BAB 1 PENDAHULUAN A. Kata Pengantar Banyak literatur dan tokoh yang membahas tentang ekonomi syariah atau ekonomi Islam, tetapi pada dasarnya mereka berpijak pada landasan yang yang sama yaitu bahwa ekonomi syariah adalah ekonomi yang berkeadilan, mendorong kegiatan investasi atau produksi daripada konsumsi, dan dilaksanakan oleh orang-orang yang amanah/jujur dengan berpegang teguh pada nilai-nilai moral. Ciri-ciri ekonomi syariah tersebut sebenarnya bersifat universal yang berlaku untuk dan diterima oleh siapa saja serta di mana saja karena Islam merupakan sistem nilai yang ditujukan bagi tercapainya kesejahteraan seluruh alam. Realitasnya, kita sebagai bangsa yang mayoritas beragama Islam tidak meyakini kebenaran nilai-nilai tersebut sehingga kita kurang melihat aplikasinya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalam kehidupan ekonomi dan sosial. Menggunakan produk keuangan, di jaman seperti ini rasanya sudah tidak mungkin dihindari. Adanya lembaga keuangan perbankan, selain sebagai digunakan untuk mempermudah transaksi juga dapat digunakan sebagai sarana investasi. Asuransi juga sekarang memiliki peran sebagai alat investasi berbarengan dengan fungsi utamanya untuk memberikan proteksi. Tidak puas dengan hanya investasi di perbankan dan asuransi, masyarakat juga mulai banyak melirik reksa dana sebagai alternatif yang memberikan hasil lebih baik. Secara singkat, produk keuangan sekarang bukan lagi suatu hal yang baru. Malah sudah menjadi suatu kebutuhan untuk hampir semua orang. Beberapa tahun ini istilah bank syariah sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia yang sebagian besar memeluk agama Islam. Kelahiran bank itu berawal dari keinginan melaksanakan transaksi perbankan yang sejalan dengan prinsip syariah, terutama bebas riba atau bunga. Adalah sebuah kenyataan bahwa perbankan syariah semakin unjuk gigi dan meneguhkan eksistensinya dalam percaturan ekonomi dewasa ini. 1 Bahkan perbankan syariah semakin menunjukkan performansi yang menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator, yaitu antara lain meningkatnya jumlah nasabah yang menitipkan dananya pada bank syariah, bertambahnya jumlah kantor cabang bank syariah yang berdampak pada peningkatan daya serap tenaga kerja yang dibutuhkan. Investasi di luar sektor perbankan seperti investasi di pasar modal, investasi yang aman secara duniawi belum tentu aman dari sisi akhiratnya. Maksudnya, investasi yang sangat menguntungkan sekalipun belum tentu aman kalau dilihat dari sisi syariah Islam. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah Islam dan tidak mengandung unsur riba. Untuk sistem perekonomian di Indonesia pada saat ini, berdasarkan UU Pasar Modal hanya meliputi beberapa hal, yaitu instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah, surat utang jangka panjang, baik berupa obligasi maupun surat utang jangka pendek yang tidak lazim diperdagangkan di antara lembaga keuangan syariah, yaitu termaasuk jual beli utang (ba’i ad-dayn) dengan segala kontroversinya. Dan berbicara masalah investasi, ada satu lagi produk investasi yang sudah menyesuaikan diri dengan aturan-aturan syariah yaitu Reksa Dana. Produk investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil. B. Rumusan Masalah Bagaimana tinjauan umum Reksadana Syariah? C. Tujuan Penulisan Memberikan pengetahuan secara komprehensif mengenai Reksadana Syariah 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Reksadana Syariah Ditinjau dari asal kata, reksa dana berasal dari kosa kata “reksa´yang artinya “mengelola” atau “ memelihara” dan “dana “ yang berati “uang”. Namun reksa dana tidak bisa di artikan “mengelola uang” menurut Undang-Un dang Nomor 8 tahun 1998 tentang pasar modal, reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam fortofolio efek oleh menejer investasi.1 Portofolio merupakan serangakaian kombinasi beberapa aktiva yang di investasikan dan di pegang oleh pemodal baik perorangan maupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva rill maupun finansial, ataupun keduannya. Seorang yang menginvestasikan dananya dipasar modal biasanya tidak hanya memilih satu saham saja alasannya dengan melakukan kombinasi saham, pemodal bisa meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil resiko melalui diservikasi tersebut Sunariyah (2009 : 94). Sedangkan reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara menejer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (Sahib 1 Taufik hidayat. Buku pintar investasi syariah. (jakarta: mediakita, 2011). Hlm. 92 3 al-mal/ rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil sahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil dengan pengguna investasi. Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari perusahaan yang pengelolaaanya atau produknya bertentangan dengan syariat Islam misalnya: pabrik minuman keras, industri pertenakan babi, jasa keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya dan bisnis yang mengandung maksiat. Reksadana syariah ada karena dalam reksa dana konvensional di anggap masih banyak terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah Islam, baik dari segi akad, pelaksanaan investasi, maupun dari pembagian keuntungan. Pada dasarnya reksa dana syariah sama dengan reksa dana konvensional yang lain yang bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat yang selanjutnya di kelola oleh menejer investasi untuk kemudian di investasikan pada instrumen-instrumen di pasar modal dan pasar uang2. Perbedaan mendasarnya yaitu hanya terletak pada pengelolaan dan prinsip kebijkan investasi yang di terapkan, yaitu kebijakan reksa dana yang di tterapkan reksa dana syariah adalah berbasis instrumen investasi dengan cara-cara pengelolaan ynag halal. Halal di sini bahwa yang mengeluarkan instrumen investasi tersebut tidak boleh melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip Islam. Misalnya tidak melakukan perbuatan riba, tidak berhubungan dengan miuman keras, produk ang mengandung babi, bisnis hiburan yang berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan sebagainya. Reksa dana merupakan salah satu bentuk muamalah atau aktifitas ekonomi masa kini. Melalui investasi reksadana, investor dapat diharapka dapat berinvestasi tenang dan mendapatkan hasil investasi yang halal sesuai prinsip syariah. 2 Ibid. Hlm. 100 4 B. Sifat Dan Bentuk Reksa Dana Bentuk hukum reksa dana menentukan sifat suatu reksa dana yang dapat dilakukan. Berdasarkan sifat operasionalnya, reksa dana dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : 1. Reksa dana tertutup Karakteristik dari reksa dana tertutup ini adalah menjual saham reksa dana kepada investor sampai batas jumlah modal dasar yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan. Apabila akan menjual saham melebihi modal dasar, maka harus terlebih dahulu mengubah atau meningkatkan jumlah modal dasar yang ditetapkan dalam anggran dasarnya. Disebut reksa dana tertutup karena reksa dana ini tertutup dalam hal jumlah saham yang dapat diterbitkan atau dalam hal menerima masuknya pemodal baru. Atatu dengan kata lain karena pemodal tidak dapat menjual kembali saham-saham yang telah dibeli kepada reksa dana yang bersangkutan tetapi melalui bursa efek dengan harga berdasrakan mekanisme pasar. NAB dalam reksa dana tertutup dicatat pada bursa efek, sehingga jual beli reksa dana dilakukan di bursa efek. NAB per saham dumumkan setiap sekali seminggu. 2. Reksa dana terbuka Reksa dana ini dapat menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor yang berminat membeli. Sebaliknya investor dapat menjual kembali unit penyertaannya kepada manajer investasi. Reksa dana terbuka ini bersedia membeli kembali unit penyertaan bila ada investor yang menjual unit penyertaannya sesuai dengan nilai aktiva bersih (NAB) pada saat itu. Oleh karena itu, disebut terbuka karena reksa dana ini memungkinkan dan membuka kesempatan bagi investor baru yang akan melakukan investasi setiap saat dengan membeli unit-unit penyertaan reksa dana. Demikian pula dalam hal investor yang ingin menarik kembali invetasinya, manajer investasi bersedia 5 membeli kembali unit penyertaan tersebut sesuai dengan NAB yang ditetapkan pada hari itu. NAB dalam reksa dana terbuka tidak dicatat pada bursa efek karena prinsipnya investor dapat menjual atau memlai langsung unit penyertaan pada reksa dana berdasarkan NAB. Sedangkan NAB per saham diumumkan setiap hari oleh bank kustodian. Sedangkan bentuk reksa dana ini dibagi : a. Reksa Dana Perseroan Reksa dana perseroan merupakan badan hukum tersendiri yang didirikan untuk melakukan kegiatan reksa dana. Reksa dana ini memiliki suatu anggaran dasar, pemegang saham, pengurus atau direksi, kekayaan sendiri dan kewajiban-kewajiban. Reksa dana ini bersifat tertutup. Pendirian reksa dana perseroan dilakukan dengan terlebih dahulu pendiri reksa dana mendirikan badan hukum perseroan (PT) yang didirikan khusus untuk melakukan usaha reksa dana. Reksa dana perseroan tersebut selanjutnya dapat melakukan penawaran umum kepada masyarakat setelah terlebih dahulu mendapatkan izin usaha dari Bapepam dan menyampaikan pernytaan pendaftaran kepada Bapepam setelah memperoleh izin tersebut. Efek yang dikeluarkan oleh reksa dana perseroan disebut saham. b. Reksa Dana KIK Reksa dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) ini pada prinsipnya bukanlah badan hukum tersendiri. Reksa dana melakukan kegiatannya berdasrakan kontrak yang dibuat oleh manajer investasi dan bank kustodian. Investor secara kolektif mempercayakan dananya kepada manajer investasi untuk dikelola. Dana yang terhimpun tersebut disimpan dan diadministrasikan pada bank kustodian. Selanjutnya kekayaan yang dikelola oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio adalah milik invstor secara bersamasama dan proporsional. Sebenarnya reksa dana KIK merupakan produk dari manajer investasi. Efek yang dikeluarkan reksa dana KIK disebut unit penyertaan (trust unit). Bentuk reksa dana KIK ini lebih sederhana. 6 Adapun berdasarkan konsentrasi portofolio reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis reksa dana, yaitu : a. Reksa dana pasar uang adalah reksa dana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. b. Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat uang. c. Reksa dana saham adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurangkurangnya 80% dalam efek bersifat ekuitas. d. Reksa dana campuran adalah reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat hutang yang perbandingannya tidak termasuk dalam kategori yang disebut pada butir b dan c di atas. C. Perbedaan Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional Kegiatan berinvestasi salah satunya dengan reksadana yang ada saat ini masih banyak mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syariah Islam. Reksadana konvensional masih dijumpai unsur-unsur yang dilarang dalam Islam dan tidak sesuai dengan syariat Islam, khususnya dalam ketidakjelasan mengenenai jenis kegiatan dan transaksi usaha apa yang akan didanai dan dikeluarkan oleh reksadana tersebut. Reksadana konvensional adalah reksa dana yang dapat dibeli atau dijual kembali oleh investor setiap saat tergantung tujuan investasi, jangka waktu dan profil risiko investor. Dalam pasar modal konvensional investor dapat membeli atau menjual saham secara langsung dengan menggunakan jasa broker atau pialang. Keadaan ini memungkinkan bagi para spekulan untuk mempermainkan harga, akibatnya perubahan harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar bukan karena nilai intrinsik saham itu sendiri. 7 Reksadana konvensional menggunakan metode perhitungan keuntungan antara pihak investor dengan manejer investasi adalah sah dan sesuai dengan ketentuan hukum Islam, karena dilaksanakan berdasarkan metode bagi hasil berupa bagi untung (profit sharing) ataupun bagi pendapatan (reveneue sharing). Namun yang masih menimbulkan keragu-raguan (gharar) adalah dalam hal penyalurannya kepada pengguna investasi digunakan untuk kegiatan usaha pengguna investasi yang bersifat halal maupun tidak halal, karena dalam syariah tidak menggunakan sistem yang tidak jelas (Ghofur, 2008). Reksadana syariah merupakan wadah yang digunakan oleh masyarakat untuk berinvestasi dengan mengacu pada syariat Islam, selain itu ciri tersendiri pada produk reksadana syariah, yakni adanya proses cleasing atau membersihkan pendapatan yang diperoleh dengan cara membayar zakat, bukan merupakan instrumen yang menghasilkan riba. Selain itu jika instrumen yang dibeli tersebut berupa saham, maka perusahaan yang akan dibeli adalah perusahaan yang tidak terkait dengan hal-hal seperti, alkohol, rokok, perjudian, pornografi dan hal-hal lainnya yang diharamkan dalam syariat Islam. Mekanisme operasional reksa dana syariah antara pemodal dan Manajer investasi adalah dengan Wakalah, yaitu akad pelimpahan perjanjian dimana pihak yang menyediakan dana memberikan kuasa kepada kepada pihak lain. sedangkan antara Manajer Investasi dengan pengguna investasi dengan sistem Mudharabah, yaitu perjanjian dimana pihak yang menyediakan dana berjanji kepada pengelola untuk menyerahkan modalnya dan pengelola berjanji mengelola modal tersebut. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses manajemen portofolio, screening (penyaringan), dan cleansing (pembersihan). Sementara reksadana konvensional tidak mementingkan hal-hal yang menjadi perhatian kalangan pelaku pasar reksadana syariah. 8 Secara teori reksadana syariah dan konvensional tidak ada perbedaan dalam kinerja nya, baik dalam return yang dihasilkan dan lain-lain, tetapi secara data berdasarkan krisis ekonomi terdapat perbedaan antaran reksadana syariah dan konvensional. Kinerja investasi pengelolaan portofolio Reksadana tercermin dari nilai aktiva bersih atau net asset value atau disingkat NAB. Baik tidaknya kinerja investasi portofolio yang dikelola oleh manajer investasi dipengaruhi oleh kebijakan dan strategi investasi yang dijalankan oleh manajer investasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk mengetahui perkembangan nilai investasi suatu reksadana dapat dilihat dari peningkatan nilai aktiva bersihnya yang sekaligus merupakan nilai investasi yang dimiliki investor. Untuk mengetahui return dan risiko mana yang paling baik yaitu dengan cara mengevaluasi kinerja reksadana. Evaluasi kinerja reksadana pada umumnya terdiri dari 2 metode yaitu metode perbandingan langsung dan metode perbandingan tidak langsung. Perbedaan pokok tentang reksadana konvensional dengan reksadana syariah terdapat pada screening process sebagai bagian dari proses alokasi aset. Reksadana syariah hanya diperbolehkan melakukan penempatan pada sahamsaham dan instrumen lain sesuai dengan syariat Islam. Perbedaan reksadana syariah ini berdampak pada alokasi dan komposisi asset dalam portofolionya. Reksadana syariah melakukan cleansing process yang bermaksud membersihkan dari pendapatan yang tidak halal dan tidak sesuai syariat Islam (Huda dan Nasution, 2008:117-127). Reksadana syariah disebut juga dengan Syariah Mutual Fund yang merupakan suatu lembaga intermediasi yang membantu surplus unit (investor) dalam melakukan penempatan dana yang selanjutnya di investasikan kembali (reinvestment) kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) sebagai tambahan modal kerja. Pembentukan reksadana syariah memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan keuntungan dari sumber, mekanisme investasi yang bersih , dan dapat dipertanggungjawabkan secara religus serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (Anshori, 2008:06). 9 Faktor-faktor yang mempengaruhi Reksadana adalah; Sertifikat bank Indonesia (SBI), Return Reksadana dan Risiko Reksadana, dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana. Ada beberapa hal yang membedakan antara reksadana konvensional dan reksadana syariah antara lain : a. Kelembagaan Lembaga keputusan tertinggi di syariah dalam hal keabsahan produk adalah Dewan Pengawas syariah (DPS) yang beranggotakan beberapa alim ulama dan ahli ekonomi syariah yang direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Proses kinerja dan transaksinya akan terus diikuti perkembangannya agar tidak keluar dari jalur syariah yang menjadi prinsip investasinya. 10 b. Hubungan investor dengan perusahaan Sistem bagi hasil mengenai keuntungan dan kerugian hubungan investor dengan perusahaan yang dimaksudkan disini adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak dengan sistem mudharabah. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Seandainya kerugian tersebut karena kecurangan atau kelalaian pengelola maka pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Dalam hal ini transaksi jual beli, saham-saham dalam reksadana syariah dapat diperjualbelikan. Saham-saham dalam reksadana syariah merupakan yang harta (mal) yang dibolehkan untuk diperjualbelikan dalam syariah, karena nilai saham tersebut jelas tidak adanya unsur penipuan (gharar) dalam transaksi. c. Kegiatan investasi reksadana syariah Berinvestasi dengan reksadana syariah dapat melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang ditentukan oleh Dewan Pengawas Syariah. Dalam kaitannya dengan saham-saham yang diperjual belikan dibursa saham, BEJ sudah mengeluarkan daftar perusahaan yang tercantum dalam bursa yang sesuai dengan syariah Islam atau saham-saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index (JII). Bertransaksi dengan reksadana syariah tidak diperbolehkan melakukan tindakan spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar seperti penawaran palsu dan tindakan spekulasi lainnya. . 11 D. Keuntungan Dan Resiko Investasi Melalui Reksadana Keuntungan dari investasi di reksa dana diantaranya adalah sebagai berikut a. Jumlah dana tidak perlu besar Dalam reksa dana memungkinkan investor yang bermodal kecil untuk ikut berinvestasi dalam portfolio yang dikelola secara professional. b. Akses untuk beragam investasi Melalui dana kolektif di reksa dana, investasi pada saham berkapitalisasi besar dan blue chip tetap dapat dilakukan. Juga sekuritas luar negeri dimungkinkan untuk dibeli melalui reksa dana ini. c. Diversifikasi Investasi Difersifikasi dalam bentuk portofolio akan menurunkan resiko. d. Kemudahan investasi Dalam reksa dana ini memiliki kemudahan investasi yang tercermin dari kemudahan pelayanan administrasi dalam pembelian maupun penjualan kembali unit penyertaan. e. Dikelola oleh Manajer Profesional Manajer investasi di sini adalah seorang yang sangat ahli dalam hal pengelolaan dana. Peran fund manajer sangat penting, mengingat pemodal individual pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu sehingga sulit untuk dapat melakukan riset mendalam secara langsung dalam menganalisis harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal f. Transparansi Informasi Dalam reksa dana diwajibkan memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan biayanya, secara berkala dan kontinyu, sehingga pemegang unit penyertaan dapat memantau keuntungan, biaya dan risikonya. Tujuan transparansi ini adalah supaya investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin. 12 g. Likuiditas Pemodal dapat mencairkan kembali saham/unit penyertaan setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing reksa dana, sehingga memudahkan investor untuk mengelola kasnya. Reksa dana wajib membeli kembali unit penyertaannya, sehingga sifatnya menjadi likuid. h. Biaya Rendah Karena reksa dana merupakan kumpulan dana dari banyak investor, maka sejalan dengan besarnya kemampuan melakukan investasi tersebut akan dihasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksinya lebih murah dibandingkan dengan apabila investor melakukan transaksi secara individual di bursa. i. Return yang kompetitif Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata reksa dana secara histories mempunyai kinerja yang lebih baik disbanding deposito. Disamping beberapa keuntungan yang diperoleh, investasi reksa dana juga mempunyai beberapa risikonya yang mungkin terjadi diantaranya : a. Risiko politik dan ekonomi Perubahan kebijakan ekonomi dan politik dapat dan sangat mempengaruhi kinerja bursa dan perusahaan sekaligus. b. Risiko Pasar Hal ini terjadi karena nilai sekoritas di pasar efek memang berfluktuasi sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum. c. Risiko Inflasi Pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksa dana bisa jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli. 13 d. Risiko nilai tukar Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio yang dimilki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas yang termasuk foreigh investment setelah dilakukan konversi dalam mata uang domestik. e. Risiko spesifik Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki. Di samping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko sendiri-sendiri. f. Risiko menurunnya nilai unit penyertaan Risiko ini diakibatkan karena kinerja yang buruk. g. Risiko likuiditas Penjualan kembali sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan management company dalam menyediakan kas untuk pembayaran tersebut secara cepat. 14 E. Proses Pengelolahaan Reksadana Syariah Sumber : Soremitra (2010) Gambar di atas menjelaskan proses pengelolahan reksadana syariah, pengawas syariah merupakan lembaga yang berwenang untuk mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum syariah dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi yang terjadi di lembaga keuangan syariah dan menyetujui efek-efek yang sesuai dengan prinsip syariah. Pedoman tersebut digunakan komite investasi untuk menyusun tujuan, kebijakan dan strategi investasi yang kemudian dilaksanakan oleh tim investasi dalam bentuk portofolio efek yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 15 F. Kinerja Reksadana Syariah Ada dua hal penting yang harus di pertimbangkan dalam mengukur kinerja reksa dana syariah , yaitu: 1. Tingkat hasil (rate of return) yang diperoleh sama atau lebih besar dari tingkat hasil portofolio (return portofolio) tertentu dengan resiko yang sama atau lebih kecil dari tingkat resiko pasar (market risk). 2. Melakukan diversifikasi sehingga dapat meminimalisirkan risiko yang tidak sistematis yang diukur dengan menghitung korelasi antara tingkat hasil reksa dana syariah dengan tingkat hasil portofolio pasar modal. 3. Kinerja reksadana syariah tidak selalu menjamin kinerja yang baik, tetapi reksadana syariah menjamin kinerja sesuai dengan prinsip syariah dan halal. Kinerja reksadana syariah tergantung pada bagaimana peranan manajer investasi untuk mengoperasikan sistem kinerjanya dan menjaga kreditbilitas. Baik dan buruk kinerja reksadana tersebut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan nilai aktiva bersih (NAB), apabila kinerjanya baik maka nilai aktiva bersih akan naik sehingga meningkatkan nilai investasi terhadap pemegang unit penyertaan. Sedangkan kinerja investasi tersebut buruk maka nilai aktiva bersih akan turun sehingga menurunkan nilai investasi yang dimiliki oleh investor. Secara karakter instrumen investasi reksadana syariah tidak jauh berbeda dengan reksadana konvensional. 16 G. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor: 20/Dsn-Mui/Iv/2001 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. 2. Portofolio Efek adalah kumpulan efek yang dimiliki secara bersama (kolektif) oleh para pemodal dalam Reksa Dana. 3. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah. 4. Emiten adalah perusahaan yang menerbitkan Efek untuk ditawarkan kepada publik. 5. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. 6. Reksa Dana Syari'ah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syari'ah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib almal/ Rabb al Mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. 7. Mudharabah/qirad adalah suatu akad atau sistem di mana seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh (dari hasil pengelolaan tersebut) dibagi antara kedua pihak, sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan kerugian ditanggung oleh shahib al-mal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib. 17 8. Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran Umum dengan tujuan agar pihak lain membeli Efek. 9. Bank Kustodian adalah pihak yang kegiatan usahanya adalah memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. BAB II MEKANISME KEGIATAN REKSA DANA SYARI'AH Pasal 2 1. Mekanisme operasional dalam Reksa Dana Syari'ah terdiri atas: a. antara pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan dengan sistem wakalah, dan b. antara Manajer Investasi dan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. 2. Karakteristik sistem mudarabah adalah: a. Pembagian keuntungan antara pemodal (sahib al-mal) yang diwakili oleh Manajer Investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer Investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal. b. Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan. c. Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya (gross negligence/tafrith). 18 BAB III HUBUNGAN, HAK, DAN KEWAJIBAN Pasal 3 Hubungan dan Hak Pemodal 1. Akad antara Pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan secara wakalah. 2. Dengan akad wakalah sebagaimana dimaksud ayat 1, pemodal memberikan mandat kepada Manajer Investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan Pemodal, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Prospektus. 3. Para pemodal secara kolektif mempunyai hak atas hasil investasi dalam Reksa Dana Syari'ah. 4. Pemodal menanggung risiko yang berkaitan dalam Reksa Dana Syari'ah. 5. Pemodal berhak untuk sewaktu-waktu menambah atau menarik kembali penyertaannya dalam Reksa Dana Syari'ah melalui Manajer Investasi. 6. Pemodal berhak atas bagi hasil investasi sampai saat ditariknya kembali penyertaan tersebut. 7. Pemodal yang telah memberikan dananya akan mendapatkan jaminan bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan diawasi oleh Bank Kustodian. 8. Pemodal akan mendapatkan bukti kepemilikan yang berupa Unit Penyertaan Reksa Dana Syariah. 19 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Produk-produk keuangan baru dikembangkan untuk menarik dana dari masyarakat. Salah satu produk yang tengah berkembang saat ini di Indonesia adalah reksadana. Reksadana adalah sebuah wadah dimana masyarakat dapat menginvestasikan dananya dan oleh pengelolanya (manajer investasi) dana itu diinvestasikan ke portfolio efek. Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta dalam pasar modal. Pemodal akan mendapati ‘telor’ investasinya tersebar dalam beberapa ‘keranjang’ yang berbeda, sehingga resikonya tersebar. Reksadana Syari’ah (Islamic Investment Fund) pada dasarnya adalah Islamisasi reksadana konvensional. Reksadana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shahibul mal) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi sebagai wakil shahibul mal menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam. Sebenarnya panduan bagi masyarkat muslim untuk berinvestasi pada produk ini sudah diberikan melalui fatwa DSN-MUI No.20 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Sayangnya produk investasi syariah yang lebih menguntungkan dari produk tabungan atau deposito perbankan syariah ini kurang tersosialisasi. Pemilik dana (investor) yang menginginkan investasi halal akan mengamanahkan dananya dengan akad wakalah kepada Manajer Investasi. Reksadana Syariah akan bertindak dalam aqad mudharabah sebagai Mudharib yang mengelola dana milik bersama dari para investor. Sebagai bukti penyertaan investor akan mendapat Unit Penyertaan dari Reksadana Syariah. Dana kumpulan Reksadana Syariah akan ditempatkan kembali ke dalam kegiatan Emiten (perusahaan lain) melalui pembelian Efek Syariah. Dalam hal ini 20 Reksadana Syariah berperan sebagai Mudharib dan Emiten berperan sebagai Mudharib. Oleh karena itu hubungan seperti ini bisa disebut sebagai ikatan Mudharabah Bertingkat. Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah reksadana syariah memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen investasi pada portfolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tidak melakukan riba atau membungakan uang. Saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan bukan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau penjualan minuman keras, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan sebagainya. Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan manajer investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki. Produk investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil. 21 DAFTAR PUSTAKA Samsul, Muhammad. 2010. Pasar Modal dan Manajemen portofolio.Jakarta. Erlangga Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Sunariyah. 2009. Portofolio dan Pasar Modal. Jakarta. Erlangga. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Kanisius. Yogyakarta. Utomo Ponco. 2010. Manajemen Portofolio dan Pasar Modal. Jakarta.Erlangga. Pramono, Eko Priyo. 2002. Reksa Dana. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hidayat, Taufik. 2011. Investasi Syariah. Media Kita. Jakarta. 22