3275

advertisement
HUBUNGAN PEMBERIAN MP ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI DESA BANCAK KECAMATAN BANCAK
KABUPATEN SEMARANG
Mufti Azizah1), Eti Salafas2), Sugeng Maryanto3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email : up2m@akbidngudiwaluyo
ABSTRAK
HUBUNGAN PEMBERIAN MP ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI DESA BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG. Air
Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi pada beberapa bulan awal ia dilahirkan.
Pemberian ASI sebaiknya dilakukan sampai dengan usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI (MP
ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai
24 bulan. Diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsistensi feces encer, berwarna hijau, atau bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada
bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.
Desain penelitian menggunakan analitik dengan pendekatan retrospektif (backward looking),
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bayi umur 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak kabupaten Semarang pada bulan Mei tahun 2013, dengan teknik sampel jenuh (sensus)
yaitu 38 ibu bayi dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data menggunakan ChiSquare dengan membandingkan nilai p value < α dimana α = 0,05.
Hasil data penelitian menunjukkan dari 28 ibu yang memberikan MP ASI di dapatkan sebanyak 19
bayi (67,9%) mengalami diare dan yang tidak diare sebanyak 9 bayi (32,1%), sedangkan dari 10 ibu
yang tidak memberi MP ASI terdapat 8 bayi (80,0%) yang tidak diare dan yang lainnya diare
(20,0%). Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,023 yang artinya ada hubungan antara pemberian
MP ASI dengan Kejadian diare pada Bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang.
Dengan demikian diharapkan ibu bayi dapat memberikan MP ASI secara tepat, yaitu saat bayi
berusia lebih dari 6 bulan.
Kata Kunci
Daftar Pustaka
1
: Bayi 0-6 bulan, Diare, Pemberian MP ASI.
: 28 (2003-2012)
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN GIVING COMPLEMENTARY FEEDS (MP ASI) WITH
THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN INFANTS AGED 0-6 MONTHS IN BANCAK
VILLAGE DISTRICT BANCAK SEMARANG REGENCY. Breast milk (ASI) is the ideal food
for infants in the first months since born. Breastfeeding should be done exclusively, the babies only
given breast milk until 6 months old. Complementary feeding (MP ASI) is give supplementary food
to infants after the baby aged 4-6 months until 24 months old. Diarrhea is the frequency of bowel
movements more than 4 times in infants and more than 3 times in a child, watery consistency, can
be colored green, mixed with blood and mucus or mucus alone.This study aims to determine the
Correlation between giving complementary feeds (MP ASI) with the incidence of diarrhea in
infants age 0-6 months in Bancak Village District Bancak Semarang Regency.
Design of this study used retrospective analytic approach (backward looking). The study population
was all infant’ mothers aged 0-6 months in Bancak Village District Bancak Semarang regency in
May 2013, used saturated sample that was 38 people and retrieval of data used questionnaires.
Analysis of the data used chi-Square test with compared p-value<α, with α=0.05.
Based on the results study, 28 mothers of infants who provide complementary foods
(complementary feeding) were 19 infants (67.9%) had diarrhea and not diarrhea are 9 infants
(32.1%). while of the 10 mothers who did not give complementary feeds, 8 infants (80.0%) not
diarrhea and other diarrhea (20.0%).From analysis results, obtained p value = 0.023, so that there is
a correlation between giving complementary feeds (MP ASI) and the incidence of diarrhea in
infants age 0-6 months at working area in Bancak Village District Bancak Semarang Regency.
Baby’s mother is expected to give complementary feeding (MP ASI) appropiately, when baby is
older than 6 months.
Keywords
Reference
: infants aged 0-6 months, diarrhea, breast milk feeding companion.
: 28 (2003-2012)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI)
merupakan
makanan yang ideal untuk bayi pada beberapa
bulan awal ia dilahirkan. ASI adalah sumber
gizi terbaik dan paling ideal dengan
komposisi yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan.
Pemberian ASI sebaiknya dilakukan secara
ekslusif, yaitu bayi hanya diberi ASI saja
tanpa tambahan cairan lain dan makanan
padat sampai dengan usia 6 bulan (Waryana,
2010).
2
World Health Organization (WHO)
merekomendasikan para ibu untuk menyusui
secara ekslusif selama 6 bulan, dilanjutkan
dengan pemberian MP ASI dari bahan- bahan
lokal yang kaya nutrisi sambil tetap
memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun
atau lebih (WHO, 2010). Data United Nations
Childrens Fund (UNICEF) tahun 2012
menyebutkan hanya 39% bayi mendapatkan
ASI ekslusif pada 6 bulan pertama
kehidupannya. Menurut hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) 2005-2010,
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan tidak ada peningkatan yang
signifikan yaitu dari 59,7% pada 2005 dan
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
61,5% pada 2010. Sedangkan di Kabupaten
Semarang, cakupan bayi yang mendapat ASI
Ekslusif mengalami kenaikan dari 27.61%
pada tahun 2010 menjadi 34.40% pada tahun
2011. Apabila dibandingkan dengan target
pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) di
kabupaten atau kota, di mana target
pencapaian ASI Eksklusif adalah 80% pada
tahun 2010 (Kepmenkes, 2004), juga
berdasarkan target Indonesia Sehat 2010
bahwa persentase bayi yang mendapat ASI
Eksklusif adalah 80% maka pencapaian di
Kabupaten Semarang masih rendah (Dinkes
Kab. Semarang, 2011).
Rendahnya cakupan ASI Ekslusif di
Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) dini. Pemberian
MP
ASI dini
akan mengakibatkan
menurunnya produksi ASI yang lebih cepat.
Karena produksi ASI menurun, bayi akan
menerima sedikit faktor proteksi yang dapat
mengakibatkan bayi sering sakit. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan
MP ASI sebelum berusia 6 bulan lebih
banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek
dan panas dibanding bayi yang hanya
mendapat ASI Ekslusif dan MP ASI yang
tepat waktu (usia pemberian setelah 6 bulan).
Namun tidak menutup kemungkinan juga
bahwa bayi atau anak yang usianya ledih dari
6 bulan dan mendapat pemberian MP ASI
dengan tepat, dapat terserang diare, sembelit,
batuk-pilek dan panas. Sebab dilihat dari
berbagai faktor seperti frekuensi dalam
pemberian MP ASI, porsi dalam pemberian
MP ASI, jenis MP ASI dan cara pemberian
MP ASI pada bayi ataupun sangat
berpengaruh besar untuk terserangnya
penyakit diare dan lain-lain (Depkes RI,
2010).
Menurut Kepmenkes (2012), Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih
diatas 34 per 100 ribu kelahiran. Sedangkan
AKB di Jawa Tengah mencapai 5954 kasus,
191 diantaranya di kabupaten Semarang.
sebagian besar penyebab kematian bayi dan
balita adalah masalah yang terjadi pada bayi
3
baru lahir atau neonatal (umur 0-28 hari).
Masalah neonatal ini meliputi asfiksia, BBLR,
infeksi, diare dan pneumonia.
WHO menyatakan bahwa pada tahun
2011, 3.9 juta balita meninggal dunia dan
19% diantaranya dikarenakan diare, hal ini
menyebabkan diare sebagai penyebab
kematian terbesar kedua pada anak balita
setelah pneumonia (32%). Di negara-negara
sedang berkembang diare merupakan
penyakit endemis dan terutama pada anakanak balita karena frekuensi serta angka
kematiannya tinggi sekali. Diare adalah
frekuensi buang air besar yang lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau,
atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau hanya lendir saja (Dadiyanto, 2008).
Penyakit diare kini masih merupakan
salah satu penyakit utama pada bayi dan anak
di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan
dan angka kejadian diare di Indonesia
berkisar diantara 150-430 per seribu
penduduk setahunnya atau terjadi pada 28
orang dari 100 penduduk. Pada tahun 2011,
diare pada balita berkisar 28 juta dengan
kematian sebanyak 150.000 -300.000 balita
(Riskesdas, 2011).
Jumlah kasus diare pada balita di
Kabupaten Semarang tahun 2011 mencapai
59.785 kasus, yang merupakan penyakit
terbesar ketiga di Kabupaten Semarang
setelah ISPA akut dan Hipertensi .
Berdasarkan data dari Puskesmas Bancak,
jumlah penderita diare pada tahun 2011
secara keseluruhan mencapai 2.356 penderita,
sedangkan kasus diare pada balita sebanyak
1.516 balita (64.34%) dan pada balita usia
kurang dari 1 tahun mencapai 318 balita
(13.49%).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti di Desa Bancak pada bulan Oktober
2012, terdapat bayi usia 0-6 bulan sejumlah
25 bayi dan 80% ibu bayi tersebut
memberikan MP ASI saat usia bayi mereka
baru menginjak 2-4 bulan. Jenis MP ASI yang
diberikan yaitu mulai dari susu formula 70%,
sereal 20% dan bahan makanan pokok yang
dilumatkan seperti nasi tim dan pisang 10%.
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
Dari 20 bayi yang diberi MP ASI dini
tersebut, 14 diantaranya (70%) diantaranya
mengalami diare. Bahkan ada 2 bayi yang
harus dirawat di Rimah Sakit karena diare
kronis. Alasan ibu memberikan MP ASI yaitu
jika diberi ASI saja bayi sering menangis,
sehingga ibu memberikan makanan tambahan
supaya bayi cepat kenyang dan diam. Selain
itu, banyak ibu yang menganggap bahwa
kebutuhan nutrisi bayi tidak hanya cukup
dengan ASI sehingga perlu ditambah
makanan
pendamping.
Kurangnya
pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif serta
tertarik dengan susu formula yang ditawarkan
dipasaran karena menilai kandunagn susu
formula setara dengan ASI.
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Hubungan pemberian MP ASI
dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6
bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
analitik tentang hubungan pemberian MP ASI
dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6
bulan dengan menggunakan pendekatan
retrospective (backward looking).
Penelitian sudah dilaksanakan pada
bulan Mei-Juli 2013 dengan jumlah populasi
berjumlah 38 ibu bayi usia 0-6 bulan di Desa
Gondowangi. sample dalam penelitian ini
sejumlah 38 ibu bayi usia 0-6 bulan yang
memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah Ibu bayi yang memberi ASI dan Ibu
bayi yang memberi/ tidak memberi MP ASI.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pemberian MP ASI bayi usia 0-6 bulan
sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian
diare.
Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari 1 pertanyaan tentang perilaku ibu
dalam pemberian makanan pendamping yang
tepat serta gangguan yang dapat ditimbulkan
4
bila pemberian makanan pendamping pada
bayi salah yaitu diare.
Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan pengsian kuesioner.
Sebelum melakukan pengisian kuesioner,
responden mengisi lembar informed consent
terlebih dahulu.
Analisis
data
penelitian
ini
menggunakan uji statistik Chi-Square untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara
pemberian MP ASI dengan kejadian diare
pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibagi menjadi 2 yaitu
analisa univariat dan analisa bivariat. Tabel 1
menujukkan bahwa sebagian besar ibu
memberikan MP ASI saat bayi usia 0-6 bulan,
yaitu 28 ibu (73,7%).
Tabel 1. Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pemberian MP ASI
pada Bayi Usia 0-6 bulan di Desa
Bancak, Kecamatan Bancak,
Kabupaten Semarang
Pemberian MP Frekuensi Persentase
ASI
(%)
Tidak
10
26,3
Ya
28
73,7
Jumlah
38
100,0
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
bahwa mayoritas bayi mengalami diare yaitu
sebanyak 21 bayi (55,3%), sedangkan bayi
yang tidak diare yaitu 17 bayi (44,7%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kejadian Diare di
Desa Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang
Diare
Frekuensi Persentase
(%)
Tidak
17
44,7
Ya
21
55,3
Jumlah
38
100,0
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan antara pemberian MP ASI
dengan Kejadian diare pada Bayi usia 0-6
bulan di Desa Bancak Kecamatan bancak
Kabupaten Semarang, berdasarkan dengan uji
Chi Square (x2) dengan p-value 0,023, p value
< α = 0.05.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada
bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.
Tidak
Kejadian Diare
Tidak
Ya
F
%
F
%
8
80,0
2
20.0
F
10
%
100,0
Ya
9
32,1
19
67,9
28
100,0
17
44,7
21
55,3
38
100,0
Pemberian MP
ASI
Jumlah
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui hasil analisis hubungan pemberian
MP ASI dengan kejadian diare pada bayi usia
0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang, di peroleh dari dari 10
ibu yang tidak memberi MP ASI sebagian
besar bayi tidak mengalami diare (80%) dan
yang lainnya mengalami diare (20,0%).
Sedangkan dari 28 ibu yang memberikan MP
ASI di dapatkan sebanyak 19 bayi (67,9%)
mengalami diare dan yang tidak diare
sebanyak 9 bayi (32,1%).
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara pemberian MP ASI dengan
Kejadian diare pada Bayi usia 0-6 bulan di
Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten
Semarang. pada bagian berikut dijelaskan
hasil analisis dan pembahasan mengenai hasil
tersebut.
1.
Analisis Univariat
a. Pemberian MP ASI pada Bayi Usia 0-6
Bulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa responden yang
memberikan MP ASI pada bayi usia 0-6
bulan sebanyak 28 orang (73,7%) dan
responden yang tidak memberikan MP
ASI pada bayi usia 0-6 bulan atau ASI
5
Total
P-value
0,23
ekslusif sebanyak 10 orang (26,3%).
Melihat dari hasil penelitian tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar ibu sudah memberikan
MP ASI pada bayinya pada usia kurang
dari 6 bulan.
Pemberian MP ASI bayi usia
kurang dari 6 bulan dipengaruhi oleh
pendidikan masyarakat yang masih
relatif kurang sehingga memungkinkan
untuk belum mengetahui mengenai ASI
ekslusif dan tentang pemberian MP ASI
yang tepat. Alasan ibu memberikan MP
ASI yaitu karena takut bayinya tidak
merasa kenyang jika hanya diberi ASI
saja. Di samping itu kadang keluarga
juga ikut berpengaruh dalam pemberian
MP ASI, khususnya bagi bayi yang
ditinggal ibu bekerja.
Jenis MP ASI yang diberikan
yaitu mulai dari susu formula, sereal
dan bahan makanan pokok yang
dilumatkan seperti nasi tim dan pisang.
Jika hal ini diteruskan akan berakibat
buruk bagi bayi karena organ
pencernaan bayi yang berusia kurang
dari 6 bulan belum berkembang
sempurna.
Menurut
WHO,
makanan
tambahan harus mulai diberikan ketika
bayi tidak lagi mendapat cukup energi
dan nutrien dari ASI saja. Untuk
kebanyakan bayi, makanan tambahan
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
mulai diberikan mulai usia 6 bulan.
Pada usia ini, otot dan syaraf di dalam
mulut bayi cukup berkembang untuk
mengunyah, menggigit dan memamah.
Sebelum usia 6 bulan, bayi akan
mendorong makanan ke luar dari
mulutnya karena mereka tidak dapat
mengendalikan gerakan lidahnya secara
penuh. Maturitas otot dan syaraf
disekitar mulut dan leher, saluran cerna
dan sistem ekskresi belum berfungsi
sempurna. Bayi dapat mengalami alergi
terhadap salah satu zat gizi (misalnya,
muncul
eksim),
terhambatnya
penyerapan zat besi dan gizi lainnya
dari ASI (Widodo, 2008; h.57).
Beberapa resiko dari pemberian
MP ASI yang terlalu dini adalah akan
mengakibatkan penurunan produksi ASI
lebih cepat, karena saat bayi diberi MP
ASI bayi akan jarang menyusu dan
akhirnya produksi ASI berkurang
sehingga bayi sulit mendapatkan
kecukupan nutrisi dan bayi akan
menerima sedikit faktor proteksi.
Makanan yang diberikan sebagai
pengganti ASI sering encer, buburnya
terlalu berkuah atau berupa sup karena
mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini
memang membuat lambung penuh,
tetapi memberi nutrien lebih sedikit
daripada ASI. Risiko diare juga
meningkat karena makanan tambahan
tidak sebersih ASI (Dadiyanto, 2008;
h.34-35).
Dari hasil penelitian yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa alasan
ibu memberikan MP ASI pada bayi
kurang dari 6 bulan di Desa Bancak
kecamatan
Bancak
Kabupaten
Semarang adalah karena menurut
mereka ASI saja tidak dapat mencukupi
kebutuhan bayi, bayi masih sering
menangis jika hanya di beri ASI dan
jika diberi MP ASI bayi tidak akan
cepat lapar. Alasan yang lainnya yaitu
karena ibu bekerja di luar rumah.
Sedangkan bagi ibu yang tidak bekerja,
mereka mengatakan sering meinggalkan
6
bayi untuk melakukan kegiatan rumah
tangga
yang
lainnya,
padahal
sebenarnya mereka tahu bahwa
sebaiknya bayi hanya diberi ASI selama
6 bulan pertama kelahiran.
b. Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6
Bulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa bayi yang mengalami
diare yaitu sebanyak 21 bayi (55,3%)
dan bayi yang tidak mengalami diare 17
bayi (44,7%). Melihat dari hasil
penelitian tersebut maka dapat di
simpulkan bahwa sebagian besar bayi
mengalami diare.
Faktor yang paling berpengaruh
menyebabkan diare dalam penelitian ini
yaitu faktor sosial ekonomi keluarga.
Kebanyakan
anak
yang
mudah
menderita diare berasal dari keluarga
dengan ekonomi kurang, kondisi rumah
yang buruk, personal hygiene yang
kurang, serta sarana penyediaan air
bersih yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan.
Kuman penyebab diare biasanya
menyebar melalui mulut (orofecal)
antara lain melalui makanan/ minuman
yang tercemar oleh bakteri. Adapun
bakteri tersebut dapat didapatkan dari
penggunaan botol susu yaitu pencucian
botol yang kurang bersih sehingga
terjadi
kontaminasi,
penyimpanan
makanan masak pada suhu kamar untuk
digunakan lagi akan memudahkan
kuman untuk berkembang biak serta
penggunaan air minum yang tercemar
oleh bakteri, baik itu berasal dari
sumber
air
maupun
karena
penyimpanan air yang tidak ditutup.
Masyarakat pedesaan terkadang
masih menganggap sepele penyakit
diare, padahal jika diare terutama pada
bayi tidak ditangani dengan segera akan
berbahaya. Bayi bisa mengalami
dehidrasi. Oleh karena itu, pengobatan
dengan makanan yang baik merupakan
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
komponan utama penyembuhan diare
tersebut, dan ASI merupakan satusatunya makanan yang paling aman
untuk bayi usia 0-6 bulan. Bayi dan
balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini
disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi.
Ngastiyah
(2005;
h.225),
menyatakan diare lazim dijumpai pada
bayi atau anak- anak. Diare terjadi
apabila bayi buang air besar lebih encer
dan lebih sering dari biasanya. Tinja
anak diare dapat mengandung lendir
dan
darah,
tergantung
pada
penyebabnya. Gejala lain adalah demam
dan muntah. Kadang, gejala muntah dan
demam mendahului gejala diarenya.
Diare dapat menyebabkan kekurangan
cairan.
Menurut Hidayat (2011; h.101),
diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya. Perubahan
yang
terjadi
berupa
perubahan
peningkatan volume, keenceran dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir
darah, seperti lebih dari 3 kali per hari
dan pada neonatus lebih dari 4 kali per
hari.
Alimul (2008; h.48), menyatakan
ada dua faktor yang mempengaruhi
kejadian diare pada bayi, yaitu faktor
langsung
seperti
faktor
infeksi,
malabsorbsi, makanan dan lingkungan.
Faktor tidak langsung yaitu seperti
faktor psikologis dan umur bayi.
Diare sebenarnya merupakan
salah satu gejala dari penyakit pada
sistem gastrointestinal atau penyakit
lain diluar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan penyakit
diare, karena dengan sebutan diare akan
mempercepat
tindakan
pananggulangannya. Penyakit diare
terutama pada bayi perlu mendapatkan
tindakan secepatnya karena dapat
membawa bencana bila terlambat
(Ngastiyah, 2005; h.223).
7
Penyakit diare merupakan salah
satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman serta diare
berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare.
2.
Analisis Bivariat
Setelah dilakukan uji statistik
menggunakan chi-square pada derajat
kebebasan (df)=1 dan taraf signifikansi
5% maka di dapatkan hasil uji statistik
hubungan antara pemberian MP ASI
dengan kejadian diare p-value 0.023 (p ≤
α 0.05), yang berarti ada hubungan antara
pemberian MP ASI dengan kejadian diare
di Desa Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan,
diketahui
bayi
yang
mengalami diare setelah diberi MP ASI
sebanyak 19 bayi (67,9%) sedangkan
bayi yang tidak mengalami diare setelah
diberi MP ASI sebanyak 9 bayi (32,1%).
Hal ini membuktikan bahwa pemberian
MP ASI berhubungan dengan kejadian
diare pada bayi usia 0-6 bulan.
Berdasarkan
data
di
atas
menunjukkan mayoritas ibu yang
memberikan MP ASI pada bayi saat
usianya kurang dari 6 bulan, bayinya
cenderung mengalami diare dibandingkan
dengan ibu yang tidak memberikan MP
ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Hal ini
disebabkan karena pada bayi yang
berumur kurang dari 6 bulan, sistem
pencernaannya masih lemah dan belum
bisa
mencerna
makanan
dengan
sempurna sehingga apabila diberi
makanan
asing
atau
makanan
pendamping akan menyebabkan sistem
pencernaan mengalami gangguan, yaitu
diare.
Ditinjau dari hal kebersihan, alatalat yang digunakan untuk membuat
makanan pendamping serta bahan- bahan
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
yang digunakan juga merupakan hal
penting. Penggunaan alat dan pemilihan
bahan yang kurang higienis akan
menyebabkan
kontaminasi
bakteri,
sehingga saat dimakan bayi akan
mengalami diare. Jadi, faktor kebersihan
harus selalu dijaga pada setiap tahapan
penyediaan makanan bayi, mulai dari
tahap persiapan, tahap pengolahan,
sampai tahap penyajian, termasuk
kebersihan peralatan makanan yang
digunakan.
Makanan
padat
yang
diberikan sebelum sistem pencernaan
bayi
siap
untuk
menerimanya
mengakibatkan makanan tersebut tidak
dapat dicerna dengan baik dan dapat
menyebabkan
reaksi
yang
tidak
menyenangkan (misalnya gangguan
pencernaan,
timbulnya
gas,
dan
sebagainya).
Indiarti dan Bertiani (2009; h.67),
menyatakan tubuh bayi belum memiliki
protein pencernaan yang lengkap sebab
asam lambung dan pepsin dibuang pada
saat kelahiran. Saat berumur 3-4 bulan
jumlahnya meningkat mendekati jumlah
untuk orang dewasa. Enzim amilase yang
dihasilkan oleh pankreas juga tidak dapat
mencerna makanan kasar sampai usia 6
bulan. Enzim maltase, isomaltase dan
sukrase belum mencapai sama dengan
orang dewasa sebelum umur 7 bulan.
Jumlah lipase dan bile salts masih dalam
jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan
lemak belum mencapai level orang
dewasa sebelum usia 6-9 bulan. Dengan
demikian janganlah memberi makanan
yang belum bisa diterima bayi.
Pemberian nutrisi yang tidak sesuai
dengan
waktu
pemberian
dapat
mengakibatkan resiko tinggi akan
terjadinya gangguan pencernaan karena
pada bayi usia dibawah 6 bulan, sistem
pencernaan bayi belum memiliki enzim
untuk mencerna makanan tersebut.
Akibatnya, pemberian MP ASI dapat
memberatkan kerja organ tubuh bayi.
Usus bayi juga belum dapat bekerja
secara sempurna, karena saat usia kurang
8
dari 6 bulan pertumbuhan jonjot di dalam
usus belum sempurna. Jonjot adalah
sejenis bulu-bulu halus yang ada di
dalam usus dan berfungsi sebagai
penerima dan penyalur pertama zat gizi
yang didapatkan bayi keseluruh tubuh.
Pada prinsipnya, semakin panjang jonjot
maka akan semakin mampu usus bayi
mengolah makanan bertekstur padat.
Sebaliknya asupan maknan dan minuman
yang tepat juga menstimulasi jonjotjonjot tersebut unutk makin bertambah
panjang akan tetapi perlu diperhatikan
juga apabila asupan yang diterima oleh
bayi tidak tepat, maka justru akan
menyebabkan jonjot-jonjot usus bayi
tidak
terstimulasi
bahkan
dapat
memberikan dampak buruk pada sistem
pencernaannya dan jika terus berlanjut
akan mempengaruhi kebutuhan gizi bayi,
sehingga bayi kekurangan gizi dan lebih
rentan terdapat penyakit khgususnya
diare. Dapat disimpulkan disini, bahwa
sebelum jonjot-jonjot usus bayi siap
jangan dulu memberikan makanan
pendamping ASI (MP ASI) karena bayi
belum mampu mencerna makanan yang
lebih padat dari ASI (Nakita, 2008).
Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Dwi Setyowati
(2012) yang berjudul “Hubungan
Pemberian Makanan Tambahan Usia
Dini
dengan
Gangguan
Sistem
Pencernaan pada Bayi Usia 0-6 bulan di
Desa Gadudero Kecamatan Sukolilo
Kabupaten
Pati
tahun
2012”
menunjukkan dari 41 responden ibu bayi
usia 0-6 bulan, yang memberikan
makanan tambahan secara dini sebanyak
22 orang, dengan proporsi yang sistem
pencernaannya baik sebanyak 3 bayi,
cukup 13 bayi dan jelek 6 bayi.
Responden yang tidak memberikan
makanan tambahan secara dini 19 orang,
dengan
proporsi
yang
sistem
pencernaannya baik sebanyak 11 bayi,
cukup 1 bayi dan jelek 7 bayi.
Adapun faktor lain yang bisa
menyebabkan diare adalah faktor daya
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
tahan tubuh atau sistem imun. Bayi yang
usianya kurang dari 6 bulan sistem
imunnya belum sempurna. Pemberian
MP ASI dini sama saja dengan membuka
pintu gerbang masuknya berbagai jenis
kuman, belum lagi jika makanan atau MP
ASI disajikan dengan cara yang tidak
higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti
di Indonesia menunjukkan bahwa bayi
yang mendapatkan MP ASI sebelum usia
6 bulan lebih bayak terserang diare
dibandingkan bayi yang mendapatkan
ASI ekslusif. Belum lagi penelitian dari
badan kesehatan dunia lainnya yaitu, saat
bayi berusia kurang dari 6 bulan sel-sel
disekitar usus belum siap untuk mencerna
kandungan dari makanan sehingga
makanan
yang
masuk
dapat
menyebabkan reaksi imun dan terjadi
alergi (Soraya, 2005).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan tentang “Hubungan Pemberian
MP ASI dengan Kejadian Diare pada Bayi
Usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak kabupaten Semarang” maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ibu memberikan MP ASI pada bayi usia
0-6 bulan sebanyak 28 orang, sedangkan
ibu yang tidak memberikan MP ASI
sebanyak 10 orang.
2. Bayi yang mengalami diare sebanyak 21
bayi dan yang tidak diare sebanyak 17
bayi.
3. Sebanyak 28 ibu yang memberikan MP
ASI di dapatkan sebanyak 19 bayi
mengalami diare dan yang tidak diare
sebanyak 9 bayi, sedangkan dari 10 ibu
yang tidak memberi MP ASI 8 bayi tidak
mengalami diare dan 2 lainnya mengalami
diare.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara
pemberian MP ASI dengan kejadian diare
pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak
Kecamatan Bancak kabupaten Semarang
9
Saran
1. Bagi Masyarakat
Agar dapat menambah informasi
tentang pemberian MP ASI pada bayi usia
0-6 bulan dan hubungannya dengan diare
serta
menjadikan
masukan
bagi
masyarakat khususnya pada ibu bayi usia
0-6 bulan agar memberikan makanan
pendamping dengan tepat, yaitu saat bayi
berusia lebih dari 6 bulan.
2. Bagi Bidan
Agar dapat menggunakan sebagai
acuan atau referensi bagi petugas
kesehatan untuk meningkatkan pemberian
informasi atau penyuluhan tentang MP
ASI yang benar (waktu pemberian,
frekuensi, porsi, jenis dan cara
pemberian).
3. Bagi Peneliti
a. Agar dapat menjadikan pengalaman
nyata dalam melaksanakan penelitian
sederhana secara ilmiah dalam rangka
mengembangkan
diri
dalam
melaksanakan fungsi bidan sebagai
peneliti.
b. Agar hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti sendiri
tentang MP ASI dan diare.
4. Bagi Institusi
Agar dapat menggunakan sebagai
referensi
dan
wacana
dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
khususnya tentang MP ASI dan diare.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arisman. 2004. Diit Makanan Bagi Bayi.
Jakarta: Puspa Swara.
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
Bambang. 2011. Super Baby Directory.
Yogyakarta: FlashBook.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Dadiyanto, WD dkk. 2008. Simposium dan
Workshop: Nutrisi dan Metabolik,
Endokrinologi,
Nefrologi
dan
Neurologi. IDAI Cabang Jawa Tengah:
IKA FK Undip.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Depkes, RI. 2007. Pedoman Umum
Pemberian Makanan Pendamping ASI.
Diakses pada tanggal 09 November
2012 di website www.depkesorg.id
IDAI. 2006. Pengaruh ASI Ekslusif Terhadap
Kejadian Diare. Diakses pada tanggal
06
Juli
2013
di
website
http://pusatdatajurnal.com
Ferly, A. 2012. Diare Anak. Diakses pada
tanggal
11
Mei
2013
di
http://ilmukedokteranFKUI.co.id
Hayati, WA. 2009. Gizi bayi: Buku Saku.
Jakarta: EGC.
Hidayat, AA. 2011. Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Irawan, A. 2009. Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu dalam pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) dengan
Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Semurup Kabupaten Kerinci Propinsi
Jambi tahun 2009. Diakses pada tanggal
21
November
2012
http://library.usu.ac.id
Maulana, M. 2009. Seluk Beluk Merawat Bayi
dan Balita. Yogyakarta: Garailmu.
Narendra M, Sularyo TS, Soetjiningsih,
Suyitno H, N. Gde Ranuh IG . 2002.
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.
Jakarta: IDAI.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta: EGC.
10
Nursalam, Susilaningrum R, Utami S. 2008.
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
(Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
Prasetyono, SD. 2012. Buku Pintar ASI
Ekslusif. Yogyakarta: DIVA Press.
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Rosidah, D. 2004. Pemberian Makanan
Tambahan: Makanan untuk Anak
Menyusu. Jakarta: EGC.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Setyowati, D. 2011.Hubungan Pemberian
Makanan Tambahan Usia Dini dengan
Gangguan Sistem Pencernaan pada
Bayi Usia 0-6 bulan di Desa Gadudero
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
Tahun 2011. AKBID Duta Darma Pati.
Soeparto P, Djupri SL, Sudarmo MS, Ranuh
GR. 2003. Gangguan Absorpsi-Sekresi:
Sindroma Diare. Surabaya: GRAMIK
Airlangga.
Sugiono. 2010. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Suraatmaja, S. 2005. Gastroenterologi Anak.
Jakarta: EGC.
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Widodo, R. 2008. Pemberian Makanan,
Suplemen dan obat pada Anak. Jakarta:
EGC.
Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
Download