xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan (Carpenito, 2013). Kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009). Sedangkan menurut Suliswati (2005), kecemasan merupakan respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Menurut Carpenito (2013) menyatakan bahwa 90% pasien pre operasi berpotensi mengalami kecemasan (ansietas). Menurut Videbeck (2008), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu, yaitu : (1) kecemasan ringan, dengan manisfestasi klinik : bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka erkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan (2) kecemasan sedang dengan manifestasi klinik : sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak (3) kecemasan berat, dengan manifestasi klinik : pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak maubelajar secara efektif, berfokus pada diri sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi (4) panik, dengan 1 2 manifestasi klinik : napas pendek, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan dan berteriak-teriak. Perasaan cemas hampir selalu didapatkan pada pasien pre operasi yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau informasi yang didapatkan terkait dengan operasi yang akan dilakukan. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya daya ingat, salah interpretasi informasi tentang operasi atau tidak akrab dengan sumber informasi (Wartonah, 2006). Mendapatkan informasi adalah salah satu hak pasien dalam proses pelayanan kesehatan. Pasien berhak mendapat informasi yang cukup mengenai rencana tindakan pembedahan yang akan dialaminya. Informasi ini akan diberikan oleh dokter yang akan melakukan tindakan atau petugas medis lain yang diberi wewenang (Indradi, 2007). Salah satu petugas medis yang diberikan wewenang untuk memberikan informasi pre operasi adalah perawat. Perawat diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membantu pasien dan keluarga menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan atas tindakan keperawatan yang diberikan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien dan memberikan informasi yang akurat. (Mubarak, 2009) Tindakan mandiri keperawatan untuk mengurangi kecemasan pasien pre operasi juga dapat dilakukan dengan membina hubungan yang efektif dan mendengarkan keluhan pasien secara aktif. Harapannya pasien dapat bekerjasama dengan baik dan berpartisipasi dalam perawatan jika perawat memberikan informasi pre operasi, pada saat operasi. Penyuluhan pre operasi dilakukan untuk mengurangi rasa cemas akibat ketidaktahuan pasien dan keluarga (Potter & Perry, 2006). 3 Berdasarkan survey pendahuluan di Rumah Sakit Pabatu Tebing Tinggi didapat bahwa jumlah pasien pre operasi pada tahun 2012 sebanyak 230 orang, Tahun 2013 sebanyak 489 orang dan pada Tahun 2014 bulan Januari sampai dengan April 225 orang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 10 pasien yang akan melakukan operasi, semua pasien mengatakan cemas. Pasien yang tingkat kecemasannya ringan berjumlah 3 orang (30%), cemas sedang berjumlah 5 orang (50 %) dan panik berjumlah 2 orang (20%). Beberapa alasan yang menyebabkan pasien cemas dalam menghadapi pembedahan yaitu takut nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image), takut mengalami kondisi yang buruk seperti orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, takut mati saat dibius atau tidak sadar lagi, dan takut operasi gagal. Beberapa terpaksa menunda jadwal operasi karena belum siap secara mental oleh karena cemas yang berlebihan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap perawat ruangan di Rumah Sakit Pabatu Tebing Tinggi, didapatkan bahwa perawat ruangan selalu memberikan informasi pre operasi kepada pasien yang akan menjalani operasi seperti informasi tentang tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien sebelum operasi, pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan dan menjelaskan obat-obatan penghilang rasa nyeri. Perawat memberikan informasi pre operasi kepada pasien sehari sebelum operasi dan sebelum tindakan keperawatan dilakukan. Perawat juga mengatakan ada pasien yang tidak jadi operasi karena tekanan darahnya tinggi, tindakan yang dilakukan perawat adalah memberikan informasi sejelas-jelasnya tentang prosedur pembedahan agar pasien merasa tenang dan tekanan darahnya normal kembali. Keluarga pasien juga diberi kesempatan untuk memberikan dukungan dan doa kepada setiap pasien yang akan menjalani operasi, walaupun informasi pre operasi telah diberikan rasa cemas pasien pre operasi tetap ada. Peneliti berasumsi rasa 4 cemas pasien kemungkinan disebabkan karena informasi prosedur pembedahan pre operasi yang diberikan perawat kepada pasien masih kurang lengkap atau tidak sesuai dengan prosedur tetap pendidikan kesehatan pre operasi. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh informasi prosedur pembedahan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “Apakah ada pengaruh informasi prosedur pembedahan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2014?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh informasi prosedur pembedahan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2014. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien sebelum diberikan informasi prosedur pembedahan di Rumah Sakit Pabatu Tebing Tinggi. b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien sesudah diberikan pemberian informasi prosedur pembedahan di Rumah Sakit Pabatu Tebing Tinggi. c. Untuk mengetahui pengaruh informasi prosedur pembedahan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Pabatu Tebing Tinggi. 5 D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi managemen rumah sakit tentang pemberian informasi prosedur pembedahan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi dan dapat digunakan untuk menyusun standar operasional prosedur persiapan pembedahan pasien dalam rangka meningkatkan pelayanan Rumah Sakit. 2. Untuk Perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan perawat di Rumah Sakit dalam melakukan komunikasi pada pasien pre operasi yang berupa pemberian informasi tentang prosedur pembedahan secara jelas. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan pemberian informasi dan intervensi untuk mengurangi tingkat kecemasan.