Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan pemerintah disusun untuk tujuan umum dan tujuan khusus. Laporan bertujuan umum karena laporan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi keuangan yang lazim. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Adapun laporan keuangan pemerintah sendiri meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan. Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Kesalahpahaman ini dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan. Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 04. B. Tujuan Pembelajaran Dengan mempelajari modul ini, diharapkan peserta pendidikan dan pelatihan akan dapat memperoleh pemahaman umum dan pemahaman khusus sekaitan dengan Catatan atas Laporan Keuangan. Tujuan Umum Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah pendidikan dan pelatihan pemahaman akan: memberi peserta 1) Arti penting pelaporan yang memadai bagi pengambilan keputusan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 1 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan 2) Relevansi Catatan atas Laporan Keuangan sebagai sumber informasi tambahan atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas Tujuan Khusus Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah memberi peserta pendidikan dan pelatihan pemahaman tentang informasi yang berkaitan dengan: 1) kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; 2) ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan; 3) dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; 4) informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; 5) pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; 6) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. C. Deskripsi Singkat Catatan atas Laporan Keuangan merupakan salah satu dari komponen Laporan Keuangan di samping Laporan Arus Kas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Secara awam, Catatan ini merupakan bentuk Laporan yang paling tidak terstruktur, sehingga cara pembacaannya pun sangat akrab dengan cara pembacaan yang dikuasai oleh kaum awam. Oleh karena itu, jika Catatan atas laporan Keuangan ini dapat memuat aspek-aspek yang memadai dan lengkap, bisa jadi ia akan menjadi suatu sumber informasi yang sangat relevan bagi pengambilan keputusan bagi pengguna umum. Mengingat sistem akuntansi pemerintah berkaitan dengan transaksi keuangan pemerintah, maka cakupan isi Catatan ini sudah pasti akan sangat berkaitan dengan seputar penganggaran dan realisasi anggaran. Pada intinya, isi Catatan ini adalah menguraikan berbagai hal yang dianggap penting yang telah memengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas yang apabila tidak dijelaskan akan dapat menyensatkan pembaca laporan keuangan pemerintah. D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pembelajran andragogi. Oleh karena itu, suatu sesi interaktif antara Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 2 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan instruktur dengan peserta pendidikan dan pelatihan membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran. akan sangat Untuk itu, pada tahap awal, instruktur akan memberi pemaparan teori yang terutama dikaitkan dengan PSAP 04 beserta ilustrasi yang terkait. Pemaparan teori dan ilustrasi ini diharapkan dapat membuka pembahasan aktif atas berbagai permasalahan aktual baik yang berasal dari instruktur maupun yang berasal dari penglaman peserta pendidikan. Diskusi topik Catatan atas Laporan Keuangan diupayakan tetap terfokus pada pengertian berbagai aspek, cara penyajian, dan berbagai permasalahan teoretis maupun praktis yang dihadapi guna mendapatkan pemecahan secara bersama-sama. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 3 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan BAB III PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN YANG MEMADAI A. Asimetri Informasi Keuangan Negara Pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah entitas yang memunyai aset yang signifikan dibandingkan dengan entitas ekonomi lain dalam suatu negara. Oleh karena itu, dinamika ekonomi dalam suatu negara pasti sangat dipengaruhi oleh dinamika perubahan dalam posisi keuangan, operasi, dan arus kas suatu entitas pemerintahan. Seluruh perubahan ini saat ini sudah dicoba digambarkan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Keberadaan standar akuntansi pemerintah yang mengatur pengakuan, penilaian, pencatatan, dan pengungkapan seluruh transaksi yang memengaruhi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas diharapkan sudah dapat menjembatani antara persepsi para penyaji laporan keuangan dengan para pengguna yang diandaikan berada dalam suatu asimetri informassi. Artinya, kompleksitas permasalahan, kompleksitas semantika, dan kompleksitas struktur informasi yang dicoba dikomunikasikan oleh pemerintah kepada para investor, kreditor, dan masyarakat pada umumnya diharapkan sudah dapat dijabarkan dalam standar akuntansi mengenai penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Akan tetapi, bagaimanapun komprehensifnya standar ini, kenyataan bahwa para pengguna bervariasi dalam hal kemampuan memaknai berbagai hal yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas tetap membuka kemungkinan adanya kesalahpahaman. Struktur laporan dan semantika yang ada di dalam laporan ini mungkin tidak sepenuhnya mampu ditanggapi secara pragmatis oleh para pengguna yang pasti memenuhi ekstrim naif di satu pihak dengan ekstrim canggih di lain pihak. Di samping itu, kenyataan bahwa para pengguna laporan keuangan yang tidak hadir dalam pengurusan transaksi dan pencatatan sehari-hari memungkinkan asimetri informasi yang terjadi antara penyaji dan pengguna berakibat pada dua kemungkinan negatif. Pertama, kesempatan bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk mengambil keuntungan dari pihak lain yang kurang memperoleh informasi. Kedua, aji mumpung bagi bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk memantau atau mengupayakan informasi yang akan bermanfaat bagi pencapaian tujuannya sendiri sementara pihak lain yang tidak menguasai informasi tidak memilikin peluang yang sama untuk melakukannya Scott (2006). Kemungkinan adanya dua perilaku negatif dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan pemerintah mungkin dapat dikesampingkan jika formalisme governance di sektor publik dapat dianggap keniscayaan yang melekatkan pemerintah pada perilaku etis. Dalam asumsi begini, penggunaan standar sebagai perangkat penghukum mungkin tidak relevan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 4 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Akan tetapi, penggunaan standar sebagai perangkat insentif akan sangat relevan bagi pemerintah untuk memberi sinyal yang tentang kebaikan pengelolaan keuangannya. Bagaimanapun, saat ini untuk menambah kapasitas fiskal negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah sudah semakin bebas memasuki pasar unang untuk menjual berbagai instrumen keuangan. Berbagai jenis obligasi yang ditawarkan ke pasar uang, bagaimanapun akan harus mengikuti segenap dinamika pengambilan keputusan yang berlaku pada tataran komersial. Di sinilai pemberian sinyal yang baik akan memungkinkan pemerintah mendapat kesempatan melakukan penetrasi pasar yang efektif. Salah satu praktik pemberian sinyal (signalling) yang baik ini adalah dengan memberikan pengungkapan yang memadai (full disclosure). Catatan atas laporan Keuangan menemui arti pentingnya di sini, karena seperti pada pelaporan keuangan sektor komersial, ia adalah tak ubahnya seperti Management Discussion Analysis. Pada bagian MDA inilah manajemen dapat memaparkan segala hal menyangkut manajemennya yang akan memengaruhi apresiasi pengguna laporan keuangan terhadap informasi keuangan yang diberikan. Diharapkan, dengan pemaparan ini, manajemen akan mendapat apresiasi yang lebih baik dari pengguna laporan keuangans ebagai insentifnya. B. Insentif bagi Penyajian Laporan Keuangan yang Memadai Penganggaran pemerintah dewasa ini tidak lagi dapat dipisahkan dari sistem kapitalisme yang bertumpu pada pasar modal dan pasar uang. Dalam kasus Indonesia, tekanan defisit anggaran demi pembangunan telah membuat skema pembaiayaan anggaran harus ditempuh dengan berbagai cara, yang didominasi oleh penjualan berbagai surat berharga kepada publik dalam bentuk berbagai macam obligasi dan surat utang negara. Bagi investor, kelayakan harga pasar semua surat berharga ini pasti sangat terkait dengan risiko sistematis maupun risiko yang tidak sistematis. Salah satu faktor yang memengaruhi risiko tidak sistematis ini adalah struktur permodalan negara, pola manajemen keuangan negara, hingga berbagai kebijakan fiskal dan moneter. Banyak hal dari faktor ini tidak dapat dimuat secara semantik di dalam Laporan Keuangan konvensional seperti Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus KAs. Oleh akrena itu, sebagai pengambil keputusan yang canggih, investor diandaikan membutuhkan informasi yang lengkap. Tanpa informasi tersebut, dikhawatirkan investor akan menghargai surat berharga negara secara tidak efisien dalam artian harga yang ditetapkan jauh lebih rendah daripada harga pasar wajarnya. Informasi yang memadai diharapkan akan dapat memasok bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusannya. Harga yang wajar yang diperoleh dari hasil pertimabngan informasional oleh investor inilah yang menjadi insentif ekonomis utama yang dapat Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 5 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan diperoleh dari pemberian Catatan atas laporan Keuangan. Bagaimanapun, ketika fundamental ekonomi, baik fiskal mupun moneter tidak dapat diungkap dengan memadai hanya oleh Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, adalah logis jika pemerintah mengeliarkan Catatan atas Laporan Keuangan. Manfaat yang diperoleh terlalu besar untuk tidak diupayakan melalui pemberian informasi yang memadai. Di samping itu, Catatan atas laporan Keuangan pun pasti lebih bersesuaian dengan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dan partisipasi sebagai bagian dari good governance. Berbagai informasi kualitatif akan lebih mungkin mengungkapkan kebijakan pemerintah dalam penganggaran, pengelolaan aset dan kewajiban, dan bahkan penggunaan ekuitas dana yang gtersedia secara terbuka. Selain itu, di dalam bagian inilah juga kinerja dari realisasi kebijakan tersebut dapat dilaporkan sebagai bagian dari akuntabilitas keuangan dalam bahasa yang lebih mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan. Tentu, dengan pemahaman yang semakin meluas ini, diharapkan masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan neagra yang dilaporkan secara lebih pragmatis. C. Catatan atas Laporan Keuangan sebagai Wujud Penyajian Laporan Keuangan yang Memadai Apa pun hasil dari realisasi anggaran, apa pun kondisi posisi keuangan negara, dan bagaimanapun pola penerimaan dan pengeluaran kas negara yang dilaporkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, satu hal adalah pasti, semua itu merupakan hasil dari suatu sistem akuntansi pemerintah. Jika sistem akuntansi pemerintah adalah black box, maka ada banyak hal di dalam sistem tersebut dan di sekitar sistem tersebut yang masih memerlukan klarifikasi. Klarifikasi inilah yang diupayakan untuk diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beberapa hal pokok yang seyogyanya dimuat dalam Catatan atas Laporan Keuangan secara memadai adalah mencakup tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut: 1) Perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan keuangan. 2) Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan ikhtisar indikator dan pencapaian kinerja kegiatan operasional yang berdimensi keuangan dalam suatu periode pelaporan 3) dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi. 4) Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu yang mendasari penyusunan laporan keuangan, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 6 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan 5) Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi yang disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan yang dimaksudkan untuk menggambarkan realitas ekonomi entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan. 38 6) informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapanpengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmenkomitmen lain. 7) informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan. 14 8) informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan. Untuk memudahkan pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan secara naratif, dilengkapi dengan bagan, grafik, daftar dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan. Apapun caranya, Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu pembacanya untuk dapat emahami: kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 7 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan BAB III LANGKAH-LANGKAH PENYAJIAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. KETENTUAN UMUM 7. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu, Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan. Pembaca tertentu seperti akademisi, praktisi bisnis, atau ahli keuangan apalagi akuntan dalam wacana akuntansi kerap diasosiasikan sebagai pengguna yang canggih (sophisticated user). Mereka boleh dianggap kalangan yang melek ’akuntansi’ sehingga dapat diyakini mampu memahami secara pragmatik, semantik dan bahkan logik, seluruh makna yang disampaikan lewat ’bahasa’ akuntansi dalam bentuknya yang terstruktur seperti dalam Laporan realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas baik seara sendiri-sendiri mapun dalam kaitan satu sama lain. Calon Investor, misalnya, akan dapat diharapkan memahami bahwa ketika Laporan Arus Kas suatu tahun menunjukkan penurunan karena pengeluaran pembiayaan membesar sementara porsi kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berikutnya juga membesar sedangkan pihutang pajak tidak bertambah secara material, kondisi fiskal tahun berikutnya akan cenderung tertekan oleh defisit. Maka ia akan segera dapat memahami posisi kewajiban, entah itu yang ditampilkan dalam Surat utang Negara atau Hedge Bonds sebagai suatu sinyal yang menunjukkan kapasitas fiskal negara. Kapasitas ini;lah yang akan menuntunnya untuk memeutuskan apakah akan menambah investasinya dalam SUN atau Bonds atau malah menjual investasinya yang sudah ada. Akan tetapi, ketika seorang ibu rumah tangga, atau insinyur perkapalan yang bekerja di pertambangan offshore, atau seorang dokter yang membaca Laporan Realisasi Anggaran, atau Neraca, atau Laporan Arus Kas, maka jangankan berharap bahwa mereka memahami ketiga Laporan secara komprehensif, bahkan memahami satu elemen Neraca saja mungkin mereka tidak mampu. Seandainya mereka ingin menjalankan haknya untuk menilai akuntabilitas pemerintah atas penggunaan pajak yang mereka bayar, dan ingin Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 8 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan mengetahui kekayaan negara, maka mereka mungkin akan tidak memahami apa yang dimaksud dengan investasi permanen atau mengapa nilai aset tetap harus berkurang oleh karena adanya penyusutan yang mungkin juga tidak diketahui apa esensinya. Ketika ia melihat realisasi anggaran menunjukkan pertambahan penghasilan pajak tetapi ia melihat kontradiksi penurunan nilai aset tetap, maka kesalahan pemahaman yang mungkin timbul dari pengguna awam seperti ini adalah bahwa ia menilai pemerintah tidak bijaksana dalam mengunakan penghasilan pajak. Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan. Sumber kesalahpahaman utama yang berkaitan dengan orientasi ini mungkin dapat dilihat pada pemaknaan pendapatan atau belanja. Pengguna yang berorientasi anggaran dan mengethui bahwa anggaran sekarang adalah berbasis kas mungkin akan tidak mengerti mengapa di Neraca bisa timbul pihutang pajak atau hutang belanja. Ia mungkin tidak akan mengerti bahwa asas akuntansi pemerintah berupa asas kas menuju akrual memang diwujudkan dalam suatu penyesuaian periodikal, tepatnya di akhir tahun, yang berusaha mengakrualkan transaksi yang seharusnya hanya diakui, dicatat, dan dilaporkan ketika transaksi itu langsung memengaruhi kas negara atau kas daerah. Lebih jauh lagi, bisa jadi ia akan mengartikan pencatatan hutang belanja sebagai suatu justifikasi akuntansi secara diam-diam atas adanya Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) yang boleh diluncurkan penggunaannya pada tahun setelah tahun pelaporan. Sebaliknya pihak yang berorientasi akrual akan merasakan bahwa Laporan Realisasi Anggaran kurang membukukan pendapatan atau belanja ketika mereka melihat bahwa pertambahan pihutang dan hutang yang tercatat di Neraca tidak diimbangi dengan pertambahan pendapatan dan belanja melainkan dengan pendapatan yang ditangguhkan dan Kas di Bendahara Pengeluaran. Mereka tidak dapat mengerti bahwa asas kas dalam akuntansi pemerintahan mengharuskan bahwa pendapatan dan belanja hanya dapat diakui jika sudah ada kas yang masuk ke atau keluar dari Kas Negara/Daerah. Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 9 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan B. STRUKTUR ALTERNATIF CALK 11. Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 12. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen- komitmen lainnya. Penjelasan paragraf 11 dan 12 di atas lebih merupakan penekanan tentang isi pokok dari CaLK. Mengenai struktur penyajiannya sendiri sebenarnya PSAP 07 ini belum eksplisit mengaturnya. Oleh karena informasi yang dimuat dalam CaLK banyak yang bersifat kualitatif dan berkaitan dengan kejadian yang insidental, tentu subjektivitas dalam menentukan seberapa banyak informasi yang dianggap cukup atau memadai dan bagaimana pembabakan penyajiannya menjadi subjektif pula. Oleh karena itu, suatu penetapan kebijakan tentang struktur penyajian CaLK secara unik bagi suatu entitas pelaporan menjadi diperlukan. Saat ini, struktur penyajian CaLK di lingkungan entitas pelaporan berupa Pemerintah Daerah memang sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Di Pemerintah Pusat sendiri, walaupun tidak dituangkan dalam suatu ketetapan, praktik pelaporan keuangan pada tahun 2004 dan 2005 setidaknya sudah dapat dijadikan konvensi. Permendagri 13/2006 menetapkan bahwa daftar isi dari CaLK adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan 1.1. Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan 1.2. Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan 1.3. Sistematika penyajian Catatan atas Llporan Keuangan Bab II 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. Ekonomi Makro Ekonomi makro Kebijakan keuangan Indikator pencapaian kinerja fiskal dan moneter Indikator pencapaian kinerja program entitas pelapor Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja fiskal dan moneter 3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan moneter 3.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 10 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Bab IV Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor 4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja program entitas pelapor 4.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja Bab V Kebijakan Akuntansi 5.1. Entitas pelaporan 5.2. Basis Akuntansi yang mendasari peyusunan laporan keuangan 5.3 Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan keuangan 5.4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan rekeningrekening akuntansi Bab VI. Penjelasan rekening-rekening Laporan Keuangan 6.1 Rincian dan penjelasan masing-msing rekening Laporan Keuangan 6.1.1 Pendapatan 6.1.2 Belanja 6.1.3 Pembiayaan 6.1.4 Aset 6.1.5 Kewajiban 6.1.6 Ekuitas Dana 6.1.7 Komponen-komponen Arus kas 6.2. Pengungkapan atas pos-pos set dan kewajiban ang timbul sehubungan dengan penrapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerpaan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan akuntansi berbasis akrual penuh. Bab VII Penjelasan atas informasi non keuangan Bab VIII Penutup Berbeda dari struktur penyajian di atas, pada tahun 2005, misalnya, Pemerintah Pusat telah menyusun CaLK dengan struktur penyajian sebagai mana dituangkan dalam Daftar Isi sebagai berikut: I. Pendahuluan 1.1 Dasar Hukum 1.2 Kebijakan Fiskal/Keuangan dan Ekonomi Makro 1.3 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 1.4 Kebijakan Akuntansi II. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 2.1 Penjelasan Umum Laporan Realisasi Anggaran 2.2 Penjelasan Per Pos Laporan Realisasi Anggaran III. Penjelasan atas Pos-pos Neraca Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 11 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan 3.1 3.2 3.3 3.4 Posisi Keuangan Secara Umum Penjelasan Per Pos Neraca Kejadian Penting setelah Tanggal Neraac Catatan Penting Lainnya IV. Informasi Tambahan dan Pengungkapan Lainnya 4.1 Ikhtisar Laporan Arus kas 4.2 Penjelasan Per Pos Laporan Arus Kas V. Lampiran Tampak bahwa dari segi jumlah Bab saja kedua struktur CaLK di atas sudah berbeda. Perbedaan utamanya adalah bahwa pada CaLK versi Permendagri 13/2006, terdapat bab IV yang memuat Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor, yang sejalan dengan Peraturan Pemerintah 8/2006 yang tidak terdapat dalam struktur CaLK versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2005. Selain perbedaan antarBab di atas, pada masing-masing Bab yang bersesuaian pun pada tataran rincinya terdapat perbedaan. Misalnya, Bab I tentang Pendahuluan. Di dalam Bab ini Pemerintah Pusat memasukkan Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan sedangkan di Permendagri 13/2006 hal ini tidak dimasukkan. Dalam kekinian perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah, yang ditandai oleh kekurangmampuan para pelaksana penyusunan Laporan Keuangan, pendekatan tersebut akan sangat menolong memberi pengertian kepada pembaca laporan tentang arus data dan kaitan antarlembaga pemerintahan yang ada untuk menjadi suatu laporan pemerintah secara menyeluruh. Perbedaan-perbedaan lain juga terlihat dari kedua versi CaLK di atas. Oleh karena itu, suatu struktur CaLK minimal mestinya dapat ditetapkan dengan mengkombinasikan kelebihan-kelebihan masingmasing versi. Sebagai contoh, struktur CalK yang memakai Struktur versi Permendagri 13/2006 sebagai dasar yang ditambahi dengan aspek-aspek tertentu dari versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2005 kiranya dapat dijadikan alternatif. Dengan alternatif ini, di samping memuat bab tentang uraian atas Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor, CaLK pun tetap mempertahankan perlunya penjelasan tentang pendekatan penyusunan laporan keuangan. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus kas yang disajikan dalam Bab tersendiri (II, III, dan IV) di dalam CaLK versi Pemerintah Pusat, tetap diakomodasi meskipun dipadatkan dalam satu bab, yaitu bab VI. Di samping itu, kemungkinan banyaknya hal-hal insidental yang tidak menyangkut keuangan juga diakomodasi dalam bab sebelum bab penutup. Untuk mengatasi penyajian yang panjang lebar dalam tubuh CaLK, maka pemuatan lampiran dalam CaLK versi Pemerintah pusat perlu ditambahkan juga ke dalam versi Permendagri 13/2006. Dengan demikian, pengungkapan memadai yang ingin dicapai dengan CaLK ini dapat lebih terjamin. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 12 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Dengan struktur alternatif di atas, maka uraian rinci atas masing masing bab dalam CaLK dapat didekati dengan memperhatikan standar berikut. Bab I Pendahuluan 1.1Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan 1.2Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan 1.3Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 1.4. Sistematika penyajian Catatan atas Laporan Keuangan Bab II Ekonomi Makro 2.1. Ekonomi makro 2.2. Kebijakan keuangan 2.3. Indikator pencapaian kinerja fiskal dan moneter 2.4. Indikator pencapaian kinerja program entitas pelapor Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja fiskal dan moneter 3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan moneter 3.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja Bab IV Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor 4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja program entitas pelapor 4.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja Bab V Kebijakan Akuntansi 5.1. Entitas pelaporan 5.2. Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan 5.3 Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan keuangan 5.4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan rekening-rekening akuntansi Bab VI. Penjelasan rekening-rekening Laporan Keuangan 6.1 Rincian dan penjelasan masing-masing rekening Keuangan 6.1.1 Pendapatan 6.1.2 Belanja 6.1.3 Pembiayaan 6.1.4 Aset 6.1.5 Kewajiban 6.1.6 Ekuitas Dana 6.1.7 Komponen-komponen Arus kas Laporan 6.2. Pengungkapan atas pos-pos set dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerpaan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan akuntansi berbasis akrual penuh. Bab VII Penjelasan atas informasi non keuangan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 13 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Bab VIII Penutup Lampiran C. Langkah Penyusunan CALK berdasarkan Pragaraf PSAP 04 13. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain: (a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro ini, misalnya, dapat diisi dengan berbagai penjelasan mengenai faktorfaktor yang memengaruhi penyusunan APBN/APBD seperti asumsi makro yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan dan hal yang paling memengaruhi anggaran pendapatan dan belanja secara material. Bagian ini juga dapat mencakup penjelasan mengenai perubahan-perubahan pada indikator ekonomi yang kemudian memengaruhi penyusunan APBN/APBD perubahan. Bagian kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro ini dapat dituangkan dalam Bab II Bagian 2.1. Pencapaian target Undangundang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian targetdapat disajikan sebagai bagian 3.1 dan 3.2 dari Bab III (b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan; Ikhtisar keuangan selama setahun adalah ringkasan terpenting dan material dari realisasi APBN/D. Bagian ini bisa memakan halaman yang cukup banyak, mengingat berbagai pengungkapan berupa angka absolut atau grafik perkembangan pos-pos anggaran seperti penerimanan negara, belanja, defisit anggaran, pembiayaan yang mencakup penerimaan pembiayaan luar negeri atau pembayaran cicilan pokok utang Luar Negeri akan memerlukan pejelasan yang cukup panjang. Seluruh penjelasan rinci tentang ini dapat dimuat dalam Bab III juga. (c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadiankejadian penting lainnya; Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 14 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Dasar penyusunan laporan keuangan diisi dengan berbagai rujukan berupa pasal-pasal dari atau seluruh peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan negara pada umumnya dan akuntansi pemerintahan pada khususnya. Dengan demikian pembaca mengetahui bahwa secara formal Entitas Pelapor memang terikat pada peraturan perundangan tertentu yang berkaitan dengan penerapan sistem keuangan negara, terutama yang berkaitan dengan sistem akuntansi pemerintahan dan pelaporan akuntabilitas kinerja program pemerintah. Bagian rinci dari penjelasan ini dituangkan dalam Bab V. Selain memuat dasar hukum, standar ini juga dapat menjadi dasar bagi pemuatan uraian mengenai pendekatan penyusunan Laporan Keuangan. Bagaimanapun, prosedur dan arus data akuntansi di dalam lingkungan pemerintah pusat yang memiliki banyak entitas akuntansi dan entitas pelaporan seperti kementerian dan lembaga-lembaga pemerintah non departemen memang memerlukan penjelasan. Uraian mengenai pendekatan ini dapat dimuat dalam bagian pendahuluan Bab I sebagai Bagian 1.2. Adapun mengenai kebijakan akuntansi harus disajikan secara lebih rinci agar setiap kebijakan pada suatu elemen pelaporan tertentu dapat memberi konteks penerapannya masing-masing dalam ruang teoretis dan praktisnya. Kebijakan ini nantinya akan dirinci dalam Bab V. (d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; Banyak hal tidak dapat diungkapkan dalam lembar muka lapaoran keuangan. Pertama, hal ini disebabkan lembar muka merupakan media bahasa akuntansi yang sangat terstruktur dengan simbol-simbol yang sangat kuantitatif. Akan tetapi, sebagian besar informasi keuangan lain nya yang relevan seringkali hanya bisa mengungkapkan makna pragmatis, semantik dan logiknya jika disimbolkan dalam bahasa yang naratif. Sebagai contoh, hutang obligasi secara kuantitatif mungkin sudah dimuat dalam Neraca tetapi bagaimana seluk-beluk jenis dan persyaratan hutang obligasi ini hanya mungkin diuraikan secara naratif. Penjelasan naratif serupa hal-hal di atas dijabarkan dalam penjelasan yang dapat dimuat dalam Bab V, VI, atau VII, tergantung pada aspek yang hendak diijelaskan. (e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 15 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; Mengingat kerangka konseptual mengijinkan entitas pelaporan yang mampu untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual penuh, maka terdapat kemungkinan adanya pos-pos aset dan kewajiban yang diakui, dicatat dan dilaporkan secara akrual terkait dengan pengakuan dan pencatatn pendapatan dan belanja tertentu. Misalnya, suatu Pemda yang telah menerapkan pendapatan berbasis akrual penuh akan mungkin mencatat sejumlah pihutang atas ketetapan pajak yang belum menghasilkan kas bagi kas negara /daerah pada tahun berjalan. Praktik ini jelas tidak serupa dengan praktik yang mungkin akan dianut sebagian besar pengguna akuntansi pemerintah ini, yang mhanya mencatatkan pendapatan pajak saat SKP sudah disertai dengan Surat Setoran Pajak ke Kas Negara. Dengan demikian penyimpangan ini sebisa mungkin diungkapkan. Pengungkapan ini dapat dilakukan dalam Bab VI bagian 6.2. (f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. 14. Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan mengikuti standar berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk pos-pos yang berhubungan. Misalnya, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan tentang Persediaan mengharuskan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan. Paragraf ini sejalan dengan paragraf 13 c. Jadi, uraian mengani paragraf (f) dan 14 ini pun harus dirinci dalam BabV bagian 5.4. 15. Untuk memudahkan atas Laporan Keuangan daftar dan skedul atau secara ringkas dan padat pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik, bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan. Contoh-contoh narasi dapat disajikan untuk menguraikan hal-hal yang dipandang perlu sepanjang tetap mengingat proporsi panjangnya narasi dengan keseluruhan CaLK. Grafik dapat disajikan dalam berbahai bentuk, untuk memperingkas perbandingan dan uraian data serial sehingga Laporan Keuangan dapat tampil lebih menarik. Selain menggantungkan kemudahan ini pada format penyajian, CaLK pun harus dapat secara sistematis menginformasikan kepada pengguna tentang pendekatan penyusunan Laporan Keuangan dan Sistematika penyajian CaLK sendiri. Penjelasan mengenai pendekatan penyusunan Laporan Keuangan dimuat dalam Bab I bagian 1.3 dan penjelasan mengenai Sistematika pada Bab I bagian 1.4. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 16 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Bagian 1.3, Penjelasan mengenai pendekatan penyusunan Laporan Keuangan diawali dengan memperkenalkan Entitas Pelapor yang sedikitnya mengungkapkan kedudukan entitas secaraa legal disertai dengan lingkup kegiatan dan pencatatan yang menjadi lingkup pelaporan. Di daerah, ini berarti mengungkapkan kedudukan suatu Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota disertai dengan berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi entitas akuntansinya. Penjelasan entitas ini di pusat, dapat diungkapkan dalam contoh berikut: Pemerintah Pusat merupakan gabungan seluruh kementerian negar/lembaga beserta jenjang struktural di bawahnya seperti eselon I, kantor wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), karenanya adalah laporan yangmencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas terkait. Penjelasan ini dimuat dalam Bab I bagian 1.3 sebagai pengantar bagi penjelasan tentang Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan Selanjutnya Bagian 1.3 menjelaskan Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan. Pada pemerintah pusat, penjelasan ini mungkin dapat mengambil contoh berikut. LKPP disusun berdasarkan kompilasi dari laporan keuangan entitas pelaporan tingkat kementerian negara/lembaga, laporan keuangan Bendahara UmumNegara dan data lainnya dari unit-unit yang terkait. Unit-unit terkait ini sedapatnya dirinci secara lengkap. Setelah memperjelas entitas pelaporan terkait, bagian 1.3 ini kemudian dapat dilanjutkan dengan menjelaskan teknis penyusunan, misalnya tentang cara pengkompilasian data keuangan hingga menghasilkan laporan keuangan pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Apabila secara teknis penyusunan laporan keuangan ini menggunakan berbagai sistem akuntansi maka bagian ini pun menguraikan kaitan antara sub-sub sistem akuntansi yang dipakai. Akhirnya dari sistem akuntansi yang dipakai, bagian ini menguraikan ringkasan pengertian akan komponen-komponen Laporan Keuangan yang mencakup Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan Sebagai contoh, bagian ini mungkin berisi keterangan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Kementerian negara/lembaga membukukan melalui SAI baik transaksi anggaran (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran/DIPA), pendapatan maupun belanja. Sedangkan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara membukukan transaksi melalui SIAP. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 17 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Mengenai Neraca, pendekatan yang dijelaskan, bisa jadi bahwa Neraca Pemerintah Pusat disusun berdasarkan data yang dikelola oleh Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN dan unit register. Data mengenai Kas Umum Negara dan Non Anggaran, investasi jangka panjang, dan kewajiban didasarkan pada data Departemen Keuangan, sedangkan data Penyertaan Modal Pemerintah berasal dari Kementerian Negara BUMN. Selain itu, Neraca pemerintah juga disusun berdasarkan neraca kementerian negara/lembaga terutama untuk kas di Bendahara Penerimaan, Kas di bendahara Pengeluaran, Piutang, Persediaan, Aset tetap, dan Aset lainnya. Neraca kementerian negara/lembaga disusun melaluui Sistem Akuntansi Instansi. Beralih ke Bagian 1.4 tentang penjelasan mengenai Sistematika penyusunan CaLK, uraian akan lebih banyak menyoroti pembababkan seluruh CaLK. Berbeda dari Daftar Isi, bagian ini akan meringkas isi terpenting dari tiap-tiap bab sehingga dapat mengarahkan pengguna untuk menemukan di mana tempatnya dalam CaLK ini informasi tertentu yang paling dibutuhkannya. Penyajian Informasi tentang Kebijakan Fiskal/ Keuangan, Ekonomi Makro, Pencapaian Target UndangUndang APBN/Peraturan Daerah APBD, Berikut Kendala dan Hambatan yang Dihadapi dalam Pencapaian Target 16. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu pembacanya untuk dapat memahami kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan. Kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan sangat bergantung pada efektivitas pengelolaan anggaran dan pencatatanya. Kondisi keuangan akan menunjukkan kualitas dalam bentuk surplus aatau defisit anggaran, likwiditas, solvabilitas, atau kelancaran arus kas. Adapun posisi keuangan lebih merupakan keadaan harta, hutang dan ekuitas dana suatu entitas pelaporan pada suatu titik waktu, yang lazim ditunjukkan dalam Neraca. Jadi, semua ini, walaupun secara implisit sudah dapat dianalisis dari dalam data Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, untuk lebih membantu pengguna umum sebaiknya dijelaskan lagi dalam CaLK dalam bahasa yang lebih naratif dan ilustratif. 17. Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi keuangan/fiskal entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai. Penjelasan naratif dan ilustratif yang dimaksud dalam Paragrapf 16 di atas, sebisanya mengeksplisitkan bagaimana perkembangan posisi dan kondisi keuangan/fiskal entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai. Sebagai contoh, jika surplus anggaran dalam Laporan Realisasi Anggaran cukup besar, CaLK diharapkan dapat memberi penjelasan tentang apa yang membuat pendapatan menjadi jauh lebih Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 18 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan besar daripada anggaran atau sebaliknya yang membuat belanja jauh lebih kecil daripada anggaran. 18. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, entitas pelaporan harus menyajikan informasi mengenai perbedaan yang penting posisi dan kondisi keuangan/fiskal periode berjalan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran, dan dengan rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran. Termasuk dalam penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan anggaran dibandingkan dengan realisasinya. Jadi, jelaslah bahwa untuk dapat mengungkapkan perkembangan keadaan ekonomi makro dan keuangan pemerintah, diperlukan suatu kriteria. Kriteria ini dituangkan sebagai data mengenai kebijakan ekonomi makro dan kebijakan keuangan. Sebagai kriteria, kebijakankebijakan ini dituangkan dalam Bab II Bagian 2.1. dan Bagian 2.2. Bagian 2.1 yang memuat kriteria ekonomi makro, misalnya dapat ditunjukkan dengan uraian naratif mengenai kebijakan fiskal dan moneter serta prognosa kondisi ekonomi makro yang diharapkan. Dalam lingkungan Pemda, hal ini bisa disamakan dengan Kebijakan Umum Anggaran (KUA). Uraian berikut ini kiranya dapat menjadi contoh kebijakan ekonomi makro. APBN/D 2005 disusun dengan tujuan menjaga kelangsungan fiskal, namun tetap memberikan fleksibilitas yang cukup bagi pemerintahan baru untuk membuat kebijakan moneter dan prioritas anggaran dan fiskal yang baru. Adapaun penyusunan APBN /D 2005 diarahkan sejalan dengan agenda pembangunan, yaitu untuk mempercepat reformasi, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Semua ini dilakukan dengan prinsip kehati-hatian yang mencegah gerak ekonomi yang terlampau cepat memanas yang berakibat pada kenaikan tingkat inflasi yang amat tinggi. Diupayakan tingkat inflasi ditekan hingga tidak mencapai dua digit sedangkan untuk menggalakkan investasi pelonggaran tingkat bunga SBI akan diupayak pada saat yang tepat. Tekanan terhadap kurs rupiah akan dicoba diatasi dengan memanfaatkan segenap dana yang masih terparkir dalam berbagai rekening pemerintah di Bank Indonesia. 19. Kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 19 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Bagian 2.2 misalnya dapat menguraikan kriteria peningkatan pendapatan seperti tercapainya rasio pajak tertentu. Efisiensi belanja misalnya dapat diuraikan dengan kriteria berupa tekad meminimalkan kebocoran sedangkan penentuan sumber dan penggunaan pembaiayaan misalnya dapat dijabarkan dalam bentuk sasaran penjualan aset negara atau perolehan pinjaman luar dan dalam nageri. Contoh di bawah ini bisa dipertimbangkan sebagai uraian mengenai kebijakan keuangan yang menjadi isi Bagian 2.2. Untuk tahun 2005, upaya kesinambungan fiskal dimaksud antara lain meliputi langkah-langkah penurunan defisit APBN secara bertahap dan administrasi manajemen pembiayaan anggaran yang optimal, efisien dan efektif. Untuk menghadapi beban kewajiban pembayaran pokook uatng yang besar, baik utang dalam negeri maupun utang dalam negeri, diperlukan strategi kebijakan fiskal yang konsisten dalam upaya mendorong peningkatan penerimaan negara, pengendalian dan efisiensi belanja negara, serta optimaslisasi pemanfaatan siumbersumber pembiayaan anggaran. Sedangkan penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran, program yang dipersyaratkan oleh paragraf ini dapat diungkapkan dalam bentuk komitmen untuk mengikuti anggaran berbasis kinerja. Adapun indikator kinerja programnya sendiri dapat dituangkan dalam Bagian tersendiri, yang dalam alternatif struktur CaLK ini adalah pada Bagian 2.4. 20. Kondisi ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro tersebut antara lain Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak, tingkat suku bunga dan neraca pembayaran. Paragraf ini mengharuskan CaLK memuat indikator kebijakan ekonomi makro baik dalam tataran fiskal maupun moneter yang perlu dituangkan dalam Bab II Bagian 2.3. Untuk itu, dua tabel di bawah ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi pengungkapan masing-masing indikator kinerja ekonomi makro dari sudut kebijakan moneter dan indikator kinerja ekonomi dari sudut kebijakan fiskal. Indikator Kebijakan Ekonomi Makro (Moneter) (dalam jutaan rupiah) Uraian APBN/D (UU No/ tahun Perda No/ tahun) Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 5,4 Tingkat Inflasi (persen) 5,5 Nilai Tukar rupiah (Rp/US$) 8.600 Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen) 6,5 Harga Minyak (US$ / barel) 24,0 Produksi Minyak (juta barel/hari) 1.125 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 20 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Adapun Kriteria kebijakan keuangan dari sudut fiskal yang akan dimasukkan ke dalam Bagian 2.3, tabel data dengan berbagai variabel terkait sebagai berikut dapat dipertimbangkan. Indikator Kebijakan Keuangan (Fiskal) (dalam jutaan rupiah) Uraian APBN/D (UU No/ tahun Perda No/ tahun) Penerimaan Perpajakan 297,844,130 Penerimaan Negara Bukan Pajak 81,783,001 Penerimaan Hibah 750,000 Jumlah Anggaran Pendapatan 380,377,131 Negara/Daerah dan Hibah Belanja Pemerintah Pusat/Daerah 266,220,255 Belanja untuk Daerah 131,549,055 Jumah Anggaran Belanja Negara/Daerah 397,769,310 Defisit Anggaran 17,392,179 Dengan adanya data pada tabel kebijakan keuangan di atas, pada saatnya, jika APBN/D berubah, perubahan tersebut dapat segera dibandingkan. Selanjutnya pada Bagian 2.4, CaLK sebisanya memuat ringkasan indikator kinerja program hingga ke sasarannya. Format seperti dalam Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2006 tentang LKKIP dapat dipertimbangkan sebagai format yang komprehensif tetapi cukup ringkas dalam mengakomodasi rencana stratejik suatu entitas pelaporan. Sebagai contoh, Bagian 2.4 dapat ditampilkan sebagai berikut: Instansi: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Fungsi: Pelayanan Umum No 1 Program - Kegiatan Indikator Hasil - Keluaran Peningkatan Peningkatan nilai Pengawasan Aparatur temuan dari tahun Negara lalu Jumlah Instansi yang Laporan Keuangannya - Audit Keuangan sesuai SAP - Audit Operasional - Laporan Hasil - Audit Kinerja Audit - Asistensi SAP - Laporan Hasil Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Satuan Sasaran % 2% Instansi 10 Laporan Laporan Laporan Kejadian Kejadian 312 3.119 112 27 5 PSAP 04– 21 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan - Inventarisasi BMKN - Audit Laporan Hasil Audit Jumlah Asistensi Jumlah Inventarisasi 21. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan keuangan. 22. Dalam satu periode pelaporan, dikarenakan alasan dan kondisi tertentu, entitas pelaporan mungkin melakukan perubahan anggaran dengan persetujuan DPR/DPRD. Agar pembaca laporan keuangan dapat mengikuti kondisi dan perkembangan anggaran, penjelasan atas perubahan-perubahan yang ada, yang disahkan oleh DPR/DPRD, dibandingkan dengan anggaran pertama kali disahkan akan membantu pembaca dalam memahami kondisi anggaran dan keuangan entitas pelaporan. Paragraf 21 dan 22 mempersyaratkan agar CaLK memuat penjelasan mengenai perubahan anggaran. Perubahan anggaran dimaksud dapat disajikan dalam CaLK pada Bab III Bagian 3.1 sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini. Asumsi Penyusunan Perubahan Anggaran (dalam jutaan rupiah) Uraian APBN/D APBN/D - P Beda (UU No/ (UU No/ (%) tahun tahun Perda No/ Perda No/ tahun) tahun) Penerimaan Perpajakan 297,844,130 351,973,630 18.17% Penerimaan Negara 81,783,001 180,697,391 120.95% Bukan Pajak Penerimaan Hibah 750,000 7,455,088 894.01% Jumlah Anggaran 380,377,131 540,126,109 42.00% Pendapatan Negara/Daerah dan Hibah Belanja Pemerintah 266,220,255 411,667,571 54.63% Pusat/Daerah Belanja untuk Daerah 131,549,055 153,402,251 16.61% Jumah Angagran Belanja 397,769,310 565,069,822 42.06% Negara/Daerah Defisit Anggaran 17,392,179 24,943,713 43.42% Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 22 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan 23. Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan bangunan sekolah dasar. Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Paragraf 23 di atas pada intinya menuntut penjelasan tentang kinerja pemerintah dalam merealisasi anggarannya.Dalam hal ini, yang disoroti untuk dijelaskan adalah varians realisasi jumlah uang sebagai input program yang dikeluarkan. Dalam contoh Paragraf 21 dan 22 sebelumnya,walaupun Bagian 3.1 sudah menunjukkan tabel perubahan APBN, tetapi contoh tersebut belum menjelaskan alasan perubahan tersebut. Untuk menguraikan alasan perubahan anggaran, Bab III bagian 3.2 dapat menguraikan faktor pendukung dan penghambat sebagai contoh berikut ini: Perubahan pada perkiraan pendapatan negara dan hibah didasarkan oleh adanya perubahan pada harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar dunia yang membaik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang melemah.Kedua faktor perubahan in diperkirakan akan meningkatkan pemnerimaan migas dalam jumlah yang signifikan. Namun pada saat yang sama, beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) akan membengkak Perubahan harga minyak dan nilai tukar juga akan memengaruhi penerimaan pajak. Di samping itu, adanya penetapan kebijakan perpajakan yang lebih baik serta perbaikan sistem dan prosedur administrasi perpajakan, kepabeanan dan cukai akan mendorong peningkatan pada penerimaan perpajakan. 24. Untuk membantu pembaca laporan keuangan, manajemen entitas pelaporan mungkin merasa perlu untuk memberikan informasi keuangan lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca, misalnya kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran periode mendatang. Keadaan darurat seperti bencana di Nias dan Aceh, dapat menjadi contoh bagi penjelasan paragraf 24 ini. Uraian selengkapnya tentang hal ini misalnya adalah: Bencana alam yang melanda Nias dan Aceh juga memengaruhi pos pembiayaan dengan cukup signifikan dengan diperolehnya tawaran penundaan pembayaran hutang luar negeri Indonesia yang jatuh tempo dalam tahun 2005 (debt moratorium) dari negara-negara yang bergabung dalam Paris Club, dan diberikannya pinjaman proyek dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi Nias dan Aceh. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 23 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Penyajian Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Selama Tahun Pelaporan 25. Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi Anggaran harus mengikhtisarkan indikator dan pencapaian kinerja kegiatan operasional yang berdimensi keuangan dalam suatu periode pelaporan. 26. Kebutuhan pengguna laporan keuangan pemerintah berbeda dengan pengguna laporan keuangan nonpemerintah. Kebutuhan pengguna laporan keuangan pemerintah tidak hanya melihat entitas pelaporan dari sisi perubahan aset bersih saja, namun lebih dari itu, pengguna laporan keuangan pemerintah sangat tertarik dengan kinerja pemerintah bila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. 27. Pencapaian kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan secara obyektif dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Keberhasilan pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan keluaran (output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan. 28. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah dan indikator sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Ikhtisar pembahasan kinerja keuangan dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus: (a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan; (b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan (c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh manajemen untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan andal; Seluruh paragraf 25 sampai dengan 28 adalah penjelasan yang sangat terkait dengan sistem akuntabilits kinerja sebagaimana dulu dikenal dalam pelaporan Laporan Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang dikenal dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999. Hal ini terutama ditafsirkand ari kenyataan bahwa pada paragraf 27, CaLK dituntut untuk mengukur efisiensi dengan membandingkan keluaran (output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan. Jelas output dan ooutcome yang dimaksud di sini adalah keluaran dan hasil yang dimuat dalam Rencana Stratejik. Keterkaitan pelaporan CaLK ini dengan Renstra pun tegas terlihat pada paragaraf 28 yang menyatakan bahwa pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah dan indikator. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 24 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Dengan demikian, uraian mengenai pencapaian kinerja ouput dan outcome program ini, menurut Struktur CaLK alternatif ini, dapat dituangkan dalam Bab IV, Bagian 4.1. Lalu, dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, seluruh uraian yang diminta oleh paragaraf 25 sampai dengan 28 dapat dituangkan dalam tabel yang dipersyaratkan oleh PP 8/2006 ini. Intinya tabel ini harus dapat memuat secara ringkas Program dan kegiatan serta indikator output dan outcome yang diminta dikaitkan dengan realisasi belanjanya. Hal ini hampir sama dengan penyiapan LAKIP yang diminta oleh Inpres 7 tahun 1999. Instansi: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Fungsi: Pelayanan Umum N o 1 Program - Kegiatan Peningkatan Pengawasan Aparatur Negara - Audit Keuangan - Audit Operasion al - Audit Kinerja - Asistensi SAP - Inventaris asi BMKN Indikator Hasil - Keluaran Satuan Sasaran Belanja (Rp juta) Rencana Real isasi Ren can a Real isasi Peningkatan % nilai temuan dari tahun lalu Instansi Jumlah Instansi yang Laporan Keuanganny a sesuai SAP Laporan 2% 3% 10 2 312 221 2.87 6 1.88 7 - Laporan Hasil Audit - Laporan Hasil Audit - Laporan Hasil Audit - Jumlah Asistensi - Jumlah Inventaris asi 3.11 9 3.20 0 112 112 1.99 2 2.22 1 900 877 450 435 3.12 2 2.99 8 Laporan Laporan Kejadian Kejadian 27 40 5 3 Selain tabel, seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per program dapat diuraikan secara naratif untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat. Uraian ini dimuat dalam Bab IV Bagian 4.2. Sebagai contoh, atas pencapaian kinerja di atas, dapat diuraikan penjelasan sebagai berikut. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 25 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Pada tahun 2005 BPKP dapat menghasilkan temuan dari pemeriksaan sebesar 3% dari nilai temuan tahun lalu tetapi dari 10 instansi yang disasar untuk menyajikan Laporan Keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah, hanya dua yang sudah berhasil. Pencapaian 3% nilai temuan disebabakna bahwa risiko salah urus dalam manajemen keuangan pemerintahan masih cukup besar sedangkan jumlah instansi yang mampu menyusun Laporan Keuangan sesuai SAP karena sebagian besar asistensi masih berlangsung dan hasilnya baru terukur pada tahun-tahun berikutnya. Output dari lima kegiatan sebagian tercapai sebagaian lagi tidak. Demikian pula realisasi belanja pun ada yang melebihi anggaran ada yang kurang. Perbedaan ini hampir berlansgung linear dalam artian bahwa ketika output yang dicapai rendah maka realisasi belanjanya pun rendah. 29. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus: (a) Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif; (b) Menyajikan data historis yang relevan; (c) Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana yang telah ditetapkan; (d) Menyajikan informasi penjelasan lainnya yang diyakini oleh manajemen akan dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan untuk dapat memahami indikator, hasil, dan perbedaan yang ada dengan tujuan atau rencana. 30. Untuk lebih meningkatkan kegunaan informasi, penjelasan entitas pelaporan harus juga meliputi penjelasan mengenai apa yang semestinya dilakukan dan rencana untuk meningkatkan kinerja program. 31. Keterbatasan dan kesulitan yang penting sehubungan dengan pengukuran dan pelaporan kinerja keuangan harus diungkapkan sesuai dengan relevansinya atas indikator kinerja yang diuraikan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Keterbatasan yang relevan akan beragam dari satu program ke program lainnya, namun biasanya faktor yang dibahas termasuk, antara lain: (a) Kinerja biasanya tidak dapat diungkapkan secara utuh dengan hanya menggunakan satu indikator saja; (b) Indikator kinerja tidak dapat memperlihatkan alasan mengapa kinerja berada pada tingkat yang dilaporkan; dan (c) Melihat indikator kuantitatif secara eksklusif sering kali menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan. 32. Oleh karena itu, indikator kinerja harus dilengkapi dengan informasi penjelasan yang sesuai. Informasi penjelasan ini akan membantu pengguna memahami indikator yang dilaporkan, mendapat gambaran mengenai kinerja keuangan entitas pelaporan, dan mengevaluasi pentingnya faktor yang mendasari yang mungkin mempengaruhi kinerja keuangan yang dilaporkan. 33. Informasi penjelasan mungkin termasuk, sebagai contoh, informasi mengenai faktor yang substansial yang berada di luar kendali entitas, dan informasi mengenai faktor-faktor yang membuat entitas mempunyai pengaruh penting. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 26 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Kinerja keuangan yang dimaksud dalam paragraf 29 sampai dengan 33 di atas, selain berupa posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana juga berupa berbagai kinerja lain yang berdimensi keuangan seperti realisasi penerimaan dan belanja. Dalam struktur CaLK alternatif, penjelasan kinerja keuangan seperti ini dimasukkan dalam tambahan Bab III, Bagian 3.1. Sebagai contoh, penerimaan dapat dijelaskan dalam grafik di bawah ini. Grafik 1: Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan dan PNBP TA 2001-2005 Triliun Rupiah 600.0 500.0 146.2 400.0 300.0 200.0 100.0 115.1 88.4 185.5 210.3 2001 2002 122.5 98.9 242.0 280.6 2003 2004 347.0 0.0 2005 Tahun Perpajakan PNBP Selain penerimaan, ikhtisar kinerja keuangan dapat pula menguraikan realisasi belanja negara/daerah. Penjelasan ini dapat berupa uraian varians realisasi per jenis belanja pegawai, barang, modal dan lain-lain dibandingkan dengan anggaran atau porsi penggunaan anggaran terbesar oleh berbagai Pengguna Anggaran seperti Satuan Kerja Pemerintah Daerah atau Kementerian/Lembaga. Uraian realisasi belanja juga dapat menyoroti realisasi belanja per fungsi atau jenis belanjdalam bentuk grafik berikut. Realisasi Belanja per Jenis Belanja 140 Triliun Rupiah 120 100 80 60 40 20 in l La in -la ia lj. B B lj. B an tu an S ub lj. B S os si di ga B un lj. B lj. B B ar lj. B M od an g ai aw P eg B lj. al 0 Jenis Belanja Komite Standar Akuntansi Pemerintahan . PSAP 04– 27 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Untuk melengkapi ikhtisar yang disajikan dalam Bab III bagian 3.1. ini, analisis atas pencapaian kinerja dituangkan dalam Bagian 3.2. Analisis ini dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja. Atas realisasi belanja, misalnya, Bagian 3.2 CaLK dapat menguraikan faktor penghambat yang menyebabkan pencairan anggaran lambat. Sebagai contoh, dapat diuraikan di sini bahwa pada tahun anggaran 2005 merupakan tahun anggaran pertama pelaksanaan sistem anggaran terpadu (unified budget), di mana belanja pemerintah pusat tidak dibedakan lagi menjadi belanhja rutin dan belanja pembangunan. Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaian-penyesuaian, dan salah satu akibatnya adalah terlambatnya pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA ini mengakibatkan realisasi belanja negara jauh di bawah yang dianggarkan dalam APBN TA 2005. Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut. Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan perpajakan) - tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan - musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah - rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini Tidak tercapainya sasaran Pendapatan Negara Bukan Pajak pada periode ini antara lain disebabkan: terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran tuntutan ganti rugi sebagaimana seharusnya, realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga pada periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya. Dari contoh yang sudah diberikan di atas, misalnya belum tampak uraian mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara. Hambatan dan Kendala mengenai realiasi belanja misalnya dapat diuraikan dengan menjelaskan dan menguraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh dibawah anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari eksternal. Misalnya, terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 28 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Dasar Penyajian Laporan Keuangan dan Pengungkapan Kebijakan Akuntansi Keuangan Seluruh paragraf 34 hingga 54 adalah penjelasan yang perlu dimuat dalam CaLK Bab V 34. Dalam menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi. Beberapa rujukan yang paling umum dan karenanya paling mengikat sebagai dasar hukum penyajian laporan keuangan adalah, antara lain tetapi tidak terbatas pada: 1) Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 2) Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara 3) Pasal yang mengangkut pertanggungjawaban dari Undang-undang tentang APBN dan Perda APBD 4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan 5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat 6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2003 tentang Penjelasan ini dimuat dalam Bab I bagian 1.2 dari struktur CaLK alternatif. Asumsi Dasar Akuntansi 35. Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika tidak mengikuti asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan penjelasan. 36. Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari: (a) Asumsi kemandirian entitas; (b) Asumsi kesinambungan entitas; dan (c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement). 37. Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 29 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan 38. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek. 39. Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi. Dengan mencantumkan secara eksplisit ketiga asumsi dalam paragaraf 36 sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 37 sampai dengan 39 maka diharapkan para pembaca akan dapat melihat seluruh informasi keuangan dalam bingkai konseptual yangmendasarinya. Pengguna Laporan Keuangan 40. Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda, seperti anggota legislatif, kreditor dan karyawan. Pemakai penting lain meliputi pemasok, pelanggan, organisasi perdagangan, analis keuangan, calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, dan pihak yang berwenang membuat peraturan. 41. Terkait pada paragraf 34 di atas, para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian secara andal jika laporan keuangan tidak mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan laporan keuangan. 42. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan yang sangat membantu pemakai laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu komponen laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias dari pengungkapan kebijakan terpilih. Kebijakan Akuntansi 43. Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan. Tidak perlu ada suatu kebijakan akuntansi yang seragam di antara entitas pelaporan. Hal ini memang bukan suatu keadaan yang konsekuen dengan maksud utama pelaporan yang terstandarkan, yaitu adanya lapoan keuangan yang memunyai daya banding yang kuat. Akan tetapi, kenyataan bahwa realitas ekonomi dan kondisi entitas pelaporan berbeda satu sama lain sedangkan standar akuntansi sendiri Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 30 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan memang tidak mampu memecahkan berbagai konsep yang dikotomis seperti antara relevan dengan terpercaya, nilai pasar dengan nilai historis, pengungkapan yang dapat dimengerti dengan yang hemat, pemilihan kebijakan menjadi tak terhindarkan. Kegunaan standar lebih merupakan suatu kerangka acuan yang mewajibkan entitas untuk mengungkapkan pilihan kebijakannya secara transparan dan menerapkannya sekonsisten mungkin. 44. Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen: (a) Pertimbangan Sehat Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya diakui dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan. (b) Substansi Mengungguli Bentuk Formal Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan hakekat transaksi dan realita kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian. (c) Materialitas Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusankeputusan. Kondisi dan realitas ekonomi entitas pelaporan seperti Departemen Perhubungan, misalnya, tentu berbeda dari entitas seperti Kabupaten Serdang Bedagei. Yang pertama sebagai regulator pusat memiliki aset teap berupa kendaraan yang mungkin lebih banyak daripada entitas kedua. Selain itu, entitas pertama mungkin lebih mengorientasikan penggunaan kendaraannya sebagai alat eksploitasi guna menghasilkan pendapatan sedangkan yang kedua lebih sebagai fasilitas transportasi operasional. Akibatnya, dengan mempertimbangkan materialitas penurunan nilai kendaraan sebagai akibat pengeksploitasian, Departemen Perhubungan mungkin akan memilih kebijakan penyusutan berdasarkan metode unit produksi dengan anggapan jika jam kerja alat transportasi dipakai lebih banyak pada awal masa awal manfaat alat transportasi, hal itu akan sesuai dengan kemungkinan penurunan kapasitas teknis alat transportasi. Akan tetapi, jika Pemda menggunakan kendaraan alat transportasi operasional secara merata selama masa manfaatnya, Pemda mungkin akan memilih kebijakan penyusutan berdasarkan metode penyusutan garis lurus yang dianggap secara proporsional dan material menunjukkan penurunan nilai bersama berlalunya waktu. Isi Kebijakan Akuntansi 45. Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 31 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Isi kebijakan akuntansi ini merupakan hal-hal yang harus dimuat dalam Bab V Struktur CaLK alternatif ini. 46. Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini: (a) Entitas pelaporan; (b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan; (c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan; (d) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan masa transisi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; (e) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan. 47. Pengungkapan entitas pelaporan yang membentuk suatu laporan keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu pembaca laporan untuk dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada laporan keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam menganalisis informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan komponennya mempunyai potensi kesalahpahaman pembaca dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada. Walaupun sudah disinggung dalam Bagian 1.3, uraian ringkas mengenai entitas pelaporan dapat diulang pada Bagian awal dari Bab V ini. Dengan bagian 5.1 akan lebih memperjelas domisili dan bentuk hukum suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas tersebut berada serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini. 48. Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Khusus mengenai basis akuntansi, Struktur CaLK alternatif ini memberi ruang bagi penjelasannya di dalam Bab V bagian 5.2. Mengingat secara umum PP 24 tahun 2005 menganjurkan pemakaian basis akuntansi kas menuju akrual maka bagian ini akan berisi uraian mengenai penerapan basis kas dan basis akrual. Akan tetapi, bagian ini pun akan menjadi tempat bagi penjelasan tentang pemakaian basis akrual penuh, jika memang hal itu sudah diterapkan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 32 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis akuntansi ini adalah sebagai berikut. a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBN/D yaitu basis kas, b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini aset, kewajiban, dan ekuitas dana, yaitu basis akrual. 49. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan basis pengukuran tersebut. Mengenai basis pengukuran ini dijelaskan dalam Bagian 5.3 dari Bab V Struktur CaLK alternatif ini. Isinya lebih merupakan sorotan-sorotan tertentu atas berbagai pengukuran yang mungkin tidak lazim karena berbagai keadaan yang terkait atas elemen Laporan Akuntansi. Sebagai contoh, kenyataan bahwa pemerintah Indonesia baru memulai penertiban sistem akuntansinya sementara aset yang dikuasai pemerintah ada yang sudah diperoleh sejak zaman penjajahan memungkinkan hilangnya referensi mengenai nilai aset. Oleh karena itu, akan terdapat kemungkinan pada bab ini penjelasan mengenai berbagai metode pengukuran nilai aset yang dilaporkan. Penjelasan berikut in mungkin akan dapat dijadikan contoh tentang basis pengukuran: Aset tetap yang sudah tidak terdapat bukti pendukung perolehannya diukur dengan nilai wajar sedangkan aset tetap yang masih terdapat bukti pendukung perolehannya diukur dengan nilai perolehannya. Sementara penetapan nilai ini masih berlangsung, terhadap aset-aset yang sudah teridinetifikasi tetapi belum selesai dinilai, untuk kepentingan pelaporan keberadaan aset tersebut, nilainya ditetapkan sebesar Rp1. 50. Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan akuntansi diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan manfaat pengungkapan tersebut dalam membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Pertimbangan dalam paragraf 44 dapat dijadikan pedoman dalam mempertimbangkan kebijakan akuntasi yang perlu diungkapkan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut: (a) Pengakuan pendapatan; (b) Pengakuan belanja; (c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian; (d) investasi; (e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud; 21 (f) Kontrak-kontrak konstruksi; (g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran; Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 33 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan (h) Kemitraan dengan pihak ketiga; (i) Biaya penelitian dan pengembangan; (j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri; Dalam hal menguraikan kebijakan akuntansi tentang aset lancar, khususnya Pesediaan, misalnya, bagian ini dapat berisikan uraian sebagai berikut: Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang ataui perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan oeprasional pemerintah, dan barang-barang dimaksdukan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkan: - harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian, - harga standar apabila diperoleh dengan memprodukdsi sendiri, - harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lain seperti donasi/rampasan. (k) Pembentukan dana cadangan; (l) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai; (m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai. Pada dasarnya seluruh kebijakan akuntansi dijelaskan dalam bagian 5.2 dari Bab V Struktur CaLK alternatif ini. Penjelasannya pun tidak dapat dipisahkan dari persyaratan yang diatur dalam paragraf 51 dan 52 di bawah ini. 51. Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib, Kurs. 52. Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini. Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang penting, sedapat mungkin menjelaskan berbagai kebijakan akuntansi atas elemen-elemen utama laporan keuangan seperti pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Dimuat dalam bagian 5.4 dari CaLK alternatif, kebijakan akuntansi yang hendak dijelaskan pada intinya adalah penjelasan mengenai basis dan kebijakan akuntansi yang mendasari pelaksanaan akuntansi pemerintahan yang menghasilkan Laporan Keuangan. Kebijakan akuntansi yang perlu dijelaskan adalah kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam mengakui, mencatat dan melaporkan seluruh hal yang terkait dalam Laporan Keuangan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 34 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang mencakuppendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban dan ekuitas dana adalah sebagai berikut: a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara/Daerah b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Negara/Daerah c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/ keluar dari Kas Umum Negara/Daerah d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan sebagai aset secara umum dan aset secara khusus yang terdiri dari aset lancar, investasi, aset tetap, dana cadangan. Selain itu, dalam bagian ini pun diuraikan cara penilaiannya. Tentang Aset Tetap misalnya, bagian ini menguraikan bahwa Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan neraca kementerian negara/lembaga per 31 Desember tahun 200x pada harga perolehan. Pengakuan aset tetap yang perolehannya setelah tanggal 1 Januari tahun 200x didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu: (a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus rupiah), dan (b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah) Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya. Seluruh aset tidak didepresiasi. e) Jenis-jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Mengingat instrumen keuangan yang berkaitan dengan kewajiban jangka panjang mengandung kompleksitas yang masih belum banyak diketahui awam, bagian ini perlu ditambahi dengan penjelasan mengenai aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan berbagai instrumen hutang jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain. Penjelasan mengenai Kewajiban jangka panjang , misalnya, dapat mengulas tentang Fixed rate Bonds-FR, atau Hedge bonds-HB, atau surat utang. Fixed rate bonds-FR adalah obligasi yangmemeiliki tongkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan, dan dibayarkan secara periodik setiap enam bulan. Tingkat kupon obligasi jenis FR berkisar antara 10 persen sampai 16,5 persen, yang terdiri dari 23 seri, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 35 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2005 sampai 2014 (posisi per akhir tahun 200x Hedge bonds-HB adalah obligasi lindung nilai yang berbunga mengambang, dan terdiri dari enam seri. Tingkat bunga per tahun obligasi jenis ini adalahs ebesar SIBOR (Singapore Interbank Offered rate) ditambah dua persen, dihitung atas jumlah nominal yang telah disesuaikan terhadap perubahan kurs rupiah terhadap USD, dan dibayarkan empat kali dalam setahun (quarterly). Pada saat jatuh tempo, sebagimana terms and condition-nya, HB dapat diganti dengan obligasi lain. SRB-1/MK/2003 adalah surat utang yang diterbitkan pemerintah pada tanggal 7 Agustus 200x sebagai pengganti SU-001 dan SU003, dalam rangka penyelesaian likuuiditas BI (BLBI). f) Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya dijelaskan bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas Dana Cadangan. 53. Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan dan dampak perubahan secara kuantitatif harus diungkapkan. Penjelasan yang dituntut oleh paragraf 53 ini harus dipenuhi jika misalnya entitas pelaporan mengubah metode penyusutan dari garis lurus ke menurun berganda. Jelas, dalam metode garis lurus, jumlah akumulasi penyusutan sampai pada suatu tahun akan lebih sedikit daripada jika menggunakan metode menurun berganda. Selish perhitungan ini, jika cukup, material harus diungkapkan sehingga diharapkan pengguna akan tahun alasan mengapa saldo pos ”Diinevastasikan dalam Aset Tetap” dikurangi secara material sebagai akibat pengubahan metode penyusutan ini dan sebaliknya pos ”Akumulasi Penyusutan” ditambah sejumlah yang sama. 54. Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahuntahun yang akan datang. Pengungkapan Informasi yang diharuskan oleh pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan Sekiranya entitas pelapor yakin bahwa pada akhirsuatu tahun seluruh penilaian aset tetap yang tidak disertai dengan bukti pendukung akan selesai, maka CaLK dapat mengingatkan pengguna bahwa ketika revaluasi dilaksanakan maka nilai aset pemerintah akan bertambahs secara material dari sekedar sejumlah aset yang bernilai Rp1 menjadi aset yang cukup bernilai. Dalam tahun-tahun berikutnya, hal ini akan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 36 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan membawa akibat adanya perhitungan penyusutan dalam jumlah material pula. 55. Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapanpengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmenkomitmen lain. Pengungkapan informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan. Pengungkapan-pengungkapan lain yang paling perlu diuraikan dalam CaLK adalah penjelasan mengenai rekening-rekening atau pos-pos akuntansi. Penjelasan ini bisa jadi merupakan bagian yang paling panjang dibandingkan dengan yang lain. Dalam Struktur CaLK alternatif, pengungkapan penjelasan-penjelasan per pos atau rekening akuntansi ini dimuat dalam Bab VI. Selengkapnya, contoh pengungkapan penjelasan per pos tersebut adalah sebagai berikut: I. PENJELASAN ANGGARAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI A. PENDAPATAN A.1. Realisasi Pendapatan (Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas negara melalui satke-satker Kementerian Negara/Lembaga, berikut penyebab terlampuinya anggaran atau tidak tercapainya target, jika ada. Berikut adalah contoh pengungkapan pendapatan pada Kementerian yang menerima pendapatan perpajakan dan pendapatan nonpajak). Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. - Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total capaian penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau <persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai dengan kondisi yang ada). - Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga memberikan kontribusi bagi pendapatan negara. Realisasi PNBP pada <semester/tahun> (periode laporan) sebesar Rp<total capaian PNBP> atau <persentase capaian>% dari anggarannya. (Berikut adalah contoh penyebab tidak tercapainya target PNBP yang dianggarkan). - Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga Komite Standar Akuntansi Pemerintahan berasal dari PSAP 04– 37 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahunanggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanjayang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan lain-lain. Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapatan yang berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp<total nilai capaian penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau <persentase capaian>% dari anggarannya yang berjumlah Rp <total pagu penerimaan hibah untuk periode pelaporan>. Dari total pendapatan yang telah dijelaskan di atas, terdapat pengembalian pendapatan sebesar Rp<total nilai pengembalian pendapatan> dimana sebesar Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahun-anggaran-sebelumnya> merupakan pengembalian atas pendapatan tahun anggaran tahun anggaran yang lalu, dan sisanya sebesar Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahunanggaran-berjalan> merupakan pengembalian atas pendapatanyang-diterima-pada-tahun-anggaran berjalan. Karena kedua jenis pengembalian pendapatan ini bersifat normal dan berulang (recurring), maka dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode terjadinya pengembalian. B. BELANJA B.1. Pelaksanan Realisasi Belanja Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Belanja <Nama Kementerian Negara/Lembaga> meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial (disebutkan sesuai dengan jenis belanja yang ada di satuan kerja yang ada dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga). Perincian Anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini : Tabel.1 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Satuan Kerja <Nama Kementerian Negara/Lembaga> <Tahun Anggaran> Uraian 1 Anggaran Semula 2 Satuan Kerja Rp. Pusat dan Daerah Rp. Dekonsentrasi Anggaran Setelah Revisi 3 Realisasi Belanja 4 Rp. Rp. 5=(4/3)x1 00% ………….% Rp. Rp. ………….% Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Persentase PSAP 04– 38 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Tugas Pembantuan Jumlah Rp. Rp. Rp. ………….% Rp Rp Rp ………….% Tabel.2 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja Kode Jenis Bel. Uraian Belanja Jenis 2 1 51 52 53 57 Dst Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Dst Jumlah Anggaran Setelah Revisi 3 Realisasi Belanja 4 Persentase Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 5=(4/3)x1 00% ………….% ………….% ………….% ………….% Rp. Rp Rp. Rp ………….% ………….% <Format seperti di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang terdapat pada kementerian negara/lembaga> Dari realisasi anggaran tersebut di atas, untuk realisasi DIPA Luncuran adalah sebagai berikut : Tabel.3 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja DIPA Luncuran Kode Jenis Bel. 1 XX Uraian Jenis Belanja 2 <Isi dengan jenis bel.> Anggaran Setelah Revisi 3 uraian Rp. Jumlah Rp Realisasi Belanja Persenta se 4 Rp. 5=(4/3)x 100% ………….% Rp ………….% Realisasi tersebut berasal dari......<angka jumlah> satuan kerja dalam lingkup UAPA yang tersebar di .......Eselon 1. Tabel.4 Rincian Realisasi Belanja Modal Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 39 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Kode MAK. 1 53111 1 53211 1 53311 1 53411 1 53411 2 53411 3 53511 1 2 Anggaran Setelah Revisi 3 BM Tanah Rp. Rp. 5=(4/3)x 100% ………….% BM Peralatan dan Mesin Rp. Rp. ………….% BM Gedung dan Rp. Bangunan BM Jalan dan Jembatan Rp. Rp. ………….% Rp. ………….% BM Irigasi Rp. Rp. ………….% BM Jaringan Rp. Rp. ………….% BM Fisik Lainnya Rp. Rp. ………….% Jumlah Rp Rp ………….% Uraian Modal(BM) Belanja Realisasi Belanja Persentas e 4 Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanjayang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaranberjalan>dibukukan sebagai kontra pos belanja pada periode pelaporan. Sedangkan pengembalian belanja atas belanja-yangterjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaranyang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan lain-lain. Tabel.5 Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja Kode Jenis Bel. 1 51 52 53 57 Dst Uraian Jenis Belanja 2 Belanja Belanja Belanja Belanja Dst Jumlah Pegawai Barang Modal Bantuan Sosial Realisasi Pengembalian Belanja 4 Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp II. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA A. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 40 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada <Nama Kementerian Negara/Lembaga> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di bendaharawan pembayar> merupakan saldo kas pada bendahara pengeluaran. Jumlah di atas merupakan saldo kas/bank dari penerimaan uang persediaan yang belum dipertanggungjawabkan secara definitif kepada Kas Negara pada tanggal neraca. Terdiri dari : Tabel. 6 Daftar Kas Bendahara Pengeluaran No. Uraian Eselon I Jumlah 1 Rp. 2 Rp. Jumlah (rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk periode akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember 200x saldo kas di bendaharawan telah disetorkan, diungkapkan Eselon I yang telah melakukan penyetoran). B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN Saldo Kas di Bendahara Penerimaan pada <Nama Kementerian Negara/Lembaga>per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di bendaharawan penerimaan> merupakan saldo kas pada bendahara penerimaan. Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal neraca. Terdiri dari : Tabel. 7 Daftar Kas Bendahara Penerimaan No. Uraian Eselon I Jumlah 1 2 3 1 Rp 2 3 Jumlah Rp. Tabel.8 Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 41 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 Kode MAP Uraian Jumlah Rupiah 2 3 4 Rp. Rp. Jumlah *) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang belum disetorkan ke kas negara. (Diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum disetor.) C. PIUTANG Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca. (data-data piutang di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi dari eselon I). C.1. Piutang Pajak Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak yang telah telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Dengan rincian sebagai berikut : Tabel.9 Rincian Piutang Pajak menurut Wilayah No. Kode Wilayah Uraian Wilayah Jumlah Rupiah 1 2 3 4 Rp. Jumlah (Diisi untuk jumlahnya). kanwil yang Rp. mempunyai Piutang Pajak beserta C.2. Piutang PNBP Piutang Bukan Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan piutang penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 42 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Piutang tersebut terdiri dari : Tabel.10 Rincian Piutang PNBP menurut Eselon I No. Kode Eselon I Uraian Eselon I Jumlah Rupiah 1 2 3 4 Rp. Jumlah Rp. Tabel.11 Rincian Piutang PNBP No. 1 Kode Perkiraa n Piutang 2 Uraian Piutang Jumlah Rupiah 3 4 Rp. Jumlah Rp. (Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PML.06/2005 yang diisi berdasarkan perkiraan pendapatan) C.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo dalam tahun anggaran 2007 yang berasal dari penjualan <uraikan jenis penjualan angsuran>. C.4. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan saldo Tagihan TGR yang akan jatuh tempo dalam tahun anggaran 2007. C.5. Piutang Bukan Pajak Lainnya Piutang Lain-lain sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan piutang yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang sebagaimana telah dijelaskan di atas yang diharapkan diterima pada tahun 2007. D. PERSEDIAAN Persediaan merupakan jenis Komite Standar Akuntansi Pemerintahan aset dalam bentuk barang atau PSAP 04– 43 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil inventarisasi, yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesui dengan klasifikasi pada bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masingmasing>. E. ASET TETAP Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap> dengan perincian sebagai berikut: Tabel.12 Daftar Aset Tetap Nama Aset Tetap 1 Saldo Awal 2 Mutasi Tambah Kurang 3 4 Saldo Akhir 5 Tanah - Peralatan dan Mesin - Gedung dan Bangunan - Jalan, Irigasi dan Jaringan - Aset Tetap Lainnya Jumlah Mutasi tambah aset tetap terdiri dari: Pembelian Rp. Penyelesaian Pembangunan Rp. Transfer dari unit lain Rp. Hibah (masuk) Rp. dst < ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya> Mutasi kurang aset tetap terdiri dari : Penghapusan Transfer ke unit lain Koreksi Pencatatan Hibah (keluar) dst Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Rp. Rp Rp Rp. PSAP 04– 44 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan < ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya> Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan aset tetap melalui pembangunan yang belum selesai pengerjaannya pada <tanggal neraca> adalah sebesar Rp........................ Konstruksi dalam Pengerjaan tersebut terdiri dari : Tanah Rp. Peralatan dan Mesin Rp. Gedung dan Bangunan Rp. Jalan Rp. Irigasi dan Jaringan Rp. Aset Tetap Lainnya Rp. < ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP> (Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang dikuasai Kementerian Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa, aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya, penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dsb.) F. ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS) (Hanya diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga menguasai aset bersejarah) Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset bersejarah diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada semester/tahun 200x realisasi belanja untuk Aset Bersejerah berupa belanja untuk < jelaskan penggunaan belanja tersebut misalnya untuk perolehan/ konstruksi/ peningkatan/ rekonstruksi> yang berasal dari belanja <barang/modal> adalah sebesar Rp.<jumlah total belanja>. Tabel.13 DAFTAR ASET BERSEJARAH Nama Aset Saldo Awal Periode (dalam satuan Mutasi Bertambah (dalam satuan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Mutasi Berkurang (dalam satuan Saldo Akhir Periode (dalam satuan PSAP 04– 45 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan kuantitas) kuantitas) kuantitas) kuantitas) G. ASET LAINNYA (Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset dengan jenis ini) Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca. Aset Lainnya terdiri atas: - Tagihan Penjualan Angsuran Rp<nilai TPA yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca> - Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Rp<nilai TGR yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca> Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp. <nilai kemitraan dgn pihak ketiga> Kemitraan dengan Pihak Ketiga berupa <uraian bentuk kemitraan tersebut> H. UANG MUKA DARI KPPN Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan uang persediaan yang belum dipergunakan dan/atau yang belum dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif. (Dapat diungkapkan nilai Uang Muka dari KPPN untuk setiap wilayah dan diakhir tahun diungkapkan alasan mengapa uang persediaan ini masih ada nilainya). I. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan pendapatan negara bukan pajak yang sudah dipungut tetapi belum disetor ke kas negara pada tanggal pelaporan. J. EKUITAS DANA LANCAR Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar / Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 46 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan jangka pendek, yang terdiri atas: - Cadangan Piutang Rp<nilai rupiah akun Piutang> - Cadangan Persediaan Rp<nilai rupiah akun Persediaan> (Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang, sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun Persediaan). K. EKUITAS DANA INVESTASI Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset tetap dan aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal neraca>, terdiri atas: - Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp<jumlah nilai rupiah total pos Aset Tetap> - Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp<jumlah nilai rupiah total pos Aset Lainnya> (Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang dari pos Aset Tetap, sedangkan Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya adalah akun penyeimbang dari pos Aset Tetap Lainnya) III. INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA A. Informasi Tambahan (Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya, misalnya bila kementerian negara/lembaga memiliki Badan Layanan Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah contohnya:) Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum yang berada lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga> : Badan X Unit Y Rumah Sakit Z Dst. B. Pengungkapan Lainnya (Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya, contoh yaitu :) 1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada; 2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; 3. Ketentuan perundang-undangan kegiatan operasionalnya. yang menjadi landasan 4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian penting selama periode pelaporan, seperti: a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 47 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan berjalan; b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru; c. Piutang yang tidak dapat tertagih, d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat berpengaruhi terhadap Neraca pada masa yang akan datang yang tidak dapat disajikan pada Neraca, contohnya adanya proses pengadilan yang akan dapat mempengaruhi nilai neraca; e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan. f. Satuan Kerja/wilayah yang realisasi anggarannya belum diterima. 5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan laporan Keuangan Tahun Anggaran 200x termasuk dalam penyusunan Laporan Barang baik yang disebabkan oleh masalah intern maupun ekstern. Transaksi-transaksi yang belum/tidak dapat terinput dalam Sistem Akuntansi Instansi (keuangan dan barang). 56. Karena keterbatasan asumsi dan metode pengukuran yang digunakan, beberapa transaksi atas peristiwa yang diyakini akan mempunyai dampak penting bagi entitas pelaporan tidak dapat disajikan dalam lembar muka laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap, pembaca laporan perlu diingatkan kemungkinan akan terjadinya suatu peritiwa yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan entitas pelaporan pada periode yang akan datang. 57. Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi yang tidak mengulang rincian (misalnya rincian persediaan, rincian aset tetap, atau rincian pengeluaran belanja) dari seperti yang telah ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan. Dalam beberapa kasus, pengungkapan kebijakan akuntansi, untuk dapat meningkatkan pemahaman pembaca, harus merujuk ke rincian yang disajikan pada tempat lain di laporan keuangan. Pengungkapan Informasi untuk Pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas Seluruh penjelasan yang dituntut oleh Paragraf 58 sampai dengan 61 ini dituangkan dalam Struktur CaLK alternatif dalam Bab VI bagian 6.2. 58. Entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pospos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 48 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Pada entitas pelaporan yang sudah menggunakan asas akrual murni, suatu proses pengadaan yang belum tuntas sampai pada pengeluaran seluruh belanja dari kas negara dan penerimaan Berita Acara Serah Terima Barang mungkin sudah membukukan komitmen kontrak yang ditandatangani sebagai dasar pencatatan aset tetap dengan nilai sebesar nilai kontrak. Di pihak lain, entitas yang menggunakan asas kas menuju akrual mungkin baru mencatat aset tetap dalam pos Konstruksi dalam Pengerjaan dengan nilai sebesar nilai yang tercantum dalam Berita Acara Kemajuan Pekerjaan. Perbedaan ini akan dapat lebih dimaklumi jika entitas yang menggunakan asas akrual murni menyajikan rekonsiliasinya dengan basis kas menuju akrual. 59. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan pada paragraf 26 dan 76 memungkinkan entitas pelaporan menyusun laporan keuangannya dengan basis akrual untuk pendapatan dan belanja. Entitas pelaporan tersebut harus menyediakan informasi tambahan termasuk rincian mengenai output entitas dan outcome dalam bentuk indikator kinerja keuangan, laporan kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan. Hal ini dimaksudkan agar pembaca laporan dapat memahami pos-pos aset dan kewajiban yang timbul dikarenakan penerapan basis akrual pada pospos pendapatan dan belanja, seperti pendapatan yang diterima di muka, biaya dibayar di muka, dan biaya penyusutan/depresiasi. Pos-pos aset dan kewajiban tersebut merupakan akibat dari penerapan basis akrual atas pos-pos pendapatan dan belanja. Dengan kasus yang diuraikan alam paragraf 58 maka rekonsiliasi yang diharapkan akan dapat menunjukkan bahwa pengguna basis akrual murni akan mencatatkan kewajiban dan akumulasi penyusutan yang lebih besar daripada yang menggunakan basis kas menuju akrual, terutama jika rekonsiliasi terjadi pada tahun berjalan jika aset sudah dicatat sebagai aset tetap. 60. Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai dari penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari Laporan Kinerja Keuangan yang disusun berdasarkan basis akrual. Nilai tersebut selanjutnya disesuaikan dengan transaksi penambahan dan pengurangan aset bersih dikarenakan penggunaan basis akrual yang kemudian menghasilkan nilai yang sama dengan nilai akhir pada Laporan Realisasi Anggaran. Oleh karena pada akuntansi berbasis akrual penuh digunakan Laporan Kinerja Keuangan sebagai laporan yang menunjukkan hasil operasi anggaran, maka rekonsiliasi dapat dimulai dari catatan yang tercantum pada Laporan Kinerja Keuangan. Dengan kasus pada paragraf 58, rekonsiliasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi data keuangan sebagai berikut: Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 49 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan Transaksi Tanggal 31 Des: Kontrak pengerjaan bangunan senilai Rp3 milyar, menurut Berita Acara Kemajuan Pekerjaan baru selesai 60% dan baru dibayar Rp1,5 milyar Catatan dengan Basis Akrual Penuh Laporan Kinerja Keuangan: (Db) Belanja Rp3 M Catatan dengan Basis Kas Menuju Akrual Laporan Realisasi Anggaran: Modal (Db) Belanja Rp1,5 M Modal Neraca: Neraca: (Kr) Kas Rp 1,5 M (Kr) Hutang Rp1,5 M (Db) Bangunan Rp 3 M (Kr) Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp3 M (Kr) Kas Rp 1,5 M (Db) Konstruksi dalam Pengerjaan Rp1,8 M (Kr) Hutang Rp300 juta (Kr) Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp1,5 M Dengan data di atas, maka rekonsiliasi antara kedua basis adalah sebagaimana jurnal rekonsiliasi berikut: Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap Rp 1,500 juta Hutang 1,200 juta Konstruksi dalam Pengerjaan 1,800 juta Bangunan Belanja Modal Rp3,000 juta 1,500 juta Dengan jurnal di atas, maka catatan di dalam Laporan Kinerja Keuangan dan neraca entitas berbasis akrual penuh akan sama dengan catatan seandainya ia mencatat dengan basis kas menuju akrual. 61. Untuk memudahkan pengguna daftar rekonsiliasi dan penjelasan atas kondisi yang ada pada paragraf 59 dan 60, harus disajikan sebagai bagian dari Catatan atas Laporan Keuangan. Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya Seluruh pengungkapan yang dituntut oleh paragraf 62 sampai dengan 65 ini dimuat dalam Struktur CaLK alternatif ini dalam Bab VII. 62. Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan. 63. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu: (a) domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut berada; (b) penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; (c) ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan operasionalnya. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 50 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan 64. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadiankejadian penting selama tahun pelaporan, seperti: (a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan; (b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru; (c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan (d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan. (e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang harus ditanggulangi pemerintah. Komitmen atau kejadian kontinjensi yang perlu disajikan adalah berbagai kejadian, yang umumnya berkaitan dengan litigasi atau penuntutan atau penggugatan yang menjadikan pemerintah sebagai pihak tergugat. Keberatan atas ketetapan pajak, tuntutan restitusi pajak, atau aksi masal untuk menuntut ganti rugi, adalah contohcontoh populer untuk kejadian kontinjensi. Sepanjang tuntutan ini belum mampu menghasilkan kemungkinan nilai restitusi atau ganti rugi yang harus dibayar oleh negara secara meyakinkan maka kejadian ini cukup diungkapkan secara naratif dengan atau tanpa menyebut potensi kerugian yang ditimbulkan. Kejadian kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan bagi pemerintah, atas dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 65. Pengungkapan yang diwajibkan dalam tiap standar berlaku sebagai pelengkap standar ini. SUSUNAN 1 66. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut: (a) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang- Undang APBN/Perda APBD; (b) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan; (c) Kebijakan akuntansi yang penting: i. Entitas pelaporan; ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan; iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan; iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh suatu entitas pelaporan; v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan. (d) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan: i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan; Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 51 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan. (e) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual; (f) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum daerah. Sebagaimana sudah diuraikan pada bagian awal, Susunan atau Struktur CaLK yang dimaksud dalam Bagian Susunan ini sudah dicoba dilengkapi secara lebih rinci dengan memakai Struktur atau Susunan alternatif. Selain untuk mencoba lebih menyesuaikannya dengan aturan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Struktur alternatif ini juga diharapkan akan dapat lebih lengkap dan sistematis. Apabila masih ada informasi yang dianggap perlu dikemukakan demi memenuhi suatu prinsip pengungkapan yang memadai, tetapi belum termuat dalam Bab I sampai dengan VI, maka informasi tersebut dapat dimuat dalam Lampiran Sebagai contoh, Lamppiran dapat memuat antara lain hal-hal sebagai berikut: 1) Laporan realisasi anggaran pendapatan negara dan hibah menurut unit kerja dan kode rekening serta belanja pemerintah menurut unit kerja dan kode program 2) Laporan realisasi belanja pemerintah menurut fungsi dan subfungsi 3) Laporan realisasi belanja pemerintah menurut jenis belanja 4) DIPA/DPA Luncuran tahun anggaran per bagian anggaran 5) Laporan realisasi dana perimbangan 6) Laporan realisasi dana otonomi khusus dan penyesuaian 7) Laporan realisasi pengembalian belanja 8) Saldo kas di KPPN per daerah 9) Saldo rekening pemerintah di bank-bank 10) Saldo kas di bendahara pengeluaran 11) Dan lain lain Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 52 Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan DAFTAR BACAAN 1. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara; 2. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 7. PP No. 14/2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 33/2006; 8. PP No. 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah; 9. PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga; 10. PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU; 11. PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 12. PP No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah; 13. PP No. 55/2005 tentang Perimbangan Daerah; 14. PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah; 15. PP No. 57/2005 tentang Hibah Kepada Daerah; 16. PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 17. PP No. 65/2005 tentang Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; 18. PP No. 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; 19. PP No. 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 20. PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 21. PP No. 3/2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat 22. PP No. 8/2007 tentang Investasi Pemerintah; PP No. 39/2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah; Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 04– 53