PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PKn (SUATU STUDI DI MTs NEGERI I MALANG) SKRIPSI OLEH: KHITHOK AHMAD PURWANTO 104261472305 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JANUARI 2009 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PKn (SUATU STUDI DI MTs NEGERI I MALANG) SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh: Khithok Ahmad Purwanto NIM 104171471938 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Januari 2009 Lembar Persetujuan Pembimbing Skripsi Skripsi oleh Khithok Ahmad Purwanto ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji. Malang, Januari 2009 Pembimbing I Dra. Yayik Sayekti, S.H, M.Hum NIP. 130 520 460 Malang, Januari 2009 Pembimbing II Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.Si NIP. 131 914 5 Lembar Pengesahan Skripsi Skripsi oleh Khithok Ahmad Purwanto ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 14 Januari 2009 Dewan Penguji Drs. H. Edi Suhartono, S.H.,M.Pd. NIP. 131 571 123 ,Ketua Dra. Yayik Sayekti, S.H, M.Hum. NIP. 130 520 460 ,Anggota Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.Si. NIP. 131 914 579 ,Anggota Mengetahui, Ketua Jurusan PPKn Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Drs. Ketut Diara Astawa, S.H, M.Si. NIP. 131 123 505 Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd. NIP. 130 870 650 ABSTRAK Purwanto, Khitok A. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PKn (Suatu Studi di MTs Negeri 1 Malang), Skripsi, Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, FIP Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. Yayik Sayekti, S.H, M.Hum, (II) Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M. Pd, M. Si. Kata Kunci: Pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan, Pakem. Tuntutan dalam menciptakan suatu pembelajaran yang efektif, membuat guru berupaya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan dikelolanya. Proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan peserta didik, membuat peserta didik kreatif menghasilkan karya-karya yang bermanfaat, serta menyenangkan sehingga peserta didik merasa nyaman mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Guru dapat merencanakan berbagai macam strategi dengan menggunakan metode yang lebih bervariasi, sumber belajar yang sesuai, dan media pendukung serta alat bantu yang sesuai. Model pembelajaran yang dimaksudkan di atas adalah model Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan penerapan model Pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji perencanaan model Pakem pada mata pelajaran PKn; (2) mengkaji pelaksanaan model Pakem pada mata pelajaran PKn; (3) mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam penerapan model Pakem pada mata pelajaran PKn; (4) mengetahui upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dalam penerapan model Pakem pada mata pelajaran PKn. Penelitian tentang penerapan model Pakem ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan dan para siswa di MTsN I Malang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data mengacu pada teknik analisa data model Miles dan Hubberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan model Pakem dalam mata pelajaran PKn di MTsN I Malang meliputi penyusunan Rencana Program Efektif, Program Semester, Silabus dan sistem penilaian, menyusun Rencana Program Pembelajaran, serta menyiapkan metode, media, alat bantu, bahan ajar dan penilaian; (2) Pelaksanaan model Pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang dilaksanakan dengan pemanfaatan lingkungan luar kelas untuk belajar karena prinsip belajarnya adalah belajar sambil bermain. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, menulis indikator pembelajaran, mereview pelajaran sebelumnya dengan tanya jawab kemudian guru menerangkan inti dari materi yang akan diberikan selama beberapa menit saja setelah itu siswa yang aktif, guru hanya sebagai fasilitator, dan menutup pelajaran dengan refleksi bersama-sama dengan siswa; (3) faktor pendorong dan penghambat dalam penerapkan Pakem adalah: Pakem merupakan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk termotivasi dalam pembelajaran, sehingga memperoleh hasil yang baik. Dengan model Pakem, dapat mengurangi situasi dan kondisi model pembelajaran konvensional yang lebih menitik beratkan pada metode ceramah. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: Belum dipahaminya model Pakem oleh guru. Kurangnya memperoleh kesempatan memahami inovasi dalam pendidikan, termasuk penerapan model Pakem. Kecenderungan diterapkannya model pembelajaran konvensional yang dipandang lebih mudah dan murah, dan karena kemampuan tingkat berfikir siswa yang beragam, jadi guru masih belum optimal dalam menerapkan Pakem. (4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan adalah: Guru berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa agar tidak takut dalam mengemukakan pendapat, tidak takut untuk menjawab pertanyaan dari guru serta tidak takut disalahkan jika jawabannya salah. Guru membentuk kelompok belajar yang sesuai dengan model Pakem agar pembelajaran lebih efektif, guru terus berupaya memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa yang aktif memberikan pendapat, menjawab pertanyaan dan menanggapi pendapat temannya. Berdasarkan temuan penelitian disarankan agar: (1) Sekolah lebih meningkatkan penerapan pakem secara berkesinambungan, (2) Guru dituntut untuk lebih dapat memahami karakteristik siswa yaitu dengan memahami sifat yang dimiliki anak dan memahami siswa secara perorangan serta tingkat kemampuan siswa agar pakem dapat diterima siswa dengan baik, (3) Dalam pakem, guru ataupun siswa diharapkan dapat bersama-sama berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan 4) peneliti lain diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi sekaligus koreksi untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, tiada kata yang patut diucap melainkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul ” Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PKn (Suatu Studi Di MTs Negeri I Malang) ” ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari banyak pihak, baik yang terkait dengan penyusunan skripsi ini maupun yang tidak secara langsung memberikan dukungan secara moril dan materiil. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu pendidikan Universitas Negeri Malang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 2. Drs. Ketut Diara Astawa, S.H, M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan ujian skripsi. 3. Dra. Yayik Sayekti, S.H, M.Hum selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan masukan, arahan, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis, memberikan masukan, arahan, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku Kepala MTs Negeri I Malang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 6. Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang yang telah sudi meluangkan waktu dan membantu peneliti dalam proses pengumpulan data sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar dan baik. 7. Kedua orang tua, Ibu Datik, Bapak Suparno dan adikq yang senantiasa menyayangi, mencintai dengan tulus dan tanpa henti memberikan dukungan, baik berupa doa, motivasi, serta materi kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Gendiezq, thanks atas semua dukungan, doa, motivasi dan yang telah bersedia meminjamkan laptop sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis berupaya menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini dengan baik. Menyadari adanya kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk penyempurnaan penyusunan skripsi. Akhirnya, dengan segala kekurangan dan kelebihan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................................ D. Kegunaan Penelitian ................................................................... E. Definisi Istilah ............................................................................. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran ....................................................... 2. Strategi Pembelajaran............................................................ 3. Komponen Pembelajaran ...................................................... B. Pakem 1. Pengertian Pakem .................................................................. 2. Penerapan Pakem .................................................................. 3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pakem 4. Faktor Pendorong diterapkannya pakem............................... 5. Faktor Penghambat Diterapkannya pakem ........................... C. Pendidikan Kewarganegaraan ..................................................... 1. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan................................... 2. Ruang Lingkup Pendidikan Kewargnegaraan....................... BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ................................................................. B. Kehadiran Peneliti ....................................................................... C. Lokasi Penelitian ......................................................................... D. Fokus Penelitian .......................................................................... E. Subjek Penelitian......................................................................... F. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data .............................................................................. 2. Sumber Data .......................................................................... G. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara ............................................................................ 2. Observasi ............................................................................... 3. Dokumentasi ......................................................................... H. Analisis Data ............................................................................... I. Pengecekan Keabsahan Data....................................................... 1 7 7 8 9 10 11 13 22 26 29 30 31 32 34 35 37 39 39 40 40 41 43 45 47 48 50 J. Tahap-Tahap Pnelitian ................................................................ 1. Kegiatan Pra Lapangan ......................................................... 2. Kegiatan Lapangan ............................................................... 3. Tahap Pelaporan .................................................................... BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Gambaran Umum a. Sejarah Berdirinya MTsN I Malang ................................ b. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... c. Visi dan Misi MTsN I Malang ........................................ d. Tujuan MTsN I Malang .................................................. 2. Perencanaan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn ........................................................................ 3. Pelaksanaan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn ........................................................................ 4. Faktor pendorong dan Penghambat Penerapan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn....................... 5. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Penerapan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn....................... B. Temuan Penelitian 1. Perencanaan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn ........................................................................ 2. Pelaksanaan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn ........................................................................ 3. Faktor pendorong dan Penghambat Penerapan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn....................... 4. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Penerapan Model Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn....................... 5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pakem di MTsN I Malang ............................................................................................... BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn.............................................................................................. B. Pelaksanaan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn.............................................................................................. C. Faktor Pandorong dan Penghambat Penerapan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn .............................................. D. Upaya Mengatasi Hambatan Penerapan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn .............................................. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran............................................................................................ 51 52 52 54 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... 97 LAMPIRAN ..................................................................................................... 98 RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... 156 55 57 58 59 59 63 71 74 76 76 78 79 79 82 84 89 89 91 93 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 3.1 Bagan Teknik Analisis Data dari Milles dan Huberman .................... 49 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Perangkat Pembelajaran ...................................................................... 99 2. Silabus dan Sistem Penilaian .............................................................. 109 3. Rencana Program Pembelajaran (RPP) ............................................... 116 4. Modul Pembelajaran PKn ................................................................... 124 5. Pedoman Wawancara .......................................................................... 136 6. Surat Ijin Penelitian ............................................................................. 139 7. Foto-foto Penelitian............................................................................. 142 8. Lembar Konsultasi Bimbingan ........................................................... 156 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia pada saat sekarang ini sangatlah dipengaruhi oleh globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif, hal itu bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi sangat membantu dalam kemajuan pendidikan di Indonesia agar mampu bersaing di tingkat internasional, hal ini telah dibuktikan oleh pelajar Indonesia yang mampu mengharumkan nama bangsa dan Negara dengan menjuarai olimpiade sain beberapa waktu lalu. Pada sisi yang lain, bisa mengurangi mutu pendidikan di Indonesia. Semakin terbukanya peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia membuat keyakinan akan kualitas pendidikan nasional berkurang, yang secara bersamaan dengan disadari maupun tidak telah mengurangi rasa nasionalisme dalam diri, sehingga menganggap pendidikan nasional kurang memberikan menjamin untuk masa depan. Hal ini dibuktikan dengan tidak sedikit para pelajar Indonesia yang melanjutkan studinya di luar negeri. Untuk menanggulangi hal tersebut diatas, maka kebijakan pendidikan nasional haruslah dapat memberikan kemudahan dan membuka akses seluasluasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Ada banyak masalah pendidikan yang menjadi catatan penting dan memerlukan perhatian lebih, diantaranya menyangkut masalah kebijakan pendidikan, perkembangan 1 2 anak Indonesia, tenaga pendidik/guru, relevansi pendidikan, mutu pendidikan, pemerataan, manajemen pendidikan dan pembiayaan pendidikan. Sekolah dapat dimisalkan sebagai pabrik yang dapat menghasilkan suatu produk atau hasil. Sebelum diolah, sekolah terlebih dahulu menerima masukan atau bahan mentah yaitu calon siswa. Potensi-potensi yang ada dalam diri calon siswa inilah yang nantinya akan dikembangkan mutunya melalui proses pembelajaran agar menghasilkan lulusan atau produk yang baik. Proses inilah yang amat penting untuk dicermati dari waktu ke waktu dan terus ditingkatkan kualitasnya. Dengan demikian, maka perlu adanya pendekatan pembelajaran yang akan mencipatkan iklim pembelajaran yang kondusif agar pembelajaran lebih bermakna, sehingga dapat mencetak generasi-generasi penerus yang handal dan mampu menyesuaikan dengan tuntutan zaman (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.1). Guru atau tenaga pendidik harus dapat menerapkan model-model pembelajaran dengan berbagai jenis pendekatan, metode, dan penggunaan alat peraga, atau media secara efektif dan kreatif pada seluruh aspek yang akan dikembangkan pada diri anak didiknya, antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa yang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Guru memiliki peran sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya didalam kelas. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, guru dapat memikirkan atau membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki gaya mengajarnya. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut agar mampu mengelola proses belajar mengajar yang dapat 3 memberikan rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam pembelajaran (Usman, (1995:12). Guru diharapkan mampu mengembangkan suasana aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa untuk mengkaji hal yang dapat menarik minat dan motivasi siswa sehingga mampu mengatasi problem yang dihadapi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dikelas. Pakem atau singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreatifitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan (WWW.google.com.search_:pakem). Penggunaan model pakem dapat diterapkan di berbagai macam mata pelajaran, tak terkecuali dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Banyak siswa yang kurang begitu antusias mengikuti pelajaran PKn, mereka menggangap mata pelajaran PKn membosankan karena merupakan pelajaran menghafal, metode yang diterapkan kurang begitu menarik dan bervariasi, sehingga tidak bisa membawa mereka untuk ikut berpartisipasi secara langsung atau aktif dalam pembelajaran dikelas. Pada umumnya guru dalam menyampaikan materi pelajaran PKn selama ini menggunakan cara atau metode yang kurang bervariasi dan cenderung monoton, sehingga peserta didik mudah merasa jenuh serta kurang bersemangat. Hal ini akan mengakibatkan perhatian, motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran menurun. Untuk itu perlu adanya keanekaragaman dalam penyajian materi pembelajaran (Hasibuan dan Moedjiono, 1986:64). Kepekaan dan kejelian dalam membaca situasi oleh guru sangat diharapkan untuk merubah pandangan siswa yang selama ini pelajaran PKn 4 dianggap sebagai pelajaran yang membosankan dirubah menjadi pelajaran yang menyenangkan, sehingga motivasi dalam diri siswa dapat muncul kembali. Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku (Winataputra dan Rosita, 1995/1996:102). Sedangkan menurut Thomas L. Good dan Jere B. Braphy 1986, (dalam Winataputra dan Rosita, 1995/1996:102) “Motivasi adalah suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku“. Jadi motivasi merupakan kebutuhan, yang artinya setiap individu termotivasi untuk melakukan sesuatu aktifitas yang merupakan kebutuhannya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang didasarkan atas motivasi mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya, termasuk dalam hal belajar. Suatu proses belajar akan berhasil jika didasarkan pada motivasi yang ada pada diri siswa, segala aktivitas dijalankan berdasarkan penggerak psikis. Maka, untuk mengorganisir suatu proses pembelajaran perlu diketahui terlebih dahulu proses psikis apa yang terjadi pada siswa waktu ia mempelajari sesuatu, keadaan psikis inilah yang nantinya akan sangat mempengaruhi efektifitas dalam proses belajar mengajar. Berhubungan dengan hal tersebut, seorang guru harus dapat memperhitungkan aspek-aspek psikologis siswanya, misalnya faktor-faktor yang dapat memotivasi siswa guna mengaktifkan proses berfikir, mempermudah menerapkan materi pelajaran untuk meningkatkan taraf pengetahuan dan kemampuan (Hardjono, 1988:73). Seorang siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pelajaran akan sulit untuk menerima pelajaran tersebut. Motif siswa belajar dikarenakan adanya dua hal, pertama karena motivasi yang timbul dari dalam dirinya sendiri sebagai 5 unsur Intrinsik dan yang kedua adalah karena motivasi yang timbul dari luar sebagai unsur Ekstrinsik (Hunt 1965 dan Carol 1968, dalam Hardjono, 1988:72). Motivasi yang timbul dari luar inilah yang terkait dengan usaha guru, khususnya guru mata pelajaran PKn untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik sehingga peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pelajaran PKn (siswa ikut terlibat secara aktif dalam pembelajaran) apabila merasakan situasi pembelajaran yang cenderung memuaskan dirinya dan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Oleh karena itu penggunaan model pakem dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang baik, sebab dalam model pakem, Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus dapat menciptakan suasanan dimana siswa dapat aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat yang dapat menghasilkan suatu gagasan/ide yang cemerlang. Proses aktif dalam belajar dari si pembelajar sangat penting bagi usaha meningkatkan pengetahuan, bukan seperti proses pasif yang selama ini berkembang, karena siswa hanya dicekoki materi melalui metode ceramah sjaa sehingga siswa tidak dapat ikut terlibat secara langsung atau aktif, hal ini sangat bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif siswa sangatlah penting dalam pembentukan generasi penerus yang kreatif dan berguna bagi dirinya secara pribadi maupun bagi orang lain. Kreatif dimaksudkan agar guru dapat menciptakan kegiatan belajar yang bervariasi atau beragam dan sesuai dengan harapan, jika dilihat dari kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan, tidak membuat siswa bosan melainkan dapat membuat siswa memusatkan seluruh perhatiannya secara penuh pada pelajaran termasuk juga penggunaan lingkungan 6 sekitar sekolahan sebagai salah satu media/sumber belajar yang mendukung agar tetap menarik perhatian siswa. Pembelajaran tidak cukup sampai pada tingkat aktif, kreatif dan menyenangkan saja, tetapi juga harus efektif. Unsur efektif, akan menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif, kreatif dan menyenangkan saja, maka pembelajaran tersebut belum bisa memenuhi tujuan daripada pembelajaran itu sendiri. (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.4) Bertolak dari latar belakang permasalahan-permasalahan diatas, maka dilakukanlah penelitian terhadap “Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PKn. (suatu studi di MTs negeri I Malang)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang? 2. Apa faktor yang mendorong diterapkannya model pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang? 3. Apa faktor yang dapat menghambat penerapan model pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang? 7 4. Bagaimana upaya yang dilakukan guru-guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan pengertian pakem dan penerapan prinsip pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang. 2. Untuk mendeskripsikan faktor yang dapat mendorong diterapkannya model pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang. 3. Untuk mendeskripsikan faktor yang dapat menghambat penerapan model pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang. 4. Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru-guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran pakem pada mata pelajaran PKn di MTs Negeri I Malang. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. MTs Negeri I Malang Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam menerapkan model pakem selanjutnya. Tidak hanya pada mata pelajaran PKn saja, tetapi jika memungkinkan dapat juga diterapkan pada mata pelajaran yang lain. 2. Bagi Jurusan PKn Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kemajuan pendidikan yang berupa pengetahuan tentang karakteristik 8 pelaksanaan pakem di MTs Negeri I Malang, khususnya pada mata pelajaran PKn dan dijadikan sebagai bahan revisi bagi perkembangan penelitian selanjutnya. 3. Penelitian Lanjutan Untuk memberikan masukan tentang upaya dan strategi yang dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya dalam memecahkan permasalahan yang sama dan masih ada kaitannya dengan penerapan model pembelajaran pakem. E. Definisi Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dan salah penafsiran dalam penelitian ini perlu ada penegasan istilah dalam judul penelitian ini. 1. Pakem merupakan suatu usaha guru untuk bisa menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya dan mengeluarkan gagasan. Sedangkan kreatif, seorang guru harus mampu menciptakan suasana beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa dan menyenangkan suasana belajar siswa diharapkan memusatkan perhatiannya secara penuh terhadap pelajaran (http://www.pontianakpost.com). 2. Pendidiakan Kewarganegaraan merupakan suatu bidang studi yang mencakup dimensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Pendidikan Kewarganegaraan ingin membentuk warga negara yang ideal, yakni yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang sesuai dengan konsep dan prinsipprinsip Pendidikan Kewarganegaraan (Untari, 2005/2006:3). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatau proses, dimana dapat membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. Karena sifat dari proses tersebut, maka proses belajar yang tejadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang pada dasarnya telah dirancang terlebih dahulu (Winataputra dan Rosita, 1995/1996:2). Seperti apa yang diungkapkan oleh Romiszowski (1981:147), dalam (Winataputra dan Rosita, 1995/1996:2 “proses belajar yang berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pre-planed)”. Menurut Gagne (1975), dalam (Saputro dan Abidin, 2005:3) “pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung belajar siswa”. Sedangkan pendapat dari Raka Joni (1980:1), dalam (Saputro dan Abidin, 2005:3) “pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan teradinya belajar”. Penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan peristiwakondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan untuk memfasilitasi belajar orang lain dan pembelajaran merupakan kegiatan guru yang mendorong tejadinya aktivitas belajar siswa. 9 10 2. Strategi Pembelajaran Pengertian pembelajaran di atas dapat diartikan sebagai penciptaan lingkungan belajar. Berkaitan dengan makna tersebut, maka strategi pembelajaran adalah proses penetapan, pengorganisasian, dan pengoperasian sistem lingkungan belajar yang bersifat efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan pembelajaran (Saputro dan Abidin, 2005:6). Sedangkan menurut Al-Hakim S. Dkk (2002:80), dalam (Saputro dan Abidin, 2007:7) “Strategi pembelajaran memiliki dua hal, (1) Perencanaan tindakan secara sistematis, dan (2) Implementasi perencanaan dalam tindakan di lapangan”. Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan komponen pembelajaran. Strategi pembelajaran berhubungan dengan cara-cara yang dipilih guru untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di kelas, sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi untuk mewujudkan aktualisasi proses pembelajaran. Strategi pembelajaran aktualisasinya terwujud sebagai seperangkat tindakan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Cakupan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: (1) setting atau latar pembelajaran, (2) pengelolaan dan pengorganisasian bahan ajar, (3) pengalokasian waktu, (4) pengaturan pola aktivitas pembelajaran, (5) metode, teknik, dan prosedur pembelajaran, (6) pengaturan dan pemanfaatan media pembelajaran, (7) penerapan prinsip pembelajaran, (8) penerapan pendekatan pola aktivitas pembelajaran, (9) pengembangan dan pengaturan iklim pembelajaran. 11 Aktualisasi pembelajaran dikatakan strategis manakala setiap jenis dan atau pola aktivitas pembelajaran beserta seluruh variabel yang terkait dapat dilacak rasionalitasnya, kadar keefektifan dan keefisiensiannya untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Nilai strategis suatu strategi pembelajaran dapat juga diuji atas dasar kesesuaiannya dengan variabel-variabel penentu pembelajaran, seperti: (1) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, (2) sesuai dengan karakteristik bahan pembelajaran, (3) karakteristik guru, (4) karakteristik siswa, dan (5) sesuai dengan karakteristik sarana dan prasarana yang tersedia. Oleh karena itu, keakuratan strategi pembelajaran dalam memfasilitasi keoptimalan pencapaian tujuan belajar anak sangatlah penting (Saputro dan Abidin, 2005:9-10). 3. Komponen Pembelajaran Peranan guru dalam proses pembelajaran, disamping menyampaikan informasi, guru juga berperan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, meyeleksi materi pembelajaran, memberikan bimbingan belajar, menggunakan berbagai macam media, strategi dan metode. Menurut Simpson; Anderson (1981:60) dalam (Saputro dan Abidin, 2005:1) “peran lain dari guru adalah mengajak diskusi, mengajukan pertanyaan, menyelenggarakan simulasi serta berbagai peran lainnya”. Berbagai peran yang diemban guru dalam proses pembelajaran, pada dasarnya berkenaan dengan hal membelajarkan siswa. Guru hanya memfasilitasi terjadinya proses belajar dalam diri siswa, perubahan perilaku yang terjadi dalam diri siswa merupakan akibat dari keaktifan yang dilakukan oleh siswa dalam interaksinya dengan lingkungan belajarnya (Saputro dan Abidin, 2005:1). 12 Guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan terhadap terjadinya aktivitas belajar, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh terciptanya suasana yang nyaman antara guru dengan siswa sejak berlangsungnya kegitan belajarmengajar di kelas. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya diharapkan mampu mengenali karakteristik komponen-komponen sistem pembelajaran yang menjadi rangkaian kerjanya, yang nantinya akan diberikan kepada siswa sebagai pendukung program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Komponen-komponen pembelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) Komponen Input atau masukan Komponen ini terdiri dari: (1) Row input (siswa), yakni peserta didik yang diharapkan mengalami perubahan tingkah laku setelah mengikuti proses pembelajaran. (2) Instrumental input, yakni komponen guru, materi, media, dan manajemen kelas. (3) Environmental input, yakni komponen yang terdiri dari kondisi sosial ekonomi, kultural, dan lain sebagainya. (4) Struktural input, yaitu komponen yang terdiri dari tujuan sekolah, tujuan pendidikan, visi dan misi sekolah. b) Komponen Proses Komponen proses yaitu serangkaian interaksi dinamis pembelajaran, antara siswa sebagai masukan dan dengan sejumlah komponen InstrumentalEnvironmental serta Struktral input pembelajaran. 13 c) Komponen Output Komponen output terdiri dari hasil belajar, sebagaimana seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran yang berupa kualifikasi tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah mengikuti interaksi pembelajaran. Komponen ini berkaitan dengan domain kognitif, afektif, dan psikomotor. d) Komponen umpan balik Merupakan komponen yang memiliki fungsi informatif bagi efektifitas pencapaian tujuan dan relevansi dari komponen-komponen yang terkait. B. Pakem I. Pengertian Pakem Pakem atau singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreatifitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan (WWW. google.com.search:PAKEM). Pengertian lain, pakem merupakan suatu usaha dari guru untuk bisa menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya dan mengeluarkan gagasan. Sedangkan kreatif, seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa dan menyenangkan adalah suasana belajar, dimana siswa diharapkan dapat memusatkan perhatiannya secara penuh ke pelajaran. (http://www.pontianakpost.com). Pakem adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru 14 menggunakan berbagai sumber dan alat bantu berlajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. (http:/pbmtutik.blogspot.com/) Menurut Best 2001, (dalam http://www.pendidikan.net/development.html) pakem adalah “A conception that helps teacher relate subject matter content to real world situation and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers.” Satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswasiswi untuk lebih paham hubungan pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat dan karyawan-karyawan. Menurut Philip Rekdale http//www.pendidikan.net/developmen.html) pakem 2005, adalah (dalam singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Fokus pakem adalah pada kegiatan siswa dalam bentuk grup, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitan, penelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru. Secara garis besar, gambaran pakem adalah sebagai berikut: a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan serta cocok bagi siswa. 15 c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik serta menyediakan pojok baca. d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam mencipatakan lingkungan sekolahnya (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.4). Pakem diterapkan di sekolah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki sejumlah keterampilan yang beragam, yang nantinya diperlukan untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Untuk menjamin keberhasilan proses pembelajaran, maka proses belajar-mengajar di kelas haruslah dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Sekolah dan guru haruslah mampu mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tentang kegiatan siswa selama belajar di sekolah, pemanfaatan sumber belajar yang berbeda dengan sebelumnya serta peran guru dalam mengajar sebagai upaya untuk mengurangi gaya lama dalam pembelajaran (Dinas pendidikan kota Malang, 2004:3.11). Pakem dijadikan sebagai model pembelajaran yang mempunyai karakteristik tersendiri dan dirasa cocok untuk diterapkan dalam kegiatan belajarmengajar di kelas. Karakteristik dalam model pembelajaran pakem adalah sebagai berikut: 16 1). Aktif Dimaksudkan disini, bahwa dalam proses pembelajaran guru harus dapat menciptakan suasana dimana siswa dapat aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat yang dapat menghasilkan suatu gagasan atau ide yang cemerlang. Proses aktif dalam belajar dari si pembelajar sangat penting bagi usaha meningkatkan pengetahuan, bukan seperti proses pasif yang selama ini berkembang, karena siswa hanya dicekoki materi melalui metode ceramah saja sehingga siswa tidak dapat ikut terlibat secara langsung, hal ini sangat bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif siswa sangatlah penting dalam pembentukan generasi penerus yang kreatif dan berguna bagi dirinya pribadi maupun bagi orang lain. Menurut Willian Burton, (dalam Usman, 1995:21) “Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga mau belajar atau Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn”. Dengan demikian, aktifitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajarmengajar sehingga muridlah yang harus banyak aktif, sebab sebagai subjek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Hal ini sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di sekolah-sekolah, dimana guru yang lebih aktif sedangkan siswa menjadi pasif. Aktivitas belajar murid yang dimaksud disini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas murid dapat digolongkan kedalam beberapa hal, yaitu: a. Aktivitas visual (Visual activities), seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dll. 17 b. Aktivitas lisan (Oral activities), seperti bercerita, membaca sajak, Tanya jawab, diskusi, dll. c. Akitvitas mendengarkan (Listening activities), seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan, dll. d. Aktivitas gerak (Motor activities), seperti senam, atletik, menari, melukis, dll. e. Aktivitas menulis (Writing activities), seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat, dan lain-lain. Menurut John dewey, (dalam Dimyati dan Moedjiono, 1994:42) mengemukakan bahwa “belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri” maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah. Sedangkan menurut teori kognitif, anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar siswa harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, menafsirkan serta menarik kesimpulan. Jadi, siswa adalah sebagai makhluk yang aktif, mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, dan mempunyai kemauan serta aspirasi sendiri. Belajar tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif (Dimyati dan Moedjiono, 1994:42). Untuk menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru dapat melakasanakan perilaku-perilaku sebagai berikut: a) Menggunakan multimetode dan multimedia b) Memberikan tugas secara individual maupun kelompok 18 c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil. d) Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar kemudian mencatat hal-hal yang dirasa kurang jelas. e) Mengadakan tanya jawab dan diskusi (Dimyati dan Moejiono, 1994:57). 2). Kreatif Dimaksudkan agar guru dapat menciptakan kegiatan belajar yang bervariasi dan beragam dengan membuat alat bantu belajar yang sederhana dan sesuai dengan harapan siswa sehingga siswa dapat merancang atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi dirinya pribadi maupun bagi orang lain serta dapat membuat tulisan atau karangan ilmiah. Di dalam proses belajar-mengajar seorang guru dituntut untuk memilki keterampilan mengadakan variasi yang bertujuan mengatasi rasa jenuh pada diri siswa, sehingga siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusias, dan ikut berpartisipasi. Adapun tujuan atau manfaat yang lain dari keterampilan mengadakan variasi oleh guru adalah sebagai berikut: a) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan. b) Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dalam diri siswa terhadap hal-hal yang baru. c) Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik. 19 d) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh cara menerima yang disenanginya (Usman, 1995:84). Guru juga harus menciptakan metode-metode belajar yang menarik, ditunjang dengan media yang bervariasi, alat bantu yang sederhana tetapi mendukung, dan yang tidak kalah penting adalah pemilihan sumber belajar yang tepat, sehingga guru dan siswa dapat melaksanakan KBM dengan baik, hasil yang diperoleh siswapun juga memuaskan. Setelah mengikuti KBM di kelas, siswa diharapkan mampu menunjukkan potensi yang ada di dalam dirinya dengan karya-karya yang bermanfaat, mampu menciptakan media dan alat bantu sendiri yang dapat membantu mempermudah dirinya dalam memahami materi serta mencari sumber belajar yang lain selain dari sekolah, baik dari koran, majalah, dan internet. 3). Menyenangkan Suasana belajar-mengajar yang menyenangkan adalah suasana belajar yang tidak membuat siswa bosan, yang tidak membuat siswa takut salah, takut ditertawakan, dan takut disepelekan melainkan dapat membuat siswa memusatkan seluruh perhatian secara penuh pada pelajaran termasuk juga penggunaan lingkungan sekitar sekolahan sebagai salah satu media atau sumber belajar yang mendukung agar tetap menarik perhatian siswa. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pelajaran. “Kegembiraan dapat membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan bahkan dapat mengubah sikap negatif siswa“ (De Porter, Reardon dan Singer-nourie, 1992:26). 20 Metode atau konsep pembelajaran yang menyenangkan penting untuk diterapkan, sehingga membuat siswa selalu termotivasi dalam belajar dan mengikuti pelajaran di kelas dengan penuh antusias. Selain itu, untuk menanamkan keyakinan dalam diri siswa bahwa belajar dapat dilakukan kapan saja, dimana saja serta belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang pelajar karena belajar sama asyiknya dengan bermain. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang bisa membuat siswa berani mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa membuat mereka takut. Baik takut salah, takut ditertwakan maupun takut disepelekan, sehingga pada akhirnya siswa akan selalu senang untuk belajar (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.10). Walberg dan Greenberg 1997, (dalam De porter, Reardon dan singernourie, 1992:19) berpendapat “Suatu penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologos utama yang dapat mempengaruhi belajar akademis”. Dari pendapat tersebut dapat dikemukakan, bahwa pada dasarnya suasana atau keadaan lingkungan belajar dapat mempengaruhi emosi pada diri siswa. Untuk menumbuhkan semangat dan antusias siswa agar tetap konsentrasi pada pelajaran, maka guru dapat merubah suasana kelas yang awalnya biasa saja menjadi luar biasa dengan keterampilan mengelola kelas. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mangatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan didalam kelas. Guru dituntut agar bisa mengelola kelas dengan baik agar proses belajar-mengajar yang efektif dapat tercipta, salah satu 21 contohnya adalah belajar di luar kelas, yaitu dengan memanfaatkan halaman sekolah, perpustakaan, dan aula. Selain itu juga membiasakan untuk membentuk kelompok-kelompok belajar. Pembelajaran tidak cukup sampai pada tingkat aktif, kreatif dan menyenangkan saja, tetapi harus efektif. 4). Efektif Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai. Jika, pembelajaran hanya aktif, kreatif dan menyenangkan saja, maka pembelajaran tersebut belum bisa memenuhi tujuan dari pembelajaran itu sendiri (Dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.4 & 3.8-3.9). Guru dapat berupaya agar siswanya selalu berusaha menunjukkan potensi yang ada pada dirinya dengan belajar, dan upaya tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan rangsangan atau stimulus, dimana dengan rangsangan atau stimulus tersebut siswa dapat berfikir bahwa dengan belajar, akan membuat dirinya berhasil. Kriteria yang harus di penuhi dalam pembelajaran untuk mengefektifkan kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai berikut: • Siswa mengetahui cara berpikir dan berbuat dalam melaksanakan tugas yang harus dikerjakannya. Setiap siswa dapat belajar sendiri dari sumber belajarnya, tetapi kefektifan hasil belajar siswa kurang terjamin, jika siswa tidak mengetahui bagaimana cara mempelajari pelajaran yang akan dialami. Dalam pakem guru melatihkan cara berpikir dan bekerja dalam mempelajari pelajaran dan menyelesaikan masalah, 22 sedangkan siswa menggunakan cara yang dilatihkan gurunya untuk mempelajari pelajaran tersebut dari suatu sumber belajar. • Siswa berpikir dan berbuat mengikuti suatu metode yang dapat membuatnya berhasil. Untuk kefektifan pembelajaran, guru hanya mengajarkan cara berpikir dan bekerja. Siswa menggunakan cara-cara yang diajarkan gurunya itu untuk mempelajarinya dan mencoba untuk menyelesaikan masalah yang timbul (http://www.p4tkipa.org). II. Penerapan Pakem Penerapan pakem dapat diwujudkan dalam setiap kegiatan belajarmengajar, belajar merupakan proses internal yang kompleks, dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Siswa dalam belajar haruslah dapat mengalami secara langsung, baik aktif secara fisik, mental maupun emosional dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi, sedangkan guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator (Dimyati dan Mudjiono, 1994:43). Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, ada dua tolok ukur mengenai efektivitas mengajar, yakni tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Untuk mencapai tingkat efektivitas mengajar yang tinggi, guru harus mampu menguasai beberapa keterampilan dalam mengajar yang kompleks dan utuh (Hasibuan dan Moedjiono, 1986:46). Keterampilan-keterampilan dalam mengajar memiliki prinsip dasar, tujuan, dan komponen tersendiri. Berikut ulasan tentang beberapa keterampilan dalam mengajar tersebut: 23 a. Keterampilan Bertanya (questioning skills) Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan dengan teknik pelontaran yang tepat pula, maka akan memberikan dapak positif terhadap siswa. Diantaranya dapat meningkatkan partisipasi siswa, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, memusatkan perhatian siswa, dan mengembangkan pola serta cara belajar aktif dari siswa. Adapun dasar pertanyaan yang baik adalah sebagai berikut: 1) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa. 2) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu. 3) Bagikan semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata. 4) Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk memikirkan jawabannya. 5) Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab. b. Keterampilan Memberi Penguatan Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal atau non-verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar. Tujuan dari pemberian penguatan adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan perhatian siswa. 2) Melancarkan atau memudahkan proses belajar. 3) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi. 24 4) Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik. c. Keterampilan Mengadakan Variasi Variasi atau stimulus adalah sesuatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, dan berpartisipasi. Prinsip yang perlu dipahami oleh guru dalam melaksanakan kemampuan ini dalam kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai berikut: 1) Perubahan yang perlu dilakukan harus bersifat efektif. 2) Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat. 3) Penggunaan teknik variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa. d. Keterampilan Menjelaskan Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam kegiatan belajarmengajar adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Adapun prinsip dari keterampilan memberikan penjelasan adalah sebagai berikut: 1) Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan. 2) Penjelasan dapat diiringi tanya jawab. 3) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran. 4) Penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa ataupun telah direncanakan sebelumnya. e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Yang dimaksud dengan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan 25 prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Kegiatan ini tidak hanya dapat dilakukan oleh guru pada awal sebelum pelajaran dimulai saja, melainkan pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Pengertian dikusi kelompok dalam kegiatan belajar-mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas, siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dibawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan. Diskusi tersebut berlangsung secara terbuka, setiap siswa dapat mengemukakan ide-ide tanpa ada tekanan dari teman atau gurunya. g. Keterampilan Mengelola Kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Kegiatan yang termasuk ke dalam hal ini adalah penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, dll. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan. 26 h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Secara fisik bentuk pembelajaran ini adalah bila jumlah siswa yang dihadapai oleh guru terbatas, yaitu berkisar 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Ini tidak berarti, bahwa guru hanya menghadapi satu kelompok atau seseorang siswa saja sepanjang waktu belajar. Guru menghadapi banyak siswa yang terdiri dari beberapa kelompok yang dapat bertatap muka, baik secara perseorangan atau kelompok. Hakikat pembelajaran ini adalah: 1) Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa. 2) Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing. 3) Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya, dan 4) Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar-mengajar (Usman, 1995:74-102). III. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Pakem Komponen dalam pakem merupakan suatu hal yang penting untuk dicermati dan harus dikelola dengan baik agar pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Ada aspek yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memilki sifat rasa ingin tahu yang tinggi dan berimajinasi. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif, kegiatan belajar merupakan lahan yang harus diolah secara baik demi berkembangnya kedua sifat tersebut. Suasana pembelajaran yang menyenangkan, dimana guru memuji anak karena hasil 27 karyanya, mengajukan pertanyaan menantang dan mendorong anak untuk melakukan percobaan merupakan sedikit contoh dari langkah-langkah pembelajaran yang dapat dilakukan. 2) Mengenal anak secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan berbeda. Dalam pakem, perbedaan individual harus diperhatikan dan tercermin dalam kegiatan pembelajran, semua anak tidak harus mengerjakan tugas ynag sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut dapat optimal. 3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam membahas suatu tugas, anak dapat menyelesaikannya dengan berkelompok karena berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila berkelompok sehingga memudahkan mereka dalam bertukar pikiran. Akan tetapi, juga diperlukan penyelesaian tugas secara perorangan agar bakat individunya dapat berkembang. 4) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini merupakan pemecahan masalah dan hal ini membutuhkan pemikiran kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran 28 tersebut, berasal dari rasa keingin tahuan dan imajinasi pada diri anak. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya dengan cara sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka. 5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang paling disarankan oleh pakem. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik dapat membantu guru dalam proses belajar-mengajar dikelas karena dijadikan sebagai bahan rujukan kerika membahas suatu masalah. Yang dipajang merupakan hasil kerja perorangan, kelompok, atau berpasangan. Dapat berupa gambar, peta, diagram, puisi atau karangan-karangan lain yang diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk belajar lebih baik dan menimbulkan inspirasi buat siswa lain. 6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak, lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan juga sebgai objek kajian (sumber belajar). Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan keterampilan mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan lain-lain. 7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat jika terjadi interaksi dalam belajar, pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dengan siswa. Selain itu, cara memberikannya pun harus 29 secara santun sehingga siswa lebih percaya diri dalam memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar atau catatan, catatan tersebut diharapkan dapat menjadikan pekerjaan siswa agar lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa dari pada sekedar angka. 8) Membedakan antara aktif mental dengan aktif fisik Banyak guru yang merasa senang jika melihat siswanya kelihatan sibuk bekerja secara kelompok dengan posisi duduk saling berhadapan, keadaan demikian bukanlah cirri dari pakem. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain dan sering mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda orang yang aktif mental, syarat dari berkembangnya aktif mental adalah tumbuh perasaan tidak takut ditertawakan maupun disalahkan. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut (dinas Pendidikan Kota Malang, 2004:3.13-3.15). IV. Faktor Yang Mendorong Diterapkannya Pakem Pakem diterapkan karena dilatarbelakangi oleh kenyataan, bahwa pembelajaran model konvensional dinilai menjemukan dan dirasa kurang menarik bagi para peserta didik, sehingga berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi peserta didik terlebih lagi peserta didik kurang begitu antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di kelas, mudah merasa bosan serta minat untuk mendengarkan penjelasan dari guru berkurang (http://pbmtutik.blogspot.com/). Seorang guru dituntut agar lebih peka dalam membaca situasi, membalikkan keadaan dari yang konvensional dan monoton menjadi lebih modern dan bervariasi di dalam pembelajaran serta menciptakan suasana belajar yang 30 dapat memberikan kenyamanan bagi peserta didik, sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul saat kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung. Di samping hal yang tersebut di atas, masih terdapat faktor lain yang menjadi pendorong diterapkannya pakem, yaitu antara lain: a. Adanya lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan pakem. b. Digunakan pakem sebagai strategi pembelajaran di sebagian besar sekolah. c. Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kondusif. d. Adanya partisipasi dari masyarakat yang besar bagi penerapan pakem dalam dunia pendidikan. e. Adanya dukungan dana bantuan langsung (block grant). V. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pakem Di samping terdapat faktor pendorong, pelaksanaan pakem di sekolahsekolah juga menemui berbagai kendala, sehingga pelaksanaannya kurang optimal terlebih lagi ada sekolah-sekolah yang belum mencoba menerapkan pakem dikarenakan banyak faktor yang menghambat. Faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pelaksanaan pakem demi meningkatkan mutu pendidikan. b. Kurangnya kesiapan dan pemahaman dari pihak sekolah dalam melaksanakan pakem. c. Adanya kesalahan dalam praktek pakem. d. Minimnya sarana dan prasarana sekolah yang menunjang pelaksanaan pakem. e. Kurangnya kesediaan serta rendahnya kemauan atau semangat kerja dari tenaga pendidik dalam melaksanakan pakem. 31 f. Adanya sikap tenaga pendidik yang telah terkondisi, bersikap pasif, tidak kreatif, dan tetap menggunakan gaya konvensional serta monoton dalam memberikan pembelajaran (Setiani, Analisis Implementasi Manajamen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) di gugus 03 kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto). C. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan disekolah, materi keilmuan bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai (values). Pendidikan Kewarganegaraan ingin membentuk warga negara yang ideal, yakni warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang sesuai dengan konsep serta prinsip-prinsip Pendidikan Kewarganegaraan. Secara garis besar, bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan terdiri dari beberapa dimensi berikut: 1) Dimensi pengetahuan (civic knowledge) mencakup bidang politik, hukum dan moral. Artinya dari segi materi, pembelajaran bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non-pemerintahan, identitas nasional, pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law), peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban, tanggung jawab warga negara serta hak asasi manusia. 2) Dimensi keterampilan kewarganegaran (civic skills), meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya berperan serta secara aktif mewujudkan masyarakat madani, keterampilan mempengaruhi dan monitoring jalannya pemerintahan dan proses pengambilan keputusan 32 politik, keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisasi, kerjasama, mengelola konflik, dan sebagainya. 3) Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civic values) mencakup percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individu, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, perlindungan terhadap minoritas, dan sebagainya (Untari 2005/2006:3). Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan mengemban misi dalam mempersiapkan bangsa Indonesia yang tangguh dalam mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang berpengaruh pada eksistensi dirinya. Kompetensi yang demikian harus diimbangi dengan kemampuan berpikir kearah pemahaman dan pengamalan jiwa dan nilai-nilai pancasila serta pengalaman nilai-nilai ajaran agama yang diyakini oleh masingmasing bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang mengupayakan pembentukan manusia yang sadar akan wawasan nasional dan pertahanan nasional (Al-Hakim, 2002:4-5). 1) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk pribadi warga negara yang baik (desirable personal quality). Menurut Dimond 1970, (dalam AlHakim, 2002:5), kualitas kepribadian warga negara yang baik meliputi beberapa hal, yaitu: a) Loyal. b) Orang yang selalu belajar. 33 c) Seorang pemikir. d) Bersikap demokratis. e) Gemar melakukan tindakan kemanusiaan. f) Pandai mengatur diri, dan g) Seorang pelaksana. Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan juga bertujuan untuk memperluas wawasan dan menimbulkan kesadaran warga negara, sikap serta perilaku cinta tanah air yang berdasarkan pada kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Dengan demikian, target Pendidikan Kewarganegaraan dalam kerangka sistem pendidikan nasional dipusatkan pada kredibilitas kepribadian warga negara dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat (Al-Hakim, 2002:6). Sedangkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas 2006, (dalam Untari, 2005/2006:3) adalah: 1. Berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpartisipasi secara bermutu, bertanggung jawab serta bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa lain. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi. 34 2. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Menurut (Depdiknas, 2006) ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, partisipasi dalam bela negara, dan lain-lain. b) Norma, hukum dan peraturan, Meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib sekolah, norma yang berlaku di sekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-peraturan daerah, hukum dan peradilan internasional, dan lain-lain. c) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, penghormatan dan perlindungan HAM, dan lain-lain. d) Sebutuhan warga negara, Meliputi: Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, dan lain-lain. e) Konstitusi negara, Meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, dan lain-lain. f) Kekuasaan dan politik, Meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, sistem pemerintahan, budaya politik, demokrasi dan sistem politik, dan lain-lain. g) Pancasila, Meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, pancasila sebagai ideologi terbuka, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan lain-lain. h) Globalisasi, Meliputi: Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan lain-lain. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian, penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln 1987, (dalam Moleong, 2005:5) ”penelitian kualitatif terkait dengan suatu realita atau kenyataan yang dapat menunjukkan ciri-ciri alamiah secara utuh. Penelitian kualitatif cenderung mengarah pada metode penelitian secara deskriptif karena mencoba menafsirkan fenomena yang ada dan terjadi, sehingga arah dan latar belakangnya mempunyai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif”. Dalam penelitian ini penulis mengamati dan mengkaji suatu fenomena tertentu, menganalisis serta mendeskripsikan hasil dari pengamatan tersebut dengan kata-kata, gambar dan bukan angka sehingga laporan penelitiannya berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Seperti apa yang telah dikemukakan oleh (Faisol, 1982:120-121) ”penelitian deskriptif atau penelitian non-eksperimental ialah suatu penelitian yang berkenaan dengan hubungan antara berbagai variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, tidak memanipulasi variabelvariabel atau menetapkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi melainkan menyangkut peristiwa yang sudah terjadi serta berhubungan dengan kondisi saat ini”. Sedangkan menurut (Arikunto, 1999:12) ”penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan 35 menjelaskan, menggambarkan atau 36 membeberkan variabel masa lalu dan masa sekarang (sedang terjadi)”. Tujuan diterapkannya metode deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mencari informasi faktual yang mendetail yang mencandra gejala yang ada. (2) Untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung, dan (3) Untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan (Suryabrata, 2002:19). Alasan mengapa digunakan pendekatan deskriptif dalam penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut: pertama bahwa penelitian ini mengarah pada pengkajian suatu kegiatan belajar mengajar di kelas. Kedua, digunakannya pendekatan deskriptif dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan fenomena apa yang terjadi saat ini, menganalisis kondisi-kondisi tertentu yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar menyangkut bagaimana perencanaan yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat mengaktifkan anak, mengembangkan kreatifitas, sehingga efektif sehingga tetap menyenangkan dan bagaimana pelaksanaannya di dalam kelas, apakah dari semua yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik serta bagaimana juga evaluasinya. Ketiga, karena sesuai dengan apa yang telah dicantumkan di dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka untuk memperoleh data harus berhubungan langsung dengan subjek penelitian dan waktu mengumpulkan data di lapangan harus terlibat secara aktif karena memang manusialah alat pengumpul data yang utama serta yang mampu memahami kaitan antara kenyataan-kenyataan 37 di lapangan (Moleong, 2005:9). B. Kehadiran Peneliti 1. Peneliti Sebagai Instrumen Penelitian Kedudukan peneliti dalam penelitian ini tidak hanya sebagai perencana, pelaksana, dan penafsir data saja tetapi juga sebagai pengumpul data serta pelapor hasil penelitiannya. Oleh karena itu, kedudukan peneliti dalam penelitian ini sangat penting karena menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian (Moleong, 2005:168). Peneliti dalam proses penelitian haruslah siap dan aktif terjun langsung ke lapangan karena jika memanfaatkan alat yang lain selain dirinya sendiri, sangat tidak mungkin untuk menyesuaikan dengan kondisi di lapangan, harus mampu menggali sumber-sumber yang diperlukan guna melengkapi hasil laporan penelitiannya secara langsung dan dapat mengontrol hasil yang didapat secara berulang-ulang, sehingga derajat keandalannya dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, berkaitan dengan hal di atas langkah pertama yang dilakukan sewaktu memasuki tempat penelitian ialah menemui ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala sekolah, kemudian mengungkapkan maksud dan tujuan datang ke sekolah adalah untuk melakukan penelitian dengan membawa surat ijin penelitian dari Departemen Agama (DEPAG) yang telah didapat sehari sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh tanggapan secara langsung, untuk mengetahui respon dari pihak sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian dan untuk mendapatkan ijin dari kepala sekolah. Setelah menemui kepala sekolah dan telah memperoleh tanggapan secara langsung, respon yang baik, serta mendapatkan ijin selanjutnya memperkenalkan 38 diri kepada subjek penelitian, di sini yang menjadi subjek penelitian agar samasama mengetahui bahwa nantinya sewaktu proses penelitian berlangsung akan saling berinteraksi serta diharapkan subjek penelitian dapat membantu memberikan informasi yang dibutuhkan. Subjek penelitiannya disini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas VII di MTsN I Malang, yaitu ibu Ira Kristina, S.Pd, ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala sekolah, dan siswa kelas VII yang nantinya akan diwawancarai, diobservasi, dan diambil dokumentasinya. Ketika melakukan penelitian, haruslah mengetahui dan mematuhi aturanaturan yang berlaku di tempat penelitian. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan tetap berjalan dengan baik dan subjek penelitian tetap respek sehingga informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh. Menurut (Moleong, 2005:172-173) ”Seorang peneliti hendaknya memiliki kualitas kepribadian sebagai berikut, diantaranya toleran, sabar, dapat menjadi pendengar yang baik, bersikap terbuka, jujur, objektif, berpenampilan menarik, senang berbicara, memiliki rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu, gampang menyesuaikan diri dengan segala macam situasi, menghargai perasaan dan pendapat subjeknya, dan lain-lain”. Dari pendapat di atas, dapat dijadikan suatu pemahaman bagi sorang peneliti khususnya sebelum melakukan wawancara terhadap subjek penelitian. Hal ini dikarenakan, dalam penelitian seorang peneliti senantiasa berhubungan secara langsung dengan subjeknya, oleh karena itu sangat diperlukan kepribadian yang baik, sehingga waktu melakukan wawancara dalam penelitiannya dapat terlaksana dengan baik. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTsN I Malang yang terletak di Jalan 39 Bandung, No.7 Malang, tepatnya bersebelahan dengan MIN I Malang dan MAN III Malang. Alasan dipilihnya MTsN I Malang sebagai lokasi penelitian karena beberapa hal, diantaranya: (1) Keinginan untuk meneliti bagaimana penerapan model pakem di sekolah yang berbasis agama (bukan di sekolah umum), sehingga data yang dihasilkan nantinya diharapkan berbeda dan memiliki ke-khasan tersendiri dibandingkan dengan penelitian di sekolah umum. (2) MTsN I Malang merupakan sekolah berbasis agama di kota Malang dengan dilengkapi fasilitasfasilitas yang menunjang, maka oleh masyarakat dianggap sebagai sekolah elit, sehingga dirasa cocok untuk tempat penelitian karena sedikit banyak kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah mengarah pada penerapan model pakem. (3) Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh guru mata pelajaran PKn di MTs N I Malang dalam menerapkan pakem, karena di MTsN I Malang diduga atau ditengarai menerapkan model pembelajaran yang bernuansa pakem. D. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penerapan model pakem pada kegiatan belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran PKn yang meliputi bagaimana perencanaan yang disusun oleh guru, pelaksanaannya di dalam mengajar serta evalusinya. Media, sumber, metode, dan alat bantu apa yang digunakan oleh guru agar pelaksanaan model pakem dapat terwujud. 2. Faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan model pakem bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar. 40 E. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah guru sebagai tenaga pendidik, dalam hal ini Ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn kelas VII di MTsN I Malang, tentang bagaimana upaya yang dilakukan terkait dengan pelaksanaan model pakem dalam kegiatan belajar mengajar dikelas, apa saja yang direncanakan dan diwujudkan melalui apakah perencanaan tadi, setelah itu sesuaikah apa yang telah direncanakan tadi dengan apa yang diterapkan sewaktu kegiatan belajar berlangsung, ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala sekolah, dan siswa kelas VII sebagai sasaran didiknya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang menerapkan model pakem, apakah upaya yang dilakukan oleh guru dapat diterima dan dipahami oleh siswanya terkait dengan pengetahuan, pemahaman materi serta hasil belajar. F. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. a. Data primer Data yang diperoleh secara langsung di lapangan. Data ini diperoleh dari pengamatan langsung di MTsN I Malang, wawancara dengan guru mata pelajaran dan siswa, serta diperoleh dari dokumentasi yang berkaitan dengan perencanaan model pakem dalam mata pelajaran PKn, penerapan model pakem pada mata pelajaran PKn, faktor penghambat dan pendorong pelaksanaan model pakem serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan model pakem. b. Data sekunder 41 Data sekunder merupakan data yang dapat memperkuat data primer. Data ini berkaitan dengan perangkat pembelajaran, kondisi sekolah, jumlah kelas, fotofoto kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, dan arsip lain yang masih ada kaitannya dengan pakem. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ialah merupakan subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber datanya berupa subjek penelitian, apabila menggunakan observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda gerak atau proses sesuatu, dan apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan sumber datanya (Arikunto, 1999:114). Sumber data yang utama dalam penelitian ini adalah katakata hasil dari wawancara yang dilakukan kepada guru mata pelajaran PKn kelas VII di MTsN I Malang, dalam hal ini Ibu Ira Kristina, S.Pd, ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala sekolah, dan siswa kelas VII tentang pelaksanaan pakem, serta tindakan guru dalam melaksanakan pakem di kelas. Guru dan siswa merupakan subjek penelitian atau orang yang paling banyak memberikan informasi karena mereka merupakan informan yang berkecimpung secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping sumber data berupa orang atau informan, terdapat juga sumber data pendukung yang berupa peristiwa dan dokumentasi. Peristiwa disini berkaitan dengan perencanaan model pakem pada mata pelajaran PKn yang dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan KBM di kelas, yaitu dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran terlebih dahulu. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari Rencana Program Pembelajaran (RPP), Program Semester, Program Tahunan, 42 Rencana Program Efektif, dan Silabus serta Sistem Penilaian. Bagaimana pelaksanaannya pada mata pelajaran PKn berkaitan dengan metode yang digunakan, media, alat bantu, dan sumber belajarnya. Metode yang diterapkan pada waktu pelaksanaan KBM di kelas adalah metode permainan (game lari-duduk), studi kasus, dan pengamatan. Sedangkan media pendukungnya adalah gambar, lembar studi kasus serta artikel, baik dari koran atau dari internet. Alat bantunya yaitu spidol, papan tulis, kursi, kertas folio bergaris. Bahan ajarnya terdiri dari buku paket, LKS, dan artikel dari koran ataupun dari internet. Selain upaya yang dilakukan oleh guru dalam merencanakan dan melaksanakan model pakem pada saat akan melaksanakan KBM di kelas, guru juga harus memperhatikan faktor-faktor apa yang menjadi penghambat serta pendorong pelaksanaan model pakem, karena hal tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan pakem di sekolah. Setelah mengidentifikasi faktor apa yang menjadi penghambat dan pendorong, maka guru diharapkan mampu untuk mengatasi hambatan tersebut. Dokumentasi terdiri dari sumber tertulis (buku, arsip, catatan resmi maupun catatan harian, dan dokumen tentang pakem). Data lain yang juga dapat digunakan sebagai data pendukung yang relevan dan berkaitan dengan masalah penelitian adalah data tentang sekolah, jumlah siswa, jumlah kelas, gambaran umum lokasi penelitian, sejarah berdirinya sekolah, perangkat pembelajaran yang berupa Rencana Program Pembelajaran (RPP), Program Semester, Program Tahunan, Rencana Program Efektif, dan Silabus serta Sistem Penilaian, serta fotofoto kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini seperti apa yang telah diungkapkan oleh Lofland dan Lofland 1984:47, (dalam Moleong, 2005:157) 43 ”sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan. Selebihnya ialah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain”. G. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang berkualitas, maka dipengaruhi pula oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliabel dan valid, maka data yang akan diperoleh juga akan cukup reliabel serta valid (Suryabrata, 2002:84). Pengumpulan data merupakan hal penting dalam kegiatan penelitian, hal ini dikarenakan jika pengumpul data melakukan kesalahan sikap dalam wawancara, maka akan mempengaruhi data yang diberikan oleh subjek penelitian dan jika itu terjadi akan mempengaruhi kesimpulan yang diperoleh. Berkaitan dengan cara yang akan ditempuh untuk memperoleh data yang sesuai dengan jenis data dan sumber data, maka cara yang dapat dilakukan diantaranya ialah dengan (1) wawancara, (2) observasi, dan (3) dokumentasi. Teknik-teknik tersebut akan dipaparkan secara lebih rinci seperti berikut ini: 1. Wawancara Sebelum melakukan wawancara, maka haruslah dipikirkan terlebih dahulu tentang pelaksanaannya. Mengorek jawaban secara langsung dari subjek penelitian dengan bertatap muka, lebih sulit dibandingkan dengan memberikan angket dan menghendaki jawaban tertulis (Arikunto, 1999:231). Persiapan merupakan langkah rawan dalam keseluruhan proses wawancara. Pewawancara harus mempunyai konsep yang jelas mengenai hal-hal yang akan ditanyakan dan informasi yang dibutuhkan, merinci urutan pertanyaan dengan sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya, sehingga subjek penelitian terdorong 44 untuk memberikan komentar yang akan mengungkapkan jawaban yang diinginkan (Faisol, 1982:214). Dalam melakukan wawancara diharapkan untuk menjalin hubungan baik dan keakraban dengan subjek penelitian, maka informasi yang penting akan dapat diperoleh. Sikap pewawancara, kecerahan wajah, tutur kata dan bahasa dan keramahan akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban dari subjek penelitian yang diterima, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh merupakan data yang objektif dan dapat dipercaya. Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, dalam waktu yang singkat dapat diperoleh data yang sebanyak-banyaknya. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan terformat secara baik. Wawancara yang dilakukan ini ditujukan kepada ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn kelas VII di MTsN I Malang, ibu Ana selaku guru mata pelajaran PKn di MtsN I Malang, ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala sekolah, dan siswa kelas VII. Wawancara yang dilakukan tersebut adalah untuk memperoleh informasi mengenai perencanaan model pakem, yaitu tentang apa yang dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan KBM di kelas, diantaranya adalah dengan menyiapkan perangkat pembelajaran (Rencana Program Pembelajaran (RPP), Program Semester, Program Tahunan, Rencana Program Efektif, dan Silabus serta Sistem Penilaian) terlebih dahulu. Wawancara selanjutnya dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pakem, mulai dari metodenya (metode yang dipakai adalah 45 metode game lari-duduk, studi kasus, dan pengamatan), medianya (media yang disiapkan guru adalah gambar, lembar studi kasus, serta artikel dari koran atau internet), alat bantunya (papan tulis, spidol, kursi, dan kertas folio bergaris), dan bahan ajarnya (buku paket, LKS, artikel). Selain hal tersebut di atas, wawancara yang dilakukan adalah untuk mengetahui faktor penghambat dan pendorong pelaksanaan model pakem serta upaya dalam mengatasi hambatan tersebut. 2. Observasi atau Pengamatan Menurut (Faisol, 1982:204) ”Observasi dalam penelitian deskriptif memungkinkan bagi peneliti untuk mendapatkan informasi-informasi tertentu secara langsung, bila proses dari observasi menyangkut tingkah laku manusia, maka akan sangat kompleks proses yang dialami”. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa observasi atau pengamatan dapat memberikan sumbangan yang sangat penting bagi proses penelitian dan jika subjek yang diteliti semakin beragam, maka akan semakin sulit pula observasi yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, hanya melakukan pengamatan tanpa melakukan kegiatan apapun dan subjek yang diteliti hanya sebagian untuk mewakili keseluruhan. Dapat dikatan pengamatan ini sebagai pengamatan terbuka, karena secara terbuka subjek pengamatan, dalam hal ini ibu Ira kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn kelas VII di MTsN I Malang mempersilahkan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas dan pada waktu jam pelajaran PKn sedang berlangsung. Hal ini memungkinkan didapatkannya informasi yang relevan tentang pelaksanaan model pakem, tentang perencanaannya, yaitu upaya yang dilakukan guru sebelum melaksanakan KBM 46 di kelas (menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Program Pembelajaran (RPP), Program Semester, Program Tahunan, Rencana Program Efektif, dan Silabus serta Sistem Penilaian). Pelaksanaannya, mulai dari menerapkan metode game lari-duduk, studi kasus, dan pengamatan. Menyiapkan bahan ajar, yaitu buku paket, LKS, dan artikel. Menyiapkan media pendukung yang berupa gambar, lembar studi kasus, dan artikel serta alat bantunya yang terdiri dari papan tulis, spidol, kursi, kertas folio bergaris. Kesemuanya itu diwujudkan demi terciptanya model pakem di MTsN I Malang. Pengamatan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan adanya beberapa alasan, seperti yang telah dikemukakan oleh Guba dan Lincoln 1981:191-193, (dalam Moleong, 2005:174) berikut ini: a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, karena dengan mengamati secara langsung kebenaran dari suatu hal dapat diketahui. b. Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku atau kejadian yang terjadi dan dilihat. c. Pengamatan memungkinkan untuk mencatat peristiwa yang terjadi secara nyata, bukan hanya dari orang atau sumber lainnya. d. Pengamatan dapat dilakukan untuk mengurangi keragu-raguan dan ketidakpercayaan terhadap suatu kebenaran. e. Pengamatan dapat digunakan untuk memahami situasi-situasi yang rumit dan kompleks. f. Pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam kasus-kasus 47 tertentu, dimana ketika teknik-teknik komunikasi yang lainnya tidak memungkinkan untuk digunakan. 3. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, transkrip, agenda, dan lain-lain. Dibandingkan dengan metode lainnya, dokumentasi tidak begitu sulit untuk dilaksanakan dengan arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Menurut Guba dan Lincoln 1981:235, (dalam Moleong, 2005:217) ”Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data dikarenakan dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, dan bahkan untuk meramal”. Dokumentasi tidak kalah penting dengan metode-metode lainnya. Tanpa adanya dokumentasi tentang fenomena yang ditemukan, diamati, dan diteliti waktu penelitian berlangsung, maka penelitian tersebut akan diragukan kebenarannya. Dokumen yang diperoleh sewaktu melaksanakan penelitian di MTsN I Malang tentang pelaksanaan model pakem pada mata pelajaran PKn siswa kelas VII diharapkan mampu untuk mendukung hasil observasi atau pengamatan dan wawancara sehingga datanya dapat lebih dipercaya. Hasil yang diperoleh ialah tentang perangkat pembelajaran yang berupa Rencana Program Pembelajaran (RPP), Program Semester, Program Tahunan, Rencana Program Efektif, dan Silabus serta Sistem Penilaian). Data sekolah atau gambaran umum lokasi penelitian, yaitu mengenai sejarah berdirinya, visi dan misi, tujuan sekolah, serta foto-foto kegiatan belajar mengajar di kelas tentang pelaksanaan model pakem di MTsN I Malang pada 48 mata pelajaran PKn yang berhubungan dengan pelaksanaan metode game lariduduk, studi kasus, dan pengamatan. Tentang bahan ajarnya, yaitu buku paket, LKS, dan artikel. Media pendukungnya yang berupa gambar, lembar studi kasus, dan artikel serta alat bantunya yang terdiri dari papan tulis, spidol, kursi, kertas folio bergaris. Kesemuanya itu nantinya dicantumkan pada lampiran laporan penelitian. H. Analisis Data Secara garis besar, pekerjaan analisis data yaitu: mengatur data, mengorganisasikan data, memilah-milah, mengklasifikasikan dan mencatat data. Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen 1982, (dalam Moleong, 2005:248) ”Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola, serta menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari”. Ada bermacam-macam proses atau tahapan analisis data, seperti apa yang diungkapkan oleh Seiddel 1998, (dalam Moleong, 2005:248) ”Proses dari analisis data akan berjalan sebagai berikut, yaitu: (1). Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan; dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. (2). Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, membuat ikhtisar, dan membuat indeks. (3). Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna; mencari dan menemukan pola dan hubunganhubungan; serta membuat temuan-temuan umum”. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara induktif, yaitu setelah data di lapangan diperoleh, maka segera dilakukan pengelompokan agar data dapat dipilah-pilahkan, diolah, dan ditarik kesimpulan. Penelitian ini 49 menggunakan teknik analisa data model Miles dan Hubberman, (dalam Moleong, 2005:308) ”karena pada dasarnya menurut teknik ini, penelitian dilakukan secara berkaitan”. Lebih jelasnya, teknik ini akan digambarkan melalui bagan di bawah ini. 3.1 Bagan Teknik Analisis Data dari Milles & Huberman 1. Reduksi Data Reduksi Data adalah penyaringan data secara sederhana hasil pengumpulan data. Reduksi menurut Miles diartikan sebagai proses penelitian, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. 2. Penyajian Data Penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusun, memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan, dan penarikan jawaban. 3. Penarikan Kesimpulan Setelah data terkumpul, kemudian data ditarik kesimpulannya menggunakan teknik analisis data deskriptif atau analisis data non-statistik yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan kembali data yang terkumpul dalam 50 bentuk uraian paparan data dan temuan penelitian. I. Pengecekan Keabsahan Data Agar hasil penelitian kualitatif dapat dipercaya kebenarannya oleh banyak pihak, maka perlu adanya pengecekan keabsahan data. Teknik-teknik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data adalah sebagai berikut, yaitu: 1. Ketekunan Pengamat Dimaksudkan di sini adalah agar pengamatan yang dilakukan oleh peneliti cermat, mengenai faktor apa saja yang ada kaitannya dengan masalah atau fokus penelitian, sehingga menghasilkan informasi yang utuh, lengkap, akurat dan jujur. 2. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, atau dengan arti yang lain berarti me-recheck data temuannya untuk dibandingkan dengan sumber, metode, atau teori. Menurut Denzin 1978, (dalam Moleong, 2005:330) ”triangulasi dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu: triangulasi dengan penggunaan sumber, triangulasi dengan penggunaan metode, triangulasi dengan penyidik, dan triangulasi dengan teori”. Triangulasi dengan penggunaan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di tempat umum dengan secara pribadi, membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat atau pandangan orang lain, dan sebagainya seperti ungkapan dari Patton 1987:331, (dalam Moleong, 2005:330). Triangulasi dengan penyidik, dalam hal ini berarti memanfaatkan 51 pengamat lainnya untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data, dan untuk membantu mengurangi kemenclengan dalam pengumpulan data. Sedangkan menurut Patton 1987, (dalam Moleong, 2005:331) triangulasi dengan metode ada 2 macam, diantaranya: (1) pengecekan derajat kepercayaan temuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan teori merupakan suatu usaha untuk mengetahui derajat kepercayaan temuan penelitian, tetapi terdapat silang pendapat ada yang mengatakan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori, dan ada juga yang berpendapat bahwa itu bisa dilakukan serta dinamai dengan penjelasan banding (rival explanation). 3. Pembahasan sejawat Hal ini dilakukan untuk menambah keakuratan dan kepercayaan dalam diri peneliti terhadap data hasil penelitian yang sudah terkumpul agar dapat dikaji secara lebih mendalam. J. Tahap-Tahap Penelitian Tahap penelitian merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian. 1. Kegiatan Pra Lapangan a. Observasi Awal Ditentukan terlebih dahulu lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di MTsN I Malang. Setelah itu, melakukan observasi dengan menemui Kepala Sekolah untuk memberitahukan maksud dan 52 tujuan sekaligus meminta ijin melakukan penelitian di MTsN I Malang. b. Menyusun Rencana Penelitian Sesudah melaksanakan observasi awal, selanjutnya menyusun rancangan penelitian. Pembuatan rancangan penelitian disusun dan di arahkan oleh dosen pembimbing skripsi. Rancangan penelitian merupakan pedoman untuk melakukan penelitian serta untuk mengurus surat ijin penelitian. c. Mengurus perijinan Setelah melakukan observasi awal ke MTsN I Malang dan mendapatkan ijin dari pihak sekolah untuk mengadakan penelitian, maka selanjutnya peneliti datang ke Fakultas mengajukan permohonan agar dibuatkan surat pengantar untuk diberikan ke Departemen Agama yang isinya memohon ijin bahwa mahasiswa yang bersangkutan akan mengadakan penelitian skripsi di MTsN I Malang. Setelah kurang lebih satu minggu menunggu, akhirnya surat permohonan ijin dari Departemen Agama keluar dengan nomor Kd.13.32/1/TL.00/636/2008. 2. Kegiatan Lapangan a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri Sebelum memasuki lapangan penelitian, hendaknya mengetahui terlebih dahulu latar penelitian. Di samping itu, harus mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin, baik secara fisik maupun secara mental dan tak kalah pentingnya haruslah selalu memperhatikan masalah etika dalam melakukan penelitian. Hendaknya mengenal istilah tentang latar terbuka maupun latar tertutup. Menurut Lofland dan Lofland 1984:21-24, (dalam Moleong, 2005:137) latar terbuka terdapat di lapangan umum seperti, tempat berpidato, toko, bioskop, dll. Pada situasi seperti ini, peneliti hanya akan mengandalkan pengamatan atau 53 observasi dan sedikit sekali mengadakan wawancara. Hubungan peneliti dengan subyek kurang begitu akrab, sebaliknya pada latar tertutup hubungan peneliti dengan subyek akrab. Hal ini dikarenakan, ciri dari latar tertutup adalah orang yang perlu diteliti dan diwawancarai secara mendalam. b. Memasuki lapangan Ketika peneliti sudah berada di lapangan penelitian, maka banyak hal yang harus diperhatikan, di antaranya adalah keakraban hubungan tidak hanya dengan subjek penelitian saja, tetapi dengan seluruh orang-orang yang ada di lapangan dan menggunakan bahasa yang baik dalam melakukan penelitian. c. Pengumpulan data Dalam penelitian, alat penelitian yang sering digunakan adalah catatan lapangan. Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan penelitian, wawancara atau menyaksikan suatu kejadian tertentu. Umumnya catatan lapangan dibuat dalam bentuk kata kunci, singkatan, dll. d. Penyusunan data Penyusunan data ini dilakukan dengan maksud agar data yang diperoleh dari tahap pengumpulan data dapat disusun dengan baik, sehingga nantinya lebih mempermudah dalam analisis data. e. Analisis data Data yang telah terkumpul dan disusun selanjutnya dianalisis secara bertingkat, baik pada waktu peneliti masih di tempat penelitian ataupun sesudahnya dan dilakukan secara berulang-ulang. f. Menarik kesimpulan 54 Setelah mengadakan penelitian, langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang diambil adalah harus sesuai dengan data yang telah terkumpul dan yang telah selesai dianalisis. 3. Tahap Pelaporan Semua data hasil penelitian yang sudah dianalisis selanjutnya dikonsultasikan jika datanya masih kurang, maka peneliti haruslah mencari tambahan data atau informasi untuk dianalisis kembali dan jika sudah cukup peneliti kemudian membuat laporan penelitian. BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Gambaran Umum a. Sejarah Berdirinya MTsN I Malang Kota Malang yang terletak di Provinsi Jawa Timur, merupakan kota pendidikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terdapat banyak sekolah mulai dari jenjang taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Ada sebagian dari sekolah tersebut berstatus negeri dan ada pula yang swata. Di kota Malang terdapat 2 MTsN, diantaranya yaitu MTsN I Malang yang menjadi lokasi penelitian. Sekolah tersebut terletak di Jl. Bandung no.7 Malang, karena letaknya yang strategis maka biasa disebut kawasan segitiga emas, dan dihuni oleh tiga jenjang madrasah, yaitu: Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah yang kini telah menjadi Madrasah Terpadu. Madrasah terpadu Malang ini secara berkesinambungan terus berpacu dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanaan pendidikan, sehingga saat ini telah menjadi salah satu sekolah yang favorit di kota Malang. Hal ini nampak melalui berbagai prestasi yang telah dicapai oleh MTsN I Malang, baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang non akademik. Dalam bidang akademik kita bisa melihat bahwa alumni MTsN I Malang banyak yang melanjutkan di SMU-SMU Negeri unggulan, baik di kota Malang maupun di luar kota Malang. 55 56 Awal terbentuknya tiga jenjang madrasah tersebut adalah dengan adanya SK Menteri Agama nomor 15/Tahun 78, nomor 16/Tahun 78, dan nomor 17/Tahun 78 yang menetapkan SD latihan PGAN 6 tahun menjadi MIN Malang I, dan kelas I, II, III PGAN 6 tahun menjadi MTsN I Malang, demikian juga kelas IV, V, VI PGAN 6 tahun saat itu masih disebut PGA, tetapi setelah seluruh kelas dapat selesai (tamat) dirubah fungsinya menjadi MAN III Malang. Memasuki tahun 2000 MTsN I Malang sudah mendapat perhatian masyarakat, nama madrasah sudah mulai diperhitungkan. Siswa-siswi dari MIN Malang I yang memperoleh NUN baik sudah mulai tertarik masuk MTsN I Malang, demikian pula sekolah-sekolah baik MI maupun SD lain, banyak yang tertarik masuk MTsN I Malang. Daya tarik MTsN I Malang mulai tambah dan berkembang sejak adanya inovasi yang dilakukan oleh Drs. Abdul Jalil M.Ag selaku kepala sekolah pada saat itu, dengan mengadakan perubahan gedung sekolah dan pembenahan lingkungan, serta pengadaan unit-unit usaha, warung telepon (wartel), pertokoan, fotocopy dan warung intrenet (warnet). Semua itu sangat menarik perhatian masyarakat yang kebetulan membutuhkan jasa dari unit usaha tersebut, dengan demikian unit-unit usaha itu sekaligus berfungsi sebagai alat promosi yang juga mendatangkan penghasilan. Sebagai pemimpin yang mendapat amanat untuk meneruskan usaha inovasi kepala madrasah sebelumnya, maka Dra. Hj. Istuti Mamik M.Ag. memulai kerjanya dengan membuat perencanaan yang melibatkan seluruh staf pimpinan dan BP3, Tata Usaha serta guru. Kiat-kiat dalam perencanaan didasari oleh prinsip bahwa ”Tulis apa yang akan dikerjakan, kerjakan dengan baik apa yang akan ditulis. Perhatikan saran dan kritik serta masukan dari pihak terkait. Evaluasi 57 apa yang telah dikerjakan”. Dan sekarang yang mengemban tugas sebagai pemimpin untuk meneruskan usaha inovasi kepala madrasah setelah ibu Dra. Hj. Istuti Mamik M.Ag adalah Dra. Binti Maqsudah M.Pd. b. Gambaran Umum Lokasi Penelitian MTsN I Malang memiliki bangunan gedung yang terletak di Jalan Bandung No.7. Batas sebelah kanan berbatasan dengan MIN I Malang yang dibatasi tembok setinggi kurang lebih 1,70m. Sedangkan batas sebelah kiri berbatasan dengan MAN Malang III yang dibatasi tembok setinggi 1,75m. Pintu masuk dan pintu keluar berada di depan dan menghadap ke arah jalan raya. Setelah pintu gerbang utama, terdapat pos satpam yang senantiasa dijaga oleh seorang satpam secara bergantian setiap harinya. Pos satpam tersebut letaknya di dalam sekolah. Jika ada tamu yang akan masuk ke dalam sekolah, haruslah ijin dan mengutarakan kepentingannya terlebih dahulu disana karena tugas utama dari seorang satpam ialah mengamankan situasi sekolah dan lingkungan sekolah. Di depan pos satpam terdapat halaman yang memanjang sekaligus berfungsi sebagai tempat parkir khusus kendaraan tamu, samping kanan ada ruangan khusus komite sekolah. Sebelah kiri, ada tempat parkir khusus guru dan karyawan. Belakang tempat parkir guru, terdapat ruang guru, ruang guru jaga atau piket. Di samping ruang piket ada UKS dan di belakang UKS terdapat toilet. Dari pos satpam terus masuk ke dalam terdapat hamparan halaman yang cukup luas, sebelah kiri terdapat ruang Tata Usaha dan ruang Kepala Sekolah, sebelah kanan berdiri gedung 2 lantai yang berfungsi sebagai ruang kelas IX. 58 Taman bunga memanjang mulai dari depan tempat parkir guru sampai hampir ke lapangan sepakbola. Lapangan sepakbola, lapangan voli, dan lapangan basket berada di depan aula utama. Aula utama ini multi fungsi, disamping sebagai tempat pertemuan, kadang juga sebagai tempat mengadakan pameran, tempat memperingati hari-hari besar islam seperti peringatan isro’ mi’roj, dan terkadang juga digunakan sebagai ruang belajar kelompok. Gedung kelas VIII berada di belakang aula berbatasan dengan musholla dan di depan lapangan sepakbola. 2 gasebo dan kantin juga berada di depan lapangan sepakbola, sedangkan gedung kelas VII berada di atas. Perpustakaan berada di atas ruang kepala sekolah dan bersebelahan dengan taman bunga, sedangkan kelas akselerasi berada di atas ruang komite dan ruang guru. c. Visi dan Misi MTsN I Malang 1). Visi MTsN I Malang Sebagai bagian Madrasah Terpadu Malang, maka MTsN I Malang mewujudkan sebuah lembaga pendidikan lanjutan Tingkat Pertama yang berciri khas agama Islam dengan kondisi dan situasilingkungan yang kondusif untuk menyiapkan dan mengembangkan segenap sumber daya insani yang ada sehingga dapat mencapai kualitas unggul di bidang IPTEK dan IMTAQ. 2). Misi MTsN I Malang Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas baik bidang IPTEK maupun IMTAQ dengan mewujudkan: lingkungan yang bersih, asri, nyaman serta agamis, PBM yang berorientasi pada Student Active Learning, Full Day Learning, dan Bimbingan Belajar serta efektifitas pembinaan ekstrakurikuler. Pemberdayaan masjid sebagai laboratorium keagamaan, ucapan kalimat Thoyyibah dan prilaku 59 sopan, kerjasama dengan majelis madrasah, menjalin hubungan baik dengan masyarakat, kerjasama dengan Dunia Usaha sebagai perwujudan Manajement Berbasis Sekolah (MBS). d. Tujuan MTsN I Malang Adapun yang menjadi tujuan dari MTsN I Malang adalah sebagai berikut, yaitu: 1). Mampu secara aktif melaksanakan ibadah Yaumiyah dengan benar dan tertib. 2). Khatam Al-Qur’an dengan tartil. 3). Berakhlaq mulia (akhlaqul karimah). 4). Hafal juz 30 (juz ‘amma). 5). Mampu berbicara denagn bahasa Inggris dan bahasa Arab. 6). Dapat bersaing dan tidak kalah dengan para siswa dari sekolah favorit yang lain dalam bidang ilmu pengetahuan. 2. Perencanaan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Seorang guru haruslah mengerti dan tanggap terhadap kemampuan para peserta didiknya serta harus mengerti juga apa yang akan dilakukan untuk mengkondisikan agar anak didiknya senantiasa termotivasi dalam belajar. Tidak semua peserta didik mampu untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam setiap kegiatan belajar-mengajar dengan cepat dan baik, hal ini dikarenakan kemampuan setiap anak berbeda. Oleh karena itu, model belajar yang baru, efektif, dan efisien diharapkan dapat dipelajari, dikuasai lalu coba untuk diterapkan guna mendukung proses belajar-mengajar agar membawa hasil yang memuaskan. Salah satu dari model 60 belajar yang dirasa bagus adalah pakem, dikarenakan model pembelajaran ini berpusat pada siswa. Siswa diharapkan selalu aktif, baik aktif mental maupun aktif fisik, kreatif terhadap suatu hal yang dapat mendukung dan berguna bagi dirinya dalam belajar. Di samping itu, model ini tidak menganut model konvensional dimana guru menjadi aktor utama dalam setiap kegiatan belajar-mengajar. Siswa hanya dicekoki materi pelajaran tanpa diberikan kebebasan untuk menunjukkan kemampuannya. Saat sekarang berubah fungsi, guru hanya sebagai fasilitator, pengarah, dan penuntun siswalah aktor utamanya karena memang siswa yang menjadi subjek belajar. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, seorang guru haruslah mempunyai persiapan terlebih dahulu sehingga jelas arah dan tujuan pembelajarannya, sumber belajar yang mendukung, materi yang akan diberikan, waktu pertemuannya, kompetensi yang ingin dicapai, serta instrumen evaluasinya. Adapun persiapan yang dilakukan guru di MTsN I Malang dalam melaksanakan KBM pada mata pelajaran PKn tentang model pakem ialah menyusun Rencana Program Efektif (RPE), program semester, program tahunan, Rencana Program Pembelajaran (RPP), silabus dan sistem penilaian, serta menyiapkan media dan metode pembelajaran. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala MTsN I Malang. “Yang harus dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melakukan KBM di kelas adalah menyusun terlebih dahulu Rencana Program Efektif, Program Semester, Program Tahunan, dan yang sangat penting dan harus benarbenar disusun adalah Rencana Program Pembelajaran atau yang sering disebut dengan (RPP) serta Silabus dan Sistem Penilaian begitu juga dengan media,alat bantu, metode juga harus dipersiapkan dengan baik”. (Wawancara 15 Juli 2008) 61 Pendapat yang sama diungkapkan oleh Ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang “Sebelum melaksanakkan KBM di kelas, sebagai seorang guru saya harus mempunyai perencanaan yang baik terkait dengan materi, media dan metode yang akan saya berikan pada anak-anak.Itu nantinya akan diwujudkan dalam perangkat pembelajaran, diantaranya adalah Rencana Program Efektif, Program Semester, Program Tahunan, Rencana Program Pembelajaran (RPP), Silabus dan Sistem Penilaian serta media dan metode yang akan saya gunakan”. (Wawancara 16 Juli 2008) Pendapat lainnya diungkapkan oleh ibu Ana yang juga guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang “Perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Program Efektif, Program Semester, Program Tahunan, Rencana Program Pembelajaran (RPP), Silabus dan Sistem Penilaian yang mencakup media, metode, bahan ajar atau sumber belajar dan alat pendukung haruslah dipersiapkan dengan baik sebelum melaksanakan KBM di kelas, karena hal itu penting untuk keberhasilan pembelajaran”. (wawancara 18 Juli 2008) Model pakem menuntut guru dan siswa untuk sama-sama aktif, kreatif serta pembelajaran yang dilakukan haruslah dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga siswa termotivasi untuk selalu relajar. Ibu Ira Kristina, S.Pd mengatakan “Dalam model pakem, guru diharuskan dapat menciptakan suasana relajar yang menyenangkan bagi siswanya dengan aktif dan kreatif menciptakan media serta metode yang bervariasi karena dalam relajar tidak ada yang menakutkan”. (Wawancara 16 Juli 2008) Ketika menyusun RPP, guru juga harus mencantumkan media, metode, alat bantu, bahan ajar yang akan digunakan, dan format penilaian. Seperti yang telah diungkapkan oleh ibu Ana yang juga guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang “Ketika membuat RPP, guru juga harus mencantumkan metode apa yang akan digunakan, medianya apa, dan sumber belajar atau bahan ajarnya darimana”. (Wawancara 24 Juli 2008) 62 Dengan kesemuanya itu, nantinya dapat digunakan sebagai pendukung pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan, yang tentunya lebih bervariasi karena metode konvensional sudah tidak cocok lagi untuk digunakan dalam KBM. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang dengan menyiapkan media berupa gambar, lembar studi kasus, artikel dari koran maupun internet. Sedangkan metodenya menggunakan metode permainan (Game LariDuduk), studi kasus, serta pengamatan. Alat bantunya berupa papan tulis, spidol, kursi, dan kertas folio bergaris. Bahan ajarnya diambil dari buku paket, LKS, sebagian dari artikel di koran ataupun internet Ibu Ira Kristina, S.Pd mengatakan: “Pada pembelajaran saat ini, guru sudah tidak perlu lagi banyak ceramah di depan kelas dan siswa mendengarkan sambil mencatat, hal itu akan membuat siswa bosan dalam mengikuti pelajaran. Seorang guru haruslah aktif dan kreatif dalam menghadirkan metode-metode baru dalam melaksanakan KBM, metode yang saya gunakan adalah game atau permainan lari-duduk, studi kasus, dan pengamatan sedangkan media penunjangnya gambar, lembar studi kasus, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, teman sekolah, artikel dari koran serta internet.” (Wawancara 11 Agustus 2008) Setelah melakukan observasi dan wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa sebelum melaksanakan KBM di kelas, khususnya pada mata pelajaran PKn dalam melaksanakan model pakem, guru di MTsN I Malang menyusun perangkat pembelajaran terlebih dahulu, diantaranya adalah Rencana Program Efektif (RPE), Program Semester, Program Tahunan, Rencana Program Pembelajaran (RPP), Silabus dan Sistem Penilaian. Tidak lupa mencantumkan juga metodemetode, media, alat bantu, bahan ajar, dan penilaian. Metode yang digunakan antara lain metode permainan (game lari-duduk), studi kasus, pengamatan. Medianya gambar, lembar studi kasus, artikel dari koran 63 maupun Internet. Alat bantunya ialah papan tulis, spidol, kursi, serta kertas folio bergaris. Bahan ajarnya dari buku paket, LKS, dan artikel dari koran maupun dari internet. Kesemuanya yang tersebut di atas dapat dijadikan bukti, bahwa model pakem tidak hanya mengaktifkan dan mengkreatifkan siswa saja, tetapi juga menuntut guru untuk ikut aktif dan kreatif dalam memberikan suatu pembelajaran, sehingga siswa tetap antusias untuk mengikuti karena merasa nyaman dan menyenangkan. 3. Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Setelah mempersiapkan perangkat pembelajaran yang disertai dengan dengan mencantumkan metode pembelajaran yang menunjang, media pendukung, bahan ajar atau sumber belajar serta alat bantu secara baik, barulah seorang guru dapat melaksanakan KBM di kelas secara maksimal. Berbagai macam metode belajar, media penunjang, alat bantu, bahan ajar, dan format penilaian yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan di dalam Rencana Program Pembelajaran (RPP) serta silabus dan sistem nilainya dapat diterapkan guna menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Tidak terkecuali pemanfaatan lingkungan di luar kelas dan pengelolaan kelas harus dimengerti serta dipahami oleh guru, kemudian diterapkan dengan sebaik mungkin. Konsep belajar sambil bermain dirasa sangat membantu siswa untuk menerima materi yang diberikan oleh guru dengan mudah karena tidak membosankan karena salah satu ciri dari model pakem adalah pembelajarannya menyenangkan dan tidak menimbulkan perasaan takut dalam diri siswa. Siswa 64 berani mengemukakan pendapat, berani menjawab pertanyaan serta tidak takut jika disalahkan. Menurut Imam Syafi`i, siswa kelas VII E “Saya senang mengikuti pelajaran PKn karena media dan metode yang digunakan banyak, sehingga saya tidak bosan. Ibu guru juga tidak pernah memarahi saya dan teman-teman jika salah dalam menjawab pertanyaan, malahan selalu sdiberi semangat”. (Wawancara 11 Agustus 2008) Hal ini sama seperti apa yang telah diungkapkan oleh Ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala MTsN I Malang “Guru harus mengerti dan paham tentang pengelolaan kelas, selain itu dalam melaksanakan KBM tidak harus dilakukan di kelas saja tetapi dapat memanfaatkan lingkungan di luar kelas, bagaimana upaya menciptakan kondisi belajar yang disukai oleh siswa dan tidak membuat siswa takut haruslah di pikirkan secara baik”. (Wawancara 16 Juli 2008) Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn kelas VII “Belajar tidak harus di kelas saja, tetapi juga dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai tempat belajar bagi anak-anak agar lebih bervariasi dan menciptakan suasana yang lebih menarik”. (Wawancara 13 Agustus 2008) Sedangkan ibu Ana yang juga guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang berpendapat “Belajar dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena dapat membuat siswa tidak merasa jenuh. Disamping itu, seorang guru haruslah dapat menghilangkan rasa takut pada diri siswa, baik takut salah menjawab pertanyaan ataupun takut ditertawakan oleh temannya dalam melaksanakan KBM di kelas”. (Wawancara 13 Agustus) Sebelum pelajaran dimulai, siswa di MTsN I Malang diwajibkan membaca ayat-ayat Al-qur`an terlebih dahulu,siswa dianjurkan membawa Al-qur`an dari rumah dan bagi siswa yang tidak membawa Al-qur`an, ditiap-tiap kelas telah disediakan Al qur`an. Hal ini jarang dijumpai pada sekolah-sekolah yang lain, 65 khususnya di sekolah umum. Seperti yang telah diungkapkan oleh Agustina Laily, siswi kelas VII B “Sebelum jam pertama dimulai, pada setiap kelas dalam satu sekolah selalu membaca Al qur`an terlebih dahulu setiap harinya”. (Wawancara 11 Agustus 2008) Selanjutnya guru membuka pelajaran dengan salam pembuka, dilanjutkan dengan menulis indikator pembelajaran di papan tulis, kemudian mereview pelajaran yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya dengan cara tanya jawab atau kuis terhadap beberapa siswa dengan maksud untuk mengetahui pemahaman siswa dan mengawali membuka pemikiran siswa. Setelah itu menerangkan inti dari materi yang akan dipelajari selama beberapa menit saja dan barulah siswa yang akan aktif kembali, guru hanya mengarahkan saja. Guru tidak selamanya berceramah di depan kelas karena hal itu merupakan model konvensional dan akan membuat siswa bosan. Guru mengamati kegiatan siswa, baik diskusi, yaitu belajar memecahkan masalah secara kelompok dengan cara menyuruh siswa untuk membentuk kelompok dua bangku-dua bangku dan sesekali melakukan interaksi dengan siswa dengan mendengarkan keluhan siswa. Model pakem akan mengaktifkan anak untuk selalu bertanya, mengemukakan gagasannya, mengkritisi pendapat temannya. Di samping aktif mental, siswa juga diharapkan untuk aktif secara fisik. Hal ini dibuktikan sewaktu melaksanakan metode permainan (game lari-duduk), guru hanya mengarahkan dan membacakan soal saja, siswa yang diminta untuk menata bangku serta mengangkat kursi dari belakang menuju ke depan papan tulis, di papan tulis 66 tersebut terdapat tulisan yang berhubungan dengan soal yang akan diberikan nantinya. Cara kerja dari metode ini adalah, siswa yang belum mengikuti permaianan ini sebelumnya diminta ke belakang kelas, setelah itu guru membacakan soal. Jika soal sudah selesai dibacakan, maka siswa yang sudah merasa mengerti jawabannya segera mungkin berlari secepatnya untuk menduduki kursi yang sudah ditata dengan jawaban di papan tulis. Penilaiannya adalah ketepatan jawaban dan kecepatan menduduki kursi tersebut. Selain itu, hasil kreatifitas siswa seperti mading, lukisan-lukisan, dan kaligrafi arab sebagai pelecut motivasi karena mengandung berbagai makna dipajang ditiap-tiap kelas serta di sudut-sudut sekolah. Pengaturan kelas yang sedemikian rupa dapat menjadikan siswa merasa nyaman untuk berada di dalam kelas. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Ira Kristina guru PKn kelas VII “Siswa disini selalu bertanya jika dia merasa kurang paham terhadap materi pelajaran, mengemukakan pendapat dan menanggapi pendapat temannya jika dirasa berbeda dengan yang dipikirkannya serta dengan pengaturan kelas yang bagus akan membuat siswa betah untuk berada di dalam kelas. Siswa yang aktif secara mental memang bagus, tetapi juga harus aktif secara fisik, seperti yang ditunjukkan pada metode game lariduduk tadi.agar mereka dapat belajar peduli terhadap lingkungan sekitar. Pajangan berupa kaligrafi arab di dalam kelas ini juga merupakan hasil kreatifitas siswa, dengan adanya mading maupun lukisan-lukisan, siswa akan merasa terlecut motifasinya untuk selalu berkarya”. (Wawancara 16 Agustus 2008) Sedangkan pendapat dari ibu Ana yang juga guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang “Hasil kreatifitas siswa-siswi di sini akan dipajang di kelas atau di sudutsudut sekolah, seperti kaligrafi arab yang dipajang ditiap-tiap kelas, selain untuk memperindah kelas kaligrafi juga berfungsi untuk memotivasi siswa. Dalam pelaksanaan KBM, guru juga memberikan kebebasan bagi siswa untuk bertanya dan berpendapat”. (Wawancara 16 Agustus 2008) 67 Pendapat yang sama diungkapkan juga oleh Nikmatul Hidayah, siswi kelas VII F “Pada mata pelajaran PKn, ibu guru selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Pengelolaan kelasnya juga menyenangkan serta dengan dipajangnya hasil kreatifitas kita, lebih menambah semangat untuk belajar”. (Wawancara 14 Agustus 2008) Pendapat lainnya diungkapkan oleh Yanuar Ardi. B, siswa kelas VII A “Kaligrafi arab itu juga kami yang membuat, ada yang berisi tentang anjuran agar memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, tentang pengetahuan, dan sebagainya. Dengan dipajang ditiap-tiap kelas, membuat kelas jadi bagus, kami merasa nyaman dalam relajar dan membuat kita semangat”. (Wawancara 14 Agustus 2008) Dalam pakem, pemberian rangsangan kepada siswa agar selalu belajar sangatlah diperlukan. Untuk memberikan rangsangan atau stimulus agar siswa tetap fokus terhadap pelajaran, selalu berfikir, dan tetap belajar, maka ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang memberikan hukuman berupa pemberian tompel di wajah siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan. Tompel itupun baru boleh di hapus setelah yang bersangkutan berusaha untuk bisa menjawab pertanyaan selanjutnya, jika masih tidak bisa menjawab, maka tompel yang ada di wajah belum bisa di hapus sampai pergantian jam pelajaran. Hal ini tidak membuat siswa takut untuk menjawab pertanyaan, melainkan lebih membuat mereka selalu berusaha agar tidak mengulangi kesalahan yang sama pada pertemuan selanjutnya dengan belajar lebih giat, menjadikan siswa selalu merasa senang dalam mengikuti KBM di kelas. Hal ini dapat dibuktikan ketika ibu Ira Kristina melakukan tanya jawab. 68 Metode pengamatan dan studi kasus dilaksanakan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, pengamatan dan studi kasus juga menggunakan sistem kelompok. Pengamatan dilakukan di halaman sekolah dengan mengamati tingkah laku teman yang dianggap melanggar peraturan untuk dicatat, dikomentari serta diberikan tanggapan. Selain di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat juga ikut diamati. Hasilnya di kumpulkan di kertas folio bergaris sesuai kelompok masing-masing. Metode studi kasus, siswa lebih banyak memanfaatkan perpustakaan, karena disamping mempermudah untuk mencari bahan melalui koran, diperpustakaan juga bisa menggunakan akses internet. Jika melalui internet, permasalahan yang diamati lebih up to date. Selain di perpustakaan, di halaman sekolah dan aula juga dijadikan sebagai tempat alternatif yang lain untuk mengerjakan soal. Setiap akhir pelaksanaan KBM di MTsN I Malang, guru beserta siswa selalu melaksanakan kegiatan refleksi untuk melihat sejauh mana penguasaan materi yang telah dikuasai oleh siswa dan melihat tingkat keberhasilan guru dalam menyampaikan materi. Refleksi yang dilakukan dengan melaksanakan kuis. Kuis ini dikemas sedemikian menarik, yaitu dengan cara mengadakan kuis berpasword menirukan suara binatang. Cara mainnya adalah kelas dibagi menjadi 4 kelompok, tiap kelompok berhak memilih akan menirukan suara hewan apa terserah kesepakatan antar anggota, setelah kelompok selesai menentukan suara apa yang akan ditirukan, maka sesegera mungkin ibu Ira Kristina, S.Pd membacakan soalnya. Jika salah satu kelompok bisa menjawab, maka sebelum menjawab diharuskan menirukan 69 suara binatang terlebih dahulu. Hal ini menjadikan pelajaran tampak begitu menarik dan siswa merasa menikmati. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ira Kristina, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang “Setiap akhir pertemuan, saya selalu melakukan refleksi untuk sekedar melihat sampai sejauh mana penguasaan materi anak-anak. Biasanya saya gunakan kuis berpasword menirukan suara binatang seperti yang telah dilihat barusan, agar siswa tetap antusias, dan menikmati pelajaran”. (Wawancara 15 Agustus 2008) Pendapat sama juga dikatakan oleh Muhammad Aldy Hamzah, siswa kelas VII B “Saya senang setiap akhir pembahasan materi, guru selalu melaksanakan kuis, apalagi kuisnya tidak menjenuhkan karena kuisnya menggunakan kode menirukan suara binatang dan pada setiap kelompok berbeda”. (Wawancara 15 Agustus 2008) Penilaian pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang dalam pelaksanaan pakem yang dilakukan oleh guru, juga beragam sesuai dengan sub bab yang telah selesai diberikan. Penilaian yang dilakukan terdiri dari 2 macam, yaitu: (1) Penilaian konsep, terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum, serta (2) Penilaian Praktek, terdiri dari Portopolio, lembar pengamatan, kliping, kuis, dan game. Seperti yang telah disampaikan oleh Ibu Ira Kristina, S.Pd “Penilaian yang saya lakukan tidak hanya penilaian konsep saja tetapi juga penilaian praktek, yaitu dengan portopolio, lembar pengamatan, kliping, kuis, dan game” (Wawancara 22 Agustus 2008). Dari data hasil observasi dan wawancara di atas, pelaksanaan model pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang pengelolaan kelas serta pemanfaatan lingkungan sekitar untuk belajar dapat menarik perhatian siswa serta menciptakan suasana yang menyenangkan. Pada waktu KBM dimulai, diawali dengan salam pembuka, menulis indikator yang ingin dicapai, guru mereview pelajaran yang telah di berikan pada pertemuan sebelumnya untuk mengetahui 70 pemahaman siswa dan setelah itu guru menerangkan inti dari materi yang dibahas selama beberapa menit saja. Hal ini dilakukan agar menghindarkan pelaksanaan model belajar yang konvensional, yaitu model ceramah di depan kelas. Guru hanya sebagai fasilitator dan pengarah, sesekali melakukan komunikasi dengan berinteraksi kepada siswa. Setelah itu, siswalah yang harus aktif, baik aktif secara mental maupun aktif secara fisik. Guru juga menerapkan metode-metode yang bervariasi, yaitu berupa studi kasus, melakukan pengamatan, game lari-duduk untuk lebih membuat siswa merasa nyaman dan senang untuk mengikuti pelajaran. Metode ini didukung dengan media penunjang yang bervariasi juga, diantaranya gambar, meneliti lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, tingkah laku teman, meneliti permasalahan dari artikel koran atau Internet. dan lembar studi kasus. Metode tersebut juga dilakukan dengan pemanfaatan lingkungan sekitar di luar kelas, perpustakaan, halaman sekolah dan aula. Bahan ajar yang bervariasi juga, mulai dari buku paket, LKS, serta artikel dari koran ataupun artikel dari internet. Alat bantunya berupa papan tulis, spidol, kursi, serta kertas folio bergaris. Pelaksanaan model pakem sangat mengharuskan siswa untuk selalu aktif. Siswa aktif mengikuti pelajaran di kelas, aktif bertanya, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat temannya, dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa juga kreatif membuat lukisan-lukisan, kaligrafi arab serta Mading yang nantinya untuk dijadikan pajangan dalam kelas, sehingga suasana kelas dikondisikan sedemikian rupa guna membuat siswa betah berada di dalam kelas. Di akhir pembahasan, guru beserta siswa melakukan refleksi untuk melihat 71 sampai sejauh mana pemahaman siswa dengan kuis berpasword menirukan suara binatang. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari 2 macam, yaitu penilaian konsep yang terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum serta penilaian praktek.yang terdiri dari portopolio, lembar pengamatan, kliping, kuis, game, dan sebagainya. Penilaian konsep dinilai berdasarkan penguasaan materi dan hasil tes tulis, sedangkan penilaian praktek dinilai berdasarkan pengamatan sewaktu siswa mengikuti KBM di kelas, tentang aktifitas siswa di kelas, dan tugas. 4. Faktor Pendorong dan Penghambat Penerapan Model PAKEM di MTsN I Malang Dalam Mata Pelajaran PKn Setelah melakukan wawancara, diketahui bahwa faktor pendorong pelaksanaan pakem di MTsN I Malang adalah: (1) Ingin dijadikannya model pakem sebagai strategi pembelajaran agar siswa selalu termotivasi untuk mengikuti pelajaran, sehingga memperoleh hasil yang baik. (2) Dengan model pakem, ingin menghilangkan model pembelajaran konvensional, karena dengan model pembelajaran konvensional siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran serta keaktifan dan kreatifitas siswa tidak muncul. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala MTsN I Malang ”Faktor yang mendorong MTsN I Malang menerapkan model pakem adalah yang pertama dan yang paling penting yaitu MTsN I Malang tidak ingin para guru, disemua mata pelajaran tanpa terkecuali masih menggunakan model konvensional karena sudah tidak jamannya lagi dan sangat membosankan bagi siswa. Kedua, ingin menjadikan model pakem sebagai strategi dalam pembelajaran”. (Wawancara 25 Agustus 2008) Pendapat lainnya menurut Ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn kelas VII 72 ”Alasan mengapa di sini menerapkan pakem adalah karena ingin menciptakan suasana KBM yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa, tidak membosankan, tidak seperti dulu, yang hanya ceramah dan tidak memberi kesempatan siswa untuk aktif. Selanjutnya, sekolah ingin model pakem dijadikan sebagai teknik pembelajaran untuk lebih meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa”. (Wawancara 25 Agustus 2008) Pendapat ibu Ana yang juga selaku guru mata pelajaran di MTsN I Malang tentang faktor pendorong diterapkannya pakem adalah sebagai berikut: ”Alasan sekolah ini menerapkan model pakem adalah untuk menghilangkan model pembelajaran yang konvensional, karena model tersebut berbasis pada guru, bukan siswa. Selanjutnya sekolah ingin menerapkan model pakem sebagai strategi untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa”. (Wawancara 25 Agustus 2008) Selain faktor pendorong, tentunya juga ada faktor penghambat. Faktor penghambatnya yaitu, antara lain: (1) Kurangnya semangat kerja atau kemauan dari guru untuk menerapkan model pakem, (2) Adanya sikap yang telah terkondisi pada diri guru untuk tetap menggunakan model konvensional dalam melaksanakan KBM, dan (3) Karena karakteristik siswa yang beragam, jadi guru masih belum optimal dalam melaksanakan pakem, guru sangat berupaya agar siswa yang pasif juga sesegera mungkin dapat mengikuti siswa yang lebih aktif. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala MTsN I Malang ”Sebenarnya tidak ada hambatan yang berarti, karena dalam pakem sarana dan prasarana sekolah harus menunjang, ada kesiapan serta pemahaman dari sekolah untuk melaksanakan pakem, hal itu sudah terpenuhi. Sekarang tinggal semangat dan kemauan dari masing-masing pribadi guru untuk melaksanakannya, kalau masih merasa males, itu berarti menjadi hambatan. Kemampuan dari siswa sangat beraneka ragam, ada yang aktif ada juga yang pasif, ada yang dengan mudah menerima pakem dan ada juga yang perlu dibimbing lebih lanjut, sehingga guru belum dapat melaksanakan pakem secara optimal dan itu menjadi hambatan”. (Wawancara 27 Agustus 2008) 73 Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru PKn kelas VII ”Hampir tidak ada hambatan dalam pelaksanaan pakem, sarana dan prasarana lengkap, sekolah juga sudah memberikan penekanan agar melaksanakan model pembelajaran yang inovatif, tidak tradisional. Mungkin yang jadi hambatan hambatan adalah kemauan dari pribadi guru yang kurang dalam melaksanakan pakem, sikap guru yang telah terkondisi untuk tetap menggunakan model konvensional dalam melaksanakan KBM, serta kemampuan siswa yang beragam sehingga penerapan pakem belum bisa dipukul rata, itu saja”. (Wawancara 27 Agustus 2008) Ibu Ana selaku guru mata pelajaran PKn di MTsN I Malang juga berpendapat sama ”Untuk penghambatnya hampir tidak ada, soalnya di sekolah ini mempunyai sarana dan prasarana yang memadai sehingga pelaksanaan pakem bisa dilakukan dengan baik. Penghambat malah bisa datang dari gurunya sendiri, jika masih belum menerapakan model pakem dalam melaksanakan KBM di kelas berarti itu merupakan salah satu hambatan karena masih menggunakan model konvensional”. (Wawancara 27 Agustus 2008) Dari hasil wawancara dan observasi di atas, dapat diketahui bahwa faktor pendorong diterapkannya pakem adalah sebagai berikut: (1) Ingin menjadikan model pakem sebagai strategi pembelajaran agar siswa dapat selalu termotivasi untuk mengikuti pelajaran, menyenangkan, dan membuat siswa merasa nyaman. (2) Dengan menerapkan model pakem, ingin secara perlahan menghilangkan model pembelajaran konvensional, karena dengan model pembelajaran konvensional siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran serta keaktifan dan kreatifitas siswa tidak muncul. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sebagai berikut: (1) Kurangnya semangat kerja atau kemauan dari guru untuk menerapkan model pakem, (2) Adanya sikap yang terkondisi pada diri guru untuk menggunakan model konvensional dalam melaksanakan KBM, (3) Karena karakteristik siswa yang 74 beragam, jadi guru masih belum optimal dalam melaksanakan pakem, guru berupaya agar siswa yang pasif segera dapat mengikuti siswa yang lebih aktif. 5. Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Penerapan Model PAKEM di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi hambatan pelaksanaan model pakem pada mata pelajaran PKn dalam KBM di MTsN I Malang adalah sebagai berikut: (1) Guru berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa agar selalu bersemangat, tidak takut dan malu dalam mengemukakan pendapat, tidak takut untuk menjawab pertanyaan dari guru serta tidak takut disalahkan jika jawaban yang diajukannya salah. (2) Guru membentuk kelompok belajar sesuai dengan model pakem, sehingga pembelajaran yang dilakukannya lebih efektif, dan terus berupaya untuk memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa yang aktif memberikan pendapat, aktif menjawab pertanyaan, dan aktif menanggapi pendapat temannya sehingga lebih bersemangat dalam mengikuti KBM, (3) Guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif, lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa nyaman bukan pembelajaran yang konvensional. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dra. Binti Maqsudah, M.Pd selaku kepala MTsN I Malang ”Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam melaksanakan pakem pada KBM ialah (1) Guru harus dapat menjalin komunikasi secara baik dengan siswa, agar lebih mudah untuk melakukan pendekatan, sehingga tidak mengalami kesulitan untuk melaksanakan pakem. (2) Menerapkan belajar kelompok sesuai dengan model pakem, agar pembelajaran yang dilakukan lebih efektif, memberikan ucapan 75 selamat bagi siswa yang aktif, selain itu juga bisa diberikan poin tambahan, (3) Guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif, lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa nyaman bukan pembelajaran yang konvensional”. (Wawancara 27 Agustus 2008) Pendapat sama juga diungkapkan oleh Ibu Ira Kristina, S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn kelas VII ” Untuk dapat mengatasi hambatan dalam pelaksanakan pakem pada KBM ialah (1) Guru harus dapat menjalin komunikasi secara baik dengan siswa, untuk melakukan pendekatan, sehingga tidak kesulitan untuk melaksanakan pakem karena kemampuan siswa yang berbeda-beda. (2) Dapat juga menerapkan sistem belajar kelompok sesuai dengan model pakem, agar pembelajaran yang dilakukan efektif, memberikan ucapan selamat dan poin tambahan bagi siswa yang aktif, (3) Guru harus menghadirkan model pembelajaran yang lebih efektif bukan pembelajaran yang konvensional, pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa nyaman”. (Wawancara 27 Agustus 2008) Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan, bahwa Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam penerapan model pakem di MTsN I Malang pada mata pelajaran PKn adalah guru membentuk sistem belajar kelompok yang sesuai dengan model pakem, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih efektif, berusaha memotivasi siswa dengan memberikan poin dan ucapan selamat bagi siswa yang aktif bertanya, aktif mengemukakan pendapat, serta aktif menanggapi pendapat temannya untuk lebih bersemangat dalam mengikuti KBM. Guru berusaha untuk menjalin komunikasi lebih akrab dengan seluruh siswa agar mudah melakukan pendekatan, sehingga dapat dengan baik melaksanakan pakem karena kemampuan siswa berbeda. Guru menghadirkan model pembelajaran yang efektif bukan pembelajaran konvensional, pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa nyaman. 76 B. Temuan Penelitian 1. Perencanaan Model PAKEM Pada Mata Pelajaran PKn di MTsN I Malang Berdasarkan paparan data tentang perencanaan model pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang, guru di MTsN I Malang sebelum melaksanakan KBM menyiapkan perangkat pembelajaran terlebih dahulu, diantaranya ialah dengan menyusun rencana program efektif, program tahunan, program semester, Rencana Program Pembelajaran (RPP), silabus dan sistem penilaian, serta menyiapkan media dan metode pembelajaran. Selain itu guru juga tidak lupa untuk mencantumkan juga metode-metode, media yang digunakan, antara lain game lari-duduk, studi kasus, dan pengamatan. Medianya gambar, lembar studi kasus, artikel dari koran maupun Internet. Alat bantunya berupa papan tulis, spidol, kursi dan kertas folio bergaris, sedangkan bahan ajarnya dari buku teks, LKS dan artikel dari koran ataupun internet. 2. Pelaksanaan Model PAKEM Pada Mata Pelajaran PKn di MTsN I Malang Berdasarkan paparan data tentang penerapan model pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang, pemanfaatan lingkungan di luar kelas dan pengelolaan kelas harus dimengerti serta dipahami oleh guru, kemudian diterapkan dengan sebaik mungkin. Konsep belajar sambil bermain dirasa membantu siswa untuk menerima materi yang diberikan oleh guru dengan mudah karena tidak membosankan. Guru harus mengerti dan paham tentang pengelolaan kelas, selain itu dalam melaksanakan KBM tidak harus dilakukan di kelas saja tetapi dapat memanfaatkan lingkungan di luar kelas, bagaimana upaya 77 menciptakan kondisi belajar yang disukai oleh siswa haruslah di pikirkan secara baik. Sebelum pelajaran dimulai, siswa di MTsN I Malang diwajibkan membaca ayat-ayat Al-qur`an terlebih dahulu, siswa dianjurkan membawa Al qur`an dari rumah dan bagi siswa yang tidak membawa Al-qur`an, ditiap-tiap kelas telah disediakan pajangan Al-qur`an dalam rak buku. Hal ini jarang dijumpai pada sekolah-sekolah yang lain, khususnya di sekolah umum. Selanjutnya guru membuka pelajaran dengan salam pembuka, menulis indikator pembelajaran, melakukan review untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, kemudian menerangkan inti dari materi yang akan dipelajari selama beberapa menit saja dan setelah itu siswa yang akan aktif kembali, guru hanya sebagai pengarah saja. Guru tidak selamanya berceramah di depan kelas karena hal itu merupakan model konvensional dan akan membuat siswa bosan. Guru mengamati kegiatan siswa, baik diskusi, belajar memecahkan masalah secara kelompok, maupun yang lainnya dan sesekali melakukan interaksi dengan siswa. Model pakem akan mengaktifkan anak untuk selalu bertanya, mengemukakan gagasannya, mengkritisi pendapat temannya, jadi siswa tidak hanya aktif secara mental saja, tetapi juga aktif secara fisik Di samping itu, hasil kreatifitas siswa seperti mading, lukisa-lukisan, dan kaligrafi arab akan menjadi pelecut motivasi dan selanjutnya hasil-hasil kreatifitas tersebut dipajang ditiap-tiap kelas serta di sudut-sudut sekolah. Pengaturan kelas yang sedemikian rupa dapat menjadikan siswa merasa nyaman untuk berada di dalam kelas. Setiap pada akhir pelaksanaan KBM di MTsN I Malang, guru beserta siswa selalu melaksanakan kegiatan refleksi untuk melihat sejauh mana 78 penguasaan materi yang telah dikuasai oleh siswa dan melihat tingkat keberhasilan guru dalam menyampaikan materi. Refleksi yang dilakukan juga dikemas sedemikian menarik, yaitu dengan cara mengadakan kuis berpasword menirukan suara binatang. Penilaian pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang dalam pelaksanaan pakem yang dilakukan oleh guru, juga beragam sesuai dengan sub bab yang telah selesai diberikan. Penilaian yang dilakukan terdiri dari 2 macam, yaitu: (1) Penilaian konsep, terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum, serta (2) Penilaian Praktek, terdiri dari Portopolio, lembar pengamatan, kliping, kuis, dan game. 3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pelaksanaan PAKEM Pada Mata Pelajaran PKn di MTsN I Malang Berdasarkan hasil paparan data tentang faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan pakem di MTsN I Malang pada mata pelajaran PKn, faktor pendorongnya adalah terdiri dari 2 hal, yaitu: (1) Ingin dijadikannya model pakem sebagai strategi pembelajaran agar siswa dapat selalu termotivasi untuk mengikuti pelajaran, sehingga memperoleh hasil yang baik. (2) Dengan menerapkan model pakem, ingin secara perlahan menghilangkan model pembelajaran konvensional, karena dengan model pembelajaran konvensional siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran serta keaktifan dan kreatifitas siswa tidak muncul. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sebagai berikut: (1) Kurangnya semangat kerja atau kemauan dari guru untuk menerapkan model pakem, (2) Adanya sikap yang telah terkondisi pada diri guru untuk tetap menggunakan model konvensional dalam melaksanakan KBM, dan (3) Karena karakteristik 79 siswa yang beragam, jadi guru masih belum optimal dalam melaksanakan pakem, guru sangat berupaya agar siswa yang pasif juga sesegera mungkin dapat mengikuti siswa yang lebih aktif. 4. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Model PAKEM Pada Mata Pelajaran PKn di MTsN I Malang Upaya yang dilakukan untuk mengurangi hambatan pelaksanaan model pakem pada mata pelajaran PKn dalam KBM di MTsN I Malang adalah sebagai berikut: (1) Guru berusaha untuk menjalin komunikasi yang akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa agar bersemangat, tidak takut dan malu dalam mengemukakan pendapat, tidak takut salah jika menjawab pertanyaan dari guru (2) Guru membentuk kelompok belajar sesuai dengan model pakem, sehingga pembelajaran yang dilakukannya lebih efektif, dan terus berupaya memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa yang aktif memberikan pendapat, aktif menjawab pertanyaan, dan aktif menanggapi pendapat temannya. (3) Guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif, lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa nyaman bukan pembelajaran yang konvensional. 5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di MTsN I Malang Suatu proses perbaikan tentunya tidak selamanya mudah untuk dilaksanakan, pastilah ada faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat. Begitu juga dengan pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (pakem) di MTsN I Malang, ada kelebihan dan juga 80 kekurangannya. Akan tetapi itu semua haruslah dijadikan sebagai bahan evaluasi dan berfikir untuk pemecahan masalah agar pelaksanaan selanjutnya dapat berjalan dengan optimal. Kelebihan dan kekurangan itu antara lain sebagai berikut: a. Kelebihan Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di MTsN I Malang 1) Pembelajaran yang berpusat pada anak mengharuskan anak untuk selalu aktif. 2) Pembelajaran yang diterapkan membuat suasana selalu menyenangkan dan tidak membosankan. 3) Guru hanya sebagai fasilitator, pengarah, dan penuntun. Anak yang menjadi aktor utama. 4) Pembelajaran yang dilakukan menggunakan berbagai macam metode sehingga menarik dan membuat anak tetap antusias. 5) Mendidik anak untuk selalu kritis terhadap perkembangan dimensi kehidupan, diantaranya dunia pendidikan karena sumber belajar yang digunakan beragam, salah satunya dari internet. 6) Mendidik anak untuk selalu kreatif dan inovatif. b. Kelemahan Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di MTsN I Malang 1) Karena pembelajaran yang mengharuskan anak untuk selalu aktif mencari sumber belajar sendiri, memungkinkan munculnya sifat individualistis. 2) Pembelajaran yang terkadang dilaksanakan di luar kelas, membuat guru harus ekstra dalam memberikan pengawasan. Jangan sampai hal itu membuat siswa tidak konsentrasi belajar tetapi malah bermain-main. 81 3) Karena suasana kelas yang dirancang sedemikian rupa, menyenangkan bagi siswa dan membiarkan mereka untuk mengapresiasikan keinginannya, dapat mengganggu kelas lain yang juga sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Berdasarkan dari temuan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa di MTsN I Malang telah menerapakan model pakem. Alasan mengapa model pakem diterapakan MTsN I Malang adalah sebagai berikut: 1) Ingin dijadikannya model pakem sebagai strategi pembelajaran agar siswa selalau termotivasi untuk mengikuti pelajaran, sehingga memperoleh hasil yang baik. 2) Dengan model pakem, ingin menghilangkan model pembelajaran konvensional, karena dengan model pembelajaran konvensional siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran serta keaktifan dan kreatifitas siswa tidak muncul. Guru di MTsN I Malang sebelum melaksanakan KBM di kelas dan sebelum memulai pelajaran, menyiapkan perangkat pembelajaran terlebih dahulu. Persiapan guru PKn di MTsn I Malang dalam merencanakan model pakem yang pertama adalah dengan menyusun Rencana Program Efektif (RPE), program semester, program tahunan, Rencanan Program Pembelajaran (RPP), silabus dan sistem penilaian, serta menyiapkan media dan metode pembelajaran. Seperti dalam (Usman, 1995:50) “menyusun perangkat pembelajaran perlu memperhatikan komponen-komponen penting berikut ini, yaitu: 1) Analisis mater pelajaran, 2) Program tahunan, 3) Program semester, 4) Rencana program pembelajaran, serta 5) Silabus dan sistem penilaian”. Guru juga dituntut untuk menyiapkan media yang bervariasi, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan tidak 82 83 membosankan. Pemanfaatan lingkungan sekitar untuk belajar juga dirasa cukup efektif mengaktifkan siswa sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Rosjidan, dkk (1996:62), (dalam Saputro dan Abidin, 2005:34-35) “untuk menciptakan keaktifan anak, maka kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa belajar dengan bebas dan tidak terancam, namun tetap terkendali. 2) menghadapkan siswa pada permasalahan yang problematis. 3) menyediakan sumber dan media yang diperlukan oleh siswa. 4) mengupayakan metode, teknik, dan media pembelajaran yang bervariasi. 5) terjadi komunikasi yang multiarah antara guru dengan siswa. 6) adanya sistem reward atau penghargaan yang dapat memuaskan serta meningkatkan motivasi siswa. 7) memberikan kesempatan siswa untuk dapat memecahkan masalanya, baik akademik maupun pribadi”. Pakem menuntut siswa dan guru untuk sama-sama aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Dalam silabus dan RPP yang telah dirancang, guru menciptakan dan menggunakan metode, media, bahan ajar atau sumber belajar yang bervariasi. Pembelajaran yang dilakukan tidak secara konvensional, ceramah di depan kelas dan siswa mencatat, hal itu dirasa membosankan bagi siswa tetapi guru di MTsN I Malang selalu menyediakan dan menggunakan metode yang bervariasi. Seperti yang telah diungkapkan oleh Hasibuan dan Moedjiono, (1986:64) “Pada umumnya guru dalam menyampaikan materi pelajaran selama ini menggunakan cara atau metode yang kurang bervariasi dan cenderung monoton, sehingga peserta didik mudah merasa jenuh serta kurang bersemangat. Hal ini akan mengakibatkan perhatian, motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran menurun. Untuk itu perlu adanya keanekaragaman dalam penyajian materi pembelajaran”. Selain itu, guru juga menyiapkan media pembelajaran yang bermacammacam, diantaranya buku paket, LKS, artikel dari koran maupun internet, dan 84 lain-lain. Dalam model pakem bukan hanya siswa yang dituntut untuk aktif dan kreatif, disini guru juga aktif dan kreatif. Penentuan perangkat pembelajaran merupakan wewenang utama guru, guru dapat menentukan arah pembelajaran yang mengaktifkan siswa, mengkreatifkan siswa, menyenangkan siswa serta efektif adalah dengan perangkat pembelajaran yang dibuat. Apakah pembelajaran yang diberikan dapat membuat siswa merasa nyaman dalam belajar dan mencipatakan suasana pembelajaran yang menyenangkan apa tidak. B. Pelaksanaan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Berdasarkan temuan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa di MTsN I Malang pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan karakteristik pakem. KBM diawali dengan mengucap salam, berdoa, menyebutkan indikator yang ingin dicapai dan memberikan pertanyaan pembuka dengan tanya jawab atau kuis. Bahkan, sebelum jam pertama dimulai siswa di MTsN I Malang diwajibkan untuk membaca ayat suci Al-Quran dibelakang kelas yang ditempatkan pada rak buku beserta buku bacaan lainnya. Hal ini jarang dijumpai di sekolah-sekolah lainnya. Sebagaimana seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2006:225-256) “bahwa pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pertanyaan pembuka. Hal ini mempunyai banyak fungsi dalam menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu: (1) menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre-tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab atau kerjakan; (2) untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan; (3) mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran; (4) mengetahui dari mana yang seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat perhatian khusus”. 85 Waktu penyampaian materi, guru selalu memantau kegiatan siswa. Guru tidak hanya diam di depan kelas, duduk-duduk dan berceramah, guru juga aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya ceramah dan murid disuruh mencatat saja tetapi guru juga aktif memberikan bantuan terhadap siswa, membimbing siswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran. Dalam model pakem, guru harus kreatif dalam menciptakan metode, media, sumber belajar dan alat bantu pembelajaran yang bervariasi. Proses penerapan model pakem di MTsN I Malang menggunakan metode permainan, studi kasus serta pengamatan. Sebagaimana menurut Phillip Rekdale 2005, (dalam http// www.pendidikan.net/development.html) “pakem adalah singkatan dari Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Fokus pakem adalah pada kegiatan siswa dalam bentuk grup, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatas dari imaginasi guru”. Penggunaan metode permainan ini sesuai dengan apa yang ada pada bukunya Margono, (2002:38-39) bahwa “pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang suka bermain (playing animal). Dalam permainan, orang dapat berkompetisi, menemukan kegembiraan, dan aktif. Pembelajaran yang dikemas dengan siswa dapat memperoleh intensif atau hadiah jika memenangkan permainan”. Penggunaan metode studi kasus sesuai seperti yang ada pada bukunya Margono, (2002:102) “metode ini menggunakan prinsip berfikir induktif. Hal ini berarti sejak awal siswa dihadapkan pada data, kemudian perlahan-lahan siswa menemukan konsep atau kategori dari data tersebut. Pembelajaran ini tidak sekedar siswa memahami data, tetapi lebih esensial lagi mencari keterkaitan antar 86 data. Pengkategorian tersebut terkait dengan prinsip pemecahan masalah, siswa dihadapkan pada masalah dari artikel koran atau internet kemudian diidentifikasi sebab-akibatnya dan dicari alternatif pemecahannya”. Disamping metode pembelajaran, guru juga menggunakan media sebagai sarana untuk mempermudah siswa dalam memahami dan mengerti tentang apa yang sedang dipelajarinya. Media yang digunakan adalah gambar, artikel dari koran dan internet, serta lingkungan sekolah dan ruang kelas juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung KBM agar mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang ada pada buku Dinas Pendidikan kota Malang (2004:3.15) “lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunanan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar”. Penerapan pembelajaran PKn berbasis pakem tidak terlepas dari keterlibatan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Siswa-siswi di MTsN I Malang selalu aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Siswa siswi di dalam kelas tampak aktif mengikuti pelajaran PKn mereka aktif bertanya, mengemukakan gagasan, dan menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Siswa juga kreatif dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Para siswa diberi kesempatan untuk menulis. Menulis disini bukan sekedar menyalin, dari papan tulis atau buku. Lingkungan kelas yang dirancang sedemikian rupa dapat dijadikan sebagai sumber belajar, misalnya dengan menyiapkan pajangan hasil karya siswa, pajangan kaligrafi arab di dalam kelas, kliping, dan menyediakan alat peraga yang menarik serta buku acuan disudut kelas. Seperti 87 yang ada pada buku dinas pendidikan kota malang, (2004:3.14) “ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam pakem. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi ruang kelas, hal ini diharapkan agar lebih memotivasi siswa dan menimbulkan inspirasi bagi siswa agar lebih baik lagi dalam berkarya. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya”. Sementara itu, William Burton, (dalam Usman 1995:32) berpendapat tentang penggunaan alat peraga haruslah seperti ini “dalam memilih alat peraga yang akan digunakan, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa. 2) alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan. 3) harus direncanakan dengan baik dan diteliti terlebih dahulu. 4) sesuai dengan batas kemampuan biaya”. Guru di MTsN I Malang juga memberikan rangsangan atau stimulus yang berupa pemberian tompel pada anak yang tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan sewaktu metode kuis dilaksanakan. Hal ini dapat menambah semangat siswa untuk selalu belajar agar dirinya dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan dan tidak mendapatkan hukuman kembali. Pemberian stimulus atau rangsangan ini dapat berupa hadiah dan hukuman, hukuman sebagai penguatan negatif, sedangakan hadiah sebagai penguatan positif. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hall dan Lindzey, (1978) (dalam Margono, 2002:14) “pemberian penguatan berkonsentrasi pada pemberian hadiah sebagai penguatan positif, dan pemberian hukuman sebagai penguatan negatif atas aturan-aturan sekolah (tata tertib) yang berlaku”. 88 Selama ini siswa sering dicekoki dengan ceramah, sehingga guru yang banyak aktif sedangkan siswa hanya pasif karena hanya mendengarkan saja tanpa beraktivitas secara lebih. Oleh karena itu, hasil kreatifitas siswa diharapkan untuk selalu dipajang agar siswa dapat memperkuat proses belajarnya. Pajangan bermanfaat untuk membina kepercayaan diri dan memperdalam proses belajar, sehingga terangsang untuk lebih bekerja, lebih giat lagi dan menghasilkan karyakarya yang lebih baik. Pada tahap akhir proses belajar-mengajar PKn, guru bersama-sama siswa melakukan kegiatan penutup dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang jelas serta memberikan beberapa pertanyaan terkait materi yang telah di sampaikan. Evaluasi dalam pakem tidak di lakukan pada waktu ulangan saja, tetapi bisa di lakukan sewaktu-waktu. Evaluasi yang di lakukan terdiri dari dua macam, yaitu: 1) penilaian konsep yang terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum, serta 2) penilaian praktek, yang terdiri dari portopolio, lembar pengamatan, kliping, kuis, game, dan sebagainya. Penilaian praktek dinilai berdasarkan pengamatan keaktifan siswa sewaktu mengikuti proses pembelajaran di kelas, antara lain keberanian dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, serta bertanya menjadi salah satu poin dalam menentukan penilaian. Penilaian tertulis atau konsep dinilai berdasarkan ulangan harian maupun ulangan semester secara tertulis dan penguasaan materi. 89 C. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Dalam Penerapan Pakem di MTsN I Malang Pada Mata pelajaran PKn. Berdasarkan hasil dari temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong MTsN I Malang untuk menerapkan model pakem antara lain sebagai berikut: (1) Pakem merupakan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk termotivasi dalam pembelajaran, sehingga memperoleh hasil yang baik. (2) Dengan model pakem, dapat mengurangi situasi dan kondisi model pembelajaran konvensional yang lebih menitik beratkan pada metode ceramah, karena dengan model pembelajaran konvensional siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran serta keaktifan dan kreatifitas siswa tidak muncul. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat MTsN I Malang dalam menerapkan model pakem antara lain: (1) Belum dipahaminya model pakem oleh guru, (2) Kurangnya memperoleh kesempatan memahami inovasi dalam pendidikan, termasuk penerapan model pakem, (3) Kecenderungan diterapkannya model pembelajaran konvensional yang dipandang lebih mudah dan murah, dan (4) Karena kemampuan tingkat berfikir siswa yang beragam, jadi guru masih belum optimal dalam menerapkan pakem, guru sangat berupaya agar siswa yang pasif dapat sesegera mungkin mengikuti siswa yang lebih aktif. D. Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Pelaksanaan Model PAKEM di MTsN I Malang Pada Mata Pelajaran PKn Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa pihak sekolah dan guru telah berupaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan model pakem. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan model pakem pada mata pelajaran 90 PKn di MTsN I Malang adalah sebagai berikut: (1) Guru berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa agar selalu bersemangat, tidak takut dan malu dalam mengemukakan pendapat, tidak takut untuk menjawab pertanyaan dari guru serta tidak takut disalahkan jika jawabannya salah. (2) guru membentuk kelompok belajar yang sesuai dengan model pakem, sehingga pembelajaran yang dilakukannya lebih efektif, dan terus berupaya untuk memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa yang aktif memberikan pendapat, aktif menjawab pertanyaan dan aktif menanggapi pendapat temannya, sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti KBM. (3) Guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif, lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa nyaman bukan pembelajaran yang konvensional. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Bardasarkan paparan data dan temuan penelitian yang kemudian dilakukan kajian secara teoritis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran model pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang, dilakukan dengan cara menyiapkan perangkat pembelajaran terlebih dahulu, yaitu penyusunan Rencana Program Efektif, Program Semester, Silabus dan sistem penilaian, menyusun Rencana Program Pembelajaran, serta menyiapkan metode, media, alat bantu, bahan ajar dan penilaian; 2. Pelaksanaan pembelajaran model pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang adalah memanfaatkan lingkungan di luar kelas untuk belajar dan pengelolaan kelas yang baik oleh guru, karena prinsip belajarnya adalah belajar sambil bermain, setelah itu membuka pelajaran dengan salam pembuka, menulis indikator pembelajaran di papan tulis, mereview pelajaran sebelumnya dengan tanya jawab, guru menerangkan inti dari materi yang akan diberikan selama beberapa menit saja setelah itu siswa yang aktif, guru hanya sebagai fasilitator dan menutup pelajaran dengan refleksi bersama-sama dengan siswa; Evaluasi dalam pakem tidak dilakukan pada waktu ulangan saja, tetapi bisa dilakukan sewaktu-waktu. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari 2 macam, yaitu: a) penilaian konsep yang terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum, serta b) penilaian praktek.yang terdiri dari portopolio, lembar pengamatan, kliping, kuis, game, dan sebagainya. Penilaian praktek dinilai berdasarkan pengamatan keaktifan 91 siswa sewaktu mengikuti proses 92 pembelajaran di kelas, antara lain keberanian dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, serta bertanya menjadi salah satu poin dalam menentukan penilaian. Penilaian tertulis atau konsep dinilai berdasarkan ulangan harian maupun ulangan semester secara tertulis dan penguasaan materi. 3. Faktor yang mendorong MTsN I Malang untuk menerapkan pembelajaran model pakem adalah: a) Pakem merupakan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk termotivasi dalam pembelajaran, sehingga memperoleh hasil yang baik. b) Dengan model pakem, dapat mengurangi situasi dan kondisi model pembelajaran konvensional yang lebih menitik beratkan pada metode ceramah, karena dengan model pembelajaran konvensional siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran serta keaktifan dan kreatifitas siswa tidak muncul. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: a) Belum dipahaminya model pakem oleh guru, b) Kurangnya memperoleh kesempatan memahami inovasi dalam pendidikan, termasuk penerapan model pakem, c) Kecenderungan diterapkannya model pembelajaran konvensional yang dipandang lebih mudah dan murah, dan d) Karena kemampuan tingkat berfikir siswa yang beragam, jadi guru masih belum optimal dalam menerapkan pakem, guru sangat berupaya agar siswa yang pasif dapat sesegera mungkin mengikuti siswa yang lebih aktif. 93 4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam penerapan model pakem pada mata pelajaran PKn di MTsN I Malang adalah: a) Guru berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa agar selalu bersemangat, tidak takut dan malu dalam mengemukakan pendapat, tidak takut untuk menjawab pertanyaan dari guru serta tidak takut disalahkan jika jawabannya salah. b) guru membentuk kelompok belajar yang sesuai dengan model pakem, sehingga pembelajaran yang dilakukannya lebih efektif, dan terus berupaya untuk memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa yang aktif memberikan pendapat, aktif menjawab pertanyaan dan aktif menanggapi pendapat temannya, sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti KBM. c) Guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif, lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa nyaman bukan pembelajaran yang konvensional. B. Saran Berdasarkan temuan penelitian, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi sekolah, sekolah disarankan agar menerapkan pakem secara berkesinambungan. 2. Bagi guru, guru dituntut untuk lebih dapat memahami karakteristik siswa yaitu dengan memahami sifat yang dimiliki anak dan memahami siswa secara perorangan serta tingkat kemampuan siswa agar pakem dapat diterima siswa dengan baik. 94 3. Bagi siswa, siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas serta selalu belajar dengan lebih giat lagi. 4. Bagi Peneliti Lain, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan referensi dan juga menjadi bahan koreksi bagi penyempurnaan penyusunan penelitian selanjutnya, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca. DAFTAR PUSTAKA Al-Hakim, Suparlan. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Malang: UM Press. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi IV. Bandung: PT Rineka Cipta. DEPDIKNAS. 2006. Srandart Isi. Malang. De Porter Bobbi, Hernacki Mike. 1992. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. De Porter Bobbi, Reardon Mark, Singer-Nourie Sarah. 1992. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan. Dinas Pendidikan Kota Malang. 2004. Bahan Pelatihan: Manajemen Berbasis Sekolah: Malang. Faisol Sanapiah, Waseso Mulyadi G. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Hasibuan dan Moedjiono. 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remadja Karya. Margono. 2002. Dasar Dan Konsep Pendidikan Moral. Malang: Universitas Negeri Malang. Milles, M.B, dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Saputro Supriadi, Abidin Zainul. 2005. Strategi Pembelajaran. Malang: Laboratorium Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang. 95 96 Setiani. Analisis Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) Di Gugus 03 Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Universitas Negeri Malang. 2002. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: BAAPSI bekerja sama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang. Untari, Sri. 2005/2006. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Malang: UPT PPL UM. Usman, Moh. Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winataputra Udin S, Rosita Tita. 1995/1996. Materi Pokok Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru SLTP Setara D-III. WWW. Google. Com. Search: PAKEM . Http: // pbmTutik. Blogsport. Com.s Http: // WWW. Pendidikan. Net/ development. Html. Http: // WWW. Pontianakpost.Com. Http: // WWW. P4tkipa. Org. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Khithok Ahmad Purwanto NIM : 104171471938 Jurusan/Program Studi : Pend. Pancasila dan Kewarganegaraan/Pend. Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas/Program : Fakultas Ilmu Pendidikan/Strata Satu (S1) Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Malang, 5 Januari 2008 Yang membuat pernyataan, Khithok Ahmad Purwanto 95 Lampiran 1: Perangkat Pembelajaran PERANGKAT PEMBELAJARAN: KELAS 7 REGULER Program Tahunan Perhitungan Alokasi Waktu Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan/ PKn Program Semester Identifikasi dan Analisis Kurikulum Klasifikasi Standar Kompetensi dan Materi Pendidikan Kewarganegaraan/ PKn Silabus dan Sistem Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Disusun untuk memenuhi tugas sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan/ PKn Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I Oleh: Ira Kristina, S.Pd Bidang studi: Pendidikan Kewarganegaraan/ PKn DEPARTEMEN AGAMA KOTA MALANG MADRASAH TERPADU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI MALANG I JALAN BANDUNG 7 MALANG 99 100 PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas Tahun Pelajaran Semester No I Dan II 1. : Pendidikan Kewarganegaraan/ PKn : MTs : VII : 2008-2009 Jenis Kegiatan Waktu Menyusun/ membuat perhitungan alokasi waktu, pekan tidak efektif, banyak pekan efektif, banyaknya jam efektif Keterangan 2 kali 2. Menyusun program semester 2 kali 3. Menyusun identifikasi dan analisis kurikulum 2 kali 4. Menyusun silabus dan system penilaian 2 kali 5. Menyusun desain pembelajaran (semester ganjil) 17 kali Menyusun desain pembelajaran (semester genap) 15 kali 6. 7. Penyelesaian bahan kajian: Semester Ganjil: 1. Norma-norma dalam Masyarakat 2. Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama Semester Genap: 3. Istrumen Nasional HAM 4. Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat 10 Jam-Pel 10 Jam-Pel 1 x 45’ 1 x 45’ 9 Jam-Pel 6 Jam-Pel 2 Jam-Pel 2 Jam-Pel 1 x 45’ 1 x 45’ 8. Ulangan harian semester ganjil 2 Jam-Pel 2 kali 9. Her semester ganjil 2 Jam-Pel 2 kali 101 10. Ujian semester ganjil 2 Jam-Pel 1 kali 11.. Ulangan harian semester genap 2 Jam-Pel 2..kali 12. Her semester genap 2 Jam-Pel 2 kali 13. Ujian semester genap 2 Jam-Pel 1 kali 14. Cadangan 1 kali PERHITUNGAN ALOKASI WAKTU MATA PELAJARAN: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN/ PKn Kelas : VII Semester : Ganjil Tahun Pelajaran : 2008-2009 Bulan Banyak Pekan Jumlah Jam Juli 2008 2 4 Agustus 2008 5 10 September 2008 4 8 Oktober 2008 1 2 Nopember 2008 4 8 Desember 2008 4 8 Januari 2008 1 2 21 42 Jumlah Catatan: Contoh mengajar hari Jum’at 102 PEKAN TIDAK EFEKTIF 1. Libur / cuti bersama : 1 hari 2. Libur Ramadhan : 0 hari 3. Libur Hari Raya : 3 hari 4. UTS : 1 hari 5. UAS I : 1 hari Jumlah : 6 hari BANYAK PEKAN EFEKTIF = Banyak pekan dalam 1 semester – pekan tidak efektif = 21 minggu – 6 hari = 20 minggu BANYAK JAM EFEKTIF = Banyak pekan efektif x 2 jam pelajaran = 20x 2 = 20 jam efektif 103 DISTRIBUSI ALOKASI WAKTU Semester No Pokok Bahasan Waktu Ganjil 1. Norma-norma dalam Masyarakat 2. Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama 10.Jam-Pel Ulangan Harian 2 Jam-Pel Keterangan 10 Jam-Pel 2 kali Her 2 Jam-Pel 2 kali Cadangan 1 Jam-pel 1 kali 104 PROGRAM SEMESTER Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Tahun Pelajaran No 1. Materi/ Kompetensi Dasar/ Indikator Norma-norma dalam Masyarakat: 1. Mendeskripsikan hakikat normanorma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam masyarakat: Menyebutkan hakikat norma Menyebutkan asal, sanksi, sifat, contoh masing-masing norma Menyebutkan hakikat peraturan Menyebutkan contoh peraturan Menyebutkan hakikat adat istiadat Menyebutkan contoh adat istiadat Menyebutkan hakikat kebiasaan Menyebutkan contoh kebiasaan 2. Menjelaskan hakikat dan arti penting hukum bagi warga Negara: Menyebutkan fungsi hokum Mengidentifikasi Menyebutkan hakikat hokum Menyebutkan ciri-ciri Negara hokum 3. Menerapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Ulangan Harian Remidial : : : : MTs. Negeri Malang I PKn VII/ Ganjil 2008-2009 Alokasi Waktu Agustus Juli 3 4 1 2 P E N G A N T A R 2 2 2 S E M E S T E R G A N J I L September 3 4 5 2 2 2 1 2 2 2 3 2 4 2 105 No . 2. Materi/ Kompetensi Dasar Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama: 1. Menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan: Menyebutkan arti proklamasi kemerdekaan Menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan Menyebutkan sikap positip warga negara terhadap makna proklamasi kemerdekaan 2. Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama: Menyebutkan pengertian atau kedudukan konstitusi Menyebutkan alur/ proses pembuatan konstitusi pertama Mengidentifikasi isi/ komponen kostitusi Menyebutkan fungsi konstitusi Alokasi Waktu Nopember Oktober 1 2 3 L I B U R L I B U R L I B U R H A R I H A R I H A R I R A Y A R A Y A R A Y A I D U L I D U L I D U L F I T R I F I T R I F I T R I 4 5 1 2 U J I A N 2 2 3 2 2 4 T E N G A H S E M E S T E R I Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama GAME (TTS KD 2) 3. Menganalisis hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 2 106 No . Materi/ Kompetensi Dasar 4. Menunjukkan sikap positif terhadap makna proklamasi kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi pertama Ulangan Harian Remidial Desember Alokasi Waktu 1 2 2 2 3 2 4 2 Januari 1 2 3 4 C U T I U A S R A P O R T A N L I B U R B E R S A M A G A N J I L I S M T I 107 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KTSP 2006 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN/ PKn SEMESTER GANJIL Kelas No. Materi Pokok Kompetensi Dasar 7 1. Norma-norma dalam Masyarakat: 1. Mendeskripsikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam masyarakat 2. Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama Jumlah Indikator 12 3. Menerapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 7 2. Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama 1. Menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan 2. Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama 3. Menganalisis hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 4. Menunjukkan sikap positif terhadap makna proklamasi kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi pertama 10 108 KLASIFIKASI STANDAR KOMPETENSI DAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN/ PKn SEMESTER GANJIL STANDAR KOMPETENSI Menunjukkan sikap positif terhadap normanorma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Mendeskripsikan makna Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi pertama Materi Pokok Materi Pokok 12 Indikator 10 Indikator Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 116 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu 1. 2. 3. 4. : : : : MTs. Negeri Malang I Pendidikan Kewarganegaraan 7/ Ganjil Kemampuan menganalisis dan menampilkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara : Mendeskripsikan hakikat norma-norma yang berlaku dalam masyarakat : 1. Menyebutkan pengertian norma 2. Menyebutkan norma-norma yang ada dalam masyarakat meliputi: Contoh Sifat Asal Sanksi : 1 x pertemuan (2 x 40’) Tujuan Pembelajaran: Setelah selesai pembelajaran, siswa dapat: Menyebutkan pengertian norma Menyebutkan norma-norma dalam masyarakat (contoh, sifat, asal dan sanksi) Materi Ajar: Pengertian norma Macam-macam norma Contoh norma Sifat norma Asal norma Sanksi terhadap pelanggaran norma-norma Metode: Tanya jawab RUN and SIT GAME (permainan lari – duduk) Langkah-langkah Kegiatan: Pertemuan Pertama Kegiatan Pendahuluan: Bercerita sekilas tentang kasus pencabulan terhadap anak di bawah usia (diambil dari berita actual terkini) kemudian bertanya kepada siswa: “Tahukah kalian kasus tersebut telah melanggar norma apa? Mengapa demikian?” Menginformasikan kepada siswa tentang agenda hari ini, yaitu: 1. Tanya jawab melalui pengisian table tentang Waktu 10’ 117 asal, sanksi, sifat, dan contoh masing-masing norma 2. RUN and SIT GAME (permainan lari – duduk) tentang norma-norma Menjelaskan teknis tanya jawab dan permainan Menyampaikan teknis penilaiannya Inti: Guru membuat table di papan tulis tentang norma yang meliputi asal, sifat, sanksi, contoh. Siswa menjawab kolom yang kosong, dst terjadi tanya jawab antara guru dan siswa. Terakhir guru akan membahas atau menjelaskan sekaligus memberikan penilaian terhadap siswa. Pelaksanaan RUN and GAME (permainan lariduduk) tentang norma-norma untuk mempertajam kompetensi dasar 1. Penilaian permainan dan pembahasan Penutup: Siswa dengan dibimbing dan difasilitasi guru membuat rangkuman materi tentang pengertian norma, macam-macam norma, contoh norma, sifat norma, asal norma, sanksi terhadap pelanggaran norma-norma Siswa mencatat tugas-tugas kegiatan yang diberikan guru 5. Alat/Sumber Belajar: • Buku teks siswa kelas VII • Buku paket lain yang relevan • Peraturan perundang-undangan nasional • artikel/berita di media massa 6. Penilaian: • Kegiatan 1 (tanya jawab): Jawaban benar = 100 Jawaban benar tapi kurang sempurna = 80 Jawaban salah = 65 • Kegiatan 2 (permainan): - Jawaban benar = 100 - Jawaban benar tapi kalah kecepatan = 80 - Jawaban salah = 65 65’ 5’ 118 Contoh Instrumen: • Kegiatan 1 (Tanya jawab): Tabel: Jenis-jenis norma yang berlaku dalam masyarakat No Nama norma Asal norma Sifat norma Sanksi terhadap . Contoh norma pelanggaran norma 1. Agama ....................... universal ............................ ......................... 2. ....................... ....................... ......................... ............................ Dilarang menebang pohon sembarangan! 3. Kesopanan ....................... ......................... ............................ ......................... 4. Kesusilaan ....................... ......................... ............................ ......................... • Kegiatan 2 (permainan): Tabel: Identifikasi berbagai macam norma yang berlaku dalam masyarakat No. Nama Siswa Butir Pernyataan Skor Nilai 1. Janganlah engkau berbuat zina 2. Mengikuti wajar 12 tahun 3. Menggunakan hak pilih dalam pilkada 4. Mengetuk pintu sebelum masuk rumah 119 5. Memanggil guru dengan sebutan ”hai” 6. 7. Memperpanjang KTP jika sudah kadaluarsa Janganlah engkau berbuat riba 8. Penebangan pohon secara ilegal 9. TOGEL 10. CURANMOR 11. Merokok dalam angkot 12. Berbuat anarchis 13. Bertegur sapa bila bertemu kerabat 14 Menghargai hasil karya orang lain NB: Butir pernyataan tersebut diidentifikasi apakah termasuk pelaksanaan atau pelanggaran norma agama/ hukum/ kesopanan/ kesusilaan. Guru Mata Pelajaran Malang, Agustus 2008 Kepala Sekolah Ira Kristina, S.Pd NIP. Dra. Binti Maqsudah, M.Pd. NIP. 150 222 144 120 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu 1. 2. 3. 4. : : : : MTs. Negeri Malang I Pendidikan Kewarganegaraan 7/ Ganjil Kemampuan menganalisis dan menampilkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara : Mendeskripsikan hakikat norma-norma yang berlaku dalam masyarakat : 1. Menyebutkan hakikat peraturan 2. Menyebutkan contoh peraturan 3. Menyebutkan hakikat adat istiadat 4. Menyebutkan contoh adat istiadat 5. Menyebutkan hakikat kebiasaan 6. Menyebutkan contoh kebiasaan : 1 x pertemuan (2 x 40’) Tujuan Pembelajaran: Setelah selesai pembelajaran, siswa dapat: Menyebutkan hakikat peraturan Menyebutkan contoh peraturan Menyebutkan hakikat adat istiadat Menyebutkan contoh adat istiadat Menyebutkan hakikat kebiasaan Menyebutkan contoh kebiasaan Materi Ajar: Hakikat peraturan Contoh peraturan Hakikat adat istiadat Contoh adat istiadat Hakikat kebiasaan Contoh kebiasaan Metode: Tanya jawab Cerita Langkah-langkah Kegiatan: Pertemuan Pertama Kegiatan Pendahuluan: Guru menyuruh satu siswa maju ke depan kelas untuk mendeskripsikan kegiatan apa saja yang ia lakukan mulai bangun tidur pagi sampai tidur malam hari. Kemudian guru mengkaitkan kegiatan Waktu 10’ 121 siswa tadi dengan peraturan yang ada di rumah. Menyampaikan materi dan agenda hari ini Menyampaikan teknis permainan pada kegiatan 2 (QUIZ) Inti: Tanya jawab tentang peraturan mulai dari lingkup yang paling kecil sampai besar beserta contohnya Guru bercerita tentang larangan wanita suku Tengger untuk bersekolah dan kegiatan yang dilakukan masyarakat pada umumnya untuk membuat kue apem menjelang puasa ramadlan.. Kemudian siswa disuruh untuk menyebutkan mana yang termasuk adat istiadatdan mana yang termasuk kebiasaan. Mengapa demikian? Siswa memaparkan hasil pemikirannya QUIZ dengan passward menirukan suara binatang untuk mempertajam KD 1 Penutup: Siswa dengan dibimbing dan difasilitasi guru membuat rangkuman materi tentang hakikat peraturan, contoh peraturan, hakikat adat istiadat, contoh adat istiadat, hakikat kebiasaan, contoh kebiasaan Siswa mencatat tugas-tugas kegiatan yang diberikan guru (mempelajari KD 2 yaitu tentang hakikat dan pentingnya hokum bagi warga Negara) 5. Alat/Sumber Belajar: • Buku teks siswa kelas VII • Buku paket lain yang relevan • Peraturan perundang-undangan nasional • Ensiklopedia adat istiadat 6. Penilaian: • Kegiatan 1 (tanya jawab- pertanyaan lisan di kelas): - 1-3 kali menjawab dengan jawaban benar = 100 - 1 kali menjawab dengan jawaban benar = 80 - Jawaban kurang sempurna = 70 - Jawaban salah = 65 • Kegiatan 2 (QUIS): - Jawaban benar = 100 - Jawaban lemparan benar = 50 - Jawaban salah = dikurangi 50 65’ 5’ 122 - Pertanyaan belum selesai sudah mengucapkan passward = dikurangi 50 dan tidak boleh menjawab satu kali pertanyaan Kemudian semua nilai dijumlah dan dapat diketahui skor masing-masing kelompok Contoh Instrumen (QUIZ dengan passward menirukan suara binatang): A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Pegangan atau kaidah bagi perilaku hidup manusia disebut … a. nilai b. norma c. adat istiadat d. kebiasaan 2. Rasa bersalah adalah bentuk sanksi norma … a. hukum b. agama c. kesopanan d. kesusilaan 3. Norma yang bersumber dari hati nurani manusia adalah norma … a. agama b. hukum c. kesopanan d. kesusilaan 4. Orang yang melanggar norma kesopanan akan mendapat sanksi berupa … a. dosa b. penjara c. dikucilkan d. penyesalan diri 5. Orang yang melanggar hukum akan mendapat sanksi berupa … a. dosa b. pidana c. celaan d. penyesalan diri 6. Di antara norma-norma di bawah ini, norma yang paling kuat berlakunya/ bersifat tegas adalah norma … a. hukum b. agama c. kesusilaan d. kesopanan 7. Contoh perilaku yang menggambarkan norma kesopanan adalah … a. meludah di sembarang tempat b. makan dengan menggunakan tangan kiri c. memberikan sesuatu dengan tangan kanan d. membiasakan bertegur sapa bila bertemu dengan orang yang sudah dikenal 123 8. Salah satu contoh yang sesuai dengan norma kesusilaan adalah … a. berbuat baik terhadap sesame b. menghormati orang yang lebih tua c. berbakti dan mengabdi kepada orang tua d. membuang sampah di tempat yang telah disediakan 9. Contoh perilaku yang bertentangan dengan norma hukum adalah … a. berbuat riba b. tindak pidana korupsi c. membayar pajak d. apatis terhadap fakir miskin 10. Salah satu tujuan penerapan norma dalam masyarakat adalah … a. menghilangkan keanekaragaman dalam masyarakat b. melindungi masyarakat golongan ekonomi lemah c. menghindari benturan kepentingan anggota masyarakat d. mengatur kehidupan sekelompok anggota masyarakat A. Ucapkan dengan jawaban B bila pernyataan berikut benar dan jawaban S bila pernyataan berikut salah! 1. Rasa bersalah adalah bentuk sanksi dari norma kesopanan 2. Main hakim sendiri pada dasarnya merusak tatanan hukum 3. Norma hukum lebih penting daripada norma kesusilaan 4. Adat istiadat umumnya terkait dengan moralitas masyarakat 5. Meskipun bukan aturan, kebiasaan perlu diindahkan 6. Ciri khas norma hukum adalah sanksinya bisa dipaksakan 7. Negara hukum disebut juga machtstaat 8. Peraturan adalah tatanan yang dibuat oleh pihak berwenang 9. Adat istiadat tidak penting karena merupakan budaya masa lalu 10. Hukum haruslah mewujudkan ketertiban dan keadilan Guru Mata Pelajaran Malang, Agustus 2008 Kepala Sekolah Ira Kristina, S.Pd NIP. Dra. Binti Maqsudah, M.Pd. NIP. 150 222 144 Lampiran 4: Modul Pembelajaran 124 PENDAHULUAN Selamat anda telah diterima di kelas akselerasi. Modul ini dibagi menjadi: • kegiatan belajar 1 : menjelaskan tentang hakikat norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan • kegiatan belajar 2 : menjelaskan tentang hakikat dan pentingnya hukum • kegiatan belajar 3 : menjelaskan tentang penerapan sikap terhadap norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan Tujuan modul ini adalah agar anda memahami norma dalam masyarakat dengan indikator: 1. Menyebutkan hakikat norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan 2. Mengidentifikasi contoh norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan 3. Menyebutkan sumber/ asal norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan 4. Menyebutkan sanksi terhadap pelanggaran norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan 5. Menyebutkan sifat/ ruang lingkup norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan 6. Menyebutkan hakikat hukum 7. Menjelaskan pentingnya hukum bagi warga negara 8. Menunjukkan sikap taat azas terhadap norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan Untuk mencapai target/ indikator tersebut dapat dilaksanakan melalui pembelajaran secara individu dan kelompok. Jika mengalami kesulitan silahkan menghubungi guru pembimbing. Petunjuk penggunaan modul: 1. Baca uraian materi pada tiap kegiatan. Untuk mempertajam materi silahkan membaca atau mempelajari : • Buku panduan/ paket • Peraturan perundang-undangan • KUHP dan KUHPer 2. Sebagai data pelengkap, adakan wawancara dengan tokoh masyarakat yang terkait 3. Kerjakan semua tugas dan uji kompetensi yang ada pada modul ini 4. Jangan melihat kunci jawaban sebelum anda selesai mengerjakan tugas/ uji kompetensi 5. Garis bawahi jika perlu catat pada bagian-bagian yang belum anda pahami 6. Bila belum tercapai penguasaan konsep dan praktek 75% dari tiap kegiatan maka ulangi lagi langkah-langkah di atas dengan seksama Mudah-mudahan dengan mempelajari modul ini anda mendapatkan tambahan wawasan materi pelajaran PKn dan jangan lupa mengingat pelajaran modul ini karena akan berhubungan dengan modul berikutnya.Tugas dan uji kompetensi pada modul ini hendaknya dapat anda selesaikan dalam waktu satu minggu. 125 Selamat belajar, semoga berhasil dan sukses. Kegiatan Belajar I HAKIKAT NORMA, KEBIASAAN, ADAT ISTIADAT dan PERATURAN 1. 2. 3. 4. 5. Target/ indikator yang harus anda kuasai: Menyebutkan hakikat norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan Mengidentifikasi contoh norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan Menyebutkan sumber/ asal norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan Menyebutkan sanksi terhadap pelanggaran norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan Menyebutkan sifat/ ruang lingkup norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan Kehidupan manusia di dalam pergaulan masyarakat diliputi oleh normanorma, yaitu peraturan hidup yang mempengaruhi tingkah laku manusia dalam masyarakat. Sejak masa kecilnya manusia merasakan adanya peraturan-peraturan hidup yang membatasi sepak terjangnya. Pada permulaan yang dialami hanyalah peraturan-peraturan hidup yang berlaku dalam lingkungan keluarganya kemudian juga berlaku di luarnya,dalam masyarakat. Seiring dengan bertambahnya waktu/ usia, semakin dewasa maka semakin ia ikut melaksanakan dan merasakan apa yang menjadi peraturan-peraturan hidup yang berlaku dalam masyarakat dan negaranya itu. Akan tetapi dengan adanya norma-norma itu dirasakan pula adanya penghargaan dan perlindungan terhadap kepentingan-kepentingannya. Demikianlah norma-norma itu mempunyai tujuan supaya kepentingan masingmasing warga masyarakat dan ketentraman dalam masyarakat terpelihara dan terjamin. Dalam pergaulan hidup dibedakan 4 macam norma, yaitu: 1. Norma agama 2. Norma hukum 3. Norma kesopanan 4. Norma kesusilaan 1. Norma Agama ialah peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang berasal dari Tuhan. 2. Norma Hukum ialah peraturanhidup yang dibuat oleh penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan pleh pemerintah atau pemegang kekuasaan. Hukum yang dipakai oleh bangsa Indonesia banyak sekali di antaranya adalah hukum pidana dan perdata. 3. Norma Kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia. Norma ini di setiap daerah belum tentu sama pelaksanaannya, artinya bahwa norma kesopanan yang berlaku pada masyarakat A tidak dapat diterima oleh masyarakat B. Karenanya norma ini 126 bersifat lokal. Terkadang juga terdapat kesamaan norma kesopanan pada masing-masing daerah. 4. Norma Kesusilaan ialah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari manusia, yang mengajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Dalam norma ini terdapat juga peraturan hidup seperti yang terdapat dalam norma agama karena tidak ada agama yang mengajak kepada kejelekan. Semua agama mengajak kepada kebaikan. Selain norma di atas ada juga beberapa norma yang berlaku berdasarkan kekuatan berlakunya di masyarakat, yaitu: 1. Cara 2. Kebiasaan 3. Adat istiadat 4. Peraturan 1. Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya sangat lemah. Sanksi hukum yang diberikan atas pelanggaran ini adalah berupa celaan. Contoh: Cara makan, duduk, berbusana dan lain-lainl jika tidak semestinya akan menimbulkan celaan atau gunjingan oleh masyarakat. 2. Kebiasaan adalah kegiatan yang diulang-ulang/ umum/ lazim dilakukan masyarakat. Meskipun bukan aturan, kebiasaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku keseharian warga masyarakat. Umumnya, orang berusaha berperilaku sesuai dengan kebiasaan masyarakat sekitar dengan maksud agar ia dapat diterima oleh masyarakat itu. Sebaliknya jika ia tidak mengikuti kebiasaan yang ada maka ia akan kurang diterima bahkan tidak sama sekali diterima oleh masyarakat tersebut. Contoh: Masyarakat Penanggungan-Betek Malang terbiasa dengan kegiatan mengirimkan makanan ke tetangga sekitar menjelang acara pernikahan, hari raya Idul Fitri/ Idul Adha ataupun selamatan bayi, dan lain-lain. Jika ada sebuah keluarga yang tidak melaksanakan kebiasaan tersebut ia pasti akan mendapat gunjingan warga masyarakat. 3. Adat Istiadat ialah petunjuk hidup yang mengikat perilaku sebuah masyarakat yang berupa nilai-nilai budaya yang sudah menjadi ikatan dalam sebuah masyarakat. Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai konsep adat istiadat jika telah memenuhi unsur yaitu: 1. nilai-nilai budaya 2. sistem norma 3. sisstem hukum 4. aturan khusus 4. Peraturan ialah norma yang berbentuk tertulis atau ketentuan tertulis yang berisi pedoman tingkah laku. Peraturan dapat dibuat oleh keluarga, sekolah/ instansi, organisasi sosial politik, dan pemerintah. 1. 2. 3. 4. TUGAS INDIVIDU Carilah apa yang menjadi kebiasaan di lingkungan masyarakat tempat tinggalmu! Adakah anggota masyarakat yang perilakunya menyimpang dari kebiasaan tersebut? Adakah sanksinya? Jelaskan! Tuliskan adat istiadat yang berlaku di masyarakat X beserta sanksinya jika dianggap telah melanggar adat istiadat tersebut! Carilah sebuah peraturan yang berlaku di daerah (desa/ kota) tempat tinggalmu. Aturan apakah itu? Catatlah ruang lingkup dan sanksinya.! Salinlah data kalian ke dalam dokumen laporan (lembaran kertas) dengan format sebagai berikut! 127 Nama Siswa : Kelas : Lokasi Pengamatan* : DATA HASIL PENGAMATAN JENIS-JENIS PEDOMAN HIDUP No. Jenis Pedoman Hidup 1. Kebiasaan 2. Adat Istiadat 3. Peraturan: Keluarga Contoh Sekolah Masyarakat Organisasi Sospol Pemerintah Asal/ Ruang Sanksi Sumber Lingkup/ Pelanggaran Sifat Hukum * Tulis nama daerah di mana kalian mencari/ mengamati jenis pedoman hidup. RIK PENILAIAN: 128 No Deskripsi/ Aspek Skor 1 1. Ketepatan Jawaban: Contoh: 1) Kebiasaan 2) Adat Istiadat 3) Peraturan: a. Keluarga b. Sekolah c. Masyarakat d. Organisasi Sospol e. Pemerintah Asal/ Sumber: 1) Kebiasaan 2) Adat Istiadat 3) Peraturan: a. Keluarga b. Sekolah c. Masyarakat d. Organisasi Sospol e. Pemerintah Ruang Lingkup/ Sifat: 1) Kebiasaan 2) Adat Istiadat 3) Peraturan: a. Keluarga b. Sekolah c. Masyarakat d. Organisasi Sospol e. Pemerintah Sanksi Pelanggaran Hukum: 1) Kebiasaan 2) Adat Istiadat 3) Peraturan: a. Keluarga b. Sekolah c. Masyarakat d. Organisasi Sospol e. Pemerintah 2. Ketepatan Waktu Pengumpulan Tugas NILAI: Jumlah Skor Perolehan ------------------------------------- x 100 = …. Jumlah Skor Maksimal (87) 2 3 129 A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat di bawah ini! 1. Pegangan atau kaidah bagi perilaku hidup manusia disebut … a. nilai b. norma c. adat istiadat d. kebiasaan 2. Rasa bersalah adalah bentuk sanksi norma … a. hukum b. agama c. kesopanan d. kesusilaan 3. Norma yang bersumber dari hati nurani manusia adalah norma … a. agama b. hukum c. kesopanan d. Kesusilaan 4. Orang yang melanggar norma kesopanan akan mendapat sanksi berupa … a. dosa b. penjara c. dikucilkan d. penyesalan diri 5. Orang yang melanggar hukum akan mendapat sanksi berupa … a. dosa b. pidana c. celaan d. penyesalan diri 6. Di antara norma-norma di bawah ini, norma yang paling kuat berlakunya/ bersifat tegas adalah norma … a. hukum b. agama c. kesusilaan d. kesopanan 7. Contoh perilaku yang menggambarkan norma kesopanan adalah … a. meludah di sembarang tempat b. makan dengan menggunakan tangan kiri c. memberikan sesuatu dengan tangan kanan d. membiasakan bertegur sapa bila bertemu dengan orang yang sudah dikenal 8. Salah satu contoh yang sesuai dengan norma kesusilaan adalah … a. berbuat baik terhadap sesama b. menghormati orang yang lebih tua c. berbakti dan mengabdi kepada orang tua d. membuang sampah di tempat yang telah disediakan 9. Contoh perilaku yang bertentangan dengan norma hukum adalah … a. berbuat riba c. tindak pidana korupsi b. membayar pajak d. apatis terhadap fakir miskin 10. Salah satu tujuan penerapan norma dalam masyarakat adalah … a. menghilangkan keanekaragaman dalam masyarakat b. melindungi masyarakat golongan ekonomi lemah c. menghindari benturan kepentingan anggota masyarakat d. mengatur kehidupan sekelompok anggota masyarakat B. Isilah dengan jawaban B bila pernyataan berikut benar dan jawaban S bila pernyataan berikut salah! 1. Rasa bersalah adalah bentuk sanksi dari norma kesopanan (….) 2. Main hakim sendiri pada dasarnya merusak tatanan hukum (….) 3. Norma hukum lebih penting daripada norma kesusilaan (….) 4. Adat istiadat umumnya terkait dengan moralitas masyarakat (….) 5. Meskipun bukan aturan, kebiasaan perlu diindahkan (….) 6. Ciri khas norma hukum adalah sanksinya bisa dipaksakan (….) 130 7. Negara hukum disebut juga machtstaat (….) 8. Peraturan adalah tatanan yang dibuat oleh pihak berwenang (….) 9. Adat istiadat tidak penting karena merupakan budaya masa lalu (….) 10. Hukum haruslah mewujudkan ketertiban dan keadilan (….) C. 1. 2. 3. Jawablah soal-soal berikut dengan jelas dan tepat! Jelaskan hakikat norma! Jelaskan perbedaan antara norma agama dan kesusilaan! Apakah perbedaan antara kebiasaan dan adat istiadat? Mengapa norma hukum dibutuhkan padahal sudah ada norma yang lain di masyarakat? 5. Jelaskan pentingnya norma bagi kita! Kegiatan Belajar II FUNGSI HUKUM Hakikat hukum: hukum adalah peraturan. Dalam hal ini, peraturan mengenai perilaku manusia dalam kehidupan bersama, dibuat oleh pejabat berwenang untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan masyarakat, bersifat mengikat dan memaksa, memiliki sanksi yang tegas, sehingga barangsiapa yang melanggarnya dikenakan sanksi oleh pejabat yang berwenang. Arti Penting Hukum: hukum itu ada untuk mengatur perilaku manusia. Tujuannya adalah agar tercipta ketertiban dan keadilan dalam masyarakat. Karena itu, keberadaan hukum amatlah penting, karena: 1. dengan tertib dapat mencegah kesemrawutan sehingga timbul kerapian 2. hukum yang adil mencegah adanya negara kekuasaan, yaitu negara yang penguasaanya bersikap sewenang-wenang 3. hukum yang adil memungkinkan hak-hak warga negara dilindung Negara Hukum: pentingnya hukum yang adil bagi warga negara itu selanjutnya memunculkan ide mengenai negara hukum. Ciri negara hukum: 1) supremasi hukum 2) pembagian kekuasaan negara 3) kekuasaan kehakiman yang bebas dan tidak memihak 4) jaminan perlindungan HAM 5) kedudukan yang sama di muka hukum Itulah sekilas tentang konsep negara hukum. Bagaimana keberadaan negara Indonesia jika dihadapkan dengan konsep negara hukum? 131 TUGAS: STUDI KASUS- KEGIATAN INDIVIDU Petunjuk: 1. Simaklah berita mengenai pelanggaran hukum di Koran selama 1 minggu 2. Catatlah 5 kasus pelanggaran hukum selama satu minggu itu 3. Pengumpulan tugas: waktu satu minggu 4. Salinlah data tugasmu itu ke dalam kolom berikut: No. Nama Kasus Deskripsi Ringkas Kasus Ciri Negara Hukum Manakah yang Dilanggar? 1. ……………… .……………. ……………… 2. ……………… ……………… ……………… 3. ……………… ……………… ……………… 4. ……………… ……………… ……………… 5. ……………… ……………… ……………… Kesimpulan: (kaitkan dengan fungsi hukum) ………………………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………………………… 132 RUBRIK PENILAIAN: No. Deskripsi/ Aspek Skor 1 1. Ketepatan Jawaban: Nama Kasus: 1) Kasus 1 2) Kasus 2 3) Kasus 3 4) Kasus 4 5) Kasus 5 Deskripsi Ringkas Kasus: 1) Kasus 1 2) Kasus 2 3) Kasus 3 4) Kasus 4 5) Kasus 5 Ciri Negara yang Dilanggar: 1) Kasus 1 2) Kasus 2 3) Kasus 3 4) Kasus 4 5) Kasus 5 2. KetepatanWaktu Pengumpulan Tugas 2 3 NILAI: Jumlah Skor Perolehan ------------------------------ x 100 = …. Jumlah Skor Maksimal (48) UJI KOMPETENSI A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini diatur dalam …. a. Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 b. Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 c. Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 d. Pasal 2 ayat 1 UUD 1945 133 2. Negara Indonesia adalah negara hukum, artinya … a. negara merupakan hukum tertinggi b. negara harus mewujudkan ketertiban hukum c. di Indonesia terdapat berbagai macam hukum d. negara dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan pada hukum 3. Hukum tertulis di Indonesia yang tertinggi adalah a. Pancasila b. UUD 1945 c. TAP MPR d. UU 4. Hukum mempunyai sifat memaksa berarti setiap orang yang melanggar hukum … a. ditakut-takuti b. diintimidasi oleh aparat c. diancam dengan paksaan jika menolak d. diancam dengan pidana jika melanggar 5. Contoh hukum tidak tertulis adalah…. a. Hukum adat b. Hukum waris c. Hukum pidana d. Hukum dagang 6. Hukum yang berlaku di Indonesia disebut sebagai hukum … a. positip b. negatif c. umum d. khusus 7. Hak dan kedudukan yang sama bagi setiap warga negara Indonesia dalam hukum diatur pada UUD 1945 pasal … a. 26 ayat 1 b. 26 ayat 2 c. 27 ayat 1 d. 27 ayat 2 8. Setiap warga negara hendaknya menyadari bahwa hukum diperlukan untuk … a. menanggulangi bahaya narkoba b. melindungi masyarakat pedesaan c. memberantas penyakit masyarakat d. menciptakan ketertiban dan keadilan 9. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran hukum adalah … a. pembinaan kepada para hakim b. pemberian hadiah kepada penegak hukum c. pemberian sanksi berat kepada pelanggar hukum d. mengadakan penyuluhan hukum dan membentuk kadarkum 10. Tegaknya hukum di Indonesia tergantung pada … a. banyaknya undang-undang b. hakim dalam memutus perkara c. jaksa sebagai pihak penuntut perkara d. kesadaran masyarakat dan mental pemerintah 11. Norma hukum bertujuan… a. Tercapainya kehidupan bernegara yang tertib b. Terciptanya aparat Negara yang bersih c. Terselenggaranya system pemerintah yang baik d. Terlindungnya hak rakyat kecil 12. Kapan hukum akan terlaksana dengan baik? a. aturan yang ada disertai sanksi yang berat b. ada rasa takut dari warga masyarakat terhadap penegak hukum 134 c. ada kesadaran warga negara untuk menaati aturan-aturan hukum yang berlaku d. petugas penegak hukum selalu siap mengawasi tingkah laku warga masyarakat 13. Kekuasaan tertinggi adalah terletak pada hukum disebut dengan istilah … a. supremasi hukum b. kepastian hukum c. legitimasi hukum d. keadilan hukum 14. Setiap warga negara Indonesia wajib menjunjung tinggi hukum, tercantum dalam UUD 1945 pasal … a. 26 b. 27 ayat 1 c. 27 ayat 2 d. 28 15. Di dalam negara hukum, seseorang dikatakan bersalah apabila …. a. ia ditangkap polisi b. hakim memvonis di pengadilan c. jaksa menuntut ia ke pengadilan d. banyak orang menyatakan ia bersalah B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan jelas! 1. Apakah hakikat hukum itu? 2. Jelaskan fungsi hukum bagi warga negara! 3. Sebutkan ciri-ciri negara hukum! 4. Apakah yang dimaksud dengan supremasi hukum? 5. Apakah negara Indonesia sudah memenuhi kreteria/ ciri negara hukum? Jelaskan! Kegiatan Belajar III PENERAPAN SIKAP terhadap NORMA, KEBIASAAN, ADAT ISTIADAT DAN PERATURAN Hukum atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia secara teoritis memang bagus-bagus. Tetapi pada kenyataan yang terjadi di lapangan justru tidak dilaksanakan dengan baik. Kalaupun dilaksanakan, hanya setengah hati, tidak konsisten. Untuk bisa menjadi bangsa yang bertindak, artinya bahwa para pembuat peraturan secara teoritis ikut menyusun hukum/ peraturan juga secara praktek ikut melaksanakan dengan baik dengan cara membuang mentalitas semacam itu. Mentalitas itu harus dirubah menjadi mentalitas baru, yaitu mentalitas yang bersusah payah berupaya dari awal, langkah demi langkah demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik. Terkait dengan mentalitas baru itu, kita harus bersikap positip dan proaktif, mulai dari diri sendiri, dari yang kecil dan mulai sekarang juga. Kalau cara seperti itu diikuti, siapapun akan mampu menerapkan berbagai norma yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 135 TUGAS: WAWANCARA- KEGIATAN INDIVIDU 1. Pilihlah seorang temanmu di sekolah yang dinilai paling taat aturan. Kemudian lakukan wawancara terhadapnya dengan fokus pertanyaan: latar belakang/ alasan/ tujuan siswa tersebut membiasakan diri taat aturan/ hukum dan bagaimana ia membangun kebiasaan seperti itu. 2. Lengkapi hasil wawancaramu itu dengan biografi ringkas, gambaran situasi pada saat kamu mengadakan wawancara serta kesanmu selama melakukan wawancara. 3. Rekam hasil wawancaramu itu kemudian tulis dalam kertas laporan tugas dan kumpulkan. PENUTUP Selamat anda telah selesai mempelajari kompetensi dasar 1-3. Dengan selesainya anda mempelajari modul ini, anda dapat menjelaskan normanorma dalam masyarakat, fungsi hukum dan diharapkan anda dapat menerapkan aturan-aturan tersebut dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Semoga anda berhasil dalam mengikuti tes akhir modul ini dan dapat melanjutkan pada modul berikutnya. Bacalah ringkasan berikut ini! 1. Norma ada empat macam (agama- hukum- kesopanan- kesusilaan). Di antara norma tersebut yang paling tegas adalah norma hukum 2. Selain empat norma tersebut, ada juga norma yang lain, yaitu berupa: • Cara • Kebiasaan • Adat istiadat 3. Norma yang berlaku di lingkungan Negara disebut sebagai norma hukumperaturan hukum. 4. Peraturan hukum yang dibuat oleh pemerintah meliputi peraturan hukum di pusat dan daerah 5. Peraturan hukum di pusat terdiri dari: 1) UUD 1945 2) TAP MPR RI 3) UU 4) PERPPU 5) PP 6) KEPPRES 6. Peraturan hukum di daerah yaitu: 1) Perda yang dibuat oleh Gubernur 2) Perda yang dibuat oleh DPRD 3) Perda yang dibuat oleh Walikota/ Bupati 7. Penerapan norma-norma mulai dari lingkungan masyarakat, bangsa dan negara Lampiran 7: Foto-foto Hasil Penelitian 142 Foto 1. Foto Game Lari Duduk 143 Foto 2. Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas 144 Foto 3. Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas 145 Foto 4. Pajangan Kelas 146 Foto 5. Kreatifitas Siswa 147 Foto 6. Kegiatan Pengamatan Siswa 148 Foto 7. Pojok Baca 149 Foto 8. Majalah Dinding 150 Foto 9. Studi Kasus 151 Foto 10. Media Belajar 152 Foto 11. Sumber dan Alat Bantu Pembelajaran 153 Foto 12. Slogan-slogan 154 Foto 13. Slogan-slogan 155 Foto 14. Lembar Studi Kasus RIWAYAT HIDUP Khithok Ahmad Purwanto dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 11 Mei 1986, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suparno dan Ibu Datik. Pendidikan dimulai dari bangku Taman Kanak-kanak yang ditempuh di kampung halamannya di Bojonegoro yaitu di TK Cendono Murni dan selesai pada tahun 1992, kemudian dilanjutkan ke Pendidikan Dasar dan Menengah. Sekolah Dasar di SD Negeri Cendono lulus tahun 1998, SLTP di MTsN Bojonegoro II Padangan lulus tahun 2001 dan SMA di MAN I Bojonegoro lulus tahun 2004. Pendidikan jenjang yang lebih tinggi penulis tempuh di Universitas Negeri Malang (UM) Program Studi S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur SPMB. Selama aktif menjadi mahasiswa, penulis pernah mendapatkan beberapa beasiswa, diantaranya beasiswa PPA pada semester 4, beasiswa pengganti PPA pada semester 6, dan terakhir beasiswa Bantuan Skripsi pada saat memprogram skripsi. Selain itu, penulis juga pernah aktif menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PPKn periode 2005-2006 bidang keolahragaan.