PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN STRATEGI SINEKTIK (MODEL GORDON PLUS) PADA SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 8 MALANG Selvi Miawati1 Wahyudi Siswanto2 Roekhan2 Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang Email: [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan strategi sinektik. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data proses berupa hasil wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi berupa foto-foto yang mendukung dan data hasil berupa skor tes menulis naskah drama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi sinektik dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil menulis naskah drama yang dilaksanakan melalui tiga aspek, yaitu mengidentifikasi struktur naskah drama dalam video, menyusun analogi struktur naskah drama berdasarkan struktur naskah drama dalam video, dan menulis naskah drama. Kata Kunci: menulis naskah drama, perilaku manusia, strategi sinektik, pembelajaran menulis sastra ABSTRACT: The objective of this research is to describe the upgrading of drama script writing skill by using sinectic strategy. The design of this research is Clasroom Action Research (CAR). The process result of this research are including interview result, observation, inquiry, and convincing photo documentation, while the product result is the score of students in drama script writing. The result of this research shows that the use sinectic strategy which is able to improve the process and product drama script writing is conducted in three aspect, including identify the drama script structure, arrange the analogy of drama script structure, and drama script writing. Key Word: drama script writing, people’s behavior, sinectic strategy, the learning of literature writing Pembelajaran menulis naskah drama dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 kelas XI SMA semester 2 mencakup dua Standar Kompetensi pada aspek menulis. Kompetensi Dasar tersebut antara lain (1) mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama dan (2) menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Kompetensi dasar menulis naskah drama tersebut adalah Kompetensi Dasar yang pertama diajarkan di kelas XI SMA pada semester 2. Dalam konteks pembelajaran drama, naskah drama yang ditulis peserta didik masih dalam kategori kurang baik dan benar. Pernyataan ters1ebut ditunjang oleh Waluyo (2007:34) yang menjelaskan bahwa ada kecenderungan penulis muda lebih senang menulis naskah drama modern, yang kontemporer, yang sulit dipahami, sehingga jika dipentaskan tidak dapat dipahami penonton karena bersifat “sok kontemporer” atau tanpa nilai dramatik. 1 Selvi Miawati adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM). 2 Wahyudi Siswanto dan Roekhan adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM). Untuk dapat berlatih menulis naskah drama dengan baik, diperlukan pengalaman yang cukup dalam berlatih. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru serta dilihat dari angket dan hasil menulis naskah drama siswa di kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang, tanggal 13 Januari 2012, menunjukkan bahwa proses belajarmengajar pada kompetensi dasar menulis naskah drama dalam mendeskripsikan perilaku manusia kurang berhasil. Faktor utama yang menyebabkan siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang kurang berhasil dalam menulis naskah drama dalam mendeskripsikan perilaku manusia adalah (1) siswa tidak berminat menulis naskah drama, (2) sulitnya siswa berimajinasi untuk mengembangkan ide dan menciptakan konflik yang dialami oleh tokoh (3) tidak adanya kepercayaan dalam diri siswa untuk memulai sebuah tulisan atau karangan yang berupa karya sastra, (4) siswa kesulitan dalam menyajikan dialog yang memuat perilaku manusia, (5) siswa tidak mudah memahami bahasa tulis yang baik dan benar, serta (6) selama ini kompetensi dasar yang disenangi oleh siswa adalah kompetensi tentang membaca sehingga keterampilan menulis siswa belum terasah dengan baik. Faktor dari pihak guru sendiri adalah guru tidak pernah melatih keterampilan menulis siswa dan kurang berinovasi terhadap strategi pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan pembelajaran menulis naskah drama di sekolah adalah memperbaiki proses pembelajarannya. Guru juga harus berinisiatif menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat memotivasi siswa. Terciptanya suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa tersebut akan menumbuhkan minat siswa terhadap kegiatan menulis naskah drama. Ketika siswa merasa senang, berminat, dan termotivasi dalam kegiatan menulis naskah drama, siswa akan percaya diri untuk menuangkan ide-ide dan gagasannya. Sejalan dengan pemikiran tersebut, guru sebaiknya menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa serta pemanfaatan metode (strategi) dan media belajar. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa menggunakan strategi sinektik (Model Gordon Plus). Strategi sinektik merupakan salah satu strategi alternatif yang sesuai dengan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran drama. Strategi sinektik adalah salah satu cara yang menarik dan menyenangkan untuk mempelajari Bahasa Indonesia yang siap digunakan dalam pembelajaran drama. Strategi sinektik memacu peserta didik menyelesaikan masalah pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, merangsang untuk berpikir kreatif, dan mempermudah dalam belajar drama. Lingkungan Strategi sinektik akan mengubah suasana kelas dan membentuk peserta didik mandiri. Hal ini lebih disukai daripada lingkungan pembelajaran tradisional, peserta didik hanya melihat, menghafal, dan mengucapkan apa yang telah diajarkan. Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan proses dan hasil peningkatan kualitas kemampuan menulis naskah drama dalam mendeskripsikan perilaku manusia dengan menggunakan strategi sinektik pada siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) proses peningkatan kemampuan menulis naskah drama dalam mendeskripsikan perilaku manusia dengan strategi sinektik pada siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang dan (2) hasil peningkatan kemampuan menulis naskah drama dalam mendeskripsikan perilaku manusia dengan strategi sinektik pada siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) karena berdasarkan adanya permasalahan dalam perbelajaran, dan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi kelas dalam pembelajaran. Pemberian tindakan, yaitu strategi sinektik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Selain itu, setiap tahapan atau siklus dalam penelitian ini dilakukan secara kolaboratif bersama guru bahasa Indonesia di kelas tersebut. Mengacu pada model Kemmis dan McTaggart. Dalam satu siklus terdapat empat langkah yaitu (1) rencana, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sebelum memasuki siklus I biasanya dilakukan identifikasi masalah atau yang biasa disebut observasi pendahuluan untuk mengetahui kompetensi siswa tidak berkembang secara optimal. Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini yaitu data verbal dan nonverbal. Data verbal meliputi tuturan guru dan peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Data nonverbal berupa skor hasil evaluasi keterampilan menulis naskah drama pada peserta didik serta hasil fotofoto dokumentasi yang diambil pada saat penelitian berlangsung. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui lima tahap. Kelima tahap tersebut adalah persiapan, pengelompokkan data, analisis data, penyajian data, dan penyimpulan data. Tahap persiapan dilakukan dengan mengecek kelengkapan data. Tahap pengelompokkan data dilakukan dengan cara mengelompokkan antara data verbal dan nonverbal. Tahap analisis data dilakukan dengan menganalisis data verbal dan nonverbal. Data verbal dianalisis dengan cara mendeskripsikan kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Data hasil deskripsi tersebut selanjutnya dibedakan menjadi data yang dimasukkan dalam temuan penelitian (data penting) dan data yang tidak perlu dimasukkan dalam temuan penelitian (data tidak penting). Data nonverbal dianalisis dengan mengukur kemampuan menulis naskah drama peserta didik berdasarkan pedoman penilaian. Tahap penyajian data, data disajikan dengan langkah-langkah tertentu sehingga dapat memberikan gambaran yang mengarah pada pemerolehan jawaban atas rumusan masalah penelitian. Tahap penyimpulan data dilakukan dengan menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada setiap akhir tindakan. Frekuensi ≥ 76 menunjukkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan dalam penelitian ini. Evaluasi terhadap peningkatan kemampuan menulis naskah drama dapat dihitung dengan rumus berikut. Jumlah skor setiap aspek secara keseluruhan Skor maksimal setiap aspek secara keseluruhan HASIL x 100 Penilaian proses menitikberatkan pada perhatian, keaktifan, keseriusan, dan kreativitas peserta didik selama pembelajaran. Keempat aspek indikator proses tersebut diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu sangat, cukup, kurang, dan tidak pernah. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran masih terlihat kurang memuaskan. Pada aspek perhatian, siswa termasuk kualifikasi kurang karena terdapat 25 dari 37 siswa yang terlihat tidak pernah memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan pada aspek keaktifan, siswa termasuk kualifikasi kurang karena terdapat 31 dari 37 siswa yang terlihat tidak pernah menjawab pertanyaan. Sama halnya pada aspek keseriusan, siswa termasuk kualifikasi kurang karena terdapat 31 dari 37 yang terlihat tidak menunjukkan keseriusan dalam belajar. Di sisi lain pada aspek kreativitas, siswa termasuk kualifikasi kurang karena terdapat 31 dari 37 siswa yang menuangkan ide kreatif dalam melakukan analogi. Dalam siklus I diperoleh hasil cukup memuaskan. Berdasarkan hasil tindakan proses siklus 1 diketahui bahwa (1) pada aspek perhatian, terdapat 25 siswa yang terlihat sangat memperhatikan dan 12 siswa terlihat cukup memperhatikan arahan dari guru saat pemberian materi serta contoh, melakukan analogi langsung, dan analogi personal; (2) pada aspek keaktifan, terdapat 19 siswa yang terlihat sangat aktif, 11 siswa yang cukup aktif mengajukan dan menjawab pertanyaan, 5 siswa yang kurang aktif, dan 2 siswa yang tidak aktif selama pembelajaran; (3) pada aspek keseriusan, terdapat 8 siswa yang serius menganalisis tayangan video, 7 siswa yang cukup serius, 10 siswa yang kurang serius, dan 12 siswa yang tidak serius; (4) pada aspek kreatifitas, terdapat 10 siswa yang kreatif mengembangkan ide sebagai dasar menulis naskah drama, 6 siswa yang cukup kreatif, 15 siswa yang kurang kreatif, dan 6 siswa yang tidak kreatif mengembangkan ide. Sementara hasil siklus II diperoleh hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil tindakan proses siklus II diketahui bahwa (1) pada aspek perhatian, terdapat 31 siswa yang terlihat sangat memperhatikan dan 6 siswa terlihat cukup memperhatikan arahan dari guru saat pemberian materi serta contoh, melakukan analogi langsung, dan analogi personal; (2) pada aspek keaktifan, terdapat 25 siswa yang terlihat sangat aktif, 8 siswa yang cukup aktif mengajukan dan menjawab pertanyaan, 2 siswa yang kurang aktif, dan 2 siswa yang tidak aktif selama pembelajaran; (3) pada aspek keseriusan, terdapat 24 siswa yang serius menganalisis tayangan video, 9 siswa yang cukup serius, 2 siswa yang kurang serius, dan 2 siswa yang tidak serius; (4) pada aspek kreatifitas, terdapat 20 siswa yang kreatif mengembangkan ide sebagai dasar menulis naskah drama, 14 siswa yang cukup kreatif, dan 3 siswa yang kurang kreatif mengembangkan ide. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis naskah drama. Hasil analisis tulisan siswa pada saat studi pendahuluan untuk kompetensi dasar menulis naskah drama, diketahui bahwa hanya 6 siswa dari 37 siswa atau 16,22 % yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kemudian, terdapat 31 siswa dari 37 siswa atau 83,78% yang nilainya belum mencapai KKM. Adapun rata-rata nilai siswa dalam kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang adalah 49,98. Oleh karena itu, kemampuan menulis naskah drama dalam mendeskripsikan perilaku manusia perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dalam siklus I diperoleh hasil siswa yang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada siklus I ini terdapat 15siswa atau 40,54%. Sedangkan yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 22 siswa atau 59,46%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari 37 siswa, jumlah siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar kualifikasi baik dengan rentang skor 85—100 ada duabelas siswa atau 32,43%. Jumlah siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar kualifikasi cukup dengan rentang skor 76—84 ada tiga siswa atau 8,10%. Untuk kualifikasi kurang, siswa yang tidak berhasil mencapai ketuntasan belajar pada siklus I dengan rentang skor 50—76, ada delapanbelas siswa atau 48,65%, sedangkan kualifikasi tidak, siswa yang tidak berhasil mencapai ketuntasan belajar pada siklus I dengan rentang skor 0—49, ada empat siswa atau 10,81%. Sementara hasil siklus II diperoleh hasil siswa yang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada siklus II ini terdapat 34 siswa atau 91,89%. Sedangkan yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 3 siswa atau 8,10%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari 37 siswa, jumlah siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar kualifikasi baik dengan rentang skor 85— 100 ada 28 siswa atau 75,68%. Jumlah siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar kualifikasi cukup dengan rentang skor 76—84 ada enam siswa atau 16,22%. Untuk kualifikasi kurang, siswa yang tidak berhasil mencapai ketuntasan belajar pada siklus II dengan rentang skor 50—76, ada tiga siswa atau 8,10%, sedangkan kualifikasi tidak, tidak ada siswa yang tidak berhasil mencapai ketuntasan belajar pada siklus II dengan rentang skor 0—49. PEMBAHASAN Dalam sebuah pembelajaran, peserta didik dituntut untuk dapat memahami dan memraktikkan pengetahuan yang diperoleh. Peserta didik akan lebih mudah mengaplikasikan sebuah pemahaman yang mengangkat permasalahan di sekitar mereka. Meskipun hal tersebut berfokus pada kemampuan peserta didik, peran guru dalam pembelajaran juga menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan. Hal terpenting dalam memudahkan peserta didik mencapai tujuan, bagaimana guru dalam memilih konteks yang dapat merangsang konsentrasi peserta didik. Pernyataan tersebut juga ditegaskan oleh Nurhadi dan Senduk (2009:35) yang menerangkan bahwa konteks yang dipilih atau diciptakan oleh guru akan memiliki keterpaduan makna untuk setiap siswa dan dapat menyediakan informasi tambahan melalui perluasan pengetahuan dan keterampilan fundamental (mendasar). Dalam memilih suatu konteks yang sesuai terhadap pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap dari suatu silabus akan memungkinkan siswa membuat hubungan-hubungan antara kehidupan sehari-hari dengan pelajaran di kelas. Keahlian memilih konteks harus secara progresif menggerakkan siswa dari suatu konsentrasi pada lingkungan dekatnya dan mendorong siswa ke berbagai aspek yang berpengaruh terhadap masa depan siswa dan masyarakat lebih luas. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama Proses peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan strategi sinektik (Model Gordon Plus) dilakukan melalui tiga aspek yaitu, aspek mengidentifikasi struktur naskah drama dalam video, aspek menyusun analogi struktur naskah drama berdasarkan struktur naskah drama dalam video, dan menulis naskah drama berdasarkan struktur naskah drama. Proses peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan strategi sinektik pada aspek mengidentifikasi struktur naskah drama terdapat beberapa kegiatan, yaitu guru membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik, menyampaikan tujuan dan manfaat serta materi pembelajaran, guru mengarahkan perhatian siswa pada materi yang relevan, guru mengajak siswa untuk sejenak mengamati tayangan video pementasan, guru mengajak siswa untuk mengamati perilaku yang muncul pada tokoh dalam video, siswa diminta untuk menciptakan kejadian dengan imajinasi dan logika. Siswa diminta menuliskan hasil pengamatan setelah melihat tayangan (analogi langsung), dan siswa diminta untuk mengreasikan cerita ke dalam garis besar cerita. Guru membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik. Melalui kegiatan tersebut, peserta didik mampu menulis naskah drama dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan. Terciptanya suasana belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa tersebut akan menumbuhkan minat siswa terhadap kegiatan menulis naskah drama. Guru meminta siswa untuk sejenak mengamati video pementasan dengan santai. Ketika siswa merasa senang dan bersemangat, maka siswa dapat merespon pelajaran yang baru berdasarkan konsep yang relevan untuk menciptakan belajar yang bermakna. Pernyataan tersebut juga diperjelas oleh Ausubel (dalam Wilis, 1989:112) yang menegaskan bahwa proses pengaitan informasi baru pada konsepkonsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang dapat menciptakan suasana belajar bermakna. Guru mengajak siswa untuk mengamati perilaku yang terdapat dalam video yang mampu menunjang pembentukan watak peserta didik setelah mendapatkan variasi perilaku sebagai wujud pembelajaran sastra. Hal ini didukung oleh Rahmanto (1988:16) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran sastra dapat membantu dan membangun pendidikan secara utuh, yaitu selain dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman budaya, juga dapat mengembangkan cipta rasa, serta menunjang pembentukkan watak. Guru mengajak siswa untuk menciptakan kejadian yang logis setelah mengamati tayangan video dengan mendeskripsikan perilaku yang dijadikan sebagai ide awal menulis naskah drama. Proses peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan strategi sinektik pada aspek menyusun analogi struktur naskah drama berdasarkan struktur naskah drama dalam video meliputi kegiatan siswa mengembangkan ide awal menjadi garis besar cerita dengan mengembangkan ide-ide, gagasan, dan imajinasi yang kreatif berdasarkan sudut pandang siswa. Kegiatan menulis garis besar cerita dilakukan secara individu agar dapat mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Pada aspek menulis ini diharapkan siswa mampu mengoptimalkan seluruh ide, gagasan, dan imajinasi yang kreatif untuk mengembangkan cerita berdasarkan sudut pandang siswa. Dalam strategi pada penulisan ini mencakup proses kreatif dan emosional yang harus dipahami untuk memecahkan permasalahan dalam cerita. Pernyataan tersebut didukung oleh Waluyo (2007:195) yang menegaskan bahwa proses sinektik menunjukkan bahwa (1) pemunculan proses kreatif menuju kesadaran, (2) komponen emosional lebih penting daripada komponen intelektual, (3) elemen-elemen emosional dan irasional harus dipahami untuk meningkatkan kemungkinan sukses dalam bidang solving the problem. Pada aspek ini, hasil analogi dapat dikembangkan dengan adanya penambahan tokoh dan perkembangan karakter sesuai dengan ide cerita, mulai adanya pengembangan awal cerita sampai penyelesaian dari sebuah konflik. Pada siklus II, siswa telah mampu mengembangkan alur secara sederhana. Alur yang dikembangkan siswa secara garis besar terbagi menjadi lima bagian, yaitu pengenalan awal, penggawatan konflik, konflik memuncak/ klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Gustaf Freytag (dalam Waluyo, 2007:9—12) memberikan unsur-unsur plot ini lebih lengkap, yang meliputi pengenalan awal, penggawatan konflik, konflik memuncak/klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Jika dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II siswa lebih mampu mengembangkan alur secara lengkap sesuai tahapan alur, mengandung konflik, mendukung tokoh dan watak tokoh, dan mampu mendeskripsikan perilaku manusia. Peran guru pada aspek menulis naskah drama berdasarkan garis besar cerita dengan memperhatikan struktur naskah drama adalah sebagai fasilitator dalam membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pemahaman dan penjelasan kepada siswa untuk berpikir ke arah yang positif agar siswa yang belum memahami bagian tertentu dapat memperoleh pengetahuan baru. Pada aspek ini, peserta didik secara bebas menggunakan ide, gagasan, dan imajinasinya untuk mengembangkan cerita berdasarkan sudut pandang peserta didik. Proses peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan strategi sinektik pada aspek menulis ini disertai dengan kegiatan peserta didik untuk memperbaiki naskah drama dengan memberikan kritik membangun pada naskah yang dibacakan. Hal ini sesuai pendapat Semi (1984:23) bahwa kritik dapat dijadikan alat pemandu bakat penulis muda dan dapat mematangkan penulispenulis yang telah berkarya. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis naskah drama Berdasarkan hasil analisis tulisan siswa menunjukan bahwa kemampuan menulis naskah drama dengan strategi sinektik (Model Gordon Plus) pada siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 malang mengalami peningkatan. Peningkatan hasil kemampuan menulis naskah drama dengan strategi sinektik (Model Gordon Plus) pada studi pendahuluan (kondisi awal) sebesar 16,22% meningkat pada siklus I yaitu 40,54% dan pada siklus II meningkat menjadi 91,89%. Peningkatan kemampuan siswa pada siklus I meningkat setelah diberikan tindakan melalui tiga aspek, yaitu aspek mengidentifikasi struktur naskah drama, menyusun analogi struktur naskah drama berdasarkan struktur naskah drama dalam video, dan menulis naskah drama berdasarkan struktur naskah drama pada siklus I dan siklus II. Penggunaan ketiga aspek tersebut sangat efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dengan strategi sinektik (Model Gordon Plus) pada siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus I sebesar 24,32% dan peningkatan siklus I ke siklus II sebesar 51,35%. Oleh karena itu, penggunaan strategi sinektik telah meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang. PENUTUP Kesimpulan Penggunaan strategi sinektik dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil kemampuan menulis naskah drama dalam mendeskripsikan perilaku manusia pada siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang. Penggunaan strategi sinektik dapat meningkatkan kualitas proses yang meliputi (1) perhatian, (2) keaktifan, (3) keseriusan, dan (4) kreativitas. Penggunaan strategi sinektik dapat meningkatkan perhatian siswa terdiri atas (a) pada studi pendahuluan perhatian siswa termasuk kualifikasi kurang, (b) pada siklus 1 perhatian siswa termasuk kualifikasi cukup, dan (c) pada siklus 2 perhatian siswa termasuk kualifikasi baik. Adapun penggunaaan strategi sinektik dapat meningkatkan keaktifan, siswa terdiri atas (a) pada studi pendahuluan keaktifan siswa termasuk kualifikasi kurang, (b) keaktifan siswa pada siklus 1 termasuk kualifikasi baik, dan (c) keaktifan siswa pada siklus 2 termasuk kualifikasi baik dengan pencapaian yang optimal. Di sisi lain, penggunaaan strategi sinektik dapat meningkatkan keseriusan siswa terdiri atas (a) pada studi pendahuluan keseriusan siswa termasuk kualifikasi kurang, (b) keseriusan siswa pada siklus 1 termasuk kualifikasi baik, dan (c) keseriusan siswa pada siklus 2 termasuk kualifikasi baik dengan pencapaian yang optimal. Sama halnya dengan penggunaaan strategi sinektik dapat meningkatkan kreativitas siswa terdiri atas (a) pada studi pendahuluan kreativitas siswa termasuk kualifikasi kurang, (b) kreativitas siswa pada siklus 1 termasuk kualifikasi baik, dan (c) kreativitas siswa pada siklus 2 termasuk kualifikasi baik dengan pencapaian yang optimal. Peningkatan hasil kemampuan menulis naskah drama dengan strategi sinektik (Model Gordon Plus) pada studi pendahuluan (kondisi awal) sebesar 16,22% meningkat pada siklus I yaitu 40,54% dan pada siklus II meningkat menjadi 91,89%. Peningkatan kemampuan siswa pada studi pendahuluan (sebelum diberi tindakan) meningkat setelah diberikan tindakan setelah melalui tiga aspek, yaitu aspek mengidentifikasi struktur naskah drama, menyusun garis besar berdasarkan struktur naskah drama, dan menulis naskah drama berdasarkan garis besar cerita dengan memperhatikan struktur naskah drama pada siklus I dan siklus II. Penggunaan ketiga aspek tersebut sangat efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dengan strategi sinektik (Model Gordon Plus) pada siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 8 Malang. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus I sebesar 24,32% dan peningkatan siklus I ke siklus II sebesar 51,35%. Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan, peneliti memberikan saran kepada kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan di lingkungan sekolah disarankan untuk menerapkan penelitian tindakan kelas agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga guru dapat mengetahui kelemahan dan kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran, dan dapat dicari solusi penyelesaiannya. Peneliti menyarankan kepada guru pada umumnya, dan guru Bahasa Indonesia pada khususnya agar guru menciptakan sebuah skenario pembelajaran yang menyenangkan akan tetapi tetap menuntut keaktifan dan keberanian siswa. Tujuannya agar siswa berperan aktif dalam proses belajar pembelajaran dan siswa lebih terbiasa untuk tampil di depan umum. Peneliti juga menyarankan kepada peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian yang sejenis, diharapkan dapat menggunakan dan mengembangkan strategi sinektik sebagai dasar untuk melakukan penelitian lain dengan cara lebih kreatif atau mengembangkan keterampilan berbahasa yang lainnya. DAFTAR RUJUKAN Nurhadi dan Senduk. 2009. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Malang: Universitas Negeri Malang Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajar Sastra. Yogyakarta: Kanisius Semi, A. 1984. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa Waluyo J, H. 2007. Drama: Naskah, Pementasan, dan Pengajarannya. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press Wilis D, R. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga