PERANAN MISI DAN PENGINJILAN DALAM

advertisement
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
PERANAN MISI DAN PENGINJILAN DALAM
PERTUMBUHAN DAN PERTAMBAHAN JEMAAT
Oleh:
Nixon Lumban Gaol, MA., M.Pd.K.
Abstrak
Penelitian berjudul “Peranan Misi dan Penginjilan dalam
Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat” membahas bagaimana
peranan gereja dalam misi dan penginjilan.Manusia yang bertobat
yang disebut Gereja menyatakan iman, persekutuan dalam misi dan
penginjilan. Gereja harus mengambil model Misi dan Penginjilan
Yesus Kristus.Gereja/Jemaat bertanggung jawab untuk melakukan
misi dan penginjilan dalam pelipatgandaan dan untuk mencapai tujuan
akhir misi dan penginjilan adalah seluruh dunia mendengarkan Injil –
mendirikan Kerajaan Allah di dunia agar bumi penuh kemuliaan
Allah.
Kata Kunci: Peranan, Misi dan Penginjilan, Gereja serta
Pelipatgandaan
A.
Pendahuluan
Gereja adalah satu-satunya institusi yang didirikan Tuhan Yesus di
bumi.Sehingga pertumbuhan Gereja adalah salah satu rencana Allah di dalam
dunia. Bob Waymire mengatakan: “Pada suatu saat yang penting sekali dalam
pelayananNya, Yesus berkata, “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18).”1 Pertumbuhan
Gereja adalah penginjilan, dimana proses pemuridan yang utuh yang dapat dipilah
dengan melihat kualitatif, kuantitas yang tidak terpisahkan satu dari yang lainnya.
Pertumbuhan Gereja adalah kehendak Allah yang menghendaki gerejaNya
bertumbuh (Kis. 2:40-47). Yakob Tomatala mengatakan:
Misi dan penginjilan berkaitan dari pertumbuhan Gereja dengan sendirinya
bersumber dari Allah yang dengan mandat misiNya yang SATU,
memberikan tanggung jawab kepada umatNya sebagai “vice regentNya”
untuk memuridkan segala bangsa. Pada sisi ini, pembuktian terlaksananya
misi Allah akan ditandai oleh kenyataan keberadaan umatNya (gerejaNya)
yang bertambah serta bertumbuh.2
Kita diperintahkan untuk menjadikan semua bangsa muridNya.Bob
Waymire melaksanakan rencana-rencana ini, dan Ia menyuruh mereka, “Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segela
sesuatu yang telah kembali mengatakan:
Belakangan Ia mengatakan kepada murid-muridNya bahwa merekalah
yang akan Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:19-20). Orang Kristen
menyebut pernyataan itu Amanat Agung.3
1
Bob Waymire, Pedoman Survei Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas,1996), 9.
Yakob Tomatala, Teologi Misi, (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 20.
3
Waymire, Pedoman Survei, 9.
2
150
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
Pekabaran Injil sebagai tugas pokok itu dihadang oleh berbagai kesulitan.
Banyak jemaat dan denominasi menjadi statis. Sebagian besar orang Kristen tidak
pernah memenangkan orang untuk beriman kepada Kristus. Persoalan adalah
bagaimanakah kita dapat menyampaikan Injil secara paling efektif dan
memperbanyak Gereja-gereja yang sehat? Metode apakah yang terbaik?
Bagaimana kita dapat membedakan keadaan statis yang diakibatkan oleh
lemahnya iman dengan keadaan statis yang diakibatkan buruknya metode?
Permasalahan terbesar yang lain datang dalam Gereja sendiri, dimana
Gereja-gereja sekarang ini banyak yang tidak memiliki jiwa misi dan penginjilan.
Gereja kurang memikirkan untuk mengetahui sejauhmana pertumbuhan Gereja
lokal untuk terlibat dalam penanaman Gereja. Atau Gereja hanya ada, tidak
memahami panggilan dan tugasnya. Tradisi Gereja begitu mengikat kehidupan
berjemaat sehingga pertambahan jumlah karena kelahiran bukan hasil misi ke
luar. Terutama hal ini terjadi dengan Gereja yang merasa puas karena jumlah
jemaat (kuantitasnya) saja.
B. Peranan Misi dan Penginjilan
1. Pengertian Peranan
Untuk mengetahui arti dari kata ‘peranan’, sebaiknya dilihat dari
pengertian yang berdasarkan kata dasarnya. Kata ‘peranan’ berasal dari kata
“peran” yang artinya lakon, yang biasanya terlihat dari permainan lain. Menurut
J.S Poerwadarminta mengatakan: “Kata peran ini dapat dibubuhi dengan kata
imbuhan yaitu akhir “an” yang akhirnya memunculkan kata “peranan” yang dapat
dibuat sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan, terutama
dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.”4
2. Peranan Manusia dalam Misi dan Penginjilan
Manusia adalah asset Allah yang terbaik dalam pelaksanaan Misi.
Manusia dapat berkomunikasi dalam bahasa yang dimengerti oleh sesama,
mengerti akan pergumulan dan beban dosa yang dialami oleh sesama. Dalam satu
segi itulah sebabnya Tuhan Yesus datang ke dunia sebagai manusia yang
merasakan segala pengalaman manusia serta bersimpati dengan keadaan mereka
(Filp. 2:5-9; Ibr. 7:26; 12:2). Di dalam keadaan sebagai manusia Ia merasakan
pengalaman manusia berdosa walaupun Ia sendiri tidak berdosa. Dalam keadaan
sebagai manusia Ia sebagai misioner Agung mengkomunikasikan siapa Dia dan
siapa Allah Bapa. Ia mengkomunikasikannya dalam bahasa manusia.
Pusat program Allah ialah keselamatan manusia dari dosa. Karena itu
Allah telah menetapkan untuk memakai manusia untuk melakukannya dan misi
itu harus dilakukan dalam cara yang dimengerti manusia. Dalam Kisah Para
Rasul 2:8-11, ketika Roh Kudus dicurahkan kepada para rasul dan orang percaya
lainnya pada hari raya Pentakosta di Yerusalem masyarakat sekitar mereka
mendengarkan Injil diberitakan dalam bahasa mereka masing-masing. Tujuannya
ialah agar mereka mengerti Injil itu dan dapat memberi respon kepada uluran
kasih Allah. Itu sebabnya Allah memakai manusia sebagai instrumenNya, bukan
roh maupun malaikat atau ciptaan lain.
4
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
271.
151
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
Dalam satun segi sejarah Alkitab adalah sejarah tentang ‘karya manusia’
yaitu sejarah tentang bagaiamana mereka dipakai oleh Allah sebagai alatNya
untuk melakukan misi surgawi di bumi, di tengah-tengah sesama manusia. Allah
memakai manusia secara individu, misalnya Musa, Yosua, para nabi dan para
rasul. Allah juga memanggil keluarga sebagai alatNya, misalnya Adam dan
Hawa, Nuh dan keluarga, Abraham dan keluarga, keluarga-keluarga dalam bangsa
Israel (Ul. 6:4-9). Allah juga memanggil bangsa, misalnya bangsa Israel atau
kelompok orang percaya, yaitu Gereja untuk melakukan misiNya.
Dalam Perjanjian Baru tiga jenis panggilan sangat ditekankan. Yang
pertama, yaitu panggilan untuk percaya (Yoh. 1:35-42). Yesus memanggil dan
memperkenalkan diriNya kepada manusia agar mereka percaya kepadaNya.
Yesus memberi panggilan yang kedua yaitu panggilan untuk menjadi murid (Mat.
10:1-4). Mereka dilatih oleh Tuhan Yesus untuk menjadi generasi penerus dalam
melaksanakan misiNya di dunia. Yang ketiga, Yesus memilih mereka untuk
diutus sebagai hamba-hambaNya atau rasulNya (Yoh. 15:16). Inisiatif pemilihan
itu datang dari Tuhan Yesus.
Mengenai peranan manusia kedudukan dan kualitas seorang pemimpin
sangat menentukan. Peter Wagner mengatakan: “Bahwa dalam setiap gereja
yang bertumbuh terdapat seorang yang merupakan kunci yang dipakai Tuhan
sehingga terjadi pertumbuhan tersebut.”5
3.
Peranan Iman dalam Misi dan Penginjilan
Misi Allah di dunia ini adalah sesuatu yang sulit dikerjakan, karena hati
manusia sudah dikuasai dosa. Di samping itu iblis dan tentaranya akan selalu
berusaha menghalangi pemberitaan Injil. Kalau hamba Tuhan tidak bergantung
pada kuasa Tuhan dengan iman maka akan gagal; karena tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6). Sebaliknya, bagaimana pun
besarnya tantangan misi akan dapat berjalan terus kalau hamba Tuhan bergantung
kepada Roh Kudus dengan iman.
Ciri-ciri orang yang beriman dalam pelaksanaan misi ialah seorang yang
pertama, dia telah lahir baru. Paulus menekankan bahwa dia haruslah yang sudah
lama bertobat (I Tim. 3:6). Kedua, memiliki keyakinan yang jelas. Pekerjaan
misi adalah aktifitas yang penuh resiko. Karena itu pelayanan misi harus yakin
akan penyertaan Yesus. Dia juga harus yakin bahwa berita yang disampaikannya
(Injil) adalah kebutuhan paling hakiki dari semua manusia. Dia juga harus
menyakini bahwa Yesus jauh lebih besar dari segala tantangan dunia (I Yoh. 4:4;
Mat. 28:18). Ketiga, memiliki keyakinan akan pengutusan. Pekerjaan misi
bukanlah profesi tetapi panggilan. Keempat, yaitu pengudusan. Seorang utusan
misi adalah seorang yang bersedia untuk mengalami pengudusan dari Tuhan
supaya semakin berhasil di dalam misinya (Yoh. 15:2-3; I Kor. 6:19-20; Rm.
12:1-2; Yes. 52:11). Kelima, kasih. Misi dilakukan dengan motivasi kasih. Sama
seperti Yesus datang ke dunia karena kasih, utusan misi juga pergi karena
memiliki kasih kepada orang berdosa (Mat. 9:36; 14:14).
Chris Marantika, God’s Program For His People (World Missions: The Asian Challenge,
1990), 20.
5
152
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
4. Peranan Persekutuan dalam Misi dan Penginjilan
Gereja sebagai persekutuan orang percaya mempunyai dua jenis tugas
umum yang mencakup pembinaan ke dalam dan pengembangan ke luar. Dalam
Perjanjian Lama Allah telah memilih umat Israel sebagai umat yang akan dipakai
untuk menyatakan misiNya kepada dunia. Dalam satu segi hal ini adalah
merupakan penggenapan janji Allah kepada Abraham (Kej. 12:1-3).
Di tinjau dari segi proses atau mekanisme pemanggilan Allah, proses yang
dialami bangsa Israel sama dengan proses yang dialami oleh Gereja. Dari dalam
kegelapan gereja dipanggil oleh Allah supaya masuk ke dalam persekutuan
dengan Tuhan Allah. Kemudian gereja diutus Allah ke dalam dunia untuk
melakukan misiNya.
Dari 4 (empat) dimensi aspek pelayanan dasar dalam pemberitaan Injil,
salah satunya adalah persekutuan. Persekutuan (koinoneo, Filp. 4:15; bnd. I Kor.
1:16; Fil. 6; Rm. 15:26; II Kor. 8:4). TUHAN Yesus secara tegas menghendaki
adanya hidup dan praktek persekutuan kasih diantara murid-muridNya, sebagai
dasar pelaksanaan tugas misi Allah bagi dunia (Yoh. 13:34-35). TUHAN Yesus
juga mengukuhkan “persekutuan kasih umatNya dengan doa” (Yoh. 17; I Yoh.
3,4). Dengan demikian, dimana umat Allah bersekutu dalam kasih, di situ ada
berkat, dan mereka akan menjadi berkat bagi dunia.
5. Peranan Roh Kudus dalam Misi dan Penginjilan
Misi adalah proyek global Ilahi. Artinya misi adalah pekerjaan yang supra
insani. Baik dari segi sifat misi maupun lingkup tugas yang akan dikerjakan misi
Ilahi adalah sesuatu yang di luar jangkaun atau kemampuan insani manusia.
Karena misi harus dilaksanakan dengan kuasa dan strategi Ilahi.
D. A. Carson mengatakan: “Dalam menjalankan misiNya Roh Kudus
menunjukkan kuasa Allah. TugasNya adalah meninggikan Yesus Kristus dan
memuliakan Bapa. Roh Kudus memimpin pengabaran Injil Kerajaan Kristus maju
kea rah surga.”6Berarti anugerah Roh yang berkuasa membangun jemaat
merupakan dasar pertumbuhan Gereja.
Pertumbuhan Gereja terjadi karena adanya dinamika yang berasal dari
Allah, yaitu Roh Kudus. Yakob Tomatala menguraikan kuasa Roh Kudus dalam
aspek berikut:
Roh Kudus memenuhi orang percaya (Kis. 1:8; 2:4) untuk pemberitaan
Injil, sehingga semua orang Kristen dapat bersaksi dengan penuh
keberanian, hikmat dan kuasa. Roh Kudus menyiapkan orang untuk
mendengar Injil (Kis. 2:5), sehingga ada kepastian bahwa setiap orang
yang dicapai oleh Injil mengalami pembebasan dari Allah. Roh Kudus
menuntun pemberitaan Injil, sehingga ada respon (Kis. 2:6-12); yang
terlihat dengan adanya orang percaya baru yang datang kepada Allah dan
melibatkan diri ke dalam jemaat setempat.7
Selanjutnya Lukas menjelaskan bahwa setelah para rasul menerima Roh
Kudus mereka diperlengkapi dengan kuasa yang memampukan mereka
melakukan hal yang di luar kebiasaan mereka. Mereka dapat berbicara tentang
perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah dalam bahasa yang tidak mereka
6
D.A. Carson, Gereja Zaman Perjanjian Baru Sampai Masa Kini, Malang: Gandum Mas,
1997), 80.
7
Ibid.,190.
153
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
ketahui (Kis. 2:4); Petrus berkhotbah dengan kuasa (Kis. 2:14-36); terjadi
pertobatan massal (Kis. 2:37-40); mereka dimampukan untuk menderita aniaya
dengan tidak menyesal (Kis. 4:3); memiliki hikmat untuk memberi jawaban
kepada para pejabat agama dan negara (Kis. 4:12); melaksanakan mujizat (Kis.
3:1-10); serta dalam memilih pelayan (Kis. 6:1-7).
Hal yang sama juga dialami Paulus dan Barnabas yang merupakan utusan
misi formal yang pertama. Dengan doa dan kuasa Roh Kudus mereka dipilih dan
diutus oleh jemaat Antiokhia sebagai misionaris (Kis. 12:24-25). Dalam
melaksanakan misi mereka juga diarahkan oleh Roh Kudus (Kis. 13:4), dan juga
dalam pengembangan daerah misi dari Asia ke Eropa (Kis. 16:4).
C.
Model Misi dan Penginjilan Yesus Kristus
Untuk dapat memahami dengan baik rencana kerja Tuhan Yesus, harus
dipelajari Perjanjian Baru, khususnya keempat kitab Injil. Robert E. Coleman
mengatakan: “Hanya kitab-kitab inilah sebenarnya yang memberikan kesaksian
yang benar mengenai Yesus dan pekerjaanNya.”8 Keempat kitab Injil inilah
pertama-tama ditulis untuk menunjukkan bahwa Yesuslah Mesias. Anak Allah,
dan hanya oleh iman memperoleh hidup dalam namaNya (Yoh. 20:31).
Para penulis kitab Injil bukan sekedar melihat cara hidup Yesus yang
benar, namun kehidupan mereka pun telah diubah oleh kebenaran itu. Itulah
sebabnya mereka menuliskan hal-hal yeng telah membuat mereka meninggalkan
segala sesuatu untuk mengikut Yesus. Kehidupan Tuhan Yesus memberi
pengaruh kepada para penulis kitab ini. Dan pengaruh ini membuat para muridmuridNya menjadi saksi bagi banyak orang. Makmur Halim menguraikan
beberapa model penginjilan Yesus, yaitu:
1. Model penginjilan pasif adalah model penginjilan yang dilakukanNya
karena orang-orang datang kepadaNya, dan kemudian Ia melayani. 2.
Model penginjilan aktif, di mana Yesus mengambil inisiatif untuk
mendekati, mencari, dan memberitakan Injil kepada mereka yang tidak
dating mencari Dia. 3. Model penginjilan dialog adalah model penginjilan
menggunakan metode pendekatan dialog antara Yesus dan orang-orang
Farisi, ahli-ahli Taurat, dan penguasa Romawi. 4. Model penginjilan gaya
hidup, ini menampilkan gaya hidup sebagai penginjilan. 5. Model massa
adalah model pendekatan Injil untuk orang banyak (massa) dan juga
mengandung unsur sosial dalam beritanya. 6. Model penginjilan nominal
adalah model pendekatan yang khusus digunakan oleh Yesus untuk
mencapai orang-orang percaya yang nominal atau orang Kristen KTP.9
Yesus datang ke dunia untuk memberitakan kabar baik atau Injil kepada
orang berdosa. Pendekatan yang digunakan oleh Yesus dalam memberitakan Injil
adalah pedoman atau contoh atau model yang dapat diterapkan untuk penginjilan
se-dunia pada masa kini. Dalam pelayanan pemberitaan Injil, Yesus juga
menghadapi tantangan-tantangan. Banyak orang menjadi percaya oleh
pemberitaanNya dan ada juga mereka yang menolak Dia.
8
Robert E. Coleman, Rencana Agung Penginjilan (Bandung: Kalam Hidup, t.t), 7.
Halim, Model Penginjilan Yesus, 27-8.
9
154
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
D.
Misi dan Penginjilan
Istilah misi yang dipakai dalam bahasa Inggris adalah ‘mission’ yang
berarti ‘tugas’. Arti kedua ialah ‘badan utusan’. Istilah ‘missionary’ berasal dari
kata ‘mission’ yang diberi arti utusan/pekabar Injil.”10 Berarti misi adalah rencana
pengutusan Allah (misio Dei) yang kekal untuk membawa shalom kepada
manusia (umatNya) dan segenap ciptaanNya demi kejayaan kerajaanNya.
Tujuan tertinggi dari misi Allah yang membawa shalom itu adalah
‘kerajaan Allah’ atau pemerintahan Allah (the kingdom of God) yang membawa
kemuliaan bagi namaNya (Rm. 11:36; I Taw. 16:24-29; Maz. 8:2; 29:1-3; Rm.
16:25-27; Ef. 3:20-21; Filp. 4:20; II Pet. 3:9). Yakob Tomatala menguraikan
kebenaran asasi mengenai misi dengan mengatakan:
1. Misi berpusat dan berasal dari Allah (misio Dei) yang merupakan inti
dari rencanNya yang kekal bagi manusia dan segenap ciptaanNya. 2. Misi
adalah “pengutusan” TUHAN sebagai bahagian dari pernyataan diri dan
karyaNya yang utuh kepada dan melalui umatNya (missio ecclesian). 3.
Misi memiliki motif dan tujuan primer, yaitu membawa rahmat shalom
(missio gratiae), sehingga misi yang satu (utuh) beroperasi dengan dinamika
yang holistik dalam mewujudkan shalom Allah (dalam segala aspek dan
bidang kehidupan) yang ditandai oleh “summum bonum” (kebaikan
tertinggi) bagi umatNya dan segenap ciptaanNya.11
Sedangkan Pekabaran Injil memiliki beberapa pengertian. Menurut John
F. Havlick mengatakan:
Pertama, Pekabaran Injil adalah sebuah pesan dan sebuah tugas yang tidak
dapat dipisahkan dari Teologia, dari masalah-masalah hidup ini, dan harus
dipahami oleh kaum awam. Kedua, Pekabaran Injil adalah rencana Allah
sejak dahulu yang berarti Pekabaran Injil adalah rencana penyelematan oleh
Allah dalam Perjanjian Lama dan telah dilakukan Allah melalui Yesus
Kristus. Ketiga, Pekabaran Injil adalah Kabar Baik dari Allah yang berarti
Pekabaran Injil adalah Kabar Baik tentang prakarsa Allah untuk
menyelamatkan manusia dan tentang Kerajaan Allah. Keempat, Pekabaran
Injil adalah suatu kewajiban. Kelima, Pekabaran Injil adalah mengabarkan
dan memperlengkapi yakni menginjili orang dan memperlengkapi orang
Kristen untuk mengabarkan Injil dan gereja dalam Kisah Para Rasul adalah
sebuah contoh gereja yang injili. Keenam, Pekabaran Injil adalah kata dan
perbuatan yang artinya hasil harus sesuai dengan pemberitaan, pikiran sesat
yang merusak Pekabaran Injil dan mewujudkan ke dalam perbuatan.12
Pengertian Pekabaran Injil tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yakni bahwa Pekabaran Injil dimulai dari hati Allah, kemudian
diamanatkan kepada manusia percaya untuk direalisasikan dengan perbuatan.
Dalam Pekabaran Injil, pemberita penting memahami dan mengembangkan visi
karena merupakan batu bangunan penginjilan. Pemahaman tentang visi
penginjilan adalah penting untuk mendukung pelaksanaan Pekabaran Injil di
lapangan.
10
Kuiper, Missiologia, 76.
Yakob Tomatala, Teologi Misi (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 25.
12
John F. Havlick, Gereja yang Injili (Bandung: LLB, 1991), 8.
11
155
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
1.
Definisi Pekabaran Injil
Rumusan tentang Pekabaran Injil menurut Venema mengatakan:
Pekabaran Injil adalah pengutusan gereja oleh Yesus Kristus, Juruselamat
dunia untuk melaksanakan perintahNya demi kemuliaan Nama Tuhan
yaitu memanggil semua orang dunia dan mengabarkan kepada mereka Injil
Kerajaan Allah, supaya oleh kuasa Roh Kudus mereka diselamatkan dari
dosa dan penghakiman hingga menjadi warga KerajaanNya yang
melakukan segala sesuatu yang diperintahkanNya.13
Injil merupakan kebutuhan mutlak bagi umat manusia berdosa dan
Pekabaran Injil sangat penting karena tidak ada sarana yang lain dipakai Allah
untuk menjangkau manusia berdosa.
2.
Sumber Misi
Misi bersumber dari hati Allah. Karena itu misi adalah proyek Ilahi yang
ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan manusia yang sangat dikasihiNya.
Manusia adalah hasil karya teragung dari Allah (Ef. 2:10).
Setelah manusia pertama diciptakan, maka Allah menyerahkan segala
sesuatu kepada manusia sebagai wakil Allah untuk mengelola, menguasai dan
menata alam semesta ciptaanNya (Kel. 1:28). Namun misi ini bukan hanya
diserahkan kepada Adam dan Hawa, tetapi juga kepada keturunan mereka. Misi
ini disebut dalam istilah teologia ‘cultural mission’ (mandat budaya).
Kejatuhan manusia dalam dosa merupakan tragedi yang sangat memilukan
hati Tuhan. Manusia sempurna diciptakan menurut gambar dan wujud Allah,
telah hancur berkeping-keping sehingga kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23).
Kesesatan atau ketidakpatuhan manusia pada Alah itu identik dengan hilangnya
harmonisasi di bumi.
Yakob Tomatala mengatakan: “Rencana Allah yang kekal adalah dasar
bagi segala tindakan dan karyaNya yang bersasaran. Rencana Allah yang
bersasaran ini terfokus kepada satu tujuan tertinggi yaitu “kerajaan Allah
(pemerintahan/penguasaan Allah)” yang membawa “kemuliaan bagi diriNya.”14
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Allah adalah inisiator misi. Puncak
program misi Allah dinyatakan dalan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia sebagai
Utusan Agung Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa (Yoh. 3:16).
Kemudian setelah kebangkitanNya Yesus memberi Roh Kudus kepada muridmuridNya agar dengan kuasa itu mereka melaksanakan misi Allah di dunia ini
(Kis. 1:8). Maka tujuan utama dalam pelaksanaan misi ialah dapat untuk
membawa manusia kepada pengenalan akan Tuhan Yesus.
3.
Sifat Pemberitaan Injil
Sifat Pemberitaan Injil adalah pengutusan keluar. Yesus mengatakan,
“Pergilah … “ (Mat. 28:19). Dengan demikian orang yang melakukan misi ialah
orang yang pergi keluar, menyeberangi batas kultur, etnis dan agama untuk
mengkomunikasikan Injil Yesus Kristus. Sasaran yang akan dicapai ialah ujung
dunia semua bangsa.
Konsep pergi keluar dianalogikan oleh Tuhan Yesus dengan ‘terang’ dan
‘garam’ (Mat. 5:13-15). Kedua jenis benda ini memiliki sifat expansionis,
13
H. Venema, Injil untuk Semua Orang Jilid I (Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 1997), 58.
Tomatala, Teologi Misi, 45.
14
156
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
dibutuhkan, mempengaruhi, memberi makna baru yang juga merupakan makna
misi Kristus di dunia.
Selanjutnya Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus memberikan beberapa
dasar penting dalam pelaksanaan misi. Pertama, wewenang Yesus yang mutlak.
Yesus Kristus yang bangkit itu ialah Tuhan dan Raja dan kepadaNya segala kuasa
di surga dan di bumi telah diberikan (Mat. 28:18). Karena itu Ialah satu-satunya
yang memiliki wewenang untuk mengutus hambaNya untuk pergi dan
perintahNya mutlak harus ditaati.
Kedua, dasar dan tujuan pelayanan yaitu membawa orang kepada
pengakuan yang jelas dan akan siapa Yesus Kristus bagi dia. Untuk tujuan itu
Injil harus diberitakan secara verbal kepada orang tersebut atau calon yang akan
disajikan Injil. Penerimaan dengan iman kepada Tuhan Yesus harus ditindak
lanjut dengan mendidik orang tersebut menghayati imannya atau sampai kepada
pemuridan.
Ketiga, penugasan untuk memberitakan Injil adalah bersifat global, di
dalam dan di luar gereja dan melintasi batas-batas kultur dan kebangsaan. Dalam
hal ini fungsi Gereja sebagai organisme akan dapat menembusi semua batas-batas
yang terdapat di tengah-tengah manusia.
Untuk mencapai tujuan misi, ada 5 (lima) hal yang merupakan kebenaran
dasar dalam pelaksanaan misi menurut Kisah Para Rasul yang diuraikan oleh
George Peters mengatakan:
1. Roh Kudus adalah agen surgawi yang memulai, mengawasi, memberi
kekuatan, dan menyelesaikan rencana Allah di dalam rencana
pembangunan gereja. Dia adalah Parakletos, Administrator, Pelaksana,
dan yang merealiser perencanaan. 2. Rasul Tuhan Yesus Kristus adalah
perwakilan dari gereja Tuhan Yesus Kristus dan agen permulaan dari Roh
Kudus melalui siapa rencana surgawi itu dimulai dan diarahkan. 3.
Bersaksi atau komunikasi oral adalah merupakan cara terbesar untuk
menyempurnakan maksud surgawi itu. 4. Yesus Kristus sendiri adalah
merupakan inti utama dari berita orang Kristen. 5. Penduduk dunia
seluruhnya adalah merupakan lingkup dari pekerjaan kemurahan Allah dan
pemberitaan Injil.15
Yakob Tomatala mengatakan: “Misi menempatkan Perintah Agung
sebagai inti dari rencana Allah yang kekal. Rencana Allah ini bertujuan untuk
merahmati shalom bagi segenap manusia dan semua ciptaan Allah, yang
diwujudkanNya melalui gerejaNya.”16
4.
Tujuan Akhir Misi
Banyak orang Kristen dan badan misi berpikir bahwa tujuan akhir
pelaksanaan misi ialah agar seluruh dunia mendengarkan Injil Tuhan Yesus
Kristus. Tidak dapat hindari bahwa hal ini adalah merupakan salah satu tujuan
misi. Namun bukanlah itu tujuan akhir, karena kalau hanya mendengar orang
belum tentu akan memberi respon positif. Bahkan hal ini bisa mendatangkan
dampak negatif, karena seharusnya bobot utama dalam pelaksanaan misi ialah
agar orang percaya dan menerima Tuhan Yesus dengan iman sebagai Tuhan dan
15
Peters, A Theology or Church Growth, 17-9.
Tomatala, Teologi Misi, 190.
16
157
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
Juruselamatnya dan supaya mereka masuk ke dalam persekutuan orang percaya
(Yoh. 20:31; I Yoh. 1:1-2).
Untuk mencapai tujuan itu Gereja serta pelaksana misi harus menyadari
bahwa misi dilakukan bukanlah bertujuan untuk mempropagandankan filsafat,
sistem teologia, dogma Gereja, organisasi, ideologi agama maupun pengakuan
iman Gereja. Tujuan akhir pelaksanaan misi tidak bisa terlepas dari pribadi Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan manusia sejati. Karena itu misi bertujuan untuk
menyaksikan Tuhan Yesus agar para pendengar mengakuiNya dan menerima
dengan iman sebagai Tuhan dan Juruselamat. Hidup orang percaya itu tentu akan
mempermuliakan Allah.
E.
Gereja dan Pemberitaan Injil
Berdirinya Gereja di dunia adalah merupakan kehendak Allah. Tuhan
Yesus sendiri menjanjikanNya kepada Petrus setelah ia memberikan pengakuan
iman akan siapa Yesus bagi dia (Mat. 16:8).
Keberadaan Gereja ditengah-tengah dunia menjadi terang dan garam untuk
mempengaruhi dunia dan menjadi berkat bagi orang lain. Griffiths mengatakan:
Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus, ajaranNya bukan hanya untuk
diucapkan tetapi juga diperlihatkan secara nyata di dalam kehidupan
masyarakat. Gereja bukan hanya merupakan hasil doktrin Kristus, tapi
merupakan bukti nyata kepercayaannya …. Gereja bukan sekedar suatu
organisasi individu yang percaya kepada Yesus, tetapi juga suatu organisme.
Jika Tuhan Yesus adalah Guru dan Model kita, maka Dia jugalah sumber
hidup kita bersama, kekuatan yang memungkinkan kita untuk berfungsi.
Karena itu Dia bisa menyebutnya “gerejaKu” (Mat. 16:18), dan Paulus
menyebutnya “tubuh Kristus” (Ef. 4:12).17
Gereja juga ditempatkan Tuhan Yesus di dalam dunia yang penuh dosa
dengan maksud supaya Gereja melaksanakan tugasnya yaitu menerangi dunia
dengan berita Injil yang datangnya dari Allah. Tugas Gereja menurut Havlick
dalam kutipan Griffiths mengatakan: 1. Gereja adalah perantara yang meneruskan
berita dari Allah kepada manusia. 2. Gereja membawa misi Kristus. 3. Gereja
mewartakan Injil melalui sifat-sifatnya dan melalui pelayanannya.”18
Mengenai pekerjaan seorang pelayan Gereja yang misioner, Havlick
menambahkan:
1. Memproklamirkan atau dengan kata lain berkhotbah.
Gereja
memproklamirkan kebenaran Alkitab mengenai Allah, manusia, Yesus
Kristus dan penghakiman. 2. Mengajar, maksudnya memberi pengajaran
dalam bentuk perbuatan maupun nasihat. 3. Menjadikan orang murid Yesus
yang berarti ada pemuridan yang di dalamnya mencakup dosa, pengajaran
Firman Tuhan, mengenal pribadi dan pekerjaan Roh Kudus, bertumbuh
dalam penyerahan diri kepada Yesus Kristus dan memupuk sifat
mengampuni dalam hubungan kita dengan orang lain sama seperti Kristus.
4. Melayani, sebagaimana Kristus telah melayani gerejaNya.19
17
Michael Griffiths, Gereja dan Panggilannya Dewasa ini (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1993), 4
18
Ibid., 37.
19
Ibid., 38.
158
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
Dalam melaksanakan tugas pemberitaan Injil, tidak berjalan sendiri tanpa
dukungan sesama seiman (jemaat) dalam pelayanannya. Oleh sebab itu, hal yang
terbaik adalah bahwa pemberita Injil berada di bawah naungan atau dukungan dari
Gereja lokal atau lembaga penginjilan lainnya. Tujuan dari dukungan ini adalah
agar pemberita Injil mendapat dukungan moral, spiritual, dan bahkan dukungan
dana kalau diperlukan. Pelayanan penginjilan yang berhasil akan melahirkan
Gereja-gereja lokal yang baru di bawah bimbingan Gereja pusat.
Selain memberitakan Injil, juga perlu diperhatikan ada tantangan/kuasa
lain yang harus dihadapi oleh seorang pemberita Injil. Hal ini dijelaskan oleh
Victor Lovenzo dengan mengatakan:
Gereja memiliki satu mandat untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan
memperluas Kerajaan Allah dan kebenaranNya … Allah telah memberikan
otoritas kepada GerejaNya dan para pemimpin untuk merebut lingkunganlingkungan sekitar, kota-kota, bangsa-bangsa juga benua-benua bagi Yesus
Kristus. Efektivitas gereja dalam memenangkan orang-orang yang tidak
percaya bagi Yesus Kristus.20
Gereja juga harus berhubungan dengan “pemuridan’, artinya mengikat
seluruh aspek pertumbuhan Gereja yang diarahkan kepada sasaran, yaitu
pertumbuhan Gereja yang dinamis yang bertambah secara terus menerus.
Pemuridan berarti proses membawa orang kepada Kristus, melibatkan dia ke
dalam kehidupan jemaat untuk bertumbuh dan bertambah dalam iman, dan pada
waktunya terlibat memuridkan orang lain. D. James Kennedy mengatakan:
“Tanggung jawab atas pemuridan merupakan tanggung jawab dua pihak: Pertama,
tanggung jawab individu penginjil dan tim yang memimpin orang yang baru
percaya kepada Kristus; kedua, tanggung jawab keluarga gereja lokal.”21
Gereja yang memuliakan Allah adalah dengan pola pemuridan. Bill
Lawrence mengatakan:
Dengan pemuridan yang mencakup penyembahan, pengarahan, kasih dan
saling memperhatikan, dan tersedianya berbagai keperluan jasamani yang
sama kepada orang-orang percaya dan orang-orang yang tidak percaya (Kis.
2:42-47). Pemuridan bukan sebuah aktivitas gereja yang sempit melainkan
semua hal yang dilakukan gereja untuk memuliakan Allah dan
menggenapkan tujuanNya. Pemuridan adalah cara gereja menyembah Allah
dan meningkatkan jumlah penyembah.22
Memuridkan adalah sebuah perintah jelas dan pasti. Ketika Tuhan memberikan
perintah ini. Dia memberikannya dengan nada mendesak dalam suaraNya,
sehingga para rasul merasakan apa yang Dia inginkan. Tidak ada pilihan dalam
setiap perintah. Harus melakukan perintah ini sebagai tanda kesetiaan untuk
memimpin gereja kepada Amanat Agung sebagai perintah yang mendesak.
Gereja yang sehat dan bertumbuh memiliki ciri dan khusus, yaitu
penginjilan. C. Peter Wagner mengatakan:
Gereja yang sehat dan bertumbuh adalah jemaat yang gembala sidangnya
adalah seorang pemikir, yang melalui kepemimpinannya yang dinamis dapat
20
Victor Lorenze, Penginjilan di Kota yang Dikuasai Kegelapan dalam Meruntuhkan
Benteng-benteng di Kota Anda, Peter Wagner, peny.(Yogyakarta: Yayasan Andi dan Metanoia
Publishing, t.t), 186.
21
Kennedy, Ledakan Penginjilan, 176.
22
Bill Lawrence, Menggembalakan dengan Hati, (Yogyakarta: Andi, 2007), 61.
159
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
menggerakkan seluruh anggota jemaat untuk melayani. Gereja yang sehat
dan bertumbuh akan selalu berupaya menemukan serta mengembangkan
secara baik semua kaum awam dalam jemaat dan mendorong mereka untuk
menggunakan karunia.23
Gereja yang sehat tentulah tidak hanya menjadikan mereka sebagai murid;
melainkan menjadikan mereka menjadi pemenang jiwa. Mereka juga di follow up
dalam training penginjilan berikutnya untuk menghasilkan murid baru. Gereja
yang sehat juga mengenal dan melakukan pola pelipatgandaan atau multiplikasi.
Amanat Agung memerintahkan kita untuk memuridkan orang, bukan
semata-mata membuat orang mengambil keputusan.
Menyampaikan Injil
hanyalah sebuah tindakan awal. Untuk memuridkan orang lain secara tepat
dibutuhkan visi tentang apa yang dapat dilakukan oleh Allah menurut kasih
karuniaNya kepada orang berdosa.
Penginjil yang sudah puas dengan hanya menyampaikan Injil dan
menerima pengakuan adalah seperti perayu yang tidak bermoral. Jangan menilai
keefektifan dari penginjilan dan pemuridan berdasarkan apa yang dilihat dalam
diri orang yang di Injili. Ukurlah keefektifan melalui para cucu rohani kita. Jika
orang-orang yang di Injili dan yang dimuridkan menghasilkan murid-murid yang
baik dapat memuridkan orang lain, maka kita telah melakukan pekerjaan dengan
baik. Seorang murid adalah pengikut Yesus Kristus yang bisa berfungsi
menghasilkan dan mendewasakan murid baru.
F.
Posisi Jemaat
Sudah tiba saatnya Gereja memberi posisi yang tepat bagi kaum intelektual
dan profesional yang sudah banyak terdapat pada kalangan jemaat (kaum awam),
apakah dalam bentuk khusus, satuan tugas, atau bentuk lain yang dapat
menyalurkan kemampuan intelektual dan profesional. Sehingga dapat berperan
serta dalam menjawab tantangan yang dihadapi Gereja sesuai talenta yang Tuhan
berikan.24
Memang untuk menuju hal itu, akan dijumpai banyak kendala, misalnya
otoritas para pendeta dan penginjil akan “berkurang”. Tetapi bila mau melangkah
maju tentunya pelayanan jemaat akan menolong para pendeta dan penginjil untuk
lebih berspesialisasi dalam pelayanan jemaat. Justru dapat secara efektif menjadi
suporter yang kuat. Dan memberi posisi yang tepat kepada jemaat, merupakan
tindakan bijaksana; sebab bila tidak, maka potensi jemaat akan tersalurkan malalui
kegiatan di luar Gereja.
Sebagai hamba Tuhan yang mendapat kepercayaan dari jemaat, patut
menjaga kelancaran perputaran roda pelayanan di Gereja dengan cara mencermati
potensi-potensi yang dimiliki anggota jemaat. Tidak jarang ada di antara anggota
jemaat yang memiliki kelebihan, tapi kurang berani mengaktualisasikannya.
Anggota jemaat tersebut merasa tidak mampu atau itu tidak tugasnya. Dalam hal
ini proaktif pendeta sangat diperlukan untuk melibatkan jemaat dalam pelayanan
di Gereja; caranya mengadakan pendekatan dan pengarahan yang tepat.
Dalam hidup jemaat harus ada kuasa misi dan KASIH terhadap orangorang sesat. Motif belas kasihan akan membuat jemaat untuk membagikan harta
23
Tomatala, Teologi Misi, 220.
Herlianto, Peran serta Kaum Awam dalam Pertumbuhan Gereja (Bandung: Evagalion,
1990), 122.
24
160
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
yang telah kita terima dengan cuma-cuma. Belas kasihan jemaat dapat terlihat dari
gairah untuk memuliakan Allah. John Dawson mengatakan:
Mempunyai kasih kepada orang-orang tersesat merupakan ucapan yang
sering disebut-sebut oleh orang Kristen. Jangan menunggu mempunyai
perasaan kasih dahulu, baru akan memberitakan Kristus kepada orang-orang
yang tidak dikenal. Kasih kepada Bapa surgawi sudah ada pada setiap kita,
dan kita pun mengetahui bahwa orang-orang yang tidak dikenal itu adalah
ciptaanNya, hanya saja orang-orang itu masih terpisah dari Allah.25
Jadi, orang percaya harus mengambil langkah dalam penginjilan karena
kita mengasihi Allah. Hal yang utama yang mendorong kita memberitakan Kristus
atau berdoa bagi orang-orang tersesat bukan karena kita sudah mempunyai
perasaan belas kasihan kepada umat manusia. Namun, yang mendorong kita ialah
kasih kita kepada Allah. Dalam Efesus 6: 7,8, Alkitab berkata, “… dengan rela
menjalankan pelayanan …. seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan
manusia. Kamu, tahu, bahwa setiap orang, baikhamba, maupun orang merdeka,
kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari
Tuhan.”
G.
Pelayanan Jemaat
Mengingat tanggung jawab bahwa untuk memenangkan dunia bagi Kristus
harus melibatkan anggota jemaat, maka pembinaan kaum awam merupakan
langkah awal yang pokok. Pembinaan tidak sekedar menyuntikan ilmu teologi
atau tafsiran Alkitab, tetapi sekaligus membuka cakrawala kaum awam akan misi
penginjilan. Mereka tidak sekedar dibekali dengan pemahaman teologis berupa
kognitif, tapi juga harus menyentuh afektif. Dan paling utama ialah adanya
kesadaran mereka melakukan firman Tuhan.
Seperti ungkapan Evanston yang dikutip oleh Norman E. Thomas
mengatakan:
Semua orang Kristen harus menjadi pelayan bagi rencana penyelamatan
Kristus dan utusan-utusan pengharapan yang dinyatakan di dalam Dia. Dan
bahwa dalam kehidupan dan kerja sehari-hari kaum awam tidaklah sekedar
menjadi potongan Gereja yang tersebar di seluruh dunia melainkan menjadi
wakil-wakil Gereja – duta-duta Kristus sendiri dimana pun juga mereka
berada.26
Jemaat adalah asset yang strategis untuk mengubah wajah dunia ini.
Tetapi masalahnya jemaat terlalu dibiarkan ‘tidur’ atau sengaja
‘dininanbobokkan’. Padahal hingga saat ini Allah masih mencari orang-orang
yang siap diutus ke dunia lingkungan tempat orang-orang berada untuk
memberitakan Injil (Kabar Baik). Allah tahu bahwa pendeta dan penginjil
memiliki keterbatasan untuk mengusaha ladangNya yang luas ini. Pembinaan
teologi boleh melalui jalur formal atapun hanya otodidak. Allah dapat bekerja
melalui pemahaman yang dalam akan kebenaran, sedangkan pengetahuan teologi
yang dangkal sering menghasilkan masalah. Proyek Ilahi melalui pembinaan
jemaat adalah sangat urgen, tidak boleh diabaikan.
25
John Dawson, Taking Our Cities for-God (Lake Mary, Florida: Creation House, 1989),
208-209.
26
Thomas, Teks-teks Klasik tentang Misi dan Kekristenan Sedunia, 356.
161
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
Kemudian melatih cara bersaksi dengan efektif supaya ketika kesempatan
muncul, sudah siap untuk membagi Injil kepada orang-orang yang sudah
dipersiapkan oleh Allah.
Jadi misi adalah “mission homimun”, di mana manusia yang lahir baru
dipakai untuk mencapai sasarannya bagi Kerajaan Surga. Menurut Makmur Halim
ada 5 (lima) kriteria untuk pemberitan Injil, yaitu:
1. Setiap orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, bertobat dan lahir
baru. Orang percaya ini telah mengalami anugerah penyelamatan melalui
imannya kepada karya Kristus di atas kayu salib. 2. Setiap orang menyadari
bahwa ia diberikan tanggung jawab untuk memberitakan Injil bagi
sesamanya. Ia adalah pribadi yang hidup mengasihi Tuhan dan merefleksi
kasih itu kepada sesamanya. 3. Setiap orang percaya dan sadar bahwa
keselamatan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi bagi semua orang
yang belum mengenal Yesus. 4. Setiap orang yang terbeban untuk jiwa-jiwa
yang terhilang. Orang ini hidup bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga
untuk sesamanya. Ia melihat jiwa-jiwa yang terhilang sebagai sasaran kasih
Allah. 5. Setiap orang yang selalu siap sedia untuk melayani.27
D.A Carson mengatakan: “Pemberitaan Injil oleh jemaat dilakukan melalui
pelayanan Firman, kesaksian hidup (pelayanan memberi pimpinan) dan pelayanan
menunjukkan kemurahan. Dalam bidang-bidang ini jemaat memberikan kesaksian
melalui Roh. Setiap orang Kristen dituntut mengabarkan Injil, yaitu dengan
mengaku nama Yesus Kristus (Rm. 10:9, 10; Mat. 10:32).”28 Kemudian Kevin J.
Conner membuat 8 (delapan) criteria sebagai pelayanan, yaitu:
1. Para pemberita Injil ditempatkan dalam Tubuh Kristus oleh Tuhan yang
bangkit (Ef.4:9-11) sampai jemaat menjadi sempurna. 2. Para pemberita Injil
juga diberikan kepada Tubuh Kristus. 3. Para pemberita Injil pada
khususnya adalah utusan-utusan dan para pembawa kabar baik kepada dunia
yang terhilang dan mati. Mereka dipanggil untuk memberitakan Injil. 4. Para
pemberita Injil harus memiliki pesan Injil yang diperdengarkan dan olah
karenanya perlu didasarkan pada kebenaran-kebenaran fundamental dari
penebusan supaya menghadirkan Injil dengan benar. 5. Para pemberita Injil
harus memiliki karunia-karunia Roh yang sesuai dengan pelayanan mereka.
Mereka harus memiliki “tanda-tanda yang mengikuti” perkataan mereka
(Mrk. 16:15-20). 6. Para pemberita Injil memiliki keinginan besar atas jiwajiwa, dan pelayanan menyelamatkan jiwa (Ams. 14:25). 7. Para pemberita
Injil memiliki hikmat besar dalam memenangkan jiwa-jiwa(Ams. 11:30).
Mereka adalah penjala-penjala manusia, yang bergantung kepada Tuhan
untuk memindahkan ikan ke dalam jaring-Injil ketika mereka melemparkan
umpan-Injil yang benar. 8. Para pemberita Injil memiliki sebuah pelayanan
yang mendorong untuk membawa orang-orang berdosa pada perayaanperayaan Injil (Luk. 14:33).29
Kesaksian secara lisan dari jemaat harus didukung dan dikuatkan oleh
kesaksian dalam hidup orang percaya. Jemaat pada zaman para rasul “dibangun
27
Makmur Halim, Model Penginjilan Yesus (Malang: Gandum Mas, 2003), 31
D.A. Carson, Gereja Zaman Perjanjian Baru Sampai Masa Kini, Malang: Gandum Mas,
1997), 82.
29
Kevin J. Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2004), 373.
28
162
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh
pertolongan dan penghiburan Roh Kudus” (Kis. 9:31).
H.
Tanggung Jawab Siapa Penginjilan?
Ada pendapat bahwa ini adalah tanggung jawab Gereja/jemaat. David L.
Dawson mengatakan: “Akan tetapi, ketika kita berbicara mengenai Gereja, pada
umumnya orang-orang berpikir tentang bangunan khas di sudut jalan, batu bata,
kaca-kaca berwarna, serta musik organ yang lembut. Tidaklah sukar untuk
menyadari bahwa Allah tidak memberi tanggung jawab kepada benda-benda mati
ini.”30Lalu, siapakah yang bertanggung jawab?Kemudian D.W. Ellis mengatakan:
“Umumnya orang Kristen menganggap bahwa kewajiban mengabarkan Injil
adalah tanggung jawab para pemimpin Gereja.”31
Alkitab tidak membenarkan pernyataan ini. Alkitab dengan tegas
membenarkan dengan menjelaskan: Pertama, semua orang percaya adalah
‘garam’ atau ‘terang’ dunia (Mat. 5:13-16). Kedua, kamu akan menjadi saksiKu
(Kis. 1:8); kami adalah utusan-utusan Kristus (2 Kor. 5:20). Ketiga, teladan orang
Kristen pada Gereja mula-mula (Kis. 8:1,4). Keempat, perintah Yesus Kristus
dalam Matius 28:19-20 adalah Amanat Agung dari Tuhan Yesus ditujukan bagi
orang percaya untuk menjadikan “segala bangsa” menjadi murid-muridNya. Inilah
berkat anugerah yang disediakan untuk semua orang yang berstatus orang
berdosa.
Subjek penginjilan adalah orang-orang yang sudah menikmati keselamatan
yang dianugerahkan oleh Tuhan Yesus. Artinya mereka percaya dan menerima
Tuhan Yesus Kristus sebagai pendamai antara mereka sebagai manusia berdosa
dengan Allah. Dan mereka dimampukan Allah untuk memberitakannya. Gustav
Warneck mengatakan:
Pekabaran Injil adalah segenap usaha umat Kristen yang tertuju kepada
penanaman dan pengorganisasian Gereja di antara orang-orang yang bukan
Kristen. Jadi subjek PI ialah umat Kristen (persekutuan orang-orang
percaya yaitu orang-orang yang setia dalam Pekabaran Injil).32
Dengan kata lain bahwa setiap orang yang mengaku umat Kristen otomatis
menjadi subjek penginjilan, karena hatinya dipenuhi sukacita yang telah
diterimanya dari Juruselamat.
D. James Kennedy menjelaskan: Konteks penting dalam Kisah Para Rasul
8:1, dimana, “Mereka semua ….. kecuali rasul-rasul tersebar,” dan (Kis. 8:4)
“Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan
Injil.”33 Kata yang diterjemahkan “memberitakan Injil” adalah evangelizo dalam
bahasa Yunani yang berarti “menginjili”. Artinya setiap orang kecuali para rasul
pergi kemana-mana menginjili. Kita tahu bahwa para rasul telah memberitakan
Injili. Tetapi hal yang ditekankan penulis yang diilhami ini adalah bahwa setiap
orang, selain para rasul, juga pergi dan menginjili.
Dawson, Memperlengkapi Kaum Awam Buku Satu – A, 7.
D.W. Ellis, Metode Penginjilan, peny. H.A Ompusunggu(Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, 1993), 1.
32
Kuiper, Missiologia, 75.
33
Kennedy, Ledakan Penginjian, 10.
30
31
163
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
D.W. Ellis mengatakan: “Setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil
sesuai kemampuan dan karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.”34
Namun kenyataan pemahaman ini belum semua jemaat, sebab ada penghalang.
Seperti yang dijelaskan D.W. Ellis tentang penghalangnya, yaitu:
1. Sikap tak acuh terhadap keadaan buruk sesama manusia, simaklah dalam
Matius 25:31-46; Markus 9:43-48; Wahyu 20:11-15. 2. Takut kepada
sesama manusia “Takut kepada orang mendatangkan jerat” Amsal 29:25.
Ketakutan kepada sesama manusia bermacam-macam bentuknya, antara
lain: a. Takut ditertawakan, dibenci, dianiaya, dianggap aneh, dll; Yohanes
15:18-21; Matius 24:9. b. Takut kehilangan kedudukan dalam masyarakat,
Yohanes 12:42,43. c. Malu karena belum mengerti atau menguasai asasasas kepercayaan Kristen, I Pet. 3:15 bnd. Ibrani 5:12. d. Malu karena
kehidupan belum begitu baik, Matius 23:27,28.35
Allah memakai orang percaya untuk menjadi pemberita Injil. Mereka
dipanggil untuk hidup bagi Allah dan sesamanya. Mereka harus menjadi saksisaksi Kristus untuk membawa berita keselamatan itu bagi orang lain. Allah tidak
memakai malaikat untuk tugas penyelamatan, tetapi manusia yang telah
mengalami karya penebusan dari darah Kristus yang mahal. Betapa pentingnya
umat Kristen digerakkan dan diperlengkapi untuk melaksanakan tanggung jawab
dalam mengabarkan Injil dengan baik.
George W. Peters menguraikan ciri utama seorang hamba Allah yang
hidupnya bisa dipakai Allah untuk mendatangkan pertumbuhan GerejaNya:
1. Ia telah menerima panggilan Tuhan Yesus Kristus dan tetap setia
mengikuti Tuhan dalam situasi apapun, terlepas dari kelemahan dan
keterbatasannya, ia akan setia berkata sama seperti Petrus “Tuhan, kepada
siapakah kami akan pergi”? (Yoh. 6:68). 2. Ia adalah hamba yang dengan
sukarela memasuki pelayanan kepada Kristus dan GerejaNya, tanpa ambisi
mencari kekayaan material dan kepentingan pribadi (Mat. 26:57-62; 14:2533). 3. Ia adalah hamba yang mengalami persekutuan yang makin hari
makin mendalam dengan Tuhan, sehingga ia bukan saja mampu
menyampaikan FirmanNya, tapi juga mampu menjelaskan prnsip-prinsip
yang diajarkanNya dan memancarkan Tuhan dari dirinya (I Pet. 2:9). 4. Ia
adalah hamba Allah yang hidup dan berjalan di dalam Roh Allah (Gal. 5:25:
Ef. 4:30). 5. Ia adalah hamba yang tekah menetapkan prioritas hidupNya
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam pelayanan (Mat. 6:33). 6. Ia
adalah hamba yang menerima dan menerapkan pelayanan bersama sebagai
suatu tim (Kis. 3:1,4; 4:23-31); doa bersama, daya bersama dan dana
bersama. 7. Ia adalah hamba yang memiliki berita Injil Keselamatan yang
membara dalam hatinya. 8. Ia adalah hamba yang rela berkorban dan
menderita bahkan mati sekalipun bagi pemberitaan Injil dalam Tuhan Yesus
Kristus yang telah mati dan bangkit bagi dunia ini (Kis. 4:12-31; 7:60). 9. Ia
adalah hamba Alah yang menyampaikan Firman Allah dengan hikmat dan
penerangan Roh. 10. Ia adalah hamba yang pemberitaannya berasal dari
Firman Allah (I Tim. 4:2a), bukan dari dongeng atau pengalaman dirinya.36
34
Ellis, Metode Penginjilan, 10.
Ibid.,13.
36
George W. Peters, A Theology or Church Growth (USA: Zondervan Publishing Rapids,
1982), 254.
35
164
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
Prinsip di atas inilah yang dipahami oleh Gereja Mawor Saron; dengan
melaksanakan misi dan penginjilan dalam penananam Gereja sebagai
pertumbuhannya. Ada kerja sama antara Gembala, pelayan dan jemaat
menghasilkan misi dan penginjilan yang lebih efesien. Dan hal ini harus
dipertahankan secara progresif (terus menerus) sebagai harapan dari Gereja yang
bertumbuh dengan sehat.
I.
Penanaman Gereja
C. Peter Wagner mengatakan: “Satu-satunya metodologi penginjilan
paling efektif di bawah langit adalah menanam Gereja-gereja baru”.37 Berarti misi
dan penginjilan yang benar, apabila terjadi penanaman Gereja baru. Kembali C.
Peter Wagner mengatakan:
Ada 5 (lima) alasan mengapa menanam Gereja-gereja baru,yaitu: 1)
Penanaman gereja itu Alkitabah. 2).Penanaman gereja berarti
mempertahankan kelangsungan denominasi. 3). Penanaman gereja
mengembangkan kepemimpinan baru. 4). Penanaman gereja menstimulasi
gereja-gereja yang sudah ada. 5). Penananman gereja itu efesien.38
Dengan ada penanaman gereja tersebut, maka terjadi pertumbuhan gereja. Karena
penanaman gereja sebagai cara memperluas pekabaran Injil. Bukti dalam
Alkitabiah adalah rasul dan para penginjil berpindah ke daerah-daerah perbatasan
yang berlum terjangkau Injil, di sana mereka menanam gereja-gereja baru. Rasul
Paulus mengatakan, “Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai
kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama
Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang
telah diletakkan orang lain” (Rm. 15:20). Paulus pergi ke daerah baru, dan apa
yang dia lakukan? Ia menanam gereja-gereja baru.
J.
Pelipatgandaan Jemaat dari Misi dan Penginjilan
Tekanan pada pelipatgandaan jemaat oleh karena sebagai satu tubuh –
Tubuh Kristus yang hidup – satu jemaat menghasilkan jemaat lainnya, bukan
anggota-anggotanya secara perseorangan. Satu jemaat yang patuh memiliki
kekuatan, yaitu kemampuan untuk berlipat ganda yang diberikan Allah, sebagai
mana semua mahkluk hidup ciptaan Allah lainnya bertambah banyak. George
Patterson mengatakan:
Pelipatgandaan jemaat olah karena pertumbuhan jemaat melalui
pelipatgandaan itu lebih strategis dan Alkitabiah dari pada bertumbuh hanya
melalui pertambahan. Jemaat-jemaat non-Barat lebih sering berlipat ganda
dengan cara ini daripada jemaat-jemaat Barat, bahkan beberapa jemaat di
Barat menghindari pelipatgandaan.39
Pertumbuhan melalui pertambahan dalam Kisah Para Rasul 2:41, di mana
3.000 orang bertobat dan dibaptis sehingga menjadi sebuah jemaat yang baru di
Yerusalem. Di sepanjang Kisah Para Rasul, Allah bekerja “dari dalam ke luar”
dimulai dengan suatu inti – seseorang atau satu keluarga yang bertobat –
37
C. Peter Wagner, Penanaman Gereja Untuk Tuaian Yang Lebih Besar, (Jakarta: Harvest
Publication House, 1995), 13.
38
Ibid, 24-26.
39
Geroge Patterson, Pedoman Pelipatgandaan Jemaat, (Bandung: Kalam Hidup, 2006), 20.
165
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
kemudian menyebarkan Kabar Baik melalui jaringan sanak keluarga dan temantemannya.
K. Kesimpulan
Gereja yang bertumbuh dikehendaki oleh Allah adalah apabila Gereja
tersebut berperan dalam misi dan penginjilan. Pertumbuhan sebuah Gereja dapat
terjadi jika semua orang percaya yang ada di dalam Gereja terlibat misi dan
penginjilan. Pertumbuhan yang dimaksudkan adalah pertumbuhan secara
kuantitas dan kualitas. Dan ini terlihat dalam pertambahan dalam jemaat yang
beribadah dan terlibat dalam pelayanan.
Pola penginjilan yang baik; apabila dasarnya adalah Amanat Agung Tuhan
Yesus Kristus. Gereja harus pergi memberitakan Injil kepada semua orang. Tanpa
misi dan penginjilan tentu tidak akan tercapai pertumbuhan dan pertambahan
dalam sebuah Gereja.
Penginjilan Yesus Kristus menjadi pola dan model misi – penginjilan yang
tepat dalam menjangkau jiwa-jiwa di dunia sekular. Memenangkan orang
sebanyak mungkin menjadi kerinduan hati Allah bagi Gereja di dunia.
Seharusnya jemaat tidak puas dengan pelayanan yang ada sekarang.
Haruslah jemaat terus dimotivasi untuk terlibat dalam misi dan penginjilan
sebagaimana yang sudah dilakukan pada awal perintisan dan pengembangan
Gereja. Tentu ada kendala yang dihadapi, khusus SDM yang kurang atau dana
yang diperlukan; mengingat pos pelayanan yang sudah sekarang inipun
mengalami kesulitan dalam hal dana contoh: Gedung Gereja beberapa tempat
belum ada dan biaya operasional pelayanan. Tetapi perlu kita ingat bahwa Misi
dan penginjilan tidak hanya bergantung kepada dana, melainkan komitmen antara
Gembala, Majelis dan Jemaat.
KEPUSTAKAAN
Alkitab: Lembaga Alkitab Indonesia, 2007.
Artanto, Widi.,Menjadi Gereja Misioner. Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Barna, George. The Power of Vision.Jakarta: Metanoia Publishing, 1992.
Coleman, Robert E., Rencana Agung Penginjilan Bandung: Kalam Hidup, t.t.
Ellis, D.W., Metode Penginjilan. Disunting oleh H.A Ompusunggu.Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993.
Graham, Billy. Beritakan Injili. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1988.
Griffiths, Michael, Gereja dan Panggilannya Dewasa ini Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1993.
Halim,Makmur.,Model Penginjilan Yesus.Malang: Gandum Mas, 2003.
Havlick, John F., Gereja yang Injili. Bandung: LLB, 1991.
Herlianto, Peran serta Kaum Awam dalam Pertumbuhan Gereja.Bandung:
Evagalion, 1990.
Kennedy, D. James, Ledakan Penginjian. Jakarta: EE International III, 1970.
Kuiper, Arie de.,Missiologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.
Lorenze, Victor, Penginjilan di Kota yang Dikuasai Kegelapan dalam
Meruntuhkan Benteng-benteng di Kota Anda, Peter Wagner,
peny.Yogyakarta: Yayasan Andi dan Metanoia Publishing, t.t.
Marantika, Chris, God’s Program For His People World Missions: The Asian
Challenge, 1990,
166
Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan
Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan
Pertambahan Jemaat
Peters, George W., A Theology or Church Growth, USA: Zondervan Publishing
Rapids, 1982.
Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita.Bandung: Yayasan Baptis
Indonesia, 1993.
Poerwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1982.
Thomas, Norman E., Teks-teks Klasik tentang Misi dan Kekristenan Sedunia.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Tomatala, Yakob.,Teologi Misi. Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003.
T. Jacob, Dinamika Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1978.
Venema, H. Injil Untuk Semua Orang Jilid 1. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1974.
Wagner, C. Peter, Memimpin Gereja Anda Agar Bertumbuh. Jakarta: Harvest
Publicatian House, 1995, 128.
Wagner, Peter. Strategi Perkembangan Gereja. Malang: Gandum Mas, t.t.
Wiebractht, Dean, Menjawan Tantangan Amanat Agung. Yogyakarta: Yayasan
Andi, 1998.
167
Download