BAB II TINJAUHAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Pembangunan Perkembangan Keluarga Kependudukan Sejahtera adalah dan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, yang kemudian direvisi menjadi Undang4Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (Arum Sujiyatini, 2011). Keluarga Berencana merupakan suatu upaya pengaturan kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak, jarak anak yang akan dilahirkan, dan 7 memilih upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut dengan sasaran pasangan usia subur (suami dan isteri), calon pasangan dan masyarakat umum (BkkbN Jateng, 2013) Secara umum tujuan KB pada tahun 2010 lalu adalah dalam rangka mewujudkan visi dam misi program KB dimuka adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai, sehingga tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi tingkat/angka kematian yang ibu berkualitas, bayi, penanggulangan masalah kesehatan dan menurukan anak serta reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum Sujiyatini, 2011). 2.2. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya 8 kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi (Irianto, 2012). Terdapat dua macam metode kontrasepsi: A. Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat,; (Handayani 2010) 1. Metode Alamiah 1.1 Metode kalender a. Metode kalender digunakan adalah metode yang berdasarkan masa subur dan harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus haid menstruasi. Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang. Problem terbesar adalah jarangnya wanita yang mempunyai siklus haid teratur 28 hari, untuk dapat menggunakan metode ini kita harus menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. 9 b. Keuntungan Keuntungan dari metode kalender adalah: dapat digunakan untuk mencegah atau mendapatkan kehamilan dengan cepat, tanpa resiko kesehatan yang berkaitan dengan metodenya, tanpa efek samping sistemik, pengetahuan meningkat tentang reproduksi, keterlibatan laki-laki dalam perencanaan keluarga. c. Kekurangan Kekurangan dari kalender adalah dibutuhkan pelatihan yang berulang dan telaten, membutuhkan tenaga medis atau non medis yang berpengalaman, komunikasi yang efektif membutuhkan dan ketahanan kebutuhan akan hubungan seksual selama fase kesuburan untuk menghindari kehamilan. 1.2 Metode suhu basal badan a. Metode suhu basal adalah suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh dengan mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi, metode suhu tubuh mendeteksi kapan ovulasi 10 terjadi. Keadaan ini dapat terjadi karena progesteron, yang dihasilkan oleh korpus luteum, menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh. Sebelum perubahan suhu basal tubuh dipertimbangkan sebagai masa ovulasi, suhu tubuh terjadi peningkatan sedikitnya 0,40F (0,2-0,5 0C) di atas 6 kali perubahan suhu sebelumnya dikurangi hasil pengukuran suhu tersebut kita dapat mengetahui fase luteum atau fase pasca ovulasi. b. Keuntungan Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa tubuh, membantu wanita yang mempunyai siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi, berada dalam kendali wanita, dapat mencegah atau mengalami kehamilan dengan cepat. c. Kekurangan Membutuhkan motivasi, perlu diajarkan oleh spesialis, apabila suhu basal tubuh tidak diukur dalam waktu yang sama setiap hari maka akan mempengaruhi keakuratan. 11 1.3 Metode Lendir Serviks a. Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap perubahan lendir serviks wanita yang dapat dideteksi di vulva, metode tersebut didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks selama siklus haid yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas maksimal dalam masa subur. b. Keuntungan Dalam kendali kesempatan menyentuh wanita, kepada tubuhnya, memberikan pasangan untuk meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuh, memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan kehamilan. c. Kekurangan Membutuhkan komitmen, perlu diajarkan oleh spesialis KB alami, dapat membutuhkan 2-3 siklus untuk mempelajari metode, infeksi vagina dapat mempersulit untuk mengidentifikasi lendir yang subur, beberapa obat yang dikonsumsi seperti obat flu dapat 12 menghambat produksi lendir serviks, melibatkan sentuhan pada tubuh yang tidak disukai beberapa wanita dan membutuhkan pantangan. 2. Metode Amenorhea Laktasi a. Metode amenorhea laktasi merupakan metode yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian makanan tambahan atau minuman apapun. b. Keuntungan Segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya, mendapatkan kekebalan pasif, sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, terhindar dari keterpaparan kontaminasi dari air, susu lain, formula yang digunakan. c. Kekurangan Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, 13 tidak melindungi terhadap imunisasi menyusui dini (IMS) termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS. 3. Coitus interruptus (senggama terputus) a. Metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum ejakulasi intra-vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna. b. Keuntungan Tidak mengganggu produksi ASI, dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya, tidak ada efek samping, dapat digunakan setiap waktu, tidak membutuhkan biaya, meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana, untuk pasangan memungkinkan hubungan akan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam. c. Kekurangan Kerugian metode Coitus Interruptus ini adalah memutuskan kenikmatan hubungan seksual. B. Metode Sederhana dengan Alat 1. Kondom a. Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang 14 pada penis (kondom pria) atau vagina (kondom wanita) saat berhubungan seksual. b. Keuntungan Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual (PMS), tidak mengganggu terhadap kesehatan klien, murah dan dapat dibeli secara umum, tidak perlu pemeriksaan medis, tidak mengganggu produksi ASI, mencegah ejakulasi dini, membantu pencegahan terjadinya kanker serviks. c. Kekurangan Angka kegagalan relatif tinggi, perlu penghentian sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks, perlu dipakai secara konsisten, harus selalu tersedia setiap kali melakukan hubungan seksual, masalah pembuangan kondom bekas. 2. Spermisida a. Spermisida adalah zat-zat kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau melumpuhkan sperma di dalam vagina sebelum sperma bergerak ke dalam traktus genetalia interna. 15 b. Keuntungan Aman, sebagai kontrasepsi pengganti untuk wanita, dengan kontraindikasi pemakaian pil oral, IUD, dan lain-lain. c. Kekurangan Angka kegagalan relatif tinggi, harus digunakan sebelum senggama, ada wanita yang segan untuk melakukannnya karena harus diletakkan dalam vagina, harus diberikan berulang kali untuk senggama yang berturut-turut, dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas pada wanita. 3. Diafragma a. Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. b. Keuntungan Segera efektif, tidak berpengaruh pada pemberian ASI, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak ada resiko yang berkaitan dengan metode, beberapa diantranya melindungi dari PMS (misalnya: HIV/AIDS) terutama bila 16 digunakan dengan spermisida, menahan darah menstruasi bila digunakan selama menstruasi. c. Kekurangan Tergantung pengguna, penggunaan pelvik oleh tenaga pelayan yang terlibat dibutuhkan untuk pemasangan awal atau postpartum, berkaitan dengan beberapa infeksi saluran pengguna, air harus kencing tetap pada berada ditempatnya selama 6 jam setelah hubungan seksual, suplai harus siap sebelum melakukan hubungan seksual, suplai ulang harus dilakukan bila diperlukan (spermisida dibutuhkan pada setiap penggunaan). 2.2.1. Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencegah suatu kehamilan dengan suntikan hormonal yang dapat menghambat pertemuan antara sel mengubah telur lendir dan servik sperma, menjadi menghalangi kental, dan ovulasi, dapat mengubah kecepatan transportasi sel telur (Anggraini & Martini, 2011). Kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi 17 yang menyuntikkan cairan yang berisi hormon progesteron secara periodik (Irianto, 2012). 2.2.2. Jenis Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik digolongkan menjadi dua macam yaitu: DMPA dan NET-EN, kedua alat kontrasepsi ini sangat efektif (Hartanto, 2004). a. DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) misalnya Depo Provera ® 150 mg isi 1 cc yang diberikan tiga bulan sekali pada akseptor, dengan tingkat kegagalan = < 1 per 100 wanita – per tahun. b. NET-EN (Nerothidrone Enanthate) misalnya Noristerat Kontrasepsi ini diberikan setiap delapan minggu sekali untuk enam bulan pertama (= 3x suntikan pertama) dan selanjutnya diberikan setiap duabelas minggu dengan tingkat kegagalan = 2 per 100 wanita- per tahun. 2.2.3. Farmakologi Dari Kontrasepsi Suntik 2.1.3.1 DMPA; (Hartanto, 2004) a. Tersedia dalam larutan mikrokristaline b. Setelah satu minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali 18 c. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi baru timbul setelah 4 bulan atau lebih d. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah/serum. 2.1.3.2 NET-EN; (Hartanto, 2004) a. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosteron, dibuat dalam larutan minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat suntikan di dalam sirkulasi darah dapat sangat berfariasi. b. Lebih cepat dimetabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan dengan DMPA. c. Setelah disuntikan, NET-EN harus diubah menjadi Nerotidron sebelum ia menjadi aktif secara biologis d. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam 7 hari setelah penyuntikan, kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5-4 bulan setelah disuntikan. 19 2.2.4. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik a. Menekan ovulasi. b. Menghambat pergerakan spermatozoa. c. Mengganggu pertumbuhan endometrium (Hartanto, 2004). 2.2.5. Keuntungan Kontrasepsi Suntik a. Sangat efektif (99,6%) b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri c. Menurunkan anemia d. Praktis e. Tidak mempengaruhi ASI (Suratun et al, 2008). 2.2.6. Efek Samping Kontrasepsi Suntik; (Hartanto, 2004) a. Berat badan menjadi bertambah atau berkurang Hormon progesteron juga seringkali mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak yang akan mengakibatkan penambahan pada berat badan. b. Pusing atau sakit kepala Gejala yang dirasakan responden adalah sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat. Penyebab dari rasa pusing atau sakit kepala pada responden belum ada kesepakatan dikalangan para ahli tentang penyebabnya. Hal ini 20 biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap progesteron. c. Gangguan haid Penggunaan hormon progestin akan menyebabkan dinding rahim tidak terlepas, sehingga gangguan haid yang sering terjadi ialah: Amenorea, perdarahan ireguler, perdarahan bercak-bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang. d. Perubahan libido atau dorongan seksual Penumpukan lemak yang diakibatkan oleh hormon pregesteron mengakibatkan vagina menjadi kering sehingga merasa sakit (dyspareunia) saat melakukan hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah atau disfungsi seksual pada wanita. e. Depresi Efek samping dengan gangguan depresi responden merasa lesu (lethargi), tidak bersemangat diperkirakan karena dengan adanya hormon progesteron terutama yang berisi 19-norsteroid menyebabkan kekurangan vitamin B6 (piridoksin) di dalam tubuh. Adanya retensi garam. 21 f. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksius menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksius virus HIV g. Keputihan Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya cairan putih di mulut vagina disebabkan oleh efek progesteron mengubah flora dan pH vagina, jamur mudah tumbuh di dalam tubuh vagina dan menimbulkan keputihan. h. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut i. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian. 2.3. Wanita Usia Subur Wanita usia subur (WUS) adalah wanita dengan umur 20-45 tahun dan keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%, sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk 22 hamil. Kesuburan seorang wanita mempengaruhi kesejahteraan dalam keluarga oleh sebab itu wanita usia subur harus bisa menekan angka kelahiran tanpa menghentikan hubungan seksual dengan pasangan (BkkbN, 2011). 2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia 2.4.1 Faktor Pengetahuan Pengetahuan pada dasarnya adalah sebuah fakta atau teori yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil pengetahuan terhadap objek melalui indra yang dimilikinya seperti; indra penglihatan, pendengaran, perasa dan peraba dengan sendirinya manusia memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan (believes), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan (Soekanto, 2003). yang Berikut keliru adalah (misinformation) cara memperoleh pengetahuan. 23 1. Cara Memperoleh Pengetahuan 1.1 Cara kuno a. Cara Coba Salah Cara coba salah mengandalkan tersebut kemungkinan dilakukan atau hanya dilakukan dengan mencoba-coba (Wawan & Dewi, 2010. dikutip dari Notoatmodjo (2003). Cara coba salah (trial and error) adalah cara yang dipakai manusia sebelum adanya kebudayaan bahkan sampai saat ini masih dipakai bagi mereka yang belum mengenal cara-cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Untuk memecahkan sebuah persoalan atau masalah metode ini menggunakan beberapa kemungkinan, dan jika kemungkinan tersebut tidak menyelesaikan masalah maka akan dicoba dengan kemungkinan-kemungkinan selanjutnya dan begitu seterusnya sampai masalah tersebut dapat teratasi atau terpecahkan. b. Secara Kebetulan Cara memperoleh pengetahuan dengan metode kebetulan adalah cara yang dilakukan oleh seseorang secara tidak terencana atau tidak terkonsep yang kemudian dilakukan uji coba atau 24 penelitian yang membenarkan hal tersebut, seperti penemuan kina sebagai obat malaria yang ditemukan secara kebetulan oleh seorang penderita malaria saat mengembara, pada suatu hari saat mengembara penderita malaria kehausan dan minum air parit jernih yang terasa pahit dan setelah meminum air tersebut penderita itu tidak lagi mengalami kekambuhan pada malarianya dan ternyata setelah dilakukan penyelidikan, dalam air tersebut terdapat pohon kina yang tumbang terendam, dan dari situlah ia berkesimpulan bahwa kulit kayu kina dapat dijadikan obat malaria (Notoatmodjo, 2012). c. Cara Kekuasaan atau Otoritas Cara memperoleh pengetahuan dengan kekuasaan atau otoritas adalah cara yang di akui melalui kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi tanpa dibuktikan apakah yang diyakini benar atau tidak, cara tersebut biasanya diakui karena kebiasaan sejak turun-temurun atau sesuatu yang memang diyakini secara turun-temurun seperti adat-istiadat, pemegang otoritas, pemimpin yang 25 pada prinsipnya memegang keyakinan yang sama yang dianggap mutlak. (Notoatmodjo, 2012). d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi seseorang dapat digunakan sebagai salah satu cara memperoleh pengetahuan dengan cara bercermin dengan pengalaman sebelumnnya, ketika seseorang melakukan hal yang sama, maka seseorang akan mengetahui letak kesalahannya sebelumnya dan bisa menghindari hal tersebut, Seperti pepatah mengatakan pengalaman adalah guru yang baik (Notoatmodjo, 2012). e. Kebenaran Menurut Wahyu Kebenaran menurut wahyu adalah kebenaran yang dipercaya oleh setiap manusia berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing, kepercayaan menurut wahyu adalah kepercayaan dimana manusia merasa bahwa dirinya diciptakan dan disertai oleh yang wahyu (Notoatmodjo, 2012). 26 1.2 Sumber Pengetahuan lain Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, Sumber kerabat pengetahuan dekat, dapat dan berupa sebagainya. pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012) 2.4.2 Faktor Pendidikan Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatau metode. Wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan metode kontrasepsi (Handayani 2010). 2.4.3 Sosial Ekonomi Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan mempengaruhi kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak terlepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi 27 yang digunakan, dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu Negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin (Handayani, 2010). 2.4.4 Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi (Handayani, 2010). 2.4.5 Budaya Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbabagi metode, kepercayaan/religious, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyediaan layanan harus menyadari bagaimana faktorfaktor tersebut mempengaruhi pemilihan di daerah mereka dan harus memantau perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode (Handayani, 2010). 28 2.4.6 Umur Umur seseorang yang berarti terhitung sejak lahir sampai mati dan semakin tambah umur pula samakin tinggi kematangan dalam berfikir, sehingga dalam menemukan pilihan seseorang dapat menentukannya dengan matang (Handayani 2010). 2.4.7 Agama Diberbagai daerah kepercayaan religious dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode. Sebagai contoh penganut agama Katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin Islam mengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainya mengijinkan. Walaupun agama Islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang melakukan sholat 5 waktu, disebagian masyarakat wanita Hindu dilarang mempersiapkan makanan selama haid, sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah (Handayani, 2010). 29 2.4.8 Status Wanita Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan mempergunakan berbagai metode kontrasepsi. Pengambilan keputusan juga didasarkan pada status wanita (sosial) dimana suami sebagai kepala keluarga selalu menjadi pihak yang dominan atau utama dalam pengambilan keputusan bersama. Seperti halnya di daerah timur dimana wanita harus melibatkan suami dalam mengambil keputusan, suami merupakan kepala keluarga yang dihargai dan harus diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Meskipun demikian jika sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar metodemetode yang lebih mahal maka merekapun bisa memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat diperoleh (Handayani 2010). 30