5. Grading Atau Pengkelasan

advertisement
Data dan Statistik Tahun 2007
III.
PENANGANAN PASCA PANEN
III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH
Potensi pengembangan buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman
varietas dan didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan tropika akan
menghasilkan berbagai
buah-buahan yang sangat bervariasi dan menarik.
disamping itu dengan areal yang cukup luas sehingga dapat menghasilkan buahbuahan yang cukup potensial disamping komoditi lainnya.
Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan baik, akan
mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau
mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan sangat merugikan bila tidak
dapat dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan atau kebusukan. hal ini akan
mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga merupakan suatu
kehilangan (loss). di indonesia kehilangan buah-buahan cukup tinggi, 25 - 40 %.
untuk menghasilkan buah-buahan dengan kualitas yang baik, disamping
ditentukan oleh perlakuan selama penanganan on-farm, ditentukan juga oleh
faktor penanganan pasca panen yang secara umum mulai dari pemanenan,
pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading, pengemasan,
pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen
1. faktor biologi
: respirasi, produksi etilen, perubahan komposisi kimia,
kehilangan air.
2. faktor lingkungan
: suhu, kelembaban, komposisi atmosfer dan etilen.
Agar terhindar dari kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan mutu buah
perlu diperhatikan perlakuan-perlakuan yang diberikan.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
1
Data dan Statistik Tahun 2007
SKEMA RANTAI PENANGANAN PASCA PANEN BUAH
PEMANENAN
PEGUMPULAN
SORTASI
PENCUCIAN
GRADING
PENGEMASAN
PELILINAN
PEMERAMAN
PENYIMPANAN
TRANSPORTASI
1. Pemanenan
Mutu buah-buahan yg baik hanya akan diperoleh bila dipanen :
- Pada tingkat kematangan yang cukup
- Dilakukan pada suhu udara belum terlalu panas
- Produk harus diletakkan ditempat yang teduh.
- Dilakukan secara hati hati dan harus bebas dari luka, bintik, penyakit dan
kerusakan lainnya.
Tingkat kematangan buah-buahan dapat ditentukan dengan cara visual, fisik,
analisis kimia, perhitungan jumlah hari setelah persemaian (penanaman),
jumlah hari setelah keluarnya bunga, dan metode fisiologis.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
2
Data dan Statistik Tahun 2007
cara pemetikan yang baik adalah dengan alat petik berkantong yang dapat
diatur panjang-pendeknya.untuk melepaskan pisang dari tandannya digunakan
alat penyisir pisang yang dibuat dari bahan besi tempa dan dapat dibuat
sendiri oleh petani.
2. Pengumpulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Lokasi pengumpulan atau penampungan harus dekat dengan tempat
pemanenan,
2. Wadah sebagai tempat penampung sementara antara lain berupa
keranjang, peti, atau karung goni yang digunakan untuk mengangkut hasil
panen dari lapang ke gudang penyimpanan.
3. Buah-buahan harus dihindarkan dari kontak langsung dengan sinar
matahari.
4. Perlakuan/tindakan penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan
harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik buah yang ditangani.
3. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah-buahan yang luka, busuk dan cacat
lainnya untuk menghindari penyebab infeksi ke produk lain. sortasi dilakukan
dilapangan dan dirumah pengemasan baik secara manual maupun mekanis.
4. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah)
serta residu pestisida (insektisida atau fungisida), dapat dilakukan dengan cara
menyikat buah dengan sikat halus.
5. Grading
Grading bertujuan untuk memisahkan produk berdasarkan mutu, warna,berat
dan ukuran.umumnya pemilahan ini masih dilakukan secara visual dan
manual, baik dikebun maupun rumah pengemasan. selama grading harus
diusahakan agar terhindar dari kontak sinar matahari langsung.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
3
Data dan Statistik Tahun 2007
6. Pengemasan
Pengemasan berfungsi untuk melindungi buah-buahan dari kerusakan fisik
selama pengangkutan. bahan pengemas luar bisa terbuat dari kayu, rotan,
bambu atau karton bergelombang. Sedangkan pengemasan untuk tingkat
pengecer (disebut kemasan dalam) biasanya terbuat dari film plastik, kertas,
plastik tercetak atau bahan campuran dari kertas dan plastik.
7. Pelilinan
Pelilinan merupakan perlakuan khusus bagi beberapa buah yang bertujuan
untuk mengurangi kehilangan air, meningkatkan umur simpan, mengurangi
perkembangan penyakit mengganti bahan lilin alami pada buah selama
pencucian, melindungi dari luka dan memperbaiki penampilan buah. bahan
lilin harus dari bahan yang aman untuk dikonsumsi.
8. Pemeraman
Pemeraman(ripening) adalah proses untuk merangsang pematangan buah
agar matang merata dengan menggunakan bantuan gas karbit atau etilen dan
suhu yang digunakan berkisar 18-28°c dan harus diperhatikan karateristik
biologis/fisiologis dari komoditas tersebut dengan tidak mencampurkan
komoditas yang mempunyai sifat/karateristik fisiologis yang berbeda dalam
satu tempat atau satu proses.
9. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk mempertahankan mutu dan kesegaran
buah-buahan serta untuk memperpanjang masa simpannya.
berbagai
teknologi
penyimpanan
telah
banyak
dilakukan
untuk
mempertahankan umur simpan buah diantaranya dengan metode cas
(controlled atmosphere storage), map (modified atmosphere packaging).
10. Transportasi
-
Perlu diperhatikan sifat/karakteristik jenis produk yang diangkut, lamanya
perjalanan, serta alat/sarana pengangkutan yang digunakan.
-
Buah yang diangkut sebaiknya terhindar dari sinar matahari secara
langsung selama pengangkutan.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
4
Data dan Statistik Tahun 2007
-
Buah yang diangkut agar dijaga dari kemungkinan terjadi benturan,
gesekan dan tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menimbulkan
kerusakan atau menurunnya mutu produk tersebut.
Penanganan pasca panen buah-buahan mempunyai kedudukan yang sama dengan
penanganan sebelum panen (budidaya). Hal ini untuk menjamin mutu buah agar
tetap dalam kondisi prima sampai ke tangan konsumen, sehingga kehilangan hasil
produk dapat ditekan pada setiap rantai penanganan pasca panen dan
meningkatkan mutu produk yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai
ekonomis dan daya saing produk.
II.2.
PENANGANAN PASCA PANEN SAYURAN
Produk hortikultura seperti sayuran merupakan komoditas yang mudah rusak dan
masih mengalami proses hidup (proses fisiologis). dalam batas-batas tertentu
proses fisiologis ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang menjurus
pada kerusakan/kehilangan hasil.
Kehilangan/kerusakan hasil produk sayuran secara kualitas dan kuantitas terjadi
pada tahap panen sampai dengan tahap produk siap dikonsumsi. Rata-rata
kehilangan/ kerusakan hasil produk sayuran diperkirakan 5 – 25% untuk negaranegara yang telah maju, dan 20 – 50% untuk negara-negara berkembang. Untuk
mengurangi susut tersebut, beberapa hal yang harus dilakukan adalah : (a)
mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, dan (b)
menggunakan teknologi penanganan pasca panen yang benar, diantaranya
pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat
kebusukan dan dapat mempertahankan kesegaran produk pada tingkat optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen sayuran
1. Faktor biologi : respirasi, produksi etilen, perubahan komposisi kimia, dan
transpirasi.
2. Faktor lingkungan : suhu, kelembaban, dan komposisi atmosfer.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
5
Data dan Statistik Tahun 2007
Klasifikasi Sayuran Berdasarkan Laju Respirasinya
No
Kelas
Laju Respirasi
(mg co2/kg-hr)
Komoditi
1.
Paling
rendah
<5
2.
Rendah
5 – 10
seledri, bawang putih, kentang
3.
Sedang
10 – 20
wortel, ketimun, tomat, kubis cina
4.
Tinggi
20 – 40
wortel dengan daun, kembang kol,
bawang perai, slada
5.
Sangat
tinggi
40 – 60
6.
Paling tinggi
> 60
sayuran
brokoli, kecambah, okra, kale, snap
bean, seledri air
asparagus, jamur, bayam, jagung manis,
parsely
Tahapan penanganan pasca panen sayuran
Agar terhindar dari kerusakan yang dapat menurunkan mutu sayuran perlu
diperhatikan perlakuan penanganan pasca panennya.
SKEMA RANTAI PENANGANAN PASCA PANEN SAYURAN
PEMANENAN
PEGUMPULAN
SORTASI
PENCUCIAN
GRADING
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
6
Data dan Statistik Tahun 2007
PENGEMASAN
PENYIMPANAN
TRANSPORTASI
1. Pemanenan
Pemanenan sayuran harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai terjatuh,
tergores, memar dan sebagainya, karena luka yang disebabkan oleh hal
tersebut akan menyebabkan terjadinya pembusukan akibat peningkatan laju
respirasi. Untuk menghindari kerusakan sayuran pada saat pemanenan perlu
diperhatikan :
- Jangan sampai sayuran hasil panen terjatuh.
- Gunakan alat panen, misalnya gunting atau pisau/parang tajam.
- Wadah/keranjang penampung hasil panen harus kuat, permukaan bagian
dalamnya halus dan mudah dibersihkan.
Penentuan waktu panen sayuran yang siap dipanen dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu :
a. Visual : dengan melihat warna kulit, ukuran, masih adanya sisa tangkai
putik, adanya daun-daunan tua di bagian luar yang kering dan penuhnya
buah.
B. Fisik : mudahnya buah terlepas dari tangkai atau adanya tanda merekah,
ketegaran dan berat jenis.
C. Analisis kimia : mengukur kandungan zat padat, asam, perbandingan zat
padat dengan asam, dan kandungan zat pati.
D. Perhitungan jumlah hari setelah berbunga dan unit panas.
E. Metode fisiologis : pengukuran pola respirasi yaitu perbandingan antara
co2 dan o2.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
7
Data dan Statistik Tahun 2007
2. Pengumpulan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahap pengumpulan adalah :
a. Lokasi pengumpulan harus didekatkan dengan tempat pemanenan, agar
tidak terjadi penyusutan atau penurunan kualitas akibat pengangkutan
dari dan ke tempat penampungan.
b. Perlakukan/tindakan penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan
harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik komoditi sayuran.
c. Wadah sebagai tempat penampung antara lain berupa keranjang, peti
atau karung goni.
d. Produk segar harus dihindarkan dari kontak langsung sinar matahari.
3. Sortasi
Sortasi merupakan kegiatan memisahkan sayuran yang berkualitas kurang
baik, seperti cacat, luka, busuk dan bentuknya tidak normal dari sayuran yang
berkualitas baik. Pada proses sortasi dilakukan proses pembersihan, yaitu
membuang bagian yang tidak diperlukan seperti daun tua, cacat atau busuk.
4. Pembersihan/pencucian
Pencucian dilakukan agar sayuran terbebas dari kotoran, hama dan penyakit.
Dilakukan dengan menggunakan air bersih yang mengalir yang bertujuan
untuk menghindari kontaminasi. Pencucian dengan air juga berfungsi sebagai
pre-cooling untuk mengatasi kelebihan panas yang dikeluarkan produk saat
proses pemanenan.
5. Grading Atau Pengkelasan
Pengkelasan dimaksudkan untuk mendapatkan sayuran yang bermutu baik
dan seragam dalam satu golongan /kelas yang sama sesuai dengan standar
mutu yang telah ditetapkan atau atas pemintaan konsumen. Pengkelasan
dilakukan berdasarkan berat, besar, bentuk, rupa, warna, bebas dari penyakit,
dan cacat lainnya.
6. Pengemasan
Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengemasan :
- Kemasan harus memberi perlindungan terhadap sifat mudah rusak
sayuran yang menyangkut ukuran, bentuk konstruksi dan bahan yang
dipakai.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
8
Data dan Statistik Tahun 2007
-
Kemasan harus cocok dengan kondisi pengangkutan dan harus dapat
diterima oleh konsumen dalam keadaan baik.
Harga dan bentuk kemasan harus sesuai dengan nilai sayuran yang
dikemas.
Kemasan dibagi menjadi : (a) kemasan konsumen atau konsumen primer;
(b) kemasan transportasi atau kemasan sekunder, dan (c) kemasan
pengisi atau kemasan tersier.
7. Penyimpanan dan pendinginan
Pendinginan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
A. Pendinginan dengan udara (dingin) yang mengalir (air cooling).
B. Pendinginan dengan merendam dalam air dingin mengalir atau dengan
pencucian dengan air dingin (hydro cooling).
C. Pendinginan dengan cara kontak dengan es (ice cooling).
8. Transportasi
Pengangkutan sayuran dapat dilakukan melalui jalan darat, melalui laut, dan
melalui udara. pada tahap ini, kemasan harus sudah memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu : (a) melindungi sayuran dari kerusakan mekanik; (b) tidak
menghambat lolosnya panas bahan dan panas pernapasan dari produk, dan
(c) mempunyai kekuatan konstruksi yang cukup untuk mengatasi penanganan
dan penumpukan yang wajar.
Penanganan pasca panen sayuran mempunyai kedudukan yang sama dengan
penanganan budidaya, hal ini untuk menjamin mutu sayur agar tetap dalam
kondisi prima sampai ke tangan konsumen. kehilangan hasil produk dapat ditekan
pada setiap rantai penanganan pasca panen dan mempertahankan mutu produk
yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing produk.
III.3. PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN HIAS
Tanaman hias dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok yakni; 1) bunga
potong, 2) daun potong, 3) tanaman hias pot, dan 4) tanaman hias untuk
pertamanan lansekap. Kelompok tanaman hias bunga potong umumnya lebih
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
9
Data dan Statistik Tahun 2007
banyak diminati karena bernilai ekonomis tinggi dengan warna bunga yang
menarik dan volume bunga yang dapat mencapai jumlah yang besar.
Tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga potong harus memenuhi
persyaratan yakni; 1) berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya
wangi tidak menyengat; 2) bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3)
tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4) bunga tidak mudah rusak dalam
pengepakan dan; 5) bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan mudah
berbunga tanpa mengenal musim. beberapa jenis bunga potong yang terkenal di
indonesia adalah anggrek, krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera dll.
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan oleh kerusakan yang sering
timbul setelah panen pada tanaman hias seperti layu, patahnya batang dan daun,
serta lepasnya kelopak bunga,
maka diperlukan perhatian khusus pada
penanganan pasca panennya agar produk mempunyai fase hidup atau daya
simpan yang lama. penanganan pasca panen bunga merupakan suatu kegiatan
yang memberikan perlakuan-perlakuan terhadap bunga, setelah bunga tersebut
dipanen sampai bunga itu diterima oleh konsumen.
Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan untuk
kelompok tanaman hias bunga potong dibanding dengan kelompok tanaman hias
yang lain, hal ini karena pertimbangan nilai ekonomis bunga potong dengan warna
yang menarik dan volume bunga potong yang dapat mencapai jumlah besar saat
dilakukan pengiriman atau pemasarannya.
Penanganan pasca panen tanaman hias khususnya bunga potong bertujuan untuk:
1) memperkecil respirasi, 2) memperkecil transpirasi, 3) mencegah infeksi atau
luka, 4) memelihara estetika, 5) memperoleh harga yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen tanaman
hias.
Untuk menerapkan penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong secara
baik dan benar, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasca
panennya yakni :
1. Kematangan bunga (flower maturity)
2. Persediaan bahan makanan
3. Temperatur
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
10
Data dan Statistik Tahun 2007
4.
Persediaan air
5.
6.
7.
8.
Pertumbuhan mikroorganisme
Kualitas air
Etilen
Kerusakan mekanis
9. Penyakit
Tahapan penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong
1. Pemanenan
Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari, pukul 06.00-08.00 waktu
setempat. Panen bunga juga bisa dilakukan pada sore hari akan tetapi bunga
yang telah dipotong sebaiknya diperlakukan secara khusus, yaitu pangkal
tangkai bunga harus direndam di dalam air yang dicampur dengan suatu
bahan nutrisi tanaman, misalnya gula (glukosa), agar bunga tidak cepat layu.
2. Pengumpulan bunga yang telah dipotong
Bunga-bunga yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah
(tempat bunga) yang sesuai dengan kebutuhan setiap jenis bunga. Tempat
bunga tersebut hendaknya disimpan pada suatu tempat yang teduh dan
aman, terhindar dari percikan air atau kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga
dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga.
3. Pengangkutan ke Tempat Sortasi
Setelah selesai dikumpulkan, bunga diangkut ke tempat sortasi untuk disortir
dan diseleksi. Di tempat sortasi, bila waktu untuk melakukan sortir bunga
masih lama, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak
berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.
4. Sortasi dan Seleksi Kualitas
Bunga hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan
warna bunga. Bunga diperiksa/diteliti satu persatu untuk melihat kedaan
bunganya, tingkat kemekaran bunga, keadaan tangkai bunga yang meliputi
panjang-pendeknya, lurus-bengkoknya, besar-kecilnya, dan tegar-lemasnya
(vigor), serta kebersihan daunnya.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
11
Data dan Statistik Tahun 2007
5. Pengikatan/Pengelompokan Bunga (Bunching)
Pada umumnya bunga dilakukan pengikatan / pengelompokan, kecuali
anthurium, anggrek, dan beberapa bunga lainnya. Bunga dan daun-daunan
yang telah diseleksi dan ditentukan kriteria grading-nya, diikat dengan
menggunakan tali atau karet menurut aturan jumlahnya.
6.
Pembungkusan
Setelah diikat menurut aturan jumlahnya, bunga harus segera dibungkus
dengan kertas atau plastik pembungkus sesuai dengan jenis bunga yang akan
dibungkus. Pembungkusan ini bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar
dari kerusakan (lecet-lecet) sehingga kualitas bunga tetap terjaga.
7.
Perendaman dengan Larutan Sebagai Pengawet
Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Zat
pengawet digunakan pada empat macam perlakuan yaitu : conditioning,
pulsing, holding, dan pembukaan kuncup.
Conditioning.
Merupakan perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan
pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung obat pembasmi
kuman. Agen pembasah (0.01 – 0.1%) dapat ditambahkan, dan air harus
diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau
almunium sulfat pada pH mendekati 3.5.
Pulsing
Merupakan perlakuan dalam jangka waktu yang pendek setelah pemanenan,
yaitu proses perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi (glukosa
atau sukrosa) dalam jumlah yang tinggi dan anti oksidan.
Holding solution
Merupakan larutan tempat dicelupkannya bunga-bunga sampai terjual atau
larutan yang digunakan oleh konsumen untuk keragaan bunga.
Pada
umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan
penurun pH, biosida, senyawa anti etilen dan zat pengatur tumbuh. Sumber
energi yang digunakan umumnya adalah sukrosa, tetapi glukosa dan fruktosa
juga efektif.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
12
Data dan Statistik Tahun 2007
8.
Penyimpanan
Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam jangka
waktu pendek (kurang dari 1 hari) bunga bisa disimpan pada suhu ruang
dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air bersih.
Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang
agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin
(cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang
tinggi, sekitar 90%.
9. Pengepakan
Untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga harus dikemas dalam
kardus/karton atau kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang
maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga
kualitasnya. Di Kebun Ciputri, dalam satu kardus berukuran 100 x 40 x 40 cm
dapat diisi dengan 25 bungkus chrysant, dimana isi per bungkusnya 10
tangkai. Untuk carnation dapat digunakan kardus berukuran 80 x 40 x 20 cm,
yang dapat menampung 24-30 bungkus carnation, dengan isi 10 tangkai /
bungkus. Pada bidang-bidang yang berukuran 40 x 40 cm untuk kardus
chrysant, dan 40 x 20 m untuk carnation diberi lubang-lubang, sebagai tempat
pegangan tangan dan juga untuk ventilasi udara di dalam kardus.
10. Fumigasi
Fumigasi hanya dilakukan apabila bunga tersebut akan di ekspor, dan negara
tujuan ekspor mengharuskan perlakuan fumigasi ini. Kerugian dari fumigasi
adalah dapat menurunkan vase life dari bunga yang difumigasi.
11. Penanganan Eceran
Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan
kemudian bunga ditempatkan segera pada ruang dingin. Sesudah bungkus
dibuka, bunga ditempatkan pada ruang pendingin untuk beberapa jam. Jika
bunga bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut diletakkan pada ember
yang bersih atau jamban (vas) berisi bahan pengawet.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
13
Data dan Statistik Tahun 2007
12. Pengiriman ke Tempat Penjualan
Pengiriman bunga ke tempat penjualan dilakukan dengan menggunakan mobil
boks yang mempunyai pengatur udara ruangan ( air conditioner). Selama
perjalanan, temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah dan stabil pada
temperatur sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga
diterima konsumen dalam keadaan baik. Untuk pengiriman jarak jauh dapat
dilakukan lewat kargo udara .
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
14
Data dan Statistik Tahun 2007
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
15
Download