KEBIJAKAN TRANSFER SENJATA IRAN KE KAWASAN TIMUR TENGAH DAN AFRIKA (Studi Kasus: Penolakan Iran Terhadap Traktat Perdagangan Senjata Tahun 2013) Oleh: Rizqy Riandi1 ([email protected]) Pembimbing: Ahmad Jamaan, S.IP., M,Si Bibliografi: 3 jurnal; 4 buku; 9 publikasi; 4 laman internet; dan 2 video Jurusan Ilmu Hubungan Internasional – Prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya JL HR. Subrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28294 Telp/Fax. 0761-63277 Abstract This research reveals Iran’s motivation on the rejection of United Nations Arms Trade Treaty resolution adoption in 2013. This policy related to Iran’s foreign policy towards Middle east and Africa region. The treaty is the first international agreement that offers a comprehensive regulation about international arms transfer wich aimed to restrict arms flows from, to, and through every states which has imposed by embargo sanction, violent conflict and human rights abuses. The reason of the rejection of Arms Trade Treaty by Iran analyzed with realism though and theory of foreign policy. Concept of threat, national interest, national capability, and oppoturnity are factors that formulating a state’s foreign policy objective. This research using state level of analiysis as the focus of inquiry. Iran has a foreign policy objective to accommodating its political, military, and ideological interests toward Middle East and Africa region. The interest implemented in the form of arms transfer to both of regions. Although Iran still importing arms from many countries, but actually Iran has capability to independently producing and transferring its arms to other states. Thus, Iran stand against the Arms Trade Treaty of 2013 because this international instrument will threaten Iran’s arms transfer. Keywords: Africa, Arms Trade Treaty, Arms Transfer, Middle East, Foreign Policy 1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Angkatan 2011 JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ini menjelaskan politik luar negeri Iran ke kawasan Timur Tengah dan Afrika terutama terkait dengan kebijakannya yang menolak pengesahan Traktat Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2013. Penolakan terhadap ATT merupakan hasil elaborasi dari karakteristik politik luar negeri Iran, dinamika keamanan kawasan Timur Tengah dan Afrika serta kebijakan Iran dalam mensiasati berbagai sanksi yang dijatuhkan komunitas internasional. Kawasan Timur Tengah secara umum dipahami sebagai sekumpulan entitas politik yang membentang dari Mesir hingga Iran. Kawasan tersebut diwarnai kesenjangan stabilitas keamanan dan ekonomi yang luar biasa antar negara, konflik Sunni (Islam) – Syiah, konflik antar etnis, sengketa wilayah, ekstrimisme, separatisme dan sentimen anti Israel dan Barat. Revolusi Arab Spring sejak 2010 terutama dengan intervensi aktor luar kawasan semakin menunjukkan kerentanan yang sangat besar terhadap stabilitas politik dan keamanan di kawasan tersebut. Kawasan Afrika juga dilanda permasalahan keamanan yang sangat serius seperti konflik agama, etnis, sektarian, terorisme dan ekstrimisme, organisasi kejahatan internasional, konflik maritim hingga bajak laut. Kombinasi motif politik, ideologi, dan ekonomi menghasilkan berbagai konflik kekerasan yang sangat kompleks di Afrika yang hingga sekarang rumit untuk diselesaikan. JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Kebangkitan ideologi Syiah yang dipelopori Ayatullah Khameini merupakan nilai fundamental politik internal dan eksternal Iran. 2 Dalam konteks hubungan luar negeri, nilai ini diwujudkan dengan perluasan dan penguatan pengaruhnya terutama di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Pasukan pemerintah dan proksi-proksi Iran di luar negeri Iran juga dilibatkan untuk melaksanakan misi militeristik. Untuk mendukung program tersebut maka metode yang pasti dan paling utama digunakan adalah transfer senjata dalam bentuk ekspor, penyelundupan, dan lainnnya. Penyebaran senjata Iran telah mencapai beberapa negara seperti Suriah. Irak, Palestina, dan Yaman. Hingga akhir tahun 2013, 33.3 juta orang eksodus dan 1500 orang tewas setiap harinya akibat konflik bersenjata dan kekerasan terutama di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 60% pelanggaran hak asasi manusia melibatkan small arms dan light weapons. Industri persenjataan dunia memiliki aset yang sangat besar yang diperkirakan mencapai lebih dari $60 juta. Sekitar 8 juta small arms dan 12 miliar amunisi diproduksi setiap tahun dari industri ini dan diperkirakan saat ini terdapat lebih 875 juta senjata beredar di dunia3. 2 Ahmad Sahide, “Konflik Syi‟ah-Sunni PascaThe Arab Spring”, Jurnal Kawistara, vol.3 no.3 hlm 315 3 Internal Displacement Monitoring Centre. “Global Overview 2014: People internally displaced by conflict and violence” Mei 2014. Tersedia di: http://www.internaldisplacement.org/assets/publications/2014/20140 5-global-overview-2014-en.pdf [Diakses 7 Oktober 2015] dan Amnesty International. “10 2 Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan instrumen internasional sangat diperlukan untuk menerapkan standar internasional yang mencakup tranparansi dan akuntabilitas terkait pembatasan peredaran senjata lintas batas negara. negosiasi selama bertahuntahun, Traktat Perdagangan Senjata kemudian lahir disahkan tahun 2013. Arms Trade Treaty (ATT) adalah sebuah perjanjian multilateral yang dibentuk oleh Badan Organisasi PBB dengan tujuan untuk mengatur perdagangan senjata konvensional. Perjanjian tersebut menegaskan adanya persyaratan politik, hukum, dan keamanan kepada negara anggota PBB dalam hal perdagangan senjata antar negara. Republik Islam Iran, Korea Utara, dan Suriah memilih sikap menolak (against) pengesahan resolusi tentang perjanjian tersebut dalam pemungutan suara di Majelis Umum PBB. Delegasi Iran sejak proses negosiasi telah menunjukkan keberatannya terhadap ATT dan beberapa klausul di dalamnya yang dianggap tidak relevan dalam menyikapi permasalahan transfer senjata disamping fakta bahwa ATT berpotensi sangat merugikan bagi Iran kedepannnya. Kerangka Teori Untuk menjelaskan permasalahan penolakan Iran terhadap Traktat Perdagangan Senjata tahun 2013, penulis menggunakan tingkat analisis negara. Fokus dari tingkat analisa negara-bangsa adalah tindakan yang diambil oleh suatu negara dan bagaimana kebijakan dirumuskan oleh negara tersebut. killer facts: the global weapons trade” 2012. Tersedia di: http://www.amnesty.org.au/armstrade/comments/ 28098/ [Diakses 07 Oktober 2015] JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Analisis terhadap fenomena penolakan Iran diatas dianalisis menggunakan perspektif realism. Perspektif realisme muncul untuk menjawab ketidakmampuan perspektif idealisme memberikan eksplanasi yang memuaskan terhadap fenomena Perang Dunia 2 dan bubarnya Liga BangsaBangsa. Paul Viotti dan Mark Kauppi menjelaskan bahwa perspektif realisme dibangun atas empat asumsi dasar: yakni: (1) negara adalah aktor utama dan paling penting dalam sistem internasional yang anarki. (2) negara merupakan aktor kesatuan karena setiap elemen internal negara terintegrasi dalam bentuk hanya ada satu kebijakan yang dihasilkan pada satu waktu tertentu mengenai satu isu tertentu; (3) negara merupakan aktor yang rasional. Kebijakan yang rasional merujuk pada maksimalisasi keuntungan dan minimalisasi pengorbanan.; (4) keamanan nasional/internasional merupakan masalah paling utama mengingat sistem internasional yang bersifat anarkis. Dalam kondisi tersebut, hubungan antar negara menjadi konfliktual dan negara akan memfokuskan diri untuk mempertahankan eksistensinya (survival) yang diukur dengan seberapa besar tingkat keamanannya (security).4 Jika kita menggunakan perspektif realis, organisasi internasional seperti PBB akan dilihat sebagai refleksi dari balance of power negara-negara besar di dunia. Oleh karena itu, kerja sama multilateral di bawah PBB tak lain adalah upaya dari kelompok negara4 Viotti, P & Kauppi, M, International Relations Theory (4th Ed.). (New York: Longman, 2010) hlm. 42-43 3 negara besar untuk mengamankan posisi mereka dalam politik dunia. Sementara dalam melihat kerja sama internasional, kelompok realis menilai ada dua hal yang menjadi perhatian negara: peroleh relatif negara dan kecurangan yang dilakukan negara lain.5 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Politik Luar Negeri. Politik luar negeri dijelaskan sebagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara yang diawali dengan merumuskan tujuan dan cara dengan tujuan memengaruhi ataupun mengelola urusannya yang berada di luar batas wilayahnya dan biasanya dilakukan melalui hubungannya dengan pemerintah negara lain. Viotti dan Kauppi menjelaskan bahwa perilaku politik luar negeri suatu negara dibangun atas kombinasi empat faktor, yakni: ancaman, kapabilitas, kepentingan, dan peluang. Ancaman merupakan sesuatu yang berasal dari luar sistem/negara yang terdiri atas ancaman tradisional yang bersifat fisik dan ancaman nontradisional yang bersifat non-fisik. Kapabilitas merupakan istilah teknis untuk kekuatan (power) yang dimiliki suatu negara, apakah itu kapabilitas politik, kapabilitas militer, ekonomi, geografi, populasi, dan sosial-budaya. Kapabilitas merupakan modal bagi suatu negara untuk mengimplementasikan politik luar negerinya sekaligus berperan sebagai daya tawarnya dalam berhadapan dengan negara lain. Sedangkan, peluang berkaitan dengan situasi dan kondisi politik di luar negeri yang bisa dimanfaatkan keuntungan suatu negara. Gambar 1: Bagan Perumusan Tujuan Politik Luar Negeri Ancaman Peluang Mearsheimer, J.J., 1994. The False Promise of International Institutions. International Security, Vol. 19, No. 3, hal. 13 JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Politik Luar Negeri Kapabilitas Kepentingan Kepentingan nasional dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. 6 Menurut Nuechterlein, ada empat kepentingan dasar yang memotivasi suatu negara untuk menjalankan kepentingan nasional, yaitu: (1) kepentingan pertahanan; (2) kepentingan ekonomi; (3) kepentingan tatanan dunia; (4) kepentingan ideologi. Iran berusaha mengkalkulasikan ancaman politik dan militer dari aktor internal dan eksternal kawasan dan kepentingan ideology, politik, militer, dan ekonominya sesuai dengan doktrin politik luar negerinya. Kapabilitas Iran, baik dari sisi geografi, populasi, hingga militer seperti kemampuan untuk memproduksi senjata sendiri serta situasi dan kondisi kawasan Timur Tengah dan Afrika yang bisa dimanfaatkan Iran juga menjadi bahan pertimbangan Iran untuk merumuskan beberapa kebijakan yang 6 5 untuk Anak Agung & Yanyan Yani., 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Edisi kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm 35 4 salah satunya diregulasi dalam ATT yakni kebijakan transfer senjatanya ke kedua kawasan diatas. Persyaratanpersyaratan yang ditegaskan ATT sangat berpotensi mengancam berlangsungnya kebijakan transfer senjata tersebut. PEMBAHASAN Gambaran Umum Negara Iran Iran adalah sebuah daratan dibagian sebuah negara Timur Tengah dengan total luas ± 1.648.000 km2. Sejarah Iran terbagi atas masa Kekaisaran Persia Kuno, masa kekhalifahan Islam Persia, masa kedinastian Syiah, dan masa Revolusi Syiah sejak 1979. Iran memiliki jumlah penduduk lebih dari 80 juta jiwa yang didominasi oleh Persia dan terdapat beberapa etnis minoritas seperti Kurdi, Azeri, Arab, dan Turki. Lebih dari 90% populasi Iran adalah pemeluk Syiah, diikuti oleh Islam Sunnah sekitar 5%. Iran memiliki nama resmi Jomhuri-ye Eslami-ye Iran atau Republik Islam Iran. Pemimpin tertinggi Iran adalah imam Ayatullah Khameini dan pemerintahan dipimpin oleh seorang Presiden. Iran memiliki potensi ekonomi yang besar dalam bidang pertanian, industri, dan jasa, namun hingga kini Iran masih menggantungkan diri pada ekspor minyak-gas, kebijakan ekonominya masih cenderung statis dan tidak efisien. Iran adalah salah satu penghasil dan pemilik cadangan minyak dan gas terbesar di dunia. 7 7 Central Intelligence Agency The World Factbook. “Iran”. Tersedia di: https://www.cia.gov/library/publications/theworld-factbook/geos/ir.html [Diakes 06 Oktober 2015] JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Militer Iran terdiri atas pasukan regular, Garda Revolusi Iran, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Pasukan Penegak Hukum. Iran termasuk dalam 25 negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia dan memiliki kapabilitas untuk memproduksi senjata nuklir. Dengan anggaran pertahanan lebih dari US$6 Milyar, Iran terus menggenjot kualitas dan kuantitas alutsistanya dengan produksi sendiri ataupun impor. Perumusan Senjata Iran Kebijakan Transfer Transfer senjata internasional menurut Arms Trade Treaty tahun 2013 mencakup segala kegiatan ekspor, impor, transit, lintas-pengiriman, dan perantaraan. Formulasi kebijakan transfer senjata Iran dilakukan atas dasar pertimbangan ancaman dan kepentingannya terhadap kedua kawasan tersebut serta dengan mengkalkulasikan kapabilitas yang dimiliki dan peluang yang dilihat Iran dalam kondisi politik internasional. . Secara umum, sumber ancaman eksternal terbesar Iran adalah hegemoni Amerika Serikat di tingkat regional dan global serta rivalitas ideologi Syiah yang dianut oleh Iran dengan Islam yang dianut sebagian besar negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Kapabilitas Iran cukup mumpuni dalam hal geografi, demografi dan energi. Sekalipun dalam status diembargo dan sempat mengalami penurunan yang signifikan pasca perang delapan tahun dengan Irak, kapabilitas militer Iran secara bertahap terus meningkat hingga kini masuk dalam jajaran negara pengekpor produk 5 pertahanan. 8 Bahkan dalam hal perdagangan beberapa jenis senjata konvensional seperti Small Arms and Light Weapons (SALW), Iran dapat memainkan peran yang lebih besar sebagai penyedia (supplier) dibandingkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Perancis.9 Iran memiliki kepentingan untuk mempertahankan dan memperluas pengaruh politiknya di Timur Tengah dan Afrika. Kepentingan keamanan Iran ditujukan untuk mengatasi ancaman eksternal diatas serta menjamin keamanan sektor ekonomi dan stabilitas politik internalnya. Masa penandatanganan ATT merupakan masa dimana Afrika dan Timur Tengah dilanda gejolak politik internal yang beberapa diantaranya berdampak pada perubahan besar pada politik domestik. Pada masa tersebut juga negara-negara di kawasan tersebut mengalami reorientasi politik luar negeri bahkan hingga intervensi militer asing. Peristiwa yang dikenal sebagai Revolusi Musim Semi ini merupakan peluang bagi Iran seperti turunnya rezim Mubarak Mesir yang anti-Iran sekaligus tantangan bagi Iran dengan terguncangnya pemerintahan Al-Assad di Suriah yang merupakan sekutu Iran. Permasalahan yang muncul dalam pencarian data lebih detail mengenai kebijakan transfer senjata tersebut adalah kenyataan bahwa Iran 8 Lihat: “Iran can now export weapons to over 50 countries” The Jerusalem Post, 10 Juni 2010. Tersedia di: http://www.jpost.com/IranianThreat/News/Iran-can-now-export-weapons-toover-50-countries. [Diakses 10 September 2015] 9 Denise Garcia. “Small Arms and Security: New Emerging International Norms. (New York: Routledge, 2006) hlm. 38 JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 merupakan negara paling tertutup di dunia soal perdagangan senjatanya. Berdasarkan data Barometer Transparansi Perdagangan Small-Arms tahun 2009, Iran bersama-sama dengan Korea Utara berada di peringkat terendah di dunia dengan total nilai adalah 0.00. Barometer tersebut memiliki lingkup penilaian yang begitu komprehensif dengan juga menganalisis ekspor sementara, pemakaian akhir, transfer tak berwujud, transit/lintas pengiriman, dan legislasi ekspor senjata serta pengimplementasiannya.10 Transfer senjata Iran ke sebagian besar mitranya di Timur Tengah dan Afrika yang berkonflik dilaksanakan oleh Pasukan Al-Quds dari Korps Penjaga Revolusi Islam Iran (IRGC-QF) yang berada dibawah perintah langsung Pemimpin Tertinggi Khamenei. Al-Quds melaksanakan tugas peperangan inkonvensional di luar negeri dengan memanfaatkan kelompok pemberontak, maupun milisi sebagai proksi. 11 Proses ini dilakukan dengan melibatkan kerjasama para produsen senjata Iran, perusahaan yang terlibat dalam proses pengiriman dan aktor penerima di internal negara tujuan transfer senjata.12 10 Lihat tabel daftar peringkat Transparansi Perdagangan Small Arms tahun 2009 di: Small Arms Survey 2009. Chapter 1.“Sifting the Sources: Authorized Small Arms Transfers. Tersedia di: http://www.smallarmssurvey.org/fileadmin/docs/ A-Yearbook/2009/en/Small-Arms-Survey-2009Chapter-01-EN.pdf [Diakses 06 September 2015] hlm. 48-50 11 Anthony Cordesman & Martin Kleiber. “Iran‟s Military Forces and Warfighting Capabilities: The Threat in the Northern Gulf” London: Praeger Security International,2007) hlm. 78 12 Frederick Kagan, Ahmad Majidyar, Danielle Pletka, dan Marissa Sullivan. “Iranian Influence in the Levant, Egypt, Iraq, and Afghanistan” 6 Di Timur Tengah, transfer senjata Iran terutama ditujukan kepada Irak, Libanon, Palestina, Suriah, dan Yaman. Sementara itu di Afrika, Sudan masih merupakan mitra utama Iran, namun juga tercatat sejumlah negara Afrika lainnya juga menerima transfer. Transfer tersebut bisa berupa yang ditujukan kepada pemerintah maupun terhadap aktor non-negara yang berada di negara tersebut. Transfer Senjata Iran ke Irak Iran memiliki setidaknya empat tujuan politik luar negerinya terhadap Irak, yaitu: (1) menjamin Irak tidak lagi memiliki kapabilitas militer hingga ke tingkat yang mengancam bagi Iran seperti pada masa Saddam Husein sebelumnya; (2) mempertahankan dan bahkan memperkuat dominasi Syiah di kehidupan bernegara dan bermasyarakat Irak; (3) melawan pengaruh Barat, Turki, dan negara-negara Muslim Arab; dan (4) memposisikan Irak sebagai basis untuk proyeksi pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah. Diantara metode yang paling efektif yang digunakan Iran untuk mengkomodasi keseluruhan misi diatas adalah dengan mendukung kelompok bersenjata pro-Iran di Irak yang melibatkan peran aktif Pasukan Garda Revolusi Iran. Sebagian besar data transfer senjata Iran ke Irak hanya diketahui melalui hasil investigasi dan penyitaan senjata gelap di Irak yang dilakukan Amerika Serikat dan koalisi pasca invasi tahun 2003. Senjata manufaktur Iran mendominasi penyitaan diatas yang (American Enterprise Institute and the Institute for the Study of War, May 2012) JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 mencapai hampir sepertiga dari total perolehan. Hampir seluruh senjata Iran tersebut diproduksi sejak 2003 dan sebagian besar berumur kurang dari dua tahun saat senjata ini ditemukan. Ratusan mortar, roket, granat berpendorong roket (RPG), dan peledak C4 produksi Iran ditemukan selama penggeledahan tersebut. Amerika Serikat juga mengidentifikasi salah satu diantara beberapa jenis Man-Portable Air Defense System (MANPADS) adalah Misagh-1 yang merupakan salinan desain MANPADS QW-1 Tiongkok yang diproduksi di Iran. 13 Jenis senjata lainnya yang adalah RPG-29 buatan Iran yang sering digunakan oleh militan pemberontak.14 Pada tahun 2011, tentara Amerika Serikat di Irak mengalami beberapa serangan dari militan Syiah yang berakibat pada jatuhnya korban jiwa. Serangan dilakukan dengan senjata Improvised Rocket-Assisted Munitions (IRAM). Transfer senjata ini dilakukan oleh Iran dengan membayar supir truk asal Irak untuk membawa senjata memasuki perbatasan.15 Transfer Senjata Iran ke Suriah 13 Small Arms Survey 2012. “Surveying the Battlefield: Illicit Arms In Afghanistan, Iraq, and Somalia” Tersedia di: http://www.smallarmssurvey.org/publications/by -type/yearbook/small-arms-survey-2012.html [Diakses 06 September 2015] hlm. 317 14 Schroeder, M & Buongiorno, M. (2010). Iraq: Shoulder-fired missile in video of insurgent attack could be Iranian. Missile Watch, 3(2), 6. 15 Jay Solomon. “Iran Funnels New Weapons to Iraq and Afghanistan” The Wall Street Journal, 02 July 2011. Tersedia di: http://www.wsj.com/articles/SB10001424052702 303763404576420080640167182 [Diakses 16 September 2015] Lihat juga: Sherlock72. “CNN: Militias Using Iranian Weapons to Target U.S. in Iraq” YouTube, 06 Juli 2011. Tersedia di: https://www.youtube.com/watch?v=BB6orBRCVo [Diakses 29 September 2015] 7 Suriah merupakan sekutu terdekat Iran saat ini di Timur Tengah. Tampuk kekuasaan Suriah dipegang oleh minoritas Alawiyah yang Syiah. Iran sangat mengapresiasi sikap tegas Suriah terhadap Israel serta orientasi politik luar ngeri dan militernya pada Rusia yang juga menjadi mitra utama Iran. Dalam konteks geopolitik dan geostrategi, Suriah juga merupakan wilayah yang tepat untuk melancarkan taktik perang asimetris Iran terhadap Israel. Negara ini juga menjadi landasan bagi Iran untuk memproyeksikan dominasi Iran ke seluruh Timur Tengah. Iran mempunyai kepentingan untuk mempertahankan rezim otoriter Bashar al-Assad dengan segera memberikan bantuan politik, ekonomi, intelijen, dan militer kepada Suriah.Iran juga memberikan bantuan pada paramiliter Jaysh al-Sha„bi, milisi pro pemerintah dan proksi Iran yakni Hizbullah dan militan Syiah Irak.16 Iran dengan cepat memberikan respon terhadap konflik sipil di Suriah. Tanggal 19 Maret 2011 kargo berisi berbagai jenis senjata ditemukan otoritas Turki dari sebuah pesawat kargo asal Iran yang transit di Turki untuk tujuan Aleppo, Suriah. Pesawat kargo Ilyushin76 milik maskapai Yas Air tersebut membawa 19 kotak yang terdiri atas: 60 senapan AK-47/Kalashnikov; 14 BKC senapan mesin; 7.920 butir amunisi Kalashnikov; 560 selongsong mortar 60 16 Will Fulton, Robert Frasco, dan Ariel FarrarWellman. “Syria-Iran Foreign Relations” Iran Tracker, 15 Agustus 2011. Tersedia di: http://www.irantracker.org/foreignrelations/syria-iran-foreign-relations [Diakses 05 September 2015] hlm. 19-23 JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 mm; dan 1288 selongsong mortar 120 mm.17 Sejak 2009 terdapat indikasi bahkan bukti keberadaan senjata dan proyek pertahanan Iran di Suriah. Iran telah meningkatkan kualitas dan kuantitas misil Suriah seperti dengan menambahkan fitur kendali satelit dan mensuplai roket Fateh-110 buatan Iran yang memiliki daya jelajah menengah.18 September 2010, beacukai Italia menemukan kontainer berisi 7 ton peledak T4 Iran yang akan dibawa menuju Suriah. Beberapa video yang dipublikasikan dalam situs berbagi video YouTube menunjukkan bukti keterlibatan berbagai jenis senjata Iran dalam konflik sipil di Suriah.Terdapat roket 107 mm produk Iran yang biasanya diluncurkan dari peluncur roket berganda tipe-63. Roket yang dibuat tahun 2012 ini ditemukan di Agraba, Damaskus. 19 Selain itu, di video lainnya yang berdurasi 2 menit 9 detik juga diperlihatkan sebuah kotak bermuatan dua bom mortar 120 mm yang diproduksi tahun 2012.20 17 United Nations Security Council. “Final report of the Panel of Experts established pursuant to resolution 1929 (2010)” 12 Juni 2015. Tersedia di: http://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B 65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3CF6E4FF96FF9%7D/s_2012_395.pdf hlm.10-11 18 Frederick Kagan, Ahmad Majidyar, Danielle Pletka, dan Marissa Sullivan. Op.Cit., hlm. 22 19 Brown Moses.“Iranian 107mm Rocket Manufactured In 2012 Found In Agraba, Damascus” 20 Mei 2013. Tersedia di: https://www.youtube.com/watch?v=mNS5Woiod Q0 [Diakses 16 September 2015] 20 Brown Moses. “Iranian Mortar Rounds Produced After 2012 In Syria” 26 Mei 2013. Tersedia di: 8 Transfer Senjata Iran ke Libanon Libanon dahulunya merupakan medan pertarungan politik antara Arab Saudi, Iran, Israel, dan Arab Saudi. Namun dalam perkembangannya, Iran menjadi aktor eksternal tunggal dengan pengaruhnya yang semakin kuat dalam urusan internal Libanon, terutama setelah berdirinya proksi ternama Iran yakni Hizbullah (Partai Allah) pada tahun 1982. Organisasi politik dan paramiliter bentukan Pasukan Penjaga Revolusi Islam Iran ini memiliki ideologi anti-aliansi Zionisme-Amerika Serikat dan revolusi kebangkitan Syiah dan telah menyebar di Timur Tengah, sebagian besar Afrika. Iran mengalokasikan dana yang besar hingga sedikitnya 100 juta dollar Amerika Serikat setahun ketika Hizbullah berperang dengan Israel pada tahun 2006. Iran bahkan juga memberikan senjata yang canggih pada seperti misil fateh dengan jangkauan 155 km, misil permukaan ke permukaan M600 dengan jangkauan tembak hingga 250 km, sistem misil anti-pesawat SA-8, meriam lapis baja 125 mm, sistem radar dan lainlain.21 Transfer Senjata Iran ke Palestina Tindakan aneksasi Israel atas wilayah Palestina merupakan perhatian paling utama politik luar negeri Iran sejak revolusi 1979. Iran-Israel sebelumnya di era Shah Iran merupakan aliansi yang kuat dan membangun kerjasama yang sangat komprehensif hingga ke tingkat kerjasama https://www.youtube.com/watch?v=oFRWzAID 7h0 [Diakses 16 September 2015 21 Frederick Kagan, Ahmad Majidyar, Danielle Pletka, dan Marissa Sullivan. Op.Cit., hlm. 36-37 JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 keamanan.Namun demikian, ideologi Syiah yang dianut Iran hingga hari ini membuat hubungan kedua negara berubah menjadi saling bermusuhan dan rezim Zionis Israel terus menjadi sasaran propaganda Iran yang masif. Proksi Iran yang paling utama di Palestina adalah Jihad Islam Palestina, gerakan yang didirikan oleh Fathi Shakaki yang terinspirasi dari Revolusi Syiah Iran 1979.Shakaki menawarkan sesuatu juga revolusioner karena Shakaki adalah seorang Muslim namun memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap kebangkitan Syiah. Hubungan keduanya bersifat ideologis dan bertahan selagi Jihad Islam Palestina menerima prinsip-prinsip Syiah. Gerakan tersebut menerima bantuan dana dan senjata dari Iran dan turut mendukung militansi Hizbullah.22 Iran berkonstribusi dalam menyediakan seluruh senjata yang berada di Gaza. Jalur transfer senjata utama dari Iran ke Jalur Gaza adalah melalui Sudan dan Semenanjung Sinai, Mesir. Selama tahun 2010 ratusan roket terstandar yang kebanyakan memiliki lingkup 20 dan 40 km, ribuan mortar, lusinan senjata anti-tank, berton-ton peledak serta bahan peledaknya diselundupkan ke Gaza. Pada 15 Maret 2011, pasukan Israel menggerebek sebuah kapal berbendera Liberia. Kapal tersebut membawa 50 ton senjata dari Iran yang diantaranya terdiri atas selongsong mortar, misil anti-kapal C22 Asmaa Al Ghoul. “Palestinian Islamic Jihad: Iran Supplies All Weapons in Gaza” Al Monitor, 14 Mei 2013. Tersedia di: http://www.almonitor.com/pulse/originals/2013/05/gazaislamic-jihad-and-iranian-arms.html [Diakses 21 September 2015] 9 704 yang memiliki jangkauan 35 km, sistem radar dan hampir 67.000 peluru senapan Kalashnikov.23 Pada tahun yang sama Dinas Rahasia Nigeria menangkap 13 kontainer senjata Iran di pelabuhan di kota Lagos yang dicurigai ditujukan untuk Hamas. Kargo tersebut terdiri atas peluncur roket, granat, dan peledak. Transfer Senjata Iran ke Yaman Kepentingan politik Iran di Yaman sama seperti negara-negara lainnya di Timur Tengah yakni mendukung gerakan Syiah di luar negeri dan memperkuat pengaruhnya sekaligus menekan hegemoni Arab-Islam di Timur Tengah. Posisi geostrategis Yaman yang membentang di sepanjang selatan Jazirah Arab, tepi Laut Merah, dan selat Bab el Mandeb akan memberikan keuntungan bagi Iran untuk mengamankan jalur laut Teluk Persia ke Eropa yang juga merupakan jalur transfer senjatanya terutama ke Afrika dan Gaza. Pada tanggal 23 Januari 2013, pasukan keamanan Yaman menangkap sebuah kapal yang berangkat dari Iran menuju Yaman. Kapal tersebut bermuatan senjata dan peralatan militer yang sebagian besar merupakan buatan Iran dan ditujukan ke Sa‟ada, basis pemberontak Syiah Houthi. Adapun detail muatan kapal tersebut diantaranya: Roket Katyusha 122 mm; Misil anti pesawat; Rocket Propelled Grenade (RPG) dan peluncurnya; Teropong malam buatan Iran; Sistem identifikasi darat dan laut dengan cakupan hingga 40 23 The Investigative Project on Terrorism. “More Iranian Arms Intercepted” 16 Maret 2011. Tersedia di: http://www.investigativeproject.org/2691/moreiranian-arms-intercepted# [Diakses 19 September 2015] JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 kilometer; Peredam suara untuk senjata otomatis; Peledak RDX dan C4; Peralatan elektronik untuk peledakan IED; Amunisi senapan; Senjata mesin berat; dan peralatan-peralatan militer lainnya. Transfer Senjata Iran ke Afrika Pasca revolusi, Iran memandang Afrika sebagai kawasan yang memiliki potensi sangat besar baik untuk tujuan ekspansi ekonomi, perluasan pengaruh politik hingga perdagangan senjata. Riset terhadap peredaran senjata gelap di belasan negara Afrika membuktikan temuan berbagai jenis senjata yang berasal atau diproduksi oleh Iran dalam jumlah besar. Diantara yang cukup terabaikan adalah fakta bahwa amunisi merupakan presentasi terbesar dari senjata-senjata Iran tersebut dan mayoritas berada dipihak yang tidak memenuhi kualifikasi hukum – diembargo, teroris, dan pemberontak. Hizbullah, salah satu grup yang dicap teroris oleh sebagian besar negara dunia, telah beroperasi di Afrika selama beberapa dekade untuk mengakomodasi kepentingan Iran di benua tersebut. Investigasi Conflict Armament Research di sembilan negara – Sudan, Sudan Selatan, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Guinea, Nigeria, Niger, Uganda, dan Kenya, menunjukkan bukti nyata transfer senjata Iran ke wilayah Sub-Sahara Afrika. Disamping amunisi yang menjadi fokus utama investigasi tersebut, berbagai jenis senjata lain yang mendukung bukti diatas juga ditemukan diantaranya adalah mortar, roket berpendorong granat dan peluncurnya, granat tangan, ranjau anti10 personil, senjata berkaliber besar (roket) hingga Unmanned Aerial Vehicle/Drone. Traktat Perdagangan Senjata ATT melingkupi setidaknya delapan kategori senjata konvensional yakni: tank tempur, kendaraan tempur lapis baja, sistem artileri berkaliber besar, pesawat tempur, helicopter serang, kapal perang, rudal dan peluncur rudal, serta small arms & light weapons (SALW). Selain itu amunisi dan komponen dari persenjataan diatas juga menjadi lingkup dari perjanjian tersebut. Adapun dalam hal objek aktivitas, ATT meregulasi setiap bentuk ekspor, impor, transit, pengapalan, perantaraan (brokering), dan pengalihan yang kesemuanya dijabarkan dengan jelas dari pasal 7 hingga pasal 11. Berdasarkan penjabaran dalam pasal 6 dan pasal 7 ATT, dapat dirumuskan beberapa poin larangan dalam transfer senjata internasional yang legal:, yakni: melanggar setiap kebijakan yang diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB terutama embargo, melangar instumen internasional lainnya yang dimana negara tersebut menjadi anggota, diketahui digunakan untuk genosida, kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang, terorisme, organisasi kejahatan transnasional, pelanggaran HAM, dan hal-hal lainnya yang dapat merusak keamanan dan kedamaian. Pernyataan Politik Iran Pemungutan suara tanggal 2 April 2013 menghasilkan 154 negara menyetujui disahkannya ATT, 23 negara abstain, dan 3 negara menolak, termasuk JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Iran. Dalam pidatonya, pimpinan delegasi Iran, Muhammad Khazai menjabarkan bahwa ada sejumlah prinsip dasar hukum dan perjanjian internasional yang tidak dipenuhi oleh traktat tersebut, diantaranya: prinsip non intervensi, prinsip non-interferensi, prinsip penghormatan atas kedaulatan negara, dan prinsip non-diskriminatif. Iran menegaskan pada dasarnya setiap negara memiliki hak fundamental yakni keamanan (security) dan pembelaan diri (self defense). , Khazai menambahkan bahwa ATT mengabaikan perimbangan hak, kewajiban, dan kepentingan antara negara-negara pengekspor dengan pengimpor persenjataan. Bagi Iran ATT terlampau menekankan standar politik dan HAM negara tujuan ekspor dan tidak mempertimbangkan fakta yang lebih penting bahwa banyak negara yang mempertanyakan legitimasi aksi militer negara-negara agresor yang sering menyebabkan korban di pihak yang tak bersalah.24 24 Islamic Republic of Iran Permanent Mission to the United Nations. Statement by H.E. Ambassador Mohammad Khazaee Permanent Representative of The Islamic Republic of Iran to the United Nations at the United Nations Conference on the Arms Trade Treaty. Tersedia di: http://www.un.org/disarmament/ATT/statements/ docs/20120710/20120710_Iran_E.pdf [Diakses 27 Agustus 2015] Lihat juga publikasi rekaman audio-visual pidato Mohammad Khazaee di Sidang Pemungutan Suara Rancangan Resolusi ATT dalam: United Nations WEB TV. “(Part 1) 17th meeting, Final United Nations Conference on the Arms Trade Treaty (18 - 28 March 2013)”. Tersedia di: http://webtv.un.org/search/part-1-17th-meetingfinal-united-nations-conference-on-the-armstrade-treaty-18-28-march2013/2261438789001?term=arms%20trade%20tr eaty&languages=&sort=date [Diakses 30 Maret 2015] 11 Delegasi Iran juga menunjukkan keberatan dengan beberapa klausa dan regulasi yang termaktub dalam ATT yang dianggap bersifat diskriminatif dan mengancam kepentingan nasionalnya. Diantara yang menjadi sorotan adalah dimasukkannya regulasi atas suku cadang, komponen, amunisi, dan servis alat persenjataan. Selain itu, ayat 1 huruf g dan h dalam pasal 2 ATT tentang dimasukkannya peluru kendali, peluncur peluru kendali, small arms, dan light weapons. Legalitas Transfer Senjata Iran Berkaitan dengan transfer senjata yang berasal dari Iran, Resolusi 1747 yang diadopsi Dewan Keamanan PBB pada pertemuan ke-5647 tanggal 24 Maret 2007 pada alinea kelima memutuskan bahwa Iran dilarang memasok, menjual, atau mentransfer senjata ke negara manapun. 25 Resolusi 1747 juga diperkuat dengan Resolusi 1929 yang diadopsi Dewan Keamanan PBB pada pertemuan ke-6335 tanggal 9 Juni 2010 yang memberikan kewenangan kepada setiap negara untuk memeriksa, menangkap, dan membuang (dihancurkan/disimpan) senjata yang berada di teritorial mereka yang terkait transfer senjata dari dan ke Iran. Resolusi ini bahkan memperluas kewenangan negara-negara untuk mengadakan inspeksi terhadap kapalkapal yang diduga membawa kargo yang melanggar sanksi embargo atas Iran di 25 United Nations Security Council. “Resolution 1747 (2007)”. Tersedia di: https://www.iaea.org/sites/default/files/unsc_res1 747-2007.pdf [Diakses 27 September 2015] JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 tengah laut (high sea) yang tidak berada dibawah yurisdiksi negara manapun. 26 Permasalahan legalitas terkait transfer senjatanya tidak hanya berasal dari status Iran itu sendiri sebagai ekspor, namun juga keabsahan negaranegara di kawasan Timur Tengah dan Afrika khususnya untuk menerima transfer senjata berasal dari Iran. Berdasarkan data transfer senjata yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa hampir seluruh negara penerima memiliki masalah dari sanksi embargo, isu terorisme hingga kejahatan perang. Tabel 1: Legalitas Negara Tujuan Tranfer Senjata Iran NEGARA Irak Libanon Palestina Suriah Yaman Sudan Pantai Gading Guinea Rep. Kongo STATUS Embargo, Terorisme Embargo, Terorisme Terorisme Kejahatan Kemanusiaan Terorisme Embargo Embargo Pelanggaran HAM Embargo Simpulan Pada tanggal 2 April 2013, Traktat Perdagangan Senjata resmi diadopsi oleh Perserikatan BangsaBangsa sebagai langkah lanjutan untuk mengendalikan transfer senjata internasional. Iran menyatakan menentang dalam pemungutan suara 26 United Nations Security Council. “Resolution 1929 (2010)” Tersedia di: https://www.iaea.org/sites/default/files/unsc_res1 929-2010.pdf [Diakses 27 September 2007] 12 terkait pengesahan perjanjian ini. Melalui penelitian tersebut diketahui bahwa penolakan ini berkaitan dengan keberlangsungan transfer senjata Iran ke negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Wilayah Timur Tengah tetap menjadi fokus utama politik luar negerinya dan Afrika menjadi sasaran baru politik ekspansionisme Iran. Dapat disimpulkan, garis besar politik luar negeri Iran saat ini di kedua kawasan tersebut adalah: (1) mereduksi pengaruh Barat dan Israel; (2) menyebarkan ideologi Syiah; (3) menentang hegemoni Arab-Islam; dan (4) mencari dukungan terhadap program-program lainnya seperti nuklir dan ekonomi. Terancamnya kebijakan transfer senjata Iran jika diberlakukan ATT merupakan alasan Iran menyatakan menolak menandatangani traktat tersebut. Traktat Perdagangan Senjata memberikan regulasi yang menyeluruh untuk menghentikan seluruh transfer senjata dari Iran mengingat traktat tersebut memperkuat keputusan embargo yang telah dikeluarkan Dewan Keamanan PBB. Iran dilarang mentransfer dan menerima transfer senjata dari negara manapun bahkan setiap negara diharapkan pro-aktif mendukung pelaksanaan embargo tersebut. Lebih lanjut, hampir seluruh mitra utama Iran di Timur Tengah dan Afrika dilarang menerima transfer senjata dari manapun termasuk dari Iran akibat permasalahan embargo, terorisme, dan HAM yang mereka alami. Kebijakan transfer senjata merupakan metode yang paling efektif yang diimplementasikan Iran saat ini untuk mengakomodasikan politik luar JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 negerinya diatas. Kebijakan ini dibangun atas dasar pertimbangan empat faktor: ancaman politik-keamanan yang datang dari Amerika Serikat, Israel, dan negaranegara Arab; Kapabilitas Iran yang mampu memproduksi sendiri senjatasenjata; Kepentingan politik, keamanan, dan ideologi Syiah Iran; dan Peluang yang dimanfaatkan Iran di kawasan Timur Tengah dan Afrika terutama ketika Revolusi Musim Semi Arab melanda kedua kawasan tersebut. Daftar Pustaka Jurnal Ahmad Sahide, “Konflik Syi‟ah-Sunni Pasca - The Arab Spring”, Jurnal Kawistara, Vol.3 No.3 Mearsheimer, J.J., 1994. The False Promise of International Institutions. International Security, Vol. 19, No. 3 Schroeder, M & Buongiorno, M. (2010). Iraq: Shoulder-fired missile in video of insurgent attack could be Iranian. Missile Watch, 3(2), 6-8. Buku Agung, A & Yani, Y. (2006). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Edisi kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya Cordesman, A & Kleiber, M. (2007). Iran’s Military Forces and Warfighting Capabilities: The Threat in the Northern Gulf. London: Praeger Security International. Garcia, D. (2006). Small Arms and Security: New Emerging International Norms. New York: Routledge 13 Viotti, P & Kauppi, M, (2010). International Relations Theory (4th Ed.). New York: Longman. Publikasi Internal Displacement Monitoring Centre. “Global Overview 2014: People internally displaced by conflict and violence” Mei 2014. Tersedia di: http://www.internaldisplacement.org/assets/publications/201 4/201405-global-overview-2014-en.pdf Islamic Republic of Iran Permanent Mission to the United Nations. Statement by H.E. Ambassador Mohammad Khazaee Permanent Representative of The Islamic Republic of Iran to the United Nations at the United Nations Conference on the Arms Trade Treaty. Tersedia di: http://www.un.org/disarmament/ATT/sta tements/docs/20120710/20120710_Iran_ E.pdf Kagan, F; Majidyar, A; Pletka, D; dan Sullivan. M. “Iranian Influence in the Levant, Egypt, Iraq, and Afghanistan” (American Enterprise Institute and the Institute for the Study of War, May 2012) Small Arms Survey 2009. Chapter 1.“Sifting the Sources: Authorized Small Arms Transfers. Tersedia di: http://www.smallarmssurvey.org/fileadm in/docs/A-Yearbook/2009/en/SmallArms-Survey-2009-Chapter-01-EN.pdf Small Arms Survey 2012. “Surveying the Battlefield: Illicit Arms In Afghanistan, Iraq, and Somalia” Tersedia di: http://www.smallarmssurvey.org/publica JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 tions/by-type/yearbook/small-armssurvey-2012.html United Nations Security Council. “Final report of the Panel of Experts established pursuant to resolution 1929 (2010)” 12 Juni 2015. Tersedia di: http://www.securitycouncilreport.org/atf/ cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3CF6E4FF96FF9%7D/s_2012_395.pdf United Nations Security Council. “Resolution 1747 (2007)”. Tersedia di: https://www.iaea.org/sites/default/files/u nsc_res1747-2007.pdf [Diakses 27 September 2015] United Nations Security Council. “Resolution 1929 (2010)” Tersedia di: https://www.iaea.org/sites/default/files/u nsc_res1929-2010.pdf Will Fulton, Robert Frasco, dan Ariel Farrar-Wellman. “Syria-Iran Foreign Relations” Iran Tracker, 15 Agustus 2011. Tersedia di: http://www.irantracker.org/foreignrelations/syria-iran-foreign-relations Laman Internet Amnesty International. “10 killer facts: the global weapons trade” 2012. Tersedia di: http://www.amnesty.org.au/armstrade/co mments/28098/ Asmaa Al Ghoul. “Palestinian Islamic Jihad: Iran Supplies All Weapons in Gaza” Al Monitor, 14 Mei 2013. Tersedia di: http://www.almonitor.com/pulse/originals/2013/05/gaz a-islamic-jihad-and-iranian-arms.html [Diakses 21 September “Iran can now export weapons to over 50 countries” The Jerusalem Post, 10 Juni 14 2010. Tersedia http://www.jpost.com/IranianThreat/News/Iran-can-now-exportweapons-to-over-50-countries. di: Solomon, J. “Iran Funnels New Weapons to Iraq and Afghanistan” The Wall Street Journal, 2011. Tersedia di: http://www.wsj.com/articles/SB1000142 405270230376340457642008064016718 2 Video Brown Moses.“Iranian 107mm Rocket Manufactured In 2012 Found In Agraba, Damascus” 20 Mei 2013. Tersedia di: https://www.youtube.com/watch?v=mN S5WoiodQ0 [Diakses 16 September 2015] JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Sherlock72. “CNN: Militias Using Iranian Weapons to Target U.S. in Iraq” YouTube, 06 Juli 2011. Tersedia di: https://www.youtube.com/watch?v=BB6 or-BRCVo United Nations WEB TV. “(Part 1) 17th meeting, Final United Nations Conference on the Arms Trade Treaty (18 - 28 March 2013)”. Tersedia di: http://webtv.un.org/search/part-1-17thmeeting-final-united-nations-conferenceon-the-arms-trade-treaty-18-28-march2013/2261438789001?term=arms%20tra de%20treaty&languages=&sort=date [Diakses 30 Maret 2015] 15