(a) Bagaimanakah implementasi Manajemen Berbasis

advertisement
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
IMPLEMENTASI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA SDS 1 ANTAM POMALAA
KABUPATEN KOLAKA-SULAWESI TENGGARA
Syahri Nehru Husain
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari. 93232
Sulawesi Tenggara,Indonesia
syahrinehru @yahoo.co.id
Abstrak: Sekolah mempunyai otonomi atau kemandirian melaksanakan programprogram pembelajaran, penerimaan siswa, pengadaan tenaga pendidikan, pembiayaan,
sarana prasarana, melakukan hubungan sekolah dengan masyarakat dan menciptakan
budaya dan lingkungan sekolah.Programa-program tersebut merupakan bagian terpenting
dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai paradigma baru dalam
pengelolaan pendidikan di sekolah. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis
implementasi manajemen kurikulum dan pembelajaran,Implementasi manajemen peserta,
Implementasi manajemen pendidik dan tenaga kependidikan,Implementasi manajemen
sarana dan prasarana, Implementasi manajemen pembiayaan sekolah, Implementasi
manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, Implemntasi manajemen budaya dan
lingkungan sekolah, serta faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan MBS pada SDS1
Antam Pomalaa.Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. penelitian adalah Kepala SDS 1 Antam
Pomalaa dan guru 12 orang sebagai informan penelitian. Analisis data dilakukan dengan
kegiatan penyajian data, reduksi, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian disimpulkan
bahwa implementasi manajemen berbasis sekolah pada SDS 1 Antam Pomalaa telah
melaksanakan (1) manajemen kurikulum dan pembelajaran, manajemen peserta didik,
manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen sarana dan prasarana,
manajemen keuangan, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, dan manajemen
budaya dan lingkungan sekolah, menjadikan sekolah tersebut sebagai sekolah inti yang
mampu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas. (2). SDS 1
Pomalaa memiliki fasilitas ruangan belajar, ruang keterampilan, olahraga, kesenian,
perpustakaan, UKS, musollah, aula, kantin, kantor yayasan, kantor komite, memiliki
media dan alat komunikasi merupakan pendukung utama terselenggaranya pengelolaan
pendidikan yang sangat memadai. (3). Faktor pendukung penyelenggaraan MBS pada
SDS 1 Antam Pomalaa adalah adanya kerjasama antara sekolah dengan pihak yayasan
Antam Pomalaa sebagai penanggungjawab utama, pihak perusahan PT, Antam Pomalaa
Tbk, pihak komite, orangtua siswa, pihak pemerintah daerah kabupaten Kolaka dan
stakeholders lainnya.
Kata Kunci: Manajemen Berbasis Sekolah, Implementasi, Sekolah Dasar Swasta
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan
di
Indonesia
adalah
merupakan
tanggungjawab
bersama
antara
orangtua, pemerintah, dan masyarakat.
Pelaksanaannya dapat dilihat
dengan
berbagai
macam
program-progran
pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat yang memberikan
perhatian
serius
sehingga amanat undang-undang
dasar
penyelenggaraan
pendidikan dapat dinikmati
oleh semua warganegara.
Pemerintah
telah
melaksanakan perannya untuk menyediakan sarana maupun prasarana pendidikan;
gedung sekolah, ruang belajar, laboratorium, perpustakan, bahkan dengan memberikan
bantuan
pendidikan
berupa
beasiswa.
Berbagai
permasalahan
dan
kompleksnya permasalahan dalam pendidikan, pemerintah telah
memberikan
10
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
perhatian serius untuk melaksanakan
fungsinya dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yaitu menganggarkan 20%
dari
anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan pendidikan.
Namun kenyataan belumlah memberikan suatu harapan yang memadai oleh karena
dengan berbagai karakteristik bangsa Indonesia mulai dari luas wilayah, kondisi
dan tingkat ekonomi masyarakat yang berbeda-beda pemerintah belum dapat
memenuhi kewajibannya dalam penyelenggaran pendidikan yang memadai.
Keiikutsertaan
masyarakat
atau stakeholder dalam bidang pendidikan
merupakan partisipasi, ikut bertanggungjawab atas
terselenggaranya pendidikan
secara merata. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh yayasan atau badan-badan
pendidikan merupakan wujud
keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat
(yayasan/sekolah swasta) dilaksanakan tidak berbeda dengan sekolah-sekolah yang
dilaksanakan oleh pemerintah (sekolah negeri). Perbedaannya adalah kemandirian
sekolah untuk merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, dan
melakukan
koordinasi dengan berbagai pihak (stakeholder) untuk mendapatkan sumber
pembiayaaan, sarana/prasarana yang dibutuhkan. Kerjasama dengan pemerintah,
orangtua, dunia usaha, merupakan pendukung utama terlaksananya pendidikan
yang mampu memberi kontribusi segala kebutuhan dan fasilitas yang diperlukan di
sekolah.
Sekolah mempunyai otonomi atau
kemandirian melaksanakan programprogram pembelajaran,
penerimaan siswa,
pengadaan tenaga pendidikan,
pembiayaan, sarana prasarana, melakukan hubungan sekolah dengan masyarakat
dan menciptakan budaya dan lingkungan sekolah.
Programa-program tersebut
merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
sebagai paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan
pendidikan saat ini, tidak memberikan kebebasan
sekolah
untuk mengelola
sekolahnya secara mandiri. Segala kebijakan penyelenggaran pendidikan secara
sentralistik di tingkat pemerintah pusat,
sedangkan sekolah hanya menerima apa
adanya, kurikulum pendidikan di sekolah adalah urusan pusat, kepala sekolah dan
guru harus melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan,
sarana dan prasarana pendidikan yang tidak merata di tiap sekolah, keadaan guru
baik kuantitas maupun kualitas yang belum memadai, bantuan pembiayaan yang
belum memadai, budaya sekolah yang belum menciptakan sekolah sebagai pusat
peradaban, hubungan sekolah dengan masyarakat yang belum terjalin dengan baik.
Upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak
yang dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya peranan sekolah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan memanfaatkan segala sumber daya
yang dimiliki untuk menyelenggarakan pendidikan yang yang berkualitas.
Perubahan paradigma pengelolaan pendidikan yang berbasis pada
kemampuan sekolah merupakan terobosan baru yang dilakukan untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, diberikan suatu
kewenangan dalam pelibatan masyarakat, orang tua peserta didik, dan stateholder
untuk pengelolaan pendidikan. Peran masyarakat dalam pengelolaan pendidikan
ini terlihat pada berbagai jenjang pendidikan seperti adanya sekolah-sekolah
swasta yang dikelola oleh suatu badan swasta (yayasan), keterlibatan komite sekolah,
keterlibatan dunia usaha dan industri dalam pemberian beasiswa, alat-alat laboratorium,
komputer
dan
fasilitas
lainnya
yang
menunjang
pelaksanaan
11
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
pendidikan.Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan prosedur kebijakan
sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi yang
dapat menunjang terlaksananya pendidikan secara merata kepada seluruh
warganegara yang individu yang memiliki harkat dan martabat, memiliki
kecerdasan intelektuan, emosional, dan spiritual untuk mempersiapkan tenagatenaga pembangunan.
Salah satu terobosan baru dalam pengelolaan pendidikan adalah penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang memiliki tiga ko0mponen utama:
Pertama, delegasi otoritas decision making (pengambilan keputusan) ke pihak
sekolah menyangkut
program pendidikan termasuk kepegawaian, anggaran dan
program. Kedua, penerapan model decision-maker bersama pada sekolah oleh tim
manajemen termasuk kepala sekolah, guru, orangtua siswa, dan masyarakat.
Ketiga,
ekspektasi dimana MBS akan mendorong leadership sekolah untuk
berupaya dalam perbaikan sekolah (Raynolds, 2004). Nurkholis (200-3)
menjelaskan bahwa manajemen berbasis sekolah sebagai segala sesuatu yang
berkenan
dengan pengelolaan sumberdaya yang berdasar pada sekolah itu sendiri
dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Mulyasa (2002) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan
suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan
lebih memadai bagi para peserta didik. Manajemen berbasis sekolah di Indonesia
yang menggunakan model MPMBS (Depdiknas, 2001) bertujuan untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam kerangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Myers dan Stonehill (1993) mengemukakan bahwa manfaat MBS adalah
sebagai berikut: (1) memperkenankan orang-orang yang berkompeten di sekolah
untuk mengambil keputusan yang akan dapat meningkatkan pembelajaran; (2)
memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah dalam keterlibatan mengambil
keputusan kunci (prioritas); (3) memfokuskan akuntabilitas pada keputusan; (4)
mengarah pada kreativitas yang lebih besar dalam mendesain program; (5)
mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di
sekolah; (6) mengarahkan pada penganggaran yang realistik, yang mendorong
orang tua dan guru semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan
pembelanjaan, dan biaya dari setiap program; serta (7) meningkatkan moril para
guru dan memelihara kepemimpinan barupada setiap tingkat.
Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan dengan tegas bahwa setiap
warga negara berhak mendapat layanan pendidikan bermutu. Pendidikan yang
bermutu tidak hanya diukur dari produk (output), tetapi terkait dengan input dan
proses penyelenggaraan pendidikan. Upaya kepada seluruh peningkatan mutu
layanan pendidikan harus melibatkan stakeholders pendidikan, khususnya
masyarakat dan orang tua peserta didik.
Dalam
rangka
mengetahui
bagaimana
implementasi
pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar,
khususnya sekolah dasar swasta di kabupaten Kolaka perlu dilakukan penelitian.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah; (a) Bagaimanakah implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada SDS di Kabupaten Kolaka. (b)
Faktor-faktor apakah yang mendukung implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) pada SDS di Kabupaten Kolaka.
12
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah dari aspek manajemen kurikulum, manajemen,
pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen
pembiayaan sekolah, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, manajemen
budaya dan lingkungan sekolah serta faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan MBS.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Swasta di kabupaten Kolaka,
dengan pertimbangan bahwa terdapat Sekolah Dasar Swasta 1 Antam Pomalaa
yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan menerapkan manajemen berbasis sekolah
(MBS) dengan baik. SDS 1 Antam Pomalaa juga merupakan salah satu sekolah
inti yang melakukan pembinaan terhadap 9 sekolah imbas dalam penerapan MBS.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
fenomenologis, yaitu suatu penelitian yang menguraikan keadaan yang dilakukan
oleh sekolah-sekolah swasta di kabupaten Kolaka mengelola sekolah dengan
melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, dilakukan dengan teknik;
observasi, studi dokumen, dan melakukan wawancara dengan informan.
Informan penelitian terdiri dari Kepala SDS Inti; SDS 1 Antam Pomalaa, dan
9 Kepala SDN imbas, Ketua Yayasan, dan komite; 20 orang
Fokus penelitian adalah pengelolaan pendidikan dengan berbasis sekolah
dalam pelaksanaan (1) manajemen kurikulum dan pembelajaran, (2) manajemen
peserta, (3) manajemen pendidik dan tenaga kependidika (4) manajemen sarana
dan prasarana, (5) manajemen pembiayaan sekolah, (6) manajemen hubungan
sekolah dan masyarakat, (7) manajemen budaya dan lingkungan sekolah.
Teknik analisis data adalah analisis deskriptif, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan (Mattew B. Miles dan Michael Huberman, 1992)
HASIL PENELITIAN
Implementasi MBS di SDS di kabupaten Kolaka
Manajemen Berbasis Sekolah adalah pengelolaan pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah serta memberikan otonomi
(kewenangan
dan
tanggungjawab)
lebih
besar
kepada
sekolah,
memberikan fleksibilitas
kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara
langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat
terhadap pengelolaan pendidikan. Terdapat tujuh komponen MBS yang telah
dilaksanakan di SDS 1 Antam Pomalaa, sebagi berikut:
1. Pelaksanaan Administrasi kurikulum dan Pembelajaran.
Manajemen kurikulum dan pembelajaran sejalan dengan isi PP Nomor 32
Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan, yang dinyatakan bahwa “Standar
Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan”.
Dalam MBS manajemen kurikulum dan pembelajaran difokuskan pembahasan
pada manajemen di tingkat satuan pendidikan dasar khususnya sekolah dasar.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam implementasi
kurukulum
13
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
2013 masih tetap dipertahankan untuk dilaksanakan sekolah. KTSP
merupakan
kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di
masing-masing
satuan pendidikan. Pengembangan KTSP di SD mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan pedoman implementasi
Kurikulum. KTSP ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan (SD).
Berdasarkan hasil penelitian implementasi manajemen berbasis sekolah pada
SDS 1 Pomalaa telah melaksanakan kegiatan-kegiatan manajemen kurikulum dan
pembelajaran sabagai berikut: 1) Pengembangan kurikulum dan pembelajaran
berupa tersedianya dokumen KTSP/kurikulum 2013, kalender pendidikan,
program pembelajaran, peraturan akademik; 2) Kegiatan pengembangan
kurikulum
sekolah telah melibatkan kepala sekolah, guru-guru, komite
sekolah/yayasan, dan sekolah imbas sebagai sekolah binaan (SDN Huko-Huko.
SDN Kumoro, SDN Tambea, SDN Silea, SDN Pesaoho); 3) Rencana
pembelajaran yang telah dibuat berdasarkan hasil pengamatan dan analisis terdapat
prinsip-prinsip partisipatif aktif siswa, berpusat pada semangat belajar, kreativitas,
dan inisiatif. Sedangkan prinsip inspiratif, inovasi dan kemandirian belum Nampak
diuraikan dalam rencana pembelajaran tersebut; 4) Pelaksanaan pembelajaran telah
mengikuti langkah-langkah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi,
elaborasi, konfirmasi) dan kegiatan penutup. Pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan kurikulum 13 dengan pendekatan tematik belum semua guru dapat
melaksanakan dengan baik; 5) Evaluasi pembelajaran dilaksanakan dengan
pendekatan proses dengan mempersiapkan aspek-aspek penilaian dengan tes
tertulis, penilaian portofolio, unjuk kerja; 6) Hasil penilaian dan kemajuan siswa
dilaporkan kepada orangtua siswa.
2. Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik berbasis sekolah adalah pengaturan peserta didik yang
meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, dan
mengevaluasi
program kegiatan peserta didik di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
implementasi manajemen berbasis sekolah. Kegiatan-kegiatan SDS
1 Pomalaa yang
telah dilaksanakan sebagai berikut: 1) Pendataan kegiatan
kesiswaan, pendataan
penerimaan siswa baru, pendataan kegiatan ekstra kurikuler;
2) Pendataan calon
siswa baru bekerjasama dengan pihak kelurahan/desa, komite,
dan yayasan; 3)
Melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler; pramuka, UKS, kesenian, olahraga,
keagamaan; 3) Penegakkan disiplin dalam belajar, dengan menerapkan budaya tertib,
bersih, dan sopan santun; 4) Mengikuti lomba atau kejuaraan baik tingkat kelurahan,
kecamatan, kabupaten dan provinsi dalam bidang olahraga, kesenian, lomba olimpiade
matematika; 5) Menyusun dan mencatat
aktivitas-aktivitas administrasi sekolah
dengan system komputerisasi.
3. Manajemen Sarana/prasarana
Pendidik pada SD terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran yang
penugasannya ditetapkan oleh SD masing-masing sesuai dengan keperluan. Guru
mata pelajaran di SD sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata
pelajaran; guru agama; guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan; selain itu, juga ada guru pembina ekstrakurikuler.
Tenaga kependidikan di SDS 1 Pomalaa adalah mereka yang diangkat oleh
yayasan dan pemerintah (PNS) untuk penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan
Pendidik
Tenaga
Kependidikan
bertugas
melaksanakan
administrasi,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
14
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
pendidikan di SD. Tenaga kependidikan di SD sekurang-kurangnya terdiri atas
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah. Tenaga
administrasi
melaksanakan
tugas
dan
tanggung
jawabnya
dalam
menyelenggarakan pelayanan administratif. Tenaga perpustakaan melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya melaksanakan pengelolaan sumber belajar di
perpustakaan. Tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dalam memberikan layanan kebersihan lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut; 1) Melakukan rekruitmen tenaga
kependidikan sesuai kebutuhan dengan melibatkan pihak yayasan pendidikan
Antam Pomalaa, komite sekolah; 2) Pengembangan tenaga kependidikan
dilakukan melalui penataran PLPG, KKG dan pendidikan lanjutan ke S1; 3)
Sekolah melaksanakan penilaian kinerja guru; 4) Pemberian kesejahteraan kepada
guru dan pegawai; 5) Pembinaan peningkatan kualitas pembelajaran bekerjasama
dengan pengawas pendidikan; 6) Sekolah menetapkan struktur organisasi dan
uraian tugas masing-masing.
4. Manajemen Sarana/prasarana pendidikan
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Selain itu, setiap satuan pendidikan
juga wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi
daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
SDS1 Antam Pomalaa, melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut;1)
Pengelolaan sarana/prasarana dilaksanakan dengan menganalisis kebutuhan
sekolah, melakukan perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, perawatan dan
penghapusan; 2) Pengadaan melalui anggaran yayasan, komite dan stakeholders;
3) kondisi bangunan sekolah, dan ruang belajar dilengkapi dengan pencahayaan,
ventilasi, AC, TV, listrik.WC, serta halaman sekolah terawat baik; 4) Terdapat
Kantor Perpustakaan, Kantor Yayasan, kantor Komite, Aula, musollah, kantin, dan
UKS yang terpisah dengan bangunan sekolah; 5) Layanan internet, WI FI; 6)
Kelas komputer (30 unit komputer); 7) Halaman sekolah sebagai tempat upacara,
apel setiap pagi, lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.
5. Manajemen Pembiayaan Sekolah
Manajemen pembiayaan berbasis sekolah adalah pengaturan pembiayaan
yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, dan
mengevaluasi program kegiatan pembiayaan di sekolah dengan berpedoman pada
prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada SDS 1 Antam Pomalaa
adalah sebagai berikut; 1) perencanaan pembiayaan (penyusunan RKS, RKT),
penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) / Rencana Kerja Jangka Menengah
(RKJM) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT), penggalian sumber-sumber,
pembukuan, penggunaan, pengawasan dan pertanggungjawaban; 2) Sekolah
15
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
mengusahakan penggalian sumber-sumber pembiayaan di sekolah dengan
memperhatikan prinsip; Pembiayaan di sekolah bersumber dari pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat, Pembiayaan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan, yaitu besarnya pembiayaan pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing; 3)
Sekolah mengelola pembiayaan dengan berpedoman pada 4 prinsip yaitu: (1) yang
dikelola meliputi sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah dana yang ada; (2)
kewenangan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam membelanjakan anggaran
pendidikan sesuai dengan peruntukannya; (3) adanya pembukuan semua
penerimaan dan pengeluaran; (4) penggunaan anggaran dilaporkan kepada
yayasan, komite sekolah atau lembaga penyelenggara pendidikan serta institusi
yang terkait; 4) Sekolah membelanjakan biaya untuk pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKA-S).
Biaya pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi biaya pendidikan
lanjut, pelatihan, seminar dan lain-lain termasuk yang dibiayai oleh
pemerintah/pemerintah daerah, yayasan, maupun lembaga lain; 5) Sekolah
membayar gaji, honor kegiatan-kegiatan sekolah, insentif, dan tunjangan lain
pendidik dan tenaga kependidikan pada tahun berjalan. Pengeluaran gaji guru
adalah tunjangan yang melekat pada gaji (insentif, dan tunjangan lain) pada tahun
berjalan; 6) Sekolah membelanjakan biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
pembelajaran untuk satu tahun terakhir.Biaya untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran antara lain: pengadaan alat peraga, penyusunan modul,
buku teks pelajaran, CD pembelajaran, kamus, globe, peta, ensiklopedi, dan
sejenisnya; 7) Sekolah membelanjakan dana untuk kegiatan kesiswaan selama satu tahun
terakhir. Kegiatan kesiswaan yang dibiayai sekolah antara lain: kegiatan ekstrakurikuler,
hari besar keagamaan dan hari besar nasional, serta kegiatan lain
yang relevan; 8) Sekolah membelanjakan biaya pengadaan alat tulis untuk kegiatan
pembelajaran selama satu tahun terakhir. Biaya untuk pengadaan alat tulis sekolah
misalnya: pengadaan pensil, pena, penghapus, penggaris, stapler, kertas, bukubuku administrasi, penggandaan atau fotocopi dan lain sebagainya; 9) Sekolah
membelanjakan biaya pengadaan bahan/alat habis pakai, biaya rapat, listrik, air,
telepon untuk kegiatan pembelajaran; 10) Sekolah membelanjakan biaya operasi
sekolah yang digunakan untuk pos berikut; (1) kesejahteraan warga sekolah, (2)
pengembangan guru dan tenaga kependidikan, (3) sarana prasarana, (4)
pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran; 11)
Sekolah tidak
memungut biaya apapun dari pendaftaran ulang setiap tahun ajaran baru; 12)
Sekolah membantu siswa yang kurang mampu secara ekonomi, melalui
pengurangan dan pembebasan biaya pendidikan (iuran komite), pemberian
beasiswa dan sebagainya untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu agar
dapat mengikuti pendidikan secara teratur dan berkelanjutan; 13) Prosedur
pengawasan terhadap pembukuan/kas yang biasa dilakukan sebagai berikut :
(1)dilakukan dengan tiba-tiba, (2) bendaharawan wajib mengeluarkan uang yang
dikuasainya dalam lingkup tanggung jawab atasnya (3) emeriksa bukti-bukti
pembayaran yang belum dibukukan, (4) memeriksa surat-surat berharga,(5)
bendahawan harus membuat surat pernyataan dengan bentuk yang sudah
dibakukan, (6) memeriksa bukti-bukti pengeluaran yang belum disahkan oleh
kepala sekolah, (7) sisa kas harus sama dengan sisa di buku kas umum. Sisa kas
terdiri dari (uang kertas, uang logam) saldo bank, dan surat berharga, (8) setelah
16
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
selesai pemeriksaan kas, maka perlu dibuat register penutupan kas, (9) selanjutnya
buku kas ditutup dan ditandatangani oleh bendaharawan dan kepala sekolah, (10)
dibuat berita Acara Pemeriksaan kas dengan format yang telah dibakukan,(11)
Penyampaian Berita Acara pemeriksaan kas.
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat adalah proses mengelola
komunikasi antara sekolah dan masyarakat mulai dari kegiatan
perencanaan,
pelaksanaan sampai pada pengendalian terhadap proses dan hasil kegiatannya.
Dalam manajemen hubungan sekolah dan masyarakat (humas) berbasis sekolah
keterlibatan masyarakat sangat penting. Keterlibatan masyarakat dalam bidang
pendidikan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
bidang pendidikan, yang berarti mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan. Masyarakat perlu membantu
penyelenggaraan pendidikan agar kualitas pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan dapat dipacu secara cepat, akhirnya kualitas kehidupan masyarakat
dapat meningkat. Kegiatan SDS 1 Antam Pomalaa adalah sebagai berikut; 1)
Dalam pengelolaan pendidikan di sekolah, sekolah melakukan kerjasama dengan
tokoh masyarakat, orang tua siswa, lembaga-lembaga kemasyarakatan, pemerintah
setempat, dunia usaha dan dunia industri; 2) Pengambilan keputusan sekolah untuk
menarik atau tidak menarik dana dari masyarakat dilakukan dengan melibatkan
unsur-unsur: (1) penyelenggara pendidikan/yayasan, (2) kepala sekolah, (3) komite
sekolah, (4) perwakilan guru, dan (5) perwakilan tenaga kependidikan; 3) Humas
SDS 1 Antam Pomalaa bertugas menganalisis kebutuhan; penyusunan program;
pembagian tugas pelaksana; pelaksanaan kegiatan; pengawasan, evaluasi, dan
pelaporan; 4) Humas yang telah ditetapkan pihak sekolah memenuhi ketentuan
karena Ketentuan kegiatan yang dilaksanakan di sekolah meliputi: (1) masyarakat
terlibat dalam membuat perencanaan sekolah dan memantau pelaksanaannya; (2)
masyarakat
mendukung pembelajaran anak; (3) masyarakat memberikan
dukungan fisik (dana atau materi) serta pemikiran kepada sekolah; (4) kepuasan
orangtua, anak, dan guru meningkat; 5) Melalui program MBS peran komite sekolah
dikembangkan sesuai tujuan pemerintah, khususnya dalam hal:
a. bekerjasama dengan kepala sekolah dan guru untuk menyusun rencana kerja
sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS).
b. mengumumkan rencana tersebut supaya diketahui masyarakat.
c. memantau sekolah dan memberi bantuan dalam pengembangan kondisi fisik
sekolah.
d. memantau sekolah dan memberi bantuan dalam pelaksanaan kegiatan sekolah
baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan lainnya.
e. mendorong orang tua peserta didik dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
7. Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah
Budaya sekolah diartikan sebagai sistem nilai, kepercayaan dan norma yang
diterima bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku
alami dan dibentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama
pada seluruh sivitas sekolah. Pihak sekolah telah membiasakan kepada siswanya
untuk (1) beriman dan bertaqwa, (2) cinta tanah air, (3) memiliki wawasan luas
dan terampil, (4) hidup sehat, bersih, dan rapi, dan (5) tanggung jawab, tangguh,
17
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
jujur, disiplin, dan peduli. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan SDS 1 Antam
Pomalaa sebagai berikut; 1) Implementasi budaya sekolah diterapkan pada
kegiatan ekstrakurikuler, yang meliputi kegiatan keagamaan, Pramuka, UKS, olah
raga, dan seni budaya; 2) Melaksanakan zikir setiap jam 6.30 setiap hari dan
yasinan untuk hari jumat, bagi siswa yang beragama islam, sedangkan yang
beragama lainnya juga disiapkan ruangan dan pembimbingnya; 3) Pemeliharaan
lingkungan sekolah berupa penanaman bunga, penanaman pohon, toilet siswa,
tempat sampah; 4) Pembinaan dan pengembangan budaya sekolah tercermin
dalam pembiasaan peserta didik di sekolah pada saat-saat tertentu, yaitu; (1) saat
siswa datang, (2) saat siswa dalam masa pembelajaran di sekolah, (3) saat siswa
pulang, (4) saat siswa beristirahat, dan (5) saat siswa melakukan kegiatan
ekstrakurikuler; 5) Sekolah menciptakan lingkungan yang kondusif yang ditandai
adanya: (1) bangunan sekolah yang sehat dan aman, (2) lapangan/tempat bermain
yang memadai, (3) pepohonan yang rindang, (4) sanitasi dan sumur resapan air,
(5) tempat sampah, (6) perilaku di lingkungan sekolah yang mendukung.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Implementasi manajemen berbasis sekolah pada SDS 1 Antam Pomalaa telah
melaksanakan tujuh pilar MBS, yakni penyelenggaraan manajemen kurikulum dan
pembelajaran,
manajemen peserta didik, manajemen pendidik dan tenaga
kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan,
manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, dan manajemen budaya dan
lingkungan sekolah, menjadikan sekolah tersebut sebagai sekolah inti yang
mampu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas.
2. SDS 1 Pomalaa memiliki sekolah dan fasilitas ruangan belajar, ruang
keterampilan, olahraga, kesenian, perpustakaan, UKS, musollah, aula, kantin,
kantor yayasan, kantor komite, memiliki media dan alat komunikasi
merupakan pendukung utama terselenggaranya pengelolaan pendidikan yang
sangat memadai
3. Fakor pendukung penyelenggaraan MBS pada SDS 1 Antam Pomalaa adalah
adanya kerjasama antara sekolah dengan pihak yayasan Antam Pomalaa
sebagai penanggungjawab utama, dengan pihak perusahan PT, Antam Pomalaa
Tbk, pihak komite, orangtua siswa, pihak pemerintah daerah kabupaten Kolaka
dan stakeholders lainnya.
Saran
1. Pihak yayasan dapat memberi bantuan dan menfasilitasi peningkatan mutu
pembelajaran melalui penataran, workshop guru-guru terutama pemahaman
dan kemampuan melaksanakan kurikulum 2013.
2. SDS1 Antam Pomalaa sebagai sekolah inti dapat bekerjasama dengan sekolahsekolah swasta lainnya sebagai sekolah imbas dalam pelaksanaan MBS di
sekolah mereka masing-masing.
3. Pihak pemerintah daerah kabupaten Kolaka terutama pihak pengawas
pendidikan melakukan pembinaan akademik kepada guru-guru sehingga
kompetensi professional mereka meningkat.
18
SELAMI IPS Edisi Nomor 41 Volume 1 Tahun XX April 2015
ISSN 1410-2323
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. 2014. Panduan Pembinaan Pendidikan
Karakter melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Dasar.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2014.
Pengembangan Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah (materi Bintek dan
workshop MBS). Jakarta.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1994, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook
of New Methods.Thousand Oaks, CA: Sage
Mulyasa, 2002. Menajemen Berbasis Sekolah; Konsep Strategi Dan Implementasi,
Bandung : Remaja Rosdakarya
Myers, D., & Stonehill, R. (1993). School-based management [Online]. Available:
http://www.ed.gov/pubs/OR/ConsumerGuides/baseman.html
Nurkolis, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah; Teori, Model, Dan Aplikasi, Jakarta
: Grasindo.
Raynold, Larry J, 2004. Kiat Sukses Manajemen Berbasis Sekolah, Pedoman
Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta; Diva Pustaka.
19
Download