Kelalaian dan malpraktik Meivy HUB. DOKTER - PASIEN PATERNALISTIK SEJAK HIPPOCRATES DIANGGAP DASARNYA : SALING PERCAYA PRINSIP MORAL UTAMA : BENEFICENCE “MENIADAKAN” HAK PASIEN (CONSENT) MULAI DIKRITIK TAHUN 1956 KONTRAKTUAL MULAI TAHUN 1972-1975 (social contract) PRINSIP MORAL UTAMA : AUTONOMY INSPANNINGSVERBINTENNIS “KONTRAK TERAPEUTIK” SALAH SATU HUBUNGAN HUKUM DOKTERPASIEN TIDAK SEIMBANG / SETARA DOKTER TIDAK MENJANJIKAN HASIL (RESULTAATSVERBINTENNIS), TETAPI MENJANJIKAN UPAYA YANG SEBAIK-BAIKNYA (INSPANNINGSVERBINTENNIS) – reasonable care HARUS DIJAGA DENGAN ATURAN HUB. DOKTER-PASIEN (cont..) KRITIK TERHADAP KONTRAKTUAL : TAK ADA NEGOSIASI EKSPLISIT TAK ADA EKSPEKTANSI EKSPLISIT TERLALU MATERIALISTIK, BUKAN ETIK MELUPAKAN FAKTOR SISTEM SOSIAL TERLALU LEGALISTIK : PERATURAN TERFOKUS PADA PRINSIP AUTONOMY CENDERUNG M,EMINIMALKAN MUTU DISEBUT : BOTTOM-LINE ETHICS HUB. DOKTER-PASIEN (cont..) FIDUCIARY : VIRTUE BASED ETHICS PRINSIP : MORAL KEUTAMAAN BUKAN SEKEDAR KEWAJIBAN DAN PERATURAN, TETAPI JUGA “BAGAIMANA SIKAP SEBAIKNYA” EMPATHY, COMPASSION, PERHATIAN, KERAMAHAN, KEMANUSIAAN, SALING PERCAYA, ITIKAD BAIK, dll HUBUNGAN : BERTUMBUH-KEMBANG, BERTUJUAN MENSEJAHTERAKAN PASIEN KOMUNIKASI HARUS BAIK PENGERTIAN DAN UNSURUNSUR MALPRAKTIK MEDIS Pengertian PH Law Medikolegal/legal Menggunakan peraturan yg sudah ada (dibuat oleh penguasa/pejabat sah masa lalu) sbg “payung hukum” Etikolegal Membuat peraturan baru berbasis etika (oleh penguasa/pejabat sah masa kini utk kepentingan masa depan), krn peraturan lama sdh tak memadai akibat perkembangan iptek, masyarakat dunia/lokal, kapital, dll Bila telah disahkan : menjadi medikolegal masa depan BLACK’S LAW DICTIONARY MALPRACTICE PROFESSIONAL MISCONDUCT OR UNREASONABLE LACK OF SKILL. FAILURE OF ONE RENDERING PROFESSIONAL SERVICES TO EXERCISE THAT ARTINYA : DEGREE OF SKILL AND LEARNING COMMONLY APPLIED UNDER ALL THE CIRCUMSTANCES IN THE COMMUNITY BY THE LALAI MENGAKIBATKAN AVERAGE PRUDENT REPUTABLE MEMBER OF THE CEDERA/ KERUGIAN PROFESSION WITH THE RESULT OF INJURY, LOSS OR DAMAGE TO THE RECIPIENT OF THOSE SERVICES OR TO THOSE ENTITLED TO RELY UPON THEM. PENGERTIAN MALPRAKTIK KATA MALPRAKTIK TIDAK ADA DALAM PERATURAN PER-UU-AN DI INDONESIA Pasal 55 ayat (1) UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan : “setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan”. Pasal 50 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran : “dokter dan dokter gigi berhak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”. JADI, …… MALPRAKTIK BILA “KESALAHAN”, “KELALAIAN”, “TAK SESUAI STANDAR PROFESI”, “TAK SESUAI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL” ???? Unsur malpraktik 1. Ada kesalahan dokter 2. Terjadi krn tidak menggunakan lmu dan ketrampilan yg seharusnya dilakukan 3. Berdasarkan standar profesi 4. Mengakibatkan pasien terluka /cacat/ meninggal MALPRAKTEK “INTENTIONAL” (secara sadar) PROFESSIONAL MISCONDUCTS NEGLIGENCE MALFEASANCE, MISFEASANCE, NONFEASANCE LACK OF SKILL DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI DI LUAR KOMPETENSI PROFESSIONAL MISCONDUCT PELANGGARAN DISIPLIN PROFESI PELANGGARAN STANDAR SECARA SENGAJA (DELIBERATE VIOLATION) PELANGGARAN PERILAKU PROFESI PIDANA UMUM: PEMBOHONGAN (FRAUD / MISREPRESENTASI) KETERANGAN PALSU PENAHANAN PASIEN BUKA RAHASIA KEDOKTERAN TANPA HAK ABORSI ILEGAL EUTHANASIA PENYERANGAN SEKSUAL LACK OF SKILL KOMPETENSI KURANG ATAU DI LUAR KOMPETENSI / KEWENANGAN SERING MENJADI PENYEBAB ERROR ATAU KELALAIAN SERING DIKAITKAN DENGAN KOMPETENSI INSTITUSI KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA SITUASIKONDISI LOKAL TERTENTU (LOCALITY RULE, LIMITED RESOURCES) TUNTUTAN DAPAT BERUPA KELALAIAN Tingkatan malpraktik (ringan – berat) 1. Eror of jugdment (kesalahan penilaian) 2. Slight negligence (kelalaian ringan) 3. Gross negligence (kelalaian berat) 4. Intentional wrongdoing atau criminal intent (tindakan dengan sengaja yg bernafas kriminal) KELALAIAN MEDIK JENIS MALPRAKTIK TERSERING BUKAN KESENGAJAAN TIDAK MELAKUKAN YG SEHARUSNYA DILAKUKAN, MELAKUKAN YG SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN OLEH ORANG2 YG SEKUALIFIKASI PADA SITUASI DAN KONDISI YG IDENTIK SYARAT KELALAIAN (4D) DUTY (Duty of care) KEWAJIBAN PROFESI KEWAJIBAN AKIBAT KONTRAK DG PASIEN DERELICTION / BREACH OF DUTY PELANGGARAN KEWAJIBAN TSB DAMAGES CEDERA, MATI ATAU KERUGIAN DIRECT CAUSALSHIP HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT, SETIDAKNYA PROXIMATE CAUSE MEDICAL MALPRACTICE Medical malpractice involvesD2the physician’s failure to conform to the D1 standard of care for treatment of the D2 patient’s condition, or lack of skill, or D2 negligence in providing care to the D4 patient, which is the direct cause of an injury to the patient. D3 World Medical Association, 1992 NEAR MISS ERRORS VIOLATION Adalah tindakan yg dapat mencederai pasien, tetapi tidak mengakibatkan cedera karena faktor kebetulan, pencegahan atau mitigasi Setiap cedera yang lebih disebabkan oleh manajemen medis drpd akibat penyakitnya ADVERSE EVENTS UNPREVENTABLE ACCEPTABLE RISKS UNFORESEEABLE RISKS DISEASE / COMPLICATION kelalaian TERSERING DILAKUKAN Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan Tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan OLEH ORANG2 YG SEKUALIFIKASI PADA SITUASI DAN KONDISI YG IDENTIK Implikasi : ada standar profesi (sebagian mengatur standar kompetensi Dr) sbg tolok ukur Ini sejalan dgn hukum disiplin : mengukur kurva normal (rata2). MISCONDUCT SENGAJA, TERCELA FRAUD / MISREPRESENTASI PENAHANAN PASIEN BUKA RAHASIA KEDOKTERAN TANPA HAK ABORSI ILEGAL, EUTHANASIA PENYERANGAN SEKSUAL KETERANGAN PALSU PRAKTEK TANPA IJIN / TANPA KOMPETENSI SENGAJA TIDAK MEMATUHI STANDAR Lebih ke arah DELIBERATE VIOLATION BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 3 jenis OPZET (Kesengajaan) a. Dari awal = maksud mencapai tujuan b. Sebagai keharusan : a. c. Perbuatan bukan tujuan ttp “suatu antara” utk mencapai tujuan = keharusan Sebagai Kemungkinan ( Dolus Eventualis ) a. b. c. Mengerti Insaf akibatnya Berani ambil tindakan itu Mis : Ngebut di jalan yg ada peringatan banyak orang LACK OF SKILL KOMPETENSI KURANG ATAU DI LUAR KOMPETENSI / KEWENANGAN SERING MENJADI PENYEBAB ERROR SERING DIKAITKAN DENGAN KOMPETENSI INSTITUSI / SARANA KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA SITUASIKONDISI LOKAL TERTENTU Lebih ke arah ERRORS BERKAITAN DENGAN INFORMASI Mistakes = kekeliruan Occurs at a conscious level = berkesadaran Causes Lack of knowledge Didn’t ask for help Inadequate/ineffective orientation - & understanding of others healthcare team mate needs Didn’t know, afraid to help, difficult to ask Miscommunication Verbal orders & illegible orders (just clear enough to make a guess) Application of “rules” that doesn’t work High dose opioid are OK in patient with severe longstanding pain MALPRAKTIK vs BAD OUTCOME NO ERROR LATENT ERRORS UNDERLYING DISEASE PERJALANAN PENYAKIT DAN KOMPLIKASI ACCEPTABLE RISKS ADVERSE EVENTS UNFORESEEABLE RISKS (Kejadian yg tak diharapkan) ACTIVE ERRORS PREVENTABLE PREVENTABLE ADVERSE ADVERSE EVENTS EVENTS (Error of planning & error of execution) NEGLIGENT ADVERSE EVENTS DUTY + BREACH OF DUTY (KELALAIAN MEDIS) + DAMAGE + CAUSAL JADI, MALPRAKTIK: DINILAI BUKAN DARI “HASIL” PERBUATANNYA, MELAINKAN DARI “PROSES” PERBUATANNYA. Dugaan adanya malpraktik kedokteran harus ditelusuri dan dianalisis terlebih dahulu untuk dapat dipastikan ada atau tidaknya malpraktik, kecuali apabila faktanya sudah membuktikan bahwa telah terdapat kelalaian – yaitu pada res ipsa loquitur (the thing speaks for itself) MENYEBABKAN MATI ATAU LUKA KARENA KELALAIAN PASAL 359 BARANGSIAPA KARENA KESALAHANNYA (KEALPAAANNYA) MENYEBABKAN ORANG LAIN MATI, DIANCAM DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA LIMA TAHUN ATAU PIDANA KURUNGAN PALING LAMA SATU TAHUN. PASAL 360 BARANGSIAPA KARENA KESALAHANNYA(KEALPAANNYA) MENYEBABKAN ORANGLAIN MENDAPAT LUKA-LUKA BERAT DIANCAM DENGAN PIDANA PENJARA PALINGLAMA LIMA TAHUN ATAU PIDANA KURUNGAN PALING LAMA SATU TAHUN. (1) RISIKO MEDIS INHEREN PADA SETIAP TINDAKAN MEDIS SEBAGIAN DIANGGAP ACCEPTABLE: 1. TINGKAT PROBABILITAS DAN KEPARAHANNYA MINIMAL (UMUMNYA BERSIFAT FORESEEABLE BUT UNAVOIDABLE: CALCULATED, CONTROLLABLE) 2. RISIKO “BERMAKNA” TETAPI HARUS DIAMBIL KARENA “THE ONLY WAY” (UNAVOIDABLE, UNPREVENTABLE)) 3. RISIKO YG UNFORESEEABLE = UNTOWARD RESULTS 1 DAN 2 PERLU INFORMED CONSENT, SEHINGGA BILA TERJADI, DOKTER TIDAK BERTANGGUNGJAWAB SECARA HUKUM Risiko Medik (Anny Isfandyarie) Dalam tindakan medik ada resiko yg tidak sesuai dng harapan pasien tuntutan ke pengadilan Dalam tindakan medis ada tindakan yg beresiko tinggi Bahwa resiko tinggi tsb berkaitan dng keselamatan jiwa pasien Gradasi Sanksi Pidana Kedokteran PASCA JUDICIAL REVIEW Korporasi (+ 1/3 & cabut ijin) 80(2) 80 (1) Bohir – DR ilegal : 10 th/Rp.300 jt 77 & 78 DR palsu&tiru2 DR: 5th/Rp.150 jt 75 & 76 WNA STR(-) WNI SIP(-) 100 JT DR STR (-) : 100 JT 74 79 jo 41, 46, 51 69 (2) 68 Papan nama (-), RM (-); lege artis (-) Sanksi Disiplin Sanksi Etis via MKEK PS 79 : PIDANA KURUNGAN (-) TANPA PAPAN & TDK CME “Risiko DR/G Diadili/diperiksa” (UU Pradok) Komite Etik/Medik Komplin RS MKEK “sisa langgar etis” MKDKI MAKERSI PS 68 Dewan Dosen/KPS Kolegium Pan.Adhoc Disiplin Dik PPDS Peer group/Senat PPDS PN Pidana Ps 29 UU Kes 36/09 MKDKI DR Merasa dirugikan PS 55 Ps 66 (3) PN Perdata Mediasi “Peradilan Pers” Adverse event = malpractice DIR RS : PS 80 PIDANA BPSK-Kesehatan ATURAN PRAKTEK KEDOKTERAN UU PRAKTEK KEDOKTERAN KUHP,KUHPERD ATURAN KHUSUS UU TENTANG RS UU TENTANG KESEHATAN ATURAN PELENGK AP ATURAN PRAKTEK KEDOKTERAN ATURAN KKI ATURAN PELAKSANA ATURAN IDI ATURAN KEMENKES Hak Pasien (psl 52) a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis F:\rsij\PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS.docx b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. menolak tindakan medis; dan e. mendapatkan isi rekam medis. SENGKETA MEDIS DOKTER –PASIEN RUMAH SAKIT –PASIEN 1.REKAM MEDIS 2.INFORM CONSENT ADMINISTRASI HUKUM 1. PIDANA 2. PERDATA 3. ETIKA 4. DISIPLIN ADR TANGGUNGJAWAB HUKUM Disiplin Pidana MKDKI Polisi,jaksa hakim Pencabutan STR/ SIP Denda/Kurungan Penjara DOKTER Perdata Hakim Ganti Rugi Etika IDI Cabut Reko mendasi DUGAAN MALPRAKTEK MASYARAKAT/MEDIA MASSA SETIAP KERUGIAN BAIK LUKA/KEMATIAN MAUPUN CACAT AKIBAT TINDAKAN DOKTER MALPRAKTEK Apakah dokter dapat dihukum ?? NIAT BERBUAT JAHAT PERBUATAN MELANGGAR HUKUM AKIBAT YANG MERUGIKAN HUBUNGAN KAUSAL PRAKTEK KEDOKTERAN MKDKI Kriminal kedokteran 1. RAHASIA KEDOKTERAN(KUHP 322) 2. EUTHANASIA (344 KUHP) 3. ABORTUS TANPA INDIKASI(346,347,348 KUHP) 4. KETERANGAN PALSU( 263,267 KUHP) TUNTUTAN PIDANA MEDIS DALAM AZAS HUKUM PIDANA, PASAL 1 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) MENYATAKAN TIADA SUATU PERBUATAN YANG DAPAT DIPIDANA KECUALI ATAS KEKUATAN ATURAN PIDANA DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TELAH ADA, SEBELUM PERBUATAN DILAKUKAN. IKTIKAD BAIK PIDANA KARENA KESALAHAN /KEALPAAN : DITIK BERATKAN PADA AKIBAT 1. Kelalaian/kesalahan menyebabkan mati (KUHPid ps 359) 2. Kelalaian/kesalahan meyebabkan luka berat (KUHPid ps 360 ayat 1) 3. Kelalaian menyebabkan luka sementara (KUHPid ps 360 ayat 2) LUKa BERAT Pasal 90 KUHP 1. JATUH SAKIT ATAU MENDAPAT LUKA YANG TIDAK MEMBERI HARAPAN AKAN SEMBUH SAMA SEKALI, ATAU YANG MENIMBULKAN BAHAYA MAUT; 2. TIDAK MAMPU TERUS MENERUS UNTUK MENJALANKAN TUGAS JABATAN ATAU PEKERJAAN PENCARIAN; 3. KEHILANGAN SALAH SATU PANCAINDERA; 4. MENDAPAT CACAT BERAT (VERMINKING); 5. MENDERITA SAKIT LUMPUH; 6. TERGANGGUNYA DAYA PIKIR SELAMA EMPAT MINGGU LEBIH; 7. GUGURNYA ATAU MATINYA KANDUNGAN SEORANG PEREMPUAN BEBAN PEMBUKTIAN . Azas utama suatu Negara hukum adalah Rule of law dimana salah satuprinsipnya adalah “Praduga tidak bersalah” (presumption of innocence). Seorang terdakwa harus dianggap tidak bersalah sampai dapat dibuktikan kesalahannya. Azas ini antara lain dapat dilihat/tercermin didalam: KUHAP Pasal 66: “Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian” KUHAP pasal 158: “Hakim dilarang menunjukkan sikap atau mengeluarkan pernyataan di sidang tentang keyakinan mengenai salah atau tidaknya terdakwa Dengan demikian maka jelaslah bahwa didalam Hukum Pidana seseorang yang dituduhkan sesuatu tidak dibebani pembuktiannya. Kewajiban untuk membuktikan terletak pada penuntut umum. Dokter yang didakwa melakukan dugaan malpraktek tidak dibebani kewajiban pembuktian Pasien yang diwakili penuntut umum adalah seorang yang awam dalam bidang kedokteran. Bagaimana ia bisa memberikan bukti-bukti bahwa misalnya seorang dokter telah berbuat kelalaian (negligence)? Disini memang terletak kesulitan pada Hukum Kedokteran, karena pasien atau penuntut umum tidak mengetahui seluk beluk ilmu kedokteran. Untuk itu biasanya akan dimintakan pendapatnya SAKSI AHLI DARI PROFESI KEDOKTERAN. Dugaan Malpraktek (Pidana) DOKTER PASIEN Rekam medis MATI/LUKA BERAT/ringan KUHP 359/360 dugaan kelalaian SAKSI AHLI IDI DAN KPTSN MKEK POLISI JAKSA TDK SESUAI SPM Informed consent SP3 SESUAI SPM PENGADILAN SP/SEBA B AKIBAT KAPAN DOKTER BISA DIGUGAT? a. melakukan wanprestasi (Pasal 1239 KUHPerdata); b. melakukan perbuatan melawan hukum(Kesalahan) (Pasal 1365 KUHPerdata); c. melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian (Pasal 1366 KUHPerdata); d. melalaikan pekerjaan sebagai penanggung jawab (Pasal 1367 ay at(3) KUHPerdata (PASAL 46 RS) SALAH /KEALPAAN TINDAKAN MEDIS DILAKUKAN TIDAK SESUAI STANDART PROFESI MEDIS STANDART PROFESI Standar profesi Medis menurut Oemar Seno Adji yang mengambil ukuran: 1. Dokter memiliki kemampuan rata-rata atau "average", 2. Equal Category and Condition (Kategori dan keadaan yang sama), kategori Dokter di Puskesmas akan berlainan dengan Dokter di rumah sakit modern dengan sarana dan prasarana yang lengkap. 3. Asas Proporsionslitas dan Subsidiaritas yaitu adanya keseimbangan yang wajar dengan tujuan untuk menangani pasiennya Menurut Undang undang Praktik Kedokteran no.29 tahun 2004 Standar Profesi : batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi Menurut Undang undang Praktik Kedokteran no.29 tahun 2004 Standar Profesi : batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi TIDAK SALAH /TIDAK KEALPAAN TINDAKAN MEDIS DILAKUKAN SESUAI STANDART PROFESI MEDIS Hubungan sebab akibat KESALAHAN MENYEBABKAN KERUGIAN (HARUS BERHUBUNGAN) Tanggungjawab hukum PERDATA AZAS HUKUM PERDATA BARANG SIAPA YANG MENGGUGAT, MAKA HARUS MEMBUKTIKAN KECUALI FAKTA YANG BERBICARA KAPAN ADA TANGGJWB HUKUM ? Hub Dokter---Pasien KONSULTASI PASIEN DOKTER ADA KERUGIAN TANGGUNGJWB HUKUM HUB. HUKUM INFORM CONSENT/RM MKEK Pengadilan SYARAT TINDAKAN MEDIS DAPAT DIGUGAT UNSUR 1365/1366 KUHPerd 1. ADA KESALAHAN (TIDAK SESUAI STANDART PROFESI) 2. ADA KERUGIAN----MATERIAL, IMATERIAL? 3. ADA HUBUNGAN SEBAB AKIBAT ANTARA PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN KERUGIAN TANGGUNGJAWAB HUKUM PERDATA DOKTER MELAKUKAN KESALAHAN/ KELALAIAN ADA KERUGIAN DAPAT DIMINTA TGGJWB HUKUMNYA IDI TDK SESUAI SPM RESIKO MEDIS IDI DOKTER TDK SALAH/LALAI KERUGIAN SESUAI SPM RESIKO MEDIS TDK DPT DIMINTA TANGGUNGJWB HUKUMNYA KESIMPULAN 99 % PENGGUGAT TIDAK BISA MEMBUKTIKAN KESALAHAN DOKTER 99% HAKIM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSAN MKEK 99% PUTUSAN BEBAS Tanggungjawab administrasi 1. Dengan sengaja melakukan praktek kedokteran tanpa memiliki STR ,dipidana denda 100jt ( pasal 75 (1) ) 2. Tanpa SIP ,dipidana denda 100jt (pasal 76) Kecuali : diminta untuk memberikan pelayanan medis oleh suatu sarana pelayanan kesehatan, bakti sosial, penanganan korban bencana, atau tugas kenegaraan yang bersifat insidentil tidak memerlukan surat izin praktik, tetapi harus memberitahukan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota tempat kegiatan dilakukan. TANGGUNG JAWAB HUKUM RS (1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). TANGGUNGJAWAB HUKUM PIDANA DI RS DSP/KONSULEN Diri sendiri SESUAI KEWENANGANNYA Residen Diri sendiri SESUAI KEWENANGANNYA DU Diri sendiri SESUAI KEWENANGANNYA Paramedis Du/dsp SESUAI KEWENANGANNYA TANGGUNGJAWAB HUKUM PERDATA DI RS Dsp RESIDEN DU PASAL 46 UU RS RS BERTANGGUNGJAWAB PARAMEDIS CONTOH KASUS SEBAGAI BAHAN PEMAHAMAN Kelalaian sistem Seorang anak perempuan menunggu untuk di CT-Scan karena kecelakaan. Dia dipanggil masuk ke OK dan kemudian di operasi pengangkatan usus buntu. Ternyata keliru, seharusnya anak laki-laki lain yang akan dioperasi. Seorang pasien akan dioperasi telinga kiri, disiapkan oleh perawat kepercayaan, dokter tinggal operasi. Ternyata yg dioperasi telinga kanan wrong person and wrong site surgery Kelalaian manajemen Dua orang pasien meninggal ketika dioperasi di RS pada dua hari yang berbeda, menggunakan mesin anestesi yg berbeda. Ternyata gas N2O tertukar dengan gas CO2 RS tidak pernah menggunakan gas CO2 Dokter bukan yg bertanggungjawab atas pengadaan gas medik, melainkan manajemen rumah sakit Malpraktik tenaga medis Seorang perempuan menjalani operasi pengangkatan tumor rongga hidung-mulut yg sangat invasif. Jaringan diperiksa histopatologi, dinyatakan tidak ganas. Ternyata beberapa bulan kemudian terbukti ganas Preparat histopatologi dibaca ahli-ahli lain di kota lain: terdapat tanda ganas Kelalaian ataukah Ketidak-kompetensian ? Risiko Tindakan / Penyakit Seorang ibu menderita Ca mamma dioperasi pengangkatan jaringan tumor untuk “de-bulking”, dan radioterapi. Kemudian terjadi pembengkakan lengan Pembengkakan akibat sumbatan saluran getah bening di ketiak: apakah oleh massa kanker, operasi ataukah radioterapi ? Risiko yg unforeseeable Seorang perempuan disiapkan untuk di SC atas indikasi KPD. Saat operator sedang cuci tangan, SpAn memberikan anestesi (umum), terjadi apnoe dan bradikardi. Upaya resusitasi dilakukan tetapi tidak berhasil. D: anafilaktik thd obat anestesi Unforeseeable risk ??? Fraud Seorang laki-laki datang dengan keluhan pilek dan sengau. Foto rontgen menunjukkan “perselubungan” Direncanakan besok pagi CT-Scan dan siangnya dioperasi sinusnya. Hasil CT-Scan tidak ada kelainan, tetapi operasi tetap berjalan Professional misconduct Tak menolong keadaan gawat Seorang ibu datang dengan perdarahan pervaginam post-partum (HPP), ditangani dokter UGD. Dikonsulkan ke SpOG yg sedang melakukan kuretase, tetapi ia tidak mau dengan alasan “akan ke RS lain karena sudah waktunya dan sudah ditelpon” Professional misconduct CONTOH KETIDAK-KOMPETENSIAN DAPAT DIANGGAP PMH ATAUPUN KELALAIAN Tidak memiliki sertifikat kompetensi Berpraktik bukan pada bidang kompetensinya Melakukan tindakan yg bukan kompetensinya Mendelegasikan tindakan kepada orang yang tidak kompeten Tanpa alasan pembenar atau alasan pemaaf CONTOH KELALAIAN LAIN BERMASALAH BILA TERJADI CEDERA KETERLAMBATAN HADIR PADA SAAT DIBUTUHKAN PD KEDARURATAN KEGAGALAN MEMONITOR KONDISI PASIEN ATAU FOLLOW-UP HASIL PEMERIKSAAN KETERLAMBATAN DIAGNOSIS / TERAPI KEGAGALAN MENGINGATKAN / MENGANJURKAN KEGAGALAN MEMENUHI PROSEDUR (error of planning dan error of execution) Diambil dari Slide Prof Budi Sampurna Slide Prof Agus Purwadianto Slide