PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATERI SISTEM EKSKRESI DENGAN MODEL INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 MALANG Nadhira Permata Sari*, Herawati Susilo, Umie Lestari Universitas Negeri Malang *Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran dengan model Inquiry Learning pada materi Sistem Ekskresi yang layak digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model pengembangan Four-D (4-D) Thiagarajan. Analisis tahap awal dilakukan validasi produk. Hasil validasi oleh ahli materi dinyatakan layak dengan persentase 96,94%. Hasil validasi oleh ahli perangkat pembelajaran dinyatakan layak dengan persentase 90,46%. Hasil validasi oleh ahli pembelajaran dinyatakan layak dengan persentase 96,91%. Analisis tahap akhir berupa uji coba produk kepada siswa. Hasil belajar kompetensi pengetahuan meningkat dari 79,93 menjadi 87,60. Hasil belajar kompetensi sikap spiritual meningkat dari 3,39 menjadi 3,66 dan sikap sosial meningkat dari 3,34 menjadi 3,54. Hasil belajar kompetensi keterampilan praktikum meningkat dari 3,12 menjadi 3,39 dan keterampilan presentasi meningkat dari 3,13 menjadi 3,46. Kata kunci: perangkat pembelajaran, Inquiry Learning, hasil belajar ABSTRACT: This study aimed to make learning instruments based on Inquiry Learning on the subject of Excretory System which is suitable to be used to improve the students’ learning outcomes. The development of learning instruments used Four D (4D) development model Thiagarajan. The first data analysis is validation of the product. The result of learning instruments’ validation is the learning instruments is suitable to be used. The score of validation from material expert is 96,94%. The score of validation from learning instrument expert is 94,46%. The score of validation from teacher is 96,91%. The final data analysis is product tryout that has been validated by the students. The result study in term of knowledge increase from 79,93 to 87,60. The result study in term of spiritual behavior increase from 3,39 to 3,66. The result study in term of social behavior increase from 3,34 to 3,54. The result study in term of practical work skill competence increase from 3,12 to 3,39. The result study in term of presentation skill competence increase from 3,13 to 3,46. Keywords: learning instruments, Inquiry Learning, learning outcomes Pendidikan merupakan kelengkapan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam kehidupan manusia itu sendiri. Menurut Anwar (1987) kegiatan pendidikan merupakan suatu proses kegiatan untuk mengubah sikap manusia dari suatu kondisi tertentu terhadap kondisi lainnya. Dengan kata lain maka dengan pendidikan itu 1 2 perubahan akan tampak dalam proses perubahan pikiran manusia, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berperan penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu indikator yang menentukan kualitas pendidikan adalah pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengembangkan proses ilmiah dan sikap ilmiah, namun pada kenyataannya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh di SMP Negeri 9 Malang, pergantian Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 dirasa cukup berat bagi beberapa guru karena ada mata pelajaran Biologi dan Fisika yang telah digabungkan menjadi mata pelajaran IPA. Menurut Bapak Drs. Sigit Waseso selaku guru Fisika di SMP Negeri 9 Malang menyatakan bahwa, cukup sulit beradaptasi dari yang sebelumnya hanya mengajar Fisika menjadi mengajar IPA dengan tambahan mata pelajaran Biologi di dalamnya. Selain itu berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa, rata-rata mereka menyatakan bahwa materi Sistem Ekskresi cukup sulit untuk dipahami. Menurut guru mata pelajaran IPA, siswa kurang antusias terhadap pembelajaran. Hal yang menyebabkan mereka kurang antusias terhadap pelajaran adalah pembelajaran IPA kurang menarik. Sebagian siswa tidak fokus terhadap pelajaran yang berlangsung di kelas misalnya melamun dan berbicara dengan teman sebangkunya. Masalah ini menyebabkan hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran IPA kurang memuaskan. Berdasarkan data observasi di lapangan diperoleh nilai mata pelajaran IPA pada ranah pengetahuan, siswa yang memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 56,67 persen, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 33,33 persen. Pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya (Trianto, 2007). Pembelajaran di dalam kelas yang hanya berfokus pada guru membuat siswa kurang berpartisipasi di dalam pembelajaran kelas sehingga siswa kesulitan untuk mengolah konsep-konsep yang ada. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar IPA dapat ditangani dengan pembelajaran yang 3 menyajikan alternatif untuk menjadikan siswa terampil dan lebih mudah memahami pembelajaran IPA. Proses pembelajaran yang menarik dapat dibuat dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah hal yang vital dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Proses pembelajaran di kelas dirancang dalam sebuah RPP, jadi seharusnya guru harus membuat RPP yang dapat membuat siswa aktif dalam kelas sehingga pemahaman konsep dapat dicapai oleh siswa. Di dalam sebuah RPP terdapat model pembelajaran yang akan dipakai oleh guru di dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang dihadapi oleh guru adalah siswa masih kurang aktif di dalam kelas, siswa belum termotivasi, dan hasil belajar siswa masih kurang tercapai. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning pada siswa. Model pembelajaran Inquiry Learning memiliki karakteristik yaitu menekankan aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sumber masalah, mencari dan menemukan jawaban sendiri, dan mengembangkan kemampuan intelektual mereka. Menekan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan pertanyaan atau sumber masalah sehingga mereka aktif terlibat di dalam proses pembelajaran. Siswa juga akan termotivasi oleh temuan yang mereka temukan sendiri sehingga mereka berusaha untuk mencari jawaban atas permasalahan yang mereka temukan. Siswa juga dapat mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental mereka sehingga hasil belajar dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran pada Materi Sistem Ekskresi dengan Metode Inquiry Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Malang” perlu dilakukan. METODE Model penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran ini mengadaptasi dari pengembangan pembelajaran model 4-D (Four-D Model) yang telah dikemukakan oleh Thiagarajan (1974). Model pengembangan perangkat pembelajaran ini terdiri dari empat langkah yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Tahap 4 define yaitu tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awal, dengan menganalisis menganalisis situasi awal yaitu tentang permasalahan yang ada di SMP Negeri 9 Malang serta kebutuhan yang dibutuhkan sebelum mengembangkan perangkat pembelajaran. Tahap design adalah tahap untuk merancang dan menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan meliputi penyusunan silabus, RPP, dan LKS yang mengacu pada Kurikulum 2013 dengan model Inquiry Learning. Tahap develop bertujuan untuk menghasilkan draft perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan hasil validasi dari para ahli dan praktisi di bidangnya, dan data yang diperoleh dari uji kelas. Tahap disseminate tudak dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh ahli materi, ahli perangkat pembelajaran, dan ahli pembelajaran (guru). Validasi perangkat pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran sebelum dilakukan uji coba produk. Uji coba produk dimaksudkan untuk menetapkan keefektifan dan kepraktisan dari produk yang dihasilkan. Ketetapan keefektifan produk diperoleh dari lembar keterlaksanaan sintaks yang diisi oleh observer selama uji coba berlangsung. Ketetapan kepraktisan produk diperoleh dari hasil angket respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang telah diuji. Dalam penelitian ini dilakukan uji coba terbatas/skala kecil yang dilakukan pada satu kelas yang berjumlah 30 siswa. Jenis data pada penelitian pengembangan ini berupa data mengenai pengembangan perangkat pembelajaran yang diperoleh dari validasi perangkat pembelajaran dan uji coba perangkat pembelajaran. Seluruh data yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualiatatif dan data kuantitatif. Data kualitatatif diperoleh dari tanggapan validator pada saat pengisian angket validasi dan data dari validator yaitu berupa saran dan komentar. Data kuantitatif diperoleh dari skor pengisian angket untuk perangkat pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa untuk mengetahui peningkatannya. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Define Pada tahap ini dilakukan beberapa analisis situasi awal yang akan digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan produk. Analisis tersebut meliputi. 1. Identifikasi Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator Kompetensi Pembelajaran. KI dan KD yang dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini disesuaikan dengan Permendikbud nomor 68 tahun 2013. KD yang dipilih adalah KD 2.1; KD 2; KD 2.3; 2.4; KD 3.9 yaitu menjelaskan struktur dan fungsi sistem eksresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri; dan KD 4.9 yaitu membuat peta pikiran (mind map) tentang struktur dan fungsi sistem eksresi pada manusia dan penerapanya dalam menjaga kesehatan diri. Berdasarkan KI dan KD tersebut, maka materi yang digunakan dalam perangkat pembelajaran ini adalah “Sistem Ekskresi Manusia”. 2. Kondisi siswa menggambarkan keadaan siswa sebelum dilakukan penerapan perangkat pembelajaran yang meliputi minat belajar dan hasil belajar siswa. Mayoritas siswa adalah dari keluarga yang hidup di lingkungan sekitar Pasar Besar Kota Malang. Hal ini membuat kebanyakan siswa sulit diatur untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Refleksi guru yaitu tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran di kelas selama ini kurang menunjukkan keterlibatan siswa secara aktif di kelas selama kegiatan pembelajaran. Guru kesulitan untuk memahamkan materi kepada siswa dengan melibatkan siswa secara langsung di dalam pembelajaran. 4. Kondisi sekolah menunjukkan keadaan sarana prasarana dan fasilitas sekolah yang cukup mendukung kegiatan belajar. SMP Negeri 9 Malang memiliki laboratorium khusus untuk pembelajaran IPA yang tertata dengan rapi beserta laboran yang mengurus segala keperluan laboratorium. Laboratorium SMP Negeri 9 Malang juga memiliki alat dan bahan yang hampir lengkap untuk kebutuhan praktikum. Ruang kelas juga telah dilengkapi dengan LCD dan pengeras suara sehingga dapat digunakan untuk pembelajaran, namun guru jarang sekali menggunakan fasilitas tersebut. 6 5. Kemajuan SMP Negeri 9 Malang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat penting bagi siswa. Salah satu contohnya adalah tersedianya fasilitas ruang multimedia dan wifi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mencari sumber belajar lain. Namun hal ini kurang ditanggapi baik oleh siswa yang hanya bermain-main seperti membuka sosial media di ruang multimedia ketika jam istirahat atau jam pulang sekolah. Tahap Design Pada tahap ini dilakukan perancangan produk berupa penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen penilaian perangkat pembelajaran. Adapun perangkat pembelajaran yang disusun adalah silabus, rencara pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS) yang disusun menggunakan sintaks pembelajaran model Inquiry Learning. RPP terdiri dari enam kali pertemuan (15 x 40 menit). Pada pertemuan pertama, materi yang dibahas adalah tentang fungsi organ sistem ekskresi manusia. Pada pertemuan kedua, materi yang dibahas adalah tentang struktur dan fungsi ginjal beserta mekanisme pembentukan urine. Pada pertemuan ketiga, materi yang dibahas adalah tentang struktur dan fungsi kulit, hati, dan paru-paru. Pada pertemuan keempat, materi yang dibahas adalah tentang kelainan dan penyakit pasa sistem ekskresi. Pada pertemuan kelima, materi yang dibahas adalah pola hidup sehat untuk menjaga kesehatan sistem ekskresi. Sedangkan pertemuan keenam digunakan untuk ulangan harian. Penyusunan LKS berdasarkan sintaks pembelajaran model Inquiry Learning. LKS disusun untuk 5 kali pertemuan berdasarkan pembagian sub materi sistem ekskresi manusia. Tahap Develop Tahap ini merupakan tahap untuk melakukan validasi perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh ahli materi, ahli perangkat pembelajaran, dan ahli pembelajaran (guru) serta melakukan uji coba kepada siswa. Data hasil validasi materi oleh ahli materi ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Data Hasil Validasi Ahli Materi No. 1. 2. 3. Indikator Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar Keakuratan Materi Organisasi Materi Rerata Jumlah maks Jumlah 8 8 20 24 19 23 Presentase 100% Kriteria sangat layak 95% 95,83% 96,94% sangat layak sangat layak sangat layak 7 Hasil validasi secara keseluruhan menurut ahli materi dinyatakan bahwa materi pembelajaran yang dikembangkan pada perangkat pembelajaran IPA dengan model Inquiry Learning sangat layak digunakan. Data hasil validasi silabus oleh ahli perangkat pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Data Hasil Validasi Silabus oleh Ahli Perangkat Pembelajaran No. 1. 2. 3. Indikator Isi yang Disajikan Bahasa Waktu Jumlah maks 40 8 12 Jumlah 36 7 12 Rerata Presentase 90% 87,5% 100% 92,5% Kriteria sangat layak sangat layak sangat layak sangat layak Data hasil validasi RPP oleh ahli perangkat pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Data Hasil Validasi RPP oleh Ahli Perangkat Pembelajaran No. 1. 2. 3. 4. Indikator Perumusan Tujuan Pembelajaran Isi yang Disajikan Bahasa Waktu Jumlah maks 20 Jumlah 19 Presentase 95% Kriteria sangat layak 24 16 8 24 13 8 100% 81,25% 100% 94,06% sangat layak layak sangat layak sangat layak Rerata Data hasil validasi LKS oleh ahli perangkat pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli Perangkat Pembelajaran No. 1. 2. Indikator Isi yang Disajikan Bahasa Jumlah maks Jumlah 28 23 24 21 Rerata Presentase 82,14% 87,5% 84,82% Kriteria layak sangat layak layak Hasil validasi secara keseluruhan menurut ahli perangkat pembelajaran memperoleh rata-rata sebesar 90,46% dan dinyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada perangkat pembelajaran IPA dengan model Inquiry Learning sangat layak digunakan. Data hasil validasi ahli pembelajaran pada materi ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Data Hasil Validasi oleh Ahli Pembelajaran (Guru) pada Materi No. 1. 2. 3. Indikator Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar Keakuratan Materi Organisasi Materi Rerata Jumlah maks 8 Jumlah 8 Presentase 100% Kriteria sangat layak 20 24 20 23 100% 95,83% 98,61% sangat layak sangat layak sangat layak Data hasil validasi ahli pembelajaran pada silabus ditunjukkan pada Tabel 6. 8 Tabel 6 Data Hasil Validasi oleh Ahli Perangkat Pembelajaran (Guru) pada Silabus No. 1. 2. 3. Indikator Isi yang Disajikan Bahasa Waktu Jumlah maks Jumlah 36 35 8 8 12 12 Rerata Presentase 95% 100 100 98,33% Kriteria sangat layak sangat layak sangat layak sangat layak Data hasil validasi ahli pembelajaran pada RPP ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Data Hasil Validasi oleh Ahli Perangkat Pembelajaran (Guru) pada RPP No. 1. 2. 3. 4. Indikator Perumusan Tujuan Pembelajaran Isi yang Disajikan Bahasa Waktu Jumlah maks 20 Jumlah 20 Presentase 100% Kriteria sangat layak 24 16 8 22 15 8 91,67% 93,75% 100% 96,35% sangat layak sangat layak sangat layak sangat layak Rerata Data hasil validasi ahli pembelajaran pada LKS ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8 Data Hasil Validasi oleh Ahli Perangkat Pembelajaran (Guru) pada LKS No. 1. 2. Indikator Isi yang Disajikan Bahasa Jumlah maks Jumlah 32 28 24 23 Rerata Presentase 92,85% 95,83% 94,34% Kriteria sangat layak sangat layak sangat layak Hasil validasi secara keseluruhan menurut ahli pembelajaran (guru) memperoleh rata-rata sebesar 96,91% dan dinyatakan bahwa materi dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada perangkat pembelajaran IPA dengan model Inquiry Learning sangat layak digunakan. Produk pengembangan yang telah divalidasi selanjutnya direvisi berdasarkan komentar dan saran yang diperoleh dari ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran (guru). Komentar dan saran tersebut digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan perangkat pembelajaran IPA dengan model Inquiry Learning pada materi sistem ekskresi. Kegiatan uji coba dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan yaitu pada tanggal 2 April 2015, 4 April 2015, 9 April 2015, 11 April 2015, 16 April 2015, dan 18 April 2015 pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 9 Malang pada jam mata pelajaran IPA. Pada setiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap keterlaksanaan sintaks pembelajaran oleh observer yang berprofesi sebagai mahasiswa program studi pendidikan Biologi. Pada kegiatan uji coba ini peneliti bertindak sebagai guru. Data hasil penilaian uji coba lapangan terdiri atas data hasil penilaian uji coba lapangan 9 oleh siswa berupa angket respon siswa dan data hasil penilaian uji coba lapangan oleh observer berupa lembar keterlaksanaan sintaks. Data hasil penilaian uji coba lapangan oleh siswa kelas VIII-C terhadap perangkat pembelajaran model Inquiry Learning dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Data Uji Coba Lapangan oleh Siswa No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Indikator Penyajian materi Penyajian soal Lembar Kerja Siswa Kemudahan memahami dan mengingat materi Fungsi pembelajaran model Inquiry Learning dalam meningkatkan hasil belajar Kemudahan dalam pembelajaran model Inquiry Learning Kemenarikan pembelajaran model Inquiry Learning Rerata Jumlah maks 240 240 600 240 Jumlah 231 228 557 224 Presentase 96,25% 95% 92,83% 93,33% Kriteria sangat layak sangat layak sangat layak sangat layak 120 113 94,17% sangat layak 240 220 91,67% sangat layak 240 225 93,75% sangat layak 93,86% sangat layak Hasil respon siswa secara keseluruhan menunjukkan rata-rata sebesar 93,86% yang berarti kepraktisan perangkat pembelajaran model Inquiry Learning dinyatakan sangat layak. Data uji coba lapangan oleh observer terhadap keterlaksanaan sintaks pembelajaran model Inquiry Learning dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Data Uji Coba Lapangan oleh Observer Pertemuan Jumlah maks 88 88 88 88 88 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 Pertemuan 5 Rerata Jumlah 78 78 80 81 83 Presentase 92,86% 92,86% 95,24% 96,43% 98,81% 95,24% Kriteria sangat layak sangat layak sangat layak sangat layak sangat layak sangat layak Hasil keterlaksanaan sintaks oleh observer secara keseluruhan menunjukkan rata-rata sebesar 95,24% yang berarti keefektifan perangkat pembelajaran model Inquiry Learning dinyatakan sangat layak. Hasil belajar kompetensi pengetahuan diperoleh dari penilaian belajar siswa tiap pertemuan. Ringkasan data hasil belajar kompetensi pengetahuan ditunjukkan pada Tabel 11. 10 Tabel 11 Data Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan Pertemuan Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 Rata-Rata Kelas 79,93 81,07 82,93 84,17 85,43 87,60 Nilai ≥ KKM 28 siswa 26 siswa 28 siswa 29 siswa 30 siswa 30 siswa Uji coba instrumen evaluasi kompetensi pengetahuan dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama hingga pertemuan keenam, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi pengetahuan meningkat pada tiap pertemuan. Hasil belajar kompetensi sikap diperoleh dari penilaian sikap sosial dan sikap spiritual yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Ringkasan data hasil belajar kompetensi sikap ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12 Data Hasil Belajar Kompetensi Sikap Kompetensi Sikap Spiritual Sosial Pertemuan Rata-Rata Kelas Kriteria Baik Kriteria Sangat Baik ke-1 3,39 23 siswa 7 siswa ke-3 3,62 13 siswa 17 siswa ke-5 3,66 12 siswa 18 siswa ke-1 3,34 26 siswa 4 siswa ke-3 3,51 15 siswa 15 siswa ke-5 3,54 21 siswa 9 siswa Berdasarkan hasil belajar kompetensi sikap spiritual secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi sikap spiritual meningkat. Berdasarkan hasil belajar kompetensi sikap sosial secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi sikap sosial meningkat. Hasil belajar kompetensi keterampilan diperoleh dari penilaian keterampilan praktikum dan keterampilan presentasi yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Ringkasan data hasil belajar kompetensi keterampilan ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13 Data Hasil Belajar Kompetensi Praktikum Kompetensi Keterampilan Pertemuan Rata-Rata Kelas Kriteria Baik Kriteria Sangat Baik ke-2 3.12 26 siswa 4 siswa Praktikum ke-4 19 siswa 11 siswa 3,39 ke-2 3,13 28 siswa 2 siswa Presentasi ke-4 3,46 17 siswa 13 siswa Berdasarkan hasil belajar kompetensi ketampilan praktikum secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi keterampilan 11 praktikum meningkat. Berdasarkan hasil belajar kompetensi ketampilan presentasi secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi keterampilan presentasi meningkat. Menurut Nieveen (2010) suatu produk dikatakan berkualitas tinggi jika memenuhi aspek kelayakan, kepraktisan, dan keefektivan. Perangkat pembelajaran ini dapat dikatakan layak karena telah divalidasi oleh ahli materi, ahli perangkat pembelajaran, dan ahli pembelajaran yang menyatakan telah memenuhi aspek-aspek perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini dapat dikatakan praktis karena hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran telah memenuhi kebutuhan dan harapan dalam uji coba produk. Perangkat pembelajaran ini dapat dikatakan efektif karena hasil analisis pengamatan terhadap hasil belajar siswa baik kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan menunjukkan hasil yang meningkat. Uji coba kepada siswa dengan menerapkan pembelajaran model Inquiry Learning dan memberi LKS berbasis Inquiry Learning. Siswa menjadikan LKS sebagai panduan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan materi Sistem Ekskresi. Sebelum siswa menggali informasi melalui langkah-langkah yang ada pada LKS, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menyajikan suatu fenomena yang dapat memunculkan permasalahan bagi siswa. Permasalahan yang didapatkan oleh siswa dapat membantu siswa dalam membuat hipotesis. Selanjutnya melalui kegiatan di dalam LKS, siswa dibimbing guru untuk mencari informasi, melakukan percobaan dan menganalisis data yang diperoleh sehingga siswa dapat menyimpulkannya dan memperoleh pengetahuan baru. Pemberian LKS dapat membantu siswa dalam memahami materi sehingga hasil belajar dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa lembar kegiatan siswa memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar (Trianto, 2010). Hasil respon siswa terhadap perangkat pembelajaran Inquiry Learning berupa LKS pada materi Sistem Ekskresi menunjukkan hasil yang sangat baik. Hasil tersebut disebabkan karena seluruh proses mental Inquiry yaitu mengeksplorasi fenomena, merencanakan dan melakukan investigasi, menganalisis data, serta membangun 12 pengetahuan baru dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Penyajian LKS dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa juga salah satu alasan siswa memberikan respon yang positif. Perangkat pembelajaran ini terdapat langkah-langkah yang tersusun berdasarkan sintaks pembelajaran model Inquiry Learning. Model pembelajaran Inquiry Learning pada perangkat pembelajaran ini menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah. Perangkat pembelajaran dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Keunggulan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah perangkat pebelajaran pada materi sistem ekskresi yang di dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran model Inquiry Learning yang dapat membuat siswa lebih aktif di dalam kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat. Hal ini sejalan dengan temuan Nuraini (2014) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran Inquiry Learning siswa menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran. siswa mendapatkan pengalaman belajar dan dapat menemukan konsep-konsep melalui pemahaman yang dibangunnya sendiri. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Llewellyn (2013) bahwa Inquiry Learning sebagai proses eksplorasi ilmiah yang aktif di mana siswa mampu menggunakan kemampuan berpikir, logika, dan kreativitasnya. Kelayakan produk perangkat pembelajaran model Inquiry Learning yang telah divalidasi oleh ahli dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA karena dikembangkan untuk melibatkan siswa secara aktif dan dilengkapi dengan video pembelajaran yang mendukung materi sistem ekskresi manusia. Sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa proses pembelajaran yang implementasinya melibatkan siswa secara aktif akan memperoleh hasil yang baik (Karyatin, 2013). Proses kegiatan belajar di-setting dalam suasana yang membuat siswa tertarik untuk belajar dan berpikir kritis karena dalam pembelajaran model Inquiry Learning menerapkan siswa harus menemukan sendiri solusi dari sebuah permasalahan yang disajikan dalam LKS dengan langkah yang mudah dipahami siswa. Produk perangkat pembelajaran model Inquiry Learning mendukung tahapan pembelajaran dengan adanya video pembelajaran. Video pembelajaran yang digunakan dapat dijadikan sebagai bahan eksplorasi siswa terhadap fenomena atau fakta yang akan membuat siswa mengingat dan memahami. Gambar yang tersedia 13 pada LKS berbasis Inquiry Learning berupa pertanyaan atau masalah yang akan dipecahkan siswa dapat membantu siswa dalam mengumpulkan data dan membangun pengetahuan baru. Pengembangan perangkat pembelajaran Inquiry Learning merupakan inovasi strategi pembelajaran yang melibatkan siswa mampu menemukan jawaban dari sebuah permasalahan secara mandiri sehingga siswa aktif belajar dan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran Inquiry siswa tidak memperoleh konsep yang sudah jadi dari gurunya, teteapi menemukan sendiri pengetahuan itu sehingga terbentuk pengetahuan yang lebih terstruktur (Heriningsih, 2014). Sejalan dengan pernyataan bahwa di dalam kegiatan pembelajaran Inquiry, siswa terlibat aktif dan dapat menemukan konsep-konsep melalui interaksi dengan lingkungan (Astuti dan Setiawan, 2013). Pemanfataan pembelajaran interaktif, menyenangkan, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang untuk kemandirian siswa melalui pembelajaran berbasis Inquiry Learning juga merupakan suatu indikator untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dari Heriningsih (2014) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis Inquiry yang bercirikan siswa aktif dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan aktivitas siswa yang tinggi selama kegiatan pembelajaran bermakna dan menyenangkan. Arifin (2005) juga menyatakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa akan menghasilkan ingatan yang lebih baik terhadap konsep-konsep IPA yang dipelajarinya. Hasil uji coba lapangan pada siswa kelas VIII-C SMP Negeri 9 Malang yaitu perangkat pembelajaran model Inquiry Learning berupa LKS layak untuk digunakan. Berdasarkan saran/komentar siswa kelas VIII-C SMP Negeri 9 Malang yaitu penyampaian materi sistem ekskresi manusia sangat mudah dipahami, petunjuk penggunaan LKS jelas, pengarahan LKS dalam memahami materi sangat mudah, LKS didukung oleh gambar dan video yang jelas sehingga dapat membantu memahami materi. Melalui pembelajaran model Inquiry Learning, pembelajaran lebih menarik, mudah dimengerti, dan santai. Pembelajaran model Inquiry Learning merupakan sarana yang cocok digunakan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan sains. Temuan ini sejalan dengan 14 pendapat dari Sanjaya (2005) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran Inquiry Learning banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan. Strategi ini menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Strategi Inquiry juga dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Saran Apabila perangkat pembelajaran ini akan digunakan dalam skala luas, hendaknya dilakukan uji coba lanjutan untuk beberapa SMP dengan kondisi yang hampir sama dengan kelas VIII-C di SMP Negeri 9 Malang untuk mengetahui keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan media interaktif materi sistem ekskresi manusia yang lebih lengkap sebagai pelengkap perangkat pembelajaran seperti video, tampilan gambar, model, charta, atau alat praktikum yang disusun sendiri secara sederhana. DAFTAR RUJUKAN Anwar, M. I. 1987. Kepemimpinan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa. Arifin, M. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Malang: UM Press Astuti, Y. & Setiawan. B. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiru Terbimbing dalam Pembelajaran Kooperatif pada Materi Kalor. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Vol.2/No.1/April 2013. (Online) http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/download/2515/2568 (diakses tanggal 11 Juni 2015) Heriningsih, D. P. & Agustini, R. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berkarakter Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SMP. (Online) http://fmipa.unesa.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2013/11 /61-68-Dwi-Puspa-Heriningsih.pdf (diakses tanggal 11 Juni 2015) Karyatin. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri terhadap Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII-4 di SMPN 1 Probolinggo. Jurnal Pendidikan Sains Vol.1/No.2/Juni 2013. (Online) http://journal.um.ac.id/index.php/jps/article /viewFile/4161/818 (diakses tanggal 11 Januari 2015) Llewellyn, D. 2013. Teaching High School Science Through Inquiry and Argumentation. USA: Corwin. Nieveen, N. & Plomp, T. 2010. An Introduction to Educational Design Research. Netherlands: SLO Netherlands Institute for Curruculum Development. 15 Nuraini, I. 2014. Penggunaan LKS Berbasis Guided Inquiry Untuk SMA Kelas XI pada Konsep Sistem Sirkulasi. (Online) http://repository.uinjkt.ac.id%2Fd space%2Fbitstream%2F123456789%2F24419%2F1%2FSkripsi%2520Istiqo mah%2520Nuraini%2520watermark.pdf. (diakses tanggal 11 Juni 2015) Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.