BAB II GAMBARAN UMUM KOTA 2.1 Geografis, Kondisi Fisik dan Administrasi A. Geografis Letak geografis Kabupaten Bangka Barat di antara : 105 o 00’ – 106o 00’ BT dan 01o 00’ – 02o 10’ LS, dengan batas wilayah: - sebelah utara : Laut Natuna; - sebelah timur : Kabupaten Bangka; - sebelah selatan : Selat Bangka dan Kabupaten Bangka; dan - sebelah barat : Selat Bangka. Kondisi topografi dan morfologi di Kabupaten Bangka Barat sangat bervariasi. Puncak tertinggi di Bangka Barat adalah Gunung Menumbing di Kec. Muntok dengan ketinggian sekitar 445 meter di atas permukaan laut (dpl). Bukit-bukit lainnya yang relatif lebih rendah dari Gunung Menumbing tersebut, namun merupakan puncak relatif bagi area di sekitarnya, antara lain adalah Bukit Kelumpang, Bukit Kukus (Kec.Muntok), Bukit Mayang, Bukit Penyabung (Kecamatan Simpangteritip), Bukit Kebon Kapit, Bukit Pasukan, Bukit Penyabung, Sinar Kelabat (Kecamatan Jebus), Bukit Galang (Kecamatan Kelapa), dan Bukit Telimpuk (Kecamatan Tempilang), yang ketinggiannya bervariasi antara 150 m sampai 200 meter. Lebih jelasnya mengenai topografi Kabupaten Bangka Barat dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 2.1 Peta Rawan Bencana Peta Gambar 2.2 Peta Topografi Lahan dengan ketinggian 0 - 25 meter dpl adalah yang paling dominan, sehingga menunjukkan “seolah” ada lahan rendah yang memisahkan antara wilayah Kecamatan Jebus dengan wilayah lainnya di Bangka Barat. Bagian lahan rendah tersebut adalah persambungan antara kompleks Sungai Kampak dan kompleks Sungai Antan. Pada bagian wilayah yang menghadap ke Laut Natuna cenderung lebih curam/melandai, seperti di bagian utara Kec. Muntok, Kec. Simpangteritip, dan di bagian barat hingga utara Kecamatan Parittiga, yang ditandai oleh lebih dekatnya garis kontur 25 meter ke pesisir. Sementara pada bagian wilayah yang menghadap ke Selat Bangka dan Teluk Kelabat cenderung lebih datar, dengan posisi garis kontur 25 meter relatif lebih jauh dari garis pantai. B. Kondisi Fisik Iklim Kabupaten Bangka Barat memiliki iklim tropis tipe A dengan variasi curah hujan antara 11,8 hingga 370,3 mm per bulan. Untuk tahun 2009, dengan curah hujan terendah pada bulan September. Suhu rata-rata berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Pangkalpinang menunjukan variasi antara 25,7 hingga 29,0 derajat Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 66,0% hingga 83,6% pada tahun 2009 (Sumber: Bangka Barat Dalam Angka, 2010). Hidrologi Pola hidrologi yang diidentifikasi terdiri dari Daerah Aliran Sungai (DAS), kolong, dan rawa. Beberapa diantaranya merupakan potensi air baku di Kabupaten Bangka barat. Potensi air baku untuk air permukaan di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari beberapa jenis sumber diantaranya adalah sebagai berikut: Sungai Kampak, yang mengalir di Kecamatan Jebus dengan lebar sungai rata-rata 34 m, memiliki debit minimum sebesar + 54,4 m3/detik dan debit maksimum sebesar + 163,2 m3/detik; Sungai Biat, Angle Besar dan Angle Kecil terdapat di Tanjung Ular. Sungai ini mengalir di Kecamatan Muntok dan bermuara ke laut; Sungai Babi/Sungai Daeng, tadinya merupakan sumber air PDAM Muntok. Tetapi seiring dengan eksploitasi timah secara besar-besaran di sekitarnya, maka sungai ini tercemar oleh tailing tambang timah. Lebar sungai rata-rata adalah 3-5 m, dengan kedalaman air yang sudah sangat kecil akibat dampak dari sedimentasi sehingga terjadi pendangkalan dan debit airnya pun sulit terukur. Sungai Muntok, sungai ini mengalir di Kecamatan Muntok dan bermuara ke laut dengan lebar sungai rata-rata sebesar 5 m dan debit rata-rata 60 m3/detik. Sungai ini diharapkan ke depannya menjadi sumber air untuk kawasan permukiman yang akan dikembangkan di Kecamatan Muntok. Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Bangka Barat NO KECAMA SUNGAI TAN 1 MUNTOK Sungai Menjelang,Sungai Sukal,Sungai Menduyung,Sungai Pelangas 2 JEBUS Sungai Kampa,Sungai Buluh,Sungai Kapit 3 KELAPA Sungai Pelawan, Penyampak,Sungai Sungai Menduran,Sugai Mangkong, Sungai Bendir,Sungai Selan,Sungai Kayu Arang Selain sungai, badan air yang merupakan air permukaan yang banyak terdapat di Kabupaten Bangka Barat adalah air kolong, yaitu air yang tertampung dalam lubang bekas galian tambang timah. Sejumlah kolong yang ada, antara lain adalah Kolong Terabek, Kolong Berang, Kolong Sekar Biru, Kolong Parit III, Kolong Ketap, Kolong Hijau/Alang, Kolong Panca. Selain itu juga terdapat rawa-rawa yang merupakan tampungan air permukaan. Kolong Terabek, terdapat di Kecamatan Muntok. Kolong ini memiliki luas 15.907 m2 dan kedalaman sebesar 5 m, sehingga dapat menampung volume air maksimal sebanyak 79.535 m3. Kolong Berang, terdapat di Kecamatan Simpangteritip. Kolong ini memiliki luas 13.560 m2 dan kedalaman sebesar 3 m, sehingga dapat menampung volume air maksimal sebanyak 40.680 m3. Kolong Sekar Biru, terdapat di Desa Sekar Biru Kecamatan Jebus. Luas kolong ini adalah 2.570 m2 dengan kedalaman sebesar 5 m, sehingga dapat menampung volume air maksimal sebanyak 12.850 m3. Kolong Parit III, terdapat di Kecamatan Parittiga. Kolong ini memiliki luas 4.250 m2 dan kedalaman sebesar 5 m, sehingga dapat menampung volume air maksimal sebanyak 21.250 m3. Kolong Ketap, terdapat di Kecamatan Jebus. Luas kolong ini adalah 16.600 m2 dan kedalaman sebesar 10 m, sehingga dapat menampung volume air maksimal sebanyak 166.000 m3. Kolong Hijau/Alang, terdapat di Kecamatan Tempilang. Kolong ini memiliki luas 14.868 m2 dengan kedalaman sebesar 5 m, sehingga dapat menampung volume air maksimal sebanyak 74.340 m3. Kolong Panca, terdapat di Kecamatan Tempilang. Luas kolong ini adalah 15.964 m2 dan kedalamannya sebesar 5 m, sehingga dapat menampung volume air maksimal sebanyak 79.820 m3. Geologi Sebaran karakter geologi di Kabupaten Bangka Barat didasarkan pada batuan penyusunnya diperlihatkan pada Gambar 1.7. Jenis batuan di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari batuan Aluvial, batuan Bintan, batuan Filit, batuan Formasi Bintan, dan batuan Granit. Adapun sebaran batuan-batuan Aluvial, Bintan, Filit, Formasi Binan, dan Granit di Kabupaten Bangka Barat adalah : Batuan Granit, terdapat di bagian utara kecamatan Jebus, bagian tengah kecamatan Muntok dan kecamatan Simpangteritip, serta di perbatasan kecamatan Kelapa dengan kecamatan Tempilang. Batuan granit ini merupakan batuan beku atau malihan (igneous or metamorphic rocks). Batuan ini umumnya mempunyai potensi dan prospek air tanah sangat rendah, Batuan Aluvial, terdapat di bagian selatan kecamatan Muntok, bagian selatan dan bagian timur kecamatan Jebus, bagian utara dan selatan kecamatan Simpangteritip yang bersambung ke kecamatan Tempilang dan bagian selatan kecamatan Kelapa. Batuan aluvial ini merupakan sedimen lepas atau setengah padu seperti kerikil, pasir, lanau, lempung (loose or semi-consolidated sediment : gravel, sand, silt, clay). Sebaran jenis batuan aluvial ini terdapat pada catchment area Sungai Kampak, Sungai Jering/Mancung, Sungai Menduyung, dan Sungai Sukal. Batuan ini mempunyai potensi dan prospek air tanah sedang, Batuan Bintan, tersebar di bagian timur Kabupaten Bangka Barat, yaiu bagian timur kecamatan Jebus, bagian timur kecamatan Kelapa, dan bagian timur kecamatan Tempilang, Batuan Filit, tedapat di bagian selatan kecamatan Jebus, bagian timur kecamatan Kelapa, Batuan Formasi Bintan, terdapat di bagian barat dan tengah Kabupaten Bangka Barat, yaitu di kecamatan Muntok, Simpangteritip dan kecamatan Kelapa dan dibagian selatan kecamatan Tempilang. Batuan formasi Bintan, batuan Bintan, dan batuan filit, cenderung merupaka sedimen padu tak terbedakan, dengan potensi dan prospek air tanah rendah. Jenis Tanah Jenis tanah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian maupun non-pertanian yang akan dikembangkan. Pengenalan terhadap karakteristik dan sebaran jenis tanah sangat penting terkait dengan upaya pemanfaatan sumber daya tanah / lahan di Kabupaten Bangka Barat. Jenis tanah Kabupaten Bangka Barat yang terletak di ujung barat Pulau Bangka didominasi oleh jenis tanah asosiasi podsolik coklat kekuning- kuningan dengan bentuk wilayah berombak dan bergelombang. Kondisi tanah di Kabupaten Bangka Barat mempunyai pH rata-rata di bawah 5, yang didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin, batu gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan tanah di Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut (Sumber : Bangka Barat Dalam Angka, 2010) : - 4% berbukit, seperti Gunung Menumbing, dengan jenis tanahnya adalah komplek podsolik coklat kekuning-kuningan dan litosol berasal dari batu plutonik masam. - 51% berombak dan bergelombang dengan jenis tanah asosiasi podsolik coklat kekuning-kuningan, dengan bahan induk komplek batu pasir kwarsit dan batuan plutonik masam. Gambar 2.4 Peta Geologi 20 % lembah/datar sampai berombak dengan Peta jenis tanah asosiasi podsolik, bersal dari komplek batu pasir dan kwarsit. - 25 % rawa dan bencah/datar dengan jenis tanah asosiasi alluvial hedromotif dan Glei humus serta regosol kelabu muda, berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan perbandingan relatif antara partikel-partikel tanah pasir, tanah liat dan debu. Tingkat kehalusan partikel tanah adalah tekstur halus, sedang, dan kasar. Berdasarkan klasifikasi tersebut, tekstur tanah di Kabupaten Bangka Barat didominasi oleh tekstur sedang. Pertambangan dan Galian Wilayah Kabupaten Bangka Barat memiliki beberapa lokasi tambang yang berkembang. Bahan galian yang paling banyak dieksploitir adalah timah yang pengelolaannya selain oleh pemerintah juga dilakukan oleh penduduk setempat dan swasta dengan jumlah terbatas sesuai dengan IUP (Ijin Usaha Pertambangan). Pada Tahun 2009, produksi bijih timah dan logam timah di Kabupaten Bangka Barat mengalami peningkatan. produksi bijih timah sebesar 13.966,200 Ton dan logam timah sebesar 15.674,757 Ton. Laut dan Pesisir Terkait dengan letak wilayah Kabupaten Bangka Barat yang “dikelilingi” oleh laut, kecuali sebagian wilayah di bagian timur, maka garis pantai di Kabupaten Bangka Barat mulai dari Kecamatan Kelapa di Teluk Kelabat terus ke utara ke Laut Natuna kemudian ke Selat Bangka sampai kecamatan Tempilang di bagian selatan, mempunyai panjang garis pantai sepanjang 278,75 km. Dengan acuan bahwa wilayah laut kewenangan (WLK) adalah 4 mil laut dari garis pantai terluar, yaitu yang menghadap ke Laut Natuna dan Selat Bangka, dan relatif berbagi dengan Kabupaten Bangka di Teluk Kelabat, maka secara garis besar luas wilayah laut kewenangan Kabupaten Bangka Barat dengan basis di Pulau Induk Pulau Bangka adalah sekitar 201.868,15 Ha, dengan rincian masing-masing: - di Laut Natuna : 109.194,93 Ha, - di Selat Bangka : 69.423,041 Ha, dan - di Teluk Kelabat : 23.250,181 Ha. Pada wilayah laut kewenangan ini terdapat sejumlah pulau-pulau kecil, beting karang, maupun timbulan pasir. Keadaan ini mempunyai peluang bagi adanya gejala dinamika alam berupa munculnya pulau-pulau atau daratan baru di masa datang, ataupun peluang hilangnya bentuk-bentuk alam tersebut. Ekosistem pesisir Kab. Bangka Barat dapat diidentifikasikan atas 3 karakter utama ekosistem pesisir, yaitu estuaria (muara sungai), hutan bakau, dan pantai berpasir, baik yang relatif berdiiri sendiri atau masingmasing maupun yang membentuk perpaduan di antara ketiganya. Pada ekosistem estuaria dan hutan bakau, cenderung dominan fungsi lindung, sementara pada ekosistem pantai berpasir cenderung potensial sebagai objek wisata alam. Pada wilayah laut kewenangan ini juga terdapat areal kuasa pertambangan timah, seperti dikemukakan pada uraian mengenai status lahan. Dengan demikian maka pemanfaatan wilayah laut kewenangan tersebut selain kegiatan perikanan dan pariwisata, juga terdapat kegiatan penambangan timah lepas pantai (off-shore). Penggunaan Lahan Untuk memperoleh angka luas masing-masing jenis penggunaan lahan menurut kecamatan terlebih dahulu perlu dikemukakan bahwa sesuai dengan prinsip penghitungan luas wilayah, maka perhitungan berdasarkan pembacaan secara digital berturut-turut dilakukan: - Tahap 1 : membaca dan menghitung luas penggunaan lahan yang terletak di daratan pulau utama, yaitu Pulau Bangka (mainland), - Tahap 2 : membaca dan menghitung luas penggunaan lahan yang terletak di daratan pulau-pulau kecil, - Tahap 3 : penghitungan total untuk wilayah Kabupaten Bangka Barat yang merupakan penjumlahan dari luas daratan pulau utama dan daratan di pulau-pulau kecil. Angka sebaran penggunaan lahan inilah yang dijadikan acuan sebagai sebaran luas penggunaan lahan wilayah Kabupaten Bangka Barat. C. Administratif Kabupaten Bangka Barat terdiri atas 6 (enam) kecamatan, yaitu: Muntok, Simpangteritip, Kelapa, Jebus, Parittiga, dan Tempilang. Luas wilayah daratan berdasarkan RPJP Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.979,71 km2, atau 297.971 Ha; dan wilayah laut kewenangan sekitar 1.541,29 km 2 atau 154.129 Ha (yaitu selebar 4 mil-laut dari garis / batas terluar pantai). Sementara berdasarkan data dari BPS luas wilayah Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.820,61 km 2 atau 282.061 Ha. Dengan acuan peta digital Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dipakai dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bangka Barat ini, diperoleh perhitungan luas wilayah secara digitasi yaitu 2.855,3346 km 2 atau 285.533,46 Ha, dan luas wilayah laut kewenangan 2.018,6815 km 2 atau 201.868,15 Ha. Pada Tabel 2.2 dikemukakan pembandingan luas wilayah Kabupaten Bangka Barat menurut ketiga versi tersebut. Tabel 2.2 Perbandingan Luas Dari Berbagai Sumber Untuk Wilayah Kabupaten Bangka Barat Luas Wilayah (km2) Jumlah Kelurahan/Desa Kecamatan BPS(1 RPJP (2 RTRW (3 1 Muntok 464,00 376,73 363,72 3 Kelurahan dan 4 Desa 2 Simpangteritip 626,47 758,18 781,12 13 Desa 3 Kelapa 601,17 618,28 611,16 1 Kelurahan dan 13 Desa Jebus dan 21 Desa 4 Parittiga 730,11 706,58 706,19 5 Tempilang 398,86 431,41 393,14 Kab. Bangka Barat 2.820,61 2.891,18 2.855,33 (1 Luas menurut BPS diperoleh dari Bangka Barat Dalam Angka, 2010 (2 RPJP Kabupaten Bangka Barat 2005-2025. Pemkab Bangka Barat (3 Luas menurut RTRW diperoleh dari proses digitasi berdasarkan Peta digitasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 9 Desa Gambar 2.5 Peta Batas Administrasi Peta 2.2 Demografi Tabel 2.3 Perhitungan Luas Wilayah Kabupaten Bangka Barat Di Pulau Utama (P. Bangka) Dan Pulau Pulau Kecil Di Pulau Utama No Kecamatan (P. Bangka) (Ha) 1 Muntok 36.372,14 - 2 Simpangteritip 78.109,15 3 Kelapa 4 Pulau pulau Kecil (Ha) Pasir Laut WLK Total Luas dan (Wilayah Daratan Beting Laut (Ha) Karang Kewenangan) (Ha) (Ha) 36.372,14 951,53 62.368,56 3,07 78.112,22 3.806,57 52.631,22 61.110,40 6,04 61.116,44 691,46 4.956,27 Jebus 38.111,15 22,12 38133.27 824.97 31.072,00 5 Parittiga 32.445,36 40,18 32485.54 2474.93 31.882,00 6 Tempilang 39.307,34 6,51 39.313,85 351,74 18.958,11 Kab. Bangka Barat 285.455,54 77,92 285.533,46 9.101,21 201.868,15 Sumber : Perhitungan secara digitasi pada Peta Wilayah Kab. Bangka Barat berdasarkan peta Digitasi Prov. Kep. Bangka Belitung Perhitungan luas wilayah dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bangka Barat ini meliputi luas daratan di Pulau Utama (mainland) Pulau Bangka dan PulauPulau Kecil yang termasuk dalam wilayah administrasi. Rincian tentang luas wilayah dimaksud dikemukakan pada Tabel 2.2. Dalam Tabel 2.2 juga dikemukakan luas Wilayah Laut Kewenangan (WLK), dan luas pasir laut dan beting karang pada perairan/laut di wilayah Kabupaten Bangka Barat. Untuk menggambarkan indikasi delineasi wilayah laut kewenangan tersebut dapat Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bangka Barat selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Barat jumlah penduduk pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan dengan tahun 2010. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Bangka Barat sebanyak 178.801 jiwa dan pada tahun 2011 menjadi 189.526 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 97.887 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 91.639 jiwa. Tabel 2.4 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK 1. Muntok 50.188 2. Simpangteritip 27.282 3. Jebus 19.772 4. Kelapa 32.714 5. Tempilang 26.679 6. Parittiga 32.891 JUMLAH 189.526 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bangka Barat 2.3 Keuangan dan Pemerintah Daerah Perekonomian merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan indikator kesejahteraan penduduk. Perekonomian yang mengalami pertumbuhan, walaupun pertumbuhan tersebut tidak terlalu signifikan setiap tahunnya, akan memberikan sumbangan penting dan berdampak positif pada peningkatan penghasilan dan peningkatan daya beli masyarakat. Artinya bila perekonomian semakin berkembang, maka terbuka peluang bagi masyarakat untuk memperoleh penghasilan melalui peran sertanya dalam aktivitas ekonomi di daerah tersebut. Namun demikian perekonomian regional memiliki kaitan erat dengan perkembangan ekonomi nasional bahkan situasi perkembangan ekonomi secara global. Perubahan atau krisis ekonomi yang terjadi di negara tertentu akan berdampak pada ekonomi regional. Dalam perspektif ini, maka pendapatan masyarakat di tingkat regional dapat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi nasional atau negara lainnya. Kondisi ekonomi daerah secara umum dapat digambarkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) karena PDRB menggambarkan nilai tambah bruto/nilai output akhir yang dihasilkan melalui produksi barang dan jasa oleh unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Perkembangan kondisi umum ekonomi Kabupaten Bangka Barat yang merupakan gambaran kinerja makro dari penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan menunjukkan perkembangan yang positif, meskipun pada kenyataannya perkembangan kondisi nasional tetap memberikan warna dalam menyertai dinamika perkembangan kondisi ekonomi pada daerah-daerah di seluruh Indonesia. Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan bila terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil produksi barang dan jasa pada periode tertentu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi daerah tercermin melalui pertumbuhan angka PDRB yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa tabungan domestik, tenaga kerja, teknologi, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa investasi dari luar daerah dan impor, serta ekspor ke luar daerah. Sektor-sektor unggulan daerah yang memberikan konstribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut: 1) Industri Pengolahan; 2) Pertambangan dan Penggalian; 3) Perdagangan, Hotel dan Restoran; 4) Pertanian; 5) Bangunan/konstruksi. A. PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Sampai saat ini pertumbuhan ekonomi masih dipakai untuk memantau perbaikan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari nilai PDRB ADHK yaitu seluruh nilai tambah yang ada di suatu wilayah dibandingkan dengan harga pada tahun dasar (tahun dasar 2000) atau dengan kata lain menghilangkan faktor inflasinya, sehingga pertumbuhan yang terjadi merupakan pertumbuhan riil perekonomian yang dapat menggambarkan peningkatan produksi secara makro. Gambar 2.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bangka Barat Tahun 2005 – 2010 (%) Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tumbuh sebesar 5,34 persen. Hal ini dipicu adanya pertumbuhan ekonomi tahun 2010 pada sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu tumbuh sebesar 16,13 persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 6,95 persen. B. STRUKTUR EKONOMI Struktur ekonomi merupakan alat yang dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh program dari kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan berimbas terhadap perekonomian masyarakat. Disamping itu juga dapat melihat kekuatan ekonomi dari suatu wilayah dan sektor apa saja yang menjadi tiang kekuatan ekonomi daerah yang bersangkutan. Besaran pengaruh suatu sektor sebagai arah kebijakan baik ekstern maupun intern dan kemampuan daya dukung dalam peningkatan nilai tambah bruto. Pada tahun 2010, penyumbang terbesar nilai PDRB Bangka Barat adalah sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air, dan sektor bangunan) yakni sebesar 53,04 persen. sedangkan selanjutnya sektor primer (sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian) sebesar 26,38 persen dan sisanya sebesar 20,58 persen adalah sektor tersier (sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa) (data PDRB Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 hingga Laporan ini disusun masih diolah oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Barat). Gambar 2.7 Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Bangka Barat Tahun 2010 (%) Tabel 2.13 PDRB Kabupaten Bangka Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (2007 – 2010) PDRB KABUPATEN BANGKA BARAT ATAS DASAR HARGA BERLAKU LAPANGAN USAHA MENURUT LAPANGAN USAHA (PERSENTASE) 2007 2008r) 2009*) 2010**) PERTANIAN 13.18 12.46 12.57 12.98 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 14.53 13.66 13.59 13.40 INDUSTRI PENGOLAHAN 50.01 51.43 50.16 48.57 LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 0.26 0.23 0.23 0.26 BANGUNAN 3.30 3.47 3.73 4.20 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 12.86 12.90 13.38 13.75 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0.92 0.85 0.83 0.86 1.10 0.97 1.03 1.06 3.83 4.04 4.47 4.91 KEUANGAN,PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA Ket. r) : Angka revisit *) : Angka Sementara **) : Angka Sangat Sementara C. PDRB PERKAPITA DAN PENDAPATAN PERKAPITA Untuk mengukur tingkat pendapatan masyarakat, indikator yang dapat digunakan adalah PDRB per kapita. PDRB per kapita dapat diperoleh dari total PDRB di suatu wilayah tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dalam kurun waktu tertentu (satu tahun). Perkembangan PDRB perkapita selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, PDRB perkapita Kabupaten Bangka Barat mencapai 34.192.335,65 rupiah. Gambar 2.8 Data Pendapatan Perkapita Kabupaten Bangka Barat Tahun 2005 – 2010 Sumber: BPS Kabupaten Bangka Barat tahun 2010 Demikian juga dengan Pendapatan perkapita, Kabupaten ini juga mengalami peningkatan dari tahun 2005-2010, pada tahun 2005 pendapatan perkapita sebesar 19.982.709 rupiah kemudian pada tahun 2010 meningkat sebesar 29.699.521,45 rupiah. Tabel 2.14 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) Kabupaten Bangka Barat Tahun 2007 – 2010 NO TAHUN PDRB PDRB ADHB *) ADHK**) (JUTAAN RP) (JUTAAN RP) PE (%) 1. 2007 4.146.112 2.302.982 4,92 2. 2008r) 5.084.543 2.417.545 4,97 3. 2009*) 5.418.341 2.511.697 3,89 4. 2010**) 6.005.268 2.645.872 5,34 Ket. : * ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku Non Migas ** ADHK = Atas Dasar Harga Konstan Non Migas 2.4 Tata Ruang Wilayah Dengan mengacu kepada Pasal 3 UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang, maka tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Tujuan perwujudan tersebut diterjemahkan lebih lanjut dengan: a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Secara lebih operasional dalam Pasal 2 PP No.26/2008 tentang RTRWN dikemukakan bahwa penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan: a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah ruang darat, ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; d. Keterpaduan ruang pemanfaatan laut, dan udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; e. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan fungsi ruang kabupaten/kota dalam dan pencegahan rangka dampak perlindungan negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; f. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional. Berdasarkan kedua penetapan di atas, sesuai dengan kewenangan pada tingkat kabupaten, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangka Barat adalah: “Mewujudkan Kabupaten Bangka Barat Sebagai Kabupaten yang Berbasis Pertambangan, Industri, Pariwisata, Pertanian, Kelautan dan Perikanan dengan Azas Keseimbangan Lingkungan” A. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG Penataan ruang diarahkan untuk perwujudan keseimbangan perkembangan di seluruh bagian wilayah kabupaten, meskipun ada penekanan prioritas pengembangan pada kawasan-kawasan potensial yang diharapkan berdampak luas secara ekonomi pada wilayah secara keseluruhan (spread effect). Juga pada kawasan strategis secara lokasi untuk meningkatkan pelayanan umum. 1. Kebijakan Peningkatan Kualitas Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah dengan cara sebagai berikut: Mengembangkan prasarana dan sarana yang sesuai dengan fungsi dan hierarki pada pusat-pusat pelayanan; Mengembangkan transportasi, jangkauan jaringan prasarana energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh wilayah; Meningkatkan keterkaitan antarpusat akses luar dengan kawasan perdesaan; Meningkatkan dari wilayah yang terkait dengan wilayah Kabupaten Bangka Barat; dan Mengembangkan pusat-pusat baru mendukung perkembangan wilayah. yang strategis bagi 2. Kebijakan Peningkatan Kualitas Jaringan Prasarana Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah dengan cara sebagai berikut: Meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan pelayanan transportasi jalan raya, tansportasi penyeberangan, dan transportasi laut; Meningkatkan jaringan prasarana energi listrik dengan mengembangkan pembangkit serta jaringan transmisi dan distribusi; Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah; dan Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan sistem jaringan sumber daya air. 3. Kebijakan Peningkatan Kualitas Lingkungan Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah dengan cara sebagai berikut: Menetapkan kawasan lindung dan/atau fungsi perlindungan di ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; Meningkatkan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya; Memelihara ekosistem, kelestarian lingkungan keanekaragaman hayati, hidup, fungsi keseimbangan perlindungan kawasan, dan keunikan bentang alam; Mengeluarkan secara bertahap bentuk-bentuk kegiatan yang berada di dalam kawasan lindung yang tidak sesuai dengan fungsi perlindungan dan/atau dapat merusak fungsi perlindungan kawasan lindung; Mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan yang berfungsi lindung; dan Menetapkan kawasan strategis yang berfungsi lindung. 4. Kebijakan Peningkatan Produktifitas Kawasan Pertambangan, Industri, Pariwisata, Pertanian, Kelautan dan Perikanan Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah dengan cara sebagai berikut: Memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya; Mengembangkan dan meningkatkan produktif, efisien, dan fungsi mampu bersaing kawasan dengan yang wilayah tetangga; Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan pada sektor pertanian, kelauatan, pariwisata, pertambangan, dan industri untuk mendorong pengembangan perekonomian wilayah; Meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha- usaha intensifikasi dan diversifikasi tanaman; Mengembangkan pusat dan/atau kawasan strategis dengan kegiatan dan fungsi ekonomi yang memanfaatkan posisi atau letak strategis wilayah/kawasan dalam lingkup ekonomi wilayah yang lebih luas, khususnya pada sektor pertanian, kelautan, pertambangan, pariwisata, dan insustri; dan Meningkatkan dan mengembangkan prasarana penunjang kegiatan ekonomi pada kawasan strategis tersebut. B. Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/Kota 1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Rencana struktur ruang wilayah kabupaten tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten. Sistem perkotaan wilayah kabupaten meliputi susunan hierarki perkotaan yang terdiri atas : Tabel 2.15 Pusat-Pusat Kegiatan Kabupaten Bangka Barat No Nama Kab/Kota/Kec/Kel/Des Susunan Hirarki Perkotaan 1 Kota Muntok Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 2 Kota Kelapa Pusat Kegiatan Lokal (PKL) 3 Kota Parittiga Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) 4 Simpangteritip, Air Putih, Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Jebus, Tempilang, Tanjung Ru, dan Ibul 5 Air Nyatoh, Kundi, Rukam, Pusat Pelayanan Lokal (PPL) Kapit, Cupat, Kacung, Pusuk, Kayu Arang, Penyampak, dan Sangku 2. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten terdiri atas : a. Sistem jaringan transportasi; Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud terdiri atas : sistem jaringan transportasi darat; sistem jaringan transportasi laut; dan sistem jaringan transportasi udara b. Sistem jaringan energi; Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud terdiri atas: pembangkit tenaga listrik Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik, terdiri atas: 1. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Batu Rakit Tanjung Kelian; 2. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Teluk Menggris, Teluk Penumpak dan Pantai Tanah Merah di Kelurahan Tanjung dan Desa Air Putih Kecamatan Muntok; dan 3. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Kecamatan Muntok jaringan transmisi tenaga listrik Rencana pengembangan diprioritaskan pada jaringan Kecamatan transmisi tenaga Muntok, Simpang listrik Ibul (Kecamatan Simpangteritip) dan kawasan permukiman di sekitar kawasan industri 3. Sistem jaringan telekomunikasi; Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas: jaringan terestrial; Jaringan terestrial akan dikembangkan secara tersebar hingga ke desa-desa di Kabupaten Bangka Barat jaringan seluler. Jaringan seluler akan dikembangkan di seluruh kecamatan, yaitu melalui perluasan jaringan telepon seluler dengan penambahan Base Tranceiver Station (BTS) kurang lebih 54 unit secara tersebar 4. sistem jaringan sumberdaya air; Sistem jaringan sumberdaya air terdiri atas sistem wilayah sungai; Sistem wilayah sungai meliputi pengelolaan Wilayah Sungai Perimping yang merupakan sungai lintas antar kabupaten sistem jaringan irigasi; Sistem jaringan irigasi meliputi peningkatan, rehabilitasi, serta operasi dan pemeliharaan daerah irigasi (DI) untuk mendukung perlindungan lahan pertanian ketahanan pangan, pada: - DI Sungai Dua; - DI Jebus; - DI Pancur; dan pangan berkelanjutan dan - DI Penyampak 5. Sistem pengelolaan air baku; Sistem pengelolaan air baku meliputi pemanfaatan sumber-sumber air baku permukiman dan air tanah didukung oleh pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan air baku, dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku untuk air minum bagi masyarakat di seluruh wilayah kabupaten, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta. Pemanfaatan air tanah sebagai air baku dilakukan secara terbatas, dengan memperhatikan keperluan konservasi dan pencegahan kerusakan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. sistem pengelolaan banjir Sistem pengendalian banjir meliputi pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan pengendali banjir, didukung oleh upaya-upaya non-struktural, seperti early warning system, dan pembuatan peta daerah banjir beserta upaya pengendaliannya. sistem pengamanan pantai Sistem pengamanan pantai meliputi rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengamanan pantai, seperti bangunan pemecah gelombang, dan konservasi hutan bakau. 6. Sistem jaringan prasarana lingkungan Sistem jaringan prasarana lingkungan terdiri atas: Sistem pengelolaan sampah; Rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah terdiri atas: - pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Desa Air Belo terutama untuk Simpangteritip; dan melayani Kecamatan Muntok dan - pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) skala pelayanan kecamatan setempat di Kecamatan Parittiga, Kecamatan Kelapa, dan Kecamatan Tempilang Sistem pengelolaan limbah Rencana pengembangan sistem pengelolaan limbah terdiri atas: - pengembangan septik tank dengan sistem individual untuk pengelolaan air limbah rumah tangga; - pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) untuk kawasan perumahan baru, terutama yang berupa kompleks perumahan terencana di kawasan perkotaan; dan - pengembangan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk kawasan industri yang dibuat oleh masing-masing industri dengan pengawasan Pemerintah Sistem drainase Rencana pengembangan sistem drainase terdiri atas: - peningkatan kapasitas sistem drainase dan pengembangan kolam retensi untuk menampung air hujan di Kecamatan Muntok; dan - pemanfaatan keberadaan kolong untuk pengembangan kolam retensi di wilayah-wilayah pedalaman 7. Sistem jaringan prasarana lainnya Sistem jaringan prasarana lainnya berupa pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Teluk Rubia Kelurahan Tanjung. Gambar 2.9 Peta Rencana Struktur Ruang C. Pola Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Rencana pola ruang wilayah kabupaten, terdiri atas: A. Kawasan lindung Kawasan Lindung terdiri atas: Kawasan hutan lindung; Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud terdapat di pulau utama/induk Pulau Bangka yang tersebar di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 15.560 (lima belas ribu lima ratus enam puluh) hektar, terdiri atas: - HLP Jenu Muntok Tanjung Punai, HLP Jenu Muntok Tj.Ular I, dan HLP Jenu Muntok Tj. Ular II, terdapat di Kecamatan Muntok; - HLP Air Nyatoh/S.Kampak, dan sebagian HLP Jenu Muntok Tj.Ular I, terdapat di Kecamatan Simpangteritip; - Sebagian HLP Jering Menduyung, sebagian HLP Jebu Antan, dan HL di tepi Sungai Semubur, Hutan Lindung Gunung Maras, terdapat di Kecamatan Kelapa; - HLP Jebu Bembang, dan sebagian HLP Jebu Antan, terdapat di Kecamatan Jebus dan Prittiga; - Sebagian HLP Jering Menduyung, dan HL Kotawaringin, terdapat di Kecamatan Tempilang Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya; Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud berupa kawasan resapan air yang terdapat di dalam kawasan hutan lindung, dengan ketentuan bahwa kawasan sekitar mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air. Kawasan perlindungan setempat; Kawasan perlindungan setempat tediri atas: - kawasan sempadan pantai; - kawasan sempadan sungai; - kawasan sempadan waduk/kolong; - ruang terbuka hijau kota kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya terdiri atas: - kawasan cagar alam; - kawasan pantai berhutan bakau; - kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan kawasan rawan bencana alam; Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud merupakan kawasan rawan banjir/genangan yang meliputi: - Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok meliputi Kampung Tanjung, Kampung Ulu, dan Kampung Teluk Rubia - Kelurahan Sungai Daeng Kampung Culong Pada kawasan rawan banjir/genangan tersebut akan dikembangkan jalur evakuasi bencana, yang diarahkan ke ibukota Kecamatan Muntok melalui jalan kolektor. kawasan lindung geologi Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud berupa kawasan rawan abrasi pantai meliputi: - Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok; - Desa Belo Laut Kecamatan Muntok; - Desa Teluk Limau Kecamatan Parittiga; - Desa Bakit Kecamatan Parittiga; dan - Desa Tanjung Niur Kecamatan Tempilang B. Kawasan budidaya Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud, terdiri atas: kawasan peruntukan hutan produksi; Kawasan peruntukan dimaksud terdapat hutan produksi di sebagaimana kecamatan Muntok, Simpangteritip, Kelapa, Jebus, Parittiga, dan Tempilang. kawasan peruntukan hutan rakyat; Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud terdapat di setiap kecamatan. kawasan peruntukan pertanian; Kawasan peruntukan pertanian, terdiri atas: - kawasan pertanian tanaman pangan ; - kawasan pertanian hortikultura; - kawasan perkebunan; dan - kawasan peternakan kawasan peruntukan perikanan; Kawasan peruntukan perikanan meliputi: - kawasan peruntukan perikanan tangkap; - kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan - kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Kawasan peruntukkan perikanan didukung oleh adanya pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Teluk Rubia Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok. kawasan peruntukan pertambangan; Kawasan peruntukan pertambangan di wilayah kabupaten Kabupaten Bangka Barat terdiri atas: - kawasan pertambangan izin usaha pertambangan (IUP) di darat; - kawasan pertambangan izin usaha pertambangan (IUP) di laut kawasan peruntukan industri; Kawasan peruntukan industri, terdiri atas: - kawasan industri dan pelabuhan terpadu di Tanjung ular; - kawasan stock pile batubara dan PLTU di Tanjung Kelian Kecamatan Muntok - kawasan industri perikanan Teluk Klabat di Kecamatan Parittiga. kawasan peruntukan pariwisata; Kawasan peruntukan pariwisata tersebar di seluruh kecamatan di wilayah kabupaten dengan luas kurang lebih 546 (lima ratus empat puluh enam) hektar, terdiri atas: - kawasan peruntukan pariwisata alam; dan - kawasan peruntukan pariwisata budaya kawasan peruntukan permukiman; Kawasan peruntukan permukiman tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Barat dengan luas keseluruhan kurang lebih 12.000 (dua belas ribu) hektar, terdiri atas: - kawasan peruntukan permukiman perkotaan yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bangka Barat; dan - kawasan peruntukan permukiman perdesaan yang tersebar di seluruh desa di Kabupaten Bangka Barat. Kawasan peruntukan lainnya kawasan peruntukan Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kelian seluas kurang lebih 5 (lima) hektar yang terdapat di Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok. Gambar 2.10 Peta Rencana Pola Ruang 2.5 Sosial Masyarakat A. AGAMA Pembangunan di bidang agama diarahkan kepada peningkatan pengetahuan keagamaan dan pengamalan syariat agama serta terjaganya kerukunan antarumat beragama. Oleh karena itu, diperlukan ketersediaan sarana dan prasarana keagamaan yang memadai, pembinaan dan penyuluhan di bidang keagamaan. Penduduk Kabupaten Bangka Barat memeluk beberapa agama antara lain Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu dengan mayoritas penduduk adalah pemeluk agama Islam. Tabel 2.16 Jumlah Tempat Ibadah per Kecamatan dan Nama Tempat di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 KECAMATAN MASJID MUSHOLLA GEREJA KLENTENG VIHARA (1) (2) (3) (4) (5) (7) 1. Muntok 48 17 4 2 1 2. Simpangteritip 19 16 2 0 1 40 9 0 1 1 30 24 2 2 1 20 16 1 1 1 19 15 11 9 1 3. Jebus 4. Kelapa 5. Tempilang 6. Parittiga JUMLAH 176 Sumber : BPS Kabupaten Bangka Barat 97 20 15 6 B. KEAMANAN DAN KETERTIBAN Pada tahun 2011, kondisi Kabupaten Bangka Barat pada dasarnya dalam keadaan tentram dan tertib serta tidak terjadi gangguan yang dapat menyebabkan konflik. Kegiatan penertiban yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja pada tahun 2011 merupakan kegiatan rutin sebagai penegakan peraturan daerah yang telah dikeluarkan, antara lain penertiban pasar dalam rangka penegakan Perda Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum, penertiban tempat hiburan/karaoke dan penjualan minuman keras dalam rangka penegakan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pelarangan Pelacuran dan Perda Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pelarangan Produksi, Pengedaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol, serta penertiban Tambang Inkonvensional (TI) dalam rangka penegakan Perda Nomor 2 Tahun 2007 tentang Izin Usaha Pertambangan Umum. Sedangkan jumlah kejahatan (tindak Kriminal) yang terjadi sebanyak 144 kasus, untuk data lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.17 Tindak Kriminal yang Terjadi Tahun 2011 No TINDAK KRIMINAL JUMLAH KASUS 1 Pencurian 2 Pembunuhan 4 kasus 3 Penyelundupan 0 kasus 4 Pemerkosaan 0 kasus 5 NAPZA 30 kasus 30 kasus 6 Kekerasan Dalam Rumah Tangga 0 kasus 7 KKN 0 kasus 8 DLL 80 kasus Sumber Data : Kejaksaan Negeri Bangka Barat Tahun 2011 C. Fasilitas Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat merupakan investasi daerah baik untuk individu maupun kelompok. Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas sebagaimana yang dicita-citakan yang memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan ekonomi, sosial budaya dan berbagai bidang lainnya. Dengan demikian pendidikan merupakan cara untuk membangun manusia sebagai sumberdaya pembangunan. Gambaran sektor pendidikan di Kabupaten Bangka Barat tahun 2011 dapat dilihat dari perkembangan sarana dan prasarana sekolah, jumlah murid dan tenaga pengajar pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), baik negeri maupun swasta. Untuk urusan pendidikan, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, baik pada tingkat dasar hingga menengah atas. Dalam pelaksanaannya, urusan pendidikan dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bangka Barat, secara umum gambaran penyebaran sekolah di seluruh kecamatan, terutama untuk jenjang sekolah dasar, sudah cukup merata. Berikut adalah jumlah sekolah per tingkatan pada tahun 2011 : Tabel 2.7 Jumlah Sekolah Dasar NO SEKOLAH DASAR JUMLAH 1. SD Negeri 121 2. SD Swasta 5 3. SDLB Negeri 1 4. MI Negeri 2 5. MI Swasta 3 JUMLAH 132 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011 Tabel 2.6 Jumlah Sekolah Menengah Pertama NO SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JUMLAH 1. SMP Negeri 24 2. SMP Swasta 7 3. MTs Negeri 3 4. MTs Swasta 5 JUMLAH 39 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011 Tabel 2.8 Jumlah Sekolah Menengah Atas/Kejuruan NO SEKOLAH MENENGAH ATAS/KEJURUAN JUMLAH 1. SMA Negeri 5 2. SMA Swasta 5 3. MA Negeri 1 4. MA Swasta 2 5. SMK Negeri 3 6. SMK Swasta 4 JUMLAH 20 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011 Sementara itu, sebaran guru di Kabupaten Bangka Barat cukup merata. Pada tahun 2011 jumlah guru di Kabupaten Bangka Barat adalah 2.642 orang. Jumlah guru pada tingkat SD dan MI sebanyak 1.617 orang, SDLB sebanyak 8 orang, pada tingkat SMP MTs sebanyak 572 orang dan untuk SMA, SMK, dan MA sebanyak 445 orang. Rasio guru terhadap murid untuk SD adalah 1 : 20, SMP sebesar 1 : 12 dan SMA sebesar 1 : 13, serta SMK 1 : 13. Indikator mutu pendidikan dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya angka partisipasi yang terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) per tingkatan pendidikan berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga adalah sebagai berikut : 1) Angka Partisipasi Kasar (Apk) Dan Angka Partisipasi Aktif (Apm) Tingkat SD, SLTP, Dan SMU/SMK Tabel 2.9 Nilai APK dan APM Sekolah Dasar (SD) NO ANGKA PARTISIPASI NILAI 1. Angka Partisipasi Kasar (APK) 115,20 2. Angka Partisipasi Murni (APM) 95,92 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011 Tabel 2.10 Nilai APK dan APM Sekolah Menengah Pertama (SMP) NO ANGKA PARTISIPASI NILAI 1. Angka Partisipasi Kasar (APK) 86,06 2. Angka Partisipasi Murni (APM) 54,23 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011 Tabel 2.11 Nilai APK dan APM Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) NO ANGKA PARTISIPASI NILAI 1. Angka Partisipasi Kasar (APK) 64,89 2. Angka Partisipasi Murni (APM) 42,40 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2011 2) ANGKA PUTUS SEKOLAH (APS) Angka Putus Sekolah tingkat SD pada tahun 2011 adalah sebesar 0,52%, Angka Putus Sekolah tingkat SLTP pada tahun 2011 sebesar 0,53%, dan Angka Putus Sekolah tingkat SLTA pada tahun 2011 sebesar 2,41%. D. Fasilitas Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan diarahkan kepada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas, dokter spesialis, dokter umum, paramedis, dan sebagainya. Terdapat beberapa fasilitas kesehatan yang belum dimiliki di wilayah Kabupaten Bangka Barat ini seperti Rumah Sakit Bersalin. Fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah hanya berjumlah satu unit yang terdapat di Muntok, Ibukota Kabupaten Bangka Barat yang dibangun pada tahun 2005 dan beroperasi pada tahun 2007. Tabel 2.11 Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 FASILITAS KESEHATAN N KECAMA JML o TAN PDDK 1 MUNTOK 50.18 8 2 SP.TERI TIP 3 KELAPA 27.28 2 32.71 4 4 JEBUS 19.77 2 5 TEMPILA NG 6 PARITTI GA JUMLAH 26.67 9 32.89 1 189.5 26 RS POLI BERSA KLIN LIN IK 1 0 0 RS PUSKES PUS MAS TU 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 POSK POLIN BP/ JML DES RB H 2 5 4 15 6 2 5 1 15 1 4 9 3 3 20 0 2 5 7 9 1 24 0 0 1 2 6 2 0 11 0 0 0 2 3 6 5 2 18 1 0 0 8 19 32 29 11 99 U Catatan : Praktek Dokter (memiliki Izin) : 15. BP : Balai Pengobatan Praktek Bidan (memiliki Izin) : 1. RB : Rumah Bersalin ( Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 ) ES DES Tabel 2.12 Jumlah Tenaga Kesehatan di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 TENAGA KESEHATAN UNIT KERJA Puskesma s Muntok Puskesma s Kundi MEDI S PERAWA T& BIDAN FARMAS GIZ TEKNIS SANITAS KESMA JUMLA I I I MEDIS I S H 4 50 1 2 3 1 2 63 2 21 1 1 2 2 1 30 3 36 2 3 1 1 1 47 2 50 2 2 3 1 3 63 2 33 1 1 1 1 1 40 3 19 1 1 1 0 1 26 4 40 2 2 2 1 2 53 4 43 1 2 2 1 2 55 13 121 13 2 10 3 5 167 Puskesma s Sp.Teritip Puskesma s Kelapa Puskesma s Jebus Puskesma s Puput Puskesma s Sekar Biru Puskesma s Tempilan g Rumah Sakit Sejiran Setason Sarana Pelayanan Kesehata 4 46 6 0 2 0 0 58 41 459 30 16 27 11 18 602 n Lain Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat Tahun 2011 E. PENDUDUK MISKIN Jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 berdasarkan data Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Barat adalah sebesar 6.276 jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka Barat hingga laporan ini diselesaikan belum dikeluarkan karena dalam tahap proses pengolahan data. Program-program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan pemerintah daerah yang memberi hasil positif, seperti: bantuan beras miskin (raskin), jaminan kesehatan rakyat (jamkesra), Bantuan UEP (Usaha Ekonomi Produktif), KUBE (Kelompok Usaha Bersama), Pembinaan Kemampuan Teknologi Industri, Fasilitasi pengembangan UKM (Usaha Kecil Menengah), Fasilitasi bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM), bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS), dan bantuan langsung tunai (BLT) serta PNPM Mandiri. Kendati demikian, berbagai program tersebut terbatas hanya pada pemberian bantuan yang bersifat sementara, namun pemerintah daerah terus melakukan upaya pengentasan kemiskinan. pemberdayaan masyarakat dalam upaya Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Barat Tahun 2007 – 2011 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK (JIWA) MISKIN (JIWA) 2007* 156.806 14.100 8,99 2. 2008* 158.433 10.500 6,63 3. 2009* 160.006 12.208 7,63 4. 2010** 178.801 8.176 4,57 5. 2011** 189.526 6.276 3,29 NO. TAHUN 1. Sumber Data : * BPS Kabupaten Bangka Barat ** Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Barat Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan Tahun 2007 – 2011 NO. KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN (JIWA) 1. Muntok 1067 2. Simpang Teritip 1418 3. Jebus 784 4. Parit Tiga 427 5. Kelapa 1393 6 Tempilang 1142 % 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah A. Visi Kabupaten Bangka Barat Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Bangka Barat 2010-2015, visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut : “Terwujudnya Kabupaten bangka Barat yang Mandiri dan Sejahtera”. B. Misi Kabupaten Bangka Barat Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan misi Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, yaitu : 1. Mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera; bertaqwa, sehat, cerdas dan mandiri secara ekonomi; 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik, melalui pemerintahan yang bersih, peduli, profesional dan berwibawa di mata rakyat; 3. Menciptakan suasana kehidupan yang aman, damai dan harmonis; 4. Meningkatkan kualitas SDM agar mampu mendayagunakan SDA secara optimal dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan rakyat; 5. Menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang sehat dan kompetitif dengan berbasis ekonomi kerakyatan; 6. Menyediakan serta meningkatkan sarana dan prasarana untuk memacu percepatan pelaksanaan pembangunan; 7. Menempatkan pimpinan umat dan tokoh masyarakat sebagai referensi utama dalam membangun kehidupan keagamaan dan sosial yang kuat, harmonis dan dinamis; 8. Menfasilitasi terwujudnya desa mandiri. C. Institusi dan Organisasi Pemerintah Daerah Menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741), pemerintah Kabupaten Bangka Barat telah melakukan penataan kelembagaan Perangkat Daerah Kabupaten Bangka Barat. Organisasi dan tata kerja pemerintah Kabupaten Bangka Barat tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Barat, Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bangka Barat, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangka Barat. Secara rinci Kelembagaan Perangkat Daerah Kabupaten Bangka Barat berdasarkan Peraturan Daerah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Sekretariat Daerah, terdiri atas 1 Sekretaris, 3 Asisten, 9 Bagian, dan 25 Subbagian; 2. Sekretariat DPRD, terdiri atas 1 Sekretaris DPRD, 3 Bagian, dan 9 Subbagian; 3. Staf Ahli; 4. Dinas Daerah, terdiri dari 12 Dinas Daerah; 5. Lembaga Teknis Daerah, terdiri atas 5 Badan, 1 Inspektorat, 3 Kantor, Satuan Polisi Pamong Praja, dan Rumah Sakit Umum Daerah; 6. 6 Kecamatan; 7. 4 Kelurahan dan 60 desa. Secara rinci, organisasi perangkat daerah Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2011 adalah : SEKRETARIAT DAERAH Sekretariat Daerah mempunyai tugas membantu bupati dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah yang dipimpin seorang Sekretaris Daerah. Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menyelenggarakan fungsi sebagai berikut. a. Penyusunan kebijakan pemerintah daerah; b. Pengoordinasian pelaksanaan tugas daerah dan lembaga teknis daerah; c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah; d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah; e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretaris Daerah terdiri dari 3 (tiga) Asisten dan 9 (sembilan) Bagian, yang terdiri atas : Asisten terdiri dari 3 (tiga) bidang : 1. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, 2. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, 3. Asisten Administrasi Umum. Bagian pada Sekretariat Daerah, meliputi : 4. Bagian Pemerintahan, 5. Bagian Kesra, 6. Bagian Humas dan Protokoler, 7. Bagian Pertanahan, 8. Bagian Ekonomi, Pembangunan dan Pembinaan BUMD, 9. Bagian Penanaman Modal, 10. Bagian Hukum, 11. Bagian Umum dan Perlengkapan, 12. Bagian Organisasi dan Kelembagaan. SEKRETARIAT DPRD Sekretariat Daerah mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan DPRD. Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menyelenggarakan fungsi sebagai berikut. a. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD; b. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD; c. Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD; d. Penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD. Sekretariat DPRD terdiri dari 3 (tiga) bagian : 1. Bagian Umum; 2. Bagian keuangan; 3. Bagian Risalah dan Persidangan. DINAS DAERAH Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang dipimpin seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Daerah di Kabupaten Bangka Barat tahun 2010 adalah sebagai berikut : 1. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga 2. Dinas Kesehatan 3. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi 4. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Informatika 5. Dinas Pekerjaan Umum 6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM 7. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset 8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 9. Dinas Pertanian dan Peternakan 10. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 11. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral 12. Dinas Kelautan dan Perikanan LEMBAGA TEKNIS DAERAH Lembaga Teknis Daerah merupakan perangkat kelembagaan daerah yang berupa badan/kantor yang dikepalai oleh seorang Kepala Badan/Kepala Kantor sebagai unsur penunjang, berfungsi membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah untuk bidang-bidang tertentu. Kepala Badan/Kepala Kantor berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangka Barat adalah : 1. Inspektorat Kabupaten 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 3. Badan Kepegawaian Daerah 4. Badan Kesbangpol dan Linmas 5. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah 6. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 7. Satuan Polisi Pamong Praja 8. RSUD Sejiran Setason 9. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu 10. Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 11. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah PEMERINTAH KECAMATAN Pemerintah Kecamatan merupakan perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang Camat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan yang ada di lingkup Pemerintah Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan Muntok 2. Kecamatan Jebus 3. Kecamatan Kelapa 4. Kecamatan Tempilang 5. Kecamatan Simpangteritip 6. Kecamatan Parittiga Gambar 2.12 Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Bangka Barat BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIAT DAERAH SEKRETARIAT DPRD (Perda No. 3 Tahun 2008) STAF AHLI BUPATI (Perda No. 3 Tahun 2008) ASISTEN (Perda No. 3 Tahun 2008) BAGIA N UMUM BAGIAN KEUANGAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA & OLAHRAGA DINAS ESDM PEMERINTAHAN BAGIAN ADMINISTRASI UMUM PEREKONOMIAN & RISALAH & PERSIDANGAN & KESRA BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN PEMERINT AHAN KESRA HUMAS PROTOKOLE R PERTANAH AN BAGIAN PEMBANGUNAN EKONOMI, PEMBANGUNA N & BUMD BAGIAN PENANAMA N MODAL LEMBAGA TEKNIS DAERAH (Perda No. 4 Tahun 2008) (Perda No. 5 Tahun 2008) DINAS DINAS DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA & TRANSMIGRASI PERHUBUNGAN, PARIWISATA & INFORMATIKA DINAS DINAS PEKERJAAN UMUM PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN & ASET DINAS KEPENDUDUKAN & CATATAN SIPIL DINAS DINAS DINAS PERTANIAN & PETERNAKAN KEHUTANAN & PERKEBUNAN KELAUTAN & PERIKANAN INSPEKTORAT KABUPATEN BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK & PERLINDUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH BADAN PERENCANAN PEMBANGUNAN DAERAH BAGIAN HUKUM DINAS DAERAH KESEHATAN DINAS PERINDAG, KOPERASI DAN UKM ASISTEN ASISTEN BAGIAN BAGIAN UMUM DAN PERLENGK APAN ORGANISASI DAN KELEMBAGA AN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KANTOR ARSIP & PERPUSTAKAAN DAERAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANTOR PEMBERDAYAAN MASY. & PEMDES BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & KB KECAMATAN KELURAHAN