BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang
terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun
masyarakat. Perubahan prilaku yang diharapkan adalah perubahan cara berpikir,
bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi,
pencegahan penyakit, dan promosi hidup sehat (Suliha dkk, 2002).
Menurut pendapat Anwar, Efendy (1998) dijelaskan pengertian pendidikan
kesehatan dengan penyuluhan kesehatan merupakan hal yang tidak jauh berbeda.
Kegiatan ini sama-sama dilakukan dengan cara menyebarkan pesan atau memberi
informasi kesehatan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar , tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan.
Mengikuti pandangan Depkes, Efendy (1998) dinyatakan bahwa pendidikan
kesehatan
adalah
gabungan
berbagai
kegiatan
dan
kesempatan
yang
berlandasakan prinsip-prinsip belajar. Lebih dijelaskan lagi bahwa pendidikan
kesehatan itu dilakukan untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perorangan
maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.
Dari beberapa defenisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada
diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lainnya adanya perubahan tindakan dari
7
8
yang tidak mampu mangatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri demi
mencapai tujuan hidup sehat. Hal tersebut sejalan dengan pandangan Suliha dkk
(2002) yang menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan
untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mencapai hidup
sehat secara optimal. Lebih dijelaskan lagi bahwa di dalam keperawatan,
pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan yang
mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang di
dalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah tercapainya suatu perubahan sikap dan tingkah
laku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam membina serta memelihara
perilaku hidup sehat juga berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal (Nursalam & Efendi, 2008). Dilihat dari tujuan tersebut, pendidikan
kesehatan diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan, menurunkan
ketergantungan, dan memberikan kesempatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk mempertahankan keadaan sehat yang optimal.
Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku individu/mas
yarakat di bidang kesehatan. Menurut pendapat Notoatmodjo, Suliha (2002)
menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan adalah (a) menjadikan kesehatan
sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat, (b) menolong individu agar mampu
secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan
hidup sehat, (c) mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
Di dalam keperawatan, pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, dan mengurangi bertambahnya
masalah kesehatan, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada,
9
memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan (Suliha dkk, 2002). Pendidikan
kesehatan berperan penting dalam membantu klien mengontrol kesehatan mereka
sendiri dengan memengaruhi serta menguatkan keputusan atas tindakan sesuai
dengan diri mereka sendiri.
Menurut Bastable, terdapat 10 point penting tentang tujuan pendidikan
kesehatan untuk pasien atau klien, kesepuluh point tersebut yakni:
a. Meningkatkan kepuasan klien sebagai konsumen
b. Memperbaiki kualitas kehidupan
c. Memastikan kelangsungan perawatan
d. Secara efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit
e. Memasyarakatkan masalah kepatuhan terhadap rencana-rencana pemberian
perawatan kesehatan
f. Memicu klien mematuhi rencana pengobatan medis
g. Membantu klien lebih pandai mengatasi gejala penyakit
h. Menurunkan ansietas klien
i. Memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
j. Memotivasi dan memberdayakan klien sebagai konsumen untuk terlibat didalam
perencanaan sesi-sesi pengajaran
Rankin dan Duffy memberi pandangan yang tidak jauh berbeda tentang tujuan
pemberian informasi pendidikan kesehatan pada pasien (Waluyo, 2010). Mereka
mengklasifikasikan tujuan pendidikan kesehatan bagi klien kedalam 7 (Tujuh)
point yaitu:
a. Memberikan pengetahuan bagi pasien
b. Mengurangi emosi pasien
c. Memberikan kepuasan pasien terhadap perawatan
d. Meningkatkan kepercayaan pasien untuk menolong dirinya sendiri
e. Memenuhi rencana pengobatan pasien
f. Meningkatkan pengetahuan tentang gejala dini komplikasi dan pertolongan
10
Darurat
g. Menghentikan perilaku yang tidak sehat
Dari kedua pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada khususnya tujuan
pemberian informasi pendidikan pada pasien atau klien terdiri dari:
a. Membantu Klien Lebih Pandai Mengatasi Gejala Penyakit
Klien perlu mengetahui tentang kondisi penyakit, semua yang berhubungan
dengan penyakit yang dideritanya serta keterampilan yang diperlukan untuk
perawatan secara mandiri. Pemberian pendidikan kesehatan akan menyebabkan
pasien mengenal dan mengambil tindakan yang tepat yang berhubungan dengan
penyakit.
b. Mengurangi Ansietas Klien
Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit yang dideritanya seringkali
menyebabkan pasien menjadi cemas, gelisah, takut dan merasa tidak berdaya.
Pendidikan kesehatan tentang kondisi
penyakitnya diharapkan mampu
mengurangi atau menghilangkan perasaan cemas, karena jaminan kepastian
yang mereka miliki.
c. Meningkatkan Kepuasan Klien Sebagai Konsumen
Pengetahuan yang dimiliki pasien setelah pemberian pendidikan kesehatan
merupakan pedoman bagi pasien untuk berperilaku. Pasien akan merasa puas
jika mereka telah mengenal dan memiliki pedoman perilaku untuk melakukan
perawatan mandiri dan berkelanjutan guna mencapai peningkatan status
kesehatan.
d. Meningkatkan Kepercayaan Pasien untuk Menolong Dirinya Sendiri
Pendidikan kesehatan akan mengubah pengetahuan dan kemampuan pasien
yang berhubungan dengan penyakitnya. Pengetahuan dan kemampuan yang
telah dimiliki menyebabkan pasien merasa lebih percaya bahwa dirinya mampu
menolong dirinya sendiri sebatas kewenangannya. Rasa percaya diri dapat pula
11
membantu pasien dalam menjalankan program pengobatan, perawatan dan
rehabilitasi.
e. Memicu Klien Mematuhi Rencana Pengobatan Medis
Perubahan pengetahuan pasien setelah mendapatkan informasi tentang rencana
pengobatan dan perawatan, dapat menyebabkan pasien lebih mudah untuk
diajak kerjasama dalam program pengobatan. Hal ini karena pasien telah
mengetahui tujuan dan manfaat program pengobatan yang memberikan
keuntungan bagi mereka.
f. Secara Efektif Mengurangi Insiden Komplikasi
Pendidikan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan pasien dan keluarganya dalam mengenal gejala dini dan tanda
komplikasi dari penyakit yang di derita. Mereka juga diharapkan lebih
mengenal tindakan darurat yang diperlukan sehingga dapat mencegah
terjadinya kecacatan dan kematian dini.
g. Memperbaiki Kualitas Kehidupan
Sebelum sakit seringkali pasien memiliki perilaku yang tidak sehat seperti
merokok, mengkonsumsi nutrisi yang tidak seimbang atau kurang aktivitas.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, perilaku tersebut diharapkan dapat
dihentikan. Pendidikan Kesehatan yang diperlukan adalah tentang efek yang
merugikan dari perilaku yang tidak sehat, serta manfaat yang diperoleh dari
perilaku sehat. Pada kondisi pasien dirawat di rumah sakit biasanya perilaku ini
lebih mudah untuk diubah, karena pasien telah merasakan dampak dari
perilaku yang tidak sehat tersebut.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Pendidikan Kesehatan
Menurut Potter dan Perry (2005), proses pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari perawat dan dari pasien. Faktor yang berasal
dari perawat adalah; sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu.
12
a. Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian
informasi kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat
dimengerti pasien.
b. Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan
mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan
demikian informasi yang disampaikan lebih mudah diterima pasien.
c. Pengetahuan dalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Perawat
harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendidikan
kesehatan. Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada
kegiatan pembelajaran pasien. Pasien akan semakin banyak menerima
informasi dan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam
memberikan informasi, dan informasi yang diberikan akan lebih terarah sesuai
dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
Faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi proses pendidikan kesehatan
adalah: motivasi, kemampuan dalam belajar, sikap, rasa cemas/emosi, kesehatan
fisik, pendidikan, tahap perkembangan dan pengetahuan sebelumnya (Potter &
Perry, 2005; Suliha, dkk. 2002 & Machfoedz, dkk. 2005).
a. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan mengarahkan
pasien untuk belajar. Bila motivasi tinggi pasien akan giat untuk mendapatkan
informasi tentang kondisinya dan tindakan yang perlu dilakukan untuk
melanjutkan pengobatan dan meningkatkan kesehatanya.
b. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk
menerima dan memproses informasi yang ketika dilakukan pendidikan kesehat
-an. Kemampuan seringkali berhubungan dengan tingkat pendidikan yang
dimiliki. Semakin besar tingkat pendidikan seseorang umunya kemampuan
belajarnya juga semakin tinggi.
13
c. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan
memudahkan pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan
kesehatan.
d. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan
perasaan cemas akan mengurangi kemampuan untuk menerima informasi.
e. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan
informasi terganggu.
f. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia
kemampuan menerima informasi semakin baik dan didukung pula pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya.
4. Peran dan Tanggung Jawab Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk tindakan mandiri keperawatan
untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang di
dalamnya perawat berperan sebagai pendidik (Suliha dkk, 2002).
Peran perawat sebagai pendidik sangat strategis dilaksanakan pada saat pasien
sedang di rumah sakit (DPP PPNI, 1999). Peran perawat yang dimaksud yaitu
membantu pasien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan
yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima, sehingga
dapat menerima langsung tanggungjawab terhadap hal-hal yang diketahui (DPP
PPNI,1999). Mengutip pandangan Kruger, Perry & Potter (2005) dinyatakan
bahwa berdasarkan peran tersebut perawat mempunyai tanggungjawab dalam
pendidikan kesehatan adalah memberikan informasi yang diperlukan pasien,
mengklarifikasi informasi dari dokter dan mungkin menjadi sumber utama dalam
mengatasi masalah kesehatan.
Informasi Pendidikan kesehatan yang dapat menambah pengetahuan pasien
tentang kesehatan yang sering diberikan di rumah sakit adalah informasi tentang
perbaikan kesehatan. Menurut Guwandi (1993), informasi tentang tindakan medik
14
harus diberikan sebelum dilakukan suatu tindakan. Jenis tindakan medis yang
memerlukan informasi adalah tindakan operatif atau pembedahan, tindakan yang
besifat invasif (misalnya suntikan obat, pengambilan darah untuk pemeriksaan
laboratorium) dan tindakan non-invasif (misalnya: pemberian terapi X-ray,
pemeriksaan radiologis yang memakai kontars). Selain informasi tentang tindakan
medik, informasi tentang anatomi dan fisiologi sistem tubuh yang terganggu,
penyebab penyakit, sumber gejala, dampak penyakit pada sistem tubuh yang lain,
prognosis, keterbatasan fungsi, rasionalisasi pengobatan, medikasi, tindakan
keperawatan, harapan selama perawatan, lingkungan rumah sakit atau klinik, staf
rumah sakit atau klinik, perawatan jangka panjang, metode untuk melibatkan klien
dalam perawatan dan keterbatasan yang dihasilkan dari penyakit atau pembedahan
juga merupakan hal yang sangat penting dibagikan kepada pasien (Potter & Perry,
2005).
B. Konsep Kepuasan Pasien
1. Defenisi Kepuasan Pasien
Menurut pendapat Satoto (2009), kepuasan merupakan reaksi perilaku
konsumen sesudah pembelian terhadap apa yang sudah dibelinya. Kepuasan konsumen juga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan untuk pembelian ulang
atau pembelian yang sifatnya terus-menerus terhadap jasa yang sama serta mampu
mempengaruhi konsumen dapat diartikan sebagai sikap konsumen yakni berapa
derajat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap pelayanan yang pernah
dirasakan. Lebih dijelaskan lagi bahwa baik buruknya kualitas pelayanan
tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan
secara efisien dan konsisten.
Mengutip
pandangan
Hill, Brierley &
MacDougall,
Kurniati
(2013)
mendefinisikan bahwa kepuasan adalah sebagai ukuran kinerja “Produk Total”
sebuah organisasi dibandingkan serangkaian keperluaan pelanggan (Costumer
requirements). Pendapat ini sejalan dengan Kotler yang menyatakan bahwa
kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau
15
hasil yang ia persepsikan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau
ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman
sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.
2. Dimensi dan Variabel Penentuan Kepuasan Pasien
Mengikuti pendapat Merkouris, et al., Suryawati (2004)
menyebutkan bahwa
mengukur kepuasan pasien dapat digunakan sebagai alat untuk : 1) evaluasi kualitas
pelayanan kesehatan, 2) evaluasi terhadap konsultasi intervensi dan hubungan antara
perilaku sehat dan sakit, 3) membuat keputusan administrasi, 4)evaluasi efek dari
perubahan organisasi pelayanan, 5) administrasi staf, 6) fungsi pemasaran, 7)
informasi etik professional. Model SERVQUAL (Service quality) yang dikembangka
-n Zeithaml Parasuraman-Berry (1985) banyak dipakai sebagai landasan konsep
penelitian tentang kepuasan pasien di banyak tempat (Suryawati, 2004).
Mengutip
hasil
penelitian
Zeitham-Parasuraman-Berry, Bustami
(2011)
mengidentifikasi bahwa ada sepuluh dimensi pokok mutu pelayanan yaitu, daya
tanggap, kehandalan (reliabilitas), kompetensi, kesopanan, akses, komunikasi,
kredibilitas, kemampuan memahami pelanggan, keamanan, dan bukti fisik. Pada
penelitian berikutnya dimensi tersebut digabungkan menjadi 5 (lima) dimensi
utama yaitu reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik atau bukti
langsung.
1. Keandalan (reability)
Keandalan (reability) adalah kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, tepat (akurat), memuaskan,jujur, aman, tepat waktu,
ketersediaan. Dengan kata lain, reliabilitas berarti sejauh mana jasa/perawat
mampu memberikan apa yang telah dijanjikan kepada pelanggan/pasien
dengan memuaskan. Keseluruhan aspek ini berhubungan dengan kepercayaan
terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan ketepatan waktu pelaksanaan.
16
2. Ketanggapan (responsiveness)
Ketanggapan (responsiveness) yaitu keinginan karyawan/perawat untuk
membantu semuapelanggan/pasien dan segera merespon untuk memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan pasien, serta dengan cepat memperhatikan dan
menyelesaikan masalahnya. Dimensi ini menekankan pada sikap dari penyedia
jasa/perawat
permintaan,
yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi
pertanyaan,
keluhan
dan
masalah
pelanggan/pasien. Perlu
menunjukkan sikap bersedia setiap saat untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan segera merespon kebutuhan pasien akan
informasi kesehatan.
3. Jaminan (assurance)
Jaminan
(assurance)
adalah
karyawam/perawat
memiliki
kompetensi,
kesopanan dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya serta bebas dari resiko dan
keragu-raguan. Dimensi ini merefleksikan kompetensi perusahaan/rumah sakit,
karamahan (sopan dan santun) kepada pelanggan/pasien.
4. Kepedulian (emphaty)
Dalam hal ini karyawan/perawat mampu menempatkan dirinya pada pelanggan
/pasien, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi
termasuk perhatiannya kepada pelanggan/pasien, serta dapat memahami
kebutuhan pelanggan/pasien. Dimensi ini menunjukkan derajat perhatian yang
diberikan kepada setiap pelanggan dan merefleksikan kemampuan pekerja
(karyawan/perawat) untuk menyelami perasan pasien/pelanggan.
5. Bukti Langsung atau Berujud (tangibles)
Bukti langsung atau berujud (tangibles) meliputi fasilitas fisik, ketersediaan
peralatan perawatan dan komunikasi, kebersihan ruangan, ruangan yang teratur
rapi, penampilan kerja perawat yang rapi.
17
3. Klasifikasi Kepuasan Pasien
Menurut Hartini (2008), kepuasan pada intinya bersifat subjektif dari apa yang
dirasakan pasien terhadap mutu pelayanan yang diterima, sehingga demikian sulit
untuk mengukur tingkat kepuasan kepuasan yang konstan. Lebih dijelaskan lagi
lewat pengalaman pada saat di lapangan bahwa kepuasan seseorang terhadap
suatu produk sangat bervariasi mulai dari sangat puas, puas, cukup puas dan
sangat tidak puas.
Tingkat kepuasan pelanggan diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan (Nursalam
2003). Tingkatan-tingkatan tersebut yaitu: sangat tidak memuaskan (1), tidak
memuaskan (2), cukup memuaskan (3), memuaskan (4), sangat memuaskan (5).
Pasien akan merasa sangat tidak puas apabila hasil pelayanan yang diberikan oleh
perawat jauh dari harapan pasien, jika hasil pelayanan yang diberikan oleh
perawat belum memenuhi harapan pasien maka pasien akan merasa tidak puas
terhadap pelayanan yang diterima pasien. Pelayanan akan cukup memuaskan jika
pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah memenuhi harapan rata-rata pasien,
sedangkan pasien akan merasa sangat puas apabila pelayanan yang diberikan oleh
perawat melebihi apa yang diharapkan pasien.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien pada dasarnya dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu faktor yang berasal dari individu/pasien dan faktor yang
berada diluar individu . Faktor yang berasal dari individu berpengaruh terhadap
bagaimana pasien mempersepsikan lingkungan. Faktor luar individu mencakup
bagaimana pelayanan keperawatan dan fasilitas lain diberikan kepada pasien.
Mengutip pendapat Utama dan Rachmadi, Waluyo (2010) menjelaskan bahwa ada
beberapa karakteristik individu yang diduga menjadi faktor yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien adalah pendidikan, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pemilihan kelas perawatan, lokasi
rumah sakit terhadap pasien, jenis/diagnosa penyakit yang berhubungan dengan
18
keparahan penyakit, lama perawatan dan alasan memilih rumah sakit dan faktor
paling dominan yang menentukan kepuasan pasien adalah pendidikan, umur, jenis
kelamin, pekerjaan dan status ekonomi yang berhubungan dengan kelas
perawatan.
1. Pendidikan
Pendidikan adalah status resmi tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh
pasien. Mengikuti pendapat Loundon dan Britta, Waluyo (2010) menjelaskan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi
keinginan dan harapannya, lebih dijelaskan lagi bahwa ada perbedaan tingkat
kepuasan pasien yang berpendidikan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
2. Umur
Umur adalah masa hidup pasien yang didasarkan pada tanggal lahir atau
pernyataan pasien, dan biasanya dinyatakan dalam tahun. Mengutip pandangan
Davis, Waluyo (2010) dijelaskan bahwa semakin tua usia harapan terhadap
pelayanan semakin rendah, sehingga mereka cenderung lebih mudah puas
dibanding mereka yang berusia relative muda. Pasien muda umumnya
memiliki harapan lebih tinggi sehingga perlu pelayanan yang lebih untuk
mencapai kepuasan.
3. Jenis Kelamin
Menurut pandangan Prasetijo & Ihalauw, Waluyo (2010) menjelaskan bahwa
jenis kelamin laki-laki cenderung lebih mudah merasa puas dibanding perempuan.
Hal ini terjadi karena laki-laki cenderung melihat produk dari sisi kualitas dan
fungsinya, sedangkan perempuan lebih berdasarkan pertimbangan sosial,
psikologis dan penampilan luar produk.
4. Pendapatan/Status Ekonami
Status ekonami adalah jumlah penghasilan rata-rata setiap bulan dalam bentuk
uang atau barang (dikonversikan ke nilai uang). Status ekonomi pasien
19
berhubungan dengan pemilihan kelas perawatan. Menurut pendapat Perry &
Potter (2005), pasien yang memiliki status ekonomi baik/tinggi mempunyai
banyak kesempatan untuk menggunakan dan mendapatkan fasilitas pelayanan
yang lebih baik. Mereka memilih kelas perawatan yang memiliki fasilitas yang
mampu membuat perasaan nyaman selama dirawat. Hal ini berarti pula mereka
memiliki harapan dan tuntutan yang tinggi terhadap pelayanan keperawatan.
Dengan demikian untuk mendapatkan perasaan puas diperlukan pelayanan
yang lebih dari standar perawatan umum yang berlaku di masyarakat. Pasien
yang memiliki status ekonomi rendah pada umumnya memiliki harapan dan
tuntutan yang lebih rendah terhadap pelayanan keperawatan. Mereka seringkali
hanya berharap penyakitnya segera sembuh apapun fasilitas yang diberikan.
Dengan demikian mereka akan merasa puas terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan secara standar umum masyarakat.
C. Hubungan Pemberian Informasi Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepuasan
Pasien
Semakin banyaknya rumah sakit yang bertambah maka persaingan yang terjadi
akan semakin tajam diantara rumah sakit pada saat sekarang, dan hal ini yang
menyebabkan rumah sakit akan lebih memprioritaskan kepentingan dan harapan
pasien disetiap menentukan tindakan keperawatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Rumah sakit perlu memperhatikan hal-hal yang dianggap penting oleh
pasien agar mereka merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan (Utama dkk,
2013).
Menurut pendapat Perry & Potter (2005), faktor yang perlu mendapatkan perhatian
rumah sakit dalam memberikan pelayanan keperawatan yang dapat meningkatkan
kepuasan pasien adalah 1) penghormatan terhadap nilai, kesukaan dan kebutuhan
pasien, 2) koordinasi dan integrasi perawatan, 3) komunikasi efektif dan pendidikan
kesehatan yang diperlukan pasien, 4) kenyamanan fisik, 5) dukungan emosional dan
pengurangan rasa takut/ cemas, 6) keterlibatan keluarga dan teman, dan 7)
Kesinambungan pengobatan.
20
Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan pemberian informasi tentang beberapa hal
yang berhubungan dengan kesehatan pasien. Menurut Potter & Perry (2005),
informasi yang perlu disampaikan dalam memberikan pendidikan kesehatan untuk
pasien meliputi penjelasan penyakitnya, diet/ nutrisi yang harus dipatuhi pasien,
penjelasan penggunaan obat-obatan, lingkungan/ aktifitas yang harus dilakukan dan
dihindari pasien, serta instruksi khusus yang berhubungan dengan pengenalan tanda/
gejala penyakit dan rujukan yang diperlukan.
Mengikuti pendapat Perry & Potter (2005) dijelaskan bahwa pendidikan kesehatan
pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh faktor
dari perawat sebagai pemberi
informasi dan pasien sebagai penerima. Faktor yang berasal dari perawat yang
berpengaruh terhadap pendidikan kesehatan adalah sikap, nilai yang dimiliki, emosi,
pengetahuan dan pengalaman masa lalu dan faktor yang berasal dari pasien adalah:
motivasi, kemampuan dalam belajar, sikap, rasa cemas/ emosi, kesehatan fisik,
pendidikan, tahap perkembangan dan pengetahuan sebelumnya. Faktor-faktor ini
akan memberikan dampak terhadap seberapa besar pasien mampu menerima
informasi/ pengetahuan untuk membangkitkan perubahan sikap dan perilaku.
Mengutip pandangan Bastable (2002) dan pandangan Rankin & Duffy, Waluyo
(2010) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarganya
bertujuan untuk: 1) membantu klien lebih pandai mengatasi gejala penyakit, 2)
mengurangi ansietas klien, 3) meningkatkan kepuasan klien sebagai konsumen, 4)
meningkatkan kepercayaan pasien untuk menolong dirinya sendiri, 5) memicu klien
mematuhi rencana pengobatan medis, 6) secara efektif mengurangi insiden
komplikasi, dan 7) memperbaiki kualitas kehidupan.
Kepuasan pasien sebagai salah satu tujuan pendidikan kesehatan merupakan bentuk
sikap dari hasil reaksi afeksi yang bersifat subjektif terhadap obyek yang menghasilk
-an penilaian dan bersumber dari pengalaman pasien. Mengutip
hasil
penelitian
Parasuraman dkk, Bustamin (2011) menjelaskan bahwa kepuasan pasien dapat diukur
21
dengan menggunakan 5 aspek yaitu keandalan (reliability), jaminan (assurance),
ketanggapan (responsiveness), kepedulian (emphaty), dan bukti langsung (tangibles).
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu Terkait dengan Judul Penelitian
No
1.
Nama
Sri
Tahun
2008
Hartini
Judul
Hasil
Tempat
Penelitian ini menggunakan metode Ex
RSUD
Post Facto. Hasil penelitiannya
SRAGEN
Melaksanakan
adalah :
Surakarta
Pendidikan
a.
Pengaruh
Peran
Perawat
Dalam
Kesehatan
Melalui
Penyuluhan
Ada
perbedaan pengaruh
dalam
melaksanakan pendidikan kesehatan
dan
melalui penyuluhan dan pamlet terhadap
Pamflet
Terhadap
kepuasan keluarga anak diare dalam
Kepuasan
Keluarga
persiapan pulang di bangsal anak RSUD
Anak Diare Dalam
Kabupaten sragen, yaitu dengan nilai p =
Mempersiapkan
0,000.
Pasien
Pulang,
Ditinjau dari Tingkat
Pendidikan Perawat
2.
Vivi
2010
Pengaruh Pendidikan
Jenis penelitian ini adalah penelitian
RS.ROEMANI
Yosafianti
Kesehatan Persiapan
kuantitatif
SEMARANG
dan Dera
Pasien
experimental design ( quasi experiment )
Alfiyanti
Terhadap
Pulang
Kepuasan
Pasien
Tentang
dengan
dengan
desain
pendekatan pre-
posttest
only
with
control group design atau static group
Pelayanan
comparison. Hasil penelitian menunjukk
Keperawatan
an rata-rata
a. Kepuasan pasien setelah dilakukan pe
mberian pendidikan kesehatan persiapan
pasien pulang tentang nutrisi sebesar
94,77%,
sedangkan
yang tidak diberikan pendidikan kesehata
n sebesar 69,04%. Dengan demikian pem
berian pendidikan kesehatan persiapan
pasien
pulang
tentang
nutrisi
berpengaruh terhadap kepuasan pasien.
b. Kepuasan pasien setelah
dilakukan
22
pendidikan kesehatan persiapan pasien
pulang
tentang
aktivitas
sebesar
93,09%, dan pada kelompok yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan sebesar
66,41%. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan
persiapan
pasien
pulang
terhadap kepuasan pasien tentang dalam
pelayanan keperawatan.
c. Kepuasan pasien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan persiapan pasien
pulang
tentang
obat-obatan
sebesar 93,43% dan pada kelompok yang
tidak diberikan pendidikan kesehatan se
besar 73,45%. Hal ini berarti terdapat pe
ngaruh pemberian pendidikan kesehatan
persiapan pasien pulang terhadap kepuas
an pasien
tentang pelayanan
keperawatan.
3.
Gaguk
2010
Pengaruh Pendidikan
Jenis
Eko
Kesehatan Terhadap
ekperimen dengan desain Nonequivalent
Waluyo
Tingkat
Control Group Desains Pada kelompok
Kepuasan
Pasien Rawat Inap
penelitian
ini
adalah
kuasi
eksperimen terdiri 15 responden, sedang
kelompok kontrol 15 responden. Hasil
penelitian menunjukkan
a. Tidak ada perbedaaan kepuasan
pasien (aspek kehandalan) terhadap pen
didikan kesehatan antara kelompok
eksperimen 3,15% dan kontrol 3.01% (p
= 0,104).
b.
Pada
kepuasan
ketanggapan)
ada
pasien
perbedaan
(aspek
antara
kelompok eksperimen 3,30% dan kontrol
3,04% terhadap pendidikan kesehatan (p
= 0,039).
c. Pada kepuasan pasien (aspek jaminan)
tidak ada perbedaaan antara kelompok
RSUD
MADIUN
23
eksperimen 3,16% dan kontrol 2,98%
terhadap pendidikan
kesehatan
(p
=
0,164).
d.
Pada
kepuasan
kepedulian)
ada
pasien
(aspek
perbedaaan
antara
kelompok eksperimen 3,27% dan kontrol
3,01% terhadap pendidikan kesehatan (p
= 0,021).
e. Pada kepuasan pasien (aspek bukti
langsung)
ada
perbedaaan
antara
kelompok eksperimen 3,01% dan kontrol
3,73% terhadap pendidikan kesehatan (p
= 0,0001).
4.
Fitria
Prasetiani
2009
Analisi
Kepuasan
Rawat Inap
Tingkat
Penelitian ini menggunakan pendekatan
RS. ROEMANI
Pasien
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini
SEMARANG
yaitu :
a. Pada dimensi reliability, sebanyak
80% responden memberikan tanggapan
puas dan sebanyak 20 % responden
tanggapan belum puas.
b. Pada dimensi responsiveness, sebanya
k 75% responden memberikan tanggapan
puas dan sebanyak 25 % responden
tanggapan belum puas.
c. Pada dimensi assurance, sebanyak 71,
43 % responden memberikan tanggapan
puas dan sebanyak 28,57 % responden ta
nggapan belum puas
d. Pada dimensi emphaty, sebanyak 83,3
3 % responden memberikan
tanggapan puas dan sebanyak
e. Pada dimensi tangible, sebanyak 55,56
% responden memberikan tanggapan
puas,
dan
sebanyak
33,33
% responden memberikan tanggapa-n
yang
biasa-biasa
sebanyak 11,11 %
saja
serta
24
D. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Pendidikan Kesehatan
Variabel Dependen
Kepuasan Pasien
Skema 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
E. Hipotesa Penelitian
Ada hubungan yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan oleh perawat
dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014.
Download