BAB II 26072012

advertisement
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA
2.1
Geografis, Kondisi Fisik dan Administrasi
A. Geografis
Letak geografis Kabupaten Bangka Barat di antara : 105 o 00’ – 106o 00’ BT
dan 01o 00’ – 02o 10’ LS, dengan batas wilayah:
-
sebelah utara
:
Laut Natuna;
-
sebelah timur
:
Kabupaten Bangka;
-
sebelah selatan
:
Selat Bangka dan Kabupaten Bangka; dan
-
sebelah barat
:
Selat Bangka.
Kondisi topografi dan morfologi di Kabupaten Bangka Barat sangat
bervariasi. Puncak tertinggi di Bangka Barat adalah Gunung Menumbing di
Kec. Muntok dengan ketinggian sekitar 445 meter di atas permukaan laut
(dpl). Bukit-bukit lainnya yang relatif lebih rendah dari Gunung Menumbing
tersebut, namun merupakan puncak relatif bagi area di sekitarnya, antara
lain adalah Bukit Kelumpang, Bukit Kukus (Kec.Muntok), Bukit Mayang, Bukit
Penyabung (Kecamatan Simpangteritip), Bukit Kebon Kapit, Bukit Pasukan,
Bukit
Penyabung,
Sinar
Kelabat
(Kecamatan
Jebus),
Bukit
Galang
(Kecamatan Kelapa), dan Bukit Telimpuk (Kecamatan Tempilang), yang
ketinggiannya bervariasi antara 150 m sampai 200 meter. Lebih jelasnya
mengenai topografi Kabupaten Bangka Barat dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 2.1 Peta Rawan Bencana
Peta
Gambar 2.2 Peta Topografi
Lahan dengan ketinggian 0 - 25 meter dpl adalah yang paling dominan,
sehingga menunjukkan “seolah” ada lahan rendah yang memisahkan antara
wilayah Kecamatan Jebus dengan wilayah lainnya di Bangka Barat. Bagian
lahan rendah tersebut adalah persambungan antara kompleks Sungai
Kampak dan kompleks Sungai Antan. Pada bagian wilayah yang menghadap
ke Laut Natuna cenderung lebih curam/melandai, seperti di bagian utara
Kec. Muntok, Kec. Simpangteritip, dan di bagian barat hingga utara
Kecamatan Parittiga, yang ditandai oleh lebih dekatnya garis kontur 25
meter ke pesisir. Sementara pada bagian wilayah yang menghadap ke Selat
Bangka dan Teluk Kelabat cenderung lebih datar, dengan posisi garis kontur
25 meter relatif lebih jauh dari garis pantai.
B. Kondisi Fisik
 Iklim
Kabupaten Bangka Barat memiliki iklim tropis tipe A dengan variasi curah
hujan antara 11,8 hingga 370,3 mm per bulan. Untuk tahun 2009, dengan
curah hujan terendah pada bulan September.
Suhu rata-rata berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika
Pangkalpinang menunjukan variasi antara 25,7 hingga 29,0 derajat Celcius.
Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 66,0% hingga 83,6% pada
tahun 2009 (Sumber: Bangka Barat Dalam Angka, 2010).
 Hidrologi
Pola hidrologi yang diidentifikasi terdiri dari Daerah Aliran Sungai (DAS),
kolong, dan rawa. Beberapa diantaranya merupakan potensi air baku di
Kabupaten Bangka barat.
Potensi air baku untuk air permukaan di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari
beberapa jenis sumber diantaranya adalah sebagai berikut:

Sungai Kampak, yang mengalir di Kecamatan Jebus dengan lebar sungai
rata-rata 34 m, memiliki debit minimum sebesar + 54,4 m3/detik dan
debit maksimum sebesar + 163,2 m3/detik;

Sungai Biat, Angle Besar dan Angle Kecil terdapat di Tanjung Ular. Sungai
ini mengalir di Kecamatan Muntok dan bermuara ke laut;

Sungai Babi/Sungai Daeng, tadinya merupakan sumber air PDAM Muntok.
Tetapi seiring dengan eksploitasi timah secara besar-besaran di
sekitarnya, maka sungai ini tercemar oleh tailing tambang timah. Lebar
sungai rata-rata adalah 3-5 m, dengan kedalaman air yang sudah sangat
kecil akibat dampak dari sedimentasi sehingga terjadi pendangkalan dan
debit airnya pun sulit terukur.

Sungai Muntok, sungai ini mengalir di Kecamatan Muntok dan bermuara
ke laut dengan lebar sungai rata-rata sebesar 5 m dan debit rata-rata 60
m3/detik. Sungai ini diharapkan ke depannya menjadi sumber air untuk
kawasan permukiman yang akan dikembangkan di Kecamatan Muntok.
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Bangka Barat
NO
KECAMA
SUNGAI
TAN
1
MUNTOK
Sungai
Menjelang,Sungai
Sukal,Sungai
Menduyung,Sungai Pelangas
2
JEBUS
Sungai Kampa,Sungai Buluh,Sungai Kapit
3
KELAPA
Sungai
Pelawan,
Penyampak,Sungai
Sungai
Menduran,Sugai
Mangkong,
Sungai
Bendir,Sungai Selan,Sungai Kayu Arang
Selain sungai, badan air yang merupakan air permukaan yang banyak
terdapat di Kabupaten Bangka Barat adalah air kolong, yaitu air yang
tertampung dalam lubang bekas galian tambang timah. Sejumlah kolong
yang ada, antara lain adalah Kolong Terabek, Kolong Berang, Kolong Sekar
Biru, Kolong Parit III, Kolong Ketap, Kolong Hijau/Alang, Kolong Panca.
Selain itu juga terdapat rawa-rawa yang merupakan tampungan air
permukaan.

Kolong Terabek, terdapat di Kecamatan Muntok. Kolong ini memiliki luas
15.907 m2 dan kedalaman sebesar 5 m, sehingga dapat menampung
volume air maksimal sebanyak 79.535 m3.

Kolong Berang, terdapat di Kecamatan Simpangteritip. Kolong ini
memiliki luas 13.560 m2 dan kedalaman sebesar 3 m, sehingga dapat
menampung volume air maksimal sebanyak 40.680 m3.

Kolong Sekar Biru, terdapat di Desa Sekar Biru Kecamatan Jebus. Luas
kolong ini adalah 2.570 m2 dengan kedalaman sebesar 5 m, sehingga
dapat menampung volume air maksimal sebanyak 12.850 m3.

Kolong Parit III, terdapat di Kecamatan Parittiga. Kolong ini memiliki luas
4.250 m2 dan kedalaman sebesar 5 m, sehingga dapat menampung
volume air maksimal sebanyak 21.250 m3.

Kolong Ketap, terdapat di Kecamatan Jebus. Luas kolong ini adalah
16.600 m2 dan kedalaman sebesar 10 m, sehingga dapat menampung
volume air maksimal sebanyak 166.000 m3.

Kolong Hijau/Alang, terdapat di Kecamatan Tempilang. Kolong ini
memiliki luas 14.868 m2 dengan kedalaman sebesar 5 m, sehingga dapat
menampung volume air maksimal sebanyak 74.340 m3.

Kolong Panca, terdapat di Kecamatan Tempilang. Luas kolong ini adalah
15.964 m2 dan kedalamannya sebesar 5 m, sehingga dapat menampung
volume air maksimal sebanyak 79.820 m3.
 Geologi
Sebaran karakter geologi di Kabupaten Bangka Barat didasarkan pada batuan
penyusunnya diperlihatkan pada Gambar 1.7. Jenis batuan di Kabupaten
Bangka Barat terdiri dari batuan Aluvial, batuan Bintan, batuan Filit, batuan
Formasi Bintan, dan batuan Granit.
Adapun sebaran batuan-batuan Aluvial, Bintan, Filit, Formasi Binan, dan
Granit di Kabupaten Bangka Barat adalah :

Batuan Granit, terdapat di bagian utara kecamatan Jebus, bagian tengah
kecamatan Muntok dan kecamatan Simpangteritip, serta di perbatasan
kecamatan Kelapa dengan kecamatan Tempilang. Batuan granit ini
merupakan batuan beku atau malihan (igneous or metamorphic rocks).
Batuan ini umumnya mempunyai potensi dan prospek air tanah sangat
rendah,

Batuan Aluvial, terdapat di bagian selatan kecamatan Muntok, bagian
selatan dan bagian timur kecamatan Jebus, bagian utara dan selatan
kecamatan Simpangteritip yang bersambung ke kecamatan Tempilang
dan bagian selatan kecamatan Kelapa. Batuan aluvial ini merupakan
sedimen lepas atau setengah padu seperti kerikil, pasir, lanau, lempung
(loose or semi-consolidated sediment : gravel, sand, silt, clay). Sebaran
jenis batuan aluvial ini terdapat pada catchment area Sungai Kampak,
Sungai Jering/Mancung, Sungai Menduyung, dan Sungai Sukal. Batuan ini
mempunyai potensi dan prospek air tanah sedang,

Batuan Bintan, tersebar di bagian timur Kabupaten Bangka Barat, yaiu
bagian timur kecamatan Jebus, bagian timur kecamatan Kelapa, dan
bagian timur kecamatan Tempilang,

Batuan Filit, tedapat di bagian selatan kecamatan Jebus, bagian timur
kecamatan Kelapa,

Batuan Formasi Bintan, terdapat di bagian barat dan tengah Kabupaten
Bangka Barat, yaitu di kecamatan Muntok, Simpangteritip dan kecamatan
Kelapa dan dibagian selatan kecamatan Tempilang. Batuan formasi
Bintan, batuan Bintan, dan batuan filit, cenderung merupaka sedimen
padu tak terbedakan, dengan potensi dan prospek air tanah rendah.
 Jenis Tanah
Jenis tanah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesesuaian lahan
untuk budidaya pertanian maupun non-pertanian yang akan dikembangkan.
Pengenalan terhadap karakteristik dan sebaran jenis tanah sangat penting
terkait dengan upaya pemanfaatan sumber daya tanah / lahan di Kabupaten
Bangka Barat.
Jenis tanah Kabupaten Bangka Barat yang terletak di ujung barat Pulau
Bangka didominasi oleh jenis tanah asosiasi podsolik coklat kekuning-
kuningan dengan bentuk wilayah berombak dan bergelombang. Kondisi tanah
di Kabupaten Bangka Barat mempunyai pH rata-rata di bawah 5, yang
didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti
pasir kwarsa, kaolin, batu gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan tanah
di Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut (Sumber : Bangka Barat
Dalam Angka, 2010) :
-
4% berbukit, seperti Gunung Menumbing, dengan jenis tanahnya adalah
komplek podsolik coklat kekuning-kuningan dan litosol berasal dari batu
plutonik masam.
-
51% berombak dan bergelombang dengan jenis tanah asosiasi podsolik
coklat kekuning-kuningan, dengan bahan induk komplek batu pasir
kwarsit dan batuan plutonik masam.
Gambar 2.4 Peta Geologi
20 % lembah/datar sampai berombak dengan
Peta
jenis tanah asosiasi podsolik, bersal dari komplek batu pasir dan kwarsit.
-
25 % rawa dan bencah/datar dengan jenis tanah asosiasi alluvial
hedromotif dan Glei humus serta regosol kelabu muda, berasal dari
endapan pasir dan tanah liat.
 Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan perbandingan
relatif antara partikel-partikel tanah pasir, tanah liat dan debu. Tingkat
kehalusan partikel tanah adalah tekstur halus, sedang, dan kasar.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, tekstur tanah di Kabupaten Bangka Barat
didominasi oleh tekstur sedang.
 Pertambangan dan Galian
Wilayah Kabupaten Bangka Barat memiliki beberapa lokasi tambang yang
berkembang.
Bahan galian yang paling banyak dieksploitir adalah timah
yang pengelolaannya selain oleh pemerintah juga dilakukan oleh penduduk
setempat dan swasta dengan jumlah terbatas sesuai dengan IUP (Ijin Usaha
Pertambangan).
Pada Tahun 2009, produksi bijih timah dan logam timah di Kabupaten
Bangka Barat mengalami peningkatan. produksi bijih timah sebesar
13.966,200 Ton dan logam timah sebesar 15.674,757 Ton.
 Laut dan Pesisir
Terkait dengan letak wilayah Kabupaten Bangka Barat yang “dikelilingi” oleh
laut, kecuali sebagian wilayah di bagian timur, maka garis pantai di
Kabupaten Bangka Barat mulai dari Kecamatan Kelapa di Teluk Kelabat terus
ke utara ke Laut Natuna kemudian ke Selat Bangka sampai kecamatan
Tempilang di bagian selatan, mempunyai panjang garis pantai sepanjang
278,75 km.
Dengan acuan bahwa wilayah laut kewenangan (WLK) adalah 4 mil laut dari
garis pantai terluar, yaitu yang menghadap ke Laut Natuna dan Selat
Bangka, dan relatif berbagi dengan Kabupaten Bangka di Teluk Kelabat,
maka secara garis besar luas wilayah laut kewenangan Kabupaten Bangka
Barat dengan basis di Pulau Induk Pulau Bangka adalah sekitar 201.868,15
Ha, dengan rincian masing-masing:
-
di Laut Natuna
: 109.194,93 Ha,
-
di Selat Bangka
: 69.423,041 Ha, dan
-
di Teluk Kelabat
: 23.250,181 Ha.
Pada wilayah laut kewenangan ini terdapat sejumlah pulau-pulau kecil,
beting karang, maupun timbulan pasir. Keadaan ini mempunyai peluang bagi
adanya gejala dinamika alam berupa munculnya pulau-pulau atau daratan
baru di masa datang, ataupun peluang hilangnya bentuk-bentuk alam
tersebut. Ekosistem pesisir Kab. Bangka Barat dapat diidentifikasikan atas 3
karakter utama ekosistem pesisir, yaitu estuaria (muara sungai), hutan
bakau, dan pantai berpasir, baik yang relatif berdiiri sendiri atau masingmasing maupun yang membentuk perpaduan di antara ketiganya. Pada
ekosistem estuaria dan hutan bakau, cenderung dominan fungsi lindung,
sementara pada ekosistem pantai berpasir cenderung potensial sebagai
objek wisata alam.
Pada wilayah laut kewenangan ini juga terdapat areal kuasa pertambangan
timah, seperti dikemukakan pada uraian mengenai status lahan. Dengan
demikian maka pemanfaatan wilayah laut kewenangan tersebut selain
kegiatan perikanan dan pariwisata, juga terdapat kegiatan penambangan
timah lepas pantai (off-shore).
 Penggunaan Lahan
Untuk memperoleh angka luas masing-masing jenis penggunaan lahan
menurut kecamatan terlebih dahulu perlu dikemukakan bahwa sesuai
dengan prinsip penghitungan luas wilayah, maka perhitungan berdasarkan
pembacaan secara digital berturut-turut dilakukan:
- Tahap 1 : membaca dan menghitung luas penggunaan lahan yang terletak
di daratan pulau utama, yaitu Pulau Bangka (mainland),
- Tahap 2 : membaca dan menghitung luas penggunaan lahan yang terletak
di daratan pulau-pulau kecil,
- Tahap 3 : penghitungan total untuk wilayah Kabupaten Bangka Barat yang
merupakan penjumlahan dari luas daratan pulau utama dan
daratan di pulau-pulau kecil. Angka sebaran penggunaan lahan
inilah yang dijadikan acuan sebagai sebaran luas penggunaan
lahan wilayah Kabupaten Bangka Barat.
C. Administratif
Kabupaten Bangka Barat terdiri atas 6 (enam) kecamatan, yaitu: Muntok,
Simpangteritip, Kelapa, Jebus, Parittiga, dan Tempilang. Luas wilayah
daratan berdasarkan RPJP Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.979,71
km2, atau 297.971 Ha; dan wilayah laut kewenangan sekitar 1.541,29 km 2
atau 154.129 Ha (yaitu selebar 4 mil-laut dari garis / batas terluar pantai).
Sementara berdasarkan data dari BPS luas wilayah Kabupaten Bangka Barat
adalah sekitar 2.820,61 km 2 atau 282.061 Ha. Dengan acuan peta digital
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dipakai dalam penyusunan RTRW
Kabupaten Bangka Barat ini, diperoleh perhitungan luas wilayah secara
digitasi yaitu 2.855,3346 km 2 atau 285.533,46 Ha, dan luas wilayah laut
kewenangan 2.018,6815 km 2 atau 201.868,15 Ha. Pada Tabel 2.2
dikemukakan pembandingan luas wilayah Kabupaten Bangka Barat menurut
ketiga versi tersebut.
Tabel 2.2
Perbandingan Luas Dari Berbagai Sumber
Untuk Wilayah Kabupaten Bangka Barat
Luas Wilayah (km2)
Jumlah Kelurahan/Desa
Kecamatan
BPS(1
RPJP
(2
RTRW (3
1
Muntok
464,00
376,73
363,72
3 Kelurahan dan 4 Desa
2
Simpangteritip
626,47
758,18
781,12
13 Desa
3
Kelapa
601,17
618,28
611,16
1 Kelurahan dan 13 Desa
Jebus dan
21 Desa
4
Parittiga
730,11
706,58
706,19
5
Tempilang
398,86
431,41
393,14
Kab. Bangka Barat
2.820,61
2.891,18
2.855,33
(1
Luas menurut BPS diperoleh dari Bangka Barat Dalam Angka, 2010
(2
RPJP Kabupaten Bangka Barat 2005-2025. Pemkab Bangka Barat
(3
Luas menurut RTRW diperoleh dari proses digitasi berdasarkan Peta
digitasi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
9 Desa
Gambar 2.5 Peta Batas Administrasi
Peta
2.2
Demografi
Tabel 2.3
Perhitungan Luas Wilayah Kabupaten Bangka Barat
Di Pulau Utama (P. Bangka) Dan Pulau Pulau Kecil
Di Pulau
Utama
No
Kecamatan
(P.
Bangka)
(Ha)
1
Muntok
36.372,14 -
2
Simpangteritip
78.109,15
3
Kelapa
4
Pulau pulau
Kecil
(Ha)
Pasir Laut
WLK
Total Luas
dan
(Wilayah
Daratan
Beting
Laut
(Ha)
Karang
Kewenangan)
(Ha)
(Ha)
36.372,14
951,53
62.368,56
3,07
78.112,22
3.806,57
52.631,22
61.110,40
6,04
61.116,44
691,46
4.956,27
Jebus
38.111,15
22,12
38133.27
824.97
31.072,00
5
Parittiga
32.445,36
40,18
32485.54
2474.93
31.882,00
6
Tempilang
39.307,34
6,51
39.313,85
351,74
18.958,11
Kab. Bangka Barat
285.455,54
77,92 285.533,46
9.101,21
201.868,15
Sumber : Perhitungan secara digitasi pada Peta Wilayah Kab. Bangka Barat berdasarkan peta Digitasi Prov. Kep.
Bangka Belitung
Perhitungan luas wilayah dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bangka Barat
ini meliputi luas daratan di Pulau Utama (mainland) Pulau Bangka dan PulauPulau Kecil yang termasuk dalam wilayah administrasi. Rincian tentang luas
wilayah dimaksud dikemukakan pada Tabel 2.2. Dalam Tabel 2.2 juga
dikemukakan luas Wilayah Laut Kewenangan (WLK), dan luas pasir laut dan
beting karang pada perairan/laut di wilayah Kabupaten Bangka Barat. Untuk
menggambarkan indikasi delineasi wilayah laut kewenangan tersebut dapat
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bangka Barat selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya, berdasarkan data dari Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Barat jumlah penduduk pada tahun
2011 mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan dengan tahun 2010.
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Bangka Barat sebanyak
178.801 jiwa dan pada tahun 2011 menjadi 189.526 jiwa, dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 97.887 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
91.639 jiwa.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk per Kecamatan
di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011
NO
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
1.
Muntok
50.188
2.
Simpangteritip
27.282
3.
Jebus
19.772
4.
Kelapa
32.714
5.
Tempilang
26.679
6.
Parittiga
32.891
JUMLAH
189.526
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Barat
2.3
Keuangan dan Pemerintah Daerah
Perekonomian merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan
indikator
kesejahteraan
penduduk.
Perekonomian
yang
mengalami
pertumbuhan, walaupun pertumbuhan tersebut tidak terlalu signifikan
setiap tahunnya, akan memberikan sumbangan penting dan
berdampak
positif pada peningkatan penghasilan dan peningkatan daya beli masyarakat.
Artinya bila perekonomian semakin berkembang, maka terbuka peluang bagi
masyarakat untuk memperoleh penghasilan melalui peran sertanya dalam
aktivitas ekonomi di daerah tersebut.
Namun demikian perekonomian regional memiliki kaitan erat dengan
perkembangan ekonomi nasional bahkan situasi perkembangan ekonomi
secara global. Perubahan atau krisis ekonomi yang terjadi di negara tertentu
akan berdampak pada ekonomi regional. Dalam perspektif ini, maka
pendapatan masyarakat di tingkat regional dapat dipengaruhi oleh keadaan
ekonomi nasional atau negara lainnya.
Kondisi ekonomi daerah secara umum dapat digambarkan oleh angka Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) karena PDRB menggambarkan nilai tambah
bruto/nilai output akhir yang dihasilkan melalui produksi barang dan jasa
oleh unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu.
Perkembangan kondisi umum ekonomi Kabupaten Bangka Barat yang
merupakan gambaran kinerja makro dari penyelenggaraan pemerintahan
dan pelaksanaan pembangunan menunjukkan perkembangan yang positif,
meskipun
pada
kenyataannya
perkembangan
kondisi
nasional
tetap
memberikan warna dalam menyertai dinamika perkembangan kondisi
ekonomi pada daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan bila
terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil produksi barang dan jasa pada
periode tertentu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi daerah tercermin
melalui pertumbuhan angka PDRB yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa
tabungan domestik, tenaga kerja, teknologi, dan sebagainya. Sedangkan
faktor eksternal dapat berupa investasi dari luar daerah dan impor, serta
ekspor ke luar daerah.
Sektor-sektor unggulan daerah yang memberikan konstribusi besar terhadap
PDRB Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut:
1) Industri Pengolahan;
2) Pertambangan dan Penggalian;
3) Perdagangan, Hotel dan Restoran;
4) Pertanian;
5) Bangunan/konstruksi.
A. PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Sampai saat ini pertumbuhan
ekonomi masih dipakai untuk memantau perbaikan ekonomi suatu daerah.
Pertumbuhan ekonomi dilihat dari nilai PDRB ADHK yaitu seluruh nilai
tambah yang ada di suatu wilayah dibandingkan dengan harga pada tahun
dasar (tahun dasar 2000) atau dengan kata lain menghilangkan faktor
inflasinya, sehingga pertumbuhan yang terjadi merupakan pertumbuhan riil
perekonomian yang dapat menggambarkan peningkatan produksi secara
makro.
Gambar 2.6
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bangka Barat
Tahun 2005 – 2010 (%)
Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 mengalami peningkatan jika
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tumbuh sebesar 5,34 persen. Hal ini
dipicu adanya pertumbuhan ekonomi tahun 2010 pada sektor listrik, gas,
dan air bersih yaitu tumbuh sebesar 16,13 persen lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 6,95 persen.
B. STRUKTUR EKONOMI
Struktur ekonomi merupakan alat yang dapat digunakan untuk melihat
seberapa jauh program dari kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan
berimbas terhadap perekonomian masyarakat. Disamping itu juga dapat
melihat kekuatan ekonomi dari suatu wilayah dan sektor apa saja yang
menjadi tiang kekuatan ekonomi daerah yang bersangkutan. Besaran
pengaruh suatu sektor sebagai arah kebijakan baik ekstern maupun intern
dan kemampuan daya dukung dalam peningkatan nilai tambah bruto.
Pada tahun 2010, penyumbang terbesar nilai PDRB Bangka Barat adalah
sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air, dan
sektor bangunan) yakni sebesar 53,04 persen. sedangkan selanjutnya sektor
primer (sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian) sebesar
26,38 persen dan sisanya sebesar 20,58 persen adalah sektor tersier (sektor
perdagangan, hotel & restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa) (data
PDRB Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 hingga Laporan ini disusun masih
diolah oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Barat).
Gambar 2.7
Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Bangka Barat
Tahun 2010 (%)
Tabel 2.13
PDRB Kabupaten Bangka Barat Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (2007 – 2010)
PDRB KABUPATEN BANGKA BARAT
ATAS DASAR HARGA BERLAKU
LAPANGAN USAHA
MENURUT LAPANGAN USAHA
(PERSENTASE)
2007
2008r)
2009*)
2010**)
PERTANIAN
13.18
12.46
12.57
12.98
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
14.53
13.66
13.59
13.40
INDUSTRI PENGOLAHAN
50.01
51.43
50.16
48.57
LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
0.26
0.23
0.23
0.26
BANGUNAN
3.30
3.47
3.73
4.20
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN
12.86
12.90
13.38
13.75
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
0.92
0.85
0.83
0.86
1.10
0.97
1.03
1.06
3.83
4.04
4.47
4.91
KEUANGAN,PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN
JASA-JASA
Ket.
r)
: Angka revisit
*) : Angka Sementara
**) : Angka Sangat Sementara
C. PDRB PERKAPITA DAN PENDAPATAN PERKAPITA
Untuk mengukur tingkat pendapatan masyarakat, indikator yang dapat
digunakan adalah PDRB per kapita. PDRB per kapita dapat diperoleh dari
total PDRB di suatu wilayah tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dalam
kurun waktu tertentu (satu tahun). Perkembangan PDRB perkapita selama
lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, PDRB
perkapita Kabupaten Bangka Barat mencapai 34.192.335,65 rupiah.
Gambar 2.8
Data Pendapatan Perkapita Kabupaten Bangka Barat
Tahun 2005 – 2010
Sumber: BPS Kabupaten Bangka Barat tahun 2010
Demikian juga dengan Pendapatan perkapita, Kabupaten ini juga mengalami
peningkatan dari tahun 2005-2010, pada tahun 2005 pendapatan perkapita
sebesar 19.982.709 rupiah kemudian pada tahun 2010 meningkat sebesar
29.699.521,45 rupiah.
Tabel 2.14
PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi (PE)
Kabupaten Bangka Barat Tahun 2007 – 2010
NO
TAHUN
PDRB
PDRB
ADHB *)
ADHK**)
(JUTAAN RP)
(JUTAAN RP)
PE
(%)
1.
2007
4.146.112
2.302.982
4,92
2.
2008r)
5.084.543
2.417.545
4,97
3.
2009*)
5.418.341
2.511.697
3,89
4.
2010**)
6.005.268
2.645.872
5,34
Ket. : * ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku Non Migas
** ADHK = Atas Dasar Harga Konstan Non Migas
2.4
Tata Ruang Wilayah
Dengan mengacu kepada Pasal 3 UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang,
maka tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berdasarkan
Wawasan Nusantara
dan
Ketahanan
Nasional.
Tujuan
perwujudan
tersebut diterjemahkan lebih lanjut dengan:
a. Terwujudnya
keharmonisan
antara
lingkungan
alam
dan
lingkungan buatan;
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia;
c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Secara lebih operasional dalam Pasal 2 PP No.26/2008 tentang RTRWN
dikemukakan bahwa penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk
mewujudkan:
a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan;
b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
c. Keterpaduan
perencanaan
tata
ruang
wilayah
ruang
darat,
ruang
nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota;
d. Keterpaduan
ruang
pemanfaatan
laut,
dan
udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional,
provinsi, dan
fungsi
ruang
kabupaten/kota
dalam
dan pencegahan
rangka
dampak
perlindungan
negatif
terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
f. Pemanfaatan sumber daya alam
secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat;
g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;
h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi
nasional.
Berdasarkan kedua penetapan di atas, sesuai dengan kewenangan
pada tingkat kabupaten, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten
Bangka Barat adalah:
“Mewujudkan Kabupaten Bangka Barat Sebagai Kabupaten yang
Berbasis Pertambangan, Industri, Pariwisata, Pertanian, Kelautan
dan Perikanan dengan Azas Keseimbangan Lingkungan”
A. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Penataan
ruang
diarahkan
untuk
perwujudan
keseimbangan
perkembangan di seluruh bagian wilayah kabupaten, meskipun ada
penekanan prioritas pengembangan pada kawasan-kawasan potensial
yang diharapkan berdampak luas secara ekonomi pada wilayah secara
keseluruhan (spread effect). Juga pada kawasan strategis secara lokasi
untuk meningkatkan pelayanan umum.
1. Kebijakan Peningkatan Kualitas Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah dengan cara sebagai
berikut:
Mengembangkan prasarana dan sarana yang sesuai dengan
fungsi dan hierarki pada pusat-pusat pelayanan;
Mengembangkan
transportasi,
jangkauan
jaringan
prasarana
energi, telekomunikasi, sumber daya air yang
merata di seluruh wilayah;
Meningkatkan
keterkaitan
antarpusat
akses
luar
dengan
kawasan
perdesaan;
Meningkatkan
dari
wilayah
yang
terkait
dengan wilayah Kabupaten Bangka Barat; dan
Mengembangkan
pusat-pusat
baru
mendukung perkembangan wilayah.
yang
strategis
bagi
2. Kebijakan Peningkatan Kualitas Jaringan Prasarana
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah dengan cara sebagai
berikut:
Meningkatkan
jaringan
prasarana
transportasi
dan
keterpaduan pelayanan transportasi jalan raya, tansportasi
penyeberangan, dan transportasi laut;
Meningkatkan
jaringan
prasarana
energi
listrik
dengan
mengembangkan pembangkit serta jaringan transmisi dan
distribusi;
Mendorong
pengembangan
prasarana
telekomunikasi
yang
dapat menjangkau seluruh wilayah; dan
Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan sistem jaringan
sumber daya air.
3. Kebijakan Peningkatan Kualitas Lingkungan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah dengan cara sebagai
berikut:
Menetapkan kawasan lindung dan/atau fungsi perlindungan
di
ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi;
Meningkatkan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan
fungsi perlindungannya;
Memelihara
ekosistem,
kelestarian
lingkungan
keanekaragaman
hayati,
hidup,
fungsi
keseimbangan
perlindungan
kawasan, dan keunikan bentang alam;
Mengeluarkan secara bertahap bentuk-bentuk kegiatan yang
berada di dalam kawasan lindung yang tidak sesuai dengan
fungsi
perlindungan
dan/atau
dapat
merusak
fungsi
perlindungan kawasan lindung;
Mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;
Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat
dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di
sekitar kawasan yang berfungsi lindung; dan
Menetapkan kawasan strategis yang berfungsi lindung.
4. Kebijakan Peningkatan Produktifitas Kawasan Pertambangan,
Industri, Pariwisata, Pertanian, Kelautan dan Perikanan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah dengan cara sebagai
berikut:
Memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang
berada di luar kawasan lindung menjadi kawasan budidaya
sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya;
Mengembangkan
dan
meningkatkan
produktif, efisien, dan
fungsi
mampu bersaing
kawasan
dengan
yang
wilayah
tetangga;
Mengembangkan
kegiatan budidaya unggulan pada sektor
pertanian, kelauatan, pariwisata, pertambangan, dan industri
untuk mendorong pengembangan perekonomian wilayah;
Meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan
usaha- usaha intensifikasi dan diversifikasi tanaman;
Mengembangkan pusat dan/atau kawasan strategis dengan
kegiatan dan fungsi ekonomi yang memanfaatkan posisi atau
letak strategis wilayah/kawasan dalam lingkup ekonomi wilayah
yang lebih luas, khususnya pada sektor pertanian, kelautan,
pertambangan, pariwisata, dan insustri; dan
Meningkatkan
dan
mengembangkan
prasarana
penunjang
kegiatan ekonomi pada kawasan strategis tersebut.
B. Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten tersusun atas konstelasi
pusat-pusat
kegiatan
yang
berhierarki
satu
sama
lain
yang
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten. Sistem
perkotaan wilayah kabupaten meliputi susunan hierarki perkotaan yang
terdiri atas :
Tabel 2.15
Pusat-Pusat Kegiatan Kabupaten Bangka Barat
No
Nama Kab/Kota/Kec/Kel/Des
Susunan Hirarki Perkotaan
1
Kota Muntok
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
2
Kota Kelapa
Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
3
Kota Parittiga
Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp)
4
Simpangteritip,
Air
Putih,
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Jebus, Tempilang, Tanjung
Ru, dan Ibul
5
Air Nyatoh, Kundi, Rukam,
Pusat Pelayanan Lokal (PPL)
Kapit, Cupat, Kacung, Pusuk,
Kayu Arang, Penyampak, dan
Sangku
2. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten terdiri atas :
a. Sistem jaringan transportasi;
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud terdiri atas :

sistem jaringan transportasi darat;

sistem jaringan transportasi laut; dan

sistem jaringan transportasi udara
b. Sistem jaringan energi;
Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud terdiri atas:

pembangkit tenaga listrik
Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik, terdiri atas:
1. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Batu
Rakit Tanjung Kelian;
2. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di
Teluk Menggris, Teluk Penumpak dan Pantai Tanah Merah di
Kelurahan Tanjung dan Desa Air Putih Kecamatan Muntok;
dan
3. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di
Kecamatan Muntok

jaringan transmisi tenaga listrik
Rencana
pengembangan
diprioritaskan
pada
jaringan
Kecamatan
transmisi
tenaga
Muntok,
Simpang
listrik
Ibul
(Kecamatan Simpangteritip) dan kawasan permukiman di sekitar
kawasan industri
3. Sistem jaringan telekomunikasi;
Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas:

jaringan terestrial;
Jaringan terestrial akan dikembangkan secara tersebar hingga ke
desa-desa di Kabupaten Bangka Barat

jaringan seluler.
Jaringan seluler akan dikembangkan di seluruh kecamatan, yaitu
melalui perluasan jaringan telepon seluler dengan penambahan
Base Tranceiver Station (BTS) kurang lebih 54 unit secara
tersebar
4. sistem jaringan sumberdaya air;
Sistem jaringan sumberdaya air terdiri atas

sistem wilayah sungai;
Sistem wilayah sungai meliputi pengelolaan Wilayah Sungai
Perimping yang merupakan sungai lintas antar kabupaten

sistem jaringan irigasi;
Sistem jaringan irigasi meliputi peningkatan, rehabilitasi, serta
operasi dan pemeliharaan daerah irigasi (DI) untuk mendukung
perlindungan
lahan
pertanian
ketahanan pangan, pada:
- DI Sungai Dua;
- DI Jebus;
- DI Pancur; dan
pangan
berkelanjutan
dan
- DI Penyampak
5. Sistem pengelolaan air baku;
Sistem pengelolaan air baku meliputi pemanfaatan sumber-sumber air
baku permukiman dan air tanah didukung oleh pembangunan,
rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan air baku, dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku
untuk air minum bagi masyarakat di seluruh wilayah kabupaten, baik
yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Pemanfaatan air tanah sebagai air baku dilakukan secara terbatas,
dengan
memperhatikan
keperluan
konservasi
dan
pencegahan
kerusakan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

sistem pengelolaan banjir
Sistem pengendalian banjir meliputi pembangunan, rehabilitasi
serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan pengendali
banjir, didukung oleh upaya-upaya non-struktural, seperti early
warning system, dan pembuatan peta daerah banjir beserta
upaya pengendaliannya.

sistem pengamanan pantai
Sistem pengamanan pantai meliputi rehabilitasi serta operasi
dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengamanan pantai,
seperti bangunan pemecah gelombang, dan konservasi hutan
bakau.
6. Sistem jaringan prasarana lingkungan
Sistem jaringan prasarana lingkungan terdiri atas:

Sistem pengelolaan sampah;
Rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah terdiri atas:
- pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Desa Air Belo
terutama
untuk
Simpangteritip; dan
melayani
Kecamatan
Muntok
dan
- pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) skala pelayanan
kecamatan setempat di Kecamatan Parittiga, Kecamatan
Kelapa, dan Kecamatan Tempilang

Sistem pengelolaan limbah
Rencana pengembangan sistem pengelolaan limbah terdiri atas:
- pengembangan septik tank dengan sistem individual untuk
pengelolaan air limbah rumah tangga;
- pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) untuk
kawasan perumahan baru, terutama yang berupa kompleks
perumahan terencana di kawasan perkotaan; dan
- pengembangan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
untuk kawasan industri yang dibuat oleh masing-masing
industri dengan pengawasan Pemerintah

Sistem drainase
Rencana pengembangan sistem drainase terdiri atas:
- peningkatan kapasitas sistem drainase dan pengembangan
kolam retensi untuk menampung air hujan di Kecamatan
Muntok; dan
- pemanfaatan keberadaan kolong untuk pengembangan kolam
retensi di wilayah-wilayah pedalaman
7. Sistem jaringan prasarana lainnya
Sistem jaringan prasarana lainnya berupa pengembangan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Teluk
Rubia Kelurahan Tanjung.
Gambar 2.9
Peta Rencana Struktur Ruang
C. Pola Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Rencana pola ruang wilayah kabupaten, terdiri atas:
A. Kawasan lindung
Kawasan Lindung terdiri atas:

Kawasan hutan lindung;
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud terdapat
di pulau utama/induk Pulau Bangka yang tersebar di
seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 15.560 (lima
belas ribu lima ratus enam puluh) hektar, terdiri atas:
- HLP Jenu Muntok Tanjung Punai, HLP Jenu Muntok
Tj.Ular I, dan HLP Jenu Muntok Tj. Ular II, terdapat di
Kecamatan Muntok;
- HLP Air Nyatoh/S.Kampak, dan sebagian HLP Jenu
Muntok
Tj.Ular
I,
terdapat
di
Kecamatan
Simpangteritip;
- Sebagian HLP Jering Menduyung, sebagian HLP Jebu
Antan, dan HL di tepi Sungai Semubur, Hutan Lindung
Gunung Maras, terdapat di Kecamatan Kelapa;
- HLP Jebu Bembang, dan sebagian HLP Jebu Antan,
terdapat di Kecamatan Jebus dan Prittiga;
- Sebagian HLP Jering Menduyung, dan HL Kotawaringin,
terdapat di Kecamatan Tempilang

Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud berupa kawasan
resapan air yang terdapat di dalam kawasan hutan
lindung, dengan ketentuan bahwa kawasan sekitar mata
air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 (dua
ratus) meter di sekitar mata air.

Kawasan perlindungan setempat;
Kawasan perlindungan setempat tediri atas:
- kawasan sempadan pantai;
- kawasan sempadan sungai;
- kawasan sempadan waduk/kolong;
- ruang terbuka hijau kota

kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
terdiri atas:
- kawasan cagar alam;
- kawasan pantai berhutan bakau;
- kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

kawasan rawan bencana alam;
Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud
merupakan
kawasan
rawan
banjir/genangan
yang
meliputi:
- Kelurahan
Tanjung
Kecamatan
Muntok
meliputi
Kampung Tanjung, Kampung Ulu, dan Kampung Teluk
Rubia
- Kelurahan Sungai Daeng Kampung Culong
Pada kawasan rawan banjir/genangan tersebut akan
dikembangkan jalur evakuasi bencana, yang diarahkan
ke ibukota Kecamatan Muntok melalui jalan kolektor.

kawasan lindung geologi
Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud berupa
kawasan rawan abrasi pantai meliputi:
- Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok;
- Desa Belo Laut Kecamatan Muntok;
- Desa Teluk Limau Kecamatan Parittiga;
- Desa Bakit Kecamatan Parittiga; dan
- Desa Tanjung Niur Kecamatan Tempilang
B. Kawasan budidaya
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud, terdiri atas:

kawasan peruntukan hutan produksi;
Kawasan
peruntukan
dimaksud
terdapat
hutan
produksi
di
sebagaimana
kecamatan
Muntok,
Simpangteritip, Kelapa, Jebus, Parittiga, dan Tempilang.

kawasan peruntukan hutan rakyat;
Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud
terdapat di setiap kecamatan.

kawasan peruntukan pertanian;
Kawasan peruntukan pertanian, terdiri atas:
- kawasan pertanian tanaman pangan ;
- kawasan pertanian hortikultura;
- kawasan perkebunan; dan
- kawasan peternakan

kawasan peruntukan perikanan;
Kawasan peruntukan perikanan meliputi:
- kawasan peruntukan perikanan tangkap;
- kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan
- kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan
Kawasan peruntukkan perikanan didukung oleh adanya
pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Teluk Rubia Kelurahan
Tanjung Kecamatan Muntok.

kawasan peruntukan pertambangan;
Kawasan peruntukan pertambangan di wilayah kabupaten
Kabupaten Bangka Barat terdiri atas:
- kawasan pertambangan izin usaha pertambangan (IUP)
di darat;
- kawasan pertambangan izin usaha pertambangan (IUP)
di laut

kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan industri, terdiri atas:
- kawasan industri dan pelabuhan terpadu di Tanjung
ular;
- kawasan stock pile batubara dan PLTU di Tanjung Kelian
Kecamatan Muntok
- kawasan industri perikanan Teluk Klabat di Kecamatan
Parittiga.

kawasan peruntukan pariwisata;
Kawasan peruntukan pariwisata tersebar di seluruh
kecamatan di wilayah kabupaten dengan luas kurang
lebih 546 (lima ratus empat puluh enam) hektar, terdiri
atas:
- kawasan peruntukan pariwisata alam; dan
- kawasan peruntukan pariwisata budaya

kawasan peruntukan permukiman;
Kawasan peruntukan permukiman tersebar di seluruh
kecamatan di Kabupaten Barat dengan luas keseluruhan
kurang lebih 12.000 (dua belas ribu) hektar, terdiri atas:
- kawasan
peruntukan
permukiman
perkotaan
yang
tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bangka
Barat; dan
- kawasan
peruntukan permukiman
perdesaan
yang
tersebar di seluruh desa di Kabupaten Bangka Barat.

Kawasan peruntukan lainnya
kawasan peruntukan Pelabuhan Penyeberangan Tanjung
Kelian seluas kurang lebih 5 (lima) hektar yang terdapat
di
Kelurahan
Tanjung
Kecamatan
Muntok.
Gambar 2.10
Peta Rencana Pola Ruang
2.5
Sosial Masyarakat
A. AGAMA
Pembangunan di bidang agama diarahkan kepada peningkatan pengetahuan
keagamaan dan pengamalan syariat agama serta terjaganya kerukunan
antarumat beragama. Oleh karena itu, diperlukan ketersediaan sarana dan
prasarana keagamaan yang memadai, pembinaan dan penyuluhan di bidang
keagamaan.
Penduduk Kabupaten Bangka Barat memeluk beberapa agama antara lain
Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu dengan mayoritas
penduduk adalah pemeluk agama Islam.
Tabel 2.16
Jumlah Tempat Ibadah per Kecamatan dan Nama Tempat
di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011
KECAMATAN
MASJID
MUSHOLLA
GEREJA
KLENTENG
VIHARA
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(7)
1. Muntok
48
17
4
2
1
2. Simpangteritip
19
16
2
0
1
40
9
0
1
1
30
24
2
2
1
20
16
1
1
1
19
15
11
9
1
3. Jebus
4. Kelapa
5. Tempilang
6. Parittiga
JUMLAH
176
Sumber : BPS Kabupaten Bangka Barat
97
20
15
6
B. KEAMANAN DAN KETERTIBAN
Pada tahun 2011, kondisi Kabupaten Bangka Barat pada dasarnya dalam
keadaan tentram dan tertib serta tidak terjadi gangguan yang dapat
menyebabkan konflik.
Kegiatan penertiban yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja
pada tahun 2011 merupakan kegiatan rutin sebagai penegakan peraturan
daerah yang telah dikeluarkan, antara lain penertiban pasar dalam rangka
penegakan Perda Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum,
penertiban tempat hiburan/karaoke dan penjualan minuman keras dalam
rangka penegakan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pelarangan
Pelacuran dan Perda Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pelarangan Produksi,
Pengedaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol, serta penertiban Tambang
Inkonvensional (TI) dalam rangka penegakan Perda Nomor 2 Tahun 2007
tentang Izin Usaha Pertambangan Umum.
Sedangkan jumlah kejahatan (tindak Kriminal) yang terjadi sebanyak 144
kasus, untuk data lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.17
Tindak Kriminal yang Terjadi Tahun 2011
No
TINDAK KRIMINAL
JUMLAH KASUS
1
Pencurian
2
Pembunuhan
4 kasus
3
Penyelundupan
0 kasus
4
Pemerkosaan
0 kasus
5
NAPZA
30 kasus
30 kasus
6
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
0 kasus
7
KKN
0 kasus
8
DLL
80 kasus
Sumber Data : Kejaksaan Negeri Bangka Barat Tahun 2011
C. Fasilitas Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat merupakan investasi daerah baik untuk
individu maupun kelompok. Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk
manusia yang berkualitas sebagaimana yang dicita-citakan yang memiliki
kemampuan
memanfaatkan,
mengembangkan
dan
menguasai
ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan
ekonomi, sosial budaya dan berbagai bidang lainnya.
Dengan demikian pendidikan merupakan cara untuk membangun manusia
sebagai
sumberdaya
pembangunan.
Gambaran
sektor
pendidikan
di
Kabupaten Bangka Barat tahun 2011 dapat dilihat dari perkembangan sarana
dan prasarana sekolah, jumlah murid dan tenaga pengajar pada tingkat
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama (SLTP), dan
Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), baik negeri maupun swasta.
Untuk urusan pendidikan, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat terus
berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, baik pada tingkat
dasar hingga menengah atas. Dalam pelaksanaannya, urusan pendidikan
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Bangka Barat, secara umum gambaran penyebaran sekolah di seluruh
kecamatan, terutama untuk jenjang sekolah dasar, sudah cukup merata.
Berikut adalah jumlah sekolah per tingkatan pada tahun 2011 :
Tabel 2.7
Jumlah Sekolah Dasar
NO
SEKOLAH DASAR
JUMLAH
1.
SD Negeri
121
2.
SD Swasta
5
3.
SDLB Negeri
1
4.
MI Negeri
2
5.
MI Swasta
3
JUMLAH
132
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011
Tabel 2.6
Jumlah Sekolah Menengah Pertama
NO
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
JUMLAH
1.
SMP Negeri
24
2.
SMP Swasta
7
3.
MTs Negeri
3
4.
MTs Swasta
5
JUMLAH
39
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011
Tabel 2.8
Jumlah Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
NO
SEKOLAH MENENGAH
ATAS/KEJURUAN
JUMLAH
1.
SMA Negeri
5
2.
SMA Swasta
5
3.
MA Negeri
1
4.
MA Swasta
2
5.
SMK Negeri
3
6.
SMK Swasta
4
JUMLAH
20
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011
Sementara itu, sebaran guru di Kabupaten Bangka Barat cukup merata. Pada
tahun 2011 jumlah guru di Kabupaten Bangka Barat adalah 2.642 orang.
Jumlah guru pada tingkat SD dan MI sebanyak 1.617 orang, SDLB sebanyak 8
orang, pada tingkat SMP MTs sebanyak 572 orang dan untuk SMA, SMK, dan MA
sebanyak 445 orang. Rasio guru terhadap murid untuk SD adalah 1 : 20, SMP
sebesar 1 : 12 dan SMA sebesar 1 : 13, serta SMK 1 : 13.
Indikator mutu pendidikan dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya angka
partisipasi yang terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi
Murni (APM) per tingkatan pendidikan berdasarkan data dari Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga adalah sebagai berikut :
1) Angka Partisipasi Kasar (Apk) Dan Angka Partisipasi Aktif (Apm) Tingkat SD,
SLTP, Dan SMU/SMK
Tabel 2.9
Nilai APK dan APM Sekolah Dasar (SD)
NO
ANGKA PARTISIPASI
NILAI
1.
Angka Partisipasi Kasar (APK)
115,20
2.
Angka Partisipasi Murni (APM)
95,92
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011
Tabel 2.10
Nilai APK dan APM Sekolah Menengah Pertama (SMP)
NO
ANGKA PARTISIPASI
NILAI
1.
Angka Partisipasi Kasar (APK)
86,06
2.
Angka Partisipasi Murni (APM)
54,23
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011
Tabel 2.11
Nilai APK dan APM Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK)
NO
ANGKA PARTISIPASI
NILAI
1.
Angka Partisipasi Kasar (APK)
64,89
2.
Angka Partisipasi Murni (APM)
42,40
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011
2)
ANGKA PUTUS SEKOLAH (APS)
Angka Putus Sekolah tingkat SD pada tahun 2011 adalah sebesar 0,52%, Angka
Putus Sekolah tingkat SLTP pada tahun 2011 sebesar 0,53%, dan Angka Putus
Sekolah tingkat SLTA pada tahun 2011 sebesar 2,41%.
D. Fasilitas Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan diarahkan kepada peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas, dokter
spesialis, dokter umum, paramedis, dan sebagainya.
Terdapat beberapa fasilitas kesehatan yang belum dimiliki di wilayah
Kabupaten Bangka Barat ini seperti Rumah Sakit Bersalin. Fasilitas kesehatan
berupa Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah hanya berjumlah satu unit
yang terdapat di Muntok, Ibukota Kabupaten Bangka Barat yang dibangun pada
tahun 2005 dan beroperasi pada tahun 2007.
Tabel 2.11
Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan
di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011
FASILITAS KESEHATAN
N
KECAMA
JML
o
TAN
PDDK
1
MUNTOK
50.18
8
2
SP.TERI
TIP
3
KELAPA
27.28
2
32.71
4
4
JEBUS
19.77
2
5
TEMPILA
NG
6
PARITTI
GA
JUMLAH
26.67
9
32.89
1
189.5
26
RS
POLI
BERSA
KLIN
LIN
IK
1
0
0
RS
PUSKES
PUS
MAS
TU
0
1
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
POSK
POLIN
BP/
JML
DES
RB
H
2
5
4
15
6
2
5
1
15
1
4
9
3
3
20
0
2
5
7
9
1
24
0
0
1
2
6
2
0
11
0
0
0
2
3
6
5
2
18
1
0
0
8
19
32
29
11
99
U
Catatan :
Praktek Dokter (memiliki Izin)
: 15.
BP
: Balai Pengobatan
Praktek Bidan (memiliki Izin)
: 1.
RB
: Rumah Bersalin
( Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 )
ES
DES
Tabel 2.12
Jumlah Tenaga Kesehatan di Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011
TENAGA KESEHATAN
UNIT
KERJA
Puskesma
s Muntok
Puskesma
s Kundi
MEDI
S
PERAWA
T&
BIDAN
FARMAS
GIZ
TEKNIS
SANITAS
KESMA
JUMLA
I
I
I MEDIS
I
S
H
4
50
1
2
3
1
2
63
2
21
1
1
2
2
1
30
3
36
2
3
1
1
1
47
2
50
2
2
3
1
3
63
2
33
1
1
1
1
1
40
3
19
1
1
1
0
1
26
4
40
2
2
2
1
2
53
4
43
1
2
2
1
2
55
13
121
13
2
10
3
5
167
Puskesma
s
Sp.Teritip
Puskesma
s Kelapa
Puskesma
s Jebus
Puskesma
s Puput
Puskesma
s Sekar
Biru
Puskesma
s
Tempilan
g
Rumah
Sakit
Sejiran
Setason
Sarana
Pelayanan
Kesehata
4
46
6
0
2
0
0
58
41
459
30
16
27
11
18
602
n Lain
Jumlah
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011
E. PENDUDUK MISKIN
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 berdasarkan data Dinas Sosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Barat adalah sebesar
6.276 jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bangka Barat hingga laporan ini diselesaikan belum dikeluarkan
karena dalam tahap proses pengolahan data.
Program-program
penanggulangan
kemiskinan
yang
telah
dilakukan
pemerintah daerah yang memberi hasil positif, seperti: bantuan beras
miskin (raskin), jaminan kesehatan rakyat (jamkesra), Bantuan UEP (Usaha
Ekonomi
Produktif),
KUBE
(Kelompok
Usaha
Bersama),
Pembinaan
Kemampuan Teknologi Industri, Fasilitasi pengembangan UKM (Usaha Kecil
Menengah), Fasilitasi bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM), bantuan Biaya
Operasional Sekolah (BOS), dan bantuan langsung tunai (BLT) serta PNPM
Mandiri. Kendati demikian, berbagai program tersebut terbatas hanya pada
pemberian bantuan yang bersifat sementara, namun pemerintah daerah
terus
melakukan
upaya
pengentasan kemiskinan.
pemberdayaan
masyarakat
dalam
upaya
Tabel 2.18
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Barat
Tahun 2007 – 2011
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
(JIWA)
MISKIN (JIWA)
2007*
156.806
14.100
8,99
2.
2008*
158.433
10.500
6,63
3.
2009*
160.006
12.208
7,63
4.
2010**
178.801
8.176
4,57
5.
2011**
189.526
6.276
3,29
NO.
TAHUN
1.
Sumber Data : * BPS Kabupaten Bangka Barat
** Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Barat
Tabel 2.19
Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan
Tahun 2007 – 2011
NO.
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
MISKIN (JIWA)
1.
Muntok
1067
2.
Simpang Teritip
1418
3.
Jebus
784
4.
Parit Tiga
427
5.
Kelapa
1393
6
Tempilang
1142
%
2.6
Kelembagaan Pemerintah Daerah
A.
Visi Kabupaten Bangka Barat
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten
Bangka Barat 2010-2015, visi pembangunan jangka menengah Kabupaten
Bangka Barat adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya Kabupaten bangka Barat yang Mandiri dan Sejahtera”.
B.
Misi Kabupaten Bangka Barat
Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan misi Pemerintah
Kabupaten Bangka Barat, yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera; bertaqwa,
sehat, cerdas dan mandiri secara ekonomi;
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik, melalui
pemerintahan yang bersih, peduli, profesional dan berwibawa
di mata rakyat;
3. Menciptakan suasana kehidupan yang aman, damai dan
harmonis;
4. Meningkatkan kualitas SDM agar mampu mendayagunakan SDA
secara optimal dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan
rakyat;
5. Menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang sehat dan
kompetitif dengan berbasis ekonomi kerakyatan;
6. Menyediakan serta meningkatkan sarana dan prasarana untuk
memacu percepatan pelaksanaan pembangunan;
7. Menempatkan pimpinan umat dan tokoh masyarakat sebagai
referensi utama dalam membangun kehidupan keagamaan dan
sosial yang kuat, harmonis dan dinamis;
8. Menfasilitasi terwujudnya desa mandiri.
C.
Institusi dan Organisasi Pemerintah Daerah
Menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741), pemerintah Kabupaten Bangka Barat telah melakukan
penataan kelembagaan Perangkat Daerah Kabupaten Bangka Barat.
Organisasi dan tata kerja pemerintah Kabupaten Bangka Barat tersebut
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor
3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Barat,
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bangka Barat, dan
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangka Barat.
Secara rinci Kelembagaan Perangkat Daerah Kabupaten Bangka Barat
berdasarkan Peraturan Daerah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sekretariat Daerah, terdiri atas 1 Sekretaris, 3 Asisten, 9
Bagian, dan 25 Subbagian;
2. Sekretariat DPRD, terdiri atas 1 Sekretaris DPRD, 3 Bagian, dan
9 Subbagian;
3. Staf Ahli;
4. Dinas Daerah, terdiri dari 12 Dinas Daerah;
5. Lembaga Teknis Daerah, terdiri atas 5 Badan, 1 Inspektorat, 3
Kantor, Satuan Polisi Pamong Praja, dan Rumah Sakit Umum
Daerah;
6. 6 Kecamatan;
7. 4 Kelurahan dan 60 desa.
Secara rinci, organisasi perangkat daerah Kabupaten Bangka Barat pada
tahun 2011 adalah :
 SEKRETARIAT DAERAH
Sekretariat Daerah mempunyai tugas membantu bupati dalam
menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan
lembaga teknis daerah yang dipimpin seorang Sekretaris Daerah.
Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.
a. Penyusunan kebijakan pemerintah daerah;
b. Pengoordinasian pelaksanaan tugas daerah dan lembaga teknis
daerah;
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah
daerah;
d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Sekretaris
Daerah terdiri dari 3 (tiga) Asisten dan 9 (sembilan)
Bagian, yang terdiri atas :
Asisten terdiri dari 3 (tiga) bidang :
1. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat,
2. Asisten Perekonomian dan Pembangunan,
3. Asisten Administrasi Umum.
Bagian pada Sekretariat Daerah, meliputi :
4. Bagian Pemerintahan,
5. Bagian Kesra,
6. Bagian Humas dan Protokoler,
7. Bagian Pertanahan,
8. Bagian Ekonomi, Pembangunan dan Pembinaan BUMD,
9. Bagian Penanaman Modal,
10. Bagian Hukum,
11. Bagian Umum dan Perlengkapan,
12. Bagian Organisasi dan Kelembagaan.
 SEKRETARIAT DPRD
Sekretariat
Daerah
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan menyediakan serta
mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai
dengan kemampuan keuangan DPRD.
Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.
a. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;
b. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
c. Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD;
d. Penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan
oleh DPRD.
Sekretariat DPRD terdiri dari 3 (tiga) bagian :
1. Bagian Umum;
2. Bagian keuangan;
3. Bagian Risalah dan Persidangan.
 DINAS DAERAH
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang
dipimpin seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas
Daerah di Kabupaten Bangka Barat tahun 2010 adalah sebagai
berikut :
1. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi
4. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Informatika
5. Dinas Pekerjaan Umum
6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM
7. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset
8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
9. Dinas Pertanian dan Peternakan
10. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
11. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral
12. Dinas Kelautan dan Perikanan
 LEMBAGA TEKNIS DAERAH
Lembaga Teknis Daerah merupakan perangkat kelembagaan daerah
yang berupa badan/kantor yang dikepalai oleh seorang Kepala
Badan/Kepala
Kantor
sebagai
unsur
penunjang,
berfungsi
membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
untuk bidang-bidang tertentu. Kepala Badan/Kepala Kantor berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah. Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangka Barat adalah :
1. Inspektorat Kabupaten
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
3. Badan Kepegawaian Daerah
4. Badan Kesbangpol dan Linmas
5. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
6. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
7. Satuan Polisi Pamong Praja
8. RSUD Sejiran Setason
9. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
10. Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
11. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah
PEMERINTAH KECAMATAN
Pemerintah Kecamatan merupakan perangkat daerah yang dipimpin
oleh seorang Camat yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan yang ada di
lingkup Pemerintah Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut
:
1.
Kecamatan Muntok
2.
Kecamatan Jebus
3.
Kecamatan Kelapa
4.
Kecamatan Tempilang
5.
Kecamatan Simpangteritip
6.
Kecamatan Parittiga
Gambar 2.12
Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
BUPATI
WAKIL BUPATI
SEKRETARIAT DAERAH
SEKRETARIAT DPRD
(Perda No. 3 Tahun 2008)
STAF AHLI BUPATI
(Perda No. 3 Tahun 2008)
ASISTEN
(Perda No. 3 Tahun 2008)
BAGIA
N
UMUM
BAGIAN
KEUANGAN
DINAS PENDIDIKAN,
PEMUDA & OLAHRAGA
DINAS
ESDM
PEMERINTAHAN
BAGIAN
ADMINISTRASI UMUM
PEREKONOMIAN &
RISALAH & PERSIDANGAN
& KESRA
BAGIAN
BAGIAN
BAGIAN
BAGIAN
PEMERINT
AHAN
KESRA
HUMAS
PROTOKOLE
R
PERTANAH
AN
BAGIAN
PEMBANGUNAN
EKONOMI,
PEMBANGUNA
N & BUMD
BAGIAN
PENANAMA
N MODAL
LEMBAGA TEKNIS DAERAH
(Perda No. 4 Tahun 2008)
(Perda No. 5 Tahun 2008)
DINAS
DINAS
DINAS
SOSIAL, TENAGA KERJA &
TRANSMIGRASI
PERHUBUNGAN,
PARIWISATA &
INFORMATIKA
DINAS
DINAS
PEKERJAAN UMUM
PENDAPATAN, PENGELOLAAN
KEUANGAN & ASET
DINAS KEPENDUDUKAN
& CATATAN SIPIL
DINAS
DINAS
DINAS
PERTANIAN &
PETERNAKAN
KEHUTANAN &
PERKEBUNAN
KELAUTAN &
PERIKANAN
INSPEKTORAT
KABUPATEN
BADAN KESATUAN
BANGSA, POLITIK &
PERLINDUNGAN
MASYARAKAT
BADAN PENGENDALIAN
DAMPAK LINGKUNGAN
DAERAH
BADAN PERENCANAN
PEMBANGUNAN DAERAH
BAGIAN
HUKUM
DINAS DAERAH
KESEHATAN
DINAS PERINDAG,
KOPERASI DAN UKM
ASISTEN
ASISTEN
BAGIAN
BAGIAN
UMUM
DAN
PERLENGK
APAN
ORGANISASI
DAN
KELEMBAGA
AN
SATUAN POLISI
PAMONG PRAJA
KANTOR ARSIP &
PERPUSTAKAAN DAERAH
BADAN KEPEGAWAIAN
DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH
KANTOR PEMBERDAYAAN
MASY. & PEMDES
BADAN
PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN & KB
KECAMATAN
KELURAHAN
Download