BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen perusahaan bertanggung jawab dalam pelaporan keuangan dan sekaligus menjadi salah satu tonggak dalam kelangsungan perusahaan karena tugasnya yang berfokus pada pencapaian profit. Keistimewaan dari manajemen perusahaan itu sendiri adalah memiliki wewenang dalam pembuatan laporan keuangan, nantinya laporan keuangan tersebut akan dilihat dan dipertimbangkan oleh stakeholder yaitu investor. Banyak cara yang dilakukan oleh manajemen dalam meningkatkan laba, seperti manajemen laba yang dilakukan oleh beberapa manajemen perusahaan yang berada dibeberapa negara. Healy dan Wahlen dalam Herusetya et al., (2012) menjelaskan bahwa manajemen laba merupakan cara yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan laba perusahaan dengan memanipulasi akrual melalui pilihan dan estimasi akuntansi dalam mengambil kesempatan untuk melakukan diskresi akuntansi yang terdapat pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewenangan manajemen perusahaan dalam penggunaan manajemen laba berdampak terhadap berkurangnya kepercayaan oleh investor. Sejak adanya kasus penipuan dan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen pada beberapa perusahaan tahun 2001, investor mulai berhati-hati terhadap laporan keuangan yang telah dibuat. 1 2 Salah satu tindak kejahatan manajemen yang akhirnya terbongkar terjadi pada perusahaan ENRON yang merupakan perusahaan bergerak di sektor energi. Kasus lain terjadi pada perusahan WORLDCOM yang bergerak disektor telekomunikasi. Kedua perusahaan ini beroperasi di Amerika Serikat (Tuanakotta. T.M, 2010). ENRON melakukan penipuan terhadap stakeholder dalam pembuatan laporan keuangan, perusahaan ini melakukan off-balance sheet dimana pencatatan dilakukan oleh perusahaan dengan memasukkan transaksi yang sebenarnya belum terjadi ke dalam neraca laporan keuangan. Selain itu, kasus ENRON juga melakukan kerjasama antara manajemen dengan auditor pengaudit laporan keuangan ENRON (Tuanakotta. T.M, 2010). Auditor dalam kasus ENRON telah melakukan Fraud dengan cara pemusnahan dokumen-dokumen perusahaan. Penipuan yang terjadi berdampak pada hilangnya kepercayaan atas kejujuran dan transparansi auditor oleh para pemegam saham. Begitu juga dengan perusahaan WOLDCOM yang nota-bene sebagai perusahaan yang bergerak dalam telekomunikasi telah melakukan kecurangan dengan mengakui beban menjadi pendapatan. Kecurangan yang dilakukan tidak dapat dideteksi oleh auditor sehingga menyebabkan beban yang ada seharusnya diakui, dijadikan pendapatan oleh WORLDCOM (The Economist Global Agenda). Kasus yang sama terjadi di Indonesia seperti kasus PT Kimia Farma Indonesia atas adanya pengelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan tahun 2002 oleh manajemen PT Kimia Farma. 3 PT Kimia Farma menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002, selain itu adanya kesalahan penyajian berkaitan terhadap penjualan dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan (Bapepam, 2011). Kasus yang dijelaskan diatas adalah salah satu bentuk pemenuhan dari beberapa kepentingan yang didasari oleh teori keagenan karena adanya kepentingan antara pemilik dan manajemen perusahaan sebagai penyaji laporan keuangan untuk mencapai target yang ingin dicapai. Kasus ENRON dan kasus WORLDCOM yang berpusat di Amerika Serikat, kemudian kasus PT Kimia Farma yang berada di Indonesia telah mengurangi kepercayaan para pelaku pasar modal dan stakeholder lain yang menggunakan laporan keuangan. Beberapa upaya telah dilakukan dalam membatasi ataupun mengurangi perilaku manajemen laba. Misalnya dengan terjadinya kasus ENRON, pemerintah Amerika Serikat telah mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan Sarbanes oxly Act (SOX) pada bulan Juli 2002 (Tuanakotta. T.M, 2011). Kebijakan ini merupakan peningkatan kredibilitas laporan keuangan dengan tujuan untuk meningkatkan kembali kepercayaan investor terhadap peningkatan pengawasan terhadap Kantor Akuntansi Publik (KAP) dan juga mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar modal dengan harapan laporan keuangan yang mengancam dapat diminimalisir. Sedangkan keputusan di Indonesia dikeluarkannya keputusan Mentri Keuangan nomor 423/KMK.06/2003 untuk melindungi investor dari tindakan kecurangan. 4 Kasus diatas tergambar bahwa perusahaan menggunakan manajemen laba dalam pencapaian target untuk memenuhi kepentingan. Selama kurun waktu 12 tahun, manajemen perusahaan beralih ke manajemen laba real dalam proses manipulasi laporan keuangan. Caylor dalam Pujilestari dan Herusetya (2013) menemukan bentuk perangkat manajemen laba transaksi real yang baru dengan menggunakan dua pendekatan agar mencegah negatif earnings surprise yaitu dengan menggunakan pendapatan deferal dan pendapatan akrual. Selain manajemen laba mempengaruhi manajemen perusahaan dalam meningkatkan laba, manajemen laba juga memiliki perbedaaan. Balsam et al. dalam Ratmono (2010) berpendapat bahwa auditor mampu mendeteksi manajemen laba akrual yang dilakukan klien sehingga auditor melakukan pembatasan terhadap akuntansi akrual yang agresif, sedangkan manajemen laba riil merupakan penyimpangan dari praktik operasional perusahaan yang normal, dimana perusahaan menghindari melaporkan kerugian. Perbedaan dan penggunaan dari kedua manajemen laba diatas menarik perhatian dari peneliti untuk melakukan penelitian. Hasil dari penelitian sebelumnya ditemukan adanya beberapa penelitian yang tidak konsisten. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Herusetya et.al., (2012) kualitas audit yang diukur dengan spesialisasi industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba transaksi akrual. Junius dan Fitriany (2012) spesialisasi industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba transaksi riil. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mayangsari (2003) menyatakan spesialisasi industri berpengaruh positif terhadap integritas 5 laporan keuangan. Kualitas audit yang diukur dengan masa penugasan audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba akrual (Herusetya et al. 2012). Sebaliknya berbeda dengan Velury dan Jenkins dalam Nurwahyuni (2009) bahwa tenure berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Adapun pendapat peneliti tentang kualitas audit yang diukur dengan ukuran KAP menurut Ferdawati (2010) ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pendapat yang sama dilakukan oleh Sita (2011) ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sedangkan hasil penelitian yang bertolak belakang dari kedua penelitian diatas adalah hasil yang dilakukan oleh Herusetya dan Fitriany (2009) bahwa ukuran KAP berpengaruh positif terhadap abnormal production (overproduction). Faktor lain yang dijadikan salah satu penentu kualitas laporan keuangan perusahaan adalah dengan adanya komite audit. Menurut Veronica dan Siddharta dalam Wisnumurti (2010) komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan. Sebaliknya penelitian lain yang dilakukan oleh Suharti (2013) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pendapat lain yang sama dengan penelitian Suharti adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryani (2011) bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba riil. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya tentang pengaruh kualitas audit, komite audit terhadap manajemen laba transaksi riil masih kurang konsisten, seperti penelitian yang 6 dilakukan oleh Herusetya et al., 2012; Pujilestari dan Herusetya, 2013; Ferdawati, 2010; Aryani, 2011, dll. Penulis mencoba meneliti kembali dengan menambahkan variabel tambahan yang memperkuat pembuktian atas manajemen laba transaksi riil. Alasan lain diadakannya penelitian ini adalah sejauh ini manajemen laba riil merupakan isu penelitian yang tergolong baru, sehingga penelitian tentang manajemen laba transaksi riil masih jarang dilakukan di Indonesia. Diantara Beberapa dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Pujilestari dan Herusetya (2013) dan Ratmono (2010). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ferdawati (2010). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode penelitian yaitu tahun 2007-2013 dan penambahan spesialisasi industri,tenure dan komite audit sebagai variabel independen tambahan untuk mengetahui adanya pengaruh kualitas audit dan komite audit terhadap manajemen laba transaksi riil dengan objek perusahaan manufaktur yang berada di Bursa Efek Indonesia. Manajemen laba transaksi riil diproksikan dengan abnormal CFO sebagaimana juga proksi ini digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Roychowdhury (2006). Alasan peneliti memilih variabel ini untuk mengetahui apakah manajemen melakukan manipulasi laba, dikarenakan variabel spesialisasi industri, tenure (masa penugasan audit), ukuran KAP sudah mewakili faktor-faktor lain dalam pemenuhan kualitas audit, selain itu variabel komite audit mewakili perusahaan untuk mengawas pekerjaan dari manajemen sehingga dari ke empat 7 variabel tersebut sudah memiliki kekuatan untuk mengungkap manupulasi laba perusahaan. Variabel diatas juga menjadi acuan oleh investor terhadap auditor dalam menjalankan tugasnya untuk mengaudit sekaligus melihat dan membuktikan apakah manajemen melakukan fraud dalam membuat laporan keuangan. Berdasarkan pemenuhan variabel yang telah disebutkan diatas, tentunya auditor diharapkan mempunyai kualitas audit dalam mendeteksi dan mengungkap kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanyan pengaruh spesialisasi industri, tenure, ukuran KAP dan komite audit terhadap manajemen laba transaksi riil, maka dari itu peneliti bermaksud untuk mengembangkan penelitian dengan judul “Pengaruh Spesialisasi Industri, Tenure, Ukuran KAP, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Transaksi Riil , Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia ’’ yang akan dijelaskan pada bab-bab selanjutnya dalam penelitian ini. 8 B. Batasan Masalah Setiap peneliti memiliki masalah tersendiri dalam menyelesaikan penelitiannya. Permasalahan yang muncul antar peneliti tidak sama. Permasalahan dapat diatasi dengan memberikan batasan masalah dalam penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini mencakup : (1) perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2007-2013; (2) informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi : spesialisai industry, tenure, ukuran KAP, komite audit dan manajemen laba transaksi riil; (3) penelitian ini terbaras pada perusahaan manufaktur. Fungsi dari penggunaan batasan masalah ini agar kemungkinan-kemungkinan masalah yang muncul ketika proses dalam pengolahan data dapat terkontrol, sehingga proses pengolahan data dapat dikerjakan tanpa hambatan. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah spesialisasi industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba transaksi riil? 2. Apakah Tenure ( masa penugasan audit) berpengaruh negatif terhadap manajemen laba transaksi riil? 3. Apakah ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap manajemen laba transaksi riil? 9 4. Apakah komite audit berpengaruh negatif terhadap managemen laba transaksi riil? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh negatif spesialisasi industri terhadap manajemen laba transaksi riil. 2. Mengetahui pengaruh negatif Tenure (masa penugasan audit) terhadap manajemen laba transaksi riil. 3. Mengetahui pengaruh negatif ukuran KAP terhadap manajemen laba transaksi riil. 4. Mengetahui pengaruh komite audit terhadap managemen laba transaksi riil. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan kontribusi dari berbagai bidang yang berkaitan: 1. Teoritis a. Memberikan referensi tentang penelitian yang menyatakan bawa tidak hanya ukuran KAP yang memberikan pengaruh terhadap manajemen laba transaksi riil (Pujilestari dan Herusetya 2013), melainkan ada tambahan variabel lain yaitu spesialisasi industri, tenure dan komite audit. 10 b. Pembahasan dalam Penelitian ini diharapkan sebagai referensi dari penelitian yang akan diteliti oleh peneliti selanjutnya. 2. Praktis a. Bagi Perusahaan Penelitian ini akan berguna bagi perusahaan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan menggunakan Kantor Akuntan Publik (KAP) besar untuk mengaudit laporan keuangannya, disklosioner yang diperoleh akan terminimalisir oleh adanya auditor yang berada dalam Kantor Akuntan Publik (KAP). Selain itu, penelitian ini penting untuk mengetahui seberapa besar kejujuran dan kemampuan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan. b. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Tujuan dengan adanya pengukuran terhadap kualitas audit, diharapkan KAP memiliki kualitas audit yang jauh lebih baik. Selain itu akan meningkatkan tingkat independensi auditor yang tinggi, serta dapat mendeteksi dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan perusahaan yang diaudit.