BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mekanisme Corporate Governance muncul karena didasari oleh teori agensi (agency theory). Teori agensi pertama kali ditemukan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan manajer perusahaan sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Pemegang saham sebagai prinsipal kemudian mendelegasikan pengelolaan perusahaan kepada manajer selaku agen. Jensen dan Meckling (1976) mengungkapkan bahwa manajer seringkali cenderung bertindak demi kepentingan pribadi tanpa adanya tujuan untuk memaksimalkan return atas investasi prinsipal. Kepentingan inilah yang kemudian akan menjadi permasalahan dan menimbulkan benturan-benturan antara pemiliki perusahaan (principal) dengan manajemen (agen). Alijoyo dan Zaini (2004) dalam Maharani (2011) menyatakan bahwa pemilik (principal) memiliki kepentingan agar dana yang mereka investasikan akan memberikan return yang maksimal, di lain sisi manajemen (agen) menginginkan insentif atau penghargaan yang lebih tinggi atas kinerja yang mereka lakukan. Zhuang et al (2001) dalam Maharani (2011) menyatakan bahwa konflik kepentingan tidak hanya terjadi antara pemegang saham dan manajer, tetapi juga terjadi antara pemegang 1 2 saham pengendali dengan pemegang saham minoritas, antara pemegang saham dengan kreditur, serta antara pemegang saham dengan pekerja. Pada dasarnya, konflik keagenan timbul karena adanya asimetri informasi (asymmetry information) sebagai akibat dari pendelegasian wewenang penglolaan perusahaan dari pemilik kepada professional managers. Pihak manajemen sebagai agen dianggap memiliki informasi yang jauh lebih luas terhadap perusahaan dibandingkan dengan stakeholder lainnya. Dalam paraktinya, tidak sedikit manajer yang bersikap opportunistic dan menyalahgunakan kewenangannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi tanpa memperdulikan kepentingan pemilik perusahaan. Sari (2010) menyatakan bahwa tindakan manajer yang bertujuan untuk memberikan keuntungan pribadi tanpa memikirkan kepentingan pemilik pada akhirnya akan menghilangkan kepercayaan investor dan pemilik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena adanya kekhawatiran yang besar atas kemungkinan pengembalian (return) investasi mereka. Untuk memperkecil terjadinya asimetri informasi antara pihak prinsipal dengan agen maka manajer wajib mempublikasikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada prinsipal terkait kinerja mereka dengan tingkat keandalan yang dapat dipercaya (Maharani, 2011). Suwardjono (2012) mengungkapkan bahwa salah satu karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah keterandalan (reliability) yaitu kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut merupakan informasi yang dapat dijamin kebenaran atau kevalidannya. 3 Untuk menjamin keterandalannya, sebuah laporan keuangan harus melalui proses audit oleh auditor independen. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 menunjukkan bahwa proses audit hanya boleh dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen, yaitu Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) dan Akuntan Publik. Skandal Enron Corporation yang melibatkan Arthur Enderson menjadi bukti nyata adanya KAP yang kurang memperdulikan sifat dan sikap independensinya sebagai auditor, dengan kata lain KAP tersebut memiliki kualitas audit yang kurang baik. Praktik seperti ini didasari oleh keinginan manajer untuk mempertahankan keuntungan yang diperoleh dengan cara memberikan jasa audit yang tidak berkualitas dan mengurangi tingkat transparansi dari laporan keuangan (Maharani, 2011). Kehadiran Corporate Governance sebagai suatu sistem pengelolaan perusahaan diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalaahan tersebut. Mekanisme Corporate Governance yang baik seharusnya dapat menjamin seluruh hak stakeholder, termasuk juga memberikan perlindungan kepada mereka. Good Corporate Governance dapat berjalan dengan baik dalam sebuah perusahaan apabila menerapkan prinsip-prinsip transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), kewajaran (fairness) dan responsibilitas (responsibility). Penerapan Corporate Governance yang baik seharusnya mampu mendorong perusahaan untuk menunjuk KAP dengan kualitas yang baik. Hal ini tentu saja untuk memperkecil kemungkinan terjadinya asimetri informasi antara manajemen perusahaan sebagai agen 4 dengan seluruh stakeholder lainnya. Lin dan Liu (2009) dalam Maharani (2011) mengungkapkan bahwa perusahaan dengan mekanisme Corporate Governance yang lemah cenderung akan memilih KAP dengan kualitas yang rendah. Proses audit yang dilakukan oleh KAP yang independen sebagai komponen dari Corporate Governance telah menarik perhatian besar. KAP dengan kualitas yang baik diharapkan dapat memberikan laporan keuangan tahunan perusahaan yang lebih transparan dengan menemukan ketidaksesuaian yang terdapat didalamnya (Ghosh, 2010). Beberapa penelitian terhadulu yang dilakukan untuk melihat hubungan antara mekanisme Corporate Governance dengan pemilihan KAP berkualitas telah banyak dilakukan. Kualitas audit dalam beberapa penelitian sering diproksikan dengan ukuran auditor yaitu KAP big four dan KAP non big four. DeAngelo (1981) mengungkapkan bahwa KAP big four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non big four. Khan dan Nava (2009) telah melakukan penelitian di Australia, hasilnya adalah perusahaan yang dimiliki keluarga memiliki kemungkinan yang lebih besar menunjuk KAP big four untuk memberikan jaminan kualitas audit kepada stakeholder lain. Penelitian yang serupa dengan yang dilakukan oleh Khan dan Nava juga dilakukan oleh Ghosh (2010) di India. Ghosh (2010) menemukan bahwa pemilihan KAP eksternal dan fee audit dipengaruhi oleh tipe kepemilikan perusahaan serta manajemen laba yang diterpkan oleh perusahaan. 5 Di Indonesia, penelitian serupa juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Pambudi (2012) dalam Agustina (2013) menemukan hasil yang berbeda dengan Khan dan Nava (2009) dan Ghosh (2010). Pambudi (2012) dalam Agustina (2013) menemukan bahwa tipe kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemilihan KAP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap pemilihan KAP (auditor selection) dengan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan 2012 seperti yang dilakukan Pambudi (2012) dalam Agustina (2013). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Maharani (2011) dengan memberikan beberapa penyesuaian. Penelitian ini memproksikan KAP berkualitas baik dengan KAP big four. Mekanisme Corporate Governance sebagai variabel independen diproksikan dengan persentase kepemilikan saham terbesar, ukuran Dewan Komisaris, dan ukuran Komite Audit. Persentase kepemilikan saham terbesar dan ukuran Dewan Komisaris sesuai dengan yang digunakan Maharani (2011), namun penelitian ini menggunakan ukuran Komite Audit, bukan efektifitas Komite Audit seperti yang dilakukan Maharani (2011). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maharani (2011) sebab periode penelitian ini adalah tahun 2011 dan 2012, penelitian ini juga menambahkan beberapa variabel kontrol seperti yang dilakukan oleh Agustina (2013). Variabel kontrol tersebut antara lain ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, current ratio, dan leverage. 6 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul "PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PEMILIHAN AUDITOR EKSTERNAL (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2011 dan 2012)" B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah persentase kepemilikan saham perusahaan berpengaruh positif terhadap pemilihan KAP big four? 2. Apakah ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pemilihan KAP big four? 3. Apakah ukuran Komite Audit berpengaruh positif terhadap pemilihan KAP big four? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris bahwa mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan persentase kepemilikan saham terbesar, ukuran Dewan Komisaris, dan ukuran Komite Audit berpengaruh positif terhadap pemilihan KAP berkualitas yang diproksikan dengan KAP big four. 7 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi mahasiswa ekonomi tentang bagaimana peran Good Corporate Governance dalam meningkatkan transparansi laporan keuangan dengan cara menunjuk KAP dengan kualitas audit yang baik. 2. Bagi Auditor Eksternal Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi KAP bahwa seluruh stakeholder menuntut adanya jasa audit yang berkualitas, sehingga mereka dapat meningkatkan sikap dan sifat independensinya sebagai auditor yang pada akhirnya juga akan memberikan added value bagi KAP mereka sendiri. 3. Bagi Manajemen Perusahaan Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi manajemen perusahaan bahwa pengungkapan kinerja perusahaan melalui laporan keuangan yang andal dan transparan merupakan suatu hal yang sangat penting. Oleh karena itu manajemen perusahaan harus berupaya meningkatkan mekanisme pengelolaannya, yang kemudian akan mampu menggiring perusahaan menunjuk KAP dengan kualitas audit yang baik sebagai bentuk pertanggungjawaban dan goodwill manajemen. 8 4. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi investor agar mempertimbangkan untuk berinvestasi pada perusahaan-perusahaan dengan mekanisme pengelolaan perusahaan yang baik. Hal ini tentu saja diharapkan akan memperkecil asimetri informasi sebab penerapan Corporate Governance yang baik di dalam sebuah perusahaan diharapkan akan memberikan perlindungan kepada investor, salah satunya dengan menunjuk KAP yang berkualitas.