PENERAPAN METODE INQUIRY UNTUK MENGURANGI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII B SEMESTER GANJIL SMPN 1 SUKOWONO TAHUN AJARAN 2012/2013 Novita Cahya Mahendra1, Dafik2, Toto’ Bara Setiawan3 Abstract. Inquiry method is a discovery learning method where the students are given a problem or a unique phenomenon in such away the students can solve the problem. This method is also suitable to reduce the student’s mistake in solving problem of social arithmetic topic. The research subject is VII B students of SMPN 1 Sukowono. The data collection method used in this research is interview, observation, test and documentation. Theresearch observed the activity of the students and the teachers. The result shows that the activity of the students and the teachers are significantly increasing. We can conclude that the inquiry method can reduce the student’s mistake in solving problem of social aritmetic topic. Key Words : Inquiry, student’s mistake, social arithmetic. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan rumit serta tidak sedikit siswa yang mengeluhkan tentang hal ini. Mereka menganggap matematika tidak menarik dan penuh rumus, sehingga mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam belajar matematika. Didalam proses pembelajaran, sering ditemukan kesalahan siswa dalam mengerjakan soal, khususnya dalam mata pelajaran matematika. Kesalahan-kesalahan siswa dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain : kesulitan menggunakan konsep, kesulitan dalam memahami prinsip dalam matematika, dan kesulitan menyelesaikan soal matematika. Kurangnya pemahaman terhadap materi membuat siswa merasa kesulitan menyelesaikansoal sehingga hal ini bisa menyebabkan hasil belajar siswa menjadi 1 Mahasiswa S-1 Angkatan 2008 Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Jember Dosen Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Jember 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika- FKIPUniversitas Jember 2 2 ___________________________ ©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012 rendah. Adapun beberapa jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika antara lain: a) kesalahan menafsirkan bahasa; b) kesalahan penggunaan teorema; c) kesalahan penggunaan data; d) kesalahan teknis; dan e) kesalahan tidak adanya penyelesaian akhir (Mitra). Kenyataan tersebut juga terjadi pada pembelajaran matematika di SMPN 1 Sukowono. Kegiatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sering kali dituangkan dalam bentuk soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Menurut hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa siswa melakukan kesalahan dengan persentase yang sangat tinggi, yaitu mencapai 90% untuk tiap jenis kesalahan. Ketika siswa diberikan berbagai masalah yang berupa soal cerita, siswa diharapkan mampu mengalami perubahan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang dan akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.Untuk menyikapi kesalahan siswa dalam menyesaikan soal cerita, maka diperlukan suatu metode pembelajaran matematika yang menarik sehingga mampu memberdayakan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajarannya. Berdasarkan informasi di atas, dilakukan observasi di SMP Negeri 1Sukowono pada tanggal 4Juli 2012 dan diperoleh keterangan bahwa persentase tiap jenis kesalahan sangatlah tinggi. Hal ini juga dapat diketahui dari hasil wawancara terhadap guru bidang studi matematika kelas VII B SMPN 1 Sukowono tahun ajaran 2012/2013, beliau mengatakan bahwa siswa kelas VII B SMPN 1 Sukowono banyak mengalami kesulitan pada materi Aritmatika Sosial. Materi Aritmatika Sosial merupakan materi yang sangat cocok bila diajarkan menggunakan metode inquiry karena materi ajar ini memiliki suatu konsep yang diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konsep tersebut serta melatih siswa untuk memecahkan masalah sendiri dan dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Dengan bimbingan dari guru, siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang dimaksudkan. Guru menjelaskan materi dan membuat rangkuman,selain itu guru sekedar memberikan rumus yang telah tersedia tanpa menuntun siswa untuk menemukan konsep. Oleh karena itu, jika siswa diberi soal-soal latihan mereka tidak bisa menjawab. Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 3 Mereka hanya bisa mengerjakan soal-soal yang sama persis dengan yang dicontohkan oleh guru. Guru dan peneliti menduga model pembelajaran yang digunakan selama ini belum efektif. Hal inilah yang menyebabkan tingginya jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika khususnya siswa kelas VII BSMP Negeri 1Sukowono pada materi aritmatika sosial.Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1) Bagaimanakah penerapan metode Inquiry untuk mengurangi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal padamateri Aritmatika Sosial siswa kelas VII B semester ganjil SMPN 1 Sukowono tahun ajaran 2012/2013?; 2)Bagaimanakah aktivitas siswa pada saat penerapan metode Inquiry pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII B semester ganjil SMPN 1 Sukowono tahun ajaran 2012/2013?; 3) Bagaimanakah penurunan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal setelah penerapan metode Inquiry pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII B semester ganjil SMPN 1 Sukowonotahun ajaran 2012/2013? Inquiry merupakan pembelajaran konstektual yang lebih mementingkan proses daripada produk sehingga siswa mampu menemukan sendiri konsep dari suatu pembelajaran melalui proses menyelidiki dan memeriksa suatu situasi dengan maksud mencari informasi dan kebenaran. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003:72), menyatakan bahwa melalui inquiry siswa belajar sebagaimana ilmuwan karena mereka mempelajari berbagai proses yang terlibat dalam pemantapan konsep dan fakta. Guru yang menggunakan pembelajaran dengan inquiry harus menjadikan siswa mampu berdiri sendiri, harus mendorong siswa untuk memecahkan sendiri masalah yang sedang dihadapi atau memecahkan sendiri masalah di dalam kelompok, bukan mengajarkan mereka jawaban dari masalah yang mereka hadapi.Salah satu keunggulan teknik ini adalah mampu mengarahkan cara belajar siswa sehingga mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. Pada penelitian ini digunakan LKS untuk membimbing siswa dalam menemukan konsep dari materi pembelajaran. Adapun langkah-langkah metode Inquiry adalah sebagai Tabel 1 berikut: Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran inquiry Langkah-Langkah Langkah 1 Merumuskan Masalah Aktivitas Guru Membentuk kelompok belajar siswa lalu Aktivitas Siswa Berkumpul dengan anggota kelompok dan 4 ___________________________ ©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012 memberikan permasalahan dalam bentuk LKS. Langkah 2 Mengumpulkan Data (bertanya) Langkah 3 Menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan (model : LKS) Langkah 4 Menyajikan hasil pada teman sekelas/presentasi(masyarakat belajar) Langkah 5 Merumuskan kesimpulan Memberi petunjuk kepada siswa untuk kegiatan mengumpulkan data. Memantau hasil pekerjaan siswa. memahami permasalahan yang diberikan secara berkelompok. Membaca dan menulis sesuai petunjuk yang diberikan oleh guru. Menulis dan mempersiapkan hasil diskusi untuk presentasi. Mempersiapkan Melakukan persentasi perwakilan anggota dan siswa yang lainnya kelompok yang akan mengevaluasi hasil persentasi. teman yang persentasi. Mengevaluasi hasil Menyimpulkan hasil kesimpulan siswa lalu diskusi kelompoknya mengarahkan pada dan mencatat hasil kesimpulan yang benar. kesimpulan. METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini adalah siswa siswi kelas VII B SMPN 1 Sukowono.Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui penerapan pembelajaran Inquiry untuk mengurangi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data deskriptif yang menjelaskan tentang penerapan pembelajaran Inquiry. Selain itu, akan dinilai bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK. Penelitian tindakan kelas adalah suatu penyelidikan atau kajian secara sistematis dan terencana dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran dengan jalan mengadakan perbaikan atau perubahan dan mempelajari akibat yang ditimbulkan (Hobri, 2007: 2). Selain itu, PTK (Penelitian Tindakan Kelas) merupakan suatu cara yang ditempuh guru atau peneliti guna mengatasi permasalahan yang ditemui sewaktu pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini direncanakan menggunakan 2 siklus yang mencakup empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi. Pada tiap-tiap siklus berisi 2 kali pertemuan. Pada siklus kedua siswa Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 5 cenderung diberikan lebih banyak latihan soal dan siswa lebih dimotivasi lagi dalam kegiatan pembelajaran. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan maupun hambatan dari pelaksanaan siklus pertama, maka ditentukan rancangan yang telah direvisi untuk pelaksanaan siklus kedua. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart, yaitu model skema yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Pada Gambar 1 di bawah ini disajikan kutipan model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Taggart. Langkah pertama pada penelitian ini diawali dengan penyusunan kegiatan, selanjutnya pelaksanaan perencanaan kegiatan bersama kegiatan observasi/pengamatan untuk mengumpulkan data yang diperlukan, kemudian diakhiri dengan refleksi. Penelitian diawali oleh tahap perencanaan. Pada tahap ini, direncanakan dan disiapkan segala sesuatu yang akan dilakukan dan dibutuhkan dalam metode pembelajaran inquiry. Selama dilakukan tindakan juga dilakukan observasi untuk mengumpulkan data. Tahapan terakhir adalah tahap refleksi. Tahap refleksi didasarkan pada bukti-bukti empiris dari data yang telah terkumpul berdasarkan hasil pengamatan selama tahap observasi. Tahap refleksi merupakan faktor yang penting untuk melakukan revisi rencana berikutnya. Refleksi Perencanaan Perlakuan dan Pengamatan Refleksi perbaikan Perencanaan Perlakuan dan Pengamatan Gambar 1.Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto, 2006:93) 6 ___________________________ ©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012 Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh untuk mengumpulkan data (Arikunto 1993:134). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, tes dan dokumentasi.Persentaseaktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung: ∑𝐴 Pa = ∑ 𝑁 𝑥 100% Keterangan: Pa = persentase keaktifan ∑ 𝐴 = jumlah skor tiap indikator yang diperoleh ∑ 𝑁 = Jumlah skor maksimum tiap indikator Menurut Depdiknas (2004), kriteria aktivitas guru dan siswa tersaji dalam Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2.Kategori Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Persentase 75% ≤ 𝑃𝑎 < 100% 50% ≤ 𝑃𝑎 < 75% 25% ≤ 𝑃𝑎 < 50% 𝑃𝑎 < 25% Kriteria Sangat aktif Aktif Cukup aktif Tidak aktif Persentase jenis kesalahan siswa secara klasikal dapat dicari dengan menggunakan rumus: Keterangan: P ∑𝑚 P = ∑𝑁×∑𝑠× 100% = Persentase tiap jenis kesalahan siswa ∑𝑚 = Jumlah siswa yag melakukan kesalahan pada jenis kesalahan tertentu ∑N = Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes ∑𝑠 = Jumlah soal tes Persentase jenis kesalahan siswa secara individual dihitung menggunakan rumus: ∑𝑛 P = ∑𝑇×∑𝑠× 100% Keterangan: P = Persentase tiap jenis kesalahan siswa ∑n = Jumlah kesalahan yang dilakukan siswa untuk tiap jenis kesalahan ∑s = Jumlah soal tes ∑T = banyak tipe kesalahan Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 7 Klasifikasi persentase jenis kesalahan siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3.Klasifikasi Persentase Jenis Kesalahan Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Kecil Persentase P ≥ 40% 25% ≤ P < 40% 10% ≤ P < 25% P < 10% HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanan pembelajaran, baik aktivitas siswa saat pembelajaran dan persentase kesalahan yang dilakukan siswa secara klasikaldan individual dengan menggunakan metode Inquirypada materi aritmatika sosial kelas VIIB SMP Negeri 1 Sukowono tahun ajaran 2012/2013. Pada penelitian ini terdapat dua siklus, pada siklus I dan siklus II terdapat perbedaan yaitu dalam memberikan latihan soal dan koordinasi siswa dalam kelompok. Pembelajaran dengan metode Inquiry pada materi aritmatika sosial melatih siswa untuk menemukan sendiri konsep harga jual, harga beli, untung/rugi serta persentase untung/rugi bersama dengan teman sekelompok dengan berdiskusi melalui LKS sehingga pengetahuan yang didapatkan bukan hanya hafalan akan tetapi berupa pemahaman.Pada Gambar 1 di bawah ini akan disajikan persentase aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II sebagai berikut: 100.00% 80.00% Pembelajaran 1 60.00% Pembelajaran 2 40.00% Pembelajaran 3 20.00% Pembelajaran 4 0.00% a b c d e Gambar 1.Persentase Aktifitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II Keterangan : a : mengerjakan tugas dengan diskusi kelompok 8 ___________________________ ©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012 b : mengerjakan LKS sesuai dengan langkah-langkah c : peran aktif siswa dalam penemuan konsep dengan diskusi kelompok d : berdiskusi antara siswa dengan guru/teman e : bertanya antara siswa dengan guru/teman Dari hasil analisis pada penelitian ini dapat dilihat dari pembelajaran 1 sampai pembelajaran 4 aktifitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru ada yang mengalami penurunan dan juga ada yang mengalami peningkatan. Aktifitas dalam mengerjakan tugas dengan diskusi kelompok mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 sampai pembelajaran 4. Aktifitas mengerjakan LKS sesuai dengan langkah-langkah mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 sampai pembelajaran 3 dan mengalami penurunan pada pembelajaran 4. Peran aktif siswa dalam penemuan konsep dengan diskusi kelompok mengalami peningkatan pada pembelajaran 1 sampai pembelajaran 3 tapi pada pembelajaran 4 aktivitas ini mengalami penurunan. Aktivitas berdiskusi antara siswa dengan guru/teman mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 ke pembelajaran 2, setelah itu mengalami penurunan pada pembelajaran 3 dan 4. Aktivitas bertanya antara siswa dengan guru/teman mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 sampai pembelajaran 4. Pada Gambar 2 dibawah ini akan disajikan persentase kesalahan siswa secara individual pada siklus I dan siklus II sebagai berikut: 40 33 31 30 siklus I 20 9 10 6 0 8 siklus II 1 2 tinggi sangat tinggi 0 kecil sedang Gambar 2.Kriteria Kesalahan Siswa Secara Individual pada Siklus I dan Siklus II Hasil penelitian penerapan pembelajaran metode Inquiry pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 1Sukowono ternyata dapat menurunkan persentase kesalahan siswa secara individual. Ini dapat dilihat dari hasil analisis tes siklus I diperoleh siswa yang melakukan kesalahan dengan kategori kecil sebanyak 0 siswa, sedang sebanyak 9 siswa, tinggi sebanyak 8 siswa dan sangat tinggi sebanyak 33 siswa. Hasil analisis tes Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 9 siklus II diperoleh siswa yang melakukan kesalahan dengan kategori kecil sebanyak 31 siswa, sedang sebanyak 6 siswa, tinggi sebanyak 1 siswa dan sangat tinggi sebanyak 2 siswa. Pada Gambar 3 di bawah ini akan disajikan persentase kesalahan siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II sebagai berikut: 30.00% 25.80% 25.00% 20.60% 20.00% 16.90% 15.00% 13.90% 10.00% 5.00% 12.20% 5.31% 0.94% 0.31% 1.72% tes akhir siklus I 0.78% tes akhir siklus II 0.00% Gambar 3. Persentase Klasikal Jenis Kesalahan Siswa pada Siklus I dan Siklus II Jenis kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa pada tes akhir siklus 1 adalah jenis kesalahan teknik yakni sebesar 25,8% dan termasuk dalam kategori tinggi. Dapat dikatakan bahwa siswa belum memahami konsep pada materi aritmatika sosial sehingga sebagian besar siswa tidak bisa menjawab soal pada tes di akhir siklus I. Setelah pelaksanaan tes akhir pada siklus II materi aritmatika sosial, semua jenis kesalahan mengalami penurunan dan penurunan kesalahan terbesar yakni pada jenis kesalahan teknik. Berdasarkan evaluasi dari guru bidang studi matematika, ada beberapa hal dari siklus I yang dapat dijadikan bahan refleksi untuk siklus selanjutnya. Koordinasi terhadap setiap siswa dalam kelompok lebih diutamakan pada siklus II dan memberi lebih banyak latihan soal untuk melatih siswa dalam mengerjakan soal. Hal ini dikarenakan ada beberapa siswa yang kurang termotivasi dalam belajar sehingga melakukan hal-hal diluar pelajaran yang dapat mengganggu siswa yang lain. Berdasarkan observasi yang dilakukan, secara keseluruhan proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan persentase aktivitas siswa dan penurunan persentase kesalahan yang dilakukan oleh siswa. 10 ___________________________©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012 Penelitian hanya dilakukan sampai pada siklus II saja, karena waktu yang diberikan pihak sekolah tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian lanjutan. Secara umum kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran ini adalah keterbatasan waktu dan kurang akrabnya hubungan antar siswa yang akibatnya menghambat interaksi kelompok. Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka guru harus benar-benar mempersiapkan pembelajaran dengan seksama, mengatur waktu yang digunakan untuk diskusi kelompok dan presentasi kelompok. Selain itu guru juga harus lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa untuk menerima segala perbedaan yang ada. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Inquiry dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi matematika, karena penggunaan model pembelajaran ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada persentase kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator yang memberikan arahan bagi kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal serta mengevaluasi dan memberikan arahan bagi siswa untuk menyimpulkan hasil yang telah dipresentasikan di depan kelas. Sebagai motivator, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih serius ketika berdiskusi dengan teman kelompoknya dan lebih antusias terhadap presentasi yang disajikan oleh kelompok lain. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Penerapan Inquiry untuk mengurangi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal materi aritmatika sosial pada siswa SMP Negeri 1 Sukowono kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 berjalan dengan baik dan lancar. Siswa sangat senang dan sangat antusias dalam pembelajaran ini. Penerapan metode Inquiry ini dilakukan dengan cara memberikan langkah-langkah menemukan konsep materi aritmatika sosial pada LKS. Dengan aktivitas tersebut, maka dapat meningkat pemahaman siswa akan materi aritmatika sosial. Aktivitas siswa yang sulit dilaksanakan yaitu ikut aktif dalam diskusi kelas namun hal tersebut dapat di atasi dengan cara memantau secara teliti untuk setiap kelompok. 2) Aktivitas siswa pada saat penerapan pembelajaran matematika Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 11 dengan menggunakan pembelajaran Inquiry dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Dari hasil observasi tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas siswa cukup aktif. Untuk aktivitas guru dari siklus I pembelajaran 1 sampai siklus II pembelajaran 2 juga mengalami peningkatan. Persentase aktivitas guru yang didapatkan dari hasil observasi oleh guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Sukowono menunjukkan sangat aktif. 3) Berdasarkan hasil analisa data mengenai persentase jenis kesalahan yang dilakukan siswa, baik pada tes akhir siklus I ataupun tes akhir siklus II diperoleh kesimpulan bahwa siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Sukowono tahun pelajaran 2012/2013 cenderung melakukan kesalahan teknik dalam mengerjakan soal matematika. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa saran yang perlu dipertimbangkan adalah 1) Pembelajaran menggunakan Inquiry dapat diterapkan pada pembelajaran matematika dan dapat dijadikan sebagai alternatif strategi pembelajaran karena pada inquiry siswa terlibat secara langsung pada kegiatan pembelajaran. Selain itu guru harus lebih sering memberi motivasi seperti memberikan penghargaan kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. 2) Bagi peneliti apabila akan menerapkan metode Inquiry hendaknya segala keperluan seperti LKS dan desain pembelajaran benar–benar dipersiapkan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang direncanakan. 3) Bagi peneliti lain disaat melakukan penelitian ini terdapat beberapa kendala salah satunya sulit mengelompokkan siswa. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian sejenis dengan melakukan pengenalan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kelas. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2004. Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Depdiknas. Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru dan Praktisi. Jember: Pena Salsabila. 12 ___________________________©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012 Nurhadi dan Gerrad Senduk, Agus. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Suryani, Mitra Budi. 2010. Mengurangi Kesalahan Menyelesaikan Soal-Soal Persamaan Garis Lurus Melaluin Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada siswa kelas VIIIA MTs. Baitul Arqom Balung Tahun Ajaran 2010/2011.Jember :Universitas Jember (skripsi).