HUBUNGAN PEMBERIAN MP ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG Mufti Azizah1), Eti Salafas2), Sugeng Maryanto3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : up2m@akbidngudiwaluyo ABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN MP ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi pada beberapa bulan awal ia dilahirkan. Pemberian ASI sebaiknya dilakukan sampai dengan usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai 24 bulan. Diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, berwarna hijau, atau bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Desain penelitian menggunakan analitik dengan pendekatan retrospektif (backward looking), Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bayi umur 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak kabupaten Semarang pada bulan Mei tahun 2013, dengan teknik sampel jenuh (sensus) yaitu 38 ibu bayi dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data menggunakan ChiSquare dengan membandingkan nilai p value < α dimana α = 0,05. Hasil data penelitian menunjukkan dari 28 ibu yang memberikan MP ASI di dapatkan sebanyak 19 bayi (67,9%) mengalami diare dan yang tidak diare sebanyak 9 bayi (32,1%), sedangkan dari 10 ibu yang tidak memberi MP ASI terdapat 8 bayi (80,0%) yang tidak diare dan yang lainnya diare (20,0%). Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,023 yang artinya ada hubungan antara pemberian MP ASI dengan Kejadian diare pada Bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Dengan demikian diharapkan ibu bayi dapat memberikan MP ASI secara tepat, yaitu saat bayi berusia lebih dari 6 bulan. Kata Kunci Daftar Pustaka 1 : Bayi 0-6 bulan, Diare, Pemberian MP ASI. : 28 (2003-2012) Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang ABSTRACT THE CORRELATION BETWEEN GIVING COMPLEMENTARY FEEDS (MP ASI) WITH THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN INFANTS AGED 0-6 MONTHS IN BANCAK VILLAGE DISTRICT BANCAK SEMARANG REGENCY. Breast milk (ASI) is the ideal food for infants in the first months since born. Breastfeeding should be done exclusively, the babies only given breast milk until 6 months old. Complementary feeding (MP ASI) is give supplementary food to infants after the baby aged 4-6 months until 24 months old. Diarrhea is the frequency of bowel movements more than 4 times in infants and more than 3 times in a child, watery consistency, can be colored green, mixed with blood and mucus or mucus alone.This study aims to determine the Correlation between giving complementary feeds (MP ASI) with the incidence of diarrhea in infants age 0-6 months in Bancak Village District Bancak Semarang Regency. Design of this study used retrospective analytic approach (backward looking). The study population was all infant’ mothers aged 0-6 months in Bancak Village District Bancak Semarang regency in May 2013, used saturated sample that was 38 people and retrieval of data used questionnaires. Analysis of the data used chi-Square test with compared p-value<α, with α=0.05. Based on the results study, 28 mothers of infants who provide complementary foods (complementary feeding) were 19 infants (67.9%) had diarrhea and not diarrhea are 9 infants (32.1%). while of the 10 mothers who did not give complementary feeds, 8 infants (80.0%) not diarrhea and other diarrhea (20.0%).From analysis results, obtained p value = 0.023, so that there is a correlation between giving complementary feeds (MP ASI) and the incidence of diarrhea in infants age 0-6 months at working area in Bancak Village District Bancak Semarang Regency. Baby’s mother is expected to give complementary feeding (MP ASI) appropiately, when baby is older than 6 months. Keywords Reference : infants aged 0-6 months, diarrhea, breast milk feeding companion. : 28 (2003-2012) PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi pada beberapa bulan awal ia dilahirkan. ASI adalah sumber gizi terbaik dan paling ideal dengan komposisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan. Pemberian ASI sebaiknya dilakukan secara ekslusif, yaitu bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain dan makanan padat sampai dengan usia 6 bulan (Waryana, 2010). 2 World Health Organization (WHO) merekomendasikan para ibu untuk menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, dilanjutkan dengan pemberian MP ASI dari bahan- bahan lokal yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (WHO, 2010). Data United Nations Childrens Fund (UNICEF) tahun 2012 menyebutkan hanya 39% bayi mendapatkan ASI ekslusif pada 6 bulan pertama kehidupannya. Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005-2010, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tidak ada peningkatan yang signifikan yaitu dari 59,7% pada 2005 dan Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang 61,5% pada 2010. Sedangkan di Kabupaten Semarang, cakupan bayi yang mendapat ASI Ekslusif mengalami kenaikan dari 27.61% pada tahun 2010 menjadi 34.40% pada tahun 2011. Apabila dibandingkan dengan target pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) di kabupaten atau kota, di mana target pencapaian ASI Eksklusif adalah 80% pada tahun 2010 (Kepmenkes, 2004), juga berdasarkan target Indonesia Sehat 2010 bahwa persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah 80% maka pencapaian di Kabupaten Semarang masih rendah (Dinkes Kab. Semarang, 2011). Rendahnya cakupan ASI Ekslusif di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dini. Pemberian MP ASI dini akan mengakibatkan menurunnya produksi ASI yang lebih cepat. Karena produksi ASI menurun, bayi akan menerima sedikit faktor proteksi yang dapat mengakibatkan bayi sering sakit. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP ASI sebelum berusia 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek dan panas dibanding bayi yang hanya mendapat ASI Ekslusif dan MP ASI yang tepat waktu (usia pemberian setelah 6 bulan). Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa bayi atau anak yang usianya ledih dari 6 bulan dan mendapat pemberian MP ASI dengan tepat, dapat terserang diare, sembelit, batuk-pilek dan panas. Sebab dilihat dari berbagai faktor seperti frekuensi dalam pemberian MP ASI, porsi dalam pemberian MP ASI, jenis MP ASI dan cara pemberian MP ASI pada bayi ataupun sangat berpengaruh besar untuk terserangnya penyakit diare dan lain-lain (Depkes RI, 2010). Menurut Kepmenkes (2012), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih diatas 34 per 100 ribu kelahiran. Sedangkan AKB di Jawa Tengah mencapai 5954 kasus, 191 diantaranya di kabupaten Semarang. sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi 3 baru lahir atau neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini meliputi asfiksia, BBLR, infeksi, diare dan pneumonia. WHO menyatakan bahwa pada tahun 2011, 3.9 juta balita meninggal dunia dan 19% diantaranya dikarenakan diare, hal ini menyebabkan diare sebagai penyebab kematian terbesar kedua pada anak balita setelah pneumonia (32%). Di negara-negara sedang berkembang diare merupakan penyakit endemis dan terutama pada anakanak balita karena frekuensi serta angka kematiannya tinggi sekali. Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja (Dadiyanto, 2008). Penyakit diare kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan dan angka kejadian diare di Indonesia berkisar diantara 150-430 per seribu penduduk setahunnya atau terjadi pada 28 orang dari 100 penduduk. Pada tahun 2011, diare pada balita berkisar 28 juta dengan kematian sebanyak 150.000 -300.000 balita (Riskesdas, 2011). Jumlah kasus diare pada balita di Kabupaten Semarang tahun 2011 mencapai 59.785 kasus, yang merupakan penyakit terbesar ketiga di Kabupaten Semarang setelah ISPA akut dan Hipertensi . Berdasarkan data dari Puskesmas Bancak, jumlah penderita diare pada tahun 2011 secara keseluruhan mencapai 2.356 penderita, sedangkan kasus diare pada balita sebanyak 1.516 balita (64.34%) dan pada balita usia kurang dari 1 tahun mencapai 318 balita (13.49%). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Bancak pada bulan Oktober 2012, terdapat bayi usia 0-6 bulan sejumlah 25 bayi dan 80% ibu bayi tersebut memberikan MP ASI saat usia bayi mereka baru menginjak 2-4 bulan. Jenis MP ASI yang diberikan yaitu mulai dari susu formula 70%, sereal 20% dan bahan makanan pokok yang dilumatkan seperti nasi tim dan pisang 10%. Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Dari 20 bayi yang diberi MP ASI dini tersebut, 14 diantaranya (70%) diantaranya mengalami diare. Bahkan ada 2 bayi yang harus dirawat di Rimah Sakit karena diare kronis. Alasan ibu memberikan MP ASI yaitu jika diberi ASI saja bayi sering menangis, sehingga ibu memberikan makanan tambahan supaya bayi cepat kenyang dan diam. Selain itu, banyak ibu yang menganggap bahwa kebutuhan nutrisi bayi tidak hanya cukup dengan ASI sehingga perlu ditambah makanan pendamping. Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif serta tertarik dengan susu formula yang ditawarkan dipasaran karena menilai kandunagn susu formula setara dengan ASI. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain analitik tentang hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan dengan menggunakan pendekatan retrospective (backward looking). Penelitian sudah dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013 dengan jumlah populasi berjumlah 38 ibu bayi usia 0-6 bulan di Desa Gondowangi. sample dalam penelitian ini sejumlah 38 ibu bayi usia 0-6 bulan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Ibu bayi yang memberi ASI dan Ibu bayi yang memberi/ tidak memberi MP ASI. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian MP ASI bayi usia 0-6 bulan sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian diare. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 1 pertanyaan tentang perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping yang tepat serta gangguan yang dapat ditimbulkan 4 bila pemberian makanan pendamping pada bayi salah yaitu diare. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengsian kuesioner. Sebelum melakukan pengisian kuesioner, responden mengisi lembar informed consent terlebih dahulu. Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-Square untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian dibagi menjadi 2 yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Tabel 1 menujukkan bahwa sebagian besar ibu memberikan MP ASI saat bayi usia 0-6 bulan, yaitu 28 ibu (73,7%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemberian MP ASI pada Bayi Usia 0-6 bulan di Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang Pemberian MP Frekuensi Persentase ASI (%) Tidak 10 26,3 Ya 28 73,7 Jumlah 38 100,0 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa mayoritas bayi mengalami diare yaitu sebanyak 21 bayi (55,3%), sedangkan bayi yang tidak diare yaitu 17 bayi (44,7%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Diare Frekuensi Persentase (%) Tidak 17 44,7 Ya 21 55,3 Jumlah 38 100,0 Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian MP ASI dengan Kejadian diare pada Bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan bancak Kabupaten Semarang, berdasarkan dengan uji Chi Square (x2) dengan p-value 0,023, p value < α = 0.05. Tabel 3. Distribusi Frekuensi hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Tidak Kejadian Diare Tidak Ya F % F % 8 80,0 2 20.0 F 10 % 100,0 Ya 9 32,1 19 67,9 28 100,0 17 44,7 21 55,3 38 100,0 Pemberian MP ASI Jumlah Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hasil analisis hubungan pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, di peroleh dari dari 10 ibu yang tidak memberi MP ASI sebagian besar bayi tidak mengalami diare (80%) dan yang lainnya mengalami diare (20,0%). Sedangkan dari 28 ibu yang memberikan MP ASI di dapatkan sebanyak 19 bayi (67,9%) mengalami diare dan yang tidak diare sebanyak 9 bayi (32,1%). Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemberian MP ASI dengan Kejadian diare pada Bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. pada bagian berikut dijelaskan hasil analisis dan pembahasan mengenai hasil tersebut. 1. Analisis Univariat a. Pemberian MP ASI pada Bayi Usia 0-6 Bulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang memberikan MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 28 orang (73,7%) dan responden yang tidak memberikan MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan atau ASI 5 Total P-value 0,23 ekslusif sebanyak 10 orang (26,3%). Melihat dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu sudah memberikan MP ASI pada bayinya pada usia kurang dari 6 bulan. Pemberian MP ASI bayi usia kurang dari 6 bulan dipengaruhi oleh pendidikan masyarakat yang masih relatif kurang sehingga memungkinkan untuk belum mengetahui mengenai ASI ekslusif dan tentang pemberian MP ASI yang tepat. Alasan ibu memberikan MP ASI yaitu karena takut bayinya tidak merasa kenyang jika hanya diberi ASI saja. Di samping itu kadang keluarga juga ikut berpengaruh dalam pemberian MP ASI, khususnya bagi bayi yang ditinggal ibu bekerja. Jenis MP ASI yang diberikan yaitu mulai dari susu formula, sereal dan bahan makanan pokok yang dilumatkan seperti nasi tim dan pisang. Jika hal ini diteruskan akan berakibat buruk bagi bayi karena organ pencernaan bayi yang berusia kurang dari 6 bulan belum berkembang sempurna. Menurut WHO, makanan tambahan harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrien dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang mulai diberikan mulai usia 6 bulan. Pada usia ini, otot dan syaraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit dan memamah. Sebelum usia 6 bulan, bayi akan mendorong makanan ke luar dari mulutnya karena mereka tidak dapat mengendalikan gerakan lidahnya secara penuh. Maturitas otot dan syaraf disekitar mulut dan leher, saluran cerna dan sistem ekskresi belum berfungsi sempurna. Bayi dapat mengalami alergi terhadap salah satu zat gizi (misalnya, muncul eksim), terhambatnya penyerapan zat besi dan gizi lainnya dari ASI (Widodo, 2008; h.57). Beberapa resiko dari pemberian MP ASI yang terlalu dini adalah akan mengakibatkan penurunan produksi ASI lebih cepat, karena saat bayi diberi MP ASI bayi akan jarang menyusu dan akhirnya produksi ASI berkurang sehingga bayi sulit mendapatkan kecukupan nutrisi dan bayi akan menerima sedikit faktor proteksi. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya terlalu berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh, tetapi memberi nutrien lebih sedikit daripada ASI. Risiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI (Dadiyanto, 2008; h.34-35). Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa alasan ibu memberikan MP ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di Desa Bancak kecamatan Bancak Kabupaten Semarang adalah karena menurut mereka ASI saja tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi, bayi masih sering menangis jika hanya di beri ASI dan jika diberi MP ASI bayi tidak akan cepat lapar. Alasan yang lainnya yaitu karena ibu bekerja di luar rumah. Sedangkan bagi ibu yang tidak bekerja, mereka mengatakan sering meinggalkan 6 bayi untuk melakukan kegiatan rumah tangga yang lainnya, padahal sebenarnya mereka tahu bahwa sebaiknya bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan pertama kelahiran. b. Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa bayi yang mengalami diare yaitu sebanyak 21 bayi (55,3%) dan bayi yang tidak mengalami diare 17 bayi (44,7%). Melihat dari hasil penelitian tersebut maka dapat di simpulkan bahwa sebagian besar bayi mengalami diare. Faktor yang paling berpengaruh menyebabkan diare dalam penelitian ini yaitu faktor sosial ekonomi keluarga. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga dengan ekonomi kurang, kondisi rumah yang buruk, personal hygiene yang kurang, serta sarana penyediaan air bersih yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui mulut (orofecal) antara lain melalui makanan/ minuman yang tercemar oleh bakteri. Adapun bakteri tersebut dapat didapatkan dari penggunaan botol susu yaitu pencucian botol yang kurang bersih sehingga terjadi kontaminasi, penyimpanan makanan masak pada suhu kamar untuk digunakan lagi akan memudahkan kuman untuk berkembang biak serta penggunaan air minum yang tercemar oleh bakteri, baik itu berasal dari sumber air maupun karena penyimpanan air yang tidak ditutup. Masyarakat pedesaan terkadang masih menganggap sepele penyakit diare, padahal jika diare terutama pada bayi tidak ditangani dengan segera akan berbahaya. Bayi bisa mengalami dehidrasi. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang baik merupakan Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang komponan utama penyembuhan diare tersebut, dan ASI merupakan satusatunya makanan yang paling aman untuk bayi usia 0-6 bulan. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Ngastiyah (2005; h.225), menyatakan diare lazim dijumpai pada bayi atau anak- anak. Diare terjadi apabila bayi buang air besar lebih encer dan lebih sering dari biasanya. Tinja anak diare dapat mengandung lendir dan darah, tergantung pada penyebabnya. Gejala lain adalah demam dan muntah. Kadang, gejala muntah dan demam mendahului gejala diarenya. Diare dapat menyebabkan kekurangan cairan. Menurut Hidayat (2011; h.101), diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali per hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali per hari. Alimul (2008; h.48), menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada bayi, yaitu faktor langsung seperti faktor infeksi, malabsorbsi, makanan dan lingkungan. Faktor tidak langsung yaitu seperti faktor psikologis dan umur bayi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit diare, karena dengan sebutan diare akan mempercepat tindakan pananggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat (Ngastiyah, 2005; h.223). 7 Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman serta diare berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 2. Analisis Bivariat Setelah dilakukan uji statistik menggunakan chi-square pada derajat kebebasan (df)=1 dan taraf signifikansi 5% maka di dapatkan hasil uji statistik hubungan antara pemberian MP ASI dengan kejadian diare p-value 0.023 (p ≤ α 0.05), yang berarti ada hubungan antara pemberian MP ASI dengan kejadian diare di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bayi yang mengalami diare setelah diberi MP ASI sebanyak 19 bayi (67,9%) sedangkan bayi yang tidak mengalami diare setelah diberi MP ASI sebanyak 9 bayi (32,1%). Hal ini membuktikan bahwa pemberian MP ASI berhubungan dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Berdasarkan data di atas menunjukkan mayoritas ibu yang memberikan MP ASI pada bayi saat usianya kurang dari 6 bulan, bayinya cenderung mengalami diare dibandingkan dengan ibu yang tidak memberikan MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Hal ini disebabkan karena pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan, sistem pencernaannya masih lemah dan belum bisa mencerna makanan dengan sempurna sehingga apabila diberi makanan asing atau makanan pendamping akan menyebabkan sistem pencernaan mengalami gangguan, yaitu diare. Ditinjau dari hal kebersihan, alatalat yang digunakan untuk membuat makanan pendamping serta bahan- bahan Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang yang digunakan juga merupakan hal penting. Penggunaan alat dan pemilihan bahan yang kurang higienis akan menyebabkan kontaminasi bakteri, sehingga saat dimakan bayi akan mengalami diare. Jadi, faktor kebersihan harus selalu dijaga pada setiap tahapan penyediaan makanan bayi, mulai dari tahap persiapan, tahap pengolahan, sampai tahap penyajian, termasuk kebersihan peralatan makanan yang digunakan. Makanan padat yang diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya mengakibatkan makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (misalnya gangguan pencernaan, timbulnya gas, dan sebagainya). Indiarti dan Bertiani (2009; h.67), menyatakan tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap sebab asam lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran. Saat berumur 3-4 bulan jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa. Enzim amilase yang dihasilkan oleh pankreas juga tidak dapat mencerna makanan kasar sampai usia 6 bulan. Enzim maltase, isomaltase dan sukrase belum mencapai sama dengan orang dewasa sebelum umur 7 bulan. Jumlah lipase dan bile salts masih dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan. Dengan demikian janganlah memberi makanan yang belum bisa diterima bayi. Pemberian nutrisi yang tidak sesuai dengan waktu pemberian dapat mengakibatkan resiko tinggi akan terjadinya gangguan pencernaan karena pada bayi usia dibawah 6 bulan, sistem pencernaan bayi belum memiliki enzim untuk mencerna makanan tersebut. Akibatnya, pemberian MP ASI dapat memberatkan kerja organ tubuh bayi. Usus bayi juga belum dapat bekerja secara sempurna, karena saat usia kurang 8 dari 6 bulan pertumbuhan jonjot di dalam usus belum sempurna. Jonjot adalah sejenis bulu-bulu halus yang ada di dalam usus dan berfungsi sebagai penerima dan penyalur pertama zat gizi yang didapatkan bayi keseluruh tubuh. Pada prinsipnya, semakin panjang jonjot maka akan semakin mampu usus bayi mengolah makanan bertekstur padat. Sebaliknya asupan maknan dan minuman yang tepat juga menstimulasi jonjotjonjot tersebut unutk makin bertambah panjang akan tetapi perlu diperhatikan juga apabila asupan yang diterima oleh bayi tidak tepat, maka justru akan menyebabkan jonjot-jonjot usus bayi tidak terstimulasi bahkan dapat memberikan dampak buruk pada sistem pencernaannya dan jika terus berlanjut akan mempengaruhi kebutuhan gizi bayi, sehingga bayi kekurangan gizi dan lebih rentan terdapat penyakit khgususnya diare. Dapat disimpulkan disini, bahwa sebelum jonjot-jonjot usus bayi siap jangan dulu memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) karena bayi belum mampu mencerna makanan yang lebih padat dari ASI (Nakita, 2008). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dwi Setyowati (2012) yang berjudul “Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Usia Dini dengan Gangguan Sistem Pencernaan pada Bayi Usia 0-6 bulan di Desa Gadudero Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012” menunjukkan dari 41 responden ibu bayi usia 0-6 bulan, yang memberikan makanan tambahan secara dini sebanyak 22 orang, dengan proporsi yang sistem pencernaannya baik sebanyak 3 bayi, cukup 13 bayi dan jelek 6 bayi. Responden yang tidak memberikan makanan tambahan secara dini 19 orang, dengan proporsi yang sistem pencernaannya baik sebanyak 11 bayi, cukup 1 bayi dan jelek 7 bayi. Adapun faktor lain yang bisa menyebabkan diare adalah faktor daya Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahan tubuh atau sistem imun. Bayi yang usianya kurang dari 6 bulan sistem imunnya belum sempurna. Pemberian MP ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, belum lagi jika makanan atau MP ASI disajikan dengan cara yang tidak higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP ASI sebelum usia 6 bulan lebih bayak terserang diare dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI ekslusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya yaitu, saat bayi berusia kurang dari 6 bulan sel-sel disekitar usus belum siap untuk mencerna kandungan dari makanan sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi (Soraya, 2005). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak kabupaten Semarang” maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ibu memberikan MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 28 orang, sedangkan ibu yang tidak memberikan MP ASI sebanyak 10 orang. 2. Bayi yang mengalami diare sebanyak 21 bayi dan yang tidak diare sebanyak 17 bayi. 3. Sebanyak 28 ibu yang memberikan MP ASI di dapatkan sebanyak 19 bayi mengalami diare dan yang tidak diare sebanyak 9 bayi, sedangkan dari 10 ibu yang tidak memberi MP ASI 8 bayi tidak mengalami diare dan 2 lainnya mengalami diare. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian MP ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak kabupaten Semarang 9 Saran 1. Bagi Masyarakat Agar dapat menambah informasi tentang pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan dan hubungannya dengan diare serta menjadikan masukan bagi masyarakat khususnya pada ibu bayi usia 0-6 bulan agar memberikan makanan pendamping dengan tepat, yaitu saat bayi berusia lebih dari 6 bulan. 2. Bagi Bidan Agar dapat menggunakan sebagai acuan atau referensi bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pemberian informasi atau penyuluhan tentang MP ASI yang benar (waktu pemberian, frekuensi, porsi, jenis dan cara pemberian). 3. Bagi Peneliti a. Agar dapat menjadikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi bidan sebagai peneliti. b. Agar hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri tentang MP ASI dan diare. 4. Bagi Institusi Agar dapat menggunakan sebagai referensi dan wacana dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang MP ASI dan diare. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arisman. 2004. Diit Makanan Bagi Bayi. Jakarta: Puspa Swara. Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Bambang. 2011. Super Baby Directory. Yogyakarta: FlashBook. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Dadiyanto, WD dkk. 2008. Simposium dan Workshop: Nutrisi dan Metabolik, Endokrinologi, Nefrologi dan Neurologi. IDAI Cabang Jawa Tengah: IKA FK Undip. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Depkes, RI. 2007. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI. Diakses pada tanggal 09 November 2012 di website www.depkesorg.id IDAI. 2006. Pengaruh ASI Ekslusif Terhadap Kejadian Diare. Diakses pada tanggal 06 Juli 2013 di website http://pusatdatajurnal.com Ferly, A. 2012. Diare Anak. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 di http://ilmukedokteranFKUI.co.id Hayati, WA. 2009. Gizi bayi: Buku Saku. Jakarta: EGC. Hidayat, AA. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Irawan, A. 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Semurup Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi tahun 2009. Diakses pada tanggal 21 November 2012 http://library.usu.ac.id Maulana, M. 2009. Seluk Beluk Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Garailmu. Narendra M, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, N. Gde Ranuh IG . 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. 10 Nursalam, Susilaningrum R, Utami S. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika. Prasetyono, SD. 2012. Buku Pintar ASI Ekslusif. Yogyakarta: DIVA Press. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rosidah, D. 2004. Pemberian Makanan Tambahan: Makanan untuk Anak Menyusu. Jakarta: EGC. Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Setyowati, D. 2011.Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Usia Dini dengan Gangguan Sistem Pencernaan pada Bayi Usia 0-6 bulan di Desa Gadudero Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Tahun 2011. AKBID Duta Darma Pati. Soeparto P, Djupri SL, Sudarmo MS, Ranuh GR. 2003. Gangguan Absorpsi-Sekresi: Sindroma Diare. Surabaya: GRAMIK Airlangga. Sugiono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suraatmaja, S. 2005. Gastroenterologi Anak. Jakarta: EGC. Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Widodo, R. 2008. Pemberian Makanan, Suplemen dan obat pada Anak. Jakarta: EGC. Hubungan Pemberian MP ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang