SUSUNAN PENGURUS Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Penasihat \ Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS Penanggungjawab Yufi Aulia Azmi Ketua Ad Interim Dina Faizah Pemimpin Redaksi Dina Faizah Redaktur Bagian Felita Surya Rini Tata Letak dan Ilustrasi Rachel Maya Keuangan Denys Putra Alim Promosi Rifa Imaroh Ni Nyoman Ayu Widyanti The Journal of the Indonesian Medical Student Association Satu-satunya Jurnal Resmi Mahasiswa Kedokteran Indonesia J urnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) atau Journal of the Indonesian Medical Students Association diterbitkan oleh Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah (BAPIN) Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) per semester. JIMKI merupakan bagian dari Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia. Jurnal ini merupakan jurnal resmi mahasiswa kedokteran Indonesia yang khusus memuat hasil karya tulis dan penelitian mahasiswa kedokteran se-Indonesia. Sistem redaksional yang digunakan adalah seleksi peer-reviewer dan redaktur. Selanjutnya, seluruh hasil karya ilmiah yang dikirim ke alamat redaksi akan dinilai oleh mitra bestari, yang merupakan para ahli di bidangnya masing-masing. JIMKI memuat artikel penelitian asli yang berhubungan dengan dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat, artikel tinjauan pustaka, serta laporan kasus. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa kedokteran. JIMKI merupakan simbol kompetensi sekaligus sumbangsih mahasiswa kedokteran Indonesia bagi dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat. J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013 i DAFTAR ISI Susunan Pengurus ................................................................................................................................. i Daftar Isi ................................................................................................................................................ ii Petunjuk Penulisan ..............................................................................................................................iii Sambutan Pimpinan Umum ...............................................................................................................vii PENELITIAN Studi Berbasis Komunitas dari Infeksi Virus Dengue di Jakarta, Indonesia Aldo Ferly, Leonard Nainggolan, Beti Ernawati Dewi ........................................................................... 1 Profil Data Pasien Diabetes MelitusTipe 2 denganKomplikasiUlkusDiabetikum di RSU Dr.Soetomo Surabaya Tahun 2012 Drestha Pratita Windriya, Ari Sutjahjo, HerminaNovida ........................................................................ 7 Korelasi Karakteristik Demografis dan Klinis Ibu Hamil dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku mengenai Kontrasepsi Pascapersalinan Frans Liwang, Felix Chikita Fredy, Farisa Anggreana, Fatma Afira, Fransisca Dewi Kumala, Gracia Lilihata, Kanadi Sumapradja...................................................................................... 13 TINJAUAN PUSTAKA Potensi Tilapia Hepsidin 1-5 (TH1-5) padaIkanMujair (Oreochromismossambicus) sebagaiAgen Antiviral, Neuroprotektif, danImunomodulator:SolusiMutakhirPermasalahanJapanese Encephalitis di Bali Mahfira Ramadhania, RidoMaulana, RiyanSopiyan ........................................................................... 23 Umbilical Cord-Mesenchymal Stem Cells (UC-MSCs) danStem Cell Marker TRA-160:InteraksiSelulerSelMultipotendalamMengatasiGagalGinjalKronik RiyanSopiyan, Haifa AurianaSagitaPutri, RidoMaulana ..................................................................... 33 Metode HLIT [sHLA-G (Soluble Human Leukocyte Antigen-G) dan LILRB1 (Leukocyte Immunoglobulin-Like Receptor B1) Immunology Test] sebagaiTerobosanTerbaru Diagnosis DiniPreeklampsia I Gusti Ayu Agung Pritha Dewi, Putu Austin Widyasari Wijaya, Ni MadePutriSuastari ...................... 44 LAPORAN KASUS Ketoasidosi Diabetik pada Diabetes Melitus Tipe I Abrianty Priandani Araminta, Antari R. Harmani, Toto Suryo Efar, Eka Nurfitri, Bambang Tridjadja ............................................................................................................................................. 59 ii J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 PETUNJUK PENULISAN J urnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) adalah publikasi per semester yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah yang diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh peerreviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. JIMKI menerima artikel penelitian asli (original article) yang berhubungan dengan dunia kedokteran, kesehatan masyarakat, ilmu dasar kedokteran, baik penelitian klinis, laboratorium, maupun epidemiologi, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan, advertorial, dan editorial. Tulisan merupakan tulisan asli, tidak plagiat, dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa kedokteran. Kriteria dan sistematika artikel 1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran, kesehatan masyarakat, ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga penulis, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, diskusi, simpulan, saran, dan referensi. 2. Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca. Format terdiri dari judul, nama dan lembaga penulis, abstrak, pendahuluan, teks (bagian isi), simpulan, saran, dan referensi. 3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter umum dan dokter muda. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga penulis, pendahuluan, ilustrasi kasus, pembahasan kasus, dan simpulan. 4. Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan, bisa mengangkat topik yang masih menjadi suatu pro-kontra di dunia kedokteran, mampu memberikan nilai human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis dengan baik. Artikel bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca. Format penulisan seperti artikel tinjauan pustaka. 5. Advertorial: artikel singkat mengenai obat atau kombinasi obat terbaru, beserta penelitian, dan kesimpulannya. Format penulisan seperti artikel tinjauan pustaka. Petunjuk Bagi Penulis 1. JIMKI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada jurnal lain. Tulisan tersebut adalah hak milik penulis, tidak terikat pada lembaga manapun. Untuk menjamin hal ini, artikel yang diserahkan dilengkapi dengan Lembar Pernyataan Orisinalitas dan Persetujuan Publikasi dengan format terlampir. 2. Tidak ada batasan jumlah penulis. Naskah diketik dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi. Naskah diketik menggunakan font Times New Roman ukuran 12. Naskah tidak diketik J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013 iii bolak-balik. Penomoran dimulai dari halaman judul diketik di tengah bawah. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm. Format pengetikan lain yang tidak tercakup pada poin ini, hendaknya dibuat dengan rapi dengan memperhatikan estetika. 3. Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman. 4. Naskah harus diketik dengan memakai program Microsoft Word. Naskah dikirim melalui email ke alamat [email protected] dengan menyertakan biodata singkat penulis (identitas diri, riwayat pendidikan, karya tulis sebelumnya yang dipublikasikan maupun yang tidak). 5. Penulis yang artikelnya diterima untuk dipublikasikan akan mendapat sertifikat. 6. Naskah yang pernah disajikan dalam bentuk presentasi oral ataupun poster pada pertemuan ilmiah nasional ataupun international dibuat keterangan berupa catatan kaki. Jika mendapat penghargaan, beri keterangan penghargaan tersebut. 7. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata “dkk”. Nama penulis harus disertai dengan asal fakultas dan universitas penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email. 8. Abstrak harus dibuat dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul dan nama penulis. 9. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci tidak lebih dari lima kata/frasa dan diurutkan berdasarkan abjad. Kata kunci diletakkan di bawah abstrak. 10. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic). 11. Format tabel sesuai dengan format penulisan ilmiah, yakni hanya mengandung unsur garis horisontal. Nama tabel diletakkan di sebelah atas rata kiri, dengan mencetak tebal kata “tabel”. Nama tabel tidak perlu dicetak tebal. Huruf awal menggunakan huruf kapital. Ukuran tulisan penamaan tabel adalah 11. Contoh: Tabel 1. Karakteristik Responden. 12. Gambar tidak dikotaki. Nama gambar diletakan di sebelah bawah gambar dengan mencetak tebal kata “gambar”. Nama gambar tidak perlu dicetak tebal. Ukuran tulisan penamaan gambar adalah 11 dan rata tengah. Contoh: Gambar 1. Patofisiologi Infark Miokardium. 13. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan urutan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan adalah sebagai berikut. 1. Artikel dalam jurnal i. Artikel standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013 iv ii. Suatu organisasi sebagai penulis The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Artikel tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v. Volum dengan suplemen Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volum Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii. 2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. Edisi ke-2. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. Edisi ke-2. New York: raven Press; J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013 v 1995.hal.465-78. v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.hal.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis 1. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor: Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. 2. Diterbitkan oleh unit pelaksana: Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Artikel dalam Koran Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995. 3. Materi elektronik i. Artikel journal dalam format elektronik Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm. ii. Monograf dalam format elektronik CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. Edisi ke-2nd. Versi 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Versi 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems;1993. J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013 vi SAMBUTAN PIMPINAN UMUM S alam ilmiah bagi mahasiswa kedokteran se-Indonesia! Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dapat menerbitkan Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) kembali. JIMKI saat ini telah memasuki tahun yang ke-6. Kini sebagai bagian dari Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia (BIMKES) yang terbit online tiap semester. Suatu kebanggaan bagi JIMKI dapat mewakili karya-karya mahasiswa kedokteran seIndonesia. Mempublikasikan tulisan merupakan hak seorang mahasiswa. Mahasiswa dapat membagikan dan membanggakan hasil penelitiannya melalui tulisan yang dipublikasikan. Hasil penelitian akan bermanfaat jika dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh orang lain guna membangun tubuh pengetahuan atau mengaplikasikannya secara langsung. Namun, selain merupakan hak, publikasi juga merupakan kewajiban seorang mahasiswa. Sayangnya, bila kita renungkan, penelitian, jurnal, serta tulisan ilmiah lainnya – buah pikir bangsa Indonesia – masih tergolong sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Padahal, dengan meneliti dan menulis, kita dapat menemukan berbagai kesempatan untuk berkarya dan berbakti kepada nusa dan bangsa melalui peran kita sebagai mahasiswa kedokteran. Di masa mendatang, JIMKI berharap dapat meningkatkan kinerja, kualitas artikel, dan eksistensi di kalangan mahasiswa kedokteran dan kesehatan se-Indonesia. JIMKI juga berharap mahasiswa kedokteran dapat semakin terdorong untuk aktif meneliti, menulis, dan mempublikasikan tulisannya. Dengan demikian, Indonesia patut berbangga memiliki dokter-dokter masa depan yang terus belajar, berkarya, dan memberikan layanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat. Dina Faizah Pemimpin Redaksi dan Ketua Ad Interim Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013 vii Penelitian STUDI BERBASIS KOMUNITAS DARI INFEKSI VIRUS DENGUE DI JAKARTA, INDONESIA 1 2 3 Aldo Ferly, Leonard Nainggolan, Beti Ernawati Dewi 1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2 Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 3 Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Demam dengue adalah penyakit infeksi yang sering dijumpai di Indonesia. Ada empat serotipe dari virus penyebab demam dengue (DENV): DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Studi sebelumnya mendapatkan bahwa tingkat morbiditas dan insiden demam dengue berhubungan langsung dengan strain virus yang terdapat di suatu area. Studi ini bertujuan untuk mengetahui strain virus dengue yang paling sering ditemui di Jakarta. Metode: Studi prospektif dilakukan dengan total 67 pasien dari komunitas dan puskesmas di Jakarta yang mengalami demam kurang dari empat puluh delapan jam dan didiagnosis secara klinis mengalami infeksi dengue berdasarkan standar WHO. RT-PCR dilakukan untuk mengetahui serotipe DENV yang paling sering ditemukan pada pasien. Hasil: Serotipe DENV yang paling sering ditemukan adalah DENV-2 (35,82%). DENV-3 adalah serotipe yang kedua tersering (20,89%) dari total pasien terinfeksi. Dari seluruh pasien, 17,91% mempunyai DENV-1 dan 8,95% DENV-4. Dari gejala klinisnya, 13,43% dianggap negatif dengue setelah tes konfirmasi. Infeksi gabungan antara DENV-4 dan DENV-1 ditemukan pada 1,49% pasien. Infeksi gabungan DENV-3 dan DENV-2 ditemukan pada 1,49% pasien. Diskusi: Hasil studi ini menunjukkan bahwa serotipe DENV yang paling sering ditemukan di Jakarta adalah DENV-2. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa DENV-3 adalah serotipe yang paling sering ditemukan pada pasien di Indonesia. Perbedaan ini disebabkan lokasi studi yang berbeda, yakni studi sebelumnya dilakukan di rumah sakit, sedangkan studi ini dilakukan di komunitas dan pusat kesehatan masyarakat. Kata kunci: serotipe, studi komunitas, virus dengue ABSTRACT Introduction: Dengue fever is a common infectious disease problem in Indonesia caused by dengue virus (DENV). There are four serotypes of the virus: DENV-1, DENV-2, DENV-3, and DENV-4. Previous study found out that morbidity rate and incidence of dengue fever is correlated directly with strains of dengue found in an area. This study aims to find out the dengue virus serotypes which is most common in Jakarta Methods: A prospective study was done on a total of 67 patients from community and primary health care center in Jakarta who was having fever for less than 48 hours and has clinical diagnosis of dengue infection according to WHO standards. RT-PCR then will be done in order to identify the serotype of DENV in the patients. Results: The DENV serotype which is most often found in patients in Indonesia is DENV-2 (35,82%). DENV-3 is the next most common serotype with 20,89% of total patients infected. From all of the patients, 17,91% have DENV-1 and 8,95% have DENV-4. Despite the clinical symptoms, 13,43 % of the patients are considered dengue negative after the confirmation test. Combined infection of DENV4 and DENV-1 is detected in 1,49% of the patients and combined infection of DENV-3 and DENV-2 is also detected in 1,49% of the patients. Discussion: The result of this study shows that the most common DENV serotype in Jakarta is DENV-2. This result is different from previous finding that DENV-3 is the most common serotype in Indonesian patient. This different is mainly due to the location of the study which is the community and primary health care center in Jakarta. Keywords: Dengue virus, Community Based study, Serotypes 1 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 milyar orang atau 70% dari orang yang PENDAHULUAN Demam terkena dengue di seluruh dunia tinggal di dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini memiliki manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot, dan nyeri sendi yang disertai dengan leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. (1) Pada penyakit ini, ditemukan perembesan plasma yang biasanya ditandai dengan peningkatan hematokrit yang daerah ini. Indonesia, sebagai negara dengan penduduk terbesar di daerah ini dengan 35% warganya paling ditakuti dari demam dengue adalah sindrom rejatan dengue yang biasanya disertai (1) dengan syok. terbanyak. dibawa oleh nyamuk yang memiliki persebaran paling cepat di dunia. Terjadi lonjakan insiden demam dengue sebanyak tiga puluh kali lipat dalam lima puluh daerah perkotaan, Sebanyak 150.000 kasus dilaporkan pada tahun 2007 dengan 25.000 kasus dilaporkan berasal dari Jakarta dan Jawa Barat. Menurut laporan yang sama, 1% dari kasus dengue ini berakibat fatal. (3) Menurut sebuah studi literatur yang dilakukan oleh Universitas Fakultas Kedokteran Diponegoro, insiden dan persebaran geografis dari demam dengue semakin Dengue adalah penyakit virus yang di merupakan negara dengan kasus dengue merupakan tanda dari penumpukan cairan di rongga tubuh. Salah satu komplikasi yang tinggal meningkat dari tahun ketahun. Dimulai dari 96 kasus di Jakarta yang merupakan kasus pertama demam dengue yang dilaporkan di Indonesia sampai 78.960 kasus yang terjadi pada tahun 2004 dan (4) tersebar di seluruh Indonesia. Yang menarik dari studi ini adalah, meskipun ditemukan bahwa DENV-3 adalah serotipe yang dominan pada infeksi virus dengue di Indonesia, tetapi tahun terakhir. Selain itu, lokasi geografis persebaran demam berdarah dengue juga kian meluas. Setiap tahun, diperkirakan 50 juta orang di dunia terkena infeksi virus ini dan 2,5 miliar orang memiliki risiko yang sangat tinggi terinfeksi demam berdarah dengue sebab tinggal di daerah yang diklasifikasikan sebagai daerah endemik demam dengue. (2) Menyadari besarnya masalah ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan resolusi WHA55.17 yang mendesak komitmen negaranegara untuk memerangi ancaman demam berdarah dengue. Sebagai (3) pada beberapa studi seperti yang dilakukan di Bandung pada tahun 2000-2002 ditemukan bahwa DENV-2 adalah serotipe yang tersering ditemukan. beriklim tropis, negara-negara di Asia Tenggara dan Pasifik menunjukan ada variasi antarwaktu dan antarletak geografis terhadap serotipe yang dominan pada infeksi demam dengue ini. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Nisalak menunjukan bahwa dkk. di Thailand didapatkan hubungan yang signifikan antara serotipe dengue dengan keparahan penyakit dan juga kecepatan transmisi dengue. Menurut studi ini, ditemukan bahwa negara Ini pada tahun yang predominansi serotipenya adalah DENV-3, insiden total virus demam denguenya meningkat. (5) adalah negara yang memiliki risiko terkena demam dengue terbesar. Menurut statistik, 1,8 2 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Keparahan penyakit demam dengue ini adalah kehamilan, keganasan, gagal juga berkaitan dengan serotipenya, ditemukan jantung kongestif, daya tahan tubuh menurun, bahwa demam berdarah dengue lebih sering dan penyakit autoimun. muncul pada virus dengan serotipe DENV-3 Prosedur Riset dibandingkan dengan serotipe-serotipe lain. 1. Setelah menemukan pasien yang Mengingat bahwa serotipe yang predominan di memiliki ciri-ciri klinis demam dengue suatu area dan waktu tertentu berubah-ubah seperti dan juga keparahan penyakit demam dengue WHO, pasien diminta untuk mengisi sangat berkaitan dengan serotipenya, maka informed consent. digambarkan oleh kriteria studi ini sebagai usaha mendata serotipe yang 2. Data dari pasien akan diambil dan dominan di Jakarta sangat penting sebagai dicatat di formulir pencatatan pasien. upaya perumusan kebijakan masyarakat yang Darah akan diambil dari pembuluh berkaitan dengan penyakit demam dengue darah vena pasien. terutama di Jakarta. 3. Darah akan dimasukan kedalam tabung EDTA, selanjutnya dilakukan METODE tes antigen NS-1 untuk memutuskan Desain Penelitian apakah pasien terinfeksi dengue atau Studi kohort prospektif. tidak. Pemeriksaan tes antigen NS-1 Tempat dan Waktu Penelitian menggunakan kit Rapid Dengue Test Penelitian ini dilakukan di pusat keluaran Standard Diagnostic, Korea kesehatan komunitas di wilayah Jakarta Timur 4. Apabila tes antigen tersebut positif, dan Jakarta Pusat pada Januari 2009 sampai pasien akan dirawat di rumah sakit dengan Desember 2009. dan keadaanya akan dimonitor selama Sampel sembilan hari. Waktu ini dipilih karena Populasi terjangkau penelitian ini pada periode ini, risiko pasien untuk adalah pasien berusia 14 sampai denga 85 memunculkan komplikasi hemoragik tahun yang diketahui tidak hamil, dalam dan syok sangat tinggi. keadaan demam dengan diagnosis sebagai 5. Setelah manifestasi klinik muncul demam dengue, dan memiliki hasil antigen (maksimal 48 jam), darah diambil NS1 yang positif dan mencari perawatan di menggunakan tabung EDTA untuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ataupun mengisolasi puskesmas di daerah Jakarta. disentrifugasi selama lima belas menit Kriteria Inklusi dan Eksklusi dengan kecepatan 1600 rpm. Plasma Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien darah akan dipisahkan sebagai bahan berumur 14 sampai dengan 85 tahun, memiliki dasar dari proses serotyping virus temperatur rektum lebih tingi dari 38,0 0 C untuk periode kurang dari 48 jam, informed plasma. Darah akan dengue. 6. RNA virus dalam plasma akan consent dari pasien, kecurigaan klinis bahwa diisolasi dengan menggunakan kit pasien memiliki demam dengue, dan tes komersial dan dilakukan sesuai antigen NS1 positif. Kriteria eksklusi penelitian 3 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 dengan prosedur isolasi RNA kit produk Qiagen. serotipe DENV-4, yakni hanya enam orang atau 8,95% pasien memiliki serotipe ini. 7. Proses serotyping dari virus dengue Penelitian ini juga menemukan bahwa dilakukan dengan modifikasi metode sebanyak 13,43 % dari pasien yang diduga Lanciotti memiliki demam berdarah dengue karena dari proses Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). (6) memiliki gejala-gejala klinik sangat mirip dengan pasien demam berdarah dengue 8. Sisa plasma untuk kultur virus dan ternyata tidak menderita demam berdarah genotyping akan disimpan pada -80° dengue. Terdapat infeksi bersamaan dari C. akan DENV-1 dan DENV-4 sebanyak 1,49% serta disimpan di dua tabung yang berbeda infeksi bersamaan dari DENV-2 dan DENV-3 pada suhu -135° C. juga sebanyak 1,49%. PBMC yang dikoleksi DISKUSI Analisis Data Penelitian ini menemukan bahwa Analisis data menggunakan program sebagian besar virus dengue yang ditemukan SPSS 16.0. Untuk pembuatan diagram dan pie di kota Jakarta adalah serotipe DENV-2. chart, menggunakan program Micorosoft Excel Temuan 2010. didapatkan HASIL sebelumnya yang dilakukan oleh Suwandono Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pada tahun 2004. Tabel 1. Hasil serotipe virus dengue dapat dijelaskan dengan: ini berbeda di dengan Jakarta (7) Tempat tren dari yang penelitian Perbedaan hasil tersebut penelitian diperkirakan Serotipe Total pasien (%) DENV-1 12 (17.91%) memiliki DENV-2 24 (35.82%) terhadap hasil penelitian ini, penelitian ini DENV-3 14 (20.89%) dilakukan di pusat-pusat kesehatan komunitas DENV-4 6 (8.95%) dan puskesmas di Jakarta Timur dan Jakarta (-) 9 (13.43%) Pusat, berbeda dengan penelitian sebelumnya DENV-1 dan DENV-4 1 ( 1.49%) oleh Suwandono yang dilakukan di sepuluh DENV-2 dan DENV-3 1 (1.49%) rumah sakit besar di Jakarta. Pasien yang pengaruh yang sangat penting mencari pertolongan ke pusat kesehatan Dari penelitian ini, didapatkan bahwa masyarakat cenderung tidak dalam kondisi yang paling sering klinik separah mereka yang pergi ke rumah dijumpai di Jakarta dengan dua puluh empat sakit. Didukung oleh penelitian sebelumnya pasien atau 35,82% dari seluruh pasien. yang dilakukan di Thailand, DENV-3 memiliki Menyusul DENV-2 adalah DENV-3 dengan asosiasi dengan keadaan klinis yang lebih empat belas orang atau 20,89%. DENV-1 parah seperti kondisi pasien yang cenderung dimiliki oleh darah dari 12 pasien (1,91%), lebih parah di rumah sakit. DENV-2 adalah tipe sedangkan serotipe dengue yang Perubahan tren dari sirkulasi serotipe paling sedikit dimiliki oleh penduduk Jakarta adalah (5) virus demam berdarah dengue juga 4 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 diperkirakan memainkan faktor dalam hasil klinis pasien dengue, diperlukan penelitian penelitian ini. Sesuai dengan hasil yang lebih lanjut yang mengaitkan antara keempat ditemukan oleh Nisalaka, (5) ditemukan bahwa serotipe virus dengan manifestasi klinisnya. serotipe virus dengue yang terdapat pada Selain itu, melihat bahwa hasil dari RT-PCR suatu daerah tidaklah konstan, menunjukan bahwa 13,43% pasien dinyatakan berubah-ubah. Menurut negatif virus dengue, diperlukan evaluasi lebih Nisalaka, banyak faktor yang mempengaruhi lanjut tentang metode diagnsosis klinis pasien perubahan serotipe yang dominan pada suatu dengue penelitian antara lain musim, densitas vektor, kemampuan perubahan temperatur, tingkat infeksi pada berdarah dengue. melainkan tertentu selalu suatu populasi tertentu, serta kelompok (herdimmunity) dan tujuan diagnosis meningkatkan pasien demam kekebalan kerentanan (succeptibility). Waktu dengan DAFTAR PUSTAKA 1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan pengambilan juga HT. Demam Berdarah Dengue. In: Sudoyo dapat dipertimbangkan sebagai faktor yang AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, cukup besar dalam menyebabkan perbedaan Setiadi S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit hasil yang didapat dari penelitian ini dengan Dalam. 5 ed. Jakarta: Interna Publishing; penelitian 2009. p. 2773-9. sebelumnya. sampel Penelitian yang dilakukan oleh Suwandono ini dilakukan pada saat wabah besar melanda seluruh Indonesia pada awal 2004. (7) Sedangkan, penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 yang mungkin 2. Gubler DJ. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. Clin Microbiol Rev. 1998 July 1, 1998;11(3):480-96. 3. Dengue: Guidelines for telah terjadi perubahan serotipe yang dominan Treatment, Prevention pada pasien dengue di Indonesia. geneva: WHO Press; 2009. Diagnosis, and Control. 4. Setiati T, Wagenaar J, Kruif M. Changing Epidemiology of Dengue Hemorrhagic SIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa serotipe virus dengue yang paling sering di Fever in Indonesia. Dengue Bulletin. 2006;30:1-14. 5. Nisalaka, Endy T, Nimmannitya S, pusat-pusat kesehatan komunitas dan pusat Kalayanarooj S, Thisayakorn U, Scott RM, kesehatan masyarakat di Jakarta adalah et al. Serotype-Specific Dengue Virus DENV-2. Circulation and Dengue Disease in Bangkok, Thailand from 1973 to 1999. Am SARAN J Trop Med Hyg. 2003 February 1, Mengingat bahwa DENV-2 adalah 2003;68(2):191-202. serotipe virus dengue yang paling sering 6. Lanciotti R, Calisher C, Gubler D, Chang ditemukan di pusat kesehatan komunitas dan G, Vorndam V. Rapid Detection and pusat kesehatan masyarakat di Jakarta dan Typing of Dengue Virus from Clinical belum ada studi yang mengaitkan antara Samples by Using Reverse Transcriptase- serotipe virus dengue dengan manifestasi 5 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Polymerase Chain Reaction. JClinMicro. fever and dengue haemorrhagic fever in 1991 2-12-1991;30(3):545-51. Jakarta, 7. Suwandono A, Kosasih H, Nurhayati, Indonesia, Tropical Four 2006;100(9):855-62. virus serotypes found 2004. Transactions of the Royal Society of Kusriastuti R, Harun S, Ma’roef C, et al. dengue during Medicine and Hygiene. circulating during an outbreak of dengue 6 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Penelitian PROFIL DATA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI ULKUS DIABETIKUM DI RSU DR.SOETOMO SURABAYA TAHUN 2012 1 2 2 Drestha Pratita Windriya, Ari Sutjahjo, Hermina Novida 1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 2 Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Airlangga–RSU Dr.Soetomo Korespondensi: [email protected] ABSTRAK WHO mencatat terdapat 120 juta penderita DM pada tahun 1996 dan jumlahnya akan meningkat dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pasien dengan DM memiliki peluang lima kali lebih besar terkena gangren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan distribusi data pasien DM tipe 2 (DMT 2) dengan komplikasi ulkus maupun gangren diabetikum. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintangberdasarkan data dari Dokumen Medik Kesehatan (DMK) pasien. Dari 101 pasien yang diteliti, 61% pasien berjenis kelamin wanita dan rentang usia pasien terbanyak adalah 51-60 tahun. Lima puluh persen pasien telah menderita DMT2 selama 1-5 tahun. Pada pemeriksaan radiologis,gambaran terbanyak yang didapat adalah ulkus saja tanpa kelainan (32%) dan gangren (27%).Sebanyak 28% pasien datang dengan kadar gula darah acak (GDA) 201-300 mg/dL. Dari 30% pasien yang melakukan pemeriksaan kultur nanah, Staphylococcus sp. merupakan kuman terbanyak yang ditemukan (25%). Perawatan 25% pasien DMT 2 dengan ulkus diketahui membutuhkan waktu selama 610 hari dengan 70% pasien dipulangkan karena kondisinya yang membaik, meski beberapa diantaranya harus dilakukan tindakan amputasi. Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, komplikasi, ulkus diabetikum, profil pasien ABSTRACT WHOreported that there were120millionpeople suffered from diabetesin 1996andthe number willincreasedouble of itby 2025. Diabetes patienthavefivetimes greaterchanceof developinggangrene. This study was conductedto determine thedataprofile of patients who suffer from diabetes mellitustype 2 (DMT 2) withdiabetic ulcersorgangrenecomplications. This is adescriptivecross-sectional studythat takesthe datafrom themedical record. The sample waspatientswithDMT2diabeticulcer complications.61% of 101 patientsare female and theage range of most patients is about 51-60 years. 50% of patientshave sufferedDMT2for 1-5years. Based onradiologicalexaminations, 32% pictures showulcerwithoutabnormalitiesand 27% show gangrene.Patients have variety levels of random blood sugar, mostpatients haverandom blood sugarrange of201-300mg/dL when they came to the emergency room. From 30% of patientswhodo pusculture, Staphylococcussp.is the mostgermsfoundin the amount of25%. Treatment of 25% DMT2patients withulcerstakes as long as6-10dayswith70% of patientsdischargeddue to his conditionimproved, although some of themhave tobe takenamputation. Keywords: diabetes mellitus type 2, complication, ulcers, patient profile PENDAHULUAN jumlahnya akan meningkat dua kali lipatnya Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat kronik yang disebabkan oleh faktor genetik (1) atau lingkungan. WHO mencatat terdapat 120 juta penderita DM pada tahun 1996 dan pada tahun 2025. DM memiliki progresivitas yang terusmenerus hingga dapat berbagai komplikasi bila menyebabkan tidak ditangani dengan baik.Komplikasi yang mungkin terjadi adalah komplikasi pada mata, ginjal, dan 7 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 ekstremitas bawah. Pasien dengan DM METODE memiliki risiko 25 kali lebih besar mengalami Penelitian ini merupakan penelitian kebutaan, 17 kali lebih mudah untuk terkena deskriptif dengan desain potong lintang. Data gagal ginjal, dan lima kali lebih besar sekunder diambil berdasarkan teknik total (2) sampling terhadap pasien DMT 2 dengan peluangnya untuk terkena gangren. Studi yang Pradana komplikasi ulkus diabetikum yang dirawat inap Soewondo, Sidartawan Soegondo dkk. tahun di RSU Dr.Soetomo Surabaya antara tanggal 2008 di 18 titik di Indonesia menemukan 1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012. bahwa mengalami Pengambilan data sekunder dilakukan di komplikasi dengan prevalensi sebagai berikut: Bagian Rekam Medik Pusat RSU Dr.Soetomo retinopati 42% (760/1785), nefropati 7,3% Surabaya dalam waktu yang telah disepakati (131/1785), dan sebelumnya. (1133/1785). Komplikasi 57,8% dilakukan penderita DM neuropati 63,5% mikrovaskular Penelitian ini mendapatkan Dokumen didapatkan 27,6% (493/1785) dan komplikasi Medik Kesehatan (DMK) sebanyak 135 buah, makrovaskularnya (302/1785), tetapi 34 DMK (25%) tereksklusi dengan sedangkan sisanya mengalami komplikasi rincian sebagai berikut: 21 DMK (15%) tidak 16% (3) akhir yang parah. ditemukan Data penelitian menunjukkan bahwa dan 13 DMK (10%) bukan merupakan DMK pasien DM tipe 2 dengan penanganan yang dilakukan dapat berupa komplikasi debridement(7,9% kasus), amputasi (39,5% demikian, penelitian ini menggunakan 101 (1) kasus), atau nekrotomi (52,6% kasus). Data ulkus diabetikum. Dengan DMK (75%). RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2003 Pengolahan data dilakukan dengan menyebutkan angka amputasi pada penderita cara tabulasi data dengan variabel jenis DM sebesar 25% dan angka kematiannya kelamin pasien, usia pasien, lama menderita sebesar 16%. Nasib pasien pascaamputasi DMT 2, gambaran radiologis, kadar GDA saat pun tidak begitu baik, 14,3% akan meninggal MRS, gambaran pola kuman melalui kultur dunia setelah satu tahun diamputasi dan 37% pus, lama perawatan, dan status pasien saat meninggal dunia setelah 3 tahun tindakan kunjungan rumah sakit (KRS) yang kemudian (4) amputasi. disajikan dalam bentuk diagram. Data di atas menunjukkan bahwa HASIL PENELITIAN angka komplikasi DM terhadap ekstremitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa bawah masih terhitung tinggi. Oleh karena itu, pasien DMT 2 dengan komplikasi ulkus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diabetikum pada tahun 2012 di RSU Dr. distribusi dan profil data pasien Diabetes Soetomo Melitus Tipe 2 (DMT 2) yang mengalami berjumlah 62 pasien (61%) dan 39 pasien komplikasi lainnya adalah pria (29%). pada ekstremitas bawah, khususnya ulkus diabetikum. dengan jenis kelamin wanita Gambar 1 sampai dengan Gambar 4 di bawah ini memaparkan distribusi usia pasien DMT 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum, lama pasien menderita DMT 2, 8 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 gambaran radiologi ulkus diabetikum, dan Gambar 4. Distribusi GDA pasien saat MRS distribusi glukosa darah acak (GDA) pasien saat masuk rumah sakit (MRS). Pada penelitian ini didapatkan 30 pasien (30%) dengan hasil kultur nanah 7% 8% 18% 30% 37% ≤ 40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun ≥ 71 tahun selama MRS, sedangkan sisanya 71 pasien (70%) tidak melakukan kultur nanah.Dari 30 pasien yang dikultur, didapatkan 33 hasil kultur nanah dengan rincian seperti Gambar 5 di bawah. 9% 12% Gambar 1.Kelompok usia pasien DMT 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum 3% 3% 3% 12% 6% 14% 13% 12% 18% 6-10 tahun Enterobiius sp. Escherichia sp. Klebsiella sp. 3% 1-5 tahun 17% Citrobacter sp. Enterobacter sp. 25% < 1 tahun Acinetobacter sp. Gambar 5.Pola kuman pada nanah 50% > 10 tahun Perawatan pasien DMT 2 dengan Tidak ada data komplikasi ulkus diabetikum memakan waktu yang berbeda-beda. Pasien yang dirawat Gambar 2.Lama pasien menderita DM tipe 2 kurang dari 5 hari selama tahun 2012 berjumlah 1% 1% 8% 11% 32% 10% 27% 10% Tidak ada kelainan Gangren Osteomyelitis Destruksi Soft tissue swelling Deformitas Deformitas+Fraktur Tidak ada data 30 pasien (30%). Perawatan selama 6-10 hari pada 36 pasien (35%). Pasien dengan berjumlah 25 perawatan pasien (25%). 11-15 hari Sedangkan pasien dengan perawatan 16-20 hari terdiri dari 4 pasien (4%) dan pasien dengan perawatan lebih lama dari 20 hari sebanyak 5 pasien (5%). Sedangkan, 1 pasien lainnya (1%) tidak didapatkan datanya mengenai Gambar 3.Gambaran radiologi ulkus 1% ≤100 mg/dL 9% 18% 101-200 mg/dL 20% 24% 28% 201-300 mg/dL lama perawatan di rumah sakit. Pada DMK yang diambil, didapatkan data pasien yang dipulangkan sebanyak 71 pasien (70%), pasien pulang paksa sebanyak 13 pasien (13%), dan pasien meninggal dunia 301-400 mg/dL sejumlah 16 pasien (16%). Satu pasien (1%) >400 mg/dL tidak didapatkan data status saat keluar Tidak ada data rumah sakit (KRS). 9 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 DISKUSI (27%). Osteomielitis didapatkan sebesar 10%, Pada penelitian ini didapatkan lebih banyak pasien wanita, yaitu 62 pasien (61%),sedangkan pasien priasebanyak 39 pasien (39%). Hal ini sejalan sama banyak dengan destruksi, dan lebih sedikit dari kejadian pembengkakan jaringan lunak sebesar 11%. dengan Pada 29 pasien (28%) didapatkan penelitian olehSugiyanto dkk. di RS DR. GDA 201-300 mg/dL saat MRS, dengan Kariadi Semarang yang mendapatkan pasien diketahui batas bawah DM adalah GDA 200 pria sebanyak 42% dan wanita sebanyak mg/dL. Kejadian ulkus diabetikum dengan 58%. Eva Decroli di RSUP Dr. M. Djamil GDA 301-400mg/dL sebanyak 24 pasien Padang mencatat sebanyak 71% pasien (24%) dan GDA>400 mg/dL saat MRS (1) adalah pria dan sisanya adalah wanita. Tercatat rentang usia 51-60 tahun sebanyak 18 pasien (18%), lebih sedikit dari pasien dengan rentang GDA 201-300 mg/dL. adalah rentang usia terbanyak penderita ulkus Agung diabetikum diabetes sebanyak 38 pasien (37%), Pranoto dalam dan tulisan polineuropati metabolik disusul rentang usia 41-50 tahun sebanyak menyebutkan tiga puluh pasien (30%). Pada penelitian yang berkaitan telah dilakukan oleh Eva Decroli di RSUP Dr. darah. Dalam penelitian ini didapatkan hal M. rata-rata yang sedikit berbeda mungkin karena banyak pasien berusia 55,2±9,5 tahun. Nogren WR pasien yang minum obat antidiabetes, tetapi dkk. dalam Journal of Vascular Surgery tidak teratur sehingga saat GDA diperiksa menyebutkan prevalensi komplikasi kaki terdapat GDA yang tidak terlalu tinggi padahal diabetik meningkat 3% pada penderita DM sebelumnya mungkin dia sempat memiliki usia di atas 40 tahun dan meningkat 6% pada GDA yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Djamil Padang, usia di atas 60 tahun. didapatkan (5) bahwa mengenai dengan kejadian buruknya neuropati kontrol gula dibutuhkan data HbA1c dari pasien, tetapi di Sebelum terkena ulkus diabetikum, RSU Dr.Soetomo Surabaya, pemeriksaan 51 pasien (50%) pada penelitian ini telah HbA1c belum menjadi pemeriksaan yang rutin menderita dilakukan. DMT 2 selama 1-5 tahun. Beberapa penelitian menyebutkan lama DM Komplikasi yang terjadi pada pasien ≥10 tahun akan meningkatkan risiko,tetapi dapat diperparah dengan kejadian infeksi pada penelitian ini hanya didapatkan pasien yang disebabkan kulit yang tidak intak, infeksi dengan DM ≥10 tahun sebanyak 31 pasien nosokomial (31%). sebagainya. Pada 30 pasien (30%) dengan yang banyak terjadi, dan Klasifikasi ulkus diabetikum di RSU hasil kultur, didapatkan kuman terbanyak Dr.Soetomo jarang menggunakan klasifikasi pada nanah adalah Staphylococcus sp. (25%) Wagner maupun klasifikasi Texas sehingga dan peneliti mengelompokkan ulkus diabetikum Acinetobacter berdasarkan gambaran radiologi ulkus. Pada Klebsiella sp., yaitu masing-masing sebesar 33 pasien (32%) tidak didapatkan kelainan 12%. Infeksi pada umumnya disebabkan oleh radiologis atau hanya dijumpai ulkus saja, kuman di sekitar kulit. Jika drainase tidak sedangkan gangren dijumpai pada 27 pasien baik, akan berkembang selulitis yang dapat Pseudomonas sp., sp. (18%), Escherichia disusul sp., dan 10 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 menyebabkan sepsis dan menginfeksi diderita.Kemungkinan besar akibat (6) sepsis,tetapi ada juga yang disebabkan oleh Kuman aerob penyebab dalam waktu cepat komplikasi selain ulkus diabetikum. Jumlah akan menginfeksi aliran darah dan juga dapat lebih banyak ditemukan di rumah sakit yang menyebabkan bakteremia yang kemudian sama pada pasien rawat inap periode tahun tendon, tulang, dan sendi di bawahnya. (7) dapat menyebabkan kematian. 2003-2007, yaitu sebanyak 21,9%. Penelitian mengenai profil klinis dan laboratoris pada pasien serupa pernah (8) Dalam penelitian ini tercatat tujuh kasus yang mendapat perlakuan bedah dilakukan di rumah sakit yang sama oleh berupa amputasi dan sembilan orang lainnya Ivone Wulansari. Tercatat kuman penginfeksi telah diamputasi sebelum MRS tahun 2012 di terbanyak sp., RSU Dr.Soetomo. Di Amerika Serikat, angka Streptococcus sp., Klebsiella sp., Proteus sp., amputasi pada DM adalah 6 dari 1000 kasus adalah Pseudomonas (8) dan Staphylococcus sp. (10) Penelitian lain yang tiap tahunnya. dikerjakan oleh Nanang Fitra di RSUP H. menyelesaikan masalah. Adam Malik Medan, 25% dari kejadian infeksi menambahkan bahwa disebabkan oleh Enterobacter aerogenes, meninggal dunia satu tahun pascaamputasi 14% coli. dan 37% meninggal dunia 3 tahun pasca Perbedaan ini mungkin disebabkan cuaca tindakan amputasi. Hal ini disebabkan kualitas yang berbeda di daerah sehingga kuman hidup yang menurun karena keterbatasan yang banyak tumbuh juga berbeda. Selain itu, aktivitas penelitian oleh Nanang Fitria dilakukan pada semangat pasien disebabkan rawat oleh jalan Escherichia sehingga hal ini Tindakan amputasi tidak sehingga hidup Waspadji 14,3% terjadi yang pasien penurunan akhirnya mempercepat kematian pasien. S. dapat (7) menyingkirkan kemungkinan kejadian infeksi Dari penelitian ini, masih diperlukan nosokomial. Selain itu, kedalaman ulkus rata- suatu studi prospektif. Selain itu, diperlukan rata pasien juga berpengaruh. Bakteri aerob pemeriksaan tambahan yang lebih lengkap gram positif seperti Staphylococcus sp. sering seperti HBA1c, klasifikasi ulkus secara klinis, didapatkan pada ulkus superfisial, begitu juga ABI, kultur nanah, dan lain-lain. dengan Pseudomonas sp., terlebih jika telah menggunakan antibiotik. (9) SIMPULAN Perawatan pasien DM tipe 2 dengan Jumlah pasien wanita pada DMT 2 komplikasi ulkus diabetikum memakan waktu dengan yang berbeda-beda. Sebanyak 36 pasien didapatkan lebih banyak dari pria, yaitu (35%) dirawat selama 6-10 hari dan tiga puluh sebesar 61%, sedangkan usia terbanyak pasien (30%) dirawat kurang dari lima hari. pasien adalah 51-60 tahun. Pada penelitian Kondisi pasien saat keluar rumah sakit (KRS) ini didapatkan 50% pasien telah menderita pun berbeda-beda, tetapi 71 pasien (70%) DMT 2 sebelumnya selama 1-5 tahun dan dari 28% pasien datang ke rumah sakit dengan keseluruhan dipulangkan karena pasien kondisi statusnya yang komplikasi ulkus diabetikum telah kadar GDA terbanyak dalam rentang 201-300 membaik. Pasien meninggal dunia sebanyak mg/dL. Dari hasil pemeriksaan radiologis, 16 pasien (16%) sering karena penyakit yang kelainan yang terbanyak didapatkan adalah 11 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 32% pasien mengalami ulkus saja tanpa the Indonesian Medical Association, Jil. kelainan lain disusul pasien gangren sebesar 19, No. 4, November 2010 27%. Pemeriksaan kultur kuman dilakukan 4. Waspadji, S, 2009.‘Kaki Diabetes’, dalam pada 30% pasien dan didapatkan kuman Sudoyo, AW, et al. Buku Ajar Ilmu yang paling banyak menginfeksi ulkus adalah Penyakit Dalam. Jakarta Pusat, jil. 3, ed. Staphylococcus 5, hal. 1961-1966 sp. yaitu sebesar 25%, disusul Pseudomonas sp.Perawatan ulkus 5. Nogren WR, Hiatt JA Dormandy. ‘Inter diabetikum di RS cenderung membutuhkan Society Consensus for theManagement of waktu 6-10 hari bagi kebanyakan pasien, Peripheral Arterial Disease’. Journal of yaitu 25% dari keseluruhan pasien. Prognosis VascularSurgery, 2007;45 70% pasien dengan komplikasi ulkus 6. Parlindungan L, Zein U, et al. 2002. Pola diabetikum adalah baik, meskipun terdapat Kuman Bakteri Anaerob dan Resistensi beberapa kasus yang harus diamputasi. Antibiotik pada Gangren Diabetik 7. Fitra, N. 2008. Pola Kuman Aerob dan DAFTAR PUSTAKA Sensitifitas pada Gangren 1. Decroli, E, Karimi, J, et al. ‘Profil Ulkus Diambil: 14 Mei Diabetik. 2012 di Diabetik pada Penderita Rawat inap di http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 Bagian 6789/6312/1/09E00134.pdf Penyakit Dalam RSUP Dr M.Djamil Padang’. Majalah Kedokteran 8. Wulandari, TI. 2010. ‘Profil Klinis dan Indonesia, Jilid 58, Nomor: 1, Januari Laboratoris 2008 Pasien Rawat Inap’. 2. Permana, H. 2008. Komplikasi kronik dan Penyakit Diambil: Penyerta 14 Mei pada Diabetesi 2012, dari Penderita Kaki Diabetik 9. Sutjahyo A, Poerwadi T, et al. ‘Neuropati Diabetic, Klasifikasi, Patogenesis dan Terapi’ dalam Tjokroprawiro A, Sukahatya http://pustaka.unpad.ac.id/wp- M Soewanto edt, Simposium Nasional content/uploads/2009/09/kompilasi_kronik Perkembangan Mutakhir _dan_penyakit_penyerta_pada_diabetesi. Metabolisme Surabaya, 2000, 310-22 pdf 3. Soewondo, P, Soegondo, S, et al. ‘The 10. Foster DW. Diabetes Endokrinologi Mellitus in Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson DiabCare Asia 2008 study – Outcomes on JD,Martin Control and Complications of Type 2 Principles of Internal Medicine, McGraw Diabetic Patients in Indonesia’. Journal of Hill, New York, 2001, 1979-99. JB,Fauci A eds: Harrison 12 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Penelitian KORELASI KARAKTERISTIK DEMOGRAFIS DAN KLINIS IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KONTRASEPSI PASCAPERSALINAN Frans Liwang, Felix Chikita Fredy, Farisa Anggreana, Fatma Afira, Fransisca Dewi Kumala, Gracia Lilihata, Kanadi Sumapradja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Meski kebijakan kontrasepsi pascapersalinan telah diimplementasikan, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan angka penggunaan kontrasepsi melalui identifikasi tingkat PSP ibu hamil serta karakteristik demografis dan klinis yang mempengaruhinya.Dilakukan penelitian potong lintang pada 106 ibu hamil peserta pemeriksaan antenatal di Puskesmas Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Dari seluruh responden (n=106, median=26 tahun), 74,5% adalah ibu rumah tangga, 56,6% berpendidikan sedang, 55,7% memiliki pendapatan di atas UMR Jakarta Timur. Sebanyak 62,3% responden adalah multigravida (median usia kehamilan 28 minggu) dan 52,8% belum pernah menggunakan kontrasepsi. Dari aspek PSP, korelasi terkuat ditemukan antara pengetahuan dengan perilaku. Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, sikap baik, dan perilaku sedang. Riwayat kontrasepsi, usia ibu, dan usia kehamilan tidak berkorelasi kuat dengan PSP terhadap kontrasepsi pascapersalinan. Tingkat pengetahuan dan perilaku ibu multigravida lebih baik dari primigravida. Secara keseluruhan, tidak terdapat korelasi kuat antara karakteristik demografis dengan PSP. Kekuatan korelasi antara usia dan gravida dengan pengetahuan, pendapatan dengan sikap, dan riwayat kontrasepsi dengan perilaku lemah. Selain itu, kekuatan korelasi karakteristik demografis dan klinis lainnya, masing-masing terhadap PSP, sangat lemah. Kata kunci: karakteristik demografis, karakteristik klinis, kontrasepsi pascapersalinan ABSTRACT Maternal mortality in Indonesia is still high despite the implementation of postpartum contraception policy. This is closely related to community’s knowledge, attitude, and behavior (KAB). This research aims to increase contraceptive use through identification of KAB level and contributing demographic characteristics among pregnant women. A cross-sectional research was conducted among pregnant women undergoing antenatal care in Makasar District primary health care unit. Out of 106 participants (median age 26 years), 74,5% were housewives, 56,6% had intermediate education, 55,7% had a total income over East Jakarta’s minimum wage. About 62,3% were multigravida (median gestational age = 28 weeks) and 52,8% had no previous history of contraceptive use. The strongest correlation between KAB was found among knowledge and behavior. Most participants have low knowledge, high level of attitude, and intermediate level of behavior. History of contraceptive use, maternal age, and gestational age had no correlation with KAB towards contraception. Multigravida participants had better knowledge and behavior compared to primigravida. Overall there were weak correlations between demographic characteristics with KAB. Correlations between age and gravida with knowledge, income with attitude, and history of contraceptive use with behavior were weak. Moreover, correlations between other demographic and clinical characteristics with KAB were very weak. Keywords: demographic characteristics, clinical characteristics, postpartum contraception PENDAHULUAN kesehatan Kesehatan reproduksi masih menjadi Indonesia menunjukkan AKI (SDKI) sebesar tahun 2007 228/100.000 isu global. Ini termaktub dalam poin ke lima kelahiran hidup. Angka ini jauh dari target millenium development goals (MDGs) yang tahun 2015 sebesar 102/100.000 kelahiran masih menjadi masalah utama di Indonesia, hidup. yakni kesehatan ibu. (1,2) (1,3-5) Data survei dasar 13 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Tingginya AKI di Indonesia, selain METODE diakibatkan oleh penyebab langsung, juga Penelitian ini menggunakan desain merupakan dampak dari implementasi solusi potong yang belum maksimal. Jumlah kehamilan analitis.Pengambilan banyak, jarak kelahiran terlalu dekat, serta tanggal 10-20 Oktober 2011 di Puskesmas kehamilan merupakan Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Data penyebab langsung mortalitas serta morbiditas merupakan data primer yang diambil dengan maternal. pada (6) usia lanjut lintang bersifat data deskriptif dilakukan pada Solusi definitifnya ialah mencegah menggunakan kuesioner penelitian yang telah kehamilan itu sendiri melalui program keluarga divalidasi. Unit sampel adalah ibu hamil yang berencana (KB). berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Ironisnya, angka cakupan penggunaan Makasar, Jakarta Timur, untuk pemeriksaan (7) antenatal. Besar sampel yang dibutuhkan tersebut adalah 106 subjek penelitian berdasarkan berupa rumus sampel dua variabel tidak berpasangan. pelayanan Responden dipilih dengan metode consecutive alat kontrasepsi tahun 2010 masih 61,5%. Rendahnya angka disebabkan oleh keterbatasan cakupan faktor akses eksternal terhadap kontrasepsi. Menurut laporan CDC tahun sampling. 2007, salah satu strategi efektif meningkatkan secara terpimpin (guided questionnaire). angka ini ialah dengan pascapersalinan, pelayanan kontrasepsi yakni pemasangan memberikan alat kontrasepsi Pengisian Untuk kuesioner mendapatkan dilakukan tingkat PSP responden, dilakukan verifikasi dan coding terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam segera setelah melahirkan. Strategi ini telah kuesioner. Skor yang diperoleh kemudian diimplementasikan di Indonesia, tetapi angka diklasifikasikan menjadi baik, cukup, dan cakupan kontrasepsi pascapersalinan masih kurang. rendah. (8-10) faktor Oleh sebab itu, dipikirkan adanya internal program SPSS data versi menggunakan 16.0 dengan uji mempengaruhi parametrik dan nonparametrik yang sesuai. penerimaan kontrasepsi, yaitu pengetahuan, Selanjutnya dilakukan analisis univariat dan sikap, masyarakat bivariat untuk mengetahui korelasi antara pascapersalinan. variabel bebas dan terikat. Variabel bebas Adapun PSP tersebut berhubungan dengan pada penelitian ini adalah usia, pekerjaan, karakteristik demografis tingkat pendidikan dan dan mengenai yang Pengolahan perilaku (PSP) kontrasepsi seperti sosioekonomi, tingkat serta karakteristik klinis seperti usia kehamilan, gravida, dan riwayat kontrasepsi. Penelitian mengetahui ini korelasi (11,12) bertujuan antara kontrasepsi gravida, usia kontrasepsi. jumlah kehamilan, Sedangkan, pendapatan, dan variabel riwayat terikat adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku untuk mengenai kontrasepsi pascapersalinan. karakteristik demografis dan klinis dengan PSP masyarakat mengenai pendidikan, HASIL pascapersalinan. Seluruh responden adalah ibu hamil Dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang yang datang memeriksakan kandungan berkorelasi, upaya untuk meningkatkan PSP (antenatal care) di Puskesmas Kecamatan masyarakat akan lebih efektif dan terarah. Makasar, Jakarta Pusat. Dari 106 responden 14 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 yang diwawancarai, seluruh data lengkap dan dilakukan analisis. Tabel 1. Karakteristik demografis dan klinis responden (n=106) Variabel Responden Usia (tahun) (median, IQR) 26 (23-31) Tingkat pendidikan (n, %) Tidak berpendidikan 2 (1,9) Pendidikan rendah 37 (34,9) Pendidikan sedang 60 (56,6) Pendidikan tinggi 7 (6,6) Jenis pekerjaan (n, %) Ibu rumah tangga 79 (74,5) Pekerjaan lainnya 27 (25,5) Tingkat pendapatan (n, %) Pendapatan rendah 47 (44,3) Pendapatan tinggi 59 (55,7) Jumlah tanggungan (median, IQR) 3 (2-3) Kehamilan ke- (n, %) Primigravida 40 (37,7) Multigravida 66 (62,3) Usia kehamilan (median, IQR) 28 (17,5-35) Jumlah anak yang diinginkan (median, IQR) 2 (1-2) Riwayat penggunaan kontrasepsi (n, %) Tidak 56 (52,8) Ada 49 (46,2) Seperti terlihat pada Tabel 1, sebagian besar 26 tahun. Lebih dari setengah responden responden tergolong pada kelompok usia memiliki latar belakang pendidikan sedang dan dewasa muda dengan nilai tengah usia adalah rendah. Tiga dari empat responden adalah ibu 15 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 rumah tangga. Setengah lebih responden tanggungan sebanyak dua orang. Sebagian memiliki total pendapatan keluarga di atas besar responden sedang multigravida dengan UMR Jakarta Timur. nilai tengah usia kandungan 28 minggu. Jumlah tanggungan responden berkisar antara 2-7 orang. Frekuensi paling banyak ialah responden dengan Separuh lebih (52,8%) responden belum menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya. jumlah Tabel 2. Sebaran responden (n= 106) menurut tingkat PSP Variabel Responden Pengetahuan Baik 6 (5,6) Sedang 20 (18,9) Kurang 80 (75,5) Sikap Baik 75 (70,8) Sedang 23 (21,7) Kurang 8 (7,5) Perilaku Berdasarkan 30 (28,3) Sedang 51 (48,1) Kurang 25 (23,6) pada Guna mengetahui korelasi antar pengetahuan didapatkan dengan sikap dan perilaku serta korelasinya gambaran mengenai tingkat pengetahuan, dengan karakteristik demografis dan klinis sikap, dan perilaku masyarakat Kecamatan responden, Makasar kontrasepsi dengan hasil seperti pada tabel di bawah. pascapersalinan. Tabel 2 memperlihatkan Terlihat bahwa korelasi paling kuat terdapat sebagian pada pada korelasi pengetahuan dengan perilaku kelompok pengetahuan kurang (mean 38,2 ± dibanding korelasi pengetahuan dengan sikap. 14,6), sikap baik (median 77,8; IQR 66,7- Dari karakteristik responden, status gravida 88,9), perilaku sedang (median 68,8; IQR yang memiliki korelasi dengan nilai r paling kuesioner jawaban Baik yang responden dibagikan, terhadap besar responden berada maka dilakukan uji korelasi 62,5-87,5). 16 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 besar dengan pengetahuan, sikap, perilaku Tabel 3. Korelasi (r, p) antara karakteristik responden (Tabel 3). demografis dan klinis reponden dengan skor PSP DISKUSI Hasil yakni pengetahuan mempengaruhi persepsi, penelitian memperlihatkan yang selanjutnya persepsi tersebut akan sebagian besar responden memiliki tingkat mempengaruhi pengetahuan kurang, sikap baik, perilaku demikian, wajar jika antara pengetahuan, sedang. Selanjutnya, analisis korelasi antara sikap, dan perilaku, korelasi pengetahuan pengetahuan, perilaku dengan perilaku memberikan kekuatan paling menunjukkan korelasi sangat lemah, kecuali besar (r=0,39, p=0,00). Namun, terlihat juga korelasi lemah ditemukan pada pengetahuan bahwa dan perilaku. Tidak adanya korelasi kuat faktor yang mempengaruhi. Banyak faktor antara pengetahuan, sikap, dan perilaku pada lainnya, yaitu karakteristik demografis dan responden tersebut dapat diterangkan dengan klinis, yang turut mempengaruhi persepsi model health belief model (Gambar 1). seseorang. sikap, dan perilaku. (13,14) pengetahuan bukan Dengan satu-satunya Pada model, tergambar hubungan tidak langsung pengetahuan dengan perilaku, 17 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Perceived Susceptibility: Melakukan Perceived Benefits hubungan seksual Meningkatkan tanpa kontrasepsi memungkinkan untuk hamil kembali kesejahteraan keluarga Usia Jenis pekerjaan Tingkat pendidikan Jumlah pendapatan Tingkat pengetahuan Gravida Mencegah cacat bawaan anak selanjutnya Mencegah penyakit pada kehamilan selanjutnya Perceived Seriousness: Banyak anak berbanding terbalik Perceived barrier: dengan Kurang informasi dan penyuluhan Takut efek samping Rasa sakit saat penggunaan kontrasepsi Kesibukan Perceived Threat kesejahteraan keluarga Banyak anak berbanding terbalik dengan tingkat Cues to Action pendidikan anak Media penyuluhan tentang kontrasepsi pascapersalinan Pengalaman kerabat Riwayat kehamilan sebelumnya Modifying Factors Anak adalah anugerah Individual Perception Gambar 1. Health Belief Model Ibu Hamil Likelihood of Behavioral Change Likelihood of Action Kecamatan Makasar terhadap Kontrasepsi Pascapersalinan Korelasi Karakteristik Demografis dengan pengetahuan PSP mempengaruhi persepsi seseorang. Ketiga Dalam epidemiologi faktor yang dikenal variabel memiliki nilai korelasi lemah dan berbagai karakteristik masyarakat, yang pada sangat lemah dengan pengetahuan. Korelasi health belief model termasuk faktor yang dapat antara pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan dimodifikasi (modifying factors), salah satunya dengan perilaku tergambar melalui hubungan status ilmu merupakan sosioekonomi. (13-16) ini tidak langsung. Pekerjaan, pendidikan, dan memperlihatkan korelasi status sosioekonomi pendapatan dapat mempengaruhi kerentanan yang meliputi jenis pekerjaan, pendapatan, yang dan tingkat tingkat keparahan (severity), ancaman (threat), pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap manfaat (benefit), dan rintangan (barrier). penggunaan Persepsi tersebut akan menentukan perilaku tingkat Komponen pendidikan, kontrasepsi status Penelitian dengan pascapersalinan. sosioekonomi tersebut, dirasakan hanya lemah sangat lemah. mempengaruhi pekerjaan, health pendidikan, belief model,tingkat pendapatan, susceptibility), seseorang. Namun, ketiga variabel tersebut dilihat satu per satu, menunjukkan korelasi Pada (perceived sebagian kecil perilaku. faktor yang Kompleksnya persepsi dan faktor itu menyebabkan korelasi dan 18 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 antara ketiga variabel dengan pengetahuan PSP. Namun dalam dan perilaku bersifat lemah. ditemukan Health belief model pada Gambar 1 memperlihatkan hubungan antara persepsi ibu hamil dengan korelasi antarkarakterisitk tersebut yang kuat dengan PSP mengenai kontrasepsi pascapersalinan. yang Dalam implementasi program KB, usia mempengaruhinya. Pengetahuan responden perempuan termasuk salah satu determinan yang penting yang mempengaruhi keikutsertaan kurang persepsi faktor-faktor penelitian ini, tidak berakibat akan pada pentingnya kurangnya kontrasepsi serta pemilihan jenis kontrasepsi. Dalam pascapersalinan sehingga perceived threat populasi Indonesia secara umum, program KB juga rendah. Banyak responden merasa takut lebih mencakup kelompok usia reproduktif akan rasa sakit dan efek samping yang akan lanjut dibandingkan usia reproduktif muda dialami jika menggunakan kontrasepsi yang walaupun pemilihan tersebut turut dipengaruhi dapat menjadi perceived barrier yang sulit oleh ditembus. Dari segi cue to action, responden langsung, dapat ditarik hipotesis juga bahwa telah terpapar oleh media cetak, media kesadaran, elekronik, ataupun mendapat informasi dari terhadap kontrasepsi akan semakin meningkat bidan, tetapi melihat rendahnya pengetahuan, sejalan dengan pengalaman atau usia ibu. informasi Harapannya, yang belumlah mereka cukup terima anak. Namun secara pemahaman, promosi tidak pengetahuan dini mengenai masih kontrasepsi dapat lebih digalakkan pada ibu membutuhkan tambahan informasi lebih lanjut. hamil dengan usia muda untuk meningkatkan Untuk sehingga tersebut jumlah meningkatkan persepsi masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi pengetahuan serta pemahaman mereka tentang kontrasepsi. perilakunya, pertama-tama pengetahuan dan Meski demikian, pada penelitian ini informasi masyarakat perlu ditingkatkan. Salah ditemukan bahwa usia ibu tidak berkorelasi satu cara efektif dan terbaik pemberian dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku informasi tersebut ialah dengan penyuluhan terhadap kontrasepsi. Baik ibu dengan usia oleh tenaga medis atau mereka yang telah tua ataupun yang lebih mudah memiliki terlatih. Lebih jauh lagi, didasari oleh penelitian pengetahuan, sikap, dan perilaku yang reslatif ini, penyuluhan diberikan secara luas ke sama. Hal tersebut mengindikasikan upaya semua tanpa edukasi dan promosi mengenai kontrasepsi sosioekonomi, kepada ibu hamil setempat masih belum masyarakat mengelompokkannya status misal mengelompokkan apakah responden ibu rumah tangga atau bukan, berpendidikan maksimal dan belum mencapai sasaran. Namun, usia ibu tidak semata-mata tinggi atau rendah, atau memiliki pendapatan menjadi indikator tinggi atau rendah. pemahaman pengalaman terhadap ataupun kontrasepsi. Pengalaman serta tingkat pemahaman itu Korelasi Karakteristik Klinis dengan PSP dan dapat diukur secara lebih objektif melalui Usia, status gravida, usia kehamilan, variabel gravida. Ibu dengan multigravida riwayat memiliki kontrasepsi merupakan karakteristik klinis yang berkorelasi dengan lebih banyak alasan untuk menggunakan kontrasepsi dibandingkan ibu 19 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 dengan primigravida, untuk diperoleh, telah korelasi kuat dengan pengetahuan, sikap, dan penjelasan perilaku mengenai kontrasepsi. Kebanyakan mengenai kontrasepsi dari petugas kesehatan, lebih memilih untuk memikirkan atau mengikuti termasuk berbagai alasan sosial dan ekonomi. kontrasepsi setelah masa laktasi. Padahal, Analisis statistik pada Puskesmas Makasar kontrasepsi pascapersalinan sangat efektif pun untuk membatasi jumlah beberapa kali misalnya anak. Mereka mendengar menunjukkan bahwa ibu dengan usia kehamilan mengatasi tidak masalah memiliki akses dan multigravida memiliki tingkat pengetahuan dan rendahnya compliance masyarakat selama ini. perilaku yang lebih baik. Sebaliknya, ibu Selain itu, stigma masyarakat mengenai efek dengan primigravida sering kali luput dari samping kontrasepsi pascapersalinan turut edukasi mempengaruhi dan promosi dini mengenai kontrasepsi dari petugas kesehatan, serta kontrasepsi terhadap jumlah tidak berkorelasi kehamilan sehingga penggunaan kontrasepsi pascapersalinan. masih ingin memiliki anak lagi. Padahal, sikap mengenai angka Salah satu faktor lainnya yang diduga mempengaruhi perilaku pengetahuan, responden sikap, terhadap dan kontrasepsi intervensi untuk meningkatkan pengetahuan pascapersalinan ialah riwayat penggunaan ibu-ibu kontrasepsi sebelumnya. Dari hasil penelitian hamil sangat bermanfaat untuk mendukung keikutsertaan mereka terhadap tampak kontrasepsi. sebelumnya ternyata tidak memiliki korelasi Selama ini, pemahaman masyarakat setempat mengenai kontrasepsi masih bahwa riwayat kontrasepsi pada pengatahuan dan sikap. Baik yang sudah pernah kontrasepsi maupun yang terbatas sebagai metode untuk mencegah belum memiliki pengetahuan dan sikap yang kehamilan. sama. Prinsip menjarangkan terlupakan lainnya, kehamilan, baik oleh petugas medis. tersebut, peningkatan ibu Berbekal yaitu untuk sering hamil kali Dengan kontrasepsi kata lain, sebelumnya penggunaan tidak menjamin maupun seseorang akan lebih memahami pentingnya pemahaman kontrasepsi pascapersalinan serta lebih baik pengetahuan ibu dalam penggunaan kontrasepsi berikutnya. primigravida sangat tepat untuk mencapai tujuan kontrasepsi. Kedua populasi ini, dengan dan tanpa riwayat kontrasepsi, memiliki tingkat kuantitas Di lain sisi, pemahaman masyarakat dan kualitas yang sama akan informasi yang mengenai kehamilan yang direncanakan juga mengenai kontrasepsi. Agaknya ini menjadi masih minim. Kebanyakan masyarakat baru perhatian, mengingat dalam praktik banyak akan merencanakan kehamilan atau jumlah yang anak yang diinginkannya setelah memiliki satu kontrasepsi atau dua anak, tidak jarang juga setelah kontrasepsi daripada yang belum pernah. menganggap akan mereka lebih yang pernah mengerti tentang merasa jumlah anak yang dimilikinya berlebih, misal empat atau lima. Oleh sebab itu, edukasi dan promosi kontrasepsi pada masyarakat ini SIMPULAN Penelitian ini menunjukkan tidak lebih efektif bila diberikan sewaktu kontrol terdapat korelasi kuat antara karakteristik kehamilan. demografis dengan pengetahuan, sikap, dan Dari analisis statistik yang 20 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 perilaku ibu-ibu hamil di Kecamatan Makasar healthsurvey 2007. Calverton, Maryland, mengenai USA: BPS dan Macro International, 2008. kontrasepsi pascapersalinan. Korelasi antara pengetahuan dan perilaku 4. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro menunjukkan kekuatan yang paling besar. International. Indonesia demograhic and Kekuatan korelasi antara usia dan gravida health survey 2007. Calverton, Maryland, dengan pengetahuan, pendapatan dengan USA: BPS dan Macro International, 2008. sikap, dan riwayat kontrasepsi dengan perilaku 5. The Department of Family and Community adalah lemah. Selain itu, kekuatan korelasi Health, World karakteristik demografis dan klinis lainnya, Regional Office for South-East Asia, World masing-masing terhadap pengetahuan, sikap, Health dan perilaku, sangat lemah. Mahatma Gandhi Marg. Indonesia and House, Health Organization, Indraprastha Estate, Dengan demikian, untuk meningkatkan family planning: an overview. India: World perilaku penggunaan kontrasepsi, diperlukan Health Organization, Regional Office for tingkat pengetahuan yang baik pula. Sebagai South-East Asia, 2005. contoh dapat konseling. dilakukan Intervensi penyuluhan ini tidak dan hanya 6. Shiffman J. Generating political priority for maternal mortality reduction in 5 diutamakan bagi ibu-ibu multigravida, tetapi developing countries. Am J Public Health. juga bagi ibu-ibu primigravida. 2007;97(5):796-803. 7. Fathalla MF, Sinding SW, Rosenfield A, UCAPAN TERIMA KASIH Fathalla MM. Sexual and reproductive Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. health for all: a call for action. Lancet. Johny 2006;368(9552):2095-100. banyak Jaikirshin yang masukan, telah serta memberikan seluruh staf Puskesmas Kecamatan Makasar yang telah memberi izin dan dukungan dalam melakukan penelitian ini. 8. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2011. 9. Schoemaker J. Contraceptive use among the poor in Indonesia. Int Fam Plan Aerspect. 2005;31(3):106-14. DAFTAR PUSTAKA 1. Bernstein S. 10. Palu MB. Kebijakan operasional keluarga Population, reproductive dan kesehatan reproduksi health, and millenium development goals: tahun 2009. Jakarta: Badan Koordinasi UN millennium Washington DC: project reports. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), United Nations 2009. Development Programme, 2005. 2. berencana 11. Jamie LH, Amitabh C, Barbara LW, Seth World Health Organization. Reproductive DP. Association between Income and the health. Hippocampus. Plos One, May 2011, 6: Diunduh dari http://www.who.int/topics/reproductive_he alth/en/ pada10 Oktober 2011. 3. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. Indonesia demograhic and e18712. 12. Jo CP, Bruce GL. When Income Affects Outcome: Health Socioeconomic [serial online]. Status 2003 and [diakses tanggal diakses tanggal 21 Oktober 2011 21 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 pukul 19.00]. Diunduh dari: http://www.investigatorawards.org/downlo ads/research_ in_profiles_iss06_feb2003.pdf. 13. Becker MH. The health belief model and personal health behavior. Health Education Monographs 1974; 2:324-473. 14. Strectcher V, Rosenstock IM. The health belief model. Dalam: Glanz K, Lewis FM, Rimer BK (editor). Health belief behavior and health education: theory, research, and practice. San Fransisco: Jossey-Bass; 1997. 15. David MC, Adriana Socioeconomic Dimensions LM, Status and Tom and Mechanisms V. Health: [serial online]. 2008 [diakses tanggal 21 Oktober 2011]. Diunduh dari: http://www.econ.ucla.edu/alleras/papers/Fi nal%20handbook%20version.pdf. 16. Michael ES, Peter M, Xun L, Zohn R, dan Martin AG. The Impact of Socioeconomic Status on the Neural Substrates Associated with Pleasure. The Open Neuroimaging Journal 2009; 3, 58-63. 22 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Tinjauan Pustaka POTENSI TILAPIA HEPSIDIN 1-5 (TH1-5) PADA IKAN MUJAIR (OREOCHROMISMOSSAMBICUS) SEBAGAIAGEN ANTIVIRAL, NEUROPROTEKTIF, DAN IMUNOMODULATOR: SOLUSI MUTAKHIR PERMASALAHAN JAPANESE ENCEPHALITIS DI BALI Mahfira Ramadhania, Rido Maulana, Riyan Sopiyan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Japanese encephalitis virus (JEV) adalah penyebab utama dari wabah epidemik ensefalitis di kawasan Asia. Saat ini belum ditemukan obat antivirus yang efektif dalam menangani permasalahJapanese encephalitis (JE). Penelitian terbaru menemukan bahwa terdapat antimicrobial peptides (AMPs) yang memiliki aktivitas biologis meliputi aktivitas antimikroba dan imunomodulator untuk menangani permasalahan JE, yaitu tilapia hepcidin1-5 (TH1-5). Penelitian terakhir menunjukan bahwa hepsidin juga mampu diproduksi oleh beberapa spesies ikan. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan spesies yang mengandung TH1-5 dalam jumlah besar sehingga banyak dimanfaatkan oleh peneliti untuk mengatasi permasalahan JE. Aktivitas yang dimiliki oleh TH1-5 dalam menangani masalah JE antara lain: aktivitas antivirus, neuroprotektif,antioksidan, imunomodulator, merangsang pembentukan antibodi anti-JEV, dan aktivitas lain seperti penurunan ekspresi gen yang berhubungan dengan sekresi sitokin-sitokin proinflamasi dan proteksi dari infeksi JEV yang telah diuji secara in vivo. Dengan demikian, dengan pemanfaatan yang maksimal dari TH15 sebagai double deal penatalaksanaan preventif dan kuratif diharapkan dapat meminimalkan insiden kasus JE, mencegah transmisi JE pada turis, dan mewujudkan safety travelling di Indonesia, khususnya Bali. Kata kunci:Japanese encephalitis virus, Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus), antiviral, neuroprotektif, imunomodulator, Safety Travelling, Bali. ABSTRACT Japanese encephalitis virus (JEV) is a major cause of epidemic encephalitis epidemic in Asia. Current antiviral drugs have not been found effective in dealing with problems of Japanese encephalitis (JE). Recent research found that there are antimicrobial peptides (AMPS), which have biological activity including antimicrobial activity and immunomodulatory activities to address the tilapia hepcidin JE 1-5 (TH1-5).TH1-5 have a great potential as an agent that has antimicrobial and immunomodulatory effects of these. Recent research shows that hepsidin also capable of being produced by several species of fish. Tilapia fish (Oreochromis mossambicus) is a species of fish that contain TH1-5in a large number so it is widely used by researchers to overcome the JE problems.TH1-5’s activities in dealing with JE included in the preventive and curative, among others: the activity of antiviral, neuroprotective, antioxidant, stimulates formation of anti-JEV, and other activities such as decreased expression of genes associated with secretion of proinflammatory cytokines, and protection from JEV infection has been tested in vivo. Thus, TH1-5 can be utilized as a double deal preventive and curative management to minimize the incidence of JE, prevent the transmission of JE in tourists, and realize the safety traveling in Indonesia, especially Bali. Keywords: Japanese encephalitis virus, Mujair fish(Oreochromis mossambicus), antiviral, neuroprotective, immunomodulatory, Safety Travelling, Bali. *Dipresentasikan pada Final Lomba Poster Ilmiah Scientific Atmosphere Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (UNUD), Bali 2012 23 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 PENDAHULUAN terakhir menunjukan bahwa hepsidin juga Japanese encephalitis virus (JEV) mampu diproduksi oleh beberapa spesies adalah penyebab utama dari wabah epidemik ikan. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) ensefalitis di kawasan Asia. Virus ini termasuk merupakan spesies ikan yang mengandung dalam genus flavivirus dari famili flaviviridae. TH1-5 dalam jumlah besar sehingga ikan ini Terdapat banyak sekitar 35.000-50.000 kasus dimanfaatkan oleh peneliti untuk Japanese encephalitis (JE) di Asia dan 10.000 mengatasi permasalahan JE. kasus dilaporkan mengalami kematian akibat Hepsidin yang terdapat pada Oreochromis infeksi JE. (1) Penelitian terakhir berbasis hospital-surveillans di Bali pada tahun 2003 mossambicusmemiliki dan peningkatan menunjukkan bahwa terdapat sekitar 599.120 berkaitan anak-anak tersebut kurang dari (2) menderita JE. Culex 12 tahun yang tritaeniorhynchus merupakan vektor nyamuk utama dari infeksi (3) JE. aktivitas antimikroba ekspresinya dengan adanya mengindikasikan pada hati (6) Hal infeksi. selain mereka berperan dalam sistem imunitas bawaan, tetapi juga berperan dalam aktivitas Nyamuk tersebut meletakkan telurnya di antimikroba. TH1-5 yang banyak terkandung sawah padi dan nyamuk yang menetas akan di dalam Oreochromis mossambicus mampu menjadi memodulasi Socs-6, Toll-like receptor-1 (TLR vektor dari virus Japanese encephalitis. 1), flR-7, caspase-4, interferon (IFN)-β1, ATF- Saat ini belum ditemukan obat antivirus yang 3, dan gen responsif yang melindungi dari efektif dalam menangani permasalahan JE. infeksi Pencegahan JE saat ini adalah menggunakan memodulasi ekspresi dari IL-2, IL-4, IL-5, IL-6, vaksin, tetapi vaksinasi JE dengan tiga kali IL-10, regimen selama setahun memiliki beberapa chemoattractant kelemahan. Vaksinasi JE yang berasal dari mempengaruhi transkripsi dan translasi virus. otak tikus dapat menginduksi timbulnya reaksi Hal neurologis yang tidak diinginkan. Selain itu, memiliki harganya yang cukup mahal dan interval neuroprotektif, jadwal pemberian vaksin yang cukup lama imunomodulator. Hasil ini menjadikan TH1-5 menyebabkan lost follow up terhadap individu menjadi sehingga menyebabkan gagalnya program mengatasi infeksi JEV. Selain itu, TH1-5 vaksinasi. perlu mempunyai efek samping yang minimal dan dikembangkan pencegahan yang terjangkau, tidak mengakibatkan kerusakan pada sel lain single-dose, dan tidak memerlukan jangka atau binatang percobaan. Oleh karena itu, JEV. IL-12, tersebut Selain TNF, itu, IFN-γ protein 1 membuktikan aktivitas agen TH1-5 dan mampu monocyte (MCP-1) bahwa sebagai anti TH1-5 antiviral, inflamasi, yang yang menjanjikan dan untuk (4) Ikan mujair sendiri sangat mudah didapatkan bahwa dikarenakan penyebaran ikan mujair meliputi terdapat antimicrobial peptides (AMPs) yang sebagian besar daerah perairan di Indonesia. memiliki aktivitas biologis meliputi aktivitas Selain itu, pemanfaatan ikan mujair sebagai antimikroba terapi waktu pemberian vaksin yang terlalu lama. Penelitian terbaru dan menemukan aktivitas imunomodulator untuk menangani permasalahan JE, yaitu tilapia hepcidin1-5 (TH1-5). (5) Penelitian kuratif dan preventif pada JEdi Indonesia dapat meningkatkan sektor ekonomi bagi masyarakat disamping sektor medis. Hal 24 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 ini dibuktikan dengan keuntungan yang dapat reseptor pada permukaan hepatosit, yaitu HFE diperoleh dari budidaya ikan mujair. Perkiraan dan hemojuvelinyang mekanismenya belum analisis keuntungan kotor budidaya ikan mujair dapat diketahui secara pasti. di Indonesia adalah sebesar Rp644.160,00 terakhir dengan memperhitungkan biaya bibit, sewa aktivitas eritropoiesis. Saat ini mekanisme ini kolam, pakan, obat, dan pupuk. (7) adalah regulasi (11) Mekanisme hepsidin melalui belum dapat dijelaskan secara terperinci, Berdasarkan latar belakang di atas, maka tetapi sejauh yang dapat dimengerti adalah karya tulis ilmiah ini disusun dengan harapan penurunan mampu memberikan permasalahan JE yang produksi hepsidin mampu solusi akan meningkatkan aktivitas eritropoiesis melalui masih menjadi sinyal yang belum teridentifikasi yang berasal (12) penyakit endemik di Indonesia. Selain itu, para dari sumsum tulang. turis yang berasal dari berbagai mancanegara Banyak dapat dengan aman melakukan perjalanan ke mengetahui aktivitas antimikroba yang dimiliki Indonesia tanpa harus khawatir terjangkit hepsidin serta sumber hepsidin lain yang penyakit JE. potensial. Sampai saat ini, telah diketahui penelitian telah dilakukan untuk bahwa ikan merupakan sumber hepsidin yang ANALISIS DAN SINTESIS paling potensial. Sama seperti sifat hepsidin pada umumnya, hepsidin yang terdapat pada Hepsidin ikan Hepsidin pertama kali ditemukan pada tahun peningkatan ekspresinya pada hati berkaitan 2000 pada urin manusia dan serum oleh dengan adanya infeksi serta diinduksi pula seorang oleh ilmuwan bernama Tomas memiliki aktivitas peningkatan Fe. antimikroba (6,13) Hal tersebut selain mereka Ganz.Hepsidin menekan penyerapan besi di mengindikasikan usus serta pemindahannya di plasenta dan berperan dalam sistem imunitas bawaan, juga pembebasan besi dari makrofag melalui tetapi juga bahwa dan berperan dalam aktivitas (14) interaksi dengan feroprotein. Jika kadar besi antimikroba. plasma tinggi, sintesis hepsidin meningkat, Hepsidin telah banyak diidentifikasi di banyak begitupun ikan (Perciformes, Cypriniformes, Siluriformes, sebaliknya. Protein ini dapat berperan penting dalam hemokromatis dan juga pada anemia defisiensi besi. Regulasi hepsidin dipengaruhi oleh pada Oreochromis, Gadiformes, dan Salmoniformes). Struktur gen dan sekuens tubuh manusia mekanisme, gen hepsidin telah ditemukan pada ikan dan yaitu mamalia. Gen hepsidin pada ikan terdiri atas inflamasi, asupan besi yang menginduksi tiga ekson yang dipisahkan oleh dua intron produksi hepsidin, dan aktivitas eritropoiesis dan disandikan dalam sebuah prepropeptide yang Pada yang terdiri atas sinyal peptida yang tinggi. yang Hepsidin pada ikan dibagi menjadi dua kluster menekan tiga (9) produksi hepsidin. inflamasi, terjadi peningkatan IL-6 kemudian akan meningkatkan promoter yang pada hepcidin akhirnya meningkatkan produksi hepsidin. (10) akan dengan menggunakan analisis pilogenetik. Sebagian besar hepsidin pada (15) ikan Regulasi diekpresikan di hati, tetapi ekspresi hepsidin hepsidin via asupan besi dimediasi oleh pada ikan juga dapat ditemukan pada limfa, 25 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 ginjal bagian anterior, darah pada ginjal, ekspresi mRNA TH1-5 yang tinggi di hati dan esofagus, perut, usus, jantung, otot, gonad, ginjal. insang, dan kulit. Pada ikan, ekspresi hepsidin antiserum poliklonal TH1-5 (menggunakan diinduksi oleh bakteri, inflamasi, vaksinasi, dan antibodi poliklonal kelinci) menunjukkan bahwa polyI:C peptida ini terlokalisasi di limpa dan ginjal. (double-stranded RNA molecule). Analisis imunohistokimia dengan (18) Pada ikan mujair (Oreochromis mossambicus), hepsidin diekspresikan dalam tiga bentuk, Potensi Ikan Mujair(Oreochromis yaitu TH2-3 dengan sebuah amino-terminal mossambicus) dalam Sektor Ekonomi (sekuens Q-S-HL-S-L), TH1-5, dan TH2-2. Dengan memanfaatkan TH1-5 yang TH1-5 berperan aktif dalam melawan infeksi terdapat pada Oreochromis mossambicus, bakteri gram positif. TH2-3 berperan aktif disamping dapat memberikan solusi kuratif dalam melawan infeksi bakteri gram negatif. dan profilaksis pada Japanese encephalitis, Adapun TH2-2 adalah bentuk hepcidin yang diharapkan juga dapat meningkatkan sektor (16) tidak aktif. ekonomi masyarakat luas di Indonesia. Dengan demikian, pemanfaatan ikan ini dapat Isolasi TH1-5 dari Ikan Mujair Ikan memberikan keuntungan, yaitu (Oreochromis keuntungan dari sektor medis dan keuntungan mossambicus) diperoleh dari tambak ikan air dari sektor ekonomi. Keuntungan dari sektor tawar. Ikan diinjeksi melalui intra-peritoneal ekonomi dapat berasal dari budidaya ikan dengan 20 μg LPS (lipopolisakarida) dalam mujair dan penjualan ikan mujair. Dengan 100 μL larutan fisiologis saline steril. Sampel mempertimbangkan biaya bibit, sewa kolam, jaringan diambil dari hati, limpa, ginjal, usus, pakan, obat hama, dan pupuk, keuntungan otak, jantung, insang, lambung, dan otot ikan budidaya kemudian mujair dua disimpan secara terpisah dan ikan mujair per bulan dapat perairan yang (7) mencapai Rp644.160,00. dibekukan segera dalam nitrogen cair pada Indonesia memiliki suhu -80° C. Ekspresi dari mRNA tilapia terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan hepcidindi jaringan, lipopolisakarida, dan buatan yang hampir mendekati 13 juta ha. Hal asam poliinosinik-polisitidilik (poly I:poly C) tersebut merupakan potensi alam yang sangat ditentukan dengan perbandingan transkripsi- baik bagi pengembangan usaha perikanan balik (reverse-transcription) dari Polymerase khusunya Chain samping, Reaction (PCR). Rantai RNA ikan itu, mujair banyak di Indonesia. potensi lain Di yang ditranskripsi terbalik ke DNA komplemennya bermanfaat seperti penelitian dalam bidang (complementary DNA, atau cDNA) dengan medis yang menggunakan ikan mujair. Oleh menggunakan enzim reverse transcriptase karena itu, budidaya ikan mujair diharapkan sehingga cDNA teramplifikasi. Proses PCR dapat dilakukan melalui beberapa siklus yaitu pada masyarakat dan suhu 60,8° C selama dua menit, 95,8° C dalam ikan mujair tersebut dapat bermanfaat selama 10 menit diikuti dengan 40 siklus dalam denaturasi pada suhu 95,8°C. analisis distribusi jaringan (17) Hasil dari menunjukkan meningkatkan sektor menanggulangi TH1-5 medis perekonomian yang terkandung khususnya masalah untuk Japanese encephalitis di Indonesia. 26 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 bagi penderita Japanese encephalitis. Hal ini TH1-5 sebagai Terapi Kuratif dan Preventif memungkinkan pengaplikasian TH1-5 sebagai JE terapi TH1-5 lebih dikenal sebagai antibakteri kuratif untuk penderita Japanese encephalitis. terutama bakteri gram positif. TH1-5 juga memiliki aktivitas lain yang menguntungkan dalam mengatasi masalah JEyang disebabkan oleh virus. Aktivitas TH1-5 sebagai terapi kuratif dan preventifJE antara lain sebagai antivirus, neuroprotekif, merangsang pembentukan antibodi antiJEV, dan aktivitas lain seperti penurunan ekspresi gen yang berhubungan dengan sekresi sitokin-sitokin proinflamasi, dan proteksi dari infeksi JEV Gambar (19) yang telah diuji secara invivo. Aktivitas antivirus yang dimiliki TH1-5 telah 1. Penurunan titer JEV setelah pemberian TH1-5 ** (Huang et al., 2011) dibuktikan oleh para peneliti di Taiwan. Pada penelitian tersebut otak binatang percobaan Infeksi JEV selalu disertai oleh apoptosis dari (20) yang telah diinfeksi oleh JEV mengandung banyak positive cell yang merupakan protein spesifik JEV. Hal ini menandakan aktivitas aktif dari virus. Untuk mengamati perubahan yang terjadi, 200μg/mL TH1-5 diinjeksi ke dalam binatang percobaan yang sebelumnya telah diinfeksi JEV. Hasil dari pengamatan tersebut didapatkan penurunan jumlah positive cell dalam otak binatang percobaan. Hasil ini membuktikan bahwa TH1-5 mampu menghapus ekspresi protein virus. Penelitian lain dilakukan melalui percobaan in vivo dengan mengukur titer virus. Hasilnya, terdapat penurunan titer virus yang signifikan pasca pemberian TH1-5(Gambar 1). Bukti lain yang didapatkan terkait dengan aktivitas antivirus TH1-5 terlihat dari penurunan viral loaddan replikasi virus di otak, penurunan kematian neuron, dan penurunan inflamasi sekunder yang biasanya mengikuti infeksi (19) JEV. Aktivitas antivirus yang dimiliki TH1-5 ini bisa dimanfaatkan sebagai terapi kuratif neuron. penting Hal ini bisa dijadikan sebagai hal lain yang harus diperhatikan sehubungan dengan penanganan infeksi JE. Dalam kinerjanya, menyelamatkan TH1-5 integritas mampu neuron setelah terjadi penurunan gliosis yang diakibatkan oleh infeksi JEV. Aktivitas tersebut berkaitan dengan efek neuroprotektif yang dimiliki oleh TH1-5. Saat terjadi infeksi JE terjadi peningkatan ekspresi proteincaspase-3 aktif. Percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa injeksi TH1-5 mampu menurunkan ekspresi caspase-3 dapat memberikan aktif efek sehingga TH1-5 neuroprotektif (Gambar 2) Efek lain yang berkaitan dengan sifat neuroprotektif yang dimiliki oleh TH1-5 berhubungan dengan aktivitas antioksidatif yang dimiliki oleh TH1-5. Dari hasil penelitian didapatkan peningkatan ekspresi inducible nitric oxide synthase (iNOS) pada binatang percobaan yang diinfeksi oleh JEV. Namun, ekspresi iNOS mampu diturunkan dengan pemberian TH1-5 sehingga hal ini 27 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 membuktikan bahwa TH1-5 juga memiliki peningkatan produksi IgG2a setelah dilakukan aktivitas antioksidatif yang membantu aktivitas injeksi TH1-5 terhadap binatang percobaan (19) neuroprotektif TH1-5 (Gambar 2). Aktivitas yang telah diinfeksi JEV sebelumnya (Gambar TH1-5 seperti ini memungkinkan penggunaan 3). TH1-5 mengaktivasi sel sebagai agen profilaksis untuk mencegah infeksi JEV. Hal ini menandakan bahwa TH1-5 T helper 1 (Th1) untuk merespon infeksi JEV. Aktivasi sel Th1 ini terjadi pada hari ke-4, sedangkanpada hari ke 18-21 terjadi peningkatan sekresi IL-4 yang mengindikasikan terjadinya aktivasi dari sel T helper 2 (Th2) (Gambar 4). Aktivasi sel Th2berperan dalam pembentukan imunitas adaptif. (19) Penelitian lain dilakukan secara invitro untuk mengetahui produksi antibodi anti-JEV. Hasilnya, terjadi peningkatan antibodi pada serum terutama pada dosis 200μg/mL TH1-5 + JEV.Penelitian lain membuktikan bahwa survival rate tikus pada infeksi sekunder JEVdenganinjeksi TH1-5 mencapai 100% pada dosis 200μg/mL. Hal ini diduga disebabkan karena pada dosis yang ideal JEV sehingga akan diinaktivasi secara disediakan antigen tidak oleh TH1-5 langsung tubuh untuk pembentukan antibodi sehingga mampu melindungi tubuh dari Gambar 2. TH1-5 menurunkan ekspresi infeksi sekunder JEV. (19) Aktivitas imunomodulator seperti inibisa dimanfaatkan protein caspase-3 dan iNOS (Huang et al., dalam 2011) penanganan masalah JE. upaya preventif sebagai usaha produksi IgG2a Aktivitas lain dari TH1-5 yang sangat penting terutama dalam hal preventif adalah aktivitas imunomodulator yang mampu dilakukan oleh TH1-5. Peneliti percobaan yang untuk imunomodulator yang sama melakukan mengetahui dimiliki efek oleh TH1- 5.Hasilnya bahwa TH1-5 mampu merangsang imunitas baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder dari JEV serta mampu menginduksi respon selular dan humoral. Gambar Pada setelahpemberian TH1-5 (Huang et al., 2011) penelitian tersebut ditemukan 3.Peningkatan 28 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Gambar 4. Peningkatan sekresi IL-4 setelah pemberian TH1-5 (Huang et al., 2011) ditemukan efek toksik pada tikus sehingga Efek lain yang dihasilkan dan mendukung penggunaannya aman. pengaplikasian Semua aktivitas antimikroba dan sifat-sifat TH1-5 sebagai solusi permasalahan JE adalah penurunan gen yang yang berhubungan dengan sekresi sitokin-sitokin dimanfaatkan sebagai solusi permasalahan proinflamasi dan proteksi infeksi JEV invivo. terkait TH1-5 terbukti dapat menurunkan ekspresi antivirusnya gen-gen yang berperan dalam produksi sitokin terapi kuratif, sedangkan sifat neuroprotektif proinflamasi seperti STAT 1, STAT 2, IFN β1, dan MX1, IFNα5, IL-6. Akibatnya TH1-5 mampu sebagai usaha preventif. Selain menghambat penurunan ekspresi gen yang terkait sekresi secara efektif sitokin-sitokin yang dimiliki Japanese dapat oleh TH1-5 encephalitis. dimanfaatkan imunomodulator bisa sitokin-sitokin proinflamasiserta TH1-5 proteksi dilakukan pencegahan peningkatan yang Sifat sebagai dimanfaatkan proinflamasi. Upaya lain yang dilakukan oleh adalah bisa TH1-5 itu, efek aktivitas terhadap aktivasi mikroglial akibat infeksi JEV karena infeksi JEV akan menambah nilai positif jika peningkatan ini tidak dicegah, maka akan penggunaan TH1-5. mempengaruhi patogenesis JEV sehingga Rencana akan mencetuskan kerusakan lebih lanjut Pemanfaatan TH1-5 untuk Mewujudkan Safety Travelling di Bali bagi organ lain. Dengan demikian, aktivitas TH1-5 akan neurodegeneratif mencegah penyakit (19) akibat infeksi JEV. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim tidak dapat lepas dari industri Uji pertanian maupun perikanan. Komoditas ikan toksisitas telah dilakukan dengan menginjeksi air tawar maupun laut Indonesia juga sangat tikus dengan TH1-5. Hasilnya adalah tidak melimpah sehingga sangat potensial untuk 29 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 dikembangkan selain sebagai bahan pangan. diberikan dengan dosis yang sama seperti Masalahnya adalah selama irigasi persawahan vaksin, yaitu secara IP sebanyak 200μg. masih ada, transmisi JE oleh nyamuk Culex Sebagai rencana jangka panjang, pemerintah tritaeniorhyncus juga dapat terus berkembang. atau lembaga kesehatan dapat bekerja sama Kasus JEyang tidak ditangani dengan baik dengan pada saat musim tertentu dapat menimbulkan memproduksi TH1-5. Terdapat dua opsi dalam kasus luar biasa atau wabah JEdi Bali yang pelaksanaannya. dapat menyebabkan keluarnya travel warning membudidayakan dari negara lain. Selain itu, ikan mujair kerjasama dengan pengusaha ikan dengan (Oreochromis siklus cara hanya mengambil hati dan ginjal ikan reproduksinya cepat dapat berkembang biak mujair, kemudian dagingnya dapat diolah oleh dan menyebabkan ledakan populasi apabila industri makanan olahan dan industri lainnya. tidak dimanfaatkan secara maksimal. Oleh Keuntungannya adalah sampel yang didapat karena itu, pemanfaatan ikan mujair yang lebih banyak meskipun opsi ini memerlukan mengandung TH1-5 sebagai terapi JE sangat modal yang lebih banyak. Kedua, hati dan potensial ginjal dapat diperoleh dari limbah hasil olahan mossambicus)yang dalam mengatasi permasalahan tersebut. TH1-5 ikan mujair Pertama, ikan dalam dengan atau melakukan mujair di industri makanan yang menggunakan dapat preventif digunakan maupun penatalaksanaan tindakan pengusaha sebagai kuratif JE. preventif upaya mujair. Pada opsi ini, modal yang diperlukan dalam akan Implementasinya, dilakukan dengan lebih sedikit namun pengumpulan sampel juga akan lebih sulit. Sebagai tambahan, standard operating keimigrasianBali dapat pemberian vaksin tilapia hepcidin pada anak procedure maupun orang dewasa serta turis domestik menganjurkan pemberian vaksin JE pada turis dan melakukan yang berkunjung ke Bali dan menetap selama kunjungan ke Bali yang merupakan daerah minimal dua minggu. Vaksin diberikan tiga endemis. Vaksin tilapia TH1-5 JE diberikan minggu secara intraperitoneal (IP) sebanyak 200μg. Dengan pemanfaatan yang maksimal dari Vaksin TH1-5 ini juga TH1-5 sebagai double deal penatalaksanaan mancanegara masalah vaksinasi sebelum JE dapat mengatasi yang selama ini sebelum preventif dan keberangkatan kuratif, ke diharapkan Bali. dapat ditemukan karena vaksin inimempunyai harga meminimalkan insiden kasus JE, mencegah yang cukup mahal dan harus diberikan dalam transmisi JE pada turis, dan mewujudkan tiga kali regimen sehingga menyebabkan safety travelling di Indonesia khususnya Bali. kegagalan follow up vaksinasi. Selain sebagai upaya preventif, TH1-5 dapat UCAPAN TERIMA KASIH berperan sebagai agen antiviral, dan bersifat neuroprotektif sehingga Terima kasih penulis ucapkan kepada berfungsi sebagai pembimbing karya tulis, yaitu dr.Anwar Wardy terapi kuratif yang efektif dalam mengatasi Warongan, Sp.S, DFM(K) dan Dekan Fakultas infeksi JE serta mencegah komplikasi yang Kedokteran dapat muncul akibat infeksi. Terapi TH1-5 Muhammadiyah Jakarta, dr.Toha Muhaimin, dan Kesehatan Universitas M.Sc. 30 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 bacterial challenge. European Journal DAFTAR PUSTAKA of Biochemistry 269, 2232–2237 1. Hua, Rong, Chen, Na-Sha. 2010. 7. Menegristek Bidang Pendayagunaan Identification and characterization of a dan virus-specific Pengetahuan continuous B-cell Pemasyarakatan Ilmu dan epitope on the PrM/M protein of Teknologi.2000.Budidaya Ikan Mujair Japanese Encephalitis Virus: potential (Oreochromis application Bappenas : Jakarta. in the detection of mossambicus). antibodies to distinguish Japanese 8. Park CH, Valore EV, Waring AJ, Ganz Encephalitis Virus infection from West T (March 2001). "Hepcidin, a urinary Nile antimicrobial peptide synthesized in Virus and Dengue Virus the infections. Virology Journal :PubMed. 2. Zhang, Wei, Ding, Tianbing.2010.Identification Mutated BHK-21 Became Less Cell of Line a That Susceptible to liver". J. Biol. Chem. 276 (11): 7806–10. 9. Murray, Robert K; dkk.2009. Biokimia Harper Edisi 27.Jakarta : EGC 10. Papanikolaou G, Tzilianos M, Japanese Encephalitis Virus Infection. Christakis JI, Bogdanos D, Tsimirika Virology Journal : PubMed K, 3. Komang based Kari,dkk.2006.A surveillance for hospitalJapanese MacFarlane Goldberg YP, Sakellaropoulos N, Ganz T, Nemeth E: Hepcidin encephalitis in Bali, Indonesia.Biomed disorders.Blood Central Ltd: Seoul 2005 4. Wiwanitkit, Viroj. 2009. Development J, 11. Lin L, in iron 105: Valore EV, overload 4103–4105, Nemeth E, of a vaccine to prevent Japanese Goodnough JB, Gabayan V, Ganz T: encephalitis: a brief review. Thailand: Iron Dovepress, International Journal of synthesis General Medicine culture 5. Nuang, Hang, Rajanbabu, transferrin in regulates primary through hepcidin hepatocyte hemojuvelin and BMP2/4. Blood110: 2182–2189, 2007 Venugopal,dkk.2011.Modulated of the 12. Vokurka M, Krijt J, Sulc K, Necas E: immune related gene responses to Hepcidin mRNA levels in mouse liver Protect respond Mice Against Japanese to inhibition of Encephalitis Virus Using Antimicrobial erythropoiesis.Physiol Res 55: 667– Peptide, 674, 2006 Tilapia Hepcidin (TH1- 5).Marine Research Station : Taiwan 13. Hu, X., Camusb, A.C., Aono, S., 6. Shike, H., Lauth, X., Westerman, M.E., Morrison, E.E., Dennis, J., Nusbaum, Ostland, V.E., Carlberg, J.M., Van K.E., Judd, R.L., Shi,J., 2007. Channel Olst, J.C., Shimizu, C., Bulet, P., catfish hepcidin expression in infection Burns, J.C., 2002. Bass hepcidin is a and novel antimicrobial peptide induced by Immunology, anemia. Comparative Microbiology and Infectious Diseases 30, 55–69. 31 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 14. Wang, Ke Jian; et al., 2009 ; Hepcidin gene expression induced in the developmental stages of fish upon Oceanography and Environmental Science, Xiamen University, China 18. Huang, Pao-Hsian; Chen, Jyh-Yih; exposure to Benzo[a]pyrene (BaP). Kuo, Ching-Ming. 2006. Marine Environmental Research 67. Different 159–165 Oreochromis mossambicus: Analysis Hepcidins from Three Tilapia, 15. Douglas, S. E., J. W. Gallant, R. S. of Their Expressions and Biological Liebscher, A. Dacanay, and S. C. M. Functions. Taiwan: Marine Research Tsoi. Station, 2003. Identification and expression analysis of hepcidin-like antimicrobial peptides in bony fish. Developmental & Comparative 16. Huang, P. H., J. Y. Chen, and C. M. Cellular and Organismic Biology, Academia Sinica. 19. Huang, Han-Ning et al., 2011, Modulation of the Immune-Related Against Japanese Encephalitis Virus Kuo. 2007. Three different hepcidins Using from Tilapia mossambicus: of Gene Responses to Protect Mice Immunology 27:589-601. tilapia, Institute Oreochromis Analysis of their cellular the Antimicrobial Peptide, Hepcidin and 1-5, Institute Organism of Biology, expressions and biological functions. Academia Sinica, Nanking, Taipei 115, Molecular Immunology 44:1922-1934. Taiwan 17. Wang, Ke-Jian et al. 2008. Cloning 20. Mishra, MK et al., and expression of a hepcidin gene Neuroprotection from a marine fish (Pseudosciaena Astrocytes is insufficient to Protect crocea) and the antimicrobial activity Animals of its synthetic peptide. Xiamen: State Japanese Encephalitis. Neurochem Int Key ; 448: 196-9. Laboratory of Marine from Coferred 2007, Succumbing by to Environmental Science, College of 32 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Tinjauan Pustaka UMBILICAL CORD-MESENCHYMAL STEM CELLS (UCMSCS) DAN STEM CELL MARKER TRA-1-60:INTERAKSI SELULER SEL MULTIPOTEN DALAM MENGATASI GAGAL GINJAL KRONIK* Riyan Sopiyan, Haifa Auriana Sagita Putri, Rido Maulana Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Permasalahan yang harus dihadapi terkait gagal ginjal kronik (GGK) tidak hanya prevalensi yang tinggi, tetapi juga efektivitas dan efek samping pengobatan serta biaya pengobatan yang masih sangat mahal. Studi sebelumnya menunjukkan bahwaUmbilical Cord-Stem Cells (UC-MSCs) serta interaksinya dengan TRA-1-60 sebagai markerstem cell pada ginjal yang rusak dapat menjadi solusi alternatif.UC-MSCs merupakan sel multipoten yang berasal dari plasenta bayi yang baru dilahirkan sehingga penggunaan stem cell ini lebih aman dan jauh dari permasalahan etis. Pada aplikasinya, stem cell diinjeksikan ke dalam kapsul ginjal pasien GGK sebanyak 15-20 juta sel/kgBB. Sitokin yang dikeluarkan oleh sel-sel ginjal yang rusak mengundang stem cell berakumulasi di tempat yang mengalami kerusakan. Di lain sisi, sel-sel ginjal yang rusak juga mengekspresikan TRA-1-60 untuk kemudian dikenali oleh stem cell sehingga stem cell mampu menjalankan fungsi repair system dengan baik. Mekanisme perbaikan sel ginjal terbagi menjadi dua jalur, yaitu jalur parakrin dan endokrin yang mampu mempengaruhi dediferensiasi dan regenerasi sel nefron.Dengan melihat keuntungan-keuntungan yang dimiliki UC-MSCs membuat sel ini berpotensi untuk dijadikan solusi alternatif terapi yang lebih baik bagi GGK. Namun, untuk mendukung hal tersebut perlu adanya pusat pengembangan dan pemeliharaan stem cell di Indonesia, serta publikasi kepada masyarakat luas mengenai potensi stem cell dalam mengatasi GGK. Kata kunci: GGK, UC-MSCs, TRA-1-60, plasenta ABSTRACT Chronic Renal Failure (CRF) related problem was not only CRF high prevalence, but also the effectiveness and expensive treatment. Previous study found that the CRF-Umbilical Cord Stem Cells (UC-MSCs) can be an alternative solutions to solve problems by using and take advantage of it’s interaction with the TRA-1-60 as a marker of stem cells in damaged kidneys. UC-MSCs are multipotent cells derived from the placenta of newborns. It makesuse of stem cells is safer and alot of ethical issues. Inthe application, stem cells injected into the kidney capsule of patients CRF as much as 15-20 million cells/kgBW. Cytokines released by cells of the kidney is damaged inviting stem cell to accumulate in places that were damaged.On the other hand, the cells of damaged kidneys also express TRA-1-60 to then be recognized by the stem cells so that the stemcell system capable of running the repair function properly. Renal cell repair mechanism isdivided into two paths, namely paracrine and endocrine pathways that can influence the de-differentiation and cell regeneration of the nephron. By looking at the advantages possessed by the UC-MSCs make these cells have the potential to serve as a therapeutic alternative solution is better for CRF. However, it is necessary to support the development and maintenance of the center of stem cells in Indonesia, and publications to the general public about the potential of stem cells for overcomingCRF problems. Keywords:CRF, UC-MSCs, TRA-1-60, placenta *Dipresentasikan pada Final Lomba Karya Tulis Ilmiah Hasanudin Scientific Fair 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin (1) PENDAHULUAN tahun). GGK merupakan masalah kesehatan Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah karena melihat hasil dari Survei Perhimpunan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan Nefrologi Indonesia menunjukkan 12,5 % dari lambat populasi (biasanya berlangsung beberapa (25 juta penduduk) mengalami 33 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 penurunan fungsi ginjal, sedangkan pada kepala, infeksi, pembekuan darah (thrombus), tahun 2005 di seluruh dunia terdapat 1,1 juta dan udara dalam pembuluh darah (emboli), orang menjalani dialisis kronik. Selain itu, bahkan dilaporkan hemodialisis bermanifestasi jumlah penderita GGKterus meningkat dan terhadap aterosklerosis yang berhubungan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% erat dengan tingkat mortalitas dan morbiditas setiap (1999) penderita GGK . Oleh karena itu, mutlak memperkirakan di Indonesia akan mengalami diperlukan suatu terapi alternatif lain yang peningkatan penderita gagal ginjal antara lebih baik agar permasalahan GGK mampu tahun 1995 – 2025 sebesar 414%. diatasi. Salah satu terapi alternatif yang tahun. Penelitian WHO 4 Tingginyaangka prevalensi GGK tidak menjanjikan dalam terapi GGK adalah dengan disertai dengan penatalaksanaan yang efektif. penggunaan Umbilical Cord- Mesenchymal Sejauh Stem Cells (UC-MSCs) dengan memanfaatkan ini, penderita terapi GGK yang hanya diterapkan merupakan bagi terapi TRA-1-60 sebagai marker. konservatif berupa penurunan tekanan darah, Stem cell sendiri merupakan sel yang penurunan proteinuria, penggunaan kalsium belum terspesialisasi yang terdapat di dalam bloker, penurunan kadar kolesterol, terapi tubuh manusia. Sel ini memiliki kemampuan antiplatelet, modifikasi diet, serta modifikasi yang luar biasa dalam berkembang menjadi gaya hidup yang tentunya tidak secara tuntas bermacam-macam sel lain di dalam tubuh mengatasi masalah GGK ini. (2) Selain itu, manusia. Selain itu, fungsi sistem perbaikan bagi (repair system) yang dimilikinya membuat penderita penyakit ginjal kronik pada stadium stem cell mampu berkembang dan membelah 5 berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan diri secara cepat untuk menggantikan sel-sel transplantasi ginjal yang sampai sekarang yang telah mati pada organ-organ tubuh masih manusia. Umbilical Cord-Mesenchymal Stem penerapan terapi terbentur pengganti oleh ginjal banyak masalah Cells (UC-MSCs) adalah jenis stem cell yang terutama masalah biaya. yang paling melimpah di antara stemcell lainnya. membutuhkan biaya sekitar $35.000 (sekitar Sifat dari stem cell yang berasal dari tali pusat Rp315.000.000) per tahun diluar obat dan ini adalah multipotent stem cell yang dapat Sebagai contoh biaya medis yang lain. (3) dialisis, Artinya bahwa terapi berkembang menjadi sel-sel organ tubuh pengganti ginjal tidak bisa dijadikan sebagai manusia seperti sel saraf, sel otot, dan sel terapi utama yang menjanjikan terutama bagi darah merah. Selain itu, stem cell yang penderita berasal dari tali pusat merupakan sumber GGK kalangan menengah ke hematopoietic bawah. Biaya bukan merupakan masalah umbilical cord-mesenchymal stem cells (UC-MSCs) yang potensial untuk terapi pengganti ginjal satu-satunya karena digunakan efek samping penggunaan terapi ini pun selalu macam penyakit khususnya pada GGK. membayangi pasien GGK. sebagai terapi pada berbagai Hemodialisis Studi terakhir menunjukkan bahwa sendiri memiliki efek samping di antaranya MSCs yang berasal dari tali pusat (umbilical tekanan darah rendah, anemia, keram otot, cord-mesenchymal stem cells) mempunyai detak jantung tidak teratur, mual, muntah, sakit jumlah stem cell yang paling banyak jika 34 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 dibandingkan dengan MSCs yang berasal dari membelah sumsum tulang (bone marrow mesenchymal menggantikan sel-sel yang telah mati pada stem cells) dan fetus (fetal mesenchymal stem organ-organ tubuh manusia. Saat ini stem cell cells). Selain itu, UC-MSCs dapat diperoleh telah banyak digunakan dan diisolasi oleh para secara mudah pada tali pusat dan tidak ilmuwan untuk mengobati suatu penyakit. Sifat menimbulkan masalah etik seperti pada stem dari stem cell tersebut bisa menjadi pluripoten cell yang berasal dari janin (fetal stem cell). atau Pengambilan stem cell yang berasal dari BM- berpotensi menjadi sel mesoderm, endoderm, MSCs juga dinilai sangat sulit dan dapat ekstoderm, dan sel-sel lain yang lebih spesifik. mengakibatkan cedera pada diri multipoten Stem sang donor secara yang cell cepat keduanya sebenarnya untuk sangat berjumlah seperti infeksi. Umbilical Cord-Mesenchymal sangat sedikit di setiap jaringan dan ketika Stem Cells (UC-MSCs) adalah stem cell yang satu jenis stem cell diambil dari dalam tubuh, berpotensi kemampuan penyakit untuk GGK dijadikan mengingat terapi pada kemampuannya mereka untuk berploriferasi menjadi sangat terbatas. Maka dari itu, para yang multipoten dan dapat berdiferensiasi ilmuwan menjadi sel-sel nefron pada ginjal yang bernama sel kultur untuk memperbanyak stem berguna untuk mengobati penyakit GGK. cell yang akan berguna dalam mengobati Selain itu, pengambilan UC-MSCs pada tali bermacam-macam penyakit seperti penyakit pusat tidak menimbulkan kerusakan sama jantung, GGK, penyakit saraf, dan diabetes sekali karena tali pusat tidak dibutuhkan lagi melitus. Stem oleh bayi sejak dilahirkan dan selama ini tali pusat hanya sebagai limbah rumah sakit yang (5) tidak dimanfaatkan. membuat cell suatu dapat metode yang diklasifikasikan menjadi empat tipe berdasarkan dari tempat asalnya, di antaranya adalah stem cell dari Berdasarkan latar belakang di atas, embrio, stem cell dari fetus, stem cell dari tali maka karya tulis ilmiah mengenai potensi pusat (umbilical cord), dan stem cell dari orang Umbilical Cord-Mesenchymal Stem Cells (UC- dewasa (adult). MSCs) sebagai terapi pada GGK ini disusun Stem Cell Embrio (7) dengan harapan mampu memberikan solusi Stem cell yang berasal dari embrio akan permasalahan GGK yang masih menjadi terdapat pada inner cell mass (ICM) blastocyst masalah kesehatan masyarakat Indonesia dan merupakan sumber yang potensial dari stem cell yang bersifat pluripoten (hESCs). ANALISIS DAN SINTESIS Pluripoten stem cell yang berasal dari embrio Stem Celldan Jenis-jenisnya dapat berkembang menjadi banyak sel secara Stemcell atau sel punca adalah sel yang belum terspesialisasi yang mempunyai in vitro. Stem CellFetus kemampuan luar biasa dalam berkembang Stem cell yang berasal dari janin menjadi bermacam-macam sel lain di dalam (fetus) adalah stem cell yang primitif dan tubuh manusia.Stem cell berfungsi dalam ditemukan di dalam organ janin. Sel-sel sistem perbaikan (repair system) di dalam tersebut adalah hematopoietic stem cells, tubuh manusia. Sel ini dapat berkembang dan neural crest stem cells, dan pancreatic islet 35 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 progenitor yang telah di isolasi dari pasien (8) abortus. Selain itu, pada otak janin juga Mesenchymal mempunyai beberapa stem cells antigen (MSCs) determinan ditemukan stem cell yang berdiferensiasi yang berfungsi sebagai marker atau penanda menjadi sel-sel neuron dan glial. untuk identifikasi dari MSCs itu sendiri. Para Stem CellTali Pusat ilmuwan telah menemukan beberapa marker Sifat dari stem cell yang berasal dari MSCs seperti CD105 dan CD73. Banyak tali pusat ini adalah multipotent stem cell yang pendapat bahwa CD105 merupakan antigen dapat berkembang menjadi sel-sel organ determinan yang sangat penting dalam suatu tubuh manusia seperti sel saraf, sel otot, dan identifikasi dari MSCs. Selain itu, beberapa sel darah merah. Selain itu, stem cell yang marker lain seperti CD29, CD44, dan CD90 berasal dari tali pusat merupakan sumber merupakan hematopoietic umbilical cord-mesenchymal suatu determinan penting dalam identifikasi MSCs. stem cells (UC-MSCs) yang potensial untuk yang juga (13) Studi terakhir menunjukkan bahwa berbagai sel-sel ginjal yang rusak mempunyai marker merupakan yang lebih spesifik yang mampu dikenali oleh sumber stem cell yang sangat potensial. MSCs dan sedang dikembangkan saat ini oleh Plasenta sendiri berperan sebagai paru, hati, para ilmuwan, marker tersebut adalah TRA-1- digunakan macam sebagai penyakit. terapi Tali pada pusat (9) dan ginjal pada janin di dalam kandungan. 60 yang selalu diekspresikan oleh sel-sel ginjal Stem Cell Dewasa ketika Mayoritas stem cell pada orang terserang suatu penyakit. (14) Pengembangan markerstem cell TRA-1-60 dewasa adalah hematopoietic stem cell yang pada berarti stem cell tersebut merupakan bentuk memberikan terapi yang lebih spesifik dan awal dari pembentukan efektif dalam penanganan penyakit ginjal semua tipe sel-sel darah di dalam tubuh manusia. (10) Sumber penyakit ginjal diharapkan dapat khususnya pada gagal ginjal kronik (GGK). adult stem cell adalah dari sumsum tulang, darah perifer, sel otak, otot rangka, dan Potensi UC-MSCs Umbilical jantung. Stem Cells Mesenkimal (MSCs) Mesenchymal stem StemCells(UC-MSCs) cells (MSCs) Cord-Mesenchymal merupakan sumber stem cell yang kaya akan sifat multipoten. merupakan stem cell yang berasal dari bone Apabila marrow stroma dan termasuk ke dalam dewasa dari sumber lain, UC-MSCs memiliki kelompok non-hematopoietic stem cell. Selain beberapa itu, MSCs juga dapat berasal dari tali pusat dikembangkan menjadi berbagai galur sel (umbilical dalam karena memilki sifat yang paling muda dari kelompok hematopoietic stem cell dan bisa jenis stem cell dewasa, memiliki potensi disebut dengan umbilical cord-mesenchymal imunogenik rendah, dan memiliki jumlah stem stem cells (UC-MSCs). MSCs merupakan sel cell terbanyak di antara jenis stem cell lainnya. yang multipoten yang bisa berdiferensiasi Selain itu, proses isolasinya pun lebih mudah menjadi bermacam-macam tipe sel seperti dan sederhana bila dibandingkan dengan cord) yang termasuk osteoblas, kondrosit, adiposit, dan mioblas. (12) dibandingkan kelebihan dengan stem diantaranya cell dapat Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells (BM- 36 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 MSCs) yang sulit dan dapat mengakibatkan orang (pendonor dan penerima) yang berisiko infeksi. Isolasi UC-MSCs pun dapat disimpan terjadi selama mengancam jiwa pendonor maupun penerima, bertahun-tahun tanpa mengalami infeksi dan komplikasi diferensiasi, sehingga menjadikan UC-MSCs sedangkan sebagai sumber favorit bank stem cell di penerima seluruh dunia. Selain itu, penggunaan UC- Kemudian, pasca operasi transplantasi ginjal MSCs tidak menimbulkan masalah etik yang pasien harus mengonsumsi imunosupresan, sering sedangkan menjadi kendala dalam dunia keagamaan dan moral. UC-MSCs dan hanya yang sel-sel pada memerlukan darah terapi tali pusat. UC-MSCs tidak memerlukan hal tersebut karena sel-sel darah Keunggulan yang dimilki oleh UC- tali pusat tidak akan diakui sebagai benda MSCs dibandingkan dengan hemodialisis yaitu asing dari segi waktu UC-MSCs hanya memerlukan berdasarkan satu hemodialisis rendah. Keunggulan lain terapi UC-MSCs memerlukan waktu 3 kali terapi setiap minggu dibandingkan terapi transplantasi ginjal yaitu dengan lama pengobatan sekitar tiga sampai pada terapi UC-MSCs hanya dilakukan satu lima jam. Hal ini dapat membuat pasien sulit kali untuk mengatur waktu antara pengobatan transplantasi ginjal dapat dilakukan hemodialisis dengan kegiatannya sehari-hari. sampai tiga kali terapi. kali terapi, sedangkan oleh terapi, Hal ini dapat pula terjadi pada terapi dialisis sistem sifatnya kekebalan yang sedangkan tubuh imunogenik pada terapi dua Hal yang paling menjadi kendala bagi peritoneal yang memerlukan waktu yang lama sebagian pula yaitu 3 sampai 4 jam setiap hari. Kerugian besarnya biaya pengobatan. Pada dialisis yang paling dirasakan oleh pasien pada terapi membutuhkan biaya sekitar $35.000 (sekitar hemodialisis dan dialisis peritoneal adalah Rp 315.000.000) per tahun. Selain itu, pada terapi ini dilakukan seumur hidup, sehingga transplantasi ginjal membutuhkan biaya sekitar akan menyita banyak waktu dan dana pasien $40.000 (sekitar Rp 360.000.000) hingga gagal ginjal kronik (GGK). (9) mengatasi penderita GGK adalah $50.000 (sekitar Rp 450.000.000) dengan Terapi lain yang selama ini digunakan untuk besar penyakit GGK adalah biaya perawatan $10.000 900.000.000) per tahun. Rp Pada terapi UC- MSCs, transplantasi banyak pengambilan kendala. Kendala dalam transplantasi ginjal penyimpanan yang merupakan salah satu terapi GGK memerlukan adalah sulitnya mencari donor ginjal yang (sekitar cocok, seperti yang berasal dari kadaver atau penyimpanan per tahun berikutnya sekitar keluarga sehingga pasien harus menunggu $167 (9) lama. juga memiliki Hal ini bertolak belakang dengan penggunaan UC-MSCs di (sekitar transplantasi ginjal. Namun pada praktiknya, ginjal khususnya (9) darah, pada biaya pemprosesan, tahun dan pertama biaya sekitar sekitar $1.000 Rp9.000.000), (sekitar Indonesia, sedangkan Rp1.500.000). (3) biaya Pemberian terapi UC-MSCs untuk pasien memerlukan yang tidak harus biaya transplantasi yaitu sekitar $125 (sekitar hari untuk Rp1.125.000). Apabila seseorang menderita sel-sel darah tali pusat. GGK pada usia 23 tahun, maka perbandingan Selain itu, transplantasi ginjal memerlukan dua biaya dialisis, transplantasi ginjal, dan UC- menunggu beberapa membudidayakan 37 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 MSCs yang ia butuhkan sampai 2 tahun kemudian yaitu dialisis akan membutuhkan biaya sekitar $70.000 (sekitar Rp630.000.000), transplantasi ginjal sekitar $60.000 (sekitar Rp540.000.000), dan UC-MSCs hanya sekitar $4.799 (sekitar Rp43.191.000). Dialisis dan transplantasi ginjal akan memerlukan dana sepanjang tahun seumur hidup pasien, sedangkan UC-MSCs tidak memerlukan hal tersebut. Gambar 1.Preparasi pengambilan stem cell Dengan demikian, penggunaan terapi UC-MSCs memiliki dibandingkan banyak terapi GGK keunggulan yang pada tali pusat(Sumber : Rune Hellestad corbis) lain. Campuran sel tersebut akan difiltrasi Penghematan waktu bagi pasien, sumber UC- pada ukuran filter 100 mm untuk mendapatkan MSCs yang melimpah, keamanan yang lebih suspensi sel. Sel-sel yang sudah tersuspensi terjaga, proses yang lebih mudah, serta biaya tersebut ditempatkan pada densitas 1 x 10 yang lebih murah merupakan sedikit dari sel/cm di dalam kultur yang tidak dilapisi oleh banyaknya keunggulan penggunaan terapi sel T-25 (non-coated T-25 cell). Medium UC-MSCs pada pasien GGK. pertumbuhan tersebut 6 2 dari kultur sel mengandung glukosa yang rendah dan 5 % Preparasi dan Pengambilan UC-MSC dari serum fetal bovine lalu kultur tersebutjuga Tali Pusat Janin disuplementasi dengan 10 ng/ml vascular Tali pusat (umbilical cord) yang baru diperoleh dari janin yang baru lahir dikumpulkan dan di masukan ke dalam o pendingin dengan suhu rendah (4 C) selama enam jam. (15) endothelial growth factor (VEGF), 10 ng/ml epidermal growth factor (EGF), 100 U/ml penisilin, 100 mg/ml streptomycin, dan 2 mmol/L glutamine. Kultur tersebut Setelah itu, jaringan pada tali dipertahankan dan dipelihara pada atmosfer pusat dipotong dengan ukuran yang kecil-kecil yang lembap sekitar 5 % CO2 pada suhu 37 C. 3 o (1-2mm ) dan diinkubasi selama 30 menit Setelah 2 minggu sel-sel tersebut dianalisis dengan 0.075% kolegenase tipe II (Sigma) dengan metode fluorescence-activated cell dan 0.125 % tripsin (Gibco). Kemudian, sorting (FACS) dan UC-MSCs menunjukkan setelah inkubasi tersebut diputar selama 30 beberapa antigen determinan positif seperti menit, CD13, CD29, CD44, CD73, CD90, CD105, maka akan didapatkan campuran (mixture) jaringan tali pusat dengan 0.075% HLA-1, kolegenase tipe II (Sigma) dengan 0.125 % CD14,CD15,CD33,CD34, CD38, CD45, dan tripsin (Gibco). HLA-DR. tetapi negatif untuk CD3, (16) UC-MSCs sebagai Terapi pada GGK Metode pengobatan dengan menggunakan UC-MSCs ini dilakukan dengan 38 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 mentransplantasikan UC-MSCs ke organ yang MSCs ke tempat kerusakan terjadi, sehingga organ yang rusak. Transplantasi dilakukan terjadi peningkatan migrasi UC-MSCs. Hal ini dengan pada dikarenakan UC-MSCs mempunyai reseptor kapsul ginjal. Sesuai sifatnya, stem cell akan seperti CD44, c-met, dan SDF-1 yang dapat berkembang menjadi sel mengenali faktor-faktor tersebut. memperbaiki jaringan yang menginjeksikan tersebut. Banyaknya ditransplantasi UC-MSCs baru UC-MSCs rusak yang bermigrasi ke tempat yang mengalami cell yang kerusakan pada ginjal mengenali marker yang dengan berat diekspresikan badan penderita yaitu sekitar 15-20 juta stem cell per kilogram berat badan. (17) sudah stem disesuaikan sehingga (3) oleh sel-sel ginjal yang mengalami kelainan yaitu TRA-1-60. TRA-1-60 merupakan satu dari sedikit antigen yang Terdapat mekanisme penting dalam secara luas digunakan dalam riset stem cell (19) pemanfaatan UC-MSCs pada terapi GGK yaitu manusia sebagai indikator positif stem cell. melalui jalur regenerasi dan jalur endokrin atau Antigen ini diekspresikan bersama PAX-2 parakrin. merupakan yang merupakan anggota dari keluarga PAX mekanisme di mana UC-MSCs memproduksi dan berfungsi sebagai faktor transkripsi. TRA- faktor-faktor pertumbuhan yang menginduksi 1-60 diekspresikan pada sel epitel tubulus dediferensiasi, ginjal dan terlibat dalam morfogenesis dan Jalur pembuluh regenerasi meningkatkan darah pembentukan dan perbaikan tubular serta telah diketahui sebagai proliferasi dari sel-sel epitel tubular yang rusak marker stem cell. TRA-1-60 diekspresikan di (18) pada GGK. (revaskularisasi), Selain itu, UC-MSCs sendiri beberapa tempat pada organ ginjal yaitu dapat berkembang menjadi sel-sel nefron duktus kolektivus, lengkung henle, tubulus ginjal yang rusak melalui jalur endokrin dan proksimal, dan tubulus distal (Tabel 1). Selain parakrin. itu, TRA-1-60 diekspresikan dalam jumlah Jaringan yang rusak pada GGK dapat yang lebih banyak pada saat terjadi kelainan (19) mengundang populasi dari UC-MSCs dengan pada ginjal baik akut maupun kronis. mensekresikan sejumlah faktor seperti asam Stimulasi hialuronat, human growth factor (HGF), dan merangsang UC-MSCs untuk bekerja sesuai faktor-faktor fungsinya dalam memperbaiki kerusakan yang kemotaktik. Faktor-faktor kemotaktik tersebut dapat mengundang UC- stem cell oleh TRA-1-60 telah terjadi. Tabel 1. Lokalisasi ekspresi TRA-1-60 (Sumber: Fesenko, 2010) Zona anatomi ginjal Struktur yang berada pada zona Struktur yang mengekspresikan TRA-1-60 Medulla dalam/Papilla Duktus kolektivus, lengkung henle tipis Duktus kolektivus, lengkung henle tipis Medulla luar Garis dalam Duktus kolektivus, lengkung henle tebal Duktus kolektivus, lengkung 39 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 pars ascending, lengkung henle tipis henle tebal pars ascending, lengkung henle tipis Garis luar Duktus kolektivus, lengkung henle tipis, Lengkung henle tipis tubulus proksimal lurus Korteks Duktus kolektivus, lengkung henle tebal Ansa henle tebal pars ascending, tubulus proksimal, renal ascending, tubulus distal pars corpuscle, tubulus distal Setelah UC-MSCs diinjeksikan pada pasien bFGF. Sekresi faktor-faktor ini bertujuan untuk GGK, akan terlihat efek dari penggunaan UC- mengurangi inflamasi pada jaringan yang MSCs mulai pada 16 jam pertama. Efek rusak dan meningkatkan proliferasi sel yang tersebut diduga melalui jalur parakrin, di sudah rusak. antaranya seperi sekresi HGF, VEGF, dan Gambar 2. A ) Mekanisme UC-MSCs dalam regenerasi dan diferensiasi; B) Migrasi UC-MSCs pada sel yang rusak melalui jalur parakrin dan endokrin(Sumber: Renal and Vascular Physiopathology Laboratory,Department of Internal Medicine, Molecular Biotechnology Centre and Research Centre for Molecular Medicine, University of Torino, Torino, Italy, 2009). Percobaan yang dilakukan oleh Rumah Sakit inflamasi (IL-1, TNF-α, IL-6) dan terjadi Universitas penghambatan apoptosis. Jiangsu, China menunjukkan bahwa terjadi penurunan serum kreatinin Pada penelitian yang dilakukan pada sebanyak 4.8 kali dan urea nitrogen sebanyak tikus yang menderita gagal ginjal dengan 3.6 telah kadar kreatinin dan nitrogen urea (BUN) yang ditransplantasikan UC-MSCs pada ginjalnya. tinggi, dilakukan injeksi UC-MSCs. Hasilnya 16 Selain itu, terjadi penurunan faktor-faktor pro jam pasca pemberian UC-MSCs pada tikus, kali pada tikus yang kadar kreatinin dan BUN menurun lebih cepat 40 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 jika dibandingkan dengan kelompok kontrol Penemuan hasil tersebut membuat yang tidak diinjeksi UC-MSCs (dari 7.2 ± 1.5 UC-MSCs menjadi 2.4 ± 1.8 untuk kadar kreatinin; 5.8 ± menjanjikan 1.6 menjadi 2.2 ± 0.7 untuk kadar BUN pada dengan GGK. Sehingga diharapkan dengan kelompok sampel yang diinjeksi dengan UC- memaksimalkan MSCs, sedangkan pada kelompok kontrol untuk terapi GGK mampu memberikan hasil terjadi penurunan yang jauh lebih lambat yaitu yang lebih baik jika dibandingkan dengan 6.9 ± 1.1 menjadi 6.0 ± 1.8 untuk kadar terapi yang banyak diterapkan pada saat ini kreatinin; dari 5.6 ± 0.9 menjadi 5.4 ± 1.2 baik dalam hal efektivitas, efek samping, untuk kadar BUN). (20) menjadi dan suatu potensial terapi untuk pemanfaatan yang pasien UC-MSCs biaya, serta prognosis penyakit. Gambar 3. A) Efek terapi UC-MSCs pada tikus percobaan yang mengalami GGK; B) Patologi jaringan dari tikus percobaan; (a,b) tikus yang diterapi dengan UC-MSCs, (c,d) kelompok kontrol tikus (Sumber : Clinical Laboratory Medicine of Affiliated ,Hospital, Jiangsu University, China.2009) SIMPULAN dikarenakan sampai sekarang tali pusat pada Penggunaan Cord- bayi-bayi di Indonesia masih menjadi limbah Mesenchymal Stem Cells (UC-MSCs) dengan rumah sakit yang tidak dimanfaatkan. Selain memanfaatkan marker stem cell yaitu TRA-1- itu, 60 dinilai sangat potensial untuk diterapkan menyebutkan bahwa transplantasi UC-MSCs pada pasien GGK. Keunggulan yang dimilki pada GGK dapat menurunkan kadar serum oleh kreatinin dan BUN yang cukup siginifikan. UC-MSCs Umbilical dibandingkan dengan menurut hanya memerlukan satu kali terapi, sedangkan dengan memanfaatkan marker stem cell TRA- hemodialisis memerlukan waktu tiga kali terapi 1-60 diharapkan dapat menjawab segala setiap permasalahan GGK yang masih menjadi lama pengobatan sekitar tiga sampai lima jam. Selain itu, untuk penggunaan terbaru Oleh dengan itu, penelitian hemodialisis yaitu dari segi waktu UC-MSCs minggu karena beberapa UC-MSCs masalah yang kompleks di Indonesia. mendapatkan UC-MSCs dinilai sangat mudah 41 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 SARAN Failure. Division of Nephrology Department of 1. Direkomendasikan untuk pendirian bank stem cell di Indonesia mengingat potensi stem cell yang cukup tinggi dalam penanganan berbagai Medicine Juntendo University 5. Placental Stem Cells - The Important Role of the (GGK). ://www.isci.com.Diunduh mengetahui penelitian efek lebih negatif lanjut yang untuk mungkin Placenta. gagal ginjal kronik (GGK). Sources.Department kepada masayarakat mengenai potensi UC-MSCs untuk gagal ginjal kronik (GGK). pada http tanggal 21 6. Bongso,Ariff, Eng Hin Lee. Stem Cells : Their Definition, luas 2008. Maret 2010 ditimbulkan UC-MSCs pada pasien dengan 3. Diperlukan publikasi secara of Medicine, Tokyo, Japan; 18:305-310 penyakit khususnya pada gagal ginjal kronik 2. Diperlukan School Classification of and Obstetrics & Gynaecology National University of Singapore : Singapore 7. Anderson DJ, IL.2001,Can Gage stem cells FH, Weissman cross lineage s boundaries? Nature 7: 393–395. 8. Kiessling UCAPAN TERIMA KASIH AA, Anderson SC,2003,Human embryonic stem cells. Boston: Jones and Terima kasih penulis ucapkan kepada Bartlett. pembimbing karya tulis kami, yaitu dr.Anwar 9. Edward A. Copelan, 2006, Hematopoietic Wardy Warongan, Sp.S, DFM (K), serta dekan Stem-Cell Transplantation, The New England fakultas kedokteran dan kesehatan universitas Journal of Medicine, Volume 354:1813-182 Muhammadiyah Jakarta, dr.Toha Muhaimin, M.Sc. 10. Stem Cell Basic. diunduh dari : http://stemcells.nih.gov/info/basics/basics4.asp pada tanggal 30 Desember 2011 Jam 07.00 DAFTAR PUSTAKA 11. Stem Cell and Developmental Biology Writing 1. George L. Bakris and Eberhard Ritz, 2009, Hypertension and Kidney Disease, A Marriage that Should Be Prevented, Kidney International 2. Scottish Intercollegiate Guidelines Network (SIGN), 2008, Diagnosis and Management of Chronic Kidney Disease. A National Clinical Guideline. Scotland dari: http://www.hypno- birthing.web.id/?p=634.Diunduh tanggal 25 Mei 2010 Pukul 7:43 am. Isao; 12. Gu, Z, Akiyama, K,dkk.2010.Transplantation of Nakamura, Metalloproteinase-9 cord Mesenchymal Stem Cells Alleviates Lupus Nephritis in MRL/lpr Mice. Department of Rheumatology : Beijing, China 13. Schopperle WM, DeWolf WC ,2007, The TRA1-60 and TRA-1-81 human pluripotent stem 3. Evariny A. Keajaiban Darah Tali Pusat. 4. Ebihara, Digestive & Kidney Dses, NIH. 1–27. Umbilical 75, 449-452 Diambil Group’s Report. (2004) Natl.Inst Diabetes & mRNA cell markers are expressed on podocalyxin in embryonal carcinoma. Stem Cells 25:723–730 14. Edwin M. Horwitz.2002.Mesenchymal Cells : A Basic Review. Tsukasa; Expression dkk. in Monocyte from Patients with Chronic Renal 15. Cao, Huiling, Qian, Hui, dkk.2010. Mesenchymal stem cells derived from human umbilical cord ameliorate 42 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 ischemia/reperfusion-induced acute renal failure in rats.Biotechnol Lett : China acute tubular injury. Kidney Int 72:430–441). 16. Gu, Z, Akiyama, K,dkk.2010.Transplantation of Umbilical cord Mesenchymal to the kidney by means of CD44 following Stem Cells 19. Schopperle WM, DeWolf WC , 2007, The TRA-1-60 and TRA-1-81 human pluripotent Alleviates Lupus Nephritis in MRL/lpr Mice. stem Department of Rheumatology : Beijing, China podocalyxin in embryonal carcinoma. Stem 17. Rookmaaker MB, Verhaar MC, de Boer HC, et cell markers are expressed on Cells 25:723–730 al. 2007, Met-RANTES reduces endothelial Fesenko, Irina; dkk. 2010. Stem cell marker progenitor activated TRA-1-60 is expressed in foetal and adult (glomerular) endothelium in vitro and in vivo. kidney and upregulated in tubulo-interstitial Am J Physiol Renal Physiol.; 293: F624-30. disease. Histochem Cell Biol (2010) 134:355– cell homing to 18. Herrera MB, Bussolati B, Bruno S et al , 2007, 369DOI 10.1007/s00418-010-0741-7 Exogenous mesenchymal stem cells localize 43 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Tinjauan Pustaka METODE HLIT [SHLA-G (SOLUBLE HUMAN LEUKOCYTE ANTIGEN-G) DAN LILRB1 (LEUKOCYTE IMMUNOGLOBULIN-LIKE RECEPTOR B1) IMMUNOLOGY TEST] SEBAGAI TEROBOSAN TERBARU DIAGNOSIS DINI PREEKLAMPSIA* I Gusti Ayu Agung Pritha Dewi, Putu Austin Widyasari Wijaya, Ni Made Putri Suastari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Preeklampsia merupakan penyakit pada kehamilan yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi bagi ibu dan anak. Diperkirakan angka kematian ibu akibat preeklampsia adalah sebesar 23%. Terjadinya preeklampsia sering tidak disadari wanita hamil dan bahkan sudah berkembang menjadi komplikasi sehingga diperlukan metode diagnosis dini terbaru. Patogenesis preeklampsia yang sangat penting adalah maladaptasi imun ibu terhadap fetus yang diperankan oleh HLA-G. sHLAG dihasilkan oleh sel trofoblas dan beredar bersama peredaran darah ibu pada usia perkembangan plasenta dimulai(4 minggu). sHLA-G yang berikatan dengan reseptor pada sel imun pada desidua akan menghambat lisis oleh sel NK dan sitotoksik oleh sel T sehingga fetus tidak akan diserang oleh sistem imun ibu. Reseptor yang dominan pada sel-sel ini adalah LILRB1. Metode HLIT melakukan pemeriksaan terhadap sHLA-G pada serum ibu dengan mendeteksi ikatan antara reseptor LILRB1 pada monosit perifer dengan sHLA-G pada serum ibu dengan teknik ELISA Direct. Metode HLIT memiliki berbagai kelebihan dan keuntungan sehingga memiliki prospek yang cerah di masa depan. Kata kunci: diagnosis dini, LILRB1, maladaptasi imun, preeklampsia, sHLA-G ABSTRACT Preeclampsia is a disease of pregnancy which has high enough morbidity and mortality for mother and children. It is estimates maternal mortality is due to preeclampsia by 23%. Preeclampsia happen is often don’t know by pregnant women and has developed into complications so that required methods for new early diagnosis. The important pathogenesis of preeclampsia is maladaptasi maternal immune to the fetus, where its played by HLA-G. sHLA-G produced by trophoblas cells and circulate in mothers blood at the begin development of the placenta (4 weeks). sHLA-G binds to receptors on immune cells in the decidua will inhibit lysis by NK cells and cytotoxic by T-cell so that the fetus will not be attacked by the mother's immune system. Dominant receptor in these cells is LILRB1. HLIT methods do an examination of sHLA-G in maternal serum to detect the binding between LILRB1 receptor on peripheral monocytes with sHLA-G in maternal serum using Direct ELISA technique. HLIT method has many advantages therefore this method has good prospects in the future. Keywords: early diagnosis, immune maladaptation, LILRB1,preeclampsia,sHLA-G *Dipresentasikan pada Final LKIM Gamamed Fair Universitas Gajah Mada Yogyakarta 2013 dan mortalitas masa kehamilan di dunia. PENDAHULUAN Secara keseluruhan, 10-15% kematian ibu Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan dihubungkan salah satu indikator kesehatan suatu bangsa preeklampsia. yang akan berpengaruh secara langsung diperkirakan terhadap keberhasilan pembangunan secara (1) langsung dengan Di Indonesia tahun 2010 angka kematian preeklampsia adalah sebesar 23%. ibu akibat (2) kesehatan. Salah satu penyakit saat kehamilan Preeklampsia merupakan suatu sindrom yang dapat berkontribusi dalam peningkatan spesifik kehamilan yang penyebabnya tidak AKI adalah preeklampsia. Di negara barat, diketahui secara pasti. angka prevalensi preeklampsia sebesar 3-7% faktor dan merupakan penyebab utama morbiditas munculnya preeklampsia, dimana sebanyak 3- risiko yang (3) Terdapat beberapa berhubungan dengan 44 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 7% berhubungan dengan nulipara dan 1-3% saat ini belum berhubungan dengan multipara. Selain itu diagnosis dini yang ideal bagi penderita nulipara dengan pasangan baru memiliki risiko preeklampsia atau dengan kata lain belum ada yang penting dalam terjadinya preeklampsia. metode diagnosis yang mampu mendeteksi Faktor preeklampsia sejak dini. Terdapat beberapa risiko lainnya antara lain riwayat hipertensi kronis, penyakit ditemukan suatu metode metode diagnosis preeklampsia yang memiliki keterbatasan dalam mendiagnosis secara dini. ginjal, diabetes mellitus, obesitas, lahir di Pemeriksaan baku emas yang selama ini Afrika, berusia ≥ 35 tahun, dan karakteristik digunakan adalah pemeriksaan tekanan darah kehamilan, seperti kehamilan kembar atau dan proteinuria. Keterbatasan penggunaan besar, riwayat preeklampsia, atau kelainan metode tersebut adalah tanda preeklampsia kongenital janin. Tempat tinggal yang berada yakni hipertensi dan proteinuria baru dapat di meningkatkan didiagnosis pada kehamilan diatas 20 minggu. insiden preeklampsia yang disebabkan karena Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan hipoksia plasenta yang berat, diameter arteri dalam penanganan preeklampsia sejak dini uterus yang kecil, dan aliran darah arteri uterus dan bahkan telah berlanjut menjadi eklampsia daerah ketinggian yang lambat. juga (1) serta komplikasi lain. Soluble Human Leukocyte Antigen G Preeklampsia sering tidak diketahui atau diperhatikan sehingga terjadinya dalam saat merupakan molekul yang diekspresikan oleh sel trofoblas pada saat komplikasi. kehamilan. sHLA-G berfungsi untuk melindungi Preeklampsia dapat mengancam jiwa ibu dan fetus dari serangan sistem imun ibu. sHLA-G anak sehingga meningkatkan angka morbiditas akan berikatan dengan reseptor dari sel imun dan yang terdapat di desidua yaitu sel B, sel T, sel mortalitas singkat (sHLA-G) telah menunjukkan waktu kehamilan (3) terjadinya keduanya. Pada ibu, preeklampsia dapat menyebabkan penyakit NK kardiovaskuler prematur, seperti hipertensi Presenting kronis, iskemia, penyakit jantung, dan stroke. dominan Pada anak yang lahir setelah kehamilan Leukocyte Immunoglobulin-Like Receptor B1 preeklampsia akan terjadi kelahiran prematur (LILRB1) yang terdapat pada semua sel dengan berat badan rendah, peningkatan leukosit dan APC di desidua ibu. Ketika HLA-G risiko stroke, penyakit jantung koroner, dan berikatan dengan reseptor ini akan terjadi sindrom metabolik ketika dewasa. (1) dini telah dikembangkan Killer) Cell). pada dan APC Reseptor sel-sel (Antigen yang paling tersebut adalah toleransi terhadap keberadaan fetus, dimana Selama ini berbagai metode dalam diagnosis (Natural untuk ikatan ini akan mengahambat lisis oleh sel NK dan sitotoksik oleh CTL (Cytotoxic membantu para penderita preeklampsia untuk Lymphocyte). mencegah progresivitas dari preeklampsia ini patogenesis sehingga dapat menurunkan berbagai risiko dimana sHLA-G akan melindungi fetus agar penyakit akibat preeklampsia. Namun hingga tidak terjadi Peranan sHLA-G preeklampsia sudah T maladaptasi dalam terbukti, imunitas yang 45 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 merupakan patogenesis utama dari diagnosis yang preeklampsia imunitas mengakibatkan vaskularisasi tumbuh dilakukan penanganan lebih cepat dan tidak dengan baik sehingga tidak menimbulkan timbul komplikasi. vaskuler yang awal mendeteksi preeklampsia. Tidak terjadinya maladaptasi kecacatan lebih dapat sehingga dapat mengakibatkan (7) ANALISIS DAN SINTESIS preeklampsia. dan Peranan sHLA-G sebagai Pertahanan Fetus LILRB1 dengan metode HLIT memberikan Terhadap Sistem Imun Ibu pada Kehamilan sebuah terobosan baru dalam mendiagnosis dan IkatannyaTerhadap Reseptor LILRB1 Dengan dini pemeriksaan preeklampsia HLA-G sehingga preeklampsia Selama kehamilan, sistem imun ibu aktif dapat dideteksi sebelum adanya gejala pada dan wanita itu mengakibatkan kerusakan atau kematian pada pemeriksaan HLA-G dan LILRB1 dengan fetus. Seperti yang terjadi pada eritroblastosis mengambil yaitu terjadi destruksi pada eritrosit fetus dan hamil yang serum berisiko. ibu Selain memberikan cara pada beberapa pada terlalu invasif. Berdasarkan paparan tersebut terjadinya destruksi pada platelet oleh antibodi diharapkan dapat ibu. Ketika terjadi infeksi saat kehamilan, berperan dalam diagnosis dini preeklampsia makrofag yang aktif akan mensekresikan sehingga dapat dilakukan terapi lebih awal sitokin T Helper 1 (Th1) berkadar tinggi yang metode HLIT serta mencegah berbagai komplikasi. (7) merubah Adapun permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ini meliputi peranan sHLA-G trombositopenia bisa diagnosis yang mudah dan efektif serta tidak bahwa alloimmun kondisi keseimbangan sitokin ibu yaitu dan fetus.Namun hal tersebut tidak terjadi karena terdapat beberapa mekanisme yang sebagai pertahanan fetus terhadap sistem melindungi fetus dari serangan sistem imun ibu imun ibu pada kehamilan dan ikatannya seperti terpisahnya jaringan ibu dan fetus, terhadap reseptor LILRB1, peranan sHLA-G kurangnya dalam patogenesis preeklampsia, aplikasi dan menstimulasi análisis manfaat dari metode HLIT sebagai berkembangnya toleransi imun. Sistem imun metode diagnosis dini preeklampsia.Karya tulis ibu biasanya lebih cenderung melakukan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan toleransi pemikiran kepada kalangan medis dan antigen dari fetus penolakan pada dari menolak yang ibu bisa dan keberadaan (8) fetus. masyarakat mengenai HLIT dan potensinya Pada saat kehamilan, secara normal ibu sebagai metode diagnosis dini preeklampsia, akan membentuk antibodi dan CTL terhadap memperkaya HLA asing dari ayah dan antigen lain yang terutama khasanah tentang indonesia dini diekspresikan oleh sel fetus. Sehingga antigen memanfaatkan HLA disebut antigen “transplantasi” karena pemeriksaan imunologi seperti pemeriksaan terdiri dari stimulator sangat kuat dari graft sHLA-G dan LILRB1 yang ekspresikan melalui rejection. Namun antibodi antipaternal ini preeklampsia upaya medis dengan diagnosis serum maternal, dan memberikan alternatif 46 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 bersifat tidak merusak. melainkan cenderung bersifat tolerogenik dari pada imunogenik. (8) memiliki peran utama dalam imunitas yang diadapat. Sel ini terutama ditemukan di distal Setelah implantasi, di dalam uterus myometrium jaringan fetus, dimana sel sistem terjadi perubahan pada subpopulasi leukosit imun bawaan seperti sel NK dan makrofag endometrium (desidua). Endometrium akan dominan mengalami penyesuaian terhadap proteksi imunomodulator seperti prolaktin, chorionic lokal yang diperantarai oleh sistem imun awal gonadotropin dan progesteron serta kemokin (innate immun system). Limfosit T dan B mengontrol jumlah dan jenis sel imun. terdapat di desidua. Gambar 1.Mekanisme Multipel Toleransi Ibu Terhadap Fetus Fetus juga akan melakukan proteksi terhadap dirinya dari serangan imun ibu yang sel progenitor (8) kehamilan. (7,8,9) Sel trofoblas mencegah kerusakan yang lapisan diperantarai antibodi dengan meningkatkan tropoektoderm blastosit. Sel progenitor ini akan kadar complement regulatory protein dan bergabung membentuk lapisan sel tunggal mengurangi cell mediated immunity dengan yang berhubungan langsung dengan darah ibu mengekspresikan inhibitor B7 family dan TNF atau sel (Tumor Necrosis Factor) yang menginduksi sitotrofoblas extravillous yang kontak dan apoptosis; sitokin imunosupresif; kemokin dan menginfiltrasi prostaglandin berproliferasi dengan untuk desidua leukosit dalam (8) plasenta. Sel ini sangat proliferatif pada awal diperantarai oleh sel trofoblas. Sel ini berasal dari Hormon membentuk serta uterus ibu berhubungan pada awal limfosit yang T; mengurangi mengeluarkan proliferasi hormon kehamilan. Leukosit ini terdiri dari sel NK, sel imunosupresif seperti progesteron; meregulasi myelomonositik dan beberapa sel T. Sel ketat sitotrofoblas proteinnya. Jika protein ini dikenali sebagai extravillous bermigrasi dari ekspresi plasenta ke desidua dan menginfiltrasi arteri benda asing spiralis ibu yang memfasilitasi aliran darah ke menstimulasi gen oleh CTL HLA sel dan imun anti-fetal produksi ibu akan untuk 47 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 menghancurkan sel mengekspresikan HLA. fetus yang (8) (Killer Immunoglobulin-Like Receptor 2 DL4) yang merupakan keluarga dari KIR. Bukti HLA yang paling berperan dalam respon ilmiah menunjukan bahwa fungsi primer dari imun ibu terhadap fetus adalah HLA-G. HLA-G HLA-G bukan presentasi antigen tapi sebagai bisa menghambat migrasi transendothelial sel ligan inhibitori untuk sel NK. Sel dendritik dan NK dan bisa mengahambat sitolisis yang makrofag mengekspresikan reseptor inhibitor diperantari oleh sel NK dan antigen-specific dari LILR yaitu LILRB1 dan LILRB2. LILRB1 + CD8 T cell. Ikatan HLA-G sel trofoblas pada dan B2 sebagian besar berikatan dengan reseptor akan menghambat aktivasi sinyal dari molekul HLA-I (Human Leukocyte Antigen leukosit desidua. HLA-G dikenali oleh reseptor Class I) dan HLA-G memiliki afinitas paling ILT tinggi. (Immunoglobulin-Like Transcript) yang (9) diekspresikan oleh limfosit T dan B, serta sel LILRB1 dideteksi pada beberapa APC NK dan sel fagosit mononuklear. Beberapa antara lain pada semua sel dendritik dan penelitian pada makrofag, 20% pada sel NK dan 10% pada sel monosit/makrofag merupakan reseptor utama T. Sedangkan LILRB2 diekspresikan dalam HLA-G, dimana monosit/makrofag merupakan jumlah yang kecil pada sel dendritik dan sel kedua terbanyak dalam desidua. ILT2 dan makrofag. Interaksi antara APC dan HLA-G ini ILT4 selanjutnya disebut sebagai LILRB1 dan mengakibatkan menunjukan ILT4 (8,10,11) B2. down-regulation pada proliferasi dan respon sel T allogenik. Di Reseptor HLA-G pada sel NK dan sel perifer, LILRB1 juga diekspresikan oleh limfost myelomonositik bisa diperoleh dari darah T dan B perifer dan oleh sel NK dan perifer. Reseptor sel NK adalah KIR2DL4 monosit. 9,10 Gambar 2.Reseptor Potensial pada Sel Imun yang Ditarget oleh HLA-G a. Interaksi HLA-G dengan Limfosit T (8) usus dan oleh sel NK. Sel T mengekspresikan Sanders et al. menyebutkan bahwa sel CD8αβ heterodimer yang berperan sebagai yang mengekspresikan HLA-G akan berikatan ko-reseptor untuk sel T (TcR) dan merupakan dengan sel yang mengekspresikan CD8α molekul transduksi sinyal yang sangat penting homodimer yang merupakan bentuk molekular selama aktivasi sel T. Berikatan dengan TcR yang diekspresikan oleh subset sel T di dalam merupakan fungsi primer dari HLA-G. (8) 48 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 sHLA-G memegang peranan penting dalam meregulasi sel T CD8 + kehamilan dan bersifat tidak selama kehamilan perkembangan sel alloreaktif mekanisme yang bisa menjelaskan toleransi (antipaternal). sHLA-G yang terpapar sel T sistem imun ibu terhadap fetus yaitu aktivasi dengan + CD8 mengeliminasi T fetus. merusak Terdapat dua akan memicu ekspresi dan sekresi Fas reseptor LILRB1 pada sel B oleh sHLA-G yaitu ligan yang mengakibatkan kematian dari sel T HLA-G5 dan HLA-G6 serta aktivasi reseptor yang aktif melalui jalur Fas/Fas ligan. Pada LILRB1 pada limfosit Th. kehamilan sHLA-G menginduksi apoptosis sel (8) c. + CD8 yang bereaksi dengan antigen paternal, Sel NK banyak ditemukan di desidua pada (8) dimana sHLA-G berada pada serum ibu. trimester pertama dan kedua kehamilan tapi Mekanisme lain adalah HLA-G menginduksi toleransi ibu pada antigen fetus Interaksi HLA-G dengan sel NK setelah itu akan terjadi penurunan. untuk Sitotoksisitas sel NK desidua dipengaruhi oleh mengurangi atau mencegah aktivitas sitotoksik antigen HLA kelas I dan reseptor inhibisi pada + sel T CD8 melawan sel target, yang tidak permukaan sel NK. Interaksi antara HLA-G tergantung dari induksi apoptosis sel T. HLA- dan G1 target permukaan sel NK mencegah sitolisis yang potensial dari lisis sel T sitotoksik spesifik diinduksi sel NK. Selain itu terdapat reseptor antigen. HLA-G juga menekan ekspresi mRNA yang dimiliki sel NK yang dapat berikatan CD8α dan dengan HLA-G yaitu KIR2DL4 dan LILRB1. dalam Mekanisme dan HLA-G5 (messenger protein melindungi Ribonucleic Acid) (Interferon-γ) IFN-γ sel sel CD94/NKG2A lain heterodimer dari HLA-G pada yang bisa mononuklear tanpa menginduksi apoptosis menghambat aktivitas sitolitik sel NK adalah atau merubah mekanisme ekspresi ini CD3. Semua adanya sel trofoblas primer dan imortal yang mengindikasikan bahwa resisten pada lisis yang diperantarai sel NK. trofoblas pada kehamilan normal tidak akan mendapatkan respon dari CTL karena adanya (8) HLA-G. (8) d. Interaksi HLA-G dengan APC Terdapat dua populasi APC pada desidua endometrium b. HLA-G berinteraksi dengan limfosit B selama kehamilan yaitu makrofag dan sel dendritik yang kemudian + LILR merupakan reseptor utama pada dibagi menjadi 3 yaitu makrofag (CD14 ), sel limfosit T dan APC yang berikatan dengan denritik mature (CD83 ) dan makrofag atau sel HLA-G. Reseptor ini juga terdapat di limfosit B dendritik khususnya berikatan melibatkan APC berhubungan dengan HLA-G dengan HLA-G karena pada ibu hamil terjadi plasenta. Tetramer HLA-G hanya berikatan pembentukan HLA-G dengan sel dendritik. HLA-G tidak mengurangi plasenta. Selain itu pada beberapa penelitian viabilitas sel dendritik mature dan immature juga membuktikan bahwa pada wanita yang tapi merubah diferensiasi sel dendritik dari tidak pernah hamil dan laki-laki, memiliki monosit darah atau mempengaruhi maturasi sedikit antibodi anti-HLA-G pada serumnya. sel dendritik. Kondisi inflamasi menstimulasi Antibodi ini banyak ditemukan disirkulasi saat produksi makrofag dari HLA-G karena terjadi LILRB1 yang antibodi juga terhadap + immature. Respon imun yang 49 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 aktivasi IFN-γ yaitu fagosit mononuklear yang (8) mengandung mRNA HLA-G. HLA-G sehingga trofoblas diserang oleh sel NK dan CTL. Hal ini mengakibatkan invasi trofoblas menjadi dangkal dan remodelling Peranan sHLA-G dalam Patogenesis Preeklampsia arteri spiralis menjadi abnormal. Gangguan keseimbangan Preeklampsia merupakan salah satu komplikasi daalam kehamilan yang memiliki imun feto-maternal mengindikasikan adanya graft rejection pada (11) kehamilan preekalmpsia. karakteristik berkurangnya invasi trofoblas ke Pada wanita normal, respon imunitas desidua, disfungsi sel endothel kapiler yang tidak akan menolak terhadap hasil konsepsi mengakibatkan buruknya yang bersifat asing dalam tubuh. Hal ini Patofisiologi HLA-G yang preeklampsia adalah sangat rumit, bersifat diekspresikan trofoblas janin untuk dapat multifaktorial. Namuan yang paling memegang melindungi dirinya dari penghancuran (lisis) peranan patofisiologi oleh sel NK tubuh ibu. Disamping itu, HLA-G maladaptasi akan memudahkan invasi sel trofoblas ke imunitas karena berkurangnya kadar HLA-G jaringan desidua ibu. Invasi trofoblas ke dalam yang melindungi trofoblas dari serngan imun lapisan ibu. Maladaptasi imun akan mengakibatkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga gagalnya hilangnya terjadi distensi dan vasodilatasi arteri spiralis gagalnya yang memberikan dampak penurunan tekanan preeklampsia mekanisme yang perfusi plasenta. penting dari adalah invasi mendasari adanya trofoblas, tolerogenik, dan proses (11) remodelling dari arteri spiralis ibu. HLA-G mekanisme merupakan yang karena otot arteri adanya spiralis menyebabkan darah, penurunan resistensi vaskular, dan bagian memungkinkan disebabkan dari peningkatan aliran darah pada utero plasenta. trofoblas Hal ini menyebabkan aliran darah ke janin untuk invasi tanpa diserang oleh limfosit dan cukup banyak dan perfusi jaringan juga sel NK desidua. Pada preeklampsia terjadi meningkat sehingga mencukupi kebutuhan defek pada ekspresi HLA-G oleh trofoblas untuk pertumbuhan janin dengan baik. Proses yang diduga disebabkan oleh mutasi dari gen ini disebut remodelling arteri spiralis. (11) 50 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Gambar 3. Peran HLA-G dalam Patofisiologi Preeklampsia 2009). Pada ibu penderita preeklampsia, terjadi penurunan ekspresi HLA-G yang bersifat Hal ini terhambatnya juga invasi (11) akan menyebabkan trofoblas ke dalam desidua. Tidak adanya HLA-G mengakibatkat imunosupresif oleh trofoblas(Redman, et al, tidakt terjadinya interaksi antara trofoblas dengan sel menginvasi lebih dalam ke desidua dan arteri T, sel B, sel NK dan APC yang diperantarai spiralis. HLA-G dan reseptor inhibitor yang ada pada (11,12) HLA-G memiliki 7 isoform yang telah masing-masing sel, sehingga mengakibatkan diidentifikasi gagalnya toleransi imun ibu terhadap fetus bound dan 3 merupakansoluble protein. HLA- karena aktifnya respon sitotoksik dari CTL dan G1 memiliki struktur yang sama dengan gen sel NK mengakibatkan lisisnya trofoblas. Hal HLA kelas I lainnya, sedangkan isoform G2 inilah terjadinya dihasilkan dari penghilangan exon 3. Dua preeklampsia. isoform diekspresikan sebagai soluble protein Tidak adanya trofoblas yang menginvasi arteri yaitu HLA-G5 (sG1) dan HLA-G6 (sG2). HLA- spiralis kecacatan G3 dihasilkan dari penghilangan exon 3 dan 4, vaskularisasi plasenta sehingga arteri spiralis HLA-G4 dan G7 tidak banyak terdapat di yang maladaptasi mengakibatkan imunitas ini pada berperan dalam (9,11) menjadi kaku dan lebih sempit. yaitu 4 merupakanmembrane plasenta. Dari ketujuh isoform ini diketahui Hackmon et al. menemukan bahwa bahwa HLA-G5 dan HLA-G6 merupakan penurunan ekspresi HLA-G selama kehamilan isoform yang paling berperan dalam respon akan memicu respon penolakan autoimun imun ibu terhadap fetus,dimana HLA-G5 dan yang bermanifestasi pada perubahan kadar HLA-G6 merupakan soluble HLA-G. sHLA-G substansi ini bisa dideteksi di darah wanita hamil dan inflamasi. Trofoblas yang tidak mengekspresikan HLA-G rentan mengalami lisis oleh sel NK desidua dan (7,11,13) cairan amnion. dicegah 51 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Gambar 4.Tujuh Isoform dari HLA-G yang Berparan dalam Respon Imun Adanya kehamilan sHLA-G akan menjadi berhasil parameter tanpa (14) Upaya Dini dalam Mendiagnosis Preeklampsia adanya Pemeriksaan dengan menggunakan penolakan dari ibu. Pada regio sHLA-G tidak metode HLIT membuka peluang yang cukup ada polimorfisme yang dideteksi sehingga besar tidak dianggap sebagai benda asing. sHLA-G perkembangan menjadi preeklampsia pada disintesis oleh sel trofoblastik dan interferon γ- wanita hamil yang beresiko. Metode HLIT yang activated macrophage tapi tidak disintesis oleh terdiri dari pemeriksaan HLA-G dan LILRB1 ini fibroblast plasenta. sHLA-G bersirkulasi pada dapat darah ibu selama kehamilan, dimana yang sebelum dominan adalah sHLA-G2 (HLA-G6). HLA-G (hipertensi banyak kehamilan pada usia kehamilan 20 minggu). terdapat kehamilan yang pada trimester akan menginduksi protektif melawan lisis dari sel NK. pertama efek (7,13,15) Pada dalam upaya digunakan sebagai terjadinya dan metode dini pencegahan diagnosis gejala proteinuria HLIT, awal preeklampsia selama pemeriksaan masa dapat dilakukan sedini mungkin yaitu pada usia sHLA-G merupakan faktor yang memicu kehamilan 4 minggu pada wanita hamil alloreactive maternal T cell berikatan dengan beresiko. Hal tersebut memiliki keuntungan paternal allopeptid dan berinteraksi dengan sel dibandingkan dengan pemeriksaan standar T. Ikatan molekul sHLA kelas I dengan CD8 yang umumnya dilakukan pada wanita hamil memicu ekspresi Fas ligan dan apoptosis dari beresiko untuk mendiagnosis preeklampsia sel imun yang aktif oleh interaksi Fas/Fas ligan pada usia kehamilan 20 minggu. dan mengakibatkan imunosupresi. Efek Upaya dini yang dilakukan adalah supresi yang kuat dari sHLA-G ada respon dengan mengukur kadar HLA-G yaitu sejenis alloproliferatif dari sel T menunjukan kadar antigen yang dibentuk fetus untuk melindungi (11) yang lebih tinggi dari isoform sHLA-G5. diri dari serangan imun ibu. Apabila diketahui Aplikasi Penggunaan Metode HLIT (sHLA-G kadar HLA-G pada serum ibu hamil di bawah dan LILRB1 Immunology Test) sebagai normal (normalnya 15,2 ± 8,6ng/ml) 13,4 ± Metode Diagnosis Dini Preeklampsia 10,1ng/ml, dapat dilakukan pencegahan 52 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 perburukan kondisi menjadi preeklampsia lebih awal, 16,17 sehingga gejala preeklampsia tidak untuk memunculkan suatu sinyal sehingga (19,20) dapat terdeteksi. muncul dan semakin parah menjadi eklampsia. Prinsip dasar pemeriksaan kadar HLA-G Waktu pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam sampel darah ibu hamil dengan metode sedini mungkin pada usia kehamilan 4 minggu direct, yaitu menggunakan dua antibodi, anti- yaitu pada usia sempurnanya perkembangan LILRB1-PE dan anti-HLA-G. Keseluruhan uji plasenta. Perkembangan ELISA dilakukan pada 40-Well Plate mikrotiter. sempurna ditandai plasenta dengan yang terbentuknya 100 µl anti-LILRB1-PE sirkulasi darah maternal dan sirkulasi darah dilarutkan fetus sehingga HLA-G sudah beredar pada mendapatkan (17,18) dengan diencerkan coating konsentrasi buffer akhir atau untuk 0,5µg/ml kemudian ditambahkan ke masing-masing well sirkulasi darah ibu. Upaya pencegahan perburukan kondisi dengan pembagian yang rata (50ng/100 ml). menjadi preeklampsia yang dapat dilakukan Plate diinkubasi selama 24 jam pada suhu 4 C. yaitu resiko Plate dicuci menggunakan PBS Tween 0,2% hipertensi. Caranya yaitu mengevaluasi dan (Tween 20) sebanyak 3 kali dalam suhu monitoring tekanan darah sehingga tidak ruangan. 50 µl sampel darah yang telah terjadi atau diencerkan dengan assay buffer ditambahkan hipertensi selama kehamilan. Jenis dan pola pada plate dan diinkubasi selama 2 jam pada makanan yang seimbang dan teratur dapat ELISA plateshaker. Kemudian plate dicuci membantu stabilisasi tekanan darah, begitu dengan Tween 0,2% sebanyak 3 kali. dengan menghindari peningkatan tekanan faktor darah o (10,19) juga dengan mengurangi resiko stress dan SA HRP (enzim) yang diencerkan dengan assay buffer ditambahkan ke masing- kecemasan. masing ruang plate sebanyak 50 µl kemudian Pemeriksaan HLA-G dalam Sampel Darah diinkubasi selama satu jam pada ELISA Menggunakan teknik ELISA plateshaker. Plate selanjutnya dicuci sebanyak Pada metode teknik 3 kali dengan Tween 0,2% dan menambahkan ELISA (Enzyme-Link Immunosorbent Assay) 50 µl substrat sure blue TMB 100 µl pada secara spesifik dan paling sederhana yaitu masing-masing ruang plate. Inkubasi kembali teknik ELISA Direct. Teknik ELISA Direct selama 20-30 menit pada ruangan gelap. menggunakan suatu antigen atau antibodi lain Reaksi enzim kemudian dihentikan dengan yang bersifat spesifik dengan antibodi atau menambahkan 50 ml H2SO4 2N pada masing- antigen yang akan diuji. Antigen/antibodi yang masing ruang. Pembacaan hasil menggunakan diuji elisa reader dengan panjang gelombang atau tersebut akan ini digunakan bertautan dengan (10,19) antibodi/antigen yang spesifik dicampurkan ke lamda atas permukaan sehingga muncul interaksi kuantitas kadar antara antigen dan antibodi yang bersesuaian. dengan menggunakan Suatu substrat ditambahkan ke permukaan 450-492nm. Untuk HLA-G (20) sebagai alat bantu. dapat menghitung dilakukan spektrofotometer Pengujian antibodi anti- HLA-G dilakukan dengan konsentrasi yang 53 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 sama pada 10 ruangan pada plate yang sama (10) perbandingan dengan pemeriksaan yang saat dengan anti-LILRB1-PE. ini telah banyak digunakan sebagai baku emas Analisis Manfaat Metode HLIT (sHLA-G dan yakni LILRB1 Immunology Test) sebagai Metode proteinuria. Diagnosis Dini Preeklampsia preeklampsia,pemeriksaan tekanan darah dan Pemahaman patogenesis bahwa tentang HLIT preeklampsia HLIT memegang pemeriksaan tekanan darah Dalam dan kasus dalam proteinuria berperan sebagai diagnosis dini. menunjukkan Seperti yang telah dijabarkan di awal, bahwa yang arteri spiralis mengalami vasokontriksi yang esensial. Fungsinya dalam mendiagnosis dini menyebabkan terjadinya iskemia sehingga preeklampsia yang berhubungan dengan teori merangsang pembentukan radikal bebas yang imunitas.Bukti dari penelitian terkait yang ada mengakibatkan disfungsi endotel. Disfungsi menunjukkan potensi yang tinggi dari HLIT endotel dalam menyebabkan hipertensi dan pada pembuluh memberikan peranan gambaran dalam mendiagnosis dini preeklampsia. tidak hanya ginjal sistemik menyebabkan (21) proteinuria. Tanda hipertensi dan proteinuria merupakan kondisi lanjut atau komplikasi Sejumlah akibat disfungsi endotel yang biasanya terjadi molekul HLIT yang berada dalam darah pada kehamilan di atas 20 minggu. Terkadang membuka pula tanda hipertensi dan proteinuria terkontrol biopsi peluang diukur darah melalui pemeriksaan dapat pembuluh darah HLIT yang memiliki peranan intraseluler yang pada plasenta. yang tinggi dalam penggunaannya sebagai penanda baru yang normal efektif dan tidak terlalu invasif dalam diagnosis patofisiologi dini preeklampsia. Terlebih lagi telah terdapat sehingga dapat menyebabkan keterlambatan penelitian pada tetapi secara sistem preeklampsia imunitas telah terjadi wanita hamil yang dalam penanganan preeklampsia sejak dini HLIT berada dalam dan bahkan telah berlanjut ke eklampsia serta serum maternal. Namun hal ini memerlukan komplikasi lainnya.Hal ini menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut untuk memperkuat bukti hipertensi dan proteinuria kurang mampu ilmiah. memberikan menunjukkan bahwa 10 Pemeriksaan HLIT juga kelemahan terkait kadarnya memiliki yang rendah dalam serum ibu jika dibandingkan dengan di desidua atau plasenta sehingga diagnosis dini terjadinya preeklampsia. Perbandingan antara metode HLIT untuk dalam darah dan pemeriksaan tekanan darah pemeriksaan yang lebih baik adalah dengan dan proteinuria merujuk pada kemampuan menggunakan biopsi plasenta. (9) diagnosis awal yang lebih baik dari HLIT. Hal HLIT yang telah meningkat sejak proses ini mengarah pada peluang yang lebih baik pembentukan plasenta dimulai yaitu pada dalam terapi saat ini dimana lebih mengarah minggu ke-4 memberikan keuntungan yang dalam menghambat progresivitas. Diagnosis sangat besar jika diaplikasikan sebagai faktor dini yang tepat sebelum timbulnya tanda diagnosis dini. Metode HLIT yang berpotensi berupa hipertensi dan proteinuria memberikan sebagai faktor diagnosis dini tentu memerlukan 54 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 harapan yang tinggi dalam mencegah peralihan preeklampsia menjadi eklampsia. dalam darah berkisar pada skala mikro dan Aplikasi metode HLIT dalam darah untuk mendiagnosis preeklampsia paling efektif mengingat konsentrasi HLIT memerlukan proses memiliki penggunaan ELISA feasibilitas yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh pemeriksaan utama tersedianya operasional alat yang diperlukan. Biaya yang multiplikasi. Namun sebagai metode memerlukan cukup tinggi. biaya Hal ini pemeriksaan sebanding dengan manfaat yang menuntut penelitian lebih lanjut dalam hal didapapatkan penggunaan menunjukkan bahwa metode metode terkait sehingga HLIT memiliki peluang yang tinggi untuk didapatkan suatu metode yang lebih mudah diaplikasikan dan efisien. mengingat spesifitas dan keuntungan yang diberikan lebih menjanjikan. Penggunaan metode HLIT dalam Pada tabel 1 diberikan analisis biaya dalam mendiagnosis dini preeklampsia memerlukan aplikasi HLIT menggunakan alat dan reagen penelitian lebih lanjut untuk menilai sensitivitas yang sesuai dengan penelitian terkait HLIT dan spesifisitas pemeriksaan ini. Disamping dalam serum. itu, diperlukan pula penelitian epidemiologi Potensi yang tinggi dari HLIT tentunya tidak lepas dari adanya kekurangan. terkait batasan kadar HLIT dalam darah penderita preeklampsia yang berguna dalam Terbatasnya metode pemeriksaan yang dapat interpretasi mengukur kadar HLIT dalam darah menjadi menyempurnakan kekurangan marker diagnosis dini. utama dari aplikasi HLIT. data diperlukan untuk penggunaanya sebagai Penggunaan ELISA menjadi metode yang Tabel 1. Analisis biaya pemeriksaan HLIT dalam darah Jenis Pengeluaran Harga Biaya (Rp) pakai (Rp) Washer Systems 12.042.927 12.043,93 ELISA Plate Readers 12.042.927 12.043,93 Single Channel Manual Adjustable Pipettor 2.738.087 2.738,09 Mesin sentrifugasi 3.767.403 3.767,40 Membran sentrifugasi 1.981.758 1.982,76 Inkubator 3.661.404 3.661,40 Spuit 400.000 4.000,00 Microwell plate 40 (Santa Cruz) 2.054.250 17.118,75 Tabung EDTA 300.000 3.000,00 sekali Peralatan Subtotal 55.104,66 Bahan Bufer Fosfat 500ml (Santa Cruz) 182.600 1.826 55 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 Tween-20 500ml (Santa Cruz) 228.250 2282,5 Sampel darah 2 ml 1.241.680 12.416,8 Antibodi anti HLA-G 50 µL 2.503.440 25.034,4 Antibody anti LILRB1 50 µL 2.503.440 25.034,4 Subtotal 85.888,2 Lain – lain Biaya analis 40.000 40.000 Subtotal 40.000 TOTAL BIAYA PEMERIKSAAN 170.992,86 SIMPULAN sHLA-G Berdasarkan analisis dan sintesis atas gagasan yang dikaji, maka dapat disimpulkan mengakibatkan imunitas arteri Peranan sHLA-G sebagai pertahanan fetus terhadap sistem imun ibu pada kehamilan adalah rendah ini maladaptasi sehingga sel trofoblas tidak bisa menginvasi desidua dan beberapa hal sebagai berikut : 1. yang sebagai proteksi trofoblas yang akan berikatan dengan spiralis kecacatan serta terjadilah vaskularisasi yaitu penyempitan arteri spiralis yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. reseptor pada sel T, sel B, sel Nk dan APC, dimana yang dominan sebagai 3. menggunakan 2 antibodi yaitu imun ibu terhadap fetus dengan supresi anti-LILRB1 dan anti-HLA-G. pada lisis oleh sel NK dan sitotoksik oleh ini akan Melalui diagnosis awal dapat mencegah dilakukan pengenalan fetus sebagai benda asing evaluasi sHLA-G dalam serum rendahnya wanita sHLA-G pada hamil yang mengalami preeklampsia. Dimana penurunan kadar sHLA-G ini sudah terjadi saat plasenta mulai mengalami maturasi yaitu pada usia kehamilan 4 minggu. Kadar dan monitoring tekanan darah sehingga tetap patogenesis preeklampsia didasarai oleh dini menjadi preeklampsia seperti berkembang dengan baik. Peranan pencegahan terhadap perburukan kondisi oleh sistem imun ibu sehingga fetus dapat 2. pada dengan metode ELISA dengan akan mengakibatakn toleransi dari sistem Toleransi HLA-G sampel darah dapat dilakukan reseptor inhibisi adalah LILRB1. Ikatan ini CTL. Pemeriksaan stabil. 4. Keuntungan penggunaan HLIT yakni mampu diagnosis memberikan lebih dini dari pemeriksaan yang sudah ada untuk preeklampsia, mendiagnosis dimana 56 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 pemeriksaan ini bisa dilakukan pencegahanperburukan pada preeklampsia. usia minggu. juga kehamilan Penggunaan memiliki kelemahan 4 HLIT beberapa terkait kondisi kadarnya DAFTAR PUSTAKA 1. Uzan Jennifer, Carbonnel Marie, yang rendah dalam serum ibu Piconne Olivier, Asmar Roland, Ayoubi jika dibandingkan dengan di Jean-Marc. desidua Pathophysiology, atau Dengan plasenta. memperhatikan HLIT dini, penggunaan tentunya Diagnosis, and Management. Vascular Health and potensinya dalam memberikan diagnosis Pre-Eclampsia: Risk Management. 2011:7:467–474. 2. Hernawati, I. Analisis Kematian Ibu Di memiliki Indonesia Tahun 2010 Berdasarkan prospek yang cerah dalam Data SDKI, Riskesdas Dan Laporan mengurangi angka mordibitas Rutin KIA. 2011. [cited: March 21, dan 2013]. mortalitas akibat preeklampsia. Available from: http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/ wp- SARAN content/uploads/downloads/2011/08. Beberapa saran yang dapat diberikan melalui 3. karya tulis ini antara lain: 1. Lana Management K. American pengambilan Volume 70, No. 12. sampel HLA-G pada 4. Physician. 2004. to Increased Cascade. Journal of Biotech Research darah sangat diperlukan mengingat 2012:4:26-43. saat ini yang dapat digunakan hanya metode ELISA sehingga diharapkan Leading Activation of The Blood Coagulation dapat mengukur kadar HLIT dalam biaya Preeclampsia. Alladin Ambreen A, Harrison Melinda. Damage Penelitian terkait metode baru yang menurunkan Family and Preeclampsia: Systemic Endothelial spesifisitas yang lebih tinggi. dapat Diagnosis of Pengembangan metode HLIT dengan plasenta agar memiliki sensitivitas dan 2. Wagner, 5. Ghulmiyyah L, Sibai B. Mortality dan Maternal from Preeclampsia/Eclampsia. US National memudahkan proses pemeriksaan. Library of MedicineNational Institutes 3. Penelitian terkait intervensi terhadap peranan HLIT dalam patogenesis of Health. 2012. 6. EHN (European Heart Network). Disease Statistics. preeklampsia menjadi hal yang sangat Cardiovascular esensialHal ini dikarenakan peranan 2012. [cited: March 21, 2013] Available dari HLIT yang sangat vital dalam from http://www.ehnheart.org/cvd- statistics.html. 57 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 7. Bouteiller Philippe Valerie. HLA-G Journals 8. of Le and and Mallet Pregnancy. Reproduction and 467. 13. Hunt Joan S., Jadhav Lalita, Chu Fertility.1997: 2:7-13. Wenjiang, Geraghtyn Daniel E, and Hunt Joan S., Petroff Margaret G., Ober McIntire Ramsey H., and Ober Carole. Circulates in Maternal Blood During HLA-G and Immune Tolerance in Pregnancy. Am Pregnancy. 2000;185: 682-688. The FASEB Journal. 2005:10:681-690. 9. Biology of Reproduction. 2008:79:459- 14. Menier Carole. Soluable HLA-G J Obstet Gynecl. Catherine, Freiss Nathalie Apps Richard, Gardner Lucy, Sharkey Rouas, and Carosella Edgardo D. The Andrew M, Holmes Nick and Moffett HLA-G Non Classical MHC Class I Ashley. A Homodimeric Complex of Molecule is Expressed in Cancer with HLA-G on Normal Trophoblast Cells Poor Prognosis. Implications in Tumor Modulates Escape from Immune System and Antigen-Presenting Cells Via LILRB1. European Journal of Clinical Immunology 2007:37:1924-1937. Cytogenet 10. Changlin Li, Houser Brandy L., Nicotra Matthew L., and Strominger Jack L.. Applications. Atlas Oncol Genet Haematol 2008:1:879-886. 15. Hylenius Sine, Andersen Anne-Marie HLA-G Homodimer-Induced Cytokine Nybo, Secretion Through HLA-G Receptors Thomas on Human Decidula Macrophages and Between HLA-G Genotype and Risk of Natural Preeclampsia: A Case-Control Study Killer Cells. PNAS Early Edition. 2009:1:1-6. Melbye Mads, Vauvert F. and Hviid Assosiation Using Family Triads. Molecular Human 11. Laskowska Marzena and Oleszczuk. Reproduction. 2004:10(4):237-246. Serum Soluable Human Leukocyte 16. Sulistyowati S. Ekskresi Protein in Antigen-G in Pregnancies Complicated MHC Class IB (HLA-G & QA-2) yang by Severe Preeclampsia. Archives of Rendah Terhadap Profil Perinatal VCAM-1 dan MMP-9 Medicine. 2011:17(3):147- 152. Preeklampsia. 12. Moreau Philippe, Contu Licinio, Alba dengan Orru Sandro, Carcassi Carlo, Roger 2011. Rabreau Michele, and 70 pada pada Ibu Hamil dan Hewan Coba Musculus Francesco, Lai Sara, Simoes Renata, Michel, Penelitian Hsp Model Disfungsi Endotel. 17. Widyani N. Fisiologi Plasenta. Bagian Carosella Edgardo D. HLA-G Gene Obstetri dan Ginekologi Fakultas Polymorphism in Human Plasentas: Kedokteran Universitas Hasanuddin. Possible Association of G*0106 Allele 2011. with Preeclampsia and Miscarriage. 58 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 18. Kliman H. J. From Trophoblast to Human Placenta. Yale University School of Medicine. 2010. 19. Anonim. ELISA. 2009. [cited: March 20, 2013]. Available from: http://www.scribd.com/doc/39010855/ ELISA.htm. 20. Hartanto J. Prosedur ELISA HSP 70. 2012. [cited: March Available 20, 2013]. from: http://www.scribd.com/doc/prosedurelisa-hsp-70.htm. 21. Cunningham F. Gary, Leveno Kenneth J., Bloom Steven L., Hauth John C., Rouse Dwight J., Spong Catherine Y. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 2. Jakarta: EGC. 2009\ 59 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 KETOASIDOSIS DIABETIK PADA DIABETES MELITUS TIPE I Laporan Kasus 1 1 1 Dimas Priantono, Abirianty Priandani Araminta, Antari R. Harmani, Toto 1 2 3 Suryo Efar, Eka Nurfitri, Bambang Tridjadja 1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2 , SMF Anak, Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta 3 , Divisi Endokrinologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat defisiensi insulin berat. Dibandingkan dengan kegawatan lain di bidang ilmu kesehatan anak, KAD pada DM relatif lebih jarang, tetapi dapat berakibat fatal. Ilustrasi Kasus: Seorang anak perempuan, 14 tahun 3 bulan, berat badan 40 kg, datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan utamalemas yang memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan, banyak minum, dan banyak berkemih. Riwayat penyakit dahulu dan keluarga diabetes disangkal. Pasien tampak sakit berat, tampak sesak, pernapasan Kussmaul, kesadaran apatis, pemeriksaan fisis lain dalam batas normal. 3 Leukosit 24.800/mm ; gula darah sewaktu (GDS) 1.228 mg/dL; pH 7,139; HCO 34,6 mmol/L; Keton urin +2; HbA1C>15,0. Pasien didiagnosis sebagai KAD pada DM tipe 1. Tatalaksana awal dengan cairan NaCl 0,9% 2000 cc dalam 1 jam, O2 nasal kanul 3 liter/menit, reguler insulin (RI) 4 IU/jam intravena (IV), RI 10 IU subkutan (SC), sefotaksim 3x1g. Pasien dirawat dengan tatalaksana lanjutan insulin ® ® detemir (Levemir ) 24 IU malam, insulin aspart (Novorapid ) 7-10-7 IU, sefotaksim 3x1g. Diskusi: Pada kasus ini, keluhan utama pasien tidak spesifik untuk DM tipe 1 sehingga pasien awalnya tidak terdiagnosis. Pasien terdiagnosis setelah jatuh dalam kondisi KAD. Diagnosis KAD pada pasien didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisis, dan terutama pemeriksaan penunjang. Sebagai kesimpulan, penting bagi para dokter agar mampu mendiagnosis dan menatalaksana secara tepat KAD pada DM tipe 1. Kata Kunci: diabetes melitus, ketoasidosis, pediatri ABSTRACT Introduction: Diabetic ketoacidosis (DKA) is a terminal condition in metabolic abnormalities caused by severe insulin deficiency. Compared to other emergencies in pediatrics, this condition is relatively rare but can be lethal. Case: A female child, 14 years 3 months old, body weight 40 kilograms, came to emergency department with increased fatigue since 1 week before admission. Shelost 5 kilograms in the last month. She also drank and urinated more than usual. There was no relevant past or family medical history.The patient was severely ill, dyspnea, Kussmaul respiration, apatic, other physical examination 3 results were normal. White blood cells (WBC) 24,800/mm ; plasma glucose level 1,228 mg/dL; pH 7,139; HCO34,6 mmol/L; urinary ketone +2; HbA1C>15,0. We diagnosed her as DKA in type I DM. Initial treatment wereIV NaCl 0.9% 2000 cc in1 hour, O 2 3 liters/minute by nasal cannulae, regular insulin (RI) 4 IU/hour drip IV, RI 10 IU subcutaneus (SC), cefotaxime 3x1g. At the ward, we gave ® ® insulin detemir (Levemir ) 24 IU at night, insulin aspart (Novorapid ) 7-10-7 IU and cefotaxime 3x1g. Discussion: In this case, the chief complaint is not specific, therefore the diagnosis was delayed.This patient was diagnosed after she was already in DKA state. We diagnosed her based on history taking, physical examination and mainly, laboratory studies. We conclude that it is important for general practitioners to be able to diagnose and treat DKA in type I DM. Keywords: diabetes mellitus, ketoacidosis, pediatric PENDAHULUAN Ketoasidosis diabetik terjadi pada anak dengan atau tanpa diagnosis (KAD) merupakan keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat defisiensi insulin berat. (1,2) Kondisi ini dapat diabetes melitus (DM) sebelumnya, baik DM tipe 1 maupun tipe 2. (1,2,3) Pada anak dengan DM tipe 1, risiko terjadinya KAD adalah 1-10% 60 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013 per pasien per tahun. (4) Di Negara maju dilakukan tes Widal namun hasil positif dan sekalipun, 15-70% anak dengan DM datang pasien dipulangkan. Delapan belas pertama dan SMRS pasien merasa sangat tidak enak badan didiagnosis sebagai DM setelah jatuh dalam sehingga dibawa oleh orang tuanya ke RS kondisi KAD.Diagnosis KAD pada anak lebih Prikasih. Di RS Prikasih pasien diperiksa sulit dibandingkan pada orang dewasa, karena glukosa darah dan hasilnya sangat tinggi. sulitnya menggali keluhan dari anamnesis Karena keterbatasan fasilitas pasien kemudian kali ke fasilitas kesehatan pada anak dengan usia muda. (5) dirujuk ke RS Fatmawati.2 Anak dan remaja yang mengalami KAD harus Pasien ditatalaksana secara menyeluruh di pusat sebelumnya. Riwayat keluhan yang sama kesehatan yang memiliki protokol manajemen sebelumnya (-), dinyatakan diabetes (-), asma KAD dan memiliki pengalaman menangani (-), alergi (-). Riwayat sakit tenggorokan kasus-kasus serupa. (6) Oleh karena itu, melalui tidak dengan demam pernah dirawat tinggi di RS disangkal.Riwayat laporan kasus ini penulis ingin memberikan penyakit keluarga, yaitu diabetes melitus (-), salah satu contoh kasus KAD pada anak, hipertensi (+) kakek pasien, penyakit tiroid (-), penatalaksanaan yang dilakukan, serta telaah riwayat sakit jantung (-), sakit paru (-), asma (- terhadap penatalaksanaan tersebut. ), alergi obat/makanan (-). Riwayat Kelahiran dan Tumbuh Kembang ILUSTRASI KASUS atau obat-obatan disangkal. Keluhan selama An. PS, perempuan, 14 tahun 3 bulan, datang kehamilan dengan semakin spontan, cukup bulan, dibantu oleh bidan. memberat sejak satu minggu sebelum masuk Berat badan lahir 2000 gram, panjang lahir 48 rumah sakit(SMRS). cm, langsung menangis. Riwayat biru atau keluhan emas yang Tidak ada kelemahan juga disangkal. Pasien lahir sesisi atau anggota gerak, dan masih dapat kuning saat lahir disangkal. beraktivitas ringan. Makan pasien sebelumnya Saat ini pasien duduk di kelas III SMP. teratur, suka mengemil, tetapi sejak satu Prestasi belajar cukup baik, tidak pernah ada minggu terakhir tidak nafsu makan karena riwayat tinggal kelas. Status pubertas A2M3P2. mulutnya terasa pahit. Pasien mengeluh nyeri Payudara mulai tumbuh umur 10 tahun, perut di ulu hati, mual, muntah berisi cairan menarche pertama kali dan pertumbuhan bening sebanyak dua kali. Pasien mengalami rambut pubis pertama dimulai saat usia 11 penurunan berat badan sebanyak 5 kg dalam tahun. satu bulan. Pasien mengeluh banyak minum, banyak BAK dan terbangun untuk BAK di Riwayat Nutrisi, Imunisasi, dan Sosial malam asien sehari-hari makan 3x sehari terdiri dari hari. BAB normal, tidak diare. Penglihatan kabur dan kesemutan disangkal. Tiga disertai cemilan ringan, berupa biskuit dan demam namun tidak terlalu tinggi. Keluhan kue-kue kecil. Sebelum masuk rumah sakit, batuk, sesak nafas, nyeri menelan disangkal. napsu makan pasien menurun dan makan Pasien merasa semakin lemas dan tidak nafsu hanya sedikit. . Pasien SMRS sempat pasien menu keluarga sempat makan. hari nasi dan lauk pauk sesuai dibawa ke RS, 61 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013 Pemeriksaan Fisis Keadaan umum : tampak sakit berat Kesadaran : GCS E3M5V4=12 Tekanan darah : 100/60 mmHg Frekuensi nadi : 100x/menit, reguler, isi cukup, ekual di keempat ekstremitas Frekuensi nafas : 30x/menit, reguler, dalam, tipe torako abdominal,irama Kussmaul Suhu : 36,7ºC aksila Berat badan : 40 kg Tinggi badan : 156 cm Mata : pupil bulat, isokor, RCL (+/+), RTCL (+/+) konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-) THT : tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), sekret dari telinga (-), nyeri tekan sinus (-), septum deviasi (-) Mulut : oral hygiene baik, mukosa basah Leher : kaku kuduk (-), tiroid dan KGB tidak teraba pembesaran Paru : vesikular +/+, ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Jantung : bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen : datar, lemas, distensi (-), venektasi (-), supel, hati dan limpa tidak teraba, nyeri tekan (-), turgorbaik, massa (-), timpani, bising usus (+) normal 6x/menit Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), parut BCG (+) Status gizi : Berat badan = 40 kg Tinggi badan = 156 cm Kesan klinis gizi cukup 2 IMT = 16,43 kg/m =persentil 10 normal BB/U = persentil 10 normal TB/U = persentil 25 normal BB/TB = 40/45 x 100% = 88,89% gizi kurang Gambar 1. Pemantauan gula darah 62 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013 Pemeriksaan Laboratorium Tabel 1.Hasil pemeriksaan laboratorium Hematologi Hb Ht Eritrosit Leukosit Trombosit LED MCV MCH MCHC Kimia Klinik SGOT SGPT Ureum Kreatinin GDS Na K Cl Keton Gas Darah pH PCO2 PO2 HCO3 SaO2 BE TCO2 Urinalisa Urobilinogen Protein BJ Bilirubin Keton Nitrit pH Leukosit Hb Glukosa Warna Kejernihan Epitel Leukosit Eritrosit Silinder Kristal Bakteri 15 Jan (01.30) 12,2 37 4,35 24.800 276.000 15 Jan (05.00) 15 Jan (14.00) 15 Jan (19.00) 16 Jan 16 Jan (20.00) 94,4 27,9 29,6 16 14 150 3,3 1.228 141 5,4 90 4,40 1.414 7,139 14 37,6 4,6 57,4 -21,9 5,1 711 159 4,61 112 829 165 5,48 109 7,106 6,3 190,3 1,9 98,9 -24,8 2,1 7,419 24,5 115,4 15,5 98,4 -6,9 16,3 7,509 18,7 186,6 14,6 99,4 -5,61 15,1 0,2 Trace < 1,005 Negatif 2+ Negatif 5,0 Negatif 3+ 3+ Kuning Jernih 1+ 3-4 >50 Negatif 0,2 1+ < 1,005 Negatif 2+ Negatif 5,5 Trace 3+ 3+ Kuning Sl 1+ Cloudy 3-5 50 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 160 2,35 125 7,463 19,6 178,3 13,7 99,3 -7,3 14,3 7,538 24,7 140,8 20,6 99,1 -0,2 21,3 17 Jan (07.30) 11,4 32 3,97 20.600 166.000 43 80,4 28,6 35,6 154 3,82 110 Satuan g/dL % Juta/µL /µL /µL mm fl pg g/dL U/L U/L mg/dL mg/dL mg/dL mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L mmHg mmHg mmol/L % mmol/L mmol/L 0/1/84/12/2, retikulosit 6,3, eroimunologiASTO khusus ( (+), dan CRP 29. Dari hasil morfologi darah Januari 2012), yaitu <0,10(normal0,9-7,1) dan tepi tersebut didapatkan kesan leukositosis. >15,0(normal 4,5 – 6,3). Pemeriksaan tanggal Pemeriksaan foto polos toraks PA didapatkan 17 Januari 2012: eukosit20.600, hitung jenis kesan paru dan jantung dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium 63 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013 2 Diagnosis, Tata Laksana, dan Prognosis ketonemia Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan di atas, didapatkan gejala diabetes melitus: polidipsia, pasien ketoasidosis poliuria, polifagia, nokturia, enuresis, dan anak diabetik pada diabetes melitus tipe 1. Tata lemah (malaise); riwayat penurunan berat laksana yang diberikan antara lainloading NaCl badan dalam beberapa waktu terakhir yang 0,9% 800 cc dalam 1 jam, dilanjutkan rumatan tidak dapat dijelaskan sebabnya. Selain itu, 3800 cc /48 jam. Selain itu, juga diberikan juga dapat ditemukan nyeri perut, mual, O2nasal kanul 3 lpm, reguler insulin 4 IU/jam muntah tanpa diare, jamur mulut atau jamur drip IV, RI 10 IU SC untuk koreksi tambahan, pada alat kelamin, dan keputihan, dehidrasi, dan sefotaksim 3x1g. Progonis pasien yaitu d hiperpnea, napas berbau aseton, syok dengan vitambonam, d fungsionambonam, dan ad atau sanasionamdubia ad bonam. ditemukan dehidrasi berat namun masih terjadi didiagnosis sebagai tanpa poliuria. DISKUSI dan (2,5,6) ketonuria. Dari koma.Dicurigai anamnesis KAD apabila Pada pemeriksaan fisis pasien dengan KAD, dapat ditemui gejala asidosis, Ketoasidosis diabetik (KAD) dehidrasi dengan atau tanpa syok; pernapasan pada kelainan Kussmaul (pada kasus yang berat dapatterjadi metabolik akibat defisiensi insulin berat. KAD depresi napas); mual, muntah, dan sakit perut juga dapat terjadi akibat gangguan efektivitas seperti akut abdomen; penurunan kesadaran kerja insulin, misalnya pada keadaan stres, hingga koma; demam; napas berbau aseton; ketika sertapeningkatan produksi urin. merupakan keadaan akhir terjadi sekresi hormon counter- (2,5,6) regulatory yang menghambat kerja insulin. ada kasus pasien ini, diagnosis diabetes Kejadian dengan melitus tipe 1 dengan riwayat KAD ditegakkan Selain berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, KAD pada anak diabetesawitan baru sekitar 20-40%. itu, terjadi pada anak yang tidak menggunakan dan pemeriksaan penunjang. insulin sesuai dosis(kekurangan) dan pada seorang anak perempuan usia 14 tahun yang anak dengan penyakit yang tidak teratasi. dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lemas KAD menjadiringan, yang semakin memberat sejak satu minggu sedang, berat. Pada KAD, terjadi ketonuria SMRS. Gejala yang dialami pasien sesuai berat, peningkatan anion gap, penurunan dengan bikarbonat serum(atau TCO2) dan pH, serta memiliki riwayat klinis DM, tetapi dari data peningkatan epidemiologi KAD terjadipada 20-40% kasus dapat diklasifikasikan osmolaritas serum, menandakan dehidrasi hipertonik. yang (1-6) gejala klinis KAD. Pasien adalah Pasien tidak DM awitan baru. Pasien juga mengeluhkan Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) polidipsia, puliuria, nokturia, malaise, dan 2010, apabila penurunan berat badan, yang merupakan terdapat hiperglikemia, bila kadar gula darah gejala khas DM. Pasien ini juga mengeluhkan >11mmol/L (sekitar 200mg/dL); pH darah vena nyeri perut, mual, dan muntah tanpa diare, <7,3, atau bikarbonat <15 mmol/L; serta yang menyokong diagnosis DM. diagnosis KAD ditegakkan (1-6) 64 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013 Pada pemeriksaan fisis, didapat tandatanda dehidrasi disertai Kussmaul, yang khas pola pernapasan untuk KAD. Dari Selain itu, aspek lain yang belum dilakukan pada pasien keberhasilan ini adalah terapi pemantauan dari segi ketosis. pemeriksaan penunjang didapatkan gula darah Seharusnya, pasien diperiksa apakah masih “high”, terdapat keton pada urinnya. Diharapkan dengan pemeriksaan darah vena didapatkan sudah tidak ditemukan keton pada urin. Di GDS 1.228 mg/dL; pH 7,139; bikarbonat 4,6 samping itu, juga terdapat tanda-tanda bahaya mmol/L; keton darah 4,4 mmol/L; dan keton yang perlu diperhatikan, antara lain dehidrasi urin 2+. Dari hasil anamnesis,pemeriksaan berat dan renjatan, asidosis berat dan serum K fisis, kami yang rendah, hipernatremia, hiponatremia, ketoasidosis sertapenurunan kesadaran saat pemberian sewaktu berdasarkan dan glukometer penunjang, menegakkandiagnosis diabetik. (2,5,6) terapi yang menunjukkan adanya atalaksana ketoasidosis diabetik pada pasien serebri. (2) edema diberikan sesuai protokol IDAI. Tatalaksana KAD, diagnosis, tatalaksana, dan pemantauan untuk pasien terdiri dari terapi cairan, insulin, harus dilakukan secara komprehensif dan dan elektrolit. Kebutuhan cairan untuk pasien sesuai protokol, agar dapat dicapai kualitas pada kasus ini, sesuai dengan protokol IDAI, hidup pasien yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam mengelola yaitu 20 cc/kgBB untuk satu jam pertama, dilanjutkan dengan rumatan. Insulin diberikan SIMPULAN juga masih dalam batas sesuai protokol, yaitu Berdasarkan 2-4 U/jam. Setelah melakukan penghitungan disimpulkan bahwa kunci dari manajemen KAD kadar natrium terkoreksi, ternyata pasien tidak adalah memerlukan koreksi. Pada kasus ini, tidak pemantauan diberikan koreksi kalium karena diharapkan dilakukan asupan oral pasien dapat mencukupi. Hal ini mencakup tidak sesuai dengan protokol, dan ternyata gangguan pasien penanganan infeksi. Kasus di atas dapat selama hipokalemia perawatan sehingga mengalami diagnosis, yang atas, dapat tatalaksana, baik. secaratepat. terapi di Diagnosis harus Tatalaksana harus cairan, elektrolit, dan insulin, koreksi pemantauan, dan secara menjadi pelajaran dalam mengelola KAD, parenteral. Dengan tatalaksana di atas, pasien misalnya bahwa koreksi kaliumharus diberikan mengalami klinis. sejak awal resusitasi agar tidak menimbulkan awal hipokalemia di kemudian hari. Pemantauan resusitasi, dengan dosis 5 mEq/kgBB/hari, yang baik juga dapat membantu mengenali dengan konsentrasi 20-40 mEq/L, kecepatan gangguan elektrolit ini secara lebih dini. perbaikan dikoreksi pembahasan secara Seharusnya, diberikan kalium sejak 2 ≤0,5 mEq/kg/jam. Pengontrolan gula darah yang optimal dilakukan secara titrasi insulin, DAFTAR PUSTAKA hingga dicapai kadar yang sesuai untuk 1. pasien, tanpa mengakibatkan hiperglikemia. diabetes Alemzadeh R, Wyatt DT. Type 1 mellitus. Dalam: Behrman RE, 65 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013 Kliegman RM, Jenson. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia:Saunders Elsevier. 2003. h.1948-67. 2. Batubara JRL, Tridjaja B, Pulungan AB, Aditiawati, Soenggoro EP, Faizi M, et al. Ketoasidosis diabetik. Dalam:Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.h.165-9. 3. Alemzadeh R, Wyatt DT. Diabetes mellitus-introduction and classification. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia:Saunders Elsevier. 2011. h.19478. 4. Norris AW, Wolfsdorf JI. Diabetes mellitus. Dalam: Brook CGD, Clayton PE, Brown RS. endocrinology. Brook’s Edisi clinical ke-6. West pediatric Sussex: Blackwell Publishing Limited. 2009. h.458-99. 5. Wolfsdorf J, Glaser NG, Sperling MA. Diabetic ketoacidosis in infants, children, and adolescents-a consensus statement from the american diabetes association. Diabetes Care 2006 May;29(5):1150-6. 6. Wolfsdorf J, Craig ME, Daneman D, DungerDm Edge J, Lee W, et al. ISPAD clinical practice consensus guidelines 2009 compendium-diabetic ketoacidosis in children and adolescents with diabetes. Pediatric Diabetes 2009; 10(Suppl. 12):118-33. 66 65 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013 65 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013