Tanggung Jawab Hukum di Rumah Sakit

advertisement
TANGGUNGJAWAB
RUMAH SAKIT DALAM PELAYANAN
KESEHATAN
Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum
Latar Belakang
 Perlunya pengelolaan Rumah Sakit secara profesional
dan bertanggungjawab :
• Komitmen liberalisasi sektor jasa kesehatan dalam GATS
• Moda supply jasa melalui Commercial presence memungkinkan
rumah sakit asing berdiri di Indonesia
• Liberalisasi jasa dalam konteks ASEAN Economic Community
(AEC)
• Liberalisasi investasi bidang kesehatan menyebabkan tingkat
persaingan jasa rumah sakit semakin tinggi
• Layanan atas kesehatan hak setiap orang
• Kebutuhan terhadap perlindungan penerima jasa layanan
kesehatan (pasien)
• Perlindungan bagi rumah sakit, dan naker
Latar Belakang
 Perubahan cara pandang dalam pelayanan kesehatan oleh
Rumah Sakit :
• hubungan pasien dan rumah sakit tidak lagi sebatas hubungan
pelayanan kemasyarakatan yang didasarkan pada fiduciary
relasionship
• Rumah sakit muncul sebagai entitas usaha yang menjanjikan dari segi
bisnis.
• UU Rumah Sakit mewajibkan bentuk hukum PT atau Persero bagi RS
yang diselenggarakan swasta
• Dari segi bentuk hukum murni orientasi profit.
• Profesi kesehatan dipandang sebagai profesi yang “menjanjikan dari
segi financial (profit)
• Hukum harus mengatur jelas tanggungjawab rumah sakit dan tenaga
kesehatan sebab pola hubungan sudah memasuki wilayah hubungan
ekonomi, bisnis dan hubungan hukum
Latar Belakang
 Diperlukan pengaturan good hospital governance
untuk memastikan pengelolaan rumah sakit secara
profesional, akuntabel, responsibel, transparan dan
mandiri.
 Dibutuhkan pengaturan hukum untuk memastikan
tanggungjawab rumah sakit dan tenaga kesehatan
untuk memberikan perlindungan tidak saja kepada
pasien tetapi juga kepada RS dan Nakes.
RS sebagai Badan Hukum
 UU RS mewajibkan RS Pemerintah dalam bentuk UPT
atau PK BLU atau BLU Daerah
 RS Swasta harus berbentuk badan hukum
 Badan hukum merupakan legal entity dan memiliki
legal personality
 RS sebagai badan hukum memiliki tanggungjawab
hukum
 Nakes merupakan tenaga profesional karenanya
memiliki professional liability dan dapat dimintai
pertanggungjawaban.
Lingkup Pertanggungjawaban RS
Tanggungjawab Hukum
– Administratif
– Perdata
– Pidana
 Sumber lahirnya tanggungjawab hukum di RS
– Perbuatan Manajerial
– Perbuatan Medis
– Perbuatan Pelayanan Lain
Tanggungjawab Menejerial
Pengoperasian Rumah Sakit
Menjalankan RS tanpa izin operasional
Mempekerjakan Nakes tak berizin
Menggunakan obat tanpa izin sesuai perundang-undangan,
termasuk penggunaan narkotika
tidak memenuhi persyaratan kesehatan, lingkungan, keselamatan
bangunan, AMDAL, dll sesuai perundang-undangan
Tidak memenuhi standar (Akreditasi)
 tanggungjawab hukum bidang ketenagakerjaan
Tanggungjawab hukum yang lahir dari hubungan hukum
dengan pihak ketiga
RS tanpa Izin
Pasal 62 UU 44/2009 ttg Rumah Sakit
• Setiap orang yang dengan sengaja
menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00- (lima milyar
rupiah).
Pasal 63
 (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan oleh
korporasi, selain pidana penjara dan denda
terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana
denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
 (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa:
 a. pencabutan izin usaha; dan/atau
 b. pencabutan status badan hukum.
Tenaga Kesehatan tanpa izin
Pasal 80 UU 29/2004 ttg Praktik Kedokteran
 Setiap orang yang dengan sengaja
mempekerjakan dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang
dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman
tambahan berupa pencabutan izin.
Obat tanpa izin
Pasal 197 UU 36/2009 ttg Kesehatan
• Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memiliki izin edar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah).
Tanggungjawab Perbuatan Medis
Sebagai sebuah entitas hukum, RS
bertanggungjawab terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
oleh Nakes di rumah sakit
Tanggungjawab perdata atas kerugian
berdasarkan Pasal 1367 KUH Perdata
Hak menuntut ganti rugi
Pasal 58 UU 36/2009 ttg Kesehatan
 (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
 (2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan
yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.
Kesulitan
Tanggungjawab berdasarkan kesalahan (kelalaian)
Liability based on fault menuntut pembuktian adanya unsur
kelalaian
Terkadang kerugian sudah sedemikian rupa bahkan sudah
mengancam jiwa (tidak saja kerugian material)
Sulitnya membuktikan kesalahan/ kelalaian dalam tindakan
medis karena membutuhkan pengetahuan khusus di bidang
medis
Spirit of the corp, menyerahkan penilaian pada komite etik
Kesulitan
beban pembuktian berada pada pasien berdasarkan prinsip liability based on
fault
Karakteristik perikatan sebagai inspannings verbintenis
Pertanggungjawab secara strict liability jika tidak saja menimbulkan kerugian
material tetapi juga sudah sampai pada ancaman terhadap keselamatan tubuh
atau jiwa dari pasien.
Kerugian material digantirugi tenpa menunggu terbuktinya unsur
kesalahan/kelalaian
Mendorong setiap rumah sakit dan Nakes lebih berhati-hati (prudent principle).
Kesulitan
strict liability lebih menjamin kepastian perlindungan terhadap pasien atas
kerugian material (perdata).
RS sebagai entitas bisnis wajar dikenakan strict liability sebab karakteristik
resiko yang mungkin ditimbulkan tidak saja resiko kerugian material tetapi
juga dapat berupa ancaman bagi tubuh dan jiwa
Kecacatan dan kematian menimbulkan resiko kerugian material yang cukup
besar bagi pihak yang ditinggalkan.
Korban dan keluarga menjadi tidak sehat secara sosial dan ekonomi.
Perlindungan hukum
Pasal 50 UU 29/2004 ttg Praktiik Kedokteran
• Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran mempunyai hak :
– memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
– memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional;
Tanggungjawab malpraktek
medis
LATAR BELAKANG
Malpraktik Medis menjadi pembicaraan :
 berubahnya paradigma hubungan dokter – pasien (HDP)
dari paradigma tradisional kearah kontemporer,
 kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
 demoktratisasi dalam kehidupan social, ekonomi dan
pendidikan.
 meningkatnya kesadaran hukum masyarakat.
LATAR BELAKANG
HDP Tradisional
• Dibangunan sejak jaman Hippocrates (460 –377 Sm)
• HDP tidak seimbang
• Paternalistic dan Dominant (tenaga medis – dokter ,dipandang mengetahui yang terbaik bagi pasien)
• Pertanggungjawaban dokter lebih merupakan
pertanggungjawaban moral dan etika profesional
• Minim atau tidak ada peraturan dari pemerintah
LATAR BELAKANG
HDP Kontemporer
• Hak Asasi Manusia
• The right to self determination
• Kemajuan teknologi medis
•
•
•
•
Akses informasi yang terbuka
Tingkat pendidikan semakin maju
HDP semakin kompleks
HDP : hubungan kepentingan, hubungan kepercayaan,
hubungan profesi dan hubungan hukum
• Campur tangan hukum dan pemerintah
DILEMA DAN KESULITAN
Diatur secara keras dan kurang hati-hati, dokter
terganggu (tidak nyaman) menjalankan profesi,
akhirnya masyarakat dirugikan
Kurang pengaturan yang tegas, masyarakat
dirugikan ---- kurang terlindungi secara hukum
DILEMA DAN KESULITAN
Sejumlah persoalan
Kendala substansi hukum
Ilmu kedokteran tidak murni ilmu pasti, lebih
merupakan experience scient
Kendala pembuktian
Inspanningsverbintenis
Tingginya ekspektasi masyarakat
Profesi kedokteran adalah profesi kedokteran
DOKTER TIDAK KEBAL HUKUM
Hubungan dokter dan pasien tidak sematamata hubungan kebutuhan (pasien lebih
butuh).
Hubungan dokter dan pasien meliputi
hubungan hukum
Pertanggungjawaban dokter tidak sekedar
pertanggungjawaban moral dan profesional
ethic
Juga meliputi pertanggungjawaban hukum
(perdata, pidana dan administrasi)
KEWAJIBAN DOKTER
 KODEKI
 UU Praktik Kedokteran (administratif dan substantif – terkait
tindakan/perlakuan medis)
• perijinan praktek (SIP dan STR)
• wajib simpan rahasia kedokteran
• informed consent
• merujuk ke dokter yang lebih ahli
• pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan
• menambah pengetahuan dan mengikuti perkembangan
Pelanggaran kewajiban pintu masuk terjadinya malpraktik medis baik
secara perdata, pidana dan administrasi.
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
• Tidak ada pengertian hukum berdasarkan perundang-undangan
• Pasal 55 ayat (1) UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan : “setiap orang
berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan”.
• Medical malpractice involves the physician’s failure to conform to the
standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or
negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an
injury to the patient (World Medical Association 1992)
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
• Hasil yang buruk atau tidak sesuai harapan pasien (tidak sembuh) tidak
serta merta merupakan tindakan malpraktek medik
• Tindakan malpraktek medik tidak semata-mata dilihat dari hasil
• Dilihat dari proses tenaga medis (dokter) dalam melakukan tindakan
medik
• Ukurannya standar dan etika, profesi, standar operasional prosedur,
perundang-undangan
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
Unsur-unsur penting
Sikap bathin (sengaja atau lalai)
tidak terpenuhinya syarat dalam tindakan/
perlakuan medis
syarat mengenai akibat tindakan/perlakuan
medis.
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
Unsur-unsur penting
1. Sikap Bathin
Sengaja (secara sadar) dan kelalaian
• Sangat jarang terjadi, tenaga medis (dokter)
sengaja mencelakakan pasiennya
• Contoh : aborsi illegal, euthanasia
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
Unsur-unsur penting
Kelalaian (medical negligence)
 Salah satu bentuk perbuatan malpraktek medis.
 Tetapi tidak semua bentuk kelalaian medis dapat dikategorikan sebagai
kejahatan.
 de minimis non curat lex” (the law does not concern itself with trifles),
hukum tidak mencampuri hal-hal yang sepele.
 apabila kelalaian tersebut sudah mencapai suatu tingkatan tertentu
yang tidak memperdulikan jiwa orang lain, maka sifat kelalaian itu
berubah menjadi serius, dan bersifat kriminal.
 Jika kelalaian itu sampai merugikan atau mencelakakan orang lain,
maka secara hukum dapat dikualifisir sebagai kelalaian berat (culpa
lata, gross negligence)
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
Unsur-unsur penting
Praktek Anglo Saxon tentang Ukuran Kelalaian
(1). Duty ;
(2).Dereliction of that duty ;
(3). Direct causation ;
(4). Damage
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
Unsur-unsur penting
Karakteristik Khusus dalam praktek kedokteran
Risiko tindakan medik (Risk of Treatment)
Kecelakaan
Non Negligent clinical error of judgement
Allergic Reactions.
Bukan merupakan kesalahan, sepanjang dokter sudah
memenuhi kewajibannya dalam perlakuan medik sesuai
standar dan etika profesi
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
Unsur-unsur penting
2. Tidak terpenuhinya syarat dalam tindakan/perlakuan
medis
 Melawan hukum
• Bertentangan dengan kewajiban dokter untuk berbuat
sesuatu dengan sebaik-baiknya, secermat-cermatnya,
penuh kehati-hatian, tidak berbuat ceroboh, berbuat
yang seharusnya diperbuat, dan tidak berbuat yang
seharusnya tidak diperbuat.
• mengacu kepada hukum, etika profesi, standar profesi
atau standar prosedur medik.
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
Unsur-unsur penting
• Bila dijabarkan lebih lanjut, maka malawan hukumnya suatu
perbuatan/perlakuan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter), adalah apabila perbuatan tersebut melanggar :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
standar profesi kedokteran
standar prosedur operasional
ketentuan informed consent
rahasi kedokteran
kewajiban-kewajiban dokter
prinsip-prinsip profesional kedokteran atau kebiasaan yang wajar di
bidang kedokteran
g. tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien
h. dilanggarnya hak-hak pasien
PENGERTIAN MALPRAKTEK MEDIS
Unsur-unsur penting
3. Syarat mengenai akibat tindakan/perlakuan medis
• Syarat mengenai akibat tindakan/perlakuan medis adalah
timbulnya akibat yang merugikan kesehatan dan nyawa
pasien.
• Dengan demikian, tindakan maplraktek medis sematamata tidak dinilai dari akibat yang ditimbulkannya, tetapi
juga lebih kepada sifat melawan hukumnya dari
perbuatan/ perlakuan medis tersebut dengan mengacu
pada hukum, etika profesi, standar profesi atau standar
prosedur medik.
TANGGUNGJAWAB
o Perdata (wanprestasi dan perbuatan melawan
hukum
o Tanggungjawab berdasarkan UU Perlindungan
Konsumen
o Pidana
o Administrasi
TANGGUNGJAWAB
Beban Pembuktian
•
Di Negeri Belanda, sejak 1 April 1988 dalam hukum pembuktian yang baru, bertalian
dengan beban pembuktian didasarkan atas dua ketentuan, yaitu :
1.
•
Didasarkan pada ajaran hukum objektif
Pihak yang menuntut berdasarkan fakta atau hukum memikul beban pembuktian dari
fakta hukum tersebut (Pasal 177 RV Belanda). Dengan kata lain : pada pokoknya
siapapun menuntut, harus membuktikan. Seorang pasien yang menuntut dokter atas
dasar wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, menurut ketentuan ini harus
membuktikan bahwa oleh dokter tersebut dan mungkin oleh orang untuk siapa ia
bertanggungjawab telah dibuat kesalahan.
2. Didasarkan pada teori keadilan (billijkheidstheorie)
•
Pada teori ini yang didasarkan pada akal yang sehat (redelijkheid) dan keadilan
(billijkheid) hakim untuk setiap peristiwa/kejadian secara terpisah harus membagi
beban pembuktian berdasarkan keadilan
TANGGUNGJAWAB
Pidana
Sengaja (secara sadar),
Melawan hukum, telah membahayakan kesehatan dan
jiwa, seperti menyebabkan luka-luka atau kematian)
Perbuatan bertentangan dengan hukum, standar dan etika
profesi, standar prosedur
Tidak termasuk karakteristik khusus (risiko tindakan medis,
reaksi alergi, kecelakaan, Non Negligent clinical error of
judgement
Beberpa contoh : aborsi illegal, euthanasia, kelalaian menyebabkan
kematian, dll.
TANGGUNGJAWAB
Pidana
Beberapa pelanggaran administrasi dapat
dipidana berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004
Pasal 75, 76, 77, 78 dan 79 UU No. 29 Tahun
2009
TANGGUNGJAWAB
Administrasi
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tidak memiliki persyaratan administratif seperti surat tanda registrasi (STR) dokter yang diterbitkan
oleh Konsil Kedokteran (Pasal 29).
dokter lulusan luar negeri yang lulus di Indonesia tidak dilengkapi dengan syarat lulus evaluasi. Bagi
dokter asing selain lulus evaluasi juga harus memiliki ijin kerja (Pasal 30).
tidak memiliki surat ijin praktek (SIP) yang dikeluarkan pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat praktik (Pasal 36 jo. Pasal 37).
Tidak memenuhi kewajiban pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional dan kebutuhan medis pasien.
tidak merujuk pasien kedokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik.
melanggar kewajiban merahasiakan segala sesuatu mengenai pasien (Pasal 14 Kodeki dan PP 26
Tahun 1960)
tidak melakukan kewajiban melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan
tidak menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
tidak mengindahkan informed consent (penjelasan kepada pasien sebelum melakukan tindakan),
Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004.
TANGGUNGJAWAB
Administrasi
Pencabutan ijin praktek
Beberapa pelanggaran administrasi dapat
dipidana berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004
Pasal 75, 76, 77, 78 dan 79 UU No. 29 Tahun
2009
Tanggungjawab Institusional/
Korporasi
Pasal 46 UU 44/2009 ttg RS
• Rumah Sakit bertanggung jawab secara
hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Pasal 45 UU 44/2009
• (1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab
secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif.
• (2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
TANGGUNGJAWAB RUMAH SAKIT
Berlaku prinsip-prinsip pertanggungjawab
korporasi (pidana korporasi)
RS dapat dimintai pertanggungjawaban
pidana atas kesalahan/kelalaian Nakes
sesuai dengan prinsip-prinsip
tanggungjawab pidana korporasi.
Tanggungjawab Sosial RS
 Perlu diatur secara tegas dalam UURS
 Semestinya tidak identik dengan CSR berdasarkan Pasal
74 UUPT (mengingat RS berbentuk badan hukum PT).
 Sebaiknya tanggungjawab sosial RS terwujud dalam
bentuk pelayanan kesehatan sesuai karakteristik usaha
rumah sakit
 Jadi, tidak sekedar menganggarkan biaya dalam RBA atau
RKAT rumah sakit yang ditujukan untuk stakeholder.
 Stakeholder maknanya luas, belum tentu mengarah pada
pasien sebagai sumber pendapatan rumah sakit.
Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum
081362260213
[email protected]
Download