BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Adanya Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yang bekerja di luar negeri merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menaikan devisa negara hal ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menurunkan angka pengangguran ,TKI yang bekerja di luar negeri dioperasikan dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Faktor yang mendorong warga Indonesia bekerja di luar negeri adalah faktor ekonomi. Rendahnya kualitas sumber daya manusia karena tingkat pendidikan. Hal ini membatasi atau memperkecil akses seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia. kecilnya skala penghasilan di Indonesia menimbulkan kecemasan bagi warga negara, dan kecemasan tersebut memunculkan keinginan untuk bekerja ke luar negeri, apalagi mengingat susahnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri merupakan kebijakan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi, khususnya terhadap tenaga kerja dan keluarganya. Dalam hal ini Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri merupakan program yang dinilai dapat menjadi salah satu jalan keluar yang baik. Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri masih menemui beberapa kendala terutama tenaga kerja pada pengguna perseorangan. Penempatan TKI ke luar negeri di satu sisi dapat dilihat sebagai hal yang positif karena dapat membuka peluang kerja atau mengurangi tingkat pengangguran 1 2 dan mendatangkan devisa. Namun seiring dengan meningkatnya pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri meningkat pula permasalahan terhadap TKI seperti perselisihan antara TKI dan majikan. Banyak permasalahan yang dialami oleh TKI kita di luar negeri dalam melaksanakan tugasnya. Sudah banyak TKI yang terlibat kasus penyiksaan hal ini memberikan gambaran betapa perlindungan hukum yang diberikan kepada TKI masih jauh dari harapan meskipun telah ada perangkat hukum nasional maupun internasional. Hal ini perlu diteliti karena mengingat jumlah tenaga kerja Indonesia di Malaysia sangat tinggi jumlahnya bahkan dalam kawasan di Asia Tenggara yang bekerja di berbagai sektor bidang pekerjaan di Malaysia sehingga banyak terjadi permasalahan yang dihadapi tenaga kerja Indonesia dengan berbagai ragam kasuskasus permasalahan dan tindakan yang merugikan bagi pihak tenaga kerja Indonesia. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai angka lebih dari 254,9 juta jiwa, sehingga menduduki urutan keempat di bawah China, India, dan Amerika Serikat. Penduduk yang besar ini dapat dilihat sebagai beban dan potensi bagi pembangunan.Semua upaya pembangunan, kapan dan dimanapun selalu diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, menurunkan jumlah penduduk miskin, pengangguran serta mengurangi tingkat ketimpangan sosial, dan ekonomi di antara kelompok dalam masyarakat.Dilihat dari dimensi ekonomi, kesejahteraan penduduk ditentukan oleh kondisi distribusi sumber daya seperti 3 modal dan lahan, kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta yang tidak kalah pentingnya adalah kualitas sumber daya manusianya.1 Bagi Indonesia, dimana Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini di abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu : pertama, adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 93, 73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87, 67 juta orang dan ada sekitar 5, 06 juta orang pengangguran terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 11 juta.Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih mendominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63, 2 %.2Kedua masalah inilah menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas secara nasional di berbagai sektor ekonomi sehingga para tenaga kerja Indonesia mencari peruntungan ke luar negeri. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri (TKILN), berawal sejak tahun 1887 dengan pengiriman para TKI (kuli kontrak) ke negara-negara koloni 1 Marcelinus Molo, Masalah Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri : Prospek dan Tantangannya Bagi Indonesia, Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 1997, hlm 1 2 Didin S. Damanhuri, Korupsi, Reformasi Birokrasi dan Masa Depan Ekonomi Indonesia, Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI, 2006, hlm 76 4 Belanda seperti ke Suriname, Celedonia dan ke negeri Belanda. Perhatian pemerintah terhadap tenaga kerja pada umumnya baru dimulai sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok Ketenagakerjaan, dan Peraturan Menaker No. 4 Tahun 1970 tentang Pengerahan Tenaga Kerja. Peraturan perundang-undangan inipun sangat tidak memadai untuk memberikan perlindungan kepada para tenaga kerja, khususnya TKI-LN.UU No. 14 Tahun 1969 kurang menyentuh secara keseluruhan, karena hanya mengatur buruh manufaktur dan tidak tenaga kerja informal, seperti pembantu rumah tangga.3 Tenaga Kerja Indonesia bukan lagi sebuah fenomena migrasi penduduk keluar negeri untuk bekerja, tetapi sesudah menjadi sebuah tren yang menjadikan karakter bangsa ini yang sering melakukan pengiriman tenaga kerjanya keluar negeri.Hal ini dikarenakan, lapangan pekerjaan di Indonesia yang sangat terbatas terutama bagi masyarakat yang berpendidikan rendah, mereka rela keluar dari negerinya untuk mengadu nasib dengan tenaga kerja lainnya. TKI pada awalnya merupakan solusi untuk mengurangi pengangguran di dalam negeri dan perhatian terhadap para TKI ini sebatas pada proses pengiriman dan penempatan. Saat ini TKI menjadi masalah dan menyita perhatian penuh pemerintah Indonesia karena banyak permasalahan yang menimpa TKI tidak begitu diperhatikan. Salah satunya yaitu hak-hak TKI di luar negeri, ini menjadi perhatian pemerintah karena hak- hak mereka sering diabaikan oleh pemerintah Indonesia sendiri maupun negara yang 3 http://www.gatra.com/III/41/kri1-41.html 5 menjadi tempat mereka bekerja, apalagi masalah perlindungan sangat vital bagi yuutenaga kerja untuk mendapat keadilan bagi mereka di luar negeri. Dengan hal tersebut, sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia mendorong sejumlah TKI mengadu nasib ke berbagai negara dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup dengan bekerja di luar negeri mengalahkan gambaran tentang kekerasan, eksploitasi, dan kebijakan deportasi terhadap TKI. Bahkan hal itu akan tetap dilakukan meskipun harus pergi dengan status tak berdokumen. Inilah migrasi tenaga murah dan besar-besaran telah lama menjadi fenomena global khususnya bagi Indonesia sendiri yang mewarnai negeri-negeri miskin dunia ketiga dan kecenderungan sekarang jumlah migrasi ini mengalami peningkatan yang besar. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 khususnya Pasal 27 D ayat (2) UUD 1945 dan perubahannya yang berbunyi “Tiaptiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pada hakekatnya bunyi pasal tersebut mengandung dua makna sekaligus, yaitu memberi “hak” kepada warga negara untuk memperoleh salah satu hak dasar manusia yaitu pekerjaan dan membebani “kewajiban” kepada negara untuk memenuhinya. Dengan kata wajib, maka negara tidak dapat menghindarinya meskipun tidak cukup sumber daya dan sumber dana di dalam negeri serta harus mencari sumber-sumber tersebut sampai ke luar negeri. Sementara itu, selain berhak memperoleh pekerjaan, Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia lebih menegaskan lagi bahwa warga negara juga berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya. Oleh karena itu, warga negara tidak dapat dilarang untuk bekerja dimana saja, termasuk di luar 6 negeri.Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya migrasi TKI ke luar negeri khususnya ke Malaysia. Di samping faktor penarik yang ada di luar negeri berupa upah yang lebih tinggi, maka faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pendorong yang ada di dalam negeri, yaitu belum terpenuhinya salah satu hak dasar warga negara yang paling penting yaitu: pekerjaan seperti diamanatkan di dalam Pasal 27 D ayat (2) UUD 1945 dan atau perubahannya. Dalam kerangka kerjasama regional ASEAN, isu pekerja migran merupakan salah satu yang paling krusial dan masih dalam pembahasan yang cukup mendalam dalam rangka menyongsong terwujudnya komunitas ASEAN pada 2015, ASEAN seyogyanya menjadi kawasan yang ramah bagi para pekerja migran dan menjadi komunitas yang dapat memberi keuntungan kepada pahlawan devisa tersebut, karena fenomena pergerakan pekerja migran di dalam baik bagi negara pengirim, maupun negara penerima. Dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan kontradiksi inilah yang menjadi lingkungan strategis di mana diplomasi Indonesia sangat penting yang harus dijalankan secara menyeluruh. Peluang untuk memanfaatkan kesempatan yang terbuka di era ini, tergantung pada kedekatan faktor-faktor internasional bilateral negara. Kemajuan proses reformasi dan demokratisasi Indonesia memungkinkan NKRI lebih siap dalam menghadapi telah proses globalisasi yang mampu menempatkan dirinya tanpa ada rasa kecanggungan dalam arus utama hubungan Indonesia dengan Malaysia, yaitu menunjukkan sikap tegas kepada negara lain untuk melindungi warga negara Indonesia khususnya TKI yang 7 mendapat perlakuan tidak adil oleh sang bos (majikkan) sangat di tunggu-tunggu bangsa Indonesia. Maka demikian, tenaga kerja Indonesia di Malaysia yang pada hakikatnya merupakan ekspor jasa penghasil kas devisa terbesar bagi pemerintah Indonesia perlu diselenggarakan dengan efisien dan dengan memberikan kemudahan serta perlindungan yang diperlukan baik di dalam negeri maupun di luar negri sebagai bagian dari perencanaan ketenagakerjaan Indonesia dengan tetap memperhatikan martabat dan nama baik bangsa dan negara. Pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri khususnya dalam pembahasan penelitian ini terhadap Malaysia karena banyak permasalahan yang dihadapi para TKI di Malaysia sebagai bangsa yang serumpun dan juga memiliki latar belakang sejarah yang sama pada hakikatnya juga harus tetap mengacu pada kebijakan maupun diplomasi hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia yang antara lain dikembangkan untuk meningkatkan persahabatan dan kerjasama bilateral dalam hal perlindungan dan hak-hak buruh migran di antara dua negara yang mengacu pada deklarasi tersebut serta tidak terlepas juga harus sesuai dengan kepentingan nasional bagi kedua negara. Untuk itu dalam pembahasan ini perlu dipertegas kembali bagaimana efektifitas implementasi perlindungan dari pemerintah terhadap tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia terkait diterapkannya suatu perjanjian atau deklarasi dalam kawasan ASEAN yaitu perlindungan dan promosi hak-hak pekerja buruh migran (declaration protection and promotion of the rights of migrant workers) Karena tenaga kerja banyak mengalami eksploitasi dengan berbagi ragam permasalahan baik itu upah gaji yang tidak dibayar hingga kepada perlakuan yang melanggar hak 8 asasi manusia sebagai tenaga kerja yang menjadi migran di Malaysia karena ini adalah harkat dan martabat bangsa Indonesia. B. Identifiksi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, sebagai penulis saya akan mengajukan masalah yaitu sebagai berikut. a. Bagaimana strategi diplomasi Indonesia dalam menyelesaikan TKI di Malaysia? b. Bagaimana solusi dalam penyelesaian kasus TKI yang ada di Malaysia? c. Apa kelemahan dan kelebihan TKI berada di Malaysia? C. Batasan Masalah Untuk pembahasan yang lebih spesifik dan agar lebih mencapai target penelitian penulis akan membatasi masalah dengan mengambil satu kasus tentang sejauh mana kinerja dan peluang diplomasi ekonomi Indonesia dan Malaysia di bidang diplomatik. Secara garis beras periodisasi dari penelitian ini sendiri penulis mengambil data dari tahun 2011-2016 untuk melihat kondisi yang terjadi dalam kurun waktu tersebut. D. Rumusan Masalah “Berdasarkan uraian diatas yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauh mana peran dan kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Malaysia dalam meminimalisir kekerasan terhadap TKI di Malaysia?”. 9 E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian : a. Untuk mengetahui strategi diplomasi Indonesia dalam menyelesaikan TKI di Malaysia b. Untuk lebih mengetahui solusi dalam penyelesaian kasus TKI yang ada di Malaysia c. Untuk mengetaui kelemahan dan kelebihan TKI yang ada di Malaysia 2. Kegunaan Penelitian : Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai relevansi peran diplomasi ekonomi Indonesia Malaysia. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pengembangan dan pengkajian dalam upaya diplomasi ekonomi Indonesia demi mencapai kepentingan nasional Indonesia. F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk 10 menggambarkan dari segi mana peneliti mengamati masalah yang akan diteliti. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep.4 Menurut F. N. Karlinge, teori adalah suatu konsep atau konstruksi yang berhubungan satu sama lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dari fenomena.5Setelah itu juga membahas tentang konsep yang akan digunakan maka penulis juga mendefenisikan hal-hal yang terkait pada penelitian ini. Suatu konsep adalah abstraksi. Konsep adalah sepatah kata yang menyatakan kesamaan-kesamaan diantara peristiwa-peristiwa dan situasi lain.6 I. 6. 5. Kebijakan Luar Negeri Indonesia Kebijakan adalah tindakan yang direncanakan untuk mencapai suatu sasaran.Kebijakan luar negeri (foreign policy) suatu negara menunjukkan dasar- dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi 7 terhadap lingkungan internasional. Dalam hal ini harus dibedakan antara politik luar negeri sebagai hal yang tunggal dan kebijakan luar negeri sebagai hal yang majemuk. Atau dapat dikatakan bahwa jika politik luar negeri itu lebih menekankan kepada interaksi karena mempertemukan 4 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendy, Metode Penelitian Sosial Survei, Jakarta : Rajawali Pers, 1999, hal 112 5 Joko Sobagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1997, hal 2 6 Komaruddin Sastradipoera, Mencari Makna dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Bandung : Kapppa Sigma, 2005, hal 248 7 Dahlan Nasution, Politik Internasional, Bandung : Penerbit Erlangga, 1991, hal 9 11 minimal dua aktor yang saling berhubungan satu sama yang lain, sedangkan kebijakan luar negeri menekankan kepada aksi atau tindakan negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional.8 Dalam politik lingkungan internasional suatu negara tidak hanya memainkan satu peranan saja, melainkan dapat menjadi suatu pemimpin dalam sebuah gagasan dan menjadikan gagasan tersebut untuk kepentingan bersama.Setiap negara dituntut untuk dapat memainkan perannya secara tepat terkonsep dan terencana dalam upaya meningkatkan penampilan di arena politik internasional dan dalam pergaulan masyarakat internasional. Indonesia sebagai sebuah negara besar serta salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan sumber kekayaan alam yang sangat melimpah ruah memiliki kepentingan langsung dalam memberikan suatu gagasan di kawasan Asia Tenggara dalam pencapaian ASEAN community 2015 khususnya pada pilarASEAN Economic Community 2015 mengenai efektifitas implementasi perlindungan Tenaga Kerja Indonesia terkait Declaration Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers terhadap hubungan luar negeri Indonesia dengan Malaysia. Menentukan peran dan kebijakan yang harus dijalankan secara tepat menjadi kritikal dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Ketepatan memainkan kebijakan 8 Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008, hal 61 12 akan memungkinkan dan menjadikan Indonesia dapat mempertahankan prestasi dan berdampak pada citra baik dalam kawasan ASEAN juga dalam politik internasional sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dan dapat mengantisipasi tantangan-tantangan yang muncul. Seandainya tantangan tersebut muncul, maka dengan cepat dan tegas melalui koordinasi yang baik, tantangan tersebut dapat diatasi dengan solusi dan konsep yang bijaksana seperti permasalahan buruh atau tenaga kerja Indonesia. Agar peran yang dijalankan dapat berjalan dengan baik maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu bagaimana mendapatkan cara atau peluang yang baik bagi Indonesia dalam efektifitas implementasi Declaration protection and promotion of the rigths of migrant worker dan menghindari tindakan tindakan yang merugikan tenaga kerja indonesia agar kondisi tenaga kerja Indonesia serta perlindungannya yang berada di Malaysia khususnya dapat menjalankan ktifitasnya sebagai tenaga kerja yang terlindungi untuk membawa pencitraan yang baik bagi kepentingan nasionalnya, ASEAN, maupun secara global agar setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia dapat menguntungkan bagi kepentingan bangsanya dengan mencari peluang positif dari kerjasama pada tenaga kerja Indonesia di Malaysia dapat diterima serta diputuskan dalam suatu pertemuan yang mengacu pada perbaikan, kesejahteraan dan kedamaian bersama, yang telah ditandatangani. Oleh karena itu, peran pemerintah Indonesia harus terus ditingkatkan dengan 13 cara menjajaki dan mengikuti setiap perkembangan para tenaga migran yang berada di Malaysia, jika terjadi suatu tindah yang merugikan TKI dengan segera dapat mengambil kebijakan dan solusi yang mengarah pada perlindungan dan hak-haka para buruh migran tersebut. Selanjutnya dapat memutuskan serta membangun gagasan-gagasan yang menguntungkan kedua negara demi kelangsungan hubungan bilateral kedua negara yang solid. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara tukar-menukar informasi, membuat pertemuan khusus, atau bahkan dapat membentuk tim ahli khusus agar kerjasama yang dilakukan lebih cepat, tepat, dan terarah agar peluang yang ingin diraih lebih cepat dan mudah ditangani. I. 6. 6. Integrasi Ekonomi Istilah integrasi dalam ranah ekonomi pertama kali digunakan dalam konteks organisasi dalam suatu industri sebagaimana dikemukakan oleh Machlup (Jovanovic, 2006).Integrasi digunakan untuk menggambarkan kombinasi atau penyatuan beberapa perusahaan dalam suatu industri baik secara vertikal maupun horizontal.Kemudian, istilah integrasi ekonomi dalam konteks negara, yang menggambarkan penyatuan beberapa negara dalam satu kesatuan, diawali dengan kemunculan teori Custom Union (CU) oleh Viner.9 Dalam integrasi 9 Syamsul Arifin, dkk, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2008, hal 25 14 ekonomi terdapat berbagai konsep penting lain yang berguna untuk memahami proses integrasi tersebut, khususnya integrasi ekonomi regional. Berbagai pertanyaan dimunculkan sehubungan dengan integrasi ekonomi regional antara lain bagaimana proses integrasi tersebut dijalankan dan sejauh mana kaitannya dengan proses integrasi yang lebih luas. Selain hal tersebut, sebagai konsep yang kompleks, integrasi ekonomi juga tidak terbatas pada aspek ekonomi tetapi juga aspek politik. Integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak 1999-an. Hal ini dengan meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi bersamaan dengan meningkatnya jumlah negara yang menjadi bagian dari kesepakatan tersebut. Meskipun beberapa kesepakatan integrasi tersebut terwujud antara lain karena pertimbangan politik, namun tidak dapat diduga bahwa kepentingan ekonomi telah menjadi penggerak utama lahirnya berbagai kesepakatan integrasi ekonomi (economic integration agreements-EIAs). Integrasi ekonomi dilakukan dalam berbagai tingkatan, dari tingkat multilateral, regional, interregional, plurilateral maupun bilateral. Proses integrasi ekonomi dilandasi konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari proses tersebut lebih besar dibandingkan dengan biaya atau resiko yang mungkin dihadapi apabila tidak terlibat dalam proses tersebut. Menyadari hal tersebut, banyak pengambil kebijakan mencoba untuk menempuh kebijakan liberalisasi perdagangan atau mencapai kesepakatan integrasi 15 ekonomi dengan negara lain. Kebijakan liberalisasi maupun kesepakatan integrasi tersebut digunakan sebagai alat untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan dalam rangka meningkatkan kemakmuran. Didasari oleh keyakinan tersebut, sekaligus untuk memperkuat daya saing kawasan dalam menghadapi kompetisi global dan regional, negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam forum ASEAN telah menyepakati untuk meningkatkan proses integrasi di antara mereka melalui pembentukan AEC 2015. Kepentingan dan pengaruh integrasi ekonomi terhadap peningkatan kemakmuran telah dipahami banyak pihak. Sejalan dengan proses globalisasi, isu integrasi ekonomi telah menjadi elemen penting dan tidak terhindarkan dalam proses pengambil internasional.10 kebijakan baik pada tingkat nasional maupun ASEAN menempatkan integrasi ekonomi pada prioritas pertama sebagai arah kebijakan baru menuju 2015.Dasar pijakannya yaitu, strategi pembangunan ekonomi berupa peningkatan kerjasama khususnya di bidang ekonomi dengan mengutamakan tingkat pertumbuhan ekonomi dan ketahan regional. Untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing, ASEAN sepakat maju bersama menuju integrasi ekonomi, mempersempit kesenjangan tingkat perkembangan ekonomi di tiap negara anggota, menjamin pelaksanaan 10 Syamsul Arifin, dkk, hal 23 16 sistem perdagangan multilateral secara jujur dan terbuka, dan meningkatkan daya saing produk ASEAN memasuki pasar bebas dunia. Kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi juga harus diwujudkan melalui pemberlakuan liberalisasi perdagangan barang, jasa atau tenaga kerja, dan investasi.Pembangunan ekonomi yang seimbang dilakukan dengan mengurangi tingkat kesenjangan sosial, ekonomi dan kemiskinan di tiap negara anggota. Untuk mewujudkan semua itu, ASEAN telah melakukan serangkaian program kerjasama di berbagai bidang seperti pemberdayaan pengusaha kecil dan menengah, pengembangan teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia, peningkatan kesehatan dan keamanan lingkungan, peningkatan keamanan pangan, dan peningkatan daya saing hasil hutan dan pertanian serta tenaga kerja atau buruh migran. I. 6. 7. Kepentingan Nasional Masalah hubungan internasional dan politik internasional merupakan suatu masalah yang kompleks dan tidak dapat dipisahkan dari konsep kepentingan nasional.Kepentingan nasional selalu diperjuangkan setiap bangsa atau negara dalam rangka ketertiban nasional.Kepentingan nasional memberikan ukuran konsistensi yang diperlukan dalam kebijakan nasional.Pembentukan kepentingan nasional adalah langkah pertama meskipun masih bersifat abstrak dalam merumuskan suatu 17 kebijakan ataupun politik luar negeri.11Kalkulasi tentang kepentingan nasional merupakan kunci menuju sistem hubungan internasional. Menurut Frankel, hakikat kepentingan nasional sebagai keseluruhan nilai yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa (Dr. Budiono, 35). Kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi negara dan kepentingan nasional dapat dipakai secara operasional pada peran, kebijaksanaan maupun perencanaan yang dituju.12Pada hakikatnya, kepentingan nasional Indonesia adalah menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945).Oleh karena itu, tegaknya NKRI yang memiliki wilayah yuridiksi nasional dari Sabang sampai Marauke sangat perlu untuk dipelihara. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka kepentingan nasional Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kepentingan nasional tersebut diaktualisasikan salah satunya dengan 11 Mokhtar Mas’oed, Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998, hal 7 12 Soepatro, Hubungan Internasional Sistem, Interaksi dan Perilaku, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997, hal 143 18 pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif. Pencapaian kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional khususnya kawasan Asia Tenggara tidak terlepas dari permasalahan ekonomi, keamanan, dan budaya sebagai suatu konsep yang strategis untuk dibicarakan baik dalam tataran komunitas ASEAN tersebut maupun tataran global yang memberikan peluang serta tantangan dan sekaligus kesempatan bagi proses pencapaian kepentingan tersebut. Dalam rangka menghadapi tataran regional yang semakin berubah dengan cepat, semakin disadari perlunya untuk mengembangkan kelenturan dalam meningkatkan kerjasama dalam kawasan regional khususnya ASEAN agar dapat memanfaatkan berbagai peluang-peluang dan tantangan-tantangan yang muncul dari permasalahan yang telah disepakati dari pilar AEC dalam mengimplementasikan efektifitas deklarasi protection and promotion of the rigths of migrant workers pencapaian kawasan ASEAN 2015. Hal yang paling penting dan dianggap sebagai tolak ukur adalah bahwa pelaksanaan hubungan dan politik luar negeri Republik Indonesia yang bebas dan aktif, harus diabadikan kepada kepentingan nasional, terutama untuk kepentingan pembangunan dari segala bidang. Kepenting-kepentingan nasional merupakan motif dan motor penggerak bagi perjuangan rakyat Indonesia untuk dapat mewujudkan cita-cita leluhurnya, yaitu terbentuknya suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, serta dapat melaksanakan tujuan nasionalnya, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, terdapatnya kesejahteraan rakyat yang rata dan maju serta tercapainya kehidupan bangsa yang cerdas. Dengan demikian, teori kepentingan 19 nasional juga akan mempengaruhi sikap politik luar negeri suatu negara. Upaya untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia di kawasan ASEAN khususnya dan pada umumnya di dunia internasional dilaksanakan melalui diplomasi.Diplomasi ini mewujudkan Indonesia yang bersatu, lebih aman, dan damai, adil, demokratis dan sejahtera. Kepentingan nasional Indonesia dapat diterjemahkan dengan “Sapta Dharma Caraka”, yaitu : (1) Memelihara dan meningkatkan dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia, (2) Membantu pencapaian Indonesia sejahtera melalui kerjasama pembangunan, (3) Memperkuat hubungan kerjasama bilateral, regional, dan internasional di segala bidang dan meningkatkan prakarsa dan kontribusi Indonesia dalam pencapaian keamanan dan perdamaian internasional serta memperkuat multilateralisme. Selain itu, dalam pencapaian tujuan kebijakan luar negeri sangat ditentukan oleh keterkaitan antara konsep kepentingan nasional yang menjadi acuan perumusan tujuan kebijakan luar negeri, peluang dan tantangan atau kendala yang ada dilingkungan eksternal dan internal dapat terselesaikan dengan jalan mencari solusi yang positif demi kesejahteraan masyarakatnya, serta kapabilitas nasional untuk mewujudkan pencapaian tujuan tersebut. Gambar I. 1.di bawah ini menjelaskan keterkaitan konsep-konsep tersebut.13 13 Paul R. Voitti, International Relation, The Relations Theory : Realism, Pluralism, Globalism, 1997 20 Kepentingan Kepentingan Tujuan Kebijakan Luar Negeri Kepentingan Kepentingan Gambar I. 1. Keterkaitan kepentingan nasional, peluang, kendala, ancaman dan kapabilitas nasional 1.7 Hipotesis Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis menarik sebuah hipotesis yaitu: “”Jika kerja sama Pemerintah Indonesia dan Malaysia berjalan maksimal, maka perlindungan ketenagakerjaan di Indonesia dapat meminimalisir kasus-kasus yang terjadi terhadap TKI Inddonesia) di Malaysia (Tenaga Kerja 21 G. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Penulis melakukan penelitian berdasarkan data hasil observasi dan sumber data sekunder yaitu bersumber dari daftar pustaka berupa literature primer seperti karya tulis asli (jurnal dan artikel) yang mengacu pada penelitian yang sama untuk mendapatkan data yang diperlukan terhadap sasaran dan objek masalah untuk mengetahui objektifitas dari kenyataan yang ada dengan berdasarkan pada perencanaan yang sistematis 2. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengacu pada data yang telah diperoleh. H. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian yang dilakukan adalah dengan mendatangi KBRI Malaysia di 233, Jalan Tun Razak, Imbi, 50400 Kuala Lumpur, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Malaysia. Badan Nasional Penempatan Dan Perlidungan Tenaga Kerja (BNP2TKI), Jl Soekarno Hatta No: 587 Kiaracondong, Bandung, Provinsi Jawa Barat, 40234, Telp: /Fax: 022-7336965. I. Jadwal dan Kegiatan Penelitian No Keterangan B1 1 Persiapan 2 Pengumpulan Data B2 Waktu B3 B4 22 3 Pengelolaan Data 4 Analisis Data 5 Penyusunan Laporan J. Sistematika Penulisan 1. BAB Awal Bab awal terdiri dari Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Prakata, Daftar Riwayat, Abstrak dan Daftar Isi, Tabel, dan gambar. 2. Bagian Inti a. Berisi pendahuluan yang terdiri tentang Latar Belakang, , Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, kegunaan Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian sosial, lokasi dan lama penelitian, dan Sistematika Penulisan. b. Berisi pembahasan hubugan bilateral Indonesia – Malaysia, pembahasan mengenai diplomasi indonesia mengenai tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia. Dan Upaya – Upaya dalam mengatasi permasalahan TKI yang ada di Malaysia. c. Bagian Akhir Berisi lampiran – lampiran penjelasan dan data – data penunjang