Catatan Atas Laporan Keuangan

advertisement
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan pemerintah disusun untuk tujuan umum dan tujuan
khusus. Laporan bertujuan umum karena laporan tersebut dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi
keuangan yang lazim. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pengguna
adalah masyarakat, legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang
memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman,
serta
pemerintah. Adapun laporan keuangan pemerintah sendiri meliputi
laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan
keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan
tahunan.
Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat
mempunyai
potensi
kesalahpahaman
di
antara
pembacanya.
Kesalahpahaman ini dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca
laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran
mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi
akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial
cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan
keuangan perusahaan. Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan
referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca
laporan keuangan. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan
keuangan harus disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan yang
berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan
Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 04.
B. Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan peserta pendidikan dan
pelatihan akan dapat memperoleh pemahaman umum dan pemahaman
khusus sekaitan dengan Catatan atas Laporan Keuangan.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah
pendidikan dan pelatihan pemahaman akan:
memberi
peserta
1) Arti penting pelaporan yang memadai bagi pengambilan keputusan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
1
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
2) Relevansi Catatan atas Laporan Keuangan sebagai sumber
informasi tambahan atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Laporan Arus Kas
Tujuan Khusus
Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah memberi peserta
pendidikan dan pelatihan pemahaman tentang informasi yang
berkaitan dengan:
1) kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target
Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan
yang dihadapi dalam pencapaian target;
2) ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
3) dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian penting lainnya;
4) informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan;
5) pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
6) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
C. Deskripsi Singkat
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan salah satu dari komponen
Laporan Keuangan di samping Laporan Arus Kas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Secara awam, Catatan ini merupakan bentuk Laporan yang
paling tidak terstruktur, sehingga cara pembacaannya pun sangat akrab
dengan cara pembacaan yang dikuasai oleh kaum awam. Oleh karena itu,
jika Catatan atas laporan Keuangan ini dapat memuat aspek-aspek yang
memadai dan lengkap, bisa jadi ia akan menjadi suatu sumber informasi
yang sangat relevan bagi pengambilan keputusan bagi pengguna umum.
Mengingat sistem akuntansi pemerintah berkaitan dengan transaksi
keuangan pemerintah, maka cakupan isi Catatan ini sudah pasti akan
sangat berkaitan dengan seputar penganggaran dan realisasi anggaran.
Pada intinya, isi Catatan ini adalah menguraikan berbagai hal yang
dianggap penting yang telah memengaruhi penyajian Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas yang apabila tidak dijelaskan
akan dapat menyensatkan pembaca laporan keuangan pemerintah.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pembelajran andragogi. Oleh karena itu, suatu sesi interaktif antara
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
2
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
instruktur dengan peserta pendidikan dan pelatihan
membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.
akan
sangat
Untuk itu, pada tahap awal, instruktur akan memberi pemaparan teori
yang terutama dikaitkan dengan PSAP 04 beserta ilustrasi yang terkait.
Pemaparan teori dan ilustrasi ini diharapkan dapat membuka pembahasan
aktif atas berbagai permasalahan aktual baik yang berasal dari instruktur
maupun yang berasal dari penglaman peserta pendidikan.
Diskusi topik Catatan atas Laporan Keuangan diupayakan tetap terfokus
pada pengertian berbagai aspek, cara penyajian, dan berbagai
permasalahan teoretis maupun praktis yang dihadapi guna mendapatkan
pemecahan secara bersama-sama.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
3
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
BAB III
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN YANG MEMADAI
A. Asimetri Informasi Keuangan Negara
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah entitas yang memunyai
aset yang signifikan dibandingkan dengan entitas ekonomi lain dalam
suatu negara. Oleh karena itu, dinamika ekonomi dalam suatu negara
pasti sangat dipengaruhi oleh dinamika perubahan dalam posisi keuangan,
operasi, dan arus kas suatu entitas pemerintahan. Seluruh perubahan ini
saat ini sudah dicoba digambarkan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Keberadaan standar akuntansi pemerintah
yang mengatur pengakuan, penilaian, pencatatan, dan pengungkapan
seluruh transaksi yang memengaruhi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas diharapkan sudah dapat menjembatani antara
persepsi para penyaji laporan keuangan dengan para pengguna yang
diandaikan berada dalam suatu asimetri informassi. Artinya, kompleksitas
permasalahan, kompleksitas semantika, dan kompleksitas struktur
informasi yang dicoba dikomunikasikan oleh pemerintah kepada para
investor, kreditor, dan masyarakat pada umumnya diharapkan sudah
dapat dijabarkan dalam standar akuntansi mengenai penyajian Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Akan tetapi, bagaimanapun komprehensifnya standar ini, kenyataan
bahwa para pengguna bervariasi dalam hal kemampuan memaknai
berbagai hal yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas tetap membuka kemungkinan adanya
kesalahpahaman. Struktur laporan dan semantika yang ada di dalam
laporan ini mungkin tidak sepenuhnya mampu ditanggapi secara
pragmatis oleh para pengguna yang pasti memenuhi ekstrim naif di satu
pihak dengan ekstrim canggih di lain pihak.
Di samping itu, kenyataan bahwa para pengguna laporan keuangan yang
tidak hadir dalam pengurusan transaksi dan pencatatan sehari-hari
memungkinkan asimetri informasi yang terjadi antara penyaji dan
pengguna berakibat pada dua kemungkinan negatif. Pertama,
kesempatan bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk
mengambil keuntungan dari pihak lain yang kurang memperoleh
informasi. Kedua, aji mumpung bagi bagi sebagian pihak yang menguasai
informasi untuk bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk
memantau atau mengupayakan informasi yang akan bermanfaat bagi
pencapaian tujuannya sendiri sementara pihak lain yang tidak menguasai
informasi tidak memilikin peluang yang sama untuk melakukannya Scott
(2006).
Kemungkinan adanya dua perilaku negatif dalam kaitannya dengan
pelaporan keuangan pemerintah mungkin dapat dikesampingkan jika
formalisme governance di sektor publik dapat dianggap keniscayaan yang
melekatkan pemerintah pada perilaku etis. Dalam asumsi begini,
penggunaan standar sebagai perangkat penghukum mungkin tidak
relevan.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
4
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Akan tetapi, penggunaan standar sebagai perangkat insentif akan sangat
relevan bagi pemerintah untuk memberi sinyal yang tentang kebaikan
pengelolaan keuangannya. Bagaimanapun, saat ini untuk menambah
kapasitas fiskal negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah sudah
semakin bebas memasuki pasar unang untuk menjual berbagai instrumen
keuangan. Berbagai jenis obligasi yang ditawarkan ke pasar uang,
bagaimanapun akan harus mengikuti segenap dinamika pengambilan
keputusan yang berlaku pada tataran komersial. Di sinilai pemberian
sinyal yang baik akan memungkinkan pemerintah mendapat kesempatan
melakukan penetrasi pasar yang efektif.
Salah satu praktik pemberian sinyal (signalling) yang baik ini adalah
dengan memberikan pengungkapan yang memadai (full disclosure).
Catatan atas laporan Keuangan menemui arti pentingnya di sini, karena
seperti pada pelaporan keuangan sektor komersial, ia adalah tak ubahnya
seperti Management Discussion Analysis. Pada bagian MDA inilah
manajemen dapat memaparkan segala hal menyangkut manajemennya
yang akan memengaruhi apresiasi pengguna laporan keuangan terhadap
informasi keuangan yang diberikan. Diharapkan, dengan pemaparan ini,
manajemen akan mendapat apresiasi yang lebih baik dari pengguna
laporan keuangans ebagai insentifnya.
B. Insentif bagi Penyajian Laporan Keuangan yang Memadai
Penganggaran pemerintah dewasa ini tidak lagi dapat dipisahkan dari
sistem kapitalisme yang bertumpu pada pasar modal dan pasar uang.
Dalam kasus Indonesia, tekanan defisit anggaran demi pembangunan
telah membuat skema pembaiayaan anggaran harus ditempuh dengan
berbagai cara, yang didominasi oleh penjualan berbagai surat berharga
kepada publik dalam bentuk berbagai macam obligasi dan surat utang
negara. Bagi investor, kelayakan harga pasar semua surat berharga ini
pasti sangat terkait dengan risiko sistematis maupun risiko yang tidak
sistematis.
Salah satu faktor yang memengaruhi risiko tidak sistematis ini adalah
struktur permodalan negara, pola manajemen keuangan negara, hingga
berbagai kebijakan fiskal dan moneter. Banyak hal dari faktor ini tidak
dapat dimuat secara semantik di dalam Laporan Keuangan konvensional
seperti Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus KAs.
Oleh akrena itu, sebagai pengambil keputusan yang canggih, investor
diandaikan membutuhkan informasi yang lengkap. Tanpa informasi
tersebut, dikhawatirkan investor akan menghargai surat berharga negara
secara tidak efisien dalam artian harga yang ditetapkan jauh lebih rendah
daripada harga pasar wajarnya. Informasi yang memadai diharapkan akan
dapat memasok bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil
keputusannya.
Harga yang wajar yang diperoleh dari hasil pertimabngan informasional
oleh investor inilah yang menjadi insentif ekonomis utama yang dapat
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
5
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
diperoleh dari pemberian Catatan atas laporan Keuangan. Bagaimanapun,
ketika fundamental ekonomi, baik fiskal mupun moneter tidak dapat
diungkap dengan memadai hanya oleh Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas, adalah logis jika pemerintah mengeliarkan
Catatan atas Laporan Keuangan. Manfaat yang diperoleh terlalu besar
untuk tidak diupayakan melalui pemberian informasi yang memadai.
Di samping itu, Catatan atas laporan Keuangan pun pasti lebih
bersesuaian dengan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dan partisipasi
sebagai bagian dari good governance. Berbagai informasi kualitatif akan
lebih
mungkin
mengungkapkan
kebijakan
pemerintah
dalam
penganggaran, pengelolaan aset dan kewajiban, dan bahkan penggunaan
ekuitas dana yang gtersedia secara terbuka. Selain itu, di dalam bagian
inilah juga kinerja dari realisasi kebijakan tersebut dapat dilaporkan
sebagai bagian dari akuntabilitas keuangan dalam bahasa yang lebih
mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan. Tentu,
dengan pemahaman yang semakin meluas ini, diharapkan masyarakat
dapat lebih berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan neagra yang
dilaporkan secara lebih pragmatis.
C. Catatan atas Laporan Keuangan sebagai Wujud Penyajian
Laporan Keuangan yang Memadai
Apa pun hasil dari realisasi anggaran, apa pun kondisi posisi keuangan
negara, dan bagaimanapun pola penerimaan dan pengeluaran kas negara
yang dilaporkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, satu hal adalah pasti,
semua itu merupakan hasil dari suatu sistem akuntansi pemerintah. Jika
sistem akuntansi pemerintah adalah black box, maka ada banyak hal di
dalam sistem tersebut dan di sekitar sistem tersebut yang masih
memerlukan klarifikasi. Klarifikasi inilah yang diupayakan untuk
diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Beberapa hal pokok yang seyogyanya dimuat dalam Catatan atas Laporan
Keuangan secara memadai adalah mencakup tetapi tidak terbatas pada
hal-hal berikut:
1) Perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan
dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh
DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian
target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap
perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca
laporan keuangan.
2) Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan ikhtisar indikator dan pencapaian kinerja kegiatan
operasional yang berdimensi keuangan dalam suatu periode
pelaporan
3) dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.
4) Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu yang mendasari
penyusunan laporan keuangan,
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
6
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
5) Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi yang
disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan yang dimaksudkan
untuk menggambarkan realitas ekonomi entitas pelaporan secara
tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan. 38
6) informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi
Pemerintahan
lainnya
serta
pengungkapanpengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmenkomitmen lain.
7) informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan
keuangan. 14
8) informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi
pembaca laporan.
Untuk memudahkan pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan atas
Laporan Keuangan dapat disajikan secara naratif, dilengkapi dengan
bagan, grafik, daftar dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang
mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan
entitas pelaporan. Apapun caranya, Catatan atas Laporan Keuangan harus
dapat membantu pembacanya untuk dapat emahami:
kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
7
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENYAJIAN
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A.
KETENTUAN UMUM
7. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan
atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
laporan keuangan untuk tujuan umum.
Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan
dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu,
Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat
mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Untuk
menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat Catatan
atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan
pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.
Pembaca tertentu seperti akademisi, praktisi bisnis, atau ahli keuangan
apalagi akuntan dalam wacana akuntansi kerap diasosiasikan sebagai
pengguna yang canggih (sophisticated user). Mereka boleh dianggap
kalangan yang melek ’akuntansi’ sehingga dapat diyakini mampu
memahami secara pragmatik, semantik dan bahkan logik, seluruh
makna yang disampaikan lewat ’bahasa’ akuntansi dalam bentuknya
yang terstruktur seperti dalam Laporan realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas baik seara sendiri-sendiri mapun dalam kaitan
satu sama lain.
Calon Investor, misalnya, akan dapat diharapkan memahami bahwa
ketika Laporan Arus Kas suatu tahun menunjukkan penurunan karena
pengeluaran pembiayaan membesar sementara porsi kewajiban jangka
panjang yang jatuh tempo pada tahun berikutnya juga membesar
sedangkan pihutang pajak tidak bertambah secara material, kondisi
fiskal tahun berikutnya akan cenderung tertekan oleh defisit. Maka ia
akan segera dapat memahami posisi kewajiban, entah itu yang
ditampilkan dalam Surat utang Negara atau Hedge Bonds sebagai
suatu sinyal yang menunjukkan kapasitas fiskal negara. Kapasitas
ini;lah yang akan menuntunnya untuk memeutuskan apakah akan
menambah investasinya dalam SUN atau Bonds atau malah menjual
investasinya yang sudah ada.
Akan tetapi, ketika seorang ibu rumah tangga, atau insinyur
perkapalan yang bekerja di pertambangan offshore, atau seorang
dokter yang membaca Laporan Realisasi Anggaran, atau Neraca, atau
Laporan Arus Kas, maka jangankan berharap bahwa mereka
memahami ketiga Laporan secara komprehensif, bahkan memahami
satu elemen Neraca saja mungkin mereka tidak mampu. Seandainya
mereka ingin menjalankan haknya untuk menilai akuntabilitas
pemerintah atas penggunaan pajak yang mereka bayar, dan ingin
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
8
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
mengetahui kekayaan negara, maka mereka mungkin akan tidak
memahami apa yang dimaksud dengan investasi permanen atau
mengapa nilai aset tetap harus berkurang oleh karena adanya
penyusutan yang mungkin juga tidak diketahui apa esensinya. Ketika
ia melihat realisasi anggaran menunjukkan pertambahan penghasilan
pajak tetapi ia melihat kontradiksi penurunan nilai aset tetap, maka
kesalahan pemahaman yang mungkin timbul dari pengguna awam
seperti ini adalah bahwa ia menilai pemerintah tidak bijaksana dalam
mengunakan penghasilan pajak.
Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca
laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran
mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi
akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial
cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan
keuangan perusahaan.
Sumber kesalahpahaman utama yang berkaitan dengan orientasi ini
mungkin dapat dilihat pada pemaknaan pendapatan atau belanja.
Pengguna yang berorientasi anggaran dan mengethui bahwa anggaran
sekarang adalah berbasis kas mungkin akan tidak mengerti mengapa
di Neraca bisa timbul pihutang pajak atau hutang belanja. Ia mungkin
tidak akan mengerti bahwa asas akuntansi pemerintah berupa asas
kas menuju akrual memang diwujudkan dalam suatu penyesuaian
periodikal, tepatnya di akhir tahun, yang berusaha mengakrualkan
transaksi yang seharusnya hanya diakui, dicatat, dan dilaporkan ketika
transaksi itu langsung memengaruhi kas negara atau kas daerah.
Lebih jauh lagi, bisa jadi ia akan mengartikan pencatatan hutang
belanja sebagai suatu justifikasi akuntansi secara diam-diam atas
adanya Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) yang boleh diluncurkan
penggunaannya pada tahun setelah tahun pelaporan.
Sebaliknya pihak yang berorientasi akrual akan merasakan bahwa
Laporan Realisasi Anggaran kurang membukukan pendapatan atau
belanja ketika mereka melihat bahwa pertambahan pihutang dan
hutang yang tercatat di Neraca tidak diimbangi dengan pertambahan
pendapatan dan belanja melainkan dengan pendapatan yang
ditangguhkan dan Kas di Bendahara Pengeluaran. Mereka tidak dapat
mengerti
bahwa
asas
kas
dalam
akuntansi
pemerintahan
mengharuskan bahwa pendapatan dan belanja hanya dapat diakui jika
sudah ada kas yang masuk ke atau keluar dari Kas Negara/Daerah.
Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan referensi ke pos-pos
laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan.
Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari
kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
9
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
B. STRUKTUR ALTERNATIF CALK
11. Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara
sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
12. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen- komitmen lainnya.
Penjelasan paragraf 11 dan 12 di atas lebih merupakan penekanan
tentang isi pokok dari CaLK. Mengenai struktur penyajiannya sendiri
sebenarnya PSAP 07 ini belum eksplisit mengaturnya. Oleh karena
informasi yang dimuat dalam CaLK banyak yang bersifat kualitatif dan
berkaitan dengan kejadian yang insidental, tentu subjektivitas dalam
menentukan seberapa banyak informasi yang dianggap cukup atau
memadai dan bagaimana pembabakan penyajiannya menjadi subjektif
pula. Oleh karena itu, suatu penetapan kebijakan tentang struktur
penyajian CaLK secara unik bagi suatu entitas pelaporan menjadi
diperlukan.
Saat ini, struktur penyajian CaLK di lingkungan entitas pelaporan
berupa Pemerintah Daerah memang sudah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Di Pemerintah Pusat sendiri, walaupun
tidak dituangkan dalam suatu ketetapan, praktik pelaporan keuangan
pada tahun 2004 dan 2005 setidaknya sudah dapat dijadikan konvensi.
Permendagri 13/2006 menetapkan bahwa daftar isi dari CaLK adalah
sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan
1.1. Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2. Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan
1.3. Sistematika penyajian Catatan atas Llporan Keuangan
Bab II
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
Ekonomi Makro
Ekonomi makro
Kebijakan keuangan
Indikator pencapaian kinerja fiskal dan moneter
Indikator pencapaian kinerja program entitas pelapor
Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja fiskal dan moneter
3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan
moneter
3.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
10
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Bab IV
Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor
4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja program entitas
pelapor
4.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Bab V
Kebijakan Akuntansi
5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang mendasari peyusunan laporan
keuangan
5.3
Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan
keuangan
5.4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan rekeningrekening akuntansi
Bab VI. Penjelasan rekening-rekening Laporan Keuangan
6.1 Rincian dan penjelasan masing-msing rekening Laporan
Keuangan
6.1.1 Pendapatan
6.1.2 Belanja
6.1.3 Pembiayaan
6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
6.1.6 Ekuitas Dana
6.1.7 Komponen-komponen Arus kas
6.2. Pengungkapan atas pos-pos set dan kewajiban ang timbul
sehubungan dengan penrapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerpaan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan akuntansi berbasis akrual
penuh.
Bab VII
Penjelasan atas informasi non keuangan
Bab VIII Penutup
Berbeda dari struktur penyajian di atas, pada tahun 2005, misalnya,
Pemerintah Pusat telah menyusun CaLK dengan struktur penyajian
sebagai mana dituangkan dalam Daftar Isi sebagai berikut:
I. Pendahuluan
1.1 Dasar Hukum
1.2 Kebijakan Fiskal/Keuangan dan Ekonomi Makro
1.3 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
1.4 Kebijakan Akuntansi
II. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
2.1 Penjelasan Umum Laporan Realisasi Anggaran
2.2 Penjelasan Per Pos Laporan Realisasi Anggaran
III. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
11
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
3.1
3.2
3.3
3.4
Posisi Keuangan Secara Umum
Penjelasan Per Pos Neraca
Kejadian Penting setelah Tanggal Neraac
Catatan Penting Lainnya
IV. Informasi Tambahan dan Pengungkapan Lainnya
4.1 Ikhtisar Laporan Arus kas
4.2 Penjelasan Per Pos Laporan Arus Kas
V. Lampiran
Tampak bahwa dari segi jumlah Bab saja kedua struktur CaLK di atas
sudah berbeda. Perbedaan utamanya adalah bahwa pada CaLK versi
Permendagri 13/2006, terdapat bab IV yang memuat Ikhtisar
pencapaian kinerja program entitas pelapor, yang sejalan dengan
Peraturan Pemerintah 8/2006 yang tidak terdapat dalam struktur CaLK
versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2005. Selain
perbedaan antarBab di atas, pada masing-masing Bab yang
bersesuaian pun pada tataran rincinya terdapat perbedaan. Misalnya,
Bab I tentang Pendahuluan. Di dalam Bab ini Pemerintah Pusat
memasukkan Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan sedangkan
di Permendagri 13/2006 hal ini tidak dimasukkan. Dalam kekinian
perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah, yang ditandai oleh
kekurangmampuan para pelaksana penyusunan Laporan Keuangan,
pendekatan tersebut akan sangat menolong memberi pengertian
kepada pembaca laporan tentang arus data dan kaitan antarlembaga
pemerintahan yang ada untuk menjadi suatu laporan pemerintah
secara menyeluruh.
Perbedaan-perbedaan lain juga terlihat dari kedua versi CaLK di atas.
Oleh karena itu, suatu struktur CaLK minimal mestinya dapat
ditetapkan dengan mengkombinasikan kelebihan-kelebihan masingmasing versi. Sebagai contoh, struktur CalK yang memakai Struktur
versi Permendagri 13/2006 sebagai dasar yang ditambahi dengan
aspek-aspek tertentu dari versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
tahun 2005 kiranya dapat dijadikan alternatif. Dengan alternatif ini, di
samping memuat bab tentang uraian atas Ikhtisar pencapaian kinerja
program entitas pelapor, CaLK pun tetap mempertahankan perlunya
penjelasan tentang pendekatan penyusunan laporan keuangan.
Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Laporan Arus kas yang disajikan dalam Bab tersendiri (II, III, dan IV)
di dalam CaLK versi Pemerintah Pusat, tetap diakomodasi meskipun
dipadatkan dalam satu bab, yaitu bab VI. Di samping itu, kemungkinan
banyaknya hal-hal insidental yang tidak menyangkut keuangan juga
diakomodasi dalam bab sebelum bab penutup. Untuk mengatasi
penyajian yang panjang lebar dalam tubuh CaLK, maka pemuatan
lampiran dalam CaLK versi Pemerintah pusat perlu ditambahkan juga
ke
dalam
versi
Permendagri
13/2006.
Dengan
demikian,
pengungkapan memadai yang ingin dicapai dengan CaLK ini dapat
lebih terjamin.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
12
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Dengan struktur alternatif di atas, maka uraian rinci atas masing
masing bab dalam CaLK dapat didekati dengan memperhatikan
standar berikut.
Bab I
Pendahuluan
1.1Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan
1.3Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
1.4. Sistematika penyajian Catatan atas Laporan Keuangan
Bab II
Ekonomi Makro
2.1. Ekonomi makro
2.2. Kebijakan keuangan
2.3. Indikator pencapaian kinerja fiskal dan moneter
2.4. Indikator pencapaian kinerja program entitas pelapor
Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja fiskal dan moneter
3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan moneter
3.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Bab IV
Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor
4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja program entitas
pelapor
4.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Bab V
Kebijakan Akuntansi
5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
5.3 Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan keuangan
5.4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan rekening-rekening
akuntansi
Bab VI. Penjelasan rekening-rekening Laporan Keuangan
6.1 Rincian dan penjelasan masing-masing rekening
Keuangan
6.1.1 Pendapatan
6.1.2 Belanja
6.1.3 Pembiayaan
6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
6.1.6 Ekuitas Dana
6.1.7 Komponen-komponen Arus kas
Laporan
6.2. Pengungkapan atas pos-pos set dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerpaan basis kas, untuk entitas
pelaporan yang menggunakan akuntansi berbasis akrual penuh.
Bab VII
Penjelasan atas informasi non keuangan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
13
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Bab VIII Penutup
Lampiran
C. Langkah Penyusunan CALK berdasarkan Pragaraf PSAP 04
13. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang
penjelasan
pos-pos
laporan
keuangan
dalam
rangka
pengungkapan yang memadai, antara lain:
(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan,
ekonomi
makro,
pencapaian
target
Undang-undang
APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;
Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro ini,
misalnya, dapat diisi dengan berbagai penjelasan mengenai faktorfaktor yang memengaruhi penyusunan APBN/APBD seperti asumsi
makro yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah
dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan dan hal yang
paling memengaruhi anggaran pendapatan dan belanja secara
material. Bagian ini juga dapat mencakup penjelasan mengenai
perubahan-perubahan pada indikator ekonomi yang kemudian
memengaruhi penyusunan APBN/APBD perubahan.
Bagian kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro ini dapat
dituangkan dalam Bab II Bagian 2.1. Pencapaian target Undangundang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian targetdapat disajikan sebagai bagian 3.1
dan 3.2 dari Bab III
(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama
tahun pelaporan;
Ikhtisar keuangan selama setahun adalah ringkasan terpenting dan
material dari realisasi APBN/D. Bagian ini bisa memakan halaman yang
cukup banyak, mengingat berbagai pengungkapan berupa angka
absolut atau grafik perkembangan pos-pos anggaran seperti
penerimanan negara, belanja, defisit anggaran, pembiayaan yang
mencakup penerimaan pembiayaan luar negeri atau pembayaran
cicilan pokok utang Luar Negeri akan memerlukan pejelasan yang
cukup panjang.
Seluruh penjelasan rinci tentang ini dapat dimuat dalam Bab III juga.
(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih
untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadiankejadian penting lainnya;
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
14
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Dasar penyusunan laporan keuangan diisi dengan berbagai rujukan
berupa pasal-pasal dari atau seluruh peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan pengelolaan keuangan negara pada umumnya dan
akuntansi pemerintahan pada khususnya. Dengan demikian pembaca
mengetahui bahwa secara formal Entitas Pelapor memang terikat pada
peraturan perundangan tertentu yang berkaitan dengan penerapan
sistem keuangan negara, terutama yang berkaitan dengan sistem
akuntansi pemerintahan dan pelaporan akuntabilitas kinerja program
pemerintah.
Bagian rinci dari penjelasan ini dituangkan dalam Bab V.
Selain memuat dasar hukum, standar ini juga dapat menjadi dasar
bagi pemuatan uraian mengenai pendekatan penyusunan Laporan
Keuangan. Bagaimanapun, prosedur dan arus data akuntansi di dalam
lingkungan pemerintah pusat yang memiliki banyak entitas akuntansi
dan entitas pelaporan seperti kementerian dan lembaga-lembaga
pemerintah non departemen memang memerlukan penjelasan. Uraian
mengenai pendekatan ini dapat dimuat dalam bagian pendahuluan Bab
I sebagai Bagian 1.2.
Adapun mengenai kebijakan akuntansi harus disajikan secara lebih
rinci agar setiap kebijakan pada suatu elemen pelaporan tertentu
dapat memberi konteks penerapannya masing-masing dalam ruang
teoretis dan praktisnya. Kebijakan ini nantinya akan dirinci dalam Bab
V.
(d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan;
Banyak hal tidak dapat diungkapkan dalam lembar muka lapaoran
keuangan. Pertama, hal ini disebabkan lembar muka merupakan media
bahasa akuntansi yang sangat terstruktur dengan simbol-simbol yang
sangat kuantitatif. Akan tetapi, sebagian besar informasi keuangan lain
nya yang relevan seringkali hanya bisa mengungkapkan makna
pragmatis, semantik dan logiknya jika disimbolkan dalam bahasa yang
naratif. Sebagai contoh, hutang obligasi secara kuantitatif mungkin
sudah dimuat dalam Neraca tetapi bagaimana seluk-beluk jenis dan
persyaratan hutang obligasi ini hanya mungkin diuraikan secara
naratif.
Penjelasan naratif serupa hal-hal di atas dijabarkan dalam penjelasan
yang dapat dimuat dalam Bab V, VI, atau VII, tergantung pada aspek
yang hendak diijelaskan.
(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban
yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
15
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan
basis kas;
Mengingat kerangka konseptual mengijinkan entitas pelaporan yang
mampu untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual penuh, maka
terdapat kemungkinan adanya pos-pos aset dan kewajiban yang
diakui, dicatat dan dilaporkan secara akrual terkait dengan pengakuan
dan pencatatn pendapatan dan belanja tertentu. Misalnya, suatu
Pemda yang telah menerapkan pendapatan berbasis akrual penuh
akan mungkin mencatat sejumlah pihutang atas ketetapan pajak yang
belum menghasilkan kas bagi kas negara /daerah pada tahun berjalan.
Praktik ini jelas tidak serupa dengan praktik yang mungkin akan dianut
sebagian besar pengguna akuntansi pemerintah ini, yang mhanya
mencatatkan pendapatan pajak saat SKP sudah disertai dengan Surat
Setoran Pajak ke Kas Negara. Dengan demikian penyimpangan ini
sebisa mungkin diungkapkan. Pengungkapan ini dapat dilakukan dalam
Bab VI bagian 6.2.
(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
14. Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan
mengikuti standar berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk
pos-pos yang berhubungan. Misalnya, Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan
tentang
Persediaan
mengharuskan
pengungkapan
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.
Paragraf ini sejalan dengan paragraf 13 c. Jadi, uraian mengani
paragraf (f) dan 14 ini pun harus dirinci dalam BabV bagian 5.4.
15. Untuk memudahkan
atas Laporan Keuangan
daftar dan skedul atau
secara ringkas dan padat
pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan
dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik,
bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan
kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan.
Contoh-contoh narasi dapat disajikan untuk menguraikan hal-hal yang
dipandang perlu sepanjang tetap mengingat proporsi panjangnya
narasi dengan keseluruhan CaLK. Grafik dapat disajikan dalam
berbahai bentuk, untuk memperingkas perbandingan dan uraian data
serial sehingga Laporan Keuangan dapat tampil lebih menarik.
Selain menggantungkan kemudahan ini pada format penyajian, CaLK
pun harus dapat secara sistematis menginformasikan kepada
pengguna tentang pendekatan penyusunan Laporan Keuangan dan
Sistematika penyajian CaLK sendiri. Penjelasan mengenai pendekatan
penyusunan Laporan Keuangan dimuat dalam Bab I bagian 1.3 dan
penjelasan mengenai Sistematika pada Bab I bagian 1.4.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
16
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada Bagian 1.3, Penjelasan mengenai pendekatan penyusunan
Laporan Keuangan diawali dengan memperkenalkan Entitas Pelapor
yang sedikitnya mengungkapkan kedudukan entitas secaraa legal
disertai dengan lingkup kegiatan dan pencatatan yang menjadi lingkup
pelaporan. Di daerah, ini berarti mengungkapkan kedudukan suatu
Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota disertai dengan berbagai
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi entitas akuntansinya.
Penjelasan entitas ini di pusat, dapat diungkapkan dalam contoh
berikut:
Pemerintah Pusat merupakan gabungan seluruh kementerian
negar/lembaga beserta jenjang struktural di bawahnya seperti eselon
I, kantor wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas
otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya. Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), karenanya adalah laporan
yangmencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh
entitas terkait. Penjelasan ini dimuat dalam Bab I bagian 1.3 sebagai
pengantar bagi penjelasan tentang Pendekatan Penyusunan Laporan
Keuangan
Selanjutnya Bagian 1.3 menjelaskan Pendekatan Penyusunan Laporan
Keuangan. Pada pemerintah pusat, penjelasan ini mungkin dapat
mengambil contoh berikut.
LKPP disusun berdasarkan kompilasi dari laporan keuangan entitas
pelaporan tingkat kementerian negara/lembaga, laporan keuangan
Bendahara UmumNegara dan data lainnya dari unit-unit yang terkait.
Unit-unit terkait ini sedapatnya dirinci secara lengkap.
Setelah memperjelas entitas pelaporan terkait, bagian 1.3 ini
kemudian dapat dilanjutkan dengan menjelaskan teknis penyusunan,
misalnya tentang cara pengkompilasian data keuangan hingga
menghasilkan laporan keuangan pemerintah pusat atau pemerintah
daerah.
Apabila secara teknis penyusunan laporan keuangan ini menggunakan
berbagai sistem akuntansi maka bagian ini pun menguraikan kaitan
antara sub-sub sistem akuntansi yang dipakai. Akhirnya dari sistem
akuntansi yang dipakai, bagian ini menguraikan ringkasan pengertian
akan komponen-komponen Laporan Keuangan yang mencakup
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
Sebagai contoh, bagian ini mungkin berisi keterangan bahwa Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat dihasilkan melalui Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat
(SiAP)
dan
Sistem
Akuntansi
Instansi
(SAI).
Kementerian
negara/lembaga membukukan melalui SAI baik transaksi anggaran
(Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran/DIPA), pendapatan maupun
belanja. Sedangkan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
membukukan transaksi melalui SIAP.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
17
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Mengenai Neraca, pendekatan yang dijelaskan, bisa jadi bahwa Neraca
Pemerintah Pusat disusun berdasarkan data yang dikelola oleh
Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN dan unit register.
Data mengenai Kas Umum Negara dan Non Anggaran, investasi jangka
panjang, dan kewajiban didasarkan pada data Departemen Keuangan,
sedangkan data Penyertaan Modal Pemerintah berasal dari
Kementerian Negara BUMN. Selain itu, Neraca pemerintah juga
disusun berdasarkan neraca kementerian negara/lembaga terutama
untuk kas di Bendahara Penerimaan, Kas di bendahara Pengeluaran,
Piutang, Persediaan, Aset tetap, dan Aset lainnya. Neraca kementerian
negara/lembaga disusun melaluui Sistem Akuntansi Instansi.
Beralih ke Bagian 1.4 tentang penjelasan mengenai Sistematika
penyusunan CaLK, uraian akan lebih banyak menyoroti pembababkan
seluruh CaLK. Berbeda dari Daftar Isi, bagian ini akan meringkas isi
terpenting dari tiap-tiap bab sehingga dapat mengarahkan pengguna
untuk menemukan di mana tempatnya dalam CaLK ini informasi
tertentu yang paling dibutuhkannya.
Penyajian Informasi tentang Kebijakan Fiskal/ Keuangan,
Ekonomi
Makro,
Pencapaian
Target
UndangUndang
APBN/Peraturan Daerah APBD, Berikut Kendala dan Hambatan
yang Dihadapi dalam Pencapaian Target
16. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu
pembacanya untuk dapat memahami kondisi dan posisi keuangan
entitas pelaporan secara keseluruhan.
Kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan
sangat bergantung pada efektivitas pengelolaan anggaran dan
pencatatanya. Kondisi keuangan akan menunjukkan kualitas dalam
bentuk surplus aatau defisit anggaran, likwiditas, solvabilitas, atau
kelancaran arus kas. Adapun posisi keuangan lebih merupakan
keadaan harta, hutang dan ekuitas dana suatu entitas pelaporan pada
suatu titik waktu, yang lazim ditunjukkan dalam Neraca. Jadi, semua
ini, walaupun secara implisit sudah dapat dianalisis dari dalam data
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, untuk
lebih membantu pengguna umum sebaiknya dijelaskan lagi dalam
CaLK dalam bahasa yang lebih naratif dan ilustratif.
17. Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas Laporan
Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi
keuangan/fiskal entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai.
Penjelasan naratif dan ilustratif yang dimaksud dalam Paragrapf 16 di
atas, sebisanya mengeksplisitkan bagaimana perkembangan posisi dan
kondisi keuangan/fiskal entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut
tercapai. Sebagai contoh, jika surplus anggaran dalam Laporan
Realisasi Anggaran cukup besar, CaLK diharapkan dapat memberi
penjelasan tentang apa yang membuat pendapatan menjadi jauh lebih
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
18
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
besar daripada anggaran atau sebaliknya yang membuat belanja jauh
lebih kecil daripada anggaran.
18. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, entitas
pelaporan harus menyajikan informasi mengenai perbedaan yang penting
posisi dan kondisi keuangan/fiskal periode berjalan bila dibandingkan
dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran, dan dengan
rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran. Termasuk dalam
penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro yang
digunakan
dalam
penyusunan
anggaran
dibandingkan
dengan
realisasinya.
Jadi, jelaslah bahwa untuk dapat mengungkapkan perkembangan
keadaan ekonomi makro dan keuangan pemerintah, diperlukan suatu
kriteria. Kriteria ini dituangkan sebagai data mengenai kebijakan
ekonomi makro dan kebijakan keuangan. Sebagai kriteria, kebijakankebijakan ini dituangkan dalam Bab II Bagian 2.1. dan Bagian 2.2.
Bagian 2.1 yang memuat kriteria ekonomi makro, misalnya dapat
ditunjukkan dengan uraian naratif mengenai kebijakan fiskal dan
moneter serta prognosa kondisi ekonomi makro yang diharapkan.
Dalam lingkungan Pemda, hal ini bisa disamakan dengan Kebijakan
Umum Anggaran (KUA).
Uraian berikut ini kiranya dapat menjadi contoh kebijakan ekonomi
makro.
APBN/D 2005 disusun dengan tujuan menjaga kelangsungan fiskal,
namun tetap memberikan fleksibilitas yang cukup bagi pemerintahan
baru untuk membuat kebijakan moneter dan prioritas anggaran dan
fiskal yang baru. Adapaun penyusunan APBN /D 2005 diarahkan
sejalan dengan agenda pembangunan, yaitu untuk mempercepat
reformasi, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Semua ini
dilakukan dengan prinsip kehati-hatian yang mencegah gerak ekonomi
yang terlampau cepat memanas yang berakibat pada kenaikan tingkat
inflasi yang amat tinggi. Diupayakan tingkat inflasi ditekan hingga
tidak mencapai dua digit sedangkan untuk menggalakkan investasi
pelonggaran tingkat bunga SBI akan diupayak pada saat yang tepat.
Tekanan terhadap kurs rupiah akan dicoba diatasi dengan
memanfaatkan segenap dana yang masih terparkir dalam berbagai
rekening pemerintah di Bank Indonesia.
19. Kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan
pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan
pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan
penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran,
kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar
surat utang negara.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
19
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Bagian 2.2 misalnya dapat menguraikan kriteria peningkatan
pendapatan seperti tercapainya rasio pajak tertentu. Efisiensi belanja
misalnya dapat diuraikan dengan kriteria berupa tekad meminimalkan
kebocoran
sedangkan
penentuan
sumber
dan
penggunaan
pembaiayaan misalnya dapat dijabarkan dalam bentuk sasaran
penjualan aset negara atau perolehan pinjaman luar dan dalam nageri.
Contoh di bawah ini bisa dipertimbangkan sebagai uraian mengenai
kebijakan keuangan yang menjadi isi Bagian 2.2.
Untuk tahun 2005, upaya kesinambungan fiskal dimaksud antara lain
meliputi langkah-langkah penurunan defisit APBN secara bertahap dan
administrasi manajemen pembiayaan anggaran yang optimal, efisien
dan efektif. Untuk menghadapi beban kewajiban pembayaran pokook
uatng yang besar, baik utang dalam negeri maupun utang dalam
negeri, diperlukan strategi kebijakan fiskal yang konsisten dalam
upaya mendorong peningkatan penerimaan negara, pengendalian dan
efisiensi belanja negara, serta optimaslisasi pemanfaatan siumbersumber pembiayaan anggaran.
Sedangkan penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan
APBN/APBD, sasaran, program yang dipersyaratkan oleh paragraf ini
dapat diungkapkan dalam bentuk komitmen untuk mengikuti anggaran
berbasis kinerja. Adapun indikator kinerja programnya sendiri dapat
dituangkan dalam Bagian tersendiri, yang dalam alternatif struktur
CaLK ini adalah pada Bagian 2.4.
20. Kondisi ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang
digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya.
Indikator ekonomi makro tersebut antara lain Produk Domestik
Bruto/Produk Domestik Regional Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, nilai tukar, harga minyak, tingkat suku bunga dan neraca
pembayaran.
Paragraf ini mengharuskan CaLK memuat indikator kebijakan ekonomi
makro baik dalam tataran fiskal maupun moneter yang perlu
dituangkan dalam Bab II Bagian 2.3. Untuk itu, dua tabel di bawah ini
diharapkan dapat menjadi contoh bagi pengungkapan masing-masing
indikator kinerja ekonomi makro dari sudut kebijakan moneter dan
indikator kinerja ekonomi dari sudut kebijakan fiskal.
Indikator Kebijakan Ekonomi Makro (Moneter)
(dalam jutaan rupiah)
Uraian
APBN/D
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
5,4
Tingkat Inflasi (persen)
5,5
Nilai Tukar rupiah (Rp/US$)
8.600
Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen)
6,5
Harga Minyak (US$ / barel)
24,0
Produksi Minyak (juta barel/hari)
1.125
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
20
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Adapun Kriteria kebijakan keuangan dari sudut fiskal yang akan
dimasukkan ke dalam Bagian 2.3, tabel data dengan berbagai variabel
terkait sebagai berikut dapat dipertimbangkan.
Indikator Kebijakan Keuangan (Fiskal)
(dalam jutaan rupiah)
Uraian
APBN/D
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Penerimaan Perpajakan
297,844,130
Penerimaan Negara Bukan Pajak
81,783,001
Penerimaan Hibah
750,000
Jumlah
Anggaran
Pendapatan 380,377,131
Negara/Daerah dan Hibah
Belanja Pemerintah Pusat/Daerah
266,220,255
Belanja untuk Daerah
131,549,055
Jumah Anggaran Belanja Negara/Daerah
397,769,310
Defisit Anggaran
17,392,179
Dengan adanya data pada tabel kebijakan keuangan di atas, pada
saatnya, jika APBN/D berubah, perubahan tersebut dapat segera
dibandingkan.
Selanjutnya pada Bagian 2.4, CaLK sebisanya memuat ringkasan
indikator kinerja program hingga ke sasarannya. Format seperti dalam
Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2006 tentang LKKIP dapat
dipertimbangkan sebagai format yang komprehensif tetapi cukup
ringkas dalam mengakomodasi rencana stratejik suatu entitas
pelaporan.
Sebagai contoh, Bagian 2.4 dapat ditampilkan sebagai berikut:
Instansi: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Fungsi: Pelayanan Umum
No
1
Program
- Kegiatan
Indikator
Hasil
- Keluaran
Peningkatan
Peningkatan
nilai
Pengawasan Aparatur temuan dari tahun
Negara
lalu
Jumlah
Instansi
yang
Laporan
Keuangannya
- Audit Keuangan
sesuai SAP
- Audit Operasional
- Laporan
Hasil
- Audit Kinerja
Audit
- Asistensi SAP
- Laporan
Hasil
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Satuan
Sasaran
%
2%
Instansi
10
Laporan
Laporan
Laporan
Kejadian
Kejadian
312
3.119
112
27
5
PSAP 04–
21
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
-
Inventarisasi
BMKN
-
Audit
Laporan
Hasil
Audit
Jumlah Asistensi
Jumlah
Inventarisasi
21. Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan
perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan
dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh
DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian
target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap
perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca
laporan keuangan.
22. Dalam satu periode pelaporan, dikarenakan alasan dan kondisi
tertentu, entitas pelaporan mungkin melakukan perubahan anggaran
dengan persetujuan DPR/DPRD. Agar pembaca laporan keuangan dapat
mengikuti kondisi dan perkembangan anggaran, penjelasan atas
perubahan-perubahan yang ada, yang disahkan oleh DPR/DPRD,
dibandingkan dengan anggaran pertama kali disahkan akan membantu
pembaca dalam memahami kondisi anggaran dan keuangan entitas
pelaporan.
Paragraf 21 dan 22 mempersyaratkan agar CaLK memuat penjelasan
mengenai perubahan anggaran. Perubahan anggaran dimaksud dapat
disajikan dalam CaLK pada Bab III Bagian 3.1 sebagaimana tertera
dalam tabel berikut ini.
Asumsi Penyusunan Perubahan Anggaran
(dalam jutaan rupiah)
Uraian
APBN/D
APBN/D - P
Beda
(UU
No/ (UU
No/ (%)
tahun
tahun
Perda
No/ Perda
No/
tahun)
tahun)
Penerimaan Perpajakan
297,844,130
351,973,630
18.17%
Penerimaan
Negara 81,783,001
180,697,391
120.95%
Bukan Pajak
Penerimaan Hibah
750,000
7,455,088
894.01%
Jumlah
Anggaran 380,377,131
540,126,109
42.00%
Pendapatan
Negara/Daerah
dan
Hibah
Belanja
Pemerintah 266,220,255
411,667,571
54.63%
Pusat/Daerah
Belanja untuk Daerah
131,549,055
153,402,251
16.61%
Jumah Angagran Belanja 397,769,310
565,069,822
42.06%
Negara/Daerah
Defisit Anggaran
17,392,179
24,943,713
43.42%
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
22
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
23. Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai
target yang telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan
bangunan sekolah dasar. Penjelasan mengenai hambatan dan kendala
yang ada, misalnya kurangnya ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Paragraf 23 di atas pada intinya menuntut penjelasan tentang kinerja
pemerintah dalam merealisasi anggarannya.Dalam hal ini, yang
disoroti untuk dijelaskan adalah varians realisasi jumlah uang sebagai
input program yang dikeluarkan. Dalam contoh Paragraf 21 dan 22
sebelumnya,walaupun Bagian 3.1 sudah menunjukkan tabel perubahan
APBN, tetapi contoh tersebut belum menjelaskan alasan perubahan
tersebut.
Untuk menguraikan alasan perubahan anggaran, Bab III bagian 3.2
dapat menguraikan faktor pendukung dan penghambat sebagai contoh
berikut ini:
Perubahan pada perkiraan pendapatan negara dan hibah didasarkan
oleh adanya perubahan pada harga rata-rata minyak mentah
Indonesia di pasar dunia yang membaik dan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika Serikat yang melemah.Kedua faktor
perubahan in diperkirakan akan meningkatkan pemnerimaan migas
dalam jumlah yang signifikan. Namun pada saat yang sama, beban
subsidi bahan bakar minyak (BBM) akan membengkak
Perubahan harga minyak dan nilai tukar juga akan memengaruhi
penerimaan pajak. Di samping itu, adanya penetapan kebijakan
perpajakan yang lebih baik serta perbaikan sistem dan prosedur
administrasi perpajakan, kepabeanan dan cukai akan mendorong
peningkatan pada penerimaan perpajakan.
24. Untuk membantu pembaca laporan keuangan, manajemen entitas
pelaporan mungkin merasa perlu untuk memberikan informasi keuangan
lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca, misalnya
kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran periode
mendatang.
Keadaan darurat seperti bencana di Nias dan Aceh, dapat menjadi
contoh bagi penjelasan paragraf 24 ini. Uraian selengkapnya tentang
hal ini misalnya adalah:
Bencana alam yang melanda Nias dan Aceh juga memengaruhi pos
pembiayaan dengan cukup signifikan dengan diperolehnya tawaran
penundaan pembayaran hutang luar negeri Indonesia yang jatuh
tempo dalam tahun 2005 (debt moratorium) dari negara-negara yang
bergabung dalam Paris Club, dan diberikannya pinjaman proyek dalam
rangka rehabilitasi dan rekonstruksi Nias dan Aceh.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
23
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Penyajian Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Selama Tahun
Pelaporan
25. Kinerja keuangan entitas pelaporan dalam Laporan Realisasi
Anggaran harus mengikhtisarkan indikator dan pencapaian kinerja
kegiatan operasional yang berdimensi keuangan dalam suatu
periode pelaporan.
26. Kebutuhan pengguna laporan keuangan pemerintah berbeda dengan
pengguna laporan keuangan nonpemerintah. Kebutuhan pengguna
laporan keuangan pemerintah tidak hanya melihat entitas pelaporan dari
sisi perubahan aset bersih saja, namun lebih dari itu, pengguna laporan
keuangan pemerintah sangat tertarik dengan kinerja pemerintah bila
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.
27. Pencapaian kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan secara
obyektif dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Keberhasilan pencapaian
kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu
program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan keluaran
(output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan
membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan.
28. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan
dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah dan
indikator sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku. Ikhtisar pembahasan kinerja keuangan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan harus:
(a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan;
(b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana
kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan
(c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh
manajemen untuk
dapat
memberikan
keyakinan yang
beralasan bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan
adalah relevan dan andal;
Seluruh paragraf 25 sampai dengan 28 adalah penjelasan yang sangat
terkait dengan sistem akuntabilits kinerja sebagaimana dulu dikenal
dalam pelaporan Laporan Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) yang dikenal dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999. Hal ini
terutama ditafsirkand ari kenyataan bahwa pada paragraf 27, CaLK
dituntut untuk mengukur efisiensi dengan membandingkan keluaran
(output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur
dengan membandingkan hasil (outcome) dengan target yang
ditetapkan. Jelas output dan ooutcome yang dimaksud di sini adalah
keluaran dan hasil yang dimuat dalam Rencana Stratejik. Keterkaitan
pelaporan CaLK ini dengan Renstra pun tegas terlihat pada paragaraf
28 yang menyatakan bahwa pembahasan mengenai kinerja keuangan
harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis
pemerintah dan indikator.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
24
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Dengan demikian, uraian mengenai pencapaian kinerja ouput dan
outcome program ini, menurut Struktur CaLK alternatif ini, dapat
dituangkan dalam Bab IV, Bagian 4.1. Lalu, dengan diberlakukannya
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Laporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah, seluruh uraian yang diminta oleh
paragaraf 25 sampai dengan 28 dapat dituangkan dalam tabel yang
dipersyaratkan oleh PP 8/2006 ini. Intinya tabel ini harus dapat
memuat secara ringkas Program dan kegiatan serta indikator output
dan outcome yang diminta dikaitkan dengan realisasi belanjanya. Hal
ini hampir sama dengan penyiapan LAKIP yang diminta oleh Inpres 7
tahun 1999.
Instansi: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Fungsi: Pelayanan Umum
N
o
1
Program
- Kegiatan
Peningkatan
Pengawasan
Aparatur
Negara
- Audit
Keuangan
- Audit
Operasion
al
- Audit
Kinerja
- Asistensi
SAP
- Inventaris
asi BMKN
Indikator
Hasil
- Keluaran
Satuan
Sasaran
Belanja
(Rp juta)
Rencana
Real
isasi
Ren
can
a
Real
isasi
Peningkatan
%
nilai temuan
dari
tahun
lalu
Instansi
Jumlah
Instansi yang
Laporan
Keuanganny
a sesuai SAP
Laporan
2%
3%
10
2
312
221
2.87
6
1.88
7
- Laporan
Hasil Audit
- Laporan
Hasil Audit
- Laporan
Hasil Audit
- Jumlah
Asistensi
- Jumlah
Inventaris
asi
3.11
9
3.20
0
112
112
1.99
2
2.22
1
900
877
450
435
3.12
2
2.99
8
Laporan
Laporan
Kejadian
Kejadian
27
40
5
3
Selain tabel, seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per program
dapat diuraikan secara naratif untuk menjelaskan faktor pendukung
dan penghambat. Uraian ini dimuat dalam Bab IV Bagian 4.2. Sebagai
contoh, atas pencapaian kinerja di atas, dapat diuraikan penjelasan
sebagai berikut.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
25
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada tahun 2005 BPKP dapat menghasilkan temuan dari pemeriksaan
sebesar 3% dari nilai temuan tahun lalu tetapi dari 10 instansi yang
disasar untuk menyajikan Laporan Keuangan sesuai Standar Akuntansi
Pemerintah, hanya dua yang sudah berhasil. Pencapaian 3% nilai
temuan disebabakna bahwa risiko salah urus dalam manajemen
keuangan pemerintahan masih cukup besar sedangkan jumlah instansi
yang mampu menyusun Laporan Keuangan sesuai SAP karena
sebagian besar asistensi masih berlangsung dan hasilnya baru terukur
pada tahun-tahun berikutnya.
Output dari lima kegiatan sebagian tercapai sebagaian lagi tidak.
Demikian pula realisasi belanja pun ada yang melebihi anggaran ada
yang kurang. Perbedaan ini hampir berlansgung linear dalam artian
bahwa ketika output yang dicapai rendah maka realisasi belanjanya
pun rendah.
29. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus:
(a) Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif;
(b) Menyajikan data historis yang relevan;
(c) Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana
yang telah ditetapkan;
(d) Menyajikan informasi penjelasan lainnya yang diyakini oleh
manajemen akan dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan
untuk dapat memahami indikator, hasil, dan perbedaan yang
ada dengan tujuan atau rencana.
30. Untuk lebih meningkatkan kegunaan informasi, penjelasan entitas
pelaporan harus juga meliputi penjelasan mengenai apa yang semestinya
dilakukan dan rencana untuk meningkatkan kinerja program.
31. Keterbatasan dan kesulitan yang penting sehubungan dengan
pengukuran dan pelaporan kinerja keuangan harus diungkapkan sesuai
dengan relevansinya atas indikator kinerja yang diuraikan pada Catatan
atas Laporan Keuangan. Keterbatasan yang relevan akan beragam dari
satu program ke program lainnya, namun biasanya faktor yang dibahas
termasuk, antara lain:
(a) Kinerja biasanya tidak dapat diungkapkan secara utuh dengan hanya
menggunakan satu indikator saja;
(b) Indikator kinerja tidak dapat memperlihatkan alasan mengapa kinerja
berada pada tingkat yang dilaporkan; dan
(c) Melihat indikator kuantitatif secara eksklusif sering kali menghasilkan
konsekuensi yang tidak diinginkan.
32. Oleh karena itu, indikator kinerja harus dilengkapi dengan informasi
penjelasan yang sesuai. Informasi penjelasan ini akan membantu
pengguna memahami indikator yang dilaporkan, mendapat gambaran
mengenai kinerja keuangan entitas pelaporan, dan mengevaluasi
pentingnya faktor yang mendasari yang mungkin mempengaruhi kinerja
keuangan yang
dilaporkan.
33. Informasi penjelasan mungkin termasuk, sebagai contoh, informasi
mengenai faktor yang substansial yang berada di luar kendali entitas, dan
informasi mengenai faktor-faktor yang membuat entitas mempunyai
pengaruh penting.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
26
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kinerja keuangan yang dimaksud dalam paragraf 29 sampai dengan 33
di atas, selain berupa posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana juga
berupa berbagai kinerja lain yang berdimensi keuangan seperti
realisasi penerimaan dan belanja. Dalam struktur CaLK alternatif,
penjelasan kinerja keuangan seperti ini dimasukkan dalam tambahan
Bab III, Bagian 3.1.
Sebagai contoh, penerimaan dapat dijelaskan dalam grafik di bawah
ini.
Grafik 1: Perkembangan Realisasi
Penerimaan Perpajakan dan PNBP TA
2001-2005
Triliun Rupiah
600.0
500.0
146.2
400.0
300.0
200.0
100.0
115.1
88.4
185.5
210.3
2001
2002
122.5
98.9
242.0
280.6
2003
2004
347.0
0.0
2005
Tahun
Perpajakan
PNBP
Selain penerimaan, ikhtisar kinerja keuangan dapat pula menguraikan
realisasi belanja negara/daerah. Penjelasan ini dapat berupa uraian
varians realisasi per jenis belanja pegawai, barang, modal dan lain-lain
dibandingkan dengan anggaran atau porsi penggunaan anggaran
terbesar oleh berbagai Pengguna Anggaran seperti Satuan Kerja
Pemerintah Daerah atau Kementerian/Lembaga. Uraian realisasi
belanja juga dapat menyoroti realisasi belanja per fungsi atau jenis
belanjdalam bentuk grafik berikut.
Realisasi Belanja per Jenis Belanja
140
Triliun Rupiah
120
100
80
60
40
20
in
l
La
in
-la
ia
lj.
B
B
lj.
B
an
tu
an
S
ub
lj.
B
S
os
si
di
ga
B
un
lj.
B
lj.
B
B
ar
lj.
B
M
od
an
g
ai
aw
P
eg
B
lj.
al
0
Jenis Belanja
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
.
PSAP 04–
27
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Untuk melengkapi ikhtisar yang disajikan dalam Bab III bagian 3.1. ini,
analisis atas pencapaian kinerja dituangkan dalam Bagian 3.2. Analisis
ini
dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja.
Atas realisasi belanja, misalnya, Bagian 3.2 CaLK dapat menguraikan
faktor penghambat yang menyebabkan pencairan anggaran lambat.
Sebagai contoh, dapat diuraikan di sini bahwa pada tahun anggaran
2005 merupakan tahun anggaran pertama pelaksanaan sistem
anggaran terpadu (unified budget), di mana belanja pemerintah pusat
tidak dibedakan lagi menjadi belanhja rutin dan belanja pembangunan.
Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaian-penyesuaian,
dan salah satu akibatnya adalah terlambatnya pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA ini
mengakibatkan realisasi belanja negara jauh di bawah yang
dianggarkan dalam APBN TA 2005.
Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut.
Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut
adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan
perpajakan)
- tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
- musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
- rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini
Tidak tercapainya sasaran Pendapatan Negara Bukan Pajak pada
periode ini antara lain disebabkan:
 terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran
tuntutan ganti rugi sebagaimana seharusnya,
 realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga
pada periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya.
Dari contoh yang sudah diberikan di atas, misalnya belum tampak
uraian mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan
pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan
pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan
penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran,
kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar
surat utang negara.
Hambatan dan Kendala mengenai realiasi belanja misalnya dapat
diuraikan dengan menjelaskan dan menguraikan penyebab realisasi
belanja melebihi/jauh dibawah anggaran dan hambatan-hambatan
yang terjadi dalam pelaksanaan realisasi belanja baik berupa
hambatan dari internal maupun dari eksternal. Misalnya, terlambatnya
pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan proses lelang
yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran
sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx
atau xx% dari
anggaran.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
28
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Dasar Penyajian Laporan Keuangan dan Pengungkapan Kebijakan
Akuntansi Keuangan
Seluruh paragraf 34 hingga 54 adalah penjelasan yang perlu dimuat
dalam CaLK Bab V
34. Dalam menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan, entitas
pelaporan harus mengungkapkan dasar penyajian laporan
keuangan dan kebijakan akuntansi.
Beberapa rujukan yang paling umum dan karenanya paling mengikat
sebagai dasar hukum penyajian laporan keuangan adalah, antara lain
tetapi tidak terbatas pada:
1) Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
2) Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3) Pasal yang mengangkut pertanggungjawaban dari Undang-undang
tentang APBN dan Perda APBD
4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
5) Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Penjelasan ini dimuat dalam Bab I bagian 1.2 dari struktur CaLK
alternatif.
Asumsi Dasar Akuntansi
35. Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari
penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan
secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika tidak mengikuti
asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan penjelasan.
36. Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, asumsi
dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah
anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan
agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
(a) Asumsi kemandirian entitas;
(b) Asumsi kesinambungan entitas; dan
(c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
37. Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi
dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit
instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk
menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab
penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber
daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,
termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta
terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
29
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
38. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan
akan
berlanjut
keberadaannya.
Dengan
demikian,
pemerintah
diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan
dalam jangka pendek.
39. Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap
kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini
diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran
dalam akuntansi.
Dengan mencantumkan secara eksplisit ketiga asumsi dalam paragaraf
36 sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 37 sampai dengan 39 maka
diharapkan para pembaca akan dapat melihat seluruh informasi
keuangan dalam bingkai konseptual yangmendasarinya.
Pengguna Laporan Keuangan
40. Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang
berbeda-beda, seperti anggota legislatif, kreditor dan karyawan. Pemakai
penting lain meliputi pemasok, pelanggan, organisasi perdagangan, analis
keuangan, calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, dan pihak
yang berwenang membuat peraturan.
41. Terkait pada paragraf 34 di atas, para pemakai laporan keuangan
membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian
dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan
keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian
secara andal jika laporan keuangan tidak mengungkapkan dengan jelas
kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan laporan
keuangan.
42. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan
dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti.
Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan yang sangat membantu pemakai
laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat
atau salah digunakan untuk suatu komponen laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias dari pengungkapan
kebijakan terpilih.
Kebijakan Akuntansi
43. Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu
disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan
kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas
ekonomi entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan
keuangan dan kegiatan.
Tidak perlu ada suatu kebijakan akuntansi yang seragam di antara
entitas pelaporan. Hal ini memang bukan suatu keadaan yang
konsekuen dengan maksud utama pelaporan yang terstandarkan, yaitu
adanya lapoan keuangan yang memunyai daya banding yang kuat.
Akan tetapi, kenyataan bahwa realitas ekonomi dan kondisi entitas
pelaporan berbeda satu sama lain sedangkan standar akuntansi sendiri
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
30
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
memang tidak mampu memecahkan berbagai konsep yang dikotomis
seperti antara relevan dengan terpercaya, nilai pasar dengan nilai
historis, pengungkapan yang dapat dimengerti dengan yang hemat,
pemilihan kebijakan menjadi tak terhindarkan. Kegunaan standar lebih
merupakan suatu kerangka acuan yang mewajibkan entitas untuk
mengungkapkan pilihan kebijakannya secara transparan dan
menerapkannya sekonsisten mungkin.
44. Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi
yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:
(a) Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya
diakui dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak
membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.
(b) Substansi Mengungguli Bentuk Formal
Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan
disajikan sesuai dengan hakekat transaksi dan realita kejadian, tidak
semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.
(c) Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang
cukup material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusankeputusan.
Kondisi dan realitas ekonomi entitas pelaporan seperti Departemen
Perhubungan, misalnya, tentu berbeda dari entitas seperti Kabupaten
Serdang Bedagei. Yang pertama sebagai regulator pusat memiliki aset
teap berupa kendaraan yang mungkin lebih banyak daripada entitas
kedua. Selain itu, entitas pertama mungkin lebih mengorientasikan
penggunaan kendaraannya sebagai alat eksploitasi guna menghasilkan
pendapatan sedangkan yang kedua lebih sebagai fasilitas transportasi
operasional. Akibatnya, dengan mempertimbangkan materialitas
penurunan nilai kendaraan sebagai akibat pengeksploitasian,
Departemen
Perhubungan
mungkin
akan
memilih
kebijakan
penyusutan berdasarkan metode unit produksi dengan anggapan jika
jam kerja alat transportasi dipakai lebih banyak pada awal masa awal
manfaat alat transportasi, hal itu akan sesuai dengan kemungkinan
penurunan kapasitas teknis alat transportasi. Akan tetapi, jika Pemda
menggunakan kendaraan alat transportasi operasional secara merata
selama masa manfaatnya, Pemda mungkin akan memilih kebijakan
penyusutan berdasarkan metode penyusutan garis lurus yang
dianggap secara proporsional dan material menunjukkan penurunan
nilai bersama berlalunya waktu.
Isi Kebijakan Akuntansi
45. Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan
dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh
entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara
material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Pengungkapan juga harus meliputi
pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam memilih
prinsip-prinsip yang sesuai.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
31
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Isi kebijakan akuntansi ini merupakan hal-hal yang harus dimuat
dalam Bab V Struktur CaLK alternatif ini.
46. Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan
Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:
(a) Entitas pelaporan;
(b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan;
(c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
(d) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang
berkaitan
dengan
ketentuan-ketentuan
masa
transisi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh
suatu entitas pelaporan;
(e) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.
47. Pengungkapan entitas pelaporan yang membentuk suatu laporan
keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu pembaca laporan
untuk dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada laporan
keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam
menganalisis informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas
pelaporan dan komponennya mempunyai potensi kesalahpahaman
pembaca dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Walaupun sudah disinggung dalam Bagian 1.3, uraian ringkas
mengenai entitas pelaporan dapat diulang pada Bagian awal dari Bab V
ini. Dengan bagian 5.1 akan lebih memperjelas domisili dan bentuk
hukum suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas tersebut berada
serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan
keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini.
48. Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah
menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk
penyusunan
laporan
keuangan
pemerintah,
pernyataan
penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan keuangan
pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan
kesesuaiannya
dengan
Kerangka
Konseptual
Akuntansi
Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca laporan tanpa
harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Khusus mengenai basis akuntansi, Struktur CaLK alternatif ini memberi
ruang bagi penjelasannya di dalam Bab V bagian 5.2. Mengingat
secara umum PP 24 tahun 2005 menganjurkan pemakaian basis
akuntansi kas menuju akrual maka bagian ini akan berisi uraian
mengenai penerapan basis kas dan basis akrual. Akan tetapi, bagian
ini pun akan menjadi tempat bagi penjelasan tentang pemakaian basis
akrual penuh, jika memang hal itu sudah diterapkan.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
32
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis akuntansi ini adalah
sebagai berikut.
a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBN/D yaitu basis kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal
ini aset, kewajiban, dan ekuitas dana, yaitu basis akrual.
49. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis
pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan
keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus
cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang
menggunakan basis pengukuran tersebut.
Mengenai basis pengukuran ini dijelaskan dalam Bagian 5.3 dari Bab V
Struktur CaLK alternatif ini. Isinya lebih merupakan sorotan-sorotan
tertentu atas berbagai pengukuran yang mungkin tidak lazim karena
berbagai keadaan yang terkait atas elemen Laporan Akuntansi.
Sebagai contoh, kenyataan bahwa pemerintah Indonesia baru memulai
penertiban sistem akuntansinya sementara aset yang dikuasai
pemerintah ada yang sudah diperoleh sejak zaman penjajahan
memungkinkan hilangnya referensi mengenai nilai aset. Oleh karena
itu, akan terdapat kemungkinan pada bab ini penjelasan mengenai
berbagai metode pengukuran nilai aset yang dilaporkan. Penjelasan
berikut in mungkin akan dapat dijadikan contoh tentang basis
pengukuran:
Aset tetap yang sudah tidak terdapat bukti pendukung perolehannya
diukur dengan nilai wajar sedangkan aset tetap yang masih terdapat
bukti pendukung perolehannya diukur dengan nilai perolehannya.
Sementara penetapan nilai ini masih berlangsung, terhadap aset-aset
yang sudah teridinetifikasi tetapi belum selesai dinilai, untuk
kepentingan pelaporan keberadaan aset tersebut, nilainya ditetapkan
sebesar Rp1.
50. Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan akuntansi
diungkapkan,
manajemen
harus
mempertimbangkan
manfaat
pengungkapan tersebut dalam membantu pengguna untuk memahami
setiap transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Pertimbangan
dalam paragraf 44 dapat dijadikan pedoman dalam mempertimbangkan
kebijakan akuntasi yang perlu diungkapkan. Kebijakan-kebijakan
akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi
tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
(a) Pengakuan pendapatan;
(b) Pengakuan belanja;
(c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
(d) investasi;
(e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak
berwujud; 21
(f) Kontrak-kontrak konstruksi;
(g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
33
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
(h) Kemitraan dengan pihak ketiga;
(i) Biaya penelitian dan pengembangan;
(j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
Dalam hal menguraikan kebijakan akuntansi tentang aset lancar,
khususnya Pesediaan, misalnya, bagian ini dapat berisikan uraian
sebagai berikut:
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang ataui
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
oeprasional pemerintah, dan barang-barang dimaksdukan untuk dijual
dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan dicatat di neraca berdasarkan:
- harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian,
- harga standar apabila diperoleh dengan memprodukdsi sendiri,
- harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh
dengan cara lain seperti donasi/rampasan.
(k) Pembentukan dana cadangan;
(l) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
(m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
Pada dasarnya seluruh kebijakan akuntansi dijelaskan dalam bagian
5.2 dari Bab V Struktur CaLK alternatif ini. Penjelasannya pun tidak
dapat dipisahkan dari persyaratan yang diatur dalam paragraf 51 dan
52 di bawah ini.
51. Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan dan
kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan
pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib,
Kurs.
52. Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai
pos-pos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya
tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam
Pernyataan Standar ini.
Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang penting, sedapat mungkin
menjelaskan berbagai kebijakan akuntansi atas elemen-elemen utama
laporan keuangan seperti pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan
ekuitas dana. Dimuat dalam bagian 5.4 dari CaLK alternatif, kebijakan
akuntansi yang hendak dijelaskan pada intinya adalah penjelasan
mengenai basis dan kebijakan akuntansi yang mendasari pelaksanaan
akuntansi pemerintahan yang menghasilkan Laporan Keuangan.
Kebijakan akuntansi yang perlu dijelaskan adalah kebijakan-kebijakan
yang diterapkan dalam mengakui, mencatat dan melaporkan seluruh
hal yang terkait dalam Laporan Keuangan.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
34
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Contoh
penjelasan
mengenai
kebijakan
akuntansi
yang
mencakuppendapatan, belanja, pembiayaan,
aset, kewajiban dan
ekuitas dana adalah sebagai berikut:
a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum
Negara/Daerah
b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum
Negara/Daerah
c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/ keluar dari
Kas Umum Negara/Daerah
d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan
sebagai aset secara umum dan aset secara khusus yang terdiri dari
aset lancar, investasi, aset tetap, dana cadangan. Selain itu, dalam
bagian ini pun diuraikan cara penilaiannya.
Tentang Aset Tetap misalnya, bagian ini menguraikan bahwa Aset
tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah
maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan neraca
kementerian negara/lembaga per 31 Desember tahun 200x pada
harga perolehan.
Pengakuan aset tetap yang perolehannya setelah tanggal 1 Januari
tahun 200x didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi,
yaitu:
(a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan
peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari
Rp300.000 (tiga ratus rupiah), dan
(b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama
dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah)
Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum
kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap
lainnya. Seluruh aset tidak didepresiasi.
e) Jenis-jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Mengingat instrumen
keuangan yang berkaitan dengan kewajiban jangka panjang
mengandung kompleksitas yang masih belum banyak diketahui
awam, bagian ini perlu ditambahi dengan penjelasan mengenai
aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan berbagai instrumen
hutang jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain.
Penjelasan mengenai Kewajiban jangka panjang , misalnya, dapat
mengulas tentang Fixed rate Bonds-FR, atau Hedge bonds-HB, atau
surat utang.
Fixed rate bonds-FR adalah obligasi yangmemeiliki tongkat kupon
yang ditetapkan pada saat penerbitan, dan dibayarkan secara
periodik setiap enam bulan. Tingkat kupon obligasi jenis FR berkisar
antara 10 persen sampai 16,5 persen, yang terdiri dari 23 seri,
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
35
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2005 sampai 2014
(posisi per akhir tahun 200x
Hedge bonds-HB adalah obligasi lindung nilai yang berbunga
mengambang, dan terdiri dari enam seri. Tingkat bunga per tahun
obligasi jenis ini adalahs ebesar SIBOR (Singapore Interbank
Offered rate) ditambah dua persen, dihitung atas jumlah nominal
yang telah disesuaikan terhadap perubahan kurs rupiah terhadap
USD, dan dibayarkan empat kali dalam setahun (quarterly). Pada
saat jatuh tempo, sebagimana terms and condition-nya, HB dapat
diganti dengan obligasi lain.
SRB-1/MK/2003 adalah surat utang yang diterbitkan pemerintah
pada tanggal 7 Agustus 200x sebagai pengganti SU-001 dan SU003, dalam rangka penyelesaian likuuiditas BI (BLBI).
f) Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa
ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih
antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya dijelaskan
bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas
Dana Cadangan.
53. Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka
dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi
berpengaruh material, perubahan kebijakan dan dampak perubahan
secara kuantitatif harus diungkapkan.
Penjelasan yang dituntut oleh paragraf 53 ini harus dipenuhi jika
misalnya entitas pelaporan mengubah metode penyusutan dari garis
lurus ke menurun berganda. Jelas, dalam metode garis lurus, jumlah
akumulasi penyusutan sampai pada suatu tahun akan lebih sedikit
daripada jika menggunakan metode menurun berganda. Selish
perhitungan ini, jika cukup, material harus diungkapkan sehingga
diharapkan pengguna akan tahun alasan mengapa saldo pos
”Diinevastasikan dalam Aset Tetap” dikurangi secara material sebagai
akibat pengubahan metode penyusutan ini dan sebaliknya pos
”Akumulasi Penyusutan” ditambah sejumlah yang sama.
54. Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai
pengaruh
material
dalam
tahun
perubahan
juga
harus
diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahuntahun yang akan datang. Pengungkapan Informasi yang
diharuskan oleh pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
Sekiranya entitas pelapor yakin bahwa pada akhirsuatu tahun seluruh
penilaian aset tetap yang tidak disertai dengan bukti pendukung akan
selesai, maka CaLK dapat mengingatkan pengguna bahwa ketika
revaluasi dilaksanakan maka nilai aset pemerintah akan bertambahs
secara material dari sekedar sejumlah aset yang bernilai Rp1 menjadi
aset yang cukup bernilai. Dalam tahun-tahun berikutnya, hal ini akan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
36
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
membawa akibat adanya perhitungan penyusutan dalam jumlah
material pula.
55. Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi
yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi
Pemerintahan
lainnya
serta
pengungkapanpengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmenkomitmen lain. Pengungkapan informasi dalam Catatan atas
Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang
belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.
Pengungkapan-pengungkapan lain yang paling perlu diuraikan dalam
CaLK adalah penjelasan mengenai rekening-rekening atau pos-pos
akuntansi. Penjelasan ini bisa jadi merupakan bagian yang paling
panjang dibandingkan dengan yang lain. Dalam Struktur CaLK
alternatif, pengungkapan penjelasan-penjelasan per pos atau rekening
akuntansi ini dimuat dalam Bab VI.
Selengkapnya, contoh pengungkapan penjelasan per pos tersebut
adalah sebagai berikut:
I.
PENJELASAN
ANGGARAN
ATAS
POS-POS
LAPORAN
REALISASI
A. PENDAPATAN
A.1. Realisasi Pendapatan
(Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas
negara melalui satke-satker Kementerian Negara/Lembaga, berikut
penyebab terlampuinya anggaran atau tidak tercapainya target, jika
ada. Berikut adalah contoh pengungkapan pendapatan pada
Kementerian
yang
menerima
pendapatan
perpajakan
dan
pendapatan nonpajak).
Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan
negara bukan pajak.
- Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total
capaian penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau
<persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan
pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai
dengan kondisi yang ada).
-
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga memberikan
kontribusi bagi pendapatan negara. Realisasi PNBP pada
<semester/tahun> (periode laporan) sebesar Rp<total capaian
PNBP> atau <persentase capaian>% dari anggarannya. (Berikut
adalah contoh penyebab tidak tercapainya target PNBP yang
dianggarkan).
-
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
berasal dari
PSAP 04–
37
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
pengembalian belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahunanggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanjayang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu> dibukukan sebagai
pendapatan lain-lain.
Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapatan yang
berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp<total nilai capaian
penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau <persentase
capaian>% dari anggarannya yang berjumlah Rp <total pagu
penerimaan hibah untuk periode pelaporan>.
Dari total pendapatan yang telah dijelaskan di atas, terdapat
pengembalian pendapatan sebesar Rp<total nilai pengembalian
pendapatan> dimana sebesar Rp<total nilai pengembalian atas
pendapatan-tahun-anggaran-sebelumnya> merupakan pengembalian
atas pendapatan tahun anggaran tahun anggaran yang lalu, dan
sisanya sebesar Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahunanggaran-berjalan>
merupakan pengembalian atas pendapatanyang-diterima-pada-tahun-anggaran berjalan. Karena kedua jenis
pengembalian pendapatan ini bersifat normal dan berulang
(recurring), maka dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada
periode terjadinya pengembalian.
B. BELANJA
B.1. Pelaksanan Realisasi Belanja
Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya
kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Belanja <Nama
Kementerian Negara/Lembaga> meliputi belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial (disebutkan sesuai
dengan jenis belanja yang ada di satuan kerja yang ada dalam
lingkup Kementerian Negara/Lembaga).
Perincian Anggaran dan
realisasi belanja dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini :
Tabel.1
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Satuan Kerja
<Nama Kementerian Negara/Lembaga>
<Tahun Anggaran>
Uraian
1
Anggaran
Semula
2
Satuan
Kerja Rp.
Pusat
dan
Daerah
Rp.
Dekonsentrasi
Anggaran
Setelah Revisi
3
Realisasi
Belanja
4
Rp.
Rp.
5=(4/3)x1
00%
………….%
Rp.
Rp.
………….%
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Persentase
PSAP 04–
38
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Tugas
Pembantuan
Jumlah
Rp.
Rp.
Rp.
………….%
Rp
Rp
Rp
………….%
Tabel.2
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja
Kode
Jenis
Bel.
Uraian
Belanja
Jenis
2
1
51
52
53
57
Dst
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja
Bantuan
Sosial
Dst
Jumlah
Anggaran
Setelah
Revisi
3
Realisasi
Belanja
4
Persentase
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5=(4/3)x1
00%
………….%
………….%
………….%
………….%
Rp.
Rp
Rp.
Rp
………….%
………….%
<Format seperti di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang
terdapat pada kementerian negara/lembaga>
Dari realisasi anggaran tersebut di atas, untuk realisasi DIPA
Luncuran adalah sebagai berikut :
Tabel.3
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja DIPA
Luncuran
Kode
Jenis
Bel.
1
XX
Uraian Jenis Belanja
2
<Isi
dengan
jenis bel.>
Anggaran
Setelah
Revisi
3
uraian Rp.
Jumlah
Rp
Realisasi
Belanja
Persenta
se
4
Rp.
5=(4/3)x
100%
………….%
Rp
………….%
Realisasi tersebut berasal dari......<angka jumlah> satuan kerja
dalam lingkup UAPA yang tersebar di .......Eselon 1.
Tabel.4
Rincian Realisasi Belanja Modal
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
39
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kode
MAK.
1
53111
1
53211
1
53311
1
53411
1
53411
2
53411
3
53511
1
2
Anggaran
Setelah
Revisi
3
BM Tanah
Rp.
Rp.
5=(4/3)x
100%
………….%
BM Peralatan dan Mesin
Rp.
Rp.
………….%
BM
Gedung
dan Rp.
Bangunan
BM Jalan dan Jembatan Rp.
Rp.
………….%
Rp.
………….%
BM Irigasi
Rp.
Rp.
………….%
BM Jaringan
Rp.
Rp.
………….%
BM Fisik Lainnya
Rp.
Rp.
………….%
Jumlah
Rp
Rp
………….%
Uraian
Modal(BM)
Belanja
Realisasi
Belanja
Persentas
e
4
Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanjayang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan
sebesar
Rp<nilai
pengembalian
atas
belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaranberjalan>dibukukan sebagai kontra pos belanja pada periode
pelaporan. Sedangkan pengembalian belanja atas belanja-yangterjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu
sebesar
Rp<nilai
pengembalian
atas
belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaranyang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.
Tabel.5
Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja
Kode
Jenis Bel.
1
51
52
53
57
Dst
Uraian Jenis Belanja
2
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Dst
Jumlah
Pegawai
Barang
Modal
Bantuan Sosial
Realisasi Pengembalian
Belanja
4
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
II. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
A. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
40
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada <Nama Kementerian
Negara/Lembaga> per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di
bendaharawan pembayar> merupakan saldo kas pada
bendahara pengeluaran. Jumlah di atas merupakan saldo
kas/bank dari penerimaan uang persediaan yang belum
dipertanggungjawabkan secara definitif kepada Kas Negara pada
tanggal neraca. Terdiri dari :
Tabel. 6
Daftar Kas Bendahara Pengeluaran
No.
Uraian Eselon I
Jumlah
1
Rp.
2
Rp.
Jumlah
(rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk
periode akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember
200x saldo kas di bendaharawan telah disetorkan, diungkapkan
Eselon I yang telah melakukan penyetoran).
B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan pada <Nama Kementerian
Negara/Lembaga>per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di
bendaharawan penerimaan> merupakan saldo kas pada bendahara
penerimaan.
Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara
pada tanggal neraca. Terdiri dari :
Tabel. 7
Daftar Kas Bendahara Penerimaan
No.
Uraian Eselon I
Jumlah
1
2
3
1
Rp
2
3
Jumlah
Rp.
Tabel.8
Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
41
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
No.
1
Kode MAP
Uraian
Jumlah Rupiah
2
3
4
Rp.
Rp.
Jumlah
*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang
belum disetorkan ke kas negara.
(Diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum
disetor.)
C. PIUTANG
Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan
pada tanggal neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka
waktu tidak lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.
(data-data piutang di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi dari
eselon I).
C.1. Piutang Pajak
Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak
yang telah telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan
kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan
dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Dengan rincian sebagai berikut :
Tabel.9
Rincian Piutang Pajak menurut Wilayah
No.
Kode
Wilayah
Uraian Wilayah
Jumlah Rupiah
1
2
3
4
Rp.
Jumlah
(Diisi untuk
jumlahnya).
kanwil
yang
Rp.
mempunyai Piutang
Pajak
beserta
C.2. Piutang PNBP
Piutang Bukan Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan
piutang penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim
terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan
kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan
dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
42
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Piutang tersebut terdiri dari :
Tabel.10
Rincian Piutang PNBP menurut Eselon I
No.
Kode
Eselon I
Uraian Eselon I
Jumlah Rupiah
1
2
3
4
Rp.
Jumlah
Rp.
Tabel.11
Rincian Piutang PNBP
No.
1
Kode
Perkiraa
n
Piutang
2
Uraian Piutang
Jumlah Rupiah
3
4
Rp.
Jumlah
Rp.
(Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PML.06/2005
yang diisi berdasarkan perkiraan pendapatan)
C.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar
Rp.<jumlah rupiah> merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo
dalam tahun anggaran 2007 yang berasal dari penjualan <uraikan jenis
penjualan angsuran>.
C.4. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar
Rp<jumlah rupiah> merupakan saldo Tagihan TGR yang akan jatuh
tempo dalam tahun anggaran 2007.
C.5. Piutang Bukan Pajak Lainnya
Piutang Lain-lain sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan piutang
yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori
piutang sebagaimana telah dijelaskan di atas yang diharapkan
diterima pada tahun 2007.
D. PERSEDIAAN
Persediaan
merupakan
jenis
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
aset
dalam
bentuk
barang
atau
PSAP 04–
43
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan
maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp
<nilai persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil
inventarisasi, yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesui dengan
klasifikasi pada bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masingmasing>.
E. ASET TETAP
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset
tetap> dengan perincian sebagai berikut:
Tabel.12
Daftar Aset Tetap
Nama Aset Tetap
1
Saldo
Awal
2
Mutasi
Tambah
Kurang
3
4
Saldo
Akhir
5
Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan,
Irigasi
dan
Jaringan
- Aset Tetap Lainnya
Jumlah
Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:
 Pembelian
Rp.
 Penyelesaian Pembangunan
Rp.
 Transfer dari unit lain
Rp.
 Hibah (masuk)
Rp.
 dst
< ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :
 Penghapusan
 Transfer ke unit lain
 Koreksi Pencatatan
 Hibah (keluar)
 dst
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Rp.
Rp
Rp
Rp.
PSAP 04–
44
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
< ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>
Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai
cakupan laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk
pengadaan aset tetap melalui pembangunan yang belum selesai
pengerjaannya
pada
<tanggal
neraca>
adalah
sebesar
Rp........................ Konstruksi dalam Pengerjaan tersebut terdiri dari
:
 Tanah
Rp.
 Peralatan dan Mesin
Rp.
 Gedung dan Bangunan
Rp.
 Jalan
Rp.
 Irigasi dan Jaringan
Rp.
 Aset Tetap Lainnya
Rp.
< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>
(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang
masih mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan
dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang
dikuasai Kementerian Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa,
aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum
dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya,
penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang
nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dsb.)
F. ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS)
(Hanya diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga menguasai
aset bersejarah)
Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun
aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Aset bersejarah diharapkan untuk dipertahankan dalam
waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada semester/tahun 200x realisasi belanja untuk Aset Bersejerah
berupa belanja untuk
< jelaskan penggunaan belanja tersebut
misalnya untuk perolehan/ konstruksi/ peningkatan/ rekonstruksi>
yang berasal dari belanja <barang/modal> adalah sebesar
Rp.<jumlah total belanja>.
Tabel.13
DAFTAR ASET BERSEJARAH
Nama Aset
Saldo Awal
Periode
(dalam
satuan
Mutasi
Bertambah
(dalam
satuan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Mutasi
Berkurang
(dalam
satuan
Saldo Akhir
Periode
(dalam
satuan
PSAP 04–
45
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
kuantitas)
kuantitas)
kuantitas)
kuantitas)
G. ASET LAINNYA
(Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset
dengan jenis ini)
Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca.
Aset Lainnya terdiri atas:
- Tagihan Penjualan Angsuran
Rp<nilai TPA yang jatuh temponya
lebih dari 12 bulan setelah tanggal
neraca>
- Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
Rp<nilai TGR yang jatuh temponya
lebih dari 12 bulan setelah tanggal
neraca>
 Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp. <nilai kemitraan dgn pihak
ketiga>
Kemitraan dengan Pihak Ketiga berupa <uraian bentuk kemitraan
tersebut>
H. UANG MUKA DARI KPPN
Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas
di
Bendahara
Pengeluaran.
Nilai
rupiah
pada
akun
ini
merepresentasikan
uang persediaan yang belum dipergunakan
dan/atau yang belum dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran
definitif.
(Dapat diungkapkan nilai Uang Muka dari KPPN untuk setiap wilayah
dan diakhir tahun diungkapkan alasan mengapa uang persediaan ini
masih ada nilainya).
I. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN
Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari
akun Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai rupiah pada akun ini
merepresentasikan pendapatan negara bukan pajak yang sudah
dipungut tetapi belum disetor ke kas negara pada tanggal pelaporan.
J. EKUITAS DANA LANCAR
Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar /
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
46
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
jangka pendek, yang terdiri atas:
- Cadangan Piutang
Rp<nilai rupiah akun Piutang>
- Cadangan Persediaan
Rp<nilai rupiah akun Persediaan>
(Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang,
sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun
Persediaan).
K. EKUITAS DANA INVESTASI
Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset
tetap dan aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal
neraca>, terdiri atas:
- Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Rp<jumlah nilai rupiah total
pos Aset Tetap>
- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp<jumlah nilai rupiah total
pos Aset Lainnya>
(Diinvestasikan Dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang
dari pos Aset Tetap, sedangkan Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
adalah akun penyeimbang dari pos Aset Tetap Lainnya)
III.
INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA
A. Informasi Tambahan
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, misalnya bila kementerian negara/lembaga memiliki
Badan Layanan Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah
contohnya:)
Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum
yang berada lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga> :
 Badan X
 Unit Y
 Rumah Sakit Z
 Dst.
B. Pengungkapan Lainnya
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, contoh yaitu :)
1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada;
2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan
pokoknya;
3. Ketentuan perundang-undangan
kegiatan operasionalnya.
yang
menjadi
landasan
4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
kejadian-kejadian penting selama periode pelaporan, seperti:
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
47
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
berjalan;
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh
manajemen baru;
c. Piutang yang tidak dapat tertagih,
d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat
berpengaruhi terhadap Neraca pada masa yang akan
datang yang tidak dapat disajikan pada Neraca, contohnya
adanya proses pengadilan yang akan dapat mempengaruhi
nilai neraca;
e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan.
f. Satuan Kerja/wilayah yang realisasi anggarannya belum
diterima.
5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan laporan
Keuangan Tahun Anggaran 200x termasuk dalam penyusunan
Laporan Barang baik yang disebabkan oleh masalah intern
maupun ekstern. Transaksi-transaksi yang belum/tidak dapat
terinput dalam Sistem Akuntansi Instansi (keuangan dan
barang).
56. Karena keterbatasan asumsi dan metode pengukuran yang
digunakan, beberapa transaksi atas peristiwa yang diyakini akan
mempunyai dampak penting bagi entitas pelaporan tidak dapat disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi.
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap, pembaca laporan
perlu diingatkan kemungkinan akan terjadinya suatu peritiwa yang dapat
mempengaruhi kondisi keuangan entitas pelaporan pada periode yang
akan datang.
57. Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan harus
menyajikan informasi yang tidak mengulang rincian (misalnya rincian
persediaan, rincian aset tetap, atau rincian pengeluaran belanja) dari
seperti yang telah ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan.
Dalam beberapa kasus, pengungkapan kebijakan akuntansi, untuk dapat
meningkatkan pemahaman pembaca, harus merujuk ke rincian yang
disajikan pada tempat lain di laporan keuangan.
Pengungkapan Informasi untuk Pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan
basis kas
Seluruh penjelasan yang dituntut oleh Paragraf 58 sampai dengan 61
ini dituangkan dalam Struktur CaLK alternatif dalam Bab VI bagian 6.2.
58. Entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis
akrual atas pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pospos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
48
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada entitas pelaporan yang sudah menggunakan asas akrual murni,
suatu proses pengadaan yang belum tuntas sampai pada pengeluaran
seluruh belanja dari kas negara dan penerimaan Berita Acara Serah
Terima Barang mungkin sudah membukukan komitmen kontrak yang
ditandatangani sebagai dasar pencatatan aset tetap dengan nilai
sebesar nilai kontrak. Di pihak lain, entitas yang menggunakan asas
kas menuju akrual mungkin baru mencatat aset tetap dalam pos
Konstruksi dalam Pengerjaan dengan nilai sebesar nilai yang
tercantum dalam Berita Acara Kemajuan Pekerjaan. Perbedaan ini
akan dapat lebih dimaklumi jika entitas yang menggunakan asas
akrual murni menyajikan rekonsiliasinya dengan basis kas menuju
akrual.
59. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan pada paragraf 26 dan
76 memungkinkan entitas pelaporan menyusun laporan keuangannya
dengan basis akrual untuk pendapatan dan belanja. Entitas pelaporan
tersebut harus menyediakan informasi tambahan termasuk rincian
mengenai output entitas dan outcome dalam bentuk indikator kinerja
keuangan, laporan kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain
mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan.
Hal ini dimaksudkan agar pembaca laporan dapat memahami pos-pos aset
dan kewajiban yang timbul dikarenakan penerapan basis akrual pada pospos pendapatan dan belanja, seperti pendapatan yang diterima di muka,
biaya dibayar di muka, dan biaya penyusutan/depresiasi. Pos-pos aset
dan kewajiban tersebut merupakan akibat dari penerapan basis akrual
atas pos-pos pendapatan dan belanja.
Dengan kasus yang diuraikan alam paragraf 58 maka rekonsiliasi yang
diharapkan akan dapat menunjukkan bahwa pengguna basis akrual
murni akan mencatatkan kewajiban dan akumulasi penyusutan yang
lebih besar daripada yang menggunakan basis kas menuju akrual,
terutama jika rekonsiliasi terjadi pada tahun berjalan jika aset sudah
dicatat sebagai aset tetap.
60. Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara
Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan
rekonsiliasi dimulai dari penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari
Laporan Kinerja Keuangan yang disusun berdasarkan basis akrual. Nilai
tersebut selanjutnya disesuaikan dengan transaksi penambahan dan
pengurangan aset bersih dikarenakan penggunaan basis akrual yang
kemudian menghasilkan nilai yang sama dengan nilai akhir pada Laporan
Realisasi Anggaran.
Oleh karena pada akuntansi berbasis akrual penuh digunakan Laporan
Kinerja Keuangan sebagai laporan yang menunjukkan hasil operasi
anggaran, maka rekonsiliasi dapat dimulai dari catatan yang tercantum
pada Laporan Kinerja Keuangan. Dengan kasus pada paragraf 58,
rekonsiliasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi
data keuangan sebagai berikut:
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
49
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
Transaksi
Tanggal 31 Des:
Kontrak
pengerjaan
bangunan
senilai
Rp3
milyar,
menurut
Berita
Acara
Kemajuan
Pekerjaan
baru
selesai 60% dan
baru dibayar Rp1,5
milyar
Catatan dengan Basis
Akrual Penuh
Laporan
Kinerja
Keuangan:
(Db) Belanja
Rp3 M
Catatan dengan Basis
Kas Menuju Akrual
Laporan
Realisasi
Anggaran:
Modal (Db) Belanja
Rp1,5 M
Modal
Neraca:
Neraca:
(Kr) Kas Rp 1,5 M
(Kr) Hutang Rp1,5 M
(Db) Bangunan Rp 3 M
(Kr)
Diinvestasikan
dalam Aset Tetap Rp3
M
(Kr) Kas Rp 1,5 M
(Db) Konstruksi dalam
Pengerjaan Rp1,8 M
(Kr) Hutang Rp300 juta
(Kr)
Diinvestasikan
dalam
Aset
Tetap
Rp1,5 M
Dengan data di atas, maka rekonsiliasi antara kedua basis adalah
sebagaimana jurnal rekonsiliasi berikut:
Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap Rp 1,500 juta
Hutang
1,200 juta
Konstruksi dalam Pengerjaan
1,800 juta
Bangunan
Belanja Modal
Rp3,000 juta
1,500 juta
Dengan jurnal di atas, maka catatan di dalam Laporan Kinerja
Keuangan dan neraca entitas berbasis akrual penuh akan sama dengan
catatan seandainya ia mencatat dengan basis kas menuju akrual.
61. Untuk memudahkan pengguna daftar rekonsiliasi dan penjelasan atas
kondisi yang ada pada paragraf 59 dan 60, harus disajikan sebagai bagian
dari Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya
Seluruh pengungkapan yang dituntut oleh paragraf 62 sampai dengan
65 ini dimuat dalam Struktur CaLK alternatif ini dalam Bab VII.
62. Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan
informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi
pembaca laporan.
63. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila
belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan,
yaitu:
(a) domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat
entitas tersebut berada;
(b) penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
(c) ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
50
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
64. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadiankejadian penting selama tahun pelaporan, seperti:
(a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
(b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh
manajemen baru;
(c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca;
dan
(d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
(e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya
pemogokan yang harus ditanggulangi pemerintah.
Komitmen atau kejadian kontinjensi yang perlu disajikan adalah
berbagai kejadian, yang umumnya berkaitan dengan litigasi atau
penuntutan atau penggugatan yang menjadikan pemerintah sebagai
pihak tergugat. Keberatan atas ketetapan pajak, tuntutan restitusi
pajak, atau aksi masal untuk menuntut ganti rugi, adalah contohcontoh populer untuk kejadian kontinjensi. Sepanjang tuntutan ini
belum mampu menghasilkan kemungkinan nilai restitusi atau ganti
rugi yang harus dibayar oleh negara secara meyakinkan maka kejadian
ini cukup diungkapkan secara naratif dengan atau tanpa menyebut
potensi kerugian yang ditimbulkan.
Kejadian kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan
bagi pemerintah, atas dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
65. Pengungkapan yang diwajibkan dalam tiap standar berlaku sebagai
pelengkap standar ini.
SUSUNAN 1
66. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan
atas Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai
berikut:
(a) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target
Undang- Undang APBN/Perda APBD;
(b) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;
(c) Kebijakan akuntansi yang penting:
i. Entitas pelaporan;
ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
oleh suatu entitas pelaporan;
v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.
(d) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
51
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
Laporan Keuangan.
(e) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan
yang menggunakan basis akrual;
(f) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum
daerah.
Sebagaimana sudah diuraikan pada bagian awal, Susunan atau
Struktur CaLK yang dimaksud dalam Bagian Susunan ini sudah dicoba
dilengkapi secara lebih rinci dengan memakai Struktur atau Susunan
alternatif. Selain untuk mencoba lebih menyesuaikannya dengan
aturan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Struktur alternatif ini juga
diharapkan akan dapat lebih lengkap dan sistematis.
Apabila masih ada informasi yang dianggap perlu dikemukakan demi
memenuhi suatu prinsip pengungkapan yang memadai, tetapi belum
termuat dalam Bab I sampai dengan VI, maka informasi tersebut
dapat dimuat dalam Lampiran
Sebagai contoh, Lamppiran dapat memuat antara lain hal-hal sebagai
berikut:
1)
Laporan realisasi anggaran pendapatan negara dan hibah
menurut unit kerja dan kode rekening serta belanja pemerintah
menurut unit kerja dan kode program
2)
Laporan realisasi belanja pemerintah menurut fungsi dan
subfungsi
3)
Laporan realisasi belanja pemerintah menurut jenis belanja
4)
DIPA/DPA Luncuran tahun anggaran per bagian anggaran
5)
Laporan realisasi dana perimbangan
6)
Laporan realisasi dana otonomi khusus dan penyesuaian
7)
Laporan realisasi pengembalian belanja
8)
Saldo kas di KPPN per daerah
9)
Saldo rekening pemerintah di bank-bank
10)
Saldo kas di bendahara pengeluaran
11)
Dan lain lain
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
52
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan
DAFTAR BACAAN
1.
UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;
2.
UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3.
UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
4.
UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
5.
UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6.
UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah;
7.
PP No. 14/2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 33/2006;
8.
PP No. 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
9.
PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/ Lembaga;
10.
PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU;
11.
PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
12.
PP No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah;
13.
PP No. 55/2005 tentang Perimbangan Daerah;
14.
PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;
15.
PP No. 57/2005 tentang Hibah Kepada Daerah;
16.
PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
17.
PP No. 65/2005 tentang Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
18.
PP No. 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan
Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
19.
PP No. 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
20.
PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
21.
PP No. 3/2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat
22.
PP No. 8/2007 tentang Investasi Pemerintah;
PP No. 39/2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04–
53
Download