Tumbuh Kembang Anak - Karya Tulis Ilmiah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan”
secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling
bergantung satu sama lain.
Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendirisendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal
ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual.
Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki
kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam
bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang
ditimbulkan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
2.
Apa saja pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja?
1.3
Tujuan
1.
Untuk memenuhi tugas Ilmu Keperawatan Dasar 1 tentang Pertumbuhan dan perkembangan
masa konsepsi sampai remaja.
2.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan Ilmu Keperawatan Dasar 1 tentang Pertumbuhan dan
perkembangan masa konsepsi sampai remaja.
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.
Serta dapat menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di bidang Ilmu
Keperawatan Dasar 1.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian
tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan
penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsifungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh
atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran
dan struktur biologis.
2.1.2. Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000).
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan
berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat
secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari
penghayatan totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan
tambah jelas dalam rangka keseluruhan.
2.2 Tahapan Tumbuh Kembang
Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas :
Ø Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu), masa fetus (9 minggu sampai
lahir),
Ø Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29 hari-1 tahun), masa anak
(1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun).
Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas
Ø Masa Sekolah (6-12 tahun)
Ø Masa Remaja (12-18 tahun)
TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 0-6 TAHUN
Masa Pranatal
Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa
pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel
menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan
dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan.
Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu :
a.
Fase Embrio.
b.
Fase Fetus.
2. Masa Pascanatal
Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut
:
A. Masa Neonatus (0-28 hari)
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus, yaitu dimana terjadinya
kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai
dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit,
penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi
lebih besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
B. Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)
Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
Ø Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila
gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan
tinggi badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.
Ø Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat benda pada waktu
lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang
baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan
pertambahan umur.
Ø
Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat badan
lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350
gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5
kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan
diperkirakan mencapai 75 cm.
C. Masa Anak (1-2 tahun)
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada
tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan
tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar
kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi
geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun,
pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah
mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan
naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar kepala menjadi sekitar
50 cm.
D. Masa Prasekolah (3-6 tahun)
Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak
terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam
hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap
tahun.
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya mengalami
kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.
TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 6 TAHUN KEATAS
A. Masa Sekolah (6-12 tahun)
Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama
dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar
membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas
dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan
pengendalian diri sendiri bertambah pula.
B. Masa Remaja (12-18 tahun)
Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini merupakan proses
menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah
perubahan bentuk tubuh.
Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah kematangan identitas seksual
yang ditandai dengan perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa krisis identitas
dimana anak memasuki proses pendewasaan dan meninggalkan masa anak-anak, sehingga
membutuhkan bantuan dari orang tua.
2.3 Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.
I. Pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia dalam kandungan
Usia
Ciri-ciri
1 bulan
(4 minggu)
Bagian kepala, jantung, dan hati mulai terbentuk; sistem pencernaan sebagai suatu saluran
sederhana; ada sebuah ekor yang khas; jaringan-jaringan ekstra embrionik mulai muncul.
2 bulan
(8 minggu)
Telinga, mata, jari-jari, mulut, hidung, dan tumit merupakan bentuk-bentuk tersendiri; tulang
mulai dibentuk, sistem pencernaan terbentuk; sistem saraf dan sistem sirkuler mulai berfungsi;
adanya alat kelamin luar, tetapi belum dapat dibedakan jenis kelaminnya.
3 bulan
(12 minggu)
Ginjal, hati, tangan, lengan, tungkai, kaki, dan sistem pencernaan telah berkembang baik; alat
kelamin luar antara pria dan wanita mulai dapat dibedakan; paru-paru mulai jelas; adanya
gerakan-gerakan kecil dari janin.
4 bulan
(16 minggu)
Detak jantung sudah dapat dirasakan; terbentuknya tulang-tulang di seluruh tubuh; kulit
berkembang sepenuhnya; sudah dapat ditentukan jenis kelaminnya; munculnya alis, bulu mata,
dan rambut kepala; gerakan janin meningkat.
9,5 bulan
(38 minggu)
Sejak minggu ke-16 sampai saat kelahiran terjadi akumulasi lemak di bawah kulit; menjelang
minggu ke-22 janin mulai membuka matanya; gerakan-gerakan janin dirasakan oleh ibunya,
terjadi kenaikan gerak badan yang sangat cepat; pada bulan ke-7 posisi kepala ke bawah sebagai
persiapan untuk kelahiran.
II. Pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
1. Ciri-ciri fisik
Usia
Pertumbuhan
Perkembangan
Tinggi Badan
Berat Badan
Motorik
Kognitif
0–3 bulan
45–65 cm
3–5 kg
Menggerakkan beberapa bagian
tubuh seperti tangan, kepala, dan mulai belajar memiringkan tubuh.
Mulai mengenal suara, bentuk benda dan warna.
6–9 bulan
64- 70 cm
7–9 kg
Dapat menegakkan kepala, belajar tengkurap sampai dengan duduk (pada usia 8 – 9 bulan), dan
memainkan ibu jari kaki.
Mengoceh, sudah mengenal wajah
seseorang, bisa membedakan
suara, belajar makan dan mengunyah
12–18 bulan
74–81 cm
10–11 kg
Belajar berjalan dan berlari,
mulai bermain, dan koordinasi
mata semakin baik.
Mulai belajar berbicara, mempunyai
ketertarikan terhadap jenis-jenis benda, dan mulai muncul rasa ingin tahu.
2–3 tahun
86–96 cm
12–15 kg
Sudah pandai berlari, berolahraga, dan dapat meloncat
Keterampilan tangan mulai membaik,
pada usia 3 tahun belajar menggunting kertas, belajar
menyanyi, dan membuat coretan
sederhana.
4–5 tahun
100–120 cm
16–22 kg
Dapat berdiri pada satu kaki,
mulai dapat menari, melakukan
gerakan olah tubuh, keseimbangan
tubuh mulai membaik.
Mulai belajar membaca, berhitung,
menggambar, mewarnai, dan merangkai
kalimat dengan baik.
2. Ciri-ciri Psikologis
Usia
Ciri-ciri Psikologis Balita (bawah lima tahun)
0-5 tahun
Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari orang tua. Senang bermain.
Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung keras kepala. Suka menolak perintah.
Membutuhkan zat gizi yang banyak. Hormon pertumbuhan dihasilkan secara meningkat.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan masa anak-anak
1. Ciri-ciri fisik
Usia
Pertumbuhan
Perkembangan
Tinggi Badan
Berat Badan
Motorik
Kognitif
6–8 tahun
120–130 cm
21–27 kg
Mampu meloncati tali setinggi 25 cm, belajar naik sepeda.
Menggambar dengan bentuk proporsional,
memakai dan mengancingkan
baju, menulis, lancar
membaca, tangkas dalam berhitung, belajar bahasa asing, belajar memainkan alat musik.
9–10 tahun
131–145 cm
28–33 kg
Melakukan olah raga permainan seperti bulutangkis, sepak bola, tangkas bersepeda.
Pandai menyanyi, mampu membuat sebuah karangan, Menyerap
pelajaran dengan optimal, mulai belajar berdiskusi dan mengemukakan
pendapat.
11–12 tahun
145–152 cm
33–39 kg
Melompat tali sampai di atas 50 cm, meloncat sejauh lebih dari 1 meter,
terampil dalam menggunakan
peralatan.
Konsentrasi belajar meningkat, mulai belajar bertanggung jawab, senang berpetualang dan
mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
2. Ciri-ciri Psikologis
Usia
Ciri-ciri Psikologis
6 – 12 tahun
Gigi susu mulai tanggal dan gigi permanen mulai tumbuh. Pertumbuhan jiwanya relatif stabil.
Daya ingat kuat, mematuhi segala perintah gurunya. Mudah menghafal tetapi juga mudah
melupakan. Sifat keras kepala mulai berkurang dan lebih dapat menerima, pengertian karena
kemampuan logikanya mulai berkembang.
C. Pertumbuhan dan Perkembangan masa remaja (puber)
1. Ciri-ciri fisik
Perbedaan
Laki-laki
Perempuan
Usia
11 – 16 tahun
10 – 15 tahun
Ciri khusus
Terjadi mimpi basah
Mengalami menstruasi
Ciri – ciri kelamin sekunder
tumbuhnya kumis dan jambang, tumbuhnya rambut di ketiak dan
di sekitar alat kelamin, serta dada menjadi lebih bidang.
payudara tumbuh membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin, serta
membesarnya pinggul.
2. Ciri-ciri Psikologis
Usia
Ciri-ciri Psikologis
Kurang lebih usia 10 – 17 tahun
Mulai memperhatikan penampilan. Mudah cemas dan bingung bila adanya perubahan psikis.
Tidak mau dibatasi aktivitasnya. Mulai memilih teman yang cocok. Tidak mau diperlakukan
seperti anak kecil. Selalu ingin mencoba hal-hal baru. Senang meniru idola atau berkhayal. Mulai
bersikap kritis. Mulai ada perubahan bentuk fisik. Mulai menghasilkan hormon reproduksi. Alat
kelamin mulai berkembang. Hormon pertumbuhan masih terus dihasilkan.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan (growth) merupakan
peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri
dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara
keseluruhan atau sebagian. Dan Perkembangan (development), adalah perubahan secara
berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran.
(wong, 2000).
.
3.2
SARAN
Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah :
Ø Dapat meningkatkan wawasan tentang pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai
remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
http://semi-yanto.blogspot.com/2011/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html
Soetjiningsih, SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC.
http://community.um.ac.id/showthread.php?75057-Hakikat-pertumbuhan-dan-perkembanganpeserta-didik.
Makalah konsep kebidanan tentang Tumbuh Kembang Anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar
anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi
genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak ( asah,
asih, dan asuh ) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq,
perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman / perlindungan,
partisipasi, stimulasi dan pendidikan ( asah, asih dan asuh ). Kebutuhan dasar tersebut harus
dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.(5) Untuk itulah dalam
perkuliahan ini akan dibahas mengenai pemantauan tumbuh kembang neonatus terutama pada
pertumbuhan fisik pada neonatus baik BB dan TB dengan menggunakan Denver Development
Stress Test (DDST).
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena
faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga
sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal
adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema
makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun
bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu
sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan
yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal.
Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu
mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru
membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat
yang mengandung banyak gizi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen asuhan kebidanan pada balita fisiologis
menurut varney.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah membuat laporan Asuhan Kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami
serta mampu membuat asuhan kebidanan Pada By. Ny. ”W” usia 1 hari dengan asfiksia.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dapat kita ambil dari penyusunan laporan ini adalah :
1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada By. Ny. ” W” usia 1 hari dengan
asfiksia
2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah
3. Mengidentifikasi masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi
5. Membuat rencana tindakan
6. Melaksanakan tindakan
7. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan
D. Metode Penulisan
Berdasarkan judul makalah tentang manajemen asuhan kebidanan balita fsiologi (VARNEY),
maka metode penulisan yang digunaakan adalah study pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek
sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
Balita adalah singkatan bawah lima tahun. Demi kesamaan persepsi kita dalam membaca
makalah ini maka saya membatasinya sebagai bayi dan anak yang berusia lima tahun kebawah.
Selanjutnya di sebut masa bayi dan awal masa kanak-kanak, karena masing-masing memiliki
ciri-ciri khas yang berlainan. Kita akan lebih banyak membahas konsep perkembangan daripada
konsep pertumbuhan. Dalam istilah psikologi, perkembangan merupakan serangkaian perubahan
yang progresif akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Dengan kata lain tidak sekedar pertumbuhan fisik melainkan proses yang kompleks dan
terintegrasi.Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi
baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana
bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal sebagai anak
kecil yang baru belajar berjalan. Sedangkan anak kecil biasa diasosiasikan dengan keadaan anak
yang sudah dapat berjalan dan menguasai beberapa ketrampilan mandiri. Masa bayi adalah masa
dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak merupakan masa dasar. Banyak
ahli berkeyakinan demikian, seperti Freud yang percaya bahwa penyesuaian diri yang kurang
baik pada masa dewasa bermula dari pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang kurang
baik (Freud, 1962).Kemudian Erikson (1964) juga percaya bahwa cara bayi diperlakukan akan
menentukan
apakah
ia
akan
mengembangkan
‘dasar
percaya’
atau
‘dasar
tidak
percaya’,memandang dunia sebagai suatu yang aman dan dapat dipercaya, atau sebaliknya
sebagai ancaman.Ada beberapa tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak
yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan Havighurst(1972):
• Belajar makan makanan padat
• Belajar berjalan
• Belajar berbicara
• Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
• Mempelajari perbedaan peran seks
• Mempersiapkan diri untuk membaca
• Belajar membedakan benar dan salah, mulai mengembangkan hati nurani.
B. Pemenuhan Gizi Pada Balita
1. Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal
(kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu
tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu
air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima
makanan padat seperti orang dewasa.Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih
atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis
makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi
(1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia
lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering
disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan
berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih
kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil
daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.
3. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan
yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan
dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan.
Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan
bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh
karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti
pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat
pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi
balita,
tenaga
diperlukan
untuk
melakukan
aktivitasnya
serta
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organorgan tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan
seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam
lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
5.Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas,
berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada
usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring
dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih
besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari
satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c.Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
6.Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah
gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada
anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian,
kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan
tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya
mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan
keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman
jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya
digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran
seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein
dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita
jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun
daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis
turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna
keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit
mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan
protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. (
Dr. Harsono, 1999).
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme
makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak
anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru
telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan
makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah
hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air
susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian
ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang
menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian.
Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki
gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi, keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan
yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi,Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,
1999).
7.Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus
terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan
asupan yang memadai.Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak
kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding
dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi
sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu
anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak
tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk.
1) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini
dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam
jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ).
Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena
penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan
kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
b.Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan.
Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut
Aven-Hen (1992),obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1)Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2)Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3)Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4)Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan
orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi
frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/
takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan /
Membosankan
4)Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai
dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan.
5)Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c.Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis,
atau faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka
penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah
selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi
makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu
makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan
bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari
dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut
ini:
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikanpada saat anak benar-benar lapar dan
haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi
kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh
orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi
maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh
karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan
pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan seharihari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
• Pukul 06.00 : Susu
• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 14.00 : Susu
• Pukul 16.00 : Makanan selingan
• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
• Pukul 20.00 : Susu.
Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan
karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga
dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya
sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi
dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat
dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus
mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga
karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam
keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya.
Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak
susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena
akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi
daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan
malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika
dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi,
jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika
diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja
maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi
meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang
penyakit tertentu.
Menu untuk Balita yang Sedang Sakit
Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan
terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga
cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan
makanannya.
1. Untuk balita dengan panas tinggi
PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini
disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor
lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan
diberikan lebih dari porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak
terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan
mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.
2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)
DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai
buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya.
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluranpencernaan merupakan penyebab diare
pada anak.
b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya
laktosa), lemak dan protein.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang anak
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu
:
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri
khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan,
derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan
tulang.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan
lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari
konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
a. Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)
b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal)
Ad.a. Faktor Lingkungan Pranatal
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
konsepsi sampai lahir, antara lain :
1. Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak,
anemia pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.
2. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan,
talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
3. Toksin/zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker,
rokok, alkohol beserta logam berat lainnya.
4. Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid,
insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah
satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lainlain.
5. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin,
kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang lakilaki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
6. Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering
menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain.
7. Stres
Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin,
antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
8. Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau
lahir mati.
9. Anoksia embrio
Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan
BBLR.
Ad.b. Faktor Lingkungan Postnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang
sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada
kemempuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat
digolongkan menjadi :
a. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan
hormon.
b. Faktor fisik
Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu
daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan
hunian, serta radiasi.
c. Faktor psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat
ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran
atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam
perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan
lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak,
selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang anak.
d. Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan
keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu
yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga
yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih
sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal
masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian
bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabutabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya,
serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak,
anggaran dan lain-lain.
C. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciriciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa,
yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan
organ-organ.
3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara
anak satu dengan lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan
volunter tercapai.
Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda,
maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangnnya juga berbeda, tetapi tetap akan
menuruti patokan umum.
D. PERKEMBANGAN PERILAKU MAKAN ANAK
Teori perkembangan jiwa menurut Anna Freud, setiap anak harus melalui suatu pola
perkembangan perilaku makan sejak lahir hingga dewasa dalam keadaan :
- Tergantung akal pikiran atau ratio secara kualitatif dan kuantitatif
- Tergantung kebutuhan sendiri atau nafsu makannya sendiri
- Mempunyai kemampuan untuk mengatur makannya sendiri secara aktif
- Tidak berkaitan dengan hubungan dengan si pemberi makanan maupun fantasinya , baik
disadari atau tanpa disadari.
Proses perkembangan kemampuan dan perilaku makan pada anak dapat diibagi dalam beberapa
tahap sesuai dengan perkembangan kematangan saluran cerna dan perkembangan kemampuan
motorik dan psikologis anak :
TAHAP I : PERIODE MINUM ASI
Pada usia ini pada beberapa bayi saluran cernanya belum sempurna atau sering terjadi gangguan
pada saluran cerna sehingga sering timbul masalah pemberian makanan pada bayi tersebut.
TAHAP II : PERIODE PENYAPIHAN ASI
Penyapihan ASI atau PASI bisa dimulai dari anak atau keinginan dari ibu. Bila penyapihan ini
dilakukan secara mendadak maka bayi akan merespon atas pnghentian kesenangan menghisap
ini. Kadangkala akan menyebabkan gangguan psikologis atau gangguan kesulitan minum
sementara.
TAHAP III : PERIODE TRANSISI DARI MAKAN DISUAP MENUJU MAKAN SENDIRI
DENGAN MENGGUNAKAN ALAT (sendok atau garpu).
Dalam tahap ini anak masih mempunyai persepsi bahwa makanan adalah identik dengan ibu.
Setiap penolakan makanan terhadap makanan mungkin ditujukan terhadap ibunya sebagai
pernyataan penolakan terhadap perawatan atau perhatian ibunya.
TAHAP IV : PERIODE ANAK MAKAN SENDIRI DENGAN ALAT
Pada periode persepsi anak masih seperti tahap ke III, sehingga hubungan emosional antara ibu
dan bayi masih sangat dominan. Anak mulai suka mencoba kebiasaan menggunakan alat makan
seperti sendok dan garpu. Dalam tahap belajar ini biasanya anak sering menghambu-hamburkan
makanan ayau makanan dibuat seperti mainan. Meskipun awalnya sangat mengganggu pengasuh
atau orang tua harus sabar dalam mengatasinya. Sebaiknya tidak langsung dilarang tetapi
diarahkan bahwa dengan kenikmatan bermainnya dengan alat makan sebagai sarana latihan
sekaligus memberi makanan.
TAHAP V : PERIODE HILANGNYA PERSEPSI PERSAMAAN ANTARA MAKANA DAN
IBU
Sikap irasional terhadap makanan pada fase ini ditentukan oleh ”infantile sexual theories” yaitu
adanya fantasi anak bahwa :
oKehamilan terjadi lewat mulut (takut keracunan makan yang kemudian dapat menyebabkan
kehamilan).
oKehamilan terjadi karena makan banyak.
TAHAP VI : HILANGNYA SEKSUALISASI DARI MAKAN PADA MASA LATEN
Pada tahap ini kesenangan anak pada makan bertambah. Sikap irasional terhadap makanpun
semaikin berkurang. Anak dapat menentukan sendiri makannya baik kuantitas dan kualitas.
Pengalaman yang dialami anak selama dalam perkembangan tingkah laku makannya, akan
membentuk kebiasaan makan dari seseorang pada masa dewasanya seperti makanan yang tidak
disenangi dan disenangi.
Semakin bertambah usia bayi akan diikuti oleh perkembangan kematangan saluran cerna dan
kemampuan motorik oral. Makan merupakan proses belajar. Seorang anak tidak dengan
sendirinya bisa makan dengan benar.
Proses menelan pada bayi diawali dengan gerakan-gerakan refleks yang membutuhkan
rangsangan agar bayi bisa belajar memberi respons. Ketiadaan rangsangan membuat bayi tidak
belajar optimal dalam proses makan.
Keterampilan makan pada anak merupakan hasil proses belajar anak dan interaksi lingkungan
anak. Proses makan pada anak bukanlah semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan gizi. Melalui
makan, anak juga belajar terampil berkomunikasi dengan orangtua atau pengasuh.
Pengenalan sejak dini terhadap beragam makanan baik tekstur, rasa, jenis, makanan maupun cara
pemberian makanan, sangatlah penting. Seorang anak akan belajar melalui pengalaman sensoris
(rasa raba, tekan, bau, penglihatan, pendengaran) dan melalui percobaan melakukan
keterampilan motorik .
Aktifitas makan merupakan rangkaian proses fisiologis yang rumit. Proses ini akan berjalan
sesuai dengan tumbuh kembang anak. Proses makan melibatkan dua faktor yang berhubungan
erat satu sama lain, yakni struktur anatomi dan fungsinya. Dan tahapan pemberian jenis makanan
disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan, seperti yang dianjurkan oleh dokter.
Saluran cerna pada bayi dibawah usia 4-6 bulan masih dalam keadaan immatur (kurang
sempurna). Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung
masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan
menyebabkan denaturasi bahan alergi dan toksik lainya. Secara imunologik sIgA (sekretori
Imunoglobulin A/zat kekebalan tubuh) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia
di dinding saluran cerna dapat menangkal bahan mengandung alergi, racun dan zat yang
mengganggu lainnya masuk ke dalam tubuh.
Pada saluran cerna yang belum sempurna sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan
gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan alergi atau bahan zat yang mengganggu masuk ke
dalam tubuh. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa pada usia tersebut pemberian jenis makanan
tambahan tertentu harus ditunda dulu hingga usia 4 atau 6 bulan.
Demikian pula dalam perkembangan motorik khususnya motorik oral (kemampuan menghisap,
menelan, menggigit dan mengunyah) akan meningkat sesuai dengan perkembangan usia. Di
samping itu kemampuan motorik halus lainnya juga ikut mempengaruhi seperti kemampuan
memegang makanan atau memasukkan makanan ke dalam mulut, kemampuan memegang botol
atau gelas, kemampuan memegangg sendok atau garpu dan seterusnya. Semua kemampuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi otak atau sistem susunan saraf pusat. Bila fungsi otak
tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan terpengaruh. Gangguan fungsi
otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaab atau gangguan lainnya. Biasanya disertai
dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangn lainnya.
Perkembangan saluran cerna, kemampuan motorik oral dan motorik halus lainnya inilah yang
mengharuskan bayi untuk mengikuti jadwal, jenis dan jumlah makanan sesuai dengan
perkembangan usia. Pada bayi baru lahir, proses mengisap dan menelan berlangsung secara
refleks. Misalnya refleks rooting (mencari) yang distimulasi dengan menyentuh tepi mulut bayi
akan membangkitkayn gerakan kepala ke arah stimulus. Pada saat puting susu ibu dimasukkan
ke rongga mulut bayi, refleks rooting membantu mencengkeram puting susu ibu. Proses menelan
pada bayi diawali dengan gerakan-gerakan refleks yang membutuhkan rangsangan agar bayi bisa
belajar memberi respons. Ketiadaan rangsangan membuat bayi tidak belajar optimal dalam
proses makan. Demikian pula dalam hal jenis makanan yang bisa dicerna, karena kekurang
matangan saluran cerna untuk usia di bawah 4 – 6 bulan hanya diperbolehkan pemberian ASI
(Air Susu Ibu) atau PASI (Pengganti Air Susu Ibu).
Usia di atas 6 bulan ASI atau susu formula tetap menjadi sumber utama nutrisi. Perubahan
terbesar di dalam kebiasaan makan adalah memberi makanan padat. Dalam pemberian makan,
bayi tidak langsung diperkenalkan makanan padat, namun secara bertahap dimulai dari makanan
semi-padat hingga makanan padat.
Kematangan oral dan keterampilan motorik halus menunjukkan usia yang tepat untuk
memperkenalkan makanan semi-padat dan padat. Usia 4 – 6 bulan sudah dapat diberikan
makanan semi-padat dan makanan yang dapat dipegang diberikan saat anak sudah dapat meraih,
memegang dan membawa makanan kemulutnya. Saat inilah bayi mulai dapat mengunyah dan
mengemut makanan lunak. Bayi mulai dapat minum dari gelas dengan bantuan antara usia 9 – 12
bulan. Di atas usia 1 tahun sebenarnya anak sudah harus mempunyai kemampuan makan hampir
seperti orang dewasa terutama dalam hal jenis akanan. Tetapi untuk ketrampilan motorik makan
seperti makan dengan sendok dan garpu untuk makan sendiri akan semakin meningkat di atas
usia 3 tahun.
Sentuhan, belaian dan tutur kata orangtua selama berinteraksi dengan bayi akan menimbulkan
ikatan batin antara anak dan orangtua. Rasa aman yang timbul karena adanya ikatan batin
tersebut akan menumbuhkan rasa percaya bayi terhadap lingkungannya. Hal ini yang kemudian
menjadi dasar yang cukup kuat untuk menjadi anak yang percaya diri di mas yang akan datang.
Sebagaimana juga yang dikemukakan oleh Erik Erikson (Santrock, 1990) bahwa kepribadian
anak berkembang melalui interaksinya dengan lingkungan sosialnya. Rasa percaya terhadap
lingkungannya yang tumbuh dari perlakuan yang tepat serta perawatan yang penuh kasih sayang
dari orangtua ataupun pengasuhnya. Bila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka bayi akan
diliputi oleh rasa curiga, takut dan akhirnya menjadi tidak percaya terhadap lingkungannya.
Menurut Erikson independensi (ketidak tergantungan) merupakan hal yang penting di usia kedua
Erikson menggambarkan bahwa tahap ke 2 dari perkembangan psikososial adalah otonomi, yang
bila ada masalah akan menimbulkan rasa malu dan ragu dalam diri anak. Dengan otonomi
membangun perkembangan mental dan motorik anak. Pada masa ini anak tidak saja dapat
berjalan, tetapi juga memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan, mendorong dan menarik,
memegang dan melepaskan. Anak merasa bangga dengan kepandaiannya dan ingin mengerjakan
segala sesuatu sendiri, seperti memakai sepatu, membuka bungkusan makanan, menyuap, atau
menentukan apa yang ingin dimakan.
Untuk mendapatkan keterampilan makan yang sempurna diperlukan dukungan dan kondisi
orangtua atau keluarga dalam proses pembelajaran kemampuan makan. Keadaan tersebut
tergantung dari status pendidikan, ekonomi dan sosial dari orang tua dan lingkungan. Hal lain
yang mempengaruhi adalah status psikologis orang tua dan keluarga, diantaranya adalah
kepribadian dan status emosi keluarga. Pada setiap tahapan pemberian makanan terkandung
proses belajar bagi si anak. Sehingga pengalaman yang tidak benar atau salah dalam pola
pemberian makanan akan mempengaruhi perilaku makan pada anak bila sudah dewasa.
BAB III
TINJAUAN KASUS
7 Langkah Varney Dalam Kebidanan
TEORI MIDWIFERY (TUJUH LANGKAH VARNEY)
Varney ( 1997 ) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah
yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan
sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang
logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan
bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya
terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga pemeriksaan pada setiap langkah agar
pelayana yang komprehensive dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen
harus mengikuti aturan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatakan pengetahuan,
hasil temuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada
manajemen klien.
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan
secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu karangan lengkap yang dapat diuraikan lagi menjadi
langkah-langkah yang lebih rinci dan ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :
• Langkah I (Pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pekerjaan dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
• Riwayat kesehatan
• Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
• Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
• Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.
• Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien
mengalami komlikasis yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaburasi
bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan
overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah tersebut) karena data yang
diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain.
Kadang-kadang bidan perlu memakai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar
awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II (Kedua) : Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan
kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan, karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan
yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini
sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa ”kemungkinan wanita hamil”, dan
masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini ialah bahwa wanita tersebut mungkin tidak
menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada tri semester ketiga merasa takut
tidak termasuk dalam ketegori nomenklatur standar diagnosa. Tetapi tentu akan menciptakan
suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan
untuk mengurangi rasa takut.
Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegehan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapaat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yag aman. Contoh seorang wanita dengan
pemuaian uterus yang berlebihan tersebut (misalnya polyhidramnion besar dari masa kehamilan,
ibu yang diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). kemudian ia harus mengtisipasi,
melakukan peencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba
terjadi perdarhan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang
berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar bidan sebaliknya juga mengatisipasi dan bersiap-siap terhadap
kemungkinan terjadinya distocia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi.Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan
tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus prematur aau bayi kecil. Persiapan yang
sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang
pemeriksaan laboratorium terhadap simptomotik terhadap bakteri dan segera memberi
pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Langkah IV (Keempat) : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungn prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Misalnya pada waktu wanita tersebut ada
dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi beberapa data mungkin
mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu dan anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distasia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter misalnya prolaps tali pusat.
Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamasia, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu memerlukan konsulatasi
atau kolaborasi dengan dokter.Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan demikian dokter atau tim kesehatan lainnya
seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Langkah V ( kelima ) : Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya.Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya apa yang sudah diidentifikasikan dari kondisi
klien atau dari siapa masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, kultural atau masalah psikologis.Dengan perkataan lain,
asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek
asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh
bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan penyuluhan ini harus rasional dan benarbenar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional yang berdasarkan asumsi yang tidak sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori
yang salah atau tidak memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang tidak lengkap, bisa
dianggap tidak valid dan akan menghasilkan asuhan klien yang tidak lengkap dan berbahaya.
Langkah VI (Enam) : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakuka sepenuhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah teta bertanggungjawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasikan mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuian pada
rencana asuhan tersebut.Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi
pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan
dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses
manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney
ASUHAN KEBIDANAN PADA An”T”
DENGAN BALITA FISIOLOGIS
Hari/Tanggal Pengkajian :Rabu,31 Agustus 2011
Jam :16.00 wib
Tempat :BPS
Nama Pengkaji :Rizqi dan Diana
I.PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Anak :An.T
Umur :1 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin :♀
Alamat :G.Melintang
Nama Ibu :Ny.B Nama Suami :Tn.L
Umur :25 tahun Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Swasta Pekerjaan :Swasta
Suku/Bangsa :Serawai/Indonesia Suku/Bangsa :Serawai
Alamat :G.Melintang Alamat :G.Melintang
2. Keluhan Utama
- Ibu mengatakan ingin Memeriksakan anaknya
- Ibu mengatakan ingin menimbang anaknya
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang :Ibu mengatakan anaknya tidak sedang menderita penyakit
kejang,TBC,dan diare
Riwayat kesehatan yang lalu :Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit
kejang,TBC,dan diare
Riwayat kesehatan keluarga :Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
jantung,Hipertensi,asma,DM dan TBC
4. Riwayat Imunisasi
BCG : 1X
Hepatitis B : 2X
DPT : 3X
Polio : 4X
Campak : 1X
5. Riwayat Persalinan
Jenis Persalinan :Spontan
Tempat :Rumah
Penolong :Bidan
Penyulit :Tidak Ada
Afgarscor :
Refleks
Moro :+
Suchin :+
Plantar :+
Roting :+
Babynsky :+
Antrofometri Waktu Lahir
BB :3700 gr LD :33 an
PB :51 an LK :34 an
6.Kebutuhan Sehari-hari
No Jenis Kebutuhan Sekarang
1.
Nutrisi
a. Makanan
-Frekuensi
-Porsi
-Jenis
-Keluhan
b. Minuman
-Jumlah
-Jenis
-Keluhan
3X/1 Hari
1 Piring
Berpariasi
Tidak ada
3-4x/hari
Air Putih + susu
Tidak Ada
2.
Eliminasi
a. BAB
-Frekuensi
-Konsistensi
-Keluhan
b. BAK
-Frekuensi
-Warna
-Keluhan
-1-2X/Hari
Lembek
Tidak Ada
4-5X/Hari
Kuning Jernih
Tidak Ada
3
Istirahat dan Tidur
a. Tidur Siang
b. Keluhan
c. Tidur Malam
d. Keluhan
±5Jam Tidak,ada ±10jam Tidak ada
4. Personal hygine
a. Mandi
b. Ganti Baju Hhjhu
2X/Hari setiap basah+Kotor
5.
Aktifitas sehari-hari
a. Pergerakan
b. Keaktifan
c. keluhan
Norma Aktif Tidak Ada
B. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :Baik
Kesadaran :CM
Tanda-tanda vital
Pols :120X/Menit
RR :40X/Menit
Suhu :36,7ºC
Tinggi Badan :73 cm
Berat Badan :12 kg
Lingkar Kepala :-
Lingkar Badan :Lila :2) Pemeriksaan Fisik
Kepala
a. Rambut :
Distribusi :Merata
Kebersihan :Bersih
Warna :Hitam
Nyeri tekan :Tidak Ada
Benjolan :Tidak ada
b. Muka
Warna :Tidak Pucat
c. Mata
Bentuk : Simetris
Sklera :An Itenik
Konjungtiva : An anemis
d. Hidung
Kebersihan :Bersih
Polip :Tidak Ada
Pengeluaran cairan/Secret :Tidak Ada
e. Mulut
Bibir :Lembab
Caries :Tidak ada
Gusi :Tidak ada
f. Telinga
Bentuk :Simetris
Kebersihan :Bersih
Pengeluaran secret :Tidak Ada
Pendengaran :+
Pembesaran kelenjar Limfe :T/ada
Bentuk :Simetris
Pernafasan :Normal
Bunyi jantung :Normal
Pembesaran Hepar :T/ada
Nyeri Tekan :T/ada
ke bawah,Lubang testis dan anus ada,keluhan tidak ada
a. Atas
Bentuk :Simetris
Pergerakan :Aktif
b. Bawah
Bentuk :Simetris
Kuku :T/pucat
Pergerakan :Aktif
II.Interprestasi Data
1. Diagnosa :
An.M Umur 1 tahun,Jika ♀,ku baik dengan balita normal
DS:-Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya berumur 1 tahun
DO:Ku :baik
Kesadaran :CM
Pols :120X/Menit
Tempat :36,7ºC
TB :73cm
BB :17 kg
2. Masalah
T/ada
3. Kebutuhan
Penkes tentang Balita Fisiologis
III.Masalah potensial
T/ada
IV.Tindakan Segera
T/ada
V.Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang keadaan anaknya
2. Jelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi pada anaknya
3. Jelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya
4. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan istirahat anaknya
5. Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga personal hygine pada anaknya
6. Jelaskan pada ibu tanda bahaya pada anaknya
7. Jelaskan pada ibu aktivitas anaknya
8. Anjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang
VI.Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan baik
2. Menjelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi anaknya yaitu beri anak makan yang bergizi
3. Menjelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya yaitu BB meningkat
sesuai dengan usia
4. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hyginenya yaitu 2X sehari dibersihkn.
5. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan anaknya
6. Menjelasakan pada ibu tentang behaya pada anaknya yaitu demam tinggi
7. Menjelaskan pada ibu tentang aktivitas anaknya yaitu dengan memberikan mainan mobil
8. Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan yang akan datang.
VII.Evaluasi
1. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan tentang keadaan anaknya saat ini.
2. Ibu mampu mengulangi penjelasan bidan
3. Ibu Tahu kapan harus kunjungan ulang kebidan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada By. An “T” usia balita (anak di bawah 5
tahun)dengan fisiologis,anak mampu berkembang dan mampu mengimbangi priliku yang
dipengaruhi lingkungan,keluarga,dll . Dari data pengkajian didapatkan bahwa balita
fisiologisYaitu
An”T”dapat
berkembang
dan
sehat
karena
faktor
lingkungan,keluaraga,makanan,dan faktor pemenuhan gizi,serta asi yang telah di berikan sejak
lahir. Setelah dilakukan asuhan analisa data pada An”T” dengan fisiologis didapatkan tidak
adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Pada teori dilakukan asuhan kebidanan pada balita
fisiologis yaitu pemenuhan kebutuhan anak sesuai dengan umurnya.Pada balita fisiologis tidak
terlalumembutuhkan perawatan yang terlalu serius,hanya saja orang tua dapat mengawasi pola
makan,gizi,lingkungan,serta kesehatan anak.
MAKALAH ASKEB V (TUMBUH KEMBANG)
MAKALAH ASKEB V
(TUMBUH KEMBANG)
akbid logo
Disusun Oleh :
Kelompok
1. Dwi Isnaini 6. Revy Sefriani
2. Iis Herawati 7. Ricca Lestari
3. Ike Nurjannah 8. Septi Yensi
4. Mike Purnamasari 9. SeSti Listami
5. Nia Anggraini 10. Tariani Kartika Sari
Kelas : II.B
MK : ASKEB V
Dosen MK : Efrieni, S.Kep.Ners
AKADEMI KEBIDANAN PEMERINTAHAN
KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN AKADEMIK
2011-2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai
berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa
kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran
emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal
bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap
perkembangan.
Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.
Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Pada anak usia toddler,
seorang anak dapat sangat senang, sibuk, bahkan gusar. Psikososialnya berkembang pesat,
sedangkan pertumbuhan fisiknya melambat. Anak usia pra sekolah merupakan periode ajaib
mendapatkan pengalaman dari aktivitas dan rasa ingin tahu, sehingga membutuhkan perhatian
orang tua yang besar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi tumbuh kembang ?
2. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia 12 – 18 Bulan ?
3. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia 18 – 24 Bulan ?
4. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia Prasekolah ?
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui defenisi tumbuh kembang
2. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang pada Usia 12 – 18 Bulan
3. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang pada Usia 18 – 24 Bulan
4. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang pada Usia Prasekolah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut kamus kedokteran Dorland, pertumbuhan ialah proses normal pertambahan ukuran
organisme sebagai akibat pertambahan jaringan pada yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan
berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter) umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut
Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan adalah setiap perubahan
dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun
struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. 4,6,12
Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan dan diferensiasi.
Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi pertumbuhan fisik, maupun pematangan
fungsi, emosi dan perilaku sosial. Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan
dari perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks.
* I BULAN :
• Mengangkat sedikit kepalanya bila di tengkurapkan
• Mulai membangun kemampuan refleks menggenggam dengan kuat
• Hanya melihat hitam dan putih untuk semua beda yang berada 20cm dari wajahnya
• Menggunakan ekspresi wajah untuk menarik perhatian
* 2 BULAN :
• Mengangkat kepalanya setimggi 45 derajat dan bertahan beberapa menit dengan posisi seperti
itu ketika di tengkurapkan
• Mengnngkat kepalanya bila digendong dengan muka menempel di pundak ibu/ayah
• Diam dan tenang sambil mengemut jari/dot(empeng)
• Menggerakan mata mengikuti objek
* 3 BULAN :
• Mengangkat kepalanya setinggi 90 derajat ketika ditengkurap
• Kepala tegak bila didudukan
• Mendekatkan kedua kepalan tangan
• Tidur sepanjang malam
• Menggunakan kepala tangan untuk memukul mainan atau benda yang ada di dekatnya
• Menyuguhkan senyum pertamanya
• Melihat warna dengan jelas
* 4 BULAN :
• Berguling dari posisi terlentang ketengkurap atau sebaliknya
• Mengangkat bahu ketika tengkurap kemudian menyangga dengan tangannya sendiri
• Selalu menaruh Sesutu yang diraih kemulutnya. Tanda sifat ingin tahunya mulai terentuk
• Asyik mengamati danbermain dengan tangan dan kakinya
• Mengenali orang dan benda
* 5 BULAN :
• Mengangkat kaki dan tangannya ketika tegkurap
• Mengoceh dan tertawa lepas yang nyaring
• Kepalanya dapat tegak dengan kuat ketika diberdirikan
* 6 BULAN :
• Mampu duduk sendiri
• Bias memegang botolnya
• Mengambil benda yang menarik perhatiannya
• Bermain dengan cara memindahkan mainan atau objek lain dari satu tapak tangan ke tapak
tangan lainnya
• Menggoyang-goyangkan mainnan yang menimbulkan bunyi
• Bias berkata”ba” “ga”dan “ma” serta kombinasi katayang terdiri konsonan dan huruf hidup
• Menunjukan keterikatan yang kuat dengan cara enangis ketika ibu meninggalkannya dikamar
* 7 BULAN :
• Berdiri dengan bantuan ibu/ayah
• Mengangkat-angkat tangan dengan lutut
• Cemas ketika melihat orang asing
• Senang berguling-guling ditempat tidur bila diletakan ditempat yang datar yang lapang
• Menyecap jus atau minuman dari cangkir berkuping dua dengan bantuan
* 8 BULAN :
• Mengigit sediri potongan kue yang kecil
• Suka menjatuhkan jatuhkan benda
• Merangkak dalam jarak pendek
• Mulai cari pegangan untuk berdiri
• Jari-jarinya mulai menjepit untuk mengambil benda yang jatuh
• Bermain ciluk-ba
• Menggunaka telunjuk untuk menunjuk sesuatu
* 9 BULAN :
• Merangkak menaiki tangga
• Memberikan respon bila namanya di panggil
• Berkata “papa” “mama”
• Menjumput makanan dengan jari-jarinya
• Mulai melangkah dengan bantuan
* 10 BULAN :
• Berdiri tegak dengan bantuan seperlunya
• Bias duduk sendiri dari posisi berdiri
• Mendorong badannya sendiri untuk berdiri
• Mengambil sendiri mainan yang di sembunyikannya
• Mengulang ulang suara dan gerakan tubuhnya untuk mencari perhatian
• Melambaikan tangan
*11 BULAN :
• Mengoceh dengan nada-nada yang lebih panjang
• Mengulurka lengan atau kaki ketika dipakaikan baju
• Mampu memegang cangkir dan meminumnya tanpa bantuan
• Menjelajah diantara perabotan rumah
• Maju satu langkah tanpa berpegang pada apapun
* 12 BULAN :
• Berdiri tanpa dibantu
• Berjalan dengan atau tanpa dibantu’memberikan ciuman bila diminta
• Memberikan atau meminta mainan
• Mengaduk –aduk kotak mainan untuk mencari mainan yang di inginkannya
Bila berbicara tumbuh kembang anak usia 1-5 tahun maka ada dua tahapan masa yang harus
dilalui yaitu:
1. Toddler : umur 1 s/d 3 tahun
2. Preschool : umur 3 s/d 5 tahun
2.2 Tumbuh Kembang Usia 12 – 18 Bulan
2.2.1 Perkembangan Fisik
Tingkat pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun ke dua dan nafsu makan menurun. “Lemak
bayi” dibakar oleh gerakan yang bertambah, lumbar lordosis berlebihan membuat perut
menonjol. Pertumbuhan otak, disertai mielinisasi yang berlanjut, menghasilkan penambahan
lingkar kepala lebih dari 2 cm dalam 1 tahun.
Sebagian besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia satu tahun, sebagian lagi tidak dapat
berjalan sampai usia 15 bulan. Bayi yang sangat aktif dan berani cenderung berjalan lebih awal,
bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan menyelidiki obyek-obyek secara
terperinci barjalan lebih lambat. Berjalan lebih awal tidak berkaitan dengan perkembangan di
bidang-bidang lain.
Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok dengan lengan di fleksi di siku, seluruh
batang tubuh berputar pada setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk ke arah luar dan ke
dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju kemantapan yang lebih besar dan
efisiensi tenaga. Setelah beberapa bulan latihan, pusat gravitasi bergeser ke belakang dan batang
tubuh berdiri lebih stabil, sementara lutut ekstensi dan lengan mengayun ke samping untuk
keseimbangan. Jari-jari kaki ditahan sejajar dan anak itu dapat berhenti, berputar dan
membungkuk tanpa jatuh.
Ketika anak dapat berjalan secara bebas, anak dapat berjalan menjauhi orang tuanya dan
menjelajahi lingkungannya. Meskipun anak menggunakan ibunya sebagai “basis rumah/home
base”, sering kembali kepada ibunya untuk menentramkan hati lagi, menunjukkan bahwa anak
telah mengambil langkah besar menuju kebebasan.
2.2.2 Perkembangan Kognitif
Penjelajahan benda mempercepat jalannya karena pendekatan, pemegangan, dan pelepasan
hampir sepenuhnya matur dan berjalan bertambah ke hal-hal yang menarik. Anak yang baru
berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk menciptakan hal-hal menarik,
seperti menumpuk balok-balok atau meletakan barang ke dalam tempat kaset video. Alat-alat
mainan juga lebih mungkin untuk digunakan pada maksud-maksud tujuannya (sisir untuk
rambut, cangkir untuk minum). Meniru orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara
belajar yang penting. Permainan khayalan yang berpusat pada tubuh anak itu sendiri (pura-pura
minum dari cangkir kosong).
2.2.3 Perkembangan Emosi
Bayi-bayi yang berkembang mendekati kejadian penting atau “milestone” dari langkah-langkah
pertama mereka mungkin mudah marah. Bila mereka mulai berjalan, perubahan suasana hati
utama mereka nyata sekali. Anak yang baru belajar berjalan digambarkan seperti orang yang
dimabukan oleh kemampuan mereka yang baru dan oleh kekuatan mereka. Mereka sering
berputar mengelilingi orang tua mereka, seperti planet-planet mengelilingi matahari, berpindahpindah, menoleh ke belakang, bergerak lebih jauh dan kemudian kembali untuk mendapat
sentuhan yang menenangkan dari orang tua mereka. Pada lingkungan yang tidak dikenal, dengan
perasaan anak yang takut, orbit-orbit demikian mungkin kecil atau tidak ada, dalam keadaan
lingkungan yang dikenal, anak yang berani dapat “berkeliling” sampai tidak terlihat.
Kemampuan anak untuk menggunakan orang tua sebagai “tempat aman” untuk penjelajahan,
tergantung pada hubungan kasih sayang. Kasih sayang dapat dinilai dari orang tua meninggalkan
anak-anak dalam ruang bermain yang tidak dikenal, “situasi asing”. Ketika orang tua mereka
pergi, sebagian anak berhenti bermain, menangis, dan mencoba untuk ikut. Namun, akibat
terbesar yang menarik adalah tanggapan anak ketika orang tua mereka kembali. Anak yang
disayangi pergi ke orang tuanya dengan segera untuk diantar, dihibur dan kemudian dapat
kembali bermain. Anak dengan perasaan sayang yang bertentangan (ambivalen) pergi ke orang
tuanya tetapi kemudian menolak untuk dihibur dan mungkin memukul orang tuanya karena
marah. Anak-anak yang dkategorikan sebagai penghindar mungkin tidak protes ketika orang tua
mereka pergi dan mungkin tidak menyambut saat mereka kembali. Pola tanggapan yang tampak
gelisah mungkin mewakili perkembangan bayi mengembangkan strategi untuk menanggulangi
sifat orang tua mereka yang suka menghukum atau tidak bertanggung jawab dan mungkin
meramalkan masalah kognitif dan masalah emosi di kemudian hari. Persengketaan berlanjut
tentang bagaimana bayi bertabiat dan pengalaman perpisahan sebelumnya mungkin
mempengaruhi tafsiran dari akibat situasi yang aneh.
2.2.4 Perkembangan Bahasa
Komunikasi penting sejak lahir, khususnya nonverbal sebagai interaksi antara bayi dan yang
merawatnya. Penerimaan bahasa mendahului perasaan. Kata-kata pertama mulai muncul pada
usia 9-18 bulan, kebanyakan anak dapat mengucapkan setidaknya 1 sampai 2 kata pada ulang
thun pertama mereka. Ketika bayi mulai mengucapkan kata-kata pertamanya, kira-kira 12 bulan ,
mereka mulai menanggapi dengan tepat beberapa contoh pernyataan sederhana seperti “tidak”,
“selamat tinggal, “ saya minta”. Pada usia 15 bulan, rata-rata anak menunjuk pada bagian utama
tubuh dan mengunakan 4-6 kata-kata secara spontan dan benar, termasuk kata benda nama
sendiri. Anak yang baru berjalan juga menikmati berkata-kata dengan suku kata yang banyak
tetapi tidak tampak marah ketika tidak ada yang mengerti.
2.2.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Orang tua dapat mengungkapkan tentang asupan yang rendah sebagai pertumbuhan yang lambat.
Orang tua yang tidak dapat mengingat kejadian-kejadian penting lain cenderung mengingat
ketika anak mereka mulai berjalan, mungkin karena persamaan simbolis berjalan dengan sikap
mandiri. Pada anak yang baru mulai berjalan seharusnya didorong untuk menjelajahi
lingkungannya, kemampuan anak untuk mencari tahu juga meningkatkan resiko untuk terluka
dan penambahan pengawasan.
Dalam ruang pemeriksaan, kebanyakan anak yang baru mulai berjalan nyaman untuk menjelajahi
ruangan, tetapi tetap melekat pada orang tuanya dibawah stress pemeriksaan. Melakukan
sebagian besar pemeriksaan fisik pada pangkuan orangtuanya membantu menghilangkan rasa
takut untuk dipisahkan. Bayi-bayi yang menjadi bertambah distress, bukan berkurang, di tangan
orang tuanya atau yang menghindari orang tuanya saat stress, mungkin menjadi gelisah. Anakanak yang muda, bila mengalami distress, berbalik ke orang asing untuk mendapatkan hiburan
bukannya ke orangtuanya yang sangat mengkuatirkan. Konflik antara kebebasan dan keamanan
bermanifestasi dalam masalah disiplin, sifat marah, latihan toilet, dan perubahan perilaku makan.
Orang tua sebaiknya diberitahukan tentang masalah-masalah ini bahwa peristiwa ini masih
dalam batas perkembangan normal anak.
2.3 Tumbuh Kembang Usia 18 – 24 Bulan
2.3.1 Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini, dengan perkembangan di dunia di
bidang keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Berat
dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun pertumbuhan kepala terjadi agak lambat. 90%
dari lingkar kepala dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan pertambahan hanya 5 cm yang
didapat pada beberapa tahun ke depan.
2.3.2 Perkembangan Kognitif
Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai kesimpulan periode
sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang baru belajar berjalan
mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun benda itu tidak dapat dilihat
karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan lebih baik, dan balita
memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, menggunakan tongkat untuk
menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan menggambarkan bagaimana cara
menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara simbolik dalam permainan tidak lagi
terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah boneka dapat diberi makan dengan piring
kosong. Seperti reorganisasi pada umur 9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan,
berkorelasi dengan perubahan penting dalam emosi dan bidang bahasa.
2.3.3 Perkembangan Emosi
Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan untuk menambah
keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan sebagai penyesuaian yang
mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari kemungkinan berpisah. Banyak orang tua
yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa kemana-mana tanpa bersama-sama anaknya. Tidur
sendiri seringkali sangat sulit, dengan banyaknya kesalahan awal dan kemarahan. Banyak anak
menggunakan selimut khusus atau mainan sebagai obyek transisi, sesuatu yang berguna sebagai
simbol dari ketidakhadiran orangtua (obyek dalam istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap
pentig sampai peralihan ke pemikiran simbolis telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang tua
telah dipenuhi.
Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama muncul pada usia ini. Anak yang
sedang belajar berjalan memandang cermin untuk pertama kalinya, menyentuh wajah mereka
sendiri bukannya bayangan cermin, jika mereka memperhatikan titik merah pada hidung mereka
atau beberapa penampilan yang tidak biasa. Mereka mulai mengenali ketika mainannya rusak
dan mugkin menyerahkan kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika tergoda untuk menyentuh
objek yang dilarang, mereka mungkin berkata kepada diri mereka sendiri, “jangan, jangan”,
bukti adanya internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting untuk mengontrol gerak hati,
sebab awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka sering menyentuh suatu objek untuk
menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan internalisasi pada tahap ini.
Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan orang lain dan
membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang mendapatkan distress atau
menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka mulai mengerti perasaan anak lainnya
jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka untuk menahan perilaku agresif mereka.
2.3.4 Perkembangan Bahasa
Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa. Memberi nama
objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari bahwa kata-kata
dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18
bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata kira-kira 50
kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat sederhana,
permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti “berikan bola itu
dan pakai sepatumu”. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol lingkuangan
sekitarnya, seperti “selamat tinggal” atau “malam-malam”. Kemunculan bahasa lisan
menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-jalan
belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan masalah,
kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan manipulasi berkurang.
Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif bervariasi antara usia 12 sampai 24 bulan.
Anak laki-laki dan anak yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami perkembangan bahasa
yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis kelamin dan pajanan 2 bahasa bukan
menjadi alasan gagalnya merujuk anak karena terlambat bicara untuk evaluasi lebih lanjut.
Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-benar mahir 2 bahasa. Kebanyakan
anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan bahasa lainnya hanya sebagai bahasa
sekunder.
2.3.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Dengan pertambahan gerakan, pembatasan fisik pada penjelajahan anak menjadi kurang efektif,
kata-kata menjadi bertambah penting untuk mengontrol tingkah laku juga kognisi. Anak-anak
dengan pertambahan bahasa yang tertunda sering mempunyai masalah tingkah laku yang lebih
besar. Perkembangan bahasa menjadi mudah ketika orang tua dan pengasuh memakai kalimat
yang sederhana, jelas, menanyakan pertanyaan dan tanggap terhadap kalimat anak-anak yang
tidak sempurna dan komunikasi yang dibuat dengan kata-kata yang tepat. Periode teratur dengan
melihat buku-buku bergambar bersama-sama berlanjut untuk menyediakan suasana yang ideal
untuk perkembangan bahasa.
Dalam ruang pemeriksaan, beberapa prosedur dapat mengurangi rasa cemas anak terhadap
keasingan. Awalnya hindari kontak mata secara langsung. Lakukan pemeriksaan sebanyak
mungkin yang dapat dikerjakan dengan anak ada di pangkuan orangtuanya. Dokter anak dapat
menjelaskan tentang munculnya kembali masalah perpisahan dan penampilan menghargai
selimut atau boneka beruang sebagai fenomena perkembangan. Orang tua harus mengerti tentang
pentingnya penjelajahan. Daripada membatasi pergerakan anak, lebih baik menempatkan anak
pada tempat yang aman atau mengganti 1 aktivitas ke aktivitas lainnya. Metode disiplin,
termasuk hukuman badan, harus didiskusikan, alternatif yang efektif biasanya lebih dihargai.
Membantu orang tua untuk mengerti dan beradaptasi dengan perubahan emosi anak yang
berbeda dapat merupakan intervensi yang penting. Perkembangan rutin harian sangat membantu
anak pada usia ini. Kekakuan dalam rutinitas dapat mencerminkan kebutuhan penguasaan
merubah lingkungan.
2.3.6 Nutrisi pada Toddler
Anak kecil membutuhkan diet dengan kandungan energi yang besar, mereka cenderung makanmakanan tinggi lemak dan karbohidrat namun rendah buah-buahan dan sayur-sayuran. Secara
umum, usia toddler merupakan usia transisi dari perubahan diet tinggi lemak sejak bayi menjadi
diet rendah lemak pada usia pra sekolah dan anak yang lebih tua.
Orang tua harus diberitahu bahwa makanan yang mengandung karbohidrat harus diberikan saat
anak makan menu utama. Pemberian buah-buahan dan sayur-sayuran dengan porsi 80 gram
sehari harus dipikirkan oleh orang tuanya, sangat penting untuk memberikan buah dan sayur
pada setiap kali makan untuk membuat anak terbiasa dengan makanan ini. Dengan memotongmotong sayur atau buah menjadi potongan kecil, diaduk pada penggorengan, dan dibakar untuk
membuat manis rasanya dan ditambahkan pada sup dan saus dapat menambah konsumsi sayur
dan buah pada anak. Susu dan produk susu merupakan sumber kalsium dan nutrisi lainnya yang
sangat penting, dan orang tua sebaiknya memberikan sebanyak 3 kali sehari. Namun,
memberikan banyak susu dapat menggantikan makanan penting lainnya dan dapat mengarah
kepada defisiensi Fe pada toddler. 1 sampai 2 kali pemberian daging, ikan, dan makanan
alternatif bagi vegetarian (seperti telur, buncis, kacang) juga harus diberikan dan dapat disajikan
dengan makanan yang berkuah untuk melembutkan bentuknya. Makanan tinggi lemak dan
karbohidrat (seperti es krim, kue, biskuit) dapat diberikan dalam jumlah tidak banyak dan tidak
boleh menggantikan makanan penting lainnya. Suplemen vitamin (tetes vitamin A dan D) juga
dianjurkan pada anak-anak.
Anak-anak dengan pertambahan berat badan yang sedikit-sedikit menandakan buruknya
pertumbuhan yang disebabkan oleh nutrisi yang rendah dan infeksi, ini merupakan kasus yang
terus-menerus terjadi pada negara berkembang.
Namun, anak juga dapat menjadi gemuk (obes). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
obesitas pada anak, yaitu genetik, faktor lingkungan, seperti diet yang rendah dan aktivitas fisik
yang rendah, merupakan faktor resiko yang besar membuat bertambahnya berat anak. Terdapat
bukti bahwa kebiasaan makan terus memburuk dibandingkan dengan tahun 1950-an dan
beberapa bukti bahwa toddler tidak aktif daripada yang seharusnya (contohnya di Amerika,
penonton televisi semakin banyak dengan hampir setengahnya anak-anak berusia 2-3 tahun yang
menonton lebih dari 3 jam per hari).
Menganjurkan pemberian makan 3 kali sehari ditambah pemberian makanan kudapan, hindari
percekcokan saat makan, namun batasi lama waktu makan, mendorong anak untuk makan sendiri
menggunakan sendok dan cangkir, dan batasi makan makanan gula dan mengandung natrium.
2.4 Tumbuh Kembang Usia Prasekolah
Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan menjauhi dan mendekati ke orang
dewasa yang dekat atau orangtuanya. Saat usia prasekolah, anak-anak menjelajahi pemisahan
emosiaonal, bertukar-tukar antara perlawanan manja dan gembira, antara berani menjelajah dan
sifat melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau tempat bermain
kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan. Anak-anak prasekolah
mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang sebelumnya, tetapi mereka juga sangat
sadar dengan keterbatasan yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan kemampuan
terbatas mereka.
2.4.1 Perkembangan Fisik
Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya berjalan konstan selama periode pra sekolah.
Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang seimbang
pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan timbulnya kebiasaan makan yang ”memilih-milih”.
Rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8 cm setiap tahun.
Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 ½ tahun. Ketika berusia 4 tahun rata-rata berat
yaitu 40 lb dan tinggi 40 in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3 sampai 18
tahun. Anak-anak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index tubuh)
mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa.
Pertumbuhan organ seksual sepadan dengan pertumbuhan somatis. Anak prasekolah mempunyai
genu valgum atau pes planus ringan. Batang tubuh langsing seperti pemanjangan tungkai. Energi
fisik memuncak, dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/hari, biasanya termasuk sekali
tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4
tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun.
Tabel 2.1 Pola perilaku yang timbul antara 1 sampai 5 tahun
15 bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak
Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis menggunakan crayon, memasukkan
kismis ke dalam botol
Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang sudah akrab
Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk orang tua
18 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga dengan berpegang pada
1 tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat sampah
Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru gerakan vertikal, mentumpahkan
kismis dari botolnya
10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian tubuh
Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika basah atau kotor, mencium
orang tua dengan mengerutkan bibir
24 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat perabotan rumah
tangga, melompat.
Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan dengan pola melingkar, meniru
gerakan horizontal, meniru melipat kertas dalam sekali lihat.
Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek).
Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju, mendengar cerita ketika
ditampilkan gambarnya.
30 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian
Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan vertical dan horizontal, tapi
tidak membuat gerakan silang, meniru gerakan melingkar
Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri “saya”, mengetahui nama lengkap sendiri.
Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain.
36 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki
Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan menggunakan tiga kubus,
menyalin lingkaran, meniru gerakan silang.
Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan benar, mengulangi tiga
nomor atau sebuah kalimat dengan enam suku kata.
Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain), membantu memakai baju
(melepaskan kancing baju dan memakai sepatu), menyuci tangan.
48 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan yang tinggi,
menggunakan gunting untuk memotong gambar, mendaki dengan baik.
Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang menggunakan lima kubus,
menyalin tanda silang dan kotak, menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain
kepala, dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis.
Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita.
Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan peran permainan, pergi ke
toilat sendiri.
60 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial Lewat
Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama
Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung 10 buah koin receh
dengan benar
Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti kata-kata, mengikutsertakan
seseorang dalam peran bermain
Kejadian penting atau ”milestone” dari motorik kasar dan halus disajikan dalam tabel 2.1.
Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan lari dengan mantap sebelum akhir tahun
ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan seperti
kisaran kegiatan motorik berkembang mencakup melempar, menangkap, dan menendang bola,
mengendarai sepede, menaiki bangunan di lapanagan, menari, dan pola tingkah laku kompleks
lainnya. Tanda-tanda gaya aktivitas kasar seperti tempo, intensitas, dan kewaspadaan juga sangat
bervariasi juga karena bakat bawaan. Walaupun anak dapat berjalan dengan gaya yang berbeda,
berjalan dengan ibu jari tidak seharusnya bertahan.
Pengaruh-pengaruh seperti perbedaan individu pada perkembangan kognitif dan emosi sebagian
bergantung pada tuntutan lingkungan sosial. Anak-anak yang semangat, terkoordinasi mungkin
tumbuh secara emosional dengan orang tua atau guru yang menekankan aktivitas fisik, namun
pada anak-anak dengan tenaga yang kurang, lebih berotak, mungkin tumbuh dengan orang tua
yang menekankan nilai permainan dengan sungguh-sungguh.
Kemandirian biasanya muncul pada tahun ketiga. Frustasi mungkin akibat dari upaya untuk
mengubah pilihan tangan anak. Variasi dalam perkembangan motorik halus menggambarkan
kecenderungan individu maupun berbagai kesempatan untuk belajar. Anak-anak yang jarang
diizinkan memakai crayon, misalnya, nantinya mengembangkan genggaman pensil orang
dewasa.
Kontrol buang air besar dan buang air kecil muncul saat periode ini, dengan ”kesiapan” untuk ke
toilet mempunyai variasi individu dan budaya yang luas. Anak perempuan cenderung lebih awal
dan lebih cepat terlatih daripada anak laki-laki. ”Ngompol” normal sampai usia 4 tahun pada
anak perempuan dan 5 tahun pada anak laki-laki. Banyak anak-anak mengusai proses ke toilet
dengan mudah, terutama sekali sekali ketika mereka sudah mampu untuk mengatakan secara
verbal kebutuhan badannya. Untuk anak lainnya, latihan toilet dapat juga memanjang dengan
kekuatan berontak dari anak. Penolakkan untuk defekasi di toilet atau pot relatif umum dan dapat
mengarah ke konstipasi dan frustasi orang tua. Penghentian latihan (kembali memakai diaper)
seringkali memenuhi proses penguasaan proses bertoilet.
Latihan bertoilet menunjukkan peristiwa penting bagi orang tua karena menandakan kebebasan
mereka dari pakaian kotor karena popok. Pada beberapa orang tua juga mewakili salah satu segi
dari perkembangan anak dan satu kebanggaan bahwa anak mereka telah mendapat kemampuan
tertentu pada usia dini. Untuk alasan ini dan lainnya,mungkin tidak ada peristiwa penting
perkembangan lainnya yang terdorong dan lebih penting dari latihan bertoilet.
Kematangan usia menandakan kesiapan untuk latihan bertoilet, setelah 18 bulan, toddler
mempunyai kapasitas sensorik untuk sadar akan penuhnya rectum atau kandung kemih dan
secara fisik sudah mampu mengontrol shincter anus dan saluran urinarius. Bagian penting yang
berhubungan dengan masalah latihan bertoilet ialah membimbing orang tua tentang tanda
kesiapan anaknya untuk memulai bertoilet, seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.2. Kurang dari
25% dari anak-anak berhasil pada usia 24 bulan, tetapi sebagian besar anak menguasai bertoilet
pada usia 48 bulan. Ingatkan pada orang tua bahwa terjadi proses perkembangan anak yang
normal pada usia ini.
Tabel 2.2 Tanda kesiapan anak dalam latihan bertoilet
• Bahasa lisan anak, bahasa tubuh, atau aktivitas yang menandakan ia akan melakukan buang air
kecil atau defekasi
• Pergerakan usus anak yang muncul pada jadwal prediksi
• Popok anak yang kering untuk waktu yang lama, menandakan kapasitas kandung kemih yang
siap berfungsi
• Anak dapat membuka bajunya
• Anak menunjukkan perhatian dalam meniru anggota keluarga
• Anak menunjukkan perhatian dalam menyenangkan anggota keluarga
• Anak dapat mengikuti perintah
Tanda kesiapan meliputi bahasa yang cukup untuk menggambarkan kebutuhan defekasi, dan
orangtuanya harus mampu mengkomunikasikan dengan anaknya mengenai kebutuhan ini. Anak
menunjukkan sebuah kesadaran bahwa popok harus diganti sudah dapat dipelajari. Anak yang
senang dengan reaksi orang tua dan mau menunjukkan kemampuan mengurus diri dapat
termotivasi menggunakan toilet. Anak yang pada permulaan menunjukkan rasa malu atau sadar
akan kedaruratan tubuh akan pergi ke sudut rumah untuk defekasi dapat diarahkan ke kamar
mandi untuk melakukannya.
Bagi orang tua memuji anaknya merupakan suatu langkah awal. Awalnya orang tua dapat
memuji anaknya ketika pergi ke kamar mandi dengan duduk pada toilet walaupun tidak ada
rangsangan untuk defekasi untuk beberapa menit. Pujian dapat ditingkatkan saat melakukan
defekasi. Pada setiap waktu sangat penting bagi orang tua untuk menjaga sikap yang positif.
Anak-anak tidak boleh dipermalukan saat gagal menggunakan kursi pot atau kecelakaan saat
berproses bertoilet. Orang tua harus disiapkan pada saat anak latihan bertoilet karena memakan
waktu beberapa bulan dan kecelakaan sering terjadi.
Implikasi untuk orang tua dan dokter anak. Penurunan normal nafsu makan di usia ini sering
menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian besar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika
pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Anak-anak biasanya mengatur jumlah
makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Asupan
setiap hari bervariasi. Kadang-kadang luas, akan tetapi asupan selama periode 1 minggu relatif
stabil. Upaya orang tua untuk mengatur asupan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini
karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya anak menjadi
kelebihan makan atau kekurangan makan. Perlu diketahui juga bahwa pada anak prasekolah
dengan anemia defisiensi Fe anak menjadi kurang aktif terhadap lingkungan sosialnya dan lebih
cepat mendekati ibunya, dan lebih lambat dalam memperlihatkan pengaruh positif dan
menyentuh mainan baru untuk pertama kalinya.
Anak yang terlalu aktif meningkatkan resiko untuk terluka, dan orang tua harus mendapat
bimbingan
awal
mengenai
pengamanan.
Orang
tua
kuatir
mengenai
kemungkinan
”hiperaktifitas” yang menggambarkan harapan yang tidak benar, kekuatiran yang berlebihan atau
overaktivitas yang sebenarnya. Anak yang terlibat dalam aktivitas yang gegabah, tidak dapat
dikendalikan tanpa memperhatikan keamanan dirinya, harus dievaluasi lebih lanjut.
2.4.2 Perkembangan Kognitif
Bahasa, kognisi dan permainan semuanya melibatkan fungsi simbolis, suatu cara mengatasi
dunia yang semakin menjadi penting selama periode prasekolah.
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional Piaget (pralogika), ditandai
oleh pemikiran ajaib, egosentris, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pemikiran ajaib
meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme
(menghubungkan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistik
terhadap kekuatan hasrat. Anak-anak mungkin percaya bahwa orang-orang membuat hujan
dengan membawa payung, bahwa matahari turun ”karena lelah” atau bahwa perasaan marah
kepada saudara kandung sesungguhnya dapat membuat saudaranya sakit. Egosentris mengacu
kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak berarti egois. Anak
mungkin berusaha untuk menyenangkan orang dewasa yang marah dengan membawa boneka
binatang kesayangan. Setelah usia 2 tahun, anak membuat konsep tentang dirinya dan rasa
kebutuhan untuk merasakan ”semua”.
Piaget menunjukkan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang terkenal dari uji coba
”pengawetan”. Dalam salah satu uji coba, air dituangkan bolak-balik dalam pot yang tinggi dan
kecil ke piring lebar yang lebih rendah, dan anak-anak ditanya mana yang berisi air lebih banyak.
Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang lebih tinggi), bahkan ketika penguji
menunjuk bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah. Salah penbgertian demikian
menggambarkan hipotesis tentang perkembangan anak tentang sifat ilmiah dunia, juga kesulitan
mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara serentak.
2.4.3 Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara usia 2-5 tahun. Perbendaharaan kata
bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari ”telegrafi”
kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Mudahnya,
antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak
(2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun,
kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (”ini bola saya”), progresif (”saya sedang
bermain”), pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4 tahun, kebanyakan anak dapat
menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan kalimat-kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak
dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana masa depan. Anak tidak bisa menggunakan bahasa
kiasan, mereka hanya mengerti arti langsung dari sebuah kata.
Sangat penting untuk membedakan cara bicara (produksi dari suara yang dapat dimengerti) dan
bahasa, yang berkenaan dengan sikap mental yang mendasari. Bahasa terdiri dari fungsi
ekspresif dan reseptif. Variasi bahasa reseptif (mengerti) kurang daripada tingkat kemahiran
bahasa ekspresif.
Kemahiran berbahasa secara prinsip tergantung dari input lingkungan. Faktor yang menentukan
ialah jumlah dan variasi cara berbicara kepada anak secara langsung dan dari seberapa sering
orang dewasa bertanya pertanyaan dan mendorong anak untuk berbicara. Anak yang dibesarkan
dalam kemiskinan menunjukan nilai perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan
dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang mampu.
Walaupun pentingnya pemajanan bahasa, banyak ahli bahasa yakin bahwa mekanisme dasar
untuk kemahiran berbahsa ialah ”kabel keras” ke dalam otak. Anak tidak hanya meniru ucapan
orang dewasa. Lebih tepatnya mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa
sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus-menerus. Generalisasi
yang berlebihan, seperti tambahan sembarangan pada bunyi ”s” di akhir kata untuk membedakan
benda tunggal atau bunyi ”ed” untuk bentuk lampau, memberi bukti adanya aturan-aturan
lengkap tersebut.
Bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif dan emosi. Keterlambatan berbahasa dapat
menjadi indikasi pertama bahwa terjadi retardasi mental pada anak, mempunyai gangguan
spektrum autis, atau diperlakukan kurang baik. Bahasa memainkan peran penting dalam
pengaturan perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batasbatas orang dewasa dan kemudian melalu ”percakapan pribadi” dimana anak mengulangi
larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga
memungkinkan
anak
mengungkapkan
perasaan,
seperti
marah
atau
frustasi
tanpa
melampiaskannya, oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat
temperamen yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain.
Perkembangan bahasa prasekolah meletakkan dasar untuk keberhasilan berikutnya di sekolah.
Kira-kira 35% anak di Amerika Serikat boleh masuk sekolah yang kurang dalam kemahiran
bahasa yang merupakan prasyarat penambahan kemampuan membaca dan menulis. Meskipun
sebagian besar anak belajar membaca dan menulis di sekolah dasar, dasar-dasar kemampuan
untuk membaca dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah. Melalui pengulangan
pemajanan awal pada kata-kata tulisan, anak-anak belajar tentang penggunaan penulisan (
menceritakan cerita atau mengirimkan pesan-pesan), dan mengenai bentuknya (kiri ke kanan atas
ke bawah). Kesalahan awal dalam menulis, seperti kesalahan dalam berbicara, menunjukkan
bahwa kemahiran membaca dan menulis merupakan suatu proses aktif yang melibatkan hipotesis
generasi dan revisi.
Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan anak-anak tentang katakata cetak, tetapi juga dalam perkembangan bahasa lisan. Perbendaharaan kata anak dan bahasa
reseptif meningkat ketika orang tuanya membacakan secara konsisten untuk mereka. Membaca
dengan keras bersama anak merupakan proses yang interaktif dimana orang tua secara berulangulang memfokuskan perhatian anak pada gambar-gambar khusus, bertanya pertanyaan, dan
memberikan timbal balik kepada anak.
2.4.4 Bermain
Bermain melibatkan proses pembelajaran, aktifitas fisik, sosialisasi dengan teman sebayanya,
dan berlatih peran orang dewasa. Bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas dan
khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman umum seperti belanja dan
meletakkan bayi di tempat tidur (usia 2 atau 3 tahun) ke skenario yang lebih luas mencakup
kejadian tunggal seperti pergi ke kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3-4 tahun untuk
menciptakan skenario yang telah hanya dibayangkan, seperti terbang ke bulan (usia 4-5 tahun).
Pada usia 3 tahun, permainan kerja sama tampak pada permainan membangun balok bersamasama, kemudian menjadi aktivitas permainan yang lebih teratur, seperti bermain rumah-rumahan.
Bermain juga makin menjadi lebih beraturan, dari aturan awal mengenai cara meminta
(bukannya mengambil) dan membagi (usia 2 atau 3 tahun) sampai aturan-aturan yang berubah
dari waktu ke waktu menurut keinginan para pemain (usia 4 dan 5 tahun) ke awal pengenalan
aturan-aturan yang relatif tetap.
Bermain juga membuat anak dapat memecahkan konflik dan kecemasan dan membuat jalan
keluar yang kreatif. Anak-anak dapat melepaskan kemarahan dengan aman (menampar boneka),
meniru kekuatan super (memainkan dinosaurus dan pahlawan super), dan mendapatkan hal-hal
yang ditolak dalam dunia nyata (membuat percaya teman atau binatang kesayangan).
Menggambar, mewarnai dan akitifitas artistik lain adalah bentuk permainan yang menunjukkan
motivasi kreatif yang lebih jelas. Suara dan emosi yang timbul pada anak ketika menggambar
mencerminkan masalah anak yang penting pada anak-anak.
Ketidakmampuan untuk membedakan khayalan dan kenyataan membuat persepsi anak dari apa
yang anak lihat pada media, melalu program atau iklan. Seperempat dari anak mempunyai
televisi di dalam kamarnya dan menonton berjam-jam setiap minggu, dan sebagian besar yang
anak-anak tonton ialah kekerasan. Sikap kekerasan dibentuk saat awal, dan pajanan kekerasan
yang awal telah menunjukkan hubungan dengan gangguan perilaku kemudian.
Arti bahasa sebagai suatu sasaran untuk penilaian dan intervensi tidak dapat ditaksir lebih karena
peranan sentralnya sebagai indikator perkembangan kognitif dan emosi dan sebagai faktor kunci
dalam pengaturan tingkah laku dan keberhasilan sekolah nantinya. Para orang tua dapat
mendukung perkembangan emosi dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan
pernyataan perasaan anak (”kamu tampak marah sekarang”) dan dengan mendesak anak untuk
menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan bukannya melampiaskannya dengan
melakukan sesuatu.
Para orang tua harus mempunyai waktu yang teratur setiap hari untuk membaca dan melihat
buku bersama-sama anak-anaknya. Program-program yang diberikan dokter anak melalui bukubuku bergambar bersama dengan pembinaan yang tepat selama kunjungan-kunjungan perawatan
primer adalah efektif dalam membaca dengan keras, terutama keluarga yang berpenghasilan
rendah. Televisi dan media yang serupa harus dibatasi 2 jam per hari dengan program yang baik,
dan orang tua harus menonton programnya bersama anak dan melakukan tanyajawab dengan
anak setelahnya.
Pemikiran praoperasional memberi pengertian pengalaman sakit dan pengobatan anak. Anak
mulai mengerti bahwa tubuh mempunyai bagian ”luar” dan ”dalam”. Anak harus dijelaskan
dengan sederhana, penjelasan konkrit untuk prosedur pengobatan dan diberikan beberapa
prosedur bila memungkinkan. Anak harus dijelaskan secara berulang bahwa mereka itu tidak
dimarahi ketika diberi vaksin atau jarum suntik.
Intensitas imaginasinya yang mengisi permainan dan pesonanya, pemikiran khas animisme
kognisi praoperasional juga menimbulkan kekuatiran yang kuat. Lebih dari 80% orang tua
melaporkan sekurang-kurangnya 1 kekhawatiran pada anak prasekolahnya. Tidak mau mandi
atau duduk pada toilet dapat timbul dari ketakutan dimasukkan ke dalam air atau disiram,
menggambarkan apresiasi imatur anak relatif besar. Upaya untuk memperagakan secara rasional
bahwa tidak ada monster dalam kloset sering gagal, karena ketakutan timbul dari pemikiran yang
prarasional. Meyakinkan bahwa orang tua akan menggunakan kekuatan ajaib untuk membuang
monster dengan menggunakan ”semprotan monster” atau lampu malam. Orang tua sebaiknya
menangani rasa takutnya dan memberikan anak rasa untuk mengontrol situasi. Gunakan alat
gambar untuk menggambar orang, untuk menggambar orang yang dianggap baik bagi si anak,
dapat membantu menjelaskan cara pandang anak.
2.4.5 Perkembangan Emosi dan Moral
Tantangan emosi dalam menghadapi anak prasekolah termasuk keterbatasan penerimaan
sementara mempertahankan rasa pengawasan diri, menimbulkan keagresifan dan dorongan
seksual, dan interaksi dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman semakin luas. Pada
usia 2 tahun pembatasan tingkah laku terutama eksternal, pada usia 5 tahun, pengontrolanpengontrolan ini perlu dikendalikan jika anak harus berfungsi dalam kelas yang khusus.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan ini berdasarkan pada perkembangan emosi sebelumnya,
khususnya kemampuan menggunakan bayangan internalisasi dari orang dewasa yang dipercayai
untuk memberikan rasa aman pada saat stress. Anak perlu mempercayai diri sendiri terhadap
dukungan orang dewasa untuk mengatasi masalah emosinya.
Anak-anak belajar apakah tingkah laku dapat diterima dan beberapa kekuatan yang mereka
punyai dalam menghadapi orang dewasa yang penting dalam menguji keterbatasan-keterbatasan.
Uji bertambah ketika ia memperoleh sejumlah besar perhatian, walaupun perhatian tersebut
sering negatif, dan ketika batas-batas tidak konsisten. Uji sering menimbulkan kemarahan orang
tua atau kekhawatiran yang tidak pada tempatnya karena usaha anaknya untuk memisahkan,
tantangan diberikan orang tua: biarkanlah (letting go). Keterbatasan yang terlalu ketat dapat
melemahkan rasa inisiatif anaknya, sedangkan keterbatasan yang sangat longgar dapat
menimbulkan kecemasan pada anak yang merasa bahwa tidak ada orang yang mengontrol.
Anak pada usia ini dapat mengerti bahwa ada halangan untuk mencegah dia di sekitarnya dan
dapat mengekspresikan perasaan, marah, dan frustasi tanpa memperlihatkannya. Pengawasan
merupakan persoalan utama. Ketidakmampuan dalam mengatur aspek dunia luar, seperti apa
yang harus dibeli atau kapan harus pergi, sering mengakibatkan kontrol interna, yaitu, watak
pemarah. Takut, terlalu lelah, atau ketidaknyamanan fisik dapat juga menimbulkan kemarahan.
Kemarahan biasanya muncul ke arah akhir usia 1 tahun dan puncaknya lazim pada usia antara 2
dan 4 tahun. Kemaraham yang lebih dari 15 menit atau muncul secara beraturan lebih dari 3 kali
per hari mencerminkan adanya masalah mendasar kesehatan, emosi dan sosial.
Anak-anak prasekolah biasanya mengalami perasaan sulit terhadap orang tuanya, cinta yang kuat
dan kecemburuan serta kebencian dan ketakutan bahwa perasaan marah dapat menyebabkan
pengabaian. Lingkaran emosi ini, kebanyakan di luar kemampuan anak untuk menganalisa atau
mengekspresikan, sering menemukan ungkapan dalam suasana hati yang sangat labil.
Penyelesaian ”krisis” ini (proses berlangsung selama bertahun-tahun) melibatkan keputusan anak
yang tidak terucapkan untuk menyamai orang tua bukannya bersaing dengan mereka. Permainan
dan bahasa memelihara perkembangan pengendalian emosi dengan memperbolehkan anak-anak
mengekspresikan emosi dan memainkan peran.
Rasa ingin tahu tentang alat kelamin dan organ seksual orang dewasa adalah normal
sebagaimana masturbasi. Masturbasi yang mempunyai kualitas mendorong (kompulsif) atau
yang mengganggu aktivitas normal anak, berpura-pura berhubungan seksual pada permainan
boneka atau dengan anak-anak lain, kesopanan yang ekstrim, atau meniru tingkah laku gairah
orang dewasa, semuanya memberi kesan kemungkinan penyiksaan seksual. Kesopanan muncul
secara bertahap pada anatar usia 4-6 tahun, dengan banyak variasi tergantung budaya dan
keluarga. Orang tua harus mengajarkan kepada anaknya tentang daerah ”pribadi” sebelum masuk
sekolah.
Pemikiran moral dibatasi oleh tingkat kognitif anak dan kemampuan bahasa, namun membangun
jati diri anak secara terus-menerus dengan orang tuanya. Pada awal sebelum ulang tahun kedua,
perasaan anak terhadap benar atau salah berpegang pada hasrat untuk mendapatkan persetujuan
dari orang tuanya dan menghindari konsekuensi yang negatif. Perasaan hati anak dipengaruhi
oleh pengaruh eksternal, anak belum dapat mengerti dalam diri mereka aturan sosial dan rasa
keadilan. Setiap waktu, ketika anak diberikan nasehat dengan orang tuanya, kata-kata
menggantikan perilaku yang agresif. Pada akhirnya, anak dapat menerima tanggung jawabnya
sendiri. Perbuatan dapat terjadi disebabkan oleh kerugian, bukan karena suatu maksud. Respon
empati kepada orang lain yang distress muncul selama tahun kedua kehidupan, namun
kemampuan untuk memikirkan cara pandang anak lainnya masih terbatas. Pada anak 4 tahun
akan mengakui pentingnya untuk mengambil giliran, namun akan komplain jika ia tidak
mendapat waktu yang cukup. Aturan cenderung absolut, dengan rasa bersalah sebagai akibat dari
perbuatan yang salah, tanpa mengabaikan suatu maksud.
2.4.6 Keterlibatan Orang Tua Dan Dokter Anak
Pentingnya anak prasekolah mengontrol perasaan terhadap tubuh dirinya dan sekitarnya
mempunyai maksud di dalam segi praktis. Mempersiapkan anak tentang bagaimana proses
pemeriksaan akan menenangkan hati anak. Katakan pada anak apa yang akan dilakukan, namun
jangan meminta izin kecuali pemeriksa siap dengan jawaban ”tidak”.
Pemeriksaan anak usia 4 atau 5 tahun harus menghibur, berdasarkan kemampuan anak untuk
berkomunikasi, sebagaimana rasa ingin tahunya yang besar. Dokter harus menyadari bahwa
setiap anak biasanya sulit untuk diperiksa. Bimbingan menegaskan harapan yang cukup untuk
perkembangan perilaku dan emosi dan maksud normal orang tua merasa marah, bersalah, dan
bingung merupakan bagian dari pemeriksaan pada usia ini. Memberikan anak berbagai pilihan
(semua pilihan yang dapat diterima orang tua) dan mendorong kebebasan anak dalam aktivitas
merawat tubuh (makan, memakai baju, mandi) dapat mengurangi konflik yang terjadi.
Hukuman jasmani tidak tepat pada konteks keluarga zaman modern sekarang ini. Orang tua
biasanya menyatakan bahwa mereka tidak suka menampar, dan banyak yang menyatakan hal ini
tidak efektif. Saat anak mempunyai kebiasaan untuk ditampar, orang tua harus memukul lebih
keras untuk mendapatkan respon yang cukup, ini dapat mengakibatkan cedera yang serius.
Hukuman yang cukup keras mungkin dapat menghambat setiap tingkah laku tetapi dengan resiko
psikologis yang besar. Anak-anak memperolok-olok hukuman badan yang mereka terima dan ini
merupakan hal yang tidak jarang untuk anak-anak umur prasekolah memberontak kepada orang
tuanya. Meskipun menampar merupakan hukuman yang keras, beberapa yang mempergunakan
ini, untuk membuat perubahan perilaku, disiplin merupakan metode yang membuat anak
mengontrol dalam dirinya untuk berperilaku. Cara disiplin alternatif harus ditawarkan, seperti
”hitung mundur”, dengan duduk di dalam ruangan, komunikasi aturan yang jelas, dan beberapa
kali menyetujui anak.
2.4.7 Nutrisi Pada Anak Pra Sekolah
Anak-anak dan remaja dianjurkan untuk mengurangi lemak dan produk susu, namun tidak boleh
dikurangi pada anak di bawah 2 tahun, karena susu merupakan sumber utama lemak, dan
merupakan sumber energi utama pada anak usia di bawah 2 tahun. Banyak produk makanan
mengandung lemak rendah yang tersedia, dan penggunaan makanan tersebut tergantung dari
orang tua yang merawat anak usia toddler. Variasi makanan rendah lemak dianjurkan pada anak
yang lebih tua, dan ini dianjurkan untuk asupan lemak jenuh dan total untuk usia 2 sampai 5
tahun.
Pemberian nutrisi pada anak pra sekolah ialah dengan diet seimbang. Menyajikan makanan porsi
sedikit supaya anak dapat meminta lagi, berikan anak makan saat makan keluarga sehingga anak
mempunyai kesempatan untuk berbicara. Membatasi asupan produk gula dan garam, dan anak
dapat diberikan makanan kudapan yang sehat diantara waktu makan (buah-buahan dan sayuran
segar).
Anak usia prasekolah harus memulai untuk mempunyai pola makan yang sehat, yang dapat
mencegah perkembangan penyakit yang kronis ketika dewasa. Orang tua mempunyai peran
utama dalam membentuk pola makan anaknya, dan pola makan anak biasanya meruapakan
cerminan dari pola makan orang tuanya. Mengingatkan orang tua bahwa selera makan anaknya
itu bersifat fluktuatif setiap harinya. Orang tua harus menyediakan makanan sehat yang
bervariasi dan membiarkan anaknya untuk memutuskan makanannya. namun, anak tidak dapat
memilih diet seimbang kecuali pilihan makanan bernutrisi yang ditawarkan pada mereka,
makanan kudapan yang manis dan makanan kudapan tinggi kalori lainnya tanpa nilai nutrisi
sebaiknya diberikan secara jarang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang
berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya.
Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi
pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf
dan otak yang kompleks yang akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita pula, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga
setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani
dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
3.2 Saran
Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami mengharapkan kritik dan saran
agar makalah kami kedepannya akan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-tumbuh-kembang-anak-usia-1-5.html.
http://adeniaroom.blogspot.com/2009/05/tahapan-perkembangan-anak-usia-0-5.html.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita fisiologis orang tua tetap harus memberi
makanan
yang bergizi,lingkungan
yang sehat,dan memperhatikan faktor-faktor
yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak. tetapi untuk balita fisiologis tidak terlalu membutuhkan
perhatian khusus seperti anak yang patologis.
B. Saran
Asuhan pada balita fisiologis perlu perawatan yang baik dari orang tua. Maka kita sebagai tenaga
kesehatan harus membantu orang tua yang sedang bermasalah dengan balitanya yang apabila
sedang terjadi gangguan pada anaknya.
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai
berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa
kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
7
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran
emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal
bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap
perkembangan.4
Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.
Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Pada anak usia toddler,
seorang anak dapat sangat senang, sibuk, bahkan gusar. Psikososialnya berkembang pesat,
sedangkan pertumbuhan fisiknya melambat. Anak usia pra sekolah merupakan periode ajaib
mendapatkan pengalaman dari aktivitas dan rasa ingin tahu, sehingga membutuhkan perhatian
orang tua yang besar.8,13
Pada referat ini, akan dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia 1 tahun
sampai 5 tahun atau usia Toddler dan anak usia prasekolah. Referat ini dibuat bertujuan supaya
para pembaca mengetahui, mengenali dan memahami tumbuh kembang anak yang normal sejak
usia 1 tahun sampai 5 tahun yang dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut kamus kedokteran Dorland, pertumbuhan ialah proses normal pertambahan ukuran
organisme sebagai akibat pertambahan jaringan pada yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan
berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter) umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut
Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan adalah setiap perubahan
dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun
struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. 4,6,12
Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan dan diferensiasi.
Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi pertumbuhan fisik, maupun pematangan
fungsi, emosi dan perilaku sosial. Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan
dari perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks.4,6,12
Bila berbicara tumbuh kembang anak usia 1-5 tahun maka ada dua tahapan masa yang harus
dilalui yaitu:
1. Toddler : umur 1 s/d 3 tahun13
2. Preschool : umur 3 s/d 5 tahun8
2.2 Tumbuh Kembang Usia 12 – 18 Bulan
2.2.1 Perkembangan Fisik
Tingkat pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun ke dua dan nafsu makan menurun. “Lemak
bayi” dibakar oleh gerakan yang bertambah, lumbar lordosis berlebihan membuat perut
menonjol. Pertumbuhan otak, disertai mielinisasi yang berlanjut, menghasilkan penambahan
lingkar kepala lebih dari 2 cm dalam 1 tahun. 1
Sebagian besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia satu tahun, sebagian lagi tidak dapat
berjalan sampai usia 15 bulan. Bayi yang sangat aktif dan berani cenderung berjalan lebih awal,
bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan menyelidiki obyek-obyek secara
terperinci barjalan lebih lambat. Berjalan lebih awal tidak berkaitan dengan perkembangan di
bidang-bidang lain. 1
Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok dengan lengan di fleksi di siku, seluruh
batang tubuh berputar pada setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk ke arah luar dan ke
dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju kemantapan yang lebih besar dan
efisiensi tenaga. Setelah beberapa bulan latihan, pusat gravitasi bergeser ke belakang dan batang
tubuh berdiri lebih stabil, sementara lutut ekstensi dan lengan mengayun ke samping untuk
keseimbangan. Jari-jari kaki ditahan sejajar dan anak itu dapat berhenti, berputar dan
membungkuk tanpa jatuh. 1
Ketika anak dapat berjalan secara bebas, anak dapat berjalan menjauhi orang tuanya dan
menjelajahi lingkungannya. Meskipun anak menggunakan ibunya sebagai “basis rumah/home
base”, sering kembali kepada ibunya untuk menentramkan hati lagi, menunjukkan bahwa anak
telah mengambil langkah besar menuju kebebasan.2
2.2.2 Perkembangan Kognitif
Penjelajahan benda mempercepat jalannya karena pendekatan, pemegangan, dan pelepasan
hampir sepenuhnya matur dan berjalan bertambah ke hal-hal yang menarik. Anak yang baru
berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk menciptakan hal-hal menarik,
seperti menumpuk balok-balok atau meletakan barang ke dalam tempat kaset video. Alat-alat
mainan juga lebih mungkin untuk digunakan pada maksud-maksud tujuannya (sisir untuk
rambut, cangkir untuk minum). Meniru orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara
belajar yang penting. Permainan khayalan yang berpusat pada tubuh anak itu sendiri (pura-pura
minum dari cangkir kosong). 1
2.2.3 Perkembangan Emosi
Bayi-bayi yang berkembang mendekati kejadian penting atau “milestone” dari langkah-langkah
pertama mereka mungkin mudah marah. Bila mereka mulai berjalan, perubahan suasana hati
utama mereka nyata sekali. Anak yang baru belajar berjalan digambarkan seperti orang yang
dimabukan oleh kemampuan mereka yang baru dan oleh kekuatan mereka. Mereka sering
berputar mengelilingi orang tua mereka, seperti planet-planet mengelilingi matahari, berpindahpindah, menoleh ke belakang, bergerak lebih jauh dan kemudian kembali untuk mendapat
sentuhan yang menenangkan dari orang tua mereka. Pada lingkungan yang tidak dikenal, dengan
perasaan anak yang takut, orbit-orbit demikian mungkin kecil atau tidak ada, dalam keadaan
lingkungan yang dikenal, anak yang berani dapat “berkeliling” sampai tidak terlihat. 1
Kemampuan anak untuk menggunakan orang tua sebagai “tempat aman” untuk penjelajahan,
tergantung pada hubungan kasih sayang. Kasih sayang dapat dinilai dari orang tua meninggalkan
anak-anak dalam ruang bermain yang tidak dikenal, “situasi asing”. Ketika orang tua mereka
pergi, sebagian anak berhenti bermain, menangis, dan mencoba untuk ikut. Namun, akibat
terbesar yang menarik adalah tanggapan anak ketika orang tua mereka kembali. Anak yang
disayangi pergi ke orang tuanya dengan segera untuk diantar, dihibur dan kemudian dapat
kembali bermain. Anak dengan perasaan sayang yang bertentangan (ambivalen) pergi ke orang
tuanya tetapi kemudian menolak untuk dihibur dan mungkin memukul orang tuanya karena
marah. Anak-anak yang dkategorikan sebagai penghindar mungkin tidak protes ketika orang tua
mereka pergi dan mungkin tidak menyambut saat mereka kembali. Pola tanggapan yang tampak
gelisah mungkin mewakili perkembangan bayi mengembangkan strategi untuk menanggulangi
sifat orang tua mereka yang suka menghukum atau tidak bertanggung jawab dan mungkin
meramalkan masalah kognitif dan masalah emosi di kemudian hari. Persengketaan berlanjut
tentang bagaimana bayi bertabiat dan pengalaman perpisahan sebelumnya mungkin
mempengaruhi tafsiran dari akibat situasi yang aneh. 1
2.2.4 Perkembangan Bahasa
Komunikasi penting sejak lahir, khususnya nonverbal sebagai interaksi antara bayi dan yang
merawatnya. Penerimaan bahasa mendahului perasaan. Kata-kata pertama mulai muncul pada
usia 9-18 bulan, kebanyakan anak dapat mengucapkan setidaknya 1 sampai 2 kata pada ulang
thun pertama mereka. Ketika bayi mulai mengucapkan kata-kata pertamanya, kira-kira 12 bulan ,
mereka mulai menanggapi dengan tepat beberapa contoh pernyataan sederhana seperti “tidak”,
“selamat tinggal, “ saya minta”. Pada usia 15 bulan, rata-rata anak menunjuk pada bagian utama
tubuh dan mengunakan 4-6 kata-kata secara spontan dan benar, termasuk kata benda nama
sendiri. Anak yang baru berjalan juga menikmati berkata-kata dengan suku kata yang banyak
tetapi tidak tampak marah ketika tidak ada yang mengerti. Sebagian besar komunikasi keinginan
dan ide berlanjut menjadi non-verbal.1,2,5
2.2.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Orang tua dapat mengungkapkan tentang asupan yang rendah sebagai pertumbuhan yang lambat.
Orang tua yang tidak dapat mengingat kejadian-kejadian penting lain cenderung mengingat
ketika anak mereka mulai berjalan, mungkin karena persamaan simbolis berjalan dengan sikap
mandiri. Pada anak yang baru mulai berjalan seharusnya didorong untuk menjelajahi
lingkungannya, kemampuan anak untuk mencari tahu juga meningkatkan resiko untuk terluka
dan penambahan pengawasan. 1
Dalam ruang pemeriksaan, kebanyakan anak yang baru mulai berjalan nyaman untuk menjelajahi
ruangan, tetapi tetap melekat pada orang tuanya dibawah stress pemeriksaan. Melakukan
sebagian besar pemeriksaan fisik pada pangkuan orangtuanya membantu menghilangkan rasa
takut untuk dipisahkan. Bayi-bayi yang menjadi bertambah distress, bukan berkurang, di tangan
orang tuanya atau yang menghindari orang tuanya saat stress, mungkin menjadi gelisah. Anakanak yang muda, bila mengalami distress, berbalik ke orang asing untuk mendapatkan hiburan
bukannya ke orangtuanya yang sangat mengkuatirkan. Konflik antara kebebasan dan keamanan
bermanifestasi dalam masalah disiplin, sifat marah, latihan toilet, dan perubahan perilaku makan.
Orang tua sebaiknya diberitahukan tentang masalah-masalah ini bahwa peristiwa ini masih
dalam batas perkembangan normal anak. 1
2.3 Tumbuh Kembang Usia 18 – 24 Bulan
2.3.1 Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini, dengan perkembangan di dunia di
bidang keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Berat
dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun pertumbuhan kepala terjadi agak lambat. 90%
dari lingkar kepala dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan pertambahan hanya 5 cm yang
didapat pada beberapa tahun ke depan. 1
2.3.2 Perkembangan Kognitif
Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai kesimpulan periode
sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang baru belajar berjalan
mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun benda itu tidak dapat dilihat
karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan lebih baik, dan balita
memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, menggunakan tongkat untuk
menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan menggambarkan bagaimana cara
menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara simbolik dalam permainan tidak lagi
terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah boneka dapat diberi makan dengan piring
kosong. Seperti reorganisasi pada umur 9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan,
berkorelasi dengan perubahan penting dalam emosi dan bidang bahasa. 1
2.3.3 Perkembangan Emosi
Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan untuk menambah
keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan sebagai penyesuaian yang
mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari kemungkinan berpisah. Banyak orang tua
yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa kemana-mana tanpa bersama-sama anaknya. Tidur
sendiri seringkali sangat sulit, dengan banyaknya kesalahan awal dan kemarahan. Banyak anak
menggunakan selimut khusus atau mainan sebagai obyek transisi, sesuatu yang berguna sebagai
simbol dari ketidakhadiran orangtua (obyek dalam istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap
pentig sampai peralihan ke pemikiran simbolis telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang tua
telah dipenuhi.1
Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama muncul pada usia ini. Anak yang
sedang belajar berjalan memandang cermin untuk pertama kalinya, menyentuh wajah mereka
sendiri bukannya bayangan cermin, jika mereka memperhatikan titik merah pada hidung mereka
atau beberapa penampilan yang tidak biasa. Mereka mulai mengenali ketika mainannya rusak
dan mugkin menyerahkan kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika tergoda untuk menyentuh
objek yang dilarang, mereka mungkin berkata kepada diri mereka sendiri, “jangan, jangan”,
bukti adanya internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting untuk mengontrol gerak hati,
sebab awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka sering menyentuh suatu objek untuk
menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan internalisasi pada tahap ini.1
Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan orang lain dan
membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang mendapatkan distress atau
menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka mulai mengerti perasaan anak lainnya
jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka untuk menahan perilaku agresif mereka.2
2.3.4 Perkembangan Bahasa
Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa. Memberi nama
objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari bahwa kata-kata
dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18
bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata kira-kira 50
kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat sederhana,
permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti “berikan bola itu
dan pakai sepatumu”. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol lingkuangan
sekitarnya, seperti “selamat tinggal” atau “malam-malam”. Kemunculan bahasa lisan
menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-jalan
belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan masalah,
kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan manipulasi berkurang.
1
Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif bervariasi antara usia 12 sampai 24 bulan.
Anak laki-laki dan anak yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami perkembangan bahasa
yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis kelamin dan pajanan 2 bahasa bukan
menjadi alasan gagalnya merujuk anak karena terlambat bicara untuk evaluasi lebih lanjut.
Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-benar mahir 2 bahasa. Kebanyakan
anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan bahasa lainnya hanya sebagai bahasa
sekunder.2
2.3.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Dengan pertambahan gerakan, pembatasan fisik pada penjelajahan anak menjadi kurang efektif,
kata-kata menjadi bertambah penting untuk mengontrol tingkah laku juga kognisi. Anak-anak
dengan pertambahan bahasa yang tertunda sering mempunyai masalah tingkah laku yang lebih
besar. Perkembangan bahasa menjadi mudah ketika orang tua dan pengasuh memakai kalimat
yang sederhana, jelas, menanyakan pertanyaan dan tanggap terhadap kalimat anak-anak yang
tidak sempurna dan komunikasi yang dibuat dengan kata-kata yang tepat. Periode teratur dengan
melihat buku-buku bergambar bersama-sama berlanjut untuk menyediakan suasana yang ideal
untuk perkembangan bahasa. 1
Dalam ruang pemeriksaan, beberapa prosedur dapat mengurangi rasa cemas anak terhadap
keasingan. Awalnya hindari kontak mata secara langsung. Lakukan pemeriksaan sebanyak
mungkin yang dapat dikerjakan dengan anak ada di pangkuan orangtuanya. Dokter anak dapat
menjelaskan tentang munculnya kembali masalah perpisahan dan penampilan menghargai
selimut atau boneka beruang sebagai fenomena perkembangan. Orang tua harus mengerti tentang
pentingnya penjelajahan. Daripada membatasi pergerakan anak, lebih baik menempatkan anak
pada tempat yang aman atau mengganti 1 aktivitas ke aktivitas lainnya. Metode disiplin,
termasuk hukuman badan, harus didiskusikan, alternatif yang efektif biasanya lebih dihargai.
Membantu orang tua untuk mengerti dan beradaptasi dengan perubahan emosi anak yang
berbeda dapat merupakan intervensi yang penting. Perkembangan rutin harian sangat membantu
anak pada usia ini. Kekakuan dalam rutinitas dapat mencerminkan kebutuhan penguasaan
merubah lingkungan.1
2.3.6 Nutrisi pada Toddler
Anak kecil membutuhkan diet dengan kandungan energi yang besar, mereka cenderung makanmakanan tinggi lemak dan karbohidrat namun rendah buah-buahan dan sayur-sayuran. Secara
umum, usia toddler merupakan usia transisi dari perubahan diet tinggi lemak sejak bayi menjadi
diet rendah lemak pada usia pra sekolah dan anak yang lebih tua. 9,10
Orang tua harus diberitahu bahwa makanan yang mengandung karbohidrat harus diberikan saat
anak makan menu utama. Pemberian buah-buahan dan sayur-sayuran dengan porsi 80 gram
sehari harus dipikirkan oleh orang tuanya, sangat penting untuk memberikan buah dan sayur
pada setiap kali makan untuk membuat anak terbiasa dengan makanan ini. Dengan memotongmotong sayur atau buah menjadi potongan kecil, diaduk pada penggorengan, dan dibakar untuk
membuat manis rasanya dan ditambahkan pada sup dan saus dapat menambah konsumsi sayur
dan buah pada anak. Susu dan produk susu merupakan sumber kalsium dan nutrisi lainnya yang
sangat penting, dan orang tua sebaiknya memberikan sebanyak 3 kali sehari. Namun,
memberikan banyak susu dapat menggantikan makanan penting lainnya dan dapat mengarah
kepada defisiensi Fe pada toddler. 1 sampai 2 kali pemberian daging, ikan, dan makanan
alternatif bagi vegetarian (seperti telur, buncis, kacang) juga harus diberikan dan dapat disajikan
dengan makanan yang berkuah untuk melembutkan bentuknya. Makanan tinggi lemak dan
karbohidrat (seperti es krim, kue, biskuit) dapat diberikan dalam jumlah tidak banyak dan tidak
boleh menggantikan makanan penting lainnya. Suplemen vitamin (tetes vitamin A dan D) juga
dianjurkan pada anak-anak. 9
Anak-anak dengan pertambahan berat badan yang sedikit-sedikit menandakan buruknya
pertumbuhan yang disebabkan oleh nutrisi yang rendah dan infeksi, ini merupakan kasus yang
terus-menerus terjadi pada negara berkembang. 9
Namun, anak juga dapat menjadi gemuk (obes). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
obesitas pada anak, yaitu genetik, faktor lingkungan, seperti diet yang rendah dan aktivitas fisik
yang rendah, merupakan faktor resiko yang besar membuat bertambahnya berat anak. Terdapat
bukti bahwa kebiasaan makan terus memburuk dibandingkan dengan tahun 1950-an dan
beberapa bukti bahwa toddler tidak aktif daripada yang seharusnya (contohnya di Amerika,
penonton televisi semakin banyak dengan hampir setengahnya anak-anak berusia 2-3 tahun yang
menonton lebih dari 3 jam per hari).9
Menganjurkan pemberian makan 3 kali sehari ditambah pemberian makanan kudapan, hindari
percekcokan saat makan, namun batasi lama waktu makan, mendorong anak untuk makan sendiri
menggunakan sendok dan cangkir, dan batasi makan makanan gula dan mengandung natrium.15
2.4 Tumbuh Kembang Usia Prasekolah
Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan menjauhi dan mendekati ke orang
dewasa yang dekat atau orangtuanya. Saat usia prasekolah, anak-anak menjelajahi pemisahan
emosiaonal, bertukar-tukar antara perlawanan manja dan gembira, antara berani menjelajah dan
sifat melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau tempat bermain
kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan. Anak-anak prasekolah
mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang sebelumnya, tetapi mereka juga sangat
sadar dengan keterbatasan yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan kemampuan
terbatas mereka.1
2.4.1 Perkembangan Fisik
Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya berjalan konstan selama periode pra sekolah.
Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang seimbang
pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan timbulnya kebiasaan makan yang ”memilih-milih”.
Rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8 cm setiap tahun.
Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 ½ tahun. Ketika berusia 4 tahun rata-rata berat
yaitu 40 lb dan tinggi 40 in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3 sampai 18
tahun. Anak-anak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index tubuh)
mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa. 1,8
Pertumbuhan organ seksual sepadan dengan pertumbuhan somatis. Anak prasekolah mempunyai
genu valgum atau pes planus ringan. Batang tubuh langsing seperti pemanjangan tungkai. Energi
fisik memuncak, dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/hari, biasanya termasuk sekali
tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4
tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun. 1
Tabel 2.1 Pola perilaku yang timbul antara 1 sampai 5 tahun 1
15 bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak
Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis menggunakan crayon, memasukkan
kismis ke dalam botol
Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang sudah akrab
Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk orang tua
18 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga dengan berpegang pada 1
tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat sampah
Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru gerakan vertikal, mentumpahkan
kismis dari botolnya
10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian tubuh
Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika basah atau kotor, mencium
orang tua dengan mengerutkan bibir
24 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat perabotan rumah tangga,
melompat.
Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan dengan pola melingkar, meniru
gerakan horizontal, meniru melipat kertas dalam sekali lihat.
Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek).
Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju, mendengar cerita ketika
ditampilkan gambarnya.
30 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian
Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan vertical dan horizontal, tapi
tidak membuat gerakan silang, meniru gerakan melingkar
Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri “saya”, mengetahui nama lengkap sendiri.
Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain.
36 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki
Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan menggunakan tiga kubus,
menyalin lingkaran, meniru gerakan silang.
Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan benar, mengulangi tiga
nomor atau sebuah kalimat dengan enam suku kata.
Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain), membantu memakai baju
(melepaskan kancing baju dan memakai sepatu), menyuci tangan.
48 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan yang tinggi, menggunakan
gunting untuk memotong gambar, mendaki dengan baik.
Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang menggunakan lima kubus,
menyalin tanda silang dan kotak, menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain
kepala, dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis.
Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita.
Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan peran permainan, pergi ke
toilat sendiri.
60 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial
Lewat
Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama
Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung 10 buah koin receh
dengan benar
Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti kata-kata, mengikutsertakan
seseorang dalam peran bermain
Kejadian penting atau ”milestone” dari motorik kasar dan halus disajikan dalam tabel 2.1.
Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan lari dengan mantap sebelum akhir tahun
ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan seperti
kisaran kegiatan motorik berkembang mencakup melempar, menangkap, dan menendang bola,
mengendarai sepede, menaiki bangunan di lapanagan, menari, dan pola tingkah laku kompleks
lainnya. Tanda-tanda gaya aktivitas kasar seperti tempo, intensitas, dan kewaspadaan juga sangat
bervariasi juga karena bakat bawaan. Walaupun anak dapat berjalan dengan gaya yang berbeda,
berjalan dengan ibu jari tidak seharusnya bertahan. 1
Pengaruh-pengaruh seperti perbedaan individu pada perkembangan kognitif dan emosi sebagian
bergantung pada tuntutan lingkungan sosial. Anak-anak yang semangat, terkoordinasi mungkin
tumbuh secara emosional dengan orang tua atau guru yang menekankan aktivitas fisik, namun
pada anak-anak dengan tenaga yang kurang, lebih berotak, mungkin tumbuh dengan orang tua
yang menekankan nilai permainan dengan sungguh-sungguh. 1
Kemandirian biasanya muncul pada tahun ketiga. Frustasi mungkin akibat dari upaya untuk
mengubah pilihan tangan anak. Variasi dalam perkembangan motorik halus menggambarkan
kecenderungan individu maupun berbagai kesempatan untuk belajar. Anak-anak yang jarang
diizinkan memakai crayon, misalnya, nantinya mengembangkan genggaman pensil orang
dewasa. 1
Kontrol buang air besar dan buang air kecil muncul saat periode ini, dengan ”kesiapan” untuk ke
toilet mempunyai variasi individu dan budaya yang luas. Anak perempuan cenderung lebih awal
dan lebih cepat terlatih daripada anak laki-laki. ”Ngompol” normal sampai usia 4 tahun pada
anak perempuan dan 5 tahun pada anak laki-laki. Banyak anak-anak mengusai proses ke toilet
dengan mudah, terutama sekali sekali ketika mereka sudah mampu untuk mengatakan secara
verbal kebutuhan badannya. Untuk anak lainnya, latihan toilet dapat juga memanjang dengan
kekuatan berontak dari anak. Penolakkan untuk defekasi di toilet atau pot relatif umum dan dapat
mengarah ke konstipasi dan frustasi orang tua. Penghentian latihan (kembali memakai diaper)
seringkali memenuhi proses penguasaan proses bertoilet. 1
Latihan bertoilet menunjukkan peristiwa penting bagi orang tua karena menandakan kebebasan
mereka dari pakaian kotor karena popok. Pada beberapa orang tua juga mewakili salah satu segi
dari perkembangan anak dan satu kebanggaan bahwa anak mereka telah mendapat kemampuan
tertentu pada usia dini. Untuk alasan ini dan lainnya,mungkin tidak ada peristiwa penting
perkembangan lainnya yang terdorong dan lebih penting dari latihan bertoilet. 3
Kematangan usia menandakan kesiapan untuk latihan bertoilet, setelah 18 bulan, toddler
mempunyai kapasitas sensorik untuk sadar akan penuhnya rectum atau kandung kemih dan
secara fisik sudah mampu mengontrol shincter anus dan saluran urinarius. Bagian penting yang
berhubungan dengan masalah latihan bertoilet ialah membimbing orang tua tentang tanda
kesiapan anaknya untuk memulai bertoilet, seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.2. Kurang dari
25% dari anak-anak berhasil pada usia 24 bulan, tetapi sebagian besar anak menguasai bertoilet
pada usia 48 bulan. Ingatkan pada orang tua bahwa terjadi proses perkembangan anak yang
normal pada usia ini.2,3
Tabel 2.2 Tanda kesiapan anak dalam latihan bertoilet 3
· Bahasa lisan anak, bahasa tubuh, atau aktivitas yang menandakan ia akan melakukan buang air
kecil atau defekasi
· Pergerakan usus anak yang muncul pada jadwal prediksi
· Popok anak yang kering untuk waktu yang lama, menandakan kapasitas kandung kemih yang
siap berfungsi
· Anak dapat membuka bajunya
· Anak menunjukkan perhatian dalam meniru anggota keluarga
· Anak menunjukkan perhatian dalam menyenangkan anggota keluarga
· Anak dapat mengikuti perintah
Tanda kesiapan meliputi bahasa yang cukup untuk menggambarkan kebutuhan defekasi, dan
orangtuanya harus mampu mengkomunikasikan dengan anaknya mengenai kebutuhan ini. Anak
menunjukkan sebuah kesadaran bahwa popok harus diganti sudah dapat dipelajari. Anak yang
senang dengan reaksi orang tua dan mau menunjukkan kemampuan mengurus diri dapat
termotivasi menggunakan toilet. Anak yang pada permulaan menunjukkan rasa malu atau sadar
akan kedaruratan tubuh akan pergi ke sudut rumah untuk defekasi dapat diarahkan ke kamar
mandi untuk melakukannya.3
Bagi orang tua memuji anaknya merupakan suatu langkah awal. Awalnya orang tua dapat
memuji anaknya ketika pergi ke kamar mandi dengan duduk pada toilet walaupun tidak ada
rangsangan untuk defekasi untuk beberapa menit. Pujian dapat ditingkatkan saat melakukan
defekasi. Pada setiap waktu sangat penting bagi orang tua untuk menjaga sikap yang positif.
Anak-anak tidak boleh dipermalukan saat gagal menggunakan kursi pot atau kecelakaan saat
berproses bertoilet. Orang tua harus disiapkan pada saat anak latihan bertoilet karena memakan
waktu beberapa bulan dan kecelakaan sering terjadi. 3
Implikasi untuk orang tua dan dokter anak. Penurunan normal nafsu makan di usia ini sering
menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian besar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika
pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Anak-anak biasanya mengatur jumlah
makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Asupan
setiap hari bervariasi. Kadang-kadang luas, akan tetapi asupan selama periode 1 minggu relatif
stabil. Upaya orang tua untuk mengatur asupan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini
karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya anak menjadi
kelebihan makan atau kekurangan makan. Perlu diketahui juga bahwa pada anak prasekolah
dengan anemia defisiensi Fe anak menjadi kurang aktif terhadap lingkungan sosialnya dan lebih
cepat mendekati ibunya, dan lebih lambat dalam memperlihatkan pengaruh positif dan
menyentuh mainan baru untuk pertama kalinya. 1,11
Anak yang terlalu aktif meningkatkan resiko untuk terluka, dan orang tua harus mendapat
bimbingan
awal
mengenai
pengamanan.
Orang
tua
kuatir
mengenai
kemungkinan
”hiperaktifitas” yang menggambarkan harapan yang tidak benar, kekuatiran yang berlebihan atau
overaktivitas yang sebenarnya. Anak yang terlibat dalam aktivitas yang gegabah, tidak dapat
dikendalikan tanpa memperhatikan keamanan dirinya, harus dievaluasi lebih lanjut. 1
2.4.2 Perkembangan Kognitif
Bahasa, kognisi dan permainan semuanya melibatkan fungsi simbolis, suatu cara mengatasi
dunia yang semakin menjadi penting selama periode prasekolah. 1
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional Piaget (pralogika), ditandai
oleh pemikiran ajaib, egosentris, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pemikiran ajaib
meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme
(menghubungkan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistik
terhadap kekuatan hasrat. Anak-anak mungkin percaya bahwa orang-orang membuat hujan
dengan membawa payung, bahwa matahari turun ”karena lelah” atau bahwa perasaan marah
kepada saudara kandung sesungguhnya dapat membuat saudaranya sakit. Egosentris mengacu
kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak berarti egois. Anak
mungkin berusaha untuk menyenangkan orang dewasa yang marah dengan membawa boneka
binatang kesayangan. Setelah usia 2 tahun, anak membuat konsep tentang dirinya dan rasa
kebutuhan untuk merasakan ”semua”.1
Piaget menunjukkan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang terkenal dari uji coba
”pengawetan”. Dalam salah satu uji coba, air dituangkan bolak-balik dalam pot yang tinggi dan
kecil ke piring lebar yang lebih rendah, dan anak-anak ditanya mana yang berisi air lebih banyak.
Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang lebih tinggi), bahkan ketika penguji
menunjuk bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah. Salah penbgertian demikian
menggambarkan hipotesis tentang perkembangan anak tentang sifat ilmiah dunia, juga kesulitan
mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara serentak.1
2.4.3 Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara usia 2-5 tahun. Perbendaharaan kata
bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari ”telegrafi”
kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Mudahnya,
antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak
(2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun,
kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (”ini bola saya”), progresif (”saya sedang
bermain”), pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4 tahun, kebanyakan anak dapat
menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan kalimat-kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak
dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana masa depan. Anak tidak bisa menggunakan bahasa
kiasan, mereka hanya mengerti arti langsung dari sebuah kata. 1,8
Sangat penting untuk membedakan cara bicara (produksi dari suara yang dapat dimengerti) dan
bahasa, yang berkenaan dengan sikap mental yang mendasari. Bahasa terdiri dari fungsi
ekspresif dan reseptif. Variasi bahasa reseptif (mengerti) kurang daripada tingkat kemahiran
bahasa ekspresif.1
Kemahiran berbahasa secara prinsip tergantung dari input lingkungan. Faktor yang menentukan
ialah jumlah dan variasi cara berbicara kepada anak secara langsung dan dari seberapa sering
orang dewasa bertanya pertanyaan dan mendorong anak untuk berbicara. Anak yang dibesarkan
dalam kemiskinan menunjukan nilai perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan
dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang mampu. 1
Walaupun pentingnya pemajanan bahasa, banyak ahli bahasa yakin bahwa mekanisme dasar
untuk kemahiran berbahsa ialah ”kabel keras” ke dalam otak. Anak tidak hanya meniru ucapan
orang dewasa. Lebih tepatnya mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa
sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus-menerus. Generalisasi
yang berlebihan, seperti tambahan sembarangan pada bunyi ”s” di akhir kata untuk membedakan
benda tunggal atau bunyi ”ed” untuk bentuk lampau, memberi bukti adanya aturan-aturan
lengkap tersebut. 1
Bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif dan emosi. Keterlambatan berbahasa dapat
menjadi indikasi pertama bahwa terjadi retardasi mental pada anak, mempunyai gangguan
spektrum autis, atau diperlakukan kurang baik. Bahasa memainkan peran penting dalam
pengaturan perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batasbatas orang dewasa dan kemudian melalu ”percakapan pribadi” dimana anak mengulangi
larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga
memungkinkan
anak
mengungkapkan
perasaan,
seperti
marah
atau
frustasi
tanpa
melampiaskannya, oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat
temperamen yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain.1
Perkembangan bahasa prasekolah meletakkan dasar untuk keberhasilan berikutnya di sekolah.
Kira-kira 35% anak di Amerika Serikat boleh masuk sekolah yang kurang dalam kemahiran
bahasa yang merupakan prasyarat penambahan kemampuan membaca dan menulis. Meskipun
sebagian besar anak belajar membaca dan menulis di sekolah dasar, dasar-dasar kemampuan
untuk membaca dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah. Melalui pengulangan
pemajanan awal pada kata-kata tulisan, anak-anak belajar tentang penggunaan penulisan (
menceritakan cerita atau mengirimkan pesan-pesan), dan mengenai bentuknya (kiri ke kanan atas
ke bawah). Kesalahan awal dalam menulis, seperti kesalahan dalam berbicara, menunjukkan
bahwa kemahiran membaca dan menulis merupakan suatu proses aktif yang melibatkan hipotesis
generasi dan revisi.1
Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan anak-anak tentang katakata cetak, tetapi juga dalam perkembangan bahasa lisan. Perbendaharaan kata anak dan bahasa
reseptif meningkat ketika orang tuanya membacakan secara konsisten untuk mereka. Membaca
dengan keras bersama anak merupakan proses yang interaktif dimana orang tua secara berulangulang memfokuskan perhatian anak pada gambar-gambar khusus, bertanya pertanyaan, dan
memberikan timbal balik kepada anak.1
2.4.4 Bermain
Bermain melibatkan proses pembelajaran, aktifitas fisik, sosialisasi dengan teman sebayanya,
dan berlatih peran orang dewasa. Bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas dan
khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman umum seperti belanja dan
meletakkan bayi di tempat tidur (usia 2 atau 3 tahun) ke skenario yang lebih luas mencakup
kejadian tunggal seperti pergi ke kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3-4 tahun untuk
menciptakan skenario yang telah hanya dibayangkan, seperti terbang ke bulan (usia 4-5 tahun).
Pada usia 3 tahun, permainan kerja sama tampak pada permainan membangun balok bersamasama, kemudian menjadi aktivitas permainan yang lebih teratur, seperti bermain rumah-rumahan.
Bermain juga makin menjadi lebih beraturan, dari aturan awal mengenai cara meminta
(bukannya mengambil) dan membagi (usia 2 atau 3 tahun) sampai aturan-aturan yang berubah
dari waktu ke waktu menurut keinginan para pemain (usia 4 dan 5 tahun) ke awal pengenalan
aturan-aturan yang relatif tetap.1
Bermain juga membuat anak dapat memecahkan konflik dan kecemasan dan membuat jalan
keluar yang kreatif. Anak-anak dapat melepaskan kemarahan dengan aman (menampar boneka),
meniru kekuatan super (memainkan dinosaurus dan pahlawan super), dan mendapatkan hal-hal
yang ditolak dalam dunia nyata (membuat percaya teman atau binatang kesayangan).
Menggambar, mewarnai dan akitifitas artistik lain adalah bentuk permainan yang menunjukkan
motivasi kreatif yang lebih jelas. Suara dan emosi yang timbul pada anak ketika menggambar
mencerminkan masalah anak yang penting pada anak-anak.1
Ketidakmampuan untuk membedakan khayalan dan kenyataan membuat persepsi anak dari apa
yang anak lihat pada media, melalu program atau iklan. Seperempat dari anak mempunyai
televisi di dalam kamarnya dan menonton berjam-jam setiap minggu, dan sebagian besar yang
anak-anak tonton ialah kekerasan. Sikap kekerasan dibentuk saat awal, dan pajanan kekerasan
yang awal telah menunjukkan hubungan dengan gangguan perilaku kemudian.1
Arti bahasa sebagai suatu sasaran untuk penilaian dan intervensi tidak dapat ditaksir lebih karena
peranan sentralnya sebagai indikator perkembangan kognitif dan emosi dan sebagai faktor kunci
dalam pengaturan tingkah laku dan keberhasilan sekolah nantinya. Para orang tua dapat
mendukung perkembangan emosi dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan
pernyataan perasaan anak (”kamu tampak marah sekarang”) dan dengan mendesak anak untuk
menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan bukannya melampiaskannya dengan
melakukan sesuatu.1
Para orang tua harus mempunyai waktu yang teratur setiap hari untuk membaca dan melihat
buku bersama-sama anak-anaknya. Program-program yang diberikan dokter anak melalui bukubuku bergambar bersama dengan pembinaan yang tepat selama kunjungan-kunjungan perawatan
primer adalah efektif dalam membaca dengan keras, terutama keluarga yang berpenghasilan
rendah. Televisi dan media yang serupa harus dibatasi 2 jam per hari dengan program yang baik,
dan orang tua harus menonton programnya bersama anak dan melakukan tanyajawab dengan
anak setelahnya.1
Pemikiran praoperasional memberi pengertian pengalaman sakit dan pengobatan anak. Anak
mulai mengerti bahwa tubuh mempunyai bagian ”luar” dan ”dalam”. Anak harus dijelaskan
dengan sederhana, penjelasan konkrit untuk prosedur pengobatan dan diberikan beberapa
prosedur bila memungkinkan. Anak harus dijelaskan secara berulang bahwa mereka itu tidak
dimarahi ketika diberi vaksin atau jarum suntik.1
Intensitas imaginasinya yang mengisi permainan dan pesonanya, pemikiran khas animisme
kognisi praoperasional juga menimbulkan kekuatiran yang kuat. Lebih dari 80% orang tua
melaporkan sekurang-kurangnya 1 kekhawatiran pada anak prasekolahnya. Tidak mau mandi
atau duduk pada toilet dapat timbul dari ketakutan dimasukkan ke dalam air atau disiram,
menggambarkan apresiasi imatur anak relatif besar. Upaya untuk memperagakan secara rasional
bahwa tidak ada monster dalam kloset sering gagal, karena ketakutan timbul dari pemikiran yang
prarasional. Meyakinkan bahwa orang tua akan menggunakan kekuatan ajaib untuk membuang
monster dengan menggunakan ”semprotan monster” atau lampu malam. Orang tua sebaiknya
menangani rasa takutnya dan memberikan anak rasa untuk mengontrol situasi. Gunakan alat
gambar untuk menggambar orang, untuk menggambar orang yang dianggap baik bagi si anak,
dapat membantu menjelaskan cara pandang anak.1
2.4.5 Perkembangan Emosi dan Moral
Tantangan emosi dalam menghadapi anak prasekolah termasuk keterbatasan penerimaan
sementara mempertahankan rasa pengawasan diri, menimbulkan keagresifan dan dorongan
seksual, dan interaksi dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman semakin luas. Pada
usia 2 tahun pembatasan tingkah laku terutama eksternal, pada usia 5 tahun, pengontrolanpengontrolan ini perlu dikendalikan jika anak harus berfungsi dalam kelas yang khusus.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan ini berdasarkan pada perkembangan emosi sebelumnya,
khususnya kemampuan menggunakan bayangan internalisasi dari orang dewasa yang dipercayai
untuk memberikan rasa aman pada saat stress. Anak perlu mempercayai diri sendiri terhadap
dukungan orang dewasa untuk mengatasi masalah emosinya.
Anak-anak belajar apakah tingkah laku dapat diterima dan beberapa kekuatan yang mereka
punyai dalam menghadapi orang dewasa yang penting dalam menguji keterbatasan-keterbatasan.
Uji bertambah ketika ia memperoleh sejumlah besar perhatian, walaupun perhatian tersebut
sering negatif, dan ketika batas-batas tidak konsisten. Uji sering menimbulkan kemarahan orang
tua atau kekhawatiran yang tidak pada tempatnya karena usaha anaknya untuk memisahkan,
tantangan diberikan orang tua: biarkanlah (letting go). Keterbatasan yang terlalu ketat dapat
melemahkan rasa inisiatif anaknya, sedangkan keterbatasan yang sangat longgar dapat
menimbulkan kecemasan pada anak yang merasa bahwa tidak ada orang yang mengontrol.1
Anak pada usia ini dapat mengerti bahwa ada halangan untuk mencegah dia di sekitarnya dan
dapat mengekspresikan perasaan, marah, dan frustasi tanpa memperlihatkannya. Pengawasan
merupakan persoalan utama. Ketidakmampuan dalam mengatur aspek dunia luar, seperti apa
yang harus dibeli atau kapan harus pergi, sering mengakibatkan kontrol interna, yaitu, watak
pemarah. Takut, terlalu lelah, atau ketidaknyamanan fisik dapat juga menimbulkan kemarahan.
Kemarahan biasanya muncul ke arah akhir usia 1 tahun dan puncaknya lazim pada usia antara 2
dan 4 tahun. Kemaraham yang lebih dari 15 menit atau muncul secara beraturan lebih dari 3 kali
per hari mencerminkan adanya masalah mendasar kesehatan, emosi dan sosial.1,8
Anak-anak prasekolah biasanya mengalami perasaan sulit terhadap orang tuanya, cinta yang kuat
dan kecemburuan serta kebencian dan ketakutan bahwa perasaan marah dapat menyebabkan
pengabaian. Lingkaran emosi ini, kebanyakan di luar kemampuan anak untuk menganalisa atau
mengekspresikan, sering menemukan ungkapan dalam suasana hati yang sangat labil.
Penyelesaian ”krisis” ini (proses berlangsung selama bertahun-tahun) melibatkan keputusan anak
yang tidak terucapkan untuk menyamai orang tua bukannya bersaing dengan mereka. Permainan
dan bahasa memelihara perkembangan pengendalian emosi dengan memperbolehkan anak-anak
mengekspresikan emosi dan memainkan peran.1
Rasa ingin tahu tentang alat kelamin dan organ seksual orang dewasa adalah normal
sebagaimana masturbasi. Masturbasi yang mempunyai kualitas mendorong (kompulsif) atau
yang mengganggu aktivitas normal anak, berpura-pura berhubungan seksual pada permainan
boneka atau dengan anak-anak lain, kesopanan yang ekstrim, atau meniru tingkah laku gairah
orang dewasa, semuanya memberi kesan kemungkinan penyiksaan seksual. Kesopanan muncul
secara bertahap pada anatar usia 4-6 tahun, dengan banyak variasi tergantung budaya dan
keluarga. Orang tua harus mengajarkan kepada anaknya tentang daerah ”pribadi” sebelum masuk
sekolah.
Pemikiran moral dibatasi oleh tingkat kognitif anak dan kemampuan bahasa, namun membangun
jati diri anak secara terus-menerus dengan orang tuanya. Pada awal sebelum ulang tahun kedua,
perasaan anak terhadap benar atau salah berpegang pada hasrat untuk mendapatkan persetujuan
dari orang tuanya dan menghindari konsekuensi yang negatif. Perasaan hati anak dipengaruhi
oleh pengaruh eksternal, anak belum dapat mengerti dalam diri mereka aturan sosial dan rasa
keadilan. Setiap waktu, ketika anak diberikan nasehat dengan orang tuanya, kata-kata
menggantikan perilaku yang agresif. Pada akhirnya, anak dapat menerima tanggung jawabnya
sendiri. Perbuatan dapat terjadi disebabkan oleh kerugian, bukan karena suatu maksud. Respon
empati kepada orang lain yang distress muncul selama tahun kedua kehidupan, namun
kemampuan untuk memikirkan cara pandang anak lainnya masih terbatas. Pada anak 4 tahun
akan mengakui pentingnya untuk mengambil giliran, namun akan komplain jika ia tidak
mendapat waktu yang cukup. Aturan cenderung absolut, dengan rasa bersalah sebagai akibat dari
perbuatan yang salah, tanpa mengabaikan suatu maksud.1
2.4.6 Keterlibatan Orang Tua Dan Dokter Anak
Pentingnya anak prasekolah mengontrol perasaan terhadap tubuh dirinya dan sekitarnya
mempunyai maksud di dalam segi praktis. Mempersiapkan anak tentang bagaimana proses
pemeriksaan akan menenangkan hati anak. Katakan pada anak apa yang akan dilakukan, namun
jangan meminta izin kecuali pemeriksa siap dengan jawaban ”tidak”.1
Pemeriksaan anak usia 4 atau 5 tahun harus menghibur, berdasarkan kemampuan anak untuk
berkomunikasi, sebagaimana rasa ingin tahunya yang besar. Dokter harus menyadari bahwa
setiap anak biasanya sulit untuk diperiksa. Bimbingan menegaskan harapan yang cukup untuk
perkembangan perilaku dan emosi dan maksud normal orang tua merasa marah, bersalah, dan
bingung merupakan bagian dari pemeriksaan pada usia ini. Memberikan anak berbagai pilihan
(semua pilihan yang dapat diterima orang tua) dan mendorong kebebasan anak dalam aktivitas
merawat tubuh (makan, memakai baju, mandi) dapat mengurangi konflik yang terjadi.1
Hukuman jasmani tidak tepat pada konteks keluarga zaman modern sekarang ini. Orang tua
biasanya menyatakan bahwa mereka tidak suka menampar, dan banyak yang menyatakan hal ini
tidak efektif. Saat anak mempunyai kebiasaan untuk ditampar, orang tua harus memukul lebih
keras untuk mendapatkan respon yang cukup, ini dapat mengakibatkan cedera yang serius.
Hukuman yang cukup keras mungkin dapat menghambat setiap tingkah laku tetapi dengan resiko
psikologis yang besar. Anak-anak memperolok-olok hukuman badan yang mereka terima dan ini
merupakan hal yang tidak jarang untuk anak-anak umur prasekolah memberontak kepada orang
tuanya. Meskipun menampar merupakan hukuman yang keras, beberapa yang mempergunakan
ini, untuk membuat perubahan perilaku, disiplin merupakan metode yang membuat anak
mengontrol dalam dirinya untuk berperilaku. Cara disiplin alternatif harus ditawarkan, seperti
”hitung mundur”, dengan duduk di dalam ruangan, komunikasi aturan yang jelas, dan beberapa
kali menyetujui anak.1
2.4.7 Nutrisi Pada Anak Pra Sekolah
Anak-anak dan remaja dianjurkan untuk mengurangi lemak dan produk susu, namun tidak boleh
dikurangi pada anak di bawah 2 tahun, karena susu merupakan sumber utama lemak, dan
merupakan sumber energi utama pada anak usia di bawah 2 tahun. Banyak produk makanan
mengandung lemak rendah yang tersedia, dan penggunaan makanan tersebut tergantung dari
orang tua yang merawat anak usia toddler. Variasi makanan rendah lemak dianjurkan pada anak
yang lebih tua, dan ini dianjurkan untuk asupan lemak jenuh dan total untuk usia 2 sampai 5
tahun.10
Pemberian nutrisi pada anak pra sekolah ialah dengan diet seimbang. Menyajikan makanan porsi
sedikit supaya anak dapat meminta lagi, berikan anak makan saat makan keluarga sehingga anak
mempunyai kesempatan untuk berbicara. Membatasi asupan produk gula dan garam, dan anak
dapat diberikan makanan kudapan yang sehat diantara waktu makan (buah-buahan dan sayuran
segar).14
Anak usia prasekolah harus memulai untuk mempunyai pola makan yang sehat, yang dapat
mencegah perkembangan penyakit yang kronis ketika dewasa. Orang tua mempunyai peran
utama dalam membentuk pola makan anaknya, dan pola makan anak biasanya meruapakan
cerminan dari pola makan orang tuanya. Mengingatkan orang tua bahwa selera makan anaknya
itu bersifat fluktuatif setiap harinya. Orang tua harus menyediakan makanan sehat yang
bervariasi dan membiarkan anaknya untuk memutuskan makanannya. namun, anak tidak dapat
memilih diet seimbang kecuali pilihan makanan bernutrisi yang ditawarkan pada mereka,
makanan kudapan yang manis dan makanan kudapan tinggi kalori lainnya tanpa nilai nutrisi
sebaiknya diberikan secara jarang.16
BAB III
KESIMPULAN
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang
berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya.
Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi
pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf
dan otak yang kompleks yang akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita pula, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga
setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani
dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
SUDAH COCOK ??? (note= gambar dan bagan sulit di upload jadi gak muncul, tapi difilenya
ada)
BUTUH DAFTAR PUSTAKANYA ??
Hubungi SMS SAJA 02291339839
(Jangan berpikiran macam2 dulu dok,he2.. Saya gak jualan kok. . . SMS aja dulu. . .)
Download