Dukung Ibu bekerja terus Menyusui untuk Generasi Berkualitas

advertisement
Dukung Ibu bekerja terus Menyusui untuk Generasi Berkualitas
Oleh: Narila Mutia Nasir
Pekan Air Susu Ibu (ASI) sedunia atau World Breastfeeding Week dilaksanakan tanggal
1-7 Agustus setiap tahunnya. Momen ini dipakai untuk terus mengingatkan betapa
pentingnya pemberian ASI untuk bayi. Seperti diketahui, masa depan anak salah
satunya ditentukan oleh kualitas gizi pada 1000 hari pertama, yaitu sejak konsepsi
sampai usia 24 bulan (2 tahun). Asupan gizi yang baik menjadi sangat penting sebagai
modal dasar hidup sehat dan produktif di masa datang. Oleh karena itu, pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama dan diteruskan sampai usia anak 2 tahun dengan
makanan pendamping ASI yang cukup merupakan hal yang direkomendasikan oleh
badan kesehatan dunia (World Health Organization).
Pemberian ASI tidak hanya memberikan keuntungan bagi bayi, tetapi juga bagi ibu
menyusui. Bayi menerima asupan gizi yang terjamin yang membantu tumbuh
kembangnya secara optimal dan pada saat yang bersamaam juga melindungi bayi dari
beberapa penyakit infeksi, seperti diare dan infeksi saluran pernafasan. Beberapa studi
juga menunjukkan bahwa ASI bisa mencegah terjadinya penyakit tidak menular seperti
obesitas dan diabetes. Bagi ibu, menyusui tidak hanya memberikan keuntungan secara
ekonomis karena ibu tidak perlu membeli susu formula dan repot menyiapkan setiap
kali bayi ingin menyusu, tetapi juga keuntungan dari segi kesehatan. Menyusui
membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan dan mencegah terjadinya
kanker payudara dan kanker ovarium. Dan yang paling penting pemberian ASI juga
akan memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi.
Walaupun menyusui sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, tetapi persentase jumlah bayi
yang menerima ASI, terutama di negara berkembang belum terlalu menggembirakan.
Masih ditemukan kematian balita di negara berpendapatan rendah yang sebenarnya
bisa dicegah jika prevalensi bayi yang memperoleh ASI mencapai 90%. Ada beberapa
hal yang menyebabkan persentase bayi yang mendapat ASI tidak terlalu banyak, salah
satunya karena ibu bekerja. Di Indonesia, kesempatan ibu bekerja untuk bisa menyusui
bayinya secara eksklusif terhambat karena umumnya ibu sudah kembali bekerja pada
saat bayi berumur kurang dari 3 bulan sesuai dengan peraturan cuti melahirkan yang
berlaku.
Keterbatasan ibu bekerja untuk menyusui bayinya secara esklusif selama 6 bulan ini
secara tidak langsung menunjukkan bahwa dukungan terhadap Deklarasi Innocenti
(Innocenti Declaration) tahun 1990 di Italia belum optimal. Deklarasi yang juga
ditandatangani oleh Indonesia ini bertujuan untuk mempromosikan dan mendukung
pemberian ASI termasuk melindungi hak ibu bekerja untuk tetap bisa menyusui
bayinya. Sejalan dengan hal tersebut, Pekan ASI sedunia tahun 2015 ini mengambil
tema “Breastfeeding and Work, Let’s Make it Work!”.
Era globalisasi menyebabkan makin banyak ibu yang bekerja, tetapi apakah ibu harus
berhenti memberikan ASI jika ia kembali bekerja? Tentu tidak. Bekerja semestinya
tidak menghalangi ibu untuk terus memberikan ASI terbaik untuk bayinya. Beberapa
negara berusaha memfasilitasi untuk menjamin bayi dapat disusui secara ekslusif
selama 6 bulan dengan memberikan cuti melahirkan yang cukup panjang kepada ibu
bekerja dan tetap memberikan gaji kepada si ibu.
Menurut studi yang dilakukan oleh Institute for Health and Social Policy, McGill
University, negara yang palig lama memberikan cuti melahirkan adalah Swedia yaitu
selama 420 hari dengan tetap memberikan gaji 80% dari gaji normal. Sementara
Kroasia memberikan cuti melahirkan selama satu tahun, diikuti dengan Denmark yang
memberikan cuti selama 52 minggu. Kedua negara tersebut memberikan gaji 100%
selama ibu bekerja cuti melahirkan. Yang menarik adalah Vietnam yang membuat
aturan cuti melahirkan selama 6 bulan pada tahun 2012, merevisi aturan sebelumnya
yang hanya 4 bulan. Menurut United Nation Children’s Fund (UNICEF), Vietnam
menjadi lokomotif bagi negara berkembang lainnya untuk dapat mengeluarkan aturan
yang sama dalam rangka mendukung ibu bekerja untuk bisa menyusui bayinya secara
ekskusif selama 6 bulan. Sebelumnya persentasi ASI esklusif di negara tersebut terus
menurun sehingga akhirnya Vietnam menyadari bahwa mereka perlu menjamin
pemberian ASI kepada bayi terutama di kalangan ibu bekerja sebagai bagian dari usaha
menciptakan sumber daya yang berkualitas. Indonesia tentunya juga dapat mengikuti
jejak Vietnam untuk mengeluarkan aturan resmi cuti melahirkan selama 6 bulan.
Merevisi peraturan cuti di Indonesia dari 3 bulan menjadi 6 bulan memang bukan
perkara mudah. Namun dukungan agar ibu bekerja terus dapat menyusui harus tetap
dilakukan. Usaha yang bisa dilakukan adalah menyediakan tempat memompa ASI yang
nyaman bagi ibu bekerja sekaligus menyediakan tempat penyimpanan ASI berupa
lemari pendingin. Menyediakan tempat penitipan anak di tempat ibu bekerja juga dapat
membantu keberlanjutan ibu bekerja terus memberikan ASI kepada bayinya.
Gambar 1. Ibu bekerja yang tetap bisa menyusui
Sumber gambar: http://worldbreastfeedingweek.org/pcresults.shtml
Dikutip dari website worldbreastfeedingweek.org, Pekan ASI sedunia 2015 yang
mengambil tema tentang ibu bekerja ini bertujuan untuk:
1.
Menggalang dukungan dari berbagai sektor agar semua wanita dapat bekerja dan
menyusui;
2.
Melakukan promosi agar tempat bekerja menjadi Family/Parent/Baby dan MotherFriendly dan secara aktif memfasilitasi dan mendukung ibu bekerja untuk terus
menyusui
3.
Menginformasikan
meningkatkan
kepada
kesadaran
semua
tentang
orang
tentang
kebutuhan
hak
akan
perlindungan
hak
tersebut
ibu,
untuk
memperkuat aturan nasional beserta implementasinya
4.
Memperkuat, memfasilitasi dan menunjukkan contoh nyata dukungan terhadap
ibu yang bekerja di sektor non-formal untuk bisa menyusui
5.
Mengikutsertakan kelompok sasaran seperti serikat pekerja, organisasi hak
pekerja, kelompok perempuan dan kaum muda, untuk melindungi hak menyusui
para ibu di tempat kerja.
Mendapatkan ASI terutama ASI eksklusif adalah hak anak yang tak boleh terabaikan.
Seyogyanya kita berikan dukungan penuh bagi ibu bekerja untuk terus bisa
melanjutkan pemberian ASI kepada anaknya sampai usia 2 tahun. Bagaimanapun juga,
hal itu adalah investasi masa depan kita, untuk generasi mendatang yang cerdas dan
berkualitas
Breastfeeding and work. Let’s make it work. Tetap semangat menyusui para ibu bekerja!
Download