33. Malpraktek Kedokteran

advertisement
Malpraktek
dr. Nur Azid Mahardinata
Pusat Kajian Bioetika dan Humaniora Kesehatan
Fakultas Kedokteran - Universitas Gadjah Mada
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa memahami pengertian malpraktek
2. Mahasiswa memahami penyebab terjadinya
malpraktek di bidang kedokteran
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kasus malpraktek
yang terjadi di pelayanan kesehatan
4. Mahasiswa memahami pedoman-pedoman hukum
yang berkaitan dengan kasus malpraktik medis
A Case Discussion
Plaintiff brought suit against Defendant for assault and battery. Defendant, an
excellent physician and ear specialist, examined Plaintiff’s right and left ear.
Defendant informed Plaintiff of the result of his examination and advised her to have
an operation on her right ear. Plaintiff was not informed that her left ear was in any
way diseased. Plaintiff agreed to undergo surgery on her right ear.
While Plaintiff was unconscious, the Defendant found Plaintiff’s left ear is in a more
serious condition than her right ear. Defendant also found the right ear to be less
serious than expected. Defendant concluded that the right ear should not be operated
upon and that instead, Plaintiff’s left ear should be operated first. Plaintiff was
unconscious, was not informed, and did not consent to her left ear being operated
upon. The operation on Plaintiff’s left ear was in every way successfully and skillfully
performed. However, Plaintiff claimed that Defendant’s operation on her left ear
greatly impaired her hearing. Plaintiff brought suit against Defendant for assault and
battery to recover damages for the hearing impairment in her left ear.
The lower court trial resulted in a verdict for Plaintiff for $14,322.50. The trial judge
set aside the verdict as excessive and ordered a new trial. Both parties appealed.
The Summary
• Brief Fact Summary. Mohr (Plaintiff) brought
suit against Williams (Defendant), a surgeon, for
assault and battery after Defendant successfully
and skillfully performed an operation on
Plaintiff’s left ear that impaired Plaintiff’s
hearing.
Pelajaran penting dari Kasus
Mohr
• Bahwa meskipun tindakan medis yang telah dilakukan
berhasil mengatasi keluhan atau penyakit pasien, pasien
tetap bisa menuntut dokter berdasarkan proses pemberian
layanan yang tidak sesuai ketentuan hukum
• Persetujuan yang diberikan oleh pasien terhadap suatu
prosedur operasi pada bagian tubuh tertentu tidak dengan
serta merta memberikan persetujuan bagi dokter untuk
melakukan operasi pada bagian tubuh yang lain (selain
pada keadaan gawat darurat)
• Bahwa hukum kedokteran harus dipahami dengan baik
oleh seluruh praktisi pemberi layanan kesehatan, terutama
dokter
Tindakan Dokter yang Memiliki
Dampak Hukum
• Pada prinsipnya, seluruh tindakan dokter saat
menjalankan fungsinya memiliki dampak hukum.
Berikut ini adalah beberapa hal yang sering kali
menyebabkan munculnya tuntutan hukum dari
masyarakat umum.
–
–
–
–
–
Informed consent
Pembuatan rekam medik
Menjaga rahasia jabatan
Penggunaan teknologi untuk memperpanjang kehidupan
Kelalaian medis atau Malpraktik
Latar Belakang Meningkatnya Kasus-Kasus Dalam
Pelayanan Kesehatan
• Perbedaan persepsi mengenai bentuk “perikatan” antara dokterpasien
– Inspanningverbintenis vs resultaatsverbintenis
• Kesenjangan antara harapan dan pelayanan yang diterima
• Perubahan di masyarakat:
– Meningkatnya kesadaran hukum
– Peningkatan pengetahuan tentang kedokteran
– Meningkatnya kesadaran untuk menggunakan ahli
hukum/pengacara
Latar Belakang Meningkatnya Kasus-Kasus
Dalam Pelayanan Kesehatan…cont
• Perubahan pada masyarakat profesional kesehatan:
– Kecenderungan materialistik
– Kompetisi antar dokter dan antara dokter dengan tenaga
kesehatan yang lain
– Peningkatan ilmu dan teknologi yang sangat pesat tanpa
peningkatan nilai moral/etik
– Perubahan orientasi RS  profit oriented
– Pemanfaatan dokter sebagai perantara bisnis (farmasi, alat
kesehatan, laboratorium, dll
Latar Belakang Meningkatnya KasusKasus Dalam Pelayanan Kesehatan…cont
• Adanya mis-komunikasi
– Adalah penyebab utama terjadinya konflik-sengketa
medik
– Faktor utama dalam komunikasi yang menjadi
penyebab utama konflik kedokteran adalah:
•
•
•
•
•
Isi informasi (tentang penyakit dan alternatif terapi)
Waktu pemberian informasi
Cara pemberian informasi
Pemberi informasi
Penerima informasi
Karakteristik Sengketa Dokter-Pasien
1. Sengketa terjadi dalam hubungan antara dokter-pasien
2. Objek sengketa adalah upaya penyembuhan yang
dilakukan oleh dokter
3. Pihak yang merasa dirugikan adalah pasien
4. Kerugian tersebut disebabkan oleh adanya dugaan
kelalaian/kesalahan dokter yang disering disebut
malpraktik
KELALAIAN, MALPRAKTIK,
DAN KECELAKAAN MEDIK
Standar Profesi Kedokteran
(Prof. Leenan)
1. Berbuat secara teliti atau seksama
2. Sesuai ukuran ilmu medik
3. Kemampuan rata-rata dibanding kategori keahlian medik yang
sama
4. Situasi dan kondisi yang sama menuntut tindakan yang sama
pula
5. Sarana upaya yang sebanding/proporsional dengan tujuan
konkret tindakan/perbuatan tersebut
Kelalaian/Negligence/Culpa Medis
• Tidak melakukan sesuatu apa yang seorang yang wajar
berdasarkan pertimbangan biasa yang umumnya
mengatur peristiwa manusia akan melakukan
atau
Melakukan sesuatu yang seorang wajar dan hati-hati
justru tidak akan melakukan
• De minimis not curat lex (the law doesn’t concern itself
with trifles)
Kelalaian Medis/Negligence/Culpa
• Unsur Kelalaian Dalam Tolak Ukur Pidana
– Bertentangan dengan hukum
– Akibatnya dapat dibayangkan
– Akibatnya dapat dihindarkan
– Sehingga perbuatannya dapat dipersalahkan kepadanya
Kelalaian/Negligence
• Bentuk-bentuk negligence:
– Malfeasance (execution of an unlawful or improper act)
– Misfeasance (the improper performance of an act)
– Nonfeasance (the failure to act when there is a duty to act)
– Maltreatment (improper or unskillful treatment, can be caused
by ignorance, neglect, or willfulness)
– Criminal negligence (reckless disregard for the safety of
another)
Malpractice/Malpraktik
“Malpractice is a professional misconduct on the part of
a professional person, such as a physician, dentist,
veterinarian. Malpractice may be the result of ignorance,
neglect, or lack of skill or fidelity in the performance of
professional duties, intentional wrongdoing or illegal or
unethical practice”
(Coughlin’s Dictionary of Law)
• Medical malpractice involves the
physician’s failure to conform to the standard
of care for treatment of the patient condition, or
lack of skill, or negligence in providing care to
the patient, which is the direct cause of an
injury to the patient
(World Medical Association, 1992)
• Seorang dokter melakukan kesalahan profesi jika ia tidak
melakukan pemeriksaan, tidak mendiagnosa, tidak melakukan
sesuatu atau tidak membiarkan sesuatu yang oleh dokter yang
baik pada umumnya dan dengan situasi kondisi yang sama akan
melakukan pemeriksaan dan diagnosa serta melakukan atau
membiarkan sesuatu tersebut
(Aansprakelikeheid, KNMG – the Netherlands)
• Kesimpulan mengenai definisi malpraktik:
– Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan
oleh seorang tenaga kesehatan
– Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau
melalaikan kewajiban
– Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan
peraturan perundang-undangan
Hubungan Antara Malpraktik dan
Kelalaian
Tindakan
sengaja
Malpraktik
Tindakan
tidak
sengaja
(kelalaian)
Kecelakaan Medis
• Tidak termasuk dalam kelalaian dan kesalahan (malpraktik)
• Tidak dapat dipersalahkan
• Kecelakaan yang terjadi meskipun tindakan sudah dilakukan
dengan baik, secara hati-hati, dan berdasarkan standar profesi
• Unsur-unsur kecelakaan medis:
– Tidak dapat dipersalahkan
– Tidak dapat dicegah
– Terjadinya tidak dapat diperkirakan sebelumnya
PEMBUKTIAN MALPRAKTIK
Pembuktian Malpraktik
• Pembuktian cara langsung
– Adanya 4 unsur malpraktik
1. Adanya Duty (kewajiban) yang harus dilakukan
2. Adanya Dereliction of duty (penyimpangan
kewajiban)
3. Terbuktinya Direct causal relationship (berkaitan
langsung) antara pelanggaran kewajiban dengan
kerugian
4. Terjadinya Damaged (kerugian)
• Pembuktian tidak langsung
– Res Ipsa Loquitor (the thing speaks for itself) dengan
memenuhi unsur-unsur:
1. Fakta tidak mungkin terjadi jika dokter tidak
lalai
2. Fakta yang terjadi memang berada di bawah
tanggung jawab dokter
3. Pasien tidak ikut menyumbang timbulnya fakta
itu atau dengan kata lain tidak ada contributory
negligence




Pidana
Perdata
BPSK
UU Praktik Kedokteran
PENYELESAIAN SENGKETA
Pidana
• “Tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada, sebelum
perbuatan dilakukan (Pasal 1 KUHP)
• Dapat berupa delik culpa atau delik alpa
• Malpraktik medik dalam bidang hukum pidana:
– Karena kealpaan menyebabkan matinya orang lain (Pasal 359 KUHP)
– Karena kealpaan menyebabkan orang lain luka berat/sakit (Pasal 360 ayat
1,2 KUHP)
– Perbuatan pengguguran kandungan tanpa indikasi medik (pasal 299, 348,
349, 350 KUHP)
– Membuka rahasia kedokteran (Pasal 322 KUHP)
– Pemalsual surat keterangan (Pasal 263, 267 KUHP)
• Alat-alat bukti pembuktian pidana:
–
–
–
–
–
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Petunjuk
Keterangan terdakwa
• Minimal 2 alat bukti
• 3 unsur kealpaan:
– Pelaku berbuat (atau tidak berbuat) lain daripada apa yang
seharusnya ia perbuat
– Pelaku telah berbuat lalai, lengah, atau kurang berpikir panjang,
dan
– Perbuatan pelaku tersebut dicela
Perdata
• “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai
sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri
ataupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk
pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya
hak atau peristiwa tersebut”
• “Pasien harus dapat membuktikan kesalahan dokter!”
• Perbuatan melawan hukum (dalam perspektif perdata)
adalah berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak
orang lain dan bertentangan dengan kewajiban hukum
sendiri atau kesusilaan atau kepatutan dalam
masyarakat, baik terhadap diri atau benda orang lain
• Kesalahan diartikan luas: kesengajaan, kelalaian, dan
kurang hati-hati
• Kesalahan dokter dalam menjalankan profesinya pada
dasarnya berkaitan dengan kewajiban yang timbul
karena profesinya
• “Tiap perbuatan melanggar hukum yag
membawa kerugian kepada seorang lain
mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian
tersebut” (Pasal 1365 KUHPerdata)
• Pembuktian dengan 4D
• Doktrin Res Ipsa Loquitor
• Melakukan wanprestasi (Pasal 1239 KUHPerdata)
• Melakukan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365
KUHPerdata)
• Melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian
(Pasal 1366 KUHPerdata)
• Melalaikan pekerjaan sebagai penanggung jawab (Pasal
1367 ayat 3 KUHPerdata)
BPSK
• Lex spesialis derogat lex generalis
– Diajukan ke Pengadilan Negeri
– Beban pembuktian merupakan beban dan tanggung jawab
pelaku usaha
• Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK):
Pasal 31 UU No. 8/1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
• Tugas dan Wewenang BPSK menurut UU:
– Melaksanakan penanganan dan sengketa konsumen dengan
cara mediasi, arbitrase, atau konsiliasi
– Memberikan konsultasi perlindungan konsumen
– Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku
– Menerima pengaduan tentang terjadinya pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen
– Melakukan penelitiian dan pemeriksaan sengketa
perlindungan konsumen
– Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen
– Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran terhadap
ketentuan UUPK
– Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap UUPK ini
– Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli, atau setiap orang sebagaimana yang dimaksud dalam No. 6 dan 8
yang tidak bersedia memenuhi panggilan BPSK
– Mendapatkan, meneliti, dan menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain
guna penyidikan dan atau pemeriksaan
– Memutuskan dan menetapkan ada atau tidaknya kerugian di pihak
konsumen
– Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap UUPK
– Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UUPK
• Alat Bukti BPSK:
–
–
–
–
–
Barang dan/atau jasa
Keterangan para pihak
Keterangan saksi dan/atau saksi ahli
Surat dan/atau dokumen
Bukti-bukti lain yang mendukung
• Sistem pembuktian terbalik
UU Praktik Kedokteran
• Menunggu peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
(Pasal 70 UU tentang Praktik Kedokteran)
Thank You
Download