Hasil Penelitian PERAN BIDAN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA OLEH WATIEF A. RANCHMAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2008 HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Penelitian 2. Ketua Penelitian a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Pangkat/ Golongan e. Jabatan Fungsional f. Fakultas/ Jurusan g. Bidang Keahlian h. Unit Penelitian 3. Alamat Ketua Peneliti a. Alamat : Peran bidan terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Likupang Kabupaten Minahasa Utara : : : : : : Drs. H. Watief A. Rachman, MS Laki-Laki 131 568 595 Pembina Tinggat 1 /1V /B Lektor Kepala Kesehatan Masyarakat/ Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku : Komunikasi Kesehatan : FKM Universitas Hasanuddin : Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar 90245 b. Telpon/ Fax : 0411 9354228 c. Alamat Rumah : Jl. Dg. Tata Komp Hartako Indah Blok II E /l d. d. Telpon/Fax/ Email : 085255862211 4. Lokasi Penelitian : Minahasa Utara 5. Lama Penelitian : 3 Bulan Makassar, 3 Agustus 2008 Mengetahui Sekretaris Jurusan PKIP FKM Unhas Muh. Arsyad Rahman, SKM, M.Kes Nip. 132 126 062 Ketua Penelitian Drs. H. Watief A. Rachman, MS Nip. 131 569 595 a.n Dekan FKM Unhas Pembantu Dekan I Dr. Ridwan M. Thaha, MS Nip. 131 568 593 KATA PENGANTAR Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan TaufikNya yang dilimpahkan kepada hamba-Nya sehingga penelitian ini bisa diselesaikan. Gagasan yang mendasar dalam penelitian ini tumbuh dari pengamatan penulis terhadap pemberian ASI ekslusif kepada bayi sampai 6 (enam) bulan yang ternyata dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat untuk tercapainya sumber daya manusia yang memadai. Untuk itu peran Bidan dalam pemberian ASI ekslusif sangat menentukan. Penulis bermaksud mendapatkan informasi dari faktor internal Bidan berdasarkan aspek kompetensi, kewajiban moral Bidan, maupun faktor eksternalnya. Berbagai kendala dan hambatan yang didapat penulis dalam penelitian ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Dan akhirnya saran-saran yang membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaannya dan memberi manfaat. Terima Kasih Makassar, Agustus 2008 Penulis ABSTRAK Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak dini, terutama pemberian ASI Eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai berusia 6 bulan. Dengan memberikan ASI Eksklusif maka dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat untuk tercapainya sumber daya manusia yang memadai. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi dari faktor internal bidan berdasarkan aspek kompetensi dan kewajiban moral bidan, dan mendapatkan informasi dari faktor eksternal bidan berdasarkan aspek kewenangan bidan, pelatihan dan reward atau penghargaan yang di terima berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Informan biasa adalah 9 orang bidan pada Puskesmas Likupang, sedangkan infirman kunci adalah 10 orang ibu menyusui bayi 6-11 bulan yang pertolongan persalinannya dilakukan oleh bidan. Hasil penelitian menunjukkan kompetensi yang bidan miliki tentang Asuhan Bayi Baru Lahir masih kurang karena pelatihan -pelatihan atau training yang diikuti bidan selama bekerja. Sangat kurang Kewenangan atau dasar hukum dari profesi bidan diatur pada Permenkes 572 tahun 1996 tentang Registarsi dan Praktek Bidan. Pemahaman dan pendalaman peraturan yang berhubungan dengan tugas profesionalisme akan memberi keyakinan kepada bidan dan menjaga mereka untuk selalu berada di jalur yang aman, sehingga tidak melanggar etika dan ketentuan hukum walaupun demikian semua informan bidan hanya tahu ada dasar hukum profensinya tapi tak mengetahui isinya secara lengkap. Merupakan kewajiban bidan untuk senantiasa mengutamakan pasien dalam menghadapi masalah dalam proses menyusui dan tidak memanfaatkan pasien sebagai objek untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri, karena hal ini merupakan penyimpangan etik. Bidan yang diberikan reward oleh perusahaan susu formula hanyalah 2 orang dari 9 orang bidan. Dalam penelitian ini disarankan untuk terus mempromosikan Asu Eksklusif, kepada departemen terkait untuk dapat menyelenggarakan pelatihan-pelatihan tentang Asuhan Bayi Baru Lahir, dan memberikan penghargaan kepada bayi-bayi yang lulus mendapatkan Asi Ekslusif sekaligus bidan penolong persalinannya. Pendapat lama yang mengatkan semua ibu pasti dapat menyusui bayinya tanpa kesulitan perlu ditinjau kembali; karena sudah terbukti bahwa kepandaian untuk menyusui tidak dibawah dari lahir, bukan juga suatu instink, tetapi suatu seni yang hams dipelajari. DAFTAR ISI HALAMANJUDUL......................................................................................... i LEMBAR PENGES AHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8 A. Tinjauan Umum Tentang Profesi Kebidanan ............................................. 8 B. Tinjauan Umum Tentang ASI Ekslusif ...................................................... 21 BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................... 31 A. Dasar Pemikiran ......................................................................................... 31 B. Kerangka Konsep ....................................................................................... 32 C. Definisi Konsep .......................................................................................... 32 BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 35 A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 35 B. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 35 C. Informan Penelitian .................................................................................... 35 D. Cara Pemilihan Informan ........................................................................... 35 E. Cara Pengumpulan Data ............................................................................. 36 F. Instrumen Penelitian................................................................................... 36 G. Pengolahan dan Penyajian Data ................................................................. 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 38 A. Karakteristik ............................................................................................... 38 B. Karakteristik Variabel yang Diteliti ........................................................... 38 C. Karakteristik variabel yang Diteliti ............................................................ 64 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 71 A. Kesimpulan ................................................................................................ 71 B. Saran ........................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan Pemberian Susu Ibu telah menjadi kesepakatan global sejak di recanangkannya sepuluh sasaran kesejahteraan anak sedunia pad World Summit Cionference for Children Tahun 1990 dan Deklarasi Innocenti tentang Promotion and Support of Breast Feeding pada tahun yang sama. Memberikan Asiterutama Eksklusif kepada bayi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak sebagai hak anak tetapi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan membina hubungan kasih sayang antara bayi dan ibunya. Dalam Konvensi Hak Anak, negara akan menjamin salah satunya, bahwa tidak seorangpun anak akan kehilangan haknya untuk memperoleh pelayanan perawatan dan pemulihan kesehatan. Negara akan mengupakan secara terus menurus untuk menguramngagi angka kematian bayi dan anak melalui berbagai upaya untuk menjamin perawatan kesehatan anak sebelum dan sesudah dilahirkan. Selain hal tersebut, salah satu upaya yang telah dilaksanakan secara terus menerus adalah pemberian informasi, pemberian pengetahuan dasar kesehatan dan gizi anak serta manfaat pemberian Air susu Ibu (ASI). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif, yaitu pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Dengan memberikan Asi Eksklusif maka dapat mengurangi pendarahan pada saat persalinan, menunda kesuburan dan meringankan beban ekonomi. (PP.ASI 2005). Penelitian WHO di 6 negara berkembang menemukan, jika seorang bayi berumur 19 bulan tidak diberikan ASI maka kematian akan meningkat 40 %. Kalau anak umur 2-3 bulan tidak diberikan ASI kematian akan meningkat 300 %, kalau bayi dibawah 2 bulan tidak diberikan ASI atau dicampur-campur maka kematian akan meningkat sebanyak 400 %. Penelitian lain membuktikan, anak yang tidak mendapatkan ASI atau anak susu formula 6-8 kali lebih sering menderita leukemia, kanker saraf (neuroblastoma), dan kanker getah bening Proses Inisiasi dini atau penyusunan dini dapat menekan kematian bayi hingga 22%. Bayi yang diberikan kesempatan inisiasi dini 59 % masih menyusui, yang tidak hanya 18 % saja. (Utami R,2007). Di Indonesia terutama di kota-kota besar terlihat tendensi penurunan ASI khususnya ASI Eksklusif yaitu dari 68% menjadi 42% yang dikuatirkan akan meluas. Penurunan pemberian ASI termasuk ASI eksklusif terjadi karena adanya kecenderungan dari masyarakat untuk melakukan dan meniru sesuatu yang dianggap modern padahal sudah menjadi tradisi dan budaya bahwa sejak anak manusia dilahirkan dia diberi ASI. Sungguh budaya yang sangat bagus. Nenek moyang kita, ternyata sudah dengan arif, bisa menengkap keagungan dan anugerah dari Tuhan untuknya. Sesuatu kemunduruan kiranya, kalau budaya nan bagus itu hilang saat ini (Muktamar Nining,2004). Berbagai kendala yang dihadapi dalam peningkatan Pemberian ASI terutama pemberian ASI eksklusif, antara lain: Perilaku menyusui yang kurang mendukung misalnya membuang kolostrum karena dianggap kotor. Pemberian makanan dan minuman sebelum ASI keluar: kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya: ibu yang bekerja: gencarnya promosi susu formula, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui massa media, bahkan dewasa ini secara langsung kepada ibu-ibu: juga tak kalah berpengaruh yaitu sikap petugas kesehatan yang kurang mendukung tercapainya keberhasilan Peningkatan Pemberian ASI (Strategi Nasional PP-ASI 202). Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Temalate Makassar, ternyata ada hubungan antara promosi susu formula dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 6-11 bulan. Hal ini berarti responden yang mendapatkan promosi susu formula presentase pemberian ASI Eksklusifnya sangat kecil karena susu formula yang didapat ibu saat melahirkan berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayinya, dengan memberikan susu formula kepada bayi saat ASI belum keluar bukan merupakan tindakan yang tepat karena tidak sesuai lagi dengan standar ASU eksklusif. Adanya pembagian susu formula yang dilakukan oleh petugas kesehatan/non kesehatan di tempat ibu melahirkan yang dibeli oleh responden akan mempengaruhi pemberian ASUI eksklusif pada bayi (Ridwan, 2006). Berdasarkan hasil penelitian Nurchilihsh (2005) bersama Program Appropriate Technology in Health (PATH) di daerah Cirebon, Kediri, Cianjur, Blitar tahun 2003 diketahui berbagai “kenakalan” produsen susu formula dan makanan pendamping bayi, diantaranya promosi dalam berbagai bentuk kepada sarana kesehatan serta tenaga kesehatan, baik dokter maupun bidan untuk turut serta memasarkan produk mereka. Rencana Stategis Departemen Kesehatan tahun 20005-2009 pada kontibusi para pelaku pembangunan kesehatan lainnya, diharapkan salah satu sassran keluaran pembangunan kesehatan yang dapat dicapai adalah Presentasi bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 80 %. Kabupaten Minahasa Utara tahun 2006 kelahiran bayi sebanyak 556 bayi, jumlah persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan yaitu sebanyak 72%, dan cakupan pemberian ASI Eksklusif sebanyak 40 %. Jumlah bidan yang ada di Dinas kesehatan kabupaten Minahasa Utara sebanyak 97 orang, dan tersebar pada 10 Puskesmas. Pada Puskesmas Likupang jumlah kelahiran 67 bayi, yang di tolong oleh tenaga kesehatan 84%, jumlah bidan 9 orang, dan cakupan ASI eksklusif 38%. (Sumber, Dinkes Kabupaten Minut). Dari gambaran tersebut doi atas dapat dikatakan bahwa pencapaian pemberian ASI Eksklusif masih rendah, hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan dan manfaat menyusui, adanya paham cosmetology dimana wanita takut menyusui karena akan mempengaruhi bentuk payudarahnya, dengan menyusui merasa ketinggalan jaman, ada gengsi dimana memberikan susu formula sebagai symbol kemewahan,kelihatan modern dan merasa terhormat, juga masih ada yang percaya tentang mitos-mitos yang merugikan kesehatan anak, pengaruh promosi susu formula, atau peran petugas kesehatan dalam hal ini bidan yang kurang mendukung pemberian ASI Ekslusif pada bayi. Peran petugas kesehatan juga sangat penting. Rata-rata perempuan di Indonesia melahirkan di rumah sakit atau bidan. Yang dipercaya nasehatnya untuk kesehatan anak. Jadi, petugas kesehatan (bidan) memegang peranan kunci dalam hal ini, khususnya untuk bisa ASI Eksklusif di rumah sakit/rumah bersalin. Kualitas bidan yang tidak sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya akan berdampak kurang baik terhadap orang yang di tolongnya (Lubis. 2000). Bidan sebagai profesi mempunyai tanggung jawab piokok pelayanan kesehatan ibu dan anak harus mampu menerapkan konsep ASI eksklusif agar bayi mendapat nutrisi yang adekuat untuk kembangnya. Dengan memahami konsep penerapan ASI eksklusif, bidan akan mampu memberi penyuluhan dan pemahaman terhadap ibu tenaga pentingnya ASI sehingga setiap ibu menyadari dan merasa bangga dan bahagia serta respek dalam menyusui bayinya. Bidan yang berperan dan bertanggung jawab dalam bidang kesehatan preventif dan promotif harus mampu menangani kasus yang masih dianggap fisiologis, kasus yang harus dikolaborasikan, kasus yang memerlukan tindakan darurat, dan melakukan rujukan dengan proses yang tepat (Purwanti, 2004). Dari kesenjangan antara harapan peningkatan pemberian ASI Eksklusif dan kenyataan tentang peran bidan yang belum maksimal maka perlu dicarikan jalan keluar agar pembangunan generasi yang sehat, cerdas dan taqwa mampu memberi warna bagi negeri tercinta dan mampu menjadikan tunas-tunas bangsa yang siap dan mampu memimpin bangsa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada hal-hal yang telah dikemukakan di atas berkaitan dengan peran bidan terhadap pemberian ASI Eksklusif i Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulut, maka rumusan masalah penelitian yang dibahas adalah “Bagaimana peran bidan terhadap pemberian ASI Eksklusif pada persalinanpersalinan yang ditolongnya baik di rumah maupun di Puskesmas pada tahun 2007”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendapatkan informasi tentang peran bidan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi yang ditolong saat kelahirannya di Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendapatkan informasi dari faktor internal berdasarkan informasi dari faktor internal berdasarkan aspek kompetensi bidan. b. Untuk mendapatkan aspek kewajiban moral. c. Untuk mendapatkan informasi dari faktor eksternal berdasarkan aspek kewenangan bidan. d. Untuk mendapatkan informasi dari faktor eksternal berdasarkan aspek pelatihan. e. Untuk mendapatkan informasi dari faktor eksternal berdasarkan aspek reward. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Menjadi salah satu informasi penting bagi instansi kesehatan Kabupaten Minahasa Utara. 2. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi bagi para ilmuwan, serta memperkaya kepustakaan Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 3. Manfaat bagi peneliti Merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga dalam melakukan penelitian tentang pelayanan pasca persalinan lebih, khusus tentang peran bidan terhadap pemberian Asi Eksklusif. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Profesi Kebidanan 1. Pengertian dan Konsep Kebidanan Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional dan internasional dengan sejumlah praktisi diseluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwifes (ICM) tahun 1972 dan International Federation of Gynaecologist and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya, pada tahun 1990 pada pertemuan Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan defenisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO dan WHO. Secara lengkap pengertian bidan adalah ; A midwife is a person who, having been regulary admitted to a midwifery educational program fully recognized in the country in which it islocated, has succesfully completed the prescribed course of studies in midwifery and has acquired the requiste qualification to be registered and or legally licensed to practice midwifery. She must be able to give the necessary supervision, care and advice to women during pregnancy, labor, and postpartum, to conduct deliveries on her own responsibility and to care for the newborn and the infant. This care includes preventive measures, the detection of abnormal condition in mother and child. The procurement of medical assistance, and the execution of emergency measures in the absence of medical help. She has important task in counseling and education, not only for patients, but also within the family and community. Their work shouldinvolve antenatal education and preparation forparenthood and extends to certain areas of gynecology family planning and child care. Shemay practicein hospitals, clinic, health units, domiciliary conditions or any other service. (Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. .Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya). Demikian luasnya dan dalamnya profesi bidan, maka dapat dikatan bahwa bidan indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku. Jika melakukan praktek, yang bersangkutan harus mempunyai kualiflkasi agar mendapat lisensi untuk praktek(lBI,2001). 2. Paradigma kebidanan Paradigma kebidanan adalah cara suatu pandang dalam memberikan pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan dalam kaitan antara manusia/wanita, hubungan lingkungan, dan pelayanan timbal balik. kebidanan dan keturunan. Uraian paradigma kebidanan tersebut adalah sebagian berikut; a. Wanita Wanita/manusia adalah makluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembanganya. Wanita\ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan\kondisi dari Wanita\ibu dalam keluarga. Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor dari peningkatan kesejahteraan keluarga. b. Lingkungan Lingkungan merupakan semua yang ada di sekitar kita dan terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikosocial, lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Lingkungan psikosocial meliputi keluarga, kelompok, komuniti dan masyarakat. Masyarakat merupakan kelompok yang paling penting dan kompleks yang telah dibentuk manusia sebagai lingkungan sosial. Masyarakat adalah lingkungan pergaulan hidup manusia yang terdiri dari individu c. Perilaku Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Prilaku manusia bersifat holistic (menyeluruh). Adapun prilaku professional dari bidan mencakup: 1) Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek legal. 2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya. 3) Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan ketrampilan mutakhir secara berkala. 4) Menggunakan cara pemcegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi. 5) Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan 6) Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak. 7) Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar dapat menentukan pilihan yang telah di informasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri. 8) Menggunakan keterampilan komunikasi 9) Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan keluarga 10) Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Perilaku ibu selama kehamilan akan mempengaruhi kehamilannya perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi kesejahteraan ibu dan janin yang dilahirkan, demikian pula perilaku ibu pada masa nifas akan mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya. Dengan demikian perilaku ibu dapat mempengaruhi kesejahteraan dirinya dan janinnya. d. Pelayanan Kebidanan d. Pelayanan kebidanan merupakan bagian intregal dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang di berikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat, yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi : 1. layanan kebidanan primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab bidan. 2. Layanan kebidanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. 3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/fasilitas kesehatan lainnya secara horizontal maupun vertical atau profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya. e. Keturunan Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut penyiapan wanita sebelum perkawinan, sebelum kehamilan (pra konsepsi), masa kehamilan, masa kelahiran dan masa nifas. Walaupun kehamilan, kelahiran dan nifas adalah proses fisiologis namun bila tidak ditangani dengan akurat dan benar, keadaan fisiologis akan menjadi patologis. Hal ini akan berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya. Oleh karena itu, layanan pra perkawinan, pra kehamilan, kehamilan, kelahiran dan nifas adalah sangat penting dan mempunyai keterikatan satu sama lain yang tak dapat dipisahkan dan semua ini adalah tugas utama bidan. 3. Kompetensi Bidan di Indonesia a. Kompetensi ke 1 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuaan dan keterampilan dari ilmuilmu social, kesehatan masyarakat, dan etik yang membentuk dasar asuhan bermutu tinggi sesuai dengan budaya , baik bagi ibu, bayi baru lahir, maupun keluarganya. b. Kompetensi ke 2 Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi pendidikan kesehatan yang dianggap terhadap budaya, dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua. c. Kompentensi Ke 3 Bidan memberiasuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan. d. Kompetensi Ke 4 Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap budaya setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat daruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. e. Kompetensi Ke 5 f. Bidan memberi asuhan kepada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. g. Kompentensi Ke 6 Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. h. Kompentensi Ke 7 Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif kepada bayi dan balita sehat sampai usia 1 bulan 5 tahun. i. Kompentensi Ke 8 Bidan memberi asuhan bermutu tinggi dan komprehensif kepada keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. j. Kompentensi Ke 9 Melaksanakan asuhan kebidanan kepada wanita atau ibu yang mengalami gangguan system reproduksi (IBI 2001). 4. Bidan Sebagai Praktisi Bidan memiliki peran sebagai praktisi atau pelaksana atau pemberi layanan. Dewasa ini, bidan sudah mulai menyadari istilah “duty of care”(kewajiban dalam memberikan perawatan), sehingga semakin banyak bidan yang mulai mempelajari masalah hukum, selain masalah pelayanan kebidanan. Sayangnya, keinginan profesi bidan untuk mempelajari masalah hukum lebih di dorong oeh rasa takut mendapatkan tuntunan hukum dari kliennya. Hanya sedikit bidan yang terdorong mempelajari hukum dengan alasan ingin lebih memahami aspek etik dalam layanan kebidanan yang sering kali terlewatkan dalam praktek kebidanan sehari-hari. Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi atau pemberi layanan, selain berpegangan pada kode etik dan standar profesi, ada beberapa hal yang dapat menjadi pegangan bidan antara lain : a. Hati nurani Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman. Hati nurani paling mengetahui kapan perbuatan individu melanggar etika atau sesuai etika. Hati nuranu individu di bangun melalui berbagai aspek asuhan atau didikan,sosialisasi, atau pengalaman. Tidak ada standar baku untuk menilai hati nurani. b. Teori etika Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit , bidan dapat berpegangan pada teori etika. Sekalipun teori ini sudah tua , namun masih relevan karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat ini. (Soepardan, 2008) 5. Kewajiban moral Kata “moral” berasal dari bahasa latin yaitu “mos” (jamak: mores) yang berarti kebiasaan , adat. “moral” mempunyai etimologi yang sama dengan “etik” , karena keduanya mengandung arti adat kebiasaan, meskipun bahasa asalnya berbeda, “etik” berasal dari bahasa yunani, sedangkan “moral” berasal dari bahasa latin. Moral membahas mengenai apa yang dinilai “seharusnya” di masyarakat. Istilah masyarakat di pakai untuk menunjukkan aturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia. Banyak kasus yang timbul dalam masyarakat dapat menimbulkan permasalahan bagi tenaga medis. Permasalahan ini mengakibatkan dilema dalam tindakan profesi, karena apabila seorang tenaga medis melakukan tindakan yang tidak di setujui oleh pasien (Klien) ataupun di luar wewenagnya, hal ini akan mempengaruhi moral dirinya sebagai tenaga medis. Konflik moral adalah suatu proses ketika kedua belah pihak atau lebih berusaha memaksakan tujuannya dengan cara mengusahakan untuk menggagalkan tujuan yang ingin di capai pihak lain. Konflik moral merupakan suatu hal yang sulit di hindari, khususnya dalam dunia kesehatan. Konflik moral terjadi karena kesenjangan antara prinsip moral yang di anut dengan situasi kenyataan yang di hadapi. Dilema moral akan selalu ada dalam kehidupan manusia, termasuk di dunia kesehatan atau bahkan dalam profesi kebidanan karena manusia menjadi objek dalam asuhan kebidanan tersebut. Manusia memiliki latar belakang budaya, agama, pendidikan, dan ekonomi yang berbeda, sehingga masalah yang muncul dan yang harus di hadapi sangat kompleks. Dengan kata lain manusia mempunyai kemampuan untuk menerima dan memecahkan satu masalah yang dihadapinya. Dilema tidak hanya di ciptakan oleh beberapa kemungkinan yang di hasilkan oleh tindakan, tetapi juga dari hipotesis dari kenyatan yang tidak di duga. Menurut Beauchamp dan Childress (1994) ada dua bentuk dilema moral, yaitu : a. Bila alternatif tindakan sama kuat. Terdapat alasan yang sama kuat untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan (contoh, kasus si Ibu yang menolak episiotomi). Pada kasus tersebut, jika bidan mengikuti keinginan si Ibu. Akan tetapi, jika bidan tetap melakukan episiotomi, berarti bidan telah menyelamatkan si bayi. Kedua alasan yang ada sama kuat. b. Bila alternatif tindakan tidak sama kuat. Satu tindakan dianggap “benar” sedangkan tindakan lainnya dianggap “salah” (contoh, seorang ibu mengalami kesulitan dalam menyusui maka bidan tanpa konseling lebih dulu langsung menawarkan susu formula untuk di berikan pada bayi ibu). Pada kasus tersebut, jika bidan menyadari tentang peran dan tanggung jawabnya maka dia akan menganjurkan untuk dapat membeikan ASI Ekslusif, tapi karena bidan lebih mengutamakan kebutuhan financialnya dengan menjadi partner bisnis perusahaan susu formula maka perannya sebagai Pemberi Layanan Asuhan Neonatal diabaikan. 6. Kewenangan Bidan Wewenang merupakan alat atau dasar hukum untuk bertindak, sedangkan delegasi wewenang merupakan kunci dinamika organisasi. Wewenang adalah kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang untuk bertindak dan memerintah orang lain. Tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan, janganlah mengerjakan pekerjaan tersebut, karena tidak mempunyai dasar hukum untuk melakukannya. Dalam hal ini kewenangan bidan diatur dalam Permenkes RI No 572/Menkes/VI/1996 tentang Registrasi dan Praktek Bidan. (Hasibuan P.S Malayu 2006) 7. Pelatihan Bidan Pelatihan atau training adalah salah satu bentuk proses pendidikan. Dengan melalui training sasaran belajar atau sasaran pendidikan akan memperoleh pengalaman belajar yang akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku mereka. Tujuan pokok daripada setiap training adalah untuk merubah kemampuan penampilan seseorang didalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan kebijaksanaan umum daripada suatu pelatihan adalah agar pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan efektif, serta menyiapkan mereka untuk mengembangkan selanjutnya. Dari kebijaksanaan ini dapat di tarik kesimpulan bahwa training itu di perlukan oleh setiap pegawai tidak terbatas pada umur, jabatan, pangkat dan sebagainya. Prinsip ini adalah sama dengan prinsip pendidikan yaitu pendidikan seumur hidup (long life education).(Notoatmodjo.S. 1989) 8. Reward Siegel dan Lane mengutip kesimpulan yang di berikan oleh beberapa ahli yang meninjau kembali hasil-hasil penelitian tentang pentingnya gaji sebagai penentu dari kepuasan kerja, yaitu bahwa para sarjana psikologi telah secara tradisional dan salah meminimasi pentingnya uang sebagai penentu kepuasan kerja. Uang mempunyai arti yang berbeda-beda bagi orang yang berbedabeda. Disamping memenuhi kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah (makanan, perumahan), uang dapat merupakan simbol dari capaian (achiement), keberhasilan dan pengakuan/penghargaan. Lagi pula uang mempunyai kegunaan sekunder. Jumlah gaji yang diperoleh dapat secara nyata mewakili kebebasan untuk melakukan apa yang ingin di lakukan (misalnya berilbur keliling dunia dan sebagainya). (Munandar S. Ashar 2001). a. Gaji adalah balas jasa yang di bayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Maksudnya, gaji akan tetap dibayarkan walaupun pekerja tersebut tidak masuk kerja. b. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya. c. Konpensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atau jasa yang di berikan kepada perusahaan. Program konpensasi bertujuan untuk kepentingan perusahaan, karyawan, dan pemerintah/masyarakat. Supaya tujuan tercapai dan memberikan kepuasan bagi semua pihak hendaknya program konpensasi di tetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar, undang-undang pemburuhan, serta memperhatikan internal dan eksternal konsistensi (Hasibuan P.S Malayu 2006). B. Tinjauan Umum Tentang ASI Ekslusif 1. Pengertian ASI Ekslusif ASI Ekslusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak di beri makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. 2. Kebaikan Air Susu Ibu Cow's milk is best for calves, mother's milk is best for babies. Bahwa ASI merupakan susu terbaik untuk bayi kita, tidaklah perlu disangsikan lagi. Disamping zat-zat yang terkandung didalamnya, pemberian ASI juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu : a. Steril, aman dari pencemaran kuman b. Selalu tersedia dengan suhu yang optimal c. Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi d. Mengandung anti bodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus e. Bahaya alergi tidak ada Selain kebaikan ASI sendiri, menyusui juga mempunyai keuntungan lain yaitu: a. Dengan menyusui terjalin hubungan yang lebih erat antara bayi dan ibunya karena secara alami dengan adanya kontak kulit, bayi merasa aman. Hal ini penting bagi perkembangan psikis dan emosi dari bayi. b. Dengan menyusui uterus berkontraksi sehingga pengembalian uterus ke keadaan fisiologis(sebelum kehamilan) lebih cepat. c. Pendarahan setelah melahirkan tipe lambat berkurang d. Dengan menyusui akan mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara pada masa mendatang e. Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan (membantu keluarga berencana). 3. Management Laktasi (keseluruhan dari proses menyusui) a. Persiapan dan teknik menyusui b. Persiapan psikologis c. Pemeriksaan payudara d. Pemeriksaan putting susu e. Teknik dan posisi menyusui f. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar g. Lama dan frekuensi menyusui h. dan cara penyimpanan ASI 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI antara lain : a. Perubahan social budaya a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan social lainnya b) Meniru teman, tetangga atau orang tertemuka yang memberikan susu botol (gengsksimbol kemewahan ) c) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya b. Faktor Psikologis a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita karena perubahan pada payudara (cosmetology) b) Tekanan batin, kecemaan dan ketidak tenangan c. Faktor fisik ibu a) Ibu dengan penyakit, Hiv/Aids, Hepatitis B dll b) Keadaan anatomi payudara ibu yang tidak baik (puting susu datar) d. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberiaan ASI. e. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI f. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng 5. Mengapa banyak Ibu tidak menyusui secara Ekslusif ? Alasan untuk ibu tidak menyusui terutama yang secara ekslusif sangat bervariasi. Namun yang paling sering di kemukakan sebagai berikut: a. ASI tidak cukup Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASInya. Harus diakui bahwa Tuhan telah menciptakan tubuh manusia yang cerdas. Tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. Seorang ibu yang mempunyai bayi kembar, baik kembar dua atau tiga sekalipun dapat menyusui kedua atau ketiga bayinya. b. Ibu bekerja dengan cuti hamil tiga bulan Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI ekslusif karena waktu ibu bekerja, bayi dapat di beri ASI perah yang di perah sehari sebelumnya. c. Takut ditinggal suami Dari sebuah survey yang di lakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), di peroleh data bahwa alasan pertama berhenti memberikan ASI kepada anaknya adalah “takut di tinggal suami”. Ini semua karena mitos yang salah, yaitu 'menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek'. Sebenarnya mengubah bentuk payudara adalah kehamilan bukan menyusui!. d. Tidak di beri ASI tetap jadi “orang” Dengan di beri susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan mungkin berhasil “jadi orang”. Namun, kalau bayi ini di beri ASI Ekslusif akan lebih berhasil. Bukan tanpa alasan kalau para ahli menamakan ASI sebagai “darah putih”. Air susu ibu bukan sekedar makanan, ASI merupakan cairan hidup yang lebih menyerupai darah. Cairan yang mengandung sel darah putih, zat kekebalan, hormone, eaktor pertumbuhan, vitamin, air, protein, bahkan zat yang dapat membunuh bakteri dan virus. Bayi yang di beri ASI Ekslusif akan lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya. e. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering didekap, dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu di perhatikan oleh orang tua. f. Susu formula lebih praktis Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap dipakai dengan suhu yang tetap setiap saat serta tidak memerlukan api, listrik, dan perlengkapan yang harus steril jauh lebih praktis daripada susu formula. g. Takut badan tetap gemuk Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui akan membantu ibu-ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui secara ekslusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan di pergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini. 6. Hak-hak Asasi Bayi Baru Lahir Poin penting dari deklarasi tenteng hak asasi bayi yang baru lahir menurut Declaration of Barcelona on the Right of Mother and Newborn adalah sebagai berikut: a. Deklarasi Universal tentang hak asasi manusia yang mengacu pada semua tingkat kehidupan. b. Martabat bayi yang baru lahir sebagai manusia apakah ia laki-laki atau perempuan adalah sangat berharga. c. Setiap bayi yang baru lahir berhak untuk hidup. d. Setiap bayi baru lahir berhak atas kehidupannya tanpa resiko yang berkaitan dengan alasan budaya, politik, dan agama. e. Setiap bayi baru lahir berhak berhak mendapatkan identitas diri dan kewarganegaraan yang benar. f. Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan sanitasi, kasih sayang, dan perawatan social agar mengalami perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan social secara optimal dalam kehidupannya kelak. g. Setiap bayi baru lahir berhak atas gizi baik yang terjamin pertumbuhannya. h. Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan perawatan medis yang benar. i. Seorang wanita hamil dengan janin anomaly yang tidak dapat mempertahankan kehidupannya berhak meneruskan kehamilannya atau memilih terminasi kehamilan sesuai hukum yang sah di setiap negara, jika mereka menginginkan. j. Setiap bayi baru kahir berhak mendapatkan keuntungan dari upaya percobaan setiap negara, menyangkut perlindungan social dan pelayanan bidang kesehatan. k. Bayi yang baru lahir tidak boleh di pisahkan dari orang tuanya. l. Dalam kasus adopsi, setiap bayi berhak diadopsidengan jaminan maksimum. m. Semua bayi baru lahir dan wanita hamil berhak mendapatkan perlindungan di negara yang sedang mengalami konflik peperangan. 7. Landasan hukum ASI Ekslusif Pemberian Air susu Ibu (ASI) secara Ekslusif pada bayi di Indonesia berlandaskan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004. 8. Kebutuhan Nutrisi selama menyusu persalinan. Apabila kedua masa ini di lalui dengan sehat berarti masa laktasi tidak terlalu berat untuk memenuhinya. Pertumbuhan pada tiap tahap perkembangan akan saling mempengaruhi. Seorang ibu hamil dalam kondisi sehat, artinya berat badan dan hemoglobin tidak menunjukkan anemia atau kurang gizi dan bebas dari penyakit maka mekanisme tubuh akan mengatur secara otomatis apa yang menjadi kebutuhan tubuh. Maka kehamilan 18-24 minggu merupakan masa yang sangat kritis untuk perkembangan serabut saraf otak sehingga ibu hamil pada masa ini akan mengalami kurang gizi terutama unsur protein. Sangat penting bidan memberi pemahaman dan bimbingan agar ibu hamil mau dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi untuk masa depan anaknya. Dari hasil kajian ini menunjukkan bahwa nutrisi yang baik untuk ibu hamil , bersalin dan menyusui sangat di perlukan. Kebutuhan protein pada wanita menyusui pada 6 bulan pertama memerlukan tambahan 60g/hari, pada 6 bulan kedua 12g/hari, lemak diperlukan 25%-40%, karbohidrat 55%-75%, cairan minimal 10 gelas perhari dan vitamin. Berdasarkan kenyataan yang ada, kelompok masyarakat dengan keadaan ekonomi yang kurang tetap dapat menyusui dengan baik dan bayi akan tumbuh dan berkembang walau hanya mendapat ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini dapat terjadi di sebabkan kebutuhan protein dalam ASI di ambil dari tubuh ibu sendiri dari berbagai cadangan zat gizi untuk pemenuhan pembentukan ASI (terutama cadangan lemak ibu) kurang karbohidrat, sedikit berpengaruh pada kadar laktosa ASI, hanya volume ASI akan berkurang bila ibu diet rendah kalori sehingga selama menyusui tidak di benarkan menurunkan berat badan. Vitamin sangat di pengaruhi oleh diet ibu sehingga perlu bagi ibu hamil atau menyusui untuk mengkonsunsi buah dan sayur setiap hari. Kekurangan mineral akan memberi dampak kecil pada mineral ASI. Kesimpulan, kebutuhan utrisi selama hamil dan menyusui harus di berikan secara adekuat. kekurangan dalam waktu sesaat tidak terlalu berpengaruh pada kualitas ASI karena masih dapat dipenuhi oleh cadangan lemak dari tubuh ibu, tetapi kekurangan dalam waktu lama dan cadangan tubuh ibu habis akan memberikan dampak pada ibu maupun pada ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan bayi. BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang AST . bahkan ibu yang butu huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, teori ini perlu ditinjau kembali karena sudah terbukti bahwa kepandaian untuk menyusui tidak dibawah dari lahir, bukan juga suatu insitink, tapi suatu seni yang hams dipelajari. Berhasil atau tindaknya penyusunan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, sangat tergantung pada petugas kesehatan dalam hal ini adalah bidan dimana segala nasehat yang akan di sampaikan dipercaya oleh para ibu. Keberhasilan dari penyusuan dini atau proses inisiasi dini adalah awal dari suatu keberhasilan pemberi ASI ekskulusif. Masalah-masalah yang terjadi pada proses menyusui bukanlah alasan yang tepat untuk mencari jalan pintas atau bidan memberi solusi untuk mengantikan ASI dengan susu formula. Presentasi dari masalah yang ditemuipun re;latif kecil. Berapa-berapa dekade terakhir ini susu formula telah mendominasi rumahrumah sakit, klinik-klinik persalinan bahkan puskesmas. Hal ini telah mepengaruhi sikap dan pengetahuan para petugas kesehatan (Dokter, perawat, bidan). Untuk itu perlu kiranya kiranya revisi pendidikan kedokteran atau pendidikan kebidanan serta tambahan riteratur tertutama mengania ASI dan masalahnya, atau pun diadakan pelatihan-pelatihan untuk para bidan untuk lebi meperiorotaskan pemberian ASI pada bayi terutama pemberian ASI eskulusif. B. Kerangka Konsep Untuk lebih jelasnya uraian dasar pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Faktor Internal: • Kompetensi bidan • Kewajiban moral PERAN BIDAN Pemberian Asi Eksklusif Faktor Eksternal: • Kewenangan bidan • Pelatihan bidan • Reward C. Definisi konsep Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap konsep-konsep yang di gunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu batasan pengertian sebagai berikut: 1. Peran Bidan Yang di maksud peran bidan yaitu apa yang dilakukan bidan dalam pemberian asuhan neonatal khususnya pada pemberian ASI Ekslusif peran yang dilakukan berdasarkan kapasitas yang bidan yang dimiliki, dimana kapasitas itu dipengaruhi oleh : a. Faktor Internal atau faktor-faktor yang memang harus ada didalam setiap pribadi bidan. Dalam faktor Internal di dalamnya : 1. Kompetensi Bidan Yang dimaksud kompetensi bidan yaitu pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus miliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan dalam hal ini pemberian asuhan pasca persalinan dan asuhan neonatal 2. Kewajiban moral Suatu hal yang harus di lakukan dengan mempertimbangkan baik buruknya segala pelayanan yang kita berikan dalam hal ini pelayanan kebidanan berdasarkan hati nurani dan kode etik yang ada. b. Faktor Eksternal atau faktor-faktor yang mempengaruhi peran bidan yang datang dari luar. Termasuk didalamnya : 3. Kewenangan bidan Yang dimaksud kewenangan bidan yaitu alat atau dasar hukum untuk bertindak dalam hal ini tindakan yang di lakukan yaitu tindakan kebidanan. 4. Pelatihan bidan Yang di maksud dengan pelatihan bidan yaitu suatu bentuk proses pendidikan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini topik pelatihan yaitu tantang pentingnya pemberian ASI Ekslusif 5. Reward Yang di Maksud dengan reward yaitu penghasilan tambahan bidan dalam menjalankan praktek kebidanannya berupah upah yang di berikan perusahaan susu formula yang merupakan balas jasa karena telah berpartisipasi dalam mempromosikan dagangnya. 2. Pemberian ASI Ekslusif Yang di maksud pemberian ASI Ekslusif yaitu pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan lainnya pada bayi berumur 0-6 bulan. BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuyantitatif untuk memperoleh informasi yang luas dan mendalam mengenai masalah yang jadi fikus penelitian dalam hal ini bagai mana peran bidan dalam pemberian ASI Eksklusif. B. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dipuskesmas Likupang kabupaten minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara C. Informan Penelitian 1. Ibu menyususi 2. Bidan puskesmas likupang D. Cara pemilihan informan Penentuan sumber data dalam penelitian ini yaitu tehnik pengumpulan data dalam memili informan yang dianggap layak dalam pemberian data yang dibutukan dalam penelitian ini. Informan tersebut adalah: 1. Bidan puskesmas Likupang Minahasa Utara 2. Ibu mempunyai bayi berumur 6-11 bulan yang persalinanya ditolong oleh bidan puskesmas likupang baik primipara maupun multipara. Ibu menyusui yang melakukan kunjungan pemeriksaan di puskesmas likupang. 3. bersedia dan mau memberikan informasi. E. Cara pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara: a. Obserfasi, yaitu pengumpulan data dengan mengamati objek penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutukan. b. Pengumpulan data dilakukan penelitian dengan wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam merupakan suatu teknik pengumpulan data kulitatif dengan cara mengajukan pertanyaan guna mengali informasi terhadap topik penelitian secara mendalam dan dilakukan pencatatan dari hasil wawancara. c. Tinjauan pustaka, diperoleh dengan mencari data melalui lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu dengan membaca surat kabar, majalah, bahan kuliah, laporan dan situs internet yang memiliki revansi kuat dengan masalah yang ditelitih. F. Instrumen penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dimana dalam melaksanakan penelitian, peneliti melengkapi dengan: a. Pedoman wawancara b. Alat perekam untuk proses wawancara mendalam antara peneliti informan. c. Catatan harian atau catatan lapangan yang berfungsi mencatat fakta lapangan G. Pengolahan Dan Penyajian Data Mengumpulkan hasil wawacara yang diolah sesuai variable yang diteliti serta dianlisa isinya dan disajikan dalam bentuk naskah. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK Untuk mendapatkan informasi mengenai peran bidan terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Likupang kabupaten Minahasa utara, maka peneliti mewawancara 19 orang informan, yang terdiri dari 9 orang informan biasa yaitu bidan, dan 10 orang informan kunci yaitu ibu menyusui. Teknik informan melalui wawancara mendalam pengambilan (indepth interview), dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Karakteristik informan dalam penelitian ini dapat di gambarakan sebagai berikut: 1. Informan biasa yaitu 9 orang bidan yang bekerja di Puskesams Likupang dengan lama tugas dari 2 tahun sampai 2 tahun sampai 17 tahun, dengan pendidikan akhir D III kebidan 4 orang dan PPB 5 orang dengan umur bidan 25 tahun sampai 37 tahun. 2. Informan kunci yaitu ibui menyusui bayi berumur 6-11 bulan, primipara maupun multipara dengan pendidikan ibu dari tingkat SMP sampai SI, dengan umur ibu dari 19 tahun sampai 32 tahun. Persalinan di tolong oleh bidan. B. KARAKTERISTIK VARIABEL YANG DITELITI (BIDAN) 1. Tentang Kompentensi Bidan Pengetahuan bidan tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir Dalam melaksanakan prakteknya, bidan harus memiliki kompetensi yang berupa pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab. Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan praktenya. Perawatan bayi baru lahir dilakukan segera saat bayi baru lahir. Sebagaian bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi yang baru lahir yaitu segera setelah melahirkan badamn bayi sambil secara cepat menilai pernapasanya, letakkan bayi dengan handuk atau kain bersi diatas perut ibu, kemudian dengan kain bersi dan kering atau kasa lap dara atau lendir dari wajah bayi mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi. Dari informasi yang didapat ketahuilah bahwa pengetahuan informan tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir berfariasi antara satu dengan yang lainya tapi intinya sama. Seperti dalam petikan wawancara berikut ini: '.........Bayi pertama-tama dibersikan wajahnya ,kalu banyak slem berarti musti kasebersi, tali pusat langsung dipotong kong rawat pake alkohol deng betadin, bungkus deng gaas steril,... pokoknya rawat tali pusar. abis itu timbang berat badan deng panjang badanjang liupa periksa keseluruhan keadaan bayi :kase pake baju.ato bungkus jo kong kasepa ibu for kase toto.... “ (wawancara FW31tahun ,25juni 2008). “........Berartiperawatan bayi baru lahir kang.?...biasa torangjab eking,....bayi taro diatas puru ibu,...Ha keadaan ibu, pasang klateter, test plasenta, kalu so lepas bantu kase lepas, periksa jalan lahir jang ada robek, kalu ada langsung manjae, kalunda kase bersi jo ibu kong bayi semantara tunggu plasenta lepas langsung kase baju ato nbungkus dulu deng kaeng bersi baru kase pa ibu mar kase bersi dulu ibu pe toto. (wawancara, ITW 37 tahun, 23 juni 2008) Pengetahuan informan tentang Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada umunya sudah hak karena informan melaksanakan perawtan bayi baru lahir pada jam pertama dengan setelah kelahiran bayi tersebut. Hal ini sesuai teorei Prawirohardjo. S (dalam buku panduan praktis pelyanan kesehatan meternal danneonatal, 2002) yang mendefinisikan bahwa Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Asuhan segera bayi baru lahir berupa: - Klem dan potong tali pusat - Jagalah agar bayi tetap hangat - Kontak dini dengan ibu - Pernapasan - Perawatan Mata - Berikan Vitamin K - Identifikasi Bayi - Perawatan Iain-lain, (termasuk pemberian ASI eksklusif) Walapun asuhan yang dibnerikan dilakukan pada jam pertama setelah kelahiran tap[i dari ke delapan asuhan di atas belum semua dilakukan oleh informan terhadap bayi yang ditolongnya. Perawatan mata dan pemberian vitamin K belum dilaksanakan karena kadangkala obat tersebut di kamar bersalin tidak sedikit, sedangkan mengidenfikasi bayi belum dilaksanakan karena bayi yang lahir di Puskesmas tidak banyak Pengetahuan tentang proses penyusunan dini Bidan di Indonesia merupakan produk dari beberapa institusi maupun area pendidikan berbeda, maka dengan adanya kompetensi bidan merupakan hal yang bermanfaat untuk menyatukan persepsi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang harus di miliki. Kompentensi bidan merupakan hal bermanfaat untuk menyatukan persepsi terhadap dan keterampilan yang harus dimiliki. Kompetensi bidan yang kelima membahas tentang asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Dari kompetensi yang sudah ada bidan pun perlu mengikuti perkembangan informasi terbaru dalam mengelola ibu menyusui dengan berhasil. Pemberian asi segera setelah lahir atau maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini merupakan titik awal yang penting apaka bayi nanti akan cukup mendapatkan asi atau tidak. Berikut ini adalah informasi yang didapat dari infoman tentang proses penyesuaian diri. “...... penberian asi setelah bayi lahir, atau secepat mungkin, kalu semua so dalam keadaan nyaman....” (Wawancara FW 31 tahun, 25 juni 2008) “.... Langsung kase toto itu bayi waktu lahir jangan kase pisa lama deng depe mama. Kalu dulu rawat pisah, sekarang rawat gabung , berarti langsung kase toto....,, (Wawancara WB 35 tahun, 27 juni 2008) “.....kalu inda salah perna kita baca,bayi pelahir langsung kase didada pa ibu kong nanti bayi ba cari toto sendidri, Cuma torang nyanda perna beking disini lantaran belum perna dilatih untuk itu,skarang torang masi ja bekeng sama deng lalu-lalu. Biasa seperti dulu ....oh tadi kita ada bilang de pe istilah bukan penyusuan dini mar apa kote...? inisiasi dini staw kalu inda salah...” (wawan cara 1TW ,23 juni 2008) Pada umumnya pengetahuan informan tentang proses penyusuan dini suda baik karena informan mengetahui bahwa proses penyususan dini adalah pemberian asih secepat mungkin, hal ini sesuai dengan teori dari sri purweanti H, bahwa pemberian asi setelah lahir sangat baik karena ini didasari dengan hormon pembuat asi, antara lain hormon prolaktim. Hormon ini dalam peredaran dara ibu akan menurut setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta. Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktim dalam kadar dara ibu sebelum setengah jam setelah persalinan, segera posisikan bayi untuk mengisap puting susu ibu secara benar. Isapan bayi itu akan memberi rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosis bekerja merangsang otot polos untuk memeras asi yang ada pada alveoli, lobus , serta duktus yang berisi asi yang dikeluarkan melalui puting susu. Keadaan ini akan memaksa hormon prolaktin untuk terus menproduksi asi. Kosongnya simpanan asi mengakibatkan makin banyak produksinya untuk mengisi kembali Plumbung” asi yang kosong dan hormon prolaktim akan terus tinggi dalam peredaran dara. Apabila bayi tidak mengisap puting susu pada setenga jam setelah persalinan, hormon prolaktim akan menurun dan sulit merangsang prolaktin sehingga asi baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih. Teori diatas akan dikembangkan menjadi metode inisiasi dini, dari informasi yang diperoleh termnyata sudah ada informan yang mengetahui tentang hal tersebut walapun belum pernah di praktekkan karena belum pernah di latih untuk itu. Menurut Utami Rush 2007, metode inisiasi dini sangat tepat dilakukan dimana begitu bayi lahir, setelah dipotong tali pusatnya, segera letakkan di dada ibunya, biarkan sampai dia bergerak dan mencari puting susu ibunya sampai dapat. Biarkan minimal 30-40 menit, maksimal 1 jam. Penelitian yang dilakukan terhadap 10.997 bqyi menemukan, inisiasi dini dapat menekan kematian bayi hingga 22 %. Inisiasi dini memberikan kesempatan bayi untuk memulai sendiri, menemukan sumber kehidupannya. Pengetahuan bidan tentang proses penyusunan dini berhubungan dengan informasi yang di peroleh Dari ibu menyusui bahwa bidan memberikan penjelasan tentang ASI Eksklusif pada saat proses menyusui baru di mulai. Dari sepuluh informan yang diambil informasinya semuanya mendapat penjelasan dari bidan tentang ASI khususnya ASI Eksklusif, hal ini menandakan bahwa tidak ada kesenjangan antara informasi dari bidan dan ibu menyusui tentang manfaat ASI yang dijelaskan bidan dan tentang sikap bidan terhadap ibu saat ada masalah dalam proses menyusui. 2. Tentang Kewajiban Moral Pengetahuan bidan tentang kebaikan ASI Eksklusif Moral membahas mengenai apa yang dinilai “seharusnya”- di masyarakat. Istilah moral dipakai untuk menunjukkan aturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia. Kewajiban untuk melakukan hak yang baik hams dimiliki oleh bidan dalam menjalankan profesinya. Menurut Sofyan Mustika salah sati kewajiban bidan yaitu mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal. Pengetahuan tentang kebaikan ASI sangat perlu dipahami oleh bidan dalam menjalankan praktenya. ASI adalah mujizat perlu dimasukkan dalam hati dan pikiran bidan karena tidak ada makanan di dunia ini yang sesempurna ASI, karena mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. Dibawah ini adalah informasi yang diperoleh tentang pengetahuan informan tentang kebaikan ASI Eksklusif. “........ASI eksklusif memeberikan kekebalan untuk bayi. Dan berguna untuk ibu supaya kontraksi uterus baik...................”(wawancara FW 31 tahun, 25 juni 2008) “.............Meningkatkan daya tahan tubuh bayi, bagus untuk pertumbuhan, makan paling cocok for bayi, kalu kase Asikan dape mama nyanda sibuk mo urus dot deng beli susu. Pokoknya memang paling cocok for bayi............” (wawancara AP 26 tahun, 30 juni 2008) “......Kalo mo suka jawaban lengkap mo ambe buku dulu kota.. mar pokoknya ja jelaskan pa ibi bahwa itu ASI baik untuk ade, pokoknya paling bagus kalo ibu dapat kase toto dape bayi, so nda dapa inga satu persatu depe lengkap bagaimana, mar yang jelas ASI bagus for ade..... deng papa ley kote bagus....lantarankan ade pe papa so nda kaluar doi beli susu. (wawancara ITW,23juni 2008) Pengetahuan informan tentang kebaikan ASI Eksklusif yaitu memberikan kekebalan untuk bayi, sebagai makanan paling cocok, baik untuk pertumbuhannya. Sedangkan informan yang lain mengaku lupa secara lengkap tentang kebaikan ASI Eksklusif. Pengetahuan informan tentang kebikan Asi Ekskulusif pada umumnya di dapatkan dari tingkat akademik. Karena pengetahuan tentang kebaikan Asi Eksklusif rata-rata sudah sangat lama diperoleh informan, maka informan yang didapat masih sangat sederhanan. Menurut Utami Rush 2000; Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi - Asi sebagai nutrisi - Asi meningkatkan daya tahan tubuh - Asi meningkatkan kecerdasan - Asi meningkatkan jalina kasih sayang Manfaat Pemberian Asi pada ibu - Mengurangi perdarahan setelah melahirkan - Mengurangi terjadinya anemia - Menjarangkan kehamilan - Mengecilkan rahim - Lebih cepat langsing kembali - Mengurangi kemungkinan menderita kanker - Lebih ekonomis/murah - Tidak merepotkan dan hemat waktu - Portabel dan praktis - Memberi kepuasan bagi ibu Manfaat Pemberian Asi bagi Majikan/Perusahan - Bila anaknya sakit, seorang ibu akan meninggalkan pekerjaannya untuk mengurus si anak yang sakit Manfaat Pemberian Asi Bagi Negara Pemberian Asi menghemat pengeluaran negara - Menciptakan generasi penerus bagsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara Asi Sayang Lingkungan - Air Susu Ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi didunia. Dengan hanya memberi Asi manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton, dan kertas pembungkus, botol plastik, dan dot karet. Dengan diwajibkan bidan untuk mengetahui dan memahami semua kebaikan Asi maka angka kematian bayi akan berkurang dan bidan mampu memberi penyuluhan dan pemahaman terhadap ibu tentang pentingnya Asi sehingga setiap ibu menyadari dan merasakan bangga dan bahagia serta respek dalam menyusui bayinya. Adanya pengetahuan yang cukup dalam menjalankan profesinya, bidan juga harus menggunakan hati nurani sebagai pedoman. Hati nuarani paling mengetahui kapan perbuatan individu melanggar etika atau sesuai etika. Sikap bidan jika menghadapi masalah dalam proses menyusui, kepentingan siapa yang di utamakan. Banyak masalah yang terjadi dalam menjalankan profesinya terutama masalah yang muncul pada saat proses menyusui. Kadang menjadi dilemah kepentingan siapa yang mau diutamakan. Semua manusia pasti perna dihadapkan pada kondisi yang mengharuskanya memili dan mengambil keputusan yang tepat. umumnya, bila kita meghadapi masalah sehari-hari, biasanya keputusan yang kita buat didasarkan pada insting,intuisi,nilai serta keyakinan pribadi sehingga bersifat praktis. Tapi dari hasilawawn cara mendalam yang dilakukan peneliti didapatkan pengakuan dari semua informan bahwa kepentingan pasien dalam hal iniibu dan bayi yang diutamaaka. Hal tersebut di lihat pada hasil wawan cara berikut. “.....Tetap utamakan kepentingan ibu dan bayi bilang pa ibu harus sabar karna bayi masi bingo, ato masi belajar.....”(wawan cara FW 31 tahun ,25juni 2008) “....Slalu ja bilang pa ibu, untuk tetap kase toto, kalu ada masalah biasanya cuman lantaran depe mama masi bodok ato ade yang bejum kuat pa isap mar lengkapi kase pasti...... (wawan cara SK 26 tahun, 25 juni 2008) “...teori musti bagitu,memang torangja bekeng bagitu no” biar ley kita ada bajual susu formula mar nda doe langsung kase susu itu. Torang tu hari ada seminar yang sponsor sari husada, depe materi tentang ASI.... Tentang perawatan bayi ...pokoknya bagus dang for torang.... “ (wawavcara LWU35 tahun 27juni 2008) “....jelas no....so gila ley kong torang mo utamakan kepentingan orang lain... “ (wawancara WB 35 tahun 27 juni 2008) Sikap informan yang tetap mengutamakan kepentingan pasien jika menghadapi masalah dalam proses menyusui sesuai dengan salah satu kede etik kebidanan yang menyatakan bahwa “ setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan pasien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri kepentingan siapa yang akan diutamakan yang tentu berhubungan dengan tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus mempunyai pengetahuan dan kompentensi dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi, serta kliennya. Sebaiknya masalah etika disertakan pada masing-masing individu. (dalam hal ini bidan). Karena seyoginya setiap individu membangun kepekaan moral sendiri sehingga setiap individu dapat memutuskan atau membedakan mana yang salah dan benar dalam kondisi tetentu luwes, tidak kaku. individu yang terlibat dalam aspek legal sudah pasti membutuhkan dasar teori yang akan mendukung (memperkuat) keputusannya nanti. Oleh karena itu, keberadaan teori etika dalam kehidupan manusia adalah hal yang penting. Teori etika berfungsi menciptakan mekanisme untuk memecahakan masalah moral pada manusia. Arti Seorang Pasien Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan. Bahwa pada hakikatnya manusia termasuk klien/pasien membutuhkan penghargaan hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah maupun kelompok masyarakat kurang mampu. Oleh sebab itu bidan harus menunjukkan sikap yang manusiawi dalam memberi pelayanan. Hal ini tercantun dalam Bab i tentang Kewajiban bidan terhadap Pasien dan masyarakat pada Kode Etik Kebidanan. Informasi yang diperoleh tentang arti seorang pasien cukup bervariasi. Hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara berikut: “........Pasien adalah seorang yang membutuhkan pertolongan, menolong pasien so jadi torang pe kewajiban, pasien perlu di mengerti apa yang dibutuhkan, mendengar juga keluhannya.......”(wawancara SK 26 tahu/i, 25 juni 2008). “.......Pasien itu orang yang butuh torang deng torang ley butuh dorang....” (wawancara ITW.23juni 2008) Bidan hendaknya juga menyadari bahwa pasien itu perlu diberikan hak autonomi, dimana pasien mendapat kesempatan untuk menentukan pilihan sendiri. Pemberian autonomi pada pasien adalah suatu keharusan atau unsur utama, bukan lagi sekedar “pelengkap” dalam pelayanan keebidanan. Kadangkala bidan menganggap pasien sebagai seseorang yang pengetahuannya jauh dibawah dirinya, sehingga bidan yang paling pantas dan paling tahu apa yang terbaik bagi pasien. Sikap ini biasanya ditunjukkan untuk menjaga kelangsungan nilai-nilai lama (kolot atau pola paternalistik), bukan karena inigin menguasai pasien. Hendaknya bidan dalam menjalankan prakteknya senantiasa mengupayakan segala sesuatu agar kaumnya pada detik-dekti yang sangat menentukan, menyambut kelahiran insan generasi dengan selamat, aman, dan nyaman, karena ini meruapkan tugas sentral pada bidan. 3. Tentang Kewenangan Bidan Pengetahuan bidan tentang dasar hukum profesi Karena besarnya tugas, wewenang, tanggung jawab dari profesi bidan, maka dalam Kongres Nasional IB1 ke XII tahun 1999 di Denpasar Bali, telah di tetapkan Kode etik Bidan, Standar Profesi Kebidanan, Kompetensi Bidan. Dalam menjalankan profesi kebinan, maka para bidan hams pula memahami Permenkes 572/1996 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, Informal yang diperoleh dari informan ternyata semua informan tahu ada dasar hukum dari profetapi lupa bagaimana lengkapnya, seperti dalam wawancara berikut ini: “.....Tahu ada dasar hukum mar so lupa no brapa tahun..dan tahun berapa...”(wawancara FW 31 tahun, 25 juni 2008) “......Namanya bicara profesi ada tentu depe aturan mar kita so nintau apa torang pe dasar hukum.....” (Wawancara ITW, 23 juni 2008) Informan mengetahui bahwa profesinya sebagai bidan ada dasar hukumya, tapi tidak bisa menyebutkan secara perinci. Hal ini tidak melanggar hukum. Tapi paling baik jika dasar hukum dari profesi kita diketahui agar dalam menjalnakan praktek kebidanan senantiasa berjalan pada jalur yang benar. Karena hubungan hukum perudang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga kesehatan adalah: klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberia jasa. Hubungan timbal balik ini mempunyai dasar hukum yang merupakan peraturan pemerintah. Klien atau pasien sebagai penerima jasa kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberia jasa sama-sama mempunyai hak dan kewajiban. Kegiatan pelayanan kesehatan merupakan suatu “transaksi” yang seringkali berhubungan dengan prestasi, sedangkan disisi lain, kegiatan ini menimbulkan adanya kontrapstasi atau imbalan,. Kegiatan tersebut berlangsung terusmenerus sehingga menjadi suatu kebiasaan, yang akhirnya membentuk peraturan, dan terutama mengundung muatan hukum. Pengertian profesionahsme pun bisa dioptimalkan dengan memahami peraturan atau hukum oleh para profesional di bidang kesehatan. Hal ini diperlukan agar hubungan baik yang telah terjalin antara pem,beri jasa kesehatan dan masyarakat, klien atau konsumen sebagai penerima layanan kesehatan tetap terpeliahran baik. Pelaksanaan hubungan diatara keduanya selalu diatur dengan peraturan tertentu agar menjadi keharmonisan. Pemahaman dan pendalaman peraturan yang berhubungan dengan tugas profesionalisme akan memberi keyakinan kepada bidan dan mejaga mereka untuk selalu berada di jalur yang aman, sehingga tidak melanggar etika dan ketentuan hukum. Bidan harus menyadari bahwa dalam menjalankan tugasnya, mereka tidak saja bertanggung jawab secara kesehatan pada pasien, namum juga bertanggung jawab di bidang hukum. Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 572/Menkes/Per/VI/1996 Bab V Tentang Wewenang Bidan pasal 22 menjelaskan bahwa Bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : a. Pelayanan kebidanan; b. Pelayanan keluarga berencana; c. Pelayanan kesehatan masyarakat Pada pasal 25 menulis bahwa Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi: a. Pemeriksaan bayi baru lahir; b. Perawatan tali pusat c. Perawatan bayi d. Pemantauan tumbuh kembang anak; e. Pemberian pengobatan pada penyakit ringan; f. Pemberian penyuluhan. Pada pasal 26 menulis bahwa Bidan dalam melakukan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 dan pasal 25 berwenang untuk salah satu butirnya yaitu (butir n) meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan Air Susu Ibu. 4. Tentang Pelatihan bidan Pelatihan tentang asuhan Bayi baru Lahir Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari- hari. diterimanya. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diberikan oleh bidan dan kewajiban yang harus di berikan oleh pasien. Pada Etika dan Kode Kebidanan ada Hak dan Kewajiban Bidan antara lain ; bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupu pelatihan. Sedangkan kewajiban Bidan yaitu bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal. Berikut di bawah ini informasi yang diperoleh tentang pelatihan bidan seperti pada hasil wawancara di bawah ini; “.......Selama kerja Belum pernah ikut pelatihan tantang asuhan bayi baru lahir, torang cuman dapa materideng praktek asuhan bayi baru lahir waktu sekolah dulu.....” (wawancara FW 31 tahun, 25 juni 2008) “.....Cumaja iko seminar kalo perusahaan susu formula sponsor. Kalupelatihan dari depkes belum perna....” wawancara LWU 3 7 TQHUN, 30 JUNI 2008) “......perna ikut pelatihan maternal dan neonatal mar nyanda talalu banyak materi tentang asi ....mar kita so balupa ley tu banyak. (wawancara HDS 31 tahun, 1 juli 2008) Pelatihan yang informan dapat sangat kurang apalagi pelatihan tentang asi Eksklusif, malah adah informan yang tidak pernah ikut pelatihan tentang asuhan bayi baru lahir. Seminar tentang ASI justru dispoleh perusahaan susu formula. Menurut Notoatmojo S, 1989 pelatihan atau trening sangat diperlukan oleh setiap pegawai tidak terbatas pada umur, jabatan ,pangkat dan sebagainya. Tujuan pokok daripada merubah kemampuan setiap pelatihan adalah untuk penampilan seseorang didalam melaksanakan pekerjaanya. Sala satu teori gren pada 3 faktor penyebap terbentuknya perilaku dalam promosi kesehatan yaitu faktor reinforcing dimana promosi kesehatan yang paling tepat adalah dalam bentuk pelatihan. 5. Tentang Reward Sikap tindakan bila menghadapi masalah dalam proses penyusui Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat berfariasi. Oleh karena itu ibu-ibu ini perlu diberikan penjelasan tentang pentingya perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang erat hubunganya dengan proses menyusui. Seperti yang diungkapkan berikut ini; “.....Kalu masalah pada mamae ibu karena asi tidak keluar, ato puting susu biasanya tong anjurkan untuk anjurkan untuk lakukan kompres dan peras,bukang lantara itu kong ade manangis trus depe mama so kasi toto dia masi manangis langsung jo kase susu botol...” (wawancara FW31 tahun, 25 juni 2008) “.....Kalu ada masalah cari tahu dulu depe penyebap apa, baru torang kase jalan keluar , kalu ada lecet diputing ibu biasanya kita sum minta resep obat padokter... (wawancara ITW , 23 juni 2008) Sikap in forman pada saat menghadapi masalah dalam proses menyusui ada yang lang langsung mengan jurkan susu formula.ini sesuai dengan penelitian Ridwan 2006, bahwa ada hubungan antara promosi susu formula dengan pemberian asi eksklusif. Tapi ada informan yang mencari tuhu dulu penyebap dari masalah dalam proses menyusui, baru memberikan solusi. Dalam memberikan pelayanan bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul. Adalah merupakan penyimpangan etik jika sikap dan tindakan hanya memanfaatkan pasienya sebagai obyek untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. Walaupun demikian bidan hanya bisa memberikan penjelasan tapi mengambil keputusan akhir adalah ibu dan keluarga sendiri .Hal ini menunjukan bidan sangat menghargai hak autonomi pasien , dimana hal ini tidak dilakukan oleh beberapa informan karena langsung menganjurkan untuk memberikan pengganti asi dalam hal ini pemberian susu formula tanpa memberikan kesempatan pada pasien untuk mengutaraka apa yang dia inginkan pada saat menghadapi masalah seperti ini. jalinan kerja sama dengan perusahaan susu formula. Salah satu kendala yang dihadapi dalam pemberian asi eksekutif yaitu susu formula. baik oleh petugas kesehatan maupun melalui media massa. Berikut hasil wawan cara dengan informan dengan informan tentang kerja sama dengan perusahaan susu formula. “..„ Torang ada iko kerja sama dengan sari husada, makanya dapa pigi sampe luar negeri, deng tour dalam negeri tambah. leh banyak dapa bonus dari perusahaan.....” (wawancara FW 31 LWU 37 tahun , 30 juni 2008) “.....Perna iko, mar sekarang so nda, lantaran setenga mati baku dusu setoran (wawancara FW 31 tahun,25 juni 2008) “....Nda perna iko kerja sama deng perusahaan susu formula....” (wawancara 1TW ,23 juni 2008) Beberapa informan belum perna manjalin kerja sama dengan susus formula. Ada juga yang perna kerja sama tapi saat ini tidak lagi. Informan yang menjalin kerja sama susu formula dihargai perusa haan dengan tour dalam maupun luar negeri, serta mandapat bonus -bonus yang menarik.Memberikan reward atau penghargaan, dapat dipandang sebagai upaya peningkatan motifasi kerja. Hadiah atau reward dapat berupa uang, barang atau nonmaterial, misalnya piagam, atau sekedar pujian berupa kata- kata lisan yang menarik dari perusahaan. Ternyata gaji yang didapat secara periodik tidaklah bisa memenuhi semua kebutuhan informan. Seperti teori munanadar .S,2001 bahwa uang mempunyai arti yang berbeda- beda bagi orang yang berbeda- beda. Gaji yang diperoleh ternyata tidak dapat mewakili kebebasan untuk melakukan apa yang inginkan misalnya berlibur atau tour sehingga keluar negeri.dan hal itu dapat diberikan oleh perusahaan susu formula .asalkan dapat menjual produk mereka . Hal ini merupakan penyimpangan etik jika bidan memanfaat kan pasienya sebagai objek untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. C. KARAKTERISTIK VARIABEL YANG DITELITI (IBU MANYUSUI) 1. Penyusuan dini Tindakan Bidan 30 menit pertama sesudah kelahiran Langka pertama bidan hams mengupayakan ibu hams siap menyusui segera setelah bayi lahir, bayi mau dan mampu menyusu kepada ibunya sebelum setenga jam setelah persalinan . Terutama memperhatikan agar kolostrum dapat diberikan dengan benar terhadap bayi. Bila bidan tidak menyusukan bayi sebelum setenga jam paska persalinan berarti bidan sudah menghambat pengeluaran asi karena membiarkan kadar hormon pembuat asi turun atau bahkan hilang dari peredaran dara ibu. Dari hasil wawancara didapat informan sebagai berikut; “.....So lupa bidan beking apa, Cuma yang kita ingat indak lama bidan langsung kase ade pakita kong suru toto, teru tama jangan buang air toto, temtama karna paling bagus kata itu. (wawancara VW 22 tahun, 3 juli 2008) “.....Sesuda potong potong pusa, ditimbang, kase pake baju kong bidan kase tidur di sei pa kita.... supaya ade langsung bole ba toto jang lupa itu asi pertama keluar paling bagus....” (wawancara MAM 23 tahun, 3 juli 2008) “....Waktu lahir ade,bidan langsung tarn diatas puru pakita, abis itu bidan cuman bungkus dengan kaeng kong langsung kase pakita suru kase toto....” (wawancara RM 20 tahun ,4 juli 2008) “.....Abis bidan tolong kita ,urus ade ,kita kase bersi kong dia suru kita istirahat, mar ade dia bilang musti kase ajar ba toto kong kita pepe dan toto musti bersi kalu mo kase ba toto ade. Mar kit ape ASI nda lancar....” (wawancara AM 25 tahun, 4 juli 2008) “....lantaran kita pe ade lahir nyanda langsung manangis kita lia bidan pe sibuk ada urus dia , kalu nda salah ada pake oksigen leys taw, mar Cuma nda lama langsung menangis kuat, abis itu bidan kase lahir dulu depe kakak konh ade so zes laeng yang urus kong langsung kase pa kita, suru kita kase toto biar belum lancer ba keluar kit ape ASI....” (wawancara SD 28 tahun 26 juni 2008) “....Kalu nda salah inga serta beres semua, bidan ambe kapas basah kase bersi kit ape toto konh suru ade ba toto, pe setenga mati le waktu itu lantaran pesaki kita peluka ada manjae kong musti kase batoto. Mar jo kasiang boleh jo lang sung batoto bagus' tape ade....” (wawancara SA 19 tahun ,26 juni 2008) “....Waktu itu, bidan langsung kase ade pa kita for kita abis itu bidan suru istirahat kalu suka makan ato minum boleh kata, mar kita dengan ade so bersi,..” (wawancara AL 30, 26 juni 2008) Tindakan bidan pada ibu melahirkan 30 menit pertama sesuda melahirkan bayi yaitu marawat tali pusat, membersihkan bayi, membungkus bayi, merawat dan membersihkan ibu, setelah itu baru bayi disusui. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo.S (dalam buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,2002) yang mendefinisikan bahwa Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Segera seteklah melahirkan badan bayi; sambil secara cepat menilai pernapasaanya, letakkan bayi dengan handuk atau kain bersih diatas perut ibu. Dengan kain bersih atau kasa lap darah atau lendir dari wajah bayi untuk mencegah jalan udara terhalang. Periksa ulang periksa ulang pernafasan bayi. Setelah itu persiapan untuk menyusui. Pemberian kolostrum sangat perlu diperhatikan, dimana hal ini sudah disampaikan oleh bidan melalui informan ibu menyusui, karena kadar gizi di kolostrum lebih tinggi dari air susu transisi/peralihan dan air susu matur. Hal senada dengan informan ibu menyusui diperoleh juga dari informan bidan bahwa proses penyusuan dini adalah bagian dari asuhan kebidanan bayi baru lahir. Banyak hal yang menguntungkan jika Asuhan Bayi Baru lahir dilaksanakan dengan benar, karena selain keuntungan untuk ibu juga keuntungan bagi bayi karena dengan penyusuan dini berarti pemberian kolostrum. Karena kolostrum selain tinggi komposisi lemak dan sel-sel hidup juga merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima Asi. 2. Masalah Dalam Proses Menyusui • Kalau ada seperti apa masalahnya Banyak masalah yang sering terjadi pada proses menyusui. Oleh karena itu kepada ibu-ibu perlu diberikan penjelasan tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui. Masalah menyusui yang sering terjadi pada informan dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut; “... ASI nyanda lancar, nda ada kuah biar so makang deng minum banyak. Langsung kase susu formula lantaran belum ada ASI... “ (wawancara VW 22 tahun, 3 Juli 2008) “.... Lantaran ja kase tinggal makanya kita langsung tambah susu dot, tambah kase making bubur, mar nanti dia umur 4 bulan... “ (wawancara JS 30 tahun, 24 Juni 2008) Masalah yang dikemukakan informan adalah masalah yang paling sering terjadi. Hal ini mungkin karena kurangnya pengetahuan informan tentang keunggulan Asi, serta bagaimana mencari jalan keluarjika ada masalah dalam proses menyusui sebelum diambil tindakan memberikan susu formula atau maakanan tambahan lainnya. Bagaimana sikap bidanpada saat ada masalah dalam proses menyusui. Memberikan Asi secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua; bayi akan lebih sehat cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik, perusahan, lingkunga, dan masyarakat pun adkan lebih mendapat keuntungan. Pemberian Asi sampai umur 6 bulan adalah sangat baik karena tindakan ini akan terus merangsang produksi Asi sehingga pengeluaran Asi dapat mencukupi kebutuhan bayi dan bayi akan terhindar dari diare. Keadaan dimana ada masalah dalam proses menyusui peran bidan sangat mempengaruhi keputusan apa yang akan diambil. Berikut informasi tentang sikap bidan yang diperoleh melalui wawancara mendalam ; “.......Bidan bilang paling bagus kwa kalu ASI sampe 6 bulan mar salah-salah torang so kase tambah makang. Awasi jo jang sampe ade mo kablakang kong setengah mati, ato mo dapa berea-bera kalu nda bersih ade pe dot..... “ (VW 22 tahun, 3juli 2008). Dari informan yang mengalami masalah dalam proses menyusui diketahui bahwa bidan berusaha memberikan informasi tentang apa yang sebaiknya terjadi dalam perawatan bayi, dan konsekuensi apayang bisa timbul dari kejadian yang tidak seharusnya terjadi. Sikap bidan ini belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dalam hal ini informan atau pendidikan yang ditujukan untuk menggungah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan pada ibu menyusuio tentang hal baik yang perlu dilakukan dan resiko apa yang akan terjadi jika melakukan hal yang bertentangan. 3. Komunikasi Bidan menjelaskan manfaat ASI Komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan serta penyakit, adanya tradisi , kepercayaan yang negatif tentang penyakit, makanan, lingkunga, dan sebagainya mengakibatkan mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dalam meningkatkan penggunaan Asi, masalah utama dan prinsipil adalah bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses. Ditambah lagi para ibu mau patuh dan menurut nasihat petugas kesehatan (bidan) sehingga nasihat yang diberikan akan diikuti oleh ibu-ibu untuk menyusui sendiri bayinya. Berikut ini adalah informasi yang didapat ibu dari bidan tentang manfaat ASI. “.........Waktu bidan suruh kase toto ade saat baru lahir, bidan ada bilang no itu manfaat ASI pokoknya bagus for smua...' (wawancara VW 22 tahun, 3 juli 2008) Semua informasi mendapatkan penjelasan dari bidan tentang manfaat dari AS1. Penjelasan tentang ASI diberikan pada saat proses menyusui baru di mulai. Hal ini merupakan kewajiban yang harus bidan jelaskan. Pendapat lama yang mengatakan semua ibu pasti dapat menyusui bayinya tanpa kesulitan perlu ditinjau kembali ; karena sudah terbukti bahwa kepandaian untuk menyusui tidak dibawah dari lahir, bukan juga suatu instink, tetapi suatu seni yang harus dipelajari. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Kompetensi bidan dalam hal ini kompetensi tentang Asuhan pada ibu nifas dan menyusui serta Asuhan pada bayi baru lahir masih kurang dimana pengetahuan bidan tentang Asi Ekslusif masih sempit, karena hampir semua informan hanya bisa menjelaskan arti dari Asi Eksklusiof tanpa menjabarkan lebih luas tentang manfaat Asi Eksklusif serta kerugian jika tidak memberikan Asi Eksklusif pada bayi. Hal ini disebabkan karena pengetahuan sama dengan mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari, sehingga apa yang pernah dipelajari akan lupa jika tidak pernah di lakukan penyegaran kembali atau diadakan pelatihan atau training, dimana hal ini hampir semua informan tidak pernah mengikutinya. 2. Kewajiban moral bidan atau kewajiban yang seharusnya bidan laksanakan dalam menjalankan profesinya berdasarkan kompetensi yang ada, selain itu bidan juga harus menggunakan hati nurani sebagai pedoman. Hati nurani paling mengetahui kapan perbuatan individu melanggar etika atau sesuai etika. Dalam penelitian ini semua informan (bidan) mengutamakan kepentingan pasien, dan menilai pasien sebagai individu yang perlu ditolong tapi ada juga informan yang memberikan informasi bahwa pasien bisa mendatangkan keuntungan financial untuk bidan. 3. Pemahaman dan pendalaman peraturan yang berhubungan dengan tugas profesionalisme perlu diketahui oleh bidan agar memberi keyakinan kepad bidan dan menjaga mereka untuk selalu berada di jalur yang aman, sehingga tidak melanggar etika dan ketentuan hukum. Dari informasi yang diperoleh didapatkan hasil bahwa semua bidan tahu ada dasar hukum profesi, tapi lupa secara lengkap/ sesuatu hal yang tidak melanggar hukum walapun paling baik jika kita mengetahuai hukum. 4. Pelatiahna yang imforman dapat sangat kurang apalagi pelatihan tentang Asi Ekskusif, hal ini tidak sesuai dengan hak dan kewajiban bidan pada Etika dan Kode Ketika kebidanan yang membahas antara lain ; bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri mellaui pendidikan maupun pelatihan 5. Pada Penelitian uini, diantara 9 informan bidan hanya 2 orang bidan yang bekerjasama dengan perusahan susu formula saat ini. Kerjasama dengan perusahan susu formula ini mendapatkan penghargaan (reward) yang sangat menguntungkan bidan yang diperoleh dari perusahan tersebut B. SARAN 1. Promosi Asi Ekslusif perlu di tingkatkan lagi baik. melalui media massa maupun media elektronik 2. Pelatihan Asuhan Bayi Baru Lahir khususnya tentang Asi Ekskulusif, perlu selalu dilaksanakan 3. Diberikan penghargaan kepada bayi-bayi yang berhasil mendapat Asi Eksklusif, agar dapat memotivasi bayi yang lain memperoleh Asi Eskiusif. 4. Di berikan penghargaan juga kepad bidan yang menolong persalinan dan terus memotifasi ibu dan bayi dalam pemberian Asi Eskiusif DAFTAR PUSTAKA Amiruddin Ridwan, 2006 Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Esklusifpada Bayi 6-11 Bulan Di Kelurahan Pa 'Baeng, Makassar Hadi A. Dadi dan Soepardan Suryani, 2007 Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hasibuan .P.S. Melayu, 2006 Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta Lubis Umar, 2005 Manfaat Pemakaian Asi Esklusif, bag Ilmu Kes. Anak R.S. U Lembaga Aceh Timur. Munandar S. 2001 A$har,Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas Indonesia, Jakarta, Notoatmojo Soekitjo, 1989 Dasar-dasar Pendidikan Dan Pelatihan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Indonesia. _____________, 2006 Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta _____________,2007 Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta Jakarta Purwanti. S Purwanti, 2004 Konsep Penerapan ASI Ekskulusif, Buku Kedokteran EGC, Jakarta Roesli Utami, 2007 Pentingnya Inisiasi DM Saat Menyusui, Dokter Kita, Edisi 7, PT Graha Media Medika, Jakarta. _______________.,2000 Mengenal ASI Ekskulusif, Trubus Agriwidya, Jakarta Soetjiingsih, 1997 Asi Petujuk untuk Tenaga Kesehatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta Sofyan, Mustika, et all, 2001 Bidan Menyosong Masa Depan, Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta. Sugiyono,2007 Memahami Penelitian Kualitatif Penerbit Alfabeta, Bandung. Undang-undang kesehatan, 2006 Penerbit Pustaka Pelajar, Yokyakarta. ______________._J002 Startegi Nasional Peningakatan Pemberian Air Susu Ibu, Kerjasama Depertemen Da/am Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja Dan Trasmigrasi, Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, Jakarta, PERAN BIDAN TERHADAP PPEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA Pedoman wawancara untuk ibu menyusui I. Identitas Informan : Kode : Nama : Umur ibu : Umur bayi : Pendidikan : Jumlah anak : II. Daftar Pertanyaan A. Tentang penyusuan dini - Apa yang dilakukan bidan pada bayi dan ibu saat 30 menit - 1 jam pertama sesudah persalinan. B. Tentang masalah/hambatan dalam proses menyusui Apakah ada masalah dalam proses menyusui? Kalau ada apa masalahnya Bagaimana sikap bidan pada saat ada masalah dalam proses menyusui C. Tentang komunikasi - Apakah bidan menjelaskan pada ibu tentan manfaat (segala kebaikan) ASI? Bagaimana sikap/tindakan bidan jika menghadapi masalah-masalah dalam proses menyusui Apakah bidan menjalin kerjasama dengan perusahaan susu formula ? DAFTAR DAN KODE INFORMAN PERAN BIDAN TERFLADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA IBU MENYUSUI NO KODE UMUR IBU UMUR BAYI 1 VW 22THN 9 BULAN JUMLAH ANAK 1ORANG PENDTDIKAN IBU SMA 2 MAM 23THN 8 BULAN 1ORANG SMA 3 JS 30THN 10BULAN 2ORANG D111 4 AM 25THN 8 BULAN 1ORANG SI 5 SD 28THN 10BULAN 2 ORANG SMP 6 AD 25 THN 8 BULAN 2 ORANG SMP 7 RM 20THN 8 BULAN 1ORANG SMP 8 SA 19THN 6 BULAN 1ORANG SMP 9 AL 30THN 7 BULAN 3 ORANG SMP 10 ST 32THN 8 BULAN 2 ORANG SMP BIDAN PUSKESMAS LIKUPANG NO KODE UMUR IBU PENDIDIKAN LAMA TUG AS 1 ITW 37THN 17 TAHUN 2 LWU 37THN D 111 KEBIDANAN PPB 3 WB 35 THN PPB 15 TAHUN 4 JU 32THN PPB 12 TAHUN 5 HDS 30THN PPB 11TAHUN 6 HTS 29THN 11TAHUN 7 FW 31 THN D 111 KEBIDANAN PPB 8 SK 25THN 9 AP 26 THN D 111 KEBIDANAN D 111 KEBIDANAN 17TAHUN 10 TAHUN 2TAHUN 2TAHUN Yang perlu di tolong atau di utamakan keselamatan nya diatas segala keuntungan yang lain. Pada Kode Etik kebidanan di jelaskan bahwa bidan sebagai tenaga profesional wajib berperilaku profesional diantarannya harus bermoral tinggi juga tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan komersial.