Bahan Ajar TA 2014/2015 FILSAFAT HUKUM 2 SKS Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta 2015 BAHAN AJAR FILSAFAT HUKUM 2 SKS Oleh TEAM FH UTA’45 JAKARTA Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta 2015 POKOK BAHASAN FILSAFAT HUKUM • Pokok Bahasan 1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Filsafat Hukum 2. Pokok-pokok Bahasan Filsafat Hukum 3. Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum 4. Aliran-aliran Filsafat Hukum 5. Pengertian Dan Tujuan Hukum Secara Filosofis 6. Keadilan Dan Hukum Yang Benar Dan Adil 7. Filsafat Hukum Berdasarkan Pancasila 8. Etika Profesi Hukum 9. Kapita Selekta I 10. Kapita Selekta II REFERENSI Darji Darmodiharjo & Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1988. I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990. __________, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu?, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991. Buku-buku Penunjang : Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998. Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Kanisius, 1993. Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum, (Terj.) Muhammad radjab, Jakarta: Bhratara, 1996. FILSAFAT HUKUM Oleh: TEAM FH UTA’45 JAKARTA Pertemuan 1 FILSAFAT A. FAKTOR PENDORONG TIMBULNYA FILSAFAT 1. Keheranan Banyak filsuf yg menyatakan bahwa rasa heran manusia (bhs Yunani thaumasia sebagai pendorong timbulnya filsafat. Keheranan menyebabkan manusia berpikir untuk mendapatkan jawaban mengapa demikian. 2. Kesangsian Augustinus dan Rene Descartes menya-takan bahwa kesangsian merupakan sum-ber utama pemikiran. Manusia merasa heran, kemudian ragu-ragu dengan kemampuan inderanya. Di mana kepastian dapat ditemukan. Untuk itulah manusia kemudian berpikir secara mendalam dan komprehensif. 3. Kesadaran akan keterbatasan Manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama jika dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa dirinya memiliki kemampuan yang sangat terutama pada saat menghadapi penderitaan. Dengan kesadaran akan keterbatasannya, manusia mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas. 4.Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan isinya Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Kekaguman tsb. kemudian mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta itu sebenarnya apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupnya. • B. PENGERTIAN FILSAFAT 1. Tinjauan Secara Etimologis PHILO PHILOSOPHIA SOPHIA PHILOSOPHY Lanjutan …. • • • • • PHILO : love PHILEIN : to love SOPHIA : wisdom PHILOSOPHIA : love of wisdom PHILOSOPHY : cinta akan kebijaksaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Lanjutan …. Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia (wisdom). Jadi secara etimologis filsafat artinya cinta atau gemar akan kebajikan (love of wisdom). Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguhsungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya. 2. Definisi Filsafat Menurut Immanuel Kant Filsafat merupakan pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. Lanjutan …. Menurut N. Driyarkara Filsafat adalah permenungan yg sedalamdalamnya tentang sebab-sebab “ada” dan “berbuat” permenungan tentang kenyataan yg sedalam-dalamnya, sampai “mengapa” yang “penghabisan”. 3. Esensi Pengertian Filsafat 1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. 2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata. 3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber daya, hakikatnya, keabsahan-nya, dan nilainya. 4. Pemikiran kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan. C. CIRI-CIRI FILSAFAT 1. Komprehensif/Menyeluruh : Pemikiran filsafat merupakan pemikiran yg luas, tak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang saja. 2. Mendasar/radikal : Pemikiran filsafat merupakan pemikiran yg dalam sampai pada hasil yg fundamental atau esensial. 3. Konseptual: Berpikir filsafat adalah berpikir melampau batas pengalaman hidup sehari-hari Lanjutan …. 4. Koheren dan konsisten : Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis dan konsisten artinya tak mengandung kontradiksi. 5. Bebas : Berpikir filsafat adalah berpikir secara bebas, bebas dari prasangka sosial, kepentingan politik, dst. D. OBJEK FILSAFAT 1. Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi : ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan (Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6). 2. Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada (Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6). E. PERANAN FILSAFAT SEBAGAI PENDOBRAK FILSAFAT SEBAGAI PEMBEBAS SEBAGAI PEMBIMBING 1. FILSAFAT SBG. PENDOBRAK Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjera tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara tersebut, manusia terlena dalam alam mistik (gaib) yang penuh sesak dgn hal-hal yang serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi. Meski pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang. 2. FILSAFAT SBG. PEMBEBAS Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi yang penuh dgn mitos, tetapi juga membawa manusia keluar dari kekangan tsb. Filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir mistis . Filsafat membebaskan manusia dari ketidak tahuan dan kebodohannya. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak kritis, yang membuat manusia mudah menerima kebenaran semu yang menyesatkan. 3. FILSAFAT SBG. PEMBIMBING Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir mistis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan mendalam. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tak teratur dan tak jernih dan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. F. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT 1. IDEALISME Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa, ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu. Lanjutan …. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Lanjutan …. 2. MATERIALISME Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat. Lanjutan …. 3. DUALISME Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu mencipta-kan kehidupan dalam alam. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia. Lanjutan …. 4. EMPIRISME Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme dipahami sbg pandangan yg memandang pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Lanjutan …. 5. RASIONALISME Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain rasio, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Lanjutan …. 6. FENOMENALISME Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, "a way of looking at things". G. CABANG-CABANG FILSAFAT 1. 2. 3. 4. 5. METAFISIKA (filsafat tentang hal ada) LOGIKA (filsafat tentang berpikir) ETIKA (filsafat tentang pertimbangan moral) ESTETIKA (filsafat tentang keindahan) EPISTEMOLOGI (filsafat tentang pengetahuan): 1) FILSAFAT ILMU 2) FILSAFAT PENDIDIKAN 3) FILSAFAT SEJARAH 4) FILSAFAT MATEMATIKA 5) FILSAFAT POLITIK PERTEMUAN II PENGERTIAN FILSAFAT dan SEJARAH FILSAFAT Arti secara Etimologis • • • • Berdasar asal katanya, kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani PHILOSOPHYA. Kata ini merupakan gabungan dari dua kelompok akar kata. • Kelompok akar kata pertama adalah kata Philein dan sophos. Philein berarti cinta dan sophos berarti kebijaksanaan. Cinta bukan sbg noun, bukan sbg adjective, tetapi cinta = verb Verb ? kerja manusia untuk mengerjasamakan ketiga unsur dlm jiwanya bijaksana Kelompok akar kata kedua adalah kata phylo dan sophya. Phylo = sahabat, dan sophya = kebijaksanaan. Maksud : Manusia harus dapat berperan sbg sahabat kebijaksanaan dalam kondisi apapun juga. Arti filsafat secara historis • Filsafat sebagai mother of scientiaum - perlu diingat sejarah awal lahirnya filsafat sampai berkembangnya faham Positivisme • Filsafat sebagai interdisipliner ilmu -perlu diingat berbagai fenomena dalam perkembangan ilmu (arogansi ilmiah,vak idiot,persoalan humanistik) Arti secara terminologis • Filsafat sebagai PANDANGAN HIDUP (FALSAFAH), merupakan hasil pensikapan manusia thd alam sekitarnya, kebenarannya masih bersifat subjektif, baik individual maupun kolektif. • Filsafat sbg ILMU (FILSAFAT), yang memenuhi syarat ilmu : 1. Berobjek; 2. Bermetode; 3. Bersistem; dan 4. universal FILSAFAT SEBAGAI ILMU – Berobjek Objek material = segala sst yang ada , Objek Formal = dari segi hakikat – Bermetode Analisis Abstraksi – Bersistem adanya kesatuan dari unsur ontologi, epistemologi, dan aksiologi – Universal kebenaran hasil pemikirannya dpt diterima dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja, minimal bagi kelompok ilmuwan yg sama. CIRI DAN PRINSIP BERFILSAFAT • CIRI-CIRI BERFIKIR FILOSOFIS – – – – • Radikal mendasar, mendalam Integral kesatuan unsur-unsur intrinsic Komphrehensif kesatuan dg unsur-unsur lain yg relevan menyeluruh Sistematik bertahap & bertanggungjawab PRINSIP-PRINSIP BERFIKIR FILOSOFIS – – – – – Principium Identitatis A = A Principium Contradictionis A >< B Principium Exclusi tertii A=A / A=B Principium Sufficient Reason If A=B harus ada alasan cukup Principium Exemplaris Ada example, contoh/bukti nyata. PENGERTIAN HUKUM Menurut Von Savigny = Hukum tidak dibuat, tetapi hukum ada / lahir dan lenyap bersama-sama masyarakat. Pengertian ini hanya dapat diberlakukan untuk hukum kebiasaan / hukum tidak tertulis lahir pengertian hukum tidak tertulis Menurut Roscoe Pound = hukum is a tool for sosial engineering hukum hanya dapat diaplikasikan / berfungsi apabila masyarakat tidak berlangsung seperti yang diidealkan pengertian ini biasanya berupa hukum tertulis / hukum formal Pengertian hukum secara umum Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yg mengatur keseluruhan kegiatan manusia yang disertai dengan sanksi dan bersifat imperatif. Imperatif : Imp.hipotetis dan imp.kategoris PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM – ARTI FILSAFAT HUKUM a. Menurut Van Apeldoorn Fil.Hukum adl ilmu yg menjawab pertanyaan apakah hukum itu ? Ilmu hukum tidak dapat memberi jawaban yg memuaskan, krn jawabannya sebatas ada fenomenanya, gejala. melahirkan hukum yg bersifat formalistic belaka b. Menurut Utrecht Filsafat hukum merupakan ilmu yg menjawab pertanyaan apakah hukum itu, apa sebab orang mentaati hukum, keadilan manakah yg dpt dijadikan sbg ukuran baik-buruknya hukum. c. Secara Umum Filsafat Hukum is ilmu yg mempelajari asas / pendirian yg paling mendasar tentang hukum ilmu yg mempelajari hakikat terdalam dari hukum ilmu yang mencari / menemukan “ruh”-nya hukum . PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ADANYA FILSAFAT HUKUM – – – – Adanya kebimbangan tentang kebenaran dan keadilan dr hukum yg berlaku, dan adanya ketidakpuasan terhadap aturan hukum yg berlaku, krn tidak sesuai dg keadaan masy. Yg diatur hukum tsb. Adanya kesangsian terhadap nilai peraturan hukum yg berlaku Adanya aliran yg berpendapat bahwa satu-satunya sumber hukum adalah hukum positif (hukum yg berlaku saat itu) Adanya pendirian bahwa hukum adalah suatu gejala masyarakat yang harus meladeni kepentingan masyarakat, shg landasan hukum adalah penghidupan sendiri. lanjutan 3. TUJUAN FILSAFAT HUKUM • Menjelaskan nilai-nilai dan dasar-dasar hukum sampai pada dasar filosofisnya ditemukan hakikat, esensi, substansi, ruhnya hukum shg hukum mampu hidup dalammasyarakat, (kejujuran,kemanusiaan,keadilan,equity) lanjutan 4. FUNGSI DAN PERAN FILSAFAT HUKUM – Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya hukum dalam hidup bersama – Menumbuhkan ketaatan pada hukum – Menemukan ruhnya hukum – Menghidupkan hukum dalam masyarakat – Memacu penemuan hukum baru lanjutan 8. KAJIAN FILOSOFIS TERHADAP HUKUM • Agar ruh-nya hukum dapat ditemukan maka hukum harus dikaji dengan menerapkan ciri-ciri berfikir filosofis, dan dalam menyelesaikan setiap persoalan hukum dengan menggunakan prinsip-prinsip berfikir filosofis. • MAHASISWA LATIHAN ! - diskusi kelompok penerapan ciri berfikir filosofis dlm penyelesaian masalah hukum - mencari dua masalah hukum yang sejenis dari surat kabar (media masa), kemudian dianalisis dengan menerapkan prinsip berfikir filosofis. lanjutan 5. TERBENTUKNYA HUKUM Menurut Glastra van Loon, terbentuknya hukum dikelompokkan dalam tiga kategori : a. Menurut Aliran Legisme (abad 15-19) • Terbentuknya hukum melalui pembuatan undang-undang, shg hukum identik dg undang-undang. • Undang-undang merupakan satu-satunya sumber hukum, shg kebiasaan dan hukum adat bukan peraturan hukum, kecuali apabila undangundang menentukannya. • Pembentukan hukum di luar uu dianggap tidak dapat menjamin kepastian hukum, shg dianggap bukan sbg hukum. • Tokoh ; Paul Laband, Jellinek, Hans Nawiasky, Hans Kelsen, John Austin lanjutan b. Menurut Freirechtslehre (abad 19-20) • Terbentuknya hukum hanya di dalam lingkungan peradilan, dan dilakukan di peradilan peranan hakim sangat dominan, hakim sbg pembentuk hukum. • Undang-undang dan kebiasaan bukan sumber hukum, tetapi hanya sbg sarana pembantu hakim dalam upaya untuk menemukan hukum pada kasus yg konkrit. lanjutan c. Menurut Heersende Leer (abad 20) • Hukum terbentuk melalui berbagai cara: – Lewat pembentukan UU – Dengan interpretasi UU – Penjabaran dan penyempurnaan UU oleh hakim – Melalui pergaulan hidup – Lewat kasasi. lanjutan 6. Sumber Hukum : sesuatu yg dapat menimbulkan hukum • Sumber Hukum : • SH Ideal, yg meliputi Common Law dan Authoritarian Law • SH Faktual, meliputi; Authoritarian law, common law, Jurisprudenci, traktat, doktrin. lanjutan • Pendapat lain ttg sumber hukum: – Sumber Hukum Material, sumber hukum yg menentukan isi kaidah hukum – Sumber Hukum Formal,sumber hukum yg menentukan bentuk kaidah hukum. Materi hukum butuh suatu form agar menjadi kaidah hukum yg berlaku secara umum, mengikat dan ditaati. Bentuknya antara lain;UU, kebiasaan,adat,traktat lanjutan 7. BENTUK HUKUM : • Menurut J.F Glastra van Loon, ada 4 bentuk hukum : • hukum tak tertulis • hukum tercatat • hukum tertulis • hukum yg terkodifikasi SISTEM FILSAFAT HUKUM 1. 0ntologi hukum Sebagai hasil penerapan ciri berfikir filosofis radikal. Hal yang dibahas didalamnya adalah : - Objek kajian ilmu hukum, termasuk objek kajian sesungguhnya - Asumsi dasar ilmu hukum Objek yang dikaji ilmu hukum : produk-produk hukum, asas hukum,sumber hukum,sistem hukum,subjek hukum. lanjutan • Dalam objek hukum tersebut tidak akan ada berbagai masalah apabila di dlmnya sudah ada kesadaran hukum. Jadi objek sesungguhnya ilmu hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. • Berbagai objek ilmu hukum tersebut agar berkembang perlu kajian, kajian tersebut biasanya diawali dengan meragukan kebenaran asumsi dasarnya . Asumsi dasar dapat dipahami sebagai asas-asas hukum. Misal : Asas praduga tak bersalah. Pengertian dr asas ini adl jika seseorang belum terbukti bersalah tidak dapat diperlakukan sbg tersangka. Tingkat pemahaman dan perwujudan asas ini masih membutuhkan kajian, tidak boleh diterima begitu saja. Kajian yg dilakukan akan mengembangkan ilmu kita. 2. Dimensi Epistemologi • Dimensi epistemologi ada sebagai konsekuensi penerapan ciri berfikir filosofis ,integral.Setelah ditemukan berbagai faktor / sebab dr suatu persoalan, maka kemudian dpt ditentukan sumber persoalan,metode mengatasinya, ukuran kebenaran hasil pemikirannya / solusinya. • Jd dimensi epistemologi ilmu hukum membahas ttg sumber hukum, metodenya ilmu hukum, baik metode menemukan maupun metode analisisnya,dan ukuran kebenaran produkproduk hukum. 1. Sumber hukum is sst yg dpt menimbulkan hukum. Terdapat bbrp pendapat ttg sumber hukum, sbb: - Glastra Van Loon : s.h is keputusan-keputusan pemerintah,jurisprudensi,kebiasaan. Lanjutan Utrecht, s.h ditentukan dr aspek sejarah, sosiologi, antropologi, dan filsafat. - Muchsan : s.h material dan s.h formal, yg pertama menentukan isi kaidah hukum,yg kedua menentukan bentuk kaidah hukum - scr substansial : s.h ideal dan s.h faktual.yg pertama berupa cita-cita,nilai, yang dpt berasal dr masyarakat dan penguasa. Yg kedua berupa ketentuan-ketentuan konkrit untuk mewujudkan cita-cita tadi. 2. Metode perumusan hukum Metode yang diambil biasanya disesuaikan dg sumber kajian / objeknya. Sumber materi hukum yang ideal adl hasil konfirmasi/ dialog antara rakyat dengan penguasa. - Lanjutan Metode yang sesuai dengan sumber / objek kajian spt tsb menurut Mudzakkir adalah metode interpretasi. Dalam pelaksanaannya metode ini akan mempertimbangkan empat aspek, yaitu aspek ideal (ke atas), aspek kontekstual (ke bawah), aspek historis ( ke belakang), dan aspek teleologis (ke depan). Konsekuensinya setiap produk apapun pada saat perumusannya harus dipertimbangkan dengan cita-cita negara, cita-cita rakyat, latar belakang sejarah, dan tujuan bersama yg bersifat progresif. Proses perumusan hukum tidak boleh tergesa-gesa, gegabah. Lanjutan • Metode Pengumpulan data : Studi pustaka,wawancara,angket,observasi,angket,studi dokumen,interview • Metode Analisis data :Analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Yang banyak dipakai adalah analisis kualitatif. Jenis analisis kualitatif, a.l : deskriptif yuridis, sosiologis,filosofis,historis, dan kualitatif komparatif • Metode penemuan hukum : Interpretasi (interpretasi gramatikal, sistematis,historis, teleologis / sosiologis, komparatif, futuristis), Analogi, a contrario, penyempitan hukum, eksposisi. lanjutan 3. Ukuran kebenaran produk hukum Ada empat teori kebenaran (dlm filsafat) : a. Teori kebenaran koherensi tdk boleh ada contradictio interminis b. Teori kebenaran korespondensi sesuai fakta dlm masy. c. Teori kebenaran pragmatis manfaat bg masy d. Teori kebenaran perfomatis merubah masy (cara berfikir, sikap,perilaku,motivasi) 3. Dimensi Aksiologi Dimensi aksiologi diakibatkan dr penerapan ciri berfikir komprehensif dan sistematik. Apabila telah dihasilkan produk-produk hukum yang sudah terukur tingkat kebenarannya, maka dapat diterapkan dan dikembangkan dengan tetap mempertimbangkan berbagai nilai yg melingkupinya, yaitu nilai yuridis,etis,estetis, religius. Konsekuensinya, setiap produk hukum akan dapat mengangkat harkat martabat manusia dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat (sesuai dengan visi dan misi diciptakan dan dikembangkannya ilmu) PERTEMUAN KE 3 SEJARAH PEMIKIRAN TTG HUKUM I. Masa Yunani - Romawi • Filsof-filsof I (Anaximander,Heraklitos,Permenides) ; Hukum tidak terbatas pada masyarakat manusia, tetapi juga untuk semesta alam, shg antara hukum alam dan hukum positif menjadi satu, sbg bagian dari hukum Ilahi • Kaum Sofis • Negara disebut dengan Polis, dan pada abad V SM polis sudah demokratis; sudah bukan polis yg res patricia, ttp polis yang res publica. Saat itu sudah ada aturan hukum yg jelas (UU), dan warga ikut aktif dlm pembuatan UU, shg baik dan adil hukum berdasar pada keputusan manusia, bukan pada aturan alam, shg tidak ada kebenaran objektif, yg berakibat pada suatu anggapan manusia sbg ukuran segala-galanya kesewenang-wenangan anarkhi nihilisme. • Keadaan tersebut melahirkan pemikiran bagi para filsof, antara lain: lanjutan 1. Socrates • Kebenaran objektif dilakukan dg peningkatan pengetahuan mll pendidikan, shg tugas utama negara adalah mendidik warga negara dlm keutamaan (arête). Arete is taat pada hukum negara, yg didasarkan pd pengetahuan intuitif ttg yang baik dan benar (ada dlm setiap manusia), disebut theoria. Cara : Refleksi atas diri sendiri, Gnooti Seauton. lanjutan 2. Plato - Karya (ttg negara) : Politeia dan Nomoi - Ajaran : A. Dualisme, ada dunia ide, eidos, dan dunia fenomen, shg negara juga ada negara ideal, dan negara fenomen. Dalam negara ideal segalanya sangat teratur secara adil. Bagaimana dapat teratur? dikaji dari keteraturan jiwa, yaitu ketiga unsur jiwa (akal,rasa,karsa) akan memiliki keteraturan apabila ada kesatuan harmonis apabila perasaan dan nafsu dikendalikan dan ditundukkan oleh akal Keadilan : terletak pada batas seimbang antara ketiga bagian jiwa aplikasi: negara harus diatur scr seimbang sesuai dg bagian-bagiannya keadilan. Bagian-bagian negara menurut Plato: a.kelas orang-orang yg memiliki kebijaksanaan b.kelas orang yg memiliki keberanian kelas tentara c.kelas orang yg memiliki pengendalian diri • Adil, if setiap golongan berbuat sesuai dg tempat dan fungsinya (tugasnya). Lanjutan Plato B.Kitab UU didahului dg preambul (motif dan tujuan metaati UU) w n taat tidak karena takut, tetapi karena insaf akan kegunaan UU tsb. Menurut Plato if ada pelanggaran disebabkan karena kekurangtahuan tentang keutamaan hidup, shg diperlukan pendidikan, pendidikan ini antara lain berupa hukuman, shg hukuman bertujuan untuk memperbaiki sikap moral si pelanggar, jika tidak dpt diperbaiki moralnya, lebih baik dibunuh. lanjutan 3. Aristoteles Karya : Politika (8 jilid) Pemikiran : pemisahan antara hukum alam dan hukum positif muncul masalah ketaatan. Ketaatan cenderung imp. Hipotetis bukan imp.kategoris. JAMAN ROMAWI • Ajaran Stoa sangat berpengaruh . • Hubungan manusia dengan diri sendiri dan dg logos. Hubungan dg logos ini melalui hukum universal (lex universalis), terdapat pd segala yg ada, shg disebut pula lex aeterna (hukum abadi) menjelma ke alam Lex naturalis, sbg dasar bagi hukum positif. • Keutamaan seseorang adalah taatnya pada hukum alam bukan pada hukum positif, UU ditaati if sesuai dg hukum alam. • Yg penting dlm perkembangan hukum jaman ini adalah timbulnya ius gentium. Alur piker ; Budi ilahi hukum alam berlaku di mana-mana bagi semua orang bersifat abadi berlaku bagi semua bangsa ditampung dlm hukum positif negara mjd hukum bangsa-bangsa. Jadi hukum bangsa-bangsa adalah hukum alam yg menjelma mjd hukum positif semua bangsa, jadi bukan hukum bangsa-bangsa dlm arti modern yg mengatur hubungan antar bangsa. MASA ABAD PERTENGAHAN » » » Filsafat hukum tidak mengalami perkembangan, agama Kristen maju pesat Terjadi peralihan Pemikiran-pemikiran filsafat ( termasuk fil.hukum) dipengaruhi agama Kristen, shg bercorak religius zaman Skolastik pemikiran, dari Yunani ke Kristiani » Tokoh : 1.Augustinus : Allah pencipta segalanya hukum abadi (lex aeterna) dlm jiwa manusia disebut hukum alam (lex naturalis) LANJUTAN 2. Thomas Aquinas • Kebenaran wahyu mjd pedoman bagi kebenaran dari akal budi keduanya diakui ada • Hukum : a.dari wahyu : hukum ilahi positif (ius divinum positivum ) b.dari akal budi manusia - ius naturale (primer dan sekunder) - ius gentium - ius positivum humanus c. keadilan: sesuatu yg sepatutnya bagi orang lain menurut kesamaan proporsional - iustitia distributive - iustitia commutative - iustitia legalis MASA RENAISSANCE DAN MODERN • Terjadi perubahan pola dasar pemikiran manusia, dr terbelenggu mjd bebas berfikir segala aspek kehidupan manusia mengalami perkembangan pesat (adanya ilmuilmu cabang, penemuan daerah baru negara baru) • Hal tsb juga berpengaruh pd pemikiran hukum : rasio manusia yg berdiri sendiri sbg satu-satunya sumber hukum. Dalam konstruksi hukum ,logika manusia merupakan unsur penting. • Tokoh-tokoh yang berpengaruh diantaranya adalah :; Lanjutan abad modern 1. Machiavelli Il-Principle (Sang Raja) Naturalisme belaka : raja mempertahankan kekuasaan dg kekerasan, moral dan hukum hrs sesuai dg tuntutan politik absolut. 2. Locke • ada tiga kekuasaan : legislative, eksekutif, federatif • Negara hukum, negara mjd neg. hukum if prinsipprinsip dari hukum privat dan hukumpublik diwujudkan utk mengatasi kesewenangwenangan. lanjutan 3. Voltaire • Feodalisme : bangsawan dan rakyat kedudukannya dibedakan sekali ketidakadilan muncul slogan :Liberte, egalite, fraternite 4. Montesquieu, antara hukum alam dan situasi konkrit bangsa erat hubungannya. • Hukum alam , berlaku utk manusia sbg manusia perealisasian dlm bentuk hukum dan negara tergantung dr situasi, histories, psikis, cultural suatu bangsa shg UU berbeda-beda • Tiga bentuk negara: monarchi, republik, despotisme • Trias politica : legislative, eksekutif, federatif, yudikatif ….lanjutan • Rousseau • Contract Social: kebebasan asli dpt dipertahankan if setiap orang dan harta bendanya menyerahkan diri pada masyarakat. Sesudah kontrak, manusia bebas lagi, sebab apa yg telah diserahkan tadi akan dikembalikan kpd orang-orang utk perkembangan masing-masing. Dengan kontrak sosial manusia mendapat pengesahan dari hakhaknya sbg manusia, baik scr moral, yuridis. Kolektivitas akan menjamin kesatuan yg sempurna antar orang sederajat – – – – – – – – » Perbedaan sebelum dan sesudah kontrak banyak jadi satu individu-individu badan politik kebebasan dan kekuasan asli kebebasan sipil penyitaan barang dg kekerasan milik menurut hukum kehendak semua orang kehendak umum kepentingan individu kep.umum nafsu kebebasan moral ketidaksamaan kesamaan MASA MODERN • Fil.Hukum bukan lagi produk filsof, tetapi sbg produk para ahli hukum, sebab pada saat ahli hukum sampai pada dasar-dasar persoalan, spekulasi terdalam pasti akan kembali ke filsafat (hukum). PERTEMUAN KE 4 dan 5 ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM 1.ALIRAN HUKUM ALAM Prinsip : Hukum itu berlaku scr universal dan bersifat pribadi Jenis: a.Hukum alam yg bersumber dr tuhan b.Hukum alam yg bersumber dr rasio manusia Tokoh : Thomas Aquinas, menurutnya hukum ada 4, yaitu : b.1. Lex aeterna: ratio tuhan, bukan indra manusia b.2. Lex divina: bagian ratio tuhan = indra manusia b.3. Lex naturalis; penjelmaan lex aeterna dlm ratio manusia b.4. Lex positivis: hukum yg berlaku, yg merupakan pelaksanaan hukum alam,disesuaikan dengan keadaan dunia lanjutan 2. ALIRAN HUKUM POSITIF • Didasari oleh pemikiran hukum legisme • Tokoh : a. John Austin , hukum adalah perintah dr penguasa untuk mengatur makhluk berfikir hukum merupakan system yg logis, tetap, tertutup. Hukum terpisah dari keadaan dan pertimbangan nilai-nilai moral. Menurutnya hukum dibagi mjd : 1. Hukum yg dicipta tuhan 2. Hukum dr manusia : hukum yg sesungguhnya dan hukum yg semu – Hukum yg sesungguhnya terdiri dr hukum yg dibuat penguasa (UU0, dan hukum yg dibuat pribadi w.n utk mengatur hak-haknya. Sedangkan hukum yg semu hanya mengikat bagi yg berkepentingan. – Hukum yg sesungguhnya terdr dr 4 unsur : adanya perintah, adanya sanksi, adanya kewajiban, adanya kedaulatan. lanjutan b. Hans Kelsen • Ajaran Hukum Murni, hukum harus dibersihkan dari unsure-unsur yg tdk yuridis (etis, sosiologis, politis) . • Jadi menolak berlakunya huku alam dan eksistensi hukum kebiasaan. • Ajaran Stufen-theorie, system hukum merupakan suatu hierarkhi hukum, suatu ketentuan hukum bersumber dr ketentuan hukum lain yg lebih tinggi. lanjutan 3. ALIRAN MAZHAB SEJARAH • • Tokoh : Von Savigny , Hukum itu tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Dasar pemikiran : bangsa jiwa rakyat perbedaan kebudayaan dan hukum yg berlaku, shg tidak ada hukum yg universal. Isi hukum ditentukan oleh pergaulan bangsa yg bersangkutan dari masa ke masa, shg hukum merupakan hasil perjalanan sejarah suatu bangsa. lanjutan • • • 4. ALIRAN SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE Sintesa dr aliran hukum positif dan mazhab sejarah. Hanya hukum yg sanggup menghadapi ujian akal akan bertahan hidup. Unsur kekal dr hukum adalah pernyataan akal yg berdasar pengalaman dan diuji oleh pengalaman juga. Pengalaman dikembangkan oleh akal, akal diuji oleh pengalaman. Shg hukum is pengalaman yg diatur dan dikembangkan oleh akal, kemudian diumumkan dg wibawa oleh badan pebentuk UU dlm masy.yg berorganisasi politik dan dibantu oleh kekuasaan masy. Inti ajarannya : Living law in live. lanjutan • ALIRAN PRAGMATIC LEGAL REALISM • Tokoh :John Chipman Gray, Karl Leewelly • Inti ajaran ; Agar hukum (UU) bermanfaat betul bagi masyarakat, maka dalam pembuatannya harus memperhatikan logika, kepribadian, politik, prasangka, dan ekonomi. Sepanjang sejarah hukum mulai dari zaman yunani atau romawi hingga dewasa ini kita dihadapkan dengan berbagai teori hukum. Dari hasil kajian antropologi sendiri telah terbuktibahwa hukum berkembang dalam masyarakat, ³Ibi ius ibi societas´ dimana ada masyarakatdisitu ada hukum. Para pakar telah mengklasifikasikan aliran-aliran filsafat hukum adalahsebagai berikut: a.Soerjono Soekanto membagi aliran filsafat hukum, adalah sebagai berikut: Mazhab formalitas, Mazhab sejaran dan kebudayaan, Aliran utilitarianisme, Aliran sociological yurisprudence dan Aliran realism hukum. b.Satjipto Rahardjo, mengemukakan berbagai aliran filsafat hukum adalah sebagai berikut;Teori Yunani dan Romawi, Hukum alam, Positivisme dan utilitarianisme, Teori hukummurni, Pendekatan sejarah dan antropologis, dan Pendekatan sosiologis. c.Lili Rasdji, mengemukakan aliran-aliran yang paling berpengarus saja adalah sebagaiberikut; Aliran hukum alam, Aliran hukum positif, Mazhab sejarah, Sociologicaljurisprudence, Pragmatic legal realism. Aliran hukum alam Adapun berbagai teori tentang hukum adalah sebagai berikut: 1. Aliran Hukum Alam Aliran hukum alam adalah hukum yang berlaku universal dan abadi yang bersumber dari Tuhan, filsafat keadilan sebagaimana dikembangkan oleh teori plato/ aristoteles dan Thomas Aquino. a.Plato mengutarakan pandangan tentang harmoni suasana yang alami tentram b.Aristoteles mengutarakan (membagi dua adalah hukum alam dan hukum positif) teoridualisme, sebagai kontribusi (manusia bagian dari alam, manusia adalah majikan dari alam) c.Thomas Aquino : ³Summa Theologica´ dan ³De Regimene Principum´. Membagi asas hukum alam menjadi dua adalah sebagai berikut: i.Principia Prima adalah merupakan asas yang dimiliki oleh manusia semenjak lahir dan bersifat mutlak. ii.Principia Secundaria adalah merupakan asas yang tidak mutlak dan dapat berubah menurut tempat dan waktu d.Immanuel Kant mengutarakan pandangan tentang hukum kodrat metafisis yaitu tentangkodrat dan kebebasan. Kodrat adalah merupakan lapangan dari akal budi, yang tersusunatas kategori kategori pikiran, yang terdiri atas empat komponen dasar, yaitu kualitet,kuantitet, relasi dan modalitet, tetapi dibatasi ruang dan waktu. Kebebasan adalahlapangan dari dan bagi akal budi praktis, wilayah moralitas, yaitu kebebasan normativeetis dari manusia, yang menampilkan ideal kepribadian manusia. Hukum Alam Irasional Hukum Alam Irasional Filsafat Thomas Aquinas mengakui bahwa disamping kebenaran wahyu juga terdapat kebenaran akal. Adanya pengetahuan yang tidak ditembus aleh akal dan untuk itulah diperlukan iman. Dengan demikian, menurut Aquinas, ada dua pengetahuan yang berjalan bersama-sama, yaitupengetahuan alamiah dan pengetahuan iman. Mengenai pembagian hukum,Friedmann menggambarkan pemikiran Aquinas denganmenyatakan ada empat macam hukum yang diberikan Aquinas, yaitu lex aeterna (hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia), lex divina (hukum rasio Tuhan yang bisa ditangkap oleh pancaindera manusia), lex naturalis (hukum alam, yaitu penjelmaan lex aeterna ke dalam rasio manusia) dan lex positivis (penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di dunia). Hukum alam merupakan sebagai metode tertua yang dapat dikenali sejak zaman sampai abad pertengahan (abad 7 dan ke-18). Hukum alam adalah merupakan sebagai substansi (isi) yaitu berisikan norma-norma, peraturan-peraturan dapat diciptakan dari asas-asas hak sasasi manusia.Hukum alam menganggap pentingnya hubungan antara hukum dan moral. Aliran Hukum Positifisme Aliran Hukum Positifisme Aliran Positifisme menganggap bahwa keduanya hukum dan moral dua hal yang harus dipisahkan. Dan aliran ini dikenal sadnya dua subaliran yang terkenal yaitu; a. Aliran hukum positif yang analitis, pendasarnya adalah John Austin. Ada empat unsure penting menurut Austin dinamakan sebagai hukum; Ajarannya tidak berkaitan dengan penelitian baik-buruk, sebab penelitian ini berada di luar bidang hukum. Kaidah moral secara yuridis tidak penting bagi hukum walaupun diakui ada pengaruhnya pada masyarakat. Pandangannya bertentangan baik dengan ajaran hukum alam maupun dengan mazhab sejarah. Masalah kedaulatan tak perlu dipersoalkan, sebab dalam ruang lingkup hubungan politik sosiologi yang dianggap suatu yang hendak ada dalam kenyataan. Akan tetapi aliran hukum positif pada umumnya kurang atau tidak memberikan tempat bagi hukum yang hidup dalam masyarakat. Aliran Hukum Positifisme…lanjutan Austin mengemukakan ciri-ciri positivism, adalah sebagai berikut yaitu : Hukum adalah perintah manusia (command of human being). Tidak ada hubungan mutlak antar hukum moral dan yang lainnya. Analitis konsepsi hukum dinilai dari studi historis dan sosiologis. b. System hukum adalah merupakan system yang logis, tetap, dan bersifat tertutup dan di dalamnya terhadap putusan-putusan yang tetap. Aliran hukum positif murni, dipelopori oleh Hans Kelsen. Latar belakan ajaran hukum murni merupakan suatu pemberontakan terhadap ilmu idiologis, yaitu mengembangkanhukum sebagai alat pemerintah dalam negara totaliter. Dan dikatakan murni karenahukum harus bersih dari anasir-anasir yang tidak yuridis yaitu anasir etis, sosiologis,politis, dan sejarah. Maka menurut Hans Kelsen hukum itu berada dalam dunia ³sollen´dan bukan dalam dunia ³sain´. Sifatnya adalah hipotesis, lahir karena kemauan dan akalmanusia. Ajaran Hans Kelsen mengemukakan Stufenbau des Recht (hukum itu tidak boleh bertentangandengan ketentuan yang lebih atas derajatnya). Dan John Austin mengemukakan ada dua bentukhukum, adalah sebagai berikut; Positif law dan Positif morality. Aliran Mahzab Sejarah dan Aliran Sociological Yurisprudence Aliran Mazhab Sejarah Aliran Mazhab sejarah dipelopori Friedrich Carl von Savigny (Volk geist) hukum kebiasaan sumber hukum formal. Hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama samadengan masyarakat. Pandangannya bertitik tolak bahwa di dunia ini terdapat banyak bangsa da ntiap-tiap bangsa memiliki volksgeist´ jiwa rakyat. Dia berpendapat hukum semua hukumberasal dari adat-istiadat dan kepercayaan dan bukan berasal dari pembentukan undang undang. Aliran Sociological Yurisprudence Sociological Yurisprudence (living law) dipelopori Eugen Ehrlich (german) tapi berkembang diAmerika Serikat (Roscoe) konsep hukum, hukum yang dibuat agar memperhatikan hukum yanghidup dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis. Mengakui sumber hukum formalbaik undang undang maupun bukan undang undang asal. Dipengaruhi oleh aliran positifsosiologis dan August Comte yang orientasinya sosiologis. Inti pemikiran Roscoe Pound hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yanghidup di dalam masyarakat. Berpegang kepada pendapat pentingnya, baik akal maupun pengalaman. Aliran Pragmatic Legal Realism dan Aliran Antropolitica Yurisprudence Aliran Pragmatic Legal Realism Aliran Pragmatic Legal Realism dipelopori oleh Roscoe Pound konsep hukumnya ( Law as a tool of social engineering ) sub aliran positivisme hukum Wiliam James dan Dewey mempengaruhi lahirnya aliran ini. Titik tolaknya pada pentingnya rasio atau akal sebagai sumberhukum. Menurut Liewellyn, aliran realism adalah merupakan bukan aliran dalam filsafat hukum,tetapi merupakan suatu gerakan movement´ dalam cara berfikir tentang hukum. Aliran Antropolitica Yurisprudence -Northrop dan Mac Dougall. Northrop mengutarakan pendapatnya bahwa hukum mencerminkan nilai sosial budaya. -Mac dougall dan Values system mengutarakan pendapatnya bahwa hukum mengandung sistem nilai. Mempengaruhi pendapat Mochtar Kusumaatmadja. Aliran Utilitarianisme Aliran Utilitarianisme Aliran Utilitarianisme dikemukakan tokoh aliran ini dalah Jeremy Bentham dan mengutarakanpendapatnya memegang prinsip manusia akan melakukan tindakan untuk mendapatkankebahagiaan yang sebesarbesarnya dan mengurangi penderitaan (hukum itu harus bermanfaatbagi masyarakat, guna mencapai hidup bahagia). Merupakan aliran yang meletakkan dasar dasarekonomi bagi pemikiran hukum, prinsip utamanya adalah tujuan dan evaluasi hukum.Bentham dan Jhon Stuart Mill memiliki pendapat yang sejalan yaitu pembentukan undang-undang hendaknya dapat melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagisemua individu. PERTEMUAN KE 6 PENGERTIAN DAN TUJUAN HUKUM SECARA FILOSOFIS Pengertian Filsafat Hukum. Filsafat hukum memiliki ruang lingkup lebih luas karena di dalam filsafat hukum memuat teori hukum, metode penelitian huku, tujuan hukum, dan manfaat hukum. Filsafat hukum memberikan penjelasan tentang hukum yang sangat mendasar dan holistik. Teori hukum hanya bersifat memberikan penjelasan tentang sebuah fenomena hukum atau fakta hukum, ruang lingkupnya lebih sempit dan tidak terlalu mendasar. Meuwissen berpendapat bahwa filsaft hukum merefleksi semua masalah fundamental yang berkaitan dengan hukum, dan tidak hanya merefleksi hakekat hukum atau metode dari ilmu hukum atau ajaran metode saja. Filsafat hukum adalah filsafat, karena itu ia merenungkan semua masalah fundamental dan masalah marginal yang berkaitan dengan gejala hukum. Menurut Apeldorn, filsafat adalah kegiatan berpikir secara sistematis yang hanya dapat merasa puas menerima hasil-hasil yang timbul dari kegiatan berpikir itu sendiri. Menurut Mahadi : filsafat hukum adalah falsafah tentang hukum, falsafah tentang segala sesuatu di bidang hukum secara mendalam sampai ke akarakarnya secara sistematis. Purnadi Purbacaraka menyatakan bahwa filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, penyelarasan nilai-nilai, seperti anatara ketertiban dan ketentraman, kebendaan dan keakhlakan, dan antara kelanggengan atau konservatisme dengan pembaharuan atau perubahan. E. utrecht memberikan rumusan bahwa filsafat hukum memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti : apakah hukum itu sebebnarnya? (persoalannya adanya dan tujuan hukum). Apakah sebabnya kita menaati hukum? (persoalan : berlakunya hukum). Apakah yang menjadi ukuran baik dan buruknya hukum itu? (persoalan : keadilan hukum). Pertanyaan-pertanyaan diatas membawa orang memahami hukum sebagai kaedah dalam kata ethisch wardeordeel. Soerjono Soekanto mengatakan filsafat hukum itu mencakup kegiatan perenungan nilai-nilai dan penyerasian nilai-nilai yang berpasangan tetapi kadangkala bersitegang. Satjipto Raharjo mengemukakan bahwa filsafat hukum itu mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat hukum, ttg dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang mendasar itu. Gustav Radburch merumuskan dengan sederhana yaitu bahwa filsafat hukum itu adalah cababng filsafat yang memperlajari hukum yang benar, sedangkan Langemeyer mengatakan bahwa pembahasan secara filosofis tentang hukum. Lili Rasjidi dalam bukunya Pengatar Filsafat Hukum, menyatakan bahwa beliau menyimpulkan dari berbagai macam pendapat bahwa filsafat hukum itu adalah : 1. Sebagai cabang filsafat, yaitu filsafat etika dan moral; 2. Bahwa yang menjadi objek pembahasannya adalah hakikat hukum, yakni inti dari dasar yang sedalam-dalamnya dari hukum; 3. Mempelajari atau menyelidiki lebih lanjut hal-hal yang tidak dapat dijawab oleh ilmu-ilmu hukum. Tujuan Hukum Gustav Radburch membagi menadi 3 bidang kajian yang menjadi tujuan filsafat hukum untuk mencari, menemukan dan menganalisisnya, yaitu : 1. Aspek keadilan aitu menyangkut keselarasan, keseimbangan, dan keserasian antara hak dan kewajiban subjek hukum; 2. Aspek tujuan keadilan atau finalitas yaitu menentukan isi hukum agar sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan hukum sebagai instrumentalnya. 3. Aspek kepastian hukum atau legalitas yaitu menjamin bahwa hukum mampu memberikan dan menetapkan hak atas sesuatu dari seseorang sebagai subjek hukum. Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik 1. Melakukan kajian hukum substantif secara holistik, menyeluruh, dengan demikian dapat ditemukan hukum yang seharusnya sesuai dengan harapan masyarakat, walaupun disana tidak meungkin ditemukan kesepahaman, sebab setiap pemikir hukum tentu memiliki pemahaman sendiri, pemikiran yang subyektif yang diselarahkan dengan paradigma yang dianutnya. Untuk menemukan hukum yang demikian, kita melakukan pertanyaan : apakah hukum itu? Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik..lanjutan 2. Melakukan kajian hukum secara metodelogis, metode pendekatan untuk melakukan pengembangan terhadap hukum substantif, walaupun disini tidak mungkin ditemukan satu metode untuk semua pendekatan hukum. Sebab masing-masing pendekatan secara paradigmatik tentu mwmilki metode berpikirnya masing-masing. Untuk menemukan metode hukum yang tepat, kita mengajukan pertanyaan : bagaimana cara yang digunakan untuk menemukan hukum substantif iyu, Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik..lanjutan 3. Melakukan kajian terhadap hukum scara alikatif yaitu melakukan evaluasi terhadap hukum yang sedang berlaku disni saat ini, hukum positif. Untuk menemukan hal yang dicari dalam konteks yang demikian, pertanyaan yang diajukan : untuk apa hukum ini dibuat?, apakah hukum posistif itu telah sesuai dengan tujuan yang telah diletakan oleh hukum itu sendiri? Dan apakah hukum positif telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat pendukungnya?. Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik…lanjutan 4. Untuk menemukan hukum yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyrakat. Pertanyaan yang diajukan ialah ; mengapa hukum ini yang diberlakukan, bukan hukum yang lain? Apakah hukum ini benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat?. 5. Untuk menemukan hukum sebagai pedoman yang tepat bagi para pelaksana hukum, para birokrat, para penegak hukum, para yurist, dan sebagainya. Pertanyaan yang selalu diajukan : bagaimana hukum yang baik dan fungsional itu digunakan untuk kepentingan masyarakat? Hukum itu alat ataukan tujuan? Apa tugas hukum sebenar-benarnya?. Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik…lanjutan Secara umum, filsafat hukum dapat digunakan untuk memahami masingmasing aliran, mahzab, atau paradigma yang berada di balik benak manusia pemikir hukum. Dengan memahami perbedaan yang dianut, maka akan ditemukan kekayaan dari masing-masing pemikir itu dan dengan demikian hakekat hukum dapat pula ditemukan. Dari sekian paradigma hukum itu, dapat dipilih, digabungkan, disari dan diracik menjadi sesuatu yang khas, hukum yang khas, hukum positif yang sosiologis, kultural dan filosofis. Pertemuan 7 Keadilan hukum yang benar dan adil Arti keadilan. Terdapat dua diksi yang sama namun berbeda dalam penerapannya, yaitu adil dan ketidakadilan. Adil menurut hukum disamakan bahwa orang tidak menghiraukan hukum itu adalah orang yang tidak adil dan orang yang menaati hukum itu adil, maka semua hal yang didasarkan kepada hukum dapat dianggap sebagai adil, dalam hal mana istilah “menurut hukum” itu kita artikan apa yang secara tegas diharuskan oleh pembentuk undang-undang. Arti keadilan adalah kebajikan yang sempurna, oleh karena ia melaksanakan kebajikan yang sempurna. Akan tetapi ia bersifat sempurna dengan cara yang khusus, oleh karena orang yang memiliki keadilan itu mampu untuk menerapkannya terhadap pihak yang memiliki keadilan itu mampu untuk menerapkannya terhadap pihak yang lain dan bukan hanya dalam keadaan yang mengenai dirinya sendiri. Menurut Apeldoorn, keadilan niscaya juga mengimplikasikan tertib hukum. Jadi keadilan adalah substansi dari tertib hukum maupun ketertiban umum, sehingga tidak berlebihan jika kita tegaskan bahwa fungsi utama dari hukum pada akhirnya adalah untuk menegakan keadilan. ARISTOTELES • AJARAN KEADILAN ARISTOTELES = MISOTES (FILSAFAT MORAL. Hukum = Moral) yaitu bahwa keadilan adalah titik tengah di antara berbuat tidak adil dan menderita ketidakadilan • FIAT JUSTITIA BEREAT MUNDUS = memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya – justitia correctiva (keadilan korektif) = keadilan yang didasarkan atas transaksi (sunallagamata) baik dilakukan secara sukarela maupun dengan paksaan. Keadilan ini pada umumnya terjadi dalam lapangan hukum privat seperti jualbeli, tukar-menukar, atau sewa-menyewa. – justitia distributiva (keadilan distributif/membagi) = keadilan membagi yang membutuhkan distribusi atas pe102nghargaan. Keadilan ini berkenaan dengan hukum public. THOMAS AQUINAS = FILSAFAT SCOLASTIKA • THOMAS AQUINAS : – KEADILAN KHUSUS = IUSTITIA SPESIFICA – KEADILAN UMUM = IUSTITIA GENERALE/UNIVERSALITA • KEADILAN KHUSUS:keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas. – keadilan yang membagi (justitia distributiva): keadilan ini menuntut keadilan dalam membagikan serta membutuhkan pengorbanan. Mis, hakim harus memiliki kompetensi sebagai hakim – keadilan karena kebersamaan (justitia commutativa): adalah keadilan berkenaan dengan kehidupan bersama dalam masyarakat yaitu dalam transaksi seperti tukar-menukar, sewa-menyewa, jualbeli. – keadilan yang memberi (justitia vindikativa): yaitu keadilan berkenaan dengan pemberian sanksi jika kewajiban yang wajib dikerjakannya tidak dikerjakan atau perintah yang wajib dihindari tetapi tidak dihiraukannya. • KEADILAN UMUM (IUSTITITA LEGALIS): keadilan menurut hukum = keadilan normatif Terdapat beberapa pengertian tentang keadilan dan keadilan. Konsep ini disesuaikan dengan konsep-konsep dari sudut pandang para filsuf (jaman dahulu) yang memberikan pandangan yang berkaitan dengan adil dan enar, diantaranya adalah : Adapun ciri-ciri atau sifat adil sebagai berikut : 1) Tidak memihak (impartial) 2) Sama hak (equal) 3) Bersifat hukum (legal) 4) Sah menurut hukum (law ful) 5) Layak ( fair) 6) Wajar secara moral (equitable) 7) Benar secara moral (righteous) Teori-Teori Keadilan Teori Keadilan bertugas untuk menerangkan sifat-sifat dasar dan asal mula dari keadilan. Teori Keadilan sangat penting untuk diketahui dan dipahami, sebab suatu perbuatan akandikatakan adil kalau kita tahu tentang keadilan. Dalam pembahasan ini, tidak akan dibahas teori-teori berdasarkan kurun waktu, tetapi pembahasan ini akan mengungkapkan pendapat beberapa tokoh keadilan, yang akan kita sebut teori keadilan. Tokoh-tokoh yang pernah mengungkapkan teorinya tentang keadilan sebagai berikut : Teori Keadilan Aristoteles Teori-teori keadilan menurut Aristoteles yaitu sebagai berikut: a. Keadilan Komutatif (Comutative Justice) Keadilan komutatif adalah keadilan yang berhubungan dengan persamaan yang diterima oleh setiap orang tanpa melihat jasa-jasanya.Yang ditekankan dalam keadilan ini adalah asas persamaandari setiap orang, tanpa membedakan dan melihat tenaga yang telah dikeluarkan, kemampuan atau jasa-jasa yang telah disumbangkannya. b. Keadilan Distributif (Distributive Justice) Keadilan Distributif yaitu keadilan yang diterima seseorang berdasarkan jasa atau kemampuan yang telah disumbangkannya (P dan K, 1980:9). Keadilan ini menekankan pada studi keseimbangan antara bagian yang di terima seseorang dengan jasa yang telah diberikannya. Orang yang mempunyai persamaan dalam ukuran yang ditetapkan, maka kedua orang itu harus memperoleh benda yang sama. Bila kedua orang itu tidak mempunyai persamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang itu akan memperoleh bagian (benda) yang tak sama. Dengan kata lain bila kedua orang itu mempunyai persamaan haruslah diperlakukan sama, bila berbeda harus pula diperlakukan beda dalam proposi yang sama. Agar pembagian itu merupakan keadilan, maka distribusi tersebut harus berwujud suatu perimbangan (propotion). Teori Keadilan Aristoteles…lanjutan c. Keadilan Kodrat Alam ( natural justice) Keadilan alamiah (kodrat alam), yaitu keadilan yang bersumber pada hukum alamiah/hukum kodrat (jus Naturale).Menurut para ahli hukum Romawi, hukum alamiah ditentukan oleh akal manusia yang dapat merenungkan sifat dasarnya sebagai makhluk berakal dan bagaimana seharusnya kelakuannya yang patut diantara sesama manusia. d. Keadilan Konvensional Keadilan Konvensional yaitu keadilan yang mengikat warga negara, karena keadilan itu didekritkan melalui suatu kekuasaan khusus.Keadilan Konvensional menekankan pada keputusan/aturan kebiasaan yang harus dilakukan warga negara yang dikeluarkan oleh suatu kekuasaan.Jadi suatu tindakan yang dilakukan warga negara dianggap adil karena memang berdasarkan suatu aturan/keputusan, kebiasaankebiasaan yang dianggap lazim dalam suatu wilayah kekuasaan tertentu. e. Keadilan Perbaikan (Remedial Justice) Keadilan Perbaikan yaitu untuk mengembalikan persamaan dengan menjatuhkan hukuman kepada pihak yang bersangkutan. Keadilan ini khusus ditujukan terhadap seseorang atau orang lain yang dirugikan atau beruntung karena dalam proses pengadilan. Teori Keadilan Menurut Plato Menurut Plato sebaiknya yang memerintah suatu negara adalah seorang yang arif dan bukannya hokum, karena hokum tidak memahami secara sempurna apa yang paling adil untuk semua orang, dan karenanya tidak dapat melaksanakan yang terbaik. Dari ungkapan tersebut, berarti seorang raja harus mempunyai jiwa filsafat, supaya mengetahui apa itu keadilan dan bagaimana keadilan itu harus dicapai oleh negara. Plato mengungkapkan dua teori keadilan, yaitu: a. Keadilan Moral, yaitu keadilan yang dasarnya keselarasan (harmoni). Oleh karena itu dia berpendapat bahwa keadilan itu timbul karena adanya pengaturan atau penyesuaian yang member tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. b. Keadilan Prosedural atau Keadilan Hukum merupakan sarana untuk melaksanakan keadilan moral yang berkedudukan lebih tinggi daripada hokum positif dan adat kebiasaan. Teori Keadilan Menurut Thomas Hobbes Thomas Hobbes adalah salah seorang tokoh teori perjanjian masyarakat, oleh karena itu konsepsi mereka tentang keadilan didasarkan pada teori perjanjian masyarakat, masyarakat.Menurut bahwa manusia kontruksi pada dia dasarnya dalam jelek, perjanjian suka cakar menyakar.Jadi manusia harus dikendalikan, harus ada kekuatan yang mengendalikan manusia. Menurutnya suatu tindakan dikatakan adil kalau suatu perjanjian yang telah dibuat ditaati, dan ketidakadilan adalah tidak lain daripada ketiadaan pelaksanaan (pelanggaran) dari perjanjian yang telah dibuat. Pentingya membiasakan berbuat dan berlaku adil terhadap sesama Franz Magnis Suseno mengemukakan bahwa orang yang sama sekali tidak dapat memahami apa yang dimaksud keadilan, percuma kita dekati agar ia bertindak dengan lebih adil. Perlakuan dan perbuatan yang adil harus diterapkan dan dibiasakan dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu diantaranya: a. Berlaku dan berbuat adil dalam bidang ekonomi 1) Memberikan upah yang sama kepada setiap orang yang sama, dan memberikan upah yang berbeda kepada setiap orang yang berbeda. 2) Pembagian-pembagian yang wajar yang bertalian dengan kesejahteraan 3) Memberikan hak dan kebebasan kepada orang lain untuk memiliki sesuatu, dan untuk menjual serta membeli sesuatu. Pentignya berbuat adil…lanjutan b. Berlaku dan berbuat adil dalam bidang politik 1) memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, sesuai dengan aturan yang berlaku. 2) memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang yang sama untuk menduduki suaru jabatan tertentu. 3) pengakuan kedudukan seseorang sebagai warga yang sederajat. 4) memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga yang sama untuk ikut serta dalam pemilihan umum, dan sebagainya. c. Berlaku dan berbuat adil dalam bidang hukum 1) memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya dan harus sama untuk setiap orang dalam situasi yang sama. 2) tidak memandang seseorang yang bersalah sebelum dibuktikan di pengadilan (tidak main hakim sendiri). 3) memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mendapatkan perlindungan hukum. Pentignya berbuat adil…lanjutan d. Berlaku dan berbuat adil dalam bidang sosial budaya 1) menghormati dan menghargai sesame manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya. 2) mau mengkritik orang lain dan menerima kritikan dari orang lain. 3) tidak merugikan orang lain. 4) mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban. 5) menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. 6) memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. 7) menghargai dalam arti tidak menganggap rendah budaya lain. Pentignya berbuat adil…lanjutan e. Berlakunya dan berbuat adil dalam bidang agama 1) memberikan kesempatan kepada orang lain untuk beribadah. 2) tidak memaksakan agama yang kita anut kepada orang lain. Itulah salah satu contoh Perlakuan dan Perbuatan adil atau cara bersikap dan berbuat adil dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Memperjuangkan Keadilan dan Kebenaran Untuk menentukan benar tidaknya suatu perbuatan harus ada tolok ukur atau ukuran tentang kebenaran. Ketiadaan tolok ukur atau ukuran tentang kebenaran akan mengakibatkan kesimpangsiuran yang pada akhirnya akan melahirkan ketidakadilan dan ketidaktentraman. Bagi bangsa Indonesia yang dijadikan tolok ukur kebenaran adalah pandangan hidup dan dasar negara Pancasila.Karena Pancasila oleh bangsa Indonesia dijadikan sebagai sumber nilai atau sebagai Central Value dari berbagai nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia. Sikap dan perbuatan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila merupakan sikap dan perbuatan yang tidak benar dan tidak dibenarkan oleh masyarakat bangsa dan negara Indonesia.Oleh karena itu bersikap dan berbuat benar merupakan salah satu bentuk pengalaman nilai-nilai Pancasila dan juga agama. Sikap dan perbuatan yang benar menurut Pancasila yaitu sikap dan perbuatan yang berdasarkan 36 butir Pancasila beserta nilai-nilai yang tesirat di dalamnya. Ke-36 butir Pancasila tersebut yaitu: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Sila Ketuhanan Yang Maha Esa a. Percaya dan takwa kepada tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. b. Hormat mrnghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup. c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercyaannya. d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antar sesama manusia. b. Saling mencintai sesama manusia c. Mengembangkan sikap tenggang rasa d. tidak semena-mena terhadap orang lain e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan g. Berani membela kebenaran dan keadilan h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karerna itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. Sila Persatuan Indonesia a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan bangsa dan negara. b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara c. Cinta tanah air dan bangsa d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhineka Tunggal Ika Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur g. Keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan b. Bersikap adil c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban d. Menghormati hak-hak orang lain e. Suka memberi pertolongan terhadap orang lain f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain g. Tidak bersikap boros h. Tidak bergaya hidup mewah i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum j. Suka bekerja keras k. Menghargai hasil karya orang lain l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial Sebagai insan Pancasila (juga insan religius) bersikap dan berbuat benar merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan secara kontinuitas. Disamping itu kita pun harus menegakkan kebenaran, menyatakan benar untuk perbuatan yang benar dan menyatakan tidak benar untuk perbuatan yang memang salah. Negara sebagai organisasi puncak mempunyai kewajiban untuk menegakan keadilan dan kebenaran, lebih-lebih negara kita yang mendasarkan pada keadilan sosial.Di samping itu negara/pemerintah mempunyai pengaruh paling beasr atas kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan. Perjuangan negara untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran dapat kita lihat dalam berbagai bidang kehidupan baik dalam kehidupan hokum, sosial, budaya, ekonomi, agama dan politik. Negara/pemerintah selalu terlibat bila dalam masyarakat terjadi tindakan ketidakadilan dan ketidakbenaran, lebih-lebih ketidakadilan sosial karena akan berakibat kemiskinan yang menimpa satu kelas atau golongan atau lapisan masyarakat yang kita kenal kemiskinan struktural. Selain negara, masyarakatpun berkewajiban untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran baik untuk kepentingan masyarakat itu sendiri yang diperlakukan tidak adil dan tidak benar maupun kepentingan masyarakat lain. FILSAFAT PANCASILA pertemuan ke 9 Pokok Bahasan 1. Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila 2. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat 21. Ontologi Pancasila 22. Epistemologi Pancasila 23. Aksiologi Pancasila 3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara 4. Pancasila sebagai Dasar Negara Pengertian Filasafat dan Filsafat Pancasila Pengertian Filsafat Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani (philosophia). Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terususun dari kata philos atau philein yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan. Dengan demikian philosophia secara harafiah berarti mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkan kebijaksanaan mempunyai arti yang bermacammacam yang berbeda satu dari yang lainnya. Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh Pythagoras. • Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau seorang yang bijaksana? • Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, ‘saya hanyalah philosophos, yakni orang yang mencintai pengetahuan’. Ada dua pengertian filsafat, yaitu: Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan hidup, dan dalam arti praktis. Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Pengertian Filsafat Pancasila Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro). Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejalagejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. • Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. • Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagianbagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. • Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. • Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya. • Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain: 1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila. 2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut: • Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5; • • • • Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5; Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5; Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5; Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4. • Inti sila-sila Pancasila meliputi: Tuhan, yaitu sebagai kausa prima Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya. Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan. Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan Ontologis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan Aksiologis Pancasila. 1. Landasan Ontologis Pancasila Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendirisendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53). Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebabakibat: Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat. 2. Landasan Epistemologis Pancasila Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu: 1. Tentang sumber pengetahuan manusia; 2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; 3. Tentang watak pengetahuan manusia. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilainilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilainilai tersebut merupakan kausa materialis Pancasila. Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal. Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan Pancasila, di mana sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainny, sila kedua didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu: 1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat silasila Pancasila yang merupakan inti sari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit. 2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia. 3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat khhusus konkrit serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40) Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia memiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur akal, rasa, kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan kreatif. Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu meresapkan pengetahuan dan menstranformasikan pengetahuan dalam demontrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham. Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi. Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia merupapakan suatu sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan kehendak manusia untuk mendapatkankebenaran yang tinggi. Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, maka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalamupaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia. 3. Landasan Aksiologis Pancasila Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai. Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada berbagai macam teori tentang nilai. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu: 1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita. 2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran. 3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat. 4) Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi. (Driyarkara, 1978) Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan kelompok: 1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli. 2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan badan. 3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan. 4) Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan manusia. 5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan. 6) Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni. 7) Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran. 8) Nilai-nilai keagamaan Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam,, yaitu: 1) Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia. 2) Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakana kegiatan atau aktivitas. 3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani yang dapat dibedakan menjadi empat macam: a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia. b) Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (aesthetis, rasa) manusia. c) Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will, karsa) manusia. d) Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia. Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. • Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. • Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara. • Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat. Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat, berbansa, dan bernegara. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilainilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA • Pengertian Ideologi Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau citacita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga citacita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, paham. Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu berkembang menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompok orang menjadi suatu pegangan hidup. • Beberapa pengertian ideologi: A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama. Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak. Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional. • Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat, dan sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat. • Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafat bangsa. Dengan demikian memenuhi syarat sebagai suatu ideologi terbuka. • Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah terdapat dalam penjelasan UUD 1945: “terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah dan mencabutnya • Sifat Ideologi Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi fleksibilitas. 1. Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya. 2. Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas. 3. Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari masa ke masa. • Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat. Kenyataan menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup danbeku cendnerung meredupkan perkembangan dirinya. Pengalaman sejarah politik masa lampau. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional. • Sekalipun Pancasila sebagai ideologi bersifat terbuka, namun ada batas-batas keterbukaan yang tidak boleh dilanggar, yaitu: Stabilitas nasional yang dinamis Larangan terhadap ideologi marxisme, leninnisme dan komunisme Mencegah berkembangnya paham liberalisme Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan bermasyarakat Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus. • Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang berKemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan. Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia. Pertemuan ke 10 dan 11 ETIKA DAN MORAL • Pengertian : - Etika merupakan kajian ilmu yang berkaitan dengan sebuah konsep kebenaran. - Aristoteles menyatakan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakuka atau ilmu tentang adat kebiasaan. - - Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian etika dirumuskan menjadi tiga arti : 1. Ilmu ttg apa yg baik dan apa yg buruk 'n ttg hak dan kewajiban moral (akhlak); 2. Kumpulan asas a/ nilai yg berkenaan dgn akhlak; 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan sebuah masyarakat. Namuan dalam pandangan Bartens tidak sependapat dengan ke 3 (tiga) pengertian dr kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tersebut, menurut dia etika mempunyai 3 arti, diantaranya : Etika Menurut Bartens 1. Etika dipakai dlm arti: nilai-2 ‘n norma-2 moral yg mjd pegangan bg seseorg a/ suatu kelompok dlm mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut jg sbg “ sistem nilai” dlm hidup manusia perseorangan a/ hidup bermasyarakat. Misalnya etika orang jawa, etika agama budha, dsb. 2. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas a/ nilai moral. Yg dimaksud di sini adl kode etik, misalnya kode etik advokat indonesia, kode etik notaris indonesia. 3. Etika dipakai dalam arti: ilmu ttg yg baik a/ yg buruk. Arti etika disini = filsafat moral. Sumaryono : etika b’asal dr bahasa yunani, ethos yg mempunyai arti adat istiadat a/ kebiasaan yg baik. Pengertian etika : Studi atau ilmu yang mempelajari kebenaran dan ketidak benaran berdasarkan kodrat manusia yg diwujudkan melalui kehendak manusia. Etika di bagi menjadi dua, yaitu : A. Etika perangai : adalah bentuk etika Adat istiadat atau kebiasaan yg menggambarkan perangai manusia dlm hidup bermasyarakat di daerah tertentu dan pada waktu tertentu juga. B. Etika moral : adalah Berkenaan dgn kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. apabila tetap dilanggar maka timbul kejahatan. Etika moral terwujud dari suara hati nurani manusia. Pengertian antara etika dan etiket : Perbedaan : - Etika - Etiket : : moral sopan santun, tatakrama Mnt bartens : A. Etika menetapkan norma perbuatan, apakah sebuah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak dilakukan. Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan, menunjukkan cara yg tepat, baik dan benar sesuai dgn yg diharapkan (memiliki tujuan). B. Etika berlaku tidak bergantung pd ada tdknya org lain. Etiket hanya berlaku atau dijalankan dalam pergaulan, apabila tdk ada org lain maka etiket tidak berlaku. Tujuannya untuk membatasi hak pribadi dengan hak orang lain. C. Etika bersifat absolute, tdk dpt ditawar-2 Etiket bersifat relative, yg dianggap tdk sopan dlm suatu kebudayaan dpt saja dianggap sopan dlm kebudayaan lain. D. Etika memandang manusia dr segi dalam (batiniah) Etiket memandang manusia dr segi luar (lahiriah). Persamaan : Istilah ke dua hal tersebut adalah, mengenai Perilaku manusia secara normatif, artinya Memberi norma perilaku manusia bagaimana seharusnya berbuat atau tidak berbuat. Konsep ini untuk saling menghormati hak dan kewajiban satu orang dengan orang lain. Pengertian moral Arti kata etika sama dengan moral yaitu : Nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moralitas : Adalah Keseluruhan asas dan nilai yg berkenaan dgn baik n buruk, dengan kata lain moralitas merupakan kualitas perbuatan manusiawi dalam arti Perbuatan itu baik atau buruk. Faktor Penentu Moralitas I. Faktor penentu moralitas : Menurut Sumaryono, terdapat ada 3 faktor penentu moralitas perbuatan manusia, diantaranya : a. 1. Motivasi b. 2. Tujuan akhir c. 3. Lingkungan perbuatan Motivasi dan Tujuan Akhir Ad.1. Motivasi Adalah Hal yg diinginkan oleh seseorang / pelaku perbuatan dgn maksud untuk mencapai sasaran yg hendak dicapai, jd Motivasi dikehendaki secara sadar, sehingga menentukan morivasi tersebut dijadikan kadar moralitas perbuatan. Ad.2. TUJUAN AKHIR Adalah Diwujudkannya perbuatan yg dikehendaki scr bebas. Moralitas perbuatannya ada dlm kehendak manusia tersebut, artinya perbuatan itu memang dikehendaki dan dijadikan tujuan akhir oleh pelaku. Ad.3. LINGKUNGAN PERBUATAN Adalah segala sesuatu yg scr aksidental mengelilingi mewarnai perbuatan, termasuk dalam pengertian lingkungan Perbuatan. Lingkungan Perbuatan diantaranya adalah : a. manusia yg terlibat b. kuantitas dan kualitas perbuatan c. cara, waktu, tempat dilakukannya perbuatan d. frekuensi perbuatan. Moralitas Sebagai Norma II. MORALITAS SEBAGAI NORMA Sumaryono mengklasifikasikan moralitas sebagai norma menjadi 2 golongan, yaitu : 1. Moralitas objektif 2. Moralitas subjektif Ad.1. MORALITAS OBJEKTIF Adl.moralitas yg melihat perbuatan sebagaimana adanya, terlepas dari segala bentuk modifikasi kehendak bebas pelakunya. Moralitas objektif sebagai norma berhubungan dengan semua perbuatan yg pada hakikatnya baik atau jahat, Benar atau salah. Ad.2. MORALITAS SUBJEKTIF Adl moralitas yg melihat perbuatan yg dipengaruhi o/ pengetahuan ‘n perhatian pelakunya, latar belakang, stabilitas emosional, ‘n perlakuan lainnya Moralitas subyektif sbg norma berhubungan dgn Perbuatan sesuai a/ tidaknya dgn hati nuraninya. Moralitas Sebagai Norma Selain itu moralitas moralitas juga terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Moralitas intrinsik 2. Moralitas ekstrinsik Ad.1. Moralitas instrinsik menentukan perbuatan itu Benar atau salah berdasarkan hakikatnya, terlepas dari Pengaruh hukum positif. Ad.2. Moralitas ekstrinsik menentukan perbuatan itu benar atau salah sesuai dgn sifatnya sebagai perintah ataularangan hukum positif. Etika Profesi Hakim Kode Etik Profesi Hakim ialah aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap Hakim Indonesia dalam melaksanakan tugas profesi sebagai Hakim. Pedoman Tingkah laku (Code of Conduct) Hakim ialah penjabaran dari kode etik profesi Hakim yang menjadi pedoman bagi Hakim Indonesia, baik dalam menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran maupun dalam pergaulan sebagai anggota masyarakat yang harus dapat memberikan contoh dan suri tauladan dalam kepatuhan dan ketaatan kepada hukum. Komisi Kehormatan Profesi Hakim ialah komisi yang dibentuk oleh Pengurus Pusat IKAHI dan Pengurus Daerah IKAHI untuk memantau, memeriksa, membina, dan merekomendasikan tingkah laku Hakim yang melanggar atau diduga melanggar Kode Etik Profesi. Azas Peradilan yang baik ialah prinsip-prinsip dasar yang harus dijunjung tinggi oleh Hakim dalam melaksanakan tugasnya untuk mewujudkan peradilan yang mandiri sesuai dengan aturan dasar berdasarkan ketentuan yang ada. Maksud dan Tujuan Etka Profesi Hakim Kode Etik Profesi Hakim mempunyai maksud dan tujuan : 1. Sebagai alat : a. Pembinaan dan pembentukan karakter Hakim b. Pengawasan tingkah laku Hakim 2. Sebagai sarana : a. Kontrol sosial b. Pencegah campur tangan ekstra judicial c. Pencegah timbulnya kesalah pahaman dan konflik antar sesama anggota dan antara anggota dengan masyarakat. 3. Memberikan jaminan peningkatan moralitas Hakim dan kemandirian fungsional bagi Hakim. 4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada lembaga peradilan. Sifat-sifat hakim Indonesia Sifat Hakim tercermin dalam lambang Hakim yang dikenal dengan "Panca Dharma Hakim" : 1. Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan 2. agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Cakra, yaitu sifat mampu memusnahkan segala kebathilan, kezaliman dan ketidakadilan. 4. Candra, yaitu memiliki sifat bijaksana dan berwibawa. 5. Sari, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela. 6. Tirta, yaitu sifat jujur. Sikap Hakim Sikap Hakim Setiap Hakim Indonesia mempunyai pegangan tingkah laku yang harus dipedomaninya : A. Dalam persidangan : 1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam Hukum Acara yang berlaku, dengan memperhatikan azasazas peradilan yang baik, yaitu : a. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan (right to a decision) dimana setiap orang berhak untuk mengajukan perkara dan dilarang menolak untuk mengadilinya kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang serta putusan harus dijatuhkan dalam waktu yang pantas dan tidak terlalu lama. b. Semua pihak yang berperkara berhak atas kesempatan dan perlakuan yang sama untuk didengar, diberikan kesempatan untuk membela diri, mengajuan bukti -bukti serta memperoleh informasi dalam proses pemeriksaan (a fair hearing). c. Putusan dijatuhkan secara obyektif tanpa dicemari oleh kepentingan pribadi atau pihak lain (no bias) dengan menjunjung tinggi prinsip (nemo judex in resud). d. Putusan harus memuat alasan-alasan hukum yang jelas dan dapat dimengerti serta bersifat konsisten dengan penalaran hukum yang sistematis (reasones and argumentations of decision), dimana argumentasi tersebut harus diawasi (controleerbaarheid) dan diikuti serta dapat dipertanggung-jawabkan (account ability) guna menjamin sifat keterbukaan (transparancy) dan kepastian hukum (legal certainity) dalam proses peradilan. e. Menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia. 2. Tidak dibenarkan menunjukkan sikap memihak atau bersimpati ataupun antipati kepada pihakpihak yang berperkara, baik dalam ucapan maupun tingkah laku. 3. Harus bersifat sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. 4. Harus menjaga kewibawaan dan kehidmatan persidangan antara lain serius dalam memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak baik dengan kata-kata maupun perbuatan. 5. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan. Terhadap Sesama Rekan 1. Memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara sesama rekan. 2. Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan saling menghargai antara sesama rekan. 3. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap Korps Hakim secara wajar. 4. Menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar kedinasan. Terhadap Bawahan atau Pegawai dan Masyarakat 1. Harus mempunyai sifat kepemimpinan 2. 3. 4. 5. Membimbing bawahan/pegawai untuk mempertinggi pengetahuan. Harus mempunyai sikap sebagai seorang Bapak/lbu yang baik. Memelihara sikap kekeluargaan terhadap bawahan/pegawai. Memberi contoh kedisiplinan. Masyarakat 1. Menghormati dan menghargai orang lain. 2. Tidak sombong dan tidak mau menang sendiri. 3. Hidup sederhana. Keluarga dan Rumah Tangga 1. Menjaga keluarga dari perbuatan-perbuatan tercela, menurut norma-norma hukum kesusilaan. 2. Menjaga ketentraman dan keutuhan keluarga. 3. Menyesuaikan kehidupan rumah tangga dengan keadaan dan pandangan masyarakat. Kewajiban dan Larangan Kewajiban : 1. Mendengar dan memperlakukan kedua belah pihak berperkara secara berimbang dengan tidak memihak (impartial). 2. Sopan dalam bertutur dan bertindak. 3. Memeriksa perkara dengan arif, cermat dan sabar. 4. Memutus perkara, berdasarkan atas hukum dan rasa keadilan. 5. Menjaga martabat, kedudukan dan kehormatan Hakim. Larangan : 1. Melakukan kolusi dengan siapapun yang berkaitan dengan perkara yang akan dan sedang ditangani. 2. Menerima sesuatu pemberian atau janji dari pihak-pihak yang berperkara. 3. Membicarakan suatu perkara yang ditanganinya diluar acara persidangan. 4. Mengeluarkan pendapat atas suatu kasus yang ditanganinya baik dalam persidangan maupun diluar persidangan mendahului putusan. 5. Melecehkan sesama Hakim, Jaksa, Penasehat Hukum, Para pihak Berperkara, ataupun pihak lain. 6. Memberikan komentar terbuka atas putusan Hakim lain, kecuali dilakukan dalam rangka pengkajian ilmiah. 7. Menjadi anggota atau salah satu Partai Politik dan pekerjaan/jabatan yang dilarang Undangundang. 8. Mempergunakan nama jabatan korps untuk kepentingan pribadi ataupun kelompoknya. Komisi Kehormatan Hakim 1. Komisi Kehormatan Hakim Tingkat Daerah berwenang memeriksa dan mengambil tindakantindakan lain yang menjadi kewenangan terhadap anggota di daerah/wilayahnya. 2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat berwenang memeriksa dan mengambil tindakan-tindakan lain yang menjadi kewenangannya terhadap persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh Daerah atau yang menurut Pengurus Pusat IKAHI harus ditangani oleh Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat. Tugas dan Wewenang 1. Komisi Kehormatan Profesi Hakim mempunyai tugas : a. Memberikan pembinaan pada anggota untuk selalu menjunjung tinggi Kode Etik. b. Meneliti dan memeriksa laporan/pengaduan dari masyarakat atas tingkah laku dari para anggota IKAHI. c. Memberikan nasehat dan peringatan kepada anggota dalam hal anggota yang bersangkutan menunjukkan tanda-tanda pelanggaran Kode Etik. 2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim berwenang : a. Memanggil anggota untuk didengar keterangannya sehubungan dengan adanya pengaduan dan laporan. b. Memberikan rekomendasi atas hasil pemeriksaan terhadap anggota yang melanggar Kode Etik dan merekomendasikan untuk merehabilitasi anggota yang tidak terbukti bersalah. Sanksi dan Pemeriksaan Sanksi Sanksi yang dapat direkomendasikan Komisi Kehormatan Profesi Hakim kepada PP IKAHI adalah : 1. Teguran. 2. Skorsing dari keanggotaan IKAHI. 3. Pemberhentian sebagai anggota IKAHI. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan terhadap anggota yang dituduh melanggar Kode Etik dilakukan secara tertutup. 2. Pemeriksaan harus memberikan kesempatan seluas-Iuasnya kepada anggota yang diperiksa untuk melakukan pembelaan diri. 3. Pembelaan dapat dilakukan sendiri atau didampingi oleh seorang atau lebih dari anggota yang ditunjuk oleh yang bersangkutan atau yang ditunjuk organisasi. 4. Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang ditandatangani oleh semua anggota Komisi Kehormatan Profesi Hakim dan yang diperiksa. ETIKA PROFESI JAKSA PENGERTIAN ETIKA • Ethos = sifat (sifat pribadi) menjadi orang baik • Diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin, atau kecenderungan hati untuk berbuat baik • Self control PENGERTIAN JAKSA & PENUNTUT UMUM (psl 1 UU 16/2004) JAKSA • Pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh UU utk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan (inkracht) serta wewenang lain berdasarkan UU. PENUNTUT UMUM • Jaksa yg diberi wewenang oleh UU untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakum SUMPAH JAKSA • PASAL 10 AYAT 2 UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG NO.KEP052/J.A/8/1979 DOKTRIN ADHYAKSA TRI KRAMA ADHYAKSA CATUR ASANA TRI ATMAKA TRI KRAMA ADHYAKSA CATUR ASANA LANDASAN IDEAL • PANCASILA LANDASAN KONSTITUSIONAL • UNDANG-UNDANG DASAR 1945 LANDASAN STRUKTURAL • UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 LANDASAN OPERASIONAL • KUHAP, KUHP, & PER-UU-AN YG BERHUBUNGAN DENGAN PERANAN JAKSA TRI ATMAKA TUNGGAL • LEMBAGA NEGARA YG MEWAKILI PEMERINTAH DALAM URUSAN PENGADILAN DAN SETIAP TINDAKAN JAKSA DIANGGAP SBG TINDAKAN SELURUH KORPS MANDIRI • LEPAS DARI DEPARTEMEN KEHAKIMAN & MEMILIKI KEWENANGAN ISTIMEWA SBG PENEGAK HUKUM YG MEWAKILI PEMERINTAH DALAM BIDANG YUDIKATIF MUMPUNI • KEJAKSAAN MEMILIKI TUGAS LUAS,MELINGKUPI YUSTISIAL & NON-YUSTISIAL DENGAN KEWENANGAN YG CUKUP MELINGKUPINYA TRI KRAMA ADHYAKSA SATYA • KESETIAAN BERSUMBER PADA RASA JUJUR TERHADAP TUHAN YME, DIRI SENDIRI, DAN KELUARGA MAUPUN SESAMA MANUSIA ADHI • KESEMPURNAAN DALAM BERTUGAS DAN BERUNSUR UTAMA PADA RASA TANGGUNG JAWAB TERHADAP TUHAN YME, KELUARGA, & SESAMA MANUSIA WICAKSANA • BIJAKSANA DALAM TUTUR KATA DAN TINGKAH LAKU, KHUSUSNYA DALAM PENERAPAN KEKUASAAN DAN KEWENANGANNYA TUGAS & WEWENANG JAKSA (psl 30 ayat 1-3 UU 16/2004) • PIDANA • PERDATA & TATA USAHA NEGARA • KETERTIBAN & KETENTRAMAN RAKYAT BIDANG PIDANA • Melakukan penuntutan. • Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan inkracht. • Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, pengawasan, & lepas bersyarat. • Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan UU. • Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan. BIDANG PERDATA & TUN • Dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah KETERTIBAN & KETENTRAMAN UMUM • • • • Peningkatan kesadaran hukum masyarakat Pengamanan kebijakan penegakkan hukum Pengawasan peredaran barang cetakan Pengawasan kepercayaan yg dapat membahayakan masyarakat & negara • Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama • Penelitian & pengembangan hukum serta statik kriminal Dalam Menjalankan Tugas dan Wewenangnya Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung dengan membawahi : -6 Jaksa Agung Muda -31 Kepala Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. Lembaga Kejaksaan Dominus Litis (pengendali proses perkara). Menjadi filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Kejaksaan putusan pidana Executive Ambtenaar yaitu satu-satunya instansi pelaksana Dalam bidang Perdata & TUN sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan UndangUndang. KEWAJIBAN JAKSA DALAM MELAKSANAKAN TUGAS PROFESI a. Mentaati kaidah ubli, Peraturan Perundang-Undangan, dan Peraturan Kedinasan yang berlaku; b. Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan; c. Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadilan dan kebenaran; d. Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan /ancaman opini ublic secara langsung atau tidak langsung; e. Bertindak secara obyektif dan tidak memihak; f. Memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka /terdakwa maupun korban; g. Membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak ubli dalam mewujudkan ublic peradilan pidana terpadu; LANJUTAN ... h. Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau ublicen atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung; i. Menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya dirahasiakan; j. Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan; k. Menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak kebebasan sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan ublicent Hak Asasi Manusia yang diterima secara universal; l. Menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana; m. Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan; n. Bertanggung jawab secara eksternal kepada ublic sesuai kebijakan pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran. LARANGAN JAKSA • Menggunakan jabatan/kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak lain. • Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara. • Menggunakan kapasitas & otoritasnya untuk melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis. • Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta melarang keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya. • Menangani perkara yg mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, hub. Pekerjaan, partai/finansial, atau mempunyai nilai ekonomis langsung/tidak langsung. LANJUTAN… • Bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun • Membentuk opini publik yg dapat merugikan kepentingan penegakkan hukum. • Memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal teknis perkara yang ditangani. PENGAWASAN JAKSA JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PENGAWASAN Unsur pembantu pimpinan dalam melaksanakan tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang pengawasan, bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Tugas dan wewenang Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan adalah melaksanakan tugas dan wewenang kejaksaan di bidang pengawasan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan pengawasan atas kinerja dan keuangan intern Kejaksaan, serta pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Jaksa Agung sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. TINDAKAN ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN KODE ETIK • Pembebasan dari tugas jaksa (3 bulan-12 bulan) dan selama masa menjalani tindakan administrasi tersebut tidak diterbitkan Surat Keterangan Kepegawaian. • Pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain. Daftar pustaka • Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia • Peraturan Presiden RI Nomor 38 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia • Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 Tentang Kode Perilaku Jaksa • Yanuar Aditya,2010,Makalah Etika Profesi, http://yanuaradityap.blogspot.com/2010/05/makalah-etika-profesijaksa.html,diakses pada tanggal 18 Februari 2013 • Supanto,2010,Kode Etik Kejaksaan,http://supanto.staff.hukum.uns.ac.id/2010/03/21/kode-etikkejaksaan/. Diakses pada tanggal 18 Februari 2013 • http://kejaksaan.go.id/tentang_kejaksaan.php?id=1. diakses pada tanggal 18 Februari 2013 TANGGUNG JAWAB ETIKA PROFESI HUKUM (ADVOKAT)* * Sumber Referensi :Bambang Widjojanto, Depok, 14 Oktoberr 2011, Kuliah Umum di Universitas Indonesia, Senior Partner WSA Lawfirm Legal Advisor Partnership PENDAHULUAN • Pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman di dalam suatu Negara Hukum memerlukan profesi advokat. • Secara sosiologis, dinamika di masyarakat yang kian berkembang memerlukan dan membuat fungsi profesi advokat semakin meluas: • Tuntutan jaminan kesederajatan bagi setiap orang dimuka hukum kian mengemuka. • Konstitusi menegaskan “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepasytian hukum yg adil serta perlalkuan yang sama di muka hukum. • Pada konteks di atas, relevansi kehadiran profesi advokat kian material dan substantif. • Fakta lain juga menegakan, tindakan malpraktek atau pelanggaran atas “Ethics dan Conducts” juga punya tendensi kian meningkat. PERAN DAN FUNGSI ADVOKAT • Tidak ada suatu Negara Hukum yang memiliki Kekuasaan Kehakiman tetapi tidak memilikI Profesi Advokat; • Kekuasaan kehakiman yang merdeka memerlukan profesi advokat: • Profesi advokat ditujukan agar dapat diselenggarakan suatu peradilan yang jujur, adil dan memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran, keadilan dan HAM; • Advokat salah satu unsur sistem peradilan salah satu pilar untuk menegakkan supremasi hukum & HAM • Pemberian jasa hukum sebagai tugas dr seorang advokat ditujukan untuk: – tegaknya keadilan berrdasarkan hukum untuk kepentingan pencari keadilan: – memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak fundamentalnya di depan hukum; – (Lihat Penjelasan Umum UU Advokat) FAKTA KEBUTUHAN PROFESI HUKUM • Dinamika perkembangan masyarakat menuntut kebutuhan tersedianya advokat : • Tidak cukup banyak Advokat yang memiliki “kualitas” profesional dan integritas sesuai kebutuhan pasar sehingga terjadi “kompetisi” diantara para advokat: • Intensi dan potensi pelanggaran etik dan perilaku kian meningkat: ETIK PROFESI & PERILAKU SERTA PENEGAKKANNYA • Advokat dan profesi advokat memiliki tanggungjawab di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya; • Kode Etik dan Perilaku serta Komisi Etik & Perilaku menjadi ”instrumen” krn memuat seperangkat kaedah etik dan perilaku • Kode Etik & Perilaku ”instrumen” ”kompas” atau petunjuk untuk menjamin mutu moral dan kualitas profesional profesi itu; • Maksud dan tujuan memberikan jaminan kualitas, menjaga kehormatan dn nama baik bagi profesi dan organisasinya serta melindungi kepentingan publik; • Kode Etik & Perilaku merupakan mekanisme pendisiplinan, pembinaan, pengontrolan etos dan kualitas kerja anggota-anggota organisasi profesi; • Dalam proses penegakkannya dilakukan oleh Dewan Kehormatan Kode Etik dan Perilaku LINGKUP ETIK DAN PERILAKU • Ada lingkup Etik dan Perilaku dari Profesi Advokat, yaitu meliputi: – Diri Pribadi atau Kepribadian Pemangku Profesi Advokat; – Relasi atau hubungan Advokat dengan Kliennya; – Relasi dengan Koleganya dan dalam pelaksanaan profesinya; – Relasi dengan Masyarakat: KEPRIBADIAN ADVOKAT • Kaidah dan norma Kepribadian Advokat dapat dilihat dari: – SUMPAH ADVOKAT: – KEPRIBADIAN ADVOKAT yang dirumuskan di dalam Kode Etik Advokat: – Alasan filosofis dan sosiologis yang dirumuskan di dalam “Hal Menimbang” dan Penjelasan Umum UU Advokat KEPRIBADIAN ADVOKAT • Ada beberapa hal yang dirumuskan dalam Sumpah Advokat yg menjadi kepribadian Advokat, yaitu: – “…untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung, menggunakan nama atau apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang kepada siapapun juga …”: – “… dalam melaksanakan profesi … bertindak jujur, adil & bertanggungjawab …” – “… dalam menjalankan tugas profesi, di dalam atau di luar pengadilan, tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau menguntungkan perkara kilen …” – “… tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberikan jasa hukum …yang merupakan bagian dari pada tanggungjawab profesi …”; – UU Advokat menyatakan bahwa profesi advokat adalah profesi yang bebas, mandiri & bertanggung jawab: • Kepribabdian lainnya sesuai Kode Etik – “ … bersikap satria, jujur dalam pertahankan keadilan dan kebenaran … moral yang tinggi, luhur dan mulia, dan … menjunjung tinggi hu – “…dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum … dengan pertimbangan …tidak sesuai keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya …” – mengutamakan tegaknya Hukum, Kebenaran dan Keadilan, tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh imbalan materi; – “… dalam menjalankan profesinya … bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan wajib memperjuangkan HAM …” – “… tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan lain yang dapat merugikan kebebasan, derajat dan martabat Advokat”;. – “ …menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile); – “ …bersikap sopan terhadap semua pihak namun wajib mempertahankan hak dan martabat advokat. HUBUNGAN DENGAN KLIEN • harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai dalam perkara perdata; • menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya • tidak memberikan keterangan yang menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya. • tidak dibenarkan menjamin bahwa perkara yang ditanganinya akan menang • penentuan honorarium wajib mempertimbangkan kemampuan klien dan tidak dibenarkan membebani biayabiaya yang tidak perlu. • dalam mengurus perkara cuma-cuma memberikan perhatian yang sama . • wajib memegang rahasia jabatan oleh klien dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan; • tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi; • Menguindurukan diri dari pengurusan suatu kepentingan apabila timbul pertentangan kepentingan antara pihak. • Tidak menggunak hak retensi bila menimbulkan kerugian kepentingan klien. RELASI DENGAN KOLEGA • Hubungan teman sejawat dilandasi sikap saling menghormati, menghargai dan mempercayai; • Jika membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan dalam sidang pengadilan, tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik secara lisan maupun tertulis; • Keberatan atas tindakan teman sejawat diajukan ke Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk disiarkan melalui media massa atau cara lain. • tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman sejawat. • advokat yang baru dapat menerima perkara itu setelah ada bukti pencabutan pemberian kuasa kepada Advokat semula dan ingatkan klien untuk memenuhi kewajibannya; • Advokat semula wajib memberikan semua surat dan keterangan yang penting dengan memperhatikan hak retensi Advokat; . • wajib memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat. • wajib memberikan bantuan dan pembelaan hukum kepada teman sejawat yang diduga atau didakwa dalam suatu perkara pidana;. • Seorang Advokat yang diangkat jabatan Negara (Eksekutif, Legislatif dan judikatif) tidak dibenarkan untuk berpraktek sebagai Advokat dan tidak diperkenankan namanya dicantumkan atau dipergunakan oleh siapapun atau oleh kantor manapun dalam suatu perkara yang sedang diproses/berjalan; • TINDAKAN • Ada beberapa perbuatan Advokat yang dapat dikenakan tindakan, yaitu: – Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya: – Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya; – Bersikap, berkata, bertingkahlaku dan mengeluarkan pernyataan yg menunjukkan sikap tdk hormat kpd hukum, peraturan perundangan atau pengadilan; – Berbuat yg bertentangan dengan kewajiban, kehormatan atau harkat dan martabat profesinya. – Melanggar sumpah/jani dan kode etik profesi Advokat; – (Lihat Pasal 6 UU Advokat) Etika Kepolisian Etika Kepolisian menurut Kunarto (1997;91) adalah serangkaian aturan dan peraturan yang ditetapkan untuk membimbing petugas dalam menetukan, apakah tingkah laku pribadi benar atau tidak. Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia meliputi: Etika Kenegaraan Etika kelembagaan Kode Etik Kepolisian Etika kemasyarakatan Etika kepribadian Pengembangan Etika Kepolisian • Membangun masyarakat • Membentuk polisi yang baik • Membentuk pimpinan polisi yang baik Tugas Polri (pasal 13 undang – undang No. 2 tahun 2002 ) : Memelihara keamanan Menegakkan Hukum Memberikan Pelayanan • Wewenang 1. Menerima laporan dan / atau pengaduan 2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengannggu ketertiban umum 3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat 4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa 5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian Syarat Pengangkatan Anggota Kepolisian a. b. Warga negara Indonesia Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa c. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia d. e. f. g. h. i. Tahun 1945 Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat Berumur paling rendah 18 tahun Sehat jasmani dan rohani Tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela Lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan anggota kepolisian Pemberhentian anggota polri dari dinas kepolisian Negara Republik Indonesia • Berlaku ketentuan sebagai berikut Pemberhentian Dengan Hormat (PDH) apabila : a. mencapai batas usia pensiun; b. pertimbangan khusus untuk kepentingan dinas; c. tidak memenuhi syarat jasmani dan/atau rohani; d. gugur, tewas, meninggal dunia atau hilang dalam tugas. 1 Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH), apabila : a. Melakukan Tindak Pidana 1) dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang kekuatan hukum tetap dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2) diketahui kemudian memberikan keterangan palsu dan/atau tidak benar pada saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia . (3) melakukan usaha atau kegiatan yang nyata-nyata bertujuan mengubah Pancasila, terlibat dalam gerakan, atau melakukan kegiatan yang menentang negara dan/atau Pemerintah Republik Indonesia secara tidak sah. Pemberhentian Tidak Dengan Hormat sebagaimana dimaksud di atas dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Lanjutan b. Melakukan pelanggaran sumpah/janji anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, sumpah/janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. “Pemberhentian ini dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia” c. Meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut; atau melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat merugikan dinas Kepolisian; atau melakukan bunuh diri dengan maksud menghindari penyidikan dan/atau tuntutan hukum atau meninggal dunia sebagai akibat tindak pidana yang dilakukannya; atau menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. “Pemberhentian ini dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia” Fungsi polisi Samapta Lantas Intel Binamitra Reskrim Fungsi Polisi Fungsi Polisi diantaranya adalah : 1. SAMAPTA 2. LINTAS (lalu lintas) 3. INTELIJEN (intelijen) 4. RESKRIM (reserse kriminal) 5. BINAMITRA Pelanggaran Etika Kepolisian Pelanggaran Etika Kepolisian diantaranya adalah : 1. Pelanggaran hukum; 2. Pelanggaran wewenang; dan 3. Lalai Arti lambang Pedoman Hari Proklamasi Cita-cita Bangsa Pelindung Hati nurani Perlengkapan Polisi Proses Penyidikan tindak pidana pengaduan surat perintah tugas laporan hasil penyelidikan (LHP) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP). surat perintah penyidikan Proses Penyidikan Perkara Pidana Pengaduan Surat Perintah Tugas Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Surat Perintah Penyidikan Bagan Pengaduan Kepolisian PERTETMUAN KE 12 dan 13 FILSAFAT HUKUM BERDASARKAN PANCASILA PEMBUKAAN UUD1945 A. FUNGSI DAN KEDUDUKAN PEMB.UUD 1945 • • Pembukaan UUD45 merupakan STAATSFUNDAMENTALNORM, yaitu sebagai sumber hukum dasar, baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak tertulis. Konsekuensi : seluruh peraturanperundang-undangan dari yang tertinggi sampai yang terendah materinya tidak boleh kontradiksi dengan nilainilai yang terdpt dlm Pemb.UUD45, karena pada hakikatnya seluruh peraturan hukum merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai yg ada dlm Pemb.UUD45. Pemb.UUD45 merupakan sumber bagi seluruh peraturan hukum lainnya, tetapi mengapa dalam Tata urutan Peraturan Perundang-undangan (1966 – 2004), Pemb.UUD45 tidak dicantumkan ?, sbg antisipasi terhadap terjadinya amandemen, shg secara hierarkhis formal kedudukan Pem.UUD45 dipisah dg peraturan hukum lain, tetapi scr hierarkhis material memiliki hubungan causal organis, tidak terpisah. TATA URUTAN PER-UU-AN a. Berdasarkan TAP MPR No.XX/MPRS/1966 • UUD45 • TAP MPR • UU/PERPU • PP • Kep.Pres • Peraturan-peraturan Pelaksanaan lain,spt – Peraturan menteri – Instruksi menteri – Dll b. Berdasar Tap MPR No.III/MPR/2000, ttg Sumber Hukum dan tata urutan per-uuan • UUD45 • Ketetapan MPR • UU • PERPU • Peraturan Pemerintah • Keputusan Presiden • Peraturan Daerah lanjutan c. Berdasar UU No.10 tahun 2004, tgl 22 juni 2004 • • • • • UUD45 UU/PERPU Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Daerah a.Perda propinsi b.Perda kabupaten / kota c.Peraturan desa/peraturan yang singkat. Lanjutan…. • Berdasar UU nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan : Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. B.KONSTRUKSI DASAR TERTIB HUKUM INDONESIA • Teori Stuffen Theory Hans Kelsen ? Grund Norm Norma Umum Norma Khusus • Atau Nilai dasar Norma Umum norma praktis • Aplikasi : Pemb.UUD45 UUD45Norma hukum lainnya. • Pembukaan UUD45 sbg Staatsfundamentalnorm, merupakan asas kerokhanian tertib hukum Indonesia, di dalamnya terdapat pengakuan adanya hukum kodrat (alinea I),hukum etis (alinea I,II,III), hukum Tuhan (alinea III), dan hukum filosofis, yaitu asas kerokhanian Pancasila yg mendasari hukum positif Indonesia (alinea IV). HUBUNGAN PEMB.UUD45 DG HUKUM POSITIF • Hukum Tuhan, hukum etis, hukum kodrat, dan hukum filosofis tersebut merupakan sumber bahan dan sumber nilai bagi hukum positif Indonesia. Dalam hal ini negara merupakan pelaksana yg aktif dalam pelaksanaan dan realisasi hukum positif dg mengambil bahan dari hukum dan nilai yg terdapat dlm pemb.UUD45 tadi, disesuaikan dg situasi, kondisi, serta kebijakan tertentu. KONSEKUENSI • Konsekuensi bagi setiap realisasi dan pelaksanaan hukum positif Indonesia harus senantiasa sesuai dg hukum Tuhan, hukum etis, hukum kodrat, dan hukum filosofis. Nilai-nilai hukum tersebut sekaligus juga merupakan ukuran bagi setiap hukum positif Indonesia, yaitu UUD dan seluruh peraturan perundangan yg lain apakah telah sesuai dg aturan-aturan yg berasal dr Tuhan (hukum Tuhan), dg perikemanusiaan dan perikeadilan(hukum kodrat), dg nilainilai kebaikan (hukum etis), dan dg nilai-nilai Pancasila yg abstrak umum universal (hukum filosofis). KESIMPULAN • Jadi,pertama: pelaksanaan hukum positif Indonesia harus berlandaskan asas-asas nilai kerokhanian Pancasila dan asas-asas nilai lainnya spt tertuang dlm pemb.UUD45. • Kedua; mrupakan suatu keharusan bagi negara Indonesia untuk menjadikan nilai-nilai dlm Pemb.UUD45 tadi sbg ukuran dlm penyusunan, pengembangan, dan interpretasi semua peraturan hukum yg berlaku di Indonesia PERTEMUAN 14 DAN 15 PERMASALAHAN DLM FIL.HUKUM 1. HUBUNGAN HUKUM DENGAN KEKUASAAN • • • Hukum bersifat imperatif, tetapi realitasnya tidak semua taat, shg membutuhkan dukungan kekuasaan, besarnya kekuasaan tergantung pada tingkat kesadaran hukum masyarakat. Dalam praktek, kekuasaan sering bersifat negatif, yaitu berbuat melampaui batas-batas kekuasaan, shg hukum dibutuhkan sbg pembatas kekuasaan (selain kejujuran ,dedikasi dan kesadaran hukum). Betapa eratnya dan pentingnya relasi antara hukum dan kekuasaan, hukum tanpa kekuasaan,angan-angan, tetapi kekuasaan tanpa hukum akan dzalim. Bagaimana agar hubungan keduanya selalu harmonis dan sinergis ? a. keseimbangan power b. dialog yg sehat ,efektif c. sadar akan keterbatasan 2. HUKUM DAN NILAI SOSIAL BUDAYA • Hukum yg baik adalah hukum yg materinya berasal dr nilai sosial budaya masyarakat. • Persoalan : terjadinya pergeseran nilai dan anomaly dlm masyarakat. • Sejauh mana pergeseran nilai boleh terjadi ? shg masih layak dijadikan sbg materi hukum yg baik? a. Pergeseran nilai tetap harus sesuai dg hierarkhi nilai yg disepakati b. Membutuhkan kajian lebih lanjut tentang materi hukum yg berasal dr masyarakat , nilai dr masy. diolah tidak diterima mentah, inilah fungsi dr penguasa atau para ilmuwan , sbg mitranya masyarakat. 3.SEBAB NEGARA MENJATUHKAN HUKUMAN • Terdapat tiga teori yg dpt dijadikan dasar pembenaran negara memberi hukuman pada warganya: • Teori Kedaulatan Tuhan,negara sbg badan yg mewakili Tuhan di dunia ini untuk mewujudkan ketertiban hukum di dunia, shg berhak menghukum bagi pelanggar hukum. • Teori Perjanjian masyarakat, rakyat telah memberikan kekuasaan pd negara untuk membentuk peraturan dan menjatuhkan hukuman pd pelanggar demi ketertiban dan kedamaian konsekuensi: rakyat berjanji mentaati dan bersedia dijatuhi hukuman. • Teori Kedaulatan Negara, hanya negara yg berdaulat dan berkuasa untuk membentuk hukum. Adanya dan berlakunya hukum krn dikehendaki negara, shg negara berhak memberi hukuman. • Lili Rasjidi: negara memiliki tugas sangat berat, mewujudkan cita-cita bangsa, shg negara akan memberi hukuman kpd siapapun yg menghambat usaha mencapai cita-cita tadi. 4. SEBAB ORANG MENTAATI HUKUM • Terdapat tiga alasan pembenaran : • Teori Kedaulatan Tuhan, hukum dicipta oleh Tuhan, manusia sbg makhluk wajib taat (scr langsung), dan adanya anggapan raja adalah wakil Tuhan, shg manusia harus sll taat pada Tuhan (scr tidak langsung). • Teori Perjanjian masyarakat, hukum sbg hasil kesepakatan bersama seluruh masyarakat, shg mereka harus taati bersama juga. • Teori Kedaulatan Negara, orang mentati hukum krn merasa wajib utk mentaatinya, sebab hukum is kehendak negara • Teori Kedaulatan Hukum, orang mentaati hukum krn hukum merupakan perumusan kesadaran hukum rakyat. 5. MASALAH PERTANGGUNGJAWABAN • Pertanggungjawaban is kewajiban utk memikul segala akibat dr sikap dan perilaku subjek hukum, yg dilakukan scr sadar, bebas, dan nalar. • Subjek hukum dibebaskan dr tanggjwb, apabila: • belum cukup umur • sedang terganggu jiwa / ingatannya • sedang dlm pengaruh hipnotis,sihir • subjek hukum tidak dpt menentukan kehendaknya scr bebas dan sadar 6. MASALAH HAK MILIK • Hak milik merupakan salah satu hak asasi manusia • Beberapa pandangan ttg hak milik : • Individualisme – liberalisme ; hak milik merupakan hak mutlak individu, dan boleh berbuat apapun • Kolektivisme: pemilikan alat produksi harus pd masy bukan individu. • Fascisme; membatasi dan melenyapkan ha-hak asasi • Personalisme : manusia sbg persona sosial, hak milik pribadi diselaraskan dengan kepentingan masyarakat SUMBER REFERENSI Kardoman Tumangger (Faculty of Law UNPAD) • FX. DJOKO PRANOWO • ARY NATALINA