SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA SDS 1 ANTAM POMALAA KABUPATEN KOLAKA-SULAWESI TENGGARA Syahri Nehru Husain Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari. 93232 Sulawesi Tenggara,Indonesia syahrinehru @yahoo.co.id Abstrak: Sekolah mempunyai otonomi atau kemandirian melaksanakan programprogram pembelajaran, penerimaan siswa, pengadaan tenaga pendidikan, pembiayaan, sarana prasarana, melakukan hubungan sekolah dengan masyarakat dan menciptakan budaya dan lingkungan sekolah.Programa-program tersebut merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan di sekolah. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis implementasi manajemen kurikulum dan pembelajaran,Implementasi manajemen peserta, Implementasi manajemen pendidik dan tenaga kependidikan,Implementasi manajemen sarana dan prasarana, Implementasi manajemen pembiayaan sekolah, Implementasi manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, Implemntasi manajemen budaya dan lingkungan sekolah, serta faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan MBS pada SDS1 Antam Pomalaa.Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. penelitian adalah Kepala SDS 1 Antam Pomalaa dan guru 12 orang sebagai informan penelitian. Analisis data dilakukan dengan kegiatan penyajian data, reduksi, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah pada SDS 1 Antam Pomalaa telah melaksanakan (1) manajemen kurikulum dan pembelajaran, manajemen peserta didik, manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, dan manajemen budaya dan lingkungan sekolah, menjadikan sekolah tersebut sebagai sekolah inti yang mampu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas. (2). SDS 1 Pomalaa memiliki fasilitas ruangan belajar, ruang keterampilan, olahraga, kesenian, perpustakaan, UKS, musollah, aula, kantin, kantor yayasan, kantor komite, memiliki media dan alat komunikasi merupakan pendukung utama terselenggaranya pengelolaan pendidikan yang sangat memadai. (3). Faktor pendukung penyelenggaraan MBS pada SDS 1 Antam Pomalaa adalah adanya kerjasama antara sekolah dengan pihak yayasan Antam Pomalaa sebagai penanggungjawab utama, pihak perusahan PT, Antam Pomalaa Tbk, pihak komite, orangtua siswa, pihak pemerintah daerah kabupaten Kolaka dan stakeholders lainnya. Kata Kunci: Manajemen Berbasis Sekolah, Implementasi, Sekolah Dasar Swasta PENDAHULUAN Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah merupakan tanggungjawab bersama antara orangtua, pemerintah, dan masyarakat. Pelaksanaannya dapat dilihat dengan berbagai macam program-progran pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat yang memberikan perhatian serius sehingga amanat undang-undang dasar penyelenggaraan pendidikan dapat dinikmati oleh semua warganegara. Pemerintah telah melaksanakan perannya untuk menyediakan sarana maupun prasarana pendidikan; gedung sekolah, ruang belajar, laboratorium, perpustakan, bahkan dengan memberikan bantuan pendidikan berupa beasiswa. Berbagai permasalahan dan kompleksnya permasalahan dalam pendidikan, pemerintah telah memberikan 10 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 perhatian serius untuk melaksanakan fungsinya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu menganggarkan 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan pendidikan. Namun kenyataan belumlah memberikan suatu harapan yang memadai oleh karena dengan berbagai karakteristik bangsa Indonesia mulai dari luas wilayah, kondisi dan tingkat ekonomi masyarakat yang berbeda-beda pemerintah belum dapat memenuhi kewajibannya dalam penyelenggaran pendidikan yang memadai. Keiikutsertaan masyarakat atau stakeholder dalam bidang pendidikan merupakan partisipasi, ikut bertanggungjawab atas terselenggaranya pendidikan secara merata. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh yayasan atau badan-badan pendidikan merupakan wujud keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat (yayasan/sekolah swasta) dilaksanakan tidak berbeda dengan sekolah-sekolah yang dilaksanakan oleh pemerintah (sekolah negeri). Perbedaannya adalah kemandirian sekolah untuk merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak (stakeholder) untuk mendapatkan sumber pembiayaaan, sarana/prasarana yang dibutuhkan. Kerjasama dengan pemerintah, orangtua, dunia usaha, merupakan pendukung utama terlaksananya pendidikan yang mampu memberi kontribusi segala kebutuhan dan fasilitas yang diperlukan di sekolah. Sekolah mempunyai otonomi atau kemandirian melaksanakan programprogram pembelajaran, penerimaan siswa, pengadaan tenaga pendidikan, pembiayaan, sarana prasarana, melakukan hubungan sekolah dengan masyarakat dan menciptakan budaya dan lingkungan sekolah. Programa-program tersebut merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan saat ini, tidak memberikan kebebasan sekolah untuk mengelola sekolahnya secara mandiri. Segala kebijakan penyelenggaran pendidikan secara sentralistik di tingkat pemerintah pusat, sedangkan sekolah hanya menerima apa adanya, kurikulum pendidikan di sekolah adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru harus melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, sarana dan prasarana pendidikan yang tidak merata di tiap sekolah, keadaan guru baik kuantitas maupun kualitas yang belum memadai, bantuan pembiayaan yang belum memadai, budaya sekolah yang belum menciptakan sekolah sebagai pusat peradaban, hubungan sekolah dengan masyarakat yang belum terjalin dengan baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak yang dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya peranan sekolah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk menyelenggarakan pendidikan yang yang berkualitas. Perubahan paradigma pengelolaan pendidikan yang berbasis pada kemampuan sekolah merupakan terobosan baru yang dilakukan untuk mengikutsertakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, diberikan suatu kewenangan dalam pelibatan masyarakat, orang tua peserta didik, dan stateholder untuk pengelolaan pendidikan. Peran masyarakat dalam pengelolaan pendidikan ini terlihat pada berbagai jenjang pendidikan seperti adanya sekolah-sekolah swasta yang dikelola oleh suatu badan swasta (yayasan), keterlibatan komite sekolah, keterlibatan dunia usaha dan industri dalam pemberian beasiswa, alat-alat laboratorium, komputer dan fasilitas lainnya yang menunjang pelaksanaan 11 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 pendidikan.Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan prosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi yang dapat menunjang terlaksananya pendidikan secara merata kepada seluruh warganegara yang individu yang memiliki harkat dan martabat, memiliki kecerdasan intelektuan, emosional, dan spiritual untuk mempersiapkan tenagatenaga pembangunan. Salah satu terobosan baru dalam pengelolaan pendidikan adalah penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang memiliki tiga ko0mponen utama: Pertama, delegasi otoritas decision making (pengambilan keputusan) ke pihak sekolah menyangkut program pendidikan termasuk kepegawaian, anggaran dan program. Kedua, penerapan model decision-maker bersama pada sekolah oleh tim manajemen termasuk kepala sekolah, guru, orangtua siswa, dan masyarakat. Ketiga, ekspektasi dimana MBS akan mendorong leadership sekolah untuk berupaya dalam perbaikan sekolah (Raynolds, 2004). Nurkholis (200-3) menjelaskan bahwa manajemen berbasis sekolah sebagai segala sesuatu yang berkenan dengan pengelolaan sumberdaya yang berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mulyasa (2002) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik. Manajemen berbasis sekolah di Indonesia yang menggunakan model MPMBS (Depdiknas, 2001) bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam kerangka meningkatkan kualitas pendidikan. Myers dan Stonehill (1993) mengemukakan bahwa manfaat MBS adalah sebagai berikut: (1) memperkenankan orang-orang yang berkompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan dapat meningkatkan pembelajaran; (2) memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah dalam keterlibatan mengambil keputusan kunci (prioritas); (3) memfokuskan akuntabilitas pada keputusan; (4) mengarah pada kreativitas yang lebih besar dalam mendesain program; (5) mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di sekolah; (6) mengarahkan pada penganggaran yang realistik, yang mendorong orang tua dan guru semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan, dan biaya dari setiap program; serta (7) meningkatkan moril para guru dan memelihara kepemimpinan barupada setiap tingkat. Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan dengan tegas bahwa setiap warga negara berhak mendapat layanan pendidikan bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak hanya diukur dari produk (output), tetapi terkait dengan input dan proses penyelenggaraan pendidikan. Upaya kepada seluruh peningkatan mutu layanan pendidikan harus melibatkan stakeholders pendidikan, khususnya masyarakat dan orang tua peserta didik. Dalam rangka mengetahui bagaimana implementasi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar, khususnya sekolah dasar swasta di kabupaten Kolaka perlu dilakukan penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah; (a) Bagaimanakah implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada SDS di Kabupaten Kolaka. (b) Faktor-faktor apakah yang mendukung implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada SDS di Kabupaten Kolaka. 12 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dari aspek manajemen kurikulum, manajemen, pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen pembiayaan sekolah, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, manajemen budaya dan lingkungan sekolah serta faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan MBS. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Swasta di kabupaten Kolaka, dengan pertimbangan bahwa terdapat Sekolah Dasar Swasta 1 Antam Pomalaa yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dengan baik. SDS 1 Antam Pomalaa juga merupakan salah satu sekolah inti yang melakukan pembinaan terhadap 9 sekolah imbas dalam penerapan MBS. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan fenomenologis, yaitu suatu penelitian yang menguraikan keadaan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah swasta di kabupaten Kolaka mengelola sekolah dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, dilakukan dengan teknik; observasi, studi dokumen, dan melakukan wawancara dengan informan. Informan penelitian terdiri dari Kepala SDS Inti; SDS 1 Antam Pomalaa, dan 9 Kepala SDN imbas, Ketua Yayasan, dan komite; 20 orang Fokus penelitian adalah pengelolaan pendidikan dengan berbasis sekolah dalam pelaksanaan (1) manajemen kurikulum dan pembelajaran, (2) manajemen peserta, (3) manajemen pendidik dan tenaga kependidika (4) manajemen sarana dan prasarana, (5) manajemen pembiayaan sekolah, (6) manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, (7) manajemen budaya dan lingkungan sekolah. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Mattew B. Miles dan Michael Huberman, 1992) HASIL PENELITIAN Implementasi MBS di SDS di kabupaten Kolaka Manajemen Berbasis Sekolah adalah pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah serta memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat terhadap pengelolaan pendidikan. Terdapat tujuh komponen MBS yang telah dilaksanakan di SDS 1 Antam Pomalaa, sebagi berikut: 1. Pelaksanaan Administrasi kurikulum dan Pembelajaran. Manajemen kurikulum dan pembelajaran sejalan dengan isi PP Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, yang dinyatakan bahwa “Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan”. Dalam MBS manajemen kurikulum dan pembelajaran difokuskan pembahasan pada manajemen di tingkat satuan pendidikan dasar khususnya sekolah dasar. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam implementasi kurukulum 13 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 2013 masih tetap dipertahankan untuk dilaksanakan sekolah. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP di SD mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan pedoman implementasi Kurikulum. KTSP ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan (SD). Berdasarkan hasil penelitian implementasi manajemen berbasis sekolah pada SDS 1 Pomalaa telah melaksanakan kegiatan-kegiatan manajemen kurikulum dan pembelajaran sabagai berikut: 1) Pengembangan kurikulum dan pembelajaran berupa tersedianya dokumen KTSP/kurikulum 2013, kalender pendidikan, program pembelajaran, peraturan akademik; 2) Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah telah melibatkan kepala sekolah, guru-guru, komite sekolah/yayasan, dan sekolah imbas sebagai sekolah binaan (SDN Huko-Huko. SDN Kumoro, SDN Tambea, SDN Silea, SDN Pesaoho); 3) Rencana pembelajaran yang telah dibuat berdasarkan hasil pengamatan dan analisis terdapat prinsip-prinsip partisipatif aktif siswa, berpusat pada semangat belajar, kreativitas, dan inisiatif. Sedangkan prinsip inspiratif, inovasi dan kemandirian belum Nampak diuraikan dalam rencana pembelajaran tersebut; 4) Pelaksanaan pembelajaran telah mengikuti langkah-langkah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) dan kegiatan penutup. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 13 dengan pendekatan tematik belum semua guru dapat melaksanakan dengan baik; 5) Evaluasi pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan proses dengan mempersiapkan aspek-aspek penilaian dengan tes tertulis, penilaian portofolio, unjuk kerja; 6) Hasil penilaian dan kemajuan siswa dilaporkan kepada orangtua siswa. 2. Manajemen Peserta Didik Manajemen peserta didik berbasis sekolah adalah pengaturan peserta didik yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan peserta didik di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah. Kegiatan-kegiatan SDS 1 Pomalaa yang telah dilaksanakan sebagai berikut: 1) Pendataan kegiatan kesiswaan, pendataan penerimaan siswa baru, pendataan kegiatan ekstra kurikuler; 2) Pendataan calon siswa baru bekerjasama dengan pihak kelurahan/desa, komite, dan yayasan; 3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler; pramuka, UKS, kesenian, olahraga, keagamaan; 3) Penegakkan disiplin dalam belajar, dengan menerapkan budaya tertib, bersih, dan sopan santun; 4) Mengikuti lomba atau kejuaraan baik tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten dan provinsi dalam bidang olahraga, kesenian, lomba olimpiade matematika; 5) Menyusun dan mencatat aktivitas-aktivitas administrasi sekolah dengan system komputerisasi. 3. Manajemen Sarana/prasarana Pendidik pada SD terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh SD masing-masing sesuai dengan keperluan. Guru mata pelajaran di SD sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran; guru agama; guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan; selain itu, juga ada guru pembina ekstrakurikuler. Tenaga kependidikan di SDS 1 Pomalaa adalah mereka yang diangkat oleh yayasan dan pemerintah (PNS) untuk penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan Pendidik Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses 14 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 pendidikan di SD. Tenaga kependidikan di SD sekurang-kurangnya terdiri atas tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah. Tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan administratif. Tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan. Tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan kebersihan lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut; 1) Melakukan rekruitmen tenaga kependidikan sesuai kebutuhan dengan melibatkan pihak yayasan pendidikan Antam Pomalaa, komite sekolah; 2) Pengembangan tenaga kependidikan dilakukan melalui penataran PLPG, KKG dan pendidikan lanjutan ke S1; 3) Sekolah melaksanakan penilaian kinerja guru; 4) Pemberian kesejahteraan kepada guru dan pegawai; 5) Pembinaan peningkatan kualitas pembelajaran bekerjasama dengan pengawas pendidikan; 6) Sekolah menetapkan struktur organisasi dan uraian tugas masing-masing. 4. Manajemen Sarana/prasarana pendidikan Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Selain itu, setiap satuan pendidikan juga wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. SDS1 Antam Pomalaa, melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut;1) Pengelolaan sarana/prasarana dilaksanakan dengan menganalisis kebutuhan sekolah, melakukan perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, perawatan dan penghapusan; 2) Pengadaan melalui anggaran yayasan, komite dan stakeholders; 3) kondisi bangunan sekolah, dan ruang belajar dilengkapi dengan pencahayaan, ventilasi, AC, TV, listrik.WC, serta halaman sekolah terawat baik; 4) Terdapat Kantor Perpustakaan, Kantor Yayasan, kantor Komite, Aula, musollah, kantin, dan UKS yang terpisah dengan bangunan sekolah; 5) Layanan internet, WI FI; 6) Kelas komputer (30 unit komputer); 7) Halaman sekolah sebagai tempat upacara, apel setiap pagi, lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis. 5. Manajemen Pembiayaan Sekolah Manajemen pembiayaan berbasis sekolah adalah pengaturan pembiayaan yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan pembiayaan di sekolah dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada SDS 1 Antam Pomalaa adalah sebagai berikut; 1) perencanaan pembiayaan (penyusunan RKS, RKT), penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) / Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT), penggalian sumber-sumber, pembukuan, penggunaan, pengawasan dan pertanggungjawaban; 2) Sekolah 15 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 mengusahakan penggalian sumber-sumber pembiayaan di sekolah dengan memperhatikan prinsip; Pembiayaan di sekolah bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, Pembiayaan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, yaitu besarnya pembiayaan pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing; 3) Sekolah mengelola pembiayaan dengan berpedoman pada 4 prinsip yaitu: (1) yang dikelola meliputi sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah dana yang ada; (2) kewenangan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya; (3) adanya pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran; (4) penggunaan anggaran dilaporkan kepada yayasan, komite sekolah atau lembaga penyelenggara pendidikan serta institusi yang terkait; 4) Sekolah membelanjakan biaya untuk pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKA-S). Biaya pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi biaya pendidikan lanjut, pelatihan, seminar dan lain-lain termasuk yang dibiayai oleh pemerintah/pemerintah daerah, yayasan, maupun lembaga lain; 5) Sekolah membayar gaji, honor kegiatan-kegiatan sekolah, insentif, dan tunjangan lain pendidik dan tenaga kependidikan pada tahun berjalan. Pengeluaran gaji guru adalah tunjangan yang melekat pada gaji (insentif, dan tunjangan lain) pada tahun berjalan; 6) Sekolah membelanjakan biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk satu tahun terakhir.Biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran antara lain: pengadaan alat peraga, penyusunan modul, buku teks pelajaran, CD pembelajaran, kamus, globe, peta, ensiklopedi, dan sejenisnya; 7) Sekolah membelanjakan dana untuk kegiatan kesiswaan selama satu tahun terakhir. Kegiatan kesiswaan yang dibiayai sekolah antara lain: kegiatan ekstrakurikuler, hari besar keagamaan dan hari besar nasional, serta kegiatan lain yang relevan; 8) Sekolah membelanjakan biaya pengadaan alat tulis untuk kegiatan pembelajaran selama satu tahun terakhir. Biaya untuk pengadaan alat tulis sekolah misalnya: pengadaan pensil, pena, penghapus, penggaris, stapler, kertas, bukubuku administrasi, penggandaan atau fotocopi dan lain sebagainya; 9) Sekolah membelanjakan biaya pengadaan bahan/alat habis pakai, biaya rapat, listrik, air, telepon untuk kegiatan pembelajaran; 10) Sekolah membelanjakan biaya operasi sekolah yang digunakan untuk pos berikut; (1) kesejahteraan warga sekolah, (2) pengembangan guru dan tenaga kependidikan, (3) sarana prasarana, (4) pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran; 11) Sekolah tidak memungut biaya apapun dari pendaftaran ulang setiap tahun ajaran baru; 12) Sekolah membantu siswa yang kurang mampu secara ekonomi, melalui pengurangan dan pembebasan biaya pendidikan (iuran komite), pemberian beasiswa dan sebagainya untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu agar dapat mengikuti pendidikan secara teratur dan berkelanjutan; 13) Prosedur pengawasan terhadap pembukuan/kas yang biasa dilakukan sebagai berikut : (1)dilakukan dengan tiba-tiba, (2) bendaharawan wajib mengeluarkan uang yang dikuasainya dalam lingkup tanggung jawab atasnya (3) emeriksa bukti-bukti pembayaran yang belum dibukukan, (4) memeriksa surat-surat berharga,(5) bendahawan harus membuat surat pernyataan dengan bentuk yang sudah dibakukan, (6) memeriksa bukti-bukti pengeluaran yang belum disahkan oleh kepala sekolah, (7) sisa kas harus sama dengan sisa di buku kas umum. Sisa kas terdiri dari (uang kertas, uang logam) saldo bank, dan surat berharga, (8) setelah 16 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 selesai pemeriksaan kas, maka perlu dibuat register penutupan kas, (9) selanjutnya buku kas ditutup dan ditandatangani oleh bendaharawan dan kepala sekolah, (10) dibuat berita Acara Pemeriksaan kas dengan format yang telah dibakukan,(11) Penyampaian Berita Acara pemeriksaan kas. 6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat adalah proses mengelola komunikasi antara sekolah dan masyarakat mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengendalian terhadap proses dan hasil kegiatannya. Dalam manajemen hubungan sekolah dan masyarakat (humas) berbasis sekolah keterlibatan masyarakat sangat penting. Keterlibatan masyarakat dalam bidang pendidikan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan bidang pendidikan, yang berarti mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan. Masyarakat perlu membantu penyelenggaraan pendidikan agar kualitas pertumbuhan dan perkembangan pendidikan dapat dipacu secara cepat, akhirnya kualitas kehidupan masyarakat dapat meningkat. Kegiatan SDS 1 Antam Pomalaa adalah sebagai berikut; 1) Dalam pengelolaan pendidikan di sekolah, sekolah melakukan kerjasama dengan tokoh masyarakat, orang tua siswa, lembaga-lembaga kemasyarakatan, pemerintah setempat, dunia usaha dan dunia industri; 2) Pengambilan keputusan sekolah untuk menarik atau tidak menarik dana dari masyarakat dilakukan dengan melibatkan unsur-unsur: (1) penyelenggara pendidikan/yayasan, (2) kepala sekolah, (3) komite sekolah, (4) perwakilan guru, dan (5) perwakilan tenaga kependidikan; 3) Humas SDS 1 Antam Pomalaa bertugas menganalisis kebutuhan; penyusunan program; pembagian tugas pelaksana; pelaksanaan kegiatan; pengawasan, evaluasi, dan pelaporan; 4) Humas yang telah ditetapkan pihak sekolah memenuhi ketentuan karena Ketentuan kegiatan yang dilaksanakan di sekolah meliputi: (1) masyarakat terlibat dalam membuat perencanaan sekolah dan memantau pelaksanaannya; (2) masyarakat mendukung pembelajaran anak; (3) masyarakat memberikan dukungan fisik (dana atau materi) serta pemikiran kepada sekolah; (4) kepuasan orangtua, anak, dan guru meningkat; 5) Melalui program MBS peran komite sekolah dikembangkan sesuai tujuan pemerintah, khususnya dalam hal: a. bekerjasama dengan kepala sekolah dan guru untuk menyusun rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). b. mengumumkan rencana tersebut supaya diketahui masyarakat. c. memantau sekolah dan memberi bantuan dalam pengembangan kondisi fisik sekolah. d. memantau sekolah dan memberi bantuan dalam pelaksanaan kegiatan sekolah baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan lainnya. e. mendorong orang tua peserta didik dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan. 7. Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah Budaya sekolah diartikan sebagai sistem nilai, kepercayaan dan norma yang diterima bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami dan dibentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada seluruh sivitas sekolah. Pihak sekolah telah membiasakan kepada siswanya untuk (1) beriman dan bertaqwa, (2) cinta tanah air, (3) memiliki wawasan luas dan terampil, (4) hidup sehat, bersih, dan rapi, dan (5) tanggung jawab, tangguh, 17 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 jujur, disiplin, dan peduli. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan SDS 1 Antam Pomalaa sebagai berikut; 1) Implementasi budaya sekolah diterapkan pada kegiatan ekstrakurikuler, yang meliputi kegiatan keagamaan, Pramuka, UKS, olah raga, dan seni budaya; 2) Melaksanakan zikir setiap jam 6.30 setiap hari dan yasinan untuk hari jumat, bagi siswa yang beragama islam, sedangkan yang beragama lainnya juga disiapkan ruangan dan pembimbingnya; 3) Pemeliharaan lingkungan sekolah berupa penanaman bunga, penanaman pohon, toilet siswa, tempat sampah; 4) Pembinaan dan pengembangan budaya sekolah tercermin dalam pembiasaan peserta didik di sekolah pada saat-saat tertentu, yaitu; (1) saat siswa datang, (2) saat siswa dalam masa pembelajaran di sekolah, (3) saat siswa pulang, (4) saat siswa beristirahat, dan (5) saat siswa melakukan kegiatan ekstrakurikuler; 5) Sekolah menciptakan lingkungan yang kondusif yang ditandai adanya: (1) bangunan sekolah yang sehat dan aman, (2) lapangan/tempat bermain yang memadai, (3) pepohonan yang rindang, (4) sanitasi dan sumur resapan air, (5) tempat sampah, (6) perilaku di lingkungan sekolah yang mendukung. PENUTUP Kesimpulan 1. Implementasi manajemen berbasis sekolah pada SDS 1 Antam Pomalaa telah melaksanakan tujuh pilar MBS, yakni penyelenggaraan manajemen kurikulum dan pembelajaran, manajemen peserta didik, manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, dan manajemen budaya dan lingkungan sekolah, menjadikan sekolah tersebut sebagai sekolah inti yang mampu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas. 2. SDS 1 Pomalaa memiliki sekolah dan fasilitas ruangan belajar, ruang keterampilan, olahraga, kesenian, perpustakaan, UKS, musollah, aula, kantin, kantor yayasan, kantor komite, memiliki media dan alat komunikasi merupakan pendukung utama terselenggaranya pengelolaan pendidikan yang sangat memadai 3. Fakor pendukung penyelenggaraan MBS pada SDS 1 Antam Pomalaa adalah adanya kerjasama antara sekolah dengan pihak yayasan Antam Pomalaa sebagai penanggungjawab utama, dengan pihak perusahan PT, Antam Pomalaa Tbk, pihak komite, orangtua siswa, pihak pemerintah daerah kabupaten Kolaka dan stakeholders lainnya. Saran 1. Pihak yayasan dapat memberi bantuan dan menfasilitasi peningkatan mutu pembelajaran melalui penataran, workshop guru-guru terutama pemahaman dan kemampuan melaksanakan kurikulum 2013. 2. SDS1 Antam Pomalaa sebagai sekolah inti dapat bekerjasama dengan sekolahsekolah swasta lainnya sebagai sekolah imbas dalam pelaksanaan MBS di sekolah mereka masing-masing. 3. Pihak pemerintah daerah kabupaten Kolaka terutama pihak pengawas pendidikan melakukan pembinaan akademik kepada guru-guru sehingga kompetensi professional mereka meningkat. 18 SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015 ISSN 1410-2323 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. 2014. Panduan Pembinaan Pendidikan Karakter melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2014. Pengembangan Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah (materi Bintek dan workshop MBS). Jakarta. Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1994, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods.Thousand Oaks, CA: Sage Mulyasa, 2002. Menajemen Berbasis Sekolah; Konsep Strategi Dan Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya Myers, D., & Stonehill, R. (1993). School-based management [Online]. Available: http://www.ed.gov/pubs/OR/ConsumerGuides/baseman.html Nurkolis, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah; Teori, Model, Dan Aplikasi, Jakarta : Grasindo. Raynold, Larry J, 2004. Kiat Sukses Manajemen Berbasis Sekolah, Pedoman Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta; Diva Pustaka. 19