karakterisasi senyawa aktif antibakteri

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara turun-temurun masyarakat Indonesia telah memanfaatkan tanaman
yang hidup di alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, termasuk
pemanfaatan tanaman sebagai bahan obat-obatan. Salah satu tanaman obat yang
cukup dikenal di masyarakat adalah tanaman bandotan (Ageratum conyzoides).
Khasiat herba bandotan antara lain untuk pengobatan luka, gatal-gatal, flu,
demam, diare, radang usus, dan rematik (Sukamto 2007; Hasim 2005).
Diantara khasiat tanaman bandotan tersebut, yang paling umum digunakan
masyarakat adalah untuk pengobatan luka dan gangguan pencernaan. Penggunaan
daun tanaman ini pada luka dipercaya dapat menghentikan pendarahan dan
mempercepat proses penyembuhan. Oladejo et al. (2003) mengemukakan bahwa
salah satu cara untuk mempercepat proses penyembuhan pada luka adalah dengan
mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Staphylococcus aureus
adalah bakteri yang terdapat pada kulit dan rongga hidung yang seringkali
menjadi penyebab terjadinya infeksi luka pada permukaan kulit (Todar 2002).
Seperti halnya infeksi pada luka, gangguan pencernaan juga dapat disebabkan
oleh bakteri. Pelzcar & Chan (1986) menyebutkan bahwa bakteri Escherichia coli
merupakan salah satu penyebab utama terjadinya infeksi pada saluran pencernaan
yang ditandai dengan gejala diare. Pengobatan infeksi oleh bakteri secara
tradisional dapat dilakukan dengan memanfaatkan senyawa metabolit sekunder
yang terdapat pada tanaman.
Tanaman bandotan mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder
seperti terpena, sterol, flavonoid, alkaloid, benzofuran, chromen, chromon,
kumarin, minyak atsiri, dan tanin sehingga tanaman ini dipercaya memiliki
banyak manfaat dan salah satunya adalah sebagai antibakteri (Ming 1999; Kamboj
& Saluja 2008). Oladejo et al. (2003) menerangkan bahwa pengembangan
penelitian tentang alasan pemanfaatan tanaman bandotan sebagai obat luka dan
gangguan pencernaan dapat dikaitkan dengan aktivitasnya sebagai antibakteri.
Penelitian tentang kajian pemanfaatan tanaman bandotan sebagai
antibakteri sebelumnya telah dilakukan dengan memanfaatkan akar, batang dan
daunnya. Ekstrak polar dari seluruh bagian tanaman bandotan seperti ekstrak
2
metanol (Almagboul et al. 1985; Oladejo et al. 2003), ekstrak etanol (Widodo et
al. 2007), dan ekstrak air (Yamamoto et al. 1991; Okwori et al. 2007; Mustafa et
al 2005) diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri yang
diujikan. Ekstrak heksana yang merupakan ekstrak nonpolar juga menunjukkan
aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji (Okwori et al. 2008).
Sampai saat ini, pencarian senyawa aktif antibakteri dari tanaman
bandotan hanya terbatas pada fraksi polar dan non polar saja. Secara ilmiah, fraksi
semipolar juga mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder yang memiliki
aktivitas sebagai antibakteri. Berdasarkan prinsip “like disolve like”, senyawasenyawa metabolit sekunder hanya dapat dipisahkan dari bagian tanaman
menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang sesuai. Etil asetat adalah
salah satu pelarut semi polar yang paling sering digunakan dalam proses ekstraksi
untuk memisahkan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang tidak dapat larut
dalam pelarut polar dan non polar.
Hasil uji pendahuluan diketahui bahwa ekstrak etil asetat daun bandotan
mengandung senyawa fenol, terpena dan sterol yang kemungkinan berpotensi
sebagai antibakteri. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk
melakukan karakterisasi senyawa aktif dari fraksi etil asetat daun bandotan yang
berpotensi sebagai antibakteri sekaligus memberikan informasi ilmiah yang dapat
mendukung alasan penggunaan daun tanaman tersebut sebagai obat tradisional.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakter dan aktivitas
antibakteri dari senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak etil asetat daun tanaman
bandotan (Ageratum conyzoides L.).
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Memberikan informasi tentang senyawa aktif dalam fraksi semi polar
tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L) yang tidak dapat larut dalam
pelarut polar dan non polar.
3
2.
Mengetahui potensi yang dimiliki senyawa aktif tersebut sebagai antibakteri
untuk mendukung alasan penggunaan daun tanaman bandotan sebagai
tanaman obat tradisional.
Download