1 ABSTRAK ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh Aji Ridho Utama, Erna Dewi, Diah Gustiniati Email : [email protected] Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus Dipertahankan. Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui. Praktik aborsi siswa SMA di Kota Bandar Lampung sudah bukan rahasia lagi, terutama sebagai akibat dari semakin meluasnya budaya pergaulan bebas dan prostitusi dewasa ini. Juga dengan semakin meningkatnya kasus-kasus kehamilan di luar nikah dan multiplikasi keragaman motivasiBelum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui.Praktik aborsi siswa SMA di Kota Bandar Lampung sudah bukan rahasia lagi, terutama sebagai akibat dari semakin meluasnya budaya pergaulan bebas dan prostitusi dewasa ini. Juga dengan semakin meningkatnya kasus-kasus kehamilan di luar nikah dan multiplikasi keragaman motivasi. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah berbagai faktor yang menyebabkan aborsi di kalangan remaja dan berbagai upaya penanggulangan yang dilakukan dalam hal menghentikan tindakan aborsi yang dilakukan oleh siswi Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampungkebutuhan akan diperhatikan dan memperhatikan lawan jenis ini mulai NampakSejak menginjak akil baligh.Namun dengan melihat fenomena yang terjadi pada saat ini, banyak norma-norma yang telah dilanggar dan seakan-akan para pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap dirinya sebagai pasangan yang abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang berlebihan, seringnya berduaan, saling berkontak secara fisik (sentuhan, ciuman, maupun berpelukan) hingga berlanjut kepada tindakan asusila, yakni melakukan hubungan seksual pra nikah. Hal ini bukanlah sesuatu bentuk kekhawatiran saja, melainkan memang sebuah kenyataan yang terjadi pada masyarakat kita. Kata Kunci : : Kriminologi,Aborsi siswa, Penanggulangan ,Tindak Pidana 2 ABSTRACT CriminologicalANALYSISOFCRIMINALABORTIONPERFORMEDBYTH ESECONDARYSTUDENTS in Bandar Lampung by Aji Ridho Utama, Erna Dewi, Diah Gustiniati Email : [email protected] Abortion is currently becoming one of the serious problems , judging from the high number of abortions is increasing from year to year . In Indonesia , the fetal homicide rate per year has reached 3 million . The figure is not small considering the magnitude of pregnancy rates in Indonesia . In addition , some categorize abortion murder . There prohibiting the name of religion . Some claimed that the baby also has the right to life and should be maintained . The decision to have an abortionis not an easyoption.Many women have to fight against the feelings and beliefs about the value of human life that they contain a candidate , before finally making a decision . Not to mention the moral judgment of people around when it comes to these actions are known . Abortion practices of high school students in the city of Bandar Lampung is not a secret anymore , mainly as a result of the widespread culture of promiscuity and prostitution today . Also with the increasing cases of pregnancy out of wedlock and multiplication again motivasiBelum diversity of moral judgment people around when it comes to these actions are known . Abortion practices of high school students in the city of Bandar Lampung is not a secret anymore , mainly as a result of the widespread culture of promiscuity and prostitution today . Also with the increasing cases of pregnancy out of wedlock and multiplication diversity of motivations . The problems discussed in this study are various factors that cause abortions among teenagers and mitigation efforts undertaken in terms of stopping abortion is performed by a high school student in the city of Bandar Lampungkebutuhan be payed attention to the opposite sex and this started stepping NampakSejak baligh puberty . but by looking at the phenomenon that occurs at this time , a lot of the norms that have been violated and as if the young couples have been regarded itself as eternal partner . Starting from excessive attention , often alone , mutual physical contact ( touching, kissing , and cuddling ) to continue the immoral act , ie sexual intercourse before marriage. This is not something any form of concern , but it is a reality that happens in our society . Keywords::Criminology, studentAbortion, Poverty, Crime 3 I. PENDAHULUAN Era globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadinya sehingga kadang kala kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan tersebut terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian canggihnya dan kian cepatnya sehingga mau tidak mau kita juga terkena imbasnya. Dalam segala bidang. Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih sangatrendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayipencurian (diefstal) adalah mengambil barang orang lain untuk memilikinya.1 Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui. Hanya orang-orang yang mampu berempati yang bisa merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya. Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu. Dengan perkembangan tehnologi kedokteran yang sedemikian pesatnya, sesungguhnya perempuan tidak harus mengalami kesakitan apalagi kematian karena aborsi sudah dapat diselenggarakan secara sangat aman dengan menggunakan tehnologi yang sangat sederhana. Bahkan dikatakan bahwa aborsi oleh tenaga profesional Hanya orang-orang yang mampu berempati yang bisa merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhirkehamilannya 1 http:/www. GOI & Unicef.org/htm, diunduh pada hari rabu,tanggal 28 Agustus 2013. 4 Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya, satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya. Tentunya, dapat dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak di kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa di masa depan.Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikissosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka . Mengingat bahwa salah satu pelaku Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri. Tak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan siswa SMP dan SMA di Indonesia terungkap 42,3 persen pelajar telah melakukan hubungan seks yang pertama saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari siswa mengungkapkan, dia melakukan hubungan seks tersebut berdasarkan suka dan tanpa paksaan. Ketakutan 2 akan hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak diperbolehkannya remaja putri belum menikah di Indonesia masih cukup besar.3 Pada Pasal 28 A, UUD 1945 menyatakan setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan 4 kehidupannya. Tentang aborsi itu sendiri di Indonesia dikenal dua jenis aborsi yaitu aborsi kriminalis dan aborsi medical. Sebenarnya jika dilihat dari Pasal tersebut bayi yang di dalam kandungan sekalipun memiliki hak untuk hidup dan lahir di dunia dengan selamat. Pada dasarnya aborsi atau yang nama lainya adalah Abortus Provocatus Therapeuticus Secara sederhana dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih menitik beratkan pada sifat “repressive” (penindasan/pemberantasan/penumpa san) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “non penal” lebih menitik beratkan pada sifat “preventif” (pencegahan/penangkalan/pengendali an) sebelum kejahatan terjadi Beberapa dekade terakhir berkembang ide-ide perbuatan tanpa pidana, artinya tidak semua tindak pidana menurut undang-undang 2 http://narkofh07.blogspot.com/2011/01/pro posal-aborsi-bab-i-pendahuluan.html, diunduh pada hari rabu, tanggal 16 Oktober 2013. 3 Pasal 28 A, Undang-Undang Dasar 1945 5 pidana dijatuhkan pidana, serentetanpendapat dan beberapa hasil penelitian menemukan bahwa pemidanaan tidak memiliki kemanfaatan ataupun tujuan, pemidaan tidak menjadikan lebih baik. II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Pengertian Kriminologi Bonger, memberikan definisi kriminologisebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluasluasnya. Melalui definisi ini, Bonger membagi kriminologi ini menjadi kriminologi murni yang mencakup : 1) Antropologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat dilihat dari segi biologisnya yang merupakan bagian dari ilmu alam. 2) Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai gejala sosial. Pokok perhatiannya adalah seberapa jauh pengaruh sosial bagi timbulnya kejahatan (etiologi sosial). 3) Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan dipandang dari aspek psikologis. Penelitian tentang aspek kejiwaan dari pelaku kejahatan antara lain ditujukan pada aspek kepribadiannya. 4) Psipatologi kriminal dan neuropatologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang sakit jiwa atau sakit sarafnya, atau lebih dikenal dengan istilah psikiatri. 5) Penologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang tumbuh berkembangnya penghukuman, arti penghukuman, dan manfaat penghukuman. Di samping itu terdapat kriminologi terapan berupa : a) Hygiene kriminal, yaitu usaha yang bertujuan untuk mencengah terjadinyakejahatan. b) Politik criminal, yaitu usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan telah terjadi, c) Kriminalistik (policie scientific), yaitu ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.5 Paul Moedigdo Moeliono memberikan definisi Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia. Paul Moedigdo Moeliono tidak sependapat dengan definisi yang diberikan Sutherland. Menurutnya definisi itu seakan-akan tidak memberikan gambaran bahwa pelaku kejahatan itupun mempunyai andil atas terjadinya kejahatan, oleh karena terjadinya kejahatan bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh masyarakat, akan tetapi adanya dorongan dari si pelaku untuk melakukan perbuatan jahat yang ditentang oleh masyarakat tersebut B. Pengertian Aborsi Untuk membedakan aborsi dengan pembunuhan anak sebagaimana yang diatur dalam Pasal 341 KUHP supaya dapat diketahui perbedaanperbedaan yang terdapat diantara kedua hal tersebut, maka terlebih 5 , Topo Santoso, Kriminologi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011. 6 dahulu perlu diketahui apa yangdimaksud dengan pembunuhan anak, unsur-unsur apa yang terpenting di dalamnya, agar supaya dalam penguraian ini tergambar dengan jelas arti dan tujuan pembunuhan anak itu sendiri Pasal 341 KUHP menentukan bahwa : “Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak, dihukum karena makar mati terhadap anak dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun”. Pembunuhan anak (bayi) yang diatur dalam Pasal 341 KUHP sesuai dengan pengertian tersebut di atas dan menitikberatkan dari segi kesengajaan pembunuhan bayi yang telah dilahirkannya, tanpa memikirkan panjang lebar akibatakibat dari perbuatannya itu. Hal tersebut dilakukan oleh si ibu disebabkan karena adanya faktor siri’ (rasa malu) yang dimiliki si pelaku, maka dengan demikian ia berusaha untuk menghindarkan diri akan ketahuan oleh orang banyak atau masyarakat sekitarnya bahwa ia telah melahirkan anak (bayi) tanpa ayah (bapak).6 Abortus pada dasarnya dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu : 1. Abortus yang tidak disengaja. 2. Abortus yang disengaja. 6 Moeljatno.,., Pasal 341 KUHP. 1) Abortus yang tidak disengaja. Pengguguran kandungan (abortus) yang tidak disengaja atau yang dikenal dengan sebutan Abortus Spontaneus adalah pengguguran kandungan (abortus) yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar. Pengguguran kandungan (abortus) seperti ini dapat terjadi dengan sendirinya (spontan) yang biasanya disebabkan karena sebab-sebab lain, misalnya: si ibu jatuh dengan keadaan perutnya terpukul, kerja berat dan lain sebagainya. Oleh karena itu keguguran semacam ini dianggap sebagai suatu kecelakaan atau musibah yang menimpa si ibu dan pengguguran kandungan (abortus) semacam ini tidak dapat dihukum. 2) Abortus yang disengaja. Abortus yang disengaja atau dikenal dengan sebutan abortus provocatus adalah suatu jenis pengguguran kandungan (abortus) yang disengaja dibuat oleh seseorang dengan suatu maksud tertentu. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) pada dasarnya dibagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut : a. Abortus Provocatus Criminalis, ini adalah pengguguran kandungan (abortus) tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum. b. Abortus Provocatus Therapeuticus, adalah pengguguran kandungan (abortus), biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi 7 ibu.Misalnya karena berpenyakit berat.7 ibu C.Faktor Penyebab TerjadinyaKejahatan Aborsi Suatu perbuatan dikatakan tindak pidana apabila perbuatan tersebut menghina keyakinan-keyakinan yang telah tertanam dengan kuatnya di masyarakat artinya keyakinan tersebut telah mantap dalam 8 masyarakat. Dalam kepustakaan ilmu kriminologi. Ada tiga faktor yang menyebabkan manusia melakukan kejahatan, tiga faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan keturunan yang diwarisi dari salah satu atau kedua orang tuanya (faktor genetika). b. Faktor pembawaan yang berkembang dengan sendirinya. Artinya sejak awal melakukan perbuatan pidana. c. Faktor lingkungan. Yang dimaksud adalah lingkungan eksternal (sosial) yang berpengaruh pada perkembangan psikologi. Karena dorongan lingkungan sekitar, seseorang melakukan perbuatan pidana. 7 Bambang Poernomo, Hukum Pidana Kumpulan Ilmiah, PT Bina Aksara, Jakarta, 1982. 8 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005. Abortus provocatus berkembang sangat pesat dalam masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan banyaknya faktor yang memaksa pelaku dalam masyarakat untuk melakukan hal tersebut. Pelaku merasa tidak mempunyai pilihan lain yang lebih baik selain melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum dan moral yaitu melakukan aborsi.9 D.Tinjauan Remaja Umum tentang Remaja berasal dari kata latin adolensenceyang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Menurut Santrock, ciri utama remaja meliputi pertumbuhan fisik yang pesat, kesadaran diri yang tinggi, dan selalu tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru. Remaja bukanlah masa berakhirnya terbentuk kepribadian akan tetapi merupakan salah satu tahap utama dalam pembentukkan kepribadian seseorang. Remaja banyak meluangkan waktunya bersama kawan-kawan sebaya.Disamping itu, remaja mulai banyak menerima 9 Eko Tama, Abortus Provokatus bagi Korban Perkosaan, Perspektif Viktimologi Kriminologi dan Hukum Pidana. 8 informasi dari media massa yang sudah mulai dikenal dan dekat dengan mereka. Oleh karenanya, remaja menjadi individu yang terbuka terhadap hal-hal baru. Banyaknya informasi yang diterima membuat remaja melakukan pemrosesan informasi secara lebih mendalam.10 Menurut Nikmah Rosidah penanggulangan hukum dalam menanggulangi Aborsi dikalangan remaja dapat dilakuan secara sederhana dapatlah dibedakan 11: 1. Upaya Represif Upaya represif dimaksudkan setelah terjadinya tindakan aborsi yang dilakukan oleh remaja, tindakan represif dimaksudkan agar memberikan efek jera terhadap remaja yang melakukan tindakan aborsi. Upaya ini sangat efektif dilakukan mengingat tindakan aborsi remaja harus dihentikan. 2. Upaya Preventif Upaya preventif dilakuan sebelum terjadinya tindakan aborsi yang dilakukan oleh remaja upaya tersebut seperti melakukan pembinaan tentang bahaya pergaulan bebas, seks bebas dan aborsi. Selain itu penting sekali menanamkan ajaran ajaran agama yang dapat membentengi perilaku remaja 11diunduh pada hari rabu, tanggal 28 Agustus 2013. 12Bedasarkan wawancara dengan narasumber tanggal 20 November 2013 Pukul 10.00 WIB di Pasca sarjana Fakultas Hukum Universitas Lampung agar tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dilarang agama seperti aborsi. Beberapa dekade terakhir berkembang ide-ide perbuatan tanpa pidana, artinya tidak semua tindak pidana menurut undang-undang pidana dijatuhkan pidana, serentetan pendapat dan beberapa hasil penelitian menemukan bahwa pemidanaan tidak memiliki kemanfaatan ataupun tujuan, pemidaan tidak menjadikan lebih baik. Karena itulah perlunya sarana nonpenal diintensifkan dan diefektifkan, disamping beberapa alasan tersebut, juga masih diragukannya atau dipermasalahkannya efektifitas sarana penal dalam mencapai tujuan politik kriminal Beberapa masalah dan kondisi sosial yang dapat merupakan faktor kondusif penyebab timbulnya aborsi, jelas merupakan masalah yang tidak dapat di atasi semata – mata dengan “penal”. Di sinilah keterbatasan jalur “penal” dan oleh karena itu, harus ditunjang oleh jalur “nonpenal”. Salah satu jalur “nonpenal” untuk mengatasi masalah – masalah sosial seperti dikemukakan di atas adalah lewat jalur “kebijakan sosial” (social policy). Yang dalam skema G.P. Hoefnagels di atas juga dimasukkan dalam jalur “prevention without punishment”. Kebijakan sosial pada dasarnya adalah kebijakan atau upaya - upaya rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Jadi identik dengan kebijakan atau perencanaan pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek yang cukup luas dari pembangunan. Salah satu aspek kebijakan sosial yang kiranya patut 9 mendapatperhatian ialah penggarapan masalah kesehatan jiwa masyarakat (social hygiene), baik secara individual sebagai anggota masyarakat maupun kesehatan/ kesejahteraan keluarga (termasuk masalah kesejahteraan anak dan remaja), serta masyarakat luas pada umumnya. Penggarapan masalah “mental health”, “national mental health” dan “child welfare” ini pun dikemukakan dalam skema Hoefnagels di atas sebagai salah satu jalur “prevention (of crime ) without punishment” (jalur “nonpenal”). Sudarto pernah juga mengemukakan, bahwa “kegiatan karang taruna, kegiatan Pramuka dan penggarapan kesehatan jiwa masyarakat dengan pendidikan agama” merupakan upaya – upaya nonpenal dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan. Pembinaan dan penggarapan kesehatan jiwa masyarakat memang tidak berarti semata –mata kesehatan rohani/mental, tetapi juga kesehatan budaya dan nilai – nilau pandangan hidup masyarakat. Ini berarti penggarapan kesehatan masyarakat atau lingkungan sosial yang sehat (sebagai salah satu upaya nonpenal dalam strategi politik kriminal), tidak hanya harus berorientasi pada pendekatan religius tetapi juga berorientasi pada pendekatan identitas budaya nasional. Dilihat dari sisi upaya nonpenal ini berarti, perlu digali, dikembangkan dan dimanfaatkan seluruh potensi dukungan dan dan partisipasi masyarakat dalam upaya untuk mengektifkan dan mengembangkan “extra legal system” atau “informal and traditional system” yang ada di masyarakat Upaya nonpenal yang paling strategis dalam menanggulangi aborsi adalah segala upaya untuk menjadikan remaja sebagai lingkungan sosial dan lingkungan hidup yang sehat (secara materiil dan immateriil) dari faktor – faktor kriminogen. Ini berarti, masyarakat dengan seluruh potensinya harus dijadikan sebagai faktor penangkal kejahatan atau faktor “antikriminogen” yang merupakan bagian integral dari keseluruhan politik kriminal. Disamping upaya – upaya nonpenal dapat ditempuh dengan menyehatkan masyarakat lewat kebijakan sosial dan dengan mengali berbagai potensi yang ada di dalam masyarakat itu sendiri, dapat pula upaya nonpenal itu digali dari berbagai sumber lainnya yang juga mempunyai potensi efek-preventif. Sumber lain itu misalnya, media pers/media massa, pemanfaatan kemajuan teknologi (dikenal dengan istilah “techno-prevention”) dan pemanfaatan potensi efek-preventif dari aparat penegak hukum. Mengenai yang terakhir ini, Sudarto pernah mengemukakan, bahwa kegiatan patroli dari polisi yang dilakukan secara kontinu termasuk upaya nonpenal yang mempunyai pengaruh preventif bagi penjahat (pelanggar hukum) potensial. Sehubungan dengan hal ini, kegiatan razia/operasi yang dilakukan kepolisian di beberapa tempat tertentu dan kegiatan yang berorientasi pada pelayanan masyarakat atau kegiatan komunikatif edukatif dengan masyarakat, dapat pula dilihat sebagai upaya nonpenal yang perlu diefektifkan Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak 10 bersifat mutlak. Abortus buatan atau abortus provokatus yaitupengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan caracara yang dibenarkan oleh undangundang. Disebut dengan abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: Dalam Pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 sebagai berikut : dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dalam Pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 ini dijelaskan bahwa Pada Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu 1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyclamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat ditakukan tindakan medis tertentu. III. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan : 1. faktor penyebab terjadinya aborsi dikalangan remaja yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; pada sarana kesehatan tertentu 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud Faktor internal yaitu : 1) Keimanan dan ketaatan agama yang masih kurang Faktor keimanan dan ketaatan agama merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja. Remaja yang keimanan dan ketaatan yang baik akan dapat mengontrol sikap dan perilaku dari berbagai permasalahan yang akan merugikan dirinya. 2) Kejiwaan yang masih belum stabil Permasalahan yang timbul di kalangan remaja tidak bisa dipungkiri karena 11 faktorkejiwaan yang masih belum stabil. Remaja memiliki emosianal yang tidak stabil cenderung tidak berpikir panjang dalam mengambil setiap keputusan yang akan dilakukan disinilah kematangan jiwa remaja harus dibina. di dunia maya, bahkan saat ini sangat banyak postingan blog atau website yang dapat memberitahu tempat yang bisa melakukan jasa aborsi. Dengan adanya hal tersebut remaja akan menganggap tindakan aborsi sebagai hal yang biasa dan wajar. Faktor eksternal yaitu : Pengawasan dari orang tua yang lemah Pengawasan merupakan faktor yang sangat penting dalam mengendalikan perilaku remaja. Remaja yang dibiarkan tanpa adanya pengawasan akan cenderung bertindak dan berperilaku tidak baik dan dengan mudah sekali dapat terjerumus pada hal hal yang negatif. Disinilah perang pengawasan sebagai alat pengendali tindakan remaja. 1) Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi bisa menjadi faktor penyebab terjadinya aborsi. Saat ini banyak sekali berita tersebar Modernisasi Modernisasi dapat mengarahkan remaja untuk bisa melakukan tindakan aborsi, karena modernisasi mengajarkan remaja untuk hidup dengan gaya glamour dan bebas, modernisasi dapat mengesampingkan norma norma yang hidup dan diajarkan dari kecil. 2. Pergaulan remaja Pergaulan remaja saat ini sudah sangat memperihatinkan, mengingat saat ini pergaulan remaja sudah sangat buruk banyak remaja yang terlibat pergaulan bebas, narkotika, seks bebas, hamil diluar nikah sampai melakukan aborsi. Faktor pergaulan sangatlah berpengaruh terhadap sikap dan perilaku remaja. 2) 3) 1. penanggulangan hukum dalam menanggulangi Aborsi dikalangan remaja dapat dilakuan secara sederhana dapatlah dibedakan : Upaya Represif Upaya represif dimaksudkan setelah terjadinya tindakan aborsi yang dilakukan oleh remaja, tindakan represif dimaksudkan agar memberikan efek jera terhadap remaja yang melakukan tindakan aborsi. Upaya ini sangat efektif dilakukan mengingat tindakan aborsi remaja harus dihentikan. Seperti dilakukannya pembinaan setelah remaja melakukan tindakan aborsi 12 2. Upaya Preventif Upaya preventif dilakuan sebelum terjadinya tindakan aborsi yang dilakukan oleh remaja upaya tersebut seperti melakukan pembinaan tentang bahaya pergaulan bebas, seks bebas dan aborsi. Selain itu penting sekali menanamkan ajaran ajaran agama yang dapat membentengi perilaku remaja agar tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dilarang agama seperti aborsi. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan sosialisasi kepad remaja tentang bahaya seks bebas dan mendorong remaja untuk memiliki banyak aktivitas yang positif karena dengan banyak aktivitas akan mempersempit peluang remaja melakukan perbuatan perbuatan yang tidak baik seperti aborsi DAFTAR PUSTAKA Bambang Poernomo, Hukum Pidana Kumpulan Ilmiah, PT Bina Aksara, Jakarta, 1982 Ekotama, Suryono, Artu Harum, ST Pudji dan Artana, Widi, Abortus Provokatus bagi Korban Perkosaan, Perspektif Viktimologi Kriminologi dan Hukum Pidana, Yogyakarta, 2001 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005 Topo Santoso, Kriminologi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011 Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Penerbit Bumi Aksara, Yogyakarta, 2011. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan http://narkofh07.blogspot.com/2011/ 01/proposal-aborsi-bab-ipendahuluan.html,diunduhpada hari rabu, tanggal 16 Oktober 2013.pukul 14.00 WIB