BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendirisendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan? 2. Apa saja pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja? 1.3 Tujuan 1. Untuk memenuhi tugas Ilmu Keperawatan Dasar 1 tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja. 2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja. 1.4 Manfaat 1. Bagi Penulis Menambah wawasan pengetahuan Ilmu Keperawatan Dasar 1 tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja. 2. Bagi Pembaca Memberikan wawasan tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja. Serta dapat menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Keperawatan Dasar 1. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan 2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsifungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. 2.1.2. Pengertian Perkembangan Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000). Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka keseluruhan. 2.2 Tahapan Tumbuh Kembang Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu : Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas : Ø Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu), masa fetus (9 minggu sampai lahir), Ø Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun). Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas Ø Masa Sekolah (6-12 tahun) Ø Masa Remaja (12-18 tahun) TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 0-6 TAHUN Masa Pranatal Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan. Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu : a. Fase Embrio. b. Fase Fetus. 2. Masa Pascanatal Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut : A. Masa Neonatus (0-28 hari) Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi. B. Masa Bayi (29 hari – 1 tahun) Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu : Ø Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan. Ø Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan umur. Ø Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm. C. Masa Anak (1-2 tahun) Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm. D. Masa Prasekolah (3-6 tahun) Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahun. Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi. TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 6 TAHUN KEATAS A. Masa Sekolah (6-12 tahun) Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula. B. Masa Remaja (12-18 tahun) Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk tubuh. Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah kematangan identitas seksual yang ditandai dengan perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa krisis identitas dimana anak memasuki proses pendewasaan dan meninggalkan masa anak-anak, sehingga membutuhkan bantuan dari orang tua. 2.3 Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja. I. Pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia dalam kandungan Usia Ciri-ciri 1 bulan (4 minggu) Bagian kepala, jantung, dan hati mulai terbentuk; sistem pencernaan sebagai suatu saluran sederhana; ada sebuah ekor yang khas; jaringan-jaringan ekstra embrionik mulai muncul. 2 bulan (8 minggu) Telinga, mata, jari-jari, mulut, hidung, dan tumit merupakan bentuk-bentuk tersendiri; tulang mulai dibentuk, sistem pencernaan terbentuk; sistem saraf dan sistem sirkuler mulai berfungsi; adanya alat kelamin luar, tetapi belum dapat dibedakan jenis kelaminnya. 3 bulan (12 minggu) Ginjal, hati, tangan, lengan, tungkai, kaki, dan sistem pencernaan telah berkembang baik; alat kelamin luar antara pria dan wanita mulai dapat dibedakan; paru-paru mulai jelas; adanya gerakan-gerakan kecil dari janin. 4 bulan (16 minggu) Detak jantung sudah dapat dirasakan; terbentuknya tulang-tulang di seluruh tubuh; kulit berkembang sepenuhnya; sudah dapat ditentukan jenis kelaminnya; munculnya alis, bulu mata, dan rambut kepala; gerakan janin meningkat. 9,5 bulan (38 minggu) Sejak minggu ke-16 sampai saat kelahiran terjadi akumulasi lemak di bawah kulit; menjelang minggu ke-22 janin mulai membuka matanya; gerakan-gerakan janin dirasakan oleh ibunya, terjadi kenaikan gerak badan yang sangat cepat; pada bulan ke-7 posisi kepala ke bawah sebagai persiapan untuk kelahiran. II. Pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir A. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita 1. Ciri-ciri fisik Usia Pertumbuhan Perkembangan Tinggi Badan Berat Badan Motorik Kognitif 0–3 bulan 45–65 cm 3–5 kg Menggerakkan beberapa bagian tubuh seperti tangan, kepala, dan mulai belajar memiringkan tubuh. Mulai mengenal suara, bentuk benda dan warna. 6–9 bulan 64- 70 cm 7–9 kg Dapat menegakkan kepala, belajar tengkurap sampai dengan duduk (pada usia 8 – 9 bulan), dan memainkan ibu jari kaki. Mengoceh, sudah mengenal wajah seseorang, bisa membedakan suara, belajar makan dan mengunyah 12–18 bulan 74–81 cm 10–11 kg Belajar berjalan dan berlari, mulai bermain, dan koordinasi mata semakin baik. Mulai belajar berbicara, mempunyai ketertarikan terhadap jenis-jenis benda, dan mulai muncul rasa ingin tahu. 2–3 tahun 86–96 cm 12–15 kg Sudah pandai berlari, berolahraga, dan dapat meloncat Keterampilan tangan mulai membaik, pada usia 3 tahun belajar menggunting kertas, belajar menyanyi, dan membuat coretan sederhana. 4–5 tahun 100–120 cm 16–22 kg Dapat berdiri pada satu kaki, mulai dapat menari, melakukan gerakan olah tubuh, keseimbangan tubuh mulai membaik. Mulai belajar membaca, berhitung, menggambar, mewarnai, dan merangkai kalimat dengan baik. 2. Ciri-ciri Psikologis Usia Ciri-ciri Psikologis Balita (bawah lima tahun) 0-5 tahun Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari orang tua. Senang bermain. Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung keras kepala. Suka menolak perintah. Membutuhkan zat gizi yang banyak. Hormon pertumbuhan dihasilkan secara meningkat. B. Pertumbuhan dan Perkembangan masa anak-anak 1. Ciri-ciri fisik Usia Pertumbuhan Perkembangan Tinggi Badan Berat Badan Motorik Kognitif 6–8 tahun 120–130 cm 21–27 kg Mampu meloncati tali setinggi 25 cm, belajar naik sepeda. Menggambar dengan bentuk proporsional, memakai dan mengancingkan baju, menulis, lancar membaca, tangkas dalam berhitung, belajar bahasa asing, belajar memainkan alat musik. 9–10 tahun 131–145 cm 28–33 kg Melakukan olah raga permainan seperti bulutangkis, sepak bola, tangkas bersepeda. Pandai menyanyi, mampu membuat sebuah karangan, Menyerap pelajaran dengan optimal, mulai belajar berdiskusi dan mengemukakan pendapat. 11–12 tahun 145–152 cm 33–39 kg Melompat tali sampai di atas 50 cm, meloncat sejauh lebih dari 1 meter, terampil dalam menggunakan peralatan. Konsentrasi belajar meningkat, mulai belajar bertanggung jawab, senang berpetualang dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar. 2. Ciri-ciri Psikologis Usia Ciri-ciri Psikologis 6 – 12 tahun Gigi susu mulai tanggal dan gigi permanen mulai tumbuh. Pertumbuhan jiwanya relatif stabil. Daya ingat kuat, mematuhi segala perintah gurunya. Mudah menghafal tetapi juga mudah melupakan. Sifat keras kepala mulai berkurang dan lebih dapat menerima, pengertian karena kemampuan logikanya mulai berkembang. C. Pertumbuhan dan Perkembangan masa remaja (puber) 1. Ciri-ciri fisik Perbedaan Laki-laki Perempuan Usia 11 – 16 tahun 10 – 15 tahun Ciri khusus Terjadi mimpi basah Mengalami menstruasi Ciri – ciri kelamin sekunder tumbuhnya kumis dan jambang, tumbuhnya rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin, serta dada menjadi lebih bidang. payudara tumbuh membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin, serta membesarnya pinggul. 2. Ciri-ciri Psikologis Usia Ciri-ciri Psikologis Kurang lebih usia 10 – 17 tahun Mulai memperhatikan penampilan. Mudah cemas dan bingung bila adanya perubahan psikis. Tidak mau dibatasi aktivitasnya. Mulai memilih teman yang cocok. Tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. Selalu ingin mencoba hal-hal baru. Senang meniru idola atau berkhayal. Mulai bersikap kritis. Mulai ada perubahan bentuk fisik. Mulai menghasilkan hormon reproduksi. Alat kelamin mulai berkembang. Hormon pertumbuhan masih terus dihasilkan. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. Dan Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000). . 3.2 SARAN Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah : Ø Dapat meningkatkan wawasan tentang pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. http://semi-yanto.blogspot.com/2011/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html Soetjiningsih, SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC. http://community.um.ac.id/showthread.php?75057-Hakikat-pertumbuhan-dan-perkembanganpeserta-didik. Makalah konsep kebidanan tentang Tumbuh Kembang Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak ( asah, asih, dan asuh ) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq, perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman / perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan ( asah, asih dan asuh ). Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.(5) Untuk itulah dalam perkuliahan ini akan dibahas mengenai pemantauan tumbuh kembang neonatus terutama pada pertumbuhan fisik pada neonatus baik BB dan TB dengan menggunakan Denver Development Stress Test (DDST). Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak. Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak. Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen asuhan kebidanan pada balita fisiologis menurut varney. C. Tujuan a. Tujuan Umum Setelah membuat laporan Asuhan Kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami serta mampu membuat asuhan kebidanan Pada By. Ny. ”W” usia 1 hari dengan asfiksia. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan yang dapat kita ambil dari penyusunan laporan ini adalah : 1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada By. Ny. ” W” usia 1 hari dengan asfiksia 2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah 3. Mengidentifikasi masalah potensial 4. Mengidentifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi 5. Membuat rencana tindakan 6. Melaksanakan tindakan 7. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan D. Metode Penulisan Berdasarkan judul makalah tentang manajemen asuhan kebidanan balita fsiologi (VARNEY), maka metode penulisan yang digunaakan adalah study pustaka. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan. Balita adalah singkatan bawah lima tahun. Demi kesamaan persepsi kita dalam membaca makalah ini maka saya membatasinya sebagai bayi dan anak yang berusia lima tahun kebawah. Selanjutnya di sebut masa bayi dan awal masa kanak-kanak, karena masing-masing memiliki ciri-ciri khas yang berlainan. Kita akan lebih banyak membahas konsep perkembangan daripada konsep pertumbuhan. Dalam istilah psikologi, perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang progresif akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Dengan kata lain tidak sekedar pertumbuhan fisik melainkan proses yang kompleks dan terintegrasi.Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Sedangkan anak kecil biasa diasosiasikan dengan keadaan anak yang sudah dapat berjalan dan menguasai beberapa ketrampilan mandiri. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak merupakan masa dasar. Banyak ahli berkeyakinan demikian, seperti Freud yang percaya bahwa penyesuaian diri yang kurang baik pada masa dewasa bermula dari pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang kurang baik (Freud, 1962).Kemudian Erikson (1964) juga percaya bahwa cara bayi diperlakukan akan menentukan apakah ia akan mengembangkan ‘dasar percaya’ atau ‘dasar tidak percaya’,memandang dunia sebagai suatu yang aman dan dapat dipercaya, atau sebaliknya sebagai ancaman.Ada beberapa tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan Havighurst(1972): • Belajar makan makanan padat • Belajar berjalan • Belajar berbicara • Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh • Mempelajari perbedaan peran seks • Mempersiapkan diri untuk membaca • Belajar membedakan benar dan salah, mulai mengembangkan hati nurani. B. Pemenuhan Gizi Pada Balita 1. Mengenal Balita Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif. 2. Karakteristik Balita Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. 3. Karakteristik Usia Prasekolah Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak. 4. Peran Makanan Bagi Balita a. Makanan sebagai sumber zat gizi Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur. 1) Zat tenaga Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa. 2) Zat Pembangun Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organorgan tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak. 3) Zat pengatur Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur. a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ). b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour. c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh. 5.Kebutuhan Gizi Balita Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). a. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. b. Kebutuhan zat pembangun Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil. c.Kebutuhan zat pengatur Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia. 6.Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut: a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan. b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga. c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999). d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan. e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik. Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan. f. Sosial Ekonomi, keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. g. Penyakit infeksi,Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999). 7.Akibat Gizi yang Tidak Seimbang a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP) Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein. 1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi 2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan 3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu 4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus. Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk. 1) Marasmus Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan. 2) Kwashiorkor Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis. 3) Marasmik-kwashiorkor Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya. b.Obesitas Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992),obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut: 1)Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol. 2)Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat. 3)Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi. 4)Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua. 5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik. 8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan : a. Faktor penyakit organis b. Faktor gangguan psikologi Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut: 1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis 2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan 3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / Membosankan 4)Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan. 5)Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya. c.Faktor pengaturan makanan yang kurang baik Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan ) 1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter. 2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan. (a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin. (b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak. (c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua) (d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik. Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini: (a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikanpada saat anak benar-benar lapar dan haus (b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi. (c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya. (d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih. (e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Menu Makanan Balita Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan. Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut : • Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan seharihari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut. • Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah: o Pagi hari waktu sarapan. o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu. o Pukul 12.00 pada waktu makan siang. o Pukul 16.00 sebagai selingan o Pukul 18.00 pada waktu makan malam. o Sebelum tidur malam, tambahkan susu. o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi. Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh) • Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim • Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan • Pukul 06.00 : Susu • Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim • Pukul 14.00 : Susu • Pukul 16.00 : Makanan selingan • Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim • Pukul 20.00 : Susu. Makanan Selingan Balita Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga. Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga. Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya. Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain. Fungsi makanan selingan adalah : 1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan. 2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam). 3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita. Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya. 1. Untuk balita dengan panas tinggi PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun. Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat : a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain. b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering. c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya. d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya. e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin. 2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare) DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu: a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluranpencernaan merupakan penyebab diare pada anak. b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein. c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu. d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak). C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang anak Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu : 1. Faktor Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. 2. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi : a. Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal) b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal) Ad.a. Faktor Lingkungan Pranatal Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain : 1. Gizi ibu pada waktu hamil Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya. 2. Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes. 3. Toksin/zat kimia Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta logam berat lainnya. 4. Endokrin Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lainlain. 5. Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang lakilaki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya. 6. Infeksi Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain. 7. Stres Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain. 8. Imunitas Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati. 9. Anoksia embrio Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR. Ad.b. Faktor Lingkungan Postnatal Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada kemempuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi : a. Lingkungan biologis Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon. b. Faktor fisik Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi. c. Faktor psikososial Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. d. Faktor keluarga dan adat istiadat Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabutabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain. C. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciriciri tersendiri, yaitu : 1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. 2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan organ-organ. 3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya. 4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf. 5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas. 6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal. 7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai. Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangnnya juga berbeda, tetapi tetap akan menuruti patokan umum. D. PERKEMBANGAN PERILAKU MAKAN ANAK Teori perkembangan jiwa menurut Anna Freud, setiap anak harus melalui suatu pola perkembangan perilaku makan sejak lahir hingga dewasa dalam keadaan : - Tergantung akal pikiran atau ratio secara kualitatif dan kuantitatif - Tergantung kebutuhan sendiri atau nafsu makannya sendiri - Mempunyai kemampuan untuk mengatur makannya sendiri secara aktif - Tidak berkaitan dengan hubungan dengan si pemberi makanan maupun fantasinya , baik disadari atau tanpa disadari. Proses perkembangan kemampuan dan perilaku makan pada anak dapat diibagi dalam beberapa tahap sesuai dengan perkembangan kematangan saluran cerna dan perkembangan kemampuan motorik dan psikologis anak : TAHAP I : PERIODE MINUM ASI Pada usia ini pada beberapa bayi saluran cernanya belum sempurna atau sering terjadi gangguan pada saluran cerna sehingga sering timbul masalah pemberian makanan pada bayi tersebut. TAHAP II : PERIODE PENYAPIHAN ASI Penyapihan ASI atau PASI bisa dimulai dari anak atau keinginan dari ibu. Bila penyapihan ini dilakukan secara mendadak maka bayi akan merespon atas pnghentian kesenangan menghisap ini. Kadangkala akan menyebabkan gangguan psikologis atau gangguan kesulitan minum sementara. TAHAP III : PERIODE TRANSISI DARI MAKAN DISUAP MENUJU MAKAN SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT (sendok atau garpu). Dalam tahap ini anak masih mempunyai persepsi bahwa makanan adalah identik dengan ibu. Setiap penolakan makanan terhadap makanan mungkin ditujukan terhadap ibunya sebagai pernyataan penolakan terhadap perawatan atau perhatian ibunya. TAHAP IV : PERIODE ANAK MAKAN SENDIRI DENGAN ALAT Pada periode persepsi anak masih seperti tahap ke III, sehingga hubungan emosional antara ibu dan bayi masih sangat dominan. Anak mulai suka mencoba kebiasaan menggunakan alat makan seperti sendok dan garpu. Dalam tahap belajar ini biasanya anak sering menghambu-hamburkan makanan ayau makanan dibuat seperti mainan. Meskipun awalnya sangat mengganggu pengasuh atau orang tua harus sabar dalam mengatasinya. Sebaiknya tidak langsung dilarang tetapi diarahkan bahwa dengan kenikmatan bermainnya dengan alat makan sebagai sarana latihan sekaligus memberi makanan. TAHAP V : PERIODE HILANGNYA PERSEPSI PERSAMAAN ANTARA MAKANA DAN IBU Sikap irasional terhadap makanan pada fase ini ditentukan oleh ”infantile sexual theories” yaitu adanya fantasi anak bahwa : oKehamilan terjadi lewat mulut (takut keracunan makan yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan). oKehamilan terjadi karena makan banyak. TAHAP VI : HILANGNYA SEKSUALISASI DARI MAKAN PADA MASA LATEN Pada tahap ini kesenangan anak pada makan bertambah. Sikap irasional terhadap makanpun semaikin berkurang. Anak dapat menentukan sendiri makannya baik kuantitas dan kualitas. Pengalaman yang dialami anak selama dalam perkembangan tingkah laku makannya, akan membentuk kebiasaan makan dari seseorang pada masa dewasanya seperti makanan yang tidak disenangi dan disenangi. Semakin bertambah usia bayi akan diikuti oleh perkembangan kematangan saluran cerna dan kemampuan motorik oral. Makan merupakan proses belajar. Seorang anak tidak dengan sendirinya bisa makan dengan benar. Proses menelan pada bayi diawali dengan gerakan-gerakan refleks yang membutuhkan rangsangan agar bayi bisa belajar memberi respons. Ketiadaan rangsangan membuat bayi tidak belajar optimal dalam proses makan. Keterampilan makan pada anak merupakan hasil proses belajar anak dan interaksi lingkungan anak. Proses makan pada anak bukanlah semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan gizi. Melalui makan, anak juga belajar terampil berkomunikasi dengan orangtua atau pengasuh. Pengenalan sejak dini terhadap beragam makanan baik tekstur, rasa, jenis, makanan maupun cara pemberian makanan, sangatlah penting. Seorang anak akan belajar melalui pengalaman sensoris (rasa raba, tekan, bau, penglihatan, pendengaran) dan melalui percobaan melakukan keterampilan motorik . Aktifitas makan merupakan rangkaian proses fisiologis yang rumit. Proses ini akan berjalan sesuai dengan tumbuh kembang anak. Proses makan melibatkan dua faktor yang berhubungan erat satu sama lain, yakni struktur anatomi dan fungsinya. Dan tahapan pemberian jenis makanan disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan, seperti yang dianjurkan oleh dokter. Saluran cerna pada bayi dibawah usia 4-6 bulan masih dalam keadaan immatur (kurang sempurna). Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi bahan alergi dan toksik lainya. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin A/zat kekebalan tubuh) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia di dinding saluran cerna dapat menangkal bahan mengandung alergi, racun dan zat yang mengganggu lainnya masuk ke dalam tubuh. Pada saluran cerna yang belum sempurna sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan alergi atau bahan zat yang mengganggu masuk ke dalam tubuh. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa pada usia tersebut pemberian jenis makanan tambahan tertentu harus ditunda dulu hingga usia 4 atau 6 bulan. Demikian pula dalam perkembangan motorik khususnya motorik oral (kemampuan menghisap, menelan, menggigit dan mengunyah) akan meningkat sesuai dengan perkembangan usia. Di samping itu kemampuan motorik halus lainnya juga ikut mempengaruhi seperti kemampuan memegang makanan atau memasukkan makanan ke dalam mulut, kemampuan memegang botol atau gelas, kemampuan memegangg sendok atau garpu dan seterusnya. Semua kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi otak atau sistem susunan saraf pusat. Bila fungsi otak tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan terpengaruh. Gangguan fungsi otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaab atau gangguan lainnya. Biasanya disertai dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangn lainnya. Perkembangan saluran cerna, kemampuan motorik oral dan motorik halus lainnya inilah yang mengharuskan bayi untuk mengikuti jadwal, jenis dan jumlah makanan sesuai dengan perkembangan usia. Pada bayi baru lahir, proses mengisap dan menelan berlangsung secara refleks. Misalnya refleks rooting (mencari) yang distimulasi dengan menyentuh tepi mulut bayi akan membangkitkayn gerakan kepala ke arah stimulus. Pada saat puting susu ibu dimasukkan ke rongga mulut bayi, refleks rooting membantu mencengkeram puting susu ibu. Proses menelan pada bayi diawali dengan gerakan-gerakan refleks yang membutuhkan rangsangan agar bayi bisa belajar memberi respons. Ketiadaan rangsangan membuat bayi tidak belajar optimal dalam proses makan. Demikian pula dalam hal jenis makanan yang bisa dicerna, karena kekurang matangan saluran cerna untuk usia di bawah 4 – 6 bulan hanya diperbolehkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) atau PASI (Pengganti Air Susu Ibu). Usia di atas 6 bulan ASI atau susu formula tetap menjadi sumber utama nutrisi. Perubahan terbesar di dalam kebiasaan makan adalah memberi makanan padat. Dalam pemberian makan, bayi tidak langsung diperkenalkan makanan padat, namun secara bertahap dimulai dari makanan semi-padat hingga makanan padat. Kematangan oral dan keterampilan motorik halus menunjukkan usia yang tepat untuk memperkenalkan makanan semi-padat dan padat. Usia 4 – 6 bulan sudah dapat diberikan makanan semi-padat dan makanan yang dapat dipegang diberikan saat anak sudah dapat meraih, memegang dan membawa makanan kemulutnya. Saat inilah bayi mulai dapat mengunyah dan mengemut makanan lunak. Bayi mulai dapat minum dari gelas dengan bantuan antara usia 9 – 12 bulan. Di atas usia 1 tahun sebenarnya anak sudah harus mempunyai kemampuan makan hampir seperti orang dewasa terutama dalam hal jenis akanan. Tetapi untuk ketrampilan motorik makan seperti makan dengan sendok dan garpu untuk makan sendiri akan semakin meningkat di atas usia 3 tahun. Sentuhan, belaian dan tutur kata orangtua selama berinteraksi dengan bayi akan menimbulkan ikatan batin antara anak dan orangtua. Rasa aman yang timbul karena adanya ikatan batin tersebut akan menumbuhkan rasa percaya bayi terhadap lingkungannya. Hal ini yang kemudian menjadi dasar yang cukup kuat untuk menjadi anak yang percaya diri di mas yang akan datang. Sebagaimana juga yang dikemukakan oleh Erik Erikson (Santrock, 1990) bahwa kepribadian anak berkembang melalui interaksinya dengan lingkungan sosialnya. Rasa percaya terhadap lingkungannya yang tumbuh dari perlakuan yang tepat serta perawatan yang penuh kasih sayang dari orangtua ataupun pengasuhnya. Bila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka bayi akan diliputi oleh rasa curiga, takut dan akhirnya menjadi tidak percaya terhadap lingkungannya. Menurut Erikson independensi (ketidak tergantungan) merupakan hal yang penting di usia kedua Erikson menggambarkan bahwa tahap ke 2 dari perkembangan psikososial adalah otonomi, yang bila ada masalah akan menimbulkan rasa malu dan ragu dalam diri anak. Dengan otonomi membangun perkembangan mental dan motorik anak. Pada masa ini anak tidak saja dapat berjalan, tetapi juga memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan, mendorong dan menarik, memegang dan melepaskan. Anak merasa bangga dengan kepandaiannya dan ingin mengerjakan segala sesuatu sendiri, seperti memakai sepatu, membuka bungkusan makanan, menyuap, atau menentukan apa yang ingin dimakan. Untuk mendapatkan keterampilan makan yang sempurna diperlukan dukungan dan kondisi orangtua atau keluarga dalam proses pembelajaran kemampuan makan. Keadaan tersebut tergantung dari status pendidikan, ekonomi dan sosial dari orang tua dan lingkungan. Hal lain yang mempengaruhi adalah status psikologis orang tua dan keluarga, diantaranya adalah kepribadian dan status emosi keluarga. Pada setiap tahapan pemberian makanan terkandung proses belajar bagi si anak. Sehingga pengalaman yang tidak benar atau salah dalam pola pemberian makanan akan mempengaruhi perilaku makan pada anak bila sudah dewasa. BAB III TINJAUAN KASUS 7 Langkah Varney Dalam Kebidanan TEORI MIDWIFERY (TUJUH LANGKAH VARNEY) Varney ( 1997 ) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga pemeriksaan pada setiap langkah agar pelayana yang komprehensive dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti aturan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatakan pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien. Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu karangan lengkap yang dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut : • Langkah I (Pertama) : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pekerjaan dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : • Riwayat kesehatan • Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya. • Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya. • Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi. • Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komlikasis yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaburasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memakai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter. Langkah II (Kedua) : Interprestasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa ”kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini ialah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada tri semester ketiga merasa takut tidak termasuk dalam ketegori nomenklatur standar diagnosa. Tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegehan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapaat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yag aman. Contoh seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan tersebut (misalnya polyhidramnion besar dari masa kehamilan, ibu yang diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). kemudian ia harus mengtisipasi, melakukan peencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarhan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang berlebihan. Pada persalinan dengan bayi besar bidan sebaliknya juga mengatisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distocia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi.Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus prematur aau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang pemeriksaan laboratorium terhadap simptomotik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi. Langkah IV (Keempat) : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungn prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Misalnya pada waktu wanita tersebut ada dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distasia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamasia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu memerlukan konsulatasi atau kolaborasi dengan dokter.Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan demikian dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Langkah V ( kelima ) : Merencanakan Asuhan Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya apa yang sudah diidentifikasikan dari kondisi klien atau dari siapa masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, kultural atau masalah psikologis.Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan penyuluhan ini harus rasional dan benarbenar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. Rasional yang berdasarkan asumsi yang tidak sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang tidak lengkap, bisa dianggap tidak valid dan akan menghasilkan asuhan klien yang tidak lengkap dan berbahaya. Langkah VI (Enam) : Melaksanakan Perencanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakuka sepenuhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah teta bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien. Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasikan mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuian pada rencana asuhan tersebut.Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja. Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney ASUHAN KEBIDANAN PADA An”T” DENGAN BALITA FISIOLOGIS Hari/Tanggal Pengkajian :Rabu,31 Agustus 2011 Jam :16.00 wib Tempat :BPS Nama Pengkaji :Rizqi dan Diana I.PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1. Biodata Nama Anak :An.T Umur :1 tahun 6 bulan Jenis Kelamin :♀ Alamat :G.Melintang Nama Ibu :Ny.B Nama Suami :Tn.L Umur :25 tahun Agama :Islam Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA Pekerjaan :Swasta Pekerjaan :Swasta Suku/Bangsa :Serawai/Indonesia Suku/Bangsa :Serawai Alamat :G.Melintang Alamat :G.Melintang 2. Keluhan Utama - Ibu mengatakan ingin Memeriksakan anaknya - Ibu mengatakan ingin menimbang anaknya 3. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang :Ibu mengatakan anaknya tidak sedang menderita penyakit kejang,TBC,dan diare Riwayat kesehatan yang lalu :Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit kejang,TBC,dan diare Riwayat kesehatan keluarga :Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung,Hipertensi,asma,DM dan TBC 4. Riwayat Imunisasi BCG : 1X Hepatitis B : 2X DPT : 3X Polio : 4X Campak : 1X 5. Riwayat Persalinan Jenis Persalinan :Spontan Tempat :Rumah Penolong :Bidan Penyulit :Tidak Ada Afgarscor : Refleks Moro :+ Suchin :+ Plantar :+ Roting :+ Babynsky :+ Antrofometri Waktu Lahir BB :3700 gr LD :33 an PB :51 an LK :34 an 6.Kebutuhan Sehari-hari No Jenis Kebutuhan Sekarang 1. Nutrisi a. Makanan -Frekuensi -Porsi -Jenis -Keluhan b. Minuman -Jumlah -Jenis -Keluhan 3X/1 Hari 1 Piring Berpariasi Tidak ada 3-4x/hari Air Putih + susu Tidak Ada 2. Eliminasi a. BAB -Frekuensi -Konsistensi -Keluhan b. BAK -Frekuensi -Warna -Keluhan -1-2X/Hari Lembek Tidak Ada 4-5X/Hari Kuning Jernih Tidak Ada 3 Istirahat dan Tidur a. Tidur Siang b. Keluhan c. Tidur Malam d. Keluhan ±5Jam Tidak,ada ±10jam Tidak ada 4. Personal hygine a. Mandi b. Ganti Baju Hhjhu 2X/Hari setiap basah+Kotor 5. Aktifitas sehari-hari a. Pergerakan b. Keaktifan c. keluhan Norma Aktif Tidak Ada B. Data Objektif 1) Pemeriksaan Umum Keadaan Umum :Baik Kesadaran :CM Tanda-tanda vital Pols :120X/Menit RR :40X/Menit Suhu :36,7ºC Tinggi Badan :73 cm Berat Badan :12 kg Lingkar Kepala :- Lingkar Badan :Lila :2) Pemeriksaan Fisik Kepala a. Rambut : Distribusi :Merata Kebersihan :Bersih Warna :Hitam Nyeri tekan :Tidak Ada Benjolan :Tidak ada b. Muka Warna :Tidak Pucat c. Mata Bentuk : Simetris Sklera :An Itenik Konjungtiva : An anemis d. Hidung Kebersihan :Bersih Polip :Tidak Ada Pengeluaran cairan/Secret :Tidak Ada e. Mulut Bibir :Lembab Caries :Tidak ada Gusi :Tidak ada f. Telinga Bentuk :Simetris Kebersihan :Bersih Pengeluaran secret :Tidak Ada Pendengaran :+ Pembesaran kelenjar Limfe :T/ada Bentuk :Simetris Pernafasan :Normal Bunyi jantung :Normal Pembesaran Hepar :T/ada Nyeri Tekan :T/ada ke bawah,Lubang testis dan anus ada,keluhan tidak ada a. Atas Bentuk :Simetris Pergerakan :Aktif b. Bawah Bentuk :Simetris Kuku :T/pucat Pergerakan :Aktif II.Interprestasi Data 1. Diagnosa : An.M Umur 1 tahun,Jika ♀,ku baik dengan balita normal DS:-Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya berumur 1 tahun DO:Ku :baik Kesadaran :CM Pols :120X/Menit Tempat :36,7ºC TB :73cm BB :17 kg 2. Masalah T/ada 3. Kebutuhan Penkes tentang Balita Fisiologis III.Masalah potensial T/ada IV.Tindakan Segera T/ada V.Intervensi 1. Jelaskan pada ibu tentang keadaan anaknya 2. Jelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi pada anaknya 3. Jelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya 4. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan istirahat anaknya 5. Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga personal hygine pada anaknya 6. Jelaskan pada ibu tanda bahaya pada anaknya 7. Jelaskan pada ibu aktivitas anaknya 8. Anjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang VI.Implementasi 1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan baik 2. Menjelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi anaknya yaitu beri anak makan yang bergizi 3. Menjelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya yaitu BB meningkat sesuai dengan usia 4. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hyginenya yaitu 2X sehari dibersihkn. 5. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan anaknya 6. Menjelasakan pada ibu tentang behaya pada anaknya yaitu demam tinggi 7. Menjelaskan pada ibu tentang aktivitas anaknya yaitu dengan memberikan mainan mobil 8. Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan yang akan datang. VII.Evaluasi 1. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan tentang keadaan anaknya saat ini. 2. Ibu mampu mengulangi penjelasan bidan 3. Ibu Tahu kapan harus kunjungan ulang kebidan BAB IV PEMBAHASAN Setelah melakukan asuhan kebidanan pada By. An “T” usia balita (anak di bawah 5 tahun)dengan fisiologis,anak mampu berkembang dan mampu mengimbangi priliku yang dipengaruhi lingkungan,keluarga,dll . Dari data pengkajian didapatkan bahwa balita fisiologisYaitu An”T”dapat berkembang dan sehat karena faktor lingkungan,keluaraga,makanan,dan faktor pemenuhan gizi,serta asi yang telah di berikan sejak lahir. Setelah dilakukan asuhan analisa data pada An”T” dengan fisiologis didapatkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Pada teori dilakukan asuhan kebidanan pada balita fisiologis yaitu pemenuhan kebutuhan anak sesuai dengan umurnya.Pada balita fisiologis tidak terlalumembutuhkan perawatan yang terlalu serius,hanya saja orang tua dapat mengawasi pola makan,gizi,lingkungan,serta kesehatan anak. MAKALAH ASKEB V (TUMBUH KEMBANG) MAKALAH ASKEB V (TUMBUH KEMBANG) akbid logo Disusun Oleh : Kelompok 1. Dwi Isnaini 6. Revy Sefriani 2. Iis Herawati 7. Ricca Lestari 3. Ike Nurjannah 8. Septi Yensi 4. Mike Purnamasari 9. SeSti Listami 5. Nia Anggraini 10. Tariani Kartika Sari Kelas : II.B MK : ASKEB V Dosen MK : Efrieni, S.Kep.Ners AKADEMI KEBIDANAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN AKADEMIK 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan. Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Pada anak usia toddler, seorang anak dapat sangat senang, sibuk, bahkan gusar. Psikososialnya berkembang pesat, sedangkan pertumbuhan fisiknya melambat. Anak usia pra sekolah merupakan periode ajaib mendapatkan pengalaman dari aktivitas dan rasa ingin tahu, sehingga membutuhkan perhatian orang tua yang besar. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah defenisi tumbuh kembang ? 2. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia 12 – 18 Bulan ? 3. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia 18 – 24 Bulan ? 4. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia Prasekolah ? 1.3 Manfaat 1. Untuk mengetahui defenisi tumbuh kembang 2. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang pada Usia 12 – 18 Bulan 3. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang pada Usia 18 – 24 Bulan 4. Untuk mengetahui Tumbuh Kembang pada Usia Prasekolah BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Menurut kamus kedokteran Dorland, pertumbuhan ialah proses normal pertambahan ukuran organisme sebagai akibat pertambahan jaringan pada yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. 4,6,12 Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan dan diferensiasi. Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi pertumbuhan fisik, maupun pematangan fungsi, emosi dan perilaku sosial. Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. * I BULAN : • Mengangkat sedikit kepalanya bila di tengkurapkan • Mulai membangun kemampuan refleks menggenggam dengan kuat • Hanya melihat hitam dan putih untuk semua beda yang berada 20cm dari wajahnya • Menggunakan ekspresi wajah untuk menarik perhatian * 2 BULAN : • Mengangkat kepalanya setimggi 45 derajat dan bertahan beberapa menit dengan posisi seperti itu ketika di tengkurapkan • Mengnngkat kepalanya bila digendong dengan muka menempel di pundak ibu/ayah • Diam dan tenang sambil mengemut jari/dot(empeng) • Menggerakan mata mengikuti objek * 3 BULAN : • Mengangkat kepalanya setinggi 90 derajat ketika ditengkurap • Kepala tegak bila didudukan • Mendekatkan kedua kepalan tangan • Tidur sepanjang malam • Menggunakan kepala tangan untuk memukul mainan atau benda yang ada di dekatnya • Menyuguhkan senyum pertamanya • Melihat warna dengan jelas * 4 BULAN : • Berguling dari posisi terlentang ketengkurap atau sebaliknya • Mengangkat bahu ketika tengkurap kemudian menyangga dengan tangannya sendiri • Selalu menaruh Sesutu yang diraih kemulutnya. Tanda sifat ingin tahunya mulai terentuk • Asyik mengamati danbermain dengan tangan dan kakinya • Mengenali orang dan benda * 5 BULAN : • Mengangkat kaki dan tangannya ketika tegkurap • Mengoceh dan tertawa lepas yang nyaring • Kepalanya dapat tegak dengan kuat ketika diberdirikan * 6 BULAN : • Mampu duduk sendiri • Bias memegang botolnya • Mengambil benda yang menarik perhatiannya • Bermain dengan cara memindahkan mainan atau objek lain dari satu tapak tangan ke tapak tangan lainnya • Menggoyang-goyangkan mainnan yang menimbulkan bunyi • Bias berkata”ba” “ga”dan “ma” serta kombinasi katayang terdiri konsonan dan huruf hidup • Menunjukan keterikatan yang kuat dengan cara enangis ketika ibu meninggalkannya dikamar * 7 BULAN : • Berdiri dengan bantuan ibu/ayah • Mengangkat-angkat tangan dengan lutut • Cemas ketika melihat orang asing • Senang berguling-guling ditempat tidur bila diletakan ditempat yang datar yang lapang • Menyecap jus atau minuman dari cangkir berkuping dua dengan bantuan * 8 BULAN : • Mengigit sediri potongan kue yang kecil • Suka menjatuhkan jatuhkan benda • Merangkak dalam jarak pendek • Mulai cari pegangan untuk berdiri • Jari-jarinya mulai menjepit untuk mengambil benda yang jatuh • Bermain ciluk-ba • Menggunaka telunjuk untuk menunjuk sesuatu * 9 BULAN : • Merangkak menaiki tangga • Memberikan respon bila namanya di panggil • Berkata “papa” “mama” • Menjumput makanan dengan jari-jarinya • Mulai melangkah dengan bantuan * 10 BULAN : • Berdiri tegak dengan bantuan seperlunya • Bias duduk sendiri dari posisi berdiri • Mendorong badannya sendiri untuk berdiri • Mengambil sendiri mainan yang di sembunyikannya • Mengulang ulang suara dan gerakan tubuhnya untuk mencari perhatian • Melambaikan tangan *11 BULAN : • Mengoceh dengan nada-nada yang lebih panjang • Mengulurka lengan atau kaki ketika dipakaikan baju • Mampu memegang cangkir dan meminumnya tanpa bantuan • Menjelajah diantara perabotan rumah • Maju satu langkah tanpa berpegang pada apapun * 12 BULAN : • Berdiri tanpa dibantu • Berjalan dengan atau tanpa dibantu’memberikan ciuman bila diminta • Memberikan atau meminta mainan • Mengaduk –aduk kotak mainan untuk mencari mainan yang di inginkannya Bila berbicara tumbuh kembang anak usia 1-5 tahun maka ada dua tahapan masa yang harus dilalui yaitu: 1. Toddler : umur 1 s/d 3 tahun 2. Preschool : umur 3 s/d 5 tahun 2.2 Tumbuh Kembang Usia 12 – 18 Bulan 2.2.1 Perkembangan Fisik Tingkat pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun ke dua dan nafsu makan menurun. “Lemak bayi” dibakar oleh gerakan yang bertambah, lumbar lordosis berlebihan membuat perut menonjol. Pertumbuhan otak, disertai mielinisasi yang berlanjut, menghasilkan penambahan lingkar kepala lebih dari 2 cm dalam 1 tahun. Sebagian besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia satu tahun, sebagian lagi tidak dapat berjalan sampai usia 15 bulan. Bayi yang sangat aktif dan berani cenderung berjalan lebih awal, bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan menyelidiki obyek-obyek secara terperinci barjalan lebih lambat. Berjalan lebih awal tidak berkaitan dengan perkembangan di bidang-bidang lain. Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok dengan lengan di fleksi di siku, seluruh batang tubuh berputar pada setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk ke arah luar dan ke dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju kemantapan yang lebih besar dan efisiensi tenaga. Setelah beberapa bulan latihan, pusat gravitasi bergeser ke belakang dan batang tubuh berdiri lebih stabil, sementara lutut ekstensi dan lengan mengayun ke samping untuk keseimbangan. Jari-jari kaki ditahan sejajar dan anak itu dapat berhenti, berputar dan membungkuk tanpa jatuh. Ketika anak dapat berjalan secara bebas, anak dapat berjalan menjauhi orang tuanya dan menjelajahi lingkungannya. Meskipun anak menggunakan ibunya sebagai “basis rumah/home base”, sering kembali kepada ibunya untuk menentramkan hati lagi, menunjukkan bahwa anak telah mengambil langkah besar menuju kebebasan. 2.2.2 Perkembangan Kognitif Penjelajahan benda mempercepat jalannya karena pendekatan, pemegangan, dan pelepasan hampir sepenuhnya matur dan berjalan bertambah ke hal-hal yang menarik. Anak yang baru berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk menciptakan hal-hal menarik, seperti menumpuk balok-balok atau meletakan barang ke dalam tempat kaset video. Alat-alat mainan juga lebih mungkin untuk digunakan pada maksud-maksud tujuannya (sisir untuk rambut, cangkir untuk minum). Meniru orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara belajar yang penting. Permainan khayalan yang berpusat pada tubuh anak itu sendiri (pura-pura minum dari cangkir kosong). 2.2.3 Perkembangan Emosi Bayi-bayi yang berkembang mendekati kejadian penting atau “milestone” dari langkah-langkah pertama mereka mungkin mudah marah. Bila mereka mulai berjalan, perubahan suasana hati utama mereka nyata sekali. Anak yang baru belajar berjalan digambarkan seperti orang yang dimabukan oleh kemampuan mereka yang baru dan oleh kekuatan mereka. Mereka sering berputar mengelilingi orang tua mereka, seperti planet-planet mengelilingi matahari, berpindahpindah, menoleh ke belakang, bergerak lebih jauh dan kemudian kembali untuk mendapat sentuhan yang menenangkan dari orang tua mereka. Pada lingkungan yang tidak dikenal, dengan perasaan anak yang takut, orbit-orbit demikian mungkin kecil atau tidak ada, dalam keadaan lingkungan yang dikenal, anak yang berani dapat “berkeliling” sampai tidak terlihat. Kemampuan anak untuk menggunakan orang tua sebagai “tempat aman” untuk penjelajahan, tergantung pada hubungan kasih sayang. Kasih sayang dapat dinilai dari orang tua meninggalkan anak-anak dalam ruang bermain yang tidak dikenal, “situasi asing”. Ketika orang tua mereka pergi, sebagian anak berhenti bermain, menangis, dan mencoba untuk ikut. Namun, akibat terbesar yang menarik adalah tanggapan anak ketika orang tua mereka kembali. Anak yang disayangi pergi ke orang tuanya dengan segera untuk diantar, dihibur dan kemudian dapat kembali bermain. Anak dengan perasaan sayang yang bertentangan (ambivalen) pergi ke orang tuanya tetapi kemudian menolak untuk dihibur dan mungkin memukul orang tuanya karena marah. Anak-anak yang dkategorikan sebagai penghindar mungkin tidak protes ketika orang tua mereka pergi dan mungkin tidak menyambut saat mereka kembali. Pola tanggapan yang tampak gelisah mungkin mewakili perkembangan bayi mengembangkan strategi untuk menanggulangi sifat orang tua mereka yang suka menghukum atau tidak bertanggung jawab dan mungkin meramalkan masalah kognitif dan masalah emosi di kemudian hari. Persengketaan berlanjut tentang bagaimana bayi bertabiat dan pengalaman perpisahan sebelumnya mungkin mempengaruhi tafsiran dari akibat situasi yang aneh. 2.2.4 Perkembangan Bahasa Komunikasi penting sejak lahir, khususnya nonverbal sebagai interaksi antara bayi dan yang merawatnya. Penerimaan bahasa mendahului perasaan. Kata-kata pertama mulai muncul pada usia 9-18 bulan, kebanyakan anak dapat mengucapkan setidaknya 1 sampai 2 kata pada ulang thun pertama mereka. Ketika bayi mulai mengucapkan kata-kata pertamanya, kira-kira 12 bulan , mereka mulai menanggapi dengan tepat beberapa contoh pernyataan sederhana seperti “tidak”, “selamat tinggal, “ saya minta”. Pada usia 15 bulan, rata-rata anak menunjuk pada bagian utama tubuh dan mengunakan 4-6 kata-kata secara spontan dan benar, termasuk kata benda nama sendiri. Anak yang baru berjalan juga menikmati berkata-kata dengan suku kata yang banyak tetapi tidak tampak marah ketika tidak ada yang mengerti. 2.2.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak Orang tua dapat mengungkapkan tentang asupan yang rendah sebagai pertumbuhan yang lambat. Orang tua yang tidak dapat mengingat kejadian-kejadian penting lain cenderung mengingat ketika anak mereka mulai berjalan, mungkin karena persamaan simbolis berjalan dengan sikap mandiri. Pada anak yang baru mulai berjalan seharusnya didorong untuk menjelajahi lingkungannya, kemampuan anak untuk mencari tahu juga meningkatkan resiko untuk terluka dan penambahan pengawasan. Dalam ruang pemeriksaan, kebanyakan anak yang baru mulai berjalan nyaman untuk menjelajahi ruangan, tetapi tetap melekat pada orang tuanya dibawah stress pemeriksaan. Melakukan sebagian besar pemeriksaan fisik pada pangkuan orangtuanya membantu menghilangkan rasa takut untuk dipisahkan. Bayi-bayi yang menjadi bertambah distress, bukan berkurang, di tangan orang tuanya atau yang menghindari orang tuanya saat stress, mungkin menjadi gelisah. Anakanak yang muda, bila mengalami distress, berbalik ke orang asing untuk mendapatkan hiburan bukannya ke orangtuanya yang sangat mengkuatirkan. Konflik antara kebebasan dan keamanan bermanifestasi dalam masalah disiplin, sifat marah, latihan toilet, dan perubahan perilaku makan. Orang tua sebaiknya diberitahukan tentang masalah-masalah ini bahwa peristiwa ini masih dalam batas perkembangan normal anak. 2.3 Tumbuh Kembang Usia 18 – 24 Bulan 2.3.1 Perkembangan Fisik Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini, dengan perkembangan di dunia di bidang keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Berat dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun pertumbuhan kepala terjadi agak lambat. 90% dari lingkar kepala dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan pertambahan hanya 5 cm yang didapat pada beberapa tahun ke depan. 2.3.2 Perkembangan Kognitif Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai kesimpulan periode sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang baru belajar berjalan mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun benda itu tidak dapat dilihat karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan lebih baik, dan balita memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, menggunakan tongkat untuk menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan menggambarkan bagaimana cara menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara simbolik dalam permainan tidak lagi terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah boneka dapat diberi makan dengan piring kosong. Seperti reorganisasi pada umur 9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan, berkorelasi dengan perubahan penting dalam emosi dan bidang bahasa. 2.3.3 Perkembangan Emosi Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan untuk menambah keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan sebagai penyesuaian yang mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari kemungkinan berpisah. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa kemana-mana tanpa bersama-sama anaknya. Tidur sendiri seringkali sangat sulit, dengan banyaknya kesalahan awal dan kemarahan. Banyak anak menggunakan selimut khusus atau mainan sebagai obyek transisi, sesuatu yang berguna sebagai simbol dari ketidakhadiran orangtua (obyek dalam istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap pentig sampai peralihan ke pemikiran simbolis telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang tua telah dipenuhi. Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama muncul pada usia ini. Anak yang sedang belajar berjalan memandang cermin untuk pertama kalinya, menyentuh wajah mereka sendiri bukannya bayangan cermin, jika mereka memperhatikan titik merah pada hidung mereka atau beberapa penampilan yang tidak biasa. Mereka mulai mengenali ketika mainannya rusak dan mugkin menyerahkan kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika tergoda untuk menyentuh objek yang dilarang, mereka mungkin berkata kepada diri mereka sendiri, “jangan, jangan”, bukti adanya internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting untuk mengontrol gerak hati, sebab awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka sering menyentuh suatu objek untuk menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan internalisasi pada tahap ini. Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan orang lain dan membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang mendapatkan distress atau menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka mulai mengerti perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka untuk menahan perilaku agresif mereka. 2.3.4 Perkembangan Bahasa Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa. Memberi nama objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata kira-kira 50 kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti “berikan bola itu dan pakai sepatumu”. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol lingkuangan sekitarnya, seperti “selamat tinggal” atau “malam-malam”. Kemunculan bahasa lisan menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-jalan belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan masalah, kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan manipulasi berkurang. Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif bervariasi antara usia 12 sampai 24 bulan. Anak laki-laki dan anak yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami perkembangan bahasa yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis kelamin dan pajanan 2 bahasa bukan menjadi alasan gagalnya merujuk anak karena terlambat bicara untuk evaluasi lebih lanjut. Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-benar mahir 2 bahasa. Kebanyakan anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan bahasa lainnya hanya sebagai bahasa sekunder. 2.3.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak Dengan pertambahan gerakan, pembatasan fisik pada penjelajahan anak menjadi kurang efektif, kata-kata menjadi bertambah penting untuk mengontrol tingkah laku juga kognisi. Anak-anak dengan pertambahan bahasa yang tertunda sering mempunyai masalah tingkah laku yang lebih besar. Perkembangan bahasa menjadi mudah ketika orang tua dan pengasuh memakai kalimat yang sederhana, jelas, menanyakan pertanyaan dan tanggap terhadap kalimat anak-anak yang tidak sempurna dan komunikasi yang dibuat dengan kata-kata yang tepat. Periode teratur dengan melihat buku-buku bergambar bersama-sama berlanjut untuk menyediakan suasana yang ideal untuk perkembangan bahasa. Dalam ruang pemeriksaan, beberapa prosedur dapat mengurangi rasa cemas anak terhadap keasingan. Awalnya hindari kontak mata secara langsung. Lakukan pemeriksaan sebanyak mungkin yang dapat dikerjakan dengan anak ada di pangkuan orangtuanya. Dokter anak dapat menjelaskan tentang munculnya kembali masalah perpisahan dan penampilan menghargai selimut atau boneka beruang sebagai fenomena perkembangan. Orang tua harus mengerti tentang pentingnya penjelajahan. Daripada membatasi pergerakan anak, lebih baik menempatkan anak pada tempat yang aman atau mengganti 1 aktivitas ke aktivitas lainnya. Metode disiplin, termasuk hukuman badan, harus didiskusikan, alternatif yang efektif biasanya lebih dihargai. Membantu orang tua untuk mengerti dan beradaptasi dengan perubahan emosi anak yang berbeda dapat merupakan intervensi yang penting. Perkembangan rutin harian sangat membantu anak pada usia ini. Kekakuan dalam rutinitas dapat mencerminkan kebutuhan penguasaan merubah lingkungan. 2.3.6 Nutrisi pada Toddler Anak kecil membutuhkan diet dengan kandungan energi yang besar, mereka cenderung makanmakanan tinggi lemak dan karbohidrat namun rendah buah-buahan dan sayur-sayuran. Secara umum, usia toddler merupakan usia transisi dari perubahan diet tinggi lemak sejak bayi menjadi diet rendah lemak pada usia pra sekolah dan anak yang lebih tua. Orang tua harus diberitahu bahwa makanan yang mengandung karbohidrat harus diberikan saat anak makan menu utama. Pemberian buah-buahan dan sayur-sayuran dengan porsi 80 gram sehari harus dipikirkan oleh orang tuanya, sangat penting untuk memberikan buah dan sayur pada setiap kali makan untuk membuat anak terbiasa dengan makanan ini. Dengan memotongmotong sayur atau buah menjadi potongan kecil, diaduk pada penggorengan, dan dibakar untuk membuat manis rasanya dan ditambahkan pada sup dan saus dapat menambah konsumsi sayur dan buah pada anak. Susu dan produk susu merupakan sumber kalsium dan nutrisi lainnya yang sangat penting, dan orang tua sebaiknya memberikan sebanyak 3 kali sehari. Namun, memberikan banyak susu dapat menggantikan makanan penting lainnya dan dapat mengarah kepada defisiensi Fe pada toddler. 1 sampai 2 kali pemberian daging, ikan, dan makanan alternatif bagi vegetarian (seperti telur, buncis, kacang) juga harus diberikan dan dapat disajikan dengan makanan yang berkuah untuk melembutkan bentuknya. Makanan tinggi lemak dan karbohidrat (seperti es krim, kue, biskuit) dapat diberikan dalam jumlah tidak banyak dan tidak boleh menggantikan makanan penting lainnya. Suplemen vitamin (tetes vitamin A dan D) juga dianjurkan pada anak-anak. Anak-anak dengan pertambahan berat badan yang sedikit-sedikit menandakan buruknya pertumbuhan yang disebabkan oleh nutrisi yang rendah dan infeksi, ini merupakan kasus yang terus-menerus terjadi pada negara berkembang. Namun, anak juga dapat menjadi gemuk (obes). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi obesitas pada anak, yaitu genetik, faktor lingkungan, seperti diet yang rendah dan aktivitas fisik yang rendah, merupakan faktor resiko yang besar membuat bertambahnya berat anak. Terdapat bukti bahwa kebiasaan makan terus memburuk dibandingkan dengan tahun 1950-an dan beberapa bukti bahwa toddler tidak aktif daripada yang seharusnya (contohnya di Amerika, penonton televisi semakin banyak dengan hampir setengahnya anak-anak berusia 2-3 tahun yang menonton lebih dari 3 jam per hari). Menganjurkan pemberian makan 3 kali sehari ditambah pemberian makanan kudapan, hindari percekcokan saat makan, namun batasi lama waktu makan, mendorong anak untuk makan sendiri menggunakan sendok dan cangkir, dan batasi makan makanan gula dan mengandung natrium. 2.4 Tumbuh Kembang Usia Prasekolah Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan menjauhi dan mendekati ke orang dewasa yang dekat atau orangtuanya. Saat usia prasekolah, anak-anak menjelajahi pemisahan emosiaonal, bertukar-tukar antara perlawanan manja dan gembira, antara berani menjelajah dan sifat melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau tempat bermain kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan. Anak-anak prasekolah mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang sebelumnya, tetapi mereka juga sangat sadar dengan keterbatasan yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan kemampuan terbatas mereka. 2.4.1 Perkembangan Fisik Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya berjalan konstan selama periode pra sekolah. Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan timbulnya kebiasaan makan yang ”memilih-milih”. Rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8 cm setiap tahun. Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 ½ tahun. Ketika berusia 4 tahun rata-rata berat yaitu 40 lb dan tinggi 40 in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3 sampai 18 tahun. Anak-anak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index tubuh) mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa. Pertumbuhan organ seksual sepadan dengan pertumbuhan somatis. Anak prasekolah mempunyai genu valgum atau pes planus ringan. Batang tubuh langsing seperti pemanjangan tungkai. Energi fisik memuncak, dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/hari, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun. Tabel 2.1 Pola perilaku yang timbul antara 1 sampai 5 tahun 15 bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis menggunakan crayon, memasukkan kismis ke dalam botol Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang sudah akrab Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk orang tua 18 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga dengan berpegang pada 1 tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat sampah Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru gerakan vertikal, mentumpahkan kismis dari botolnya 10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian tubuh Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika basah atau kotor, mencium orang tua dengan mengerutkan bibir 24 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat perabotan rumah tangga, melompat. Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan dengan pola melingkar, meniru gerakan horizontal, meniru melipat kertas dalam sekali lihat. Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek). Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju, mendengar cerita ketika ditampilkan gambarnya. 30 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan vertical dan horizontal, tapi tidak membuat gerakan silang, meniru gerakan melingkar Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri “saya”, mengetahui nama lengkap sendiri. Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain. 36 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan menggunakan tiga kubus, menyalin lingkaran, meniru gerakan silang. Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan benar, mengulangi tiga nomor atau sebuah kalimat dengan enam suku kata. Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain), membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai sepatu), menyuci tangan. 48 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan yang tinggi, menggunakan gunting untuk memotong gambar, mendaki dengan baik. Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang menggunakan lima kubus, menyalin tanda silang dan kotak, menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain kepala, dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis. Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita. Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan peran permainan, pergi ke toilat sendiri. 60 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Lewat Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung 10 buah koin receh dengan benar Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti kata-kata, mengikutsertakan seseorang dalam peran bermain Kejadian penting atau ”milestone” dari motorik kasar dan halus disajikan dalam tabel 2.1. Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan lari dengan mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan seperti kisaran kegiatan motorik berkembang mencakup melempar, menangkap, dan menendang bola, mengendarai sepede, menaiki bangunan di lapanagan, menari, dan pola tingkah laku kompleks lainnya. Tanda-tanda gaya aktivitas kasar seperti tempo, intensitas, dan kewaspadaan juga sangat bervariasi juga karena bakat bawaan. Walaupun anak dapat berjalan dengan gaya yang berbeda, berjalan dengan ibu jari tidak seharusnya bertahan. Pengaruh-pengaruh seperti perbedaan individu pada perkembangan kognitif dan emosi sebagian bergantung pada tuntutan lingkungan sosial. Anak-anak yang semangat, terkoordinasi mungkin tumbuh secara emosional dengan orang tua atau guru yang menekankan aktivitas fisik, namun pada anak-anak dengan tenaga yang kurang, lebih berotak, mungkin tumbuh dengan orang tua yang menekankan nilai permainan dengan sungguh-sungguh. Kemandirian biasanya muncul pada tahun ketiga. Frustasi mungkin akibat dari upaya untuk mengubah pilihan tangan anak. Variasi dalam perkembangan motorik halus menggambarkan kecenderungan individu maupun berbagai kesempatan untuk belajar. Anak-anak yang jarang diizinkan memakai crayon, misalnya, nantinya mengembangkan genggaman pensil orang dewasa. Kontrol buang air besar dan buang air kecil muncul saat periode ini, dengan ”kesiapan” untuk ke toilet mempunyai variasi individu dan budaya yang luas. Anak perempuan cenderung lebih awal dan lebih cepat terlatih daripada anak laki-laki. ”Ngompol” normal sampai usia 4 tahun pada anak perempuan dan 5 tahun pada anak laki-laki. Banyak anak-anak mengusai proses ke toilet dengan mudah, terutama sekali sekali ketika mereka sudah mampu untuk mengatakan secara verbal kebutuhan badannya. Untuk anak lainnya, latihan toilet dapat juga memanjang dengan kekuatan berontak dari anak. Penolakkan untuk defekasi di toilet atau pot relatif umum dan dapat mengarah ke konstipasi dan frustasi orang tua. Penghentian latihan (kembali memakai diaper) seringkali memenuhi proses penguasaan proses bertoilet. Latihan bertoilet menunjukkan peristiwa penting bagi orang tua karena menandakan kebebasan mereka dari pakaian kotor karena popok. Pada beberapa orang tua juga mewakili salah satu segi dari perkembangan anak dan satu kebanggaan bahwa anak mereka telah mendapat kemampuan tertentu pada usia dini. Untuk alasan ini dan lainnya,mungkin tidak ada peristiwa penting perkembangan lainnya yang terdorong dan lebih penting dari latihan bertoilet. Kematangan usia menandakan kesiapan untuk latihan bertoilet, setelah 18 bulan, toddler mempunyai kapasitas sensorik untuk sadar akan penuhnya rectum atau kandung kemih dan secara fisik sudah mampu mengontrol shincter anus dan saluran urinarius. Bagian penting yang berhubungan dengan masalah latihan bertoilet ialah membimbing orang tua tentang tanda kesiapan anaknya untuk memulai bertoilet, seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.2. Kurang dari 25% dari anak-anak berhasil pada usia 24 bulan, tetapi sebagian besar anak menguasai bertoilet pada usia 48 bulan. Ingatkan pada orang tua bahwa terjadi proses perkembangan anak yang normal pada usia ini. Tabel 2.2 Tanda kesiapan anak dalam latihan bertoilet • Bahasa lisan anak, bahasa tubuh, atau aktivitas yang menandakan ia akan melakukan buang air kecil atau defekasi • Pergerakan usus anak yang muncul pada jadwal prediksi • Popok anak yang kering untuk waktu yang lama, menandakan kapasitas kandung kemih yang siap berfungsi • Anak dapat membuka bajunya • Anak menunjukkan perhatian dalam meniru anggota keluarga • Anak menunjukkan perhatian dalam menyenangkan anggota keluarga • Anak dapat mengikuti perintah Tanda kesiapan meliputi bahasa yang cukup untuk menggambarkan kebutuhan defekasi, dan orangtuanya harus mampu mengkomunikasikan dengan anaknya mengenai kebutuhan ini. Anak menunjukkan sebuah kesadaran bahwa popok harus diganti sudah dapat dipelajari. Anak yang senang dengan reaksi orang tua dan mau menunjukkan kemampuan mengurus diri dapat termotivasi menggunakan toilet. Anak yang pada permulaan menunjukkan rasa malu atau sadar akan kedaruratan tubuh akan pergi ke sudut rumah untuk defekasi dapat diarahkan ke kamar mandi untuk melakukannya. Bagi orang tua memuji anaknya merupakan suatu langkah awal. Awalnya orang tua dapat memuji anaknya ketika pergi ke kamar mandi dengan duduk pada toilet walaupun tidak ada rangsangan untuk defekasi untuk beberapa menit. Pujian dapat ditingkatkan saat melakukan defekasi. Pada setiap waktu sangat penting bagi orang tua untuk menjaga sikap yang positif. Anak-anak tidak boleh dipermalukan saat gagal menggunakan kursi pot atau kecelakaan saat berproses bertoilet. Orang tua harus disiapkan pada saat anak latihan bertoilet karena memakan waktu beberapa bulan dan kecelakaan sering terjadi. Implikasi untuk orang tua dan dokter anak. Penurunan normal nafsu makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian besar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Anak-anak biasanya mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Asupan setiap hari bervariasi. Kadang-kadang luas, akan tetapi asupan selama periode 1 minggu relatif stabil. Upaya orang tua untuk mengatur asupan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya anak menjadi kelebihan makan atau kekurangan makan. Perlu diketahui juga bahwa pada anak prasekolah dengan anemia defisiensi Fe anak menjadi kurang aktif terhadap lingkungan sosialnya dan lebih cepat mendekati ibunya, dan lebih lambat dalam memperlihatkan pengaruh positif dan menyentuh mainan baru untuk pertama kalinya. Anak yang terlalu aktif meningkatkan resiko untuk terluka, dan orang tua harus mendapat bimbingan awal mengenai pengamanan. Orang tua kuatir mengenai kemungkinan ”hiperaktifitas” yang menggambarkan harapan yang tidak benar, kekuatiran yang berlebihan atau overaktivitas yang sebenarnya. Anak yang terlibat dalam aktivitas yang gegabah, tidak dapat dikendalikan tanpa memperhatikan keamanan dirinya, harus dievaluasi lebih lanjut. 2.4.2 Perkembangan Kognitif Bahasa, kognisi dan permainan semuanya melibatkan fungsi simbolis, suatu cara mengatasi dunia yang semakin menjadi penting selama periode prasekolah. Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional Piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungkan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistik terhadap kekuatan hasrat. Anak-anak mungkin percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung, bahwa matahari turun ”karena lelah” atau bahwa perasaan marah kepada saudara kandung sesungguhnya dapat membuat saudaranya sakit. Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak berarti egois. Anak mungkin berusaha untuk menyenangkan orang dewasa yang marah dengan membawa boneka binatang kesayangan. Setelah usia 2 tahun, anak membuat konsep tentang dirinya dan rasa kebutuhan untuk merasakan ”semua”. Piaget menunjukkan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang terkenal dari uji coba ”pengawetan”. Dalam salah satu uji coba, air dituangkan bolak-balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke piring lebar yang lebih rendah, dan anak-anak ditanya mana yang berisi air lebih banyak. Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang lebih tinggi), bahkan ketika penguji menunjuk bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah. Salah penbgertian demikian menggambarkan hipotesis tentang perkembangan anak tentang sifat ilmiah dunia, juga kesulitan mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara serentak. 2.4.3 Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara usia 2-5 tahun. Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari ”telegrafi” kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Mudahnya, antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak (2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun, kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (”ini bola saya”), progresif (”saya sedang bermain”), pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4 tahun, kebanyakan anak dapat menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan kalimat-kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana masa depan. Anak tidak bisa menggunakan bahasa kiasan, mereka hanya mengerti arti langsung dari sebuah kata. Sangat penting untuk membedakan cara bicara (produksi dari suara yang dapat dimengerti) dan bahasa, yang berkenaan dengan sikap mental yang mendasari. Bahasa terdiri dari fungsi ekspresif dan reseptif. Variasi bahasa reseptif (mengerti) kurang daripada tingkat kemahiran bahasa ekspresif. Kemahiran berbahasa secara prinsip tergantung dari input lingkungan. Faktor yang menentukan ialah jumlah dan variasi cara berbicara kepada anak secara langsung dan dari seberapa sering orang dewasa bertanya pertanyaan dan mendorong anak untuk berbicara. Anak yang dibesarkan dalam kemiskinan menunjukan nilai perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang mampu. Walaupun pentingnya pemajanan bahasa, banyak ahli bahasa yakin bahwa mekanisme dasar untuk kemahiran berbahsa ialah ”kabel keras” ke dalam otak. Anak tidak hanya meniru ucapan orang dewasa. Lebih tepatnya mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus-menerus. Generalisasi yang berlebihan, seperti tambahan sembarangan pada bunyi ”s” di akhir kata untuk membedakan benda tunggal atau bunyi ”ed” untuk bentuk lampau, memberi bukti adanya aturan-aturan lengkap tersebut. Bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif dan emosi. Keterlambatan berbahasa dapat menjadi indikasi pertama bahwa terjadi retardasi mental pada anak, mempunyai gangguan spektrum autis, atau diperlakukan kurang baik. Bahasa memainkan peran penting dalam pengaturan perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batasbatas orang dewasa dan kemudian melalu ”percakapan pribadi” dimana anak mengulangi larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya, oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat temperamen yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain. Perkembangan bahasa prasekolah meletakkan dasar untuk keberhasilan berikutnya di sekolah. Kira-kira 35% anak di Amerika Serikat boleh masuk sekolah yang kurang dalam kemahiran bahasa yang merupakan prasyarat penambahan kemampuan membaca dan menulis. Meskipun sebagian besar anak belajar membaca dan menulis di sekolah dasar, dasar-dasar kemampuan untuk membaca dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah. Melalui pengulangan pemajanan awal pada kata-kata tulisan, anak-anak belajar tentang penggunaan penulisan ( menceritakan cerita atau mengirimkan pesan-pesan), dan mengenai bentuknya (kiri ke kanan atas ke bawah). Kesalahan awal dalam menulis, seperti kesalahan dalam berbicara, menunjukkan bahwa kemahiran membaca dan menulis merupakan suatu proses aktif yang melibatkan hipotesis generasi dan revisi. Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan anak-anak tentang katakata cetak, tetapi juga dalam perkembangan bahasa lisan. Perbendaharaan kata anak dan bahasa reseptif meningkat ketika orang tuanya membacakan secara konsisten untuk mereka. Membaca dengan keras bersama anak merupakan proses yang interaktif dimana orang tua secara berulangulang memfokuskan perhatian anak pada gambar-gambar khusus, bertanya pertanyaan, dan memberikan timbal balik kepada anak. 2.4.4 Bermain Bermain melibatkan proses pembelajaran, aktifitas fisik, sosialisasi dengan teman sebayanya, dan berlatih peran orang dewasa. Bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas dan khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman umum seperti belanja dan meletakkan bayi di tempat tidur (usia 2 atau 3 tahun) ke skenario yang lebih luas mencakup kejadian tunggal seperti pergi ke kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3-4 tahun untuk menciptakan skenario yang telah hanya dibayangkan, seperti terbang ke bulan (usia 4-5 tahun). Pada usia 3 tahun, permainan kerja sama tampak pada permainan membangun balok bersamasama, kemudian menjadi aktivitas permainan yang lebih teratur, seperti bermain rumah-rumahan. Bermain juga makin menjadi lebih beraturan, dari aturan awal mengenai cara meminta (bukannya mengambil) dan membagi (usia 2 atau 3 tahun) sampai aturan-aturan yang berubah dari waktu ke waktu menurut keinginan para pemain (usia 4 dan 5 tahun) ke awal pengenalan aturan-aturan yang relatif tetap. Bermain juga membuat anak dapat memecahkan konflik dan kecemasan dan membuat jalan keluar yang kreatif. Anak-anak dapat melepaskan kemarahan dengan aman (menampar boneka), meniru kekuatan super (memainkan dinosaurus dan pahlawan super), dan mendapatkan hal-hal yang ditolak dalam dunia nyata (membuat percaya teman atau binatang kesayangan). Menggambar, mewarnai dan akitifitas artistik lain adalah bentuk permainan yang menunjukkan motivasi kreatif yang lebih jelas. Suara dan emosi yang timbul pada anak ketika menggambar mencerminkan masalah anak yang penting pada anak-anak. Ketidakmampuan untuk membedakan khayalan dan kenyataan membuat persepsi anak dari apa yang anak lihat pada media, melalu program atau iklan. Seperempat dari anak mempunyai televisi di dalam kamarnya dan menonton berjam-jam setiap minggu, dan sebagian besar yang anak-anak tonton ialah kekerasan. Sikap kekerasan dibentuk saat awal, dan pajanan kekerasan yang awal telah menunjukkan hubungan dengan gangguan perilaku kemudian. Arti bahasa sebagai suatu sasaran untuk penilaian dan intervensi tidak dapat ditaksir lebih karena peranan sentralnya sebagai indikator perkembangan kognitif dan emosi dan sebagai faktor kunci dalam pengaturan tingkah laku dan keberhasilan sekolah nantinya. Para orang tua dapat mendukung perkembangan emosi dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan pernyataan perasaan anak (”kamu tampak marah sekarang”) dan dengan mendesak anak untuk menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan bukannya melampiaskannya dengan melakukan sesuatu. Para orang tua harus mempunyai waktu yang teratur setiap hari untuk membaca dan melihat buku bersama-sama anak-anaknya. Program-program yang diberikan dokter anak melalui bukubuku bergambar bersama dengan pembinaan yang tepat selama kunjungan-kunjungan perawatan primer adalah efektif dalam membaca dengan keras, terutama keluarga yang berpenghasilan rendah. Televisi dan media yang serupa harus dibatasi 2 jam per hari dengan program yang baik, dan orang tua harus menonton programnya bersama anak dan melakukan tanyajawab dengan anak setelahnya. Pemikiran praoperasional memberi pengertian pengalaman sakit dan pengobatan anak. Anak mulai mengerti bahwa tubuh mempunyai bagian ”luar” dan ”dalam”. Anak harus dijelaskan dengan sederhana, penjelasan konkrit untuk prosedur pengobatan dan diberikan beberapa prosedur bila memungkinkan. Anak harus dijelaskan secara berulang bahwa mereka itu tidak dimarahi ketika diberi vaksin atau jarum suntik. Intensitas imaginasinya yang mengisi permainan dan pesonanya, pemikiran khas animisme kognisi praoperasional juga menimbulkan kekuatiran yang kuat. Lebih dari 80% orang tua melaporkan sekurang-kurangnya 1 kekhawatiran pada anak prasekolahnya. Tidak mau mandi atau duduk pada toilet dapat timbul dari ketakutan dimasukkan ke dalam air atau disiram, menggambarkan apresiasi imatur anak relatif besar. Upaya untuk memperagakan secara rasional bahwa tidak ada monster dalam kloset sering gagal, karena ketakutan timbul dari pemikiran yang prarasional. Meyakinkan bahwa orang tua akan menggunakan kekuatan ajaib untuk membuang monster dengan menggunakan ”semprotan monster” atau lampu malam. Orang tua sebaiknya menangani rasa takutnya dan memberikan anak rasa untuk mengontrol situasi. Gunakan alat gambar untuk menggambar orang, untuk menggambar orang yang dianggap baik bagi si anak, dapat membantu menjelaskan cara pandang anak. 2.4.5 Perkembangan Emosi dan Moral Tantangan emosi dalam menghadapi anak prasekolah termasuk keterbatasan penerimaan sementara mempertahankan rasa pengawasan diri, menimbulkan keagresifan dan dorongan seksual, dan interaksi dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman semakin luas. Pada usia 2 tahun pembatasan tingkah laku terutama eksternal, pada usia 5 tahun, pengontrolanpengontrolan ini perlu dikendalikan jika anak harus berfungsi dalam kelas yang khusus. Keberhasilan dalam mencapai tujuan ini berdasarkan pada perkembangan emosi sebelumnya, khususnya kemampuan menggunakan bayangan internalisasi dari orang dewasa yang dipercayai untuk memberikan rasa aman pada saat stress. Anak perlu mempercayai diri sendiri terhadap dukungan orang dewasa untuk mengatasi masalah emosinya. Anak-anak belajar apakah tingkah laku dapat diterima dan beberapa kekuatan yang mereka punyai dalam menghadapi orang dewasa yang penting dalam menguji keterbatasan-keterbatasan. Uji bertambah ketika ia memperoleh sejumlah besar perhatian, walaupun perhatian tersebut sering negatif, dan ketika batas-batas tidak konsisten. Uji sering menimbulkan kemarahan orang tua atau kekhawatiran yang tidak pada tempatnya karena usaha anaknya untuk memisahkan, tantangan diberikan orang tua: biarkanlah (letting go). Keterbatasan yang terlalu ketat dapat melemahkan rasa inisiatif anaknya, sedangkan keterbatasan yang sangat longgar dapat menimbulkan kecemasan pada anak yang merasa bahwa tidak ada orang yang mengontrol. Anak pada usia ini dapat mengerti bahwa ada halangan untuk mencegah dia di sekitarnya dan dapat mengekspresikan perasaan, marah, dan frustasi tanpa memperlihatkannya. Pengawasan merupakan persoalan utama. Ketidakmampuan dalam mengatur aspek dunia luar, seperti apa yang harus dibeli atau kapan harus pergi, sering mengakibatkan kontrol interna, yaitu, watak pemarah. Takut, terlalu lelah, atau ketidaknyamanan fisik dapat juga menimbulkan kemarahan. Kemarahan biasanya muncul ke arah akhir usia 1 tahun dan puncaknya lazim pada usia antara 2 dan 4 tahun. Kemaraham yang lebih dari 15 menit atau muncul secara beraturan lebih dari 3 kali per hari mencerminkan adanya masalah mendasar kesehatan, emosi dan sosial. Anak-anak prasekolah biasanya mengalami perasaan sulit terhadap orang tuanya, cinta yang kuat dan kecemburuan serta kebencian dan ketakutan bahwa perasaan marah dapat menyebabkan pengabaian. Lingkaran emosi ini, kebanyakan di luar kemampuan anak untuk menganalisa atau mengekspresikan, sering menemukan ungkapan dalam suasana hati yang sangat labil. Penyelesaian ”krisis” ini (proses berlangsung selama bertahun-tahun) melibatkan keputusan anak yang tidak terucapkan untuk menyamai orang tua bukannya bersaing dengan mereka. Permainan dan bahasa memelihara perkembangan pengendalian emosi dengan memperbolehkan anak-anak mengekspresikan emosi dan memainkan peran. Rasa ingin tahu tentang alat kelamin dan organ seksual orang dewasa adalah normal sebagaimana masturbasi. Masturbasi yang mempunyai kualitas mendorong (kompulsif) atau yang mengganggu aktivitas normal anak, berpura-pura berhubungan seksual pada permainan boneka atau dengan anak-anak lain, kesopanan yang ekstrim, atau meniru tingkah laku gairah orang dewasa, semuanya memberi kesan kemungkinan penyiksaan seksual. Kesopanan muncul secara bertahap pada anatar usia 4-6 tahun, dengan banyak variasi tergantung budaya dan keluarga. Orang tua harus mengajarkan kepada anaknya tentang daerah ”pribadi” sebelum masuk sekolah. Pemikiran moral dibatasi oleh tingkat kognitif anak dan kemampuan bahasa, namun membangun jati diri anak secara terus-menerus dengan orang tuanya. Pada awal sebelum ulang tahun kedua, perasaan anak terhadap benar atau salah berpegang pada hasrat untuk mendapatkan persetujuan dari orang tuanya dan menghindari konsekuensi yang negatif. Perasaan hati anak dipengaruhi oleh pengaruh eksternal, anak belum dapat mengerti dalam diri mereka aturan sosial dan rasa keadilan. Setiap waktu, ketika anak diberikan nasehat dengan orang tuanya, kata-kata menggantikan perilaku yang agresif. Pada akhirnya, anak dapat menerima tanggung jawabnya sendiri. Perbuatan dapat terjadi disebabkan oleh kerugian, bukan karena suatu maksud. Respon empati kepada orang lain yang distress muncul selama tahun kedua kehidupan, namun kemampuan untuk memikirkan cara pandang anak lainnya masih terbatas. Pada anak 4 tahun akan mengakui pentingnya untuk mengambil giliran, namun akan komplain jika ia tidak mendapat waktu yang cukup. Aturan cenderung absolut, dengan rasa bersalah sebagai akibat dari perbuatan yang salah, tanpa mengabaikan suatu maksud. 2.4.6 Keterlibatan Orang Tua Dan Dokter Anak Pentingnya anak prasekolah mengontrol perasaan terhadap tubuh dirinya dan sekitarnya mempunyai maksud di dalam segi praktis. Mempersiapkan anak tentang bagaimana proses pemeriksaan akan menenangkan hati anak. Katakan pada anak apa yang akan dilakukan, namun jangan meminta izin kecuali pemeriksa siap dengan jawaban ”tidak”. Pemeriksaan anak usia 4 atau 5 tahun harus menghibur, berdasarkan kemampuan anak untuk berkomunikasi, sebagaimana rasa ingin tahunya yang besar. Dokter harus menyadari bahwa setiap anak biasanya sulit untuk diperiksa. Bimbingan menegaskan harapan yang cukup untuk perkembangan perilaku dan emosi dan maksud normal orang tua merasa marah, bersalah, dan bingung merupakan bagian dari pemeriksaan pada usia ini. Memberikan anak berbagai pilihan (semua pilihan yang dapat diterima orang tua) dan mendorong kebebasan anak dalam aktivitas merawat tubuh (makan, memakai baju, mandi) dapat mengurangi konflik yang terjadi. Hukuman jasmani tidak tepat pada konteks keluarga zaman modern sekarang ini. Orang tua biasanya menyatakan bahwa mereka tidak suka menampar, dan banyak yang menyatakan hal ini tidak efektif. Saat anak mempunyai kebiasaan untuk ditampar, orang tua harus memukul lebih keras untuk mendapatkan respon yang cukup, ini dapat mengakibatkan cedera yang serius. Hukuman yang cukup keras mungkin dapat menghambat setiap tingkah laku tetapi dengan resiko psikologis yang besar. Anak-anak memperolok-olok hukuman badan yang mereka terima dan ini merupakan hal yang tidak jarang untuk anak-anak umur prasekolah memberontak kepada orang tuanya. Meskipun menampar merupakan hukuman yang keras, beberapa yang mempergunakan ini, untuk membuat perubahan perilaku, disiplin merupakan metode yang membuat anak mengontrol dalam dirinya untuk berperilaku. Cara disiplin alternatif harus ditawarkan, seperti ”hitung mundur”, dengan duduk di dalam ruangan, komunikasi aturan yang jelas, dan beberapa kali menyetujui anak. 2.4.7 Nutrisi Pada Anak Pra Sekolah Anak-anak dan remaja dianjurkan untuk mengurangi lemak dan produk susu, namun tidak boleh dikurangi pada anak di bawah 2 tahun, karena susu merupakan sumber utama lemak, dan merupakan sumber energi utama pada anak usia di bawah 2 tahun. Banyak produk makanan mengandung lemak rendah yang tersedia, dan penggunaan makanan tersebut tergantung dari orang tua yang merawat anak usia toddler. Variasi makanan rendah lemak dianjurkan pada anak yang lebih tua, dan ini dianjurkan untuk asupan lemak jenuh dan total untuk usia 2 sampai 5 tahun. Pemberian nutrisi pada anak pra sekolah ialah dengan diet seimbang. Menyajikan makanan porsi sedikit supaya anak dapat meminta lagi, berikan anak makan saat makan keluarga sehingga anak mempunyai kesempatan untuk berbicara. Membatasi asupan produk gula dan garam, dan anak dapat diberikan makanan kudapan yang sehat diantara waktu makan (buah-buahan dan sayuran segar). Anak usia prasekolah harus memulai untuk mempunyai pola makan yang sehat, yang dapat mencegah perkembangan penyakit yang kronis ketika dewasa. Orang tua mempunyai peran utama dalam membentuk pola makan anaknya, dan pola makan anak biasanya meruapakan cerminan dari pola makan orang tuanya. Mengingatkan orang tua bahwa selera makan anaknya itu bersifat fluktuatif setiap harinya. Orang tua harus menyediakan makanan sehat yang bervariasi dan membiarkan anaknya untuk memutuskan makanannya. namun, anak tidak dapat memilih diet seimbang kecuali pilihan makanan bernutrisi yang ditawarkan pada mereka, makanan kudapan yang manis dan makanan kudapan tinggi kalori lainnya tanpa nilai nutrisi sebaiknya diberikan secara jarang. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks yang akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita pula, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari. 3.2 Saran Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah kami kedepannya akan lebih baik DAFTAR PUSTAKA http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-tumbuh-kembang-anak-usia-1-5.html. http://adeniaroom.blogspot.com/2009/05/tahapan-perkembangan-anak-usia-0-5.html. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita fisiologis orang tua tetap harus memberi makanan yang bergizi,lingkungan yang sehat,dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. tetapi untuk balita fisiologis tidak terlalu membutuhkan perhatian khusus seperti anak yang patologis. B. Saran Asuhan pada balita fisiologis perlu perawatan yang baik dari orang tua. Maka kita sebagai tenaga kesehatan harus membantu orang tua yang sedang bermasalah dengan balitanya yang apabila sedang terjadi gangguan pada anaknya. BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN BANDUNG 2009 BAB I PENDAHULUAN Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. 7 Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.4 Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Pada anak usia toddler, seorang anak dapat sangat senang, sibuk, bahkan gusar. Psikososialnya berkembang pesat, sedangkan pertumbuhan fisiknya melambat. Anak usia pra sekolah merupakan periode ajaib mendapatkan pengalaman dari aktivitas dan rasa ingin tahu, sehingga membutuhkan perhatian orang tua yang besar.8,13 Pada referat ini, akan dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia 1 tahun sampai 5 tahun atau usia Toddler dan anak usia prasekolah. Referat ini dibuat bertujuan supaya para pembaca mengetahui, mengenali dan memahami tumbuh kembang anak yang normal sejak usia 1 tahun sampai 5 tahun yang dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut kamus kedokteran Dorland, pertumbuhan ialah proses normal pertambahan ukuran organisme sebagai akibat pertambahan jaringan pada yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. 4,6,12 Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan dan diferensiasi. Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi pertumbuhan fisik, maupun pematangan fungsi, emosi dan perilaku sosial. Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.4,6,12 Bila berbicara tumbuh kembang anak usia 1-5 tahun maka ada dua tahapan masa yang harus dilalui yaitu: 1. Toddler : umur 1 s/d 3 tahun13 2. Preschool : umur 3 s/d 5 tahun8 2.2 Tumbuh Kembang Usia 12 – 18 Bulan 2.2.1 Perkembangan Fisik Tingkat pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun ke dua dan nafsu makan menurun. “Lemak bayi” dibakar oleh gerakan yang bertambah, lumbar lordosis berlebihan membuat perut menonjol. Pertumbuhan otak, disertai mielinisasi yang berlanjut, menghasilkan penambahan lingkar kepala lebih dari 2 cm dalam 1 tahun. 1 Sebagian besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia satu tahun, sebagian lagi tidak dapat berjalan sampai usia 15 bulan. Bayi yang sangat aktif dan berani cenderung berjalan lebih awal, bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan menyelidiki obyek-obyek secara terperinci barjalan lebih lambat. Berjalan lebih awal tidak berkaitan dengan perkembangan di bidang-bidang lain. 1 Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok dengan lengan di fleksi di siku, seluruh batang tubuh berputar pada setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk ke arah luar dan ke dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju kemantapan yang lebih besar dan efisiensi tenaga. Setelah beberapa bulan latihan, pusat gravitasi bergeser ke belakang dan batang tubuh berdiri lebih stabil, sementara lutut ekstensi dan lengan mengayun ke samping untuk keseimbangan. Jari-jari kaki ditahan sejajar dan anak itu dapat berhenti, berputar dan membungkuk tanpa jatuh. 1 Ketika anak dapat berjalan secara bebas, anak dapat berjalan menjauhi orang tuanya dan menjelajahi lingkungannya. Meskipun anak menggunakan ibunya sebagai “basis rumah/home base”, sering kembali kepada ibunya untuk menentramkan hati lagi, menunjukkan bahwa anak telah mengambil langkah besar menuju kebebasan.2 2.2.2 Perkembangan Kognitif Penjelajahan benda mempercepat jalannya karena pendekatan, pemegangan, dan pelepasan hampir sepenuhnya matur dan berjalan bertambah ke hal-hal yang menarik. Anak yang baru berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk menciptakan hal-hal menarik, seperti menumpuk balok-balok atau meletakan barang ke dalam tempat kaset video. Alat-alat mainan juga lebih mungkin untuk digunakan pada maksud-maksud tujuannya (sisir untuk rambut, cangkir untuk minum). Meniru orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara belajar yang penting. Permainan khayalan yang berpusat pada tubuh anak itu sendiri (pura-pura minum dari cangkir kosong). 1 2.2.3 Perkembangan Emosi Bayi-bayi yang berkembang mendekati kejadian penting atau “milestone” dari langkah-langkah pertama mereka mungkin mudah marah. Bila mereka mulai berjalan, perubahan suasana hati utama mereka nyata sekali. Anak yang baru belajar berjalan digambarkan seperti orang yang dimabukan oleh kemampuan mereka yang baru dan oleh kekuatan mereka. Mereka sering berputar mengelilingi orang tua mereka, seperti planet-planet mengelilingi matahari, berpindahpindah, menoleh ke belakang, bergerak lebih jauh dan kemudian kembali untuk mendapat sentuhan yang menenangkan dari orang tua mereka. Pada lingkungan yang tidak dikenal, dengan perasaan anak yang takut, orbit-orbit demikian mungkin kecil atau tidak ada, dalam keadaan lingkungan yang dikenal, anak yang berani dapat “berkeliling” sampai tidak terlihat. 1 Kemampuan anak untuk menggunakan orang tua sebagai “tempat aman” untuk penjelajahan, tergantung pada hubungan kasih sayang. Kasih sayang dapat dinilai dari orang tua meninggalkan anak-anak dalam ruang bermain yang tidak dikenal, “situasi asing”. Ketika orang tua mereka pergi, sebagian anak berhenti bermain, menangis, dan mencoba untuk ikut. Namun, akibat terbesar yang menarik adalah tanggapan anak ketika orang tua mereka kembali. Anak yang disayangi pergi ke orang tuanya dengan segera untuk diantar, dihibur dan kemudian dapat kembali bermain. Anak dengan perasaan sayang yang bertentangan (ambivalen) pergi ke orang tuanya tetapi kemudian menolak untuk dihibur dan mungkin memukul orang tuanya karena marah. Anak-anak yang dkategorikan sebagai penghindar mungkin tidak protes ketika orang tua mereka pergi dan mungkin tidak menyambut saat mereka kembali. Pola tanggapan yang tampak gelisah mungkin mewakili perkembangan bayi mengembangkan strategi untuk menanggulangi sifat orang tua mereka yang suka menghukum atau tidak bertanggung jawab dan mungkin meramalkan masalah kognitif dan masalah emosi di kemudian hari. Persengketaan berlanjut tentang bagaimana bayi bertabiat dan pengalaman perpisahan sebelumnya mungkin mempengaruhi tafsiran dari akibat situasi yang aneh. 1 2.2.4 Perkembangan Bahasa Komunikasi penting sejak lahir, khususnya nonverbal sebagai interaksi antara bayi dan yang merawatnya. Penerimaan bahasa mendahului perasaan. Kata-kata pertama mulai muncul pada usia 9-18 bulan, kebanyakan anak dapat mengucapkan setidaknya 1 sampai 2 kata pada ulang thun pertama mereka. Ketika bayi mulai mengucapkan kata-kata pertamanya, kira-kira 12 bulan , mereka mulai menanggapi dengan tepat beberapa contoh pernyataan sederhana seperti “tidak”, “selamat tinggal, “ saya minta”. Pada usia 15 bulan, rata-rata anak menunjuk pada bagian utama tubuh dan mengunakan 4-6 kata-kata secara spontan dan benar, termasuk kata benda nama sendiri. Anak yang baru berjalan juga menikmati berkata-kata dengan suku kata yang banyak tetapi tidak tampak marah ketika tidak ada yang mengerti. Sebagian besar komunikasi keinginan dan ide berlanjut menjadi non-verbal.1,2,5 2.2.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak Orang tua dapat mengungkapkan tentang asupan yang rendah sebagai pertumbuhan yang lambat. Orang tua yang tidak dapat mengingat kejadian-kejadian penting lain cenderung mengingat ketika anak mereka mulai berjalan, mungkin karena persamaan simbolis berjalan dengan sikap mandiri. Pada anak yang baru mulai berjalan seharusnya didorong untuk menjelajahi lingkungannya, kemampuan anak untuk mencari tahu juga meningkatkan resiko untuk terluka dan penambahan pengawasan. 1 Dalam ruang pemeriksaan, kebanyakan anak yang baru mulai berjalan nyaman untuk menjelajahi ruangan, tetapi tetap melekat pada orang tuanya dibawah stress pemeriksaan. Melakukan sebagian besar pemeriksaan fisik pada pangkuan orangtuanya membantu menghilangkan rasa takut untuk dipisahkan. Bayi-bayi yang menjadi bertambah distress, bukan berkurang, di tangan orang tuanya atau yang menghindari orang tuanya saat stress, mungkin menjadi gelisah. Anakanak yang muda, bila mengalami distress, berbalik ke orang asing untuk mendapatkan hiburan bukannya ke orangtuanya yang sangat mengkuatirkan. Konflik antara kebebasan dan keamanan bermanifestasi dalam masalah disiplin, sifat marah, latihan toilet, dan perubahan perilaku makan. Orang tua sebaiknya diberitahukan tentang masalah-masalah ini bahwa peristiwa ini masih dalam batas perkembangan normal anak. 1 2.3 Tumbuh Kembang Usia 18 – 24 Bulan 2.3.1 Perkembangan Fisik Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini, dengan perkembangan di dunia di bidang keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Berat dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun pertumbuhan kepala terjadi agak lambat. 90% dari lingkar kepala dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan pertambahan hanya 5 cm yang didapat pada beberapa tahun ke depan. 1 2.3.2 Perkembangan Kognitif Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai kesimpulan periode sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang baru belajar berjalan mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun benda itu tidak dapat dilihat karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan lebih baik, dan balita memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, menggunakan tongkat untuk menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan menggambarkan bagaimana cara menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara simbolik dalam permainan tidak lagi terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah boneka dapat diberi makan dengan piring kosong. Seperti reorganisasi pada umur 9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan, berkorelasi dengan perubahan penting dalam emosi dan bidang bahasa. 1 2.3.3 Perkembangan Emosi Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan untuk menambah keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan sebagai penyesuaian yang mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari kemungkinan berpisah. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa kemana-mana tanpa bersama-sama anaknya. Tidur sendiri seringkali sangat sulit, dengan banyaknya kesalahan awal dan kemarahan. Banyak anak menggunakan selimut khusus atau mainan sebagai obyek transisi, sesuatu yang berguna sebagai simbol dari ketidakhadiran orangtua (obyek dalam istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap pentig sampai peralihan ke pemikiran simbolis telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang tua telah dipenuhi.1 Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama muncul pada usia ini. Anak yang sedang belajar berjalan memandang cermin untuk pertama kalinya, menyentuh wajah mereka sendiri bukannya bayangan cermin, jika mereka memperhatikan titik merah pada hidung mereka atau beberapa penampilan yang tidak biasa. Mereka mulai mengenali ketika mainannya rusak dan mugkin menyerahkan kepada orang tua untuk diperbaiki. Ketika tergoda untuk menyentuh objek yang dilarang, mereka mungkin berkata kepada diri mereka sendiri, “jangan, jangan”, bukti adanya internalisasi standar perilaku. Bahasa menjadi penting untuk mengontrol gerak hati, sebab awal, dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka sering menyentuh suatu objek untuk menunjukkan kelemahan relatif dari proses hambatan internalisasi pada tahap ini.1 Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti perasaan orang lain dan membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya yang mendapatkan distress atau menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka mulai mengerti perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini mendorong mereka untuk menahan perilaku agresif mereka.2 2.3.4 Perkembangan Bahasa Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa. Memberi nama objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata kira-kira 50 kata, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti “berikan bola itu dan pakai sepatumu”. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol lingkuangan sekitarnya, seperti “selamat tinggal” atau “malam-malam”. Kemunculan bahasa lisan menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-jalan belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan masalah, kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan manipulasi berkurang. 1 Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif bervariasi antara usia 12 sampai 24 bulan. Anak laki-laki dan anak yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami perkembangan bahasa yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis kelamin dan pajanan 2 bahasa bukan menjadi alasan gagalnya merujuk anak karena terlambat bicara untuk evaluasi lebih lanjut. Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-benar mahir 2 bahasa. Kebanyakan anak banyak mempunyai satu bahasa yang utama dan bahasa lainnya hanya sebagai bahasa sekunder.2 2.3.5 Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak Dengan pertambahan gerakan, pembatasan fisik pada penjelajahan anak menjadi kurang efektif, kata-kata menjadi bertambah penting untuk mengontrol tingkah laku juga kognisi. Anak-anak dengan pertambahan bahasa yang tertunda sering mempunyai masalah tingkah laku yang lebih besar. Perkembangan bahasa menjadi mudah ketika orang tua dan pengasuh memakai kalimat yang sederhana, jelas, menanyakan pertanyaan dan tanggap terhadap kalimat anak-anak yang tidak sempurna dan komunikasi yang dibuat dengan kata-kata yang tepat. Periode teratur dengan melihat buku-buku bergambar bersama-sama berlanjut untuk menyediakan suasana yang ideal untuk perkembangan bahasa. 1 Dalam ruang pemeriksaan, beberapa prosedur dapat mengurangi rasa cemas anak terhadap keasingan. Awalnya hindari kontak mata secara langsung. Lakukan pemeriksaan sebanyak mungkin yang dapat dikerjakan dengan anak ada di pangkuan orangtuanya. Dokter anak dapat menjelaskan tentang munculnya kembali masalah perpisahan dan penampilan menghargai selimut atau boneka beruang sebagai fenomena perkembangan. Orang tua harus mengerti tentang pentingnya penjelajahan. Daripada membatasi pergerakan anak, lebih baik menempatkan anak pada tempat yang aman atau mengganti 1 aktivitas ke aktivitas lainnya. Metode disiplin, termasuk hukuman badan, harus didiskusikan, alternatif yang efektif biasanya lebih dihargai. Membantu orang tua untuk mengerti dan beradaptasi dengan perubahan emosi anak yang berbeda dapat merupakan intervensi yang penting. Perkembangan rutin harian sangat membantu anak pada usia ini. Kekakuan dalam rutinitas dapat mencerminkan kebutuhan penguasaan merubah lingkungan.1 2.3.6 Nutrisi pada Toddler Anak kecil membutuhkan diet dengan kandungan energi yang besar, mereka cenderung makanmakanan tinggi lemak dan karbohidrat namun rendah buah-buahan dan sayur-sayuran. Secara umum, usia toddler merupakan usia transisi dari perubahan diet tinggi lemak sejak bayi menjadi diet rendah lemak pada usia pra sekolah dan anak yang lebih tua. 9,10 Orang tua harus diberitahu bahwa makanan yang mengandung karbohidrat harus diberikan saat anak makan menu utama. Pemberian buah-buahan dan sayur-sayuran dengan porsi 80 gram sehari harus dipikirkan oleh orang tuanya, sangat penting untuk memberikan buah dan sayur pada setiap kali makan untuk membuat anak terbiasa dengan makanan ini. Dengan memotongmotong sayur atau buah menjadi potongan kecil, diaduk pada penggorengan, dan dibakar untuk membuat manis rasanya dan ditambahkan pada sup dan saus dapat menambah konsumsi sayur dan buah pada anak. Susu dan produk susu merupakan sumber kalsium dan nutrisi lainnya yang sangat penting, dan orang tua sebaiknya memberikan sebanyak 3 kali sehari. Namun, memberikan banyak susu dapat menggantikan makanan penting lainnya dan dapat mengarah kepada defisiensi Fe pada toddler. 1 sampai 2 kali pemberian daging, ikan, dan makanan alternatif bagi vegetarian (seperti telur, buncis, kacang) juga harus diberikan dan dapat disajikan dengan makanan yang berkuah untuk melembutkan bentuknya. Makanan tinggi lemak dan karbohidrat (seperti es krim, kue, biskuit) dapat diberikan dalam jumlah tidak banyak dan tidak boleh menggantikan makanan penting lainnya. Suplemen vitamin (tetes vitamin A dan D) juga dianjurkan pada anak-anak. 9 Anak-anak dengan pertambahan berat badan yang sedikit-sedikit menandakan buruknya pertumbuhan yang disebabkan oleh nutrisi yang rendah dan infeksi, ini merupakan kasus yang terus-menerus terjadi pada negara berkembang. 9 Namun, anak juga dapat menjadi gemuk (obes). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi obesitas pada anak, yaitu genetik, faktor lingkungan, seperti diet yang rendah dan aktivitas fisik yang rendah, merupakan faktor resiko yang besar membuat bertambahnya berat anak. Terdapat bukti bahwa kebiasaan makan terus memburuk dibandingkan dengan tahun 1950-an dan beberapa bukti bahwa toddler tidak aktif daripada yang seharusnya (contohnya di Amerika, penonton televisi semakin banyak dengan hampir setengahnya anak-anak berusia 2-3 tahun yang menonton lebih dari 3 jam per hari).9 Menganjurkan pemberian makan 3 kali sehari ditambah pemberian makanan kudapan, hindari percekcokan saat makan, namun batasi lama waktu makan, mendorong anak untuk makan sendiri menggunakan sendok dan cangkir, dan batasi makan makanan gula dan mengandung natrium.15 2.4 Tumbuh Kembang Usia Prasekolah Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan menjauhi dan mendekati ke orang dewasa yang dekat atau orangtuanya. Saat usia prasekolah, anak-anak menjelajahi pemisahan emosiaonal, bertukar-tukar antara perlawanan manja dan gembira, antara berani menjelajah dan sifat melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau tempat bermain kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan. Anak-anak prasekolah mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang sebelumnya, tetapi mereka juga sangat sadar dengan keterbatasan yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan kemampuan terbatas mereka.1 2.4.1 Perkembangan Fisik Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya berjalan konstan selama periode pra sekolah. Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan timbulnya kebiasaan makan yang ”memilih-milih”. Rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8 cm setiap tahun. Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 ½ tahun. Ketika berusia 4 tahun rata-rata berat yaitu 40 lb dan tinggi 40 in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3 sampai 18 tahun. Anak-anak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index tubuh) mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa. 1,8 Pertumbuhan organ seksual sepadan dengan pertumbuhan somatis. Anak prasekolah mempunyai genu valgum atau pes planus ringan. Batang tubuh langsing seperti pemanjangan tungkai. Energi fisik memuncak, dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/hari, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun. 1 Tabel 2.1 Pola perilaku yang timbul antara 1 sampai 5 tahun 1 15 bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis menggunakan crayon, memasukkan kismis ke dalam botol Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang sudah akrab Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk orang tua 18 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga dengan berpegang pada 1 tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat sampah Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru gerakan vertikal, mentumpahkan kismis dari botolnya 10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian tubuh Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika basah atau kotor, mencium orang tua dengan mengerutkan bibir 24 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat perabotan rumah tangga, melompat. Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan dengan pola melingkar, meniru gerakan horizontal, meniru melipat kertas dalam sekali lihat. Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek). Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju, mendengar cerita ketika ditampilkan gambarnya. 30 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan vertical dan horizontal, tapi tidak membuat gerakan silang, meniru gerakan melingkar Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri “saya”, mengetahui nama lengkap sendiri. Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain. 36 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan menggunakan tiga kubus, menyalin lingkaran, meniru gerakan silang. Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan benar, mengulangi tiga nomor atau sebuah kalimat dengan enam suku kata. Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain), membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai sepatu), menyuci tangan. 48 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan yang tinggi, menggunakan gunting untuk memotong gambar, mendaki dengan baik. Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang menggunakan lima kubus, menyalin tanda silang dan kotak, menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain kepala, dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis. Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita. Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan peran permainan, pergi ke toilat sendiri. 60 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial Lewat Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung 10 buah koin receh dengan benar Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti kata-kata, mengikutsertakan seseorang dalam peran bermain Kejadian penting atau ”milestone” dari motorik kasar dan halus disajikan dalam tabel 2.1. Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan lari dengan mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan seperti kisaran kegiatan motorik berkembang mencakup melempar, menangkap, dan menendang bola, mengendarai sepede, menaiki bangunan di lapanagan, menari, dan pola tingkah laku kompleks lainnya. Tanda-tanda gaya aktivitas kasar seperti tempo, intensitas, dan kewaspadaan juga sangat bervariasi juga karena bakat bawaan. Walaupun anak dapat berjalan dengan gaya yang berbeda, berjalan dengan ibu jari tidak seharusnya bertahan. 1 Pengaruh-pengaruh seperti perbedaan individu pada perkembangan kognitif dan emosi sebagian bergantung pada tuntutan lingkungan sosial. Anak-anak yang semangat, terkoordinasi mungkin tumbuh secara emosional dengan orang tua atau guru yang menekankan aktivitas fisik, namun pada anak-anak dengan tenaga yang kurang, lebih berotak, mungkin tumbuh dengan orang tua yang menekankan nilai permainan dengan sungguh-sungguh. 1 Kemandirian biasanya muncul pada tahun ketiga. Frustasi mungkin akibat dari upaya untuk mengubah pilihan tangan anak. Variasi dalam perkembangan motorik halus menggambarkan kecenderungan individu maupun berbagai kesempatan untuk belajar. Anak-anak yang jarang diizinkan memakai crayon, misalnya, nantinya mengembangkan genggaman pensil orang dewasa. 1 Kontrol buang air besar dan buang air kecil muncul saat periode ini, dengan ”kesiapan” untuk ke toilet mempunyai variasi individu dan budaya yang luas. Anak perempuan cenderung lebih awal dan lebih cepat terlatih daripada anak laki-laki. ”Ngompol” normal sampai usia 4 tahun pada anak perempuan dan 5 tahun pada anak laki-laki. Banyak anak-anak mengusai proses ke toilet dengan mudah, terutama sekali sekali ketika mereka sudah mampu untuk mengatakan secara verbal kebutuhan badannya. Untuk anak lainnya, latihan toilet dapat juga memanjang dengan kekuatan berontak dari anak. Penolakkan untuk defekasi di toilet atau pot relatif umum dan dapat mengarah ke konstipasi dan frustasi orang tua. Penghentian latihan (kembali memakai diaper) seringkali memenuhi proses penguasaan proses bertoilet. 1 Latihan bertoilet menunjukkan peristiwa penting bagi orang tua karena menandakan kebebasan mereka dari pakaian kotor karena popok. Pada beberapa orang tua juga mewakili salah satu segi dari perkembangan anak dan satu kebanggaan bahwa anak mereka telah mendapat kemampuan tertentu pada usia dini. Untuk alasan ini dan lainnya,mungkin tidak ada peristiwa penting perkembangan lainnya yang terdorong dan lebih penting dari latihan bertoilet. 3 Kematangan usia menandakan kesiapan untuk latihan bertoilet, setelah 18 bulan, toddler mempunyai kapasitas sensorik untuk sadar akan penuhnya rectum atau kandung kemih dan secara fisik sudah mampu mengontrol shincter anus dan saluran urinarius. Bagian penting yang berhubungan dengan masalah latihan bertoilet ialah membimbing orang tua tentang tanda kesiapan anaknya untuk memulai bertoilet, seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.2. Kurang dari 25% dari anak-anak berhasil pada usia 24 bulan, tetapi sebagian besar anak menguasai bertoilet pada usia 48 bulan. Ingatkan pada orang tua bahwa terjadi proses perkembangan anak yang normal pada usia ini.2,3 Tabel 2.2 Tanda kesiapan anak dalam latihan bertoilet 3 · Bahasa lisan anak, bahasa tubuh, atau aktivitas yang menandakan ia akan melakukan buang air kecil atau defekasi · Pergerakan usus anak yang muncul pada jadwal prediksi · Popok anak yang kering untuk waktu yang lama, menandakan kapasitas kandung kemih yang siap berfungsi · Anak dapat membuka bajunya · Anak menunjukkan perhatian dalam meniru anggota keluarga · Anak menunjukkan perhatian dalam menyenangkan anggota keluarga · Anak dapat mengikuti perintah Tanda kesiapan meliputi bahasa yang cukup untuk menggambarkan kebutuhan defekasi, dan orangtuanya harus mampu mengkomunikasikan dengan anaknya mengenai kebutuhan ini. Anak menunjukkan sebuah kesadaran bahwa popok harus diganti sudah dapat dipelajari. Anak yang senang dengan reaksi orang tua dan mau menunjukkan kemampuan mengurus diri dapat termotivasi menggunakan toilet. Anak yang pada permulaan menunjukkan rasa malu atau sadar akan kedaruratan tubuh akan pergi ke sudut rumah untuk defekasi dapat diarahkan ke kamar mandi untuk melakukannya.3 Bagi orang tua memuji anaknya merupakan suatu langkah awal. Awalnya orang tua dapat memuji anaknya ketika pergi ke kamar mandi dengan duduk pada toilet walaupun tidak ada rangsangan untuk defekasi untuk beberapa menit. Pujian dapat ditingkatkan saat melakukan defekasi. Pada setiap waktu sangat penting bagi orang tua untuk menjaga sikap yang positif. Anak-anak tidak boleh dipermalukan saat gagal menggunakan kursi pot atau kecelakaan saat berproses bertoilet. Orang tua harus disiapkan pada saat anak latihan bertoilet karena memakan waktu beberapa bulan dan kecelakaan sering terjadi. 3 Implikasi untuk orang tua dan dokter anak. Penurunan normal nafsu makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian besar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Anak-anak biasanya mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Asupan setiap hari bervariasi. Kadang-kadang luas, akan tetapi asupan selama periode 1 minggu relatif stabil. Upaya orang tua untuk mengatur asupan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya anak menjadi kelebihan makan atau kekurangan makan. Perlu diketahui juga bahwa pada anak prasekolah dengan anemia defisiensi Fe anak menjadi kurang aktif terhadap lingkungan sosialnya dan lebih cepat mendekati ibunya, dan lebih lambat dalam memperlihatkan pengaruh positif dan menyentuh mainan baru untuk pertama kalinya. 1,11 Anak yang terlalu aktif meningkatkan resiko untuk terluka, dan orang tua harus mendapat bimbingan awal mengenai pengamanan. Orang tua kuatir mengenai kemungkinan ”hiperaktifitas” yang menggambarkan harapan yang tidak benar, kekuatiran yang berlebihan atau overaktivitas yang sebenarnya. Anak yang terlibat dalam aktivitas yang gegabah, tidak dapat dikendalikan tanpa memperhatikan keamanan dirinya, harus dievaluasi lebih lanjut. 1 2.4.2 Perkembangan Kognitif Bahasa, kognisi dan permainan semuanya melibatkan fungsi simbolis, suatu cara mengatasi dunia yang semakin menjadi penting selama periode prasekolah. 1 Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional Piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungkan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistik terhadap kekuatan hasrat. Anak-anak mungkin percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung, bahwa matahari turun ”karena lelah” atau bahwa perasaan marah kepada saudara kandung sesungguhnya dapat membuat saudaranya sakit. Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak berarti egois. Anak mungkin berusaha untuk menyenangkan orang dewasa yang marah dengan membawa boneka binatang kesayangan. Setelah usia 2 tahun, anak membuat konsep tentang dirinya dan rasa kebutuhan untuk merasakan ”semua”.1 Piaget menunjukkan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang terkenal dari uji coba ”pengawetan”. Dalam salah satu uji coba, air dituangkan bolak-balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke piring lebar yang lebih rendah, dan anak-anak ditanya mana yang berisi air lebih banyak. Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang lebih tinggi), bahkan ketika penguji menunjuk bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah. Salah penbgertian demikian menggambarkan hipotesis tentang perkembangan anak tentang sifat ilmiah dunia, juga kesulitan mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara serentak.1 2.4.3 Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara usia 2-5 tahun. Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari ”telegrafi” kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Mudahnya, antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak (2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun, kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (”ini bola saya”), progresif (”saya sedang bermain”), pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4 tahun, kebanyakan anak dapat menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan kalimat-kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana masa depan. Anak tidak bisa menggunakan bahasa kiasan, mereka hanya mengerti arti langsung dari sebuah kata. 1,8 Sangat penting untuk membedakan cara bicara (produksi dari suara yang dapat dimengerti) dan bahasa, yang berkenaan dengan sikap mental yang mendasari. Bahasa terdiri dari fungsi ekspresif dan reseptif. Variasi bahasa reseptif (mengerti) kurang daripada tingkat kemahiran bahasa ekspresif.1 Kemahiran berbahasa secara prinsip tergantung dari input lingkungan. Faktor yang menentukan ialah jumlah dan variasi cara berbicara kepada anak secara langsung dan dari seberapa sering orang dewasa bertanya pertanyaan dan mendorong anak untuk berbicara. Anak yang dibesarkan dalam kemiskinan menunjukan nilai perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang mampu. 1 Walaupun pentingnya pemajanan bahasa, banyak ahli bahasa yakin bahwa mekanisme dasar untuk kemahiran berbahsa ialah ”kabel keras” ke dalam otak. Anak tidak hanya meniru ucapan orang dewasa. Lebih tepatnya mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus-menerus. Generalisasi yang berlebihan, seperti tambahan sembarangan pada bunyi ”s” di akhir kata untuk membedakan benda tunggal atau bunyi ”ed” untuk bentuk lampau, memberi bukti adanya aturan-aturan lengkap tersebut. 1 Bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif dan emosi. Keterlambatan berbahasa dapat menjadi indikasi pertama bahwa terjadi retardasi mental pada anak, mempunyai gangguan spektrum autis, atau diperlakukan kurang baik. Bahasa memainkan peran penting dalam pengaturan perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batasbatas orang dewasa dan kemudian melalu ”percakapan pribadi” dimana anak mengulangi larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya, oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat temperamen yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain.1 Perkembangan bahasa prasekolah meletakkan dasar untuk keberhasilan berikutnya di sekolah. Kira-kira 35% anak di Amerika Serikat boleh masuk sekolah yang kurang dalam kemahiran bahasa yang merupakan prasyarat penambahan kemampuan membaca dan menulis. Meskipun sebagian besar anak belajar membaca dan menulis di sekolah dasar, dasar-dasar kemampuan untuk membaca dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah. Melalui pengulangan pemajanan awal pada kata-kata tulisan, anak-anak belajar tentang penggunaan penulisan ( menceritakan cerita atau mengirimkan pesan-pesan), dan mengenai bentuknya (kiri ke kanan atas ke bawah). Kesalahan awal dalam menulis, seperti kesalahan dalam berbicara, menunjukkan bahwa kemahiran membaca dan menulis merupakan suatu proses aktif yang melibatkan hipotesis generasi dan revisi.1 Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan anak-anak tentang katakata cetak, tetapi juga dalam perkembangan bahasa lisan. Perbendaharaan kata anak dan bahasa reseptif meningkat ketika orang tuanya membacakan secara konsisten untuk mereka. Membaca dengan keras bersama anak merupakan proses yang interaktif dimana orang tua secara berulangulang memfokuskan perhatian anak pada gambar-gambar khusus, bertanya pertanyaan, dan memberikan timbal balik kepada anak.1 2.4.4 Bermain Bermain melibatkan proses pembelajaran, aktifitas fisik, sosialisasi dengan teman sebayanya, dan berlatih peran orang dewasa. Bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas dan khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman umum seperti belanja dan meletakkan bayi di tempat tidur (usia 2 atau 3 tahun) ke skenario yang lebih luas mencakup kejadian tunggal seperti pergi ke kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3-4 tahun untuk menciptakan skenario yang telah hanya dibayangkan, seperti terbang ke bulan (usia 4-5 tahun). Pada usia 3 tahun, permainan kerja sama tampak pada permainan membangun balok bersamasama, kemudian menjadi aktivitas permainan yang lebih teratur, seperti bermain rumah-rumahan. Bermain juga makin menjadi lebih beraturan, dari aturan awal mengenai cara meminta (bukannya mengambil) dan membagi (usia 2 atau 3 tahun) sampai aturan-aturan yang berubah dari waktu ke waktu menurut keinginan para pemain (usia 4 dan 5 tahun) ke awal pengenalan aturan-aturan yang relatif tetap.1 Bermain juga membuat anak dapat memecahkan konflik dan kecemasan dan membuat jalan keluar yang kreatif. Anak-anak dapat melepaskan kemarahan dengan aman (menampar boneka), meniru kekuatan super (memainkan dinosaurus dan pahlawan super), dan mendapatkan hal-hal yang ditolak dalam dunia nyata (membuat percaya teman atau binatang kesayangan). Menggambar, mewarnai dan akitifitas artistik lain adalah bentuk permainan yang menunjukkan motivasi kreatif yang lebih jelas. Suara dan emosi yang timbul pada anak ketika menggambar mencerminkan masalah anak yang penting pada anak-anak.1 Ketidakmampuan untuk membedakan khayalan dan kenyataan membuat persepsi anak dari apa yang anak lihat pada media, melalu program atau iklan. Seperempat dari anak mempunyai televisi di dalam kamarnya dan menonton berjam-jam setiap minggu, dan sebagian besar yang anak-anak tonton ialah kekerasan. Sikap kekerasan dibentuk saat awal, dan pajanan kekerasan yang awal telah menunjukkan hubungan dengan gangguan perilaku kemudian.1 Arti bahasa sebagai suatu sasaran untuk penilaian dan intervensi tidak dapat ditaksir lebih karena peranan sentralnya sebagai indikator perkembangan kognitif dan emosi dan sebagai faktor kunci dalam pengaturan tingkah laku dan keberhasilan sekolah nantinya. Para orang tua dapat mendukung perkembangan emosi dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan pernyataan perasaan anak (”kamu tampak marah sekarang”) dan dengan mendesak anak untuk menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan bukannya melampiaskannya dengan melakukan sesuatu.1 Para orang tua harus mempunyai waktu yang teratur setiap hari untuk membaca dan melihat buku bersama-sama anak-anaknya. Program-program yang diberikan dokter anak melalui bukubuku bergambar bersama dengan pembinaan yang tepat selama kunjungan-kunjungan perawatan primer adalah efektif dalam membaca dengan keras, terutama keluarga yang berpenghasilan rendah. Televisi dan media yang serupa harus dibatasi 2 jam per hari dengan program yang baik, dan orang tua harus menonton programnya bersama anak dan melakukan tanyajawab dengan anak setelahnya.1 Pemikiran praoperasional memberi pengertian pengalaman sakit dan pengobatan anak. Anak mulai mengerti bahwa tubuh mempunyai bagian ”luar” dan ”dalam”. Anak harus dijelaskan dengan sederhana, penjelasan konkrit untuk prosedur pengobatan dan diberikan beberapa prosedur bila memungkinkan. Anak harus dijelaskan secara berulang bahwa mereka itu tidak dimarahi ketika diberi vaksin atau jarum suntik.1 Intensitas imaginasinya yang mengisi permainan dan pesonanya, pemikiran khas animisme kognisi praoperasional juga menimbulkan kekuatiran yang kuat. Lebih dari 80% orang tua melaporkan sekurang-kurangnya 1 kekhawatiran pada anak prasekolahnya. Tidak mau mandi atau duduk pada toilet dapat timbul dari ketakutan dimasukkan ke dalam air atau disiram, menggambarkan apresiasi imatur anak relatif besar. Upaya untuk memperagakan secara rasional bahwa tidak ada monster dalam kloset sering gagal, karena ketakutan timbul dari pemikiran yang prarasional. Meyakinkan bahwa orang tua akan menggunakan kekuatan ajaib untuk membuang monster dengan menggunakan ”semprotan monster” atau lampu malam. Orang tua sebaiknya menangani rasa takutnya dan memberikan anak rasa untuk mengontrol situasi. Gunakan alat gambar untuk menggambar orang, untuk menggambar orang yang dianggap baik bagi si anak, dapat membantu menjelaskan cara pandang anak.1 2.4.5 Perkembangan Emosi dan Moral Tantangan emosi dalam menghadapi anak prasekolah termasuk keterbatasan penerimaan sementara mempertahankan rasa pengawasan diri, menimbulkan keagresifan dan dorongan seksual, dan interaksi dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman semakin luas. Pada usia 2 tahun pembatasan tingkah laku terutama eksternal, pada usia 5 tahun, pengontrolanpengontrolan ini perlu dikendalikan jika anak harus berfungsi dalam kelas yang khusus. Keberhasilan dalam mencapai tujuan ini berdasarkan pada perkembangan emosi sebelumnya, khususnya kemampuan menggunakan bayangan internalisasi dari orang dewasa yang dipercayai untuk memberikan rasa aman pada saat stress. Anak perlu mempercayai diri sendiri terhadap dukungan orang dewasa untuk mengatasi masalah emosinya. Anak-anak belajar apakah tingkah laku dapat diterima dan beberapa kekuatan yang mereka punyai dalam menghadapi orang dewasa yang penting dalam menguji keterbatasan-keterbatasan. Uji bertambah ketika ia memperoleh sejumlah besar perhatian, walaupun perhatian tersebut sering negatif, dan ketika batas-batas tidak konsisten. Uji sering menimbulkan kemarahan orang tua atau kekhawatiran yang tidak pada tempatnya karena usaha anaknya untuk memisahkan, tantangan diberikan orang tua: biarkanlah (letting go). Keterbatasan yang terlalu ketat dapat melemahkan rasa inisiatif anaknya, sedangkan keterbatasan yang sangat longgar dapat menimbulkan kecemasan pada anak yang merasa bahwa tidak ada orang yang mengontrol.1 Anak pada usia ini dapat mengerti bahwa ada halangan untuk mencegah dia di sekitarnya dan dapat mengekspresikan perasaan, marah, dan frustasi tanpa memperlihatkannya. Pengawasan merupakan persoalan utama. Ketidakmampuan dalam mengatur aspek dunia luar, seperti apa yang harus dibeli atau kapan harus pergi, sering mengakibatkan kontrol interna, yaitu, watak pemarah. Takut, terlalu lelah, atau ketidaknyamanan fisik dapat juga menimbulkan kemarahan. Kemarahan biasanya muncul ke arah akhir usia 1 tahun dan puncaknya lazim pada usia antara 2 dan 4 tahun. Kemaraham yang lebih dari 15 menit atau muncul secara beraturan lebih dari 3 kali per hari mencerminkan adanya masalah mendasar kesehatan, emosi dan sosial.1,8 Anak-anak prasekolah biasanya mengalami perasaan sulit terhadap orang tuanya, cinta yang kuat dan kecemburuan serta kebencian dan ketakutan bahwa perasaan marah dapat menyebabkan pengabaian. Lingkaran emosi ini, kebanyakan di luar kemampuan anak untuk menganalisa atau mengekspresikan, sering menemukan ungkapan dalam suasana hati yang sangat labil. Penyelesaian ”krisis” ini (proses berlangsung selama bertahun-tahun) melibatkan keputusan anak yang tidak terucapkan untuk menyamai orang tua bukannya bersaing dengan mereka. Permainan dan bahasa memelihara perkembangan pengendalian emosi dengan memperbolehkan anak-anak mengekspresikan emosi dan memainkan peran.1 Rasa ingin tahu tentang alat kelamin dan organ seksual orang dewasa adalah normal sebagaimana masturbasi. Masturbasi yang mempunyai kualitas mendorong (kompulsif) atau yang mengganggu aktivitas normal anak, berpura-pura berhubungan seksual pada permainan boneka atau dengan anak-anak lain, kesopanan yang ekstrim, atau meniru tingkah laku gairah orang dewasa, semuanya memberi kesan kemungkinan penyiksaan seksual. Kesopanan muncul secara bertahap pada anatar usia 4-6 tahun, dengan banyak variasi tergantung budaya dan keluarga. Orang tua harus mengajarkan kepada anaknya tentang daerah ”pribadi” sebelum masuk sekolah. Pemikiran moral dibatasi oleh tingkat kognitif anak dan kemampuan bahasa, namun membangun jati diri anak secara terus-menerus dengan orang tuanya. Pada awal sebelum ulang tahun kedua, perasaan anak terhadap benar atau salah berpegang pada hasrat untuk mendapatkan persetujuan dari orang tuanya dan menghindari konsekuensi yang negatif. Perasaan hati anak dipengaruhi oleh pengaruh eksternal, anak belum dapat mengerti dalam diri mereka aturan sosial dan rasa keadilan. Setiap waktu, ketika anak diberikan nasehat dengan orang tuanya, kata-kata menggantikan perilaku yang agresif. Pada akhirnya, anak dapat menerima tanggung jawabnya sendiri. Perbuatan dapat terjadi disebabkan oleh kerugian, bukan karena suatu maksud. Respon empati kepada orang lain yang distress muncul selama tahun kedua kehidupan, namun kemampuan untuk memikirkan cara pandang anak lainnya masih terbatas. Pada anak 4 tahun akan mengakui pentingnya untuk mengambil giliran, namun akan komplain jika ia tidak mendapat waktu yang cukup. Aturan cenderung absolut, dengan rasa bersalah sebagai akibat dari perbuatan yang salah, tanpa mengabaikan suatu maksud.1 2.4.6 Keterlibatan Orang Tua Dan Dokter Anak Pentingnya anak prasekolah mengontrol perasaan terhadap tubuh dirinya dan sekitarnya mempunyai maksud di dalam segi praktis. Mempersiapkan anak tentang bagaimana proses pemeriksaan akan menenangkan hati anak. Katakan pada anak apa yang akan dilakukan, namun jangan meminta izin kecuali pemeriksa siap dengan jawaban ”tidak”.1 Pemeriksaan anak usia 4 atau 5 tahun harus menghibur, berdasarkan kemampuan anak untuk berkomunikasi, sebagaimana rasa ingin tahunya yang besar. Dokter harus menyadari bahwa setiap anak biasanya sulit untuk diperiksa. Bimbingan menegaskan harapan yang cukup untuk perkembangan perilaku dan emosi dan maksud normal orang tua merasa marah, bersalah, dan bingung merupakan bagian dari pemeriksaan pada usia ini. Memberikan anak berbagai pilihan (semua pilihan yang dapat diterima orang tua) dan mendorong kebebasan anak dalam aktivitas merawat tubuh (makan, memakai baju, mandi) dapat mengurangi konflik yang terjadi.1 Hukuman jasmani tidak tepat pada konteks keluarga zaman modern sekarang ini. Orang tua biasanya menyatakan bahwa mereka tidak suka menampar, dan banyak yang menyatakan hal ini tidak efektif. Saat anak mempunyai kebiasaan untuk ditampar, orang tua harus memukul lebih keras untuk mendapatkan respon yang cukup, ini dapat mengakibatkan cedera yang serius. Hukuman yang cukup keras mungkin dapat menghambat setiap tingkah laku tetapi dengan resiko psikologis yang besar. Anak-anak memperolok-olok hukuman badan yang mereka terima dan ini merupakan hal yang tidak jarang untuk anak-anak umur prasekolah memberontak kepada orang tuanya. Meskipun menampar merupakan hukuman yang keras, beberapa yang mempergunakan ini, untuk membuat perubahan perilaku, disiplin merupakan metode yang membuat anak mengontrol dalam dirinya untuk berperilaku. Cara disiplin alternatif harus ditawarkan, seperti ”hitung mundur”, dengan duduk di dalam ruangan, komunikasi aturan yang jelas, dan beberapa kali menyetujui anak.1 2.4.7 Nutrisi Pada Anak Pra Sekolah Anak-anak dan remaja dianjurkan untuk mengurangi lemak dan produk susu, namun tidak boleh dikurangi pada anak di bawah 2 tahun, karena susu merupakan sumber utama lemak, dan merupakan sumber energi utama pada anak usia di bawah 2 tahun. Banyak produk makanan mengandung lemak rendah yang tersedia, dan penggunaan makanan tersebut tergantung dari orang tua yang merawat anak usia toddler. Variasi makanan rendah lemak dianjurkan pada anak yang lebih tua, dan ini dianjurkan untuk asupan lemak jenuh dan total untuk usia 2 sampai 5 tahun.10 Pemberian nutrisi pada anak pra sekolah ialah dengan diet seimbang. Menyajikan makanan porsi sedikit supaya anak dapat meminta lagi, berikan anak makan saat makan keluarga sehingga anak mempunyai kesempatan untuk berbicara. Membatasi asupan produk gula dan garam, dan anak dapat diberikan makanan kudapan yang sehat diantara waktu makan (buah-buahan dan sayuran segar).14 Anak usia prasekolah harus memulai untuk mempunyai pola makan yang sehat, yang dapat mencegah perkembangan penyakit yang kronis ketika dewasa. Orang tua mempunyai peran utama dalam membentuk pola makan anaknya, dan pola makan anak biasanya meruapakan cerminan dari pola makan orang tuanya. Mengingatkan orang tua bahwa selera makan anaknya itu bersifat fluktuatif setiap harinya. Orang tua harus menyediakan makanan sehat yang bervariasi dan membiarkan anaknya untuk memutuskan makanannya. namun, anak tidak dapat memilih diet seimbang kecuali pilihan makanan bernutrisi yang ditawarkan pada mereka, makanan kudapan yang manis dan makanan kudapan tinggi kalori lainnya tanpa nilai nutrisi sebaiknya diberikan secara jarang.16 BAB III KESIMPULAN Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks yang akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita pula, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari. SUDAH COCOK ??? (note= gambar dan bagan sulit di upload jadi gak muncul, tapi difilenya ada) BUTUH DAFTAR PUSTAKANYA ?? Hubungi SMS SAJA 02291339839 (Jangan berpikiran macam2 dulu dok,he2.. Saya gak jualan kok. . . SMS aja dulu. . .)