Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat PERANAN MISI DAN PENGINJILAN DALAM PERTUMBUHAN DAN PERTAMBAHAN JEMAAT Oleh: Nixon Lumban Gaol, MA., M.Pd.K. Abstrak Penelitian berjudul “Peranan Misi dan Penginjilan dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat” membahas bagaimana peranan gereja dalam misi dan penginjilan.Manusia yang bertobat yang disebut Gereja menyatakan iman, persekutuan dalam misi dan penginjilan. Gereja harus mengambil model Misi dan Penginjilan Yesus Kristus.Gereja/Jemaat bertanggung jawab untuk melakukan misi dan penginjilan dalam pelipatgandaan dan untuk mencapai tujuan akhir misi dan penginjilan adalah seluruh dunia mendengarkan Injil – mendirikan Kerajaan Allah di dunia agar bumi penuh kemuliaan Allah. Kata Kunci: Peranan, Misi dan Penginjilan, Gereja serta Pelipatgandaan A. Pendahuluan Gereja adalah satu-satunya institusi yang didirikan Tuhan Yesus di bumi.Sehingga pertumbuhan Gereja adalah salah satu rencana Allah di dalam dunia. Bob Waymire mengatakan: “Pada suatu saat yang penting sekali dalam pelayananNya, Yesus berkata, “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18).”1 Pertumbuhan Gereja adalah penginjilan, dimana proses pemuridan yang utuh yang dapat dipilah dengan melihat kualitatif, kuantitas yang tidak terpisahkan satu dari yang lainnya. Pertumbuhan Gereja adalah kehendak Allah yang menghendaki gerejaNya bertumbuh (Kis. 2:40-47). Yakob Tomatala mengatakan: Misi dan penginjilan berkaitan dari pertumbuhan Gereja dengan sendirinya bersumber dari Allah yang dengan mandat misiNya yang SATU, memberikan tanggung jawab kepada umatNya sebagai “vice regentNya” untuk memuridkan segala bangsa. Pada sisi ini, pembuktian terlaksananya misi Allah akan ditandai oleh kenyataan keberadaan umatNya (gerejaNya) yang bertambah serta bertumbuh.2 Kita diperintahkan untuk menjadikan semua bangsa muridNya.Bob Waymire melaksanakan rencana-rencana ini, dan Ia menyuruh mereka, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segela sesuatu yang telah kembali mengatakan: Belakangan Ia mengatakan kepada murid-muridNya bahwa merekalah yang akan Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:19-20). Orang Kristen menyebut pernyataan itu Amanat Agung.3 1 Bob Waymire, Pedoman Survei Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas,1996), 9. Yakob Tomatala, Teologi Misi, (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 20. 3 Waymire, Pedoman Survei, 9. 2 150 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat Pekabaran Injil sebagai tugas pokok itu dihadang oleh berbagai kesulitan. Banyak jemaat dan denominasi menjadi statis. Sebagian besar orang Kristen tidak pernah memenangkan orang untuk beriman kepada Kristus. Persoalan adalah bagaimanakah kita dapat menyampaikan Injil secara paling efektif dan memperbanyak Gereja-gereja yang sehat? Metode apakah yang terbaik? Bagaimana kita dapat membedakan keadaan statis yang diakibatkan oleh lemahnya iman dengan keadaan statis yang diakibatkan buruknya metode? Permasalahan terbesar yang lain datang dalam Gereja sendiri, dimana Gereja-gereja sekarang ini banyak yang tidak memiliki jiwa misi dan penginjilan. Gereja kurang memikirkan untuk mengetahui sejauhmana pertumbuhan Gereja lokal untuk terlibat dalam penanaman Gereja. Atau Gereja hanya ada, tidak memahami panggilan dan tugasnya. Tradisi Gereja begitu mengikat kehidupan berjemaat sehingga pertambahan jumlah karena kelahiran bukan hasil misi ke luar. Terutama hal ini terjadi dengan Gereja yang merasa puas karena jumlah jemaat (kuantitasnya) saja. B. Peranan Misi dan Penginjilan 1. Pengertian Peranan Untuk mengetahui arti dari kata ‘peranan’, sebaiknya dilihat dari pengertian yang berdasarkan kata dasarnya. Kata ‘peranan’ berasal dari kata “peran” yang artinya lakon, yang biasanya terlihat dari permainan lain. Menurut J.S Poerwadarminta mengatakan: “Kata peran ini dapat dibubuhi dengan kata imbuhan yaitu akhir “an” yang akhirnya memunculkan kata “peranan” yang dapat dibuat sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan, terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.”4 2. Peranan Manusia dalam Misi dan Penginjilan Manusia adalah asset Allah yang terbaik dalam pelaksanaan Misi. Manusia dapat berkomunikasi dalam bahasa yang dimengerti oleh sesama, mengerti akan pergumulan dan beban dosa yang dialami oleh sesama. Dalam satu segi itulah sebabnya Tuhan Yesus datang ke dunia sebagai manusia yang merasakan segala pengalaman manusia serta bersimpati dengan keadaan mereka (Filp. 2:5-9; Ibr. 7:26; 12:2). Di dalam keadaan sebagai manusia Ia merasakan pengalaman manusia berdosa walaupun Ia sendiri tidak berdosa. Dalam keadaan sebagai manusia Ia sebagai misioner Agung mengkomunikasikan siapa Dia dan siapa Allah Bapa. Ia mengkomunikasikannya dalam bahasa manusia. Pusat program Allah ialah keselamatan manusia dari dosa. Karena itu Allah telah menetapkan untuk memakai manusia untuk melakukannya dan misi itu harus dilakukan dalam cara yang dimengerti manusia. Dalam Kisah Para Rasul 2:8-11, ketika Roh Kudus dicurahkan kepada para rasul dan orang percaya lainnya pada hari raya Pentakosta di Yerusalem masyarakat sekitar mereka mendengarkan Injil diberitakan dalam bahasa mereka masing-masing. Tujuannya ialah agar mereka mengerti Injil itu dan dapat memberi respon kepada uluran kasih Allah. Itu sebabnya Allah memakai manusia sebagai instrumenNya, bukan roh maupun malaikat atau ciptaan lain. 4 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), 271. 151 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat Dalam satun segi sejarah Alkitab adalah sejarah tentang ‘karya manusia’ yaitu sejarah tentang bagaiamana mereka dipakai oleh Allah sebagai alatNya untuk melakukan misi surgawi di bumi, di tengah-tengah sesama manusia. Allah memakai manusia secara individu, misalnya Musa, Yosua, para nabi dan para rasul. Allah juga memanggil keluarga sebagai alatNya, misalnya Adam dan Hawa, Nuh dan keluarga, Abraham dan keluarga, keluarga-keluarga dalam bangsa Israel (Ul. 6:4-9). Allah juga memanggil bangsa, misalnya bangsa Israel atau kelompok orang percaya, yaitu Gereja untuk melakukan misiNya. Dalam Perjanjian Baru tiga jenis panggilan sangat ditekankan. Yang pertama, yaitu panggilan untuk percaya (Yoh. 1:35-42). Yesus memanggil dan memperkenalkan diriNya kepada manusia agar mereka percaya kepadaNya. Yesus memberi panggilan yang kedua yaitu panggilan untuk menjadi murid (Mat. 10:1-4). Mereka dilatih oleh Tuhan Yesus untuk menjadi generasi penerus dalam melaksanakan misiNya di dunia. Yang ketiga, Yesus memilih mereka untuk diutus sebagai hamba-hambaNya atau rasulNya (Yoh. 15:16). Inisiatif pemilihan itu datang dari Tuhan Yesus. Mengenai peranan manusia kedudukan dan kualitas seorang pemimpin sangat menentukan. Peter Wagner mengatakan: “Bahwa dalam setiap gereja yang bertumbuh terdapat seorang yang merupakan kunci yang dipakai Tuhan sehingga terjadi pertumbuhan tersebut.”5 3. Peranan Iman dalam Misi dan Penginjilan Misi Allah di dunia ini adalah sesuatu yang sulit dikerjakan, karena hati manusia sudah dikuasai dosa. Di samping itu iblis dan tentaranya akan selalu berusaha menghalangi pemberitaan Injil. Kalau hamba Tuhan tidak bergantung pada kuasa Tuhan dengan iman maka akan gagal; karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6). Sebaliknya, bagaimana pun besarnya tantangan misi akan dapat berjalan terus kalau hamba Tuhan bergantung kepada Roh Kudus dengan iman. Ciri-ciri orang yang beriman dalam pelaksanaan misi ialah seorang yang pertama, dia telah lahir baru. Paulus menekankan bahwa dia haruslah yang sudah lama bertobat (I Tim. 3:6). Kedua, memiliki keyakinan yang jelas. Pekerjaan misi adalah aktifitas yang penuh resiko. Karena itu pelayanan misi harus yakin akan penyertaan Yesus. Dia juga harus yakin bahwa berita yang disampaikannya (Injil) adalah kebutuhan paling hakiki dari semua manusia. Dia juga harus menyakini bahwa Yesus jauh lebih besar dari segala tantangan dunia (I Yoh. 4:4; Mat. 28:18). Ketiga, memiliki keyakinan akan pengutusan. Pekerjaan misi bukanlah profesi tetapi panggilan. Keempat, yaitu pengudusan. Seorang utusan misi adalah seorang yang bersedia untuk mengalami pengudusan dari Tuhan supaya semakin berhasil di dalam misinya (Yoh. 15:2-3; I Kor. 6:19-20; Rm. 12:1-2; Yes. 52:11). Kelima, kasih. Misi dilakukan dengan motivasi kasih. Sama seperti Yesus datang ke dunia karena kasih, utusan misi juga pergi karena memiliki kasih kepada orang berdosa (Mat. 9:36; 14:14). Chris Marantika, God’s Program For His People (World Missions: The Asian Challenge, 1990), 20. 5 152 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat 4. Peranan Persekutuan dalam Misi dan Penginjilan Gereja sebagai persekutuan orang percaya mempunyai dua jenis tugas umum yang mencakup pembinaan ke dalam dan pengembangan ke luar. Dalam Perjanjian Lama Allah telah memilih umat Israel sebagai umat yang akan dipakai untuk menyatakan misiNya kepada dunia. Dalam satu segi hal ini adalah merupakan penggenapan janji Allah kepada Abraham (Kej. 12:1-3). Di tinjau dari segi proses atau mekanisme pemanggilan Allah, proses yang dialami bangsa Israel sama dengan proses yang dialami oleh Gereja. Dari dalam kegelapan gereja dipanggil oleh Allah supaya masuk ke dalam persekutuan dengan Tuhan Allah. Kemudian gereja diutus Allah ke dalam dunia untuk melakukan misiNya. Dari 4 (empat) dimensi aspek pelayanan dasar dalam pemberitaan Injil, salah satunya adalah persekutuan. Persekutuan (koinoneo, Filp. 4:15; bnd. I Kor. 1:16; Fil. 6; Rm. 15:26; II Kor. 8:4). TUHAN Yesus secara tegas menghendaki adanya hidup dan praktek persekutuan kasih diantara murid-muridNya, sebagai dasar pelaksanaan tugas misi Allah bagi dunia (Yoh. 13:34-35). TUHAN Yesus juga mengukuhkan “persekutuan kasih umatNya dengan doa” (Yoh. 17; I Yoh. 3,4). Dengan demikian, dimana umat Allah bersekutu dalam kasih, di situ ada berkat, dan mereka akan menjadi berkat bagi dunia. 5. Peranan Roh Kudus dalam Misi dan Penginjilan Misi adalah proyek global Ilahi. Artinya misi adalah pekerjaan yang supra insani. Baik dari segi sifat misi maupun lingkup tugas yang akan dikerjakan misi Ilahi adalah sesuatu yang di luar jangkaun atau kemampuan insani manusia. Karena misi harus dilaksanakan dengan kuasa dan strategi Ilahi. D. A. Carson mengatakan: “Dalam menjalankan misiNya Roh Kudus menunjukkan kuasa Allah. TugasNya adalah meninggikan Yesus Kristus dan memuliakan Bapa. Roh Kudus memimpin pengabaran Injil Kerajaan Kristus maju kea rah surga.”6Berarti anugerah Roh yang berkuasa membangun jemaat merupakan dasar pertumbuhan Gereja. Pertumbuhan Gereja terjadi karena adanya dinamika yang berasal dari Allah, yaitu Roh Kudus. Yakob Tomatala menguraikan kuasa Roh Kudus dalam aspek berikut: Roh Kudus memenuhi orang percaya (Kis. 1:8; 2:4) untuk pemberitaan Injil, sehingga semua orang Kristen dapat bersaksi dengan penuh keberanian, hikmat dan kuasa. Roh Kudus menyiapkan orang untuk mendengar Injil (Kis. 2:5), sehingga ada kepastian bahwa setiap orang yang dicapai oleh Injil mengalami pembebasan dari Allah. Roh Kudus menuntun pemberitaan Injil, sehingga ada respon (Kis. 2:6-12); yang terlihat dengan adanya orang percaya baru yang datang kepada Allah dan melibatkan diri ke dalam jemaat setempat.7 Selanjutnya Lukas menjelaskan bahwa setelah para rasul menerima Roh Kudus mereka diperlengkapi dengan kuasa yang memampukan mereka melakukan hal yang di luar kebiasaan mereka. Mereka dapat berbicara tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah dalam bahasa yang tidak mereka 6 D.A. Carson, Gereja Zaman Perjanjian Baru Sampai Masa Kini, Malang: Gandum Mas, 1997), 80. 7 Ibid.,190. 153 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat ketahui (Kis. 2:4); Petrus berkhotbah dengan kuasa (Kis. 2:14-36); terjadi pertobatan massal (Kis. 2:37-40); mereka dimampukan untuk menderita aniaya dengan tidak menyesal (Kis. 4:3); memiliki hikmat untuk memberi jawaban kepada para pejabat agama dan negara (Kis. 4:12); melaksanakan mujizat (Kis. 3:1-10); serta dalam memilih pelayan (Kis. 6:1-7). Hal yang sama juga dialami Paulus dan Barnabas yang merupakan utusan misi formal yang pertama. Dengan doa dan kuasa Roh Kudus mereka dipilih dan diutus oleh jemaat Antiokhia sebagai misionaris (Kis. 12:24-25). Dalam melaksanakan misi mereka juga diarahkan oleh Roh Kudus (Kis. 13:4), dan juga dalam pengembangan daerah misi dari Asia ke Eropa (Kis. 16:4). C. Model Misi dan Penginjilan Yesus Kristus Untuk dapat memahami dengan baik rencana kerja Tuhan Yesus, harus dipelajari Perjanjian Baru, khususnya keempat kitab Injil. Robert E. Coleman mengatakan: “Hanya kitab-kitab inilah sebenarnya yang memberikan kesaksian yang benar mengenai Yesus dan pekerjaanNya.”8 Keempat kitab Injil inilah pertama-tama ditulis untuk menunjukkan bahwa Yesuslah Mesias. Anak Allah, dan hanya oleh iman memperoleh hidup dalam namaNya (Yoh. 20:31). Para penulis kitab Injil bukan sekedar melihat cara hidup Yesus yang benar, namun kehidupan mereka pun telah diubah oleh kebenaran itu. Itulah sebabnya mereka menuliskan hal-hal yeng telah membuat mereka meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus. Kehidupan Tuhan Yesus memberi pengaruh kepada para penulis kitab ini. Dan pengaruh ini membuat para muridmuridNya menjadi saksi bagi banyak orang. Makmur Halim menguraikan beberapa model penginjilan Yesus, yaitu: 1. Model penginjilan pasif adalah model penginjilan yang dilakukanNya karena orang-orang datang kepadaNya, dan kemudian Ia melayani. 2. Model penginjilan aktif, di mana Yesus mengambil inisiatif untuk mendekati, mencari, dan memberitakan Injil kepada mereka yang tidak dating mencari Dia. 3. Model penginjilan dialog adalah model penginjilan menggunakan metode pendekatan dialog antara Yesus dan orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, dan penguasa Romawi. 4. Model penginjilan gaya hidup, ini menampilkan gaya hidup sebagai penginjilan. 5. Model massa adalah model pendekatan Injil untuk orang banyak (massa) dan juga mengandung unsur sosial dalam beritanya. 6. Model penginjilan nominal adalah model pendekatan yang khusus digunakan oleh Yesus untuk mencapai orang-orang percaya yang nominal atau orang Kristen KTP.9 Yesus datang ke dunia untuk memberitakan kabar baik atau Injil kepada orang berdosa. Pendekatan yang digunakan oleh Yesus dalam memberitakan Injil adalah pedoman atau contoh atau model yang dapat diterapkan untuk penginjilan se-dunia pada masa kini. Dalam pelayanan pemberitaan Injil, Yesus juga menghadapi tantangan-tantangan. Banyak orang menjadi percaya oleh pemberitaanNya dan ada juga mereka yang menolak Dia. 8 Robert E. Coleman, Rencana Agung Penginjilan (Bandung: Kalam Hidup, t.t), 7. Halim, Model Penginjilan Yesus, 27-8. 9 154 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat D. Misi dan Penginjilan Istilah misi yang dipakai dalam bahasa Inggris adalah ‘mission’ yang berarti ‘tugas’. Arti kedua ialah ‘badan utusan’. Istilah ‘missionary’ berasal dari kata ‘mission’ yang diberi arti utusan/pekabar Injil.”10 Berarti misi adalah rencana pengutusan Allah (misio Dei) yang kekal untuk membawa shalom kepada manusia (umatNya) dan segenap ciptaanNya demi kejayaan kerajaanNya. Tujuan tertinggi dari misi Allah yang membawa shalom itu adalah ‘kerajaan Allah’ atau pemerintahan Allah (the kingdom of God) yang membawa kemuliaan bagi namaNya (Rm. 11:36; I Taw. 16:24-29; Maz. 8:2; 29:1-3; Rm. 16:25-27; Ef. 3:20-21; Filp. 4:20; II Pet. 3:9). Yakob Tomatala menguraikan kebenaran asasi mengenai misi dengan mengatakan: 1. Misi berpusat dan berasal dari Allah (misio Dei) yang merupakan inti dari rencanNya yang kekal bagi manusia dan segenap ciptaanNya. 2. Misi adalah “pengutusan” TUHAN sebagai bahagian dari pernyataan diri dan karyaNya yang utuh kepada dan melalui umatNya (missio ecclesian). 3. Misi memiliki motif dan tujuan primer, yaitu membawa rahmat shalom (missio gratiae), sehingga misi yang satu (utuh) beroperasi dengan dinamika yang holistik dalam mewujudkan shalom Allah (dalam segala aspek dan bidang kehidupan) yang ditandai oleh “summum bonum” (kebaikan tertinggi) bagi umatNya dan segenap ciptaanNya.11 Sedangkan Pekabaran Injil memiliki beberapa pengertian. Menurut John F. Havlick mengatakan: Pertama, Pekabaran Injil adalah sebuah pesan dan sebuah tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Teologia, dari masalah-masalah hidup ini, dan harus dipahami oleh kaum awam. Kedua, Pekabaran Injil adalah rencana Allah sejak dahulu yang berarti Pekabaran Injil adalah rencana penyelematan oleh Allah dalam Perjanjian Lama dan telah dilakukan Allah melalui Yesus Kristus. Ketiga, Pekabaran Injil adalah Kabar Baik dari Allah yang berarti Pekabaran Injil adalah Kabar Baik tentang prakarsa Allah untuk menyelamatkan manusia dan tentang Kerajaan Allah. Keempat, Pekabaran Injil adalah suatu kewajiban. Kelima, Pekabaran Injil adalah mengabarkan dan memperlengkapi yakni menginjili orang dan memperlengkapi orang Kristen untuk mengabarkan Injil dan gereja dalam Kisah Para Rasul adalah sebuah contoh gereja yang injili. Keenam, Pekabaran Injil adalah kata dan perbuatan yang artinya hasil harus sesuai dengan pemberitaan, pikiran sesat yang merusak Pekabaran Injil dan mewujudkan ke dalam perbuatan.12 Pengertian Pekabaran Injil tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni bahwa Pekabaran Injil dimulai dari hati Allah, kemudian diamanatkan kepada manusia percaya untuk direalisasikan dengan perbuatan. Dalam Pekabaran Injil, pemberita penting memahami dan mengembangkan visi karena merupakan batu bangunan penginjilan. Pemahaman tentang visi penginjilan adalah penting untuk mendukung pelaksanaan Pekabaran Injil di lapangan. 10 Kuiper, Missiologia, 76. Yakob Tomatala, Teologi Misi (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 25. 12 John F. Havlick, Gereja yang Injili (Bandung: LLB, 1991), 8. 11 155 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat 1. Definisi Pekabaran Injil Rumusan tentang Pekabaran Injil menurut Venema mengatakan: Pekabaran Injil adalah pengutusan gereja oleh Yesus Kristus, Juruselamat dunia untuk melaksanakan perintahNya demi kemuliaan Nama Tuhan yaitu memanggil semua orang dunia dan mengabarkan kepada mereka Injil Kerajaan Allah, supaya oleh kuasa Roh Kudus mereka diselamatkan dari dosa dan penghakiman hingga menjadi warga KerajaanNya yang melakukan segala sesuatu yang diperintahkanNya.13 Injil merupakan kebutuhan mutlak bagi umat manusia berdosa dan Pekabaran Injil sangat penting karena tidak ada sarana yang lain dipakai Allah untuk menjangkau manusia berdosa. 2. Sumber Misi Misi bersumber dari hati Allah. Karena itu misi adalah proyek Ilahi yang ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan manusia yang sangat dikasihiNya. Manusia adalah hasil karya teragung dari Allah (Ef. 2:10). Setelah manusia pertama diciptakan, maka Allah menyerahkan segala sesuatu kepada manusia sebagai wakil Allah untuk mengelola, menguasai dan menata alam semesta ciptaanNya (Kel. 1:28). Namun misi ini bukan hanya diserahkan kepada Adam dan Hawa, tetapi juga kepada keturunan mereka. Misi ini disebut dalam istilah teologia ‘cultural mission’ (mandat budaya). Kejatuhan manusia dalam dosa merupakan tragedi yang sangat memilukan hati Tuhan. Manusia sempurna diciptakan menurut gambar dan wujud Allah, telah hancur berkeping-keping sehingga kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Kesesatan atau ketidakpatuhan manusia pada Alah itu identik dengan hilangnya harmonisasi di bumi. Yakob Tomatala mengatakan: “Rencana Allah yang kekal adalah dasar bagi segala tindakan dan karyaNya yang bersasaran. Rencana Allah yang bersasaran ini terfokus kepada satu tujuan tertinggi yaitu “kerajaan Allah (pemerintahan/penguasaan Allah)” yang membawa “kemuliaan bagi diriNya.”14 Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Allah adalah inisiator misi. Puncak program misi Allah dinyatakan dalan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia sebagai Utusan Agung Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa (Yoh. 3:16). Kemudian setelah kebangkitanNya Yesus memberi Roh Kudus kepada muridmuridNya agar dengan kuasa itu mereka melaksanakan misi Allah di dunia ini (Kis. 1:8). Maka tujuan utama dalam pelaksanaan misi ialah dapat untuk membawa manusia kepada pengenalan akan Tuhan Yesus. 3. Sifat Pemberitaan Injil Sifat Pemberitaan Injil adalah pengutusan keluar. Yesus mengatakan, “Pergilah … “ (Mat. 28:19). Dengan demikian orang yang melakukan misi ialah orang yang pergi keluar, menyeberangi batas kultur, etnis dan agama untuk mengkomunikasikan Injil Yesus Kristus. Sasaran yang akan dicapai ialah ujung dunia semua bangsa. Konsep pergi keluar dianalogikan oleh Tuhan Yesus dengan ‘terang’ dan ‘garam’ (Mat. 5:13-15). Kedua jenis benda ini memiliki sifat expansionis, 13 H. Venema, Injil untuk Semua Orang Jilid I (Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 1997), 58. Tomatala, Teologi Misi, 45. 14 156 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat dibutuhkan, mempengaruhi, memberi makna baru yang juga merupakan makna misi Kristus di dunia. Selanjutnya Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus memberikan beberapa dasar penting dalam pelaksanaan misi. Pertama, wewenang Yesus yang mutlak. Yesus Kristus yang bangkit itu ialah Tuhan dan Raja dan kepadaNya segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan (Mat. 28:18). Karena itu Ialah satu-satunya yang memiliki wewenang untuk mengutus hambaNya untuk pergi dan perintahNya mutlak harus ditaati. Kedua, dasar dan tujuan pelayanan yaitu membawa orang kepada pengakuan yang jelas dan akan siapa Yesus Kristus bagi dia. Untuk tujuan itu Injil harus diberitakan secara verbal kepada orang tersebut atau calon yang akan disajikan Injil. Penerimaan dengan iman kepada Tuhan Yesus harus ditindak lanjut dengan mendidik orang tersebut menghayati imannya atau sampai kepada pemuridan. Ketiga, penugasan untuk memberitakan Injil adalah bersifat global, di dalam dan di luar gereja dan melintasi batas-batas kultur dan kebangsaan. Dalam hal ini fungsi Gereja sebagai organisme akan dapat menembusi semua batas-batas yang terdapat di tengah-tengah manusia. Untuk mencapai tujuan misi, ada 5 (lima) hal yang merupakan kebenaran dasar dalam pelaksanaan misi menurut Kisah Para Rasul yang diuraikan oleh George Peters mengatakan: 1. Roh Kudus adalah agen surgawi yang memulai, mengawasi, memberi kekuatan, dan menyelesaikan rencana Allah di dalam rencana pembangunan gereja. Dia adalah Parakletos, Administrator, Pelaksana, dan yang merealiser perencanaan. 2. Rasul Tuhan Yesus Kristus adalah perwakilan dari gereja Tuhan Yesus Kristus dan agen permulaan dari Roh Kudus melalui siapa rencana surgawi itu dimulai dan diarahkan. 3. Bersaksi atau komunikasi oral adalah merupakan cara terbesar untuk menyempurnakan maksud surgawi itu. 4. Yesus Kristus sendiri adalah merupakan inti utama dari berita orang Kristen. 5. Penduduk dunia seluruhnya adalah merupakan lingkup dari pekerjaan kemurahan Allah dan pemberitaan Injil.15 Yakob Tomatala mengatakan: “Misi menempatkan Perintah Agung sebagai inti dari rencana Allah yang kekal. Rencana Allah ini bertujuan untuk merahmati shalom bagi segenap manusia dan semua ciptaan Allah, yang diwujudkanNya melalui gerejaNya.”16 4. Tujuan Akhir Misi Banyak orang Kristen dan badan misi berpikir bahwa tujuan akhir pelaksanaan misi ialah agar seluruh dunia mendengarkan Injil Tuhan Yesus Kristus. Tidak dapat hindari bahwa hal ini adalah merupakan salah satu tujuan misi. Namun bukanlah itu tujuan akhir, karena kalau hanya mendengar orang belum tentu akan memberi respon positif. Bahkan hal ini bisa mendatangkan dampak negatif, karena seharusnya bobot utama dalam pelaksanaan misi ialah agar orang percaya dan menerima Tuhan Yesus dengan iman sebagai Tuhan dan 15 Peters, A Theology or Church Growth, 17-9. Tomatala, Teologi Misi, 190. 16 157 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat Juruselamatnya dan supaya mereka masuk ke dalam persekutuan orang percaya (Yoh. 20:31; I Yoh. 1:1-2). Untuk mencapai tujuan itu Gereja serta pelaksana misi harus menyadari bahwa misi dilakukan bukanlah bertujuan untuk mempropagandankan filsafat, sistem teologia, dogma Gereja, organisasi, ideologi agama maupun pengakuan iman Gereja. Tujuan akhir pelaksanaan misi tidak bisa terlepas dari pribadi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan manusia sejati. Karena itu misi bertujuan untuk menyaksikan Tuhan Yesus agar para pendengar mengakuiNya dan menerima dengan iman sebagai Tuhan dan Juruselamat. Hidup orang percaya itu tentu akan mempermuliakan Allah. E. Gereja dan Pemberitaan Injil Berdirinya Gereja di dunia adalah merupakan kehendak Allah. Tuhan Yesus sendiri menjanjikanNya kepada Petrus setelah ia memberikan pengakuan iman akan siapa Yesus bagi dia (Mat. 16:8). Keberadaan Gereja ditengah-tengah dunia menjadi terang dan garam untuk mempengaruhi dunia dan menjadi berkat bagi orang lain. Griffiths mengatakan: Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus, ajaranNya bukan hanya untuk diucapkan tetapi juga diperlihatkan secara nyata di dalam kehidupan masyarakat. Gereja bukan hanya merupakan hasil doktrin Kristus, tapi merupakan bukti nyata kepercayaannya …. Gereja bukan sekedar suatu organisasi individu yang percaya kepada Yesus, tetapi juga suatu organisme. Jika Tuhan Yesus adalah Guru dan Model kita, maka Dia jugalah sumber hidup kita bersama, kekuatan yang memungkinkan kita untuk berfungsi. Karena itu Dia bisa menyebutnya “gerejaKu” (Mat. 16:18), dan Paulus menyebutnya “tubuh Kristus” (Ef. 4:12).17 Gereja juga ditempatkan Tuhan Yesus di dalam dunia yang penuh dosa dengan maksud supaya Gereja melaksanakan tugasnya yaitu menerangi dunia dengan berita Injil yang datangnya dari Allah. Tugas Gereja menurut Havlick dalam kutipan Griffiths mengatakan: 1. Gereja adalah perantara yang meneruskan berita dari Allah kepada manusia. 2. Gereja membawa misi Kristus. 3. Gereja mewartakan Injil melalui sifat-sifatnya dan melalui pelayanannya.”18 Mengenai pekerjaan seorang pelayan Gereja yang misioner, Havlick menambahkan: 1. Memproklamirkan atau dengan kata lain berkhotbah. Gereja memproklamirkan kebenaran Alkitab mengenai Allah, manusia, Yesus Kristus dan penghakiman. 2. Mengajar, maksudnya memberi pengajaran dalam bentuk perbuatan maupun nasihat. 3. Menjadikan orang murid Yesus yang berarti ada pemuridan yang di dalamnya mencakup dosa, pengajaran Firman Tuhan, mengenal pribadi dan pekerjaan Roh Kudus, bertumbuh dalam penyerahan diri kepada Yesus Kristus dan memupuk sifat mengampuni dalam hubungan kita dengan orang lain sama seperti Kristus. 4. Melayani, sebagaimana Kristus telah melayani gerejaNya.19 17 Michael Griffiths, Gereja dan Panggilannya Dewasa ini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 4 18 Ibid., 37. 19 Ibid., 38. 158 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat Dalam melaksanakan tugas pemberitaan Injil, tidak berjalan sendiri tanpa dukungan sesama seiman (jemaat) dalam pelayanannya. Oleh sebab itu, hal yang terbaik adalah bahwa pemberita Injil berada di bawah naungan atau dukungan dari Gereja lokal atau lembaga penginjilan lainnya. Tujuan dari dukungan ini adalah agar pemberita Injil mendapat dukungan moral, spiritual, dan bahkan dukungan dana kalau diperlukan. Pelayanan penginjilan yang berhasil akan melahirkan Gereja-gereja lokal yang baru di bawah bimbingan Gereja pusat. Selain memberitakan Injil, juga perlu diperhatikan ada tantangan/kuasa lain yang harus dihadapi oleh seorang pemberita Injil. Hal ini dijelaskan oleh Victor Lovenzo dengan mengatakan: Gereja memiliki satu mandat untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan memperluas Kerajaan Allah dan kebenaranNya … Allah telah memberikan otoritas kepada GerejaNya dan para pemimpin untuk merebut lingkunganlingkungan sekitar, kota-kota, bangsa-bangsa juga benua-benua bagi Yesus Kristus. Efektivitas gereja dalam memenangkan orang-orang yang tidak percaya bagi Yesus Kristus.20 Gereja juga harus berhubungan dengan “pemuridan’, artinya mengikat seluruh aspek pertumbuhan Gereja yang diarahkan kepada sasaran, yaitu pertumbuhan Gereja yang dinamis yang bertambah secara terus menerus. Pemuridan berarti proses membawa orang kepada Kristus, melibatkan dia ke dalam kehidupan jemaat untuk bertumbuh dan bertambah dalam iman, dan pada waktunya terlibat memuridkan orang lain. D. James Kennedy mengatakan: “Tanggung jawab atas pemuridan merupakan tanggung jawab dua pihak: Pertama, tanggung jawab individu penginjil dan tim yang memimpin orang yang baru percaya kepada Kristus; kedua, tanggung jawab keluarga gereja lokal.”21 Gereja yang memuliakan Allah adalah dengan pola pemuridan. Bill Lawrence mengatakan: Dengan pemuridan yang mencakup penyembahan, pengarahan, kasih dan saling memperhatikan, dan tersedianya berbagai keperluan jasamani yang sama kepada orang-orang percaya dan orang-orang yang tidak percaya (Kis. 2:42-47). Pemuridan bukan sebuah aktivitas gereja yang sempit melainkan semua hal yang dilakukan gereja untuk memuliakan Allah dan menggenapkan tujuanNya. Pemuridan adalah cara gereja menyembah Allah dan meningkatkan jumlah penyembah.22 Memuridkan adalah sebuah perintah jelas dan pasti. Ketika Tuhan memberikan perintah ini. Dia memberikannya dengan nada mendesak dalam suaraNya, sehingga para rasul merasakan apa yang Dia inginkan. Tidak ada pilihan dalam setiap perintah. Harus melakukan perintah ini sebagai tanda kesetiaan untuk memimpin gereja kepada Amanat Agung sebagai perintah yang mendesak. Gereja yang sehat dan bertumbuh memiliki ciri dan khusus, yaitu penginjilan. C. Peter Wagner mengatakan: Gereja yang sehat dan bertumbuh adalah jemaat yang gembala sidangnya adalah seorang pemikir, yang melalui kepemimpinannya yang dinamis dapat 20 Victor Lorenze, Penginjilan di Kota yang Dikuasai Kegelapan dalam Meruntuhkan Benteng-benteng di Kota Anda, Peter Wagner, peny.(Yogyakarta: Yayasan Andi dan Metanoia Publishing, t.t), 186. 21 Kennedy, Ledakan Penginjilan, 176. 22 Bill Lawrence, Menggembalakan dengan Hati, (Yogyakarta: Andi, 2007), 61. 159 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat menggerakkan seluruh anggota jemaat untuk melayani. Gereja yang sehat dan bertumbuh akan selalu berupaya menemukan serta mengembangkan secara baik semua kaum awam dalam jemaat dan mendorong mereka untuk menggunakan karunia.23 Gereja yang sehat tentulah tidak hanya menjadikan mereka sebagai murid; melainkan menjadikan mereka menjadi pemenang jiwa. Mereka juga di follow up dalam training penginjilan berikutnya untuk menghasilkan murid baru. Gereja yang sehat juga mengenal dan melakukan pola pelipatgandaan atau multiplikasi. Amanat Agung memerintahkan kita untuk memuridkan orang, bukan semata-mata membuat orang mengambil keputusan. Menyampaikan Injil hanyalah sebuah tindakan awal. Untuk memuridkan orang lain secara tepat dibutuhkan visi tentang apa yang dapat dilakukan oleh Allah menurut kasih karuniaNya kepada orang berdosa. Penginjil yang sudah puas dengan hanya menyampaikan Injil dan menerima pengakuan adalah seperti perayu yang tidak bermoral. Jangan menilai keefektifan dari penginjilan dan pemuridan berdasarkan apa yang dilihat dalam diri orang yang di Injili. Ukurlah keefektifan melalui para cucu rohani kita. Jika orang-orang yang di Injili dan yang dimuridkan menghasilkan murid-murid yang baik dapat memuridkan orang lain, maka kita telah melakukan pekerjaan dengan baik. Seorang murid adalah pengikut Yesus Kristus yang bisa berfungsi menghasilkan dan mendewasakan murid baru. F. Posisi Jemaat Sudah tiba saatnya Gereja memberi posisi yang tepat bagi kaum intelektual dan profesional yang sudah banyak terdapat pada kalangan jemaat (kaum awam), apakah dalam bentuk khusus, satuan tugas, atau bentuk lain yang dapat menyalurkan kemampuan intelektual dan profesional. Sehingga dapat berperan serta dalam menjawab tantangan yang dihadapi Gereja sesuai talenta yang Tuhan berikan.24 Memang untuk menuju hal itu, akan dijumpai banyak kendala, misalnya otoritas para pendeta dan penginjil akan “berkurang”. Tetapi bila mau melangkah maju tentunya pelayanan jemaat akan menolong para pendeta dan penginjil untuk lebih berspesialisasi dalam pelayanan jemaat. Justru dapat secara efektif menjadi suporter yang kuat. Dan memberi posisi yang tepat kepada jemaat, merupakan tindakan bijaksana; sebab bila tidak, maka potensi jemaat akan tersalurkan malalui kegiatan di luar Gereja. Sebagai hamba Tuhan yang mendapat kepercayaan dari jemaat, patut menjaga kelancaran perputaran roda pelayanan di Gereja dengan cara mencermati potensi-potensi yang dimiliki anggota jemaat. Tidak jarang ada di antara anggota jemaat yang memiliki kelebihan, tapi kurang berani mengaktualisasikannya. Anggota jemaat tersebut merasa tidak mampu atau itu tidak tugasnya. Dalam hal ini proaktif pendeta sangat diperlukan untuk melibatkan jemaat dalam pelayanan di Gereja; caranya mengadakan pendekatan dan pengarahan yang tepat. Dalam hidup jemaat harus ada kuasa misi dan KASIH terhadap orangorang sesat. Motif belas kasihan akan membuat jemaat untuk membagikan harta 23 Tomatala, Teologi Misi, 220. Herlianto, Peran serta Kaum Awam dalam Pertumbuhan Gereja (Bandung: Evagalion, 1990), 122. 24 160 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat yang telah kita terima dengan cuma-cuma. Belas kasihan jemaat dapat terlihat dari gairah untuk memuliakan Allah. John Dawson mengatakan: Mempunyai kasih kepada orang-orang tersesat merupakan ucapan yang sering disebut-sebut oleh orang Kristen. Jangan menunggu mempunyai perasaan kasih dahulu, baru akan memberitakan Kristus kepada orang-orang yang tidak dikenal. Kasih kepada Bapa surgawi sudah ada pada setiap kita, dan kita pun mengetahui bahwa orang-orang yang tidak dikenal itu adalah ciptaanNya, hanya saja orang-orang itu masih terpisah dari Allah.25 Jadi, orang percaya harus mengambil langkah dalam penginjilan karena kita mengasihi Allah. Hal yang utama yang mendorong kita memberitakan Kristus atau berdoa bagi orang-orang tersesat bukan karena kita sudah mempunyai perasaan belas kasihan kepada umat manusia. Namun, yang mendorong kita ialah kasih kita kepada Allah. Dalam Efesus 6: 7,8, Alkitab berkata, “… dengan rela menjalankan pelayanan …. seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Kamu, tahu, bahwa setiap orang, baikhamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.” G. Pelayanan Jemaat Mengingat tanggung jawab bahwa untuk memenangkan dunia bagi Kristus harus melibatkan anggota jemaat, maka pembinaan kaum awam merupakan langkah awal yang pokok. Pembinaan tidak sekedar menyuntikan ilmu teologi atau tafsiran Alkitab, tetapi sekaligus membuka cakrawala kaum awam akan misi penginjilan. Mereka tidak sekedar dibekali dengan pemahaman teologis berupa kognitif, tapi juga harus menyentuh afektif. Dan paling utama ialah adanya kesadaran mereka melakukan firman Tuhan. Seperti ungkapan Evanston yang dikutip oleh Norman E. Thomas mengatakan: Semua orang Kristen harus menjadi pelayan bagi rencana penyelamatan Kristus dan utusan-utusan pengharapan yang dinyatakan di dalam Dia. Dan bahwa dalam kehidupan dan kerja sehari-hari kaum awam tidaklah sekedar menjadi potongan Gereja yang tersebar di seluruh dunia melainkan menjadi wakil-wakil Gereja – duta-duta Kristus sendiri dimana pun juga mereka berada.26 Jemaat adalah asset yang strategis untuk mengubah wajah dunia ini. Tetapi masalahnya jemaat terlalu dibiarkan ‘tidur’ atau sengaja ‘dininanbobokkan’. Padahal hingga saat ini Allah masih mencari orang-orang yang siap diutus ke dunia lingkungan tempat orang-orang berada untuk memberitakan Injil (Kabar Baik). Allah tahu bahwa pendeta dan penginjil memiliki keterbatasan untuk mengusaha ladangNya yang luas ini. Pembinaan teologi boleh melalui jalur formal atapun hanya otodidak. Allah dapat bekerja melalui pemahaman yang dalam akan kebenaran, sedangkan pengetahuan teologi yang dangkal sering menghasilkan masalah. Proyek Ilahi melalui pembinaan jemaat adalah sangat urgen, tidak boleh diabaikan. 25 John Dawson, Taking Our Cities for-God (Lake Mary, Florida: Creation House, 1989), 208-209. 26 Thomas, Teks-teks Klasik tentang Misi dan Kekristenan Sedunia, 356. 161 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat Kemudian melatih cara bersaksi dengan efektif supaya ketika kesempatan muncul, sudah siap untuk membagi Injil kepada orang-orang yang sudah dipersiapkan oleh Allah. Jadi misi adalah “mission homimun”, di mana manusia yang lahir baru dipakai untuk mencapai sasarannya bagi Kerajaan Surga. Menurut Makmur Halim ada 5 (lima) kriteria untuk pemberitan Injil, yaitu: 1. Setiap orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, bertobat dan lahir baru. Orang percaya ini telah mengalami anugerah penyelamatan melalui imannya kepada karya Kristus di atas kayu salib. 2. Setiap orang menyadari bahwa ia diberikan tanggung jawab untuk memberitakan Injil bagi sesamanya. Ia adalah pribadi yang hidup mengasihi Tuhan dan merefleksi kasih itu kepada sesamanya. 3. Setiap orang percaya dan sadar bahwa keselamatan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi bagi semua orang yang belum mengenal Yesus. 4. Setiap orang yang terbeban untuk jiwa-jiwa yang terhilang. Orang ini hidup bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk sesamanya. Ia melihat jiwa-jiwa yang terhilang sebagai sasaran kasih Allah. 5. Setiap orang yang selalu siap sedia untuk melayani.27 D.A Carson mengatakan: “Pemberitaan Injil oleh jemaat dilakukan melalui pelayanan Firman, kesaksian hidup (pelayanan memberi pimpinan) dan pelayanan menunjukkan kemurahan. Dalam bidang-bidang ini jemaat memberikan kesaksian melalui Roh. Setiap orang Kristen dituntut mengabarkan Injil, yaitu dengan mengaku nama Yesus Kristus (Rm. 10:9, 10; Mat. 10:32).”28 Kemudian Kevin J. Conner membuat 8 (delapan) criteria sebagai pelayanan, yaitu: 1. Para pemberita Injil ditempatkan dalam Tubuh Kristus oleh Tuhan yang bangkit (Ef.4:9-11) sampai jemaat menjadi sempurna. 2. Para pemberita Injil juga diberikan kepada Tubuh Kristus. 3. Para pemberita Injil pada khususnya adalah utusan-utusan dan para pembawa kabar baik kepada dunia yang terhilang dan mati. Mereka dipanggil untuk memberitakan Injil. 4. Para pemberita Injil harus memiliki pesan Injil yang diperdengarkan dan olah karenanya perlu didasarkan pada kebenaran-kebenaran fundamental dari penebusan supaya menghadirkan Injil dengan benar. 5. Para pemberita Injil harus memiliki karunia-karunia Roh yang sesuai dengan pelayanan mereka. Mereka harus memiliki “tanda-tanda yang mengikuti” perkataan mereka (Mrk. 16:15-20). 6. Para pemberita Injil memiliki keinginan besar atas jiwajiwa, dan pelayanan menyelamatkan jiwa (Ams. 14:25). 7. Para pemberita Injil memiliki hikmat besar dalam memenangkan jiwa-jiwa(Ams. 11:30). Mereka adalah penjala-penjala manusia, yang bergantung kepada Tuhan untuk memindahkan ikan ke dalam jaring-Injil ketika mereka melemparkan umpan-Injil yang benar. 8. Para pemberita Injil memiliki sebuah pelayanan yang mendorong untuk membawa orang-orang berdosa pada perayaanperayaan Injil (Luk. 14:33).29 Kesaksian secara lisan dari jemaat harus didukung dan dikuatkan oleh kesaksian dalam hidup orang percaya. Jemaat pada zaman para rasul “dibangun 27 Makmur Halim, Model Penginjilan Yesus (Malang: Gandum Mas, 2003), 31 D.A. Carson, Gereja Zaman Perjanjian Baru Sampai Masa Kini, Malang: Gandum Mas, 1997), 82. 29 Kevin J. Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2004), 373. 28 162 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus” (Kis. 9:31). H. Tanggung Jawab Siapa Penginjilan? Ada pendapat bahwa ini adalah tanggung jawab Gereja/jemaat. David L. Dawson mengatakan: “Akan tetapi, ketika kita berbicara mengenai Gereja, pada umumnya orang-orang berpikir tentang bangunan khas di sudut jalan, batu bata, kaca-kaca berwarna, serta musik organ yang lembut. Tidaklah sukar untuk menyadari bahwa Allah tidak memberi tanggung jawab kepada benda-benda mati ini.”30Lalu, siapakah yang bertanggung jawab?Kemudian D.W. Ellis mengatakan: “Umumnya orang Kristen menganggap bahwa kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab para pemimpin Gereja.”31 Alkitab tidak membenarkan pernyataan ini. Alkitab dengan tegas membenarkan dengan menjelaskan: Pertama, semua orang percaya adalah ‘garam’ atau ‘terang’ dunia (Mat. 5:13-16). Kedua, kamu akan menjadi saksiKu (Kis. 1:8); kami adalah utusan-utusan Kristus (2 Kor. 5:20). Ketiga, teladan orang Kristen pada Gereja mula-mula (Kis. 8:1,4). Keempat, perintah Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20 adalah Amanat Agung dari Tuhan Yesus ditujukan bagi orang percaya untuk menjadikan “segala bangsa” menjadi murid-muridNya. Inilah berkat anugerah yang disediakan untuk semua orang yang berstatus orang berdosa. Subjek penginjilan adalah orang-orang yang sudah menikmati keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yesus. Artinya mereka percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai pendamai antara mereka sebagai manusia berdosa dengan Allah. Dan mereka dimampukan Allah untuk memberitakannya. Gustav Warneck mengatakan: Pekabaran Injil adalah segenap usaha umat Kristen yang tertuju kepada penanaman dan pengorganisasian Gereja di antara orang-orang yang bukan Kristen. Jadi subjek PI ialah umat Kristen (persekutuan orang-orang percaya yaitu orang-orang yang setia dalam Pekabaran Injil).32 Dengan kata lain bahwa setiap orang yang mengaku umat Kristen otomatis menjadi subjek penginjilan, karena hatinya dipenuhi sukacita yang telah diterimanya dari Juruselamat. D. James Kennedy menjelaskan: Konteks penting dalam Kisah Para Rasul 8:1, dimana, “Mereka semua ….. kecuali rasul-rasul tersebar,” dan (Kis. 8:4) “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”33 Kata yang diterjemahkan “memberitakan Injil” adalah evangelizo dalam bahasa Yunani yang berarti “menginjili”. Artinya setiap orang kecuali para rasul pergi kemana-mana menginjili. Kita tahu bahwa para rasul telah memberitakan Injili. Tetapi hal yang ditekankan penulis yang diilhami ini adalah bahwa setiap orang, selain para rasul, juga pergi dan menginjili. Dawson, Memperlengkapi Kaum Awam Buku Satu – A, 7. D.W. Ellis, Metode Penginjilan, peny. H.A Ompusunggu(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), 1. 32 Kuiper, Missiologia, 75. 33 Kennedy, Ledakan Penginjian, 10. 30 31 163 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat D.W. Ellis mengatakan: “Setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.”34 Namun kenyataan pemahaman ini belum semua jemaat, sebab ada penghalang. Seperti yang dijelaskan D.W. Ellis tentang penghalangnya, yaitu: 1. Sikap tak acuh terhadap keadaan buruk sesama manusia, simaklah dalam Matius 25:31-46; Markus 9:43-48; Wahyu 20:11-15. 2. Takut kepada sesama manusia “Takut kepada orang mendatangkan jerat” Amsal 29:25. Ketakutan kepada sesama manusia bermacam-macam bentuknya, antara lain: a. Takut ditertawakan, dibenci, dianiaya, dianggap aneh, dll; Yohanes 15:18-21; Matius 24:9. b. Takut kehilangan kedudukan dalam masyarakat, Yohanes 12:42,43. c. Malu karena belum mengerti atau menguasai asasasas kepercayaan Kristen, I Pet. 3:15 bnd. Ibrani 5:12. d. Malu karena kehidupan belum begitu baik, Matius 23:27,28.35 Allah memakai orang percaya untuk menjadi pemberita Injil. Mereka dipanggil untuk hidup bagi Allah dan sesamanya. Mereka harus menjadi saksisaksi Kristus untuk membawa berita keselamatan itu bagi orang lain. Allah tidak memakai malaikat untuk tugas penyelamatan, tetapi manusia yang telah mengalami karya penebusan dari darah Kristus yang mahal. Betapa pentingnya umat Kristen digerakkan dan diperlengkapi untuk melaksanakan tanggung jawab dalam mengabarkan Injil dengan baik. George W. Peters menguraikan ciri utama seorang hamba Allah yang hidupnya bisa dipakai Allah untuk mendatangkan pertumbuhan GerejaNya: 1. Ia telah menerima panggilan Tuhan Yesus Kristus dan tetap setia mengikuti Tuhan dalam situasi apapun, terlepas dari kelemahan dan keterbatasannya, ia akan setia berkata sama seperti Petrus “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi”? (Yoh. 6:68). 2. Ia adalah hamba yang dengan sukarela memasuki pelayanan kepada Kristus dan GerejaNya, tanpa ambisi mencari kekayaan material dan kepentingan pribadi (Mat. 26:57-62; 14:2533). 3. Ia adalah hamba yang mengalami persekutuan yang makin hari makin mendalam dengan Tuhan, sehingga ia bukan saja mampu menyampaikan FirmanNya, tapi juga mampu menjelaskan prnsip-prinsip yang diajarkanNya dan memancarkan Tuhan dari dirinya (I Pet. 2:9). 4. Ia adalah hamba Allah yang hidup dan berjalan di dalam Roh Allah (Gal. 5:25: Ef. 4:30). 5. Ia adalah hamba yang tekah menetapkan prioritas hidupNya baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam pelayanan (Mat. 6:33). 6. Ia adalah hamba yang menerima dan menerapkan pelayanan bersama sebagai suatu tim (Kis. 3:1,4; 4:23-31); doa bersama, daya bersama dan dana bersama. 7. Ia adalah hamba yang memiliki berita Injil Keselamatan yang membara dalam hatinya. 8. Ia adalah hamba yang rela berkorban dan menderita bahkan mati sekalipun bagi pemberitaan Injil dalam Tuhan Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit bagi dunia ini (Kis. 4:12-31; 7:60). 9. Ia adalah hamba Alah yang menyampaikan Firman Allah dengan hikmat dan penerangan Roh. 10. Ia adalah hamba yang pemberitaannya berasal dari Firman Allah (I Tim. 4:2a), bukan dari dongeng atau pengalaman dirinya.36 34 Ellis, Metode Penginjilan, 10. Ibid.,13. 36 George W. Peters, A Theology or Church Growth (USA: Zondervan Publishing Rapids, 1982), 254. 35 164 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat Prinsip di atas inilah yang dipahami oleh Gereja Mawor Saron; dengan melaksanakan misi dan penginjilan dalam penananam Gereja sebagai pertumbuhannya. Ada kerja sama antara Gembala, pelayan dan jemaat menghasilkan misi dan penginjilan yang lebih efesien. Dan hal ini harus dipertahankan secara progresif (terus menerus) sebagai harapan dari Gereja yang bertumbuh dengan sehat. I. Penanaman Gereja C. Peter Wagner mengatakan: “Satu-satunya metodologi penginjilan paling efektif di bawah langit adalah menanam Gereja-gereja baru”.37 Berarti misi dan penginjilan yang benar, apabila terjadi penanaman Gereja baru. Kembali C. Peter Wagner mengatakan: Ada 5 (lima) alasan mengapa menanam Gereja-gereja baru,yaitu: 1) Penanaman gereja itu Alkitabah. 2).Penanaman gereja berarti mempertahankan kelangsungan denominasi. 3). Penanaman gereja mengembangkan kepemimpinan baru. 4). Penanaman gereja menstimulasi gereja-gereja yang sudah ada. 5). Penananman gereja itu efesien.38 Dengan ada penanaman gereja tersebut, maka terjadi pertumbuhan gereja. Karena penanaman gereja sebagai cara memperluas pekabaran Injil. Bukti dalam Alkitabiah adalah rasul dan para penginjil berpindah ke daerah-daerah perbatasan yang berlum terjangkau Injil, di sana mereka menanam gereja-gereja baru. Rasul Paulus mengatakan, “Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain” (Rm. 15:20). Paulus pergi ke daerah baru, dan apa yang dia lakukan? Ia menanam gereja-gereja baru. J. Pelipatgandaan Jemaat dari Misi dan Penginjilan Tekanan pada pelipatgandaan jemaat oleh karena sebagai satu tubuh – Tubuh Kristus yang hidup – satu jemaat menghasilkan jemaat lainnya, bukan anggota-anggotanya secara perseorangan. Satu jemaat yang patuh memiliki kekuatan, yaitu kemampuan untuk berlipat ganda yang diberikan Allah, sebagai mana semua mahkluk hidup ciptaan Allah lainnya bertambah banyak. George Patterson mengatakan: Pelipatgandaan jemaat olah karena pertumbuhan jemaat melalui pelipatgandaan itu lebih strategis dan Alkitabiah dari pada bertumbuh hanya melalui pertambahan. Jemaat-jemaat non-Barat lebih sering berlipat ganda dengan cara ini daripada jemaat-jemaat Barat, bahkan beberapa jemaat di Barat menghindari pelipatgandaan.39 Pertumbuhan melalui pertambahan dalam Kisah Para Rasul 2:41, di mana 3.000 orang bertobat dan dibaptis sehingga menjadi sebuah jemaat yang baru di Yerusalem. Di sepanjang Kisah Para Rasul, Allah bekerja “dari dalam ke luar” dimulai dengan suatu inti – seseorang atau satu keluarga yang bertobat – 37 C. Peter Wagner, Penanaman Gereja Untuk Tuaian Yang Lebih Besar, (Jakarta: Harvest Publication House, 1995), 13. 38 Ibid, 24-26. 39 Geroge Patterson, Pedoman Pelipatgandaan Jemaat, (Bandung: Kalam Hidup, 2006), 20. 165 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat kemudian menyebarkan Kabar Baik melalui jaringan sanak keluarga dan temantemannya. K. Kesimpulan Gereja yang bertumbuh dikehendaki oleh Allah adalah apabila Gereja tersebut berperan dalam misi dan penginjilan. Pertumbuhan sebuah Gereja dapat terjadi jika semua orang percaya yang ada di dalam Gereja terlibat misi dan penginjilan. Pertumbuhan yang dimaksudkan adalah pertumbuhan secara kuantitas dan kualitas. Dan ini terlihat dalam pertambahan dalam jemaat yang beribadah dan terlibat dalam pelayanan. Pola penginjilan yang baik; apabila dasarnya adalah Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Gereja harus pergi memberitakan Injil kepada semua orang. Tanpa misi dan penginjilan tentu tidak akan tercapai pertumbuhan dan pertambahan dalam sebuah Gereja. Penginjilan Yesus Kristus menjadi pola dan model misi – penginjilan yang tepat dalam menjangkau jiwa-jiwa di dunia sekular. Memenangkan orang sebanyak mungkin menjadi kerinduan hati Allah bagi Gereja di dunia. Seharusnya jemaat tidak puas dengan pelayanan yang ada sekarang. Haruslah jemaat terus dimotivasi untuk terlibat dalam misi dan penginjilan sebagaimana yang sudah dilakukan pada awal perintisan dan pengembangan Gereja. Tentu ada kendala yang dihadapi, khusus SDM yang kurang atau dana yang diperlukan; mengingat pos pelayanan yang sudah sekarang inipun mengalami kesulitan dalam hal dana contoh: Gedung Gereja beberapa tempat belum ada dan biaya operasional pelayanan. Tetapi perlu kita ingat bahwa Misi dan penginjilan tidak hanya bergantung kepada dana, melainkan komitmen antara Gembala, Majelis dan Jemaat. KEPUSTAKAAN Alkitab: Lembaga Alkitab Indonesia, 2007. Artanto, Widi.,Menjadi Gereja Misioner. Yogyakarta: Kanisius, 1997. Barna, George. The Power of Vision.Jakarta: Metanoia Publishing, 1992. Coleman, Robert E., Rencana Agung Penginjilan Bandung: Kalam Hidup, t.t. Ellis, D.W., Metode Penginjilan. Disunting oleh H.A Ompusunggu.Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993. Graham, Billy. Beritakan Injili. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1988. Griffiths, Michael, Gereja dan Panggilannya Dewasa ini Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993. Halim,Makmur.,Model Penginjilan Yesus.Malang: Gandum Mas, 2003. Havlick, John F., Gereja yang Injili. Bandung: LLB, 1991. Herlianto, Peran serta Kaum Awam dalam Pertumbuhan Gereja.Bandung: Evagalion, 1990. Kennedy, D. James, Ledakan Penginjian. Jakarta: EE International III, 1970. Kuiper, Arie de.,Missiologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998. Lorenze, Victor, Penginjilan di Kota yang Dikuasai Kegelapan dalam Meruntuhkan Benteng-benteng di Kota Anda, Peter Wagner, peny.Yogyakarta: Yayasan Andi dan Metanoia Publishing, t.t. Marantika, Chris, God’s Program For His People World Missions: The Asian Challenge, 1990, 166 Nixon Lumban Gaol, MA, M.Pd.K-Peranan Misi dan Penginjilan Dalam Pertumbuhan dan Pertambahan Jemaat Peters, George W., A Theology or Church Growth, USA: Zondervan Publishing Rapids, 1982. Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita.Bandung: Yayasan Baptis Indonesia, 1993. Poerwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1982. Thomas, Norman E., Teks-teks Klasik tentang Misi dan Kekristenan Sedunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. Tomatala, Yakob.,Teologi Misi. Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003. T. Jacob, Dinamika Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1978. Venema, H. Injil Untuk Semua Orang Jilid 1. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1974. Wagner, C. Peter, Memimpin Gereja Anda Agar Bertumbuh. Jakarta: Harvest Publicatian House, 1995, 128. Wagner, Peter. Strategi Perkembangan Gereja. Malang: Gandum Mas, t.t. Wiebractht, Dean, Menjawan Tantangan Amanat Agung. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1998. 167