Summary Report November 20, 2007 REDD NEWS UPDATE Summary Media Monitoring Date : Nov 20, 2007 Source : APCO WorldWide Language : Bahasa Publication Kompas Page 12 Date 20 Nov 07 Issues COP-13 diharapkan menjadi momentum untuk atasi masalah dalam negeri Headline Summary COP-13 Harus Jadi Momentum Perubahan Bambang Prijambodo, Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) mengharapkan agar Konferensi Para Pihak Ke-13 (COP-13) dapat menjadi momentum untuk mengatasi masalah-masalah dalam negeri sendiri, tidak hanya larut dengan kepentingan internasional saja. Ia menyebutkan ada lima hal besar yang harus diperhatikan di tengah isu perubahan iklim. Pertama, soal rendahnya respons terhadap ketimpangan dalam pembangunan. Kedua, rendahnya kemampuan dalam pengentasan kemiskinan. Ketiga, belum adanya perubahan paradigma pembangunan. Keempat, terkait lemahnya kendali politik untuk mengatasi kerusakan ekologi akibat kegiatan ekonomi dan industri. Kelima,diabaikannya agenda pemulihan kerusakan ekologis sebagai dampak pembangunan. Sedangkan Kepala Badan Riset Kelautan dan perikanan Indroyono Soesilo mengutarakan wilayah laut di Indonesia mampu menyerap 246,6 juta ton karbon dioksida (CO2). Potensi penyerapan karbon di lautan memang di bawah perkiraan potensi penyerapan dari hutan—sekitar 800 juta ton CO2. Hal ini akan disampaikannya dalam COP-13 di Bali, 3-14 Desember. DI sisi lain Polda Bali memperketat pengamanan di berbagai perusahaan jasa pengiriman paket guna mengantisipasi barang mencurigakan, seperti penyelundupan bahan peledak atau narkoba melalui paket udara, darat, maupun laut. Republika 13 20 Nov 07 Perlu tindakan tegas untuk menyelamatkan bumi Euforia Global Warming Dalam rubrik Opini, Anton Setyo Nugroho Mahasiswa Pascasarjana (Master's Course) di Jurusan Ecological Anthropology dan Social Science, Saga University, Jepang, menilai pertemuan yang menghasilkan Protokol Kyoto masih sebatas euphoria karena As dan Australia enggan mengikuti protokol tersebut. Seharusnya negara-negara maju tidak hanya latah dan ikut-ikutan menyuarakan perubahan iklim, akan tetapi mereka memang berniat baik untuk mematuhi setiap kesepakatan yang ada. Pertemuan di Bali mendatang harus memaksa negara maju untuk berperan aktif dalam menjaga keutuhan bumi. Pelanggaran yang terjadi harus diminimalisasi dengan pengawasan dan sanksi yang ketat. Pemerintah harus proaktif untuk mengatasi kerusakan hutan dan lingkungan dengan menjalankan peraturan tegas yang disertai dengan hukuman bagi para perusak bumi ini. Perpaduan kekuatan pemerintah, LSM, organisasi masa, dan rakyat harus bahumembahu untuk menyelamatkan bumi Indonesia dari kerusakan dan bukan hanya berkampanye atau larut dalam euforia. Koran Tempo A12 20 Nov 07 Hasil akhir laporan IPCC Delegasi di Bali Agar Satu Suara Laporan pamungkas Panel Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan rata-rata muka air laut tetap akan naik secara bertahap hingga 1.000 tahun ke depan. Saat itu, muka air laut hampir 1,5 meter lebih tinggi daripada ketinggiannya sebelum Revolusi Industri pada 1850.Laporan yang sama menyatakan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer saat ini sudah cukup untuk menenggelamkan beberapa pulau dan kawasan pantai serta menghapus kehidupan seperlima sampai dua pertiga spesies di dunia. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon berharap para pembuat kebijakan di dunia dapat satu suara dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) di Bali. Ia meminta Amerika Serikat dan Cina mau mengambil peran lebih signifikan dalam aksi itu. Dalam laporannya, IPCC secara umum menggambarkan bumi sangat rapuh menghadapi tren iklim yang menghangat dengan cepat. IPCC juga memperingatkan bakal timbulnya penderitaan manusia yang tak bisa dipulihkan. Saat ini telah terjadi efek pemanasan berupa kekeringan global di Afrika, banjir di kotakota besar Asia, kehilangan keanekaragaman hayati di Eropa, dan gelombang panas di Amerika Utara. Koran Tempo Republika A6 22 20 Nov 07 20 Nov 07 Kesiapan Polri jelang UNFCCC Laporan akhir IPCC 5.000 Polisi Jaga Acara Perubahan Iklim Kekeringan dan Banjir Kian Mengancam Kepala Kepolisian RI Jenderal mengatakan polisi akan mengerahkan sedikitnya 5.000 personel untuk mengamankan konferensi perubahan iklim di Bali pada Desember nanti dengan payung operasi bernama Candi Agung.Pengerahan pasukan ini akan dimulai pada 20-22 November mendatang dan sebagai kepala operasi adalah Kepala Badan Pembinaan dan Keamanan Kepolisian Komisaris Jenderal Iman Haryatna. Selain personil, Polri akan mengerahkan 12 anjing pelacak di sejumlah tempat. Upaya ini termasuk dalam rangka antisipasi terhadap aksi-aksi teroris dan kejahatan lainnya. Laporan Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim atau Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) perubahan iklim secara tegas berpotensi mendatangkan dampak tiba-tiba dan tidak bisa dibalikkan. Laporan IPCC memperingatkan akan semakin banyak bencana kekeringan dan banjir dan orang-orang miskin yang paling terkena dampaknya. Halini dibenarkan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dan ia menyerukan aksi global untuk mengatasinya. Sementara itu Direktur Perencanaan Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Prijambodo membenarkan bahwa perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap suatu negara bahkan dampaknya bisa 'menggoyang' perekonomian dan laju pembangunan. Dampak lainnya, kata Bambang, adalah meningkatnya masalah-masalah yang ditimbulkan dari migrasi penduduk dan konflik yang meluas, meningkatnya kebutuhan biaya untuk mengurangi emisi karbon termasuk harga energi dan biaya investasi yang lebih besar. Ia mengungkapkan sekitar 77 persen gas rumah kaca dihasilkan oleh negara-negara yang maju dan pengaruhnya ke Indonesia cukup besar karena Indonesia. Direktur Eksekutif Walhi, Chalid Muhammad, menyatakan bahwa Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan di Bali, harus memiliki terobosan fundamental dalam menyelesaikan persoalan pemanasan global dan dampaknya terhadap bangsa Indonesia sendiri. Media Indonesia The Jakarta Post 10 19 20 Nov 07 20 Nov 07 Perubahan iklim menjadi agenda kampanye di Australia Afrika kerap terlupakan saat berbicara pemanasan global Perubahan Iklim Jadi Isu Kampanye Afrika “Terlupakan” Dalam Perang Melawan Perubahan Iklim Masalah perubahan iklim akan menjadi isu utama yang menentukan sukses partai-partai politik dalam Pemilu di Australia hari Sabtu (24/11). Bahkan PM Howard kini melirik perlunya menurunkan emisi gas rumah kaca. Namun ia menganggap masalah itu belum berisiko dalam waktu dekat. Namun pimpinan Partai Buruh Kevin Rudd justru menjadikan perubahan iklim sebagai isu utama dalam kampanyenya. Bahkan ia menjanjikan akan meratifikasi Protokol Kyoto jika terpilih menjadi PM Australia. Ia juga berjanji akan hadir dalam UNFCCC di Bali nanti. Yvo de Boer, Kepala Sekretariat PBB yang menangani perubahan iklim menilai benua Afrika “terlupakan” dalam perang melawan perubahan iklim. Afrika membutuhkan bantuan dalam hal kekurangan air dan menurunnya panenan. Ia lalu membandingkan Afrika dengan Cina dan India yang mendapatkan banyak dana dari negara kaya untuk mengatasi emisi gas rumah kaca. Menurutnya, apa yang terjadi di Afrika menunjukkan bahwa diperlukan aksi yang lebih nyata mengatasi perubahan iklim. Laporan final IPCC sendiri menyebutkan Afrika, Antartika, delta di sungai-sungai di Asia dan kepulauan kecil akan merasakan dampak perubahan iklim global. The Jakarta Post The Jakarta Post 19 3 20 Nov 07 20 Nov 07 Perubahan iklim bisa mempengaruhi peradaban Deklarasi perubahan iklim ASEAN Perubahan Iklim Dapat Membalikkan Perkembangan Ekonomi dan Sosial ASEAN Membuat Deklarasi Perubahan Iklim Sebuah laporan dari koalisi yang beranggotakan aktivis lingkungan dan kemanusiaan memperingatkan bahwa cuaca yang memburuk dan meningkatnya tinggi air laut berpotensi membalikkan perkembangan ekonomi dan sosial di Asia Pasifik. Hal ini dapat diatasi bila komunitas internasional yang akan berkumpul di Bali saat UNFCCC dapat menghasilkan komitmen mengurangi efek gas rumah kaca. Saleem Huq dari International Institute for Environment and Development mengaku hal ini harus digaungkan sebelum UNFCCC dimulai. Koaliasi ini sendiri beranggotakan 35 lembaga swasta termasuk Oxfam dan Greenpeace. Laporan tersebut mencontohkan kekeringan di Cina dan Indiam, banjir dan bencana alam di Bangladesh, serta relokasi penduduk di pulau-pulau kecil di PAsifik akibat naiknya permukaan air laut. Oleh sebab itu negara-negara maju diminta mau mengurangi gas penghasil rumah kaca,menyediakan teknologi ramah lingkungan bagi negara-negara berkembang, dan lebih banyak bantuan keuangan bagi negaranegara berkembang, Hari Selasa ini para pemimpin ASEAN menyetujui sebuah deklarasi tentang perubahan iklim dalam acara KTT ke-13 ASEAN di Singapura. Dalam deklarasi itu, ASEAN menyatakan siap bekerjasama dengan komunitas internasional untuk mendapatkan pemahaman dan adaptasi yang lebih baik atas efek perubahan iklim, termasuk isu gas penghasil rumah kaca dan penyerapan karbon. Selain itu akan ada deklarasi terpisah yang berisi dukungan atas pelaksanaan UNFCCC di Bali. Menlu Hassan Wirayuda menyambut baik deklarasi itu sebagai dukungan terhadap Indonesia sebagai penyelenggara dan pemimpin UNFCCC. Ia menggarisbawahi bahwa hampir semua negara ASAEN memiliki hutan tropis yang sangat penting untuk mengurangi deforestasi, pemulihan hutan, dan meningkatkan kemampuan menyerap karbon. Indonesia sendiri sedang membuat drfat REDD untuk mendapatkan insentif finansial dalam perdagangan karbon. Diharapkan REDD ini akan digunakan tahun 2012 setelah masa Protokol Kyoto berakhir. The Jakarta Post 9 20 Nov 07 Negosiator yang akan mewakili pemerintah dalam UNFCCC Pemerintah Akan Umumkan Negosiator Untuk Pertemuan di Bali Pemerintah akan segera mengumumkan siapa saja negosiatornya dalam acara UNFCCC paling lambat 2 minggu sebelum acara berlangsung. Diharapkan Menneg LH Rachmat Witoelar akan menandatangani susunan nama-nama tersebut pada hari Selasa ini. Menurut Agus Purnomo, kepala komite nasional untuk persiapan konferensi di Bali, Indonesia akan memiliki 70 negosiator yang seleksinya diadakan oleh Emil Salim dari 135 nama yang diajukan berbagai kementrian. Nama-nama ini harus sudah diumumkan paling lambat tanggal 30 Oktober. Beberapa nama yang disebut-sebut akan masuk dalam tim negosiator pemerintah adalah Masnellyarti Hilman (Deputi Menteri untuk konservasi SDA), Sulistyowati (Asisten Deputy untuk Kontrol Efek Peubahan Iklim), dan Wahjudi Wardojo (Kepala Balitbang Dephut).