JURNAL TEKNOLOGI & INDUSTRI ISSN 2087-6920 Vol. 2 No. 1; Juli 2012 EKSISTENSI DAN KETUNGGALAN PERSAMAAN PANAS *VERI JULIANTO1, YUNI YULIDA2, M. AHSAR KARIM2 1Program 2Program Studi Teknik Informatika Politeknik Tanah Laut Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Naskah diterima: 10 April 2012; Naskah disetujui: 25 Juni 2012 ABSTRAK Persamaan diferensial parsial (PDP) merupakan persamaan yang mengandung turunan parsial. Persamaan diferensial parsial memiliki dua atau lebih variabel bebas. Orde dari PDP adalah turunan tertinggi pada persamaan diferensial tersebut. Derajat PDP adalah pangakat tertinggi dari turunan tertinggi dari fungsi yang ada pada persamaan diferensial. Salah satu PDP adalah Persamaan Panas Satu Dimensi yaitu: U ( x, t ) 2U ( x, t ) k , t x 2 0 xL Dengan syarat batas : U (0, t ) 0 , U ( L, t ) 0, t>0 Syarat awal : U ( x,0) f ( x) 0 x L . Solusi Persamaan Panas dengan metode pemisah variabel selanjutnya solusi tersebut akan ditunjukan eksistensi dan ketunggalan solusinya. Penelitian ini bersifat studi literature, yaitu peneliti mengumpulkan bahan atau materi yang berkaitan dengan topik penelitian, kemudian mempelajari dan memahami konsep bahan tersebut kemudian mengaplikasikanya untuk membuktikan eksistensi dan ketunggalan Persamaan Panas. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa eksistensi Persamaan Panas dapat ditunjukan dengan membuktikan bahwa solusi tersebut konvergen seragam terhadap x dan t. Ketunggalan solusi Persamaan Panas dibuktikan dengan menggunakan Prinsip Maksimum-Minimum. PENDAHULUAN Persamaan diferensial biasa (PDB) merupakan persamaan yang memuat turunan suatu fungsi dari satu peubah bebas. PDB diartikan sebagai suatu persamaan yang melibatkan turunan pertama atau lebih dari fungsi sebarang y terhadap peubah x. Persamaan diferensial parsial (PDP) merupakan persamaan yang mengandung turunan parsial. Persamaan diferensial parsial memiliki dua atau lebih variabel bebas. Orde dari PDP adalah turunan tertinggi pada persamaan diferensial tersebut. Derajat PDP adalah pangkat tertinggi dari turunan tertinggi dari fungsi yang ada pada persamaan diferensial. Persamaan diferensial parsial sering dijumpai dalam kaitannya dengan masalah fisik. Sebagai contoh yaitu apabila suatu batang logam yang akan diukur temperaturnya di sepanjang logam itu, dimana temperatur logam bergantung pada tempat dan waktu. Pada persamaan panas satu dimensi, dari hasil pengamatan suatu logam dengan difusifitas k yang masing-masing ujungnya terletak di x = 0 dan x = L di sumbu x, diasumsikan permukaan *Korespondensi: Telepon/nomor faks Email : 0512-21537 : [email protected] 46 lateral logam tersebut diisolasi secara sempurna agar tidak ada panas yang hilang. Apabila logam tersebut mempunyai temperatur 00 C pada kedua ujungnya maka model matematika dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan panas satu dimensi: U ( x, t ) 2U ( x, t ) , k t x 2 0 xL (1.1) Dengan syarat batas : U (0, t ) 0 , U ( L, t ) 0, t>0 (1.2) Syarat awal : U ( x,0) f ( x) 0 xL (1.3) (Kartono, 2001). Salah satu metode agar diperoleh solusi persamaan panas (1.1) dengan syarat batas (1.2) dan syarat awalnya (1.3) adalah dengan metode pemisahan variabel. Metode pemisahan variabel ini dilakukan dengan memisahkan variable x dan t pada persamaan (1.1) menjadi persamaan diferensial biasa. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, yaitu peneliti mengumpulkan bahan atau materi yang berkaitan dengan topik penelitian, kemudian mempelajari dan memahami konsep tersebut selanjutnya mengaplikasikanya untuk melakukan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Solusi Persamaan Panas Sebelum menentukan eksitensi dan ketunggalan dari persamaan panas (1.1) dengan syarat batas (1.2) dan syarat awal (1.3) terlebih dahulu akan dicari solusi persamaannya. Untuk mencari solusi persamaan panas, digunakan metode pemisahan variabel, yaitu dengan memisahkan variabel bebasnya. Sehingga penyelesaian umum untuk persamaan (1.1) adalah U ( x, t ) U n ( x, t ) X n ( x)Tn (t ) n 1 47 n t L nx k An sin e L n 1 = 2 , An Bn C n 2 nx f ( x) sin dx . L0 L L dengan An Langkah-langkah untuk mencari solusi persamaan panas dengan metode pemisahan variabel, yaitu Persamaan Diferensial Parsial (1.1) direduksi menjadi PDB. Untuk mereduksi PDP menjadi PDB pada (1.1) terlebih dahulu dengan memisalkan solusi persamaan (1.1) menjadi perkalian dua fungsi yaitu U ( x, t ) X ( x)T (t ) dengan X (x ) adalah fungsi dari x T (t ) adalah fungsi dari t. Setelah didapatkan Solusi Persamaan Panas (1.1) selanjutnya akan dibuktikan eksistensi solusinya. Untuk membuktikan eksistensi Solusi Persamaan Panas maka harus ditunjukan bahwa ada dan turunannya ada. Berdasarkan hal itu maka akan dibuktikan bahwa deret dari konvergen seragam Definisi (Ross, 1984). Misalkan adalah barisan fungsi bilangan riil dan masing-masing didefinisikan pada interval a a jika untuk setiap . Barisan {fn} dikatakan konvergen seragam ke f pada > 0 terdapat bilangan asli n0 sehingga untuk semua n >n0 , dan setiap x terletak pada a. Teorema (Pinsky, 1940) Diberikan suatu fungsi konvergen seragam pada adalah fungsi kontinu untuk setiap pada maka . 48 , dengan adalah fungsi kontinu Bukti diketahui suatu fungsi konvergen seragam pada sehingga untuk setiap terdapat berlaku . , sedemikian sehingga untuk semua . Diambil sebarang karena , dengan dengan n=1,2,3,… maka berdasarkan Misalkan adalah fungsi kontinu juga kontinu. kontinu ke sebarang sehingga terdapat sedemikian sehingga , . Jadi untuk setiap , terdapat sedemikian sehingga berlaku Jadi karena c sebarang nilai di maka terbukti bahwa adalah fungsi kontinu pada . Ketunggalan Persamaan Panas Pada persamaan panas untuk membuktian ketunggalan solusinya akan digunakan teorema Prinsip Maksimum-Minimum. Berikut ini definisi dan teorema yang akan digunakan untuk membuktikan ketunggalan. Definisi (Bartle. 1927) Diberikan dan misalkan . 49 Dikatakan f mempunyai nilai maksimum pada A jika ada nilai untuk setiap , sedemikian sehingga . Dikatakan f mempunyai nilai minimum pada A jika ada nilai , sedemikian sehingga untuk setiap . Teorema (Prinsip Maksimum-Minimum untuk Persamaan Panas) Diberikan dan . Misalkan fungsi selang tertutup dan memenuhi persamaan dan panas (1.1) kontinu pada di setiap A maka . Metode Pemisahan Variabel Sebelum menentukan eksitensi dan ketunggalan dari persamaan panas (1.1) dengan syarat batas (1.2) dan syarat awal (1.3) terlebih dahulu akan dicari solusi persamaannya. Untuk mencari solusi persamaan panas, digunakan metode pemisahan variabel, yaitu dengan memisahkan variabel bebasnya. Langkah-langkah untuk mencari solusi persamaan panas dengan metode pemisahan variabel, yaitu Persamaan Diferensial Parsial (1.1) direduksi menjadi PDB. Untuk mereduksi PDP menjadi PDB pada (1.1) terlebih dahulu dengan memisalkan solusi persamaan (1.1) menjadi perkalian dua fungsi yaitu U ( x, t ) X ( x)T (t ) dengan X (x ) adalah fungsi dari x T (t ) adalah fungsi dari t. Berikut ini adalah turunan dari U ( x, t ) terhadap x dan t . U U x X ' ( x)T (t ) x 2U U xx X ' ' ( x)T (t ) x 2 (4.1) U U t X ( x)T ' (t ) . t (4.2) 50 Setelah mendapatkan turunan U ( x, t ) terhadap x dan t , kemudian Persamaan (4.1) dan (4.2) disubsitusikan ke (1.1) sehingga menjadi: X ( x)T ' (t ) kX ' ' ( x)T (t ) (4.3) kedua ruas pada persamaan (4.3) dibagi dengan X ( x)T (t ) diperoleh T ' (t ) X ' ' ( x) . kT (t ) X ( x) (4.4) Pada persamaan (4.4) ruas kiri fungsi hanya bergantung pada t dan ruas kanan fungsi hanya bergantung pada x. Selanjutnya dengan menggunakan konstanta pemisah sehingga persamaan (4.4) menjadi T ' (t ) X ' ' ( x) . kT (t ) X ( x) (4.5) Dari persamaan (4.5) diperoleh, yaitu X ' ' ( x) X ( x) X " ( x ) X ( x ) X " ( x ) X ( x ) 0 (4.6) T (t )" kT (t ) T (t )" kT (t ) 0 (4.7) dan T (t )' ' kT (t ) Jadi, dengan mereduksi PDP pada (1.1) diperoleh PDB X " ( x) X ( x) 0 dan T (t )" kT (t ) 0. Sebelum menentukan penyelesaian persamaan (4.6) akan ditentukan syarat batasnya yaitu : U (0, t ) X (0)T (t ) 0 (4.8) U ( L, t ) X ( L)T (t ) 0 (4.9) Karena T (t ) 0 maka pada persamaan (4.8) X (0) 0 dan persamaan (4.9) X ( L) 0 . Jadi, syarat batas untuk U ( x, t ) yaitu X ( L) 0 dan X (0) 0. 51 Ketunggalan Solusi Persamaan Panas Setelah diperoleh solusi dari (1.1) dan kemudian terbukti eksistensinya maka selanjutnya akan ditunjukkan ketunggalan solusi persamaan panas yaitu dengan menggunakan prinsip maksimum dan minimum untuk persamaan panas. Teorema 4.3.1 (Prinsip Maksimum-Minimum untuk Persamaan Panas) Diberikan dan . Misalkan fungsi selang tertutup dan memenuhi persamaan panas dan (1.1) kontinu pada di setiap A maka . Bukti. a. Akan ditunjukan Misalkan Akan ditunjukan bahwa Diberikian fungsi , dengan adalah bilangan positif konstan dan (4.42) (4.43) persamaan (4.42) dikurangkan dengan (4.43) sehingga didapatkan (4.44) dan jika titik maka . 52 (4.45) Jika mencapai maksimum pada titik mengakibatkan sehingga kontradiksi dengan (4.44). Oleh karena itu mencapai maksimum pada titik , Andaikan . (4.46) memiliki titik maksimum yaitu . Ketika , maka dengan , sehingga (4.47) Oleh karena itu, sehingga kontrdiksi dengan (4.48). Oleh karena itu , sehingga pada R untuk setiap Karena , didapatkan pada R, yang maksudnya yaitu Selanjutnya akan dibuktikan bahwa suatu fungsi . Misalkan diberikan . Akan ditunjukan bahwa . Pertama akan dibuktikan bahwa superposisi maka memisalkan Berdasarkan Teorema juga merupakan solusi yang memenuhi (1.1). Sehingga dengan mencapai maksimum pada M. Berdasarkan pembuktian Teorema Maksimum Persamaan Panas sebelumnya diperoleh bahwa Karena diketahui dan dengan sehingga . Pada pembuktian ketunggalan persamaan panas (1.1) akan digunakan Teorema MaksimumMinimum di atas. Selanjutnya, misalkan persamaan (1.1) terdapat dua solusi berbeda yaitu u1 dan u 2 . Untuk solusi u1 dengan mensubsitusikan ke persamaan (1.1) sehingga berlaku u1 ( x, t ) u ( x, t ) k 1 2 , 0 xL t x 53 (4.48) dengan syarat batas : u1 (0, t ) 0 , u1 ( L, t ) 0, t>0 Syarat awal : 0 x L. u1 ( x,0) f ( x) Untuk solusi u 2 dengan mensubsitusikan ke persamaan (1.1) sehingga berlaku u 2 ( x, t ) u ( x, t ) k 2 2 , 0 xL t x (4.49) dengan syarat batas : u 2 (0, t ) 0 , u 2 ( L, t ) 0, u2 ( x,0) f ( x) t>0 Syarat awal : 0 x L. Berdasarkan Teorema Superposisi juga merupakan solusi persamaan panas yaitu w( x, t ) u1 ( x, t ) u 2 ( x, t ) t t u1 ( x, t ) u 2 ( x, t ) t t k u1 ( x, t ) u ( x, t ) k 2 2 2 x x berdasarkan persamaan (4.48) dan (4.49) maka berlaku k u1 ( x, t ) u 2 ( x, t ) x 2 k w( x, t ) x 2 54 w( x, t ) u ( x, t ) u ( x, t ) k 1 2 2 2 t x x maka dapat dikatakan juga merupakan solusi persamaan panas dan kemudian akan ditentukan syarat batasnya. Dari syarat batas u1 dan u 2 maka dapat dibentuk syarat batas untuk w yaitu w(0, t ) u1 (0, t ) u2 (0, t ) 0 0 0 t0 (4.50) w( L, t ) u1 ( L, t ) u2 ( L, t ) 0 0 0 t 0 (4.51) dan syarat awal 0 x L. w( x,0) u1 ( x,0) u2 ( x,0) f ( x) f ( x) 0 (4.52) sehingga untuk membuktikan solusi (1.1) tunggal maka akan dibuktikan bahwa w( x, t ) u1 ( x, t ) u2 ( x, t ) 0 . Pertama digunakan prinsip maksimum terlebih dahulu. Berdasarkan mencapai maksimum saat dan atau juga diperoleh w(0, t ) w( L, t ) 0 dan w( x,0) 0 , . Berdasarkan (4.50) dan (4.51) 0 x L , maka dapat disimpulkan bahwa w( x, t ) 0 . Kemudian dengan menggunakan prinsip minimum maka minimum saat dan akan dan juga akan mencapai . Berdasarkan (4.50) dan (4.51) w(0, t ) w( L, t ) 0 dan w( x,0) 0 , 0 x L , maka dapat disimpulkan bahwa w( x, t ) 0 . Jadi karena diketahui bahwa w( x, t ) 0 dan w( x, t ) 0 maka dapat disimpulkan bahwa w( x, t ) 0 . Karena terbukti u1 ( x, t ) u2 ( x, t ) 0 sehingga menyebabkan bahwa w( x, t ) 0 maka . Jadi, pengandaian salah sehingga terbukti bahwa solusi persamaan (1.1) tunggal. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Dosen – dosen pengajar program studi Matematika Fakultas MIPA Unlam. Seluruh rekan mahasiswa matematika FMIPA Unlam. DAFTAR PUSTAKA Agarwal R.P and O’Regan D. 2009. Ordinary and partial Florida Institut Technology. 55 Diferential Equation.Melbourne: Boyce, W.E, and DiPrima. 1997. Elementery Differential & Boundary Value Problem. Jhon Wiley and Sons. Darmawijaya. S. 2006. Pengantar Analisis Real. Yogyakrata: Universitas Gajah Mada. Goldberg Richard R. 1964. Methods of Real Analisis. London: Indiana University. Humi, Mayer, dan Miller, W.B. 1993. Boundary Value Problems and Partial Differential Equation. Boston: Worcester Polytecnic Institute. Kartono. 2001. Maple untuk Persamaan Diferensial. Yogyakarta : J & J Learning. Pinsky, M. A. 1998. Partial Differential Equation and Boundary Value Problems with Aplliciation. Third Edition. Singapore : McGraw-Hill inc. Purcell, E. J. dan Varberg, D. 1984. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Ross, S.L. 1984. Diferential Equation. Singapore : Jhon Wiley &Sons inc. 56