filsafat hukum - Data Dosen UTA45 JAKARTA

advertisement
Bahan Ajar TA 2014/2015
FILSAFAT HUKUM
2 SKS
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2015
BAHAN AJAR
FILSAFAT HUKUM
2 SKS
Oleh
TEAM FH UTA’45 JAKARTA
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2015
POKOK BAHASAN FILSAFAT HUKUM
• Pokok Bahasan
1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Filsafat Hukum
2. Pokok-pokok Bahasan Filsafat Hukum
3. Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum
4. Aliran-aliran Filsafat Hukum
5. Pengertian Dan Tujuan Hukum Secara Filosofis
6. Keadilan Dan Hukum Yang Benar Dan Adil
7. Filsafat Hukum Berdasarkan Pancasila
8. Etika Profesi Hukum
9. Kapita Selekta I
10. Kapita Selekta II
REFERENSI
Darji Darmodiharjo & Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1988.
I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990.
__________, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu?, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991.
Buku-buku Penunjang :
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1998.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum, (Terj.) Muhammad radjab, Jakarta:
Bhratara, 1996.
FILSAFAT HUKUM
Oleh:
TEAM FH UTA’45 JAKARTA
Pertemuan 1
FILSAFAT
A. FAKTOR PENDORONG
TIMBULNYA FILSAFAT
1. Keheranan
Banyak filsuf yg menyatakan bahwa rasa
heran manusia (bhs Yunani thaumasia
sebagai pendorong timbulnya filsafat.
Keheranan
menyebabkan
manusia
berpikir untuk mendapatkan jawaban
mengapa demikian.
2. Kesangsian
Augustinus dan Rene Descartes menya-takan
bahwa kesangsian merupakan sum-ber utama
pemikiran.
Manusia merasa heran, kemudian ragu-ragu
dengan kemampuan inderanya. Di mana
kepastian dapat ditemukan. Untuk itulah
manusia kemudian berpikir secara mendalam
dan komprehensif.
3. Kesadaran akan keterbatasan
 Manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil
dan lemah terutama jika dibandingkan dengan
alam sekelilingnya.
Manusia merasa dirinya memiliki kemampuan yang
sangat terutama pada saat menghadapi
penderitaan.
Dengan kesadaran akan keterbatasannya, manusia
mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang
terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
4.Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada
alam semesta dan isinya
Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa
kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang
Pencipta.
Kekaguman tsb. kemudian mendorong manusia
untuk berusaha mengetahui alam semesta itu
sebenarnya apa, bagaimana asal usulnya (masalah
kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya
sendiri, mengenai eksistensi, hakikat, dan tujuan
hidupnya.
•
B. PENGERTIAN FILSAFAT
1. Tinjauan Secara
Etimologis
PHILO
PHILOSOPHIA
SOPHIA
PHILOSOPHY
Lanjutan ….
•
•
•
•
•
PHILO : love
PHILEIN : to love
SOPHIA : wisdom
PHILOSOPHIA : love of wisdom
PHILOSOPHY : cinta akan kebijaksaan (love of
wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Lanjutan ….
 Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy
(bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of )
dan sophia (wisdom). Jadi secara etimologis filsafat artinya
cinta atau gemar akan kebajikan (love of wisdom).
 Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar
atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya
kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.
Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguhsungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada
mulanya.
2. Definisi Filsafat
Menurut Immanuel Kant
Filsafat merupakan pengetahuan yang
menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang di dalamnya tercakup
masalah
epistemologi
(filsafat
pengetahuan) yang menjawab persoalan
apa yang dapat kita ketahui.
Lanjutan ….
Menurut N. Driyarkara
Filsafat adalah permenungan yg sedalamdalamnya tentang sebab-sebab “ada” dan
“berbuat” permenungan tentang kenyataan yg
sedalam-dalamnya, sampai “mengapa”
yang “penghabisan”.
3. Esensi Pengertian Filsafat
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar
secara nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan
pengetahuan sumber daya, hakikatnya, keabsahan-nya, dan
nilainya.
4. Pemikiran kritis atas pengandaian-pengandaian dan
pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang
pengetahuan.
C. CIRI-CIRI FILSAFAT
1. Komprehensif/Menyeluruh : Pemikiran filsafat
merupakan pemikiran yg luas, tak membatasi diri
dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang
saja.
2. Mendasar/radikal : Pemikiran filsafat merupakan
pemikiran yg dalam sampai pada hasil yg
fundamental atau esensial.
3. Konseptual: Berpikir filsafat adalah berpikir
melampau batas pengalaman hidup sehari-hari
Lanjutan ….
4. Koheren dan konsisten : Koheren artinya sesuai
dengan kaidah-kaidah berpikir logis dan konsisten
artinya tak mengandung kontradiksi.
5. Bebas : Berpikir filsafat adalah berpikir secara bebas,
bebas dari prasangka sosial, kepentingan politik, dst.
D. OBJEK FILSAFAT
1. Objek material filsafat adalah segala sesuatu
yang ada, yang meliputi : ada dalam
kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada
dalam kemungkinan (Lasiyo dan Yuwono,
1994 : 6).
2. Objek formal filsafat adalah hakikat dari
segala sesuatu yang ada (Lasiyo dan Yuwono,
1994 : 6).
E. PERANAN FILSAFAT
SEBAGAI
PENDOBRAK
FILSAFAT
SEBAGAI
PEMBEBAS
SEBAGAI
PEMBIMBING
1. FILSAFAT SBG. PENDOBRAK
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia
tertawan dalam penjera tradisi dan kebiasaan.
Dalam penjara tersebut, manusia terlena dalam
alam mistik (gaib) yang penuh sesak dgn hal-hal
yang serba rahasia yang terungkap lewat berbagai
mitos.
Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan
tembok
tradisi.
Meski
pendobrakan
itu
membutuhkan waktu yang cukup panjang.
2. FILSAFAT SBG. PEMBEBAS
Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara
tradisi yang penuh dgn mitos, tetapi juga membawa
manusia keluar dari kekangan tsb.
Filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikir mistis . Filsafat membebaskan manusia dari
ketidak tahuan dan kebodohannya.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang
tidak kritis, yang membuat manusia mudah menerima
kebenaran semu yang menyesatkan.
3. FILSAFAT SBG. PEMBIMBING
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir
mistis dengan membimbing manusia untuk berpikir
secara rasional.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir
yang picik dan dangkal dan membimbing manusia
untuk berpikir secara luas dan mendalam.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir
yang tak teratur dan tak jernih dan membimbing
manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis.
F. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1. IDEALISME
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau
aliran yang menganggap bahwa
realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau
jiwa, ide-ide dan pikiran atau yang
sejenis dengan itu.
Lanjutan ….
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting
dalam perkembangan sejarah pikiran manusia.
Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam
bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang
menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang
merupakan kenyataan sebenarnya.
Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Lanjutan ….
2. MATERIALISME
Materialisme merupakan faham atau aliran yang
menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi
atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak
mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad
pertengahan, orang menganggap asing terhadap
faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung
(pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan
penganut yang penting di Eropah Barat.
Lanjutan ….
3. DUALISME
 Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang
memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat
yaitu hakekat materi dan hakekat rohani.
 Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas
berdiri sendiri, sama azazi dan abadi.
 Perhubungan antara keduanya itu mencipta-kan
kehidupan dalam alam. Contoh yang paling jelas
tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah
terdapat dalam diri manusia.
Lanjutan ….
4. EMPIRISME
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu
"empiris" yang berarti pengalaman inderawi. Oleh
karena itu empirisme dipahami sbg pandangan yg
memandang pengalaman sebagai sumber utama
pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya
adalah
baik
pengalaman
lahiriah
yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah
yang menyangkut pribadi manusia.
Lanjutan ….
5. RASIONALISME
Rasionalisme adalah merupakan faham atau
aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide
yang masuk akal.Selain rasio, tidak ada sumber
kebenaran yang hakiki.
Zaman
Rasionalisme
berlangsung
dari
pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke
XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu
pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif
daya akal budi (ratio) untuk menemukan
kebenaran.
Lanjutan ….
6. FENOMENALISME
 Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham
yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah
sumber pengetahuan dan kebenaran.
 Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang
menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan
bidang evidensi yang langsung.
 Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, "a way
of looking at things".
G. CABANG-CABANG FILSAFAT
1.
2.
3.
4.
5.
METAFISIKA (filsafat tentang hal ada)
LOGIKA (filsafat tentang berpikir)
ETIKA (filsafat tentang pertimbangan moral)
ESTETIKA (filsafat tentang keindahan)
EPISTEMOLOGI (filsafat tentang pengetahuan):
1) FILSAFAT ILMU
2) FILSAFAT PENDIDIKAN
3) FILSAFAT SEJARAH
4) FILSAFAT MATEMATIKA
5) FILSAFAT POLITIK
PERTEMUAN II
PENGERTIAN FILSAFAT dan SEJARAH FILSAFAT
Arti secara Etimologis
•
•
•
•
Berdasar asal katanya, kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani
PHILOSOPHYA. Kata ini merupakan gabungan dari dua kelompok akar
kata.
• Kelompok akar kata pertama adalah kata Philein dan sophos.
Philein berarti cinta dan sophos berarti kebijaksanaan.
Cinta bukan sbg noun, bukan sbg adjective, tetapi cinta = verb
Verb ?  kerja manusia untuk mengerjasamakan ketiga unsur dlm
jiwanya  bijaksana
Kelompok akar kata kedua adalah kata phylo dan sophya. Phylo =
sahabat, dan sophya = kebijaksanaan. Maksud : Manusia harus dapat
berperan sbg sahabat kebijaksanaan dalam kondisi apapun juga.
Arti filsafat secara historis
•
Filsafat sebagai mother of scientiaum
- perlu diingat sejarah awal lahirnya filsafat sampai berkembangnya faham
Positivisme
•
Filsafat sebagai interdisipliner ilmu
-perlu diingat berbagai fenomena dalam perkembangan ilmu (arogansi
ilmiah,vak idiot,persoalan humanistik)
Arti secara terminologis
•
Filsafat sebagai PANDANGAN HIDUP (FALSAFAH), merupakan hasil
pensikapan manusia thd alam sekitarnya, kebenarannya masih bersifat
subjektif, baik individual maupun kolektif.
•
Filsafat sbg ILMU (FILSAFAT), yang memenuhi syarat ilmu :
1.
Berobjek;
2.
Bermetode;
3.
Bersistem; dan
4.
universal
FILSAFAT SEBAGAI ILMU
– Berobjek Objek material = segala sst yang ada , Objek
Formal = dari segi hakikat
– Bermetode  Analisis Abstraksi
– Bersistem  adanya kesatuan dari unsur ontologi,
epistemologi, dan aksiologi
– Universal  kebenaran hasil pemikirannya dpt diterima
dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja, minimal bagi
kelompok ilmuwan yg sama.
CIRI DAN PRINSIP BERFILSAFAT
•
CIRI-CIRI BERFIKIR FILOSOFIS
–
–
–
–
•
Radikal  mendasar, mendalam
Integral  kesatuan unsur-unsur intrinsic
Komphrehensif  kesatuan dg unsur-unsur lain yg relevan 
menyeluruh
Sistematik bertahap & bertanggungjawab
PRINSIP-PRINSIP BERFIKIR FILOSOFIS
–
–
–
–
–
Principium Identitatis  A = A
Principium Contradictionis  A >< B
Principium Exclusi tertii  A=A / A=B
Principium Sufficient Reason  If A=B harus ada alasan cukup
Principium Exemplaris  Ada example, contoh/bukti nyata.
PENGERTIAN HUKUM
Menurut Von Savigny
= Hukum tidak dibuat, tetapi hukum ada / lahir dan lenyap bersama-sama
masyarakat. Pengertian ini hanya dapat diberlakukan untuk hukum
kebiasaan / hukum tidak tertulis  lahir pengertian hukum tidak
tertulis
Menurut Roscoe Pound
= hukum is a tool for sosial engineering  hukum hanya dapat diaplikasikan /
berfungsi apabila masyarakat tidak berlangsung seperti yang
diidealkan pengertian ini biasanya berupa hukum tertulis / hukum
formal
Pengertian hukum secara umum
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yg mengatur keseluruhan
kegiatan manusia yang disertai dengan sanksi dan bersifat imperatif.
Imperatif : Imp.hipotetis dan imp.kategoris
PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM
–
ARTI FILSAFAT HUKUM
a. Menurut Van Apeldoorn
Fil.Hukum adl ilmu yg menjawab pertanyaan apakah hukum itu ? Ilmu hukum
tidak dapat memberi jawaban yg memuaskan, krn jawabannya sebatas
ada fenomenanya, gejala. melahirkan hukum yg bersifat formalistic
belaka
b. Menurut Utrecht
Filsafat hukum merupakan ilmu yg menjawab pertanyaan apakah hukum itu,
apa sebab orang mentaati hukum, keadilan manakah yg dpt dijadikan
sbg ukuran baik-buruknya hukum.
c. Secara Umum
Filsafat Hukum is ilmu yg mempelajari asas / pendirian yg paling mendasar
tentang hukum  ilmu yg mempelajari hakikat terdalam dari hukum 
ilmu yang mencari / menemukan “ruh”-nya hukum .
PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM
2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ADANYA FILSAFAT HUKUM
–
–
–
–
Adanya kebimbangan tentang kebenaran dan keadilan dr hukum yg
berlaku, dan adanya ketidakpuasan terhadap aturan hukum yg
berlaku, krn tidak sesuai dg keadaan masy. Yg diatur hukum tsb.
Adanya kesangsian terhadap nilai peraturan hukum yg berlaku
Adanya aliran yg berpendapat bahwa satu-satunya sumber hukum
adalah hukum positif (hukum yg berlaku saat itu)
Adanya pendirian bahwa hukum adalah suatu gejala masyarakat
yang harus meladeni kepentingan masyarakat, shg landasan hukum
adalah penghidupan sendiri.
lanjutan
3. TUJUAN FILSAFAT HUKUM
• Menjelaskan nilai-nilai dan dasar-dasar
hukum sampai pada dasar filosofisnya 
ditemukan hakikat, esensi, substansi, ruhnya hukum  shg hukum mampu hidup
dalammasyarakat,
(kejujuran,kemanusiaan,keadilan,equity)
lanjutan
4. FUNGSI DAN PERAN FILSAFAT HUKUM
– Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
hukum dalam hidup bersama
– Menumbuhkan ketaatan pada hukum
– Menemukan ruhnya hukum
– Menghidupkan hukum dalam masyarakat
– Memacu penemuan hukum baru
lanjutan
8. KAJIAN FILOSOFIS TERHADAP HUKUM
•
Agar ruh-nya hukum dapat ditemukan maka hukum harus
dikaji dengan menerapkan ciri-ciri berfikir filosofis, dan
dalam menyelesaikan setiap persoalan hukum dengan
menggunakan prinsip-prinsip berfikir filosofis.
•
MAHASISWA LATIHAN !
- diskusi kelompok penerapan ciri berfikir filosofis dlm
penyelesaian masalah hukum
- mencari dua masalah hukum yang sejenis dari surat kabar
(media masa), kemudian dianalisis dengan menerapkan
prinsip berfikir filosofis.
lanjutan
5. TERBENTUKNYA HUKUM
Menurut Glastra van Loon, terbentuknya hukum dikelompokkan dalam tiga
kategori :
a. Menurut Aliran Legisme (abad 15-19)
• Terbentuknya hukum melalui pembuatan undang-undang, shg hukum
identik dg undang-undang.
• Undang-undang merupakan satu-satunya sumber hukum, shg kebiasaan
dan hukum adat bukan peraturan hukum, kecuali apabila undangundang menentukannya.
• Pembentukan hukum di luar uu dianggap tidak dapat menjamin
kepastian hukum, shg dianggap bukan sbg hukum.
• Tokoh ; Paul Laband, Jellinek, Hans Nawiasky, Hans Kelsen, John Austin
lanjutan
b. Menurut Freirechtslehre (abad 19-20)
•
Terbentuknya hukum hanya di dalam lingkungan peradilan, dan
dilakukan di peradilan  peranan hakim sangat dominan, hakim sbg
pembentuk hukum.
•
Undang-undang dan kebiasaan bukan sumber hukum, tetapi hanya
sbg sarana pembantu hakim dalam upaya untuk menemukan hukum
pada kasus yg konkrit.
lanjutan
c. Menurut Heersende Leer (abad 20)
•
Hukum terbentuk melalui berbagai cara:
–
Lewat pembentukan UU
–
Dengan interpretasi UU
–
Penjabaran dan penyempurnaan UU oleh hakim
–
Melalui pergaulan hidup
–
Lewat kasasi.
lanjutan
6. Sumber Hukum : sesuatu yg dapat menimbulkan hukum
• Sumber Hukum :
• SH Ideal, yg meliputi Common Law dan Authoritarian Law
• SH Faktual, meliputi; Authoritarian law, common law,
Jurisprudenci, traktat, doktrin.
lanjutan
• Pendapat lain ttg sumber hukum:
– Sumber Hukum Material, sumber hukum yg
menentukan isi kaidah hukum
– Sumber Hukum Formal,sumber hukum yg
menentukan bentuk kaidah hukum. Materi
hukum butuh suatu form agar menjadi kaidah
hukum yg berlaku secara umum, mengikat dan
ditaati.
Bentuknya
antara
lain;UU,
kebiasaan,adat,traktat
lanjutan
7. BENTUK HUKUM :
• Menurut J.F Glastra van Loon, ada 4 bentuk
hukum :
• hukum tak tertulis
• hukum tercatat
• hukum tertulis
• hukum yg terkodifikasi
SISTEM FILSAFAT HUKUM
1. 0ntologi hukum
Sebagai hasil penerapan ciri berfikir filosofis radikal.
Hal yang dibahas didalamnya adalah :
- Objek kajian ilmu hukum, termasuk objek kajian
sesungguhnya
- Asumsi dasar ilmu hukum
Objek yang dikaji ilmu hukum : produk-produk
hukum, asas hukum,sumber hukum,sistem
hukum,subjek hukum.
lanjutan
• Dalam objek hukum tersebut tidak akan ada berbagai masalah
apabila di dlmnya sudah ada kesadaran hukum. Jadi objek
sesungguhnya ilmu hukum adalah kesadaran hukum
masyarakat.
• Berbagai objek ilmu hukum tersebut agar berkembang perlu
kajian, kajian tersebut biasanya diawali dengan meragukan
kebenaran asumsi dasarnya . Asumsi dasar dapat dipahami
sebagai asas-asas hukum. Misal : Asas praduga tak bersalah.
Pengertian dr asas ini adl jika seseorang belum terbukti
bersalah tidak dapat diperlakukan sbg tersangka. Tingkat
pemahaman dan perwujudan asas ini masih membutuhkan
kajian, tidak boleh diterima begitu saja. Kajian yg dilakukan
akan mengembangkan ilmu kita.
2. Dimensi Epistemologi
• Dimensi epistemologi ada sebagai konsekuensi penerapan ciri
berfikir filosofis ,integral.Setelah ditemukan berbagai faktor /
sebab dr suatu persoalan, maka kemudian dpt ditentukan
sumber persoalan,metode mengatasinya, ukuran kebenaran
hasil pemikirannya / solusinya.
• Jd dimensi epistemologi ilmu hukum membahas ttg sumber
hukum, metodenya ilmu hukum, baik metode menemukan
maupun metode analisisnya,dan ukuran kebenaran produkproduk hukum.
1. Sumber hukum is sst yg dpt menimbulkan hukum. Terdapat
bbrp pendapat ttg sumber hukum, sbb:
- Glastra Van Loon : s.h is keputusan-keputusan
pemerintah,jurisprudensi,kebiasaan.
Lanjutan
Utrecht, s.h ditentukan dr aspek sejarah, sosiologi,
antropologi, dan filsafat.
- Muchsan : s.h material dan s.h formal, yg pertama
menentukan isi kaidah hukum,yg kedua menentukan bentuk
kaidah hukum
- scr substansial : s.h ideal dan s.h faktual.yg pertama berupa
cita-cita,nilai, yang dpt berasal dr masyarakat dan penguasa.
Yg kedua berupa ketentuan-ketentuan konkrit untuk
mewujudkan cita-cita tadi.
2. Metode perumusan hukum
Metode yang diambil biasanya disesuaikan dg sumber kajian /
objeknya. Sumber materi hukum yang ideal adl hasil
konfirmasi/ dialog antara rakyat dengan penguasa.
-
Lanjutan
Metode yang sesuai dengan sumber / objek kajian spt tsb
menurut Mudzakkir adalah metode interpretasi. Dalam
pelaksanaannya metode ini akan mempertimbangkan empat
aspek, yaitu aspek ideal (ke atas), aspek kontekstual (ke
bawah), aspek historis ( ke belakang), dan aspek teleologis (ke
depan). Konsekuensinya setiap produk apapun pada saat
perumusannya harus dipertimbangkan dengan cita-cita
negara, cita-cita rakyat, latar belakang sejarah, dan tujuan
bersama yg bersifat progresif. Proses perumusan hukum tidak
boleh tergesa-gesa, gegabah.
Lanjutan
• Metode Pengumpulan data : Studi
pustaka,wawancara,angket,observasi,angket,studi
dokumen,interview
• Metode Analisis data :Analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Yang banyak dipakai adalah analisis kualitatif. Jenis
analisis kualitatif, a.l : deskriptif yuridis,
sosiologis,filosofis,historis, dan kualitatif komparatif
• Metode penemuan hukum : Interpretasi (interpretasi
gramatikal, sistematis,historis, teleologis / sosiologis,
komparatif, futuristis), Analogi, a contrario, penyempitan
hukum, eksposisi.
lanjutan
3. Ukuran kebenaran produk hukum
Ada empat teori kebenaran (dlm filsafat) :
a. Teori kebenaran koherensi  tdk boleh ada
contradictio interminis
b. Teori kebenaran korespondensi  sesuai fakta dlm
masy.
c. Teori kebenaran pragmatis  manfaat bg masy
d. Teori kebenaran perfomatis  merubah masy
(cara berfikir, sikap,perilaku,motivasi)
3. Dimensi Aksiologi
Dimensi aksiologi diakibatkan dr penerapan ciri berfikir
komprehensif dan sistematik.
Apabila telah dihasilkan produk-produk hukum yang sudah
terukur tingkat kebenarannya, maka dapat diterapkan dan
dikembangkan dengan tetap mempertimbangkan berbagai
nilai yg melingkupinya, yaitu nilai yuridis,etis,estetis, religius.
Konsekuensinya, setiap produk hukum akan dapat mengangkat
harkat martabat manusia dan bermanfaat bagi kemaslahatan
umat (sesuai dengan visi dan misi diciptakan dan
dikembangkannya ilmu)
PERTEMUAN KE 3
SEJARAH PEMIKIRAN TTG HUKUM
I. Masa Yunani - Romawi
• Filsof-filsof I (Anaximander,Heraklitos,Permenides) ; Hukum tidak terbatas pada
masyarakat manusia, tetapi juga untuk semesta alam, shg antara hukum alam dan
hukum positif menjadi satu, sbg bagian dari hukum Ilahi
• Kaum Sofis
• Negara disebut dengan Polis, dan pada abad V SM polis sudah demokratis; sudah
bukan polis yg res patricia, ttp polis yang res publica.
Saat itu sudah ada aturan hukum yg jelas (UU), dan warga ikut aktif dlm
pembuatan UU, shg baik dan adil hukum berdasar pada keputusan manusia, bukan
pada aturan alam, shg tidak ada kebenaran objektif, yg berakibat pada suatu
anggapan manusia sbg ukuran segala-galanya  kesewenang-wenangan 
anarkhi nihilisme.
• Keadaan tersebut melahirkan pemikiran bagi para filsof, antara lain:
lanjutan
1. Socrates
• Kebenaran objektif  dilakukan dg peningkatan
pengetahuan  mll pendidikan, shg tugas utama
negara adalah mendidik warga negara dlm
keutamaan (arête). Arete is taat pada hukum negara,
yg didasarkan pd pengetahuan intuitif ttg yang baik
dan benar (ada dlm setiap manusia), disebut theoria.
Cara : Refleksi atas diri sendiri, Gnooti Seauton.
lanjutan
2. Plato
- Karya (ttg negara) : Politeia dan Nomoi
- Ajaran :
A. Dualisme, ada dunia ide, eidos, dan dunia fenomen, shg negara juga
ada negara ideal, dan negara fenomen. Dalam negara ideal segalanya
sangat teratur secara adil.
Bagaimana dapat teratur? dikaji dari keteraturan jiwa, yaitu ketiga
unsur jiwa (akal,rasa,karsa) akan memiliki keteraturan apabila ada
kesatuan harmonis apabila perasaan dan nafsu dikendalikan dan
ditundukkan oleh akal  Keadilan : terletak pada batas seimbang
antara ketiga bagian jiwa  aplikasi: negara harus diatur scr seimbang
sesuai dg bagian-bagiannya  keadilan.
Bagian-bagian negara menurut Plato:
a.kelas orang-orang yg memiliki kebijaksanaan
b.kelas orang yg memiliki keberanian  kelas tentara
c.kelas orang yg memiliki pengendalian diri
•
Adil, if setiap golongan berbuat sesuai dg tempat dan fungsinya
(tugasnya).
Lanjutan Plato
B.Kitab UU  didahului dg preambul (motif dan
tujuan metaati UU)  w n taat tidak karena
takut, tetapi karena insaf akan kegunaan UU tsb.
Menurut Plato if ada pelanggaran disebabkan
karena kekurangtahuan tentang keutamaan
hidup, shg diperlukan pendidikan, pendidikan ini
antara lain berupa hukuman, shg hukuman
bertujuan untuk memperbaiki sikap moral si
pelanggar, jika tidak dpt diperbaiki moralnya,
lebih baik dibunuh.
lanjutan
3. Aristoteles
Karya : Politika (8 jilid)
Pemikiran : pemisahan antara hukum alam dan hukum
positif  muncul masalah ketaatan. Ketaatan
cenderung imp. Hipotetis bukan imp.kategoris.
JAMAN ROMAWI
• Ajaran Stoa sangat berpengaruh .
• Hubungan manusia dengan diri sendiri dan dg logos. Hubungan dg logos
ini melalui hukum universal (lex universalis), terdapat pd segala yg ada,
shg disebut pula lex aeterna (hukum abadi) menjelma ke alam Lex
naturalis, sbg dasar bagi hukum positif.
• Keutamaan seseorang adalah taatnya pada hukum alam bukan pada
hukum positif, UU ditaati if sesuai dg hukum alam.
• Yg penting dlm perkembangan hukum jaman ini adalah timbulnya ius
gentium. Alur piker ; Budi ilahi hukum alam berlaku di mana-mana
bagi semua orang  bersifat abadi berlaku bagi semua bangsa 
ditampung dlm hukum positif negara mjd hukum bangsa-bangsa. Jadi
hukum bangsa-bangsa adalah hukum alam yg menjelma mjd hukum
positif semua bangsa, jadi bukan hukum bangsa-bangsa dlm arti modern
yg mengatur hubungan antar bangsa.
MASA ABAD PERTENGAHAN
»
»
»
Filsafat hukum tidak mengalami perkembangan, agama Kristen
maju pesat
Terjadi peralihan Pemikiran-pemikiran filsafat ( termasuk fil.hukum)
dipengaruhi agama Kristen, shg bercorak religius  zaman
Skolastik
pemikiran, dari Yunani ke Kristiani
» Tokoh :
1.Augustinus : Allah pencipta segalanya  hukum abadi (lex
aeterna)  dlm jiwa manusia disebut hukum alam (lex naturalis)
LANJUTAN
2. Thomas Aquinas
•
Kebenaran wahyu mjd pedoman bagi kebenaran dari akal budi 
keduanya diakui ada
•
Hukum :
a.dari wahyu : hukum ilahi positif (ius divinum positivum )
b.dari akal budi manusia
- ius naturale (primer dan sekunder)
- ius gentium
- ius positivum humanus
c. keadilan: sesuatu yg sepatutnya bagi orang lain menurut kesamaan
proporsional
- iustitia distributive
- iustitia commutative
- iustitia legalis
MASA RENAISSANCE DAN MODERN
• Terjadi perubahan pola dasar pemikiran manusia, dr
terbelenggu mjd bebas berfikir  segala aspek kehidupan
manusia mengalami perkembangan pesat (adanya ilmuilmu cabang, penemuan daerah baru negara baru)
• Hal tsb juga berpengaruh pd pemikiran hukum : rasio
manusia yg berdiri sendiri sbg satu-satunya sumber hukum.
Dalam konstruksi hukum ,logika manusia merupakan unsur
penting.
• Tokoh-tokoh yang berpengaruh diantaranya adalah :;
Lanjutan abad modern
1. Machiavelli  Il-Principle (Sang Raja)
Naturalisme belaka : raja mempertahankan kekuasaan dg
kekerasan, moral dan hukum hrs sesuai dg tuntutan politik
 absolut.
2. Locke
• ada tiga kekuasaan : legislative, eksekutif, federatif
• Negara hukum, negara mjd neg. hukum if prinsipprinsip dari hukum privat dan hukumpublik
diwujudkan  utk mengatasi kesewenangwenangan.
lanjutan
3. Voltaire
• Feodalisme : bangsawan dan rakyat kedudukannya
dibedakan sekali  ketidakadilan muncul slogan :Liberte,
egalite, fraternite
4. Montesquieu, antara hukum alam dan situasi konkrit bangsa
erat hubungannya.
• Hukum alam , berlaku utk manusia sbg manusia
perealisasian dlm bentuk hukum dan negara tergantung dr
situasi, histories, psikis, cultural suatu bangsa  shg UU
berbeda-beda
• Tiga bentuk negara: monarchi, republik, despotisme
• Trias politica : legislative, eksekutif, federatif, yudikatif
….lanjutan
•
Rousseau
•
Contract Social: kebebasan asli dpt dipertahankan if setiap orang dan
harta bendanya menyerahkan diri pada masyarakat. Sesudah kontrak,
manusia bebas lagi, sebab apa yg telah diserahkan tadi akan
dikembalikan kpd orang-orang utk perkembangan masing-masing.
Dengan kontrak sosial manusia mendapat pengesahan dari hakhaknya sbg manusia, baik scr moral, yuridis. Kolektivitas akan
menjamin kesatuan yg sempurna antar orang  sederajat
–
–
–
–
–
–
–
–
» Perbedaan sebelum dan sesudah kontrak
banyak jadi satu
individu-individu  badan politik
kebebasan dan kekuasan asli kebebasan sipil
penyitaan barang dg kekerasan milik menurut hukum
kehendak semua orang kehendak umum
kepentingan individu  kep.umum
nafsu  kebebasan moral
ketidaksamaan  kesamaan
MASA MODERN
• Fil.Hukum bukan lagi produk filsof, tetapi sbg
produk para ahli hukum, sebab pada saat ahli
hukum sampai pada dasar-dasar persoalan,
spekulasi terdalam pasti akan kembali ke
filsafat (hukum).
PERTEMUAN KE 4 dan 5
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM
1.ALIRAN HUKUM ALAM
Prinsip : Hukum itu berlaku scr universal dan bersifat pribadi
Jenis:
a.Hukum alam yg bersumber dr tuhan
b.Hukum alam yg bersumber dr rasio manusia
Tokoh : Thomas Aquinas, menurutnya hukum ada 4, yaitu :
b.1. Lex aeterna: ratio tuhan, bukan indra manusia
b.2. Lex divina: bagian ratio tuhan = indra manusia
b.3. Lex naturalis; penjelmaan lex aeterna dlm ratio manusia
b.4. Lex positivis: hukum yg berlaku, yg merupakan
pelaksanaan hukum alam,disesuaikan dengan keadaan
dunia
lanjutan
2. ALIRAN HUKUM POSITIF
• Didasari oleh pemikiran hukum legisme
• Tokoh :
a. John Austin , hukum adalah perintah dr penguasa untuk mengatur
makhluk berfikir hukum merupakan system yg logis, tetap, tertutup.
Hukum terpisah dari keadaan dan pertimbangan nilai-nilai moral.
Menurutnya hukum dibagi mjd :
1. Hukum yg dicipta tuhan
2. Hukum dr manusia : hukum yg sesungguhnya dan hukum yg semu
–
Hukum yg sesungguhnya terdiri dr hukum yg dibuat penguasa
(UU0, dan hukum yg dibuat pribadi w.n utk mengatur hak-haknya.
Sedangkan hukum yg semu hanya mengikat bagi yg
berkepentingan.
–
Hukum yg sesungguhnya terdr dr 4 unsur : adanya perintah,
adanya sanksi, adanya kewajiban, adanya kedaulatan.
lanjutan
b. Hans Kelsen
•
Ajaran Hukum Murni, hukum harus dibersihkan
dari unsure-unsur yg tdk yuridis (etis, sosiologis,
politis) .
• Jadi menolak berlakunya huku alam dan
eksistensi hukum kebiasaan.
• Ajaran Stufen-theorie, system hukum merupakan
suatu hierarkhi hukum, suatu ketentuan hukum
bersumber dr ketentuan hukum lain yg lebih
tinggi.
lanjutan
3. ALIRAN MAZHAB SEJARAH
•
•
Tokoh : Von Savigny , Hukum itu tidak dibuat,
tetapi tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat.
Dasar pemikiran : bangsa  jiwa rakyat
perbedaan kebudayaan dan hukum yg berlaku,
shg tidak ada hukum yg universal. Isi hukum
ditentukan
oleh
pergaulan
bangsa
yg
bersangkutan dari masa ke masa, shg hukum
merupakan hasil perjalanan sejarah suatu bangsa.
lanjutan
•
•
•
4. ALIRAN SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
Sintesa dr aliran hukum positif dan mazhab sejarah.
Hanya hukum yg sanggup menghadapi ujian akal akan
bertahan hidup. Unsur kekal dr hukum adalah pernyataan
akal yg berdasar pengalaman dan diuji oleh pengalaman
juga. Pengalaman dikembangkan oleh akal, akal diuji oleh
pengalaman. Shg hukum is pengalaman yg diatur dan
dikembangkan oleh akal, kemudian diumumkan dg
wibawa oleh badan pebentuk UU dlm masy.yg
berorganisasi politik dan dibantu oleh kekuasaan masy.
Inti ajarannya : Living law in live.
lanjutan
• ALIRAN PRAGMATIC LEGAL REALISM
• Tokoh :John Chipman Gray, Karl Leewelly
• Inti ajaran ; Agar hukum (UU) bermanfaat
betul bagi masyarakat, maka dalam
pembuatannya harus memperhatikan logika,
kepribadian, politik, prasangka, dan ekonomi.
 Sepanjang sejarah hukum mulai dari zaman yunani atau romawi hingga dewasa ini kita
dihadapkan dengan berbagai teori hukum. Dari hasil kajian antropologi sendiri telah
terbuktibahwa hukum berkembang dalam masyarakat, ³Ibi ius ibi societas´ dimana ada
masyarakatdisitu ada hukum. Para pakar telah mengklasifikasikan aliran-aliran filsafat hukum
adalahsebagai berikut:
 a.Soerjono Soekanto membagi aliran filsafat hukum, adalah sebagai berikut: Mazhab
formalitas, Mazhab sejaran dan kebudayaan, Aliran utilitarianisme, Aliran sociological
yurisprudence dan Aliran realism hukum.
 b.Satjipto Rahardjo, mengemukakan berbagai aliran filsafat hukum adalah sebagai
berikut;Teori Yunani dan Romawi, Hukum alam, Positivisme dan utilitarianisme, Teori
hukummurni, Pendekatan sejarah dan antropologis, dan Pendekatan sosiologis.
 c.Lili Rasdji, mengemukakan aliran-aliran yang paling berpengarus saja adalah
sebagaiberikut; Aliran hukum alam, Aliran hukum positif, Mazhab sejarah,
Sociologicaljurisprudence, Pragmatic legal realism.
Aliran hukum alam
Adapun berbagai teori tentang hukum adalah sebagai berikut:
1. Aliran Hukum Alam
Aliran hukum alam adalah hukum
yang berlaku universal dan abadi yang bersumber
dari Tuhan,
filsafat keadilan sebagaimana dikembangkan oleh teori plato/ aristoteles dan Thomas Aquino.
a.Plato mengutarakan pandangan tentang harmoni suasana yang alami tentram
b.Aristoteles mengutarakan (membagi dua adalah hukum alam dan hukum positif) teoridualisme, sebagai kontribusi
(manusia bagian dari alam, manusia adalah majikan dari alam)
c.Thomas Aquino : ³Summa Theologica´ dan ³De Regimene Principum´. Membagi asas hukum alam menjadi dua adalah
sebagai berikut:
i.Principia Prima adalah merupakan asas yang dimiliki oleh manusia semenjak lahir dan bersifat mutlak.
ii.Principia Secundaria adalah merupakan asas yang tidak mutlak dan dapat berubah menurut tempat dan
waktu
d.Immanuel Kant mengutarakan pandangan tentang hukum kodrat metafisis yaitu tentangkodrat dan kebebasan.
Kodrat adalah merupakan lapangan dari akal budi, yang tersusunatas kategori kategori pikiran, yang terdiri atas
empat komponen dasar, yaitu kualitet,kuantitet, relasi dan modalitet, tetapi dibatasi ruang dan waktu. Kebebasan
adalahlapangan dari dan bagi akal budi praktis, wilayah moralitas, yaitu kebebasan normativeetis dari manusia,
yang menampilkan ideal kepribadian manusia.
Hukum Alam Irasional

Hukum Alam Irasional

Filsafat Thomas Aquinas mengakui bahwa disamping kebenaran wahyu juga terdapat kebenaran
akal. Adanya pengetahuan yang tidak ditembus aleh akal dan untuk itulah diperlukan iman. Dengan
demikian, menurut Aquinas, ada dua pengetahuan yang berjalan bersama-sama, yaitupengetahuan
alamiah dan pengetahuan iman. Mengenai pembagian hukum,Friedmann menggambarkan pemikiran
Aquinas denganmenyatakan ada empat macam hukum yang diberikan Aquinas, yaitu lex aeterna (hukum
rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia), lex divina (hukum rasio Tuhan yang
bisa ditangkap oleh pancaindera manusia), lex naturalis (hukum alam, yaitu penjelmaan lex aeterna ke
dalam rasio manusia) dan lex positivis (penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di dunia).
Hukum alam merupakan sebagai metode tertua yang dapat dikenali sejak zaman sampai abad
pertengahan (abad 7 dan ke-18). Hukum alam adalah merupakan sebagai substansi (isi) yaitu berisikan
norma-norma, peraturan-peraturan dapat diciptakan dari asas-asas hak sasasi manusia.Hukum alam
menganggap pentingnya hubungan antara hukum dan moral.
Aliran Hukum Positifisme
Aliran Hukum Positifisme
Aliran Positifisme menganggap bahwa keduanya hukum dan moral dua hal yang harus dipisahkan. Dan
aliran ini dikenal sadnya dua subaliran yang terkenal yaitu;
a.
Aliran hukum positif yang analitis, pendasarnya adalah John Austin. Ada empat unsure penting
menurut Austin dinamakan sebagai hukum;

Ajarannya tidak berkaitan dengan penelitian baik-buruk, sebab penelitian ini berada di luar bidang
hukum.

Kaidah moral secara yuridis tidak penting bagi hukum walaupun diakui ada pengaruhnya pada
masyarakat.

Pandangannya bertentangan baik dengan ajaran hukum alam maupun dengan mazhab
sejarah.

Masalah kedaulatan tak perlu dipersoalkan, sebab dalam ruang lingkup hubungan politik sosiologi
yang dianggap suatu yang hendak ada dalam kenyataan. Akan tetapi aliran hukum positif pada
umumnya kurang atau tidak memberikan tempat bagi hukum yang hidup dalam masyarakat.
Aliran Hukum Positifisme…lanjutan

Austin mengemukakan ciri-ciri positivism, adalah sebagai berikut yaitu :

Hukum adalah perintah manusia (command of human being).

Tidak ada hubungan mutlak antar hukum moral dan yang lainnya.

Analitis konsepsi hukum dinilai dari studi historis dan sosiologis.
b.
System hukum adalah merupakan system yang logis, tetap, dan bersifat tertutup dan di dalamnya
terhadap putusan-putusan yang tetap.

Aliran hukum positif murni, dipelopori oleh Hans Kelsen. Latar belakan ajaran hukum murni merupakan
suatu pemberontakan terhadap ilmu idiologis, yaitu mengembangkanhukum sebagai alat pemerintah
dalam negara totaliter. Dan dikatakan murni karenahukum harus bersih dari anasir-anasir yang tidak
yuridis yaitu anasir etis, sosiologis,politis, dan sejarah. Maka menurut Hans Kelsen hukum itu berada
dalam dunia ³sollen´dan bukan dalam dunia ³sain´. Sifatnya adalah hipotesis, lahir karena kemauan dan
akalmanusia. Ajaran Hans Kelsen mengemukakan Stufenbau des Recht (hukum itu tidak boleh
bertentangandengan ketentuan yang lebih atas derajatnya). Dan John Austin mengemukakan ada dua
bentukhukum, adalah sebagai berikut; Positif law dan Positif morality.
Aliran Mahzab Sejarah dan Aliran Sociological Yurisprudence

Aliran Mazhab Sejarah

Aliran Mazhab sejarah dipelopori Friedrich Carl von Savigny (Volk geist) hukum kebiasaan sumber hukum
formal. Hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama samadengan masyarakat.
Pandangannya bertitik tolak bahwa di dunia ini terdapat banyak bangsa da ntiap-tiap bangsa memiliki
volksgeist´ jiwa rakyat. Dia berpendapat hukum semua hukumberasal dari adat-istiadat dan kepercayaan
dan bukan berasal dari pembentukan undang undang.

Aliran Sociological Yurisprudence

Sociological Yurisprudence (living law) dipelopori Eugen Ehrlich (german) tapi berkembang diAmerika
Serikat (Roscoe) konsep hukum, hukum yang dibuat agar memperhatikan hukum yanghidup dalam
masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis. Mengakui sumber hukum formalbaik undang undang
maupun bukan undang undang asal. Dipengaruhi oleh aliran positifsosiologis dan August Comte yang
orientasinya sosiologis. Inti pemikiran Roscoe Pound hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan
hukum yanghidup di dalam masyarakat. Berpegang kepada pendapat pentingnya, baik akal maupun
pengalaman.
Aliran Pragmatic Legal Realism dan Aliran Antropolitica Yurisprudence
Aliran Pragmatic Legal Realism
Aliran Pragmatic Legal Realism dipelopori oleh Roscoe Pound konsep hukumnya ( Law
as a tool of social engineering ) sub aliran positivisme hukum Wiliam James dan
Dewey mempengaruhi lahirnya aliran ini. Titik tolaknya pada pentingnya rasio atau
akal sebagai sumberhukum. Menurut Liewellyn, aliran realism adalah merupakan
bukan aliran dalam filsafat hukum,tetapi merupakan suatu gerakan movement´
dalam cara berfikir tentang hukum.
Aliran Antropolitica Yurisprudence
-Northrop dan Mac Dougall. Northrop mengutarakan pendapatnya bahwa hukum
mencerminkan nilai sosial budaya. -Mac dougall dan Values system mengutarakan
pendapatnya bahwa hukum mengandung sistem nilai. Mempengaruhi pendapat
Mochtar Kusumaatmadja.
Aliran Utilitarianisme
Aliran Utilitarianisme
Aliran Utilitarianisme dikemukakan tokoh aliran ini dalah Jeremy Bentham
dan mengutarakanpendapatnya memegang prinsip manusia akan
melakukan tindakan untuk mendapatkankebahagiaan yang sebesarbesarnya dan mengurangi penderitaan (hukum itu harus bermanfaatbagi
masyarakat, guna mencapai hidup bahagia). Merupakan aliran yang
meletakkan dasar dasarekonomi bagi pemikiran hukum, prinsip utamanya
adalah tujuan dan evaluasi hukum.Bentham dan Jhon Stuart Mill memiliki
pendapat yang sejalan yaitu pembentukan undang-undang hendaknya
dapat melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan
bagisemua individu.
PERTEMUAN KE 6
PENGERTIAN DAN TUJUAN HUKUM SECARA FILOSOFIS
 Pengertian Filsafat Hukum.
 Filsafat hukum memiliki ruang lingkup lebih luas karena di dalam filsafat
hukum memuat teori hukum, metode penelitian huku, tujuan hukum, dan
manfaat hukum. Filsafat hukum memberikan penjelasan tentang hukum yang
sangat mendasar dan holistik.
 Teori hukum hanya bersifat memberikan penjelasan tentang sebuah fenomena
hukum atau fakta hukum, ruang lingkupnya lebih sempit dan tidak terlalu
mendasar.
 Meuwissen berpendapat bahwa filsaft hukum merefleksi semua masalah
fundamental yang berkaitan dengan hukum, dan tidak hanya merefleksi hakekat
hukum atau metode dari ilmu hukum atau ajaran metode saja.
 Filsafat hukum adalah filsafat, karena itu ia merenungkan semua masalah
fundamental dan masalah marginal yang berkaitan dengan gejala hukum.
Menurut Apeldorn, filsafat adalah kegiatan berpikir secara sistematis yang
hanya dapat merasa puas menerima hasil-hasil yang timbul dari kegiatan
berpikir itu sendiri.
 Menurut Mahadi : filsafat hukum adalah falsafah tentang hukum, falsafah
tentang segala sesuatu di bidang hukum secara mendalam sampai ke akarakarnya secara sistematis.
 Purnadi Purbacaraka menyatakan bahwa filsafat hukum adalah perenungan
dan perumusan nilai-nilai, penyelarasan nilai-nilai, seperti anatara
ketertiban dan ketentraman, kebendaan dan keakhlakan, dan antara
kelanggengan atau konservatisme dengan pembaharuan atau perubahan.
 E. utrecht memberikan rumusan bahwa filsafat hukum memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti : apakah hukum itu
sebebnarnya? (persoalannya adanya dan tujuan hukum). Apakah sebabnya
kita menaati hukum? (persoalan : berlakunya hukum). Apakah yang
menjadi ukuran baik dan buruknya hukum itu? (persoalan : keadilan
hukum). Pertanyaan-pertanyaan diatas membawa orang memahami hukum
sebagai kaedah dalam kata ethisch wardeordeel.
 Soerjono Soekanto mengatakan filsafat hukum itu mencakup kegiatan
perenungan nilai-nilai dan penyerasian nilai-nilai yang berpasangan tetapi
kadangkala bersitegang.
 Satjipto Raharjo mengemukakan bahwa filsafat hukum itu mempersoalkan
pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat hukum, ttg dasar-dasar bagi
kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang
mendasar itu.
 Gustav Radburch merumuskan dengan sederhana yaitu bahwa filsafat
hukum itu adalah cababng filsafat yang memperlajari hukum yang benar,
sedangkan Langemeyer mengatakan bahwa pembahasan secara filosofis
tentang hukum.
 Lili Rasjidi dalam bukunya Pengatar Filsafat Hukum,
menyatakan bahwa
beliau menyimpulkan dari berbagai
macam pendapat bahwa filsafat hukum itu adalah :
1. Sebagai cabang filsafat, yaitu filsafat etika dan moral;
2. Bahwa yang menjadi objek pembahasannya adalah hakikat
hukum, yakni inti dari dasar yang sedalam-dalamnya dari
hukum;
3. Mempelajari atau menyelidiki lebih lanjut hal-hal yang
tidak dapat dijawab oleh ilmu-ilmu hukum.
Tujuan Hukum
 Gustav Radburch membagi menadi 3 bidang kajian yang menjadi tujuan
filsafat hukum untuk mencari, menemukan dan menganalisisnya, yaitu :
1.
Aspek keadilan aitu menyangkut keselarasan, keseimbangan, dan
keserasian antara hak dan kewajiban subjek hukum;
2.
Aspek tujuan keadilan atau finalitas yaitu menentukan isi hukum agar
sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan hukum sebagai
instrumentalnya.
3.
Aspek kepastian hukum atau legalitas yaitu menjamin bahwa hukum
mampu memberikan dan menetapkan hak atas sesuatu dari seseorang
sebagai subjek hukum.
Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik
1.
Melakukan kajian hukum substantif secara holistik, menyeluruh, dengan
demikian dapat ditemukan hukum yang seharusnya sesuai dengan harapan
masyarakat, walaupun disana tidak meungkin ditemukan kesepahaman,
sebab setiap pemikir hukum tentu memiliki pemahaman sendiri,
pemikiran yang subyektif yang diselarahkan dengan paradigma yang
dianutnya. Untuk menemukan hukum yang demikian, kita melakukan
pertanyaan : apakah hukum itu?
Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik..lanjutan
2.
Melakukan kajian hukum secara metodelogis, metode pendekatan untuk
melakukan pengembangan terhadap hukum substantif, walaupun disini
tidak mungkin ditemukan satu metode untuk semua pendekatan hukum.
Sebab masing-masing pendekatan secara paradigmatik tentu mwmilki
metode berpikirnya masing-masing. Untuk menemukan metode hukum
yang tepat, kita mengajukan pertanyaan : bagaimana cara yang digunakan
untuk menemukan hukum substantif iyu,
Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik..lanjutan
3.
Melakukan kajian terhadap hukum scara alikatif yaitu melakukan evaluasi
terhadap hukum yang sedang berlaku disni saat ini, hukum positif. Untuk
menemukan hal yang dicari dalam konteks yang demikian, pertanyaan
yang diajukan : untuk apa hukum ini dibuat?, apakah hukum posistif itu
telah sesuai dengan tujuan yang telah diletakan oleh hukum itu sendiri?
Dan apakah hukum positif telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
oleh masyarakat pendukungnya?.
Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik…lanjutan
4.
Untuk menemukan hukum yang lebih sesuai dengan kebutuhan
masyrakat. Pertanyaan yang diajukan ialah ; mengapa hukum ini yang
diberlakukan, bukan hukum yang lain? Apakah hukum ini benar-benar
sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat?.
5.
Untuk menemukan hukum sebagai pedoman yang tepat bagi para
pelaksana hukum, para birokrat, para penegak hukum, para yurist, dan
sebagainya. Pertanyaan yang selalu diajukan : bagaimana hukum yang
baik dan fungsional itu digunakan untuk kepentingan masyarakat? Hukum
itu alat ataukan tujuan? Apa tugas hukum sebenar-benarnya?.
Tujuan Filsafat Hukum secara Spesifik…lanjutan
 Secara umum, filsafat hukum dapat digunakan untuk memahami masingmasing aliran, mahzab, atau paradigma yang berada di balik benak manusia
pemikir hukum. Dengan memahami perbedaan yang dianut, maka akan
ditemukan kekayaan dari masing-masing pemikir itu dan dengan demikian
hakekat hukum dapat pula ditemukan. Dari sekian paradigma hukum itu,
dapat dipilih, digabungkan, disari dan diracik menjadi sesuatu yang khas,
hukum yang khas, hukum positif yang sosiologis, kultural dan filosofis.
Pertemuan 7
Keadilan hukum yang benar dan adil
 Arti keadilan.
 Terdapat dua diksi yang sama namun berbeda dalam penerapannya, yaitu
adil dan ketidakadilan.
 Adil menurut hukum disamakan bahwa orang tidak menghiraukan hukum
itu adalah orang yang tidak adil dan orang yang menaati hukum itu adil,
maka semua hal yang didasarkan kepada hukum dapat dianggap sebagai
adil, dalam hal mana istilah “menurut hukum” itu kita artikan apa yang
secara tegas diharuskan oleh pembentuk undang-undang.
 Arti keadilan adalah kebajikan yang sempurna, oleh karena ia
melaksanakan kebajikan yang sempurna. Akan tetapi ia bersifat sempurna
dengan cara yang khusus, oleh karena orang yang memiliki keadilan itu
mampu untuk menerapkannya terhadap pihak yang memiliki keadilan itu
mampu untuk menerapkannya terhadap pihak yang lain dan bukan hanya
dalam keadaan yang mengenai dirinya sendiri.
 Menurut Apeldoorn,
keadilan niscaya juga mengimplikasikan tertib
hukum. Jadi keadilan adalah substansi dari tertib hukum maupun ketertiban
umum, sehingga tidak berlebihan jika kita tegaskan bahwa fungsi utama
dari hukum pada akhirnya adalah untuk menegakan keadilan.
ARISTOTELES
• AJARAN KEADILAN ARISTOTELES = MISOTES (FILSAFAT MORAL. Hukum = Moral)
yaitu bahwa keadilan adalah titik tengah di antara berbuat tidak adil dan menderita
ketidakadilan
• FIAT JUSTITIA BEREAT MUNDUS = memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi haknya
– justitia correctiva (keadilan korektif) = keadilan yang didasarkan atas transaksi
(sunallagamata) baik dilakukan secara sukarela maupun dengan paksaan.
Keadilan ini pada umumnya terjadi dalam lapangan hukum privat seperti jualbeli, tukar-menukar, atau sewa-menyewa.
– justitia distributiva (keadilan distributif/membagi) = keadilan membagi yang
membutuhkan distribusi atas pe102nghargaan. Keadilan ini berkenaan dengan
hukum public.
THOMAS AQUINAS = FILSAFAT SCOLASTIKA
• THOMAS AQUINAS :
– KEADILAN KHUSUS = IUSTITIA SPESIFICA
– KEADILAN UMUM = IUSTITIA GENERALE/UNIVERSALITA
• KEADILAN KHUSUS:keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas.
– keadilan yang membagi (justitia distributiva): keadilan ini menuntut
keadilan dalam membagikan serta membutuhkan pengorbanan.
Mis, hakim harus memiliki kompetensi sebagai hakim
– keadilan karena kebersamaan (justitia commutativa): adalah
keadilan berkenaan dengan kehidupan bersama dalam masyarakat
yaitu dalam transaksi seperti tukar-menukar, sewa-menyewa, jualbeli.
– keadilan yang memberi (justitia vindikativa): yaitu keadilan
berkenaan dengan pemberian sanksi jika kewajiban yang wajib
dikerjakannya tidak dikerjakan atau perintah yang wajib dihindari
tetapi tidak dihiraukannya.
• KEADILAN UMUM (IUSTITITA LEGALIS): keadilan menurut hukum =
keadilan normatif
 Terdapat beberapa pengertian tentang keadilan dan keadilan. Konsep ini
disesuaikan dengan konsep-konsep dari sudut pandang para filsuf (jaman
dahulu) yang memberikan pandangan yang berkaitan dengan adil dan enar,
diantaranya adalah :
 Adapun ciri-ciri atau sifat adil sebagai berikut :
1) Tidak memihak (impartial)
2) Sama hak (equal)
3) Bersifat hukum (legal)
4) Sah menurut hukum (law ful)
5) Layak ( fair)
6) Wajar secara moral (equitable)
7) Benar secara moral (righteous)
Teori-Teori Keadilan
 Teori Keadilan bertugas untuk menerangkan sifat-sifat dasar dan asal
mula dari keadilan. Teori Keadilan sangat penting untuk diketahui dan
dipahami, sebab suatu perbuatan akandikatakan adil kalau kita tahu
tentang keadilan. Dalam pembahasan ini, tidak akan dibahas teori-teori
berdasarkan kurun waktu, tetapi pembahasan ini akan mengungkapkan
pendapat beberapa tokoh keadilan, yang akan kita sebut teori keadilan.
 Tokoh-tokoh yang pernah mengungkapkan teorinya tentang keadilan
sebagai berikut :
Teori Keadilan Aristoteles
Teori-teori keadilan menurut Aristoteles yaitu sebagai berikut:
a. Keadilan Komutatif (Comutative Justice)
Keadilan komutatif adalah keadilan yang berhubungan dengan persamaan yang
diterima oleh setiap orang tanpa melihat jasa-jasanya.Yang ditekankan dalam
keadilan ini adalah asas persamaandari setiap orang, tanpa membedakan dan
melihat tenaga yang telah dikeluarkan, kemampuan atau jasa-jasa yang telah
disumbangkannya.
b. Keadilan Distributif (Distributive Justice)
Keadilan Distributif yaitu keadilan yang diterima seseorang berdasarkan jasa atau
kemampuan yang telah disumbangkannya (P dan K, 1980:9). Keadilan ini
menekankan pada studi keseimbangan antara bagian yang di terima seseorang
dengan jasa yang telah diberikannya. Orang yang mempunyai persamaan dalam
ukuran yang ditetapkan, maka kedua orang itu harus memperoleh benda yang
sama. Bila kedua orang itu tidak mempunyai persamaan dalam ukuran yang telah
ditetapkan, maka masing-masing orang itu akan memperoleh bagian (benda) yang
tak sama. Dengan kata lain bila kedua orang itu mempunyai persamaan haruslah
diperlakukan sama, bila berbeda harus pula diperlakukan beda dalam proposi yang
sama. Agar pembagian itu merupakan keadilan, maka distribusi tersebut harus
berwujud suatu perimbangan (propotion).
Teori Keadilan Aristoteles…lanjutan
c. Keadilan Kodrat Alam ( natural justice)
Keadilan alamiah (kodrat alam), yaitu keadilan yang bersumber pada hukum
alamiah/hukum kodrat (jus Naturale).Menurut para ahli hukum Romawi, hukum
alamiah ditentukan oleh akal manusia yang dapat merenungkan sifat dasarnya
sebagai makhluk berakal dan bagaimana seharusnya kelakuannya yang patut
diantara sesama manusia.
d. Keadilan Konvensional
Keadilan Konvensional yaitu keadilan yang mengikat warga negara, karena keadilan itu
didekritkan melalui suatu kekuasaan khusus.Keadilan Konvensional menekankan
pada keputusan/aturan kebiasaan yang harus dilakukan warga negara yang
dikeluarkan oleh suatu kekuasaan.Jadi suatu tindakan yang dilakukan warga negara
dianggap adil karena memang berdasarkan suatu aturan/keputusan, kebiasaankebiasaan yang dianggap lazim dalam suatu wilayah kekuasaan tertentu.
e. Keadilan Perbaikan (Remedial Justice)
Keadilan Perbaikan yaitu untuk mengembalikan persamaan dengan menjatuhkan
hukuman kepada pihak yang bersangkutan. Keadilan ini khusus ditujukan terhadap
seseorang atau orang lain yang dirugikan atau beruntung karena dalam proses
pengadilan.
Teori Keadilan Menurut Plato
Menurut Plato sebaiknya yang memerintah suatu negara adalah seorang yang
arif dan bukannya hokum, karena hokum tidak memahami secara
sempurna apa yang paling adil untuk semua orang, dan karenanya tidak
dapat melaksanakan yang terbaik.
Dari ungkapan tersebut, berarti seorang raja harus mempunyai jiwa filsafat,
supaya mengetahui apa itu keadilan dan bagaimana keadilan itu harus
dicapai oleh negara.
Plato mengungkapkan dua teori keadilan, yaitu:
a. Keadilan Moral, yaitu keadilan yang dasarnya keselarasan (harmoni). Oleh
karena itu dia berpendapat bahwa keadilan itu timbul karena adanya
pengaturan atau penyesuaian yang member tempat yang selaras kepada
bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat.
b. Keadilan Prosedural atau Keadilan Hukum merupakan sarana untuk
melaksanakan keadilan moral yang berkedudukan lebih tinggi daripada
hokum positif dan adat kebiasaan.
Teori Keadilan Menurut Thomas Hobbes
Thomas Hobbes adalah salah seorang tokoh teori perjanjian masyarakat, oleh
karena itu konsepsi mereka tentang keadilan didasarkan pada teori
perjanjian
masyarakat,
masyarakat.Menurut
bahwa
manusia
kontruksi
pada
dia
dasarnya
dalam
jelek,
perjanjian
suka
cakar
menyakar.Jadi manusia harus dikendalikan, harus ada kekuatan yang
mengendalikan manusia.
Menurutnya suatu tindakan dikatakan adil kalau suatu perjanjian yang telah
dibuat ditaati, dan ketidakadilan adalah tidak lain daripada ketiadaan
pelaksanaan (pelanggaran) dari perjanjian yang telah dibuat.
Pentingya membiasakan berbuat dan berlaku adil terhadap
sesama
Franz Magnis Suseno mengemukakan bahwa orang yang sama sekali tidak
dapat memahami apa yang dimaksud keadilan, percuma kita dekati agar ia
bertindak dengan lebih adil.
Perlakuan dan perbuatan yang adil harus diterapkan dan dibiasakan dalam
berbagai bidang kehidupan, yaitu diantaranya:
a. Berlaku dan berbuat adil dalam bidang ekonomi
1) Memberikan upah yang sama kepada setiap orang yang sama, dan
memberikan upah yang berbeda kepada setiap orang yang berbeda.
2) Pembagian-pembagian yang wajar yang bertalian dengan
kesejahteraan
3) Memberikan hak dan kebebasan kepada orang lain untuk memiliki
sesuatu, dan untuk menjual serta membeli sesuatu.
Pentignya berbuat adil…lanjutan
b. Berlaku dan berbuat adil dalam bidang politik
1) memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengemukakan
pendapat baik secara lisan maupun tulisan, sesuai dengan aturan
yang berlaku.
2) memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang yang sama
untuk menduduki suaru jabatan tertentu.
3) pengakuan kedudukan seseorang sebagai warga yang sederajat.
4) memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga yang sama
untuk ikut serta dalam pemilihan umum, dan sebagainya.
c. Berlaku dan berbuat adil dalam bidang hukum
1) memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya dan
harus sama untuk setiap orang dalam situasi yang sama.
2) tidak memandang seseorang yang bersalah sebelum dibuktikan di
pengadilan (tidak main hakim sendiri).
3) memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mendapatkan
perlindungan hukum.
Pentignya berbuat adil…lanjutan
d. Berlaku dan berbuat adil dalam bidang sosial budaya
1) menghormati dan menghargai sesame manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya.
2) mau mengkritik orang lain dan menerima kritikan dari orang lain.
3) tidak merugikan orang lain.
4) mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban.
5) menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan.
6) memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk memperoleh
pendidikan dan pengajaran.
7) menghargai dalam arti tidak menganggap rendah budaya lain.
Pentignya berbuat adil…lanjutan
e. Berlakunya dan berbuat adil dalam bidang agama
1) memberikan kesempatan kepada orang lain untuk beribadah.
2) tidak memaksakan agama yang kita anut kepada orang lain.
Itulah salah satu contoh Perlakuan dan Perbuatan adil atau cara
bersikap dan berbuat adil dalam berbagai bidang kehidupan
manusia.
Memperjuangkan Keadilan dan Kebenaran
Untuk menentukan benar tidaknya suatu perbuatan harus ada tolok ukur atau ukuran
tentang kebenaran. Ketiadaan tolok ukur atau ukuran tentang kebenaran akan
mengakibatkan kesimpangsiuran yang pada akhirnya akan melahirkan ketidakadilan dan
ketidaktentraman.
Bagi bangsa Indonesia yang dijadikan tolok ukur kebenaran adalah pandangan hidup dan
dasar negara Pancasila.Karena Pancasila oleh bangsa Indonesia dijadikan sebagai
sumber nilai atau sebagai Central Value dari berbagai nilai yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat Indonesia.
Sikap dan perbuatan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila
merupakan sikap dan perbuatan yang tidak benar dan tidak dibenarkan oleh
masyarakat bangsa dan negara Indonesia.Oleh karena itu bersikap dan berbuat benar
merupakan salah satu bentuk pengalaman nilai-nilai Pancasila dan juga agama.
 Sikap dan perbuatan yang benar menurut Pancasila yaitu sikap dan
perbuatan yang berdasarkan 36 butir Pancasila beserta nilai-nilai yang
tesirat di dalamnya. Ke-36 butir Pancasila tersebut yaitu:
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
b. Hormat mrnghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercyaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antar
sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa
d. tidak semena-mena terhadap orang lain
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
g. Berani membela kebenaran dan keadilan
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karerna
itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.
Sila Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan bangsa
dan negara.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
c. Cinta tanah air dan bangsa
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
yang berBhineka Tunggal Ika
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
g. Keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan
b. Bersikap adil
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
d. Menghormati hak-hak orang lain
e. Suka memberi pertolongan terhadap orang lain
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain
g. Tidak bersikap boros
h. Tidak bergaya hidup mewah
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum
j. Suka bekerja keras
k. Menghargai hasil karya orang lain
l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial
 Sebagai insan Pancasila (juga insan religius) bersikap dan berbuat benar
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan secara kontinuitas.
Disamping itu kita pun harus menegakkan kebenaran, menyatakan benar
untuk perbuatan yang benar dan menyatakan tidak benar untuk
perbuatan yang memang salah.
 Negara sebagai organisasi puncak mempunyai kewajiban untuk
menegakan keadilan dan kebenaran, lebih-lebih negara kita yang
mendasarkan pada keadilan sosial.Di samping itu negara/pemerintah
mempunyai pengaruh paling beasr atas kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan.
Perjuangan negara untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran dapat
kita lihat dalam berbagai bidang kehidupan baik dalam kehidupan hokum,
sosial, budaya, ekonomi, agama dan politik. Negara/pemerintah selalu
terlibat bila dalam masyarakat terjadi tindakan ketidakadilan dan
ketidakbenaran, lebih-lebih ketidakadilan sosial karena akan berakibat
kemiskinan yang menimpa satu kelas atau golongan atau lapisan
masyarakat yang kita kenal kemiskinan struktural.
Selain negara, masyarakatpun berkewajiban untuk memperjuangkan
keadilan dan kebenaran baik untuk kepentingan masyarakat itu sendiri
yang diperlakukan tidak adil dan tidak benar maupun kepentingan
masyarakat lain.
FILSAFAT PANCASILA
pertemuan ke 9
Pokok Bahasan
1. Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila
2. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
21. Ontologi Pancasila
22. Epistemologi Pancasila
23. Aksiologi Pancasila
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan
Negara
4. Pancasila sebagai Dasar Negara
Pengertian Filasafat dan Filsafat Pancasila
 Pengertian Filsafat
 Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan
padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy
(Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani
(philosophia).
 Kata philosophia merupakan kata majemuk yang
terususun dari kata philos atau philein yang berarti
kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang
berarti
kebijaksanaan,
hikmat,
kearifan,
pengetahuan.
 Dengan demikian philosophia secara harafiah berarti
mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau
mencintai pengetahuan.
 Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkan
kebijaksanaan mempunyai arti yang bermacammacam yang berbeda satu dari yang lainnya.
 Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh
Pythagoras.
• Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau seorang
yang bijaksana?
• Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, ‘saya
hanyalah philosophos, yakni orang yang mencintai
pengetahuan’.
 Ada dua pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk.
Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai
pandangan hidup
Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
 Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
sebagai pandangan hidup, dan dalam arti praktis.
 Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan
perbuatan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa
Indonesia.
 Pengertian Filsafat Pancasila
 Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan
pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan
ideologi Pancasila.
 Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh.
 Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila
merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan
dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
 Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian
ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
 Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem
filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan
induktif.
 Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat
Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya
secara sistematis menjadi keutuhan pandangan
yang komprehensif.
 Cara induktif yaitu dengan mengamati gejalagejala
sosial
budaya
masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna
yang hakiki dari gejala-gejala itu.
• Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat.
• Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagianbagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
• Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya,
antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran
dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran
tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan,
dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat
bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.
• Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat
memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem
filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme,
rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
• Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem
yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak
bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya
terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat
dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
• Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan
5;
•
•
•
•
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai
sila 3, 4 dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
• Inti sila-sila Pancasila meliputi:




Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
gotong royong
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang
lain yang menjadi haknya.
 Membahas
Pancasila
sebagai
filsafat
berarti
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila
yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia,
melainkan juga bagi manusia pada umumnya.
 Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek
penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup
kesemestaan.
 Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan
Ontologis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan
Aksiologis Pancasila.
1. Landasan Ontologis Pancasila
 Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada,
keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika.
 Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu
itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas
sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu
rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak
pada makhluk hidup? Dan seterusnya.
 Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi), metafisika.
 Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
 Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila
bukanlah merupakan asas yang berdiri sendirisendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.
 Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah
manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu
monopluralis, atau monodualis, karena itu juga
disebut sebagai dasar antropologis. Subyek
pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah
manusia.
 Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan
sosial pada hakikatnya adalah manusia.
 Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila
Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak,
yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani
dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk
pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara
hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila
Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53).
 Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan
sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebabakibat:
 Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal
hubungan.
 Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu,
rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah
sebagai akibat.
2. Landasan Epistemologis Pancasila
 Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
 Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan
syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan.
 Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya
ilmu atau science of science.
 Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang
mendasar dalam epistemologi, yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
 Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
 Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila
telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita,
menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila
harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
 Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka,
dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat
dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
 Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada
hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan
dan susunan pengetahuan Pancasila.
 Tentang
sumber
pengetahuan
Pancasila,
sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilainilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilainilai tersebut merupakan kausa materialis Pancasila.
 Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang
bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.
Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hirarkis dan berbentuk piramidal.
 Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam
susunan Pancasila, di mana sila pertama Pancasila
mendasari dan menjiwai keempat sila lainny, sila kedua
didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila
ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan
dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan
menjiwai sila keempat dan kelima, sila keempat didasari
dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta
mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasari
dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat
 Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis
baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.
 Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat silasila Pancasila yang merupakan inti sari Pancasila sehingga
merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam
bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta
dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan
konkrit.
2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti
Pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa
Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi
arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai
bidang kehidupan sehingga memiliki sifat khhusus konkrit
serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40)
 Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis,
yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan
kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia
memiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat
jiwa memiliki unsur akal, rasa, kehendak yang merupakan
potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang melahirkan
pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran memoris,
reseptif, kritis dan kreatif. Selain itu, potensi atau daya
tersebut
mampu
meresapkan
pengetahuan
dan
menstranformasikan pengetahuan dalam demontrasi,
imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham.
 Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas
maupun kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila
tersebut.
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan
kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada
intuisi.
 Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnya
adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka
sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi
Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat
mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.
 Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia
merupapakan suatu sintesa yang harmonis antara
potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan
kehendak manusia untuk mendapatkankebenaran yang
tinggi.
 Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima,
maka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran
konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.
 Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila
mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai
karena harus diletakkan pada kerangka moralitas
kodrat manusia serta moralitas religius dalamupaya
untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan
yang mutlak dalam hidup manusia.
3. Landasan Aksiologis Pancasila
 Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu
kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
 Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya
nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau
teori.
 Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat
nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
 Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere
yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat
merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat
diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan”
(goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga
mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.
 Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada
pada suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of
sosiology an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas
yang melekat pada suatu obyek.
 Ada berbagai macam teori tentang nilai.
 Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya,
dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang
mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan, yang
menyebabkan orang senang atau menderita.
2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang
penting dalam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan,
kesegaran.
3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
(geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan
jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya,
keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam
filsafat.
4) Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang
suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai
pribadi. (Driyarkara, 1978)
 Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam
delapan kelompok:
1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi
semua benda yang dapat dibeli.
2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan
keindahan dari kehidupan badan.
3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang
dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
4) Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan
manusia.
5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial
yang diinginkan.
6) Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
7) Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran
kebenaran.
8) Nilai-nilai keagamaan

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam,, yaitu:
1) Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.
2) Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
melaksanakana kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
yang dapat dibedakan menjadi empat macam:
a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
b) Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur
perasaan (aesthetis, rasa) manusia.
c) Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak
(will, karsa) manusia.
d) Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak.
Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan
manusia.
 Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai,
yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
• Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.
• Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam
peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
• Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam
masyarakat.
 Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral
merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan
selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,
berbansa, dan bernegara.
 Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value
Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan,
yang
berpersatuan,
yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
 Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilainilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku,
dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga
mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
• Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan
logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi
berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau citacita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang
tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga citacita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan,
paham.
Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita
itu berkembang menjadi suatu paham mengenai
seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang
atau sekelompok orang menjadi suatu pegangan
hidup.
• Beberapa pengertian ideologi:
 A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat
gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik
atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
 Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi
sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik,
sosial, kebudayaan, dan agama.
 Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat
ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan
pedoman dan cita-cita hidup.
 Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai
suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi
ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
 Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup.
Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk
mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi
dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan
kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita
tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan
operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak.
 Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka.
Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral,
budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari
konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar,
secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional.
• Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan
Surbakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang
hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat, dan
sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur
penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.
• Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar
pada pandangan hidup bangsa dan falsafat bangsa. Dengan
demikian memenuhi syarat sebagai suatu ideologi terbuka.
• Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah terdapat dalam penjelasan UUD 1945: “terutama
bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang
tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan
aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu
diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya
membuat, mengubah dan mencabutnya
• Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi
idealisme, dan dimensi fleksibilitas.
1. Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber
dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu
ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan
menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka
bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam
dirinya.
2. Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin
diicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi
idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.
3. Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran,
memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu
sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki
dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya
dari masa ke masa.
• Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila
 Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan
dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat.
 Kenyataan menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi
yang tertutup danbeku cendnerung meredupkan
perkembangan dirinya.
 Pengalaman sejarah politik masa lampau.
 Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai
dasar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat
mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam
rangka mencapai tujuan nasional.
• Sekalipun Pancasila sebagai ideologi bersifat
terbuka, namun ada batas-batas keterbukaan
yang tidak boleh dilanggar, yaitu:
 Stabilitas nasional yang dinamis
 Larangan terhadap ideologi marxisme, leninnisme
dan komunisme
 Mencegah berkembangnya paham liberalisme
 Larangan terhadap pandangan ekstrim yang
menggelisahkan kehidupan bermasyarakat
 Penciptaan norma-norma baru harus melalui
konsensus.
• Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
 Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu
menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara.
Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah
terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang berKemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan
yang ber-Keadilan.
 Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai
cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati
bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu
masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan
masyarakat di Indonesia.
Pertemuan ke 10 dan 11
ETIKA DAN MORAL
• Pengertian :
-
Etika merupakan kajian ilmu yang berkaitan dengan sebuah konsep kebenaran.
- Aristoteles menyatakan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakuka atau ilmu
tentang adat kebiasaan.
-
-
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian etika dirumuskan menjadi tiga arti :
1.
Ilmu ttg apa yg baik dan apa yg buruk 'n ttg hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2.
Kumpulan asas a/ nilai yg berkenaan dgn akhlak;
3.
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan sebuah masyarakat.
Namuan dalam pandangan Bartens tidak sependapat dengan ke 3 (tiga) pengertian dr kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tersebut, menurut dia etika mempunyai 3 arti, diantaranya :
Etika Menurut Bartens
1.
Etika dipakai dlm arti: nilai-2 ‘n norma-2 moral yg mjd pegangan bg seseorg a/
suatu kelompok dlm mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut jg sbg “ sistem
nilai” dlm hidup manusia perseorangan a/ hidup bermasyarakat. Misalnya etika
orang jawa, etika agama budha, dsb.
2.
Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas a/ nilai moral. Yg dimaksud di sini adl
kode etik, misalnya kode etik advokat indonesia, kode etik notaris indonesia.
3.
Etika dipakai dalam arti: ilmu ttg yg baik a/ yg buruk. Arti etika disini = filsafat
moral. Sumaryono : etika b’asal dr bahasa yunani, ethos yg mempunyai arti adat
istiadat a/ kebiasaan yg baik.
Pengertian etika :
Studi atau ilmu yang mempelajari kebenaran dan ketidak benaran berdasarkan kodrat
manusia yg diwujudkan melalui kehendak manusia.
Etika di bagi menjadi dua, yaitu :
A.
Etika perangai :
adalah bentuk etika Adat istiadat atau kebiasaan yg menggambarkan perangai
manusia dlm hidup bermasyarakat di daerah tertentu dan pada waktu tertentu juga.
B.
Etika moral :
adalah Berkenaan dgn kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat
manusia. apabila tetap dilanggar maka timbul kejahatan. Etika moral terwujud dari
suara hati nurani manusia.
Pengertian antara etika dan etiket :
Perbedaan :
- Etika
- Etiket
:
:
moral
sopan santun, tatakrama
Mnt bartens :
A. Etika menetapkan norma perbuatan, apakah sebuah perbuatan itu boleh
dilakukan atau tidak dilakukan.
Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan, menunjukkan cara yg tepat,
baik dan benar sesuai dgn yg diharapkan (memiliki tujuan).
B. Etika berlaku tidak bergantung pd ada tdknya org lain.
Etiket hanya berlaku atau dijalankan dalam pergaulan, apabila tdk ada org
lain maka etiket tidak berlaku. Tujuannya untuk membatasi hak pribadi
dengan hak orang lain.
C. Etika bersifat absolute, tdk dpt ditawar-2
Etiket bersifat relative, yg dianggap tdk sopan dlm suatu
kebudayaan dpt saja dianggap sopan dlm kebudayaan lain.
D. Etika memandang manusia dr segi dalam (batiniah)
Etiket memandang manusia dr segi luar (lahiriah).
Persamaan :
Istilah ke dua hal tersebut adalah, mengenai Perilaku manusia
secara normatif, artinya Memberi norma perilaku manusia
bagaimana seharusnya berbuat atau tidak berbuat. Konsep ini
untuk saling menghormati hak dan kewajiban satu orang
dengan orang lain.
Pengertian moral
Arti kata etika sama dengan moral yaitu :
Nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Moralitas :
Adalah Keseluruhan asas dan nilai yg berkenaan dgn baik n buruk, dengan
kata lain moralitas merupakan kualitas perbuatan manusiawi dalam arti
Perbuatan itu baik atau buruk.
Faktor Penentu Moralitas
I. Faktor penentu moralitas : Menurut Sumaryono, terdapat ada 3
faktor penentu moralitas perbuatan manusia, diantaranya :
a. 1. Motivasi
b. 2. Tujuan akhir
c. 3. Lingkungan perbuatan
Motivasi dan Tujuan Akhir
Ad.1.
Motivasi
Adalah Hal yg diinginkan oleh seseorang / pelaku perbuatan dgn
maksud untuk mencapai sasaran yg hendak dicapai, jd Motivasi
dikehendaki secara sadar, sehingga menentukan morivasi tersebut dijadikan
kadar moralitas perbuatan.
Ad.2.
TUJUAN AKHIR
Adalah Diwujudkannya perbuatan yg dikehendaki scr bebas.
Moralitas perbuatannya ada dlm kehendak manusia tersebut, artinya
perbuatan itu memang dikehendaki dan dijadikan tujuan akhir oleh pelaku.
Ad.3.
LINGKUNGAN PERBUATAN
Adalah segala sesuatu yg scr aksidental mengelilingi mewarnai
perbuatan, termasuk dalam pengertian lingkungan Perbuatan.
Lingkungan Perbuatan diantaranya adalah :
a.
manusia yg terlibat
b. kuantitas dan kualitas perbuatan
c. cara, waktu, tempat dilakukannya perbuatan
d. frekuensi perbuatan.
Moralitas Sebagai Norma
II. MORALITAS SEBAGAI NORMA
Sumaryono mengklasifikasikan moralitas sebagai norma menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Moralitas objektif
2. Moralitas subjektif
Ad.1.
MORALITAS OBJEKTIF
Adl.moralitas yg melihat perbuatan sebagaimana adanya, terlepas dari segala bentuk
modifikasi kehendak bebas pelakunya. Moralitas objektif sebagai norma
berhubungan dengan semua perbuatan yg pada hakikatnya baik atau jahat, Benar
atau salah.
Ad.2. MORALITAS SUBJEKTIF
Adl moralitas yg melihat perbuatan yg dipengaruhi o/ pengetahuan ‘n perhatian
pelakunya, latar belakang, stabilitas emosional, ‘n perlakuan lainnya Moralitas
subyektif sbg norma berhubungan dgn Perbuatan sesuai a/ tidaknya dgn hati
nuraninya.
Moralitas Sebagai Norma
Selain itu moralitas moralitas juga terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Moralitas intrinsik
2. Moralitas ekstrinsik
Ad.1. Moralitas instrinsik menentukan perbuatan itu Benar atau salah
berdasarkan hakikatnya, terlepas dari Pengaruh hukum positif.
Ad.2. Moralitas ekstrinsik menentukan perbuatan itu benar atau salah sesuai
dgn sifatnya sebagai perintah ataularangan hukum positif.
Etika Profesi Hakim
Kode Etik Profesi Hakim ialah aturan tertulis yang harus dipedomani
oleh setiap Hakim Indonesia dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai Hakim.
Pedoman Tingkah laku (Code of Conduct) Hakim ialah penjabaran dari
kode etik profesi Hakim yang menjadi pedoman bagi Hakim
Indonesia, baik dalam menjalankan tugas profesinya untuk
mewujudkan keadilan dan kebenaran maupun dalam pergaulan
sebagai anggota masyarakat yang harus dapat memberikan contoh
dan suri tauladan dalam kepatuhan dan ketaatan kepada hukum.
Komisi Kehormatan Profesi Hakim ialah komisi yang dibentuk
oleh Pengurus Pusat IKAHI dan Pengurus Daerah IKAHI untuk
memantau, memeriksa, membina, dan merekomendasikan
tingkah laku Hakim yang melanggar atau diduga melanggar
Kode Etik Profesi.
Azas Peradilan yang baik ialah prinsip-prinsip dasar yang harus
dijunjung tinggi oleh Hakim dalam melaksanakan tugasnya
untuk mewujudkan peradilan yang mandiri sesuai dengan
aturan dasar berdasarkan ketentuan yang ada.
Maksud dan Tujuan Etka Profesi Hakim
Kode Etik Profesi Hakim mempunyai maksud dan tujuan :
1. Sebagai alat :
a. Pembinaan dan pembentukan karakter Hakim
b. Pengawasan tingkah laku Hakim
2. Sebagai sarana :
a. Kontrol sosial
b. Pencegah campur tangan ekstra judicial
c. Pencegah timbulnya kesalah pahaman dan konflik antar sesama
anggota dan antara anggota dengan masyarakat.
3. Memberikan jaminan peningkatan moralitas Hakim dan kemandirian
fungsional bagi Hakim.
4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada lembaga peradilan.
Sifat-sifat hakim Indonesia
Sifat Hakim tercermin dalam lambang Hakim yang dikenal
dengan "Panca Dharma Hakim" :
1.
Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
2.
agama dan kepercayaan masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.
Cakra, yaitu sifat mampu memusnahkan segala
kebathilan, kezaliman dan ketidakadilan.
4.
Candra, yaitu memiliki sifat bijaksana dan berwibawa.
5.
Sari, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak
tercela.
6.
Tirta, yaitu sifat jujur.
Sikap Hakim
Sikap Hakim
Setiap Hakim Indonesia mempunyai pegangan tingkah laku yang harus dipedomaninya :
A. Dalam persidangan :
1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam Hukum Acara yang berlaku, dengan memperhatikan azasazas peradilan yang baik, yaitu :
a. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan (right to a decision) dimana setiap orang berhak untuk
mengajukan perkara dan dilarang menolak untuk mengadilinya kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang serta
putusan harus dijatuhkan dalam waktu yang pantas dan tidak terlalu lama.
b. Semua pihak yang berperkara berhak atas kesempatan dan perlakuan yang sama untuk didengar, diberikan kesempatan
untuk membela diri, mengajuan bukti -bukti serta memperoleh informasi dalam proses pemeriksaan (a fair hearing).
c. Putusan dijatuhkan secara obyektif tanpa dicemari oleh kepentingan pribadi atau pihak lain (no bias) dengan menjunjung
tinggi prinsip (nemo judex in resud).
d. Putusan harus memuat alasan-alasan hukum yang jelas dan dapat dimengerti serta bersifat konsisten dengan penalaran
hukum yang sistematis (reasones and argumentations of decision), dimana argumentasi tersebut harus diawasi
(controleerbaarheid) dan diikuti serta dapat dipertanggung-jawabkan (account ability) guna menjamin sifat keterbukaan
(transparancy) dan kepastian hukum (legal certainity) dalam proses peradilan.
e. Menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia.
2. Tidak dibenarkan menunjukkan sikap memihak atau bersimpati ataupun antipati kepada pihakpihak yang berperkara, baik
dalam ucapan maupun tingkah laku.
3. Harus bersifat sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan.
4. Harus menjaga kewibawaan dan kehidmatan persidangan antara lain serius dalam memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak
baik dengan kata-kata maupun perbuatan.
5. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan.
Terhadap Sesama Rekan
1. Memelihara dan memupuk hubungan
kerjasama yang baik antara sesama rekan.
2. Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan
saling menghargai antara sesama rekan.
3. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan
terhadap Korps Hakim secara wajar.
4. Menjaga nama baik dan martabat rekan, baik
di dalam maupun di luar kedinasan.
Terhadap Bawahan atau Pegawai dan Masyarakat
1.
Harus mempunyai sifat kepemimpinan
2.
3.
4.
5.
Membimbing bawahan/pegawai untuk mempertinggi pengetahuan.
Harus mempunyai sikap sebagai seorang Bapak/lbu yang baik.
Memelihara sikap kekeluargaan terhadap bawahan/pegawai.
Memberi contoh kedisiplinan.
Masyarakat
1. Menghormati dan menghargai orang lain.
2. Tidak sombong dan tidak mau menang sendiri.
3. Hidup sederhana.
Keluarga dan Rumah Tangga
1. Menjaga keluarga dari perbuatan-perbuatan tercela, menurut norma-norma
hukum kesusilaan.
2. Menjaga ketentraman dan keutuhan keluarga.
3. Menyesuaikan kehidupan rumah tangga dengan keadaan dan pandangan
masyarakat.
Kewajiban dan Larangan
Kewajiban :
1. Mendengar dan memperlakukan kedua belah pihak berperkara secara berimbang dengan tidak
memihak (impartial).
2. Sopan dalam bertutur dan bertindak.
3. Memeriksa perkara dengan arif, cermat dan sabar.
4. Memutus perkara, berdasarkan atas hukum dan rasa keadilan.
5. Menjaga martabat, kedudukan dan kehormatan Hakim.
Larangan :
1. Melakukan kolusi dengan siapapun yang berkaitan dengan perkara yang akan dan sedang ditangani.
2. Menerima sesuatu pemberian atau janji dari pihak-pihak yang berperkara.
3. Membicarakan suatu perkara yang ditanganinya diluar acara persidangan.
4. Mengeluarkan pendapat atas suatu kasus yang ditanganinya baik dalam persidangan maupun diluar
persidangan mendahului putusan.
5. Melecehkan sesama Hakim, Jaksa, Penasehat Hukum, Para pihak Berperkara, ataupun pihak lain.
6. Memberikan komentar terbuka atas putusan Hakim lain, kecuali dilakukan dalam rangka pengkajian
ilmiah.
7. Menjadi anggota atau salah satu Partai Politik dan pekerjaan/jabatan yang dilarang Undangundang.
8. Mempergunakan nama jabatan korps untuk kepentingan pribadi ataupun kelompoknya.
Komisi Kehormatan Hakim
1. Komisi Kehormatan Hakim Tingkat Daerah berwenang memeriksa dan mengambil tindakantindakan lain yang menjadi kewenangan terhadap anggota di daerah/wilayahnya.
2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat berwenang memeriksa dan mengambil
tindakan-tindakan lain yang menjadi kewenangannya terhadap persoalan yang tidak dapat
diselesaikan oleh Daerah atau yang menurut Pengurus Pusat IKAHI harus ditangani oleh
Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat.
Tugas dan Wewenang
1. Komisi Kehormatan Profesi Hakim mempunyai tugas :
a. Memberikan pembinaan pada anggota untuk selalu menjunjung tinggi Kode Etik.
b. Meneliti dan memeriksa laporan/pengaduan dari masyarakat atas tingkah laku dari para
anggota IKAHI.
c. Memberikan nasehat dan peringatan kepada anggota dalam hal anggota yang
bersangkutan menunjukkan tanda-tanda pelanggaran Kode Etik.
2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim berwenang :
a. Memanggil anggota untuk didengar keterangannya sehubungan dengan adanya pengaduan
dan laporan.
b. Memberikan rekomendasi atas hasil pemeriksaan terhadap anggota yang melanggar Kode
Etik dan merekomendasikan untuk merehabilitasi anggota yang tidak terbukti bersalah.
Sanksi dan Pemeriksaan
Sanksi
Sanksi yang dapat direkomendasikan Komisi Kehormatan Profesi Hakim kepada PP
IKAHI adalah :
1. Teguran.
2. Skorsing dari keanggotaan IKAHI.
3. Pemberhentian sebagai anggota IKAHI.
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan terhadap anggota yang dituduh melanggar Kode Etik dilakukan secara
tertutup.
2. Pemeriksaan harus memberikan kesempatan seluas-Iuasnya kepada anggota yang
diperiksa untuk melakukan pembelaan diri.
3. Pembelaan dapat dilakukan sendiri atau didampingi oleh seorang atau lebih dari
anggota yang ditunjuk oleh yang bersangkutan atau yang ditunjuk organisasi.
4. Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang ditandatangani
oleh semua anggota Komisi Kehormatan Profesi Hakim dan yang diperiksa.
ETIKA PROFESI JAKSA
PENGERTIAN ETIKA
• Ethos = sifat (sifat pribadi) menjadi orang baik
• Diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin,
atau kecenderungan hati untuk berbuat baik
• Self control
PENGERTIAN JAKSA & PENUNTUT
UMUM (psl 1 UU 16/2004)
JAKSA
• Pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh UU
utk bertindak sebagai penuntut umum dan
pelaksanaan putusan pengadilan (inkracht) serta
wewenang lain berdasarkan UU.
PENUNTUT UMUM
• Jaksa yg diberi wewenang oleh UU untuk melakukan
penuntutan dan melaksanakan penetapan hakum
SUMPAH JAKSA
• PASAL 10 AYAT 2 UNDANG-UNDANG NOMOR
16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN JAKSA AGUNG NO.KEP052/J.A/8/1979
DOKTRIN ADHYAKSA TRI KRAMA
ADHYAKSA
CATUR
ASANA
TRI
ATMAKA
TRI
KRAMA
ADHYAKSA
CATUR ASANA
LANDASAN IDEAL
• PANCASILA
LANDASAN KONSTITUSIONAL
• UNDANG-UNDANG DASAR 1945
LANDASAN STRUKTURAL
• UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004
LANDASAN OPERASIONAL
• KUHAP, KUHP, & PER-UU-AN YG BERHUBUNGAN DENGAN PERANAN JAKSA
TRI ATMAKA
TUNGGAL
• LEMBAGA NEGARA YG MEWAKILI PEMERINTAH DALAM
URUSAN PENGADILAN DAN SETIAP TINDAKAN JAKSA
DIANGGAP SBG TINDAKAN SELURUH KORPS
MANDIRI
• LEPAS DARI DEPARTEMEN KEHAKIMAN & MEMILIKI
KEWENANGAN ISTIMEWA SBG PENEGAK HUKUM YG MEWAKILI
PEMERINTAH DALAM BIDANG YUDIKATIF
MUMPUNI
• KEJAKSAAN MEMILIKI TUGAS LUAS,MELINGKUPI YUSTISIAL &
NON-YUSTISIAL DENGAN KEWENANGAN YG CUKUP
MELINGKUPINYA
TRI KRAMA ADHYAKSA
SATYA
• KESETIAAN BERSUMBER PADA RASA JUJUR TERHADAP TUHAN YME,
DIRI SENDIRI, DAN KELUARGA MAUPUN SESAMA MANUSIA
ADHI
• KESEMPURNAAN DALAM BERTUGAS DAN BERUNSUR UTAMA PADA
RASA TANGGUNG JAWAB TERHADAP TUHAN YME, KELUARGA, &
SESAMA MANUSIA
WICAKSANA
• BIJAKSANA DALAM TUTUR KATA DAN TINGKAH LAKU, KHUSUSNYA
DALAM PENERAPAN KEKUASAAN DAN KEWENANGANNYA
TUGAS & WEWENANG JAKSA (psl 30
ayat 1-3 UU 16/2004)
• PIDANA
• PERDATA & TATA USAHA NEGARA
• KETERTIBAN & KETENTRAMAN RAKYAT
BIDANG PIDANA
• Melakukan penuntutan.
• Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
inkracht.
• Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan
pidana bersyarat, pengawasan, & lepas bersyarat.
• Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan UU.
• Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan
ke pengadilan.
BIDANG PERDATA & TUN
• Dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di
dalam maupun di luar pengadilan untuk dan
atas nama negara atau pemerintah
KETERTIBAN & KETENTRAMAN UMUM
•
•
•
•
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat
Pengamanan kebijakan penegakkan hukum
Pengawasan peredaran barang cetakan
Pengawasan kepercayaan yg dapat membahayakan
masyarakat & negara
• Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan
agama
• Penelitian & pengembangan hukum serta statik
kriminal
Dalam Menjalankan Tugas dan Wewenangnya
Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung dengan membawahi :
-6 Jaksa Agung Muda
-31 Kepala Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi.
Lembaga Kejaksaan
Dominus Litis (pengendali proses perkara). Menjadi
filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta sebagai
pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan.
Kejaksaan
putusan pidana
Executive Ambtenaar yaitu satu-satunya instansi pelaksana
Dalam bidang Perdata & TUN sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai
pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta
melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan UndangUndang.
KEWAJIBAN JAKSA DALAM MELAKSANAKAN TUGAS PROFESI
a. Mentaati kaidah ubli, Peraturan Perundang-Undangan, dan Peraturan Kedinasan
yang berlaku;
b. Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan;
c. Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadilan dan
kebenaran;
d. Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan /ancaman opini ublic secara
langsung atau tidak langsung;
e. Bertindak secara obyektif dan tidak memihak;
f. Memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka
/terdakwa maupun korban;
g. Membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak ubli
dalam mewujudkan ublic peradilan pidana terpadu;
LANJUTAN ...
h. Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai kepentingan pribadi
atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau ublicen atau
mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung;
i. Menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya dirahasiakan;
j. Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. Menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak kebebasan
sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan ublicent Hak
Asasi Manusia yang diterima secara universal;
l. Menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;
m. Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan;
n. Bertanggung jawab secara eksternal kepada ublic sesuai kebijakan pemerintah dan
aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.
LARANGAN JAKSA
• Menggunakan
jabatan/kekuasaannya
untuk
kepentingan pribadi dan/atau pihak lain.
• Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan
perkara.
• Menggunakan kapasitas & otoritasnya untuk
melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis.
• Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau
keuntungan serta melarang keluarganya meminta
dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan
sehubungan dengan jabatannya.
• Menangani perkara yg mempunyai kepentingan pribadi
atau keluarga, hub. Pekerjaan, partai/finansial, atau
mempunyai nilai ekonomis langsung/tidak langsung.
LANJUTAN…
• Bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun
• Membentuk opini publik yg dapat merugikan
kepentingan penegakkan hukum.
• Memberikan keterangan kepada publik kecuali
terbatas pada hal-hal teknis perkara yang
ditangani.
PENGAWASAN JAKSA
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PENGAWASAN
Unsur pembantu pimpinan dalam melaksanakan tugas dan
wewenang Kejaksaan di bidang pengawasan, bertanggung
jawab kepada Jaksa Agung.
Tugas dan wewenang Jaksa Agung Muda Bidang
Pengawasan adalah melaksanakan tugas dan
wewenang kejaksaan di bidang pengawasan meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
pengendalian
pelaksanaan pengawasan atas kinerja dan keuangan
intern Kejaksaan, serta pelaksanaan pengawasan
untuk tujuan tertentu atas penugasan Jaksa Agung
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
TINDAKAN ADMINISTRATIF TERHADAP
PELANGGARAN KODE ETIK
• Pembebasan dari tugas jaksa (3 bulan-12
bulan) dan selama masa menjalani tindakan
administrasi tersebut tidak diterbitkan Surat
Keterangan Kepegawaian.
• Pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain.
Daftar pustaka
• Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia
• Peraturan Presiden RI Nomor 38 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
• Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 Tentang Kode
Perilaku Jaksa
• Yanuar
Aditya,2010,Makalah
Etika
Profesi,
http://yanuaradityap.blogspot.com/2010/05/makalah-etika-profesijaksa.html,diakses pada tanggal 18 Februari 2013
• Supanto,2010,Kode
Etik
Kejaksaan,http://supanto.staff.hukum.uns.ac.id/2010/03/21/kode-etikkejaksaan/. Diakses pada tanggal 18 Februari 2013
• http://kejaksaan.go.id/tentang_kejaksaan.php?id=1. diakses pada tanggal
18 Februari 2013
TANGGUNG JAWAB
ETIKA PROFESI HUKUM (ADVOKAT)*
* Sumber Referensi :Bambang Widjojanto,
Depok, 14 Oktoberr 2011, Kuliah Umum di Universitas Indonesia,
Senior Partner WSA Lawfirm Legal Advisor Partnership
PENDAHULUAN
• Pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman di dalam suatu Negara
Hukum memerlukan profesi advokat.
• Secara sosiologis, dinamika di masyarakat yang kian
berkembang memerlukan dan membuat fungsi profesi
advokat semakin meluas:
• Tuntutan jaminan kesederajatan bagi setiap orang dimuka
hukum kian mengemuka.
• Konstitusi menegaskan “setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan dan kepasytian hukum yg adil serta
perlalkuan yang sama di muka hukum.
• Pada konteks di atas, relevansi kehadiran profesi advokat kian
material dan substantif.
• Fakta lain juga menegakan, tindakan malpraktek atau
pelanggaran atas “Ethics dan Conducts” juga punya tendensi
kian meningkat.
PERAN DAN FUNGSI ADVOKAT
• Tidak ada suatu Negara Hukum yang memiliki
Kekuasaan Kehakiman tetapi tidak memilikI Profesi
Advokat;
• Kekuasaan kehakiman yang merdeka memerlukan
profesi advokat:
• Profesi advokat  ditujukan agar dapat
diselenggarakan suatu peradilan yang jujur, adil dan
memiliki kepastian hukum bagi semua pencari
keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran,
keadilan dan HAM;
• Advokat  salah satu unsur sistem peradilan salah
satu pilar untuk menegakkan supremasi hukum &
HAM
• Pemberian jasa hukum sebagai tugas dr seorang
advokat ditujukan untuk:
– tegaknya keadilan berrdasarkan hukum untuk kepentingan
pencari keadilan:
– memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak
fundamentalnya di depan hukum;
– (Lihat Penjelasan Umum UU Advokat)
FAKTA KEBUTUHAN PROFESI HUKUM
• Dinamika perkembangan masyarakat
menuntut kebutuhan tersedianya advokat :
• Tidak cukup banyak Advokat yang memiliki
“kualitas” profesional dan integritas sesuai
kebutuhan pasar sehingga terjadi “kompetisi”
diantara para advokat:
• Intensi dan potensi pelanggaran etik dan
perilaku kian meningkat:
ETIK PROFESI & PERILAKU
SERTA PENEGAKKANNYA
• Advokat dan profesi advokat memiliki tanggungjawab
di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya;
• Kode Etik dan Perilaku serta Komisi Etik & Perilaku
menjadi ”instrumen” krn memuat seperangkat
kaedah etik dan perilaku
• Kode Etik & Perilaku  ”instrumen”  ”kompas”
atau petunjuk untuk menjamin mutu moral dan
kualitas profesional profesi itu;
• Maksud dan tujuan  memberikan jaminan kualitas,
menjaga kehormatan dn nama baik bagi profesi dan
organisasinya serta melindungi kepentingan publik;
• Kode Etik & Perilaku  merupakan mekanisme
pendisiplinan, pembinaan, pengontrolan etos dan
kualitas kerja anggota-anggota organisasi profesi;
• Dalam proses penegakkannya  dilakukan oleh
Dewan Kehormatan Kode Etik dan Perilaku
LINGKUP ETIK DAN PERILAKU
• Ada lingkup Etik dan Perilaku dari Profesi
Advokat, yaitu meliputi:
– Diri Pribadi atau Kepribadian Pemangku Profesi
Advokat;
– Relasi atau hubungan Advokat dengan Kliennya;
– Relasi dengan Koleganya dan dalam pelaksanaan
profesinya;
– Relasi dengan Masyarakat:
KEPRIBADIAN ADVOKAT
• Kaidah dan norma Kepribadian Advokat dapat
dilihat dari:
– SUMPAH ADVOKAT:
– KEPRIBADIAN ADVOKAT yang dirumuskan di dalam
Kode Etik Advokat:
– Alasan filosofis dan sosiologis yang dirumuskan di
dalam “Hal Menimbang” dan Penjelasan Umum
UU Advokat
KEPRIBADIAN ADVOKAT
• Ada beberapa hal yang dirumuskan dalam
Sumpah Advokat yg menjadi kepribadian
Advokat, yaitu:
– “…untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak
langsung, menggunakan nama atau apapun juga,
tidak memberikan atau menjanjikan barang kepada
siapapun juga …”:
– “… dalam melaksanakan profesi … bertindak jujur,
adil & bertanggungjawab …”
– “… dalam menjalankan tugas profesi, di dalam atau di luar
pengadilan, tidak akan memberikan atau menjanjikan
sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan atau pejabat
lainnya agar memenangkan atau menguntungkan
perkara kilen …”
– “… tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau
memberikan jasa hukum …yang merupakan bagian dari
pada tanggungjawab profesi …”;
– UU Advokat menyatakan bahwa profesi advokat adalah
profesi yang bebas, mandiri & bertanggung jawab:
• Kepribabdian lainnya sesuai Kode Etik
– “ … bersikap satria, jujur dalam pertahankan
keadilan dan kebenaran … moral yang tinggi, luhur
dan mulia, dan … menjunjung tinggi hu
– “…dapat menolak untuk memberi nasihat dan
bantuan hukum … dengan pertimbangan …tidak
sesuai keahliannya dan bertentangan dengan hati
nuraninya …”
– mengutamakan tegaknya Hukum, Kebenaran dan
Keadilan, tidak bertujuan semata-mata untuk
memperoleh imbalan materi;
– “… dalam menjalankan profesinya … bebas dan mandiri
serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan wajib
memperjuangkan HAM …”
– “… tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan lain yang
dapat merugikan kebebasan, derajat dan martabat
Advokat”;.
– “ …menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi
terhormat (officium nobile);
– “ …bersikap sopan terhadap semua pihak namun wajib
mempertahankan hak dan martabat advokat.
HUBUNGAN DENGAN KLIEN
• harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai dalam
perkara perdata;
• menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak
ada dasar hukumnya
• tidak memberikan keterangan yang menyesatkan klien
mengenai perkara yang sedang diurusnya.
• tidak dibenarkan menjamin bahwa perkara yang ditanganinya
akan menang
• penentuan honorarium wajib mempertimbangkan
kemampuan klien dan tidak dibenarkan membebani biayabiaya yang tidak perlu.
• dalam mengurus perkara cuma-cuma memberikan perhatian
yang sama
.
• wajib memegang rahasia jabatan oleh klien dan wajib
tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya
hubungan;
• tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan
kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan
posisi klien atau menimbulkan kerugian yang tidak
dapat diperbaiki lagi;
• Menguindurukan diri dari pengurusan suatu
kepentingan apabila timbul pertentangan
kepentingan antara pihak.
• Tidak menggunak hak retensi bila menimbulkan
kerugian kepentingan klien.
RELASI DENGAN KOLEGA
• Hubungan teman sejawat dilandasi sikap saling
menghormati, menghargai dan mempercayai;
• Jika membicarakan teman sejawat atau jika
berhadapan dalam sidang pengadilan, tidak
menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik secara
lisan maupun tertulis;
• Keberatan atas tindakan teman sejawat diajukan ke
Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak
dibenarkan untuk disiarkan melalui media massa
atau cara lain.
• tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang
klien dari teman sejawat.
• advokat yang baru dapat menerima perkara itu
setelah ada bukti pencabutan pemberian kuasa
kepada Advokat semula dan ingatkan klien untuk
memenuhi kewajibannya;
• Advokat semula wajib memberikan semua surat dan
keterangan yang penting dengan memperhatikan hak
retensi Advokat; .
• wajib memelihara rasa solidaritas diantara teman
sejawat.
• wajib memberikan bantuan dan pembelaan hukum
kepada teman sejawat yang diduga atau didakwa
dalam suatu perkara pidana;.
• Seorang Advokat yang diangkat jabatan Negara
(Eksekutif, Legislatif dan judikatif) tidak dibenarkan
untuk berpraktek sebagai Advokat dan tidak
diperkenankan namanya dicantumkan atau
dipergunakan oleh siapapun atau oleh kantor
manapun dalam suatu perkara yang sedang
diproses/berjalan;
•
TINDAKAN
• Ada beberapa perbuatan Advokat yang dapat dikenakan
tindakan, yaitu:
– Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya:
– Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau
rekan seprofesinya;
– Bersikap, berkata, bertingkahlaku dan mengeluarkan pernyataan  yg
menunjukkan sikap tdk hormat kpd hukum, peraturan perundangan
atau pengadilan;
– Berbuat yg bertentangan dengan kewajiban, kehormatan atau harkat
dan martabat profesinya.
– Melanggar sumpah/jani dan kode etik profesi Advokat;
– (Lihat Pasal 6 UU Advokat)
Etika Kepolisian
Etika Kepolisian menurut Kunarto
(1997;91)
adalah serangkaian aturan dan peraturan yang
ditetapkan untuk membimbing petugas dalam
menetukan, apakah tingkah laku pribadi benar
atau tidak.
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia meliputi:
Etika Kenegaraan
Etika kelembagaan
Kode Etik Kepolisian
Etika kemasyarakatan
Etika kepribadian
Pengembangan Etika Kepolisian
• Membangun masyarakat
• Membentuk polisi yang baik
• Membentuk pimpinan polisi yang baik
Tugas Polri (pasal 13 undang – undang No. 2 tahun 2002 ) :
Memelihara keamanan
Menegakkan Hukum
Memberikan Pelayanan
• Wewenang
1. Menerima laporan dan / atau pengaduan
2. Membantu
menyelesaikan
perselisihan
warga masyarakat yang dapat mengannggu
ketertiban umum
3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya
penyakit masyarakat
4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan
perpecahan atau mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa
5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam
lingkup kewenangan administratif kepolisian
Syarat Pengangkatan Anggota Kepolisian
a.
b.
Warga negara Indonesia
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c.
Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Tahun 1945
Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang
sederajat
Berumur paling rendah 18 tahun
Sehat jasmani dan rohani
Tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan
Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
Lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan anggota kepolisian
Pemberhentian anggota polri dari dinas
kepolisian Negara Republik Indonesia
• Berlaku ketentuan sebagai berikut
Pemberhentian Dengan Hormat (PDH) apabila :
a. mencapai batas usia pensiun;
b. pertimbangan khusus untuk kepentingan dinas;
c. tidak memenuhi syarat jasmani dan/atau rohani;
d. gugur, tewas, meninggal dunia atau hilang dalam
tugas.
1 Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH),
apabila :
a. Melakukan Tindak Pidana
1) dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang kekuatan
hukum tetap dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak
dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
(2) diketahui kemudian memberikan keterangan palsu dan/atau tidak
benar pada saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia .
(3) melakukan usaha atau kegiatan yang nyata-nyata bertujuan mengubah
Pancasila, terlibat dalam gerakan, atau melakukan kegiatan yang
menentang negara dan/atau Pemerintah Republik Indonesia secara tidak
sah. Pemberhentian Tidak Dengan Hormat sebagaimana dimaksud di atas
dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia
Lanjutan
b. Melakukan pelanggaran sumpah/janji anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sumpah/janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
“Pemberhentian ini dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia”
c. Meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari
kerja secara berturut-turut; atau melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat
merugikan dinas Kepolisian; atau melakukan bunuh diri dengan maksud menghindari
penyidikan dan/atau tuntutan hukum atau meninggal dunia sebagai akibat tindak pidana
yang dilakukannya; atau menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
“Pemberhentian ini dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia”
Fungsi polisi
Samapta
Lantas
Intel
Binamitra
Reskrim
Fungsi Polisi
 Fungsi Polisi diantaranya adalah :
1.
SAMAPTA
2.
LINTAS (lalu lintas)
3.
INTELIJEN (intelijen)
4.
RESKRIM (reserse kriminal)
5.
BINAMITRA
Pelanggaran Etika Kepolisian
 Pelanggaran Etika Kepolisian diantaranya adalah :
1.
Pelanggaran hukum;
2.
Pelanggaran wewenang; dan
3.
Lalai
Arti lambang
Pedoman
Hari
Proklamasi
Cita-cita
Bangsa
Pelindung
Hati nurani
Perlengkapan Polisi
Proses Penyidikan tindak pidana
pengaduan
surat perintah
tugas
laporan hasil
penyelidikan (LHP)
Surat Pemberitahuan
Dimulainya
Penyidikan (SPDP).
surat perintah
penyidikan
Proses Penyidikan Perkara Pidana
Pengaduan
Surat Perintah Tugas
Laporan Hasil
Penyelidikan (LHP)
Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan
Surat Perintah
Penyidikan
Bagan Pengaduan Kepolisian
PERTETMUAN KE 12 dan 13
FILSAFAT HUKUM BERDASARKAN PANCASILA
PEMBUKAAN UUD1945
A. FUNGSI DAN KEDUDUKAN PEMB.UUD 1945
•
•
Pembukaan UUD45 merupakan STAATSFUNDAMENTALNORM, yaitu sebagai
sumber hukum dasar, baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak
tertulis. Konsekuensi : seluruh peraturanperundang-undangan dari yang
tertinggi sampai yang terendah materinya tidak boleh kontradiksi dengan nilainilai yang terdpt dlm Pemb.UUD45, karena pada hakikatnya seluruh peraturan
hukum merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai yg ada dlm
Pemb.UUD45.
Pemb.UUD45 merupakan sumber bagi seluruh peraturan hukum lainnya, tetapi
mengapa dalam Tata urutan Peraturan Perundang-undangan (1966 – 2004),
Pemb.UUD45 tidak dicantumkan ?, sbg antisipasi terhadap terjadinya
amandemen, shg secara hierarkhis formal kedudukan Pem.UUD45 dipisah dg
peraturan hukum lain, tetapi scr hierarkhis material memiliki hubungan causal
organis, tidak terpisah.
TATA URUTAN PER-UU-AN
a. Berdasarkan TAP MPR No.XX/MPRS/1966
• UUD45
• TAP MPR
• UU/PERPU
• PP
• Kep.Pres
• Peraturan-peraturan Pelaksanaan lain,spt
– Peraturan menteri
– Instruksi menteri
– Dll
b. Berdasar Tap MPR No.III/MPR/2000, ttg Sumber Hukum dan tata urutan per-uuan
• UUD45
• Ketetapan MPR
• UU
• PERPU
• Peraturan Pemerintah
• Keputusan Presiden
• Peraturan Daerah
lanjutan
c. Berdasar UU No.10 tahun 2004, tgl 22 juni 2004
•
•
•
•
•
UUD45
UU/PERPU
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
Peraturan Daerah
a.Perda propinsi
b.Perda kabupaten / kota
c.Peraturan desa/peraturan yang singkat.
Lanjutan….
• Berdasar UU nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan : Jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
B.KONSTRUKSI DASAR TERTIB HUKUM
INDONESIA
• Teori Stuffen Theory Hans Kelsen ?  Grund Norm Norma
Umum Norma Khusus
• Atau Nilai dasar  Norma Umum  norma praktis
• Aplikasi : Pemb.UUD45  UUD45Norma hukum lainnya.
• Pembukaan UUD45 sbg Staatsfundamentalnorm, merupakan
asas kerokhanian tertib hukum Indonesia, di dalamnya
terdapat pengakuan adanya hukum kodrat (alinea I),hukum
etis (alinea I,II,III), hukum Tuhan (alinea III), dan hukum
filosofis, yaitu asas kerokhanian Pancasila yg mendasari
hukum positif Indonesia (alinea IV).
HUBUNGAN PEMB.UUD45 DG HUKUM POSITIF
• Hukum Tuhan, hukum etis, hukum kodrat, dan
hukum filosofis tersebut merupakan sumber bahan
dan sumber nilai bagi hukum positif Indonesia.
Dalam hal ini negara merupakan pelaksana yg aktif
dalam pelaksanaan dan realisasi hukum positif dg
mengambil bahan dari hukum dan nilai yg terdapat
dlm pemb.UUD45 tadi, disesuaikan dg situasi,
kondisi, serta kebijakan tertentu.
KONSEKUENSI
• Konsekuensi bagi setiap realisasi dan pelaksanaan hukum
positif Indonesia harus senantiasa sesuai dg hukum Tuhan,
hukum etis, hukum kodrat, dan hukum filosofis. Nilai-nilai
hukum tersebut sekaligus juga merupakan ukuran bagi
setiap hukum positif Indonesia, yaitu UUD dan seluruh
peraturan perundangan yg lain apakah telah sesuai dg
aturan-aturan yg berasal dr Tuhan (hukum Tuhan), dg
perikemanusiaan dan perikeadilan(hukum kodrat), dg nilainilai kebaikan (hukum etis), dan dg nilai-nilai Pancasila yg
abstrak umum universal (hukum filosofis).
KESIMPULAN
• Jadi,pertama: pelaksanaan hukum positif Indonesia
harus berlandaskan asas-asas nilai kerokhanian
Pancasila dan asas-asas nilai lainnya spt tertuang
dlm pemb.UUD45.
• Kedua; mrupakan suatu keharusan bagi negara
Indonesia untuk menjadikan nilai-nilai dlm
Pemb.UUD45 tadi sbg ukuran dlm penyusunan,
pengembangan, dan interpretasi semua peraturan
hukum yg berlaku di Indonesia
PERTEMUAN 14 DAN 15
PERMASALAHAN DLM FIL.HUKUM
1. HUBUNGAN HUKUM DENGAN KEKUASAAN
•
•
•
Hukum bersifat imperatif, tetapi realitasnya tidak semua taat, shg
membutuhkan dukungan kekuasaan, besarnya kekuasaan tergantung
pada tingkat kesadaran hukum masyarakat.
Dalam praktek, kekuasaan sering bersifat negatif, yaitu berbuat
melampaui batas-batas kekuasaan, shg hukum dibutuhkan sbg
pembatas kekuasaan (selain kejujuran ,dedikasi dan kesadaran
hukum).
Betapa eratnya dan pentingnya relasi antara hukum dan kekuasaan,
hukum tanpa kekuasaan,angan-angan, tetapi kekuasaan tanpa hukum
akan dzalim. Bagaimana agar hubungan keduanya selalu harmonis
dan sinergis ?
a. keseimbangan power
b. dialog yg sehat ,efektif
c. sadar akan keterbatasan
2. HUKUM DAN NILAI SOSIAL BUDAYA
• Hukum yg baik adalah hukum yg materinya berasal dr nilai
sosial budaya masyarakat.
• Persoalan : terjadinya pergeseran nilai dan anomaly dlm
masyarakat.
• Sejauh mana pergeseran nilai boleh terjadi ? shg masih layak
dijadikan sbg materi hukum yg baik?
a. Pergeseran nilai tetap harus sesuai dg hierarkhi nilai yg disepakati
b. Membutuhkan kajian lebih lanjut tentang materi hukum yg berasal
dr masyarakat , nilai dr masy. diolah tidak diterima mentah, inilah
fungsi dr penguasa atau para ilmuwan , sbg mitranya masyarakat.
3.SEBAB NEGARA MENJATUHKAN HUKUMAN
• Terdapat tiga teori yg dpt dijadikan dasar pembenaran negara memberi
hukuman pada warganya:
• Teori Kedaulatan Tuhan,negara sbg badan yg mewakili Tuhan di dunia ini
untuk mewujudkan ketertiban hukum di dunia, shg berhak menghukum
bagi pelanggar hukum.
• Teori Perjanjian masyarakat, rakyat telah memberikan kekuasaan pd
negara untuk membentuk peraturan dan menjatuhkan hukuman pd
pelanggar demi ketertiban dan kedamaian  konsekuensi: rakyat
berjanji mentaati dan bersedia dijatuhi hukuman.
• Teori Kedaulatan Negara, hanya negara yg berdaulat dan berkuasa untuk
membentuk hukum. Adanya dan berlakunya hukum krn dikehendaki
negara, shg negara berhak memberi hukuman.
• Lili Rasjidi: negara memiliki tugas sangat berat, mewujudkan cita-cita
bangsa, shg negara akan memberi hukuman kpd siapapun yg
menghambat usaha mencapai cita-cita tadi.
4. SEBAB ORANG MENTAATI HUKUM
•
Terdapat tiga alasan pembenaran :
•
Teori Kedaulatan Tuhan, hukum dicipta oleh Tuhan, manusia sbg makhluk
wajib taat (scr langsung), dan adanya anggapan raja adalah wakil Tuhan, shg
manusia harus sll taat pada Tuhan (scr tidak langsung).
•
Teori Perjanjian masyarakat, hukum sbg hasil kesepakatan bersama seluruh
masyarakat, shg mereka harus taati bersama juga.
•
Teori Kedaulatan Negara, orang mentati hukum krn merasa wajib utk
mentaatinya, sebab hukum is kehendak negara
•
Teori Kedaulatan Hukum, orang mentaati hukum krn hukum merupakan
perumusan kesadaran hukum rakyat.
5. MASALAH PERTANGGUNGJAWABAN
• Pertanggungjawaban is kewajiban utk memikul
segala akibat dr sikap dan perilaku subjek hukum,
yg dilakukan scr sadar, bebas, dan nalar.
• Subjek hukum dibebaskan dr tanggjwb, apabila:
• belum cukup umur
• sedang terganggu jiwa / ingatannya
• sedang dlm pengaruh hipnotis,sihir
• subjek hukum tidak dpt menentukan kehendaknya
scr bebas dan sadar
6. MASALAH HAK MILIK
• Hak milik merupakan salah satu hak asasi manusia
• Beberapa pandangan ttg hak milik :
• Individualisme – liberalisme ; hak milik merupakan hak
mutlak individu, dan boleh berbuat apapun
• Kolektivisme: pemilikan alat produksi harus pd masy
bukan individu.
• Fascisme; membatasi dan melenyapkan ha-hak asasi
• Personalisme : manusia sbg persona sosial, hak milik
pribadi diselaraskan dengan kepentingan masyarakat
SUMBER REFERENSI
 Kardoman Tumangger (Faculty of Law UNPAD)
• FX. DJOKO PRANOWO
•
ARY NATALINA
Download