PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATERI

advertisement
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATERI
SISTEM EKSKRESI DENGAN MODEL INQUIRY LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 9 MALANG
Nadhira Permata Sari*, Herawati Susilo, Umie Lestari
Universitas Negeri Malang
*Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
dengan model Inquiry Learning pada materi Sistem Ekskresi yang layak digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan
model pengembangan Four-D (4-D) Thiagarajan. Analisis tahap awal dilakukan validasi
produk. Hasil validasi oleh ahli materi dinyatakan layak dengan persentase 96,94%. Hasil
validasi oleh ahli perangkat pembelajaran dinyatakan layak dengan persentase 90,46%.
Hasil validasi oleh ahli pembelajaran dinyatakan layak dengan persentase 96,91%.
Analisis tahap akhir berupa uji coba produk kepada siswa. Hasil belajar kompetensi
pengetahuan meningkat dari 79,93 menjadi 87,60. Hasil belajar kompetensi sikap
spiritual meningkat dari 3,39 menjadi 3,66 dan sikap sosial meningkat dari 3,34 menjadi
3,54. Hasil belajar kompetensi keterampilan praktikum meningkat dari 3,12 menjadi 3,39
dan keterampilan presentasi meningkat dari 3,13 menjadi 3,46.
Kata kunci: perangkat pembelajaran, Inquiry Learning, hasil belajar
ABSTRACT: This study aimed to make learning instruments based on Inquiry Learning
on the subject of Excretory System which is suitable to be used to improve the students’
learning outcomes. The development of learning instruments used Four D (4D)
development model Thiagarajan. The first data analysis is validation of the product. The
result of learning instruments’ validation is the learning instruments is suitable to be used.
The score of validation from material expert is 96,94%. The score of validation from
learning instrument expert is 94,46%. The score of validation from teacher is 96,91%.
The final data analysis is product tryout that has been validated by the students. The result
study in term of knowledge increase from 79,93 to 87,60. The result study in term of
spiritual behavior increase from 3,39 to 3,66. The result study in term of social behavior
increase from 3,34 to 3,54. The result study in term of practical work skill competence
increase from 3,12 to 3,39. The result study in term of presentation skill competence
increase from 3,13 to 3,46.
Keywords: learning instruments, Inquiry Learning, learning outcomes
Pendidikan merupakan kelengkapan kebutuhan manusia yang sangat penting
dalam kehidupan manusia itu sendiri. Menurut Anwar (1987) kegiatan pendidikan
merupakan suatu proses kegiatan untuk mengubah sikap manusia dari suatu kondisi
tertentu terhadap kondisi lainnya. Dengan kata lain maka dengan pendidikan itu
1
2
perubahan akan tampak dalam proses perubahan pikiran manusia, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan berperan penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Salah
satu indikator yang menentukan kualitas pendidikan adalah pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
mengembangkan proses ilmiah dan sikap ilmiah, namun pada kenyataannya
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA
masih rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh di SMP Negeri 9 Malang, pergantian
Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 dirasa cukup berat bagi beberapa guru
karena ada mata pelajaran Biologi dan Fisika yang telah digabungkan menjadi mata
pelajaran IPA. Menurut Bapak Drs. Sigit Waseso selaku guru Fisika di SMP Negeri
9 Malang menyatakan bahwa, cukup sulit beradaptasi dari yang sebelumnya hanya
mengajar Fisika menjadi mengajar IPA dengan tambahan mata pelajaran Biologi di
dalamnya. Selain itu berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa, rata-rata
mereka menyatakan bahwa materi Sistem Ekskresi cukup sulit untuk dipahami.
Menurut guru mata pelajaran IPA, siswa kurang antusias terhadap
pembelajaran. Hal yang menyebabkan mereka kurang antusias terhadap pelajaran
adalah pembelajaran IPA kurang menarik. Sebagian siswa tidak fokus terhadap
pelajaran yang berlangsung di kelas misalnya melamun dan berbicara dengan teman
sebangkunya. Masalah ini menyebabkan hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata
pelajaran IPA kurang memuaskan. Berdasarkan data observasi di lapangan diperoleh
nilai mata pelajaran IPA pada ranah pengetahuan, siswa yang memperoleh nilai di
atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 56,67 persen, sedangkan siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 33,33 persen.
Pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak
memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan
dalam proses berpikirnya (Trianto, 2007). Pembelajaran di dalam kelas yang hanya
berfokus pada guru membuat siswa kurang berpartisipasi di dalam pembelajaran
kelas sehingga siswa kesulitan untuk mengolah konsep-konsep yang ada. Kesulitan
yang dihadapi siswa dalam belajar IPA dapat ditangani dengan pembelajaran yang
3
menyajikan alternatif untuk menjadikan siswa terampil dan lebih mudah memahami
pembelajaran IPA.
Proses pembelajaran yang menarik dapat dibuat dalam suatu perangkat
pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
adalah hal yang vital dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Proses
pembelajaran di kelas dirancang dalam sebuah RPP, jadi seharusnya guru harus
membuat RPP yang dapat membuat siswa aktif dalam kelas sehingga pemahaman
konsep dapat dicapai oleh siswa. Di dalam sebuah RPP terdapat model pembelajaran
yang akan dipakai oleh guru di dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang
dihadapi oleh guru adalah siswa masih kurang aktif di dalam kelas, siswa belum
termotivasi, dan hasil belajar siswa masih kurang tercapai. Masalah tersebut dapat
diatasi dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning pada siswa.
Model pembelajaran Inquiry Learning memiliki karakteristik yaitu
menekankan aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sumber masalah,
mencari dan menemukan jawaban sendiri, dan mengembangkan kemampuan
intelektual mereka. Menekan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan pertanyaan atau sumber masalah sehingga mereka aktif terlibat di dalam
proses pembelajaran. Siswa juga akan termotivasi oleh temuan yang mereka temukan
sendiri sehingga mereka berusaha untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
mereka temukan. Siswa juga dapat mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental mereka sehingga hasil belajar dapat tercapai. Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut, penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran pada Materi Sistem Ekskresi dengan Metode Inquiry Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Malang” perlu
dilakukan.
METODE
Model penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran ini mengadaptasi
dari pengembangan pembelajaran model 4-D (Four-D Model) yang telah
dikemukakan oleh Thiagarajan (1974). Model pengembangan perangkat
pembelajaran ini terdiri dari empat langkah yaitu define (pendefinisian), design
(perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Tahap
4
define yaitu tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran
di awal, dengan menganalisis menganalisis situasi awal yaitu tentang permasalahan
yang ada di SMP Negeri 9 Malang serta kebutuhan yang dibutuhkan sebelum
mengembangkan perangkat pembelajaran. Tahap design adalah tahap untuk
merancang dan menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan.
Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan meliputi penyusunan silabus,
RPP, dan LKS yang mengacu pada Kurikulum 2013 dengan model Inquiry Learning.
Tahap develop bertujuan untuk menghasilkan draft perangkat pembelajaran yang
telah direvisi berdasarkan hasil validasi dari para ahli dan praktisi di bidangnya, dan
data yang diperoleh dari uji kelas. Tahap disseminate tudak dilakukan karena
keterbatasan waktu dan biaya penelitian.
Validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh ahli materi, ahli perangkat
pembelajaran, dan ahli pembelajaran (guru). Validasi perangkat pembelajaran
dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran sebelum dilakukan
uji coba produk. Uji coba produk dimaksudkan untuk menetapkan keefektifan dan
kepraktisan dari produk yang dihasilkan. Ketetapan keefektifan produk diperoleh
dari lembar keterlaksanaan sintaks yang diisi oleh observer selama uji coba
berlangsung. Ketetapan kepraktisan produk diperoleh dari hasil angket respon siswa
terhadap perangkat pembelajaran yang telah diuji.
Dalam penelitian ini dilakukan uji coba terbatas/skala kecil yang dilakukan
pada satu kelas yang berjumlah 30 siswa. Jenis data pada penelitian pengembangan
ini berupa data mengenai pengembangan perangkat pembelajaran yang diperoleh dari
validasi perangkat pembelajaran dan uji coba perangkat pembelajaran. Seluruh data
yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualiatatif dan data
kuantitatif. Data kualitatatif diperoleh dari tanggapan validator pada saat pengisian
angket validasi dan data dari validator yaitu berupa saran dan komentar. Data
kuantitatif diperoleh dari skor pengisian angket untuk perangkat pembelajaran dan
penilaian hasil belajar siswa untuk mengetahui peningkatannya.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap Define
Pada tahap ini dilakukan beberapa analisis situasi awal yang akan digunakan
sebagai acuan untuk mengembangkan produk. Analisis tersebut meliputi.
1. Identifikasi Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator Kompetensi
Pembelajaran. KI dan KD yang dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan
perangkat pembelajaran ini disesuaikan dengan Permendikbud nomor 68 tahun
2013. KD yang dipilih adalah KD 2.1; KD 2; KD 2.3; 2.4; KD 3.9 yaitu
menjelaskan struktur dan fungsi sistem eksresi pada manusia dan penerapannya
dalam menjaga kesehatan diri; dan KD 4.9 yaitu membuat peta pikiran (mind
map) tentang struktur dan fungsi sistem eksresi pada manusia dan penerapanya
dalam menjaga kesehatan diri. Berdasarkan KI dan KD tersebut, maka materi
yang digunakan dalam perangkat pembelajaran ini adalah “Sistem Ekskresi
Manusia”.
2. Kondisi siswa menggambarkan keadaan siswa sebelum dilakukan penerapan
perangkat pembelajaran yang meliputi minat belajar dan hasil belajar siswa.
Mayoritas siswa adalah dari keluarga yang hidup di lingkungan sekitar Pasar
Besar Kota Malang. Hal ini membuat kebanyakan siswa sulit diatur untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Refleksi guru yaitu tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
di kelas selama ini kurang menunjukkan keterlibatan siswa secara aktif di kelas
selama kegiatan pembelajaran. Guru kesulitan untuk memahamkan materi kepada
siswa dengan melibatkan siswa secara langsung di dalam pembelajaran.
4. Kondisi sekolah menunjukkan keadaan sarana prasarana dan fasilitas sekolah
yang cukup mendukung kegiatan belajar. SMP Negeri 9 Malang memiliki
laboratorium khusus untuk pembelajaran IPA yang tertata dengan rapi beserta
laboran yang mengurus segala keperluan laboratorium. Laboratorium SMP Negeri
9 Malang juga memiliki alat dan bahan yang hampir lengkap untuk kebutuhan
praktikum. Ruang kelas juga telah dilengkapi dengan LCD dan pengeras suara
sehingga dapat digunakan untuk pembelajaran, namun guru jarang sekali
menggunakan fasilitas tersebut.
6
5. Kemajuan SMP Negeri 9 Malang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
sangat penting bagi siswa. Salah satu contohnya adalah tersedianya fasilitas ruang
multimedia dan wifi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mencari sumber
belajar lain. Namun hal ini kurang ditanggapi baik oleh siswa yang hanya
bermain-main seperti membuka sosial media di ruang multimedia ketika jam
istirahat atau jam pulang sekolah.
Tahap Design
Pada tahap ini dilakukan perancangan produk berupa penyusunan perangkat
pembelajaran dan instrumen penilaian perangkat pembelajaran. Adapun perangkat
pembelajaran yang disusun adalah silabus, rencara pelaksanaan pembelajaran (RPP),
dan lembar kerja siswa (LKS) yang disusun menggunakan sintaks pembelajaran
model Inquiry Learning. RPP terdiri dari enam kali pertemuan (15 x 40 menit). Pada
pertemuan pertama, materi yang dibahas adalah tentang fungsi organ sistem ekskresi
manusia. Pada pertemuan kedua, materi yang dibahas adalah tentang struktur dan
fungsi ginjal beserta mekanisme pembentukan urine. Pada pertemuan ketiga, materi
yang dibahas adalah tentang struktur dan fungsi kulit, hati, dan paru-paru. Pada
pertemuan keempat, materi yang dibahas adalah tentang kelainan dan penyakit pasa
sistem ekskresi. Pada pertemuan kelima, materi yang dibahas adalah pola hidup sehat
untuk menjaga kesehatan sistem ekskresi. Sedangkan pertemuan keenam digunakan
untuk ulangan harian. Penyusunan LKS berdasarkan sintaks pembelajaran model
Inquiry Learning. LKS disusun untuk 5 kali pertemuan berdasarkan pembagian sub
materi sistem ekskresi manusia.
Tahap Develop
Tahap ini merupakan tahap untuk melakukan validasi perangkat pembelajaran
yang dilakukan oleh ahli materi, ahli perangkat
pembelajaran, dan ahli pembelajaran (guru) serta melakukan uji coba kepada siswa.
Data hasil validasi materi oleh ahli materi ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Hasil Validasi Ahli Materi
No.
1.
2.
3.
Indikator
Kesesuaian materi dengan
Kompetensi Dasar
Keakuratan Materi
Organisasi Materi
Rerata
Jumlah maks Jumlah
8
8
20
24
19
23
Presentase
100%
Kriteria
sangat layak
95%
95,83%
96,94%
sangat layak
sangat layak
sangat layak
7
Hasil validasi secara keseluruhan menurut ahli materi dinyatakan bahwa materi
pembelajaran yang dikembangkan pada perangkat pembelajaran IPA dengan model
Inquiry Learning sangat layak digunakan.
Data hasil validasi silabus oleh ahli perangkat pembelajaran ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Data Hasil Validasi Silabus oleh Ahli Perangkat Pembelajaran
No.
1.
2.
3.
Indikator
Isi yang Disajikan
Bahasa
Waktu
Jumlah maks
40
8
12
Jumlah
36
7
12
Rerata
Presentase
90%
87,5%
100%
92,5%
Kriteria
sangat layak
sangat layak
sangat layak
sangat layak
Data hasil validasi RPP oleh ahli perangkat pembelajaran ditunjukkan pada
Tabel 3.
Tabel 3 Data Hasil Validasi RPP oleh Ahli Perangkat Pembelajaran
No.
1.
2.
3.
4.
Indikator
Perumusan Tujuan
Pembelajaran
Isi yang Disajikan
Bahasa
Waktu
Jumlah maks
20
Jumlah
19
Presentase
95%
Kriteria
sangat layak
24
16
8
24
13
8
100%
81,25%
100%
94,06%
sangat layak
layak
sangat layak
sangat layak
Rerata
Data hasil validasi LKS oleh ahli perangkat pembelajaran ditunjukkan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli Perangkat Pembelajaran
No.
1.
2.
Indikator
Isi yang Disajikan
Bahasa
Jumlah maks Jumlah
28
23
24
21
Rerata
Presentase
82,14%
87,5%
84,82%
Kriteria
layak
sangat layak
layak
Hasil validasi secara keseluruhan menurut ahli perangkat pembelajaran
memperoleh rata-rata sebesar 90,46% dan dinyatakan bahwa perangkat pembelajaran
yang dikembangkan pada perangkat pembelajaran IPA dengan model Inquiry
Learning sangat layak digunakan.
Data hasil validasi ahli pembelajaran pada materi ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Data Hasil Validasi oleh Ahli Pembelajaran (Guru) pada Materi
No.
1.
2.
3.
Indikator
Kesesuaian materi dengan
Kompetensi Dasar
Keakuratan Materi
Organisasi Materi
Rerata
Jumlah maks
8
Jumlah
8
Presentase
100%
Kriteria
sangat layak
20
24
20
23
100%
95,83%
98,61%
sangat layak
sangat layak
sangat layak
Data hasil validasi ahli pembelajaran pada silabus ditunjukkan pada Tabel 6.
8
Tabel 6 Data Hasil Validasi oleh Ahli Perangkat Pembelajaran (Guru) pada Silabus
No.
1.
2.
3.
Indikator
Isi yang Disajikan
Bahasa
Waktu
Jumlah maks Jumlah
36
35
8
8
12
12
Rerata
Presentase
95%
100
100
98,33%
Kriteria
sangat layak
sangat layak
sangat layak
sangat layak
Data hasil validasi ahli pembelajaran pada RPP ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Data Hasil Validasi oleh Ahli Perangkat Pembelajaran (Guru) pada RPP
No.
1.
2.
3.
4.
Indikator
Perumusan Tujuan
Pembelajaran
Isi yang Disajikan
Bahasa
Waktu
Jumlah maks
20
Jumlah
20
Presentase
100%
Kriteria
sangat layak
24
16
8
22
15
8
91,67%
93,75%
100%
96,35%
sangat layak
sangat layak
sangat layak
sangat layak
Rerata
Data hasil validasi ahli pembelajaran pada LKS ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Data Hasil Validasi oleh Ahli Perangkat Pembelajaran (Guru) pada LKS
No.
1.
2.
Indikator
Isi yang Disajikan
Bahasa
Jumlah maks Jumlah
32
28
24
23
Rerata
Presentase
92,85%
95,83%
94,34%
Kriteria
sangat layak
sangat layak
sangat layak
Hasil validasi secara keseluruhan menurut ahli pembelajaran (guru)
memperoleh rata-rata sebesar 96,91% dan dinyatakan bahwa materi dan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan pada perangkat pembelajaran IPA dengan model
Inquiry Learning sangat layak digunakan.
Produk pengembangan yang telah divalidasi selanjutnya direvisi berdasarkan
komentar dan saran yang diperoleh dari ahli materi, ahli media, dan ahli
pembelajaran (guru). Komentar dan saran tersebut digunakan untuk memperbaiki
dan menyempurnakan perangkat pembelajaran IPA dengan model Inquiry Learning
pada materi sistem ekskresi.
Kegiatan uji coba dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan yaitu pada tanggal 2
April 2015, 4 April 2015, 9 April 2015, 11 April 2015, 16 April 2015, dan 18 April
2015 pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 9 Malang pada jam mata pelajaran IPA.
Pada setiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap keterlaksanaan sintaks
pembelajaran oleh observer yang berprofesi sebagai mahasiswa program studi
pendidikan Biologi. Pada kegiatan uji coba ini peneliti bertindak sebagai guru. Data
hasil penilaian uji coba lapangan terdiri atas data hasil penilaian uji coba lapangan
9
oleh siswa berupa angket respon siswa dan data hasil penilaian uji coba lapangan
oleh observer berupa lembar keterlaksanaan sintaks.
Data hasil penilaian uji coba lapangan oleh siswa kelas VIII-C terhadap
perangkat pembelajaran model Inquiry Learning dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Data Uji Coba Lapangan oleh Siswa
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Indikator
Penyajian materi
Penyajian soal
Lembar Kerja Siswa
Kemudahan memahami dan
mengingat materi
Fungsi pembelajaran model
Inquiry Learning dalam
meningkatkan hasil belajar
Kemudahan dalam
pembelajaran model Inquiry
Learning
Kemenarikan pembelajaran
model Inquiry Learning
Rerata
Jumlah maks
240
240
600
240
Jumlah
231
228
557
224
Presentase
96,25%
95%
92,83%
93,33%
Kriteria
sangat layak
sangat layak
sangat layak
sangat layak
120
113
94,17%
sangat layak
240
220
91,67%
sangat layak
240
225
93,75%
sangat layak
93,86%
sangat layak
Hasil respon siswa secara keseluruhan menunjukkan rata-rata sebesar 93,86%
yang berarti kepraktisan perangkat pembelajaran model Inquiry Learning dinyatakan
sangat layak.
Data uji coba lapangan oleh observer terhadap keterlaksanaan sintaks
pembelajaran model Inquiry Learning dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Data Uji Coba Lapangan oleh Observer
Pertemuan
Jumlah maks
88
88
88
88
88
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Pertemuan 4
Pertemuan 5
Rerata
Jumlah
78
78
80
81
83
Presentase
92,86%
92,86%
95,24%
96,43%
98,81%
95,24%
Kriteria
sangat layak
sangat layak
sangat layak
sangat layak
sangat layak
sangat layak
Hasil keterlaksanaan sintaks oleh observer secara keseluruhan menunjukkan
rata-rata sebesar 95,24% yang berarti keefektifan perangkat pembelajaran model
Inquiry Learning dinyatakan sangat layak.
Hasil belajar kompetensi pengetahuan diperoleh dari penilaian belajar siswa
tiap pertemuan. Ringkasan data hasil belajar kompetensi pengetahuan ditunjukkan
pada Tabel 11.
10
Tabel 11 Data Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan
Pertemuan
Ke-1
Ke-2
Ke-3
Ke-4
Ke-5
Ke-6
Rata-Rata Kelas
79,93
81,07
82,93
84,17
85,43
87,60
Nilai ≥ KKM
28 siswa
26 siswa
28 siswa
29 siswa
30 siswa
30 siswa
Uji coba instrumen evaluasi kompetensi pengetahuan dilaksanakan pada setiap
akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan
hasil belajar yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama hingga pertemuan
keenam, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi pengetahuan meningkat
pada tiap pertemuan.
Hasil belajar kompetensi sikap diperoleh dari penilaian sikap sosial dan sikap
spiritual yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Ringkasan data hasil belajar
kompetensi sikap ditunjukkan pada Tabel 12.
Tabel 12 Data Hasil Belajar Kompetensi Sikap
Kompetensi Sikap
Spiritual
Sosial
Pertemuan Rata-Rata Kelas Kriteria Baik Kriteria Sangat Baik
ke-1
3,39
23 siswa
7 siswa
ke-3
3,62
13 siswa
17 siswa
ke-5
3,66
12 siswa
18 siswa
ke-1
3,34
26 siswa
4 siswa
ke-3
3,51
15 siswa
15 siswa
ke-5
3,54
21 siswa
9 siswa
Berdasarkan hasil belajar kompetensi sikap spiritual secara keseluruhan, dapat
dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi sikap spiritual meningkat. Berdasarkan
hasil belajar kompetensi sikap sosial secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa hasil
belajar siswa kompetensi sikap sosial meningkat.
Hasil belajar kompetensi keterampilan diperoleh dari penilaian keterampilan
praktikum dan keterampilan presentasi yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.
Ringkasan data hasil belajar kompetensi keterampilan ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13 Data Hasil Belajar Kompetensi Praktikum
Kompetensi Keterampilan Pertemuan Rata-Rata Kelas Kriteria Baik Kriteria Sangat Baik
ke-2
3.12
26 siswa
4 siswa
Praktikum
ke-4
19 siswa
11 siswa
3,39
ke-2
3,13
28 siswa
2 siswa
Presentasi
ke-4
3,46
17 siswa
13 siswa
Berdasarkan hasil belajar kompetensi ketampilan praktikum secara
keseluruhan, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi keterampilan
11
praktikum meningkat. Berdasarkan hasil belajar kompetensi ketampilan presentasi
secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kompetensi keterampilan
presentasi meningkat.
Menurut Nieveen (2010) suatu produk dikatakan berkualitas tinggi jika
memenuhi aspek kelayakan, kepraktisan, dan keefektivan. Perangkat pembelajaran
ini dapat dikatakan layak karena telah divalidasi oleh ahli materi, ahli perangkat
pembelajaran, dan ahli pembelajaran yang menyatakan telah memenuhi aspek-aspek
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini dapat dikatakan praktis karena
hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran telah memenuhi
kebutuhan dan harapan dalam uji coba produk. Perangkat pembelajaran ini dapat
dikatakan efektif karena hasil analisis pengamatan terhadap hasil belajar siswa baik
kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan menunjukkan hasil yang
meningkat.
Uji coba kepada siswa dengan menerapkan pembelajaran model Inquiry
Learning dan memberi LKS berbasis Inquiry Learning. Siswa menjadikan LKS
sebagai panduan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan materi Sistem
Ekskresi. Sebelum siswa menggali informasi melalui langkah-langkah yang ada pada
LKS, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menyajikan suatu
fenomena yang dapat memunculkan permasalahan bagi siswa. Permasalahan yang
didapatkan oleh siswa dapat membantu siswa dalam membuat hipotesis. Selanjutnya
melalui kegiatan di dalam LKS, siswa dibimbing guru untuk mencari informasi,
melakukan percobaan dan menganalisis data yang diperoleh sehingga siswa dapat
menyimpulkannya dan memperoleh pengetahuan baru.
Pemberian LKS dapat membantu siswa dalam memahami materi sehingga
hasil belajar dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan
bahwa lembar kegiatan siswa memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus
dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan
kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar (Trianto, 2010). Hasil
respon siswa terhadap perangkat pembelajaran Inquiry Learning berupa LKS pada
materi Sistem Ekskresi menunjukkan hasil yang sangat baik. Hasil tersebut
disebabkan karena seluruh proses mental Inquiry yaitu mengeksplorasi fenomena,
merencanakan dan melakukan investigasi, menganalisis data, serta membangun
12
pengetahuan baru dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Penyajian LKS dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa juga salah satu alasan siswa memberikan
respon yang positif.
Perangkat pembelajaran ini terdapat langkah-langkah yang tersusun
berdasarkan sintaks pembelajaran model Inquiry Learning. Model pembelajaran
Inquiry Learning pada perangkat pembelajaran ini menekankan pada proses berpikir
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah.
Perangkat pembelajaran dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Keunggulan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah
perangkat pebelajaran pada materi sistem ekskresi yang di dalamnya terdapat
langkah-langkah pembelajaran model Inquiry Learning yang dapat membuat siswa
lebih aktif di dalam kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat. Hal ini sejalan
dengan temuan Nuraini (2014) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran Inquiry
Learning siswa menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran. siswa mendapatkan
pengalaman belajar dan dapat menemukan konsep-konsep melalui pemahaman yang
dibangunnya sendiri. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Llewellyn (2013)
bahwa Inquiry Learning sebagai proses eksplorasi ilmiah yang aktif di mana siswa
mampu menggunakan kemampuan berpikir, logika, dan kreativitasnya.
Kelayakan produk perangkat pembelajaran model Inquiry Learning yang telah
divalidasi oleh ahli dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA karena
dikembangkan untuk melibatkan siswa secara aktif dan dilengkapi dengan video
pembelajaran yang mendukung materi sistem ekskresi manusia. Sejalan dengan
penelitian yang menyatakan bahwa proses pembelajaran yang implementasinya
melibatkan siswa secara aktif akan memperoleh hasil yang baik (Karyatin, 2013).
Proses kegiatan belajar di-setting dalam suasana yang membuat siswa tertarik untuk
belajar dan berpikir kritis karena dalam pembelajaran model Inquiry Learning
menerapkan siswa harus menemukan sendiri solusi dari sebuah permasalahan yang
disajikan dalam LKS dengan langkah yang mudah dipahami siswa.
Produk perangkat pembelajaran model Inquiry Learning mendukung tahapan
pembelajaran dengan adanya video pembelajaran. Video pembelajaran yang
digunakan dapat dijadikan sebagai bahan eksplorasi siswa terhadap fenomena atau
fakta yang akan membuat siswa mengingat dan memahami. Gambar yang tersedia
13
pada LKS berbasis Inquiry Learning berupa pertanyaan atau masalah yang akan
dipecahkan siswa dapat membantu siswa dalam mengumpulkan data dan
membangun pengetahuan baru. Pengembangan perangkat pembelajaran Inquiry
Learning merupakan inovasi strategi pembelajaran yang melibatkan siswa mampu
menemukan jawaban dari sebuah permasalahan secara mandiri sehingga siswa aktif
belajar dan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang menyatakan bahwa
melalui pembelajaran Inquiry siswa tidak memperoleh konsep yang sudah jadi dari
gurunya, teteapi menemukan sendiri pengetahuan itu sehingga terbentuk
pengetahuan yang lebih terstruktur (Heriningsih, 2014). Sejalan dengan pernyataan
bahwa di dalam kegiatan pembelajaran Inquiry, siswa terlibat aktif dan dapat
menemukan konsep-konsep melalui interaksi dengan lingkungan (Astuti dan
Setiawan, 2013).
Pemanfataan pembelajaran interaktif, menyenangkan, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang untuk kemandirian siswa melalui
pembelajaran berbasis Inquiry Learning juga merupakan suatu indikator untuk
membantu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dari
Heriningsih (2014) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis Inquiry yang
bercirikan siswa aktif dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan aktivitas siswa
yang tinggi selama kegiatan pembelajaran bermakna dan menyenangkan. Arifin
(2005) juga menyatakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa akan
menghasilkan ingatan yang lebih baik terhadap konsep-konsep IPA yang
dipelajarinya.
Hasil uji coba lapangan pada siswa kelas VIII-C SMP Negeri 9 Malang yaitu
perangkat pembelajaran model Inquiry Learning berupa LKS layak untuk digunakan.
Berdasarkan saran/komentar siswa kelas VIII-C SMP Negeri 9 Malang yaitu
penyampaian materi sistem ekskresi manusia sangat mudah dipahami, petunjuk
penggunaan LKS jelas, pengarahan LKS dalam memahami materi sangat mudah,
LKS didukung oleh gambar dan video yang jelas sehingga dapat membantu
memahami materi. Melalui pembelajaran model Inquiry Learning, pembelajaran
lebih menarik, mudah dimengerti, dan santai. Pembelajaran model Inquiry Learning
merupakan sarana yang cocok digunakan dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan sains. Temuan ini sejalan dengan
14
pendapat dari Sanjaya (2005) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran Inquiry
Learning banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan. Strategi ini
menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang. Strategi Inquiry juga dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
Saran
Apabila perangkat pembelajaran ini akan digunakan dalam skala luas,
hendaknya dilakukan uji coba lanjutan untuk beberapa SMP dengan kondisi yang
hampir sama dengan kelas VIII-C di SMP Negeri 9 Malang untuk mengetahui
keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan media interaktif materi sistem
ekskresi manusia yang lebih lengkap sebagai pelengkap perangkat pembelajaran
seperti video, tampilan gambar, model, charta, atau alat praktikum yang disusun
sendiri secara sederhana.
DAFTAR RUJUKAN
Anwar, M. I. 1987. Kepemimpinan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Angkasa.
Arifin, M. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Malang: UM Press
Astuti, Y. & Setiawan. B. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis
Pendekatan Inkuiru Terbimbing dalam Pembelajaran Kooperatif pada Materi
Kalor. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Vol.2/No.1/April 2013. (Online)
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/download/2515/2568
(diakses tanggal 11 Juni 2015)
Heriningsih, D. P. & Agustini, R. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berkarakter Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa
SMP. (Online) http://fmipa.unesa.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2013/11
/61-68-Dwi-Puspa-Heriningsih.pdf (diakses tanggal 11 Juni 2015)
Karyatin. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri terhadap Berbasis Laboratorium
Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas VIII-4 di SMPN 1 Probolinggo. Jurnal Pendidikan Sains
Vol.1/No.2/Juni 2013. (Online) http://journal.um.ac.id/index.php/jps/article
/viewFile/4161/818 (diakses tanggal 11 Januari 2015)
Llewellyn, D. 2013. Teaching High School Science Through Inquiry and
Argumentation. USA: Corwin.
Nieveen, N. & Plomp, T. 2010. An Introduction to Educational Design Research.
Netherlands: SLO Netherlands Institute for Curruculum Development.
15
Nuraini, I. 2014. Penggunaan LKS Berbasis Guided Inquiry Untuk SMA Kelas XI
pada Konsep Sistem Sirkulasi. (Online) http://repository.uinjkt.ac.id%2Fd
space%2Fbitstream%2F123456789%2F24419%2F1%2FSkripsi%2520Istiqo
mah%2520Nuraini%2520watermark.pdf. (diakses tanggal 11 Juni 2015)
Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana.
Download