BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG

advertisement
BAB II
PENGATURAN HUKUM TENTANG PELAKSANAAN HAK IMUNITAS
ADVOKAT DI INDONESIA
A.
Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana
Pekerjaan advokat tidak hanya terdiri atas pemberian nasehat, advokat
untuk kepentingan kliennya mengatur berbagai urusan dengan instansi-instansi
pemerintah atau pihak ketiga lain, berusaha mendamaikan perselisihanperselisihan diluar pengadilan, dan dalam perkara pidana membela tertuduh.54
Undang-Undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat yang mengatur hakhak advokat diantaranya hak kekebalan hukum (imunitas), kitab undang-undang
hukum pidana (KUHP) juga mengatur tentang hal itu, yakni terdapat di dalam
pasal 50 KUHP salah satu pasal yang memuat tentang alasan pengecualian
hukuman.
Pasal 50 KUHP berbunyi:
“barangsiapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undangundang, tidak dipidana.”
Pasal ini menetukan pada prinsipnya orang yang melakukan suatu
perbuatan meskipun itu merupakan tindak pidana, akan tetapi karna dilakukan
berdasarkan perintah undang-undang maka si pelaku tidak boleh dihukum.
Asalkan perbuatannya itu memang dilakukan untuk kepentingan umum, bukan
untuk kepentingan pribadi pelaku.55
54
Ko Tjay Sing, Rahasia Pekerjaan Dokter dan Advokat, (Jakarta: Gramedia,1978), hlm.
36.
55
H.M.Hamdan,Hukum dan Pengecualian Hukum Menurut KUHP dan KUHAP ,(Medan:
USU Press, 2010).hlm.71
39
Pasal ini sangat berkaitan erat dengan pasal 15 UU Advokat, yang berbunyi:
“Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara
yang menjadi tanggungjawabnya dengan tetap berpegang pada profesi dan
peraturan perundang-undangan”.56
Artinya bahwa selama advokat menjalankan tugas profesinya dalam hal
membela kepentingan klien maka advokat diberikan kebebasan oleh undangundang. Arti bebas adalah tanpa tekanan, ancaman, hambatan, rasa takut atau
perlakuan yang merendahkan martabat, dan kebebasan itu harus tetap dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kode etik profesi. Dari
pengaturan tersebut terlihat bahwa asas kebebasan diberikan kepada advokat,
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaannya, sehingga avokat tidak dapat
dituntut dan dihukum dalam melaksankan tugasnya.
Dalam kedudukannya sebagai advokat ketika berhubungan dengan
masyarakat umum mengenai hal-hal yang disampaikan kepadanya, advokat
mempunyai kewajiban hukum untuk menyimpan atau merahasiakannya. Sama
seperti perintah Undang-undang No.18 Tahun 2003 pasal 19 ayat (2)
menentukan:”Advokat berhak merahasiakan hubungannya dengan klien, termasuk
perlindungan akan berkas perkara dan dokumen terhadap penyitaan dan
pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektonik
advokat”.
Perintah KEAI diatur bahwa advokat wajib memegang rahasia jabatan atas
hal-hal yang didapatkan dari kliennya. Dalam pasal 4 huruf h KEAI
ditentukan:”Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang
diberikan oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu
56
UUA
40
setelah berakhirnya hubungan antara advokat dan klien itu”.57 Dimana seorang
advokat dalam merahasiakan segala sesuatu yang diperoleh dari kliennya,
termasuk perlindungan atas berkas perkara dan dokumen terhadap penyitaan dan
perlindungan terhadap penyadapan komunikasi elektronik advokat, yang mana di
dalam melakukan penyitaan, penyidik berwenang memerintahkan pada orang
yang menguasai benda yang dapat disita itu untuk kepentingan pemeriksaan,
demikian pula surat atau tulisan lain supaya diserahkan kepada penyidik jika surat
atau tulisan itu berasal dari tersangka atau terdakwa atau ditujukan padanya atau
diperuntukkan baginya atau jika benda tersebut merupakan alat untuk melakukan
tindak pidana ( pasal 42 KUHAP).
Dalam hal advokat tidak mau memeberikan persetujuan atas penyitaan dari
tangannya, boleh saja penyidik meminta izin khusus kepada ketua pengadilan
Negeri setempat, hal ini menujukkan bahwa izin yang dimintakan penyidik
memerlukan proses pemeriksaan tersendiri dengan menyampaikan alasannya,
yakni apa relevansi dan urgensinya penyitaan itu perlu tidaknya dilakukan.
Dengan mengingat pasal 43 KUHAP penyitaan surat atau tulisan dari mereka
yang berkewajiban merahasiakan menurut undang-undang, hanya dapat
dilakukan:
1.
Tidak menyangkut rahasia Negara
2.
Atas persetujuan mereka yang berhak.
3.
Dengan izin khusus Ketua Pengadilan Negeri setempat.
4.
Undang-undang menentukan lain.
57
V.Harlen sinaga, op.cit., hlm. 128.
41
dan penyidik juga tidak dapat menuntut advokat dengan tuduhan mencegah atau
menghalang-halangi proses penyidikan sesuai dengan pasal 216 KUHP, karena
advokat didalam menjalankan fungsinya berkewajiban untuk mengupayakan
peradilan yang adil bagi kliennya, termasuk sejak tahap penyidikan, maka dengan
pertimbangannya bisa saja tetap akan berpegang teguh pada haknya yang
dilindungi hukum untuk tidak menyerahkan berkas dan dokumen kliennya sebagai
barang sitaan penyidik, sampai hal itu diperlukan untuk dibuka dalam persidangan
dipengadilan.
Tindakan advokat ini dapat dibenarkan mengingat bahwa kedudukan
undang-undang lebih tinggi dari penetapan izin Ketua Pengadilan, selain itu perlu
dicatat bahwa tinadakan advokat itu dilindungi hukum sesuai pasal 50 KUHP
yang menyebutkan “barangsiapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan
ketentuan undang-undang, tidak dipidana.” Yang dimaksud “melaksanakan
ketentuan undang-undang” terdapat yurisprudensi yang dikeluarkan oleh Hoge
Raad 26 Juni 1899 menyebutkan”ketentuan undang-undang adalah setiap
peraturan, yang dikeluarkan oleh setiap penguasa yang berwenang menurut
undang-undang, bukan saja peraturan yang dikeluarkan oleh atau berdasarkan
undang-undang negara.
Dengan diundangkannya Undang-undang No 18 Tahun 2003 tentang
Advokat sebagai lex specialis yang mengatur fungsi dan peran advokat dan
sekaligus menjamin hak dan kewajiban advokat, maka “kecualai undang-undang
menentukan lain” yang disebutkan dalam pasal 43 KUHAP saat ini sudah tidak
relevan lagi, sebaliknya kalaupun terdapat ketentuan-ketentuan lain yang
bertentangan dengan ketentuan undang-undang No.18 Thaun 2003, yang harus
42
diikuti adalah ketentuan undang-undang terakhir sesuai dengan prinsip “hukum
yang kemudian membatalkan hukum yang terdahulu ( “lex posterior derogat legi
prior”)58
Tidak dipidananya pelaku dalam hal ini yakni seorang advokat dalam
melaksanakan tugas profesinya juga harus memperhatikan karakter/watak
kepribadian dari pelaku. Apakah advokat memang mempunyai kepribadian dalam
hal menjalankan tugas-tugasnya selalu dalam etikad baik atau tanpa mempunyai
rasa tanggungjawab sama sekali. Jika karakter advokat memang orang yang selalu
menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, maka alasan penghapusan pidana dapat
berlaku baginya. Berdasarkan pasal ini dapat dilihat hubungannya dalam Undangundang tentang Advokat, bahwa advokat mempunyai kekebalan karena
menjalankan profesinya sesuai yang diatur undang-undang.
B.
Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
Advokat berstatus sebagai penegak hukum adalah salah satu perangkat
hukum dalam proses peradilan kedudukannya setara dengan penegak hukum
lainnya, menegakkan hukum dan keadilan, lebih tegas lagi adalah salah satu pilar
penegak supremasi hukum dan pelindung hak asasi manusia di Indonesia.
Mengingat pasal 54 KUHAP menyatakan bahwa guna kepentingan
pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari
seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.
58
H.Zulkifly, op.citi., hlm. 9-10.
43
Bantuan hukum ini merupakan salah satu perwujudan daripada jaminan
dan perlindungan hak asasi manusia khususnya pencari keadilan untuk
mendapatkan perlakuan secara layak dari para penegak hukum sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai manusia yaitu dalam bentuk pembelaan terhadap
perkara tersangka oleh penasehat hukumnya.
Untuk memberikan bantuan hukum, maka penasehat hukum mempunyai
beberapa hak yang penting antara lain adalah:
1.
Penasehat
hukum
berhak
menghubungi
tersangka
sejak
ditangkap/ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara
yang ditentukan menurut undang-undang (KUHAP)
2.
Penasehat hukum berhak menghubungi atau berbicara dengan
tersangka pada setiap tingkat pemeriksaan dan tiapa waktu untuk
kepentingan pembelaannya (pasal 71) ayat (1).
3.
Penasehat hukum dapat meminta turunan berita acara pemeriksaan
untuk kepentingan pembelaannya (pasal 72).
4.
Penasehat hukum berhak menerima dan mengirim surat kepada
tersangka (pasal 70).59
Pengurangan kebebasan hubungan antara penasehat hukum dan tersangka
dalam pasal 70 ayat 2, ayat 3, ayat 4 dan pasal 71 dilarang, setelah perkara
dilimpahkan oleh penuntut umum kepada Pengadilan Negeri untuk disidangkan.
Kebebasan melakukan pembicaraan tanpa di dengar isi pembicaraan antara
penasehat hukum dengan tersangka dibatasi dalam hal tersangka melakukan
kejahatan terhadap keamanan negara, maka pejabat-pejabat sesuai dengan tingkat
59
Moch.Faisal Salam, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Prakrek, (Bandung: Mandar
Maju, 2001),hlm. 47-48
44
pemeriksaan dapat mendengar isi pembicaraan tersebut. Hal ini ditetapkan dalam
pasal 71 ayat 2.60
Didalam proses peradilan, advokat juga diberikan hak untuk mengawasi
jalannya proses peradilan. Advokat harus memastikan bahwa proses peradilan dan
aparat penegak hukum yang dihadapinya selalu menjunjung tinggi prinsip fair
trial. Termasuk dalam lingkup ini adalah hak untuk menolak hakim menangani
perkara. Hak ini diakui secara universal, sebagaimana diungkapkan dalam
Universal Declaration of the Independence of Justice, dinyatakan:
It is duty a lawyer to show proper respect towards the judiciary. He shall
have the right to raise an objection to the participation of a judge in a particular
case, or to the conduct of a tral or hearing.
Hak untuk menolak hakim yang dipandang memiliki konflik kepentingan
dalam suatu perkara sudah diakomodasi dalam KUHAP. Pasal 220 KUHAP
membolehkan penasehat hukum terdakwa untuk meminta hakim mengundurkan
diri apabila hakim tersebut dianggap mempunyai kepentingan baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan perkara yang ditanganin. Hal ini adalah
diberinya wewenang bagi advokat melalui keanggotaan melalui Komisi Yudisial
untuk merekomendasikan pengangkatan, pengawasan dan penindakan terhadap
hakim.61
Kedudukan advokat sebagaimana diatur dalam undang-undang advokat
dan hak-hak tersangka dalam kitab undang-undang hukum acara pidana berkaitan
erat dengan penanganan perkara pidana atas diri tersangka, terdakwa. Advokat
tidak bisa lagi dipandang sebagai pelengkap persidangan, sebagai obyek
60
Martiman Prodjohamidjojo, Penasehat dan Bantuan hukum Indonesia, (Jakarta: Ghalia
Indonesia,1982), hlm.10.
61
Daniel S.Lev,Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, (Jakarta: Pusat Studi dan Hukum
Indonesia, 2001), hlm. 90.
45
penderita dalam persidangan dan kadang-kala dianggap memperlambat dan
mempersulit jalannya persidangan, pandangan seperti ini adalah pandangan yang
keliru dan kaku, karena tidak tahu atau tidak mau tahu
apa dan
bagaimana kedudukan para advokat Indonesia sekarang setelah adanya undangundang advokat, namun masih ada saja budaya hukum masyarakat tertentu yang
alergi terhadap advokat, ketika tersangka, terdakwa didampingi advokat, lalu
menyuruh tersangka atau keluarganya, agar tidak perlu didampingi advokat, ini
konsep lama mustinya harus ditinggalkan, karena KUHAP sendiri sudah
menjamin
hak-hak
tersangka,
terdakwa,
bahwa
sejak
saat
ditangkap,
ditahan dan disidik wajib didampingi penasihat hukum yang berprofesi sebagai
advokat, sejalan dengan perkembangan sistem hukum sekarang dimana setiap
kasus hukum beralasan untuk dibela, karena hukum yang selalu diandalkan netral
dan adil, sama rasa sama rata, namun hukum
keadilan
sebelah
dan
dan
tidak
netral,
diinjak sebelah
hukum
sering tidak memberikan rasa
seperti
belah
bambu
yang kadang merugikan mayoritas
diangkat
orang
miskin yang lemah.
Dalam hal mengenai pendampingan atau pemberian bantuan hukum
kepada saksi dalam proses peradilan pidana, meskipun di dalam KUHAP tidak
mengaturnya secara jelas, namun untuk menjadi saksi adalah kewajiban dari
setiap warga negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 112 KUHAP yang
menyatakan:
(1) Penyidik yang melakukan pemeriksaan, dengan menyebutkan alasan
pemanggilan secara jelas, berwenang memanggil tersangka dan saksi yang
dianggap perlu untuk diperiksa dengan surat panggilan yang sah dengan
memperhatikan tenggang waktu yang wajar antara diterimanya panggilan
dan hari seorang itu diharuskan memenuhi panggilan tersebut
46
(2) Orang yang dipanggil wajib datang kepada penyidik dan jika ia tidak
datang, penyidik memanggil sekali lagi, dengan perintah kepada petugas
untuk membawa kepadanya.
Namun di sisi lain, dalam artikel “Urgensi Pendampingan Saksi oleh
Advokat” advokat Bobby R. Manalu berpendapat bahwa pendampingan saksi
oleh advokat juga diperlukan guna mencegah para penyidik melakukan aksi
kekerasan baik secara fisik maupun psikologis kepada saksi. Selain itu, masih
menurut Bobby, dalam Pasal 5 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban diatur bahwa dalam kasus-kasus tertentu sesuai
dengan keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, saksi berhak
mendapatkan nasihat hukum.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa yang berhak memberikan
bantuan hukum kepada tersangka dan terdakwa dalam setiap tingkat pemeriksaan
proses peradilan pidana adalah advokat. Kemudian, meski tidak diatur oleh
KUHAP saksi dapat saja didampingi oleh advokat jika diperlukan.62
Disamping peraturan diatas yang berbicara tentang advokat sebagai profesi
yang berdasarkan keahlian dan kepercayaan yang mendapatkan hak imunitas atau
kekebalan hukum, juga sama halnya terdapat pengaturannya tentang hak yang
diberikan kepada advokat yang lazim dinamakan verschon-ingsrecht merupakan
pembebasan dari kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi, yang
termuat dalampasal 170 ayat 1 KUHAP menentukaan bahwa “mereka yang
karena pekerjaan, harkat martabat dan jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia,
dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi
62
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d9eb43b0bef4/siapa-yang-berhakdampingi-tersangka-atau-saksi? Diakses pada hari Jumat, 30 januari 2015, pukul; 11.04 WIB.
47
yaitu hal yang dipercayakan kepada mereka”. Akibat dari pelanggaran atas
ketentuan ini diatur dalam pasal 322 KUHP, lengkapnya berbunyi:” barang siapa
dengan sengaja membuka rahasia yang disimpannya karena jabatan dan
penchariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana
pencara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu
rupiah”.
Dalam penjelasan pasal 170 ayat 1 KUHAP menyebutkan “pekerjaan atau
jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk menyimpan rahasia ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan”. Dalam undang-undang advokat ditentukan
bahwa advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui karena
profesinya.63
Dalam pemeriksaan pendahuluan dalam konteks penyidikan pada pasal
120 KUHAP disebutkan pula soal verschon-ingsrechtdalam hal keterangan ahli
yang diperlukan oleh penyidik. Dikatakan dalam pasal 120 KUHAP tersebut
bahwa penyidik dapat meminta keterangan ahli ataupun dari orang yang
mempunyai keahlian khusus, ahli tersebut harus diangkat sumpah ataupun
mengucapkan
janji
bahwa
ia
akan
memberikan
keterangan
menurut
pengetahuannya yang sebaik-baiknya.
Ada sesuatu kekecualian dari keterangan ahli tersebut yang bersangkutan
dengan verschon-ingsrecht, dimana apabila disebabkan karena harkat, martabat,
pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan menyimpan rahasia- termasuk di
dalamnya advokat-yamg meajibkan ia menyimpan rahasia dan karena dapat
63
Luhut M.P.Pangaribuan, Hukum Acara Pidana,(Jakarta: PT.Ikrar Mandiri Abadi, 2002),
hlm.12
48
menolak untuk memberikan permintaan dalam memberikan keterangan yang
dimintanya.
Dalam kedua pasal tersebut pasal 120 dan pasal 170 KUHAP, advokat
tersebut wajib menyimpan rahasia karena pekerjaan, jabatan, atau harkat, martabat
dan mempunyai verschon-ingsrechtdari pemberian keterangan kesaksian dan
keahlian tersebut.
Sehingga seorang advokat tidak dapat dituntut ex pasal 244 KUHP yang
memidanakan mereka yang dipanggil sebagai saksi dengan sengaja tidak
memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang.64
Oleh karena itu, apabiala ada panggilan untuk menjadi saksi atas
keterangan yang diberikan kepadanya secara rahasia, seorang profesional dapat
menolaknya, sebab apabila rahasia itu dibuka maka akan menjadi suatu delik.
Terlihat jelas dari uraian diatas, bahwa KUHAP mengatur banyak hal tentang hahak kekebalan advokat atau yang biasa disebut dengan hak imunitas advokat.
C.
Undang-Undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat
Bersumber pada undang-undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat,
maka pengakuan atas hak dan peran advokat sebagai bagian dari sistem hukum
dan peradilan harus dihormati semua pihak dan aparat penegak hukum lainnya,
terutama dalam kesetaraan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing. Dengan adanya payung hukum bagi
profesi advokat berdasarkan
undang-undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat, maka hak advokat yang
boleh dikatakan paling sentral adalah dimilikinya hak kekebalan hukum
64
Oemar Seno Adji, Etika Profesional Dan Hukum”Profesi Advokat”, (Jakarta: Erlangga,
1991) , hlm. 44.
49
(immuniteit) untuk tidak dapat dituntut baik secara pedata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik dalam sidang pengadilan, hak
kekebalan ini terkait dengan pengakuan bahwa advokat tidak dapat diidentikkan
dengan kliennya oleh pihak yang berwenang atau masyarakat.65
Pengaturan tentang hak imunitas advokat dapat disimak dan dipahami
dengan lebih mendalam dari pasal 14 hingga pasal 19 Undang-Undang No.18
Tahun 2003, tepatnya bab IV tentang hak dan kewajiban. Secara umum dapat
dikatakan bahwa hak imunitas muncul dari hak (right) dan kewajiban (duty)
advokat dalam melakukan tugas-tugasnya,66 yang secara tegas menyatakan,
bahwa Advokat bebas untuk mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam
membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam Sidang Pengadilan.
Maksud dari kata bebas dalam hal ini adalah tanpa adanya tekanan, ancaman,
hambatan, tanpa adanya rasa takut, atau perlakuan yang merendahkan harkat dan
martabat profesi advokat. Selain itu pula Advokat bebas dalam menjalankan tugas
profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap
berpegang pada Kode Etik Profesi dan peraturan perundang-undangan.67
Selengkapnya pasal 16 Undang-undang Advokat berbunyi:
”Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan etikad baik untuk membela kepentingan
kilen dalam sidang pengadilan”.68
Hak kekebalan (immuniteit) untuk tidak dapat dituntun baik secara perdata
maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya untuk kepentingan
65
Zulkifli,dkk.,Eksistensi Pasal 19 UU Advokat dan Kaitannya dengan Upaya Paksa
Penyitaan yang Dimiliki oleh Penyidik, (Medan: Kantor Hukum Zulkifli Nasution & Rekan,
2006), hlm. 2-3.
66
V.harlen sinaga, hlm. 121.
67
68
zulkifli,dkk.,op.cit., hlm. 1-2.
Moh.Hatta, Sistem Peradilan Pidana Terpadu, (Yokyakarta,:Galang Press, 2008), hlm.
66.
50
pembelaan kilen dalam sidang pengadilan. Dengan penyandang status sebagai
penegak hukum, peran advokat memiliki kebebasan dan kemandirian yang
dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.
Artinya, eksistensi advokat bukan lagi hanya sekedar profesi memberikan
jasa hukum, tanpa jaminan kemandirian yang dilindungi undang-undang, tetapi
sudah menjadi salah satu perangkat keadilan dalam proses peradilan yang
mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan
hukum dan keadilan, bebas dari tekanan, ancaman, hambatan, dan rasa takut atau
perlakuan yang merendahkan harkat martabat profesinya.
Dalam dokumen Internasional, ada tiga prinsip universal yang dinyatakan:
1.
2.
3.
Basic Principles on the Role of Lawyer, yang merekomendasikan
kepada negara-negara anggota PBB untuk memberikan perlindungan
terhadap advokat-advokat dari hambatan-hambatan dan tekanan
dalam melaksanakan fungsinya.
Dalam IBA standart (butir ke-8) disebutkan: seorang advokat tidak
boleh dihukum atau diancam hukuman, baik itu hukum pidana,
perdata, administratif, ekonomi, maupun sanksi atau intimidasi
lainnya dalam pekerjaan membela dan memberi nasehat kepada
kliennya secara sah.
Deklarasi dari”the World Conference on the Independence of
Justice” yang mendorong kebebasan advokat dalam mrnjalankan
fungsinya dengan menyatakan bahwa harus ada sistem yang adil
dalam peradilan administrasi yang menjamin independensi advokat
dalam melaksanakan tugas profesionalnya tanpa adanya hambatan,
pengaruh, pemaksaan, tekanan, ancama dan intervensi.69
Dengan demikian yang dimaksud dengan hak imunitas adalah kebebasan
dari advokat untuk melakukan atau tidak melakukan setiap tindakan dan
mengeluarkan atau tidak mengeluarkan pendapat, keterangan atau dokumen
kepada siapapun dalam menjalankan tugas profesinya, sehingga dia tidak dapat di
hukum sebagai konsekuensi dari pelaksanaan tugas profesinya.70
69
70
Daniel S.Lev, op.cit., hlm. 88.
V.Harlen Sinaga.,op.cit.,hlm.120.
51
Oleh karena itu seorang Advokat tidak dapat dituntut baik secara Perdata
maupun Pidana dalam menjalankan tugas profesinya yang didasarkan pada itikad
baik untuk kepentingan pembelaan Kliennya. Maksud Itikad baik disini adalah
menjalankan tugas profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk
membela kepentingan Kliennya dalam setiap tingkat peradilan di semua
lingkungan peradilan.
Selain itu berdasarkan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Advokat, bahwa
Advokat tidak dapat diidentikkan atau disamakan dengan kliennya yang diwakili
atau dibela.71 Advokat berhak untuk membela siapapun kliennya, termasuk
penjahat kelas kakap yang telah dihujat oleh banyak orang dan tetap
melaksanakan prinsip yakni setiap orang berhak untuk mendapatkan pembelaan
hukum secara wajar, yang memang diakui oleh setiap hukum yang modern di
dunia ini, termasuk hukum Indonesia. Jika advokat membela kliennya yang
merupakan penjahat besar misalnya, advokat tersebut tidak boleh dikucilkan atau
dihujat seperti mengucilkan dan menghujat kliennya. Seperti telah disebutkan
bahwa sekali advokat memegang suatu perkara, meskipun kliennya tidak popular
dan penjahat yang dicaci maki oleh masyarakat, advokat tetap harus memberikan
jasa hukum sebaik mungkin sesuai prinsip-prinsip professional, intelektualitas,
dan emosional. Disamping itu setiap orang berhak untuk mendapatkan bantuan
hukum, meskipun orang tersebut merupakan penjahat besar, berdasarkan prinsip
hak setiap orang untuk mendapatkan bantuan hukum tersebut tidak dapat
dipersalahkan.
71
Ibid
52
Karena itu, dalam mempertahankan atau memperjuangkan hak tersebut,
advokat tidak boleh menjadi pihak yang terkena imbas dari sesuatu yang
diperjuangkan atau yang dipertahankan baik secara pidana atau perdata. Idang
Sebagaimana telah dikatakan, dalam melakukan pekerjaannya dalam
bidang litigasi maupun non-litigasi, seorang advokat bertugas mempertahnkan hak
subjek hukum perseorangan (naturljke Persoon) maupun subjek hukum berupa
badan hukum (rechtpersoon). Hak yang dipertahankan advokat adalah hak absolut
dan hak relatif.
Hak absolut adalah hak yang memberi kewenangan bagi pemiliknya,
dalam hal ini klien, untuk melakukan sesuatu yang pada dasarnya dapat
melaksanakan dan melibatkan setiap orang. Hak relatif adalah kewenangan
pemegang hak menuntut orang tertentu yang terlibat dalam hubungan hukum
tertentu.72
Disamping itu, undang-undang ini juga mengatur hak imunitas lainnya
yaitu hak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas
berkas dan dokumen terhadap penyitaan dan pemeriksaan seperti yang diatur pada
pasal 19 ayat Undang-undang advokat, yang menegaskan sebagai berikut:
(1)
(2)
Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau
diperoleh dari kliennya karena hubungan profesinya, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang.
Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien
termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap
penyitaan dan pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan
atas komunikasi elektonik advokat.
Ketentuan ini merupakan pencerminan perlindungan hak asasi dalam
rangka the rule of law yanga dalam hal ini merupakan perlindungan terhadap
72
Ibid., hlm. 122.
53
dokumen dan berkas hak milik klien dari seorang advokat. Perlindungan ini juga
merupakan hak seseorang adalah sebagai yang menjalani kuasa, mewakili,
mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum kliennya.73 Selain itu advokat juga mempunyai hak kebebasan
mengeluarkan pendapat dan perkara di sidang pengadilan yang menjadi
tanggungjawabnya (pasal 14-15) oleh karena advokat berhak memperoleh
informasi, data dan dokumen lainnya, baik dari instansi pemerintah maupun pihak
yang berkaitan dengan kepentingan yang diperlukan untuk pembelaan kliennya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.74
Mengenai hak imunitas juga diatur dalam BAB VII pasal 9, Kode Etik dan
Ketentuan tentang Dewan Kehormatan Advokat/ Penasehat hukum Indonesia
yakni:
1.
2.
3.
Profesi Advokat/ Penasehat Hukum adalah profesi yang mulia dan
terhormat (officum nobile), menjalankan tugas pekerjaan
menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran, sejajar selaku penegak
hukum dipengadilan bersama jaksa dan hakim (officer’s of the
courth) yang dalam tugas pekerjaannya dibawah lindungan hukum
dan undang-undang.
Advokat/ Penasehat Hukum tidak dapat diperksa sebagai tersangka
oleh yang berwajib dalam perkara dari klien yang ditangani.
Advokat/Penasehat Hukum memilki imunitas hukum secara perdata
dan pidana baik dalam membuat statemen (pernyataan-pernyataan)
yang dibuat dalam etiakad baik maupun dalam pledoi (pembelaan
hukum), tertulis atau lisan, ataupun didalam penampilannya dimuka
pengadilan, tribunal ataupun otoritas hukum ataupun otoritas
administrasi.75
73
H.Zulkifli, op.cit., hlm. 19.
Ibid., hlm. 3.
75
Ropaum Rambe., op.cit, hlm.111.
74
54
Download