MAKALAH presentasi KASUS Luka Bakar Listrik

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
MAKALAH PRESENTASI KASUS
Luka Bakar Listrik
Disusun oleh:
Fitria Chandra Nugraheni (0906487783)
Nanda Lucky Prasetya (0906508346)
Narasumber:
dr. Parintosa Atmodiwirjo, SpBP-RE (KKF)
MODUL PRAKTIK KLINIK BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
November 2013
1
BAB I
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. O
Umur
: 43 tahun
Tanggal lahir
: 21 Desember 1969
Jenis kelamin
: Laki - laki
Alamat
: Bogor
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan
: SMP
Status perkawinan
: menikah
No. RM
: 388-53-82
Tanggal masuk
: 1 November 2013
Tanggal pemeriksaan : 11 November 2013
ANAMNESIS
(Anamnesis dilakukan terhadap pasien)
Keluhan Utama
Pasien mengalami luka bakar akibat aliran listrik sejak 8,5 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 8,5 jam SMRS, pasien terkena sengatan listrik. Pasien mengaku tidak sengaja tangan
kiri terkena kabel di tempatnya bekerja. Sehari-hari pasien bekerja sebagai buruh bangunan.
Lokasi kejadian cukup terbuka. Setelah tersengat listrik, pasien mengaku masih sadar. Sesak
napas disangkal. Pasien merasakan nyeri disekujur tubuhnya. Kemudian, pasien dibawa ke
RS Sentra Medika, Bogor. Terapi yang telah diberikan berupa pemberian caran sebanyak
1400 cc, pemberian tetagam, ketorolac, dan dipasang selang kencing. Selanjutnya, pasien
dirujuk ke RSCM atas permintaan pasien.
2
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat hipertensi, kencing manis, asma disangkal.
 Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan yang rutin diminum.
 Pasien tidak ada laergi.
 Belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat riwayat kencing manis, hipertensi, sakit jantung, sakit paru – paru, atau sakit
kuning di keluarga.
Riwayat Sosial
 Pasien tinggal di Bogor. Sehari – hari bekerja sebagai buruh.
 Biaya RS ditangggung Jamkesda.
PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada tanggal 11 November 2013)
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 116 kali/ menit
Pernapasan
: 20 kali/ menit
Suhu
: 37,2°C
Berat badan
: 68 kg
Tinggi badan
: 172 cm
IMT
: 22,9 kg/m2
Kulit
: terdapat luka bakar di leher, tangan kiri, dada, perut, punggung, genitalia,
kaki kanan dan kiri (lihat status lokalis)
Kepala
: normocephal, tidak ada deformitas
Rambut
: hitam, lurus, pendek, tersebar merata, tidak mudah di cabut
Mata
: konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Telinga
: tidak terdapat deformitas
Hidung
: tidak terdapat deformitas, septum di tengah
Tenggorok
: uvula di tengah, tidak hiperemis, T1/ T1
3
Gigi dan mulut: oral higiene baik.
Leher
: JVP (5-2) cmH2O, trakea di tengah, KGB tidak terasa membesar
Jantung
: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
: vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas
: akral hangat, CTR kurang dari 2 detik, tidak terdapat edema
Status lokalis :
Tabel 1. Luas dan derajat luka bakar pasien Tn.O
Regio
IIA
IIB
III
Kepala
0
0
0
Leher
1
0
0
Trunkus anterior
0
13
0
Trunkus posterior
0
13
0
Ekstremitas superior dekstra
0
½
0
Ekstremitas superior sinistra
2
5½
¼
Ekstremitas inferior dekstra
2¼
¼
0
Ekstremitas inferior sinistra
0
17¼
¼
Gluteal
0
0
0
Genitalia
0
¼
0
5¼
49¾
½
Total = 55½
Gambar 1. Luka bakar pada trunkus anterior
4
Gambar 2. Luka bakar pada trunkus posterior
Gambar 3. Luka masuk (terdapat pada lengan kiri berupa garis lurus)
Gambar 4. Luka keluar (terdapat pada kedua telapak kaki)
Gambar 5. Luka bakar pada ekstremitas atas sinistra
5
Gambar 6. Luka bakar pada kedua ekstremitas inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 2. Hasil pemeriksaan darah perifer lengkap pasien Tn.O
1 Nov
2013
2 Nov
2013
4 Nov
2013
6 Nov
2013
7 Nov
2013
10 Nov
2013
Hb
19,8
15,5
11,6
10,4
9,2
10,2
Ht
58,0
42,5
33,4
30,3
26,1
29,5
Eritrosit
-
5,48x106
4,12x106
3,76 x106
3,20x106
3,63x106
MCV
-
77,6
81,1
80,6
81,6
81,3
MCH
-
28,3
28,2
27,7
28,8
28,1
MCHC
-
36,5
34,7
34,3
35,2
34,6
Trombosit
431.000
222.000
194.000
265.000
272.000
386.000
Leukosit
29.800
10.370
8.600
14.800
9.780
19.230
Hitung
jenis
-
0,1/1,3/72,3/
-
LED
-
12,3/14
13
6
0,7/2/80,4/ 0,2/3,5/88,6
0,4/3,0/80,4
16,2/0,7
5,2/2,5
/8,1/8,1
90
130
70
Na/K/Cl
129/4,3/99 130/4,32/93,3 136/3,76/98,1
-
-
135/3,78/94,3
PT
10,2/11,6
-
12,3/11,7
-
-
-
APTT
35,5/31,9
-
47,2/30,1
-
-
-
Tabel 3. Hasil pemeriksaan AGD pasien Tn.O
11 Nov 2013
pH
7,385
pCO2
34,6
pO2
121,60
Sat02
98,6%
BE
-2,90
HCO3
20,90
Tabel 4. Hasil urinalisa pasien Tn.O
7 Nov 2013
Warna
kuning
Kejernihan
Keruh
Leukosit
3-5/LPB
Eritrosit
1-2 /LPB
Berat jenis
1,015
ph
5,5
Protein
1+
Glukosa
-
Keton
-
Bilirubin
-
7
Biakan +Res aerob swab (4 November 2013)
Specimen site : luka
Isolate 1 : Acinetobacter baumannii 9anitratus)
Isolate 2 : Klebsiella pneumoniae
Susceptibility
Isolate 1
Isolate 2
(Antimikroba lini 1)
Chlorarmphenicol
R
R
Gentamicin
R
R
Kanamycin
R
R
Tetracycline
R
R
Amikacin
R
S
Aztreonam
R
R
Sulbactam/ampicillin
R
R
Cephalothin
R
R
Cefotaxime
R
R
Amox+clavulanic acid
R
I
Ceftriaxone
R
R
Ceftazidime
R
R
Cefoperazone
R
R
Cefoperazone/sulbactam
R
S
Cefepime
R
R
Meropenem
R
S
Imipenem
R
S
Colistin
S
(Antimikroba lini 2)
(Antimikroba lini 3)
8
EKG (1 November 2013)
Gambar 7. Hasil EKG pasien Tn.O tanggal 1 November 2013
Hasil :
Laju 100x/menit; durasi p wave= 0,08 det; durasi QRS 0,04 det; ST segmen tidak ada elevasi.
DAFTAR MASALAH
Combutio grade II-III dengan luas 55,5% ec.listrik
TATALAKSANA
 Dirawat di Unit Luka Bakar (ULB)
 IVFD RF 20cc/jam
 Meropenem 3x1 gram IV (drip 3 jam)
 Farmadol 3x1 gram IV
 Omeprazol 1x40 mg IV
 Seloxy; 1x1 tab per oral
 Vit. B complex 3x1 tab
 Asam folat 1x1 tab
 Transfusi albumin 20% 100 cc
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh api, atau oleh penyebab lain misalnya
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia serta radiasi.1 Luka bakar
menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga efek sistemik.2 Penyebab luka bakar yang
paling sering adalah terbakar api.2 Menurut data luka bakar di RSCM, penyebab luka bakar di
RSCM disebabkan oleh api (56%), air mendidih (40%), listrik (4%), kimia (1%).1
A. Patofisiologi Luka Bakar
Pajanan suhu tinggi pada kulit dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
kapiler di sekitarnya sehingga meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan kebocoran cairan intrakapilar menuju ruang interstitial sehingga muncul
edema dan bula. Selain itu, pada kulit yang rusak akibat suhu tinggi tersebut, fungsi barrier
kulit sebagai penahan penguapan rusak akibatnya kehilangan cairan intravaskular lebih
cepat.2
Pada luka bakar dengan luas kurang dari 20%, tubuh masih dapat mengatasi dengan
mekanisme kompensasi. Namun, bila luas luka bkar lebih dari 20% dapat terjadi syok
hipovolemik karena tubuh gagal melakukan kompensasi. Syok ditandai dengan gejala
berupa gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, penurunan tekanan darah,
dan penurunan produksi urin. 2
Pasien luka bakar dapat mengalami anemia karena sel darah mengalami kerusakan
akibat pajanan suhu tinggi. 2
Kebakaran yang terjadi dalam ruang tertutup atau luka bakar wajah, dapat
menyebabkan kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang
terhirup. Kerusakan mukosa dapat menimbulkan edema laring sehingga menggangu jalan
nafas yang ditandai dengan gejala berupa sesak nafas, takipnea, stridor, suara parau, dan
dahak berwarna gelap tercampur jelaga. 2
Kebakaran dalam ruang tertutup juga dapat menyebabkan keracunan gas CO atau gas
beracun lainnya. Gas CO (karbonmonoksida) memiliki afinitas lebih tinggi terhadap
oksigen dibandingkan dengan hemoglobin sehingga oksigen yang terikat dengan
hemoglobin berkurang. Keracunan CO ditandai dengan gejala yang ringan berupa lemas,
bingung, pusing, mual, dan muntah, hingga yang berat seperti koma dan meninggal. 2
10
Pada luka bakar resiko infeksi meningkat. Bakteri penyebab infeksi, dapat berasal dari
kulit pasien, saluran nafas atas, atau dari lingkungan sekitar/rumah sakit. Bakteri yang
sering menyebabkan infeksi pada stadium awal yaitu kokus gram positif, sedangkan pada
stadium lanjut yaitu bakteri gram negatif. Salah satu contoh bakteri penyebab infeksi luka
bakar adalah Pseudomonas aeruginosa, yang dapat diketahui dari warna hijau pada kasa
penutup luka. 2
Komplikasi dari luka bakar antara lain kontraktur (luka bakar derajat tiga) sehingga
fungsi sendi dapat berkurang/hilang, ileus paralitik karena syok dan penurunan ion kalium,
tukak lambung/duodenum (stress ulcer atau tukak Curling) karena stres jaringan dan
hipoperfusi daerah splangnikus. Tukak ini dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna
(hematemesis/melena). Pasien luka bakat dapat mengalami penurunan berat badan disertai
otot yang mengecil akibat proses katabolisme protein yang meningkat pada fase awal luka
bakar. Gangguan jiwa tidak jarang terjadi pada pasien luka bakar (schizophrenia
postburn). 2
B. Luas Luka Bakar2,3,4
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap total luas permukaan tubuh
seseorang (TBSA/Total Body Surface Area). Estimasi luas luka bakar berguna untuk
menentukan terapi. Beberapa cara menghitung luas luka bakar, antara lain:
1. Palmar surface
Perhitungan luas berdasarkan luas telapak tangan pasien termasuk jari (kecuali
jempol). Luas satu permukaan tangan dianggap sebagai 0,78% dari TBSA.
2. Wallace rule of nines
Pada metode ini, setiap regio tubuh tertentu dianggap sebagai 9% dari TBSA. Pada
orang dewasa, luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong,
ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki
kanan, tungkai dan kaki kri masing-masing seluas 9% kecuali genitalia seluas 1%.
Untuk anak, digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Sehingga pada anak kecil,
dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri
masing-masing 15%.
11
Gambar 8. Rule of Nines untuk dewasa3
Gambar 9. Rule of Nines untuk anak3
3. Lund and Browder Chart
Metode ini lebih spesifik, dimana pembagian mencakup berbagai usia (mulai dari
neonatus hingga dewasa). Namun, penggunaan metode ini membutuhkan waktu lebih
lama.
12
Gambar 10. Lund and Browner Chart
C. Derajat Luka bakar1,2,3,4
1. Derajat 1
Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis. Ditandai dengan kemerahan,
terdapat rasa nyeri dan setelah 24 jam akan timbul gelembung kemudian kulit
terkelupas. Kulit akan sembuh dalam 5-7 hari. Misalnya kulit yang terbakar matahari.
2. Derajat 2
Kerusakan jaringan mencapai lapisan dermis namun masih terdapat elemen epitel
sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut yaitu sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu.
Gejala yang timbul adalah nyeri dan bula berisi cairan eksudat.
3. Derajat 3
Kerusakan terjadi pada seluruh kedalaman kulit. Tidak ada lagi elemen epitel hidup
tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, biasanya diikuti dengan
terbentuknya eskar, yaitu jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit,
Untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting, bila granulasi
dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan jaringan parut yang tebal dan menyempit,
atau yang biasa disebut kontraktur. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam
13
dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada
bula da tidak terasa nyeri.
Gambar 11. Derajat luka bakar
D. Tatalaksana
a. Pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada korban luka bakar antara lain:1
1. Jauhkan dari sumber trauma.

Api dipadamkan dengan cara : penderita dibaringkan dan diitutup kain basah
atau berguling-guling.

Kulit yang panas disiram air (dinginkan dengan air dingin (bukan es) dengan
suhu 8-150C selama sedikitnya 20 menit.

Bahan kimia disiram dengan air mengalir terus menerus kurang lebih selama 1
jam. Pengecualian untuk zat kimia HCl atau H2SO4 maka diberikan NaOH
atau air sabun, dan untuk zat kimia fenol atau fosfor maka larutkan dengan
minyak.

Sumber listrik dimatikan
2. Bebaskan jalan napas dengan cara membuka baju, lendir dihisap, trakeostomi
dilakukan bila ada keraguan akan jalan napas
3. Perbaiki pernapasan
4. Perbaiki sirkulasi
5. Terbakar di ruangan tertutup, kecurigaan keracunan CO, berikan O2 murni
6. Trauma asam/basa, bilas dengan air mengalir terus menerus
7. Baju, alas, dan penutup luka/tubuh diganti dengan yang steril
14
b. Gangguan yang dapat segera timbul pada korban seperti:1
1.
Akibat listrik : apnue, fibrilasi ventrikel
2.
Rasa sakit : bilas dengan air dingin
3.
Keracunan CO : sakit kepala, muntah-muntah, berikan O2 murni
c. Terapi cairan
Tujuannya adalah memperbaiki sirkulasi dan mempertahankannya. Indikasi jika
terdapat luka bakar derajat 2 atau 3 > 25%, tidak dapat minum. Terapi cairan
dihentikan jika intake oral dapat menggantikan parenteral.1

Pemberian cairan menurut EVANS
Hari pertama:
-
Berat badan (Kg) x % luka bakar x 1cc (elektrolit/NaCl) per 24 jam
-
Berat badan (Kg) x % Luka Bakar x 1cc Koloid per 24 jam
-
2000 cc glukosa 10 %
Hari ke-2 pemberian cairan diberikan setengah dari jumlah cairan hari pertama. Pada
hari ketiga pemberian cairan diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
-
Diuresis penderita luka bakar harus sekurang-kurangnya 1 cc/KgBB/jam
Hal yang harus diperhatikan: 1
1. Jenis cairan
2. Permeabilitas akan membaik setelah 8 jam pascatrauma
3. Koloid. Setelah permeabilitas pembuluh darah membaik, koloid diberi dalam
bentuk plasma.
4. Penderita dengan persangkaan gangguan sirkulasi datang terlambat atau dalam
keadaan syok harus ditangani sebagai syok hipovolemik
Untuk monitor1
-
Pasang kateter urin
-
CVP, bila CVP>4 atau lebih, maka harus hati-hati
Pemberian cairan: 1
1. Jumlah volume cairan merupakan perkiraan
2. Pemberian disesuaikan dengan monitoring
3. Setengah volume diberikan 8 jam pertama sejak trauma
15
4. Setengah sisa diberikan 26 jam berikutnya
5. Cairan tubuh yang diperlukan untuk mengatasi syok tidak termasuk dalam
perkiraan volume cairan
Monitoring sirkulasi: 1
1. Tensi, nadi, pengisian vena, pengisian kapiler, kesadaran
2. Diurese
3. CVP
4. Hb, Ht setiap jam
Bila: 1
1. Diurese < 1 cc/Kg BB 2 jam berturut-turut tetesan dipercepat 50%
2. Diurese > 2 cc/kgBB 2 jam berturut-turut tetesan diperlambat 50%
3. Hb, Ht, bila tidak ada penurunan kecuali pemberian cairan kurang
4. CVP dipasang, maksimal selama 4 hari, bila masih diperlukan, ganti dengan CVP
baru
5. Hb 10 gr % perlu dipersiapkan darah untuk transfusi

Pemberian cairan menurut Baxter1,2
Hari 1: Berat Badan (kg)x % luka bakar x 4cc (RL)
Hari 2: Koloid: 500-2000 cc + glukosa 5% untuk mempertahankan cairan. Cairan
peroral dapat dimulai, bila pasase usus baik. keperluan cairan hari ke-3 dan
selanjutnya disesuaikan dengan diurese dan keadaan umum penderita.
d. Perawatan Luka1
1. Pencucian dengan larutan detergen encer
2. Kulit compang-camping dibuang
3. Bila luka utuh > 5 cm cairan dihisap, < 5cc dibiarkan
4. Luka dikeringkan, diolesi mercurochrome atau silver sulfa diazine (SSD)
5. Perawatan terbuka atau tertutup dengan balutan
6. Pasien dipindahkan ke ruangan steril
16
e. Perawatan di ruangan1
1. Perawatan terbuka dengan krim SSD, merupakan obat yang dapat menembus eskar
2. Mandi dua hari sekali dengan air mengalir
3. Eskarotomi dilakukan bial ada penekanan saraf/pembuluh darah
4. Eskarotomi di ruangan lain bila eskar mulai melunak
5. Skin graft dilakukan setelah mulai ada granulasi.
f. Analgetik1
Diberikan parasetamol dan NSAID atau kombinasi dengan opioid, pemberian produk
aspirin sebaiknya dihindari.
g. Antibiotik1
1. Disesuaikan dengan epidemiologi kuman di ruangan
2. Pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kultur
h. Toksoid-ATS1
Toksoid diberikan pada semua pasien 1 cc setiap 2 minggu/selama 3 hari
i. Antasid1
Obat diberikan untuk mengurangi keasaman lambung
j. Nutrisi1
Pemberian nutrisi dititikberatkan pada jumlah kalori protein. Sangat diharapkan kalori
yang masuk >60% dari perhitungan.
k. Roborantia diberikan berupa: 1
- Vitamin C
- Vitamin B kompleks
- Vitamin A = 10.000 unit per minggu
l. Fisioterapi1
Fisioterapi sejak hari dilakukan berupa latihan pernapasan dan ergerakan otot atau sendi
17
m. Laboratorium1
1. Pemeriksaan Hb. Ht setiap 8 jam pada 2 hari pertama kemudian setiap hari, hingga
10 hari
2. Fungsi hati dan ginjal setiap minggu
3. Pemeriksaan elektrolit setiap hari pada minggu pertama
4. Pemeriksaan gas darah bila napas > 32 kali per menit
5. Kultur jaringan pada hari ke I, III, VIII
Indikasi merujuk pasien luka bakar ke unit luka bakar berdasarkan American Burn
Association yaitu 2,3,4
1. Luka bakar yang mengenai daerah wajah, tangan, kaki, genitalia, perneum, persendian
utama
2. Luka bakar derajat 3 pada kelompok usia berapapun
3. Luka bakar listrik (termasuk tersambar petir)
4. Luka bakar akibat zat kimia
5. Terdapat trauma inhalasi
6. Terdapat
masalah
medis
sebelumnya
(pre-existing
medical
condition/kondisi
komorbiditas)
Luka sengatan listrik
Pada luka bakar listrik harus dibedakan penyebabnya, yaitu berupa ledakan (akibat petir)
atau arus listrik. Pada luka bakar akibat arus listrik terdapat luka masuk dan luka keluar yang
kecil namun dalam. Aliran listrik dapat merangsang jaringan atau organ yang dilalui,
misalnya:1,2

Otot. Otot yang dialiri listrik akan kontraksi sehingga telapak tangan korban tidak dapat
melepaskan kabel. Bisa juga terjadi kelumpuhan diafragma sehingga korban mengalami
henti napas.

Jantung. Dapat menyebabkan fibrilasi hingga henti jantung dan asidosis. Pada resusitasi
harus diberikan bikarbonat natrikus.

Tulang. Akibatnya, tulang dan otot yang dialiri arus listrik menjadi panas. Mioglobin
akan keluar melalui urin dan urin akan berwarna coklat hitam.
18
Tatalaksana yang dapat diberikan
yang pertama yaitu memutuskan arus listrik.
Selanjutnya bila perlu dilakukan resusitasi jantung paru. Cairan parenteral harus diberikan
dan umumnya diperlukan cairan yang lebih banyak dari yang diperkirakan karena kerusakan
jaringan sering jauh lebih luas. Apabila terjadi kerusakan otot, urin akan berwarna gelap
karena banyak mengandung mioglobin, penderita perlu diberi manitol dengan dosis awal 25
gram disusul dosis rumat 12,5 gram/jam. Bila terdapat edema otak, manitol dapat
ditingkatkan hingga 6 kali lipat untuk memperbaiki filtrasi ginjal dan mendegah gagal ginjal.
Bila terjadi luka pada ekstremitas, mungkin perlu dilakukan fasiotomi pada hari pertama
untuk mencegah sindrom kompartemen. Selanjutnya dilakukan skin grafting atau
rekonstruksi.2,3,4
19
BAB III
DISKUSI
Berdasarkan ilustrasi kasus tersebut, dapat didiskusikan beberapa hal penting dan
kemungkinan alasan yang mendasarinya. Anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium,
berbagai penghitungan, dan tatalaksana akan dibahas pada bab ini.
Dimulai dari keluhan utama pasien, yaitu luka bakar akibat aliran listrik 8.5 jam
SMRSCM. Luka bakar dapat disebabkan oleh termal (kontak dengan api atau cairan panas),
kimia, radiasi (UV/terapi medis), dan juga listrik. Pada anak-anak luka bakar banyak
disebabkan oleh cairan panas, dan pada dewasa banyak disebabkan karena kontak dengan api.
Waktu yang terdapat pada riwayat penyakit sekarang, yaitu 8.5 jam SMRSCM bermakna
untuk penatalaksanaan dan resusitasi cairan. Pada saat kejadian pun ditanyakan kemungkinan
ada trauma inhalasi, apakah ada asap saat kejadian dari benda-benda terbakar di sekitarnya,
namun hal tersebut disangkal oleh pasien. Selain hal tersebut trauma inhalasi dapat dicurigai
melalui pemeriksaan fisik.
Terapi yang telah diberikan pada pasien di RS sebelumnya adalah cairan 1400cc, tetagam,
ketorolac, dan pemasangan kateter urin. Hal ini juga akan mempengaruhi perhitungan
resusitasi cairan yang dibutuhkan. Transfer ke RSCM adalah permintaan pasien namun
terdapat indikasi untuk transfer ke pusat luka bakar sesuai dengan American Burn Association
Criteria berdasarkan TBSA (dihitung pada diskusi selanjutnya) dan luka bakar listrik.
Riwayat penyakit dahulu pada pasien yang seluruhnya disangkal, dapat menjadi faktor
yang baik untuk prognosis pasien, mengingat dengan proses penyembuhan luka yang dapat
optimal tanpa penyakit yang menyertai. Pembiayaan yang ditanggung oleh asuransi pun
merupakan faktor yang baik untuk membantu kesembuhan pasien.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 11 November 2013, berdasarkan Lund-Browder Diagram,
kita dapat menghitung luas dan derajat luka bakar pasien dilihat dari total body surface yang
diliputi oleh setiap regio.
Menentukan derajat luka adalah dengan cara melihat fitur klinisnya. Apabila luka terasa
nyeri, sensasi intak, eritema, atau justru pucat, kemungkinan ini adalah luka derajat 1 atau
superfisial yang kedalamannya hanya mencapai epidermis. Apabila luka terasa nyeri, sensasi
masih ada, eritem, dengan blister berisi cairan jernih, pucat, dan terdapat folikel rambut maka
luka ini dikategorikan derajat 2A. Apabila pada luka sudah tidak dapat terasa sensasi, tidak
pucat, beberapa folikel rambut masih ada, ini mungkin adalah luka derajat 2B. Luka derajat
2B sulit dibedakan dengan derajat 3, namun pada perabaan masih teraba lebih lembut
20
dibandingkan derajat 3. Derajat 3 dan derajat 4 ditandai dengan adanya eskar berwarna hitam,
abu, merah, atau putih. Tidak adanya rambut, dan mungkin terlihat vena yang mengalami
trombosis. Pada derajat 4, terpapar juga jaringan dibawahnya seperti tulang maupun otot.
Tabel 2. Luas dan derajat luka bakar pasien berdasarkan Lund-Browder
Regio
2A
2B
3
Kepala
0
0
0
Leher
1
0
0
Trunkus anterior
0
13
0
Trunkus posterior
0
13
0
Ekstremitas superior dekstra
0
½
0
Ekstremitas superior sinistra
2
5½
¼
Ekstremitas inferior dekstra
2¼
¼
0
Ekstremitas inferior sinistra
0
17¼
¼
Gluteal
0
0
0
Genitalia
0
¼
0
5¼
49¾
½
Total = 55½
Luas total pada pasien adalah 55.5% dihitung dari regio yang mengalami luka bakar
derajat 2A, 2B, 3, dan 4. TBSA tidak termasuk area dengan luka bakar derajat 1. Angka
TBSA juga merupakaan faktor prognostik yang paling menentukan di samping usia pasien
dan keberadaan trauma inhalasi. Pada pasien ini usia 43 tahun dan trauma inhalasi yang tidak
ada menjadi faktor pembaik dalam prognosis. Angka 55.5% bermakna bahwa ini sudah
merupakan indikasi untuk transfer ke Pusat Luka Bakar selain karena luka bakarnya
disebabkan oleh listrik. Salah satu kriterianya tertulis “total 2nd and 3rd degree burns >20%
TBSA in patient any age”.
Pada pasien nadi 100 kali per menit yang kuat dengan isi cukup, JVP tidak menurun, BJ III reguler, capillary refill time kurang dari 2 detik menunjukan hemodinamik yang cukup
baik. Fungsi kulit adalah termoregulasi, pengontrolan hilangnya cairan, barier mekanis dari
invasi bakteri dan organ yang imunologis. Dengan adanya luka bakar, maka akan terdapat
kehilangan air dan protein dalam jumlah banyak dari kulit. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi dan syok hipovolemik yang ditandai dengan peningkatan nadi, JVP yang menurun,
21
dan CTR yang lebih dari 2 detik. Luka bakar listrik pun dapat mengganggu aktivitas elektrik
jantung seperti aritmia yang juga berujung pada gangguan fungsi hemodinamik. Nadi pada
pasien yang meningkat juga bisa disebabkan oleh infeksi yang dialami, dan mungkin saja
merupakan tanda awal sepsis.
Tabel 4. Hasil pemeriksaan laboratorium
1 Nov
2013
2 Nov
2013
4 Nov
2013
6 Nov
2013
7 Nov
2013
10 Nov
2013
Hb
19,8
15,5
11,6
10,4
9,2
10,2
Ht
58,0
42,5
33,4
30,3
26,1
29,5
Eritrosit
-
5,48x106
4,12x106
3,76 x106
3,20x106
3,63x106
MCV
-
77,6
81,1
80,6
81,6
81,3
MCH
-
28,3
28,2
27,7
28,8
28,1
MCHC
-
36,5
34,7
34,3
35,2
34,6
Trombosit
431.000
222.000
194.000
265.000
272.000
386.000
Leukosit
29.800
10.370
8.600
14.800
9.780
19.230
Hitung
jenis
-
0,1/1,3/72,3/
-
LED
-
12,3/14
13
-
0,7/2/80,4/ 0,2/3,5/88,6
0,4/3,0/80,4
16,2/0,7
5,2/2,5
/8,1/8,1
90
130
70
Na/K/Cl
129/4,3/99 130/4,32/93,3 136/3,76/98,1
-
-
135/3,78/94,3
PT
10,2/11,6
-
12,3/11,7
-
-
-
APTT
35,5/31,9
-
47,2/30,1
-
-
-
Dari hasil laboratorium pada tanggal 1 November 2013, didapatkan Hb, Ht, dan Na pasien
meningkat, hal ini terjadi sebelum dilakukan rehidrasi di RSCM yang menunjukan terjadinya
plasma loss pada pasien akibat luka bakar yang belum dilakukan pembalutan. Pada tanggal 4,
5, 6, dan 7 November 2013, Hb pasien turun dan diinterpretasikan anemia normositik
normokrom berdasarkan nilai MCV, MCH, dan MCHC. Anemia bisa terjadi karena adanya
sumber perdarahan ditemukan pada luka bakar pasien serta adanya kerusakan sel darah merah
22
akibat terpajan suhu yang sangat tinggi. Selain itu, selanjutnya akan dibahas apakah pada
pasien ini terdapat kelebihan volume cairan dalam tubuhnya.
Laju endap darah pasien terus meningkat dari 6 ke 7 November 2013. Laju endap darah
merupakan penghitungan yang tidak spesifik untuk inflamasi. LED bisa meningkat pada
anemia dan inflamasi. Dilihat dari jumlah leukosit dan neutrofilia pada hitung jenis pasien
pada tanggal 6 November, pasien dicurigai mengalami infeksi.
Kehilangan kulit yang berfungsi untuk regulasi cairan akan menyebabkan protein
berimbibisi keluar dari tubuh. Hal ini pun terjadi pada pasien yang ditunjukkan dengan
albumin pasien yang rendah pada pemeriksaan tanggal 4 dan 5 November 2013.
Kadar CK dan CKMB yang naik belum tentu merupakan pertanda kerusakan otot jantung.
Enzim tersebut juga ditemukan pada otot skeletal yang dapat meningkat saat hipertermia dan
trauma pada otot.
Penatalaksanaan pasien pada fase akut (masuk IGD) meliputi resusitasi dengan formula
Parkland, memonitor urine output, heart rate, dan blood pressure, merawat luka, profilaksis
tetanus, uji lab, eksisi dan cangkok lebih awal agar hasil lebih baik.
Resusitasi cairan (ml) = 4 ml Ringer’s x kgBB x %TBSA
4ml x 68kg x 55.5%
15096 ml = 15 liter
Dalam waktu 8.5 jam pasien baru mendapatkan cairan sebanyak 1400cc melalui IV line
dan tidak ada melalui air minum, maka itu kekurangan sebanyak 13600cc perlu dimasukkan
dalam waktu 15.5 jam setelah masuk RSCM, atau sekitar 877,4 cc/jam.
Setelah itu lakukan monitoring output urin, pasien diharapkan urine outputnya bisa lebih
dari 0.5 ml/kgBB/jam. Apabila tidak, maka infus diberikan extra 33% dari semula. Apabila
pasien justru lebih dari 70ml/jam, maka eksklusi glikosuria dengan pemeriksaan urine dip,
kurangi infus sebanyak 33%. Pada pasien urin output rata-rata sekitar 45cc/jam, sudah sesuai
dengan target. Pada pasien juga perlu diketahui kadar albumin darah. Albumin yang rendah
pada darah menyebabkan penurunan tekanan onkotik di plasma yang mengakibatkan
terjadinya ekstravasasi cairan ke ruang interstitial. Sehingga apabila urin output tidak
mencapai target maka penambahan albumin perlu dipikirkan.
Pantau juga nadi dan tekanan darah pasien. Diharapkan HR<120/menit dan MAP
>70mmHg. Pada pasien di ini di IGD HR 91/menit dan MAP 87mmHg.
Pasien sudah mendapat tetagam dari RS sebelumnya sehingga tidak perlu diberikan
tetagam lagi. Tetagam merupakan gammaglobulin yang diambil dari plasma manusia. Pada
pasien ini, tetanus immunoglobulin perlu diberikan dengan anggapan pasien belum
23
melakukan booster selama 10 tahun terakhir. Tetanus toxoid juga perlu diberikan dengan
anggapan pasien belum melakukan booster selama 5 tahun terakhir. Dosis Tetagam yang
diberikan adalah 250IU secara intramuskular.
Pada luka dilakukan irigasi dengan air untuk irigasi dan dibalut dengan OpSite film.
OpSite film merupakan film transparan dan adesif, permeabel terhadap penguapan di kulit.
Penatalaksanaan selanjutnya pada pasien meliputi eksisi awal pada eskar, perawatan luka
derajat satu dengan memberikan kelembaban, analgesik (Farmadol 3x1 gram IV), perawatan
luka derajat dua dengan ganti balutan (GV) setiap hari dengan antibiotik topikal seperti
gentamisin, perawatan luka derajat tiga dengan mencegah infeksi dan sepsis yang merupakan
penyebab signifikan kematian pada pasien luka bakar. Organisme penyebab tersering adalah
S. Aureus, P. Aeruginosa, dan C. Albicans. Hari 1-3 organisme tersering adalah Gram positif
dan hari 3-5 adalah Gram negatif (Proteus, Klebsiella), Pada pasien ini diberikan Meropenem
3x1 gram IV untuk membunuh bakteri Gram-negatif.
Luka bakar yang parah dapat menyebabkan perubahan hemodinamik, hipermetabolisme,
insufisiensi paru progresif, permeabilitas mukosa gastrointestinal yang meningkat, gagal
ginjal, imunosupresi, dan permeabilitas vaskular yang meningkat serta edema.
Hipermetabolisme pada pasien terjadi sekitar 2-2.5 kali dari BMP prediksi pada
TBSA>40%. Kalori, vitamin C, vitamin A, kalsium, seng, dan besi pun dibutuhkan
suplementasinya (Seloxy 1x1 tab). Pada keadaan imunosupresi, pantau keadaan sepsis
melalui suhu, edema paru, ileus,
azotemia, trombositopenia, hipofibrinogenemia,
hipoglikemia atau hiperglikemia. Resiko perdarahan lambung dicegah dengan pemberian
Omeprazole 1x40mg. Gagal ginjal dicegah dengan resusitasi cairan yang sudah dihitung
sebelumnya dan terapi rawatan.
Pada pasien dengan luka bakar listrik perlu diperhatikan: abdomen untuk mencari
kerusakan intraperitoneal; tulang untuk mencari fraktur dan dislokasi; cardiopulmoner untuk
mencari aritmia, VR dan anoxia; otot dengan melihat mioglobinuria yang mengindikasikan
kerusakan otot yang signifikan; saraf dengan gejala klinis kejang maupun kerusakan medula
spinalis; mata untuk mencari katarak sebagai komplikasi jangka panjang; ginjal untuk
mencari acute tubular necrosis; vaskular untuk mencari trombosis pembuluh darah yang
menyebabkan nekrosis jaringan (ditandai peningkatan Cr, K, dan keasaman), dan penurunan
RBC perhatikan perdarahan dan ruptur pembuluh darah yang tertunda.
24
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sidik S. Luka Bakar. dalam Buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah: Jakarta: Bagian Ilmu
Bedah FKUI/RSCM.
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah: edisi 2. Jakarta: EGC
penerbit buku kedokteran. hal.103-11.
3. Austin R, Jivraj I, So A, editors. Toronto: Plastic Surgery. 2011. [e-book]
4. Thorne CH, et al. Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 6th Ed. 2007. Philadelphia :
Lippincott-Williams. [e-book]
5. Tam N Pham, Leopoldo C. Cancio, MD S. Gibran. American Burn Association Practice
Guidelines Burn Shock Resuscitation. Journal of Burn Care and Research. 2008
(January/February)
25
Download