Ketiga, sebab-sebab terjadinya perubahan sosial-budaya. Menurut para ahli sebab-sebab terjadinya perubahan sosial-budaya, ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: (1) faktor kondisi diluar kemampuan manusia (the ultimate conditions), misalnya kondisi lingkungan fisik (physical environment), jumlah penduduk, iklim; (2) faktor terjadinya integrasi atau konflik antar kepentingan dalam lembaga di masyarakat; (3) faktor orientasi sistem nilai dan norma sosial budaya yang dianut anggota masyarakat; (4) faktor penemuan budaya baru dan pengembangan bidang teknologi, misalnya invention yang mempengaruhi beragam aspek kehidupan; (5) faktor kontak sosial-budaya dan penyebaran unsur budaya melalui proses difusi; (6) faktor peranan innovator dalam proses aktivitas sosial sehari-hari; dan (7) faktor peranan penguasa dalam mewarnai kehidupan negara atau masyarakat (Green, 1972; Zanden, 1990). Dari beragam faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebab terjadinya perubahan sosial-budaya dapat dipengaruhi oleh kondisi kekuatan internal (internal force) dan kondisi kekuatan eksternal (external force) masyarakat (Etzioni, 1973; Popenoe, 1974; Soekanto, 1984,b). Keempat, ruang lingkup kajian perubahan sosial-budaya. Merujuk pandangan Gerth dan Mills, dalam Soekanto (1984,a), maka ruang lingkup kajian tentang perubahan sosial-budaya dapat disimpulkan minimal menyangkut enam aspek, antara lain: (1) apakah aspek-aspek sosial-budaya yang berubah?; (2) bagaimana hal-hal itu berubah?; (3) kemanakah tujuan atau arah dari perubahan sosial-budaya itu?; (4) bagaimanakah kecepatan perubahan sosial-budaya tersebut terjadi?; (5) mengapa terjadi perubahan sosial-budaya?; dan (6) faktor-faktor penting manakah yang ada dalam perubahan sosial-budaya?. Menurut Himes and Moore dalam Salim (2002), ada tiga dimensi dalam kajian perubahan sosial-budaya adalah: (1) dimensi struktural, dimensi ini mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktural masyarakat dengan ruang lingkup perubahan meliputi: (a) perubahan aspek status dan peranan, (b) perubahan aspek perilaku individu dan kekuasaan, (c) terjadinya pergeseran dari wadah atau kategori peranan, (d) terjadinya modifikasi saluran komunikasi diantara peranan-peranan atau kategori peranan, (e) terjadinya perubahan dari sejumlah tipe dan fungsi sebagai akibat dari struktur; (2) dimensi kultural, dimensi ini mengacu pada perubahanperubahan kebudayaan dalam masyarakat, baik yang berupa: Wujud budaya ide (sistem budaya); Wujud budaya kelakuan berpola (sistem sosial); dan Wujud budaya fisik (sistem teknologi), baik bersifat difusi, inovasi dan integrasi; (3) dimensi interaksional, dimensi ini mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial di dalam masyarakat. Ruang lingkup perubahan interaksional menyangkut lima hal yaitu: hubungan kooperatif sampai konflik; hubungan informal dan formal; hubungan horisontal dan vertikal. F. Kesimpulan Berdasarkan uraian singkat tentang: Hakikat studi ilmu pengetahuan sosialbudaya; Konsep kehidupan sosial sebagai suatu sistem; Konsep kebudayaan sebagai suatu sistem; dan Konsep dinamika sosial dan kebudayaan, adalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Semua ilmu pengetahuan sosial-budaya dan ilmu pengetahuan alam, pada dasarnya memiliki tiga landasan utama, yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dan untuk membedakan jenis ilmu pengetahuan sosial satu dengan yang lain dapat dilihat dari tiga landasan tersebut. 2. Suatu kehidupan sosial dianggap sebagai suatu ‘sistem’, mengandung arti bahwa ‘kehidupan sosial tersebut mempunyai unsur-unsur atau sub unsur sosial yang saling berinteraksi satu dengan lainnnya, dan unsur-unsur tersebut membentuk struktur sistem sosial itu sendiri dan mengatur sistem sosial’. Unsur-unsur sistem sosial tersebut antara lain: (a) pengetahuan atau keyakinan; (b) sentimen atau perasaan (tindakan afektif); (c) tujuan atau sasaran atau cita-cita; (d) nilai dan 1 norma sosial; (e) kedudukan (status) dan peranan (role) sosial; (f) stratifikasi sosial (tingkatan sosial seseorang dalam kelompok); (g) kekuasaan atau pengaruh (power), atau wewenang; (h) sanksi atau pengendalian atau kontrol sosial; (i) sarana atau fasilitas dalam kehidupan kelompok; dan (j) tekanan dan ketegangan. 3. Kebudayaan sebagai suatu sistem mengandung arti bahwa ’kebudayaan itu merupakan suatu integrasi, yaitu antar wujud budaya dan antara unsur-unsur budaya satu dengan yang lain saling menjalin hubungan timbal balik dalam proses kehidupan di masyarakat. Jadi, masing-masing wujud budaya dan unsur budaya tidak bisa dipahami secara parsial atau terpisah (otonom)’. 4. Konsep dinamika sosial (social dynamics) dan dinamika kebudayaan (cultural dynamics) adalah ‘proses-proses pergeseran unsur-unsur sosial dan unsur-unsur kebudayaan dalam kehidupan masyarakat’. Sedangkan ruang lingkup kajian tentang perubahan sosial-budaya, minimal menyangkut enam aspek, antara lain: (a) apakah aspek-aspek sosial-budaya yang berubah?; (b) bagaimana hal-hal itu berubah?; (c) kemanakah tujuan atau arah dari perubahan sosial-budaya itu?; (d) bagaimanakah kecepatan perubahan sosial-budaya tersebut terjadi?; (e) mengapa terjadi perubahan sosial-budaya?; dan (f) faktor-faktor penting manakah yang ada dalam perubahan sosial-budaya?. 2