penyelesaian sengketa internasional

advertisement
PENYELESAIAN SENGKETA
INTERNASIONAL
1
BATASAN SENGKETA INTERNASIONAL
Elemen sengketa hukum internasional :
a. mampu diselesaikan oleh aturan HI
b. mempengaruhi kepentingan vital negara
c. penerapan HI yang ada dapat menghasilkan
keputusan hukum
Hal yang dapat diajukan : (par 36.2 ICJ Statute)
a. interpretasi dari treaty
b. persoalan hukum internasional
c. adanya fakta hukum yang menimbulkan
dilanggarnya kewajiban internasional
d. upaya tanggung jawab atas dilanggarnya kewajiban internasional
2
Cara Penyelesaian Sengketa
Internasional
Damai
a. Jalur Politik
- negosiasi
- mediasi
- jasa baik
- inquiry
b. Jalur Hukum
- Arbitrase
- Pengadilan Internasional
c. melalui organisasi internasional
Non Damai
- Perang
- Non Perang ( putus hub
diplomatik, retorsi, blokade,
embargo, reprisal )
3
Penyelesaian Sengketa Jalur Damai
• Art 33 UN Charter
“the parties to any dispute ……..first of all seek a
solution by negotiation, enquiry, mediation,
arbitration….other means of their choice”
• Ex :
Treaty of Amity & Cooperation in Southeast Asia
1976. The Declaration of the GA-UN No 2625 on
Principles of Intl Law concerning friendly relation
& cooperation among states in acc w/ UN Charter
1970
4
Jalur Politik
a. Negosiasi
Merupakan cara paling awal dalam
penyelesaian sengketa, namun perlu ada jalur
diplomatik
Tidak jarang kedudukan para pihak sama
seimbang dan perlu waktu lama untuk realisasi
Ex : UNCLOS 1982 –penggunaan pihak ketiga
: North Sea Continental Shelf Case – negosiasi
dan equitable principle
5
b. Jasa Baik
Merupakan penggunaan pihak ketiga bila negosiasi
gagal , walau bukan menjamin sukses
Ex : Finlandia 2005 – Indonesia v. GAM
c. Mediasi
Ditentukan pihak bersengketa/ masy.internasional/ sukarela. Mediator punya kewenangan dan
mengajukan solusi. Namun keadilan masih belum
mutlak terpenuhi karena posisi negara superior
dan inferior. Bisa NGO,individu, negara, organisasi
Ex : Uni Sovyet dlm Kashmir Case, Pope John Paul II
dalam Beagle Channel Case -Chili v. Argentina
6
d. Inquiry
Digunakan untuk memfasilitasi penyelesaian
sengketa dengan kebenaran fakta, oleh komisi
permanen untuk expert opinion dan mutlak
bila perlu.
Ex :
: Dogger Bank 1904 Soviet v. Inggris
e. Konsiliasi – inquiry & mediasi
f. Penyelesaian melalui PBB
g. Penyelesaian melalui organisasi regional
(ex : ASEAN Charter)
7
Melalui PBB
• Jalur Politik
- Melalui Dewan Keamanan
- Melalui Majelis Umum
• Jalur Mahkamah Internasional
-ICJ
8
Jalur Politik PBB
• Dewan keamanan
– Kaitannya pasal 51 UN Charter
Tidak ada suatu ketentuan dalam Piagam ini yang boleh merugikan hak
perseorangan atau bersama untuk membela diri apabila suatu serangan
bersenjata terjadi terhadap suatu Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa,
sampai Dewan Keamanan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan
untuk memelihara perdamaian serta keamanan internasional. Tindakantindakan yang diambil oleh Anggota-anggota dalam mclaksanakan hak
membela diri ini harus segera dilaporkan kepada Dewan Keamanan dan
dengan cara bagaimanapun tidak dapat mengurangi kekuasaan dan tanggung
jawab Dewan Keamanan menurut Piagam ini untuk pada setiap waktu
mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memelihara atau memulihkan
perdamaian serta keamanan intemasional
9
• Pasal 51
– Self defense
• Armed attack
• instant
• Overwhelming condition
• Leaving no means
• No momment of deliberation
The six day war 1967
– Otoritas dewan keamanan
10
Batasan use of force
• when it impairs the territorial integrity of the
target state;
• when it affects its political independence; or
• when it is otherwise against the purposes of
the United Nations
11
Mengenai intervensi dalam PSI
• Piagam PBB telah mengatur prinsip
kedaulatan negara dan non-intervensi dalam
Pasal 2 (1) yang berbunyi :
“The organization is based on the principle of
the sovereign equality of all the members.”
• Ada pengecualian, jenis intervensi :
– Internal
– Eksternal
– punitive
12
• Pengecualian prinsip non intervensi :
– Intervensi collective yang ditentukan piagam PBB
– Melindungi wn di suatu negara
– Self defence
– Berkaitan dengan negara dominionnya
– Melanggar hukum internasional berat (
humanitarian intervention dan R2P)
13
Humanitarian intervention
• Contoh : Intervensi kemanusiaan di Irak tahun
1991, Somalia tahun 1992 dan Kosovo tahun
1999
• intervensi yang dilakukan oleh komunitas
internasional untuk mengurangi pelanggaran
hak asasi manusia dalam sebuah negara,
walaupun tindakan tersebut melanggar
kedaulatan negara tersebut.
14
R2P
• Responsibility to Protect” adalah sebuah prinsip di dalam hubungan
internasional yang bertujuan untuk mencegah pemusnahan massal,
kejahatan perang, pembersihan etnis dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.
• Prinsip ini menyatakan bahwa setiap negara memiliki tanggung jawab
untuk melindungi (responsibility to protect) rakyatnya dari empat jenis
kejahatan tersebut. Selain itu, komunitas internasional juga mempunyai
tanggung jawab untuk membantu negara –negara dalam memenuhi
tugasnya tersebut. Jika, dengan berbagai sebab, suatu negara tidak
mampu atau tidak memiliki kemauan untuk melindungi rakyatnya, maka
menjadi tanggung jawab komunitas internasional untuk melakukan
intervensi dalam rangka menyelamatkan masyarakat dari pemusnahan
massal dan juga dari berbagai kejahatan kemanusiaan
lainnya
15
• Ada tiga pilar untuk menerapkan “Responsibility to Protect”
1. Tanggung jawab negara untuk melindungi rakyatnya sendiri
dari pemusnahan massal (genocide), kejahatan perang (war
crimes), pembersihan etnis (ethnic cleansing) dan kejahatan
terhadap kemanusiaan (crimes against humanity), dan dari
segala macam tindakan yang mengarah pada jenis - jenis
kejahatan tersebut.
2. Komitmen komunitas internasional untuk membantu negaranegara menjalankan tanggung jawabnya itu .
3. Tanggung jawab setiap negara anggota PBB untuk merespon
secara kolektif, tepat waktu dan tegas ketika suatu negara
gagal memberikan perlindungan yang dimaksud.
16
Jalur Hukum
a. Arbitrase – ILC
“a procedure for the settlement of dispute
between states by a binding award on the basis
of law and as a result of undertaking voluntarily
accepted”
Ada pembentukan badan Permanent Court of
Arbitration (PCA) dan International Center for
Settlement of Investment Dispute (ICSID)
Alasan Arbitrase :
a. Arbitrator dapat dipilih tidak seperti ICJ
b. Ketentuan hukum berlaku mengikat
c. Penyelesaian sengketa hukum
17
b. Pengadilan Internasional
- Permanent Court of International of Justice
(PCIJ) predecessor ICJ.
- International Tribunal for the Law of the Sea
- ICC – Individu
Syarat mengakses di ICJ :
menjadi anggota PBB atau bagi non anggota yang
menjadi pihak dengan rekomendasi DK dan disetujui
Majelis Umum atau bagi non pihak-anggota dengan
mendepositkan deklarasi pengakuan jurisdiksi ICJ dan
menundukkan diri atas ICJ melalui akta special
agreement-klausul pilihan-pengakuan diam diam
18
ICJ
19
Penyelesaian Sengketa Jalur Non Damai
a. Retorsi
tindakan tidak bersahabat sebagai pembalasan
tindakan tidak bersahabat terhadap negara lain. Ex :
pemutusan hubungan diplomatik, penghentian
bantuan ekonomi
b. Reprisal
Tindakan pembalasan dan pemaksa dalam
penyelesaian sengketa dan sifatnya lebih keras
ex : Pemboman pelabuhan Almeria Spanyol 1937 oleh
Jerman atas bombardir kapal Deustchland oleh AU
Spanyol
20
c. Blokade Damai
-Dilakukan untuk memaksa negara yang
diblokade agar memenuhi ganti rugi
- Memiliki tingkatan di atas reprisal namun di
bawah perang
d. Embargo
merupakan larangan ekspor barang ke negara
yang dikenai embargo, namun kurang efektif
dibanding reprisal dan blokade damai
21
e. Perang
- Ada pembagian sebelum dan sesudah Hukum
Humaniter Internasional
- Ditujukan menaklukkan negara lawan
sehingga negara yang kalah tidak mempunyai
alternatif dalam menerima syarat
Awal perkembangan : Grotius use of force – just cause,
abad 17-18 konsep self defence, 1928- larangan perang
oleh Kellog Brian Pact
Perkembangan lanjutan : keberadaan hukum humaniter
internasional dalam The Haque Laws of War on Means
and Method of Warfare dan The Geneva Convention on
victim protection of armed conflict
22
Download