View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan penggerak dan faktor utama dalam
sebuah organisasi baik organisasi publik maupun swasta, karena itu dibutuhkan
pengolalaan atau manajemen yang baik yang biasa kita kenal dengan istilah
Manajemen Sumber Daya Manusia.
. Manajemen sumber daya manusia memiliki berbagai fungsi-fungsi
diantaranya perencanaan, pengembangan, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan,
dan
pemberhentian.
(Hasibuan,2006;21).
Seluruh
fungsi
Manajemen Sumber Daya manusia itu bertujuan untuk meningkatkan peran dan
kontribusi dari Sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam menghadapi tuntutan tugas atau pekerjaan baik sekarang maupun
yang akan datang, maka kebutuhan Pengembangan Sumber Daya Manusia
yang merupakan salah satu dari Fungsi MSDM menjadi sebuah keharusan dan
mutlak dilakukan oleh sebuah Organisasi. Pengembangan sumber daya manusia
membantu menyiapkan manusia atau karyawan untuk memikul tanggung jawab
lebih tinggi dalam organisasi atau perusahaan .
Pengembangan sumber daya manusia berhubungan erat dengan
peningkatan kemampuan intelektual yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan yang lebih baik. Pengembangan sumber daya manusia berpijak pada
fakta bahwa setiap tenaga kerja membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan yang lebih baik. Pengembangan juga membantu para tenaga kerja
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan pekerjaan atau jabatan
1
yang diakibatkan oleh adanya teknologi baru atau pasar produk baru, ini
merupakan pendapat dari Sadili (2006;107).
Pengembangan
sumber
daya
manusia
pada
dasarnya
adalah
peningkatan prestasi kerja pegawai yang mencerminkan kemampuan anggota
organisasi dalam bekerja, artinya prestasi masing-masing pegawai dinilai dan
diukur menurut kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya oleh organisasi. Pada
sisi inilah prestasi individu menjadi jaminan bagi organisasi bahwa organisasi
akan tetap mampu menjawab setiap tantangan perubahan dan bahkan
menjangkau setiap kemungkinan perubahan pada masa yang akan datang.
Dengan kata lain prestasi organisasi sangat tergantung pada prestasi masingmasing individu anggota organisasi.
Terkhusus pada organisasi Pemerintahan, Pegawai Negeri Sipil sebagai
asset utama SDM aparatur Negara yang merupakan pilar utama pemerintah
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Keberadaan Pegawai
Negeri Sipil ini sangat strategis dalam menciptakan efisiensi pelayanan kepada
masyarakat yang memang menjadi tugas pokok pemerintah. Mengingat peran
yang strategis itu, upaya pemberdayaan dan pengembangan karier PNS harus
dilakukan secara terencana, terpadu, terorganisasi sehingga dapat terbentuk
sosok Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kompetensi, semangat pengabdian,
pengayoman dan profesionalisme.
Untuk membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berkualitas,
maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mengarah
kepada tujuan diatas, salah satunya Pendidikan dan Latihan atau biasa disingkat
dengan istilah Diklat. Diklat merupakan suatu proses pembelajaran dalam
organisasi yang mengarah pada perubahan sikap dan perilaku pegawai guna
2
memenuhi harapan kualifikasi kerja dan tuntutan perkembangan organisasi baik
internal maupun eksternal. Berdasarkan PP RI No. 101 tahun 2000, disebutkan
bahwa tujuan diklat antara lain: meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap untuk dapat melakukan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai kebutuhan instansi,memantapkan sikap dan
semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,pengayoman dan
pemberdayaan masyarakat, menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir.
Dengan adanya PP tersebut memberikan penekanan pada kualitas pegawai
negeri untuk selalu meningkatkan kapasitas/kualitas diri yaitu dengan mengikuti
diklat.
Universtas Hasanuddin merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri
yang ada di Kota Makassar dan menjadi salah satu pusat pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, serta mengembangkan berbagai keterampilan bagi
pembangunan Masyarakat, memiliki visi jangka panjang yaitu sebagai pusat
unggulan dalam pengembangan insani, ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan budaya berbasis benua maritim indonesia (www.unhas.ac.id).
Dalam Mewujudkan visi Unhas tersebut tentunya memerlukan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas, terutama biro-biro atau unit-unit kerja penunjang
yang mampu menyelenggarakan pendidikan tinggi secara utuh dan menyeluruh
yang termuat dalam Sturktur Organisasi Universtas Hasanuddin yang diatur
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0206/0/1995. Salah satu unit kerja yang menjadi faktor pendukung yaitu
keberadaan
tenaga
administrasi
yang
dalam
pelaksanaan
tugasnya
dikelompokkan menjadi dua yaitu pejabat struktural dan non struktural yang
mempunyai 5 (lima)
Biro yang berfungsi untuk mengimplementasikan dan
3
mengkoordinasikan administrasi Universitas yang berpusat di Gedung Rektorat ,
Biro-Biro ini adalah sebagai berikut :
1. Biro Administrasi Akademik
2. Biro Administrasi Umum
3. Biro Administrasi Keuangan
4. Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Alumni
5. Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem informasi
Pegawai administrasi yang terdapat di Kantor Rektorat Unhas dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1
Jumlah Pegawai di Kantor Rektorat Unhas
No
1
2
3
4
5
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Biro Akademik
16
20
Biro Keuangan
34
21
Biro Kemahasiswaan
20
5
Biro Perencanaan
11
3
Biro Adm.Umum
136
23
Jumlah
Sumber Data : Bagian Kepegawaian Unhas
Unit Kerja
Jumlah
36
55
25
14
159
289
Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan kegiatan administrasi dan
kegiatan pelayanan pendidikan yang mana ini merupakan tujuan utama dari
Universitas Hasanuddin, maka Unhas telah mengeluarkan kebijakan mutu,
sebagai acuan dalam peningkatan mutu penyelenggaraan proses pendidikan di
Unhas, adapun rinciannya sebagai berikut:
1. Menyediakan personel/karyawan dengan kualifikasi dan kompetensi
yang sesuai untuk memberikan kontribusi yang optimal pada
penyelenggaraan kegiatan administrasi serta pelayanan akademik.
4
2. Meningkatkan mutu serta manajemen lembaga melalui perbaikan tata
cara kerja dan tata kelola organisasi ke arah efisiensi dan efektifitas
organisasi.
3. Meningkatkan kepuasan pelanggan (mahasiswa) melalui peningkatan
mutu kegiatan administrasi serta pelayanan akademik yang memadai
4. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga terkait sebagai bagian
pengembangan peningkatan mutu organisasi serta promosi organisasi
5. Internasionalisasi sebagai upaya pengembangan serta peningkatan
mutu organisasi
6. Mengembangkan layanan sistem informasi yang terintegrasi bagi
seluruh civitas akademika sebagai sarana pengambilan keputusan
yang efektif dan akurat serta peningkatan efektifitas kegiatan akademik.
7. Menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai untuk menunjang
kegiatan belaja mengajar.
Dari Kebijakan mutu Unhas diatas, salah satu point penting yang ingin
dicapai
adalah
tersedianya
personel/karyawan
dengan
kualifikasi
dan
kompetensi yang sesuai untuk memberikan kontribusi yang optimal pada
penyelenggaraan kegiatan administrasi serta pelayanan akademik, untuk
merealisasikan
hal tersebut, maka Unhas telah melakukan berbagai macam
program pengembangan, salah satunya melalui program pendidikan dan Latihan
(diklat), baik itu diklat pra jabatan maupun diklat dalam jabatan.
Ini sesuai dengan pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000
tentang pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil bahwa
“Pendidikan dan Pelatihan terdiri dari pendidikan dan pelatihan prajabatan dan
pelatihan dalam jabatan. Adapun penelitian ini,akan terfokus pada Diklat dalam
5
jabatan, tepatnya pada diklat Teknis. Diklat teknis ini dilaksanakan untuk
memenuhi persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan
tugas yang bersifat teknis. Diklat ini dapat dilaksanakan secara berjenjang dan
ditetapkan oleh instansi teknis yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan.
Adapun Diklat teknis yang telah dilakukan oleh Bagian Kepegawaian
Unhas seperti Diklat teknis operator komputer, diklat teknis ICT untuk pejabat
struktural, diklat teknis bendahara/keuangan, diklat teknis kearsipan, diklat teknis
perhitungan
angka kredit
dosen/kepegawaian,
diklat
teknis
penyusunan
RKAKL/dokumen perencanaan, diklat teknis tentang tugas belajar, diklat teknis
penyelesaian kasus PNS, diklat teknis pustakawan, dilat teknis EBSBED/Simpeg,
dan diklat teknis kesekretariatan.
Dalam
Proses
pelaksanaan
Diklat
yang
dilakukan
oleh
Bagian
Kepegawaian Unhas, tentunya mengalami banyak kendala, dan secara umum
dialami oleh seluruh organisasi pemerintah, seperti yang dikemukakan oleh
Miftah Thoha dalam hasil penelitiannya ditemukan beberapa masalah dalam
pelaksanaan diklat, seperti :
1. Adanya kurikulum diklat yang belum sesuai dengan kebutuhan untuk
peningkatan kinerja pegawai dan organisasi. Demikian pula dengan
ada materi yang kurang berbobot dan tidak berkaitan langsung
dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai
2. Kualitas pengajar di diklat juga ada yang perlu dipertanyakan,
terutama pengajar yang dalam memberikan materi di kelas sematamata berorientasi pada pemenuhan kuota jam
3. Selama ini belum pernah dilakukan evaluasi terhadap pegawai yang
sudah mengikuti diklat (alumni peserta diklat). Evaluasi diklat hanya
6
dalam bentuk output berupa sertifikat dan dilakukan sesaat setelah
pegawai selesai mengikuti diklat, tetapi tidak setelah pegawai kembali
ke instansinya.
4. Terbatasnya anggaran untuk melakukan Diklat.(2010:91)
Untuk mencapai tujuan diklat tentunya dibutuhkan pengelolaan atau
manajamen diklat yang baik dalam pelaksanaannya, seperti yang dikemukakan
oleh Barnardin dan Russel dalam Ambar & Rosidah (2003:178), bahwa dalam
pelaksanaan program diklat mempunyai tiga tahap aktivitas yang harus dilalui,
mencakup penilaian kebutuah diklat, pengembangan program pelatihan, dan
evaluasi program pelatihan. Ketiga tahap ini semestinya diperhatikan dalam
pelaksanaan diklat agar kualitas diklat menjadi baik sehingga tujuan dari diklat
bisa tercapai.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meniliti tentang
pelaksanaan pengembangan Sumber Daya Manusia pada Kantor Rektorat
Universitas Hasanuddin yang berjudul :
‘ANALISIS PENGEMBANGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR
REKTORAT UNIVERSITAS HASANUDDIN (STUDI KASUS DIKLAT TEKNIS)’
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
yang di rumuskan dalam bentuk :
Bagaimana Pelaksanaan Pengembangan Pegawai Negeri Sipil di Kantor
Rektorat Universitas Hasanuddin melalui Program Diklat Teknis?
7
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sesuai dengan rumusan masalah
yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu :
Untuk mendeskripsikan pengembangan Pegawai Negeri Sipil khususnya melalui
Program diklat teknis meliputi tahap analisis penilaian kebutuhan pelatihan, tahap
pengembangan program diklat dan tahap evaluasi Pelatihan di Kantor Rektorat
Universitas Hasanuddin.
3.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita
dalam pembahasan-pembahasan mengenai Manajemen publik. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan informasi yang berguna bagi masyarakat dan
sebagai bahan referensi yang mendukung bagi peneliti maupun pihak lain yang
tertarik dalam bidang penelitian yang sama.
b. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan positif
bagi pihak Universitas Hasanuddin dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan pengembangan Pegawai Negeri Sipil untuk meningkatkan
peran dan kualitas pelayanan pendidikan kepada masyarakat terutamanya
kepada mahasiswa Universitas Hasanuddin.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Landasan Teori
II.1.1 Konsep Analisis
Pengertian analisis dirumuskan The Liang Gie dalam Reny Lestaria
sebagai berikut :
“analisis merupakan segenap rangkaian pikiran yang menelaah sesuatu hal
secara mendalam terutama mempelajari bagian-bagian dari suatu kebulatan
untuk mengetahui ciri masing-masing bagian, hubungannya satu sama lain dan
peranannya dalam keseluruhan yang bulat itu”.
Dari pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa analisis berkaitan dengan
pengkajian, penelahaan, penguraian serta pemecahan masalah atas fakta yang
ada yang bertujuan agar permasalahan menjadi jelas. Selanjutnya Soejadi dalam
Muskamal memberikan definisi analisis sebagai berikut :
“analisis dapat dirumuskan sebagai rangkaian kegiatan pemikiran yang
logis, sistematis dan objektif dengan menerapkan metodologi atau teknik ilmu
pengetahuan, untuk melakukan pengkajian, penelaan, penguraian, perincian dan
pemecahan terhadap sesuatu objek atau sasaran sebagai satu kebulatan
komponen yang lebih kecil, sehingga dapat diperoleh kejelasan tentang fakta,
data dan informasi dan objek tersebut.
Pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa analisis berarti upaya
mencermati sesuatu secara mendalam atau mendetail dan merupakan kegiatan
yang sistematis dan terencana serta dilakukan secara objektif dan rasional
sehingga hasilnya dapat efektif dan efisien.
9
II.1.2 Pengertian Manajemen
Istilah Manajemen dalam bahasa latin “Managiare” yaitu “Manus” berarti
tangan dan agree yang berarti melaksanakan. Sedangkan dalam bahasa inggris
“to manage”
yang
berarti
mengurus/membimbing/mengawasi.
Pengertian
manajemen, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang universal dari para
ahli.
Definisi
umum
dari
manajemen
adalah
merupakan
kegiatan
perencanaan,pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi terhadap sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi.
Menurut Hasibuan, (2008:9) menyatakan bahwa :
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai
tujuan
tertentu.
Manajemen
ini
terdiri
men,money,method,materials,machines, dan market”
Menurut Samsudin, (2006) menyatakan bahwa :
“Manajemen didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk mencapai
tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan
(controlling).”
Menurut P. Siagian, (2001) menyatakan bahwa :
”Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu
hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”
Menurut G.R. Terry dalam Samsuddin(2006;17) menyatakan bahwa :
Manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan
perencanaan,pengorganisasian,penggerakkan,
dan
pengendalian
yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
10
ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumberdaya
lainnya.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu
hasil dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya dengan menggunakan orang lain. Selanjutnya bahwa manajemen
adalah suatu proses kegiatan untuk menggerakkan dan mengendalikan suatu
usaha kerjasama dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Adapun sasaran dari manajemen adalah :
1. Human resources : ‘dalam setiap aktivitas manajemen yang dilakukan
seharusnya selalu memperhatikan tentang potensi-potensi yang ada pada
sumber daya manusia. Hal ini disebabkan sumber daya manusia
merupakan factor yang paling penting dalam kegiatan manajemen. Tanpa
adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik, maka dapat
dipastikan kegiatan manajemen tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Sasaran terhadap sumber daya manusia, bentuk kegiatannya dapat
berupa memimpin,memotivasi dan mengarahkan orang-orang agar
aktivitasnya mengarah pada tujuan yang akan dicapai.
2. Non Human Resources : “sasaran manajemen yang kedua adalah non
human resources atau segala bentuk fasilitas yang ada untuk menunjang
pencapaian tujuan manajemen. Bentuk kegiatan non human resources
adalah mengadakan dan memelihara serta mengendalikan segala
fasilitas yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan misalnya
tempat,alat metode kerja dan sebagainya.(Ambar dan Rosidah ;2009;10)
11
Dalam uraian ini penulis akan mengemukakan unsur-unsur manajemen
yang lebih dikenal dengan 5 M, sebagai berikut :
1. Man
2. Money
3. Methode
4. Material
5. Machine.
Unsure Man ini berkembang menjadi satu bidang ilmu manajemen yang
disebut
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
(MSDM)
yang
merupakan
terjemahan dari Man Power Management.
II.1.3 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam zaman modern ini, manusia memiliki peran seran sentral dalam
pencapaian tujuan-tujuan organisasi, tak terbantahkan. Konsekuensinya adalah,
dibutuhkan anggota organisasi, atau sumber daya manusia, yang tidak saja
berkemampuan, tetapi memiliki motivasi tinggi dan beretika. Disinilah kemudian,
manajemen sumber daya manusia yang efektif menjadi sangat penting. Dalam
intensitas dan cakupan yang beragam, aktivitas manajemen SDM menjadi
bagian penting dan strategis dalam system organisasi apapun jenis dan
ukurannya, bersinergi dengan fungsi-fungsi organisasi lainnya. Manajemen
sumber Daya Manusia adalah fungsi pokok organisasi yang bertanggung jawab
untuk mendapatkan SDM terbaik, melatih mereka secara tepat, dan memotivasi
dan mempertahankan mereka untuk tetap berkiprah dalam organisasi.
Ambar dan Rosidah (2003;12) mengemukakan,
“Pengertian Manajemen Sumber daya manusia (MSDM) sebagai usaha untuk
mengerahkan dan mengelola sumberdaya manusia di dalam organisasi agar
mampu berpikir dan bertindak sebagaimana yang diinginkan oleh organisasi.”
12
Menurut Notoatmodjo,(2009:85),manajemen sumber daya manusia pada
hakekatnya adalah penerapan manajemen tersebut khusus untuk sumber daya
manusia, sehingga dapat di definisikan : manajemen sumber daya manusia
adalah
seni
untuk
merencanakan,
mengorganisasikan,
mengarahkan,
mengawasi kegiatan-kegiatan sumber daya manusia karyawan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
Menurut Samsuddin (2006:22) manajemen sumber daya manusia (human
resources management) adalah :
suatu
kegiatan
pengelolaan
yang
meliputi
pendayagunaan,
pengembangan,penilaian,pemberian balsa jasa bagi manusia sebagai individu
anggota organisasi atau perusahaan bisnis.
Sedangkan Menurut Marwansyah, (2010:3) Manajemen sumber daya
manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam
organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya
manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan karir, pemberian kompensasi
dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja dan hubungan industrial
Dari beberapa informasi di atas dapatlah dikatakan bahwa sumber daya
manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan perlu dikelola secara strategis,
agar mampu menghasilkan prestasi yang dapat dinilai sebagai suatu asset.
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu pengakuan terhadap
pentingnya SDM dalam organisasi, dan pemanfaatannya dalam berbagai fungsi
dari kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, serta diperlukan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna memberikan satuan kerja yang efektif
bagi organisasi.
13
II.1.4 Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di setiap organisasi,baik itu organisasi Pemerintah
maupun swasta memerlukan pengembangan demi menghadapi tuntutan-tuntutan
tugas atau menyesuaiakan diri dengan tuntutan kemajuan ilmu dan teknologi.
Pengertian pengembangan sumber daya manusia (PSDM) dikemukakan sebagai
berikut:
Segala upaya yang sistematis dan terencana dalam rangka mewujudkan
dan meningkatkan kualitas SDM, baik yang menyangkut aspek fisik maupun non
fisik, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang tinggi bagi dirinya dan
organisasinya. (Nimran, 1995:28)
Selain itu, pengembangan sumber daya manusia dapat ditinjau secara
makro dan mikro. Berikut ini adalah pengertian keduanya.
Proses pengembangan sumber daya manusia secara makro, adalah suatu
proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai
suatu tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan di sini mencakup
perencanaan,
pengembangan
dan
pengelolaan
sumber
daya
manusia.
Sedangkan pengembangan sumber daya manusia secara mikro adalah suatu
proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau
karyawan untuk mencapai suatu hasil optimal. Dapat disimpulkan bahwa proses
pengembangan sumber daya manusia itu terdiri dari perencanaan (planning),
pendidikan
dan
pelatihan
(education
and
training)
dan
pengelolaan
(management). (Notoatmodjo, 1998: 2-3).
Pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah penting dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan pembangunan secara efektif. Pengembangan
sumber daya manusia yang terarah dan terencana di sertai dengan pengelolaan
14
yang baik akan menghemat sumber daya alam, atau setidak-tidaknya
pengolahan dan pemakaian sumber daya alam dapat secara berdaya guna dan
berhasil guna.
Demikian pula pengembangan sumber daya manusia secara mikro
disuatu organisasi sangat penting dalam mencapai hasil kerja yang optimal. Baik
secara makro maupun mikro, pengembangan sumber daya manusia adalah
merupakan bentuk investasi.
II.1.4.I Manfaat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Hasil yang diharapkan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia
(PSDM) akan memiliki manfaat baik untuk organisasi maupun untuk anggota
organisasi.
Ini seperti yang disebutkan oleh Siagian (2007:183), bahwa bagi organisasi
terdapat 7 (tujuh) manfaat yang dapat dipetik melalui penyelenggaraan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), yaitu :
1. Peningkatan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan antara
lain
karena
tidak
terjadinya
pemborosan,
karena
kecermatan
melaksanakan tugas, tumbuh suburnya kerja sama antara berbagai
satuan kerja yang melaksanakan kegiatan yang berbeda dan bahkan
spesialistik, meningkatnya tekad mencapai sasaran yang telah ditetapkan
serta lancarannya koordinasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu
kesatuan yang bulat dan utuh.
2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan antara
lain karena adanya pendelgasian wewenang, interaksi yang didasarkan
pada sikap dewasa baik secara teknikal maupun intelektual, saling
15
menghargai dan adanya kesempatan bagi bawahan untuk berpikir dan
bertindak secara inovatif
3. Terjadinya proses pengembilan keputusan yang lebih cepat dan tepat
karena
melibatkan
para
pegawai
yang
bertanggung
jawab
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan operasional dan tidak sekedar
diperintahkan oleh para manajer
4. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi
dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi
5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya
manajerial yang partisipatif
6. Memeperlancara jalannya komunikasi yang efektif yang pada gilirannya
memperlancar
proses
perumusan
kebijaksanaan
organisasi
dan
operasionalisasinya
7. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalah tumbuh
suburnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan di kalangan para
anggota organisasi
Bagi
anggota
organisasi,
manfaat
yang
dapat
dipetik
dari
pelaksanaanPengembangan Sumber Daya Manusia ini, antara lain :
1. Membantu para pegawai membuat keputusan denganlebih baik
2. Meningkatkan
kemampuan
para
pekerja
menyelesaikan
berbagai
masalah yang dihadapinya
3. Terjadinya internalisasi dan operarasionalisasi factor-factor motivasional
4. Timbulnya dorongan dalam diri para pekerja untuk terus meningkatkan
kemampuan kerjanya
16
5. Peningkatan kemampuan pegawai untuk mengatasi stress, frustrasi dan
konflik
6. Tersedianya
informasi
tentang
berbagai
program
yang
dapat
dimanfaatkan oleh para pegawai dalam rangka pertumbuhan masingmasing secara teknikal dan intelektual
7. Meningkatkkan kepuasan kerja
8. Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang
9. Makin besarnya tekad pekerja untuk lebih mandiri
10. Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di masa depan
Selanjutnya tujuan di adakannya pelatihan dan pengembangan menurut
As’ad (2001:75) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas kerja
2. Meningkatkan mutu kerja
3. Meningkatkan ketepatan dalam human resource planning
4. Meningkatkan moral kerja
5. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
6. Menunjang pertumbuhan pribadi
Jadi pada dasarnya pelaksanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(PSDM) ditujukan untuk peningkatan penguasaan akan keterampilan dan
pengetahuan karyawan atau dalam upaya peningkatan kinerja.
Oleh karena itu pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia perlu
mempertimbangkan beberapa factor, yaitu :
a. Faktor internal, terdiri dari:
1) Misi dan tujuan organisasi
2) Strategi pencapaian tujuan
17
3) Sifat dan jenis kegiatan
4) Jenis teknologi yang digunakan
b. Faktor eksternal, terdir dari :
1) Kebijaksanaan pemerintah
2) Sosio budaya masyarakat
3) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Notoatmodjo,2009:12)
Usaha-usaha pengembangan sumber daya manusia dapat diarahkan
pada 3 (tiga) sasaran, yaitu :
a. Aspek kognitif
b. Aspek psikomotorik
c. Aspek afektif (Nimran,1995:28)
Aspek kognitif, yaitu menyangkut kemampuan pikir manusia untuk
mengetahui, memahami dan menjelaskan suatu fenomena. Dalam kehidupan
sehari-hari istilah ini sering disebut dengan pengetahuan
Aspek
psikomotorik,
yaitu
menyangkut
kemampuan
manusia
memanfaatkan anggota fisiknya untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau
menyelesaikan masalah. Dalam kehidupan sehari-hari isitilah ini sering
disebut denga keterampilan.
Aspek afektif, yaitu menyangkut kemampuan manusia untuk menangkap
dan menerjemahkan segala sesuatu dengan mata hatinya, yang kemudian
menjadi pembimbingnya dalam bertindak. Dalam kehidupan sehari-hari
aspek ini dekat dengan konsep tentang moral,mental,etika dan sikap.
18
Jadi, dapat dikatakan bahwa: “sasaran dari Pengembangan Sumber Daya
Manusia itu pada dasarnya adalah berkenaan dengan pengetahuan dan
keterampilan, dan sikap”. (Nimran,1995:28).
Di kalangan pengelola organisasi baik pemerintah maupun swasta, sering
terdapat persepsi yang membedakan antara pelatihan dan pengembangan
dalam sumber daya manusia (SDM).
“Pembedaan tersebut pada intinya mengatakan bahwa pelatihan dimaksudkan
untuk membantu meningkatkan kemampuan para pegawai melaksanakan tugas
sekarang, sedangkan pengembangan lebih berorientasi pada peningkatan
produktivitas kerja para pekerja di masa depan. Akan tetapi sesungguhnya
pembeadaan tersebut tidak perlu di tonjokan karena manfaat pelatihan yang
ditempuh sekarang dapat berlanjut sepanjang karier seseorang. Berarti suatu
pelatihan dapat mempersiapkannya memikul tanggung jawab yang besar di
kemudian hari (Siagian,2007:182).
Dari penjelasan di atas ditunjukan bahwa penekanan pelatihan adalah
untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas sekarang, sedangkan
pengembangan menekankan peningkatan kemampuan melaksanakan tugas
baru di masa depan
II.1.5 Konsep Pendidikan dan Pelatihan
II.1.5.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Penggunaan istlah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau
organisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Untuk
yang menangani pendidikan dan pelatihan pegawai atau karyawan lazim disebut
Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan).
19
Pendidikan (formal) di dalam suatu organisasi adalah suatu proses
pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang
bersangkutan. Sedangkan pelatihan (training) sering dikacaukan penggunaannya
dengan latihan (practice atau exercise) ialah merupakan bagian dari suatu
proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang.
“Menurut Siswanto (2003:200) pendidikan adalah segala sesuatu untuk
membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah,
dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar
sekolah, untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan
selalu ada dalam
pendidikan
yang
keseimbangan.
menyangkut
Sedangkan Pelatihan adalah
proses
belajar
untuk
bagian
memperoleh
dan
meningkatkan keterampilan di luar system pendidikan yang berlaku dalam waktu
yang relative singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek
daripada teori.”
“Menurut Edwin B.Flippo dalam Hasibuan (2006:69) Education is
concerned with increasing general knowledge and understanding of our total
environment. Training is the act of increasing the knowledge and skill of an
employee for doing a particular job. Pendidikan adalah berhubungan dengan
peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara
menyeluruh.
Pelatihan
adalah
merupakan
suatu
usaha
peningkatan
pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan tertentu.”
20
Dalam UU No. 2 Tahun 1989 disebut bahwa “Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,pengajaran,
dan atau latihan-latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Secara operasional dapat dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu
proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan
sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja dala hal ini
pegawai Negeri Sipil yang dilakukan oleh tenaga professional kepelatihan dala
satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta
dalam
bidang
pekerjaan
tertentu
guna
meningkatkan
efektivitas
dan
produktivitias dalam suatu organisasi.
Menurut
S.P.
Siagian
(1986)
mengatakan
“pendidikan
adalah
keseluruhan proses, teknik, dan metode belajar mengajar dalam rangka
mengalihkan sesuatu ilmu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian tersebut di atas mengandung tiga hal pokok, diantaranya :
1. Pendidikan merupakan salah satu proses belajar mengajar dengan
menggunakan teknik dan metode tertentu.
2. Pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung reltive
lama dan diselenggarakan dengan pendekatan structural
3. Pendidikan merupakan serangkaian kegiatan pengalihan ilmu dari
seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar tertentu.
Menurut S.P. Siagian (1986), “pelatihan adalah suatu proses belajar
mengajar
dengan
mempergunakan
teknik
dan
metode
tertentu
untuk
meningkatkan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang”.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
pelatihan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk lebih meningkatkan
21
keterampilan dan kemampuan agar dapat meningkatkan cara berfikir dan
bertindak agar lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab.
Pengertian
pelatihan
dikemukakan
oleh
Andrew
E.Sikula
dalam
Martoyo(2000:63) :
“training is short-terms aducational process utilizing a systematic and organized
procedure by which non managerial personnel learn technical knowledge and
skills for a definite purpose”.
Andrew E. Sikula mengemukakan bahwa pelatihan (training) adalah suatu
proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan
terorganisasi,
pegawai
non
manajerial
mempelajari
pengetahuan
dan
keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.
Menurut Widjaja A.W (1986) mengatakan pendidikan adalah proses
pengembangan sumber daya manusia.
Pendidikan dimaksudkan untuk
membina kemampuan atau mengembangkan kemampuan berfikir para pegawai,
meningkatkan kemampuan mengeluarkan gagasan-gagasan para pegawai
sehingga mereka dapat menunaikan tugas kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan Pelatihan menurut Widjaja A.W (1986) adalah setiap usaha
untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya
dengan pekerjaannya. Dengan demikian, pelatihan lebih mengembangkan
keterampilan teknis sehingga pegawai dapat menjalankan pekerjaan sebaikbaiknya. Latihan berhubungan langsung dengan pengajaran tugas pekerjaan.
22
Menurut
Mangkuprawira S (2004:135) Pendidikan memberikan
pengetahuan tentang subyek tertentu, tetapi sifatnya lebih umum dan lebih
terstruktur untuk jangka waktu yang jauh lebih panjang, sedangkan Pelatihan
merujuk pada pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat
digunakan dengan segera.
Sedangkan pengertian Pelatihan menurut Wursanto (1989;60) adalah
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh manajemen kepegawaian dalam
rangka meningkatkan pengetahuan, kecakapan, keterampilan, keahlian dan
mental para pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan
pelatihan adalah proses memberi bantuan kepada pegawai agar memiliki
efektivitas dalm pekerjaannya yang sekarang maupun di kemudian hari, dengan
jalan
mengembangkan
keterampilan,
pada
pengetahuan,
dirinya
sikap
kebiasaan
serta
berfikir
pengertian
dan
yang
bertindak,
tepat
untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Menurut pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil bahwa “Pendidikan dan
Pelatihan terdiri dari pendidikan dan pelatihan pra jabatan serta pendidikan dan
pelatihan dalam jabatan.
a. Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Pendidikan dan pelatihan pra jabatan adalah pendidikan dan pelatihan
yang diprasyaratkan dalam pengangkatan pegawai Negeri Sipil. Program ini
diperuntukkan untuk pemberian bekal bagi CPNS dengan tujuan agar ia dapat
terampil melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
23
Pendidikan dan pelatihan prajabatan dilaksanakan untuk memberikan
pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian
dan etika pegawai Negeri Sipil, disamping pengetahuan dasar tentang system
penyelenggaraan pemerintahan Negara, bidang tugas, dan tanggung jawabnya
sebagai pelayan masyarakat.
Diklat Prajabatan ini untuk member pengetahuan dasar yang cukup bagi
CPNS
mengenai
system
penyelenggaraan
pemerintahan
dalam
rangka
pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika. Setiap CPNS wajib
mengikuti dan lulus Diklat prajabatan ini. Setiap PNS wajib mengikuti Diklat ini
selambat-lambatnya dua tahun setelah pengangkatan sebagai CPNS. Diklat ini
merupakan suatu syarat untuk diangkat menjadi PNS. diklat Prajabatan ini terdiri
dari :

Diklat prajabatan golongan I untuk PNS golongan I

Diklat prajabatan golongan II untuk PNS golongan II

Diklat prajabatan golongan III untuk PNS golongan III
b) Pendidikan dan Pelatihan dalam Jabatan
Program pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
mengembangkan mutu, keahlian, kemampuan, keterampilan, sikap PNS agar
dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan yang dipercayakan kepadanya
dengan baik.
Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan adalah pendidikan dan pelatihan
yang dilaksanakan dalam jabatan yang terdiri dari :
1. Pendidikan dan pelatihan structural
2. Pendidiakn dan pelatihan fungsional
3. Pendidikan dan pelatihan teknis
24
a) Diklat Struktural/Diklat Kepemimpinan (Dilatpim)
Tujuan diadakan Dilatpim ini untuk memenuhi persyaratan kompetensi
kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang eselon jabatan
structural tertentu. Diklatpim terdiri dari Diklatpim Tingkat IV untuk jabatan
structural eselon IV, Dilatpim Tingkat III untuk jabatan structural eselon III,
Dilatpim Tingkat II untuk jabatan structural eselon II, dan Dilatpim Tingkat I, untuk
jabatan structural eselon I.
Pendidikan dan pelatihan structural adalah pendidikan dan pelatihan
yang dipersyaratkan bagi pegawai negeri sipil yang akan dan telah menduduki
jabatan structural. Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 38
Tahun 2002 Tentang pendidikan dan Pelatihan Prajabtan dan Kepemimpinan
dijajaran Departemen Dalam Negeri dan Daerah Pasal 1 yaitu :
“Diklat kepemimpinan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar
yang diberlakukan kepada pegawai negeri sipil dalam mencapai dan atau
melengkapi persyaratan kompetensi kepemimpinan sesuai jenjang jabatan
struktrual tertentu.
Sementara dalam pasal 6 yang menyatakan: Jenis dan jenjang diklat
kepemimpinan, terdiri dari :
a. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV untuk jabatan structural Eselon IV
b.
Diklat Kepemimpinan Tingkat III untuk jabatan structural Eselon III
c. Diklat Kepemimpinan Tingkat II untuk jabatan structural Eselon II
d. Diklat Kepemimpinan Tingkat I untuk jabatan structural Eselon I
b) Diklat Fungsional
Tujuan diadakan Diklat ini adalah untuk memenuhi persyaratan
kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional tertentu.
25
Jenis dan jenjang Diklat Fungsional untuk masing-masing jabatan fungsional
ditetapkan oleh instansi Pembina jabatan fungsional yang bersangkutan sesuai
dengan kebutuhan setiap instansi.
C) Diklat Teknis
Diklat ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan kompetensi teknis
yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas yang bersifat teknis. Diklat ini dapat
dilaksanakan secara berjenjang dan ditetapkan oleh instansi teknis yang
bersangkutan sesuai dengan kebutuhan.
II.1.5.2 Manfaat dan Tujuan Program Pendidikan dan Latihan
Pendidikan dan Pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk
investasi. Oleh karena itu setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang,
maka pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya harus memperoleh perhatian
yang besar. Menurut Wursanto (1989:60), ada berbagai manfaat pendidikan
pelatihan pegawai, yaitu : 1) Pendidikan dan pelatihan meningkatkan stabilitas
pegawai, 2) pendidikan dan pelatihan dapat memperbaiki cara kerja pegawai, 3)
dengan pendidikan dan pelatihan pegawai
dapat
berkembang dengan
cepat,efisien dan melaksanakan tugas dengan baik, 4)dengan pendidikan dan
pelatihan berarti pegawai diberi kesempatan untuk mengembangkan diri.
Adapun tujuan pendidikan dan pelatihan menurut Henry Simamora dalam
Ambar T.Sulistiyani & Rosidah, (2003:174), yaitu :
1. Memperbaiki kinerja
2. Memutakhirkan keahlian para pegawai sejalan dengan kemajuan
teknologi
3. Membantu memecahkan persoalan operasional
4. Mengorientasikan pegawai terhadap organisasi
26
5. Memenuhi kebuthan-kebutuhan pertumbuhan pribadi
6. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pegawai dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Tujuan pendidikan juga dapat dirumuskan berdasarkan tujuan pendidikan
nasional, yang juga terkait dengan upaya peningkatan kualitas manusia yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekertiluhur,
berkepribadian,mandiri,maju,tangguh,cerdas,kreatif,terampil,berdisiplin,
beretos
kerja,profesioanl,bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan
rohani.
Menurut pasal 2 dan pasal 3 PP Nomor 101 Tahun 2000 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil bahwa tujuan dan sasaran
diklat adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan,keahlian,keterampilan, dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan dilandasi
kepribadian etika pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan instansi
2. Menciptkan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa
3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat
4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
pemerintahan yang baik.
27
Dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 38 Tahun 2002 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan dan Kepemimpinan di jajaran Departemen
Dalam Negeri dan Daerah Pasal 2 menyebutkan bahwa :
1. Diklat prajabatan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dalam
rangka pembentukan wawasan kebangsaan,kepribadian dan etika
PNS,disamping pengetahuan dasar tentang system penyelenggaraan
pemerintah Negara,bidang tugas dan budaya organisasi agar mampu
melaksanakan tugas dan peranannya sebagai pelayan masyarakat;
2. Diklat kepemimpinan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap
untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara professional
dilandasi kepribadian dan etika PNS.
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi
pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan
demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.
e. Mencapai persyaratan atau kompetensi kepemimpinan aparatur
pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan structural
II.1.6. Konsep Program Pendidikan dan Pelatihan
II.1.6.1 Tahap-tahap Pendidikan dan Pelatihan
Kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan merupakan tanggung jawab
bagian kepegawaian dan penyedia (pimpinan) langsung. Pimpinan mempunyai
28
tanggung jawab atas kebijakan-kebijakan umum dan prosedur yang dibutuhkan
untuk menerapkan program pendidikan dan pelatihan pegawai.
Menurut Barnardin dan Russel dalam Ambar & Rosidah (2003:178),
menyatakan bahwa program pelatihan mempunyai tiga tahap aktivitas yang
mencakup :
a. Penilaian kebutuhan pelatihan, yang tujuannya adalah mengumpulkan
informasi untuk menentukan, dibutuhkan atau tidaknya program
pelatihan
b. Pengembangan program pelatihan (development), bertujuan untuk
merancang lingkungan pelatihan dan metode-metode pelatihan yang
dibutuhkan guna mencapai tujuan pelatihan
c. Evaluasi program pelatihan (evalution), mempunyai tujuan untuk
menguji dan menilai apakah program-program pelatihan yang telah
dijalani, secara efektif mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Siagaan (2003:185-186) bahwa ada langkah-langkah atau
tahap-tahap yang perlu ditempuh dalam pelatihan. Langkah-langkah tersebut,
yaitu :
a. Penentuan kebutuhan
Analisis kebutuhan itu harus mampu mendiagnosa paling sedikit
dua hal, yaitu masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan
berbagai tantangan baru yang diperkirakan akan timbul di masa
depan
b. Penentuan sasaran
Sasaran yang ingin dicapai itu dapat bersifat teknikal akan tetapi
dapat pula menyangkut keperilakuan. Atau mungkin juga kedua-
29
duanya.
Berbagai
sasarah
harus
dinyatakan
sejelas
dan
sekongkret mungkin, baik bagi para pelatih maupun para peserta.
c. Penetapan isi program
Sifat suatu program pelatihan ditentukan paling sedikit oleh dua
factor, yaitu hasil analisis penentuan kebutuhan dan sasaran yang
hendak dicapai.
d. Identifikasi Prinsip-prinsip belajar
Prinsip belajar yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan
berkisar pada lima hal, yaitu partisipasi, repetis, relevansi,
pengalihan dan umpan balik
e. Pelaksanaan Program
Penyelenggaraan program pelatihan sangat situasioanal sifatnya.
Artinya, dengan penekanan pada perhitungan kepentingan
organisasi dan kebutuhan para peserta, penerapan prinsip-prinsip
belajar tercermin pada penggunaan teknik-teknik tertentu dalam
proses belajar mengajar.
f.
Penilaian pelaksanaan program
Pelaksanaan program pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila
dalam diri para peserta pelatihan tersebut terjadi suatu proses
transformasi. Proses transformasi dapat dikatakn baik apabila
terjadi
dua
hal,
yaitu
peningkatan
kemampuan
dalam
melaksanakan tugas dan perubahan sikap perilaku yang tercermin
dalam sikap, disiplin dan etos kerja
30
II.1.6.2. Proses Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses yang akan menghasilkan
suatu perubahan perilaku sasaran pendidikan dan pelatihan. Secara nyata
perubahan perilaku itu berbentuk peningkatan mutu kemampuan dari sasaran
pendidikan dan pelatihan.
Menurut
Notoatmodjo
(2009:19)Teori
pendidikan
dan
pelatihan
merupakan factor yang mempengaruhi proses pendidikan dan pelatihan yang
dibedakan menjadi dua yaitu perangkat lunak (Software) dan perangkat keras
(hardware).
Masih menurut Notoatmodjo, Perangkat lunak dalam proses pendidikan
dan pelatihan ini mencakup kurikulum, organisasi pendidikan dan pelatihan,
peraturan-peraturan, metode belajar mengajar, dan tenaga pengarjar atau
pendidik. Sedangkan perangkat keras yang juga besar pengaruhnya terhadap
proses ialah fasilitas-fasilitas, yang mencakup : gedung,perpustakaan (buku-buku
referensi),alat bantu pendidikan dan sebagainya.
Pendekatan lain mengatakan bahwa factor fasilitas, seperti tenaga
pengajar atau pelatih, alat bantu pendidikan dan pelatihan atau peraga, metode
belajr mengajar itu digolongkan menjadi sumber daya yang terdiri dari 4M
(man,money,materil, dan methods).
Sedangkan kurikulum itu merupakan factor tersendiri yang sangat besar
pengaruhnya terhadap proses pendidikan pelatihan. Didalam manajemen
sumber daya (4M/dimaksukkan dalam input, sehingga hanya ada 3 unsur, yakni
input,proses dan ouput).
Menurut Notoatmodjo, secara skematis proses pendidikan dan pelatihan
yang telah dirakan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
31
Input ::
-peserta
-kurikulum
-metode
-dsb
Output:
Lulusan
berkemampuan
Proses Diklat
Gambar 2.1 : Proses Pendidikan dan Pelatihan
II.1.6.3. Metode Pendidikan dan Pelatihan
Metode pendidikan dan pelatihan meruapakan suatu cara sistematis yang
dapt
memberikan
penyelenggaraan
deskripsi
secara
luas
serta
dapat
mengkondisikan
pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan aspek
kognitif,afektif dan psikomotirk tenaga kerja terhadap tugas dan pekerjaannya
(Siswanto,2003:214). Metode pendidikan dan pelatihan merupakan pendekatan
terhadap cara penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Menurut Notoatmodjo (2009:23), Pendidikan dan Pelatihan bagi para
karyawan atau pegawai di suatu organisasi atau institusi biasanya dikelompikkan
menjadi 2, yaitu :
a. Pre-service
training
(Pelatihan
sebelum
menjalankan
tugas
atau
pekerjaan)
b. In-service traning (Pelatihan setelah menjalankan tugas), yang terbagi
dua, yakni : pelatihan di luar tugas (off the job training) dan pelatihan di
dalam tugas (on the job training)
II.1.6.4. Kendala-kendala Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Dalam melaksanakan pengembangan pegawai, ada beberapa kendalakendala yang harus dihadapi organisasi. Menurut Hasibuan (2006:85-86),
32
kendala-kendala
pengembangan
yang
dapat
menghambat
pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan, yaitu :
1) Peserta
Peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau
heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengalaman kerjanya dan
usianya. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran dan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan karena daya tangkap,persepsi dan
daya nalar mereka terhadap pelajaran yang diberikan berbeda.
2) Pelatih
Pelatih yang ahli dan cakap mentransfer pengetahuannya kepada peserta
pendidikan dan pelatihan sulit di dapat. Akibatnya, sasaran yang
diinginkan tidak tercapai. Misalnya, ada pelatih yang ahli dan pintar tetapi
tidak dapat mengajar dan berkomunikasi secara efeftif atau teaching
skillnya tidak efektif, jadi dia hanya pintar serta ahli untuk dirinya sendiri.
3) Fasilitas pengembangan
Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan untuk
pendidikan dan pelatihan sangat kurang atau kurang baik. hal ini akan
menghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pegawai
4) Kurikulum
Kurikulum yang diajarkan tidak sesuai atau menyimpang serta tidak
sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginkan oleh pekerjaan atau
jabatan peserta
33
5) Dana Pengembangan
Dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbatas sehingga
sering dilakukan secara paksa, bahkan pelatih maupun saranya kurang
memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.
II.1.7 Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Pegawai negeri sipil sebagai unsur utama sumber daya manusia aparatur
Negara yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengembangkan
tugas pemerintahan dan pembangunan.
Dalam undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian pada
pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa, “Pegawai Negeri adalah setiap warga
Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
negeri, atau diserahi tugas Negara lainnya, dan di gaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Memacu pada pengertian tersebut,maka pegawai negeri sipil adalah :
a. Telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang
c. Diserahi suatu jabatan negeri atau tugas Negara lainnya
d. Diberi gaji sesuai peraturan pemerintah yang berlaku
Pembahasan selanjutnya dalam undang-undang tersebut pada pasal 2
dijelaskan jenis-jenis pegawai negeri, yaitu :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
34
Sedangkan pegawai negeri sipil sendiri, terdiri atas pegawai negeri sipil
pusat dan pegawai negeri sipil daerah.
Pegawai Negeri Sipil pusat adalah pegawai negeri yang gajinya
dibebankan pada anggaran APBN dan bekerja pada departemen, lembaga
pemerintah non departemen, sekretariatan lembaga tertinggi Negara, instansi,
vertical
di
dalam
propinsi/
kabupaten/
kota,
dipekerjakan
untuk
menyelenggarakan tugas Negara lainnya.
II.2. Kerangka Konseptual
Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan kegiatan administrasi
serta pelayanan pendidikan, khususnya di lingkungan Universitas Hasanuddin,
maka salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah keberadaan Pegawai
administrasi yang memiliki kompetensi dan kualifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan kerja. Oleh karena itu pengembangan terhadap Pegawai sangat
mutlak untuk dilakukan.
Pengembangan SDM menurut Hasibuan (2006;69) adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral
karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan
latihan (diklat).
Dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000,Diklat
terbagi atas Diklat pra jabatan dan Diklat dalam jabatan, pada penelitian ini akan
memfokuskan pada Pelaksanaan Diklat Teknis pada Pegawai Negeri Sipil di
Kantor Rektorat Unhas. Diklat Teknis merupakan bagian dari diklat dalam
jabatan, tujuan dilaksanakannya untuk memenuhi dan meningkatkan kualitas
non fisik sumberdaya manusia (pegawai) berupa peningkatan kemampuan
pengetahuan dan kemampuan keterampilan.
35
Kualitas diklat sangat tergantung dari tahapan-tahapan aktivitas yang
dilakukan oleh penyelenggara diklat dalam hal ini dilakukan oleh Bagian
Kepegawaian Rektorat Unhas, baik sebelum menentukan pelaksanaan diklat
sampai pada evaluasi diklat, Menurut Barnardin dan Russel dalam Ambar &
Rosidah (2003:178), menyatakan bahwa program pendidikan dan latihan
mempunyai tiga tahap aktivitas yang mencakup :
a. Penilaian kebutuhan pelatihan,
b. Pengembangan program pelatihan (development),
c. Evaluasi program pelatihan (evalution).
Tahap Penilaian kebutuhan pelatihan perlu untuk dilakuan dengan tujuan
untuk
mengumpulkan informasi yang dipakai untuk menentukan, dibutuhkan
atau tidaknya program pelatihan.
Tahap pengembangan program pelatihan bertujuan untuk merancang
lingkungan pelatihan dan metode-metode pelatihan yang dibutuhkan guna
mencapai tujuan pelatihan. menurut Hasibuan (2006:75) mengungkapkan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap pengembangan diklat ini, yaitu
:
1. Tujuan (sasaran)
2. Kurikulum
3. Sarana
4. Peserta
5. Pelatih
6. Pelaksanaan
Tahap evaluasi mempunyai tujuan untuk menguji dan menilai apakah
program-program pelatihan yang telah dijalani, secara efektif mampu mencapai
36
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dalam hal ini tujuan dari pelaksanaan
diklat teknis adalah untuk meningkatkan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
tugas yang bersifat teknis.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan model kerangka
konseptual yang akan dijadikan sebagai landasan berpikir agar dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang Pengembangan Pegawai Negeri Sipil
di Kantor Rektorat Unhas melalui Diklat teknis. Hal ini dapat dilihat jelas pada
kerangka konseptual sebagai berikut :
37
Pengembangan SDM
1. Tahap Penilaian
Kebutuhan Pelatihan
Pendidikan &
Latihan
Diklat Teknis
Peningkatan
Kompetensi teknis
2. Tahap Pengembangan
Program Diklat :
a. Tujuan
b. Kurikulum
c. Sarana
d. Peserta
e. Pelatih
f. Pelaksanaan
3. Tahap Evaluasi
Pelatihan
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegiatan tertentu. Ini berarti untuk mendapatkan data yang
valid dalam penelitian haruslah berlandaskan keilmuan yaitu rasional, empiris
dan sistematis. Untuk memperoleh semuanya itu maka, dalam bab ini penulis
akan menjabarkan metode yang akan digunakan untuk memperoleh data
penelitian yang valid.
III. 1. Pendekatan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah serta sesuai dengan tujuan yang
diinginkan, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Studi
kasus Kualitatif dimana dalam penelitian yang dilakukan hanya bersifat Deskriptif
yaitu terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau
peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta dan
memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek
yang diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh (Creswell, 1998:15). Bogdan dan
Taylor (Moleong, 2007:3) bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan
untuk mengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada
masalah proses dan makna dengan cara mendeskripsikan suatu masalah.
III. 2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini yaitu pada Kantor Rektorat Universitas
Hasanuddin di Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar.
39
III. 3. Tipe dan Dasar Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
Deskriptif. Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu
masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat
sekedar untuk mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif
tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang di teliti. Sedangkan dasar
penelitiannya adalah wawancara kepada narasumber/informan yang berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan rumusan
masalah penelitian.
III. 4. Unit Analisis
Unit penelitian ini adalah organisasi, yakni Bagian Kepegawaian Kantor
Rektorat Universitas Hasanuddin. Unit analisis ini didasarkan pada pertimbangan
tentang pelaksanaan pengembangan Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Rektorat
Universitas Hasanuddin melalui diklat teknis.
III. 5. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan cara.
Menurut Lofland (1984;47) sebagaimana yang dikutip Lexi J. Moeleong bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Penelitian dilakukan pada dua sumber, yaitu penelitian yang dilakukan
dalam penelitian lapangan dan dari penelitian akan didapatkan dua jenis data
yaitu:
40
III. 5. 1. Data Primer
Penelitian ini disebut Field Research, dimana penulis langsung
berkomunikasi dengan sumber data berupa data primer kemudian untuk
memperoleh data dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data
dengan menerapkan teknik pengumpulan data yang dapat disebutkan pada
uraian selanjutnya.
III. 5. 2. Data Sekunder
Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data
sekunder dapat diperoleh melalui media lain yang bersumber pada buku-buku
perpustakaan atau data-data dari perusahaan.
III. 6. Narasumber atau Informan
Penelitian mengenai
pengembangan Pegawai Negeri Sipil di Kantor
Rektorat Unhas melalui Program Diklat teknis ini memerlukan informan yang
mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung dengan masalah yang
penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat. Oleh sebab
itu, informan yang dimaksud adalah Pegawai Negeri Sipil di Kantor Rektorat
Unhas.
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi latar penelitian. Informan ini harus banyak pengalaman tentang
penelitian, serta dapat memberikan pandangannya dalam tentang nilai-nilai,
sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Dalam
penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah pegawai baik pimpinan
ataupun bawahan yang terlibat dalam proses perubahan itu sendiri.
41
Adapun informan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kepala Biro Administrasi Umum Unhas
2. Kepala Bagian Kepegawaian Rektorat Unhas
3. Kasubag Tenaga Administrasi Bagian kepegawaian Rektorat Unhas
4. Pegawai Rektorat Unhas
III. 7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian untuk mendapatkan data
primer dengan mengadakan peninjauan langsung pada perusahaan yang dipilih
menjadi lokasi penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data berhubungan
dengan hal yang akan diteliti agar lebih meyakinkan dan lebih akurat. Studi
lapangan ini dilakukan antara lain dengan cara:
1.
Wawancara
Wawancara
yaitu
suatu
cara
untuk
mendapatkan
dan
mengumpulkan data melalui Tanya jawab dan dialog atau diskusi
dengan informan yang dianggap mengetahui banyak tentang objek
dan masalah penelitian yang dilakukan
2.
Observasi
Observasi yaitu cara untuk memperoleh data melalui kegiatan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh
keterangan atau data yang relevan dengan objek penelitian
3.
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengkaji dokumen-dokumen baik berupa buku referensi maupun
42
peraturan atau pasal yang berhubungan dengan penelitian ini guna
melengkapi data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.
III. 8. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan, maka penulis
menggunakan teknik analisa data yang bersifat kualitatif dengan cara
menganalisis konteks dari telaah pustaka dan menganalisis pernyataan dari hasil
wawancara yang didapatkan dari informan yang dianggap mampu untuk
memberikan informasi yang akurat sesuai dengan masalah penelitian.
III. 9 Fokus Penelitian
Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman terhadap konsepkonsep penting yang digunakan dalam penelitian ini maka dikemukakan focus
penelitian sebagai berikut :
Pengembangan SDM menurut Hasibuan (2006;69) adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral
karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan
latihan.
Diklat merupakan suatu proses pembelajaran dalam organisasi yang
mengarah pada perubahan sikap dan perilaku pegawai guna memenuhi harapan
kualifikasi kerja dan tuntutan perkembangan organisasi baik internal maupun
eksternal.
Menurut pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil bahwa “Pendidikan dan
Pelatihan terdiri dari pendidikan dan pelatihan prajabatan dan pelatihan dalam
jabatan. Adapun penelitian ini,akan terfokus pada Diklat dalam jabatan, tepatnya
pada diklat Teknis. Diklat teknis ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan
43
kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas yang bersifat teknis.
Diklat ini dapat dilaksanakan secara berjenjang dan ditetapkan oleh instansi
teknis yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan.
Kualitas diklat sangat tergantung dari tahapan-tahapan aktivitas yang
dilakukan oleh penyelenggara diklat dalam hal ini dilakukan oleh Bagian
Kepegawaian Rektorat Unhas, baik sebelum menentukan pelaksanaan diklat
sampai pada evaluasi diklat, Menurut Barnardin dan Russel dalam Ambar &
Rosidah (2003:178), menyatakan bahwa program pendidikan dan latihan
mempunyai tiga tahap aktivitas yang mencakup :
1. Penilaian kebutuhan pelatihan,
2. Pengembangan program pelatihan (development),
3. Evaluasi program pelatihan (evalution).
Tahap Penilaian kebutuhan pelatihan perlu untuk dilakuan dengan tujuan
untuk
mengumpulkan informasi yang dipakai untuk menentukan, dibutuhkan
atau tidaknya program pelatihan.
Tahap pengembangan program pelatihan bertujuan untuk merancang
lingkungan pelatihan dan metode-metode pelatihan yang dibutuhkan guna
mencapai tujuan pelatihan. menurut Hasibuan (2006:75) mengungkapkan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap pengembangan diklat ini,
yaitu:
1. Tujuan (sasaran)
2. Kurikulum
3. Sarana
4. Peserta
5. Pelatih
44
6. Pelaksanaan
. Tahap evaluasi mempunyai tujuan untuk menguji dan menilai apakah
program-program pelatihan yang telah dijalani, secara efektif mampu mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dalam hal ini tujuan dari pelaksanaan
diklat teknis adalah untuk meningkatkan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
tugas yang bersifat teknis.
45
Download