peran bidan terhadap pemberian asi eksklusif di puskesmas

advertisement
Hasil Penelitian
PERAN BIDAN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA
OLEH
WATIEF A. RANCHMAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2008
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
2. Ketua Penelitian
a. Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Pangkat/ Golongan
e. Jabatan Fungsional
f. Fakultas/ Jurusan
g. Bidang Keahlian
h. Unit Penelitian
3. Alamat Ketua Peneliti
a. Alamat
: Peran bidan terhadap Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Likupang Kabupaten Minahasa Utara
:
:
:
:
:
:
Drs. H. Watief A. Rachman, MS
Laki-Laki
131 568 595
Pembina Tinggat 1 /1V /B
Lektor Kepala
Kesehatan Masyarakat/ Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku
: Komunikasi Kesehatan
: FKM Universitas Hasanuddin
: Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea
Makassar 90245
b. Telpon/ Fax
: 0411 9354228
c. Alamat Rumah
: Jl. Dg. Tata Komp Hartako Indah Blok II E /l
d. d. Telpon/Fax/ Email : 085255862211
4. Lokasi Penelitian
: Minahasa Utara
5. Lama Penelitian
: 3 Bulan
Makassar, 3 Agustus 2008
Mengetahui
Sekretaris Jurusan PKIP FKM Unhas
Muh. Arsyad Rahman, SKM, M.Kes
Nip. 132 126 062
Ketua Penelitian
Drs. H. Watief A. Rachman, MS
Nip. 131 569 595
a.n Dekan FKM Unhas
Pembantu Dekan I
Dr. Ridwan M. Thaha, MS
Nip. 131 568 593
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan TaufikNya yang dilimpahkan kepada hamba-Nya sehingga penelitian ini bisa diselesaikan.
Gagasan yang mendasar dalam penelitian ini tumbuh dari pengamatan penulis
terhadap pemberian ASI ekslusif kepada bayi sampai 6 (enam) bulan yang ternyata
dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan
status gizi masyarakat untuk tercapainya sumber daya manusia yang memadai. Untuk
itu peran Bidan dalam pemberian ASI ekslusif sangat menentukan.
Penulis bermaksud mendapatkan informasi dari faktor internal Bidan
berdasarkan aspek kompetensi, kewajiban moral Bidan, maupun faktor eksternalnya.
Berbagai kendala dan hambatan yang didapat penulis dalam penelitian ini,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Dan
akhirnya
saran-saran
yang
membangun
sangat
dibutuhkan
demi
kesempurnaannya dan memberi manfaat.
Terima Kasih
Makassar,
Agustus 2008
Penulis
ABSTRAK
Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam
kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak dini, terutama pemberian ASI
Eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai berusia 6 bulan. Dengan memberikan
ASI Eksklusif maka dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan
sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat untuk tercapainya sumber daya
manusia yang memadai.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi dari faktor internal bidan
berdasarkan aspek kompetensi dan kewajiban moral bidan, dan mendapatkan
informasi dari faktor eksternal bidan berdasarkan aspek kewenangan bidan, pelatihan
dan reward atau penghargaan yang di terima berhubungan dengan pemberian ASI
Eksklusif. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Informan biasa adalah 9 orang
bidan pada Puskesmas Likupang, sedangkan infirman kunci adalah 10 orang ibu
menyusui bayi 6-11 bulan yang pertolongan persalinannya dilakukan oleh bidan.
Hasil penelitian menunjukkan kompetensi yang bidan miliki tentang Asuhan
Bayi Baru Lahir masih kurang karena pelatihan -pelatihan atau training yang diikuti
bidan selama bekerja. Sangat kurang Kewenangan atau dasar hukum dari profesi
bidan diatur pada Permenkes 572 tahun 1996 tentang Registarsi dan Praktek Bidan.
Pemahaman dan pendalaman peraturan yang berhubungan dengan tugas
profesionalisme akan memberi keyakinan kepada bidan dan menjaga mereka untuk
selalu berada di jalur yang aman, sehingga tidak melanggar etika dan ketentuan
hukum walaupun demikian semua informan bidan hanya tahu ada dasar hukum
profensinya tapi tak mengetahui isinya secara lengkap. Merupakan kewajiban bidan
untuk senantiasa mengutamakan pasien dalam menghadapi masalah dalam proses
menyusui dan tidak memanfaatkan pasien sebagai objek untuk memperoleh
keuntungan bagi dirinya sendiri, karena hal ini merupakan penyimpangan etik. Bidan
yang diberikan reward oleh perusahaan susu formula hanyalah 2 orang dari 9 orang
bidan.
Dalam penelitian ini disarankan untuk terus mempromosikan Asu Eksklusif,
kepada departemen terkait untuk dapat menyelenggarakan pelatihan-pelatihan tentang
Asuhan Bayi Baru Lahir, dan memberikan penghargaan kepada bayi-bayi yang lulus
mendapatkan Asi Ekslusif sekaligus bidan penolong persalinannya.
Pendapat lama yang mengatkan semua ibu pasti dapat menyusui bayinya
tanpa kesulitan perlu ditinjau kembali; karena sudah terbukti bahwa kepandaian untuk
menyusui tidak dibawah dari lahir, bukan juga suatu instink, tetapi suatu seni yang
hams dipelajari.
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL.........................................................................................
i
LEMBAR PENGES AHAN ............................................................................
ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iii
ABSTRAK .......................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang ...........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
8
A. Tinjauan Umum Tentang Profesi Kebidanan .............................................
8
B. Tinjauan Umum Tentang ASI Ekslusif ......................................................
21
BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................
31
A. Dasar Pemikiran .........................................................................................
31
B. Kerangka Konsep .......................................................................................
32
C. Definisi Konsep ..........................................................................................
32
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................
35
A. Jenis Penelitian ...........................................................................................
35
B. Lokasi Penelitian ........................................................................................
35
C. Informan Penelitian ....................................................................................
35
D. Cara Pemilihan Informan ...........................................................................
35
E. Cara Pengumpulan Data .............................................................................
36
F. Instrumen Penelitian...................................................................................
36
G. Pengolahan dan Penyajian Data .................................................................
37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
38
A. Karakteristik ...............................................................................................
38
B. Karakteristik Variabel yang Diteliti ...........................................................
38
C. Karakteristik variabel yang Diteliti ............................................................
64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
71
A. Kesimpulan ................................................................................................
71
B. Saran ...........................................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan Pemberian Susu Ibu telah menjadi kesepakatan global sejak
di recanangkannya sepuluh sasaran kesejahteraan anak sedunia pad World
Summit Cionference for Children Tahun 1990 dan Deklarasi Innocenti tentang
Promotion and Support of Breast Feeding pada tahun yang sama. Memberikan
Asiterutama Eksklusif kepada bayi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
dasar anak sebagai hak anak tetapi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan membina hubungan kasih sayang antara bayi dan
ibunya.
Dalam Konvensi Hak Anak, negara akan menjamin salah satunya, bahwa
tidak seorangpun anak akan kehilangan haknya untuk memperoleh pelayanan
perawatan dan pemulihan kesehatan. Negara akan mengupakan secara terus
menurus untuk menguramngagi angka kematian bayi dan anak melalui berbagai
upaya untuk menjamin perawatan kesehatan anak sebelum dan sesudah
dilahirkan. Selain hal tersebut, salah satu upaya yang telah dilaksanakan secara
terus menerus adalah pemberian informasi, pemberian pengetahuan dasar
kesehatan dan gizi anak serta manfaat pemberian Air susu Ibu (ASI).
Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam
kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak usia dini, terutama pemberian
ASI Eksklusif, yaitu pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6
bulan. Dengan memberikan Asi Eksklusif maka dapat mengurangi pendarahan
pada saat persalinan, menunda kesuburan dan meringankan beban ekonomi.
(PP.ASI 2005).
Penelitian WHO di 6 negara berkembang menemukan, jika seorang bayi
berumur 19 bulan tidak diberikan ASI maka kematian akan meningkat 40 %.
Kalau anak umur 2-3 bulan tidak diberikan ASI kematian akan meningkat 300 %,
kalau bayi dibawah 2 bulan tidak diberikan ASI atau dicampur-campur maka
kematian akan meningkat sebanyak 400 %. Penelitian lain membuktikan, anak
yang tidak mendapatkan ASI atau anak susu formula 6-8 kali lebih sering
menderita leukemia, kanker saraf (neuroblastoma), dan kanker getah bening
Proses Inisiasi dini atau penyusunan dini dapat menekan kematian bayi hingga
22%. Bayi yang diberikan kesempatan inisiasi dini 59 % masih menyusui, yang
tidak hanya 18 % saja. (Utami R,2007).
Di Indonesia terutama di kota-kota besar terlihat tendensi penurunan ASI
khususnya ASI Eksklusif yaitu dari 68% menjadi 42% yang dikuatirkan akan
meluas. Penurunan pemberian ASI termasuk ASI eksklusif terjadi karena adanya
kecenderungan dari masyarakat untuk melakukan dan meniru sesuatu yang
dianggap modern padahal sudah menjadi tradisi dan budaya bahwa sejak anak
manusia dilahirkan dia diberi ASI. Sungguh budaya yang sangat bagus. Nenek
moyang kita, ternyata sudah dengan arif, bisa menengkap keagungan dan
anugerah dari Tuhan untuknya. Sesuatu kemunduruan kiranya, kalau budaya nan
bagus itu hilang saat ini (Muktamar Nining,2004).
Berbagai kendala yang dihadapi dalam peningkatan Pemberian ASI
terutama pemberian ASI eksklusif, antara lain: Perilaku menyusui yang kurang
mendukung misalnya membuang kolostrum karena dianggap kotor. Pemberian
makanan dan minuman sebelum ASI keluar: kurangnya rasa percaya diri ibu
bahwa ASI cukup untuk bayinya: ibu yang bekerja: gencarnya promosi susu
formula, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui massa media, bahkan
dewasa ini secara langsung kepada ibu-ibu: juga tak kalah berpengaruh yaitu
sikap petugas kesehatan yang kurang mendukung tercapainya keberhasilan
Peningkatan Pemberian ASI (Strategi Nasional PP-ASI 202).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Temalate Makassar, ternyata
ada hubungan antara promosi susu formula dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayi 6-11 bulan. Hal ini berarti responden yang mendapatkan promosi susu
formula presentase pemberian ASI Eksklusifnya sangat kecil karena susu formula
yang didapat ibu saat melahirkan berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif
pada bayinya, dengan memberikan susu formula kepada bayi saat ASI belum
keluar bukan merupakan tindakan yang tepat karena tidak sesuai lagi dengan
standar ASU eksklusif. Adanya pembagian susu formula yang dilakukan oleh
petugas kesehatan/non kesehatan di tempat ibu melahirkan yang dibeli oleh
responden akan mempengaruhi pemberian ASUI eksklusif pada bayi (Ridwan,
2006).
Berdasarkan hasil penelitian Nurchilihsh (2005) bersama Program
Appropriate Technology in Health (PATH) di daerah Cirebon, Kediri, Cianjur,
Blitar tahun 2003 diketahui berbagai “kenakalan” produsen susu formula dan
makanan pendamping bayi, diantaranya promosi dalam berbagai bentuk kepada
sarana kesehatan serta tenaga kesehatan, baik dokter maupun bidan untuk turut
serta memasarkan produk mereka.
Rencana Stategis Departemen Kesehatan tahun 20005-2009 pada
kontibusi para pelaku pembangunan kesehatan lainnya, diharapkan salah satu
sassran keluaran pembangunan kesehatan yang dapat dicapai adalah Presentasi
bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 80 %.
Kabupaten Minahasa Utara tahun 2006 kelahiran bayi sebanyak 556 bayi,
jumlah persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan yaitu sebanyak 72%, dan
cakupan pemberian ASI Eksklusif sebanyak 40 %. Jumlah bidan yang ada di
Dinas kesehatan kabupaten Minahasa Utara sebanyak 97 orang, dan tersebar pada
10 Puskesmas. Pada Puskesmas Likupang jumlah kelahiran 67 bayi, yang di
tolong oleh tenaga kesehatan 84%, jumlah bidan 9 orang, dan cakupan ASI
eksklusif 38%. (Sumber, Dinkes Kabupaten Minut).
Dari gambaran tersebut doi atas dapat dikatakan bahwa pencapaian
pemberian ASI Eksklusif masih rendah, hal ini mungkin disebabkan karena
kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan dan manfaat
menyusui, adanya paham cosmetology dimana wanita takut menyusui karena
akan mempengaruhi bentuk payudarahnya, dengan menyusui merasa ketinggalan
jaman, ada gengsi dimana memberikan susu formula sebagai symbol
kemewahan,kelihatan modern dan merasa terhormat, juga masih ada yang
percaya tentang mitos-mitos yang merugikan kesehatan anak, pengaruh promosi
susu formula, atau peran petugas kesehatan dalam hal ini bidan yang kurang
mendukung pemberian ASI Ekslusif pada bayi.
Peran petugas kesehatan juga sangat penting. Rata-rata perempuan di
Indonesia melahirkan di rumah sakit atau bidan. Yang dipercaya nasehatnya
untuk kesehatan anak. Jadi, petugas kesehatan (bidan) memegang peranan kunci
dalam hal ini, khususnya untuk bisa ASI Eksklusif di rumah sakit/rumah bersalin.
Kualitas bidan yang tidak sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya akan
berdampak kurang baik terhadap orang yang di tolongnya (Lubis. 2000).
Bidan sebagai profesi mempunyai tanggung jawab piokok pelayanan
kesehatan ibu dan anak harus mampu menerapkan konsep ASI eksklusif agar
bayi mendapat nutrisi yang adekuat untuk kembangnya. Dengan memahami
konsep penerapan ASI eksklusif, bidan akan mampu memberi penyuluhan dan
pemahaman terhadap ibu tenaga pentingnya ASI sehingga setiap ibu menyadari
dan merasa bangga dan bahagia serta respek dalam menyusui bayinya. Bidan
yang berperan dan bertanggung jawab dalam bidang kesehatan preventif dan
promotif harus mampu menangani kasus yang masih dianggap fisiologis, kasus
yang harus dikolaborasikan,
kasus yang memerlukan tindakan darurat, dan
melakukan rujukan dengan proses yang tepat (Purwanti, 2004).
Dari kesenjangan antara harapan peningkatan pemberian ASI Eksklusif
dan kenyataan tentang peran bidan yang belum maksimal maka perlu dicarikan
jalan keluar agar pembangunan generasi yang sehat, cerdas dan taqwa mampu
memberi warna bagi negeri tercinta dan mampu menjadikan tunas-tunas bangsa
yang siap dan mampu memimpin bangsa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada hal-hal yang telah dikemukakan di atas berkaitan
dengan peran bidan terhadap pemberian ASI Eksklusif i Kabupaten Minahasa
Utara Propinsi Sulut, maka rumusan masalah penelitian yang dibahas adalah
“Bagaimana peran bidan terhadap pemberian ASI Eksklusif pada persalinanpersalinan yang ditolongnya baik di rumah maupun di Puskesmas pada tahun
2007”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendapatkan informasi tentang peran bidan dalam pemberian ASI
Eksklusif pada bayi yang ditolong saat kelahirannya di Kabupaten Minahasa
Utara Propinsi Sulawesi Utara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk
mendapatkan
informasi
dari
faktor
internal
berdasarkan
informasi
dari
faktor
internal
berdasarkan
aspek kompetensi bidan.
b. Untuk mendapatkan
aspek kewajiban moral.
c. Untuk mendapatkan informasi dari faktor eksternal berdasarkan aspek
kewenangan bidan.
d. Untuk mendapatkan informasi dari faktor eksternal berdasarkan aspek
pelatihan.
e. Untuk mendapatkan informasi dari faktor eksternal berdasarkan aspek
reward.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Menjadi salah satu informasi penting bagi instansi kesehatan
Kabupaten Minahasa Utara.
2. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi bagi para
ilmuwan, serta memperkaya kepustakaan Ilmu Kesehatan Masyarakat
khususnya Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
3. Manfaat bagi peneliti
Merupakan
pengalaman
ilmiah
yang
sangat
berharga
dalam
melakukan penelitian tentang pelayanan pasca persalinan lebih, khusus
tentang peran bidan terhadap pemberian Asi Eksklusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Profesi Kebidanan
1. Pengertian dan Konsep Kebidanan
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional dan internasional
dengan sejumlah praktisi diseluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang
prakteknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation
of Midwifes (ICM) tahun 1972 dan International Federation of Gynaecologist
and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya, pada tahun
1990 pada pertemuan Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan defenisi
tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO dan WHO. Secara lengkap
pengertian bidan adalah ; A midwife is a person who, having been regulary
admitted to a midwifery educational program fully recognized in the country
in which it islocated, has succesfully completed the prescribed course of
studies in midwifery and has acquired the requiste qualification to be
registered and or legally licensed to practice midwifery. She must be able to
give the necessary supervision, care and advice to women during pregnancy,
labor, and postpartum, to conduct deliveries on her own responsibility and to
care for the newborn and the infant. This care includes preventive measures,
the detection of abnormal condition in mother and child. The procurement of
medical assistance, and the execution of emergency measures in the absence
of medical help. She has important task in counseling and education, not only
for patients, but also within the family and community. Their work
shouldinvolve antenatal education and preparation forparenthood and
extends to certain areas of gynecology family planning and child care.
Shemay practicein hospitals, clinic, health units, domiciliary conditions or
any other service.
(Bidan adalah seseorang
yang telah menyelesaikan program
pendidikan bidan yang telah diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi
dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus
mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang
dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan pasca
persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung
jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini
termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan
bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan
pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia
mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya.
Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi
orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana
dan asuhan anak. .Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan,
rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya).
Demikian luasnya dan dalamnya profesi bidan, maka dapat dikatan
bahwa bidan indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian
dengan persyaratan yang berlaku. Jika melakukan praktek, yang bersangkutan
harus mempunyai kualiflkasi agar mendapat lisensi untuk praktek(lBI,2001).
2. Paradigma kebidanan
Paradigma kebidanan adalah cara suatu pandang dalam memberikan
pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan
dan cara pandang bidan dalam kaitan
antara
manusia/wanita,
hubungan
lingkungan,
dan
pelayanan
timbal balik.
kebidanan
dan
keturunan. Uraian paradigma kebidanan tersebut adalah sebagian berikut;
a. Wanita
Wanita/manusia adalah makluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual
yang utuh dan unik mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam
sesuai dengan tingkat perkembanganya. Wanita\ibu adalah pendidik
pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan
oleh keberadaan\kondisi dari Wanita\ibu dalam keluarga. Para wanita di
masyarakat adalah penggerak dan pelopor dari peningkatan kesejahteraan
keluarga.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada di sekitar kita dan terlibat dalam
interaksi
individu
pada
waktu
melaksanakan
aktifitasnya.
Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikosocial,
lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Lingkungan psikosocial
meliputi keluarga, kelompok, komuniti dan masyarakat. Masyarakat
merupakan kelompok yang paling penting dan kompleks yang telah
dibentuk manusia sebagai lingkungan sosial. Masyarakat adalah
lingkungan pergaulan hidup manusia yang terdiri dari individu
c. Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi
manusia
dengan
lingkungannya,
yang
terwujud
dalam
bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Prilaku manusia bersifat holistic
(menyeluruh). Adapun prilaku professional dari bidan mencakup:
1) Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi etika
profesi dan aspek legal.
2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis
yang dibuatnya.
3) Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan ketrampilan
mutakhir secara berkala.
4) Menggunakan cara pemcegahan universal untuk mencegah penularan
penyakit dan strategi pengendalian infeksi.
5) Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan
asuhan kebidanan
6) Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan
praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran periode pasca persalinan, bayi
baru lahir dan anak.
7) Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita/ibu agar dapat menentukan pilihan yang telah di informasikan
tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis
supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
8) Menggunakan keterampilan komunikasi
9) Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan keluarga
10) Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
Perilaku ibu selama kehamilan akan mempengaruhi kehamilannya
perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi
kesejahteraan ibu dan janin yang dilahirkan, demikian pula perilaku
ibu pada masa nifas akan mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.
Dengan demikian perilaku ibu dapat mempengaruhi kesejahteraan
dirinya dan janinnya. d. Pelayanan Kebidanan
d. Pelayanan kebidanan merupakan bagian intregal dari pelayanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka
tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan
layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang di
berikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera. Sasaran
pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat, yang
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan.
Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1. layanan kebidanan primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya
menjadi tanggungjawab bidan.
2. Layanan kebidanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh
bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara
bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.
3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan
rujukan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/fasilitas kesehatan
lainnya secara horizontal maupun vertical atau profesi kesehatan
lainnya. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan
dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
e. Keturunan
Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang
sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut penyiapan
wanita sebelum perkawinan, sebelum kehamilan (pra konsepsi), masa
kehamilan, masa kelahiran dan masa nifas.
Walaupun kehamilan, kelahiran dan nifas adalah proses fisiologis namun
bila tidak ditangani dengan akurat dan benar, keadaan fisiologis akan
menjadi patologis. Hal ini akan berpengaruh pada bayi yang akan
dilahirkannya. Oleh karena itu, layanan pra perkawinan, pra kehamilan,
kehamilan, kelahiran dan nifas adalah sangat penting dan mempunyai
keterikatan satu sama lain yang tak dapat dipisahkan dan semua ini adalah
tugas utama bidan.
3. Kompetensi Bidan di Indonesia
a. Kompetensi ke 1
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuaan dan keterampilan dari ilmuilmu social, kesehatan masyarakat, dan etik yang membentuk dasar asuhan
bermutu tinggi sesuai dengan budaya , baik bagi ibu, bayi baru lahir,
maupun keluarganya.
b. Kompetensi ke 2
Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi pendidikan kesehatan yang
dianggap terhadap budaya, dan pelayanan menyeluruh di masyarakat
dalam rangka meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan
kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua.
c. Kompentensi Ke 3
Bidan memberiasuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau
rujukan.
d. Kompetensi Ke 4
Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap budaya
setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan
aman,
menangani
situasi
kegawat
daruratan
tertentu
untuk
mengoptimalkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
e. Kompetensi Ke 5
f. Bidan memberi asuhan kepada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
g. Kompentensi Ke 6
Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru
lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
h. Kompentensi Ke 7
Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif kepada bayi
dan balita sehat sampai usia 1 bulan 5 tahun.
i. Kompentensi Ke 8
Bidan memberi asuhan bermutu tinggi dan komprehensif kepada keluarga,
kelompok, dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
j. Kompentensi Ke 9
Melaksanakan asuhan kebidanan kepada wanita atau ibu yang mengalami
gangguan system reproduksi (IBI 2001).
4. Bidan Sebagai Praktisi
Bidan memiliki peran sebagai praktisi atau pelaksana atau pemberi
layanan. Dewasa ini, bidan sudah mulai menyadari istilah “duty of
care”(kewajiban dalam memberikan perawatan), sehingga semakin banyak
bidan yang mulai mempelajari masalah hukum, selain masalah pelayanan
kebidanan. Sayangnya, keinginan profesi bidan untuk mempelajari masalah
hukum lebih di dorong oeh rasa takut mendapatkan tuntunan hukum dari
kliennya. Hanya sedikit bidan yang terdorong mempelajari hukum dengan
alasan ingin lebih memahami aspek etik dalam layanan kebidanan yang sering
kali terlewatkan dalam praktek kebidanan sehari-hari.
Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi atau pemberi layanan,
selain berpegangan pada kode etik dan standar profesi, ada beberapa hal yang
dapat menjadi pegangan bidan antara lain :
a. Hati nurani
Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman. Hati nurani
paling mengetahui kapan perbuatan individu melanggar etika atau sesuai
etika. Hati nuranu individu di bangun melalui berbagai aspek asuhan atau
didikan,sosialisasi, atau pengalaman. Tidak ada standar baku untuk
menilai hati nurani.
b. Teori etika
Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit , bidan dapat
berpegangan pada teori etika. Sekalipun teori ini sudah tua , namun masih
relevan
karena
selalu
disesuaikan
dengan
perkembangan
saat
ini. (Soepardan, 2008)
5. Kewajiban moral
Kata “moral” berasal dari bahasa latin yaitu “mos” (jamak: mores)
yang berarti kebiasaan , adat. “moral” mempunyai etimologi yang sama
dengan “etik” , karena keduanya mengandung arti adat kebiasaan, meskipun
bahasa asalnya berbeda, “etik” berasal dari bahasa yunani, sedangkan “moral”
berasal dari bahasa latin. Moral membahas mengenai apa yang dinilai
“seharusnya” di masyarakat. Istilah masyarakat di pakai untuk menunjukkan
aturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku
manusia.
Banyak kasus yang timbul dalam masyarakat dapat menimbulkan
permasalahan bagi tenaga medis. Permasalahan ini mengakibatkan dilema
dalam tindakan profesi, karena apabila seorang tenaga medis melakukan
tindakan yang tidak di setujui oleh pasien (Klien) ataupun di luar
wewenagnya, hal ini akan mempengaruhi moral dirinya sebagai tenaga medis.
Konflik moral adalah suatu proses ketika kedua belah pihak atau lebih
berusaha memaksakan tujuannya
dengan
cara
mengusahakan untuk
menggagalkan tujuan yang ingin di capai pihak lain. Konflik moral
merupakan suatu hal yang sulit di hindari, khususnya dalam dunia kesehatan.
Konflik moral terjadi karena kesenjangan antara prinsip moral yang di anut
dengan situasi kenyataan yang di hadapi.
Dilema moral akan selalu ada dalam kehidupan manusia, termasuk di
dunia kesehatan atau bahkan dalam profesi kebidanan karena manusia
menjadi objek dalam asuhan kebidanan tersebut. Manusia memiliki latar
belakang budaya, agama, pendidikan, dan ekonomi yang berbeda, sehingga
masalah yang muncul dan yang harus di hadapi sangat kompleks. Dengan kata
lain manusia mempunyai kemampuan untuk menerima dan memecahkan satu
masalah yang dihadapinya.
Dilema tidak hanya di ciptakan oleh beberapa kemungkinan yang di
hasilkan oleh tindakan, tetapi juga dari hipotesis dari kenyatan yang tidak di
duga. Menurut Beauchamp dan Childress (1994) ada dua bentuk dilema
moral, yaitu :
a. Bila alternatif tindakan sama kuat. Terdapat alasan yang sama kuat untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan (contoh, kasus si Ibu yang
menolak episiotomi). Pada kasus tersebut, jika bidan mengikuti keinginan
si Ibu. Akan tetapi, jika bidan tetap melakukan episiotomi, berarti bidan
telah menyelamatkan si bayi. Kedua alasan yang ada sama kuat.
b. Bila alternatif tindakan tidak sama kuat. Satu tindakan dianggap “benar”
sedangkan
tindakan
lainnya
dianggap
“salah”
(contoh,
seorang
ibu mengalami kesulitan dalam menyusui maka bidan tanpa konseling
lebih dulu langsung menawarkan susu formula untuk di berikan pada bayi
ibu). Pada kasus tersebut, jika bidan menyadari tentang peran dan
tanggung jawabnya maka dia akan menganjurkan untuk dapat membeikan
ASI Ekslusif, tapi karena bidan lebih mengutamakan kebutuhan
financialnya dengan menjadi partner bisnis perusahaan susu formula maka
perannya sebagai Pemberi Layanan Asuhan Neonatal diabaikan.
6. Kewenangan Bidan
Wewenang merupakan alat atau dasar hukum untuk bertindak,
sedangkan delegasi wewenang merupakan kunci dinamika organisasi.
Wewenang adalah kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang untuk
bertindak dan memerintah orang lain. Tanpa ada wewenang terhadap suatu
pekerjaan,
janganlah
mengerjakan
pekerjaan
tersebut,
karena
tidak
mempunyai dasar hukum untuk melakukannya. Dalam hal ini kewenangan
bidan diatur dalam Permenkes RI No 572/Menkes/VI/1996 tentang Registrasi
dan Praktek Bidan. (Hasibuan P.S Malayu 2006)
7. Pelatihan Bidan
Pelatihan atau training adalah salah satu bentuk proses pendidikan.
Dengan melalui training sasaran belajar atau sasaran pendidikan akan
memperoleh pengalaman belajar yang akhirnya akan menimbulkan perubahan
perilaku mereka.
Tujuan pokok daripada setiap training adalah untuk merubah
kemampuan penampilan seseorang didalam melaksanakan pekerjaannya.
Sedangkan kebijaksanaan umum daripada suatu pelatihan adalah agar
pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan efektif, serta
menyiapkan mereka untuk mengembangkan selanjutnya. Dari kebijaksanaan
ini dapat di tarik kesimpulan bahwa training itu di perlukan oleh setiap
pegawai tidak terbatas pada umur, jabatan, pangkat dan sebagainya. Prinsip
ini adalah sama dengan prinsip pendidikan yaitu pendidikan seumur hidup
(long life education).(Notoatmodjo.S. 1989)
8. Reward
Siegel dan Lane mengutip kesimpulan yang di berikan oleh beberapa
ahli yang meninjau kembali hasil-hasil penelitian tentang pentingnya gaji
sebagai penentu dari kepuasan kerja, yaitu bahwa para sarjana psikologi telah
secara tradisional dan salah meminimasi pentingnya uang sebagai penentu
kepuasan kerja.
Uang mempunyai arti yang berbeda-beda bagi orang yang berbedabeda. Disamping memenuhi kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah (makanan,
perumahan), uang dapat merupakan simbol dari capaian (achiement),
keberhasilan dan pengakuan/penghargaan. Lagi pula uang mempunyai
kegunaan sekunder. Jumlah gaji yang diperoleh dapat secara nyata mewakili
kebebasan untuk melakukan apa yang ingin di lakukan (misalnya berilbur
keliling dunia dan sebagainya). (Munandar S. Ashar 2001).
a. Gaji adalah balas jasa yang di bayar secara periodik kepada karyawan
tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Maksudnya, gaji akan tetap
dibayarkan walaupun pekerja tersebut tidak masuk kerja.
b. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan
berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya.
c. Konpensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan
atau jasa yang di berikan kepada perusahaan. Program konpensasi
bertujuan
untuk
kepentingan
perusahaan,
karyawan,
dan
pemerintah/masyarakat. Supaya tujuan tercapai dan memberikan kepuasan
bagi semua pihak hendaknya program konpensasi di tetapkan berdasarkan
prinsip adil dan wajar, undang-undang pemburuhan, serta memperhatikan
internal dan eksternal konsistensi (Hasibuan P.S Malayu 2006).
B. Tinjauan Umum Tentang ASI Ekslusif
1. Pengertian ASI Ekslusif
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak di beri makanan lain,
walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
2. Kebaikan Air Susu Ibu
Cow's milk is best for calves, mother's milk is best for babies. Bahwa
ASI merupakan susu terbaik untuk bayi kita, tidaklah perlu disangsikan lagi.
Disamping zat-zat yang terkandung didalamnya, pemberian ASI juga
mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a. Steril, aman dari pencemaran kuman
b. Selalu tersedia dengan suhu yang optimal
c. Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi
d. Mengandung anti bodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membunuh kuman atau virus
e. Bahaya alergi tidak ada
Selain kebaikan ASI sendiri, menyusui juga mempunyai keuntungan lain
yaitu:
a. Dengan menyusui terjalin hubungan yang lebih erat antara bayi dan
ibunya karena secara alami dengan adanya kontak kulit, bayi merasa
aman. Hal ini penting bagi perkembangan psikis dan emosi dari bayi.
b. Dengan menyusui uterus berkontraksi sehingga pengembalian uterus ke
keadaan fisiologis(sebelum kehamilan) lebih cepat.
c. Pendarahan setelah melahirkan tipe lambat berkurang
d. Dengan menyusui akan mengurangi kemungkinan menderita kanker
payudara pada masa mendatang
e. Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan
(membantu keluarga berencana).
3. Management Laktasi (keseluruhan dari proses menyusui)
a. Persiapan dan teknik menyusui
b. Persiapan psikologis
c. Pemeriksaan payudara
d. Pemeriksaan putting susu
e. Teknik dan posisi menyusui
f. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
g. Lama dan frekuensi menyusui h. dan cara penyimpanan ASI
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI Faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan ASI antara lain :
a. Perubahan social budaya
a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan social lainnya
b) Meniru teman, tetangga atau orang tertemuka yang memberikan susu
botol (gengsksimbol kemewahan )
c) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya
b. Faktor Psikologis
a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita karena perubahan
pada payudara (cosmetology)
b) Tekanan batin, kecemaan dan ketidak tenangan
c. Faktor fisik ibu
a) Ibu dengan penyakit, Hiv/Aids, Hepatitis B dll
b) Keadaan anatomi payudara ibu yang tidak baik (puting susu datar)
d. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberiaan ASI.
e. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
f. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri
yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng
5. Mengapa banyak Ibu tidak menyusui secara Ekslusif ?
Alasan untuk ibu tidak menyusui terutama yang secara ekslusif sangat
bervariasi. Namun yang paling sering di kemukakan sebagai berikut:
a. ASI tidak cukup
Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, tetapi hanya
sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi
ASInya. Harus diakui bahwa Tuhan telah menciptakan tubuh manusia
yang cerdas. Tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Seorang ibu yang mempunyai bayi kembar, baik kembar dua atau
tiga sekalipun dapat menyusui kedua atau ketiga bayinya.
b. Ibu bekerja dengan cuti hamil tiga bulan
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI ekslusif karena waktu
ibu bekerja, bayi dapat di beri ASI perah yang di perah sehari sebelumnya.
c. Takut ditinggal suami
Dari sebuah survey yang di lakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI), di peroleh data bahwa alasan pertama berhenti
memberikan ASI kepada anaknya adalah “takut di tinggal suami”. Ini
semua karena mitos yang salah, yaitu 'menyusui akan mengubah bentuk
payudara menjadi jelek'. Sebenarnya mengubah bentuk payudara adalah
kehamilan bukan menyusui!.
d. Tidak di beri ASI tetap jadi “orang”
Dengan di beri susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan
mungkin berhasil “jadi orang”. Namun, kalau bayi ini di beri ASI Ekslusif
akan lebih berhasil. Bukan tanpa alasan kalau para ahli menamakan ASI
sebagai “darah putih”. Air susu ibu bukan sekedar makanan, ASI
merupakan cairan hidup yang lebih menyerupai darah. Cairan yang
mengandung
sel
darah
putih,
zat
kekebalan,
hormone,
eaktor
pertumbuhan, vitamin, air, protein, bahkan zat yang dapat membunuh
bakteri dan virus. Bayi yang di beri ASI Ekslusif akan lebih sehat, lebih
tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya, lebih
mudah bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya.
e. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu
sering didekap, dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh menjadi
kurang mandiri, manja dan agresif karena kurang perhatian bukan karena
terlalu di perhatikan oleh orang tua.
f. Susu formula lebih praktis
Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan
api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu
waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu,
ASI yang siap dipakai dengan suhu yang tetap setiap saat serta tidak
memerlukan api, listrik, dan perlengkapan yang harus steril jauh lebih
praktis daripada susu formula.
g. Takut badan tetap gemuk
Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah
tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan
lemak untuk membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui akan
membantu ibu-ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada ibu yang
tidak menyusui secara ekslusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu
hamil akan di pergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang
tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak
ini.
6. Hak-hak Asasi Bayi Baru Lahir
Poin penting dari deklarasi tenteng hak asasi bayi yang baru lahir menurut
Declaration of Barcelona on the Right of Mother and Newborn adalah sebagai
berikut:
a. Deklarasi Universal tentang hak asasi manusia yang mengacu pada semua
tingkat kehidupan.
b. Martabat bayi yang baru lahir sebagai manusia apakah ia laki-laki atau
perempuan adalah sangat berharga.
c. Setiap bayi yang baru lahir berhak untuk hidup.
d. Setiap bayi baru lahir berhak atas kehidupannya tanpa resiko yang
berkaitan dengan alasan budaya, politik, dan agama.
e. Setiap bayi baru lahir berhak berhak mendapatkan identitas diri dan
kewarganegaraan yang benar.
f. Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan sanitasi, kasih sayang, dan
perawatan social agar mengalami perkembangan fisik, mental, spiritual,
moral, dan social secara optimal dalam kehidupannya kelak.
g. Setiap
bayi
baru
lahir
berhak
atas
gizi
baik
yang
terjamin
pertumbuhannya.
h. Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan perawatan medis yang benar.
i. Seorang wanita hamil dengan janin anomaly yang tidak dapat
mempertahankan kehidupannya berhak meneruskan kehamilannya atau
memilih terminasi kehamilan sesuai hukum yang sah di setiap negara, jika
mereka menginginkan.
j. Setiap bayi baru kahir berhak mendapatkan keuntungan dari upaya
percobaan setiap negara, menyangkut perlindungan social dan pelayanan
bidang kesehatan.
k. Bayi yang baru lahir tidak boleh di pisahkan dari orang tuanya.
l. Dalam kasus adopsi, setiap bayi berhak diadopsidengan jaminan
maksimum.
m. Semua bayi baru lahir dan wanita hamil berhak mendapatkan
perlindungan di negara yang sedang mengalami konflik peperangan.
7. Landasan hukum ASI Ekslusif
Pemberian Air susu Ibu (ASI) secara Ekslusif pada bayi di Indonesia
berlandaskan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
450/Menkes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004.
8. Kebutuhan Nutrisi selama menyusu persalinan. Apabila kedua masa ini di
lalui dengan sehat berarti masa laktasi tidak terlalu berat untuk memenuhinya.
Pertumbuhan pada tiap tahap perkembangan akan saling mempengaruhi.
Seorang ibu hamil dalam kondisi sehat, artinya berat badan dan hemoglobin
tidak menunjukkan anemia atau kurang gizi dan bebas dari penyakit maka mekanisme
tubuh akan mengatur secara otomatis apa yang menjadi kebutuhan tubuh. Maka
kehamilan 18-24 minggu merupakan masa yang sangat kritis untuk perkembangan
serabut saraf otak sehingga ibu hamil pada masa ini akan mengalami kurang gizi
terutama unsur protein. Sangat penting bidan memberi pemahaman dan bimbingan
agar ibu hamil mau dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi untuk masa depan
anaknya.
Dari hasil kajian ini menunjukkan bahwa nutrisi yang baik untuk ibu hamil ,
bersalin dan menyusui sangat di perlukan. Kebutuhan protein pada wanita menyusui
pada 6 bulan pertama memerlukan tambahan 60g/hari, pada 6 bulan kedua 12g/hari,
lemak diperlukan 25%-40%, karbohidrat 55%-75%, cairan minimal 10 gelas perhari
dan vitamin.
Berdasarkan kenyataan yang ada, kelompok masyarakat dengan keadaan
ekonomi yang kurang tetap dapat menyusui dengan baik dan bayi akan tumbuh dan
berkembang walau hanya mendapat ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini
dapat terjadi di sebabkan kebutuhan protein dalam ASI di ambil dari tubuh ibu sendiri
dari berbagai cadangan zat gizi untuk pemenuhan pembentukan ASI (terutama
cadangan lemak ibu) kurang karbohidrat, sedikit berpengaruh pada kadar laktosa ASI,
hanya volume ASI akan berkurang bila ibu diet rendah kalori sehingga selama
menyusui tidak di benarkan menurunkan berat badan. Vitamin sangat di pengaruhi
oleh diet ibu sehingga perlu bagi ibu hamil atau menyusui untuk mengkonsunsi buah
dan sayur setiap hari. Kekurangan mineral akan memberi dampak kecil pada mineral
ASI.
Kesimpulan, kebutuhan utrisi selama hamil dan menyusui harus di berikan
secara adekuat. kekurangan dalam waktu sesaat tidak terlalu berpengaruh pada
kualitas ASI karena masih dapat dipenuhi oleh cadangan lemak dari tubuh ibu, tetapi
kekurangan dalam waktu lama dan cadangan tubuh ibu habis akan memberikan
dampak pada ibu maupun pada ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan bayi.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang AST . bahkan ibu
yang butu huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, teori
ini perlu ditinjau kembali karena sudah terbukti bahwa kepandaian untuk menyusui
tidak dibawah dari lahir, bukan juga suatu insitink, tapi suatu seni yang hams
dipelajari.
Berhasil atau tindaknya penyusunan dini di tempat pelayanan ibu bersalin,
sangat tergantung pada petugas kesehatan dalam hal ini adalah bidan dimana segala
nasehat yang akan di sampaikan dipercaya oleh para ibu. Keberhasilan dari
penyusuan dini atau proses inisiasi dini adalah awal dari suatu keberhasilan pemberi
ASI ekskulusif.
Masalah-masalah yang terjadi pada proses menyusui bukanlah alasan yang
tepat untuk mencari jalan pintas atau bidan memberi solusi untuk mengantikan ASI
dengan susu formula. Presentasi dari masalah yang ditemuipun re;latif kecil.
Berapa-berapa dekade terakhir ini susu formula telah mendominasi rumahrumah sakit, klinik-klinik persalinan bahkan puskesmas. Hal ini telah mepengaruhi
sikap dan pengetahuan para petugas kesehatan (Dokter, perawat, bidan). Untuk itu
perlu kiranya kiranya revisi pendidikan kedokteran atau pendidikan kebidanan serta
tambahan riteratur tertutama mengania ASI dan masalahnya, atau pun diadakan
pelatihan-pelatihan untuk para bidan untuk lebi meperiorotaskan pemberian ASI pada
bayi terutama pemberian ASI eskulusif.
B. Kerangka Konsep
Untuk lebih jelasnya uraian dasar pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai
berikut:
Faktor Internal:
• Kompetensi bidan
•
Kewajiban moral
PERAN BIDAN
Pemberian Asi
Eksklusif
Faktor Eksternal:
• Kewenangan bidan
• Pelatihan bidan
• Reward
C. Definisi konsep
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap konsep-konsep yang di
gunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu batasan pengertian sebagai
berikut:
1. Peran Bidan
Yang di maksud peran bidan yaitu apa yang dilakukan bidan dalam
pemberian asuhan neonatal khususnya pada pemberian ASI Ekslusif peran
yang dilakukan berdasarkan kapasitas yang bidan yang dimiliki, dimana
kapasitas itu dipengaruhi oleh :
a. Faktor Internal atau faktor-faktor yang memang harus ada didalam setiap
pribadi bidan. Dalam faktor Internal di dalamnya :
1. Kompetensi Bidan
Yang dimaksud kompetensi bidan yaitu pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang harus miliki oleh seorang bidan dalam
melaksanakan praktek kebidanan dalam hal ini pemberian asuhan
pasca persalinan dan asuhan neonatal
2. Kewajiban moral
Suatu hal yang harus di lakukan dengan mempertimbangkan baik
buruknya segala pelayanan yang kita berikan dalam hal ini pelayanan
kebidanan berdasarkan hati nurani dan kode etik yang ada.
b. Faktor Eksternal atau faktor-faktor yang mempengaruhi peran bidan yang
datang dari luar. Termasuk didalamnya :
3. Kewenangan bidan
Yang dimaksud kewenangan bidan yaitu alat atau dasar hukum untuk
bertindak dalam hal ini tindakan yang di lakukan yaitu tindakan
kebidanan.
4. Pelatihan bidan
Yang di maksud dengan pelatihan bidan yaitu suatu bentuk proses
pendidikan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam hal
ini topik pelatihan yaitu tantang pentingnya pemberian ASI Ekslusif
5. Reward
Yang di Maksud dengan reward yaitu penghasilan tambahan bidan
dalam menjalankan praktek kebidanannya berupah upah yang di
berikan perusahaan susu formula yang merupakan balas jasa karena
telah berpartisipasi dalam mempromosikan dagangnya.
2. Pemberian ASI Ekslusif
Yang di maksud pemberian ASI Ekslusif yaitu pemberian ASI saja tanpa
tambahan makanan lainnya pada bayi berumur 0-6 bulan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuyantitatif untuk
memperoleh informasi yang luas dan mendalam mengenai masalah yang jadi
fikus penelitian dalam hal ini bagai mana peran bidan dalam pemberian ASI
Eksklusif.
B.
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dipuskesmas Likupang kabupaten minahasa
Utara Propinsi Sulawesi Utara
C.
Informan Penelitian
1. Ibu menyususi
2. Bidan puskesmas likupang
D.
Cara pemilihan informan
Penentuan sumber data dalam penelitian ini yaitu tehnik pengumpulan data
dalam memili informan yang dianggap layak dalam pemberian data yang
dibutukan dalam penelitian ini. Informan tersebut adalah:
1. Bidan puskesmas Likupang Minahasa Utara
2. Ibu mempunyai bayi berumur 6-11 bulan yang persalinanya ditolong oleh
bidan puskesmas likupang baik primipara maupun multipara.
Ibu menyusui yang melakukan kunjungan pemeriksaan di puskesmas
likupang.
3. bersedia dan mau memberikan informasi.
E.
Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara:
a. Obserfasi, yaitu pengumpulan data dengan mengamati objek penelitian untuk
memperoleh informasi yang dibutukan.
b. Pengumpulan data dilakukan penelitian dengan wawancara mendalam
(indepth interview). Wawancara mendalam merupakan suatu teknik
pengumpulan data kulitatif dengan cara mengajukan pertanyaan guna
mengali informasi terhadap topik penelitian secara mendalam dan dilakukan
pencatatan dari hasil wawancara.
c. Tinjauan pustaka, diperoleh dengan mencari data melalui lembaga-lembaga
yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu dengan membaca surat kabar,
majalah, bahan kuliah, laporan dan situs internet yang memiliki revansi kuat
dengan masalah yang ditelitih.
F.
Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dimana dalam
melaksanakan penelitian, peneliti melengkapi dengan:
a. Pedoman wawancara
b. Alat perekam untuk proses wawancara mendalam antara peneliti informan.
c. Catatan harian atau catatan lapangan yang berfungsi mencatat fakta
lapangan
G. Pengolahan Dan Penyajian Data
Mengumpulkan hasil wawacara yang diolah sesuai variable yang diteliti serta
dianlisa isinya dan disajikan dalam bentuk naskah.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
KARAKTERISTIK
Untuk mendapatkan informasi mengenai peran bidan terhadap pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Likupang kabupaten Minahasa utara, maka peneliti
mewawancara 19 orang informan, yang terdiri dari 9 orang informan biasa yaitu
bidan, dan 10 orang informan kunci yaitu ibu menyusui. Teknik
informan
melalui
wawancara
mendalam
pengambilan
(indepth interview), dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide).
Karakteristik informan dalam penelitian ini dapat di gambarakan sebagai
berikut:
1. Informan biasa yaitu 9 orang bidan yang bekerja di Puskesams Likupang
dengan lama tugas dari 2 tahun sampai 2 tahun sampai 17 tahun, dengan
pendidikan akhir D III kebidan 4 orang dan PPB 5 orang dengan umur bidan
25 tahun sampai 37 tahun.
2. Informan kunci yaitu ibui menyusui bayi berumur 6-11 bulan, primipara
maupun multipara dengan pendidikan ibu dari tingkat SMP sampai SI,
dengan umur ibu dari 19 tahun sampai 32 tahun. Persalinan di tolong oleh
bidan.
B.
KARAKTERISTIK VARIABEL YANG DITELITI (BIDAN)
1. Tentang Kompentensi Bidan
Pengetahuan bidan tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir
Dalam melaksanakan prakteknya, bidan harus memiliki kompetensi yang
berupa pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki oleh
seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan
bertanggung jawab. Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh
merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggung
jawabkan praktenya. Perawatan bayi baru lahir dilakukan segera saat bayi
baru lahir. Sebagaian bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan
spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari
asuhan segera bayi yang baru lahir yaitu segera setelah melahirkan badamn
bayi sambil secara cepat menilai pernapasanya, letakkan bayi dengan handuk
atau kain bersi diatas perut ibu, kemudian dengan kain bersi dan kering atau
kasa lap dara atau lendir dari wajah bayi mencegah jalan udaranya terhalang.
Periksa ulang pernapasan bayi. Dari informasi yang didapat ketahuilah
bahwa pengetahuan informan tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir
berfariasi antara satu dengan yang lainya tapi intinya sama. Seperti dalam
petikan wawancara berikut ini:
'.........Bayi pertama-tama dibersikan wajahnya ,kalu banyak slem berarti
musti kasebersi, tali pusat langsung dipotong kong rawat pake alkohol deng
betadin, bungkus deng gaas steril,... pokoknya rawat tali pusar. abis itu
timbang berat badan deng panjang badanjang liupa periksa keseluruhan
keadaan bayi :kase pake baju.ato bungkus jo kong kasepa ibu for kase
toto.... “ (wawancara FW31tahun ,25juni 2008).
“........Berartiperawatan
bayi
baru
lahir
kang.?...biasa
torangjab
eking,....bayi taro diatas puru ibu,...Ha keadaan ibu, pasang klateter, test
plasenta, kalu so lepas bantu kase lepas, periksa jalan lahir jang ada robek,
kalu ada langsung manjae, kalunda kase bersi jo ibu kong bayi semantara
tunggu plasenta lepas langsung kase baju ato nbungkus dulu deng kaeng
bersi baru kase pa ibu mar kase bersi dulu ibu pe toto.
(wawancara, ITW 37 tahun, 23 juni 2008)
Pengetahuan informan tentang Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada
umunya sudah hak karena informan melaksanakan perawtan bayi baru lahir
pada jam pertama
dengan
setelah
kelahiran
bayi
tersebut.
Hal
ini
sesuai
teorei Prawirohardjo. S (dalam buku panduan praktis pelyanan
kesehatan meternal danneonatal, 2002) yang mendefinisikan bahwa Asuhan
segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran.
Asuhan segera bayi baru lahir berupa:
-
Klem dan potong tali pusat
-
Jagalah agar bayi tetap hangat
-
Kontak dini dengan ibu
-
Pernapasan
-
Perawatan Mata
-
Berikan Vitamin K
-
Identifikasi Bayi
-
Perawatan Iain-lain, (termasuk pemberian ASI eksklusif)
Walapun asuhan yang dibnerikan dilakukan pada jam pertama setelah
kelahiran tap[i dari ke delapan asuhan di atas belum semua dilakukan oleh
informan terhadap bayi yang ditolongnya. Perawatan mata dan pemberian
vitamin K belum dilaksanakan karena kadangkala obat tersebut di kamar
bersalin tidak sedikit, sedangkan mengidenfikasi bayi belum dilaksanakan
karena bayi yang lahir di Puskesmas tidak banyak
Pengetahuan tentang proses penyusunan dini
Bidan di Indonesia merupakan produk dari beberapa institusi maupun
area pendidikan berbeda, maka dengan adanya kompetensi bidan merupakan
hal yang bermanfaat untuk menyatukan persepsi terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang harus di miliki. Kompentensi bidan merupakan hal
bermanfaat untuk menyatukan persepsi terhadap dan keterampilan yang harus
dimiliki. Kompetensi bidan yang kelima membahas tentang asuhan pada ibu
nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya
setempat. Dari kompetensi yang sudah ada bidan pun perlu mengikuti
perkembangan informasi terbaru dalam mengelola ibu menyusui dengan
berhasil. Pemberian asi segera setelah lahir atau maksimal setengah jam
pertama setelah persalinan. Hal ini merupakan titik awal yang penting apaka
bayi nanti akan cukup mendapatkan asi atau tidak. Berikut ini adalah
informasi yang didapat dari infoman tentang proses penyesuaian diri.
“...... penberian asi setelah bayi lahir, atau secepat mungkin, kalu semua so
dalam keadaan nyaman....”
(Wawancara FW 31 tahun, 25 juni 2008)
“.... Langsung kase toto itu bayi waktu lahir jangan kase pisa lama deng depe
mama. Kalu dulu rawat pisah, sekarang rawat gabung , berarti langsung kase
toto....,,
(Wawancara WB 35 tahun, 27 juni 2008)
“.....kalu inda salah perna kita baca,bayi pelahir langsung kase didada pa ibu
kong nanti bayi ba cari toto sendidri, Cuma torang nyanda perna beking disini
lantaran belum perna dilatih untuk itu,skarang torang masi ja bekeng sama
deng lalu-lalu. Biasa seperti dulu ....oh tadi kita ada bilang de pe istilah bukan
penyusuan dini mar apa kote...? inisiasi dini staw kalu inda salah...”
(wawan cara 1TW ,23 juni 2008)
Pada umumnya pengetahuan informan tentang proses penyusuan dini
suda baik karena informan mengetahui bahwa proses penyususan dini adalah
pemberian asih secepat mungkin, hal ini sesuai dengan teori dari sri purweanti
H, bahwa pemberian asi setelah lahir sangat baik karena ini didasari dengan
hormon pembuat asi, antara lain hormon prolaktim. Hormon ini dalam
peredaran dara ibu akan menurut setelah satu jam persalinan yang disebabkan
oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktim dalam kadar
dara ibu sebelum setengah jam setelah persalinan, segera posisikan bayi untuk
mengisap puting susu ibu secara benar. Isapan bayi itu akan memberi
rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosis bekerja
merangsang otot polos untuk memeras asi yang ada pada alveoli, lobus , serta
duktus yang berisi asi yang dikeluarkan melalui puting susu. Keadaan ini akan
memaksa hormon prolaktin untuk terus menproduksi asi. Kosongnya
simpanan asi mengakibatkan makin banyak produksinya untuk mengisi
kembali Plumbung” asi yang kosong dan hormon prolaktim akan terus tinggi
dalam peredaran dara. Apabila bayi tidak mengisap puting susu pada setenga
jam setelah persalinan, hormon prolaktim akan menurun dan sulit merangsang
prolaktin sehingga asi baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih.
Teori diatas akan dikembangkan menjadi metode inisiasi dini, dari
informasi yang diperoleh termnyata sudah ada informan yang mengetahui
tentang hal tersebut walapun belum pernah di praktekkan karena belum
pernah di latih untuk itu. Menurut Utami Rush 2007, metode inisiasi dini
sangat tepat dilakukan dimana begitu bayi lahir, setelah dipotong tali
pusatnya, segera letakkan di dada ibunya, biarkan sampai dia bergerak dan
mencari puting susu ibunya sampai dapat. Biarkan minimal 30-40 menit,
maksimal 1 jam. Penelitian yang dilakukan terhadap 10.997 bqyi menemukan,
inisiasi dini dapat menekan kematian bayi hingga 22 %. Inisiasi dini
memberikan kesempatan bayi untuk memulai sendiri, menemukan sumber
kehidupannya.
Pengetahuan bidan tentang proses penyusunan dini berhubungan
dengan informasi yang di peroleh Dari ibu menyusui bahwa bidan
memberikan penjelasan tentang ASI Eksklusif pada saat proses menyusui baru
di mulai. Dari sepuluh informan yang diambil informasinya semuanya
mendapat penjelasan dari bidan tentang ASI khususnya ASI Eksklusif, hal ini
menandakan bahwa tidak ada kesenjangan antara informasi dari bidan dan ibu
menyusui tentang manfaat ASI yang dijelaskan bidan dan tentang sikap bidan
terhadap ibu saat ada masalah dalam proses menyusui.
2. Tentang Kewajiban Moral
Pengetahuan bidan tentang kebaikan ASI Eksklusif
Moral membahas mengenai apa yang dinilai “seharusnya”- di masyarakat.
Istilah moral dipakai untuk menunjukkan aturan dan norma yang lebih
konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia. Kewajiban untuk
melakukan hak yang baik hams dimiliki oleh bidan dalam menjalankan
profesinya. Menurut Sofyan Mustika salah sati kewajiban bidan yaitu
mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal. Pengetahuan tentang kebaikan ASI sangat
perlu dipahami oleh bidan dalam menjalankan praktenya. ASI adalah mujizat
perlu dimasukkan dalam hati dan pikiran bidan karena tidak ada makanan di
dunia ini yang sesempurna ASI, karena mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. Dibawah ini adalah
informasi yang diperoleh tentang pengetahuan informan tentang kebaikan ASI
Eksklusif.
“........ASI eksklusif memeberikan kekebalan untuk bayi. Dan berguna untuk
ibu supaya kontraksi uterus baik...................”(wawancara FW 31 tahun, 25
juni 2008)
“.............Meningkatkan daya tahan tubuh bayi, bagus untuk pertumbuhan,
makan paling cocok for bayi, kalu kase Asikan dape mama nyanda sibuk mo
urus dot
deng
beli
susu.
Pokoknya
memang paling
cocok for
bayi............”
(wawancara AP 26 tahun, 30 juni 2008)
“......Kalo mo suka jawaban lengkap mo ambe buku dulu kota.. mar pokoknya
ja jelaskan pa ibi bahwa itu ASI baik untuk ade, pokoknya paling bagus kalo
ibu dapat kase toto dape bayi, so nda dapa inga satu persatu depe lengkap
bagaimana,
mar yang jelas ASI bagus for ade.....
deng papa
ley kote
bagus....lantarankan ade pe papa so nda kaluar doi beli susu. (wawancara
ITW,23juni 2008)
Pengetahuan informan tentang kebaikan ASI Eksklusif yaitu memberikan
kekebalan untuk bayi, sebagai makanan paling cocok, baik untuk
pertumbuhannya. Sedangkan informan yang lain mengaku lupa secara
lengkap tentang kebaikan ASI Eksklusif. Pengetahuan informan tentang
kebikan Asi Ekskulusif pada umumnya di dapatkan dari tingkat akademik.
Karena pengetahuan tentang kebaikan Asi Eksklusif rata-rata sudah sangat
lama diperoleh informan, maka informan yang didapat masih sangat
sederhanan. Menurut Utami Rush 2000;
Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi
-
Asi sebagai nutrisi
-
Asi meningkatkan daya tahan tubuh
-
Asi meningkatkan kecerdasan
-
Asi meningkatkan jalina kasih sayang
Manfaat Pemberian Asi pada ibu
-
Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
-
Mengurangi terjadinya anemia
-
Menjarangkan kehamilan
-
Mengecilkan rahim
-
Lebih cepat langsing kembali
-
Mengurangi kemungkinan menderita kanker
-
Lebih ekonomis/murah
-
Tidak merepotkan dan hemat waktu
-
Portabel dan praktis
-
Memberi kepuasan bagi ibu
Manfaat Pemberian Asi bagi Majikan/Perusahan
-
Bila anaknya sakit, seorang ibu akan meninggalkan pekerjaannya untuk
mengurus si anak yang sakit
Manfaat Pemberian Asi Bagi Negara Pemberian Asi menghemat pengeluaran
negara
-
Menciptakan generasi penerus bagsa yang tangguh dan berkualitas untuk
membangun negara Asi Sayang Lingkungan
-
Air Susu Ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi didunia.
Dengan hanya memberi Asi manusia tidak memerlukan kaleng susu,
karton, dan kertas pembungkus, botol plastik, dan dot karet.
Dengan diwajibkan bidan untuk mengetahui dan memahami semua kebaikan
Asi maka angka kematian bayi akan berkurang dan bidan mampu memberi
penyuluhan dan pemahaman terhadap ibu tentang pentingnya Asi sehingga
setiap ibu menyadari dan merasakan bangga dan bahagia serta respek dalam
menyusui bayinya.
Adanya pengetahuan yang cukup dalam menjalankan profesinya, bidan juga
harus menggunakan hati nurani sebagai pedoman. Hati nuarani paling
mengetahui kapan perbuatan individu melanggar etika atau sesuai etika.
Sikap bidan jika menghadapi masalah dalam proses menyusui, kepentingan
siapa yang di utamakan.
Banyak masalah yang terjadi dalam menjalankan profesinya terutama masalah
yang muncul pada saat proses menyusui. Kadang menjadi dilemah
kepentingan siapa yang mau diutamakan. Semua manusia pasti perna
dihadapkan pada kondisi yang mengharuskanya memili dan mengambil
keputusan yang tepat. umumnya, bila kita meghadapi masalah sehari-hari,
biasanya keputusan yang kita buat didasarkan pada insting,intuisi,nilai serta
keyakinan pribadi sehingga bersifat praktis. Tapi dari hasilawawn cara
mendalam yang dilakukan peneliti didapatkan pengakuan dari semua
informan bahwa kepentingan pasien dalam hal iniibu dan bayi yang
diutamaaka. Hal tersebut di lihat pada hasil wawan cara berikut.
“.....Tetap utamakan kepentingan ibu dan bayi bilang pa ibu harus sabar
karna bayi masi bingo, ato masi belajar.....”(wawan cara FW 31 tahun
,25juni 2008)
“....Slalu ja bilang pa ibu, untuk tetap kase toto, kalu ada masalah biasanya
cuman lantaran depe mama masi bodok ato ade yang bejum kuat pa isap mar
lengkapi kase pasti......
(wawan cara SK 26 tahun, 25 juni 2008)
“...teori musti bagitu,memang torangja bekeng bagitu no” biar ley kita ada
bajual susu formula mar nda doe langsung kase susu itu. Torang tu hari ada
seminar yang sponsor sari husada, depe materi tentang ASI.... Tentang
perawatan bayi ...pokoknya bagus dang for torang.... “ (wawavcara LWU35
tahun 27juni 2008)
“....jelas no....so gila ley kong torang mo utamakan kepentingan orang lain...
“ (wawancara WB 35 tahun 27 juni 2008)
Sikap informan yang tetap mengutamakan kepentingan pasien jika
menghadapi masalah dalam proses menyusui sesuai dengan salah satu kede
etik kebidanan yang menyatakan bahwa “ setiap bidan dalam menjalankan
tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan pasien, keluarga dan
masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimiliki. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk
mengambil keputusan sendiri kepentingan siapa yang akan diutamakan yang
tentu berhubungan dengan tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung
jawab ini seorang bidan harus mempunyai pengetahuan dan kompentensi dan
harus selalu memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika yang
berhubungan dengan ibu dan bayi, serta kliennya.
Sebaiknya masalah etika disertakan pada masing-masing individu. (dalam hal
ini bidan). Karena seyoginya setiap individu membangun kepekaan moral
sendiri sehingga setiap individu dapat memutuskan atau membedakan mana
yang salah dan benar dalam kondisi tetentu luwes, tidak kaku. individu yang
terlibat dalam aspek legal sudah pasti membutuhkan dasar teori yang akan
mendukung (memperkuat) keputusannya nanti. Oleh karena itu, keberadaan
teori etika dalam kehidupan manusia adalah hal yang penting. Teori etika
berfungsi menciptakan mekanisme untuk memecahakan masalah moral pada
manusia. Arti Seorang Pasien
Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan. Bahwa pada
hakikatnya manusia termasuk klien/pasien membutuhkan penghargaan hakiki
baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah maupun kelompok
masyarakat kurang mampu. Oleh sebab itu bidan harus menunjukkan sikap
yang manusiawi dalam memberi pelayanan. Hal ini tercantun dalam Bab i
tentang Kewajiban bidan terhadap Pasien dan masyarakat pada Kode Etik
Kebidanan. Informasi yang diperoleh tentang arti seorang pasien cukup
bervariasi. Hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:
“........Pasien adalah seorang yang membutuhkan pertolongan, menolong
pasien so jadi torang pe kewajiban, pasien perlu di mengerti apa yang
dibutuhkan, mendengar juga keluhannya.......”(wawancara SK 26 tahu/i, 25
juni 2008).
“.......Pasien itu orang yang butuh torang deng torang ley butuh dorang....”
(wawancara ITW.23juni 2008)
Bidan hendaknya juga menyadari bahwa pasien itu perlu diberikan hak
autonomi, dimana pasien mendapat kesempatan untuk menentukan pilihan
sendiri. Pemberian autonomi pada pasien adalah suatu keharusan atau unsur
utama, bukan lagi sekedar “pelengkap” dalam pelayanan keebidanan.
Kadangkala
bidan
menganggap
pasien
sebagai
seseorang
yang
pengetahuannya jauh dibawah dirinya, sehingga bidan yang paling pantas dan
paling tahu apa yang terbaik bagi pasien. Sikap ini biasanya ditunjukkan
untuk menjaga kelangsungan nilai-nilai lama (kolot atau pola paternalistik),
bukan karena inigin menguasai pasien.
Hendaknya bidan dalam menjalankan prakteknya senantiasa mengupayakan
segala sesuatu agar kaumnya pada detik-dekti yang sangat menentukan,
menyambut kelahiran insan generasi dengan selamat, aman, dan nyaman,
karena ini meruapkan tugas sentral pada bidan.
3. Tentang Kewenangan Bidan
Pengetahuan bidan tentang dasar hukum profesi
Karena besarnya tugas, wewenang, tanggung jawab dari profesi bidan, maka
dalam Kongres Nasional IB1 ke XII tahun 1999 di Denpasar Bali, telah di
tetapkan Kode etik Bidan, Standar Profesi Kebidanan, Kompetensi Bidan.
Dalam menjalankan profesi kebinan, maka para bidan hams pula memahami
Permenkes 572/1996 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, Informal yang
diperoleh dari informan ternyata semua informan tahu ada dasar hukum dari
profetapi lupa bagaimana lengkapnya, seperti dalam wawancara berikut ini:
“.....Tahu ada dasar hukum mar so lupa no brapa tahun..dan tahun
berapa...”(wawancara FW 31 tahun, 25 juni 2008)
“......Namanya bicara profesi ada tentu depe aturan mar kita so nintau apa
torang pe dasar hukum.....” (Wawancara ITW, 23 juni 2008)
Informan mengetahui bahwa profesinya sebagai bidan ada dasar hukumya,
tapi tidak bisa menyebutkan secara perinci. Hal ini tidak melanggar hukum.
Tapi paling baik jika dasar hukum dari profesi kita diketahui agar dalam
menjalnakan praktek kebidanan senantiasa berjalan pada jalur yang benar.
Karena hubungan hukum perudang-undangan dan hukum yang berlaku
dengan tenaga kesehatan adalah: klien sebagai penerima jasa kesehatan
mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga kesehatan yang dalam hal
ini adalah pemberia jasa. Hubungan timbal balik ini mempunyai dasar hukum
yang merupakan peraturan pemerintah. Klien atau pasien sebagai penerima
jasa kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberia jasa sama-sama
mempunyai hak dan kewajiban.
Kegiatan pelayanan kesehatan merupakan suatu “transaksi” yang seringkali
berhubungan dengan prestasi, sedangkan disisi lain, kegiatan ini menimbulkan
adanya kontrapstasi atau imbalan,. Kegiatan tersebut berlangsung terusmenerus sehingga menjadi suatu kebiasaan, yang akhirnya membentuk
peraturan, dan terutama
mengundung
muatan
hukum.
Pengertian
profesionahsme pun bisa dioptimalkan dengan memahami peraturan atau
hukum oleh para profesional di bidang kesehatan. Hal ini diperlukan agar
hubungan baik yang telah terjalin antara pem,beri jasa kesehatan dan
masyarakat, klien atau konsumen sebagai penerima layanan kesehatan tetap
terpeliahran baik. Pelaksanaan hubungan diatara keduanya selalu diatur
dengan peraturan tertentu agar menjadi keharmonisan. Pemahaman dan
pendalaman peraturan yang berhubungan dengan tugas profesionalisme akan
memberi keyakinan kepada bidan dan mejaga mereka untuk selalu berada di
jalur yang aman, sehingga tidak melanggar etika dan ketentuan hukum. Bidan
harus menyadari bahwa dalam menjalankan tugasnya, mereka tidak saja
bertanggung jawab secara kesehatan pada pasien, namum juga bertanggung
jawab di bidang hukum. Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
572/Menkes/Per/VI/1996 Bab V Tentang Wewenang Bidan pasal 22
menjelaskan bahwa Bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kebidanan;
b. Pelayanan keluarga berencana;
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pada pasal 25 menulis bahwa Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:
a. Pemeriksaan bayi baru lahir;
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Pemantauan tumbuh kembang anak;
e. Pemberian pengobatan pada penyakit ringan;
f. Pemberian penyuluhan.
Pada pasal 26 menulis bahwa Bidan dalam melakukan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 dan pasal 25 berwenang untuk salah
satu butirnya yaitu (butir n) meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan Air
Susu Ibu.
4. Tentang Pelatihan bidan
Pelatihan tentang asuhan Bayi baru Lahir
Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial
sehari- hari.
diterimanya.
Pasien
memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang
Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak
adalah sesuatu yang diberikan oleh bidan dan kewajiban yang harus di berikan
oleh pasien.
Pada Etika dan Kode Kebidanan ada Hak dan Kewajiban Bidan antara lain ;
bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupu pelatihan. Sedangkan kewajiban Bidan yaitu bidan wajib
mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal. Berikut di bawah ini informasi yang
diperoleh tentang pelatihan bidan seperti pada hasil wawancara di bawah ini;
“.......Selama kerja Belum pernah ikut pelatihan tantang asuhan bayi baru
lahir, torang cuman dapa materideng praktek asuhan bayi baru lahir waktu
sekolah dulu.....”
(wawancara FW 31 tahun, 25 juni 2008)
“.....Cumaja
iko
seminar
kalo
perusahaan
susu
formula
sponsor.
Kalupelatihan dari depkes belum perna....” wawancara LWU 3 7 TQHUN, 30
JUNI 2008)
“......perna ikut pelatihan maternal dan neonatal mar nyanda talalu banyak
materi tentang asi ....mar kita so balupa ley tu banyak.
(wawancara HDS 31 tahun, 1 juli 2008)
Pelatihan yang informan dapat sangat kurang apalagi pelatihan tentang asi
Eksklusif, malah adah informan yang tidak pernah ikut pelatihan tentang
asuhan bayi baru lahir. Seminar tentang ASI justru dispoleh perusahaan susu
formula. Menurut Notoatmojo S, 1989 pelatihan atau trening sangat
diperlukan oleh setiap pegawai tidak terbatas pada umur, jabatan ,pangkat
dan sebagainya. Tujuan pokok daripada
merubah
kemampuan
setiap pelatihan
adalah
untuk
penampilan seseorang didalam melaksanakan
pekerjaanya. Sala satu teori gren pada 3 faktor penyebap terbentuknya
perilaku dalam promosi kesehatan yaitu faktor reinforcing dimana promosi
kesehatan yang paling tepat adalah dalam bentuk pelatihan.
5. Tentang Reward
Sikap tindakan bila menghadapi masalah dalam proses penyusui Alasan ibu
untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat berfariasi. Oleh
karena itu ibu-ibu ini perlu diberikan penjelasan tentang pentingya perawatan
payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang erat hubunganya
dengan proses menyusui. Seperti yang diungkapkan berikut ini;
“.....Kalu masalah pada mamae ibu karena asi tidak keluar, ato puting susu
biasanya tong anjurkan untuk anjurkan untuk lakukan kompres dan
peras,bukang lantara itu kong ade manangis trus depe mama so kasi toto dia
masi manangis langsung jo kase susu botol...”
(wawancara FW31 tahun, 25 juni 2008)
“.....Kalu ada masalah cari tahu dulu depe penyebap apa, baru torang kase
jalan keluar , kalu ada lecet diputing ibu biasanya kita sum minta resep obat
padokter...
(wawancara ITW , 23 juni 2008)
Sikap in forman pada saat menghadapi masalah dalam proses menyusui ada
yang lang langsung mengan jurkan susu formula.ini sesuai dengan penelitian
Ridwan 2006, bahwa ada hubungan antara promosi susu formula dengan
pemberian asi eksklusif. Tapi ada informan yang mencari tuhu dulu penyebap
dari masalah dalam proses menyusui, baru memberikan solusi.
Dalam memberikan pelayanan bidan wajib memberikan informasi yang akurat
tentang tindakan yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat
timbul. Adalah merupakan penyimpangan etik jika sikap dan tindakan hanya
memanfaatkan pasienya sebagai obyek untuk memperoleh keuntungan bagi
dirinya sendiri. Walaupun demikian bidan hanya bisa memberikan penjelasan
tapi mengambil keputusan akhir adalah ibu dan keluarga sendiri .Hal ini
menunjukan bidan sangat menghargai hak autonomi pasien , dimana hal ini
tidak dilakukan oleh beberapa informan karena langsung menganjurkan untuk
memberikan pengganti asi dalam hal ini pemberian susu formula tanpa
memberikan kesempatan pada pasien untuk mengutaraka apa yang dia
inginkan pada saat menghadapi masalah seperti ini.
jalinan kerja sama dengan perusahaan susu formula.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam pemberian asi eksekutif yaitu susu
formula. baik oleh petugas kesehatan maupun melalui media massa. Berikut
hasil wawan cara dengan informan dengan informan tentang kerja sama
dengan perusahaan susu formula.
“..„ Torang ada iko kerja sama dengan sari husada, makanya dapa pigi sampe
luar negeri, deng tour dalam negeri tambah. leh banyak dapa bonus dari
perusahaan.....”
(wawancara FW 31 LWU 37 tahun , 30 juni 2008)
“.....Perna iko, mar sekarang so nda, lantaran setenga mati baku dusu setoran
(wawancara FW 31 tahun,25 juni 2008)
“....Nda perna iko kerja sama deng perusahaan susu formula....” (wawancara
1TW ,23 juni 2008)
Beberapa informan belum perna manjalin kerja sama dengan susus formula.
Ada juga yang perna kerja sama tapi saat ini tidak lagi. Informan yang
menjalin kerja sama susu formula dihargai perusa haan dengan tour dalam
maupun luar negeri, serta mandapat bonus -bonus yang menarik.Memberikan
reward atau penghargaan, dapat dipandang sebagai upaya peningkatan
motifasi kerja. Hadiah atau reward dapat berupa uang, barang atau
nonmaterial, misalnya piagam, atau sekedar pujian berupa kata- kata lisan
yang menarik dari perusahaan.
Ternyata gaji yang didapat secara periodik tidaklah bisa memenuhi semua
kebutuhan informan. Seperti teori munanadar .S,2001 bahwa uang
mempunyai arti yang berbeda- beda bagi orang yang berbeda- beda. Gaji yang
diperoleh ternyata tidak dapat mewakili kebebasan untuk melakukan apa yang
inginkan misalnya berlibur atau tour sehingga keluar negeri.dan hal itu dapat
diberikan oleh perusahaan susu formula .asalkan dapat menjual produk
mereka . Hal ini merupakan penyimpangan etik jika bidan memanfaat kan
pasienya sebagai objek untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.
C.
KARAKTERISTIK VARIABEL YANG DITELITI (IBU MANYUSUI)
1. Penyusuan dini
Tindakan Bidan 30 menit pertama sesudah kelahiran
Langka pertama bidan hams mengupayakan ibu hams siap menyusui segera
setelah bayi lahir, bayi mau dan mampu menyusu kepada ibunya sebelum
setenga jam setelah persalinan . Terutama memperhatikan agar kolostrum
dapat diberikan dengan benar terhadap bayi. Bila bidan tidak menyusukan
bayi sebelum setenga jam paska persalinan berarti bidan sudah menghambat
pengeluaran asi karena membiarkan kadar hormon pembuat asi turun atau
bahkan hilang dari peredaran dara ibu. Dari hasil wawancara didapat informan
sebagai berikut;
“.....So lupa bidan beking apa, Cuma yang kita ingat indak lama bidan
langsung kase ade pakita kong suru toto, teru tama jangan buang air toto,
temtama karna paling bagus kata itu. (wawancara VW 22 tahun, 3 juli 2008)
“.....Sesuda potong potong pusa, ditimbang, kase pake baju kong bidan kase
tidur di sei pa kita.... supaya ade langsung bole ba toto jang lupa itu asi
pertama keluar paling bagus....”
(wawancara MAM 23 tahun, 3 juli 2008)
“....Waktu lahir ade,bidan langsung tarn diatas puru pakita, abis itu bidan
cuman bungkus dengan kaeng kong langsung kase pakita suru kase toto....”
(wawancara RM 20 tahun ,4 juli 2008)
“.....Abis bidan tolong kita ,urus ade ,kita kase bersi kong dia suru kita
istirahat, mar ade dia bilang musti kase ajar ba toto kong kita pepe dan toto
musti bersi kalu mo kase ba toto ade. Mar kit ape ASI nda lancar....”
(wawancara AM 25 tahun, 4 juli 2008)
“....lantaran kita pe ade lahir nyanda langsung manangis kita lia bidan pe
sibuk ada urus dia , kalu nda salah ada pake oksigen leys taw, mar Cuma nda
lama langsung menangis kuat, abis itu bidan kase lahir dulu depe kakak konh
ade so zes laeng yang urus kong langsung kase pa kita, suru kita kase toto biar
belum lancer ba keluar kit ape ASI....”
(wawancara SD 28 tahun 26 juni 2008)
“....Kalu nda salah inga serta beres semua, bidan ambe kapas basah kase bersi
kit ape toto konh suru ade ba toto, pe setenga mati le waktu itu lantaran pesaki
kita peluka
ada manjae
kong musti kase batoto. Mar jo kasiang boleh jo
lang sung batoto bagus' tape ade....”
(wawancara SA 19 tahun ,26 juni 2008)
“....Waktu itu, bidan langsung kase ade pa kita for kita abis itu bidan suru
istirahat kalu suka makan ato minum boleh kata, mar kita dengan ade so
bersi,..”
(wawancara AL 30, 26 juni 2008)
Tindakan bidan pada ibu melahirkan 30 menit pertama sesuda melahirkan
bayi yaitu marawat tali pusat, membersihkan bayi, membungkus bayi,
merawat dan membersihkan ibu, setelah itu baru bayi disusui. Hal ini sesuai
dengan teori Prawirohardjo.S (dalam buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal,2002) yang mendefinisikan bahwa Asuhan
segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran. Segera seteklah melahirkan badan bayi;
sambil secara cepat menilai pernapasaanya, letakkan bayi dengan handuk atau
kain bersih diatas perut ibu. Dengan kain bersih atau kasa lap darah atau
lendir dari wajah bayi untuk mencegah jalan udara terhalang. Periksa ulang
periksa ulang pernafasan bayi. Setelah itu persiapan untuk menyusui.
Pemberian kolostrum sangat perlu diperhatikan, dimana hal ini sudah
disampaikan oleh bidan melalui informan ibu menyusui, karena kadar gizi di
kolostrum lebih tinggi dari air susu transisi/peralihan dan air susu matur.
Hal senada dengan informan ibu menyusui diperoleh juga dari informan bidan
bahwa proses penyusuan dini adalah bagian dari asuhan kebidanan bayi baru
lahir. Banyak hal yang menguntungkan jika Asuhan Bayi Baru lahir
dilaksanakan dengan benar, karena selain keuntungan untuk ibu juga
keuntungan bagi bayi karena dengan penyusuan dini berarti pemberian
kolostrum. Karena kolostrum selain tinggi komposisi lemak dan sel-sel hidup
juga merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan
mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap
menerima Asi.
2. Masalah Dalam Proses Menyusui
•
Kalau ada seperti apa masalahnya
Banyak masalah yang sering terjadi pada proses menyusui. Oleh karena itu
kepada ibu-ibu perlu diberikan penjelasan tentang pentingnya perawatan
payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang erat hubungannya
dengan proses menyusui. Masalah menyusui yang sering terjadi pada
informan dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut;
“... ASI nyanda lancar, nda ada kuah biar so makang deng minum banyak.
Langsung kase susu formula lantaran belum ada ASI... “ (wawancara VW 22
tahun, 3 Juli 2008)
“.... Lantaran ja kase tinggal makanya kita langsung tambah susu dot,
tambah kase making bubur, mar nanti dia umur 4 bulan... “ (wawancara JS
30 tahun, 24 Juni 2008)
Masalah yang dikemukakan informan adalah masalah yang paling sering
terjadi. Hal ini mungkin karena kurangnya pengetahuan informan tentang
keunggulan Asi, serta bagaimana mencari jalan keluarjika ada masalah dalam
proses menyusui sebelum diambil tindakan memberikan susu formula atau
maakanan tambahan lainnya.
Bagaimana sikap bidanpada saat ada masalah dalam proses menyusui.
Memberikan Asi secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua; bayi akan
lebih sehat cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik,
perusahan, lingkunga, dan masyarakat pun adkan lebih mendapat keuntungan.
Pemberian Asi sampai umur 6 bulan adalah sangat baik karena tindakan ini
akan terus merangsang produksi Asi sehingga pengeluaran Asi dapat
mencukupi kebutuhan bayi dan bayi akan terhindar dari diare.
Keadaan dimana ada masalah dalam proses menyusui peran bidan sangat
mempengaruhi keputusan apa yang akan diambil. Berikut informasi tentang
sikap bidan yang diperoleh melalui wawancara mendalam ;
“.......Bidan bilang paling bagus kwa kalu ASI sampe 6 bulan mar salah-salah
torang so kase tambah makang. Awasi jo jang sampe ade mo kablakang kong
setengah mati, ato mo dapa berea-bera kalu nda bersih ade pe dot.....
“ (VW 22 tahun, 3juli 2008).
Dari informan yang mengalami masalah dalam proses menyusui diketahui
bahwa bidan berusaha memberikan informasi tentang apa yang sebaiknya
terjadi dalam perawatan bayi, dan konsekuensi apayang bisa timbul dari
kejadian yang tidak seharusnya terjadi. Sikap bidan ini belum merupakan
suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Dalam hal ini informan atau pendidikan yang ditujukan untuk
menggungah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan pada
ibu menyusuio tentang hal baik yang perlu dilakukan dan resiko apa yang
akan terjadi jika melakukan hal yang bertentangan.
3. Komunikasi
Bidan menjelaskan manfaat ASI
Komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi.
Kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan serta
penyakit, adanya tradisi , kepercayaan yang negatif tentang penyakit,
makanan, lingkunga, dan sebagainya mengakibatkan mereka tidak berprilaku
sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Dalam meningkatkan penggunaan Asi, masalah utama dan prinsipil adalah
bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung
sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya
dengan sukses. Ditambah lagi para ibu mau patuh dan menurut nasihat
petugas kesehatan (bidan) sehingga nasihat yang diberikan akan diikuti oleh
ibu-ibu untuk menyusui sendiri bayinya. Berikut ini adalah informasi yang
didapat ibu dari bidan tentang manfaat ASI.
“.........Waktu bidan suruh kase toto ade saat baru lahir, bidan ada bilang no
itu manfaat ASI pokoknya bagus for smua...' (wawancara VW 22 tahun, 3 juli
2008)
Semua informasi mendapatkan penjelasan dari bidan tentang manfaat dari
AS1. Penjelasan tentang ASI diberikan pada saat proses menyusui baru di
mulai. Hal ini merupakan kewajiban yang harus bidan jelaskan. Pendapat
lama yang mengatakan semua ibu pasti dapat menyusui bayinya tanpa
kesulitan perlu ditinjau kembali ; karena sudah terbukti bahwa kepandaian
untuk menyusui tidak dibawah dari lahir, bukan juga suatu instink, tetapi
suatu seni yang harus dipelajari.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diambil kesimpulan sebagai
berikut
1.
Kompetensi bidan dalam hal ini kompetensi tentang Asuhan pada ibu nifas
dan menyusui serta Asuhan pada bayi baru lahir masih kurang dimana
pengetahuan bidan tentang Asi Ekslusif masih sempit, karena hampir semua
informan hanya bisa menjelaskan arti dari Asi Eksklusiof tanpa menjabarkan
lebih luas tentang manfaat Asi Eksklusif serta kerugian jika tidak
memberikan Asi Eksklusif pada bayi. Hal ini disebabkan karena pengetahuan
sama dengan mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari, sehingga apa yang pernah dipelajari akan lupa jika tidak
pernah di lakukan penyegaran kembali atau diadakan pelatihan atau training,
dimana hal ini hampir semua informan tidak pernah mengikutinya.
2.
Kewajiban moral bidan atau kewajiban yang seharusnya bidan laksanakan
dalam menjalankan profesinya berdasarkan kompetensi yang ada, selain itu
bidan juga harus menggunakan hati nurani sebagai pedoman. Hati nurani
paling mengetahui kapan perbuatan individu melanggar etika atau sesuai
etika. Dalam penelitian ini semua informan (bidan) mengutamakan
kepentingan pasien, dan menilai pasien sebagai individu yang perlu ditolong
tapi ada juga informan yang memberikan informasi bahwa pasien bisa
mendatangkan keuntungan financial untuk bidan.
3.
Pemahaman dan pendalaman peraturan yang berhubungan dengan tugas
profesionalisme perlu diketahui oleh bidan agar memberi keyakinan kepad
bidan dan menjaga mereka untuk selalu berada di jalur yang aman, sehingga
tidak melanggar etika dan ketentuan hukum. Dari informasi yang diperoleh
didapatkan hasil bahwa semua bidan tahu ada dasar hukum profesi, tapi lupa
secara lengkap/ sesuatu hal yang tidak melanggar hukum walapun paling
baik jika kita mengetahuai hukum.
4.
Pelatiahna yang imforman dapat sangat kurang apalagi pelatihan tentang Asi
Ekskusif, hal ini tidak sesuai dengan hak dan kewajiban bidan pada Etika dan
Kode Ketika kebidanan yang membahas antara lain ; bidan berhak atas
kesempatan untuk meningkatkan diri mellaui pendidikan maupun pelatihan
5.
Pada Penelitian uini, diantara 9 informan bidan hanya 2 orang bidan yang
bekerjasama dengan perusahan susu formula saat ini. Kerjasama dengan
perusahan susu formula ini mendapatkan penghargaan (reward) yang sangat
menguntungkan bidan yang diperoleh dari perusahan tersebut
B. SARAN
1. Promosi Asi Ekslusif perlu di tingkatkan lagi baik. melalui media massa
maupun media elektronik
2. Pelatihan Asuhan Bayi Baru Lahir khususnya tentang Asi Ekskulusif, perlu
selalu dilaksanakan
3. Diberikan penghargaan kepada bayi-bayi yang berhasil mendapat Asi
Eksklusif, agar dapat memotivasi bayi yang lain memperoleh Asi Eskiusif.
4. Di berikan penghargaan juga kepad bidan yang menolong persalinan dan terus
memotifasi ibu dan bayi dalam pemberian Asi Eskiusif
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin Ridwan, 2006 Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI
Esklusifpada Bayi 6-11 Bulan Di Kelurahan Pa 'Baeng, Makassar Hadi A. Dadi dan
Soepardan Suryani, 2007 Etika Kebidanan dan Hukum
Kesehatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hasibuan .P.S. Melayu, 2006
Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta Lubis Umar, 2005 Manfaat Pemakaian Asi Esklusif, bag Ilmu Kes. Anak
R.S. U
Lembaga Aceh Timur. Munandar S. 2001 A$har,Psikologi Industri dan Organisasi,
Universitas Indonesia, Jakarta, Notoatmojo Soekitjo, 1989 Dasar-dasar
Pendidikan Dan Pelatihan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Indonesia.
_____________, 2006 Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
_____________,2007 Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta Jakarta
Purwanti. S Purwanti, 2004 Konsep Penerapan ASI Ekskulusif, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Roesli Utami, 2007 Pentingnya Inisiasi DM Saat Menyusui, Dokter Kita, Edisi 7, PT
Graha Media Medika, Jakarta.
_______________.,2000 Mengenal ASI Ekskulusif, Trubus Agriwidya, Jakarta
Soetjiingsih, 1997 Asi Petujuk untuk Tenaga Kesehatan, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta Sofyan, Mustika, et all, 2001 Bidan Menyosong Masa Depan, Pengurus
Pusat
Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta. Sugiyono,2007 Memahami Penelitian Kualitatif
Penerbit Alfabeta, Bandung. Undang-undang kesehatan, 2006 Penerbit Pustaka
Pelajar, Yokyakarta.
______________._J002 Startegi Nasional Peningakatan Pemberian Air Susu Ibu,
Kerjasama Depertemen Da/am Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen
Tenaga Kerja Dan Trasmigrasi, Kementrian Negara Pemberdayaan
Perempuan, Jakarta,
PERAN BIDAN TERHADAP PPEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
PUSKESMAS
LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA
Pedoman wawancara untuk ibu menyusui
I.
Identitas Informan
:
Kode
:
Nama
:
Umur ibu
:
Umur bayi
:
Pendidikan
:
Jumlah anak
:
II. Daftar Pertanyaan
A. Tentang penyusuan dini
- Apa yang dilakukan bidan pada bayi dan ibu saat 30 menit
- 1 jam pertama sesudah persalinan.
B. Tentang masalah/hambatan dalam proses menyusui
Apakah ada masalah dalam proses menyusui? Kalau ada apa masalahnya
Bagaimana sikap bidan pada saat ada masalah dalam proses menyusui
C. Tentang komunikasi
-
Apakah bidan menjelaskan pada ibu tentan manfaat (segala kebaikan)
ASI?
Bagaimana sikap/tindakan bidan jika menghadapi masalah-masalah dalam
proses menyusui
Apakah bidan menjalin kerjasama dengan perusahaan susu formula ?
DAFTAR DAN KODE INFORMAN
PERAN BIDAN TERFLADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA
IBU MENYUSUI
NO KODE
UMUR IBU
UMUR BAYI
1
VW
22THN
9 BULAN
JUMLAH
ANAK
1ORANG
PENDTDIKAN
IBU
SMA
2
MAM
23THN
8 BULAN
1ORANG
SMA
3
JS
30THN
10BULAN
2ORANG
D111
4
AM
25THN
8 BULAN
1ORANG
SI
5
SD
28THN
10BULAN
2 ORANG
SMP
6
AD
25 THN
8 BULAN
2 ORANG
SMP
7
RM
20THN
8 BULAN
1ORANG
SMP
8
SA
19THN
6 BULAN
1ORANG
SMP
9
AL
30THN
7 BULAN
3 ORANG
SMP
10
ST
32THN
8 BULAN
2 ORANG
SMP
BIDAN PUSKESMAS LIKUPANG
NO
KODE
UMUR IBU
PENDIDIKAN
LAMA TUG AS
1
ITW
37THN
17 TAHUN
2
LWU
37THN
D 111
KEBIDANAN
PPB
3
WB
35 THN
PPB
15 TAHUN
4
JU
32THN
PPB
12 TAHUN
5
HDS
30THN
PPB
11TAHUN
6
HTS
29THN
11TAHUN
7
FW
31 THN
D 111
KEBIDANAN
PPB
8
SK
25THN
9
AP
26 THN
D 111
KEBIDANAN
D 111
KEBIDANAN
17TAHUN
10 TAHUN
2TAHUN
2TAHUN
Yang perlu di tolong atau di utamakan keselamatan nya diatas segala
keuntungan yang lain. Pada Kode Etik kebidanan di jelaskan bahwa bidan sebagai
tenaga profesional wajib berperilaku profesional diantarannya harus bermoral tinggi
juga tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan
komersial.
Download