on Identifying the Human Trafficking
victims.
Foto Bersama Co Chair dan Tim Drafting Policy Guides on Human Trafficking
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
102
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Komponen 3 Sub IKU-3 SS.1.1.5 Persentase responden yang memberikan
umpan balik positif atas Public Awareness Campaign perlindungan WNI
Sebagai bagian dari upaya pencegahan, Kementerian Luar Negeri cq. Direktorat
Perlindungan WNI dan BHI menggalakkan kegiatan kampanye penyadaran publik (Public
Awareness Campaign) terutama ke daerah-daerah kantong TKI. Tujuannya antara lain
memberikan edukasi dan diseminasi mengenai cara-cara bermigrasi yang tepat dan aman.
Target kampanye selain masyarakat luas, termasuk akademisi, pelajar, LSM dan juga
aparat pemerintah daerah hingga tingkat desa atau kelurahan dimana asal mulanya proses
perekrutan calon-calon TKI.
Beberapa kegiatan Public Awareness Campaign yang mendapat perhatian
masyarakat secara luas adalah acara pertemuan 1000 TKI dengan diaspora, mengisi acara
Kick Andy di Metro TV dengan tema evakuasi WNI dari Yaman serta pemberian
penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award 2015 bagi insan-insan
perlindungan yang telah menunjukkan darma bakti dan dedikasi terbaiknya melebihi
panggilan tugas yang diterima.
Public Awareness Campaign Menteri Luar Negeri bersama 1000 TKI
Dua pejabat Kementerian Luar Negeri tampil di Acara Kick Andy Metro TV
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
103
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Foto Menlu RI bersama para pemenang penghargaan Hassan Wirajuda
Perlindungan WNI Awards 2015
Selama tahun 2015, Persentase responden yang memberikan umpan balik positif
atas Public Awareness Campaign perlindungan WNI sebesar 100% dari target 75%
sebagaimana tabel berikut:
Komponen 3 Sub IKU-3 SS-1.1.5
Persentase responden yang
memberikan umpan balik positif atas
Public Awareness Campaign
perlindungan WNI
Informasi Kinerja
Jumlah responden dengan nilai >50%
Total jumlah responden
Jumlah
60
60
Realisasi
Target
100%
75%
Capaian
133,33%
Komponen 4 Sub IKU-3 SS.1.1.5. Persentase inovasi kelompok masyarakat
yang direalisasikan dalam perlindungan WNI di luar negeri
Kegiatan inovasi kelompok masyarakat Indonesa di luar negeri merupakan
program kegiatan baru yang diciptakan dengan tujuan memberdayakan masyarakat
Indonesia di luar negeri yang sebagian besar tenaga kerja Indonesia. Program
pemberdayaan masyarakat diutamakan dari inisiatif komunitas WNI dengan didukung
oleh Perwakiilan RI sepanjang visible, memberi manfaat dan tidak bertentangan dengan
aturan hukum negara setempat. Sejumlah kegiatan telah berhasil diadakan seperti
lokakarya bidang manajemen dan keuangan bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan,
pelatihan bidang pertanian, peternakan dan usaha kecil lainnya, serta seminar mengenai
aturan hukum, dan kegiatan-kegiatan inovasi lainnya.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
104
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Selama tahun 2015, Persentase inovasi kelompok masyarakat yang direalisasikan
dalam perlindungan WNI di luar negeri sebesar 50% dari target 100% sebagaimana tabel
berikut:
Komponen 4 Sub IKU-3 SS-1.1.5
Persentase inovasi kelompok
masyarakat yang direalisasikan dalam
perlindungan WNI di luar negeri
Informasi Kinerja
Jumlah kegiatan atau inovasi
perlindungan WNI oleh kelompok
masyarakat yang dilaksanakan
jumlah kegiatan atau inovasi
perlindungan WNI oleh kelompok
masyarakat yang direncanakan
Realisasi
Target
Jumlah
12
Capaian
50%
24
50%
100%
Dalam mendukung penyelenggaraan kegiatan inovasi kelompok/komunitas WNI di luar
negeri, Kementerian Luar Negeri dalam hal ini Perwakilan RI masih menghadapi beberapa
kendala antara lain peraturan dan ketentuan negara setempat dan keterbatasan waktu
serta anggaran. Namun demikian, Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI akan terus
mendorong dan mendukung pelaksanaan kegiatan inovasi kelompok/komunitas WNI di
luar negeri melalui koordinasi, perencanaan dan sumber daya yang lebih baik. Pada tahun
2016, diharapkan kegiatan inovasi kelompok/komunitas WNI dapat lebih ditingkatkan
dan memberikan manfaat serta memperkuat perlindungan WNI di luar negeri.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
105
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
Sasaran
Strategis
(SS-1.1.7)
2015
Monitoring Hasil Diplomasi yang
Efektif
Monitoring hasil diplomasi yang efektif merupakan satu langkah sistematis
Kementerian Luar Negeri untuk memastikan terlaksananya suatu perumusan dan
implementasi kebijakan luar negeri sehingga hasil diplomasi dapat dirasakan manfaatnya
oleh rakyat.
Pencapaian Sasaran Strategis 1.1.7 (SS-1.1.7) “Monitoring Hasil Diplomasi yang
Efektif” diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1.1.7) “Persentase deviasi
efektifitas perumusan dan implementasi kebijakan luar negeri”. Perhitungan deviasi
dimaksudkan untuk mengukur seberapa efektif perumusan kebijakan luar negeri di
Kementerian Luar Negeri, yang diperoleh dengan menilai gap antara "Persentase
rekomendasi yang diimplementasikan" dengan rata-rata agregat realisasi dari IKU “Indeks
Diplomasi Maritim dan Perbatasan”, “Persentase Rekomendasi dan Prakarsa yang
Diterima”, “Indeks Peran Indonesia”, “Indeks Diplomasi Ekonomi”, dan “Indeks Pelayanan
dan Perlindungan WNI dan BHI serta Pemberdayaan Diaspora”. Data dukung perhitungan
pencapaian kinerja IKU tersebut digunakan juga untuk pengukuran capaian SS-1.1.7.
IKU-1 SS-1.1.7 merupakan IKU dengan polarisasi minimize dalam artian semakin
kecil deviasi maka realisasi kinerja semakin baik. Pada tahun 2015, realisasi IKU-1 SS-1.1.7
sebesar -2,82% dari target 10% atau capaian sebesar 228,17% (toleransi capaian 120%),
yang diperoleh dari Sub IKU dan pembobotan sebagai berikut:
Tabel Capaian SS-1.1.7 Tahun 2015
No
Sub IKU
Persentase rekomendasi yang diimplementasikan
1
Indeks diplomasi maritim dan perbatasan (Sub IKU-1)
2
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang
diterima. (Sub IKU-2)
3
Indeks peran Indonesia (Sub IKU-3)
4
Indeks diplomasi ekonomi (Sub IKU-4)
5
Indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI serta
pemberdayaan diaspora. (Sub IKU-5)
Nilai
Rata-rata Realisasi
Persentase deviasi efektifitas perumusan dan
implementasi kebijakan luar negeri (97,06% - 99,88%)
Target
Capaian
Polarisasi Minimize: (1+(1-(Realisasi/Target)))x 100%
Batas Toleransi Capaian
Realisasi 2015
%
97,06%
111,17%
96,31%
110,24%
98,32%
83,35%
499,39%
99,88%
-2,82%
10%
228,17%
120%
Realisasi IKU sebesar -2,82% menunjukkan bahwa tidak terdapat gap antara
perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan Kementerian Luar Negeri. Hal ini
menunjukkan bahwa Kementerian Luar Negeri telah berhasil mengimplementasikan
kebijakan luar negeri yang telah direncanakan atau dirumuskan sebelumnya secara
efektif. Sebagai langkah kedepan upaya perbaikan, Kementerian Luar Negeri perlu
membangun suatu sistem untuk memonitor hasil diplomasi yang efektif.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
106
BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA
CAPAIAN KINERJA
Learning and Grow th
Perspective
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
III.3 CAPAIAN KINERJA : LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
Sasaran
Strategis SDM yang Berkompeten
(SS-3.1.1.1)
Pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “SDM yang berkompeten”
sebagai Sasaran Strategis 3.1.1.1 diukur dengan Indikator Kinerja Utama yaitu
“Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan”.
SDM merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi
yang harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.
Berkompeten adalah memiliki kecakapan atau keahlian yang tinggi. Sehingga, SDM
Kemenlu yang berkompeten mencakup pegawai Kemenlu yang dibina dan dikembangkan
potensinya serta dapat memenuhi kriteria kondisi internal yang mencakup unsur
pengetahuan, keterampilan, interpesonal dan intrapersonal yang mampu menunjang
pencapaian kinerja organisasi secara optimal. Berkompeten juga memiliki arti memiliki
kemampuan dan wewenang yang memadai untuk memutuskan sesuatu.
Selama tahun 2015, realisasi “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatan” sebesar 5,56% dari target 50% sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 SS-3.1.1.1
Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatan
Informasi Kinerja
Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu
yang telah memenuhi kompetensi jabatan
Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu
Relisasi
Jumlah
4
72
5,56%
Target
50%
Capaian
11,11%
Pada tahun 2015, terdapat 3 jabatan Eselon I dan 4 jabatan Eselon II Kementerian
Luar Negeri yang tidak terisi. Terhadap 7 jabatan kosong tersebut, Kemenlu melakukan
Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Madya untuk 4 jabatan tersebut
dari 7 yang tersedia, 3 lainnya akan dilaksanakan tahun 2016. Proses seleksi tersebut
telah dilakukan dengan menggunakan penilaian kompetensi manajerial, teknis dan sosio
kultural sesuai dengan Standar Kompetensi yang dibutuhkan pada jabatan tersebut.
Empat jabatan yang telah diisi dengan Seleksi Terbuka tersebut diantaranya adalah: 1)
Inspektur Jenderal; 2) Staf Ahli Menteri bidang Sosial Budaya; 3) Sekretaris BPPK; dan 4)
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan. IKU “Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatan” ini merupakan IKU yang baru digunakan dan diukur pada
Tahun 2015, sehingga pencapaian IKU ini tidak dapat dibandingkan dengan capaian
tahun-tahun sebelumnya.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
107
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Jumlah Pejabat yang telah dinilai dan sesuai dengan Standar Kompetensi
dibandingkan dengan jumlah jabatan yang tersedia (Eselon I maupun Eselon II) pada
Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
No
Unit
Jumlah Pejabat
telah dinilai dan
sesuai Standar
Kompetensi
1
1
0
0
0
Jumlah Jabatan
Yang Tersedia
(Eselon I dan
Eselon II)
5
12
7
7
6
1
2
3
4
5
STAF AHLI MENTERI LUAR NEGERI
SEKRETARIAT JENDERAL
DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
DIREKTORAT JENDERAL AMERIKA DAN EROPA
DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA ASEAN
6
DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL
0
7
7
0
6
0
5
9
DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN DIPLOMASI PUBLIK
DIREKTORAT JENDERAL HUKUM DAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PROTOKOL DAN KONSULER
0
6
10
INSPEKTORAT JENDERAL
1
6
11
BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
JUMLAH
1
4
5
72
8
Dalam pencapaian IKU-1 SS-3.1.1.1, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala diantaranya seperti:
1.
Penyempurnaan model kompetensi dan standar kompetensi jabatan pada setiap
jenjang jabatan di Kementerian Luar Negeri tidak dapat dilaksanakan pada tahun
2015 mengingat kendala teknis lelang jasa konsultan.
2.
Kementerian Luar Negeri pada tahun 2015 melakukan restrukturisasi organisasi
untuk mencapai visi misi dan sasaran strategis sesuai Renstra Kemlu 2015 – 2019.
Restrukturisasi ini pada prosesnya akan memunculkan jabatan-jabatan baru secara
nomenklatur maupun substansif yang mensyaratkan penyusunan pembaharuan peta
dan analisa jabatan. Oleh karena itu penyempurnaan model dan standar kompetensi
jabatan serta pelaksanaan asesmen baru dapat dilaksanakan secara bertahap mulai
tahun 2016 setelah struktur baru disahkan.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri akan
melakukan beberapa langkah solutif dan proyeksi ke depan sebagai berikut:
1.
Penyegeraan penyusunan model dan standar kompetensi jabatan di Kementerian
Luar Negeri pada triwulan pertama tahun 2016.
2.
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di Kementerian Luar Negeri
pada tahun 2016 melalui Seleksi Terbuka dengan menggunakan asesmen kompetensi
manajerial, teknis dan sosio kultural untuk menghasilkan pejabat-pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi jabatan. Jumlah jabatan yang akan diisi pada tahun
2016 berjumlah 30% dari keseluruhan jumlah jabatan pimpinan tinggi.
3.
Pelaksanaan asesmen kompetensi pada pejabat Kementerian Luar Negeri secara
bertahap.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
108
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
4.
2015
Dengan disempurnakannya peta jabatan dan standar kompetensi jabatan maka
proses pengangkatan, mutasi dan promosi pegawai dapat dilaksanakan dengan
perencanaan yang matang, yang pada gilirannya akan menjadikan pencapaian kinerja
organisasi lebih optimal.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
109
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sasaran
Organisasi dan tata kelola yang baik
Strategis
(SS-3.1.1.2)
Organisasi dan tata kelola yang baik tercermin dari upaya suatu organisasi
pemerintah untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mencapai good governance. Pencapaian
Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Organisasi dan tata kelola yang baik”
sebagai Sasaran Strategis 3.1.1.2 diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1) yaitu
“Nilai Kemajuan Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri”. Evaluasi Reformasi
Birokrasi bertujuan untuk menilai kemajuan pelaksanaan program reformasi birokrasi
dalam rangka mencapai sasaran atau hasil berupa peningkatan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja, pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, dan peningkatan kualitas
pelayanan publik di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
Pada tahun 2015, target IKU-1 SS-3.1.1.2 ditargetkan sebesar 60 dengan realisasi
Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri sebesar 68,75 dengan kategori
B atau dengan capaian 114,58% dari target yang telah ditetapkan.
Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri
Tahun 2014—2015
No
A
1
2
3
4
5
6
7
8
B
1
2
3
Komponen Penilaian
Pengungkit
Manajemen Perubahan
Penataan Peraturan Perundang-undangan
Penataan dan Penguatan Organisasi
Penataan Tatalaksana
Penataan Sistem Manajemen SDM
Penguatan Akuntabilitas
Penguatan Pengawasan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Sub Total Komponen Pengungkit
Hasil
Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi
Pemerintah Yang Bersih Dan Bebas KKN
Kualitas Pelayanan Publik
Sub Total Komponen Hasil
Indeks Reformasi Birokrasi
Nilai
Maks
Nilai
2014
Nilai
2015
%
Capaian
5,00
5,00
6,00
5,00
15,00
6,00
12,00
6,00
60,00
3,11
2,71
2,82
3,04
6,26
1,65
3,82
3,69
27,11
3,78
3,34
4,51
3,84
8,35
4,35
7,62
4,25
40,04
75,52%
66,75%
75,17%
76,85%
55,67%
72,47%
63,53%
70,76%
66,73%
20,00
10,00
10,00
40,00
100,00
9,14
6,82
7,44
23,40
50,51
13,55
8,16
7,00
28,71
68,75
67,74%
81,63%
70,00%
71,78%
68,75%
Sesuai dengan laporan hasil evaluasi Reformasi Birokrasi Kementerian Luar
Negeri dari KemenPAN RB, Kementerian Luar Negeri telah melakukan berbagai upaya
untuk kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungannya. Upaya tersebut telah
menghasilkan berbagai kemajuan perbaikan tata kelola pemerintahan yang signifikan,
seperti:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
110
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
a. Kementerian Luar negeri telah mampu mengubah secara sistematis dan konsisten
mekanisme kerja, pola pikir (mind set), serta budaya kerja (culture set) individu
pimpinan dan pegawai menjadi lebih baik;
b. Mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses manajemen internal organisasi
melalui penataan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri antara
lain dengan melakukan penghapusan jabatan struktural eselon IV pada unit kerja
teknis, penyusunan peta proses bisnis organisasi, pemanfaatan teknologi informasi
berbasis internet (virtual secretariat), dan transparansi informasi kepada publik;
c. Roadmap Reformasi Birokrasi periode 2015-2019 yang disusun telah memuat strategi
pelaksanaan reformasi birokrasi lima tahun mendatang pada masing-masing area
perubahan dan Quick Win yang sesuai dengan kinerja utama organisasi;
d. Peningkatkan sistem manajemen kinerja, salah satunya dengan mengimplementasikan
sistem pengukuran kinerja berbasis balanced sorecard. Kementerian Luar Negeri
menetapkan tiga perspektif pengukuran kinerja, yaitu perspektif pemangku
kepentingan (stakeholders perspective), perspektif proses bisnis internal (internal
bussiness process perspective), dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
(learning and growth perspective.
Jika upaya yang sudah dilakukan di atas dikaitkan dengan hasil reformasi birokrasi
yang dapat dirasakan oleh masyarakat atau pihak penerima layanan dari Kementerian
Luar Negeri, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Indeks kualitas pelayanan publik yang dihasilkan dari hasil survei terhadap beberapa
layanan utama Kementerian Luar Negeri, yaitu layanan terhadap kekonsuleran,
perlindungan BHI dan BWI serta layanan terhadap fasilitas diplomatik. Hasil survei
terhadap 143 penerima layanan yang dipilih melalui purposive random sampling,
belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam skala 4, hasil survei persepsi
pelayanan menunjukkan angka 2,8. Masih terdapat kualitas layanan yang dibawah
harapan serta secara umum kualitas layanan Kementerian Luar Negeri masih di
bawah rata-rata layanan kementerian/lembaga lainnya. Pembandingan antara
harapan dan kualitas layanan dapat digambarkan sebagai berikut :
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
111
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sedangkan kualitas layanan di Kementerian Luar negeri dibandingkan dengan
rata-rata layanan di kementerian/lembaga lainnya adalah sebagai berikut:
b.
Indeks persepsi anti korupsi
Indeks persepsi anti korupsi merupakan persepsi penerima layanan terhadap
integritas petugas pemberi layanan. Integritas ini ditinjau tidak hanya dari sistem
layanan yang mungkin berpotensi menyimpang, namun juga perilaku pemberi
layanan dalam bersikap, misalnya menawarkan layanan yang lebih cepat, kesediaan
menerima gratifikasi, ketersediaan sarana pengaduan dan sebagainya. Hasil survei
atas indeks persepsi anti korupsi menunjukkan gambaran yang tidak memuaskan.
Dalam skala 4, indeks persepsi anti korupsi menunjukkan angka 2,95, lebih rendah
dari rata-rata kementerian/lembaga yang 3,13.
Dalam pencapaian kinerja SS-3.1.1.2, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya:
1. Belum dimasukannya aspek evaluasi harmonisasi peraturan perundangan eskternal
yang terkait dengan Kementerian Luar Negeri;
2. Belum sinkronnya peraturan nasional terkait penilaian kerja dan kinerja Aparatur Sipil
Negara untuk mengukur kinerja kinerja organisasi dan indvidu pegawai;
3. Belum dilakukannya evaluasi terhadap penanganan gratifikasi, benturan kepentingan
dan Zona Integritas, serta penetapan unit kerja menuju WBK/WBBM.
Sebagai langkah solusi kedepan dan dalam rangka meningkatkan kualitas
birokrasi dan budaya kinerja, Kementerian Luar Negeri akan melakukan langkah-langkah
penyempurnaan sebagai berikut:
a. Meningkatan kualitas pengelolaan SDM melalui peningkatan kapasitas pegawai
berdasarkan pada gap kompetensi serta menyusun rencana pendidikan dan pelatihan
secara berkelanjutan, penilaian kinerja individu yang selaras dengan kinerja
organisasi serta menyegerakan pelaksanaan kebijakan promosi terbuka jabatan
pimpinan tinggi secara kompetitif dan obyektif;
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
112
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
b. Penguatan pengawasan dengan melakukan evaluasi pada seluruh kebijakan
pengawasan dan menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut;
c. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada seluruh unit kerja dan unit perwakilan
dengan memastikan terlaksananya standar pelayanan, alur dan prosedur pelayanan,
dan budaya pelayanan prima serta memperhatikan hasil survei atas kualitas
pelayanan publik di atas;
d. Meningkatkan integritas pegawai khususnya petugas layanan dengan mengefektifkan
pelaksanaan pengendalian gratifikasi, penerapan SPIP, Whistle Blowing System (WBS),
dan penanganan benturan kepentingan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
113
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sasaran
Strategis Lingkungan Kerja yang Kondusif
(SS-3.1.1.3)
Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada
saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung,
yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. Lingkungan kerja
mempengaruhi kondisi fisik, sosial, maupun psikologis pegawai/karyawan dalam suatu
organisasi/institusi. Dengan demikian, lingkungan kerja yang kondusif adalah kehidupan
sosial, psikologi ataupun fisik dalam organisasi yang berpengaruh dan mendukung
pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Lingkungan kerja yang kondusif
dibutuhkan agar setiap pegawai/karyawan dapat memberikan kinerja yang terbaik dalam
mendukung pencapaian kinerja organisasi/institusi tempat mereka bekerja. Lingkungan
kerja yang kondusif mendukung produktivitas kerja serta akan menimbulkan kepuasan
kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi.
Selama tahun 2015, Kementerian Luar Negeri telah melakukan beberapa
perbaikan fisik dalam rangka menunjang dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
seperti di antaranya: renovasi gedung kantor/wisma di Kiev, Kopenhagen, Kabul,
Singapura, Kolombo; renovasi gedung kantor di Senayan, perbaikan ruang pelayanan OneDesk-Service (ODS) Konsuler; renovasi 17 (tujuh belas) unit rumah dinas,
peremajaan/pengadaan 7 (tujuh) bus jemputan karyawan serta pengadaan sarana
prasarana penunjang pelaksanaan tugas lainnya di Kementerian Luar Negeri dan
Perwakilan RI.
Pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Lingkungan kerja yang
kondusif” sebagai Sasaran Strategis 3.1.1.3 diukur dengan Indikator Kinerja Utama yaitu
“Indeks kepuasan pegawai”. Pengukuran indeks dilakukan melalui survei kepada
seluruh pegawai Kementerian Luar Negeri untuk menilai tingkat kepuasan pegawai
terhadap kapasitas organisasi. Pada tahun 2015, capaian kinerja SS-3.1.1.3 ditargetkan
dengan skala 3,25 dari 5 (65%) dengan realisasi 2,24 (44,8%) atau dengan capaian
sebesar 68,92%.
Berdasarkan survei yang dilakukan, indeks kepuasan pegawai terhadap kapasitas
organisasi hanya mencapai 44,8% atau capaiannya berarti 68,92% dari target yang telah
ditetapkan. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor, utamanya
adalah aspek kepegawaian/sumber daya manusia. Responden menggarisbawahi hal-hal di
bidang kepegawaian/sumber daya manusia yang harus dibenahi, yaitu sebagai berikut:
1. Masalah pola karir BPKRT dan Petugas Komunikasi;
2. Penerapan sistem meritokrasi serta reward and punishment;
3. Manajemen kepegawaian menyangkut masalah penempatan dan pengembangan
karir pegawai berdasarkan kompetensi dan keahliannya;
4. Sistem pelayanan kepegawaian (perlunya penerapan sistem komputerisasi untuk
administrasi kepegawaian); dan
5. Penataan kembali Jabatan Fungsional Diplomat.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
114
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sebagai langkah ke depan, berpijak dari hasil survei yang telah dilakukan,
Kementerian Luar Negeri akan mengambil langkah solutif sebagai berikut:
1.
Penyelesaian pembentukan jabatan fungsional bagi BPKRT dan Petugas Komunikasi;
2.
Revisi terhadap Peraturan Menteri PAN-RB Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional
Diplomat dan Angka Kreditnya;
3.
Peninjauan terhadap evaluasi jabatan (peta jabatan dan kelas jabatan) Kementerian
Luar Negeri;
4.
Perbaikan dan kebersihan kantin; memelihara kebersihan, perbaikan, dan
kelengkapan sarana di toilet; melakukan pest control secara berkala; penambahan
dan peremajaan armada bus jemputan; mengoptimalkan fasilitas day-care;
penambahan ruang rapat, serta penyediaan ruang tamu yang memadai.
5.
Sosialisasi tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) secara lebih
intensif;
6.
Penyusunan penataan tata-laksana (business process) dan pedoman penyusunan
Standard Operating Procedure (SOP) Kementerian Luar Negeri.
Analisis IKU-1 SS-3.1.1.3: Indeks kepuasan pegawai
Selama tahun 2015, Indeks kepuasan pegawai sebesar 2,24 dari target 3,25.
Indeks kepuasan pegawai diukur dari indeks hasil survei yang mengukur sejauh mana
pegawai di lingkungan internal Kementerian Luar Negeri puas atas kinerja aspek-aspek
pelayanan dan/atau kinerja organisasi secara umum. Sebagai bentuk komitmen
Kementerian Luar Negeri dalam mendorong kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi,
Kelompok Kerja Penataan dan Penguatan Organisasi Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi
Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan survei tingkat kepuasan pegawai
Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian Luar Negeri.
Aspek organisasi yang menjadi obyek survei meliputi unsur kelembagaan,
kepegawaian/sumber daya manusia (SDM), imbalan, sarana dan prasarana, pengendalian
dan pengawasan, serta mekanisme dan tata kerja. Pelaksanaan survei tingkat kepuasan
pegawai terhadap kapasitas organisasi merupakan bagian dari upaya Kementerian Luar
Negeri untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan dalam rangka
membentuk organisasi yang efisien dan efektif, tepat fungsi, tepat ukuran dan tepat
proses. Pelaksanaan survei ini merupakan alat ukur bagi Kementerian Luar Negeri untuk
melakukan pembenahan diri dalam rangka meningkatkan kapasitas organisasi yang pada
akhirannya akan mendukung peningkatan kinerja pegawai.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
115
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
TINGKAT KEPUASAN PEGAWAI KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Hasil Analisis Survei Kepuasan Pegawai
VARIABEL
RATA-RATA
2.24
KELEMBAGAAN
2.13
KEPEGAWAIAN/SDM
2.13
IMBALAN
1.95
SARANA DAN PRASARANA
2.53
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
2.26
MEKANISME DAN TATA KERJA
2.45
0
1
2
3
4
5
SKALA TINGKAT KEPUASAN
Survei tingkat kepuasan pegawai Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas
organisasi Kementerian Luar Negeri diikuti oleh 822 responden pegawai Kementerian
Luar Negeri yang bertugas di Pusat dan Perwakilan RI, yang merepresentasikan 23% dari
jumlah total pegawai saat ini. Survei ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat
kepuasan pegawai Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian
Luar Negeri yang meliputi 6 (enam) aspek yaitu: (i) kelembagaan; (ii)
kepegawaian/sumber daya manusia; (iii) imbalan; (iv) sarana dan prasarana; (v)
pengendalian dan pengawasan; serta (vi) mekanisme dan tata kerja.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan menggunakan ukuran tingkat
kepuasan skala Likert (skala terendah 1 dan skala tertinggi 5), angka kumulatif tingkat
kepuasan pegawai Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian
Luar Negeri adalah 2,24 atau kurang puas. Rincian tingkat kepuasan pegawai per aspek
kapasitas organisasi adalah sebagai berikut:
a.
Tingkat kepuasan terhadap aspek kelembagaan adalah 2,13 (kurang puas);
b.
Tingkat kepuasan terhadap aspek kepegawaian/sumber daya manusia adalah 2,13
(kurang puas);
c.
Tingkat kepuasan pegawai terhadap aspek imbalan adalah 1,95 (tidak puas);
d.
Tingkat kepuasan terhadap aspek penyediaan sarana dan prasarana adalah 2,73
(kurang puas);
e.
Tingkat kepuasan terhadap aspek pengendalian dan pengawasan adalah 2,26 (kurang
puas); dan
f.
Tingkat kepuasan terhadap aspek mekanisme dan tata kerja adalah 2,45 (kurang
puas)
Menilik tingkat kepuasan aspek kelembagaan dan kepegawaian/sumber daya
manusia yang memiliki skor yang sama (2,13), menunjukkan bahwa kedua aspek ini saling
berkaitan dan dalam pembenahannya tidak dapat dilakukan secara terpisah. Concern
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
116
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
utama yang menjadi perhatian responden terhadap kedua aspek tersebut juga sama yaitu
masalah pembenahan pola karir BPKRT, Pejabat Komunikasi dan Jabatan Fungsional
Diplomat. Hingga saat ini jabatan fungsional untuk BPKRT dan Petugas Komunikasi masih
belum terbentuk, sehingga memunculkan sejumlah pertanyaan responden mengenai
kepastian pola karir kedua rumpun kepegawaian tersebut. Di lain pihak, masalah pola
karir jabatan fungsional diplomat juga menjadi sorotan sejumlah responden.
Implementasi UU Aparatur Sipil Negara dan perkembangan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi memunculkan kebutuhan untuk mengkaji kembali peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang Jabatan Fungsional Diplomat, utamanya adalah revisi terhadap
Peraturan Menteri PAN No. PER/87.1/M.PAN/8/2005 tentang Jabatan Fungsional
Diplomat dan Angka Kreditnya.
Imbalan merupakan satu-satunya aspek kapasitas organisasi yang memperoleh
skor tingkat kepuasan di bawah 2 yaitu 1,95 atau tidak puas. Rasa ketidakpuasan
responden terhadap aspek imbalan berkaitan erat dengan tunjangan kinerja yang
diterima. Sebagian besar responden berpandangan bahwa penentuan kelas jabatan
seharusnya didasarkan secara obyektif pada beban kerja, jenis dan tingkat kesulitan
pekerjaan yang mereka lakukan, sehingga tunjangan kinerja yang diterima sesuai dengan
yang semestinya diterima. Sebagian besar responden juga berharap peningkatan
remunerasi Kementerian Luar Negeri dapat segera terealisasi, sehingga berdampak
kepada peningkatan tunjangan kinerja yang mereka terima. Masukan dari para responden
tersebut menegaskan perlunya bagi Kementerian Luar Negeri untuk melakukan
percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi pada 8 area perubahan dan reviu terhadap
evaluasi jabatan yang pernah dilakukan pada tahun 2012.
Sarana dan prasarana merupakan aspek kapasitas organisasi yang memperoleh
skor tertinggi tingkat kepuasan pegawai dibanding 5 aspek lainnya (2,73). Hal ini tidak
terlepas dari sejumlah perbaikan fasilitas umum dan perkantoran yang secara intensif dan
berkesinambungan dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri. Namun masih terdapat
berbagai catatan penting dari para responden yang perlu ditindaklanjuti oleh Kementerian
Luar Negeri untuk percepatan pelaksanaannya dan salah satu yang menjadi sorotan utama
adalah masalah perbaikan dan kebersihan kantin.
Pada aspek pengendalian dan pengawasan, tingkat kepuasan terendah pegawai
adalah mengenai masalah sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) di Kementerian
Luar Negeri dimana mayoritas pegawai menyatakan tidak puas (1,91). Sebagian besar
responden menyatakan agar penerapan SPIP dapat disosialisasikan secara lebih intensif
karena belum banyak diketahui dan dipahami oleh pegawai. Setiap pimpinan unit
organisasi/satuan kerja pada prinsipnya harus menerapkan SPIP di lingkungan masingmasing untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas publik melalui
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.
Menyangkut aspek mekanisme dan tata kerja, tingkat kepuasan terendah pegawai
adalah terhadap peraturan di Kementerian Luar Negeri yang mengatur mengenai
penataan tata laksana dan Standard Operating Procedures (SOP) (2,16). Hal ini dapat
dipahami karena Kementerian Luar Negeri belum memiliki pedoman business process dan
SOP sebagai panduan dalam penyusunan business process dan SOP di setiap unit
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
117
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
kerja/satuan kerja. Kementerian PAN dan RB telah menerbitkan Peraturan Menteri PAN
dan RB No. 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tata Laksana (Business Process)
yang perlu diterjemahkan lebih lanjut ke dalam Peraturan Menteri Luar Negeri. Peraturan
Menteri Luar Negeri ini yang akan menjadi panduan bagi setiap unit/satuan kerja untuk
membangun dan menata tata laksana dalam rangka memberikan dasar yang kuat bagi
penyusunan SOP yang lebih sederhana, efisien, efektif dan akuntabel.
Selain itu pihak KemenPAN-RB dan BPS telah melakukan survei pada bulan
September 2015 terkait nilai kapasitas organisasi dengan skor 3,76 dari skala 4.
Aspek yang dinilai dalam survei tersebut di antaranya adalah mengenai:
1.
2.
3.
4.
Budaya organisasi dan sistem anti korupsi
Integritas kerja terkait pengelolaan SDM
Integritas kerja dan Pelaksanaan Anggaran
Integritas kerja dan kesesuaian perintah atasan dengan aturan dan norma
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
118
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sasaran
Sistem Informasi Manajemen yang
Strategis
(SS-3.1.1.4) Terintegrasi
Pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Sistem informasi
manajemen yang terintegrasi” sebagai Sasaran Strategis 3.1.1.4 diukur dengan 2 (dua)
Indikator Kinerja Utama yaitu “Indeks Keamanan Informasi (KAMI)” dan “Indeks
Pemeringkatan e-Government Indonesia (PEGI)“.
Pada tahun 2015, capaian kinerja SS-3.1.1.4 ditargetkan dengan capaian berupa
nilai indeks, sebagaimana tabel berikut:
Tabel Capaian SS-3.1.1.4 Tahun 2015
No
1
2
Komponen
Indeks Keamanan Informasi (KAMI)
Indeks Pemeringkatan e-Goverment
Indonesia (PEGI)
Target
2015
1.5
Realisasi
2015
1.2
Capaian
2015
80%
3.35
3.32
99,10%
Dalam pencapaian kinerja SS-3.1.1.4, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala utama yaitu belum lengkapnya instrumen kebijakan tata kelola yang mengatur
seluruh aspek pengelolaan dan penatalaksanaan teknologi informasi dan komunikasi,
termasuk keamanan informasi.
Cara Mengatasi kendala tersebut dengan melakukan percepatan penyusunan tata
kelola teknologi informasi dan komunikasi Kementerian Luar Negeri, di antaranya:
1.
2.
Membentuk Tim Keamanan Informasi Kementerian Luar Negeri atau CSIRT
(Computer Security Insidence Response Team) yang telah ditetapkan oleh Surat
Keputusan Kapuskom No 1845/B/KM/XII/2015/23.
Melakukan pembahasan draft Tata Kelola TIK Kementerian Luar Negeri ke tingkat
Eselon 1 dan unit terkait untuk dapat ditetapkan dan disahkan dalam bentuk
Peraturan Menteri Luar Negeri.
Sebagai langkah ke depan, Kementerian Luar Negeri akan mengambil langkah
penajaman dalam pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi Kementerian Luar
Negeri mulai dari tahap inisiasi, perencanaan, pengembangan, pengintegrasian dan
pengujian, penerapan, pengoperasian dan pemeliharaan, hingga ke tahap pemusnahannya,
sehingga seluruh tahapan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
119
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
ANALISIS IKU-1 SS-3.1.1.4: “Indeks Keamanan Informasi (KAMI)”
Indeks KAMI adalah alat evaluasi untuk menganalisis tingkat kesiapan
pengamanan informasi di Instansi Pemerintah. Alat evaluasi ini tidak ditujukan untuk
menganalisis kelayakan atau efektifitas bentuk pengamanan yang ada, melainkan sebagai
perangkat untuk memberikan gambaran kondisi kesiapan kerangka kerja keamanan
informasi kepada pimpinan instansi. Evaluasi dilakukan terhadap berbagai area yang
menjadi target penerapan keamanan informasi dengan ruang lingkup pembahasan yang
juga memenuhi semua aspek keamanan yang didefinisikan oleh standar SNI ISO/IEC
27001:2013.
Hasil evaluasi akan memberikan snapshot indeks kesiapan dari aspek
kelengkapan, maupun kematangan dari aspek kerangka kerja keamanan informasi yang
diterapkan dan dapat digunakan sebagai pembanding dalam rangka menyusun langkah
perbaikan dan penetapan prioritas. Nilai Kematangan 3,5 menunjukkan kesiapan
organisasi untuk mengikuti sertifikasi SNI ISO/IEC 27001:2013 tentang Information
Security Management System (ISMS).
Evaluasi dilakukan terhadap tingkat kepentingan dan area tingkat penerapan
keamanan informasi di Kementerian Luar Negeri menggunakan formulir Indeks KAMI
yang disediakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yang telah diselaraskan
dengan SNI ISO/IEC 27001:2013
Pencapaian Indikator Kinerja Utama Indeks Keamanan Informasi (KAMI)
pada tahun 2015 adalah sebesar 1,2 dari target 1,5, sebagaimana tabel berikut:
IKU-1 SS-3.1.1.4
Indeks Keamanan
Informasi (KAMI)
Informasi Kinerja
Nilai
Capaian
Indeks diperoleh dari penilaian analisis
tingkat kepentingan dan evaluasi
kelengkapan pengamanan informasi.
1.2
80%
Menurut laporan verifikasi Indeks Keamanan Informasi Kementerian Luar Negeri
tahun 2015 yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sistem
Elektronik Kementerian Luar Negeri mencapai skor 47, yaitu berada pada kategori
strategis, dengan capaian pada masing-masing area penilaian adalah sebagai berikut:
Tata Kelola
90
Teknologi
55
Pengelolaan
Risiko
0
14
Pengelolaan 81
Aset
Kerangka
Kerja
2015
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
120
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2011
2012
2013
2014
2015
2015
TATA
KELOLA
PENGELOLAAN
RISIKO
KERANGKA
KERJA
PENGELOLAAN
ASET
TEKNOLOGI
90
0
14
81
55
Skor capaian masing-masing area kemudian dijumlahkan sehingga memperoleh
total skor sebesar 240. Skor tersebut dikonversi kedalam rentang tingkat kematangan
kesiapan penerapan standar SNI ISO/IEC 27001:2013 sesuai kategori Sistem Elektronik
strategis, yaitu berada pada rentang indeks 1,2. Indeks Keamanan Informasi ini baru
pertama kalinya diterapkan di Kementerian Luar Negeri, sehingga capaian yang diperoleh
pada tahun 2015 tidak dapat diperbandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.
Dashboard hasil verifikasi indeks KAMI Kementerian Luar Negeri tahun 2015 dapat dilihat
pada gambar berikut :
Dalam pencapaian Indikator Kinerja Utama Indeks Keamanan Informasi (KAMI),
Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala belum lengkapnya instrumen kebijakan
tata kelola TIK Kementerian Luar Negeri, khususnya yang mengatur aspek pengelolaan
risiko keamanan informasi.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
membentuk sebuah Tim Penanganan Insiden Keamanan Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Komunikasi
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
121
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Nomor 1845/B/KM/XII/2015/23. Tim ini bertugas mengelola risiko dan menangani
insiden keamanan informasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
ANALISIS IKU-2 SS-3.1.1.4: “Indeks Pemeringkatan e-Government Indonesia
(PEGI)”
Indeks Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) merupakan alat yang
digunakan sebagai acuan bagi pengembangan dan pemanfaatan TIK di lingkungan
pemerintah, dorongan bagi peningkatan pemanfaatan TIK di lingkungan pemerintah
melalui evaluasi yang utuh, seimbang dan obyektif, dan untuk mendapatkan peta kondisi
pemanfaatan TIK di lingkungan pemerintah secara nasional.
Pencapaian Indikator Kinerja Utama Indeks Pemeringkatan e-Government
Indonesia (PeGI) tahun 2015 adalah sebesar 3,32 dari target 3,35, sebagaimana tabel
berikut:
IKU-1 SS-3.1.1.4
Indeks
Pemeringkatan eGovernment
Indonesia (PeGI)
Informasi Kinerja
Nilai
Capaian
Indeks PeGI 3.32 diperoleh dari nilai
rata-rata
pemeringkatan terhadap
lima dimensi e-Government, yaitu
Kebijakan (3.30), Kelembagaan (3.40),
Infrastruktur (3.23), Aplikasi (3.27),
dan Perencanaan (3.40).
3.32
99.10%
Nilai indeks 3.32 diperoleh dari nilai rerata dari semua dimensi yang diniliai
dalam penilaian dan menunjukkan bahwa pelaksanaan e-Government di Kementerian Luar
Negeri berada dalam kategori baik dan saat ini menduduki peringkat ke-3 dari 31
Kementerian. Hasil pemeringkatan indeks PeGI Kementerian Pusat dapat dilihat
sebagaimana tabel berikut:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
122
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Terdapat peningkatan capaian nilai indeks PeGI dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar 0.01 poin, dari 3.31 menjadi 3.32 di tahun 2015. Kenaikan capaian
indeks dipengaruhi oleh peningkatan pengembangan dan pemanfaatan TIK di lingkungan
Kementerian Luar Negeri. Capaian Indeks Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI)
dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Capaian Indeks PeGI
Kementerian Luar Negeri
Tahun 2011-2015
4
2.48 2.43
3
2.66
3.17
2.7
3.31
2.7
3.32
2
1
0
0
0
2011
2012
2013
Rerata Kementerian
2014
2015
Kemlu
Penilaian penerapan e-Government Kementerian Luar Negeri untuk setiap
dimensi adalah sebagai berikut:
1) Dimensi Kebijakan
Nilai dimensi Kebijakan adalah BAIK (3,30), tidak ditemukan indikator negatif pada
dimensi ini. Indikator positifnya adalah:
a) Adanya manajemen tekait kebijakan yang mengacu pada Master Plan TIK Tahun
2011-2015.
b) Adanya visi terkait TIK yang tercantum di web yaitu pemanfaatan TIK dalam
mendukung proses kegiatan.
c) Adanya penyusunan prioritas program yang jelas untuk dijadikan dasar
penyusunan anggran dan program.
d) Adanya evaluasi internal yang tersusun dalam sistem serta terorganisasi dengan
baik dan teratur.
2) Dimensi Kelembagaan
Nilai dimensi Kebijakan adalah BAIK (3,40), dengan indikator:
a) Adanya struktur organisasi pada eselon II yang sudah beroperasi secara efektif dan
strategis dalam penyelenggaraan TIK
b) Adanya kejelasan tugas dan fungsi organisasi pengelola TIK.
c) Adanya SOP untuk operasionalisasi TIK.
d) Adanya kecukupan SDM secara kuantitatif maupun kualitatif bidang TIK.
Pengembangan SDM yang ada sangat mendukung armada SDM yang baik di
lingkungan Kementerian.
e) Adanya prorgam pengembangan SDM yang rutin dan terorganisasi meskipun
terdapat beberapa program pelatihan yang belum terlaksana.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
123
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
3) Dimensi Infrastruktur
Nilai dimensi Infrastruktur adalah BAIK (3,23), dengan indikator:
a) Adanya pusat data yang tersebar di beberapa lokasi dan adanya fasilitas pusat
pemulihan bencana.
b) Adanya fasilitas jaringan dengan bandwidth yang memadai.
c) Adanya sistem keamanan fisik yang didukung oleh kelengkapan software.
d) Tersedianya anggaran pemeliharaan TIK yang memadai.
e) Adanya pemeliharaan dan inventarisasi yang tertata dengan baik serta didukung
oleh aplikasi berbasis desktop.
4) Dimensi Aplikasi
Nilai dimensi Aplikasi adalah BAIK (3,27), dengan indikator:
a) Adanya situs web resmi yang rutin diperbaharui dan dikelola dengan baik. Situs
web tersebut menjadi gerbang informasi dan jembatan elektronik kementerian
dengan publik serta mengintegrasikan seluruh situs web Perwakilan dan
menyediakan tautan ke aplikasi layanan publik.
b) Adanya aplikasi fungsional yang cukup lengkap di mana mayoritas sudah berbasis
open source (sekitar 70%).
c) Adanya kelengkapan dokumentasi aplikasi yang sudah dibangun dan
dikembangkan. Inventarisasi aplikasi juga telah dilakukan dengan baik.
d) Persyaratan interoperabilitas menjadi prioritas.
e) Salah satu pemanfaatan aplikasi sistem informasi yang mendapat penghargaan
adalah sebagai berikut:
- Implementasi Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian di Kementerian Luar Negeri
sebagai Terbaik Kedua dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara.
Gambar 1 : Piagam Penghargaan Implementasi Sistem Aplikasi
Pelayanan Kepegawaian Kementerian/Lembaga Pemerintah NonKementerian.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
124
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
- Layanan Aplikasi Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kementerian Luar
Negeri telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015 Quality Management
System dari NQA Indonesia. (salinan surat pernyataan lolos ISO Quality
Management dari NQA Indonesia)
Gambar 2 : Surat Pernyataan Lolos ISO 9001:2015
5) Dimensi Perencanaan
Nilai dimensi Infrastruktur adalah BAIK (3,40), dengan indikator:
a) Adanya fungsi dan sistem perencanaan TIK di tingkat Kementerian yang dilakukan
oleh Pusat Komunikasi.
b) Adanya sistem perencanaan serta dokumentasi perencanaan dan implementasi
TIK.
c) Adanya pembiayaan dalam dokumen perencanaan meskipun belum memadai.
Berikut diagram radar pencapaian masing-masing dimensi Indeks Pemeringkatan
e-Government Indonesia (PeGI) dalam kurun waktu tiga tahun terakhir dan
perbandingannya dengan rata-rata PeGI tingkat Kementerian lima tahun terakhir:
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
125
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Dimensi
Kebijakan
4
Dimensi
Perencanaan
3
2011
2012
2013
2014
2015
Dimensi
Kelembagaan
2
1
Dimensi
Aplikasi
2012
Dimensi
Kebijakan
4
Dimensi
Perencanaan
Dimensi
Infrastruktur
2013
DIMENSI
KEBIJAKAN
2.15
3.04
3.13
3.30
2014
3
2
1
Dimensi
Aplikasi
2015
DIMENSI
KELEMBAGAAN
2.44
3.60
3.40
3.40
Dimensi
Infrastruktur
Rerata Kementerian
DIMENSI
INFRASTRUKTUR
2.77
3.38
3.36
3.23
Dimensi
Kelembagaan
DIMENSI
APLIKASI
2.40
3.17
3.25
3.27
Kemlu 2015
DIMENSI
PERENCANAAN
2.40
2.67
3.40
3.40
Dalam pencapaian IKU-2 SS-3.1.1.4, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala diantaranya seperti Kebijakan TIK di Kementerian Luar Negeri belum lengkap.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif dengan telah menyusun draft Tata Kelola TIK
Kementerian Luar Negeri yang akan dilakukan pembahasan untuk ditetapkan dan
disahkan dalam bentuk Permenlu.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
126
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Sasaran
Strategis Anggaran yang Optimal
(SS-3.1.1.5)
Anggaran yang Optimal dicapai dengan penyerapan anggaran yang maksimal serta
terpenuhinya target-target kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian Sasaran Strategis
Kementerian Luar Negeri “Anggaran yang optimal” sebagai Sasaran Strategis 3.1.1.5
diukur dengan Indikator Kinerja Utama yaitu “Persentase realisasi anggaran dan
realisasi kinerja”, dengan realisasi sebagai berikut:
IKU-1 SS-3.1.1.5
Persentase realisasi anggaran dan
realisasi kinerja
Informasi Kinerja
50% x Realisasi Anggaran 89,62%
Jumlah
42,30%
50% x Realisasi Kinerja 84,73%
44,81%
Realisasi
87,11%
Target
95%
Capaian
91,69%
Realisasi anggaran diukur melalui seberapa besar realisasi anggaran Kementerian
Luar Negeri dalam jangka waktu 1 tahun anggaran dilihat dari akumulasi SP2D yang
diterbitkan dibagi dengan pagu DIPA Kementerian Luar Negeri. Realisasi angaran
Kementerian Luar Negeri tahun 2015 adalah sebesar Rp. 5.900.317.586.687,- atau 89,62%
dari pagu Rp. 6.583.527.692.000,-.
Realisasi kinerja diukur melalui pencapaian suatu rencana kinerja organisasi
Kementerian Luar Negeri yang telah ditetapkan di awal tahun yang diperoleh dari agregat
seluruh IKU kecuali IKU SS-3.1.1.5.
Dalam pencapaian kinerja SS-3.1.1.5, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala diantaranya:
1. Sampai dengan akhir tahun 2015, terdapat kendala tidak terealisasinya anggaran
belanja modal PNBP khususnya untuk Satker Perwakilan RI di luar negeri, salah satu
penyebabnya adalah terkait mekanisme Maksimum Pencairan (MP). Pencairan dana
PNBP (MP ke-5) baru dapat ditransfer Pusat ke perwakilan pada bulan Desember
sehingga menghambat penyerapan anggaran.
2. Terjadinya beberapa kali revisi DIPA yang dilakukan oleh Satker-satker di
Kementerian Luar Negeri khususnya Satker Perwakilan RI sehingga hal ini
mempengaruhi kemampuan satker untuk melaksanakan beberapa kegiatan.
3. ABT selisih kurs baru diterima perwakilan pada akhir Desember 2015 atau awal
Januari TA 2016 sehingga terdapat beberapa perwakilan yang tidak menggunakan
anggaran tersebut (anggaran tidak terserap maksimal).
4. Penerimaan APBN-P terlambat diterima oleh Perwakilan pada bulan September 2015.
5. Kebijakan nasional terkait penghematan anggaran.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
127
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
6. Perubahan kurs pasar terhadap kurs APBN yang cukup signifikan sehingga banyak
terjadi kegiatan yang sudah terencana tidak dapat dilakukan.
Cara mengatasi kendala tersebut adalah dengan meningkatkan koordinasi
dengan para pemangku kepentingan seperti Kementerian Keuangan, Bappenas, dan BPKP
serta Kementerian Luar Negeri terus mengintensifkan koordinasi antara pusat dengan
Perwakilan RI terkait penggunaan anggaran baik yang bersumber dari Rupiah Murni (RM)
maupun PNBP.
Dan sebagai langkah kedepan Kementerian Luar Negeri akan mengambil
langkah solutif sebagai berikut:
1. Perbaikan postur anggaran Kementerian Luar Negeri agar dapat mendukung
program-program prioritas Kementerian secara optimal tanpa harus melakukan
pengalihan atau revisi anggaran.
2. Untuk percepatan proses realisasi Belanja Modal Kementerian Luar Negeri, maka
anggaran Kementerian Luar Negeri ke depan diprioritaskan untuk mendapatkan
anggaran Rupiah Murni yang lebih besar.
3. Pendistribusian pagu mengacu pada prioritas nasional dan arah kebijakan nasional.
4. Meningkatkan kualitas perencanaan.
5. Meningkatkan koordinasi terkait dengan pelaksanaan diplomasi ekonomi dengan
para pemangku kepentingan seperti Kementerian Keuangan, Bappenas, BPKP, dan
K/L lainnya.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
128
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
III.4 PERBANDINGAN REALISASI IKU DENGAN TARGET JANGKA
MENENGAH
Perbandingan Realisasi IKU dengan target jangka menengah merupakan
perbandingan realisasi IKU tahun 2015 dibandingkan dengan Tujuan Kementerian Luar
Negeri yang akan dicapai pada tahun 2019 sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional yang berpengaruh
Tujuan 1.1
Indikator Kinerja Utama
Target
2015
Target
2019
Kepemimpinan dan peran Indonesia
dalam kerja sama internasional yang
berpengaruh
Tingkat pengaruh Indonesia
di dunia internasional
89%
95%
Realisasi Tahun 2015
99,60%
Realisasi IKU “Tingkat Pengaruh Indonesia di dunia internasional” pada tahun
2015 sebesar 99,60% menunjukkan bahwa kepemimpinan dan peran Indonesia dalam
kerja sama internasional berpengaruh di dunia internasional. Jika dibandingkan dengan
posisi target pada tahun 2019 sesuai Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Luar
Negeri Tahun 2015—2019, posisi Kemenlu saat ini telah mencapai realisasi sebesar
99,60%. Dari posisi realisasi kinerja tahun 2015 serta mempertimbangkan dinamika dan
stabilitas global yang semakin menantang, Kementerian Luar Negeri memandang bahwa
target pada tahun 2015 masih relevan untuk menjadi target Tujuan 1.1 sebesar 95% di
tahun 2019.
2.
Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal melalui hubungan
luar negeri
Tujuan 1.2
Nilai manfaat
ekonomi, keuangan
dan pembangunan
yang optimal melalui
hubungan luar
negeri
Indikator Kinerja Utama
Jumlah negara akreditasi yang mencapai
target peningkatan nilai perdagangan
dengan Indonesia
Jumlah negara akreditasi yang mencapai
target peningkatan nilai investasi asing ke
Indonesia
Jumlah negara akreditasi yang mencapai
target peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia
Target
2015
Realisasi
2015
Target
2019
78
67
85
25
16
65
23
5
60
Realisasi 3 IKU pada Tujuan 1.2 Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan
pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri belum mencapai target pada
tahun 2015. Jika dibandingkan dengan posisi target pada tahun 2019 sesuai Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Luar Negeri Tahun 2015—2019, posisi Kementerian Luar
Negeri saat ini belum mencapai target. Dari posisi realisasi kinerja tahun 2015,
Kementerian Luar Negeri memandang bahwa target pada tahun 2015 masih relevan untuk
menjadi target Tujuan 1.2 di tahun 2019. Hal ini juga menunjukan optimisme akan
kemampuan Kementerian Luar Negeri untuk terus meningkatkan peranannya dalam
mencapai nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal melalui
hubungan luar negeri.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
129
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
III.5
2015
Analisis Evaluasi Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan ataupun Kegagalan Pencapaian Kinerja
PROGRAM
SASARAN STRATEGIS
Program Peningkatan Hubungan dan
Politik Luar Negeri melalui
Kerjasama ASEAN
1. Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang
meningkat
2. Dukungan dan komitmen nasional yang
tinggi terhadap kebijakan luar negeri
terkait kesepakatan ASEAN
1. Peningkatan peran Indonesia di forum
multilateral
2. Peningkatan kepemimpinan Indonesia di
forum multilateral
3. Implementasi kesepakatan multilateral
dengan partisipasi pemangku
kepentingan nasional
Peran Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dan
Afrika yang meningkat
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja serta menunjang keberhasilan pencapaian
kinerja.
Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Program Pemantapan Hubungan dan
Politik Luar negeri serta Optimalisasi
Diplomasi di Kawasan Amerika dan
Eropa
Peran Indonesia di Kawasan Amerika dan
Eropa yang meningkat
Program Optimalisasi Diplomasi
terkait dengan Pengelolaan Hukum
dan Perjanjian Internasional
Optimalisasi Diplomasi Terkait Dengan
Pengelolaan Hukum dan Perjanjian
Internasional
Tindaklanjut: Program ini masih efektif untuk diterapkan, dan pada level
kegiatan Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Timur
dan Pasifik telah disesuaikan seiring dengan restrukturisasi tahun 2015.
Kegiatan displit menjadi Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di
Kawasan Asia Timur dan Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di
Kawasan Asia Tenggara. Hal ini merupakan tindaklanjut dari rekomendasi
analisis evaluasi program/kegiatan pada Laporan Kinerja Tahun 2014.
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan, dan pada level
kegiatan telah dilakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan mandatory
Presiden RI terkait isu maritim. Kegiatan terkait isu maritim akan berlaku
seiring dengan proses restrukturisasi efektif.
Program Peningkatan Peran dan
Diplomasi Indonesia di Bidang
Multilateral
Program Pemantapan Hubungan dan
Politik Luar negeri serta Optimalisasi
Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik
dan Afrika
EVALUASI PROGRAM/KEGIATAN SERTA REKOMENDASI
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
130
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
PROGRAM
Program Peningkatan Kualitas
Pelayanan Keprotokolan dan
Kekonsuleran
1.
2.
3.
4.
SASARAN STRATEGIS
EVALUASI PROGRAM/KEGIATAN SERTA REKOMENDASI
Meningkatnya kualitas pelayanan dan
perlindungan WNI dan BHI di Luar
Negeri serta pemberdayaan Diaspora
Meningkatnya kualitas dan kapasitas
pelayanan Kekonsuleran
Meningkatnya kualitas dan kapasitas
pelayanan Keprotokolan
Meningkatnya kualitas dan kapasitas
pelayanan Fasilitas Diplomatik
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini sudah tidak lagi
mampu mengakomodir perkembangan tugas, peran dan tanggung jawab
Kementerian Luar Negeri di bidang perlindungan WNI di luar negeri yang terus
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah dan kompleksitas kasus-kasus
WNI di luar negeri, khususnya yang menimpa TKI. Sehingga Kegiatan
Perlindungan WNI perlu menjadi Program tersendiri menjadi Program
Perlindungan WNI dan BHI, tidak berada di bawah Program Peningkatan
Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran agar lebih menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
Rekomendasi: Program Perlindungan WNI dan BHI tidak berada di bawah
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran.
Program Optimalisasi Informasi dan
Diplomasi Publik
Menguatnya Citra Positif Indonesia melalui
peningkatan peran Indonesia di dunia
Internasional
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan.
Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Program Peningkatan Pengawasan
dan Akuntabilitas Kementerian Luar
Negeri
Program Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Luar
Negeri
1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker
yang terencana, terukur, ekonomis, efektif
& efisien
2. Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan
anggaran dan aset negara serta
pencegahan dini terjadinya risiko
permasalahan
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
Rekomendasi kebijakan hubungan luar
negeri yang berkualitas
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid,
relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang
menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang
keberhasilan pencapaian kinerja.
Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
131
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
PROGRAM
Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Luar Negeri
2015
SASARAN STRATEGIS
Meningkatnya dukungan manajemen dan
teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia
EVALUASI PROGRAM/KEGIATAN SERTA REKOMENDASI
Evaluasi Program: Kinerja Perwakilan RI tidak dapat tercerminkan pada
program ini sehingga telah dilakukan peninjauan ulang atas nomenklatur
Program Perwakilan.
Tindaklanjut:
Perwakilan RI telah dibuatkan Program tersendiri dengan nomenklatur
Program Pelaksanaan Diplomasi dan Kerjasama Internasional pada Perwakilan
RI, dengan Kegiatan Penyelenggaraan Diplomasi dan Kerjasama Internasional.
Sehingga program dan kegiatan baru ini dapat menunjang pencapaian kinerja
Kementerian Luar Negeri.
Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Kementerian Luar Negeri
Meningkatnya dukungan manajemen dan
teknis dalam sarana dan prasarana
Kementerian Luar Negeri
Evaluasi Program: Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir Program ini tidak
efektif berdiri sendiri, hal ini juga ditandai dengan kinerja yang lemah baik
anggaran maupun fisiknya.
Rekomendasi: Program ini direkomendasikan untuk digabung dengan pada
Program Dukungan Manajemen Kementerian Luar Negeri.
132
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
III.6 REALISASI ANGGARAN DAN ANALISIS EFISIENSI SUMBER
DAYA
Realisasi angaran Kementerian Luar Negeri tahun 2015 adalah sebesar
Rp.5.900.317.586.687,- atau 89,62% dari pagu Rp. 6.583.527.692.000,- dengan komposisi
sebagai berikut:
Satker Pusat
•Pagu
•Realisasi
•Persentase serapan
: Rp. 2.442.821.738.000,: Rp. 2.104.021.733.649,: 86,13%
Satker Perwakilan
RI
•Pagu
•Realisasi
•Persentase serapan
: Rp. 4.140.705.954.000,: Rp. 3.796.295.853.038,: 91,68%
Belanja Pegawai
Belanja Modal
Belanja Barang
•Pagu:
•Rp. 3.139.079.340.000,-
•Pagu:
•Rp. 3.048.179.011.000,-
•Pagu:
•Rp. 396.269.341.000,-
•Realisasi:
•Rp. 2.941.973.307.338,
•Realisasi:
•Rp. 2.685.465.856.075,-
•Realisasi:
•Rp. 272.878.423.274,-
•Persentase serapan:
93,72%
•Persentase serapan:
88,10%
•Persentase serapan:
68,86%
Grafik Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran
Tahun 2010-2015
6,584
7,000
6,000
5,564
5,805
5,670
5,071
5,000
4,000
3,752
4,005
5,095
5,731
5,336
5,900
4,118
3,000
2,000
1,000
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jika membandingkan realisasi kinerja Kementerian Luar Negeri tahun 2015
sebesar 84,73% dengan realisasi anggaran sebesar 89,62%, maka secara keseluruhan
Kementerian Luar Negeri telah membuktikan budget follows function dalam kerangka
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
133
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
membangun sebuah organisasi yang berorientasi hasil. Selain itu, jika dibandingkan
dengan realisasi anggaran tahun 2014 (93,10%), realisasi anggaran tahun 2015 telah
mengalami penurunan sebesar 5,15%.
Perbandingan % Realisasi Anggaran Tahun 2010-2015
% Realisasi Anggaran
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
81.20%
67.44%
87.77%
93.10%
89.62%
70.64%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2010
2011
2012
2013
2014
2015
% Realisasi Anggaran 67.44% 70.64% 81.20% 87.77% 93.10% 89.62%
Realisasi kinerja dan anggaran tahun 2015 merupakan realisasi pada periode
tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, dengan amanah kinerja baru serta
tolak ukur baru yang telah memuat Nawacita Presiden RI dengan kualitas IKU yang
berorientasi outcome dan target yang menantang. Realisasi kinerja dan realisasi anggaran
Kementerian Luar Negeri pada tahun 2016 dan kedepannya diharapkan akan semakin
meningkat.
Apabila realisasi anggaran dibandingkan dengan awal periode masa pemerintahan
di tahun 2010 sebesar 67,44%, maka awal periode masa pemerintahan di tahun 2015
(89,62%) telah mengalami peningkatan sebesar 22,18%. Kementerian Luar Negeri
menghadapi kendala dalam pengelolaan APBN yang telah dijabarkan dalam SS 3.1.1.5.
Analisis Efisiensi Sumber Daya
Selama 2015, Kementerian Luar Negeri telah melakukan upaya-upaya optimalisasi
dan efisiensi sumber daya dengan memaksimalkan resource SDM dan waktu kerja. Selain
mandatory Presiden RI untuk melakukan efisiensi pada setiap K/L, Kementerian Luar
Negeri juga telah melakukan langkah streamlining pertemuan atau sidang, serta
melakukan langkah efisiensi terkait penghematan dalam pelaksanaan kegiatan,
pengurangan biaya perjalanan dinas, pembatasan jumlah SDM yang terlibat dalam setiap
kegiatan dengan tetap mempertahankan kualitas dan hasil kinerja.
Kementerian Luar Negeri juga telah melakukan realokasi anggaran sesuai dengan
prioritas kinerja yang akan dilaksanakan dalam tahun 2015. Kebijakan terkait efisiensi
sumber daya baik manusia maupun anggaran tersebut, mendorong Kementerian Luar
Negeri untuk lebih efisien dalam pelaksanaan diplomasi dengan tetap menjaga kualitas
kinerja.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
134
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
PROGRAM
Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar
Negeri melalui Kerjasama ASEAN
Program Peningkatan Peran dan Diplomasi
Indonesia di Bidang Multilateral
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar
negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan
Asia Pasifik dan Afrika
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar
negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan
Amerika dan Eropa
Program Optimalisasi Diplomasi terkait dengan
Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan
Keprotokolan dan Kekonsuleran
Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi
Publik
Program Peningkatan Pengawasan dan
Akuntabilitas Kementerian Luar Negeri
Program Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Luar Negeri
SASARAN STRATEGIS
1. Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat
2. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi terhadap kebijakan luar negeri terkait kesepakatan
ASEAN
1. Peningkatan peran Indonesia di forum multilateral
2. Peningkatan kepemimpinan Indonesia di forum multilateral
3. Implementasi kesepakatan multilateral dengan partisipasi pemangku kepentingan nasional
Peran Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat
Peran Indonesia di Kawasan Amerika dan Eropa yang meningkat
Optimalisasi Diplomasi Terkait Dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional
1.
Meningkatnya kualitas pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI di Luar Negeri serta
pemberdayaan Diaspora
2. Meningkatnya kualitas dan kapasitas pelayanan Kekonsuleran
3. Meningkatnya kualitas dan kapasitas pelayanan Keprotokolan
4. Meningkatnya kualitas dan kapasitas pelayanan Fasilitas Diplomatik
Menguatnya Citra Positif Indonesia melalui peningkatan peran Indonesia di dunia Internasional
1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker yang terencana, terukur, ekonomis, efektif & efisien
2. Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta pencegahan dini terjadinya
risiko permasalahan
Rekomendasi kebijakan hubungan luar negeri yang berkualitas
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Kementerian Luar Negeri
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis dalam sarana dan prasarana Kementerian Luar Negeri
TOTAL ANGGARAN SELURUH PROGRAM KEMENLU
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
ANGGARAN (A) DAN REALISASI (R)
TAHUN 2014
TAHUN 2015
53,976.88
A: 60,203.98
R: 54,136.59
(89,92%)
303,093.60
A: 544,584.66
R: 535,611.80
(98,35%)
46,388.80
A: 132,707.24
R: 116,818.54
(88,03%)
33,439.90
A: 44,345.05
R: 41,174.69
(92,85%)
34,996.00
A: 39,117.44
R: 37,496.96
(95,86%)
124,620.84
A: 241,015.49
R:180,172.70
(74,76%)
97,194.78
23,370.10
26,574.48
4,380,861.60
606,621.22
5,731,138.20
135
A: 66,467.91
R: 62,711.28
(94,35%)
A: 24,891.90
R: 22,741.93
(91,36%)
A: 28,621.08
R: 27,855.89
(97,33%)
A: 5,005,303.54
R: 4,548,877.65
(90,88%)
A: 396,269.34
R: 272,871.06
(68,86%)
A:6,583,527.692
R:5,900.469.146
(89,62%)
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan
2015
Pada tahun 2015, secara keseluruhan realisasi kinerja Kementerian Luar Negeri tahun
2015 sebesar 84,73% dengan capaian kinerja sebesar 93,89% dari 20 IKU. Sebanyak 10 IKU
realisasinya telah melampaui target, 1 IKU realisasinya telah sesuai dengan target, dan 9 IKU
realisasinya dibawah target.
Jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2014, capaian kinerja Kementerian
Luar Negeri pada tahun 2015 turun sebesar 1,67% dari capaian tahun 2014 sebesar 95,56%.
Namun realisasi kinerja tersebut memang tidak dapat dibandingkan secara agregat. Realisasi
kinerja tahun 2015 merupakan realisasi pada periode tahun pertama pemerintahan Presiden
Joko Widodo, dengan amanah kinerja baru serta tolak ukur baru yang telah memuat Nawacita
Presiden RI. Selain itu, kualitas IKU Kementerian Luar Negeri semakin berorientasi outcome
dengan target yang menantang.
Kendala yang dihadapi oleh Kementerian Luar Negeri dalam pencapaian kinerja
selama tahun 2015 diantaranya dinamika situasi global yang dihadapi Indonesia yang
mempengaruhi tingkat capaian kinerja Kementerian Luar Negeri. Selain itu, masih kurangnya
koordinasi dengan stakeholders terkait target jumlah negara akreditasi yang mencapai target
peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia, nilai investasi asing ke Indoonesia, serta
peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Beberapa langkah di masa mendatang untuk meningkatkan kinerja Kementerian Luar
Negeri adalah sebagai berikut:
1. Pro aktif dalam upaya perdamaian dan stabilitas dunia.
2. Meningkatkan kerjasama maritim, menindaklanjuti pengarusutamaan kerjasama maritim
dalam konteks East Asia Summit (EAS), serta memberikan perhatian yang lebih besar
pada Samudera Hindia melalui IORA.
3. Memaksimalkan kerja sama kemitraan strategis dan komprehensif serta mendorong
implementasi Kemitraan Strategis dengan Gulf Cooperation Council (GCC).
4. Memfokuskan pencapaian visi ASEAN Community 2025 dengan berlakunya ASEAN
Community 2015.
5. Mempertajam strategi diplomasi ekonomi serta meningkatkan sinergisitas dengan
stakeholders terkait untuk mencapai hasil yang optimal dari diplomasi ekonomi.
6. Akselerasi penyelesaian permasalahan perbatasan.
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat
136
Download