1. pendahuluan - IPB Repository

advertisement
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan
sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan
penyu, menyediakan nutrien ke perairan sekitarnya (Fortes 1990). Lebih jauh
Kiswara (1997); Kikuchi dan Peres (1977) menjelaskan ekosistem padang lamun
di daerah pesisir memiliki fungsi sebagai produsen primer, pendaur ulang zat hara,
sebagai habitat biota, tempat memijah ikan, mencari makan berbagai biota laut,
stabilisator dasar perairan, perangkap sedimen, penahan erosi, dan dapat
memproduksi 10 gr bahan kering daun per hari.
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut sebagai
tempat perlindungan dan persembunyian dari predator dan arus yang tinggi.
Hewan yang hidup pada padang lamun ada yang sebagai penghuni tetap ada pula
yang bersifat sebagai penghuni tidak tetap. Hewan
yang datang sebagai
penghuni tidak tetap biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya seperti
ikan. Selain itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti duyung
(dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang memakan lamun Syringodium
isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Nontji 1987). Lamun sebagai sumber
bahan makanan baik daunnya maupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta
dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun
juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan
fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah
besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan
fauna.
Pada padang habitat lamun hidup berbagai macam spesies hewan, yang
berasosiasi dengan padang lamun, sebagai contoh menurut Nybakken (1988)
di
perairan teluk Ambon ditemukan 48 famili dan 108 jenis ikan yang adalah sebagai
penghuni lamun, sedangkan di Kepulauan Seribu sebelah utara Jakarta
di
temukan 78 jenis ikan yang berasosiasi dengan padang lamun. Menurut Dahuri
(2003) ditemukan 360 spesies di teluk Banten, sedangkan Nasution (2003b)
menemukan 33 jenis ikan dari 22 famili di Pulau Bintan; Merryanto (2000)
2
menemukan 72 jenis dari 39 famili ikan yang berasosiasi dengan lamun di teluk
Awur Jepara. Dalam Nybakken (1988) selain ikan, sapi laut dan penyu serta
banyak hewan invertebrata yang berasosiasi dengan padang lamun, seperti: Pinna
sp. beberapa Gastropoda, Lambis, Strombus, teripang, bintang laut, beberapa
jenis cacing laut dan udang (Penaeus doratum) yang ditemukan di Florida selatan
Perairan Manokwari merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
jenis kekayaan laut yang tinggi seperti lamun dan ikan-ikan di laut yang tersebar di
sepanjang perairan laut Manokwari yang perlu di lestarikan karena dapat memberikan
kontribusi pada peningkatan hasil perikanan dan sektor pariwisata. Namun penelitian dan
informasi mengenai ekosistem ini masih sangat terbatas. Mengingat pentingnya peranan
lamun dan ikan-ikan yang hidup didalamnya bagi ekosistem perairan laut dan semakin
banyaknya tekanan dari aktivitas manusia maupun secara alami, maka perlu diupayakan
pengelolaan yang baik dan berkelanjutan.
1.2 Perumusan Masalah
Menurut Fortes (1990) mengatakan kondisi ekosistem padang lamun di
perairan pesisir Indonesia telah mengalami kerusakan sekitar 30-40%. Pada
pesisir Pulau Jawa kondisi ekosistem padang lamun telah mengalami gangguan
yang cukup serius akibat pembuangan limbah dan pertumbuhan penduduk dan
diperkirakan sekitar 60% padang lamun telah mengalami kerusakan. Di pesisir
Pulau Bali dan Pulau Lombok gangguan bersumber dari penggunaan potasium
sianida dan telah berdampak pada penurunan nilai penutupan dan kerapatan
spesies lamun
Sementara kerusakan padang lamun di beberapa lokasi di Manokwari
berada dalam status kurang kaya dan miskin dengan prosentase 14 - 45% (Levaan
2008), 1-16% (Lahumeten 2009). Selama ini banyak masyarakat yang
menganggap bahwa areal pesisir mutlak merupakan milik umum yang sangat luas
yang dapat mengakomodasi segala bentuk kepentingan termasuk kegiatan yang
berbahaya sekalipun.
Informasi dan pengetahuan tentang padang lamun pada masyarakat
Manokwari masih sangat rendah terlihat dengan adanya pembuangan sampah dari
beberapa masyarakat ke laut sehingga mencemari laut. Adanya pemanfaatan
3
padang lamun yang kurang bijaksana sehingga berakibat menurunnya kualitas
padang
lamun
seperti
dijadikan
areal
budidaya
tanpa
memperhatikan
perkembangannya. Kegiatan yang bersifat merusak dapat merubah komunitas
lamun dan menghambat perkembangan padang lamun secara keseluruhan.
Tekanan terhadap padang lamun akibat aktivitas penduduk sudah mulai terlihat
seperti eksploitasi sumberdaya di padang lamun yang berlebihan, beberapa
spesies lamun mengalami kerusakan akibat reklamasi pantai baik untuk kegiatan
industri maupun pembangunan pelabuhan (Azkab 1994; Kiswara 1995; Kiswara
& Winardi 1999). Kegiatan-kegiatan ini telah mengurangi luasan padang lamun
seperti yang terjadi di perairan Manokwari, dimana adanya eksploitasi
penangkapan ikan dengan jaring yang merusak padang lamun.
Menyadari pentingnya nilai ekologis dari lamun dan ikan-ikan yang hidup
di dalamnya, maka perlu dilakukan penelitian komposisi dan struktur komunitas
lamun di perairan pesisir Manokwari yang dihubungkan dengan kelimpahan dan
sebaran ikan dan juga karakteristik parameter kualitas perairan. Setelah itu
melihat struktur komunitas lamun apakah masuk dalam kriteria sehat dan kurang
sehat. Diharapakan hasil dari penelitian ini bisa dipakai dalam pengelolaan pesisir
di Manokwari.
Dari uraian diatas, yang digambarkan dalam diagram alir (Gambar 1), ada
beberapa masalah mengenai aktifitas makan harian ikan-ikan di padang lamun
yang mungkin dapat didekati dengan mempelajari ekologinya, yaitu :
1. Bagaimana komposisi, keragaman dan penutupan lamun.
2. Bagaimana struktur komunitas, spesies ikan di padang lamun pada siang dan
malam hari.
3.
Bagaimana aktifitas makan kebiasaan makan dan jenis makanan ikan di
padang lamun.
4. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan pasang surut
terhadap aktifitas makan harian ikan terumbu karang ke padang lamun.
4
Ekosistem Lamun
Air
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Suhu
Kecepatan Arus
Kekeruhan
pH
DO
Salinitas
Kedalaman
Nitrat
Fosfat
Kondisi Perairan
Padang Lamun
• Tegakkan
• Kerapatan
• Tutupan
• Frekuensi
• INP
• Keanekaragaman
• Keseragaman
• Dominansi
Struktur Komunitas lamun
Biota (Ikan)
•
•
•
•
•
•
•
Komposisi Jenis
Kelimpahan
Panjang Total
Frekuensi
Keanekaragaman
Keseragaman
Dominansi
Struktur Komunitas ikan
Kesehatan Ekosistem Lamun
Pengelolaan yang Berkelanjutan
Gambar 1 Diagram alir penelitian.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengkaji struktur komunitas serta sebaran dan komposisi lamun.
2. Untuk mendapatkan gambaran komposisi spesies, distribusi dan kelimpahan
spesies ikan.
3. Mengetahui perbedaan spesies ikan-ikan yang berasosiasi dengan padang
lamun yang masih baik dan sudah rusak. Hasilnya dapat dipakai sebagai data
dasar peneliti dalam menunjang penelitian untuk pembuatan zonasi, manajemen
dan monitoring di daerah padang lamun.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan ekosistem padang
lamun di perairan pesisir Manokwari berdasarkan pada kepentingan ekologi
sumberdaya alam dan kepentingan ekonomi dan sosial masyarakat nelayan.
2. Dasar pengembangan studi yang lebih mendalam dan luas terutama tentang
keterkaitan fungsi ekosistem padang lamun dengan ekosistem lain serta melakukan
verifikasi terhadap keberadaan padang lamun dalam kaitan dengan fungsinya
sebagai penunjang kehidupan ikan yang ada di lingkungan sekitarnya.
3. Memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan sehingga dampak
dari pembangunan di kawasan padang lamun tidak memberikan pengaruh
negatif terhadap keberadaan komunitas ikan di sekitarnya.
1.5 Hipotesis
a. Semakin baik struktur komunitas padang lamun semakin melimpah ikan yang
hidup didalamnya.
b. Dengan tersedianya berbagai jenis makanan ikan menyebabkan adanya
migrasi, rantai makanan, perbedaan kelimpahan dan komposisi jenis ikan
di padang lamun.
c. Keberadaan makanan ikan di padang lamun berhubungan erat dengan kondisi
lamun yang meliputi kepadatan dan keanekaragaman lamun serta kondisi
lingkunan perairan padang lamun.
d. Lamun akan lebih baik dalam hal kerapatan, tutupan dan keanekaragaman
di lokasi-lokasi yang parameter lebih baik.
e. Ada keterkaitan anatara famili ikan dengan jenis lamun tertentu.
Download