JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 159 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MENGENAL BENUA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS VI-A SDN 1 NGADISUKO TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014 Oleh: Sus Setiami SDN 1 Ngadisuko, Trenggalek Abstrak. Peneliti ingin berusaha meningkatkan prestasi belajar siswa dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran IPS di VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek yang berjumlah 20 siswa, sedangkan peneliti adalah guru Kelas VI-A di SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Penelitian Tindakan kelas ini dilakasanakn di SDN 1 Ngadisuko Desa Ngadisuko Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu mulai bulan September sampai dengan Oktober 2013 pada Semester I. Berdasarkan pada hasil penelitian pada siklus I dan Siklus II di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Mengenal Benua dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning sebelum siklus diperoleh nilai ratarata: 64,00 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 40,00%, siklus I diperoleh nilai rata-rata: 72,50 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 70,00% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi: 90,00 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 95,00%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I. Kata kunci: pendekatan Contextual Teaching and Learning, hasil belajar IPS. Pengertian IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Pelajaran IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak 159 160 Sus Setiami, Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Benua... didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS atau pembelajaran IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. (Rianto, 2002). Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri; (c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a) Manusia, tempat, dan lingkungan; (b) Waktu, keberlanjutan dan perubahan; (c) Sistem sosial dan budaya; (d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Berdasarkan pada permasalahan yang ditemui oleh peneliti, mengenai rendahnya hasil belajar siswa kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Pada Bidang Studi IPS. Permasalahan tersebut diakibatkan oleh proses pembelajaran yang cenderung menitik beratkan aspek kognitif (hafalan), proses pembelajaran yang berpusat pada guru terbukti dengan masih dilakukannya kegiatan dikte dan mencatat di papan tulis, dan cara guru mengajar cenderung monoton didominasi kegiatan ceramah. Sehingga berakibat siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPS dan hanya menjadi pendengar pasif. Data menunjukkan bahwa dari tiga kali pertemuan terakhir pembelajaran IPS, hanya sekitar 15% siswa yang bertanya pada guru dan sekitar 5% siswa mampu menjawab pertanyaan guru. Secara umum motivasi adalah “suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu” (Purwanto, 1997: 73). JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 Penjelasan McDonald sebagaimana dikutip Soemanto (1989: 203) bahwa motivasi merupakan “perubahan tenaga di dalam diri pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan”. Dikaitkan dengan belajar pengertian ini berarti keadaan individu yang mendorong untuk melakukan aktivitas belajar guna mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian belajar memerlukan suatu dukungan atau motivasi baik dari dalam diri (internal) maupun luar dirinya (eksternal). Tujuannya agar seseorang dapat berusaha dengan sesungguhnya untuk mencapai cita-citanya. Menurut Purwanto (1997: 73) tujuan motivasi adalah “Untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu”. Motivasi belajar atau disebut juga pendorong kegiatan belajar siswa menurut Indrakusuma (1998: 65) Jika diperinci ada dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Selanjutnya dua macam motivasi tersebut perlu penulis bahas secara ringkas, yaitu: (1) Motivasi instrinsik yang dimaksud adalah “motivasi yang berasal dari dalam diri anak sendiri” (Indrakusuma, 1997: 162). Sumber motivasi instrinsik ini adalah individu sendiri, bukan atas pengaruh dari luar diri individu. Sesuai dengan pendapat Suryabrata (1998: 72), motivasi instrinsik ini “berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar”, dengan demikian motivasi instrinsik itu adanya tanpa komando dari orang lain. (2) Motivasi ekstrinsik yang dimaksud adalah “motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang berasal dari luar diri anak” (Indrakusuma, 1997: 164), atau dapat dikatakan sebagai “motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar” 161 (Suryabrata, 1998: 72). Motivasi jenis ini tergantung pada lingkungan siswa -siswa dimana ia tumbuh dan berkembang. Siswa cenderung text book, yang artinya pengetahuan siswa hanya bersumber dari materi yang ada di dalam buku IPS yang menjadi buku panduan. Data menunjukkan semua siswa tidak memiliki buku pendukung lain dan siswa tidak pernah diajak untuk melakukan pengamatan tentang benua-benua yang ada di bumi. Kegiatan pembelajaran belum mengaitkan materi dengan pengalaman yang dimiliki para siswa itu sendiri. Akibatnya siswa tidak terlatih untuk dapat menemukan, dan memecahkan masalah secara kritis dan kreatif tentang isuisu sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat, kemudian dihubungkan atau dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari. Hal ini sangat berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar IPS. Menurut Syah (2001: 152), setelah mengetahui indikator prestasi belajar (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) perlu mengetahui bagaimana menetapkan batas minimum keberhasilan belajar pada siswa/ menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Metode mengajar merupakan penjabaran dari pendekatan, dan diimplementasikan oleh teknik pembelajaran. Langkah metode mengajar yang dipilih memainkan peranan utama yang berakhir dengan semakin meningkatnya belajar siswa. Pembelajaran CTL dalam kurikulum 2004 diartikan sebagai pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan 161 162 Sus Setiami, Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Benua... mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. (U.S. Departement of Education and the National School to Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001). Contextual teaching and learning bukan merupakan suatu pokok bahasan baru. Penerapan CTL di kelas-kelas di Negara Amerika pertama-tama diusulkan oleh John Dewey. Pada tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa. Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa Pendekatan CTL merupakan suatu perpaduan dari banyak praktik pengajaran yang baik dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa. Pendekatan CTL adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Pendekatan CTL terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja. Pembelajaran konstekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya. Pendekatan CTL menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dan berbagai sumber dan pandangan. Suatu pembelajaran di kelas dikatakan melaksanakan Pendekatan CTL, jika terdapat indikator-indikator sbb: (1) Metode pembelajaran yang dipakai adalah pendekatan diagnostik Preskritif. Maksudnya adalah pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada kelompok siswa (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. (2) Peran guru harus intensif dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual. Hal-hal yang dapat dilakukan guru, misalnya: (a) Menjabarkan/memecah KD ke dalam satuan-satuan yang lebih kecil; (b) Menata indikator berdasarkan cakupan serta urutan unit; (c) Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi; (d) Memonitor seluruh pekerjaan siswa; (e) Menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang menjumpai kesulitan. (3) Peran siswa lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya siswa diberikan kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Kemajuan siswa sangat tertumpu pada usaha serta ketekunan siswa secara individual. (4) Sistem penilaian menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah: (a) Penilaian dengan sistem blok; (b) Tiap blok terdiri dari satu atau lebih kompetensi dasar; (c) Hasil penilaian dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial, program JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 pengayaan, dan program percepatan; (d) Penilaian mencakup aspek kognitif dan psikomotor; (e) Aspek afektif dinilai melalui pengamatan, dan kuesioner. Dari permasalahan di atas, maka tujan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui cara meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I pada mata pelajaran IPS; (2) Mengetahui peranan strategi belajar Pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Tahun 2013/2014. 163 (4) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang di dalamnya meliputi: (a) Menetapkan indikator-indikator tentang pembelajaran dengan menggunakan strategi Pendekatan CTL beserta metodenya; (b) Menyusun rancangan metode penyampaian dan pengelolaan pembelajaran IPS (rancangan program, bahan, metode belajarmengajar, dan evaluasi); (c) Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa angket, catatan lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumen, dan catatan harian; (d) Menyusun rencana pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kegiatan yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Guru Kelas VIA (peneliti) menyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan menyampaikan materi pembelajaran di kelas VI dengan menggunakan strategi Pembelajaran Pendekatan CTL; (2) Mitra guru selaku kolaborator penelitian bertugas untuk melakukan pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran, termasuk aktivitas guru dan siswa dalam menggunakan strategi Pembelajaran Pendekatan CTL. Peneliti dan kolaborator penelitian mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektivitas pembelajaran dengan menggunakan strategi Pembelajaran Pendekatan CTL Pembelajaran Pendekatan CTL yang dirancang dan daftar permasalahan yang muncul di lapangan yang selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang. METODE PENELITIAN Penelitian Tindakan kelas ini dilakasanakan di SDN 1 Ngadisuko Desa Ngadisuko Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu mulai bulan September sampai dengan Oktober 2013 pada Semester I. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek yang berjumlah 20 siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan, meliputi: (1) Refleksi awal. Peneliti selaku guru Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko bersama dengan mitra guru/ pengamat mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek. (2) Peneliti dan mitra guru/pengamat merumuskan permasalahan secara operasional, relevan dengan rumusan masalah penelitian. (3) Peneliti dan mitra guru/pengamat merumuskan hipotesis tindakan. Karena penelitian tindakan lebih meniti beratkan pada pendekatan naturalistik, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan bersifat tentatif yang mungkin mengalami perubahan sesuai dengan keadaan lapangan. 163 164 Sus Setiami, Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Benua... Ada 5 jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yakni lembar observasi, lembar tes evaluasi siswa, catatan lapangan, lembar angket dan daftar nilai siswa. Teknik analisis data yang dipakai adalah: (1) Observasi, hal ini untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran, dengan menerapkan pendekatan realistic. (2) Hasil Belajar Siswa (Tes), hal ini untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan realistik untuk ketuntasan secara klasikal. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembelajaran Siklus I Refleksi Awal Pada tahap refleksi awal peneliti dan observer perlu melakukan kajian dokumentasi pembelajaran berupa perangkat pembelajaran dan hasil evaluasi pembelajaran berupa buku analisis evaluasi pembelajaran untuk mengetahui keadaan siswa Kelas VI-A. Dari hasil kajian ini ditemukan adanya penurunan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS. Dari hasil pengamatan dan dialog, diketahui bahwa menurunnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh penerapan metode pembelajaran yang tidak tepat serta terkesan monoton. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran lain yang sesuai dengan kondisi di Kelas VI-A. Salah satu metode pembelajaran yang akan digunakan adalah Pendekatan CTL. Selanjutnya, peneliti akan menyusun rencana perbaikan pembelajaran IPS di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek. Perencanaan Di tahap perencanaan terdapat beberapa kegiatan diantaranya: (a) Peneliti (guru kelas) bersama mitra guru (pengamat) menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP); (b) Peneliti (guru kelas) menyusun petunjuk kegiatan siswa; (c) Peneliti (guru kelas) menyiapkan instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru dan siswa; (d) Peneliti (guru kelas) menyiapkan alat tes; (e) Peneliti (guru kelas) membuat perangkat sistem penilaian. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, Dilakasanakan pada tanggal 18 September 2013 dan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti. Berikut ini peneliti diskripsikan proses pembelajaran di Kelas VI-A dengan menerapkan metode Pendekatan CTL: (1) Pada kegiatan awal pembelajaran guru memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran; (2) Dilanjutkan dengan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali informasi tentang nama-nama benua; (3) Kemudian guru meminta siswa untuk mengamati peta dunia. Dan meminta siswa untuk menunjukkan letak Tanah Genting Zues dan Panama yang memisahkan Benua Asia Afrika, serta Benua Amerika Utara dan Amerika Selatan; (4) Memasuki kegiatan inti, guru membagi siswa kedalam 5 kelompok. Dan meminta siswa untuk berkumpul dengan anggota kelompoknya; (5) Setelah itu guru membagikan soal diskusi yang berbeda untuk tiap kelompoknya; (6) Siswa mulai melakukan diskusi dengan teman-temannya untuk membahas permasalahan; (7) Jika diskusi telah selesai dilakukan, guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dan kelompok lain memberikan tanggapan; (8) Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan hasil diskusi bersama guru, dan melakukan refleksi terhadap jalannya pembelajaran. Observasi JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 165 Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I No Indikator Aktifitas Skor Sikap siswa dalam menerima 1 3 pembelajaran 2 Kerjasama siswa dalam kelmpok 2 Tanggung jawab siswa dalam 3 3 kelompok Keberanian siswa dalam 4 mengemukakan pendapat atau 2 pertanyaan 5 Komunikasi siswa dalam kelompok 3 Jumlah 13 Rata-rata 65.00 Pengamatan dilakukan oleh rekan guru pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan mengenai aktivitas pembelajaran di Kelas VI-A baik untuk aktivitas siswa atau guru. Untuk aktivitas pada guru, guru tampak sudah mampu menerapkan metode pembelajaran dengan baik. Akan tetapi guru dalam memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi masih kurang. Guru belum mampu memberikan kesempatan kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh persentase sebesar 52,50% dan termasuk dalam kriteria aktivitas yang baik. Dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek maka dalam pembelajaran IPS juga menunjukkan perkembangan prestasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada Tabel 3. Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I No Indikator Skor Melakukan kegiatan aprsepsi dan 1 2 motivasi 2 Penguasaan materi pembelajaran 3 Melaksanakan pembelajaran sesuai 3 2 dengan rencana pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai 4 3 dengan alokasi waktu Menggunakan dan memanfaatkan media 5 2 secara efektif Menumbuhkan partisipasi aktif siswa 6 1 dalam pembelajaran Menumbuhkan keceriaan dan 7 2 antusiasme siswa dalam pembelajaran Menjadi fasilitator dan motivator dalam 8 1 pembelajaran Melakukan penilaian secara 9 3 berkelanjutan Melakukan kegiatan refleksi 10 2 pembelajaran Jumlah 21 Rata-rata 52.50 Tabel 3 Hasil Evaluasi Siswa Kelas VI-A Pada Siklus I %Ketuntasan No Nama Siswa Nilai Tidak Tuntas Tuntas Nimas Surya 1 70 T Farahdipa Cavin Yogi 2 80 T Yudistira Infantri Mring 3 60 TT Cahyono 4 Iftita Rinda Pratiwi 70 T 5 Yogik Tri Ashari 80 T 6 Adib Kurniawan 60 TT 7 Achmad Firdaus 80 T 8 Ari Prastya 90 T 9 Alfan Ali Fatoni 70 T Amelia Awalul 10 60 TT Fitriani 11 Anisa Dwi Yanti 90 T Ahmad Sofi 12 80 T Fahrian 13 Asif Fahrurozzi 70 T 14 Dita Riski Yuana 60 TT Deni Teja 15 90 T Krisdyanto Dwi Nita Nuraisyah 16 60 TT Saputri Dzawi Anfazul 17 80 T Khuluqiyah 18 Ella Novitasari 70 T Fiki Kamilatus 19 60 TT Sholikah Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menerima tindakan perbaikan pembelaajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 65.00% dan termasuk dalam kriteria aktivitas yang baik. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan diskusi. Data aktivitas guru dan siswa akan disajikan dalam tabel berikut. 165 166 No Sus Setiami, Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Benua... Nama Siswa 20 Khoirun Nikmah Jumlah Rata-rata Nilai 70 1450 72.50 %Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T 14 6 70.00 30.00 tujuan pembelajaran; (2) Dilanjutkan dengan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali informasi mengenai wilayah benua; (3) Kemudian guru meminta siswa untuk mengamati peta dunia. Dan membahas tentang Negara-negara di wilayah benua; (4) Memasuki kegiatan inti, guru membagi siswa kedalam 4 kelompok. Dan meminta siswa untuk berkumpul dengan anggota kelompoknya; (5) Setelah itu guru membagikan soal diskusi kepada setiap kelompok; (6) Siswa mulai melakukan diskusi dengan teman-temannya untuk membahas permasalahan; (7) Jika diskusi telah selesai dilakukan, guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dan kelompok lain memberikan tanggapan; (8) Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan hasil diskusi bersama guru, dan melakukan refleksi terhadap jalannya pembelajaran. Pengamatan Pengamatan pada siklus II dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan format yang sama pada siklus I. Pada siklus II ini, guru telah mampu menjadi motivator yang baik dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari siswa berkemampuan rendah maupun sedang sudah berani mengemukakan gagasannya dalam kegiatan diskusi, sehingga pembelajaran di kelas menjadi aktif. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus II memperoleh persentase sebesar 82,50% dan termasuk dalam kriteria aktivitas yang sangat baik. Refleksi Dari hasil pengamatan dapat direfleksikan bahwa pembelajaran IPS di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek sudah mengalami peningkatan menuju ke arah yang baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas pembelajaran dan perolehan prestasi belajar siswa pada siklus I yang meningkat. Akan tetapi dalam menerapkan metode pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan CTL di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek masih ditemui kendala sehingga prestasi belajar siswa tidak maksimal. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa yang hanya mencapai 70,00% dari 85% yang ditentukan dan nilai rata-rata mencapai 72,50. Untuk itu diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Proses Pembelajaran Siklus II Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II secara garis besar sama dengan siklus I, hanya saja pada siklus II ditambah dengan rencana perbaikan untuk mengatasi kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I. Penambahan rencana perbaikan tindakan adalah guru akan lebih meningkatkan peran sebagai motivator dalam pembelajaran. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2013 dan akan peneliti diskripsikan dalam uraian berikut ini: (1) Pada kegiatan awal pembelajaran guru memberikan informasi tentang Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II No Indikator Aktivitas Skor 1 2 Melakukan kegiatan aprsepsi dan motivasi Penguasaan materi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu Menggunakan dan memanfaatkan media secara efektif 4 3 3 4 5 3 4 3 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 No Indikator Aktivitas Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran Menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran Melakukan penilaian secara berkelanjutan Melakukan kegiatan refleksi pembelajaran Jumlah Rata-rata 6 7 8 9 10 Skor 4 1 2 3 4 5 1 Nimas Surya Farahdipa Cavin Yogi Yudistira Infantri Mring Cahyono Iftita Rinda Pratiwi Yogik Tri Ashari Adib Kurniawan Achmad Firdaus Ari Prastya Alfan Ali Fatoni Amelia Awalul Fitriani Anisa Dwi Yanti Ahmad Sofi Fahrian Asif Fahrurozzi Dita Riski Yuana Deni Teja Krisdyanto Dwi Nita Nuraisyah Saputri Dzawi Anfazul Khuluqiyah Ella Novitasari Fiki Kamilatus Sholikah Khoirun Nikmah Jumlah Rata-rata 2 3 3 3 3 33 82.50 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Indikator Aktivitas Nama Siswa Nilai 3 Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 90,00% dan termasuk dalam kriteria aktivitas yang sangat baik. Dalam kegiatan diskusi semua siswa mampu terlibat secara aktif dalam kegiatan, sehingga tidak lagi didominasi oleh siswa tertentu saja. Tabel aktivitas guru dan siswa pada siklus II akan di tampilkan sebagai berikut. No No 20 Sko r Sikap siswa dalam menerima pembelajaran 4 Kerjasama siswa dalam kelmpok 4 Tanggung jawab siswa dalam kelompok 3 Keberanian siswa dalam mengemukakan 4 pendapat atau pertanyaan Komunikasi siswa dalam kelompok 3 Jumlah 18 Rata-rata 90.00 100 90 100 80 90 100 80 100 60 80 100 80 100 80 100 90 100 80 100 90 1800 90.00 167 %Ketuntasan Tidak Tunta Tunta s s T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T 19 95.00 1 5.00 Refleksi Dari hasil pengamatan pada siklus II dapat direfleksikan bahwa metode pembelajaran dapat diterapkan secara optimal di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I. Hal ini dapat dilihat dari teratasinya kendala yang muncul pada siklus I sehingga persentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan menjadi sebesar 95,00% pada akhir siklus II dapat tercapai sedangkan untuk nilai rata-rata pada siklus ke II mencapai 90,00. Untuk itu tidak diperlukan lagi perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan dalam pembelajaran IPS siklus II menunjukkan perkembangan prestasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada tabel berikut ini. Tabel 5 Hasil Evaluasi Siswa Kelas VI-A Pada Siklus II Interpretasi Data 167 168 Sus Setiami, Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Benua... Penerapan Metode Pendekatan CTL Dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam pembelajaran Pendekatan CTL ini kelas dibagi dalam 4 sampai 5 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran Pendekatan CTL setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya hal ini untuk pembelajaran siswa agar merasa punya tanggung jawab dan tidak merasa takut untuk mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, kepala sekolah senantiasa memotivasi guru kelas untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan cara ini cukup mampu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Aktivitas Pembelajaran Dengan diterapkannya metode belajar Pendekatan CTL aktivitas belajar di kelas menjadi semakin aktif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 52,50% meningkat menjadi 82,50%. Sehingga rata-rata aktivitas guru adalah 67,50% dan termasuk dalam kriteria yang baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan persentase sebesar 65,00% meningkat menjadi 90,00% atau rata-rata aktivitas siswa sebesar 77,50% dan termasuk dalam kriteria yang sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa metode Pendekatan CTL mampu diterapkan dan diterima dengan baik di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 Semester I dalam pembelajaran IPS materi Mengenal Benua. Berikut ini peneliti tampilkan grafik pada Gambar 1 perkembangan aktivitas belajar di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I. Prestasi Belajar Siswa Dari hasil penelitian pada siklus I dan Siklus II di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Mengenal Benua dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 64,00 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 40,00 %, siklus I diperoleh nilai rata-rata: 72,50 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 70,00% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi: 90,00 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 95,00%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Kecamatan Durenan Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I. JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 100.00 82.50 169 90.00 65.00 80.00 52.50 AKTIVITAS GURU 60.00 AKTIVITAS SISWA 40.00 20.00 0.00 SIKLUS I SIKLUS II Gambar 1 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VI-A 90.00 100.00 80.00 60.00 72.50 95.00 70.00 64.00 NILAI RATA-RATA 40.00 %KETUNTASAN 40.00 20.00 0.00 SEB. SIKLUS SIKLUS I SIKLU SII Gambar 2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI-A Dengan Menggunakan Pendekatan CTL dibagi dalam 4-5 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran Pendekatan CTL setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, guru kelas harus dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan cara ini cukup mampu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, peneliti melakukan serangkaian tes evaluasi. Dari hasil tes evaluasi diketahui bahwa hasil belajar siswa pada bidang Respon siswa terhadap pembelajaran Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah dilakukan verifikasi terhadap hasil angket, diketahui bahwa siswa merespon sangat positif penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Pendekatan CTL yaitu sebesar 1,92%. PENUTUP Kesimpulan Dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam pembelajaran Pendekatan CTL ini kelas 169 170 Sus Setiami, Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Benua... studi IPS sebelum siklus diperoleh nilai ratarata 64,00 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 40,00%, siklus I diperoleh nilai rata-rata: 72,50 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 70,00% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi: 90,00 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 95,00%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI-A SDN 1 Ngadisuko Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I pada bidang studi IPS materi Mengenal Benua. Saran pola pembelajaran yang menggunakan Strategi Belajar Pendekatan CTL dengan model belajar yang lain. Pembelajaran yang menggunakan strategi belajar Pendekatan CTL perlu dikembangkan untuk mata pelajaran yang lain, agar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Penggunaan model Pembelajaran yang menggunakan Strategi Belajar Pendekatan CTL perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung kepada guru dan berani mengungkapkan pendapat di dalam kelompok diskusi belajar. Perlu dicoba melakukan kombinasi DAFTAR RUJUKAN Fakih Samlawi; Bunyamin Maftuh. 2001. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Indrakusuma, Amir Daien. 1997. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya. Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Puskur-Balitbang. 2001. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Jakarta. Rianto, Milan. 2002. Pendekatan dan Pembelajaran: Bahan Penataran untuk Instruktur. Malang: Depdikanas-Dirjen Dikdasmen_PPPG IPS dan PMP Malang. Soemanto, Wasty. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 1998. Proses Belajar Mengajar Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset. Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.