BAB 2 - Library Binus

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
State of the Art
Penelitian
terdahulu
dapat
memberikan
kontribusi
untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
diperlukan
beberapa
penelitian
terdahulu
yang
dikumpulkan
untuk
memperkuat dan memperkaya referensi dalam melakukan penelitian ini.
Terdapat lima penelitian yang menjadi sumber referensi penelitian ini,
diantaranya:
1) Penelitian ini dilakukan oleh Solomon George, berjudul Managing
Organizational Culture for Effective Communcication yang dimuat di
Medwell Journals tahun 2010, dilakukan di Ogun State, Nigeria.
Penelitian dengan metode kualitatif ini, meneliti tentang budaya
organisasi untuk komunikasi yang efektif. Ketika budaya organisasi
dikelola dengan baik, komunikasi yang efektif dapat meningkat dan
ketika komunikasi yang efektif diterapkan, tujuan dan sasaran
organisasi dapat tercapai. Pada premis ini, penelitian ini berfokus pada
budaya organisasi (yang diinduksi baik dari internal maupun
eksternal) dimana dapat menghasilkan keunikan dari masing-masing
organisasi. Budaya, pada akhirnya, mendefinisikan operasi dalam
organisasi. Selain itu, tujuan dan sasaran organisasi bertindak sebagai
baling-baling budaya yang bergerak ke seluruh organisasi, ke arah
yang pasti itu. Penelitian ini juga membahas peran manajer sebagai
kosmopolitan dalam organisasi yang sering berinteraksi dengan
lingkungan eksternal. Mereka datang dalam memperkenalkan ide-ide
baru untuk memperkaya budaya organisasi atau memangkas untuk
nilai produktif dan keyakinan. Oleh karena itu, penelitian ini juga
berkaitan dengan bagaimana mengelola budaya organisasi untuk
komunikasi organisasi yang efektif.
2) Penelitian
ini
berjudul
Komunikasi
Organisasi
Dalam
Mensosialisasikan Budaya Organisasi Prinsip 46 PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Utama Samarinda yang
9
10
disusun oleh Nia Septiana Putri dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2
No 2. Penelitian dengan metode penelitian kuantitatif ini, difokuskan
pada
komunikasi
organisasi
dalam
mensosialisasikan
budaya
organisasi prinsip 46 melalui komunikasi ke bawah, komunikasi
kelompok kecil dan saluran media komunikasi. Hasilnya adalah
komunikasi ke bawah berjalan dengan baik, pimpinan bidang
operasional menyampaikan segala informasi yang diperlukan oleh
karyawan secara terbuka dengan berusaha mengurangi ketidakpastian
yang dirasakan karyawan seperti bersikap yang sesuai dengan budaya
organisasi Prinsip 46 sebagai wujud contoh dan teladan bagi
karyawan
sehingga
karyawan
dapat
mempercayai
apa
yang
dikomunikasikan pimpinan tentang nilai-nilai budaya organisasi
Prinsip 46. Saluran media komunikasi yang lebih sering digunakan
untuk menunjang komunikasi lisan yang menjangkau seluruh
karyawan, lebih cepat dan tepat sasaran karena mudah dan terjangkau
dengan kelebihan dapat diakses kapan saja dan dimana saja, yaitu
internal website, email, majalah internal (Sinergi) dan buku pedoman
perilaku Prinsip 46.
3) Jurnal selanjutnya berjudul Organization Culture as Driver of
Competitive Advantage yang disusun oleh Boniface C. Madu di Grand
Canyon University. Pada jurnal ini membicarakan bahwa salah satu
dari banyak tanggung jawab pemimpin adalah penciptaan dan
pemeliharaan karakteristik organisasi yang dihargai dan mendorong
upaya kolektif. Budaya organisasi berdiri sebagai salah satu
komponen yang penting untuk mempertahankan kinerja, dan
keunggulan kompetitif, dan alasan yang baik untuk menjadi sebuah
perusahaan besar. Alasan kegagalan etis dalam banyak organisasi
adalah kenyataan bahwa para pemimpin mengakui budaya sebagai
alat yang ampuh dimana dapat membuat dan mempertahankan
kinerja, hanya sedikit pemimpin yang memberikan perhatian yang
layak. Penyebab kegagalan etis dalam banyak organisasi dapat
ditelusuri
kegagalan
kepemimpinan
organisasi
promosi
aktif
mengenai etika dan praktis yang ideal. Tulisan ini akan membahas
11
penggunaan lima mekanisme utama Schein sebagai model bagi para
pemimpin dalam menciptakan budaya yang mendukung perilaku
moral dan etika. Memeriksa implikasi dari model ini dalam
memperoleh keunggulan kompetitif, dan selanjutnya akan mengkritik
implikasi
dari
budaya
etis
dalam
organisasi
dalam
hal
mempertahankan atau memperluas pangsa pasarnya.
4) Pada jurnal yang berjudul Impact of Organizational Culture on
Performance Management Practices in Pakistan dengan nama
Business Intelligence Journal Vol.5 No.1 yang ditulis oleh M. Sakhil
Ahmad, menjelaskan bahwa hasil statistik menunjukkan keterlibatan
kinerja karyawan sangat berkorelasi dengan konsistensi dan
kemampuan beradaptasi. Di sisi lain, dari budaya organisasi memiliki
hubungan signifikan positif dengan praktik kinerja manajemen.
5) Jurnal berjudul Analisis Budaya Organisasi Pada Perusahaan Alas
Kaki Perusahaan yang disusun Marcell Wiradinata dan Ronny H.
Mustamu, menjelaskan bahwa perusahaan perlu mengupayakan agar
sumber daya manusia terfasilitasi dengan desain kerja, pengelolaan
dan lingkungan kerja yang dapat mengembangkan potensi dari
sumber daya manusia tersebut. Setiap perusahaan tentu memiliki
seperangkat nilai serta asumsi dasar yang berbeda-beda. Agar hal
tersebut dapat terfasilitasi secara maksimal, perusahaan perlu
memahami budaya organisasi yang mendasari perusahaannya.
Pemahaman budaya organisasi dapat membantu perusahaan dalam
mengenali setiap asumsi dasar yang ada dalam perusahaannya, yang
kemudian akan membantu perusahaan untuk memprediksi dan
merespon setiap perilaku karyawan. Hasil penelitiannya adalah
budaya organisasi dalam perusahaan alas kaki dapat diklasifikasikan
sebagai Clan Culture, karena memiliki orientasi yang kuat terhadap
komunikasi dan hubungan kerja yang baik satu sama lain. Hal-hal
tersebut menghasilkan tingkat komitmen yang tinggi. Budaya ini
didasari oleh budaya perusahaan keluarga yang ditanamkan oleh
pendiri perusahaan. Selain Clan Culture, perusahaan juga mengambil
beberapa unsur dari jenis budaya Market Culture, yang berorientasi
kepada hasil daripada proses.
12
Tabel 2.1 State of the Art
No
Judul dan Nama
Tahun dan
Metode
Objek
Penulis
Tempat
Penelitian
Penelitian
Keterangan Pembanding
Perusahaan JFP memiliki
budaya organisasi yang
cukup kuat dimana budaya
yang dimiliki tersebut dapat
membangun komunikasi
yang baik pula di dalam
Managing
perusahaan. Komunikasi
Organizational
dan budaya yang diterapkan
Culture for
1
Effective
Communication
Nigeria
2010
oleh anggota organisasi
Kualitatif
-
akan mempengaruhi
perilakunya. Maka, akan
Nama:
mendorong timbulnya
Solomon
kinerja yang lebih baik dan
George Anaeto
maksimal, sehingga
tanggung jawab anggota
organisasi terhadap
pekerjaan akan tinggi dan
tujuan organisasi dapat
tercapai.
Komunikasi
PT Bank
Organisasi
Negara
Dalam
Indonesia
Mensosialisasi2
kan Budaya
Samarinda
Kualitatif
Organisasi
2014
Deskriptif
Prinsip 46 PT
Bank Negara
Indonesia
(Persero) Tbk.
(Persero)
Tbk. Kantor
Cabang
Utama
Samarinda
Karyawan secara terbuka
dengan berusaha
mengurangi ketidakpastian
yang dirasakan karyawan
seperti bersikap yang sesuai
dengan budaya organisasi
sebagai wujud contoh dan
teladan bagi karyawan
sehingga karyawan dapat
mempercayai apa yang
13
Kantor Cabang
dikomunikasikan pimpinan
Utama
tentang nilai-nilai budaya
Samarinda
kekeluargaan dalam PT Java
Nama:
Festival Production.
Nia Septiana
Putri
Kesuksesan JJF dapat
dipengaruhi dari budaya
kekeluargaan serta image
Organization
dari Java Jazz Festival itu
Culture as
3
Driver of
Grand
Competitive
Canyon
Advantage
University
Nama:
sendiri. Budaya
kekeluargaan berdiri sebagai
Kualitatif
-
salah satu komponen yang
penting untuk
2012
mempertahankan kinerja,
Boniface C.
dan keunggulan kompetitif,
Madu
dan alasan yang baik untuk
menjadi sebuah perusahaan
atau brand yang besar.
Keterlibatan kinerja
karyawan yang konsistensi
Impact of
dan mampu beradaptasi
Organizational
dengan baik dalam
Culture on
60
Performance
4
perusahaan dapat berpotensi
karyawan di membuat organisasi berjalan
Management
Pakistan
COMSATS
efektif. Di sisi lain, budaya
Practices in
2012
Institute of
organisasi memiliki
Pakistan
Information
hubungan positif dengan
Nama:
Technology
praktik kinerja manajemen,
Kuantitatif
M. Shakil
dimana budaya
Ahmad
kekeluargaan yang
terintegrasi dengan baik
mampu membuat kinerja
14
manajemen menjadi efektif.
Budaya kekeluargaan
Analisis Budaya
sendiri memiliki orientasi
Organisasi Pada
yang kuat terhadap
Perusahaan Alas
5
Kaki
Surabaya
Kualitatif
Perusahaan
2013
Deskriptif
Alas Kaki
Nama:
Marcell
komunikasi dan hubungan
kerja yang baik satu sama
lain. Hal-hal tersebut
menghasilkan tingkat
Wiradinata dan
komitmen yang tinggi
Ronny H.
dalam perusahaan.
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Komunikasi
2.2.1.1 Model Komunikasi
Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi
yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi ke komponen
lainnya. Penyajian model dimaksudkan untuk mempermudah memahami proses
komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi.
Model Lasśwell
Salah satu model komunikasi yang cukup lama tetapi masih digunakan orang
untuk tujuan tertentu adalah model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold
Lasśwell, seorang ahli ilmu politik dari Yale University. Pada dasar modelnya, ia
menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan dan dijawab yaitu who (siapa),
says what (mengatakan apa), in which medium atau dalam media apa, to whom
(kepada siapa), dan what effect (apa efeknya).
GAMBAR MODEL LASSWELL
Gambar 2.1 Model Komunikasi Laswell
(Sumber: google.com)
15
Bila dilihat maksud dari who disini yaitu menunjuk kepada siapa orang yang
mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi. Siapa yang memulai komunikasi ini
dapat berupa seseorang dan dapat juga sekelompok orang seperti organisasi atau
persatuan.
Pada pertanyaan kedua, says what berhubungan dengan isi komunikasi atau
pesan apa yang akan disampaikan sebelum mengkomunikasikannya. Isi yang
dikomunikasikan pesannya dapat bersifat simpel dan kompleks.
Lalu, yang ketiga yaitu to whom, maksudnya menanyakan siapa yang menjadi
penerima komunikasi (komunikan) atau kepada siapa pesan yang akan disampaikan.
Namun halnya, terdapat hal yang perlu diperhatikan terutama latar belakang
penerima pesan yang berbeda-beda misalnya berdasarkan pengalaman, kebudayaan,
pengetahuan, usia dan lainnya.
Selanjutnya, pertanyaan keempat adalah through what atau melalui media
apa, media adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan, kontak mata,
sentuhan, radio, televisi, surat, buku, dan gambar. Namun tidak semua media cocok
digunakan dalam maksud tertentu.
Terakhir yaitu what effect atau efek dari komunikasi tersebut, adanya dampak
dari penyampaian pesan yang diberikan komunikator kepada komunikan, baik dalam
perkataan maupun perbuatan. (Muhammad, 2009)
Jadi dalam model Lasśwell, terdapat lima pertanyaan yang mendasari dari
proses komunikasi yaitu who (siapa yang menyampaikan atau komunikator), says
what (pesan yang disampaikan), to whom (kepada siapa pesan hendak disampaikan),
through what (media yang digunakan dalam penyampaian pesan), dan what effect
(efek atau dampak dari pesan yang disampaikan pemberi kepada penerima pesan).
2.2.1.2 Fungsi Komunikasi
Komunikasi memiliki beberapa fungsi, dalam hal ini komunikasi
dalam sebuah kelompok atau organisasi. Komunikasi memiliki empat fungsi
utama, yaitu: (Robins & Judge, 2010)
1. Kontrol
Untuk mengontrol perilaku anggota dalam organisasi diperlukan
cara-cara dalam bertindak. Organisasi memiliki hierarki otoritas
dan garis panduan formal yang patut ditaati oleh karyawan.
16
Misalnya,
ketika
seorang
karyawan
diwajibkan
untuk
mengkomunikasikan segala keluhan yang berkaitan dengan
pekerjaan kepada atasan langsung mereka atau saat karyawan
diminta untuk memenuhi segala kebijakan yang telah dibuat oleh
perusahaan.
2. Motivasi
Komunikasi menjaga motivasi dilakukan dengan cara menjelaskan
kepada anggota mengenai apa yang harus dilakukan, seberapa
baik pekerjaan mereka dan apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki kinerja sekitarnya yang dinilai kurang baik.
3. Ekspresi emosional
Fungsi komunikasi ini adalah sebagai jalan keluar dari perasaanperasaan anggotanya dalam memenuhi kebutuhan sosial. Sebagai
contoh bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka adalah
sumber utama interaksi sosial yang merupakan sebuah mekanisme
fundamental dimana melalui anggotanya mereka menunjukkan
rasa frustasi dan rasa puas mereka.
4. Informasi
Komunikasi mempunyai peran sebagai pemberi informasi yang
dibutuhkan baik oleh individu maupun kelompok yang digunakan
untuk mengambil keputusan dengan cara menyampaikan data
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan yang
ada.
Maksud dari model komunikasi adalah gambaran yang sederhana
dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu
komponen komunikasi ke komponen lainnya. Penyajian model
dimaksudkan untuk mempermudah memahami proses komunikasi dan
melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi.
2.2.1.3 Komponen Dasar Komunikasi
Terdapat lima komponen dasar berdasarkan model komunikasi yang
telah dikemukakan, yaitu orang yang mengirimkan pesan, saluran, dan
penerima pesan. Komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik
17
maka komponen balikan perlu ada dalam proses komunikasi. Berikut akan
dijelaskan secara ringkas masing-masing komponen:
a. Pengirim Pesan
Individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan atau informasi
akan dikirimkan berdasarkan pemikiran pengirim pesan, dari hasil
konstruksi tersebut maka pengirim pesan diharapkan dapat
menciptakan
dahulu
pesan
yang
akan
dikirimkan
atau
menyandikan (encoding) sesudah itu baru dikirim melalui saluran.
b. Pesan
Informasi yang akan dikirimkan kepada penerima pesan. Pesannya
dapat berupa verbal dan nonverbal. Jika verbal secara lisan
maupun tulisan dan nonverbal berupa isyarat, gerakan badan,
ekspresi muka dan nada suara.
c. Saluran
Jalan yang dilalui pesan dari pengirim kepada penerima. Channel
adalah gelombang cahaya dan suara yang dapat kita lihat dan
dengar. Macam-macam alat untuk menyampaikan pesan seperti
buku, radio, televisi, surat kabar dan saluran lain yang dapat
diterima oleh panca indera manusia.
d. Penerima pesan
Penganalisa dan penginterpretasi isi pesan yang diterima.
e. Timbal balik
Respons terhadap pesan yang diterima dan dikirimkan kepada
pengirim pesan. Dengan respons tersebut, pengirim menjadi tahu
apakah pesan yang disampaikan dapat memiliki interpretasi yang
sama dengan penerima atau tidak, jika sama maka komunikasi
tersebut efektif.
Pada dasarnya terdapat lima komponen utama dalam komunikasi
yaitu pesan, pengirim pesan, penerima pesan, saluran (channel), dan
timbal balik. Dimana pada setiap komponen memiliki fungsinya
masing-masing, hal tersebut yang biasa digunakan oleh manusia saat
sedang melakukan kegiatan komunikasi dengan orang lain, baik
individu maupun kelompok.
18
2.2.2 Komunikasi Organisasi
Organisasi merupakan suatu struktur hubungan manusia yang di
desain oleh manusia dan oleh karenanya masih belum sempurna. Perubahan
yang teratur dicapai oleh pimpinan organisasi ketika ia menilai kembali
tujuan dari organisasi, menyusun kembali alat atau fasilitas yang diperlukan
untuk mencapai tujuan struktur dan aktivitas yang saling berhubungan,
sehingga memenuhi pembagian fungsi baru dalam keadaan efisien. Oleh
karena itu, komunikasi penting untuk digunakan di dalam organisasi.
2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah merupakan arus informasi, pertukaran
informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan
Kahn organisasi adalahbsebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi
dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari
sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.
Komunikasi Organisasi merupakan proses menciptakan dan saling
menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu
sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu
berubah-ubah. (Muhammad, 2009)
Definisi intepretif komunikasi organisasi cenderung menekankan
kegiatan
penanganan
pesan
yang
terkandung
dalam
suatu
“batas
organisasional”. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah proses
penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan
mengubah organisasi. (Mulyana D. , 2013)
Jadi bila disimpulkan, komunikasi organisasi merupakan proses
pertukaran pesan baik verbal maupun nonverbal yang terjadi di dalam suatu
organisasi demi tercapainya tujuan organisasi karena terdapat keterikatan tiap
individu di dalam organisasi. Dimana proses tersebut dapat menciptakan,
memelihara, dan mengubah organisasi berdasarkan peraturan atau batasan
yang dimiliki pada setiap organisasi.
2.2.2.2 Bentuk Komunikasi Organisasi
Adapun terdapat bentuk komunikasi di dalam organisasi, antara lain
komunikasi ke bawah “downward communication”, komunikasi ke atas
19
“upward
communication”,
dan
komunikasi
horizontal
“horizontal
communication”.
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Seluruh karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan
yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari komunikasi ini
adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan
pertanyaan.
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari
para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi
ke bawah untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugastugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan
pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang
yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir
menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini
biasanya bersangkutan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan seperti
koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan
informasi. (Muhammad, 2009)
2.2.2.3 Bentuk Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari
atasan
kepada
bawahannya.
Penyampaian
pesan
tersebut
biasanya
berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan
kebijaksanaan umum.
Tipe komunikasi ke bawah secara umum komunikasi ke bawah dapat
diklarifikasikan atas lima tipe yaitu: (Muhammad, 2009)
1. Instruksi tugas
Pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang
diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya.
Pesannya seperti perintah langsung, deskripsi tugas, prosedur
manual, program latihan tertentu dan sebagainya. Faktor prinsipal
yang mempengaruhi instruksi tugas yaitu keterampilan dan
pengalaman untuk melakukannya.
20
2. Rasional
Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai
tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan kualitas
lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan
kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan
asumsi pimpinan mengenai bawahannya.
3. Ideologi
Pesan ideologi yaitu mencari dukungan dan antusias dari anggota
organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
4. Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan
dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi,
keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan
dengan instruksi dan rasional.
5. Balikan
Pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam
melakukan pekerjannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan
ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan
pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan
mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjannya sudah memuaskan.
Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh
struktur hierarki dalam organisasi. Pesan ke bawah cenderung
bertambah karena pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara
berturut-turut. Pesan tersebut semakin detil dan mudah dipahami pada
hierarki yang lebih rendah.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah:
1. Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan
menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan
dan gangguan dalam pesan. Pimpinan mau memberikan informasi
bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian
tugas. Tetapi jika suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan
tersebut maka ia akan tetap menyimpannya.
21
2. Kepercayaan pada pesan tulisan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan
metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada
pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. Hal ini
membuat pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara
tertulis sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka.
3. Pesan yang berlebihan
Karena banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka
karyawan
dibebani
dengan
memo-memo,
buletin,
surat
pengumuman dan pesan-pesan tertulis lainnya sehingga banyak
sekali pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan
terhadap pesan tersebut cenderung tidak membacanya dan hanya
membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi
dirinya.
4. Timing
Ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke
bawah. Pimpinan harus mempertimbangkan saat yang tepat bagi
pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku
karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling
menguntungkan antara pimpinan dan bawahan. Jka pesan yang
dikirimkan tidak pada saat dibutuhkan oleh bawahan maka
mungkin akan mempengaruhi kepada efektivitasnya.
5. Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidak semuanya
dapat diterima oleh mereka. Pesan tersebut akan disaring sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Penyaringan pesan ini
dapat
disebabkan oleh bermacam-macam faktor, diantaranya perbedaan
persepsi, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan
perasaan kurang percaya terhadap supervisor.
2.2.2.4
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang ada dalam
kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi sosialnya pengertian
komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi
22
yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan (oral)
atau tulisan (written). Dari pengertian komunikasi verbal tersebut maka
jelas peranannya sangat besar karena sebagian proses komunikasi
langsung dengan komunikasi verbal ide-ide, pemikiran atau keputusan
lebih mudah disampaikan secara verbal daripada non verbal. Pada
komunikasi verbal ini komunikan juga lebih mudah memahami pesanpesan yang disampaikan.
Meneruskan sisi pengertian komunikasi verbal diatas, penggunaan
verbal lebih banyak menggunakan kata-kata opini atau lisan dan juga
menggunkan simbol-simbol, atau kode yang berupa tulisan.
1. Komunikasi lisan (oral communication), komunikasi lisan
menjadikan bahasa sebagai pemnyampai pesan. Pikiran dan
perasaan
seseorang
disampaikan
melaui
kata-kata
yang
dianggapnya tepat dan mewakili apa yang ada dalam dirinya.
2. Komunikasi tulisan (written communication). Komunikasi tulisan
menjadikan simbol yang dituliskan pada kertas atau tempat lain
sebagi alat penyampai ide atau perasaan. Komunikasi tulisan akan
sangat penting jika kita ingin mengetahui secara keseluruhan
gagasan pernyataan atan perasaan seseorang. Pesan tulisan
memiliki sistematis yang jelas. Pilihan kata dan tanda baca yang
dapat membantu pihak lain untuk dapat memahami apa yang ingin
kita sampaikan.
Deddy Mulyana (2005) mengungkapkan simbol atau pesan verbal
adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.
Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi verbal adalah
suatu kegiatan percakapan atau penyampaian informasi yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik secara lisan maupun
tulisan. (Komunikasi: Artikel Okeschool)
23
2.2.2.5 Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal lebih tua dari komunikasi verbal. Secara
sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.
Komunikasi
nonverbal
juga
mencakup
semua
rangsangan
(kecuali
rangsangan verbal). (Mulyana P. D., 2009)
Komunikasi nonverbal adalah informasi yang disampaikan dengan
menggunakan isyarat (gesture), gerak-gerik (movement), suatu barang, waktu,
cara berpakaian, atau sesuatu yang dapat menunjukan suasana hati atau
perasaan pada saat tertentu. Misalnya, pada saat seseorang sedang sakit atau
senang. (Nurjaman & Umam, 2012)
2.2.3
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi
sumber daya manusia dalam menjalankan kewajiban dan perilakunya di
dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut akan memberi jawaban apakah suatu
tindakan benar atau salah, apakah suatu perilaku dianjurkan atau tidak,
sehingga berfungsi sebagai landasan untuk berperilaku. Budaya organisasi
menjadi pegangan atau pedoman bertindak atau berperilaku bagi karyawan di
organisasi atau perusahaan. Budaya organisasi mencakup nilai-nilai, aturan
yang dijadikan sebagai pedoman berperilaku bagi karyawannya. (Uha, 2013)
Wood,
Wallace,
Zeffane,
Schermerhorn,
Hunt,
Osborn,
mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem yang dipercayai dan nilai
yang dikembangkan oleh organisasi, dimana hal itu menuntun perilaku dari
anggota organisasi itu sendiri.
Cushway dan Lodge, mendefinisikan budaya organisasi merupakan
sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan
cara para karyawan berperilaku. Budaya organisasi dijadikan pedoman oleh
setiap individu di dalam organisasi ketika bertindak dan berpikir dalam
mencapai tujuan organisasi. (Hanggraeni, 2012)
Menurut Davis dan Moeljono, setiap organisasi memiliki makna
tersendiri terhadap kata budaya itu sendiri, antara lain identitas, ideologi,
etos, pola eksistensi, aturan, pusat kepentingan, filosofi tujuan, spirit, sumber
informasi, gaya, visi, dan cara. Budaya organisasi memiliki arti yang berbeda
24
bagi setiap organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu, budaya organisasi
memberikan kekhasan bagi sebuah organisasi atau perusahaan. (Uha, 2013)
Dari definisi menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai perusahaan dimana terdiri dari nilainilai, ideologi yang diyakini dan diterapkan oleh seluruh anggota organisasi
di dalam suatu perusahaan sehingga menjadi pedoman bagi perusahaan untuk
tetap berada pada jalur visinya demi mencapai tujuan organisasi. Nilai-nilai
tersebut dapat berpengaruh pada cara berpikir, berperasaaan, dan bereaksi
berdasarkan pola-pola tertentu, cara kerja dan motivasi seluruh anggota
perusahaan untuk mencapai kinerja perusahaan, serta memberikan identitas
yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi atau perusahaan
lainnya.
2.2.3.1 Budaya Perusahaan
Pada subbab ini membahas seberapa jauh hubungan budaya organisasi
dengan budaya perusahaan. Untuk sampai kepada pembahasan tersebut,
terlebih dahulu ingin mengemukakan pengertian budaya perusahaan
(Corporate Culture).
Menurut beberapa ahli, berikut adalah definisi budaya perusahaan,
antara lain:
1. J. Scherriton & J. L.Stem
Budaya perusahaan umumnya terkait dengan lingkungan dan
personalitas organisasi dengan segala dimensi masalah yang
dihadapi. Kami membagi budaya perusahaan dalam empat aspek,
yaitu pola ritual, gaya manajemen dan filosofinya, sistem dan
prosedur manajemen, serta norma-norma dan prosedur-prosedur
tertulis dan tidak tertulis.
2. Robbins, dalam bukunya Organizational Behavior, budaya
perusahaan adalah sekumpulan sistem nilai yang diakui dan dibuat
oleh semua anggotanya yang membedakan perusahaan yang satu
dengan lainnya.
3. Deal and Kennedy, dalam bukunya Corporate Culture, budaya
perusahaan adalah nilai inti sebagai esensi falsafah perusahaan
untuk mencapai sukses yang didukung semua warga organisasi
25
dan memberikan pemahaman tentang arah bersama dan menjadi
pedoman perilaku mereka dari hari ke hari. Faktor pembentuk
budaya antara lain lingkungan bisnis, nilai-nilai, pahlawan/pelopor
ritus dan ritual serta jaringan budaya.
4. J. P. Kotter and J. L. Heskett, dalam bukunya Corporate Culture
and Performance, budaya perusahaan adalah nilai dan praktik
yang dimiliki bersama di seluruh kelompok dalam satu
perusahaan,
sekurang-kurangnya
dalam
manajemen
senior.
Budaya dalam suatu organisasi terdiri dari nilai yang dianut
bersama dari norma perilaku kelompok.
Dari empat definisi di atas, tampak bahwa unsur-unsur yang terdapat
dalam budaya perusahaan terdiri dari:
a. Sistem nilai (nilai inti);
b. Lingkungan bisnis
c. Pahlawan/pelopor;
d. Jaringan budaya;
e. Pola ritual keyakinan, nilai, dan perilaku;
f. Gaya manajemen;
g. Sistem dan prosedur manajemen;
h. Norma-norma dan prosedur
i. Pedoman perilaku
Dengan demikian, antara budaya organisasi dan perusahaan saling
terkait karena adanya kesamaan, meskipun dalam budaya perusahaan
terdapat hal-hal khusus seperti gaya manajemen, sistem manajemen,
dan sebagainya, namun semuanya masih tetap dalam rangkaian
budaya organisasi.
2.2.3.2 Fungsi Utama Budaya Organisasi
Budaya organisasi sebuah perusahaan memiliki beberapa fungsi atau
kegunaan utama, yaitu: (Tika, 2014)
1. Sebagai pembeda terhadap lingkungan, organisasi, maupun
kelompok lain
Budaya
organisasi
memberikan
identitas
atau
ciri
yang
membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini
26
dikarenakan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya berbeda-beda. Hal ini tentunya memberikan kekhasan atau
identitas yang membedakan perusahaan tersebut.
2. Sebagai perekat bagi karyawan
Budaya organisasi akan membentuk sense of belonging dan
loyalitas terhadap sesama karyawan. Pemahaman yang baik dari
setiap individu mengenai budaya organisasi akan membuat
karyawan lebih dekat karena memiliki visi, misi, tujuan bersama
yang akan dicapai.
3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial
Digambarkan dalam lingkungan kerja yang positif dan kondusif,
dan konflik serta perubahan dilakukan dengan efektif.
4. Sebagai kontrol mekanisme
Budaya organisasi mengendalikan dan mengarahkan karyawan ke
arah yang sama untuk mencapai visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Seluruh kegiatan di perusahaan akan berjalan lancar dan
perusahaan akan cepat mencapai visi, misi, dan tujuan apabila
perusahaan mampu mengendalikan dan mengatur karyawannya
untuk bekerja secara efektif dan efisien.
5. Sebagai integrator
Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai alat pemersatu
subbudaya di dalam organisasi dan karyawan yang memiliki latar
belakang budaya yang berbeda.
6. Membentuk perilaku para karyawan
Fungsi budaya organisasi dimaksudkan agar karyawan memahami
cara untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan mengetahui apa
yang ingin dicapai oleh perusahaan, karyawan akan bekerja lebih
terarah.
7. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah di dalam organisasi
Budaya
organisasi
dapat
digunakan
sebagai
cara
untuk
menyelesaikan masalah di dalam perusahaan atau organisasi,
seperti masalah adaptasi lingkungan.
27
8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan
Budaya organisasi juga berfungsi sebagai acuan dalam penyusun
perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning.
9. Alat komunikasi
Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara
pimpinan dan karyawan, karyawan dan pimpinan, dan seluruh
anggota di dalam organisasi.
10. Penghambat berinovasi
Budaya organisasi tidak selalu memberikan unsur positif bagi
perusahaan. Budaya organisasi juga memiliki unsur negatif.
Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai penghambat berinovasi
apabila perusahaan tidak mampu mengatasi masalah yang
berkaitan dengan lingkungan eksternal dan integrasi internal,
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan tidak cepat
dilakukan adaptasi oleh pimpinan orrganisasi, dan pemimpin yang
masih berorientasi pada kebesaran masa lalu. (Tika, 2014)
Untuk mencegah agar budaya organisasi tidak menjadi
penghambat dalam berinovasi, pemimpin perlu menyesuaikan
budaya organisasi yang ada dengan perkembangan yang ada di
masyarakat. Namun, tetap harus memperhatikan kesesuaian antara
budaya organisasi dengan perusahaan itu sendiri. Apabila budaya
organisasi tersebut tidak sesuai, maka akan menimbulkan masalah
baru terhadap perusahaan tersebut.
Dari penjelasan di atas mengenai fungsi budaya organisasi
bagi perusahaan dapat disimpulkan bahwa budaya yang dimiliki
oleh perusahaan atau organisasi berfungsi sebagai pemberi
identitas bagi perusahaan. Budaya organisasi juga berfungsi
sebagai
perekat
antar
seluruh
anggota
perusahaan
dan
mempromosikan stabilitas system sosial yang ditandai dengan
lingkungan kerja yang kondusif dan penyelesaian terhadap
konflik, serta perubahan dilakukan secara efektif. Selain itu,
budaya
organisasi
juga
berfungsi
mengendalikan
dan
mengarahkan karyawan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan
dari perusahaan. Budaya organisasi berfungsi sebagai integrator
28
pemersatu subbudaya dan karyawan yang memiliki latar belakang
budaya yang berbeda, membentuk perilaku karyawan, sebagai
sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
perusahaan, sebagai acuan untuk menyusun perencanaan atau
strategi perusahaan, sebagai alat komunikasi antar seluruh anggota
organisasi. Budaya organisasi juga berfungsi sebagai penghambat
berinovasi dalam suatu perusahaan, yang dimana hal ini dapat
terjadi apabila perusahaan tidak mampu mengatasi masalah yang
berkaitan dengan lingkungan eksternal dan integrasi internal,
pemimpin perusahaan tidak cepat beradaptasi dengan lingkungan,
dan orientasi pemimpin terhadap kebesaran masa lalu. Sehingga
pemimpin perlu lebih bijak dalam memahami kebudayaan pada
dirinya dan pada perusahaannya.
2.2.3.3 Manfaat Budaya Organisasi
Berikut adalah manfaat dari budaya organisasi bagi perusahaan atau
organisasi: (Uha, 2013)
1. Membantu mengarahkan sumber daya manusia dalam pencapaian
visi, misi, dan tujuan organisasi. Budaya organisasi merupakan
pedoman yang diyakini oleh seluruh karyawan di dalam organisasi
yang mengarahkan karyawan tersebut pada pencapaian visi, misi,
dan tujuan perusahaan.
2. Meningkatkan kekompakan tim di dalam organisasi, sehingga
mampu menjadi perekat dalam mengikat anggota organisasi.
3. Membentuk perilaku staf dengan mendorong percampuran core
values dan perilaku yang diinginkan.
4. Meningkatkan
motivasi
staf,
sehingga
organisasi
dapat
memaksimalkan potensi karyawan dan memenangkan kompetisi.
5. Memperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya, sehingga
meningkatkan kinerja karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.
6. Menurunkan tingkat turnover karyawan.
7. Dapat membuat program pengembangan usaha dan pengembangan
sumber daya manusia dengan dukungan penuh dari seluruh jajaran
sumber daya manusia.
29
Dari beberapa manfaat di atas, bisa dilihat bahwa budaya
organisasi memberikan beragam manfaat, tidak hanya bagi
perusahaan tapi juga karyawan. Manfaat yang diperoleh organisasi
dalam penerapan budaya organisasi berbeda-beda, tergantung dari
kesesuaian budaya tersebut dengan perusahaan. Manfaat-manfaat
tersebut tidak dapat dirasakan secara langsung atau dalam waktu
yang singkat, melainkan dalam jangka waktu middle atau long term.
2.2.3.4 Jenis-Jenis Budaya Organisasi
Budaya organisasi diukur menggunakan Organizational Culture Index
(OCI) milik Wallach dengan dimensi bureaucractic, supportive dan
innovation. Wallach mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu
pemahaman bersama dari seluruh anggota organisasi, bagaimana mereka
meyakinkan segala sesuatu yang terjadi di sekitar mereka. Dalam jurnal
(Hajipour & Ghanavati, 2011) Wallach secara lebih spesifik membagi budaya
organisasi menjadi tiga jenis budaya organisasi yang berbeda, yaitu:
1. Budaya bureacratic adalah budaya yang berpedoman pada hirarki dan
memisah-misahkan antar setiap kelompok organisasi berdasarkan
strata tertentu. Terdapat garis pemisah yang jelas dalam pembagian
tanggung jawab dan kekuasaan.
2. Budaya supportive merupakan budaya yang mengutamakan kerjasama
tim dan berorientasi pada orang, menciptakan lingkungan organisasi
menjadi lebih ramah, memberikan dukungan penuh bagi anggota
organisasi untuk lebih maju dan memberikan kepercayaan yang penuh
pada anggota organisasi.
3. Budaya
innovative
didefinisikan
sebagai
budaya
yang
menitikberatkan pada kreativitas, orientasi pada hasil dan memberikan
kesempatan untuk bereksplorasi dengan lingkungan kerja.
Ketiga budaya tersebut merupakan penjelasan dari tabel budaya
organisasi (Organizational Culture Index) menururt Wallach.
30
Tabel 2.2 Budaya Organisasi, Wallach (1983)
Decisions
Authoritarian/
Compromise/
Performance/
Bureaucratic
Supportive
Innovative
Direct from authority
Discussion,
Directions
agreement
within
Forms of
Rules, laws, rewards, Interpersonal
control
and punishments
group commitments
Sources of
Superior
What “we” think What I think and
power
Desired end
Compliance
Position relative Hierarchical
/ Actions
from
aligned
with self-concept
and feel
feel
Consensus
Self-actualization
Peer
Individual
Group oriented
Individually
to others
Human
Structured
relationships
oriented
2.2.4 Pengertian Eksistensi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia eksistensi adalah keberadaan,
kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Eksistensi adalah suatu proses
yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata
eksistensi itu sendiri, yakni existere, yang artinya keluar dari, melampaui atau
mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur
atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran,
tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.
(Abidin, 2007)
Lebih jelas, eksistensi merupakan istilah yang diturunkan dari
kosakata Latin existere yang berarti lebih menonjol daripada (stand out),
muncul, atau menjadi. Eksistensi dengan demikian berarti kemunculan,
31
sebuah proses menjadi ada, atau menjadi, daripada berarti kondisi mengada
(state of being). (Graham, 2005)
Bila disimpulkan dari kedua definisi di atas bahwa eksistensi adalah
proses mempertahankan untuk menjadi ada dan melakukan suatu hal
(bergerak) untuk menjadi tetap ada.
2.2.5
Pengertian Brand
Brand (label atau merk) telah ada selama berabad-abad untuk
membedakan produk atau barang dari produsen yang satu dengan yang lain.
Brand berasal dari bahasa Norse kuno “brand” yang berarti membakar. Pada
jaman dahulu, dan masih diteruskan hingga saat ini, peternak menandai
hewan ternaknya dengan stempel besi panas sebagai tanda bahwa ternak
tersebut adalah miliknya.
Menurut American Marketing Association (AMA), brand atau merek
adalah sebuah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasinya yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang dan jasa dari penjual atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing. (Keller, 2008)
Jadi secara garis besar pengertian dari brand yaitu sebuah nama, tanda,
simbol, desain, atau kombinasinya yang membentuk sebuah label untuk
megidentifikasi barang atau jasa dari produsen untuk membedakan dari para
kompetitornya.
2.2.5.1 Peran Brand
Brand
mengidentifikasi
sumber
atau
pembuat
produk
dan
memungkinkan konsumen−bisa individual atau organisasi−untuk menuntut
tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu.
Konsumen dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung
pada bagaimana branding produk tersebut.
Brand juga melaksanakan fungsi yang berharga bagi perusahaan.
Pertama, brand menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk.
Brand membantu mengatur catatan persediaan dan akuntansi. Brand juga
menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau
aspek unik produk. Nama brand dapat dilindungi melalui nama dagang
32
terdaftar; proses manufaktur dapat dilindungi hak paten; dan kemasan dapat
dilindungi melalui hak cipta dan rancangan hak milik.
Brand menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang
puas dapat dengan mudah memilih produk kembali. Meskipun pesaing dapat
meniru proses manufaktur dan desain produk, mereka tidak dapat dengan
mudah menyesuaikan kesan yang tertinggal lama di pikiran orang. Artinya,
penetapan brand dapat menjadi alat yang berguna untuk mengamankan
keunggulan kompetitif. (Kotler & Keller, 2009).
Brand adalah semacam jaminan faktor yang dapat mengurangi
ketidakpastian konsumen. Atau dengan kata lain, brand dapat meningkatkan
sense of value terhadap konsumen sehingga memberikan nilai tambah untuk
menjadikan produk atau jasa yang ditawarkan sebagai pilihan.
Dengan brand, promosi terhadap produk atau jasa akan lebih mudah.
Sebab dengan promosi dapat menekankan harga, atribut brand atau atribut
intrinsik (ekuitas) brand. Ekuitas brand ini dapat dikomunikasikan melalui
simbol visual atau pesan konsisten yang memungkinkan konsumen dengan
mudah membedakannya dengan produk lain. Melalui komunikasi efektif
terhadap
target
pasar
yang
tepat,
akan
membuat
konsumen
mempertimbangkan, brand mana yang akan mereka pilih sesuai dengan
kebutuhan atau keinginannya (Jackie, Abidin, & Isa, 2007)
Jadi, peran brand yaitu mengidentifikasi sebuah produk atau jasa,
menyederhanakan penanganan dalam hal ini berkaitan brand memberikan
label sehingga memudahkan membedakan dengan produk lain, juga
menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan, serta mengamankan
keunggulan kompetitif. Brand juga menandakan tingkat kualitas terhadap
suatu produk dan jaminan untuk mengurangi ketidakpastian konsumen
terhadap suatu produk atau jasa.
2.2.5.2 Tingkat Brand (Merek)
Merek dapat memiliki enam level pengertian (Rangkuti, 2008):
1. Atribut
Atribut berarti bahwa brand mengingatkan pada atribut-atribut
tertentu serta atribut yang terdapat pada sebuah brand misalnya
seperti mutu dan kualitasnya.
33
2. Manfaat
Manfaat berarti bahwa atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional dan emosional.
3. Nilai
Nilai berarti bahwa brand juga menyatakan sesuatu tentang nilai
produsen dan nilai yang digunakan juga oleh konsumen sebagai brand
yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna brand
tersebut.
4. Budaya
Budaya berarti bahwa brand juga mewakili budaya tertentu. Misalnya
sebuah brand yang memiliki budaya yang terorganisasi dengan baik,
memiliki cara kerja yang efisien dan selalu menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi.
5. Kepribadian
Kepribadian berarti bahwa brand juga mencerminkan kepribadian
bagi para penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan brand,
kepribadian pengguna akan tercermin bersamaan dengan brand yang
ia gunakan.
6. Pemakai
Pemakai berarti bahwa brand menunjukkan jenis konsumen yang
membeli atau menggunakan brand tersebut. Maka dari itu para
pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal untuk
penggunaan brand-nya.
Dengan tingkatan brand ini perusahaan dapat menentukan pada
tingkat mana perusahaan akan menanamkan identitas brand-nya.
Brand merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen maupun
produsen. Dari sisi konsumen, brand dapat mempermudah pembelian.
Bila tidak ada brand maka konsumen harus mengevaluasi semua produk
yang tidak memiliki brand setiap kali mereka melakukan pembelian.
Brand juga membantu dalam meyakinkan konsumen bahwa mereka akan
mendapatkan kualitas yang konsisten ketika membeli produk tersebut.
Sedangkan dari sisi produsen, brand dapat dipromosikan.
34
Brand dapat dengan mudah diketahui ketika diperlihatkan atau
ditempatkan dalam suatu display. Selain itu, brand dapat dipakai untuk
mengurangi pembandingan harga, karena brand adalah salah satu faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam membandingkan produk-produk yang
sejenis. (Rangkuti, 2008)
2.2.6 Konsep Brand Image
Brand image merupakan bagian dari brand yang dapat dikenali seperti
lambang, desain huruf atau warna khusus atau persepsi pelanggan atas sebuah
produk atau jasa uang diwakili oleh brand-nya. (Kotler & Keller, 2006)
Brand image adalah persepsi konsumen tentang sebuah brand yang tercermin
dari asosiasi brand yang ada di memori atau benak konsumen.
Brand image merupakan sebuah konsep di dalam marketing yang
tidak dapat diukur dan dibangun, tidak hanya dari informasi mengenai brand
dalam
benak
konsumen
saja,
melainkan
konsistensi
brand
dalam
menciptakan citra yang baik. Konsumen akan mudah mengasosiasikan suatu
brand jika brand memiliki citra yang baik. (Keller, 2013)
Berdasarkan pengertian brand image yang dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa brand image adalah bagian dari brand yang dapat
dikenali atau persepsi pelanggan atas sebuah produk atau jasa yang tercermin
asosiasinya di dalam benak konsumen. Brand image tidak hanya sebuah
konsep dalam bentuk informasi mengenai brand dalam benak konsumen saja,
melainkan konsistensi brand dalam menciptakan citra yang positif.
Faktor Pembentuk Brand Image
Faktor personal dan lingkungan sangat penting sebagai awal
terbentuknya suatu citra merek, karena faktor lingkungan dan personal
mempengaruhi
persepsi
seseorang.
Faktor
lingkungan
yang
dapat
memengaruhi di antaranya adalah atribut-atribut teknis yang ada pada suatu
produk di mana faktor ini dapat dikontrol oleh produsen. Disamping itu,
sosial budaya juga termasuk dalam faktor ini.
Faktor personal adalah kesiapan mental konsumen untuk melakukan
proses persepsi, pengalaman konsumen sendiri, mood, kebutuhan serta
motivasi konsumen. Citra merupakan produk akhir dari sikap awal dan
35
pengetahuan yang terbentuk lewat proses pengulangan yang dinamis karena
pengalaman. (Arnould, Price, & Zinkhan, 2005)
2.2.7
Definisi, Peran, dan Fungsi Public Relations
2.2.7.1 Definisi
Public relations memiliki definisi yang berbeda-beda dari sudut
pandang pakar yang berbeda pula. Pengertian PR atau humas itu jauh lebih
luas daripada periklanan atau pemasaran; dan keberadaannya pun jauh lebih
awal. Public relations sebagai pihak yang mewakili perusahaan dalam
melaksanakan program tindakan terencana yang melayani baik kepentingan
organisasi dan khalayaknya. (Morissan, 2010)
Public relations adalah hal yang berhubungan dengan reputasi
perusahaan, dan merupakan hasil dari apa yang dilakukan, dikatakan, dan apa
yang dikatakan masyarakat tentang perusahaan itu sendiri. (Butterick, 2012)
Menurut Frank Jefkins, humas adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar,
antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. (Morissan,
2010)
Jadi, public relations senantiasa berkenaan dengan kegiatan
penciptaan pemhaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan
tersebut diharpkan akan muncul suatu dampak yakni perubahan yang positif.
2.2.7.2 Peran Public Relations
Keahlian seorang praktisi PR yang baik, terlepas dari latar belakang
pribadinya antara lain:
1. Mampu menghadapi orang dengan beragam karakter dengan baik.
Berarti ia harus mampu dan mau berusaha memahami, berusaha
berikap toleran tanpa harus menjadi penakut atau penjilat.
2. Mampu berkomunikasi dengan baik, mampu menjelaskan segala
sesuatu dengan jernih, jelas dan lugas, baik secara lisan maupun
tulisan, serta visual.
3. Pandai
mengorganisir
segala
sesuatu,
kemampuan perencanaan yang prima
dimana
menuntut
36
4. Memiliki integritas personal, baik dalam profesi maupun
kehidupan pribadinya.
5. Punya imajinasi, maksudnya daya kreatif yang cukup baik
sehingga mampu mencari dan menemuka cara-cara yang semula
tak terbayangkan guna memecahkan berbagai masalah.
6. Seorang praktisi PR harus memiliki akses informasi dan wawasan
seluas-luasnya atau dengan kata lain serba tahu. (Butterick, 2012)
2.2.7.3 Fungsi Public Relations
Dalam buku Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik disebutkan
dua fungsi public relations yaitu: (Butterick, 2012)
1. Fungsi Konstruktif
Peranan public relations dalam hal ini adalah mempersiapkan
mental publik untuk menerima kebijakan organisasi, mengevaluasi
perilaku publik untuk direkomendasikan kepada manajemen,
menyiapkan prakondisi untuk mencapai saling pengertian, percaya
dan saling membantu terhadap tujuan-tujuan publik atau
organisasi yang diwakilinya.
2. Fungsi Korektif
Peranan public relations sebagai problem solver, khususnya ketika
perusahaan menghadapi masalah atau krisis dengan publik, maka
public relations berperan untuk mengatasi masalah tersebut dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
Sementara Cutlip&Centre pada buku yang sama menyatakan
bahwa fungsi public relations meliputi hal-hal berikut: (Butterick,
2012)
1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan
menyebarkan
informasi
dari
perusahaan
ke
publik
dan
menyalurkan opini publik kepada perusahaan.
3. Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan
organisasi untuk kepentingan umum.
4. Membina hubungan harmonis antara organisasi dan publik,
internal maupun eksternal.
37
Secara garis besar, public relations memiliki fungsi yang cukup
penting di dalam aktifitas manajemen perusahaan, dimana PR
sebagai jembatan antara pihak internal dengan eksternal melalui
komunikasi kepada publik dengan baik, serta perannya dalam
menjembatani
manajemen
perusahaan
dengan
karyawan
perusahaan dan perannya dalam mewakili perusahaan saat terjadi
krisis.
2.2.8
Media Relations
Tujuan utama dari media relations adalah terciptanya hubungan yang
baik antara perusahaan dengan stakeholder-nya sehingga tercipta kepercayaan
dalam diri masyarakat (stakeholder) terhadap perusahaan atau organisasi
tersebut. Untuk mencapai tujuan utama ini, seorang praktisi public relations
membutuhkan media massa untuk menjangkau stakeholdernya yang bersifat
masif dan berada di tempat yang terpisah-pisah. Berdasar alur pikiran inilah
maka dibutuhkan hubungan yang baik antara public relations dengan
wartawan supaya pesan yang dibuat oleh praktisi public relations tersebut
dapat dipublikasikan oleh media massa dan sampai kepada masyarakat.
Ada beberapa kegiatan media relations yang dapat dilakukan oleh
seorang praktisi public relations. Secara garis besar, kegiatan media relations
itu dibagi menjadi dua, yaitu acara-acara media relations (event) dan tulisan
media relations. (Darmastuti, 2012)
2.2.9
Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai
dengan moral maupun etika. (Sutrisno, 2010)
2.3
Kerangka Konsep
PT. Java Festival Production memiliki budaya organisasi dalam
menjalankan roda perusahaannya dimana budaya organisasi disampaikan oleh
manajemen perusahaan kepada anggota organisasi melalui komunikasi
organisasi. Setelah budaya organisasi disampaikan kepada anggota organisasi
38
kemudian budaya tersebut melandasi kinerja karyawan dalam mencapai visi
dan misi perusahaan dan sebagai bentuk pengelolaan dari eksistensi brand
Java Jazz Festival.
Download