UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI FERMENTASI AIR CUCIAN BERAS SKRIPSI SANTI SUSILAWATI NIM. 1112102000053 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA AGUSTUS 2016 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI FERMENTASI AIR CUCIAN BERAS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi SANTI SUSILAWATI NIM. 1112102000053 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA AGUSTUS 2016 ii HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Santi Susilawati NIM : 1112102000053 Tanda Tangan : Tanggal : 4 Agustus 2016 iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Nama : Santi Susilawati NIM : 1112102000053 Program Studi : Farmasi Judul Skripsi : Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Fermentasi Air Cucian Beras Disetujui oleh: iv HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Santi Susilawati NIM : 1112102000053 Program Studi : Farmasi Judul Skripsi : Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Fermentasi Air Cucian Beras Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Puteri Amelia, M.Farm., Apt Pembimbing II : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt Penguji I : Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.Si., Apt Penguji II : Narti Fitriana, M.Si. Ditetapkan di : Ciputat Tanggal : 4 Agustus 2016 v ABSTRAK Nama : Santi Susilawati Program Studi : Farmasi Judul Skripsi : Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Fermentasi Air Cucian Beras Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sangat bermanfaat bagi sistem pencernaan manusia karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan menjaga keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isolat BAL dari fermentasi air cucian beras dan mengetahui karakteristik dari isolat BAL yang diperoleh. Isolasi BAL dilakukan dengan teknik pengenceran bertingkat menggunakan larutan pengencer pepton water 1 %. Sampel diencerkan hingga 10-7 kemudian ditumbuhkan pada media MRS Agar yang ditambahkan dengan CaCO3 1% dan diinkubasi pada suhu 37˚C selama 48 jam. Karakterisasi isolat BAL dilakukan mengikuti aturan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology yaitu berdasarkan pada karakteristik morfologi, fisiologi dan biokimia. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan 6 isolat BAL dari fermentasi air cucian beras dengan karakteristik Gram positif dan katalase negatif. Hasil uji Gram positif dan katalase negatif merupakan karakteristik umum BAL. Pada hasil karakterisasi secara morfologi diperoleh sebanyak 4 isolat berbentuk bulat dan 2 isolat berbentuk batang, semua isolat berwarna putih, Gram positif, non motil dan non spora. Pada hasil karakterisasi secara fisiologi dan biokimia menunjukkan bahwa semua isolat memiliki karakteristik katalase negatif, bersifat homofermentatif dan heterofermentatif, termofilik dan mesofilik serta tumbuh pada konsentrasi NaCl 4% - 6,5%. Berdasarkan hasil karakterisasi dapat disimpulkan bahwa isolat yang didapatkan termasuk dalam genus Lactobacillus spp. (isolat D dan G) dan Streptococcus spp. (isolat B, E, F dan H). Kata Kunci : air cucian beras, Bakteri Asam Laktat (BAL), isolasi, karakterisasi vi ABSTRACT Name : Santi Susilawati Major : Pharmacy Title : Isolation and Characterization of Lactic Acid Bacteria (LAB) from Fermented Rice Rinsed Water Lactic Acid Bacteria (LAB) is a bacteria that are beneficial to the human digestive system because it can inhibit the growth of pathogenic bacteria and maintain the balance of microflora in the digestive tract. This study aims to determine the LAB isolates from fermented rice water and known the characteristics of LAB isolates were obtained. Isolation LAB was performed using multilevel dilution using peptone water diluent solution 1%. Samples were diluted to 10-7 and then grown on MRS Agar supplemented with 1% CaCO3 and incubated at 37˚C for 48 hours. Characterization of LAB isolates did follow the rules of Bergey's Manual of Determinative Bacteriology was based on the characteristics of morphology, physiology and biochemistry. Based on the results showed that the LAB isolated showed 6 of fermented rice water with characteristics of Gram positive and catalase negative. Gram positive test results and negative catalase was a common characteristic LAB. In the morphological characterization results obtained by 4 isolated spherical shaped and 2 isolated rod shaped, all isolated white, Gram positive, nonmotile and nonspore. On the results of physiological and biochemical characterization showed that all isolated were catalase negative characteristics, were homofermentative and heterofermentative, thermophilic and mesophilic and growth on NaCl concentration of 4% - 6.5%. Based on the results it can be concluded that the characterization of the isolated was found belonging to the genus Lactobacillus sp. (D and G isolated), and Streptococcus sp. (B, E, F and H Isolated). Keyword : characterize, isolation, Lactic Acid Bacteria (LAB), rinsed rice water vii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Fermentasi Air Cucian Beras”. Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Puteri Amelia, M.Farm., Apt dan Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran, dan tenaga untuk membimbing, memberi masukan, memberi ilmu, memberi nasihat dan dukungan kepada penulis. 2. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Nurmeilis, M.Si, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Nelly Suryani, Ph.D., Apt selaku sekertaris Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan. 5. Kedua orang tua tercinta, kakak dan semua keluarga yang tak pernah lelah untuk memberikan doa, nasihat, semangat, dukungan moril maupun materil dan motivasi kepada penulis. 6. Sahabat “geng 99” pipil (Ummi Habibah) dan pika (Fika Hilmiyatu Durry), eyang (Addina Syahida), Moethia, kembaran (Endang Suryani), abang viii jiyong, abang umin dan dede uzi yang selalu memberi semangat, serta motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas skripsi ini. 7. Teman seperjuangan penelitian Mikrob di Lab PNA dan Lab Steril Zakiyah Zahra atas bantuan, semangat, motivasi dan perjuangan kita selama masa penelitian hingga penyusunan skripsi. 8. Geng mikrob dan grup endofit yang telah memberikan banyak ilmu serta membantu penulis selama masa penelitian di Lab PNA. 9. Icha Martha dan teman-teman lainnya yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis selama masa penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 10. Teman-teman Farmasi 2012 khususnya Farmasi 2012 AC atas kebersamaan serta suka dan duka selama masa perkuliahan. 11. Laboran Lab Farmasi Mba Rani, Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Eris, Kak Walid, Kak Yaenab, Kak Rahmadi yang telah banyak membantu penulis selama penulis melakukan penelitian serta Laboran Lab PLT yang telah mengizinkan penulis untuk menggunakan mikroskop. 12. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dunia kefarmasian. Ciputat, Agustus 2016 Penulis ix HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Santi Susilawati NIM : 1112102000053 Program Studi : Strata-1 Farmasi Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Jenis karya : Skripsi demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI FERMENTASI AIR CUCIAN BERAS untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Ciputat Pada Tanggal : Agustus 2016 Yang menyatakan, Santi Susilawati x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS .............................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iv HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................v ABSTRAK .............................................................................................................vi ABSTRACT .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................x DAFTAR ISI..........................................................................................................xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xv BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................2 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................3 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah BAL ............................................................................................... 4 2.2. Karakterisasi BAL ......................................................................................5 2.3. Habitat asli BAL .........................................................................................7 2.4. Manfaat BAL .............................................................................................. 8 2.5. Air cucian beras ........................................................................................10 2.6. Fermentasi .................................................................................................10 2.7. Probiotik....................................................................................................11 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................13 3.2. Alat dan Bahan..........................................................................................13 3.3. Prosedur Penelitian ...................................................................................13 3.3.1. Preparasi Sampel Air cucian beras ..........................................................13 3.3.2. Isolasi Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras .....................................14 3.3.3. Pemurnian Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras ....................14 3.3.4. Karakterisasi Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras ................14 3.3.4.1. Karakterisasi Morfologi Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras ..........................................................................................................15 xi 3.3.4.2. Karakterisasi Fisiologi dan Biokimia Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras .............................................................................................. 16 3.3.4.3. Uji Hemolitik Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras ...............17 3.4. Analisis Data ............................................................................................. 18 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ..........................................................................................................19 4.2. Pembahasan .............................................................................................. 20 4.2.1. Persiapan Sampel ......................................................................................20 4.2.2. Isolasi BAL dari Fermentasi Air cucian beras ..........................................21 4.2.3. Konfirmasi Isolat dari Fermentasi Air cucian beras .................................22 4.2.3.1. Karakterisasi Morfologi Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras ..........................................................................................................22 4.2.3.2. Karakterisasi Fisiologi dan Biokimia Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras ........................................................................................25 4.2.3.3. Uji Hemolitik ............................................................................................ 28 4.2.4. Isolat BAL dari Hasil Fermentasi Air cucian beras ..................................29 4.2.4.1. Isolat Bakteri Gram Positif bentuk Batang ...............................................30 4.2.4.2. Isolat Bakteri Gram Positif bentuk Bulat ..................................................32 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 34 5.2. Saran .........................................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................35 LAMPIRAN .........................................................................................................41 xii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Perbedaan karakteristik BAL .................................................................8 Tabel 4.1. Karakteristik morfologi, fisiologi dan biokimia isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras dan strain acuan .......................................19 Tabel 4.2. Karakteristik morfologi isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras secara makroskopik ....................................................................23 Tabel 4.3. Karakteristik fisiologi dan biokimia isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras dan strain acuan .........................................................28 Tabel 4.4. Karakteristik fisiologi dan biokimia isolat bakteri Gram positif bentuk batang .......................................................................................30 Tabel 4.5. Karakteristik fisiologi dan biokimia isolat bakteri Gram positif bentuk bulat ..........................................................................................32 xiii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.1. Isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras yang memiliki zona bening disekitar koloni bakteri................................................21 Gambar 4.2. Hasil pewarnaan Gram isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (Isolat G) dan strain acuan (Lactobacillus casei) ..................24 Gambar 4.3. Hasil pewarnaan endospora isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (Isolat G) dan strain acuan (Lactobacillus casei) .......24 Gambar 4.4. Hasil uji katalase positif Staphylococcus aureus (+), katalase negatif Lactobacillus casei (-) dan isolat G (G1 & G2) ..................25 Gambar 4.5. Hasil uji motilitas Lactobacillus casei (+) isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (G) dan media SIM semi solid (-)........26 Gambar 4.6. Hasil uji tipe fermentasi Lactobacillus casei (+) isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (G) dan media MRS Broth (-) ......26 Gambar 4.7. Hasil uji hemolitik isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (A) dan Staphylococcus aureus (B) .................................................29 Gambar 4.8. Diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology untuk isolat bakteri Gram positif berbentuk batang ........................31 Gambar 4.10. Diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology untuk isolat bakteri Gram positif berbentuk bulat .........................33 xiv DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Alur penelitian .................................................................................42 Lampiran 2. Gambar koloni isolat bakteri pada pengenceran 10-5 (triplo) ..........43 Lampiran 3. Gambar koloni isolat bakteri pada pengenceran 10-6 (triplo) ..........43 Lampiran 4. Gambar koloni isolat bakteri pada pengenceran 10-7 (triplo) ..........43 Lampiran 5. Gambar hasil seleksi isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras .................................................................................................44 Lampiran 6. Gambar hasil pewarnaan Gram isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras .....................................................................................45 Lampiran 7. Gambar hasil pewarnaan endospora isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras .............................................................. 46 Lampiran 8. Gambar hasil uji tipe fermentasi isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras ................................................................................47 Lampiran 9. Gambar hasil uji motilitas isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras ....................................................................................48 Lampiran 10. Gambar hasil uji suhu 15˚C isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras ....................................................................................49 Lampiran 11. Gambar hasil uji suhu 37˚C isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras ....................................................................................50 Lampiran 12. Gambar hasil uji suhu 45˚C isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras ....................................................................................51 Lampiran 13. Gambar hasil uji toleransi NaCl 4% isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras ............................................................. 52 Lampiran 14. Hasil uji toleransi NaCl 6,5% isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras ....................................................................................53 Lampiran 15. Sertifikat analisis media MRS Agar ..............................................54 Lampiran 16. Sertifikat analisis media MRS Broth .............................................56 xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah bakteri yang mampu memfermentasikan gula atau karbohidrat untuk memproduksi asam Iaktat dalam jumlah besar (Widyastuti dan Sofarianawati, 1999). BAL merupakan kelompok besar mikroorganisme yang secara fisiologis menghasilkan asam laktat sebagai metabolit utama (Vasiljevic dan Shah, 2008 dalam Emmawati et al, 2015). Beberapa metabolit aktif yang dihasilkan oleh BAL yaitu asam laktat, etanol, hidroperoksida dan bakteriosin (Ibrahim et al, 2015). Fungsi utama asam laktat bagi sistem pencernaan manusia yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit (bakteri patogen). Dalam pengolahan pangan, BAL dapat dimanfaatkan sebagai pengawet alami yaitu dengan cara melindungi produk dari cemaran bakteri patogen sehingga nutrisi produk pangan tersebut semakin meningkat (Surono, 2004). BAL termasuk dalam kelompok bakteri baik dan umumnya memenuhi status GRAS (Generally Recognized as Safe) yaitu aman bagi manusia (Surono, 2004), sehingga dapat diaplikasikan sebagai agen probiotik. Probiotik adalah mikroba hidup menguntungkan yang bermanfaat untuk memperbaiki keseimbangan mikroflora didalam saluran pencernaan (Afrianto dan Liviawaty, 2005) dan memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa aktivitas probiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri lainnya (D, suharlampopoulos et al, 2003). Mengonsumsi probiotik secara teratur dapat membantu menjaga keseimbangan bakteri yang menguntungkan di dalam saluran pencernaan (Fuller, 1989). Adanya efek menyehatkan dari mengonsumsi probiotik membuat para peneliti berlombalomba untuk menemukan strain BAL dari berbagai sumber alami, seperti saluran pencernaan manusia dan hewan, susu fermentasi, sayuran atau buah terfermentasi serta makanan tradisional yang terfermentasi secara alami (Sujaya et al, 2008). Bakteri probiotik yang termasuk BAL adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium ( Saarela et al, 2002 ). BAL dapat memanfaatkan karbohidrat 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2 sebagai substrat untuk menghasilkan metabolit aktif pada proses pertumbuhannya. Sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah nasi yang berasal dari beras. Sebagai bahan makanan pokok, beras menghasilkan beberapa keuntungan yaitu dapat memberikan kandungan kalori yang cukup tinggi serta dapat memberikan zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti halnya protein dan beberapa jenis mineral (Moehyi, 1992 dalam Eni et al, 2015). Dalam proses pengolahan beras menjadi nasi, beras terlebih dahulu dicuci dan proses pencucian dilakukan berulang kali hingga beras dianggap bersih. Air bekas cucian beras biasanya akan langsung dibuang karena dianggap sebagai limbah. Sebenarnya didalam air cucian beras masih mengandung zat-zat penting seperti karbohidrat, protein dan vitamin yang terkikis selama proses pencucian berlangsung (Rachmat dan Agustina, 2007). Karbohidrat yang terbuang itu akan dirombak oleh mikroorganisme menjadi produk yang lebih sederhana (Rahman, 1992 dalam Eni et al, 2015). Pemanfaatan air cucian beras saat ini lebih banyak dilakukan oleh para peneliti dibidang pertanian. Penelitian lebih banyak diarahkan pada pemanfaatan air cucian beras sebagai penyubur tanaman seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Kalsum et al (2011) terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih dan Istiqomah (2012) terhadap pertumbuhan kacang hijau; pemanfaatan air cucian beras untuk memproduksi bioetanol pada penelitian Chethana et al (2011); serta pemanfaatann air cucian beras sebagai substrat dalam pembuatan nata (nata de leri) seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayatullah (2012). Berdasarkan kemungkinan adanya BAL pada fermentasi air cucian beras dan besarnya manfaat yang dihasilkan dari BAL terutama sebagai agen probiotik, maka dilakukan penelitian untuk mengisolasi BAL dari fermentasi air cucian beras serta mengidentifikasi karakteristik BAL yang diperoleh (Ibrahim et al, 2015). 1.2. Rumusan Masalah 1) Bagaimana cara mengisolasi BAL yang terdapat pada fermentasi air cucian beras? UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3 2) Bagaimana karakteristik BAL yang terdapat pada fermentasi air cucian beras? 1.3. Tujuan Penelitian 1) Memperoleh isolat BAL dari fermentasi air cucian beras 2) Mengkarakterisasi isolat BAL dari fermentasi air cucian beras 1.4. Manfaat Penelitian 1) Memanfaatkan limbah cair rumah tangga yang ada dilingkungan sekitar 2) Memberikan informasi ilmiah mengenai keanekaragaman BAL yang berasal dari fermentasi air cucian beras 3) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data dasar dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah BAL Bakteri Asam Laktat (BAL) pertama kali ditemukan oleh Pasteur, seorang Profesor Kimia di Universitas of Lille pada tahun 1878. Saat itu dilaporkan bahwa pada susu yang sudah tengik dan pada saluran pencernaan manusia dan hewan ditemukan isolat BAL. Pada tahun 1889 seorang peneliti asal Perancis di laboratorium Prof. Pasteur yang bernama Tissier, menemukan bakteri Bifidobacterium adalah bakteri yang mendominasi saluran usus pada bayi yang meminum ASI (Air Susu Ibu). Kemudian pada tahun 1900 setelah ditemukannya isolat BAL yang berasal dari ASI oleh Tessier, Moro seorang peneliti dari Universitas Graz di Austria menemukan berbagai jenis bakteri pada bayi yang meminum susu botol/ susu formula (Surono, 2004). Bakteri tersebut diberi Nama Bacillus acidophilus (acido: asam; philus: suka), saat ini dikenal sebagai bakteri Lactobacillus acidophilus. Dengan ditemukannya beberapa spesies BAL dan potensi BAL bagi manusia, maka sejak tahun 1908 perhatian mengenai peranan BAL bagi kesehatan manusia mulai dilakukan. Pada masa itu seorang ahli mikrobiologi dari Institut Pasteur di Perancis bernama Eli Metchnikoff menyarankan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi susu fermentasi jika ingin panjang umur. Pada saat itu belum ada penjelasan mengenai keterkaitan antara mikroflora usus dan pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Setelah hampir satu abad kemudian pemahaman tentang hubungan antara mikroflora usus dan kesehatan manusia baru ditemukan bahwa bayi yang minum ASI tubuhnya akan lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan bayi yang minum susu formula, hal tersebut diyakini oleh masyarakat karena ASI mengandung kolostrum yang bertanggung jawab terhadap populasi mikroflora dalam usus bayi (Surono, 2004). Produk olahan fermentasi susu saat ini sangat populer dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat untuk menjaga kesehatan pencernaan. Produk olahan fermentasi susu yang telah beredar di masyarakat yaitu: yoghurt, minuman probiotik, keju, kefir dll. 4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5 Masyarakat tradisional di Indonesia memiliki beragam jenis produk fermentasi yang telah teruji pada beberapa penelitian bahwa produk tersebut mengandung BAL, seperti: “Diperoleh 11 isolat bakteri asam laktat (BAL) dari fermentasi petis daging tradisional” (Pramono et al, 2008); “Jenis bakteri asam laktat hasil isolasi dari makanan tradisional growol didominasi oleh Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus rhamnosus berdasarkan identifikasi menggunakan kit API 50 CHL” (Putri et al, 2012); “Isolat BAL asal sawi asin dapat dikatakan sebagai BAL yang memiliki kemampuan probiotik dan bermanfaat bagi kesehatan” (Halim, 2013); “Didapatkan 9 isolat BAL dari identifikasi awal BAL yang berasal dari makanan tradisional Jruek Driek, Aceh” (Yulvizar, 2015); dll. 2.2. Karakterisasi BAL BAL merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus atau batang, tidak membentuk spora dan memiliki suhu optimum ± 40˚C. Pada umumnya non motil karena kemampuan biosintesisnya sangat terbatas, bersifat anaerob, katalase negatif dan oksidase positif. BAL memiliki beberapa sifat khusus, antaralain; mampu tumbuh pada kadar gula, alkohol, dan garam yang tinggi, mampu memfermentasikan monosakarida dan disakarida (Syahrurahman, 2007 dalam Nasution, 2012). BAL termasuk dalam kelompok bakteri yang memenuhi status GRAS (Generally Recognized as Safe), yaitu bakteri baik yang aman bagi manusia. Mekanisme kerja BAL tidak membusukkan protein, melainkan bekerja dengan cara memetabolisme berbagai jenis karbohidrat secara fermentatif menjadi asam-asam organik. Disebut sebagai BAL karena salah satu produk utama yang dihasilkan dari fermentasi tersebut adalah asam laktat. Makanan ataupun produk pangan lainnya apabila telah tercemar oleh BAL akan menjadi rusak karena asam-asam yang dihasilkan selama fermentasi berlangsung dan jika bakteri pembusuk (bakteri patogen) berada pada jumlah yang lebih banyak dibanding jumlah BAL pada suatu produk pangan, maka produk pangan tersebut akan menjadi busuk (Surono, 2004). Kondisi pH optimum BAL adalah sekitar 4 – 5 sehingga bakteri asam laktat dapat berkompetitif dengan bakteri lain terutama bakteri patogen yang memiliki pH optimum 7,2 – 7,6 (Wibowo, 2012). BAL terbagi menjadi delapan genus antara lain UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6 Lactobacillus, Streptococcus, Leuconostoc, Bifidobacterium Lactococcus, dan Pediococcus, Corinobacterium. Enterococcus, Berdasarkan tipe fermentasinya, BAL terbagi menjadi heterofermentatif dan homofermentatif. Kelompok homofermentatif menghasilkan asam laktat sebagai produk utama dari fermentasi gula, sedangkan kelompok heterofermentatif menghasilkan asam laktat dan senyawa lain yaitu CO2, etanol, asetaldehida, diasetil, serta senyawa lainnya (Fardiaz, 1992). Berdasarkan strain bakteri, suhu optimum pada pertumbuhan BAL juga beragam. Beberapa suhu optimum dari berbagai jenis strain bakteri asam laktat yaitu (Surono, 2004): a) Bakteri psikotropik (bakteri yang mampu tumbuh pada suhu 5˚C atau dibawahnya), seperti genus Leuconostoc dan beberapa spesies Lactobacillus fakultatif heterofermentatif, khususnya Lactobacillus sake. b) Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (kultur stater yogurt) dan beberapa spesies Labtobacillus obligat homofermentattif tumbuh pada suhu optimum 45˚C dan tidak tumbuh pada suhu 15˚C. c) Beberapa strain bakteri asam laktat yang memiliki sifat thermoduric (tahan pada suhu tinggi) seperti Enterococcus dan Streptococcus thermophillus dapat tumbuh pada suhu mencapai 50˚C. Salah satu contoh bakteri yang telah dimanfaatkan ialah Enterococcus faecalis yang digunakan sebagai indikator kesempurnaan proses pasteurisasi. Berdasarkan suhu optimum dan suhu maksimum bakteri asam laktat secara umum dibagi menjadi dua kelompok yaitu (Surono, 2004): a) Bakteri Mesofilik, yaitu bakteri yang memiliki suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 25˚C dan suhu maksimum 37˚C – 40˚C. Contoh bakteri mesofilik adalah strain Lactococci dan Leuconostoc. b) Bakteri Thermofilik, yaitu bakteri yang memiliki suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 37˚C - 45˚C dan suhu maksimum 45˚C – 52˚C. Contoh bakteri mesofilik adalah Streptococcus thermophilus dan homofermentatif Lactobacilli. Karakteristik pada tahap selanjutnya ialah pendekatan molekuler. Pada pendekatan molekuler dengan hibridasi DNA-DNA sekuen rRNA menggunakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7 instrument PCR, hasil dari pendekatan molekuler yaitu mengetahui spesies dari strain BAL yang telah ada. Dapat dijelaskan bahwa sebenarnya Lactobacillus casei terbagi menjadi tiga spesies dan telah diajukan dua nama spesies baru yaitu Lactobacillus paracasei dan Lactobacillus rhamnosus (Surono, 2004). 2.3. Habitat asli BAL Secara alami BAL banyak dijumpai di berbagai habitat seperti makanan fermentasi, buah-buahan dan saluran pencernaan manusia atau ternak (Widyastuti, 1999). BAL secara umum ditemukan pada habitat yang kaya akan nutrisi seperti pada beberapa produk makanan (susu, daging dan sayuran), tetapi beberapa juga ditemukan pada mulut, pencernaan dan vagina dari mamalia (Whittenbury, 1964 dalam Khalid, 2011). BAL berdasarkan habitat aslinya secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu bakteri asam laktat yang berasal dari tanaman (fermentasi nabati) dan BAL yang berasal dari susu (dairy product). Pada kelompok BAL yang berasal dari fermentasi nabati biasanya terdapat pada beberapa produk nabati seperti pikel buah dan sayuran, sauerkraut, kimchi, minuman beralkohol, produk fermentasi kedelai (taucho, miso, tempe), idli/ dosa (sejenis roti dari India), dll. Sedangkan kelompok bakteri yang berasal dari susu biasanya terdapat pada beberapa produk fermentasi susu yang sangat populer dikalangan masyarakat, seperti yoghurt, keju, minuman probiotik, kefir, dadih, dahi, kumis, dll (Surono, 2004). BAL yang berasal dari tanaman (buah dan sayuran) tidak dapat digunakan atau diaplikasikan dalam fermentasi dairy product (produk fermentasi yang berasal dari susu) begitupula sebaliknya, hal tersebut dikarenakan sumber nutrisi yang dibutuhkan pada masing-masing produk berbeda satu sama lain. BAL yang berasal dari tanaman dapat memecah lebih banyak jenis gula seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, selobiosa tetapi tidak bisa memecah laktosa sebagai sumber gula yang digunakan selama proses fermentasi. Sumber gula jenis laktosa hanya dapat dimanfaatkan oleh BAL yang berasal dari fermentasi susu (Surono, 2004). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 8 Tabel 2.1. Perbedaan karakteristik BAL BAL Asal Tanaman BAL Asal Susu Habitat Tanaman Susu Sumber gula Glukosa, Fruktosa, Sukrosa, Maltosa, cellobiose Laktosa Konsentrasi gula Tinggi atau rendah Stabil Asam amino/ vitamin Sedikit Banyak, seimbang Senyawa penghambat Asam tanat, alkaloid, tiosianat Tidak ada Ko-eksistensi Khamir, bakteri anaerobic Tidak ada (Sumber: Sanae Okada, 2003 dalam Surono, 2004) BAL seperti Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus yang berasal dari susu tidak dapat memfermentasikan maltosa, sedangkan Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus asal tanaman tidak dapat memfermentasikan laktosa. Hal tersebut terjadi secara alami karena Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus asal susu tidak dapat ditumbuhkan dalam sari buah, sebab bakteri tersebut tidak dapat memanfaatkan maltosa sebagai sumber nutrisi. Sedangkan Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus asal sari buah tidak dapat ditumbuhakan dalam produk fermentasi susu karena tidak dapat memfermentasikan laktosa, kecuali jika media pertumbuhan diperkaya dengan karbohidrat yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri tersebut (Surono, 2004). 2.4. Manfaat BAL BAL sangat bermanfaat di bidang kesehatan. BAL dimanfaatkan sebagai probiotik alami bagi tubuh, kemampuan probiotik yang dihasilkan sangat menguntungkan bagi sistem pencernaan manusia dan hewan. Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup dalam bahan pangan yang berada dalam jumlah cukup serta dapat memberikan manfaat kesehatan pada saluran pencernaan makhluk hidup (Fuller R, 1989 dalam Sujaya et al, 2008). BAL merupakan bakteri yang memiliki kontribusi besar dalam dunia pangan. BAL selain digunakan sebagai pangan fungsional juga sering digunakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 9 sebagai pengawet alami dari suatu produk pangan fermentasi. Penggunaan BAL sebagai pengawet alami dengan metode biopreservatif telah banyak dikembangkan dengan menggunakan BAL secara langsung atau menggunakan metabolitnya sebagai agen antimikroba (Ibrahim et al, 2015). Metabolit yang dihasilkan oleh BAL merupakan agen yang dapat digunakan dalam membunuh bakteri. Beberapa metabolit aktif yang dihasilkan oleh BAL yaitu asam laktat, etanol, hidroperoksida dan bakteriosin (Ibrahim et al, 2015). Asam laktat yang dihasilkan BAL dalam saluran pencernaan dapat mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan dan sebagai kontrol pembuangan kotoran dengan cara merangsang dinding saluran pencernaan. Asam-asam organik seperti asam laktat dan asam asetat yang diproduksi BAL sebagai hasil fermentasi laktosa dalam susu dapat membantu aktivitas usus dengan merangsang peristaltik, meningkatkan kemampuan pencernaan dan penyerapan (Mitsuoka, 1989 dalam Widyastuti, 1999). Asam laktat yang di produksi oleh BAL dapat menurunkan pH lingkungan, karena pH yang rendah dapat menghambat kontaminasi mikroba pembusuk dan juga membunuh mikroba patogen terutama yang ada didalam tubuh. Selain itu asam organik yang diproduksi BAL dapat menambah cita rasa dan aroma pada makanan dan pada waktu yang sama pertumbuhan bakteri yang merugikan dapat dicegah. BAL bermanfaat untuk merangsang sistem kekebalan dan resistensi terhadap infeksi dan kanker (Lawalata et al, 2010). Salah satu metabolit aktif yang diihasilkan oleh BAL sebagai antimikroba yaitu bakteriosin yang merupakan suatu senyawa peptida. Dilaporkan bahwa bakteriosin memegang peranan paling penting dalam menanggulangi infeksi akibat mikroorganisme (Ibrahim et al, 2015). Saat ini sudah banyak industri pangan terutama untuk produk yang berasal dari fermentasi susu (dairy product) yang telah memanfaatkan BAL sebagai stater kultur. Selain sebagai starter kultur, bakteri asam laktat juga memiliki manfaat dalam industri farmasi, kosmetik, dan makanan. Eksopolisakarida (EPS) merupakan polisakarida yang dihasilkan BAL dan telah banyak diaplikasikan dalam industri makanan dan sangat berpotensi dalam industri farmasi dan kesehatan. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gula sukrosa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 10 merupakan salah satu sumber isolat BAL yang telah diteliti memiliki potensi untuk menjadi sumber galur-galur BAL-EPS (Malik et al, 2010). 2.5. Air cucian beras Air cucian beras atau sering disebut leri merupakan air yang diperoleh dalam proses pencucian beras. Air cucian beras tergolong mudah untuk didapatkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan beras (nasi) sebagai makanan pokok yang mengandung karbohidrat tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi. Selama ini air cucian beras belum banyak dimanfaatkan dan biasanya hanya dibuang begitu saja. Sebenarnya didalam air cucian beras masih mengandung senyawa organik seperti karbohidrat dan vitamin seperti thiamin (Fatimah, 2008). Saat ini mulai berkembang penelitian tentang pemanfaatan air cucian beras sebagai bahan baku penelitian, seperti pemanfaatan air cucian sebagai bahan baku pembuatan nata, sebagai bahan baku pembuatan bioetanol bahkan saat ini leri telah dimanfaatkan juga sebagai sumber isolat untuk memperoleh BAL. Oleh karena itu saat ini air cucian beras sudah mulai dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang lebih bermanfaat (Chethana et al, 2011; Hidayatullah, 2012; Istiqomah, 2012; Kalsum et al, 2011). 2.6. Fermentasi Fermentasi dapat didefinisikan sebagai perubahan gradual oleh enzim dari beberapa bakteri, khamir, dan jamur di dalam media pertumbuhan. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati, serta perubahan gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Fermentasi terjadi karena adanya aktivitas suatu mikroorganisme terhadap substrat yang sesuai sebagai media pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Proses fermentasi menyebabkan perubahan pada sifat substrat, contohnya pada fermentasi sari buah akan timbul rasa dan bau alkohol, pada fermentasi ketela dan ketan akan menghasilkan bau alkohol dan rasa asam yang khas (tape), pada fermentasi susu akan menghasilkan bau dan rasa asam. Tujuan dilakukannya fermentasi ialah memperbanyak jumlah mikroorganisme dan meningkatkan aktivitas metabolismenya terhadap media fermentasi (Hidayat, 2006). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 11 Fermentasi berdasarkan penambahan starter (kultur mikroorganisme), dibedakan atas dua jenis, yakni fermentasi spontan dan fermentasi tidak spontan. Fermentasi spontan adalah fermentasi yang berjalan alami, tanpa penambahan starter, mikroba yang tumbuh terdapat secara alami pada medium dan medium tersebut dikondisikan sehingga mikroba tertentu yang melakukan fermentasi dapat tumbuh dengan baik (Prasetya, 1985 dalam Rustan, 2013). Fermentasi tidak spontan adalah fermentasi yang berlangsung dengan penambahan starter atau ragi misalnya tempe, yoghurt, roti, dan lain-lain (Dwiari et al, 2008). Secara fisiologis dan berdasarkan aktivitas metabolismenya fermentasi terbagi menjadi dua jenis yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. BAL homofermetatif akan mengubah gula menjadi asam laktat, sedangkan BAL heterofermentatif akan memproduksi tidak hanya asam laktat, namun juga asam asetil, etanol, dan karbondioksida. Kedua jenis bakteri tersebut dibedakan melalui uji fermentasi. Apabila BAL yang diuji menghasilkan gas yang tertampung dalam tabung durham, maka bakteri tersebut dinyatakan sebagai heterofermentatif sedangkan isolat yang tidak menghasilkan atau memproduksi gas disebut homofermentatif (Suryani, 2008 dalam Nasution, 2012). 2.7. Probiotik Probiotik berasal dari bahasa Yunani yang berarti “hidup”. Probiotik didefinisikan sebagai mikrorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah cukup akan memberikan manfaat kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (FAO/WHO, 2002). Menurut Saarela (2000), istilah probiotik diartikan sebagai suplemen makanan yang mengandung mikroba hidup dan bermanfaat bagi kesehatan manusia dengan cara mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan mikroba dalam usus. Beberapa spesies dari kelompok BAL, terutama dari genera Lactobacillus dan Bifidobacterium, telah dikarakterisasi sebagai probiotik. Mikroorganisme probiotik memberikan banyak manfaat terhadap kesehatan manusia, menurut WHO (2002) manfaat probiotik bagi kesehatan manusia antara lain adalah mengatasi gangguan kesehatan seperti diare, Infeksi Helicobacter pylori, kanker, gejala IBS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 12 (Irritable Bowel Syndrome), konstipasi, meningkatkan imunitas saluran cerna, mengatasi alergi, dan dapat membasmi gejala bakteri vaginosis. Mikroba yang dapat dikatakan sebagai probiotik harus memiliki syarat tertentu (Simadibrata, 2011 dalam Pradikaningrum, 2015): 1) Merupakan mikroorganisme yang berasal dari manusia (secara alami terdapat dalam tubuh manusia); 2) Tidak bersifat pathogen; 3) Tahan terhadap pemaparan asam lambung dan cairan empedu; 4) Mampu menempel pada dinding saluran cerna dan bertahan dalam populasi yang banyak; 5) Mampu menghasilkan zat antimikroba dan meningkatkan sistem imunitas tubuh; 6) Tahan terhadap proses produksi dalam pembuatan sediaan; 7) Secara genetik stabil. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 5.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Steril dan Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini berlangsung selama 5 bulan, dari bulan Februari sampai dengan Juni 2016. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu botol kaca steril, baskom, cawan petri (Pyrex), batang spreader, Erlenmeyer (Pyrex), gelas kimia (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), tabung durham, kaca objek, jarum ose, spatula, pipet tetes, mikropipet (Bio-Rad dan Ranin), rak tabung reaksi, autoklaf digital (ALP), inkubator (France Etuves), lemari pendingin (GEA), oven (Memmert), hot plate (VELP Scientifica), magnetic stirrer, api bunsen, timbangan analitik (Ogawa Seiki), vortex (Gemmy Industrial Corp), laminar air flow (Ogawa Seiki), mikroskop, aluminium foil, kertas saring. Penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu fermentasi air cucian beras. Lactobacillus casei ATCC 393, Staphylococcus aureus, Media MRS Agar (Merck), MRS Broth (Conda Pronadisa), pepton water buffered (Merck), SIM medium (Merck), blood agar (DIPA), Akuades, larutan H2O2 3%, CaCO3, minyak imersi, kristal violet, lugol, iodin, alkohol 96%, alkohol 70% dan safranin. 3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Preparasi Sampel Air cucian beras Sebanyak 150 gram sampel beras dicuci dengan 200 mL air bersih, kemudian air bilasan pertama ditampung kedalam botol kaca steril sekitar 2/3 dari volume botol. Setelah itu mulut botol ditutup menggunakan kain berpori atau kertas saring dan diikat menggunakan karet gelang atau tali. Fermentasi sampel air cucian beras dilakukan selama tiga hari (Elfarisna et al, 2014; Ikeda et al, 2013), disimpan 13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 14 pada suhu ruangan dan terhindar dari cahaya langsung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cairan keruh yang berada pada lapisan tengah dari hasil fermentasi air cucian beras. 3.3.2. Isolasi Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras Sebanyak 1 mL sampel secara aseptis ditambahkan kedalam 9 mL pepton water 1%. Selanjutnya dilakukan homogenisasi menggunakan vortex hingga larutan sampel terlihat homogen. Suspensi yang diperoleh (pengenceran 10-1) diencerkan dengan metode pengenceran bertingkat hingga 10-7 dengan mengambil 1 mL dari hasil pengenceran sebelumnya kemudian ditambahkan kedalam 9 mL pepton water 1%. Hasil pengenceran 10-5 sampai 10-7 diambil sebanyak 100 µL dan dimasukkan kedalam cawan petri berisi media MRS Agar yang ditambahkan dengan CaCO3 1% menggunakan metode sebaran (spread plate) secara triplo, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 2 hari (N, Suhartatik et al, 2014 dengan modifikasi). 3.3.3. Pemurnian Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras Pemurnian dilakukan terhadap bakteri yang menghasilkan zona bening disekeliling koloni bakteri tersebut. Strain bakteri murni diperoleh setelah menginokulasikan bakteri pada medium agar baru dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C. Tahap pemurnian dilakukan sekitar 4-5 kali untuk memperoleh isolat murni (koloni tunggal). Pemeliharaan kultur dilakukan pada semua isolat yang didapatkan. Kultur murni disimpan pada media MRS Agar miring, pada suhu 4˚C-10˚C (Misgiyarta dan Widowati, 2002). 3.3.4. Karakterisasi Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL) umumnya dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi, fisiologi, dan biokimia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 15 3.3.4.1.Karakterisasi Morfologi Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras Karakterisasi morfologi BAL umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu makroskopik dan mikrosopik. Karakterisasi morfologi BAL secara maskroskopik dilakukan dengan cara melihat langsung morfologi isolat bakteri yang tumbuh pada medium (Ibrahim et al, 2015). Secara visual karakteristik yang dapat diamati dari koloni BAL meliputi bentuk koloni, bentuk tepi, warna dan bentuk permukaan (Romadhon et al, 2012). Karakterisasi morfologi bakteri secara mikroskopik dilakukan degan uji pewarnaan Gram dan pewarnaan endospora: a) Pewarnaan Gram dilakukan dengan membersihkan kaca objek menggunakan alkohol 70% dan dilewatkan beberapa kali diatas api bunsen, kemudian diambil isolat bakteri dengan jarum ose secara aseptik dan dioleskan pada kaca objek. Isolat bakteri kemudian ditetesi kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit, selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Isolat bakteri kemudian ditetesi lagi dengan larutan iodine dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Selanjutnya isolat bakteri ditetesi alkohol 96% selama 30 detik, kemudian dialiri air dan dianginkan hingga kering (Hadioetomo, 1993 dalam Yulvizar, 2013). Isolat bakteri kemudian ditetesi safranin selama 30 detik dan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan, kemudian preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x untuk melihat bentuk dan warna dinding sel (Sharah, Karnila dan Desmelati, 2015). Bakteri Gram positif ditandai dengan warna ungu yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu mengikat warna kristal violet, sedangkan bakteri Gram negatif ditandai dengan warna merah yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak mampu mengikat warna kristal violet dan hanya terwarnai oleh safranin (Hadioetomo, 1993 dalam Yulvizar, 2013). b) Pewarnaan endospora dilakukan dengan membuat preparat ulas menggunakan kaca objek, kemudian difiksasi diatas api bunsen. Preparat ditutup dengan kertas saring dan ditetesi dengan malachit hijau, kemudian preparat diletakkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 16 di atas kawat yang dipanaskan dengan uap air mendidih selama 5 menit. Preparat dicuci secara hati-hati dengan air mengalir. Preparat ditetesi dengan menggunakan safranin, didiamkan selama 60 detik kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan hati-hati. Preparat diamati dengan mikroskop, uji positif jika sel vegetatif berwarna merah dan spora berwarna hijau (Lay, 1994 dalam Misgiyarta dan Widowati, 2008). 3.3.4.2.Karakterisasi Fisiologi dan Biokimia Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras Karakterisasi fisiologi dan biokimia BAL meliputi: a) Uji Katalase Isolat dari media agar miring diambil satu ose, kemudian dioleskan pada kaca objek yang telah dibersihkan menggunakan alkohol 70%. Kemudian ditetesi dengan larutan H2O2 3%. Diamati terbentuknya gelembung gas pada preparat, jika terdapat gelembung gas berarti uji katalase tersebut positif (Lay, 1994 dalam Misgiyarta dan Widowati 2008). Terbentuknya gelembung-gelembung oksigen menunjukkan bahwa organisme tersebut menghasilkan enzim katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen (Hadioetomo, 1993 dalam Yulvizar, 2013). BAL termasuk bakteri katalase negatif sehingga hasil reaksi uji katalase tidak terbentuk gelembung gas yang menunjukkan bahwa BAL tidak menghasilkan enzim katalase (Romadhon et al, 2012). Hanya isolat yang menunjukkan hasil pewarnaan Gram positif dan katalase negatif yang akan didentifikasi lebih lanjut karena kedua hasil uji tersebut merupakan sifat umum BAL (Sharpe, 1979 dalam Muzaifa, 2014). b) Uji Motilitas Sebanyak 1 ose isolat bakteri diambil dari stok kultur kemudian ditusukkan kedalam media SIM semi padat pada tabung reaksi menggunakan jarum ose tusuk steril. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C. Uji positif ditandai dengan pertumbuhan bakteri yang menyebar (motil) dan uji negatif ditandai dengan pertumbuhan bakteri yang tidak menyebar dan hanya berupa satu garis (non motil) (Sudarsono, 2008 dalam Yulvizar, 2013). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 17 c) Uji Tipe Fermentasi Uji tipe fermentasi digunakan untuk menggolongkan BAL kedalam kelompok homofermentatif atau kelompok heterofermentatif. Uji dilakukan dengan cara menumbuhkan kultur bakteri pada MRS Broth dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham. Inkubasi dilakukan selama 2 hari pada suhu 37˚C. Pengamatan dilakukan dengan melihat terbentuknya gelembung udara pada tabung durham (Romadhon et al, 2012). Isolat yang dapat menghasilkan gas (CO2) merupakan bakteri heterofermentatif, sedangkan isolat yang tidak menghasilkan gas disebut bakteri homofermentatif. d) Uji Pertumbuhan Bakteri pada Suhu yang Berbeda Kultur bakteri berusia 24 jam sebanyak 1 ose diinokulasikan pada media MRS Broth kemudian diinkubasi selama 2 hari pada suhu 15˚C, 37˚C dan 45˚C. Tingkat pertumbuhan bakteri diamati secara visual berdasarkan intensitas kekeruhan (Thakkar et al, 2015 dengan modifikasi). e) Uji Pertumbuhan Bakteri pada Konsentrasi NaCl yang Berbeda Pertumbuhan bakteri pada konsentrasi NaCl 4% dan 6,5% dilakukan pada media MRS Broth selama 24 jam. Adanya pertumbuhan bakteri ditandai dengan kekeruhan dalam tabung (Guessas dan Kihal, 2004 dengan modifikasi). 3.3.4.3.Uji Hemolitik Isolat Bakteri dari Fermentasi Air cucian beras Kultur bakteri berusia 24 jam diinokulasikan kedalam media blood agar dan diinkubasi pada suhu 37˚C selama 48 jam. Aktifitas hemolitik pada kultur bakteri diperiksa untuk mengetahui apakah isolat bakteri yang diperoleh merupakan bakteri patogen atau non patogen. Hasil uji hemolitik dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu hemolitik-α (terbentuk zona hijau disekitar koloni bakteri), hemolitik-β (terbentuk zona bening disekitar koloni bakteri), atau hemolitik-γ (tidak terbentuk zona bening disekitar koloni bakteri) pada media blood agar. Bakteri patogen ditandai dengan adanya reaksi yang terjadi antara bakteri yang tumbuh dengan media blood agar, yaitu terbentuknya zona disekitar koloni bakteri yang tumbuh. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 18 Sedangkan pada hasil uji bakteri non patogen tidak terbentuk zona disekitar koloni bakteri (Modifikasi Hargrove dan Alford, 1978 dalam Hawaz, 2014). 3.4. Analisis Data Hasil yang diperoleh dari berbagai pengujian akan dianalisis secara deskriptif dan dipilih isolat terbaik dengan metode ranking (Tabucanon, 1988). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian kali ini terdapat 8 isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras yaitu isolat A, B, C, D, E, F, G dan H. Isolat bakteri dipilih berdasarkan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri pada medium MRSA yang telah ditambahkan dengan CaCO3 1%. Terbentuknya zona bening menunjukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan metabolit utama yaitu asam laktat. Berdasarkan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology diperoleh genus bakteri dari keenam isolat seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik morfologi, fisiologi dan biokimia isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras dan strain acuan Pengamatan L. casei B D + + + Batang Bulat - Motilitas Katalase Isolat E F G H + + + + Batang Bulat Bulat Batang Bulat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - HM HM HM HT HM HM HM Uji suhu (˚C) 15 37 45 + + + - + - + - + + + + + + Uji toleransi NaCl (%) 4 6,5 + + + + + + + - + + + - + + Genus bakteri L S L S S L S Pewarnaan Gram Bentuk sel Pembentukan spora Tipe fermentasi Keterangan: Reaksi positif (+), reaksi negatif (-), Homofermentatif (HM), Heterofermentatif (HT), Lactobacillus spp. (L), Streptococcus spp. (S) 19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 20 Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa sebanyak 6 isolat merupakan Gram positif dan 2 isolat adalah Gram negatif, semua isolat menunjukkan hasil katalase negatif pada uji katalase. Karena hanya isolat bakteri yang menunjukkan karakteristik Gram positif dan katalase negatif yang akan didentifikasi lebih lanjut (Sharpe, 1979 dalam Muzaifa, 2014), maka hanya 6 isolat yang akan diidentifikasi lebih lanjut, yaitu isolat B, D, E, F, G dan H. Dari hasil karakterisasi morfologi diketahui bahwa semua isolat memiliki karakteristik non endospora, non motil dan berbentuk bulat atau batang. Pada uji fisiologi dan biokimia diperoleh hasil katalase negatif pada semua isolat, tipe homofermentatif pada 5 isolat (B, D, F, G dan H), tipe heterofermentatif pada isolat E, dapat tumbuh pada suhu 37˚C - 45˚C dan pada konsentrasi NaCl 4% - 6,5 %. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Persiapan Sampel Isolasi BAL dari air cucian beras yang difermentasi dilakukan sebagai upaya dalam memanfaatkan limbah cair rumah tangga yang ada di lingkungan sekitar. Isolat BAL dapat tumbuh pada fermentasi air cucian beras dengan memanfaatkan sumber nutrisi berupa karbohidrat dan sumber mineral lainnya yang terkikis selama proses pencucian beras berlangsung. Beras yang digunakan sebagai sampel adalah beras putih yang dibeli dari warung yang berada di Jalan Limun, Kelurahan Pisangan, Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Persiapan sampel dilakukan dengan menimbang beras seberat 150 gram kemudian dicuci dengan 200 mL air keran. Sampel yang digunakan adalah air bilasan pertama pada proses pencucian beras yang dimasukkan ke dalam wadah botol kaca steril dan ditutup menggunakan kertas saring yang diikat menggunakan karet gelang. Proses fermentasi dilakukan selama 3 hari pada suhu 37˚C, berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ikeda et al (2013) menunjukkan bahwa air beras yang difermentasi selama 3-5 hari dapat menyebabkan BAL menjadi spesies yang lebih dominan tumbuh dibanding mikroorganisme lainnya dan pada penelitian yang dilakukan oleh Watanabe et al (2013) diperoleh 151 isolat BAL dari air beras yang telah difermentasi selama 3 hari pada suhu. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 21 4.2.2. Isolasi BAL dari Fermentasi Air Cucian Beras Proses isolasi bakteri dilakukan menggunakan metode pengenceran bertingkat. Sampel yang telah diperoleh diencerkan menggunakan pepton water 1% hinga konsentrasi 10-7 kemudian ditumbuhkan pada media MRS Agar dengan metode spread plate (metode sebaran). Sampel diinkubasi selama 2 hari pada suhu 37˚C. Isolat yang tumbuh segera dimurnikan dengan metode goresan sinambung lalu diinkubasi selama 24 – 48 jam. Pemurnian dilakukan berulang-ulang pada medium dan kondisi yang sama hingga didapatkan koloni tunggal. Isolat murni tersebut lalu ditumbuhkan pada media MRS Agar miring sebagai stok kultur, disimpan di lemari pendingin pada suhu 4˚C (Nur, 2015). Pada penelitian kali ini diperoleh 8 isolat bakteri berdasarkan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri. Zona bening yang terbentuk disekitar koloni terjadi akibat dihasilkannya asam laktat yang bereaksi dengan CaCO3 membentuk Ca-laktat yang larut dalam medium (Djide et al, 2008 dalam Nur, 2015). Tiap isolat memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan asam laktat. Luas zona bening yang terbentuk oleh bakteri tersebut menunjukkan kemampuan bakteri dalam mengsekresikan asam ke dalam medium yang mengandung CaCO3 (Melliawati et al, 2015). Salah satu hasil isolasi bakteri dari fermentasi air cucian beras yang memiliki zona bening ditunjukkan pada Gambar berikut: Zona bening Bakteri Gambar 4.1. Isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras yang memiliki zona bening disekitar koloni bakteri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 22 7.2.3. Karakterisasi Isolat Bakteri dari Fermentasi Air Cucian Beras Sebanyak 8 isolat bakteri asam laktat diisolasi dari fermentasi air cucian beras. Identifikasi dilakukan terhadap isolat-isolat yang diperoleh dengan berpedoman pada Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994 dalam Laily, 2013) dengan melakukan karakterisasi morfologi, uji fisiologi dan biokimia. Karakterisasi morfologi terdiri dari pewarnaan Gram, pengamatan bentuk sel, dan pewarnaan endospora. Uji fisiologi dan biokimia yang dilakukan yaitu uji katalase, uji motilitas, uji tipe fermentasi, uji suhu dan uji toleransi garam (NaCl). Berdasarkan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, BAL memiliki karakteristik Gram positif, non spora, katalase negatif, dan non motil (Holt et al, 1994 dalam Laily, 2013). 4.2.3.1. Karakterisasi Morfologi Isolat Bakteri dari Fermentasi Air Cucian Beras Karakterisasi morfologi merupakan tahap awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu bakteri. Karakterisasi morfologi BAL umumnya dilakukan dengan 2 cara yaitu karakterisasi morfologi bakteri secara makroskopik dan mikroskopik. Karakterisasi morfologi secara makroskopik dilakukan dengan cara melihat langsung morfologi isolat bakteri yang tumbuh pada medium (Ibrahim et al, 2015). Secara visual karakteristik yang dapat diamati dari koloni BAL meliputi bentuk koloni, bentuk tepi, warna dan bentuk permukaan (Romadhon et al, 2012). Koloni yang didapatkan dari hasil isolasi sebagian besar berbentuk bulat atau bundar, hanya 3 isolat dengan kode C, F dan H yang memiliki bentuk seperti amoeba atau tidak beraturan. Tepian koloni sebagian besar berbentuk licin, hanya isolat dengan kode C, E dan F yang memiliki tepian dengan bentuk tidak beraturan. Elevasi atau bentuk permukaan koloni pada keempat isolat (A, E, F dan H) rata dan pada keempat isolat lainnya (B, C, D dan G) berbentuk cembung. Warna koloni pada semua isolat adalah putih. Diameter koloni berada pada kisaran 0,1-0,4 cm. Perbedaan tiap koloni isolat berdasarkan karakter morfologi dapat dilihat pada Tabel 4.2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 23 Tabel 4.2. Karakteristik morfologi isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras secara makroskopik Morfologi Isolat A B C D E F G H Bentuk Bulat Bulat Tidak beraturan Bulat Bulat Tidak beraturan Bulat Tidak beraturan Tepian Warna Permukaan Diameter (cm) Licin Licin Putih Putih Rata Cembung 0,1 0,2 Tidak beraturan Putih Cembung 0,2 Licin Tidak beraturan Putih Putih Cembung Rata 0,4 0,4 Tidak beraturan Putih Rata 0,2 Licin Putih Cembung 0,2 Licin Putih Rata 0,4 Karakterisasi morfologi bakteri secara mikroskopik dilakukan degan uji pewarnaan Gram dan pewarnaan endospora. Hasil pengamatan dari kedelapan isolat BAL yaitu 6 isolat (B, D, E, F, G dan H) memiliki karakter Gram positif dan 2 isolat (A dan C) memiliki karakter Gram negatif saat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x seperti yang ditunjukkan pada lampiran 6. Bakteri Gram positif ditandai dengan warna ungu yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu mengikat warna kristal violet, sedangkan bakteri Gram negatif ditandai dengan warna merah yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak mampu mengikat warna kristal violet dan hanya terwarnai oleh safranin (Hadioetomo, 1993 dalam Yulvizar, 2013). Salah satu karakteristik umum BAL pada hasil pewarnaan Gram adalah Gram positif (Sharpe, 1979 dalam Muzaifa, 2014). Berdasarkan hasil pewarnaan Gram dapat diamati pula bentuk sel bakteri. Bentuk sel bakteri berdasarkan hasil pengamatan yaitu bentuk bulat pada 6 isolat (A, B, C, E, F dan H) dan bentuk batang pada 2 isolat (D dan G). Hasil pewarnaan Gram pada salah satu isolat BAL ditunjukkan pada Gambar 4.2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 24 Isolat G Lactobacillus casei Gambar 4.2. Hasil pewarnaan Gram isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (Isolat G) dan strain acuan (Lactobacillus casei) Berdasarkan hasil pewarnaan endospora, semua isolat BAL yang diperoleh memiliki karakteristik non spora. BAL merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, sehingga ketika dilakukan pewarnaan endospora, yang tampak adalah sel vegetatif yang menghasilkan warna merah muda pada akhir tahap pewarnaan (Axelsson, 2004 dalam Laily et al, 2013) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Isolat G Lactobacillus casei Gambar 4.3. Hasil pewarnaan endospora isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (Isolat G) dan strain acuan (Lactobacillus casei) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 25 4.2.3.2. Karakterisasi Fisiologi dan Biokimia Isolat Bakteri dari Fermentasi Air Cucian Beras Karakterisasi fisiologi dan biokimia yang dilakukan pada penelitian kali ini meliputi uji katalase, uji motilitas, uji tipe fermentasi, uji suhu dan uji toleransi garam (NaCl). Berdasarkan hasil uji katalase semua isolat yang diperoleh menunjukkan karakteristik katalase negatif (non katalase) ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung gas karena BAL tidak menghasilkan enzim katalase yang dapat memecah hidrogen peroksida (Wibowo, 1988 dalam laily, 2013). Bakteri yang digunakan sebagai sebagai kontrol katalase negatif adalah Lactobacillus casei. Sedangkan Staphylococcus aureus digunakan sebagai kontrol katalase positif yang akan membentuk gelembung gas ketika bakteri tersebut ditetesi dengan larutan H2O2 3%. Terbentuknya gelembung-gelembung oksigen menunjukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan enzim katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen (Hadioetomo, 1993 dalam Yulvizar, 2013). Hasil pengamatan uji katalase seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4. Gambar 4.4. Hasil uji katalase positif Staphylococcus aureus (+), katalase negatif Lactobacillus casei (-) dan isolat G (G1 dan G2) Hanya isolat yang menunjukkan hasil Gram positif dan katalase negatif yang akan didentifikasi lebih lanjut karena kedua hasil uji tersebut merupakan sifat umum BAL (Sharpe, 1979 dalam Muzaifa, 2014), sehingga isolat yang akan diidentifikasi lebih lanjut yaitu isolat B, D, E, F, G dan H. Berdasarkan hasil uji motilitas semua isolat menunjukkan hasil non motil yaitu tidak adanya pergerakan bakteri selama masa inkubasi 48 jam yang ditandai dengan tidak terbentuknya rambatan-rambatan disekitar bekas tusukan jarum ose. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 26 Uji motilitas dilakukan dengan cara menginokulasikan bakteri menggunakan ose berbentuk jarum pada media SIM setengah padat. Hasil pengamatan uji motilitas ditunjukkan pada Gambar 4.5. (+) (G) (-) Gambar 4.5. Hasil uji motilitas Lactobacillus casei (+), isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (G) dan media SIM setengah padat (-) Berdasarkan hasil uji tipe fermentasi pada keenam isolat menunjukkan bahwa 5 isolat merupakan BAL homofermentatif yaitu isolat B, D, F, G dan H sedangkan isolat E adalah BAL heterofermentatif, yang ditandai dengan terbentuknya gelembung gas. Menurut Jay (1992) dalam Purwohadisantoso (2009), BAL yang menghasilkan asam laktat, karbondioksida (CO2) dan etanol termasuk dalam kelompok heterofermentatif sedangkan BAL yang hanya menghasilkan asam laktat sebagai hasil utama dari fermentasi glukosa disebut homofermentatif. Hasil pengamatan uji motilitas ditunjukkan pada Gambar 4.6. Gelembung gas (+) (G) (-) (+) (E) (-) Gambar 4.6. Hasil uji tipe fermentasi Lactobacillus casei (+), isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (G dan E) dan media MRS Broth (-) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 27 Keenam isolat yang diperoleh kemudian diamati pertumbuhannya pada suhu berbeda, dilakukan dengan cara menginokulasi BAL pada medium MRS Broth kemudian diinkubasi pada suhu 15˚C, 37˚C dan 45˚C selama 48 jam. Berdasarkan strain bakteri, suhu optimum pada pertumbuhan BAL juga beragam. Berdasarkan suhu optimum dan suhu maksimum BAL secara umum dibagi menjadi dua kelompok (Surono, 2004): a) Bakteri Mesofilik, yaitu bakteri yang memiliki suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 25˚C dan suhu maksimum 37˚C – 40˚C. Contoh bakteri mesofilik adalah strain Lactococci dan Leuconostoc. b) Bakteri Thermofilik, yaitu bakteri yang memiliki suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 37˚C - 45˚C dan suhu maksimum 45˚C – 52˚C. Contoh bakteri adalah Streptococcus thermophilus dan homofermentatif Lactobacilli. Berdasarkan hasil pengamatan pada keenam isolat yang ditumbuhkan pada suhu yang berbeda menunjukkan bahwa terdapat dua jenis bakteri yang berbeda, yaitu isolat B, D dan E yang tidak dapat tumbuh pada suhu 15˚C dan 45˚C tetapi hanya tumbuh pada suhu 37˚C diduga sebagai bakteri Mesofilik seperti Lactococci dan Leuconostoc. Sedangkan isolat BAL lainnya yaitu isolat F, G dan H tidak dapat tumbuh pada suhu 15˚C tetapi dapat tumbuh pada suhu 37˚C dan 45˚C diduga sebagai kelompok bakteri thermofilik seperti Streptococcus thermophilus dan homofermentatif Lactobacilli. Selanjutnya keenam isolat yang diperoleh dari fermentasi air cucian beras diamati pertumbuhannya pada konsentrasi NaCl yang berbeda, dilakukan dengan menumbuhkan isolat pada medium MRS Broth yang telah ditambahkan variasi konsentrasi garam 4% dan 6,5%. Uji pertumbuhan bakteri pada konsentrasi NaCl yang berbeda dilakukan untuk mengetahui toleransi bakteri terhadap garam empedu yang merupakan prasyarat untuk kolonisasi dan aktivitas metabolik bakteri di usus kecil manusia. BAL yang dapat bertahan pada konsentrasi garam empedu akan mencapai usus kecil dan usus besar sehingga dapat menyeimbangkan mikroflora didalam pencernaan manusia (Havenaar et al, 1992 dalam Thakkar, 2015). Pada kondisi normal, konsentrasi empedu manusia berkisar dari 0,1 hingga 0,3% (Dunne et al, 2001) dan 0,5% (Mathara et al, 2008). BAL akan mentolerir kadar garam yang tinggi untuk memulai proses metabolisme sehingga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 28 menghasilkan asam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan (Thakkar, 2015). Dalam penelitian ini, semua isolat BAL mampu mentolerir konsentrasi NaCl 4%, namun pada konsentrasi garam 6,5% terdapat dua isolat yang tidak tumbuh, yaitu isolat E dan G. Menurut Axelsson (2004), BAL yang dapat hidup pada konsentrasi garam 6,5% apabila berbentuk batang maka termasuk ke dalam genus Lactobacillus. Berdasarkan hasil uji pertumbuhan isolat pada suhu dan konsentrasi garam yang berbeda, ditunjukkan pada Tabel 4.3 Tabel 4.3. Karakteristik fisiologi dan biokimia isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras dan strain acuan Uji Uji suhu (˚C) toleransi Uji Uji Uji tipe Isolat NaCl (%) motilitas katalase fermentasi B D E F G H L casei - - HM HM HT HM HM HM HM 15 37 45 4 6,5 - + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + Keterangan: Reaksi positif (+), reaksi negatif (-), Homofermentatif (HM), Heterofermentatif (HT) 4.2.3.3.Uji Hemolitik Uji hemolitik dilakukan terhadap isolat BAL untuk mengetahui apakah isolat BAL yang telah diperoleh dari fermentasi air cucian beras merupakan bakteri patogen atau non patogen. Uji hemolitik dilakukan dengan cara menginokulasikan kultur bakteri berusia 24 jam yang diperoleh dari media agar miring kemudian ditanam pada media agar darah (blood agar) dan diinkubasi pada suhu 37˚C selama 48 jam dalam keadaan anaerob. Adanya aktivitas hemolitik ditandai dengan adanya zona hemolitik pada media agar darah (Skalka et al, 1979 dalam Hardi et al, 2011). Hasil uji hemolitik dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu hemolitik-α (terbentuk zona hijau disekitar koloni bakteri), hemolitik-β (terbentuk zona bening disekitar koloni bakteri), atau hemolitik-γ (tidak terbentuk zona bening disekitar koloni bakteri) pada media blood agar. Bakteri patogen ditandai dengan adanya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 29 reaksi yang terjadi antara bakteri yang tumbuh dengan media blood agar, yaitu terbentuknya zona disekitar koloni bakteri yang tumbuh. Sedangkan pada hasil uji bakteri non patogen tidak terbentuk zona di sekitar koloni bakteri (Modifikasi Hargrove dan Alford, 1978 dalam Hawaz, 2014). Hasil pengamatan uji hemolitik ditunjukkan pada gambar 4.7. Bakteri A Zona Hemolitik B Gambar 4.7. Hasil uji hemolitik isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (A) dan Staphylococcus aureus (B) Dari hasil pengamatan, semua isolat BAL dari fermentasi air cucian beras menunjukkan aktivitas hemolitik-γ atau non-hemolitik yaitu tidak mampu melisis eritrosit sehingga tidak terbentuk zona bening pada media agar darah seperti yang ditunjukkan pada gambar A. Sedangkan pada bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus akan menunjukkan aktivitas haemolitik-β yaitu mampu melisis eritrosit dengan sempurna yang ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri pada media agar darah seperti ditunjukkan pada gambar B. 4.2.4. Isolat BAL dari Hasil Fermentasi Air cucian beras Pada penelitian kali ini dari kedelapan isolat bakteri diperoleh 6 isolat bakteri yang memenuhi persyaratan sebagai BAL. Berdasarkan diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, BAL dideterminasi menurut hasil pewarnaan Gram dan karakteristik morfologi. Isolat bakteri yang dihasilkan dari fermentasi air cucian beras dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu isolat bakteri Gram positif bentuk batang dan bulat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 30 4.2.4.1.Isolat Bakteri Gram Positif bentuk Batang Berdasarkan diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, isolat bakteri yang memiliki karakteristik Gram positif dan berbentuk batang merupakan strain Bacillus spp., Clostridium spp., Corynebacterium spp., Lactobacillus spp., dan Mycobacterium spp. Untuk menentukan strain dari masingmasing isolat bakteri yang diperoleh pada penelitian kali ini digunakan data hasil karakterisasi yang telah dilakukan yaitu data karakterisasi fisiologi dan biokimia. Data hasil karakterisasi dari masing-masing isolat bakteri ditunjukkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Karakteristik fisiologi dan biokimia isolat bakteri Gram positif bentuk batang Isolat Pengamatan D G Batang Homofermentatif Batang Homofermentatif Uji suhu (˚C) 15 37 45 + - + + Uji toleransi NaCl (%) 4 6,5 + + + - Bentuk sel Pembentukan spora Motilitas Katalase Tipe fermentasi Tabel diatas menunjukkan bahwa isolat D dan G memiliki karakteristik non spora, katalase negatif dan tipe homofermentatif. Determinasi isolat D dan G berdasarkan diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology ditunjukkan pada Gambar 4.8. Pada uji pewarnaan endospora menunjukkan hasil negatif, maka termasuk dalam kelompok genus Corynebacterium spp., Lactobacillus spp. dan Mycobacterium spp. Pada uji katalase menghasilkan katalase negatif, maka termasuk dalam genus Lactobacillus spp. Kemudian pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 31 hasil uji tipe fermentasi kedua isolat merupakan tipe homofermentatif karena tidak menghasilkan gelembung gas selama fermentasi, maka dapat disimpulkan bahwa isolat D dan G merupakan genus Lactobacillus spp. Gram positif berbentuk batang Pembetukan spora Pertumbuhan secara anaerob Katalase Hidrolisis pati Hasil fermentasi glukosa Asam & gas Asam Uji Mannitol Gambar 4.8. Diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology untuk isolat bakteri Gram positif berbentuk batang (Sumber: Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 32 4.2.4.2.Isolat Bakteri Gram Positif bentuk Bulat Berdasarkan diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, isolat bakteri yang memiliki karakteristik Gram positif dan berbentuk bulat merupakan genus Micrococcus spp., Staphylococcus spp., Streptococcus spp. dan Enterococcus spp. Untuk menentukan genus dari masing-masing isolat bakteri yang diperoleh pada penelitian kali ini digunakan data hasil karakterisasi yang telah dilakukan yaitu data karakterisasi fisiologi dan biokimia serta data hasil uji hemolitik. Data hasil karakterisasi dari masing-masing isolat bakteri ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Karakteristik fisiologi dan biokimia isolat bakteri Gram positif bentuk bulat Pengamatan Isolat B E F H Bulat Bulat Bulat Bulat Pembentukan spora - - - - Motilitas - - - - Katalase - - - - HM HT HM HM Uji suhu (˚C) 15 37 45 + - + - + + + + Uji toleransi NaCl (%) 4 6,5 + + + - + + + - hemolitik-γ hemolitik-γ hemolitik-γ hemolitik-γ Bentuk sel Tipe fermentasi Uji Hemolitik Keterangan: Reaksi positif (+), reaksi negatif (-), Homofermentatif (HM), Heterofermentatif (HT), tidak terbentuk zona bening disekitar koloni bakteri (hemolitik-γ) Tabel diatas menunjukkan bahwa isolat B, E, F dan H memiliki karakteristik katalase negatif dan tidak membentuk zona bening disekitar koloni bakteri ketika dilakukan uji hemolitik. Determinasi isolat bakteri B, E, F dan H berdasarkan diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology ditunjukkan pada Gambar 4.9. Pada uji katalase menghasilkan katalase negatif, maka termasuk dalam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 33 genus Streptococcus spp. dan Enterococcus spp. Kemudian Pada uji hemolitik menghasilkan hemolitik-γ (non hemolitik), maka dapat disimpulkan bahwa isolat B, E, F dan H termasuk genus Streptococcus spp. dan Enterococcus spp. Gram positif berbentuk bulat Uji bile esculin Katalase Pertumbuhan pada media tellurite Fermentasi mannitol Uji hemolitik Berwarna kuning (koloni) Fermentasi glukosa Sensitivitas novobiosin Uji PYR (Pyrrolidonearylamidase) Sensitivitas optosin Gambar 4.9. Diagram alur Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology untuk isolat bakteri Gram positif berbentuk bulat (Sumber: Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1) Bakteri Asam Laktat (BAL) dapat diisolasi dari fermentasi air cucian beras, berdasarkan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, dari keenam isolat bakteri diperoleh 2 genus bakteri yaitu Lactobacillus spp. dan Streptococcus spp. 2) Hasil karakterisasi morfologi yang diperoleh menunjukkan bahwa semua isolat bersifat non endospora, non motil dan berbentuk bulat atau batang. Pada uji fisiologi dan biokimia diperoleh katalase negatif, tipe fermentasi homofermentatif pada 5 isolat, tipe heterofermentatif pada 1 isolat, bersifat mesofilik dan termofilik serta dapat tumbuh pada konsentrasi NaCl 4% - 6,5%. 5.2. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan: 1) Perlu dilakukan proses inkubasi secara anaerob saat proses isolasi bakteri untuk mendapatkan jumlah isolat yang lebih optimal 2) Perlu dilakukan karakterisasi lebih lanjut menggunakan KIT atau instrumen PCR untuk mengetahui spesies BAL 34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 35 DAFTAR PUSTAKA Ali, Asmahan Azhari. 2011. Isolation and Identification of Lactic Acid Bacteria Isolated from Traditional Dringking Yogurt in Khartoum State, Sudan. Current Research in Bacteriology 4(1): 16-22 Baktiningnagari, Anna Indri. 1999. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap Sifat Fisikokimia Anggur Leri. Skripsi. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya Chethana et al. 2011. Bioethanol Production from Rice Water Waste: a Low Cost Motor Fuel. Article Pharmacologyonline 3: 125-134 D, Charalampopoulos, Pandiella SS dan Webb C. 2003. Evaluation of the Effect of malt, Wheat and Barley Extracts on the Viability of potentially Probiotic Lactic Acid Bacteria Under Acidic Conditions. International journal of Food Microbiology 82: 133-141 Dwiari, Sri Rini et al. 2008. Teknologi Pangan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Elfarisna, Rita Tri Puspitasari, Yati Suryati dan Nosa T. Pradana. 2014. Isolasi Mikroba yang dapat Menghilangkan Bau pada Pupuk Organik Air Limbah Cucian Beras. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi 15(2): 91-96 Emmawati, Aswita, Betty Sri Laksmi Suryaatmadja Jenie, Lilis Nuraida dan Dahrul Syah. 2015. Karakterisasi Isolat Bakteri Asam Laktat dari Mandai yang Berpotensi sebagai Probiotik. Jurnal Agritech Fakultas Teknologi Pertanian-UGM 35(2): 146-155 Eni R et al. 2015. Pembuatan Bioetanol dari Air Limbah Cucian Beras Menggunakan Metode Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia 21(1): 14-21 Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor: Bogor. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 36 Fardiaz, S., 2009. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka utama, Jakarta Fatimah, Siti Nur. 2008. Efektivitas Air Kelapa dan Leri terhadap Pertumbuhan Tanaman Hias Bromelia (Neoregelia carolinae) pada Media yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah: Surakarta Guessas, Bettache dan Kihal Mebrouk. 2004. Characterization of Lactic Acid Bacteria Isolated from Algerian Arid Zone Raw Goats' Milk. African Journal of Biotechnology 3(6): 339-342 Halim, Christine Natalia dan Elok Zubaidah. 2013. Studi Kemampuan Probiotik Isolat Bakteri Asam Laktat Penghasil Eksopolisakarida Tinggi Asal Sawi Asin (Brassica juncea). Jurnal Pangan dan Agroindustri 1(1): 129-137 Hardi, Esti handayani et al. 2011. Karakteristik dan patogenitas Streptococcus Agalactiae Tipe haemolitik-β dan Non-hemolitik pada Ikan Nila. Jurnal Veteriner 12(2): 152-164 Hawaz, Estifanos. 2014. Isolation and Identification of Probiotic Lactic Acid Bacteria Curd and In Vitro Evaluation of Its Growth Inhibition Activities Againts Pathogenic Bacteria. African Journal of Microbiology Research 8(13): 1419-1425 Hidayat, N et al. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: C.V Andi Offset Hidayatullah, Rahmad. 2012. Pemanfaatan Limbah Air Cucian Beras sebagai Substrat Pembuatan Nata de Leri dengan Penambahan Kadar Gula Pasir dan Starter Berbeda. Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta http://foodreview.co.id/preview.php?view2&id=56213#.VwRZ0MmyTqB diakses pada tanggal 31-3-2016 pukul 14.02 WIB http://itpc.or.jp/wp-content/uploads/2015/05/Market-Brief- diakses pada tanggal 16-4-2016 pukul 12.27 WIB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 37 Ibrahim, Arsyik et al. 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Buah Mangga (Mangifera indica L.). Jurnal Ilmiah Manuntung 1(2): 159-163 Idaman, Northa et al. 2012. Sikap Konsumen terhadap Beras Organik. Jurnal Manajemen & Agribisnis 9(2): 117-126 Ikeda, David M et al. 2013. Natural Farming: Lactic Acid Bacteria. College of Tropical Agriculture and Human Resources (CTAHR), University of Hawai’i: Manoa, Honalulu, Hawai’i Istiqomah. 2012. Efektivitas Pemberian Air Cucian Beras Coklat terhadap Produktivitas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.) pada Lahan Rawa Lebak. Jurnal Ziraa’ah 33(1): 99-108 Kalsum, Ummu, Siti Fatimah dan Catur Wasonowati. 2011. Efektivitas Pemberian Air Leri terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Agrovigor 4(2): 86-92 Khalid, K. et al. 2011. Antimikrobial Interaction of Lactococcus lactis subsp. lastis Against Some Pathogenic Bacteria. International Journal of Bioscience 1(3): 39-44 Kongo, J Marcelino et al. 2013. Lactic Acid Bacteria – R & D for Food, Health and Livestock Purposes. InTech: Croatia Laily, Ikrimah Nur, Rohula Utami dan Esti Widowati. 2013. Isolasi dan karakteristik Bakteri Asam Laktat Penghasil Riboflavin dari Produk Fermentasi Sawi Asin. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 2(4): 179-184 Lawalata et al. 2010. Bakteri Asam Laktat pada Bakasang dan Aktivitas Penghambatannya terhadap Bakteri Patogen dan Pembusuk. Prosiding Seminar Nasional Biologi UGM: 1163-1166 Malik, Amarila et al. 2010. Isolasi dan Skrining Molekuler Bakteri Asam Laktat Pembawa Gen Glukansukrase dari Makanan dan Minuman Mengandung Gula. Makaran Journal of Science 14(1): 63-68 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 38 Melliawati, Ruth et al. 2015. Seleksi Bakteri Asam Laktat sebagai Penghasil Enzim Protease. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia 1(2): 184-188 Misgiyarta dan Sri Widowati. 2003. Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL) Indigenus. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman: 374-387 Muzaifa, Murna. 2014. Identifikasi bakteri asam laktat indigenous dari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.). Jurnal Sagu 13(1): 8-13 N, Suhartatik, Cahyanto, M. N, Rahardjo S, Miyashita M dan Rahayu E. S. 2014. Isolation and Identification of Lactic Acid Bacteria Producing β Glucosidase from Indonesian Fermented Foods. International Food Research Journal 21(3): 973-978 Nasution, Fatimah Sari. 2012. Identifikasi dan Karakteristik Bakteri Asam laktat pada Kotoran Ayam Broiler sebagai Agensi Probiotik. Skripsi. Universitas Negeri Medan. Nur, Fatmawati, Hafsan dan Andi Wahdiniar. 2015. Isolasi Bakteri Asam laktat Berpotensi Probiotik pada Dangke, Makanan Tradisional dari Susu Kerbau di Curio Kabupaten Enrekang. Jurnal Ilmiah Biologi BIOGENESIS 3(1): 60-65 Pradikaningrum, Henny. 2015. Uji Viabilitas Mikroenkapsulasi Lactobacillus casei Menggunakan Matrik Kitosan. Skripsi. Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta. Pramono, Yoyok B et al. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Pada Fermentasi Petis Daging Tradisional. Journal of Indonesian Tropical Animal Agriculture 33(4): 319-323 Purwohadisantoso, Kristian, Elok Zubaidah dan Ella Saparianti. 2009. Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Sayur Kubis yang Memiliki Kemampuan Penghambatan Bakteri patogen (Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Escherichia coli, dan Salmonella thypimurium). Jurnal Teknologi Pertanian 10(1): 19-27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 39 Putri, Widya Dwi Rukmi, Haryadi, Djagal Wisesa Marseno dan M. Nur Cahyanto. 2012. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Amilolitik Selama Fermentasi Growol, Makanan Tradisional Indonesia. Jurnal Teknologi Pertanian 13(1): 52-60 Reque, E et al. 2000. Isolation, Identification and Physiological study of L. fermentum Lpb for Use as Probiotic in Chicken. Braz. J. Microbiol 31: 303307 Romadhon, Subagiyo dan Sebastian Margino. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Usus Udang Penghasil Bakteriosin Sebagai Agen Antibakteria pada Produk-Produk Hasil Perikanan. Jurnal Saintek Perikanan 8(1): 59-64 Rustan, Idha Reskia. 2013. Studi Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari Fermentasi Cabai Rawit (Capsicum fructencens L). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin: Makassar Saarela. M, L. Lähteenmäki, R. Crittenden, S. Salminen dan T. Mattila-Sandholm. 2002. Gut Bacteria and Health Foods-the European Perspective. International Journal of Food Microbiology 78: 99-117 Sujaya, Nengah et al. 2008. Isolasi dan karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Susu Kuda Sumbawa. Jurnal Veteriner 9(2): 52-59 Surono, Ingrid S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. PT. Tri Cipta Karya: Jakarta Thakkar, Pooja, H. A. Modi dan J. B Prajapati. 2015. Isolation, Characterization and Safety Assassement of Lactic Acid Bacterial Isolates from Fermented Food Products. International Journal of Current Microbiology and Applied Science 4(4): 713-725 Watanabe, Masanori et al. 2013. Fermentative L-(+)-lactic Acid Production From Non-sterilized Rice Washing Drainage Containing Rice Bran by a Newly Isolated Lactic Acid Bacteria Without Any Additions of Nutrients. Journal of Bioscience and Bioengineering. 115(4): 449–452 Wibowo MS. 2012. Pertumbuhan dan Kontrol Bakteri. Jurnal Pertumbuhan bakteri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 40 Widyastuti, Yantyati dan Sofarianawati Eva. 1999. Karakter Bakteri Asam laktat Enterococcus sp. yang diisolasi dari Saluran Pencernaan Ternak. Jurnal mikrobiologi Indonesia 4(2): 50-53 Winarmi. 2014. Efektifitas Minuman Probiotik Yogurt dalam Menurunkan Jumlah Streptococcus Mutans pada Plak Gigi Anak Usia 12-14 Tahun. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS: Makassar www.petaniberas.tk/2015/08/cara-membedakan-beras-organik-dannon.html?m=1 diakses pada tanggal 21-4-2016 pukul 01.55 WIB Yulvizar, Cut. 2015. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Indegenous Dari Jruek Drien, Provinsi Aceh. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia 7(1): 31–34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 41 LAMPIRAN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 42 Lampiran 1. Alur Penelitian Sampel air cucian beras Fermentasi selama 3 hari Pengenceran bertingkat 10-1 - 10-7 Isolasi dan isolat bakteri Karakterisasi kandidat BAL Karakterisasi Morfologi Makroskopik Pewarnaan Gram Mikroskopik Pewarnaan endospora Uji katalase Uji motilitas Karakterisasi Fisiologi dan Biokimia Uji tipe fermentasi Uji suhu Uji toleransi NaCl Uji hemolitik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 43 Lampiran 2. Gambar koloni bakteri pada pengenceran 10-5 (triplo) 10-5 Lampiran 3. Gambar koloni bakteri pada pengenceran 10-6 (triplo) 10-6 Lampiran 4. Gambar koloni bakteri pada pengenceran 10-7 (triplo) 10-7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 44 Lampiran 5. Gambar hasil seleksi isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras Isolat A Isolat C Isolat B Isolat E Isolat D Isolat F Isolat G Isolat H UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 45 Lampiran 6. Gambar hasil pewarnaan Gram isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras Isolat A Keterangan: Hasil pewarnaan Gram isolat A (Gram negatif, kokus) Isolat C Keterangan: Hasil pewarnaan Gram isolat C (Gram negatif, kokus) Isolat E Keterangan: Hasil pewarnaan Gram isolat E (Gram positif, kokus) Isolat G Keterangan: Hasil pewarnaan Gram isolat G (Gram positif, basil) Isolat B Keterangan: Hasil pewarnaan Gram isolat B (Gram positif, kokus) Isolat D Keterangan: Hasil pewarnaan Gram isolat D (Gram positif, kokus) Isolat F Keterangan: Hasil pewarnaan Gram isolat F (Gram positif, kokus) Isolat H Keterangan: Hasil pewarnaan Gram isolat H (Gram positif, kokus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 46 Lampiran 7. Gambar hasil pewarnaan endospora isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras AIsolat B Keterangan: Hasil pewarnaan endospora isolat B (non spora) (Gram positif, kokus) Isolat E Keterangan: Hasil pewarnaan endospora isolat E (non spora) (Gram positif, kokus) Isolat G Keterangan: Hasil pewarnaan endospora isolat G (non spora) (Gram positif, kokus) Isolat D Keterangan: Hasil pewarnaan endospora isolat D (non spora) (Gram positif, kokus) Isolat F Keterangan: Hasil pewarnaan endospora isolat F (non spora) (Gram positif, kokus) Isolat H Keterangan: Hasil pewarnaan endospora isolat H (non spora) (Gram positif, kokus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 47 Lampiran 8. Gambar hasil uji tipe fermentasi isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (+) B (-) Keterangan: Hasil uji tipe fermentasi isolat B (Homofermentatif) (Gram positif, kokus) (+) F (-) Keterangan: Hasil uji tipe fermentasi isolat F (Homofermentatif) (Gram positif, kokus) (+) D (-) Keterangan: Hasil uji tipe fermentasi isolat D (Homofermentatif) (Gram positif, kokus) (+) G (-) Keterangan: Hasil uji tipe fermentasi isolat G (Homofermentatif) (Gram positif, kokus) (+) E (-) Keterangan: Hasil uji tipe fermentasi isolat E (Heterofermentatif, terbentuk gelembung) (Gram positif, kokus) (+) H (-) Keterangan: Hasil uji tipe fermentasi isolat H (Homofermentatif) (Gram positif, kokus) Keterangan: (+): Hasil uji tipe fermentasi Lactobacillus casei (Homofermentatif) sebagai pembanding (-): Media MRS Broth UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 48 Lampiran 9. Gambar hasil uji motilitas isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (+) B (-) Keterangan: Hasil uji motilitas isolat B (non motil) (+) F (-) Keterangan: Hasil uji motilitas isolat F (non motil) (+) D (-) Keterangan: Hasil uji motilitas isolat D (non motil) (+) G (-) Keterangan: Hasil uji motilitas isolat G (non motil) (+) E (-) Keterangan: Hasil uji motilitas isolat E (non motil) (+) H (-) Keterangan: Hasil uji motilitas isolat H (non motil) Keterangan: (+): Hasil uji motilitas Lactobacillus casei sebagai pembanding (non motil) (-): Media SIM semi padat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 49 Lampiran10. Gambar hasil uji suhu 15˚C isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (+) (+) B B (-) (-) Keterangan: Hasil uji suhu 15˚C isolat B (Tidak tumbuh) (+ (+) ) FF (-) Keterangan: Hasil uji suhu 15˚C isolat F (Tidak tumbuh) (+) D (-) Keterangan: Hasil uji suhu 15˚C isolat D (Tidak tumbuh) (+) G (-) Keterangan: Hasil uji suhu 15˚C isolat G (Tidak tumbuh) (+) (+) EE (-) (-) Keterangan: Hasil uji suhu 15˚C isolat E (Tidak tumbuh) (+) (+) H H (-) (-) Keterangan: Hasil uji suhu 15˚C isolat H (Tidak tumbuh) Keterangan: (+): Hasil uji suhu 15˚C Lactobacillus casei sebagai pembanding (Tidak tumbuh, media bening) (-): Media MRS Broth UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 50 Lampiran 11. Gambar Hasil uji suhu 37˚C isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (+) B (-) Keterangan: Hasil uji suhu 37˚C isolat B (Tumbuh) (+) F (-) Keterangan: Hasil uji suhu 37˚C isolat F (Tumbuh) (+) D (-) Keterangan: Hasil uji suhu 37˚C isolat D (Tumbuh) (+) G (-) Keterangan: Hasil uji suhu 37˚C isolat G (Tumbuh) (+) E (-) Keterangan: Hasil uji suhu 37˚C isolat E (Tumbuh) (+) H (-) Keterangan: Hasil uji suhu 37˚C isolat H (Tumbuh) Keterangan: (+): Hasil uji suhu 37˚C Lactobacillus casei sebagai pembanding (Tumbuh, media berubah menjadi keruh) (-): Media MRS Broth UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 51 Lampiran 12. Gambar Hasil uji suhu 45˚C isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (+) B (-) Keterangan: Hasil uji suhu 45˚C isolat B (Tidak tumbuh) (+) F (-) Keterangan: Hasil uji suhu 45˚C isolat F (Tumbuh, sedikit keruh) (+) D (-) Keterangan: Hasil uji suhu 45˚C isolat D (Tidak tumbuh) (+) G (-) Keterangan: Hasil uji suhu 45˚C isolat G (Tumbuh, sedikit keruh) (+) E (-) Keterangan: Hasil uji suhu 45˚C isolat E (Tidak tumbuh) (+) H (-) Keterangan: Hasil uji suhu 45˚C isolat H (Tumbuh, sedikit keruh) Keterangan: (+): Hasil uji suhu 45˚C Lactobacillus casei sebagai pembanding (Tumbuh, media berubah menjadi keruh) (-): Media MRS Broth UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 52 Lampiran 13. Gambar Hasil uji toleransi NaCl 4% isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (+) B (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 4% isolat B (Tumbuh) (Tumbuh) (+) F (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 4% isolat F (Tumbuh) (+) D (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 4% isolat D (Tumbuh) (+) G (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 4% isolat G (Tumbuh) (+) E (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 4% isolat E (Tumbuh) (+) H (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 4% isolat H (Tumbuh) Keterangan: (+): Hasil uji toleransi NaCl 4% Lactobacillus casei sebagai pembanding (Tumbuh, media berubah menjadi keruh) (-): Media MRS Broth UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 53 Lampiran 14. Gambar hasil uji toleransi NaCl 6,5% isolat bakteri dari fermentasi air cucian beras (+) B (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 6,5% isolat B (Tumbuh) (Tumbuh) (+) F (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 6,5% isolat F (Tumbuh) (+) D (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 6,5% isolat D (Tumbuh) (+) G (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 6,5% isolat G (Tidak tumbuh) (+) E (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 6,5% isolat E (Tidak tumbuh) (+) H (-) Keterangan: Hasil uji toleransi NaCl 6,5% isolat H (Tumbuh) Keterangan: (+): Hasil uji toleransi NaCl 6,5 % Lactobacillus casei sebagai pembanding (Tumbuh, media berubah menjadi keruh) (-): Media MRS Broth UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 54 Lampiran 15. Sertifikat analisis media MRS Agar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 55 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 56 Lampiran 16. Sertifikat analisis media MRS Broth UIN Syarif Hidayatullah Jakarta