RANCANGAN (Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang : a. bahwa dalam dinamika kehidupan perekonomian di Daerah, aktifitas dan fungsi Pasar menunjukkan perkembangan yang sangat pesat; b. bahwa dengan berkembangnya penyelenggaraan pasar dimaksud sangat memerlukan sentuhan pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan yang sungguh-sungguh melalui penanganan secara profesional dan proporsional sehingga dapat terwujud ketertiban dalam perkembangannya; c. bahwa untuk mewujudkan ketertiban dalam aktifitas dan fungsi pasar di Daerah, selama ini telah diatur ketentuan mengenai Penyelenggaraan Pasar yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2003; d. bahwa sejalan dengan perkembangan paradigma pemerintahan , baik yang menyangkut sistem penyelenggaraan pemerintahan maupun kelembagaan Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2003 dimaksud perlu ditinjau kembali; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, c dan d guna menjamin kepastian hukum perlu membentuk kembali Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pasar . Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 07, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214); 3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor Lembaran Negara Nomor ); Perlindungan , Tambahan 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 27 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pendaftaran Perusahaan (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 28 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 107); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 29 Tahun 2003 tentang Dinas Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 31 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 29); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kunngan Sampai dengan Tahun 2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2004 Nomor Seri D); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 6 Tahun 2005 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah ( Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 16 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 34 ); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 14 Tahun 2005 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 24 seri E , Tambahan Lembaran Daerah Nomor 30 ). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUNINGAN dan BUPATI KUNINGAN MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH PENYELENGGARAAN PASAR. KABUPATEN KUNINGAN TENTANG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupataen Kuningan; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan; c. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan; d. Bupati adalah Bupati Kuningan; e. Dinas adalah Unit Kerja Perangkat Daerah yang menangani Pasar ; f. Kepala Dinas adalah Kepala Unit Kerja Perangkat Daerah yang menangani Pasar ; g. Desa adalah Desa dalam Kabupaten Kuningan; h. Pemerintah Desa adalah Pemerintah Desa dalam Kabupaten Kuningan; i. Pasar adalah Tempat bertemunya antara pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi jual beli; j. Swasta adalah perusahaan baik perorangan ataupun badan; 2 k. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama atau bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ; k. Pasar Daerah adalah Pasar yang diselenggarakan dan dikuasai oleh Pemerintah Daerah; l. Pasar Desa adalah Pasar yang dikuasai dan diselenggarakan oleh Pemerintah Desa; m. Pasar Swasta adalah Pasar yang diselenggaraan oleh Swasta; n. Pasar Modern adalah pasar yang diselenggaraan dengan memiliki ciri utama dalam pelaksanaan transaksi jual beli ditempuh melalui pematokan harga oleh penyelenggara pasar sehingga tidak terjadi tawar menawar serta dalam penyelenggaraannya terorganisasi; o. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang Kecil dan Menengah, dan Koperasi dengan usaha skala kecil dan modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar. B A B II PENYELENGGARAAN PASAR Pasal 2 (1) Untuk menunjang roda perekonomian di Daerah dapat diselenggarakan Pasar. (2) Penyelenggaraan Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa maupun Swasta. B A B III PEMBINAAN, PENGATURAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PASAR Pasal 3 Pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan Pasar di Daerah merupakan kewenangan Pemerintah Daerah. Pasal 4 Dalam Teknis Pelaksanaan pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Bupati dapat mendelegasikan kepada Dinas. 3 B A B IV PASAR DAERAH Bagian Pertama Pembentukan Pasal 5 (1) Setiap pembentukan Pasar Daerah, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan DPRD. (2) Pembentukan Pasar Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kedua Persyaratan Pasal 6 (1) Pembentukan Pasar Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, harus memenuhi persyaratan yang menyangkut : a. Aspek teknis konstruksi; b. Aspek lingkungan; c. Aspek penataan ruang. (2) Kriteria aspek-aspek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB V PASAR DESA DAN PASAR SWASTA Bagian Pertama Pasar Desa Paragraf 1 Pembentukan Pasal 7 (1) Pada setiap Desa dapat dibentuk Pasar Desa. (2) Beberapa Desa dapat menyelenggarakan Pasar Desa melalui kerjasama antar Desa. (3) Setiap Desa dapat menyelenggarakan Pasar Desa melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah maupun swasta. Pasal 8 Pembangunan Pasar Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat dibiayai dengan dana yang bersumber dari : a. Swadaya dan partisipasi masyarakat Desa; b. Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa; c. Bantuan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah; d. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. 4 Paragraf 2 Persyaratan Pasal 9 Setiap pembentukan Pasar Desa harus memenuhi persyaratan teknis konstruksi, lingkungan, penataan ruang dan administratif yang ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 10 Tata cara pembentukan Pasar Desa diatur lebih lanjut dalam Peraturan Desa dan atau Peraturan Bersama antar Desa, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Bupati. Bagian Kedua Pasar Swasta Paragraf 1 Pendirian Pasal 11 Setiap orang perorangan atau Badan di Daerah dapat mendirikan Pasar Swasta. Paragraf 2 Persyaratan Pasal 12 Pendirian Pasar Swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, harus memenuhi persyaratan: a. Terdaftar dalam Daftar Perusahaan yang dibuktikan dengan Tanda Daftar Perusahaan. b. Memenuhi persyaratan teknis ditinjau dari berbagai aspek yang mencakup aspek teknis konstruksi, aspek lingkungan dan aspek penataan ruang Daerah. c. Persyaratan lainnya yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. B A B VI KETENTUAN IZIN Pasal 13 Untuk menyelenggarakan Pasar di Daerah Pemerintah Desa atau Swasta harus memiliki izin dari Bupati. Pasal 14 (1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, diberikan untuk jenis Pasar : a. Pasar Modern. b. Pasar Tradisional. 5 (2) Pasar Modern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, hanya diberikan untuk lokasi-lokasi tertentu dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. (3) Kriteria aspek-aspek sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 15 (1) Jenis Pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Ayat (1) terdiri atas 3(tiga) klasifikasi, yaitu : a. Besar; b. Sedang; c. Kecil. (2) Untuk menentukan klasifikasi Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperhatikan aspek : a. Permodalan; b. Luas bangunan; c. Manajemen Pengelolaan; d. Jumlah Tenaga Kerja; e. Sarana dan Prasarana Penunjang. (3) Penentuan klasifikasi Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 16 Ketentuan klasifikasi Pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dikecualikan untuk Pasar Tradisional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Pasal 17 Ketentuan Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah tersendiri. B A B VII KETENTUAN PENYELENGGARAAN PASAR MODERN Pasal 18 Dalam operasional penyelenggaraan Pasar Modern harus memperhatikan ketentuan : a. Mempertimbangkan keberadaan Pedagang Kecil dan Menengah, Koperasi serta Pasar Tradisional ; b. Melakukan kerjasama dengan Industri Kecil dan Menengah, Pedagang Kecil dan Menengah , Koperasi serta Pasar Tradisional melalui Pola kemitraan; c. Mengutamakan tenaga kerja setempat; d. Mengutamakan penjualan produk lokal sekurang-kurangnya 30% dari seluruh komoditas yang dipasarkan; e. Kegiatan operasional dimulai dari pukul 10.00 wib sampai dengan pukul 22.00 wib; f. Meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin kenyamanan konsumen; g. Mencegah setiap orang yang melakukan kegiatan perjudian dan perbuatan yang melanggar kesusilaan serta ketertiban di tempat usahanya; h. Mencegah penggunaan tempat usaha untuk kegiatan peredaran dan pemakaian obat-obatan terlarang serta barang-barang terlarang; i. Menyediakan sarana dan fasilitas ibadah bagi karyawan; 6 j. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melaksanakan ibadah. B A B VIII HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 19 (1) Penyelenggara pasar berhak untuk mendapatkan pembinaan dan bimbingan teknis dari Bupati. (2) Dalam pelaksanaan operasional pembinaan dan bimbingan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat mendelegasikan kepada Kepala Dinas. Pasal 20 Penyelenggara Pasar berkewajiban : a. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Mewujudkan Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban. B A B IX KETENTUAN LAIN-LAIN (1) (2) Pasal 21 Izin Penyelenggaraan Pasar Modern sebagaimana dimaksud huruf a ayat (1) Pasal 14 diberikan dengan ketentuan jarak minimal 1000 meter dari Pasar Tradisional. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan khusus untuk pendirian Pasar Modern diluar Ibu Kota kabupaten. Pasal 22 Apabila dalam kurun waktu paling lama 3 tahun Penyelenggaraan Pasar Modern tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan 21 akan dikenakan sanksi pencabutan izin. BABX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 (1) Penyelenggaraan pasar yang sudah operasional sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap berjalan dan paling lama dalam waktu 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini harus sudah mengajukan Izin berdasarkan Peraturan Daerah ini dengan dikenakan kewajiban retribusi sebesar 75% dari ketentuan retribusi yang berlaku. (2) Terhadap keberadaan Pasar Modern yang telah berdiri sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah ini dan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 tetap operasional , dengan ketentuan paling lama dalam waktu 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini harus sudah mengajukan Izin berdasarkan Peraturan Daerah ini dengan dikenakan kewajiban retribusi sebesar 75% dari ketentuan retribusi yang berlaku. 7 B A B XI KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN Pasal 24 (1) Penyelenggara Pasar yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 20, diancam Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). (2) Denda sebagaimana Daerah. dimaksud pada ayat (1), disetorkan ke Kas (3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran. Pasal 25 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), dilaksanakan oleh Penyidik Umum dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan . (2) Dalam melaksanakan tugas Penyidikan, para Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perijinan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan tindak pidana dibidang Perijinan; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Perijinan; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perijinan; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Perijinan; g. Meminta berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Perijinan; i. Memanggil seseorang untuk didengar diperiksa sebagai tersangka atau saksi; keterangannya dan j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Perijinan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. 8 B A B XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 (1) Peraturan Bupati untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini, paling lama dalam kurun waktu 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini, harus sudah ditetapkan. (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pasar, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Disahkan di Kuningan Pada Tanggal 1-8-2006 BUPATI KUNINGAN TTD AANG HAMID SUGANDA Diundangkan di Pada Tanggal : Kuningan : 9-8-2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TTD AMAN SURYAMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 39 TAHUN 2006 SERI E 9 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR a. UMUM. Pasar adalah merupakan tempat bertemunya antara pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi jual beli. Dalam dinamika kehidupan perekonomian di Daerah dewasa ini, aktifitas pasar baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, maupun oleh pihak swasta menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terlebih lagi penyelenggaraan Pasar yang dilaksanakan oleh pihak swasta telah mengarah kepada Pasar Modern baik dalam bentuk Pasar Swalayan mapun Mini Market. Dengan berkembangnya penyelenggaraan Pasar dimaksud, sangat memerlukan sentuhan pembinaan yang sungguh-sungguh melalui penangganan secara professional dan proporsional sehingga dapat terwujud ketertiban dalam perkembangannya. Untuk mewujudkan ketertiban dalam aktifitas penyelenggaraan Pasar di Daerah, selama ini telah diatur ketentuan yang mengatur Penyelenggaraan Pasar yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003. Sejalan dengan perkembangan pardigma pemerintahan , baik yang menyangkut sistem penyelenggaraan Pemerintahan Daerah maupun perkembangan kelembagaan Pemerintah Daerah maka Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 dimaksud, perlu ditinjau kembali untuk diadakan penyesuaian. Atas dasar pertimbangan dimaksud, perlu dibentuk Peraturan Daerah baru tentang Penyelenggaraan Pasar, sekaligus sebagai pengganti Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pasar. b. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Pasal ini menjelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam Peraturan Daerah ini dengan maksud untuk menyamakan pengertian tentang istilah-istilah itu sehingga dengan demikian dapat dihindari kesalahpahaman dalam penafsirannya. Pasal 2 Cukup Jelas. 10 Pasal 3 Cukup Jelas. Pasal 4 Cukup Jelas. Pasal 5 Pasal 6 Cukup Jelas. Cukup Jelas. Pasal 7 Pasal 8 Cukup Jelas. Cukup Jelas. Pasal 9 Cukup Jelas. Pasal 10 Pasal 11 Cukup Jelas. Cukup Jelas. Pasal 12 Pasal 13 Cukup Jelas. Cukup Jelas. Pasal 14 Pasal 15 Huruf a Yang termasuk Pasar Modern dimaksud, diantaranya : - Mall/Supermal/Plaza. - Pasar Swalayan (Super Market). - Mini Swalayan (Mini Market). - Pasar Serba Ada (Hyper Market). - Toko Serba Ada. - Pusat Pertokoan. - Pusat Perdagangan. - dll. Cukup Jelas. Pasal 16 Pasal 17 Cukup Jelas. Cukup Jelas. Pasal 18 Cukup Jelas. Pasal 19 Pasal 20 Cukup Jelas. Cukup Jelas. Pasal 21 Pasal 22 Cukup Jelas. Cukup Jelas. Pasal 23 Cukup Jelas. Pasal 24 Cukup Jelas. 11 Pasal 25 Cukup Jelas. Pasal 26 Pasal 27 Cukup Jelas. Cukup Jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR : 46 12