KEBIJAKAN TRANSFER SENJATA IRAN KE KAWASAN

advertisement
KEBIJAKAN TRANSFER SENJATA IRAN KE KAWASAN TIMUR TENGAH
DAN AFRIKA (Studi Kasus: Penolakan Iran Terhadap Traktat Perdagangan
Senjata Tahun 2013)
Oleh:
Rizqy Riandi1
([email protected])
Pembimbing: Ahmad Jamaan, S.IP., M,Si
Bibliografi: 3 jurnal; 4 buku; 9 publikasi; 4 laman internet; dan 2 video
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional – Prodi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya JL HR. Subrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28294 Telp/Fax.
0761-63277
Abstract
This research reveals Iran’s motivation on the rejection of United Nations Arms
Trade Treaty resolution adoption in 2013. This policy related to Iran’s foreign policy
towards Middle east and Africa region. The treaty is the first international agreement that
offers a comprehensive regulation about international arms transfer wich aimed to
restrict arms flows from, to, and through every states which has imposed by embargo
sanction, violent conflict and human rights abuses.
The reason of the rejection of Arms Trade Treaty by Iran analyzed with realism
though and theory of foreign policy. Concept of threat, national interest, national
capability, and oppoturnity are factors that formulating a state’s foreign policy objective.
This research using state level of analiysis as the focus of inquiry.
Iran has a foreign policy objective to accommodating its political, military, and
ideological interests toward Middle East and Africa region. The interest implemented in
the form of arms transfer to both of regions. Although Iran still importing arms from
many countries, but actually Iran has capability to independently producing and
transferring its arms to other states. Thus, Iran stand against the Arms Trade Treaty of
2013 because this international instrument will threaten Iran’s arms transfer.
Keywords: Africa, Arms Trade Treaty, Arms Transfer, Middle East, Foreign Policy
1
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Angkatan 2011
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian ini menjelaskan politik
luar negeri Iran ke kawasan Timur
Tengah dan Afrika terutama terkait
dengan kebijakannya yang menolak
pengesahan Traktat Perdagangan Senjata
(Arms
Trade
Treaty/ATT)
oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
tahun 2013. Penolakan terhadap ATT
merupakan
hasil
elaborasi
dari
karakteristik politik luar negeri Iran,
dinamika keamanan kawasan Timur
Tengah dan Afrika serta kebijakan Iran
dalam mensiasati berbagai sanksi yang
dijatuhkan komunitas internasional.
Kawasan Timur Tengah secara
umum dipahami sebagai sekumpulan
entitas politik yang membentang dari
Mesir hingga Iran. Kawasan tersebut
diwarnai
kesenjangan
stabilitas
keamanan dan ekonomi yang luar biasa
antar negara, konflik Sunni (Islam) –
Syiah, konflik antar etnis, sengketa
wilayah, ekstrimisme, separatisme dan
sentimen anti Israel dan Barat. Revolusi
Arab Spring sejak 2010 terutama dengan
intervensi aktor luar kawasan semakin
menunjukkan kerentanan yang sangat
besar terhadap stabilitas politik dan
keamanan di kawasan tersebut. Kawasan
Afrika juga dilanda permasalahan
keamanan yang sangat serius seperti
konflik agama, etnis, sektarian, terorisme
dan ekstrimisme, organisasi kejahatan
internasional, konflik maritim hingga
bajak laut. Kombinasi motif politik,
ideologi, dan ekonomi menghasilkan
berbagai konflik kekerasan yang sangat
kompleks di Afrika yang hingga
sekarang rumit untuk diselesaikan.
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
Kebangkitan ideologi Syiah yang
dipelopori
Ayatullah
Khameini
merupakan nilai fundamental politik
internal dan eksternal Iran. 2 Dalam
konteks hubungan luar negeri, nilai ini
diwujudkan dengan perluasan dan
penguatan pengaruhnya terutama di
kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Pasukan pemerintah dan proksi-proksi
Iran di luar negeri Iran juga dilibatkan
untuk melaksanakan misi militeristik.
Untuk mendukung program tersebut
maka metode yang pasti dan paling
utama digunakan adalah transfer senjata
dalam bentuk ekspor, penyelundupan,
dan lainnnya. Penyebaran senjata Iran
telah mencapai beberapa negara seperti
Suriah. Irak, Palestina, dan Yaman.
Hingga akhir tahun 2013, 33.3
juta orang eksodus dan 1500 orang tewas
setiap harinya akibat konflik bersenjata
dan kekerasan terutama di kawasan
Timur Tengah dan Afrika. Statistik
menunjukkan bahwa lebih dari 60%
pelanggaran
hak
asasi
manusia
melibatkan small arms dan light
weapons. Industri persenjataan dunia
memiliki aset yang sangat besar yang
diperkirakan mencapai lebih dari $60
juta. Sekitar 8 juta small arms dan 12
miliar amunisi diproduksi setiap tahun
dari industri ini dan diperkirakan saat ini
terdapat lebih 875 juta senjata beredar di
dunia3.
2
Ahmad Sahide, “Konflik Syi‟ah-Sunni PascaThe Arab Spring”, Jurnal Kawistara, vol.3 no.3
hlm 315
3
Internal Displacement Monitoring Centre.
“Global Overview 2014: People internally
displaced by conflict and violence” Mei 2014.
Tersedia di: http://www.internaldisplacement.org/assets/publications/2014/20140
5-global-overview-2014-en.pdf [Diakses 7
Oktober 2015] dan Amnesty International. “10
2
Berdasarkan hal tersebut maka
diperlukan
instrumen
internasional
sangat diperlukan untuk menerapkan
standar internasional yang mencakup
tranparansi dan akuntabilitas terkait
pembatasan peredaran senjata lintas
batas negara. negosiasi selama bertahuntahun, Traktat Perdagangan Senjata
kemudian lahir disahkan tahun 2013.
Arms Trade Treaty (ATT) adalah sebuah
perjanjian multilateral yang dibentuk
oleh Badan Organisasi PBB dengan
tujuan untuk mengatur perdagangan
senjata konvensional. Perjanjian tersebut
menegaskan adanya persyaratan politik,
hukum, dan keamanan kepada negara
anggota PBB dalam hal perdagangan
senjata antar negara. Republik Islam
Iran, Korea Utara, dan Suriah memilih
sikap menolak (against) pengesahan
resolusi tentang perjanjian tersebut
dalam pemungutan suara di Majelis
Umum PBB. Delegasi Iran sejak proses
negosiasi
telah
menunjukkan
keberatannya terhadap ATT dan
beberapa klausul di dalamnya yang
dianggap tidak relevan dalam menyikapi
permasalahan transfer senjata disamping
fakta bahwa ATT berpotensi sangat
merugikan bagi Iran kedepannnya.
Kerangka Teori
Untuk menjelaskan permasalahan
penolakan
Iran terhadap Traktat
Perdagangan Senjata tahun 2013, penulis
menggunakan tingkat analisis negara.
Fokus dari tingkat analisa negara-bangsa
adalah tindakan yang diambil oleh suatu
negara dan bagaimana kebijakan
dirumuskan oleh negara tersebut.
killer facts: the global weapons trade” 2012.
Tersedia di:
http://www.amnesty.org.au/armstrade/comments/
28098/ [Diakses 07 Oktober 2015]
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
Analisis terhadap fenomena penolakan
Iran diatas dianalisis menggunakan
perspektif realism. Perspektif realisme
muncul
untuk
menjawab
ketidakmampuan perspektif idealisme
memberikan
eksplanasi
yang
memuaskan terhadap fenomena Perang
Dunia 2 dan bubarnya Liga BangsaBangsa. Paul Viotti dan Mark Kauppi
menjelaskan bahwa perspektif realisme
dibangun atas empat asumsi dasar:
yakni: (1) negara adalah aktor utama dan
paling
penting
dalam
sistem
internasional yang anarki. (2) negara
merupakan aktor kesatuan karena setiap
elemen internal negara terintegrasi dalam
bentuk hanya ada satu kebijakan yang
dihasilkan pada satu waktu tertentu
mengenai satu isu tertentu; (3) negara
merupakan
aktor
yang
rasional.
Kebijakan yang rasional merujuk pada
maksimalisasi
keuntungan
dan
minimalisasi
pengorbanan.;
(4)
keamanan
nasional/internasional
merupakan masalah paling utama
mengingat sistem internasional yang
bersifat anarkis. Dalam kondisi tersebut,
hubungan
antar
negara
menjadi
konfliktual
dan
negara
akan
memfokuskan
diri
untuk
mempertahankan
eksistensinya
(survival) yang diukur dengan seberapa
besar tingkat keamanannya (security).4
Jika kita menggunakan perspektif
realis, organisasi internasional seperti
PBB akan dilihat sebagai refleksi dari
balance of power negara-negara besar di
dunia. Oleh karena itu, kerja sama
multilateral di bawah PBB tak lain
adalah upaya dari kelompok negara4
Viotti, P & Kauppi, M, International Relations
Theory (4th Ed.). (New York: Longman, 2010)
hlm. 42-43
3
negara besar untuk mengamankan posisi
mereka dalam politik dunia. Sementara
dalam melihat kerja sama internasional,
kelompok realis menilai ada dua hal
yang menjadi perhatian negara: peroleh
relatif negara dan kecurangan yang
dilakukan negara lain.5
Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori Politik Luar
Negeri. Politik luar negeri dijelaskan
sebagai usaha yang dilakukan oleh
pemerintah suatu negara yang diawali
dengan merumuskan tujuan dan cara
dengan tujuan memengaruhi ataupun
mengelola urusannya yang berada di luar
batas wilayahnya dan biasanya dilakukan
melalui hubungannya dengan pemerintah
negara lain. Viotti dan Kauppi
menjelaskan bahwa perilaku politik luar
negeri suatu negara dibangun atas
kombinasi empat faktor, yakni: ancaman,
kapabilitas, kepentingan, dan peluang.
Ancaman merupakan sesuatu yang
berasal dari luar sistem/negara yang
terdiri atas ancaman tradisional yang
bersifat fisik dan ancaman nontradisional yang bersifat non-fisik.
Kapabilitas merupakan istilah teknis
untuk kekuatan (power) yang dimiliki
suatu negara, apakah itu kapabilitas
politik, kapabilitas militer, ekonomi,
geografi, populasi, dan sosial-budaya.
Kapabilitas merupakan modal bagi suatu
negara untuk mengimplementasikan
politik luar negerinya sekaligus berperan
sebagai
daya
tawarnya
dalam
berhadapan
dengan
negara
lain.
Sedangkan, peluang berkaitan dengan
situasi dan kondisi politik di luar negeri
yang
bisa
dimanfaatkan
keuntungan suatu negara.
Gambar 1: Bagan Perumusan Tujuan
Politik Luar Negeri
Ancaman
Peluang
Mearsheimer, J.J., 1994. The False Promise of
International Institutions. International Security,
Vol. 19, No. 3, hal. 13
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
Politik
Luar
Negeri
Kapabilitas
Kepentingan
Kepentingan nasional dijelaskan
sebagai tujuan fundamental dan faktor
penentu akhir yang mengarahkan para
pembuat keputusan dari suatu negara
dalam merumuskan kebijakan luar
negerinya. 6 Menurut Nuechterlein, ada
empat
kepentingan
dasar
yang
memotivasi
suatu
negara
untuk
menjalankan kepentingan nasional,
yaitu: (1) kepentingan pertahanan; (2)
kepentingan ekonomi; (3) kepentingan
tatanan dunia; (4) kepentingan ideologi.
Iran berusaha mengkalkulasikan
ancaman politik dan militer dari aktor
internal dan eksternal kawasan dan
kepentingan ideology, politik, militer,
dan ekonominya sesuai dengan doktrin
politik luar negerinya. Kapabilitas Iran,
baik dari sisi geografi, populasi, hingga
militer seperti kemampuan untuk
memproduksi senjata sendiri serta situasi
dan kondisi kawasan Timur Tengah dan
Afrika yang bisa dimanfaatkan Iran juga
menjadi bahan pertimbangan Iran untuk
merumuskan beberapa kebijakan yang
6
5
untuk
Anak Agung & Yanyan Yani., 2006. Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional. Edisi kedua.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm 35
4
salah satunya diregulasi dalam ATT
yakni kebijakan transfer senjatanya ke
kedua kawasan diatas. Persyaratanpersyaratan yang ditegaskan ATT sangat
berpotensi mengancam berlangsungnya
kebijakan transfer senjata tersebut.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Negara Iran
Iran adalah sebuah daratan
dibagian sebuah negara Timur Tengah
dengan total luas ± 1.648.000 km2.
Sejarah Iran terbagi atas masa
Kekaisaran
Persia
Kuno,
masa
kekhalifahan Islam Persia, masa
kedinastian Syiah, dan masa Revolusi
Syiah sejak 1979. Iran memiliki jumlah
penduduk lebih dari 80 juta jiwa yang
didominasi oleh Persia dan terdapat
beberapa etnis minoritas seperti Kurdi,
Azeri, Arab, dan Turki. Lebih dari 90%
populasi Iran adalah pemeluk Syiah,
diikuti oleh Islam Sunnah sekitar 5%.
Iran memiliki nama resmi Jomhuri-ye
Eslami-ye Iran atau Republik Islam Iran.
Pemimpin tertinggi Iran adalah imam
Ayatullah Khameini dan pemerintahan
dipimpin oleh seorang Presiden. Iran
memiliki potensi ekonomi yang besar
dalam bidang pertanian, industri, dan
jasa, namun hingga kini Iran masih
menggantungkan diri pada ekspor
minyak-gas, kebijakan ekonominya
masih cenderung statis dan tidak efisien.
Iran adalah salah satu penghasil dan
pemilik cadangan minyak dan gas
terbesar di dunia. 7
7
Central Intelligence Agency The World
Factbook. “Iran”. Tersedia di:
https://www.cia.gov/library/publications/theworld-factbook/geos/ir.html [Diakes 06 Oktober
2015]
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
Militer Iran terdiri atas pasukan
regular, Garda Revolusi Iran, Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara,
dan Pasukan Penegak Hukum. Iran
termasuk dalam 25 negara dengan
kekuatan militer terbesar di dunia dan
memiliki kapabilitas untuk memproduksi
senjata nuklir. Dengan anggaran
pertahanan lebih dari US$6 Milyar, Iran
terus menggenjot kualitas dan kuantitas
alutsistanya dengan produksi sendiri
ataupun impor.
Perumusan
Senjata Iran
Kebijakan
Transfer
Transfer senjata internasional
menurut Arms Trade Treaty tahun 2013
mencakup segala kegiatan ekspor, impor,
transit,
lintas-pengiriman,
dan
perantaraan.
Formulasi
kebijakan
transfer senjata Iran dilakukan atas dasar
pertimbangan
ancaman
dan
kepentingannya terhadap kedua kawasan
tersebut serta dengan mengkalkulasikan
kapabilitas yang dimiliki dan peluang
yang dilihat Iran dalam kondisi politik
internasional. . Secara umum, sumber
ancaman eksternal terbesar Iran adalah
hegemoni Amerika Serikat di tingkat
regional dan global serta rivalitas
ideologi Syiah yang dianut oleh Iran
dengan Islam yang dianut sebagian besar
negara di kawasan Timur Tengah dan
Afrika. Kapabilitas Iran cukup mumpuni
dalam hal geografi, demografi dan
energi.
Sekalipun
dalam
status
diembargo dan sempat mengalami
penurunan yang signifikan pasca perang
delapan tahun dengan Irak, kapabilitas
militer Iran secara bertahap terus
meningkat hingga kini masuk dalam
jajaran negara pengekpor produk
5
pertahanan. 8 Bahkan dalam hal
perdagangan beberapa jenis senjata
konvensional seperti Small Arms and
Light Weapons (SALW), Iran dapat
memainkan peran yang lebih besar
sebagai
penyedia
(supplier)
dibandingkan
negara-negara
besar
seperti Amerika Serikat dan Perancis.9
Iran memiliki kepentingan untuk
mempertahankan
dan
memperluas
pengaruh politiknya di Timur Tengah
dan Afrika. Kepentingan keamanan Iran
ditujukan untuk mengatasi ancaman
eksternal
diatas
serta
menjamin
keamanan sektor ekonomi dan stabilitas
politik
internalnya.
Masa
penandatanganan ATT merupakan masa
dimana Afrika dan Timur Tengah
dilanda gejolak politik internal yang
beberapa diantaranya berdampak pada
perubahan besar pada politik domestik.
Pada masa tersebut juga negara-negara
di
kawasan
tersebut
mengalami
reorientasi politik luar negeri bahkan
hingga intervensi militer asing. Peristiwa
yang dikenal sebagai Revolusi Musim
Semi ini merupakan peluang bagi Iran
seperti turunnya rezim Mubarak Mesir
yang anti-Iran sekaligus tantangan bagi
Iran
dengan
terguncangnya
pemerintahan Al-Assad di Suriah yang
merupakan sekutu Iran.
Permasalahan
yang
muncul
dalam pencarian data lebih detail
mengenai kebijakan transfer senjata
tersebut adalah kenyataan bahwa Iran
8
Lihat: “Iran can now export weapons to over 50
countries” The Jerusalem Post, 10 Juni 2010.
Tersedia di: http://www.jpost.com/IranianThreat/News/Iran-can-now-export-weapons-toover-50-countries. [Diakses 10 September 2015]
9
Denise Garcia. “Small Arms and Security: New
Emerging International Norms. (New York:
Routledge, 2006) hlm. 38
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
merupakan negara paling tertutup di
dunia soal perdagangan senjatanya.
Berdasarkan
data
Barometer
Transparansi Perdagangan Small-Arms
tahun 2009, Iran bersama-sama dengan
Korea Utara berada di peringkat
terendah di dunia dengan total nilai
adalah
0.00.
Barometer
tersebut
memiliki lingkup penilaian yang begitu
komprehensif dengan juga menganalisis
ekspor sementara, pemakaian akhir,
transfer tak berwujud, transit/lintas
pengiriman, dan legislasi ekspor senjata
serta pengimplementasiannya.10
Transfer senjata Iran ke sebagian
besar mitranya di Timur Tengah dan
Afrika yang berkonflik dilaksanakan
oleh Pasukan Al-Quds dari Korps
Penjaga Revolusi Islam Iran (IRGC-QF)
yang berada dibawah perintah langsung
Pemimpin Tertinggi Khamenei. Al-Quds
melaksanakan
tugas
peperangan
inkonvensional di luar negeri dengan
memanfaatkan kelompok pemberontak,
maupun milisi sebagai proksi. 11 Proses
ini dilakukan dengan melibatkan
kerjasama para produsen senjata Iran,
perusahaan yang terlibat dalam proses
pengiriman dan aktor penerima di
internal negara tujuan transfer senjata.12
10
Lihat tabel daftar peringkat Transparansi
Perdagangan Small Arms tahun 2009 di: Small
Arms Survey 2009. Chapter 1.“Sifting the
Sources: Authorized Small Arms Transfers.
Tersedia di:
http://www.smallarmssurvey.org/fileadmin/docs/
A-Yearbook/2009/en/Small-Arms-Survey-2009Chapter-01-EN.pdf [Diakses 06 September 2015]
hlm. 48-50
11
Anthony Cordesman & Martin Kleiber. “Iran‟s
Military Forces and Warfighting Capabilities:
The Threat in the Northern Gulf” London:
Praeger Security International,2007) hlm. 78
12
Frederick Kagan, Ahmad Majidyar, Danielle
Pletka, dan Marissa Sullivan. “Iranian Influence
in the Levant, Egypt, Iraq, and Afghanistan”
6
Di Timur Tengah, transfer
senjata Iran terutama ditujukan kepada
Irak, Libanon, Palestina, Suriah, dan
Yaman. Sementara itu di Afrika, Sudan
masih merupakan mitra utama Iran,
namun juga tercatat sejumlah negara
Afrika lainnya juga menerima transfer.
Transfer tersebut bisa berupa yang
ditujukan kepada pemerintah maupun
terhadap aktor non-negara yang berada
di negara tersebut.
Transfer Senjata Iran ke Irak
Iran memiliki setidaknya empat
tujuan politik luar negerinya terhadap
Irak, yaitu: (1) menjamin Irak tidak lagi
memiliki kapabilitas militer hingga ke
tingkat yang mengancam bagi Iran
seperti pada masa Saddam Husein
sebelumnya; (2) mempertahankan dan
bahkan memperkuat dominasi Syiah di
kehidupan bernegara dan bermasyarakat
Irak; (3) melawan pengaruh Barat, Turki,
dan negara-negara Muslim Arab; dan (4)
memposisikan Irak sebagai basis untuk
proyeksi pengaruh Iran di kawasan
Timur Tengah. Diantara metode yang
paling efektif yang digunakan Iran untuk
mengkomodasi keseluruhan misi diatas
adalah dengan mendukung kelompok
bersenjata pro-Iran di Irak yang
melibatkan peran aktif Pasukan Garda
Revolusi Iran.
Sebagian besar data transfer
senjata Iran ke Irak hanya diketahui
melalui hasil investigasi dan penyitaan
senjata gelap di Irak yang dilakukan
Amerika Serikat dan koalisi pasca invasi
tahun 2003. Senjata manufaktur Iran
mendominasi penyitaan diatas yang
(American Enterprise Institute and the Institute
for the Study of War, May 2012)
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
mencapai hampir sepertiga dari total
perolehan. Hampir seluruh senjata Iran
tersebut diproduksi sejak 2003 dan
sebagian besar berumur kurang dari dua
tahun saat senjata ini ditemukan. Ratusan
mortar, roket, granat berpendorong roket
(RPG), dan peledak C4 produksi Iran
ditemukan
selama
penggeledahan
tersebut.
Amerika
Serikat
juga
mengidentifikasi salah satu diantara
beberapa jenis Man-Portable Air
Defense System (MANPADS) adalah
Misagh-1 yang merupakan salinan
desain MANPADS QW-1 Tiongkok
yang diproduksi di Iran. 13 Jenis senjata
lainnya yang adalah RPG-29 buatan Iran
yang sering digunakan oleh militan
pemberontak.14 Pada tahun 2011, tentara
Amerika Serikat di Irak mengalami
beberapa serangan dari militan Syiah
yang berakibat pada jatuhnya korban
jiwa. Serangan dilakukan dengan senjata
Improvised Rocket-Assisted Munitions
(IRAM). Transfer senjata ini dilakukan
oleh Iran dengan membayar supir truk
asal Irak untuk membawa senjata
memasuki perbatasan.15
Transfer Senjata Iran ke Suriah
13
Small Arms Survey 2012. “Surveying the
Battlefield: Illicit Arms In Afghanistan, Iraq, and
Somalia” Tersedia di:
http://www.smallarmssurvey.org/publications/by
-type/yearbook/small-arms-survey-2012.html
[Diakses 06 September 2015] hlm. 317
14
Schroeder, M & Buongiorno, M. (2010). Iraq:
Shoulder-fired missile in video of insurgent
attack could be Iranian. Missile Watch, 3(2), 6.
15
Jay Solomon. “Iran Funnels New Weapons to
Iraq and Afghanistan” The Wall Street Journal,
02 July 2011. Tersedia di:
http://www.wsj.com/articles/SB10001424052702
303763404576420080640167182 [Diakses 16
September 2015] Lihat juga: Sherlock72. “CNN:
Militias Using Iranian Weapons to Target U.S. in
Iraq” YouTube, 06 Juli 2011. Tersedia di:
https://www.youtube.com/watch?v=BB6orBRCVo [Diakses 29 September 2015]
7
Suriah
merupakan
sekutu
terdekat Iran saat ini di Timur Tengah.
Tampuk kekuasaan Suriah dipegang oleh
minoritas Alawiyah yang Syiah. Iran
sangat mengapresiasi sikap tegas Suriah
terhadap Israel serta orientasi politik luar
ngeri dan militernya pada Rusia yang
juga menjadi mitra utama Iran. Dalam
konteks geopolitik dan geostrategi,
Suriah juga merupakan wilayah yang
tepat untuk melancarkan taktik perang
asimetris Iran terhadap Israel. Negara ini
juga menjadi landasan bagi Iran untuk
memproyeksikan dominasi Iran ke
seluruh Timur Tengah. Iran mempunyai
kepentingan untuk mempertahankan
rezim otoriter Bashar al-Assad dengan
segera memberikan bantuan politik,
ekonomi, intelijen, dan militer kepada
Suriah.Iran juga memberikan bantuan
pada paramiliter Jaysh al-Sha„bi, milisi
pro pemerintah dan proksi Iran yakni
Hizbullah dan militan Syiah Irak.16
Iran dengan cepat memberikan
respon terhadap konflik sipil di Suriah.
Tanggal 19 Maret 2011 kargo berisi
berbagai jenis senjata ditemukan otoritas
Turki dari sebuah pesawat kargo asal
Iran yang transit di Turki untuk tujuan
Aleppo, Suriah. Pesawat kargo Ilyushin76 milik maskapai Yas Air tersebut
membawa 19 kotak yang terdiri atas: 60
senapan AK-47/Kalashnikov; 14 BKC
senapan mesin; 7.920 butir amunisi
Kalashnikov; 560 selongsong mortar 60
16
Will Fulton, Robert Frasco, dan Ariel FarrarWellman. “Syria-Iran Foreign Relations” Iran
Tracker, 15 Agustus 2011. Tersedia di:
http://www.irantracker.org/foreignrelations/syria-iran-foreign-relations [Diakses 05
September 2015] hlm. 19-23
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
mm; dan 1288 selongsong mortar 120
mm.17
Sejak 2009 terdapat indikasi
bahkan bukti keberadaan senjata dan
proyek pertahanan Iran di Suriah. Iran
telah meningkatkan kualitas dan
kuantitas misil Suriah seperti dengan
menambahkan fitur kendali satelit dan
mensuplai roket Fateh-110 buatan Iran
yang memiliki daya jelajah menengah.18
September 2010, beacukai Italia
menemukan kontainer berisi 7 ton
peledak T4 Iran yang akan dibawa
menuju Suriah.
Beberapa
video
yang
dipublikasikan dalam situs berbagi video
YouTube
menunjukkan
bukti
keterlibatan berbagai jenis senjata Iran
dalam konflik sipil di Suriah.Terdapat
roket 107 mm produk Iran yang biasanya
diluncurkan dari peluncur roket berganda
tipe-63. Roket yang dibuat tahun 2012
ini ditemukan di Agraba, Damaskus. 19
Selain itu, di video lainnya yang
berdurasi 2 menit 9 detik juga
diperlihatkan sebuah kotak bermuatan
dua bom mortar 120 mm yang
diproduksi tahun 2012.20
17
United Nations Security Council. “Final report
of the Panel of Experts established pursuant to
resolution 1929 (2010)” 12 Juni 2015. Tersedia
di:
http://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B
65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3CF6E4FF96FF9%7D/s_2012_395.pdf hlm.10-11
18
Frederick Kagan, Ahmad Majidyar, Danielle
Pletka, dan Marissa Sullivan. Op.Cit., hlm. 22
19
Brown Moses.“Iranian 107mm Rocket
Manufactured In 2012 Found In Agraba,
Damascus” 20 Mei 2013. Tersedia di:
https://www.youtube.com/watch?v=mNS5Woiod
Q0 [Diakses 16 September 2015]
20
Brown Moses. “Iranian Mortar Rounds
Produced After 2012 In Syria” 26 Mei 2013.
Tersedia di:
8
Transfer Senjata Iran ke Libanon
Libanon dahulunya merupakan
medan pertarungan politik antara Arab
Saudi, Iran, Israel, dan Arab Saudi.
Namun dalam perkembangannya, Iran
menjadi aktor eksternal tunggal dengan
pengaruhnya yang semakin kuat dalam
urusan internal Libanon, terutama
setelah berdirinya proksi ternama Iran
yakni Hizbullah (Partai Allah) pada
tahun 1982. Organisasi politik dan
paramiliter bentukan Pasukan Penjaga
Revolusi Islam Iran ini memiliki
ideologi anti-aliansi Zionisme-Amerika
Serikat dan revolusi kebangkitan Syiah
dan telah menyebar di Timur Tengah,
sebagian
besar
Afrika.
Iran
mengalokasikan dana yang besar hingga
sedikitnya 100 juta dollar Amerika
Serikat setahun ketika Hizbullah
berperang dengan Israel pada tahun
2006. Iran bahkan juga memberikan
senjata yang canggih pada seperti misil
fateh dengan jangkauan 155 km, misil
permukaan ke permukaan M600 dengan
jangkauan tembak hingga 250 km,
sistem misil anti-pesawat SA-8, meriam
lapis baja 125 mm, sistem radar dan lainlain.21
Transfer Senjata Iran ke Palestina
Tindakan aneksasi Israel atas
wilayah Palestina merupakan perhatian
paling utama politik luar negeri Iran
sejak
revolusi
1979.
Iran-Israel
sebelumnya di era Shah Iran merupakan
aliansi yang kuat dan membangun
kerjasama yang sangat komprehensif
hingga
ke
tingkat
kerjasama
https://www.youtube.com/watch?v=oFRWzAID
7h0 [Diakses 16 September 2015
21
Frederick Kagan, Ahmad Majidyar, Danielle
Pletka, dan Marissa Sullivan. Op.Cit., hlm. 36-37
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
keamanan.Namun demikian, ideologi
Syiah yang dianut Iran hingga hari ini
membuat hubungan kedua negara
berubah menjadi saling bermusuhan dan
rezim Zionis Israel terus menjadi sasaran
propaganda Iran yang masif.
Proksi Iran yang paling utama di
Palestina adalah Jihad Islam Palestina,
gerakan yang didirikan oleh Fathi
Shakaki yang terinspirasi dari Revolusi
Syiah Iran 1979.Shakaki menawarkan
sesuatu juga revolusioner karena Shakaki
adalah
seorang
Muslim
namun
memberikan apresiasi yang luar biasa
terhadap kebangkitan Syiah. Hubungan
keduanya bersifat ideologis dan bertahan
selagi Jihad Islam Palestina menerima
prinsip-prinsip Syiah. Gerakan tersebut
menerima bantuan dana dan senjata dari
Iran dan turut mendukung militansi
Hizbullah.22
Iran
berkonstribusi
dalam
menyediakan seluruh senjata yang
berada di Gaza. Jalur transfer senjata
utama dari Iran ke Jalur Gaza adalah
melalui Sudan dan Semenanjung Sinai,
Mesir. Selama tahun 2010 ratusan roket
terstandar yang kebanyakan memiliki
lingkup 20 dan 40 km, ribuan mortar,
lusinan senjata anti-tank, berton-ton
peledak
serta
bahan
peledaknya
diselundupkan ke Gaza. Pada 15 Maret
2011, pasukan Israel menggerebek
sebuah kapal berbendera Liberia. Kapal
tersebut membawa 50 ton senjata dari
Iran yang diantaranya terdiri atas
selongsong mortar, misil anti-kapal C22
Asmaa Al Ghoul. “Palestinian Islamic Jihad:
Iran Supplies All Weapons in Gaza” Al Monitor,
14 Mei 2013. Tersedia di: http://www.almonitor.com/pulse/originals/2013/05/gazaislamic-jihad-and-iranian-arms.html [Diakses 21
September 2015]
9
704 yang memiliki jangkauan 35 km,
sistem radar dan hampir 67.000 peluru
senapan Kalashnikov.23 Pada tahun yang
sama Dinas Rahasia Nigeria menangkap
13 kontainer senjata Iran di pelabuhan di
kota Lagos yang dicurigai ditujukan
untuk Hamas. Kargo tersebut terdiri atas
peluncur roket, granat, dan peledak.
Transfer Senjata Iran ke Yaman
Kepentingan politik Iran di
Yaman sama seperti negara-negara
lainnya di Timur Tengah yakni
mendukung gerakan Syiah di luar negeri
dan memperkuat pengaruhnya sekaligus
menekan hegemoni Arab-Islam di Timur
Tengah. Posisi geostrategis Yaman yang
membentang di sepanjang selatan Jazirah
Arab, tepi Laut Merah, dan selat Bab el
Mandeb akan memberikan keuntungan
bagi Iran untuk mengamankan jalur laut
Teluk Persia ke Eropa yang juga
merupakan jalur transfer senjatanya
terutama ke Afrika dan Gaza.
Pada tanggal 23 Januari 2013,
pasukan keamanan Yaman menangkap
sebuah kapal yang berangkat dari Iran
menuju
Yaman.
Kapal
tersebut
bermuatan senjata dan peralatan militer
yang sebagian besar merupakan buatan
Iran dan ditujukan ke Sa‟ada, basis
pemberontak Syiah Houthi. Adapun
detail muatan kapal tersebut diantaranya:
Roket Katyusha 122 mm; Misil anti
pesawat; Rocket Propelled Grenade
(RPG) dan peluncurnya; Teropong
malam buatan Iran; Sistem identifikasi
darat dan laut dengan cakupan hingga 40
23
The Investigative Project on Terrorism. “More
Iranian Arms Intercepted” 16 Maret 2011.
Tersedia di:
http://www.investigativeproject.org/2691/moreiranian-arms-intercepted# [Diakses 19 September
2015]
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
kilometer; Peredam suara untuk senjata
otomatis; Peledak RDX dan C4;
Peralatan elektronik untuk peledakan
IED; Amunisi senapan; Senjata mesin
berat; dan peralatan-peralatan militer
lainnya.
Transfer Senjata Iran ke Afrika
Pasca revolusi, Iran memandang
Afrika sebagai kawasan yang memiliki
potensi sangat besar baik untuk tujuan
ekspansi ekonomi, perluasan pengaruh
politik hingga perdagangan senjata. Riset
terhadap peredaran senjata gelap di
belasan negara Afrika membuktikan
temuan berbagai jenis senjata yang
berasal atau diproduksi oleh Iran dalam
jumlah besar. Diantara yang cukup
terabaikan adalah fakta bahwa amunisi
merupakan presentasi terbesar dari
senjata-senjata Iran tersebut dan
mayoritas berada dipihak yang tidak
memenuhi
kualifikasi
hukum
–
diembargo, teroris, dan pemberontak.
Hizbullah, salah satu grup yang dicap
teroris oleh sebagian besar negara dunia,
telah beroperasi di Afrika selama
beberapa dekade untuk mengakomodasi
kepentingan Iran di benua tersebut.
Investigasi Conflict Armament
Research di sembilan negara – Sudan,
Sudan Selatan, Pantai Gading, Republik
Demokratik Kongo, Guinea, Nigeria,
Niger,
Uganda,
dan
Kenya,
menunjukkan bukti nyata transfer senjata
Iran ke wilayah Sub-Sahara Afrika.
Disamping amunisi yang menjadi fokus
utama investigasi tersebut, berbagai jenis
senjata lain yang mendukung bukti
diatas juga ditemukan diantaranya adalah
mortar, roket berpendorong granat dan
peluncurnya, granat tangan, ranjau anti10
personil, senjata berkaliber besar (roket)
hingga Unmanned Aerial Vehicle/Drone.
Traktat Perdagangan Senjata
ATT melingkupi setidaknya
delapan kategori senjata konvensional
yakni: tank tempur, kendaraan tempur
lapis baja, sistem artileri berkaliber
besar, pesawat tempur, helicopter serang,
kapal perang, rudal dan peluncur rudal,
serta small arms & light weapons
(SALW). Selain itu amunisi dan
komponen dari persenjataan diatas juga
menjadi lingkup dari perjanjian tersebut.
Adapun dalam hal objek aktivitas, ATT
meregulasi setiap bentuk ekspor, impor,
transit,
pengapalan,
perantaraan
(brokering), dan pengalihan yang
kesemuanya dijabarkan dengan jelas dari
pasal 7 hingga pasal 11. Berdasarkan
penjabaran dalam pasal 6 dan pasal 7
ATT, dapat dirumuskan beberapa poin
larangan
dalam
transfer
senjata
internasional
yang legal:, yakni:
melanggar setiap kebijakan yang
diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB
terutama embargo, melangar instumen
internasional lainnya yang dimana
negara tersebut menjadi anggota,
diketahui digunakan untuk genosida,
kejahatan
kemanusiaan,
kejahatan
perang, terorisme, organisasi kejahatan
transnasional, pelanggaran HAM, dan
hal-hal lainnya yang dapat merusak
keamanan dan kedamaian.
Pernyataan Politik Iran
Pemungutan suara tanggal 2
April 2013 menghasilkan 154 negara
menyetujui disahkannya ATT, 23 negara
abstain, dan 3 negara menolak, termasuk
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
Iran. Dalam pidatonya, pimpinan
delegasi Iran, Muhammad Khazai
menjabarkan bahwa ada sejumlah prinsip
dasar hukum dan perjanjian internasional
yang tidak dipenuhi oleh traktat tersebut,
diantaranya: prinsip non intervensi,
prinsip
non-interferensi,
prinsip
penghormatan atas kedaulatan negara,
dan prinsip non-diskriminatif. Iran
menegaskan pada dasarnya setiap negara
memiliki hak fundamental yakni
keamanan (security) dan pembelaan diri
(self defense). , Khazai menambahkan
bahwa ATT mengabaikan perimbangan
hak, kewajiban, dan kepentingan antara
negara-negara
pengekspor
dengan
pengimpor persenjataan. Bagi Iran ATT
terlampau menekankan standar politik
dan HAM negara tujuan ekspor dan tidak
mempertimbangkan fakta yang lebih
penting bahwa banyak negara yang
mempertanyakan legitimasi aksi militer
negara-negara agresor yang sering
menyebabkan korban di pihak yang tak
bersalah.24
24
Islamic Republic of Iran Permanent Mission to
the United Nations. Statement by H.E.
Ambassador Mohammad Khazaee Permanent
Representative of The Islamic Republic of Iran to
the United Nations at the United Nations
Conference on the Arms Trade Treaty. Tersedia
di:
http://www.un.org/disarmament/ATT/statements/
docs/20120710/20120710_Iran_E.pdf [Diakses
27 Agustus 2015] Lihat juga publikasi rekaman
audio-visual pidato Mohammad Khazaee di
Sidang Pemungutan Suara Rancangan Resolusi
ATT dalam: United Nations WEB TV. “(Part 1)
17th meeting, Final United Nations Conference
on the Arms Trade Treaty (18 - 28 March
2013)”. Tersedia di:
http://webtv.un.org/search/part-1-17th-meetingfinal-united-nations-conference-on-the-armstrade-treaty-18-28-march2013/2261438789001?term=arms%20trade%20tr
eaty&languages=&sort=date [Diakses 30 Maret
2015]
11
Delegasi Iran juga menunjukkan
keberatan dengan beberapa klausa dan
regulasi yang termaktub dalam ATT
yang dianggap bersifat diskriminatif dan
mengancam kepentingan nasionalnya.
Diantara yang menjadi sorotan adalah
dimasukkannya regulasi atas suku
cadang, komponen, amunisi, dan servis
alat persenjataan. Selain itu, ayat 1 huruf
g dan h dalam pasal 2 ATT tentang
dimasukkannya peluru kendali, peluncur
peluru kendali, small arms, dan light
weapons.
Legalitas Transfer Senjata Iran
Berkaitan dengan transfer senjata
yang berasal dari Iran, Resolusi 1747
yang diadopsi Dewan Keamanan PBB
pada pertemuan ke-5647 tanggal 24
Maret 2007 pada alinea kelima
memutuskan bahwa Iran dilarang
memasok, menjual, atau mentransfer
senjata ke negara manapun. 25 Resolusi
1747 juga diperkuat dengan Resolusi
1929 yang diadopsi Dewan Keamanan
PBB pada pertemuan ke-6335 tanggal 9
Juni
2010
yang
memberikan
kewenangan kepada setiap negara untuk
memeriksa, menangkap, dan membuang
(dihancurkan/disimpan) senjata yang
berada di teritorial mereka yang terkait
transfer senjata dari dan ke Iran.
Resolusi ini bahkan memperluas
kewenangan
negara-negara
untuk
mengadakan inspeksi terhadap kapalkapal yang diduga membawa kargo yang
melanggar sanksi embargo atas Iran di
25
United Nations Security Council. “Resolution
1747 (2007)”. Tersedia di:
https://www.iaea.org/sites/default/files/unsc_res1
747-2007.pdf [Diakses 27 September 2015]
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
tengah laut (high sea) yang tidak berada
dibawah yurisdiksi negara manapun. 26
Permasalahan legalitas terkait
transfer senjatanya tidak hanya berasal
dari status Iran itu sendiri sebagai
ekspor, namun juga keabsahan negaranegara di kawasan Timur Tengah dan
Afrika khususnya untuk menerima
transfer senjata berasal dari Iran.
Berdasarkan data transfer senjata yang
telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
dapat diketahui bahwa hampir seluruh
negara penerima memiliki masalah dari
sanksi embargo, isu terorisme hingga
kejahatan perang.
Tabel 1: Legalitas Negara Tujuan
Tranfer Senjata Iran
NEGARA
Irak
Libanon
Palestina
Suriah
Yaman
Sudan
Pantai Gading
Guinea
Rep. Kongo
STATUS
Embargo, Terorisme
Embargo, Terorisme
Terorisme
Kejahatan
Kemanusiaan
Terorisme
Embargo
Embargo
Pelanggaran HAM
Embargo
Simpulan
Pada tanggal 2 April 2013,
Traktat Perdagangan Senjata resmi
diadopsi oleh Perserikatan BangsaBangsa sebagai langkah lanjutan untuk
mengendalikan
transfer
senjata
internasional.
Iran
menyatakan
menentang dalam pemungutan suara
26
United Nations Security Council. “Resolution
1929 (2010)” Tersedia di:
https://www.iaea.org/sites/default/files/unsc_res1
929-2010.pdf [Diakses 27 September 2007]
12
terkait pengesahan perjanjian ini.
Melalui penelitian tersebut diketahui
bahwa penolakan ini berkaitan dengan
keberlangsungan transfer senjata Iran ke
negara-negara di kawasan Timur Tengah
dan Afrika. Wilayah Timur Tengah tetap
menjadi fokus utama politik luar
negerinya dan Afrika menjadi sasaran
baru politik ekspansionisme Iran. Dapat
disimpulkan, garis besar politik luar
negeri Iran saat ini di kedua kawasan
tersebut adalah: (1) mereduksi pengaruh
Barat dan Israel; (2) menyebarkan
ideologi Syiah; (3) menentang hegemoni
Arab-Islam; dan (4) mencari dukungan
terhadap
program-program
lainnya
seperti nuklir dan ekonomi.
Terancamnya kebijakan transfer
senjata Iran jika diberlakukan ATT
merupakan alasan Iran menyatakan
menolak
menandatangani
traktat
tersebut. Traktat Perdagangan Senjata
memberikan regulasi yang menyeluruh
untuk menghentikan seluruh transfer
senjata dari Iran mengingat traktat
tersebut memperkuat keputusan embargo
yang
telah
dikeluarkan
Dewan
Keamanan
PBB.
Iran
dilarang
mentransfer dan menerima transfer
senjata dari negara manapun bahkan
setiap negara diharapkan pro-aktif
mendukung
pelaksanaan
embargo
tersebut. Lebih lanjut, hampir seluruh
mitra utama Iran di Timur Tengah dan
Afrika dilarang menerima transfer
senjata dari manapun termasuk dari Iran
akibat permasalahan embargo, terorisme,
dan HAM yang mereka alami.
Kebijakan
transfer
senjata
merupakan metode yang paling efektif
yang diimplementasikan Iran saat ini
untuk mengakomodasikan politik luar
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
negerinya diatas. Kebijakan ini dibangun
atas dasar pertimbangan empat faktor:
ancaman politik-keamanan yang datang
dari Amerika Serikat, Israel, dan negaranegara Arab; Kapabilitas Iran yang
mampu memproduksi sendiri senjatasenjata; Kepentingan politik, keamanan,
dan ideologi Syiah Iran; dan Peluang
yang dimanfaatkan Iran di kawasan
Timur Tengah dan Afrika terutama
ketika Revolusi Musim Semi Arab
melanda kedua kawasan tersebut.
Daftar Pustaka
Jurnal
Ahmad Sahide, “Konflik Syi‟ah-Sunni
Pasca - The Arab Spring”, Jurnal
Kawistara, Vol.3 No.3
Mearsheimer, J.J., 1994. The False
Promise of International Institutions.
International Security, Vol. 19, No. 3
Schroeder, M & Buongiorno, M. (2010).
Iraq: Shoulder-fired missile in video of
insurgent attack could be Iranian. Missile
Watch, 3(2), 6-8.
Buku
Agung, A & Yani, Y. (2006). Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional. Edisi
kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya
Cordesman, A & Kleiber, M. (2007).
Iran’s Military Forces and Warfighting
Capabilities: The Threat in the Northern
Gulf.
London:
Praeger
Security
International.
Garcia, D. (2006). Small Arms and
Security: New Emerging International
Norms. New York: Routledge
13
Viotti, P & Kauppi, M, (2010).
International Relations Theory (4th Ed.).
New York: Longman.
Publikasi
Internal
Displacement
Monitoring
Centre. “Global Overview 2014: People
internally displaced by conflict and
violence” Mei 2014. Tersedia di:
http://www.internaldisplacement.org/assets/publications/201
4/201405-global-overview-2014-en.pdf
Islamic Republic of Iran Permanent
Mission to the United Nations.
Statement
by
H.E.
Ambassador
Mohammad
Khazaee
Permanent
Representative of The Islamic Republic
of Iran to the United Nations at the
United Nations Conference on the Arms
Trade
Treaty.
Tersedia
di:
http://www.un.org/disarmament/ATT/sta
tements/docs/20120710/20120710_Iran_
E.pdf
Kagan, F; Majidyar, A; Pletka, D; dan
Sullivan. M. “Iranian Influence in the
Levant, Egypt, Iraq, and Afghanistan”
(American Enterprise Institute and the
Institute for the Study of War, May
2012)
Small Arms Survey 2009. Chapter
1.“Sifting the Sources: Authorized Small
Arms
Transfers.
Tersedia
di:
http://www.smallarmssurvey.org/fileadm
in/docs/A-Yearbook/2009/en/SmallArms-Survey-2009-Chapter-01-EN.pdf
Small Arms Survey 2012. “Surveying
the Battlefield: Illicit Arms In
Afghanistan, Iraq, and Somalia”
Tersedia
di:
http://www.smallarmssurvey.org/publica
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
tions/by-type/yearbook/small-armssurvey-2012.html
United Nations Security Council. “Final
report of the Panel of Experts established
pursuant to resolution 1929 (2010)” 12
Juni
2015.
Tersedia
di:
http://www.securitycouncilreport.org/atf/
cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3CF6E4FF96FF9%7D/s_2012_395.pdf
United Nations Security Council.
“Resolution 1747 (2007)”. Tersedia di:
https://www.iaea.org/sites/default/files/u
nsc_res1747-2007.pdf
[Diakses
27
September 2015]
United Nations Security Council.
“Resolution 1929 (2010)” Tersedia di:
https://www.iaea.org/sites/default/files/u
nsc_res1929-2010.pdf
Will Fulton, Robert Frasco, dan Ariel
Farrar-Wellman. “Syria-Iran Foreign
Relations” Iran Tracker, 15 Agustus
2011.
Tersedia
di:
http://www.irantracker.org/foreignrelations/syria-iran-foreign-relations
Laman Internet
Amnesty International. “10 killer facts:
the global weapons trade” 2012.
Tersedia
di:
http://www.amnesty.org.au/armstrade/co
mments/28098/
Asmaa Al Ghoul. “Palestinian Islamic
Jihad: Iran Supplies All Weapons in
Gaza” Al Monitor, 14 Mei 2013.
Tersedia
di:
http://www.almonitor.com/pulse/originals/2013/05/gaz
a-islamic-jihad-and-iranian-arms.html
[Diakses 21 September
“Iran can now export weapons to over 50
countries” The Jerusalem Post, 10 Juni
14
2010.
Tersedia
http://www.jpost.com/IranianThreat/News/Iran-can-now-exportweapons-to-over-50-countries.
di:
Solomon, J. “Iran Funnels New
Weapons to Iraq and Afghanistan” The
Wall Street Journal, 2011. Tersedia di:
http://www.wsj.com/articles/SB1000142
405270230376340457642008064016718
2
Video
Brown Moses.“Iranian 107mm Rocket
Manufactured In 2012 Found In Agraba,
Damascus” 20 Mei 2013. Tersedia di:
https://www.youtube.com/watch?v=mN
S5WoiodQ0 [Diakses 16 September
2015]
JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016
Sherlock72. “CNN: Militias Using
Iranian Weapons to Target U.S. in Iraq”
YouTube, 06 Juli 2011. Tersedia di:
https://www.youtube.com/watch?v=BB6
or-BRCVo
United Nations WEB TV. “(Part 1) 17th
meeting,
Final
United
Nations
Conference on the Arms Trade Treaty
(18 - 28 March 2013)”. Tersedia di:
http://webtv.un.org/search/part-1-17thmeeting-final-united-nations-conferenceon-the-arms-trade-treaty-18-28-march2013/2261438789001?term=arms%20tra
de%20treaty&languages=&sort=date
[Diakses 30 Maret 2015]
15
Download